Avian Influenza & Flu Babi.pptx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Avian Influenza & Flu Babi.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,226
  • Pages: 34
Avian Influenza

Defenisi



Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam dan kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100%.

Epidemiologi 

Flu burung pada unggas di Indonesia diperkirakan mulai muncul akhir Agustus 2003, tetapi Departemen Pertanian Repu-blik Indonesia baru secara resmi menyatakan bahwa flu burung telah menyerang ternak ayarn di Indonesia pada tanggal 25 Januari 2004.Burung (H5N1) yang sangat patogen pertama kali dilaporkan pada tahun 1997, bersamaan dengan KLB virus H5N1 pada unggas di Hong Kong, dengan 18 penderita terinfeksi H5N1 dan 6 orang meninggal. WHO melaporkan sejak Januari 2004 hingga akhir Oktober 2006, terdapat 256 kasus manusia dan 152 kasus meninggal (CFR 59,4%) di Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina, Irak, Turki, Mesir, Djibouti, Azerbai.jan dan Indonesia (7'. Sebagian besar kasus diyakini akibat transmisi dari unggas ke manusia secara sporadik melalui paparan langsung dengan ayam yang ter-infeksi H5N 1.

Cara Penularan



Kontak langsung



Tidak langsung ; udara tercemar oleh muntahan, feses atau droplet penderita



Feses yg mengandung virus bs mencemari : air minum, pakan, kandang, burung liar, pakaian, sepatu, peralatan, kendaraan, serangga.

Sumber Utama Penularan 

Spesies lain dalam kelompok unggas domestik (dari itik ke ayam).



Burung eksotik yg dipelihara



Burung liar (migrasi unggas air).



Hewan lain (kalkun dapat tertular dari babi) Tidak ada indikasi penularan secara vertikal.

Faktor Resiko



Kepadatan penduduk & unggas



Virus yang bersirkulasi (H5N1)



Biosekuriti yang menurun



Kerentanan daya tahan tubuh manusia dan hewan

Patofisiologi

Penegakan Diagnosis Anamnesis 1.

Riwayat penyakit sekarang 

Keluhan utama



Onset



Intermitten/tidak



Faktor perberat dan faktor peringan



Pengobatan



Gejala penyerta

2.

Riwayat penyakit dahulu

3.

Riwayat keluarga

4.

Riwayat sosial,kebiasaan dan lingkungan

Pemeriksaan fisik

1.

Inspeksi

2.

Palpasi

3.

Perkusi

4.

Auskultasi

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan lab non spesifik 



Pemeriksaan darah lengkap 

Leukopeni

2. Pemeriksaan lab spesifik



Limfositopeni





Trombositopeni

Menggunakan teknik untuk mengetahui kualitas DNA agar mudah mengetahui subtipe H5N1

Pemeriksaan kimia darah 

Penurunan albumin



Peningkatan SGOT dan SGPT



Peningkatan urem dan kreatinin



Peningkatan kreatin kinase

Uji RT-PCR

Tata Laksana 





Obat anti viral

Terapi suportif



Amantadine dan rimantadine : Menghambat replikasi virus namun saat ini dinyatakan sudah resisten

1. Pada pasien yang di rawat inap dapat diberikan oksigenasi dan pemberian cairan parenteral (infus)



Zanamivir dan oseltamivir (tamiflu) merupakan inhibitor neuraminidase.

2. Sebagai upaya pencegahan, WHO merekomendasikan untuk orang-orang yang mempunyai risiko tinggi kontak dengan unggas atau orang yang terinfeksi, dapat diberikan terapi profilaksis dengan 75 mg oseltamivir sekali sehari, selama 7 sampai 10 hari.

:

Neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga membentuk virion yang infektif.

Pencegahan



Pemusnahan besar besaran hewan yang sakit merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mencegah penyebaran virus avian influenza.



Hindari kontak langsung dengan unggas atau ayam yang sakit



Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan

Flu Babi

Defenisi



Swine influenza (flu babi/A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae



Virus flu babi biasanya menyebar diantara babi, dan jarang menginfeksi manusia. Infeksi dapat terjadi apabila manusia memiliki kontakk langsung dengan babi

sangant menular

Epidemiologi



Flu babi saat ini diketahui disebabkan oleh beberapa subtipe influenza virus A , yang telah diisolasi dari berbagai jenis hewan termasuk manusia, babi, kuda, mamalia laut dan burung



Virus A paling sering paling sering memberikan epidemi atau pandemi

Penularan 

Melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah disentuh oleh penderita



Besarnya kemungkinan infeksi bergantung pada : 

Kepekaan (susceptibility)



Dosis Infeksi



Lamanya kontak



Daya tahan tubuh

Berpeluang menular pada 5-10 hari pertama setelah terinfeksi, terutama pada anak-anak dan pada saat kondisi tubuh lemah

Faktor Resiko 

Kontak langsung seperti merawat, berbicara, bersentuhan dgn pasien suspek, propbable, dan konfirmasi H1N1



Orang yang bepergian ke daerah endemis flu H1N1



Para pekerja di peternakan babi di daerah endemis flu H1N1

Virus H1N1

Patofisiologi 

Awalnya virus hanya spesifik pada spesies tertentu dan hanya menginfeksi babi > Pada perkembangannya Virus mulai melewati “ Barier spesies “ dimana dapat menginfeksi manusia.



