BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain. Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani, pedagang kecil, petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil, nelayan, ataupun pengrajin. Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut sertakan pengusaha besar dan menengah. Dalam melakukan kewirausahaan terdapat factor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi dalam membentuk kerja dan ada juga yang dapat menghalangi terbentuknya sifat kewirausahaan dalam pribadi seseorang. Factor-faktor ini bisa saja dalam dalam keluarga maupun dalam lingkungan seseorang. 1.2.Tujuan a) Tujuan Umum Mengidentifikasi proses keperawatan klien selama periode hamil dan penyakit yang menyertai. b) Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan dengan tepat apa yang dimaksud dengan kewirausahaan.
Mampu menjelaskan dengan tepat hal-hal yang dapat meneter belakangi tumbuhnya kewirausahaan dalam pribadi seseorang
1
BAB II TINJAUAN TEORI
1.1
Landasan Hukum Wirausaha Perawat 1. UUD 1945 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 3. Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia ( PPNI 2010 )
1.2
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat –termasuk perawat spesialis komunitas— perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
1.3
Landasan Wirausaha Islami 1. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumuah 62 : 10) 2. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 2 : 261 ) 3. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Annisa 4 : 29) 4. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (Fathir 35 : 29) 2
5. Menyadari adanya suatu aturan yang bersifat tetap dan ada yang berubah. Aturan yang bersifat tetap adalah masalah aqidah sedangkan yang selalu mengalami perubahan adalah hal bermuamallah. 6. Inovatif, yaitu mampu membuat sesuatu yang berbeda dari orang lain, sebagaimana dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa manusia sebagai ‘pemimpin’ dalam usahanya memakmurkan bumi dan senantiasa selalu melakukan perubahan-perubahan dalam hal yang positif 7. Selalu bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam setiap usaha agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Hal ini berlandaskan pada Al-qur’an yang menjelaskan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. 8. Usahanya berkelanjutan, seorang muslim hendaknya memikirkan generasi penerus dari usaha yang dia bangun, tidak hanya mementingkan usaha pada masanya saja. Hal ini berdasarkan Qs. An Nisa : 9 ‘’hendaklah merasa khawatir orang-orang yang meninggalkan keturunannya dalam keadaan lemah, khawatir akan masa depan mereka. 1.4
Teknisi Muamalat Islami Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orangorang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan 3
janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Baqarah 2 : 282 ) 1.5
Wirausaha Mandiri Perawat 1) Home Care Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Depkes RI, 2002). Home care merupakan bagian dari praktik mandiri perawat. Perawat melanjutkan perawatan yang pernah diterima klien dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya atau mungkin pasien tidak ada indikasi masuk rumah sakit sehingga hanya membutuhkan pelayanan keperawatan di rumah. 2) Konseling Keperawatan Konseling adalah proses memberikan bantuan dari seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati, 2002). Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam ilmu keperawatan. Konseling keperawatan dapat membantu dan memotivasi klien untuk lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya. Konseling keperawatan juga diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya. 3) Praktisi Terapi Komplementer Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
4
Kini terapi komplementer tersebut telah berkembang pesat menjadi bagian dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Bahkan terapi komplementer tersebut menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di Indonesia ada 3 (tiga) jenis terapi komplementer yang telah diintegrasikan kedalam pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu akupuntur, terapi hiperbarik, dan terapi herbal medik. 4) Nursing Care Center Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang memberikan akses langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan profesional yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat. Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Dalam nursing care center pun selalu diupayakan untuk memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga nursing care center memiliki karakteristik tertentu. 5) Pelayanan Fisioterapi Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembalikan fungsi organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan (Krausen, 1985). Perawat yang dibekali ilmu dan kompetensi terkait fisioterapi memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan tersebut kepada klien yang membutuhkannya. Salah satu uapaya fisioterapi yang dapat dilakukan perawata yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada itu merupakan prosedur keperawatan atau metode pemenuhan kebutuhan oksigen. Perawat dapat berkolarasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, apoteker, atau bidan dalam membuka klinik praktik bersama sebagai kolega. Pada kolaborasi tersebut terjadi proses komplek yang membutuhkan saling satu sama lain dalam bersama-sama membangun bisnis di bidang kesehatan. Prinsip yang sama mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang baik untuk menuju kesuksesan bersama.
5
BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Entrepreneurship merupakan kemungkinan untuk mendapatkan dorongan khusnya pada nilai-nilai social budaya masyarakat manusia, agama (kepercayaan), adat istiadat yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam masyarakat. Pengusaha social adalah individu dengan inovasi untuk masyarakat pada masalah social yang paling terkini.
Kewirausahaan merupakan produk budaya. Wirausaha berasal dari nilai-nilai budaya dan system budaya yang telah tertanam dalam lingkungan masyarakat.
3.2.Saran Berdasarkan isi dari makalah banyak kekurangan yang terdapat pada isi yang dijelaskan dan bahasa yang di gunakan penulis sebagian besar masih teksbook. Hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman dari penulis sendiri.
6