Bab 1,2,3,4,5 Pbl Iii.docx

  • Uploaded by: Nur Nurmhy
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1,2,3,4,5 Pbl Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,932
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional di segala bidang. Upaya Kesehatan juga dititik beratkan pada promotif dan preventif

yang

ditandai

dengan

masyarakat

hidup

dalam

lingkungan

sehat.Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal, ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan terutama yang berkaitan dengan profesionalisme petugas kesehatan. Seorang ahli kesehatan menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu : Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan, dan Hereditas/Keturunan. (H. L. BLUM, 2000). Faktor yang kedua berpotensi dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat, karena untuk merubah perilaku seseorang bahkan masyarakat tidaklah mudah, akan tetapi sangat membutuhkan sebuah kerja keras dan metode yang sangat baik. Sedangkan dalam undang-undang dikatakan bahwa sehat merupakan keadaan yang sempurna baik fisik, mental, sosial yang sangat mempengaruhi keadaan atas status kesehatan seseorang bahkan secara luas masyarakat itu sendiri.

1

Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat peengobatan (kuratif), peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan rehabilitasi (rehabilitative). Pentingnya

penerapan

paradigma

pembangunan

kesehatan

yaitu

paradigma sehat yang merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bagi masyarakat yang bersifat proaktif.Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan jangka panjang sehingga mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi. Program PBL III merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar kampus yang diarahkan berdasarkan prioritas masalah yang diperoleh dari hasil PBL II yang sebelumnya dibuat alternative pemecahan masalah yang dituangkan dalam “Plant of Action” (POA) sehingga diperoleh intervensi masalah secara fisik dan non fisik. Untuk itu PBL III dilaksanakan selama 2 minggu sehingga akan diperoleh peningkatan akselarasi partisipasi masyarakat dalam menciptakan perangkat serta suasana yang lebih kondusif terhadap upaya-upaya peningkatan sumber daya manusia. Harus kita ketahui bahwa, kondisi atas status kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab kita bersama maka daripada itu, setiap anggota masyarakat wajib turut serta ambil bagian dalam usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. PBL III merupakan sebuah proses pembelajaran dasar bagi mahasiswa untuk mempersiapkan tenaga-tenaga 2

kesehatan yang handal di bidang kesehatan, serta dapat menerapkan kegiatankegiatan yang bersifat inovatif di tengah masyarakat, terutama di bidang kesehatan sehingga masyarakat mampu menerapkan nilai-nilai hidup sehat dalam berbagai aspek kehidupannya dengan melaksanakan “Praktek Belajar Belajar Lapangan (PBL)” Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar (STIK TM) memilki kompetensi yang cukup di bidang kesehatan. Desa Alatengae merupakan daerah yang memiliki luas 4,547 km 2 yang memiliki jumlah kepala keluarga sebesar 1019 KK, kami mendapatkan masalah kesehatan yang terjadi dengan melalui pendataan pada PBL I dan intervensi masalah pada PBL II dan akan di adakan evaluasi pada PBL III. B. Maksud dan Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL) III 1.

Maksud Praktek Belajar Lapangan (PBL) III Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL) III adalah untuk menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini mahasiswa harus mampu melihat, dan memperhatikan keadaan di sekitarnya untuk mengetahui serta memahami permasalahan kesehatan yang ada dalam masyarakat.

2. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL) III a.

Tujuan Umum Tujuan umum diadakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) III adalah supaya Mahasiswa-Mahasiswi mampu untuk memperoleh informasi dasar mengenai keadaan atau masalah kesehatan masyarakat 3

yang selanjutnya digunakan dalam identifikasi permasalahan kesehatan Kelurahan/Desa

setempat,

menyusun

prioritas

masalah,

prioritas

intervensi program dan evaluasi. b.

Tujuan Khusus Tujuan khusus diadakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) III adalah : 1.

Melaksanakan program yang dibuat berdasarkan prioritas program yang dipilih bersama dengan masyarakat yang disesuaikan dengan data yang diperoleh baik primer maupun sekunder pada PBL II.

2.

Mengaktifkan peran serta masyarakat dalam kegiatan tertentu yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

3.

Membuat alat ukur untuk evaluasi program.

C. Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL) III Praktek Belajar Lapangan (PBL) III yang dilaksanakan selama kurang lebih 12 hari, di Desa Alatengae Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros telah memberikan banyak manfaat dan pengalaman yang sangat berarti untuk Mahasiswa dalam rangka menuju profesionalisme di bidang kesehatan masyarakat dan dapat dijadikan acuan dalam mengetahui status masyarakat bila ditinjau dari segi kesehatan. Adapun manfaat yang bisa kita peroleh dalam proses belajar lapangan ini, yaitu:

4

1.

Dapat membentuk sikap dalam mengenal dan memahami struktur masyarakat serta organisasinya.

2.

Memberikan pengalaman dalam mengelolah data dan menyusun laporan kegiatan.

3.

Sebagai proses pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuan profesional bagi peserta PBL III.

4.