Jika babi terinfeksi lebih dari 1 tipe virus dalam 1 waktu ( Virus avian , virus manusia serta swine ) -> menghasilkan karakter baru -> Mampu meniru reseptor spesifik pada manusia -> masuk melalui saluran pernapasan atas kemungkinan lewat udara -> virus beradaptasi dalam sel-sel saluran pernafasan manusia -> Proses infeksi

Penegakan Diagnosis Anamnesis 

Keluhan utama



Keluhan penyerta



Riwayat penyakit dahulu



Riwayat pengobatan



Riwayat sosial ekonomi



Semua gejala di samping di kenal dengan ILI (Influenza Like Illnes) yaitu demam > 39,8°c di sertai 1 atau lebih gejala batuk, nyeri telan tanpa ditemukan penyebab lain selain influenza

Gejala tersering : Batuk Demam Kelelahan Nyeri kepala Nyeri telan Pilek Nyeri otot Mual Nyeri perut Diare Sesak Nyeri sendi

Pemeriksaan Fisik



Pada pemeriksaan fisik di temukan hiperemis selaput lendir tenggorok.

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan virologi



Pemeriksaan darah lengkap



Pemeriksaan radiologi

Tatalaksana

Klinis Ringan 

Sebagian besar kasus akan sembuh dalam waktu satu minggu. Kasus ringan tidak pemerlukan perawatan RS, tidak memerlukan pemberian antivirus kecuali kasus klaster serta hanya diberikan pengobatan simtomatik dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk pasien dan keluarganya. Pasien diamati selama 7 hari. Pengobatan simtomatik diberikan sesuai gejala.

Klinis Sedang 

Perawatan dilakukan di ruang isolasi dan diberikan antivirus. Pemeriksaan RT-PCR hanya dilakukan satu kali pada awal perawatan. Jika keadaan umum dan klinis baik dapat dipulangkan dengan KIE.



Jika terjadi perburukan, dilakukan perawatan di penatalaksanaan sesuai kasus berat (pengawasan kegawatdaruratan misal pemeriksaan laktat dehidrogenase > darah menunjukkan PaCO2 <30 mmHg, C-reactive procalcitonin).

ICU dengan ketat tanda 4, analisis gas protein atau

Klinis Berat 

Dilakukan perawatan di ruang isolasi ICU/PICU/NICU dan diberikan antivirus serta diperiksa RT-PCR satu kali pada awal. Pada influenza A baru (H1N1) yang berat dengan pneumonia ditemukan gambaran yang sama dengan pneumonia pada flu burung .



Direkomendasikan pemberian Oseltamivir atau Zanamivir. Zanamivir diberikan pada kasus yang diduga resisten Oseltamivir atau tidak dapat menggunakan Oseltamivir



Pengobatan dengan Zanamivir atau Oseltamivir harus dimulai sesegera mungkin dalam waktu 48 jam setelah awitan penyakit.



Pemberian antiviral tersebut diutamakan untuk pasien rawat inap dan kelompok risiko tinggi komplikasi.



Dosis Zanamivir untuk usia ≥ 7 tahun dan dewasa adalah 2 x 10 mg inhalasi.



Dosis Oseltamivir pada anak, 2 mg/kg BB dibagi dalam 2 (dua) dosis atau berdasarkan kisaran berat badan.



Dosis Oseltamivir untuk dewasa adalah 2 x 75 mg selama 5 (lima) hari, dapat diperpanjang sampai 10 hari tergantung respons klinis.



Perempuan hamil direkomendasikan untuk diberi Oseltamivir atau Zanamivir.

Antibiotik



Bila terjadi pneumonia maka antibiotik direkomendasikan untuk diberikan berdasarkan evidence based dan pedoman pneumonia komunitas. Antibiotik dib.lerikan sesuai pedoman lokal.

Kortikosteroid Penggunaaan kortikosteroid secara rutin harus dihindarkan pada pasien influenza A baru (H1N1). Kortikosteroid dapat diberikan pada syok septik yang memerlukan vasopresor dan diduga mengalami insufisiensi adrenal, dengan hidrokortison dosis rendah 300 mg /hari dosis terbagi.

Pencegahan 

Mencuci tangan



Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang menderita flu



Menutupi hidung dan mulut dengan tissue ketika batuk/ bersin



Jika sakit, harus tetap berada di dalam rumah agar tidak terinfeksi ke orang lain

Terima Kasih

Related Documents

Influenza & Avian Flu
November 2019 29
Avian Influenza
May 2020 19
Avian Flu
May 2020 14
Avian Flu
May 2020 12