BAB II KLASIFIKASI MEDIA PENGAJARAN A. Macam-Macam Media Pengajaran Pelbagai cara dapat dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengidentifikasi media. Rudy Bretz melihat media dari tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Bentuk visual. Sedangkan Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’i membedakan media ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan grafik. 2. Media tiga dimensi, misalnya model susun dan model kerja. 3. Media proyeksi, misalnya OHP. 4. Media lingkungan (alam). Sedangkan Sadiman dkk. Mengklasifikasikan media menjadi: 1. Media grafis, misalnya foto dan sketsa. 2. Media audio, misalnya radio dan tape recorder. 3. Media proyeksi diam, misalnya film dan televisi. Santoso S. Hamijaya mengklasifikasikan media sebagai berikut: 1. Media dan teknologi yang digunakan secara massal,meliputi: TV, film dan slide, dan radio. 2. Media dan teknologi yang digunakan secara individual, meliputi: kelas atau laboratorium elektronik, alat-alat otoinstruktif, dan kotak unit instruksiolan. 3. Media dan teknologi yang digunakan secara konvensional, yaitu yang digunakan guru baik di kelas maupun di luar kelas dalam kelompok kecil maupun besar. 4. Media dan teknologi modern, meliputi: ruang kelas otomatis, sistem proyeksi ganda, dan sistem intrkomunikasi. Menurut Gerlach media dibagi menjadi lima, yaitu: 1. Benda-benda asli dan manusia (real materials and people). 2. Gambar-gambar dan gambar yang disorotkan (visuals and peojection). 3. Benda-benda yang didengar (audio materials). 4. Benda-benda cetakan (printed materials). 5. Benda-benda yang dipamerkan (dispaly materials). Menurut R. Murry Thomas media diklasifikasikan pengalaman , yaitu: 7
berdasarkan jenjang
1. Pengalaman dari benda asli (reliefe experience), misalnya bola. 2. Pengalaman dari benda tiruan (sudstitude of reliefe experience), misalnya gambar dan foto. 3. Pengalaman dari kata-kata (words only), misalnya buku dan program radio. Sedangkan Soegito Atmohoetomo membedakan media menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Media audio (media dengar), misalnya radio dan tape recorder. 2. Media visual (media pandang) dibagi menjadi media pandang berproyeksi, misalnya OHP, dan media pandang non proyeksi, misalnya peta. 3. Media audio visual (media pandang dengar), misalnya TV (Rohani, 1997: 11). Sedangkan menurut Soeparno (1988: 11) media dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam kreteria, yaitu: 1. Berdasarkan karakteristiknya, yang dibedakan menjadi: a) media yang memiliki karakteristik tunggal, misalnya radio, dan b) media yang memiliki karakteristik ganda, misalnya film dan TV. 2. Berdasarkan dimensi presentasi, yang dibedakan menjadi a) lama presentasi yaitu presentasi sekilas, misalnya TV, dan presentasi tak sekilas, misalnya OHP,
b) sifat presentasi yaitu presentasi kontinyu, misalnya TV, dan
presentasi tak kontinyu, misalnya OHP. 3. Berdasarkan pemakainya, yang dapat dibedakan a) berdasarkan jumlah pemakai, yaitu media untuk kelas besar, kelas kecil, dan belajar individual, b) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemakai, yaitu media untuk TK, SD, SMP, SMU, dan PT. J. Kemp mengklasifikasikan media menjadi: 1. Permainan dan simulasi, misalnya permainan bahasa yang berupa bisik berantai, TTS, dll 2. Media pandang. 3. Media dengar. 4. Media pandang dengar. 5. Media rasa. Beragam media yang dipaparkan di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Artinya tidak ada satu media yang dapat digunakan dalam digunakan dalam semua situasi dan kondisi. Oleh karena itu perlu dipahami karakteristiknya, sehingga dapat dipilih media yang tepat untuk mengajarkan materi tertentu.
8
B. Pemilihan Media Pengajaran Minimal ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran, yaitu: 1. Alasan meililih media, hal ini perlu karena adanya pelbagai macam media, ada media yang hanya cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tertentu, ada perbedaan karakteristik setiap media, ada perbedaan pemakai, dan perbedaan situasi dan kondisi. 2. Waktu yang tepat memilih media, karena penggunaan media pengajaran bertujuan menunjang tercapainya tujuan instruksional, maka pemilihan media harus
dilakukan
setelah
mengetahui
tujuan
instruksional,
sebelum
melaksanakan program pengajaran, atau dengan kata lain pada waktu merencanakan program pengajaran. 3. Pemilih media, pada umumnya pemilihan media pada umumnya dilakukan guru sebab yang menyusun desain instruksional biasanya guru itu sendiri. Namun tidak selama demikian , apabila penyussunan desain intruksioanal dilakukan oleh seorang profesional dalam kemediaan –belum tentu guru--, maka orang tersebutlah yang memilih media. Dengan kata lain yang berhak memilih media adalah penyusun desain istruksioanal, baik ia seorang guru atau bukan. 4. Cara memilih media, media yang harus dipilih sudah barangn tentu media yang paling baik. Baik dan buruknya media diukur sampai sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi, sehingga informasi itu dapat diserap semaksimal mungkin oleh penerima informasi. Di samping itu juga sejauh mana media tersebut dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional. Dalam memilih media, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) memahami karakteristik setiap media, 2) sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, 3) sesuai dengan metode pengajaran yang kita gunakan, 4) sesuai dengan materi yang kita komunikasikan, 5) sesuai dengan keadaan siswa, 6) Sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Atau dalam redaksi yang digunakan Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, media yang dipilih, memiliki: 1) ketepatan dengan tujuan pengajaran, 2) dukungan terhadap isi pelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) ketrampilan guru dalam menggunakannya, 5) ketersediaan waktu dalam menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir siswa. 9
10