Sebagai sumbangan ilmiah dan bahan bacaan bagi peserta berikutnya.

5

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. Keadaan Geografis dan Demografis 1.

Keadaan Geografis Desa Alatengae adalah salah satu desa yang barada di Kecamatan

Bantimurung, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Secara umum, dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Alatengae terdiri dari delapan dusun dengan luas desa 4,547 km2, jarak dari ibu kota kabupaten 6 km, jarak dari ibu kota kecamatan 4 km. 2. Letak geografis Desa Alatengae adalah a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mattoanging b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Minasabaji c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Simbang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Boribelayya 3. Desa Borikamase mempunyai 8 dusun: 1. Dusun Gollae 2. Dusun Tanatakko 3. Dusun Bulusipong 4. Dusun Tanetea

6

5. Dusun Baramamase 6. Dusun Bontobua 7. Dusun Pakalli 8. Dusun Manjalling 2. Kedaan Demografis Jumlah Penduduk Desa borikamase sebanyak 4.933 jiwa yang terdiri dari :  Laki-Laki : 2.430 jiwa  Perempuan : 2.530 jiwa  Total jiwa : 4.933 jiwa B. Status Kesehatan Status kesehatan di desa Alatengae dapat dikatakan memenuhi standar kesehatan dalam tindakan kuratif, ini dapat dibuktikan dengan adanya kesadaran masyarakat yang berobat ke sarana kesehatan seperti Poskesdes,Posyandu,dan POS UKK Khusus Nelayan,masyarakat kebanyakan memakai tenaga bidan dalam melakukan persalinan sehingga mengurangi angka kematian bayi. Adapun sarana yang mendukug yaitu : 1. Adanya 1 Poskesdes 2. Adanya 8 Posyandu C. Fasilitas Umum Fasilitas Umum yang ada di Desa Alatengae adalah 1. Sarana Ibadah\ Desa Alatengae memiliki Mesjid (8 Unit),Gereja (tidak ada) 2. Pusat Pendidikan Di Desa Alatengae terdapat SD (3 Unit),SMP (Tidak Ada), dan SMA (tidak ada).

7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Pada pelaksanaan PBL III, sebelum melaksanakan program kegiatan terlebih dahulu dilakukan program evaluasi (pra kegiatan) untuk mengetahui apakah ada perubahan-perubahan sehingga dapat diketahui apakah masalah yang ditemukan pada PBL II masih menjadi masalah yang perlu dicarikan jalan keluarnya pada PBL III ini. Bentuk evaluasi yang kami laksanakan berupa Observasi lapangan dan mengadakan pertemuan dengan pemerintah setempat, serta para tokoh masyarakat yang bentuk materi pokoknya adalah kegiatan intervensi yang diprioritaskan berupa unit cost dan bentuknya. 1.

Pelaksanaan Kegiatan yang Dibuat Berdasarkan Prioritas Masalah a) Program yang dilaksanakan pada PBL III, ada 2 bentuk antara lain: a.

Program Intervensi Fisik Berdasarkan hasil PBL I & II

b. 1.

Program Intervensi Non Fisik

Program Intervensi Fisik:

Contoh pembuatan tempat sampah

percontohan, pembuatan papan wicara. 2.

Program Intervensi Non Fisik: Penyuluhan tentang hipertensi,jamban dan PHBS di SD yang ada di Alatengae.

8

3.

Membuat Program a.

Intervensi Fisik Untuk intervensi fisik yang dilakukan yaitu pembuatan papan wicara dan tempat sampah percontohan.

b. Intervensi Non Fisik Untuk Intervensi Non Fisik yang dilakukan yaitu Penyuluhan PHBS di SD. B. Pembahasan 1.

Intervensi Masalah Bentuk intervensi yang dilakukan pada kegiatan PBL III merupakan tindak lanjut dari program PBL II serta melakukan implementasi program dengan melihat perkembangan pada masyarakat serta menyesuaikan sumber daya yang ada. Adapun intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik, contoh: pembuatan papan wicara dan Intervensi Non Fisik, contoh: Penyuluhan Hipertensi, Penyuluhan Jamban dari rumah ke rumah (door to door) dan penyuluhan PHBS di SD a) Penyuluhan Hipertensi di dusun-dusun Alatengae Kegiatan penyuluhan pada dusun-dusun desa Alatengae bertujuan agar masyarakat mengetahui Bahaya dari Hipertensi yang merupakan salah satu pembunuh No. 1 di dunia dan juga mampu mengatur pola makan yang sehat agar terhindar dari hipertensi. 9

Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari Sabtu-Minggu, 7-8 Juli 2018. b) Penyuluhan tentang Jamban Kegiatan Penyuluhan ini metodenya adalah menyuluh dari rumah ke rumah (door to door), yaitu bersosialisasi dengan Masyarakat Desa Alatengae yang belum sempat memiliki jamban, ini dimaksudkan agar Masyarakat Desa Alatengae dapat mengerti dan memahami pentingnya jamban, serta dampak yang ditimbulkan jika tidak menggunakan jamban. Masyarakat Desa Alatengae sudah mengerti dan memahami pentingnya jamban 20%, ini dilihat dari jawaban-jawaban yang mereka berikan, tetapi yang mereka katakan bahwa penyebab mereka tidak memiliki jamban dikarenakan berbagai alasan,ada yang karena lahan bukan milik sendiri,ada juga yang karena kekurangan dana atau tenaga. c) Papan Wicara Dari hasil survei kami di lokasi-lokasi yang kami tempatkan papan wicara, apakah ada masyarakat Desa Alatengae yang masih membuang sampah sembarangan dan lingkungan-lingkungan yang kami pajang papan wicara tersebut. Dari hasilnya kami melihat bahwa masyarakat di Desa Alatengae sudah kurang membuang sampah pada SPAL dan lingkungan-

10

lingkungan yang ada di Desa Alatengae. Kegiatan ini berhasil 70% karena masyarakat di Desa Alatengae sudah memahami dan sadar akan informasi yang diberikan lewat papan wicara tersebut serta telah berkurang sampah yang mereka buang di situ maupun papan wicara tersebut terpajang sampai saat ini. d)

Penyuluhan Tentang PHBS di Sekolah-sekolah Dasar di Alatengae Kegiatan penyuluhan pada SD bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada para siswa/siswi SD dalam rangka memelihara kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal..Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari Selasa,10 Juli 2018.Sabtu.

11

BAB IV METODE PENDEKATAN SWOT A. Kekuatan (Strength) Kekuatan merupakan salah satu faktor pendukung berlangsungnya kegiatan evaluasi, dan tidak terlepas dari keterlibatan secara keseluruhan dalam pelaksanaan program evaluasi sehingga memberi arti keberhasilan kegiatan yang dilakukan peserta PBL III dapat dilaksanakan dengan baik berkat partisipasi panitia pelaksana, supervisi, pembimbing, tokoh masyarakat, instansi pemerintah dan warga masyarakat serta kerja sama dalam keaktifan peserta PBL III, sangat membantu kelancaran kegiatan tersebut.

B. Kelemahan (Weakness) Di Desa Alatengae, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros diperoleh kelemahan yaitu : 1.

Kurangnya kendaraan yang kami miliki dan jauhnya dusun-dusun di daerah Desa Alatengae tersebut menjadi kendala buat kami.

C. Peluang (Opportunity) Saran dari aparat desa, petugas pelayanan kesehatan, tenaga-tenaga edukator, dan tokoh masyarakat di Desa Alatengae, Bantimurung, Kabupaten Maros dalam membantu proses kelancaran program kerja PBL III yang bersifat mengevaluasi masalah dan melihat tingkat keberhasilan kegiatan tersebut.

D. Hambatan (Treat) 1. Faktor bahasa, karena adanya sebagian besar masyarakat yang tidak mengerti Bahasa Indonesia.

12

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil intervensi yang dilaksanakan di Desa Alatengae merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan PBL II, yang dalam pelaksanaan ini program intervensi fisik dan non fisik sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil survei dan evaluasi kami mendapatkan perubahan yaitu: a.

Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Alatengae meningkat tentang

Hipertensi dan Jamban setelah diadakannya penyuluhan pada PBL II dan angka penderita hipertensi di

desa Alatengae berkurang yang dulunya

menjadi.Adapun pengguna Jamban juga semakin meningkat yang pada PBL I hanya 92% menjadi 99% yang dimana dapat dikatakan berhasi. b.

Kesadaran masyarakat membuang sampah di sembarang tempat atau

SPAL menjadi berkurang setelah diadakannya Papan Wicara yang dipasang di 8 titik di Desa Alatengae.

B. Saran Dari kegiatan ini ada beberapa hal yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan. Oleh karena itu peserta PBL III di Desa Alatengae mengemukakan

beberapa

saran

demi

meningkatnya

derajat

kesehatan

masyarakatyaitu sebagai berikut:

13

1. Diharapkan pemerintah khususnya Dinas Kesehatan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 2. Diharapkan Pemerintah Desa Alatengae dapat memecahkan dan membantu masalah yang terjadi pada warga yang belum memiliki jamban agar dibuat jambannya, supaya tidak lagi BAB di sembarang tempat. 3. Setelah dipajang papan wicara dan ditempatkan tempat sampah percontohan maka kami peserta PBL III berharap agar dengan intervensi fisik yang kami lakukan dapat menyadarkan masyarakat Desa Alatengae agar mencegah sanitasi lingkungan seperti membuang sampah di dalam SPAL dan sembarang tempat. 4. Masyarakat pada Desa Tuppabiring harus bergotong-royong bersama untuk menangani masalah kebersihan lingkungan, agar dapat menambah estetika (keindahan) suatu lingkungan.

14

15

Related Documents

12345
June 2020 12
12345
November 2019 24
12345
November 2019 22
12345
October 2019 29
12345
May 2020 15
12345
June 2020 17

More Documents from "Handaru Pudy Astowo"