Aur.docx

  • Uploaded by: Aurora
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,256
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk menilai dan kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu sebagian besar kematian neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya peran tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan kebijakan dan sentralisasi yang melimpahkan wewenang kepada daerah maka Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab penuh merencanakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan, termasuk dalam implementasian pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi baru lahir adalah gerakan nasional kehamilan yang aman Making Pregnancy Safety (MPS) yang di rencanakan di Indonesia pada tahun 2000. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi ? 2. Bagaimana promosi tabulin,donor darah berjalan dan ambulance desa,suami siaga berperan aktif dalam kegiatan satgas GSI?

C. Tujuan 1. Mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi . 2. Mengetahui promosi tabulin,donor darah berjalan dan ambulance desa,suami siaga berperan aktif dalam kegiatan satgas GSI

1

BAB II PEMBAHASAN A. PENCATATAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN IBU DAN BAYI 1.

Pengertian Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung

puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus dicatat. Kehamilan Ibu adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan lahirnya janin; kehamilan normal 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ); dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau incidental ( Depkes RI, 1998 ) 

Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah jumlah kematian ibu (15 – 49 tahun ) per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko kematian ibu hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada tahun tersebut (Depkes RI, 1998 ).



Angka Kematian Bayi ( AKB ) adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1.000 kelahiran hidup ( BPS, 2003 ) 2.

Tingginya AKI dan AKB di Indonesia AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan

kematian bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is functioning ). Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 kelahiran hidup.

2

Dalam survei yang dilakukan sejak 2013 hingga 2017, "Angka kematian anak di Indonesia pada periode lima tahun sebelum survei diperoleh, hasil angka kematian neonatum sebesar 15 per seribu kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 24 per seribu kelahiran hidup, dan angka kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran hidup. 3.

Penyebab Kematian Ibu dan Bayi Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan ( 42 % ), eklamsia (

13 % ), aborsi ( 11 % ), infeksi ( 10 % ), partus lama ( 9 % ), dan lain – lain ( 15 % ). Sedangkan AKI dengan penyebab gangguan perinatal 34,7 %; sistem pernapasan 27,6 %; diare 9,4 %; sistem pencernaan 4,3 %; tetanus 3,4 %; saraf 3,2 %; dan gejala tidak jelas 4,1 %. 4.

Sistem Pencatatan Kematian

Sistem Pencatatan Kematian terdiri dari tiga komponen yaitu: a. Masukan (Input) Masukan atau input dalam Sistem Pencatatan Kematian menjelaskan empat (4) sub-sub komponen yaitu: (1) prosedur, (2) metode, (3) dukungan, (4) masalah yang dihadapi, Berdasarkan Putusan Presiden (Perpres) No. 25 Tahun 2008, dalam Pasal 81 ayat (1), (2) dan (3) sebagaimana terdapat dalam matrik, dengan jelas menyebutkan “Pencatatan kematian dilakukan dengan cara pelapor mengisi formulir dan menyerahkan formulir pelaporan kematian……” b. Proses Proses dalam Sistem Pencatatan Kematian, menjelaskan lima (5) sub-sub komponen, yaitu: (1) prosedur, (2) metode, (3) mencatat dan melaporkan, (4) dukungan dengan bukti-bukti, dan (5) masalah yang dihadapi.

3

Proses dalam sistem Pencatatan kematian, prosedur yang berlaku adalah 1) mencatat permintaan akte kematian terlebih dahulu dalam buku Register, barulah kemudian ditindaklanjuti untuk menerbitkan akte kematian dengan rentang waktu antara 1 hari sampai dengan 6 hari (1 hari –1 minggu) untuk Kabupaten Bandung dan 10 (sepuluh) hari untuk Kota Bandung. 2) Permintaan dan penerbitan atau penerbitan Akte Kematian selalu tercatat dengan baik dandilaporkan ke Bagian Dukcapil Provinsi Jawa Barat 3) Dukungan dengan bukti-bukti, setiap akte kematian yang sudah diterbitkan pasti sudah ada dukungan bukti-buktinya.

c. Keluaran (Output) Keluaran atau output dalam Sistem Pencatatan Kematian, menjelaskan tiga (3) sub-sub komponen yaitu: (1) prosedur, (2) metode, dan (3) kendala yang dihadapi, Keluaran (output) dalam Sistem Pencatatan Kematian, adalah Akte Kematian yang diterbitkan sesuai dengan nama yang diajukan atau seperti yang terdapat dalam formulir pengajuan. Akte Kematian yang diterbitkan dan siap untuk diserahkan tersebut dalam penyerahannya selalu menggunakan tanda terima. Kemudian akte kematian yang diterbitkan dan yang sudah diserahkan kepada yang berhak menerimanya, secara teratur dilaporkan ke Bagian Dukcapil Biro Pemerintahan Umum Prov.

B. DESA SIAGA (Tabulin, Donor Darah Berjalan, Ambulan Desa, Peran Aktif Suami dalam SATGAS GSI)

1.

TABULIN a.Definisi Tabulin Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang dilakukan pada pasangan suami istri yang merencanakan kehamilannya.

4

a.

Manfaat Tabulin Manfaat tabulin diantaranya sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan

untuk persalinan atau sesudah persalinan.Ibu dan keluarga tidak mersa terbebani biaya persalinan. b.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam tabulin : -

Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan.

-

Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan.

-

Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal mekanisme pengumpulan dana, kesempatan pengelolaan dan sistem kontrak.

-

Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

c. Indikator keberhasilan dalam tabulin : -

Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan masyarakat.

-

Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan (promotif, , kuratif, rehabilitatif).

-

Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar.

-

Kegiatan yang berkesinambungan.

Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang ada, dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut membina masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain itu utk biaya melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca persalinan. Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam siaga ini, karena dalam penyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan akan 3 TERLAMBAT, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya , terlambat sampai RS dan terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter. Juga bahaya 4 TERLALU yaitu : terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu banyak. Yang merupakan faktor resiko terjadinya komplikasi persalinan.

5

Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin). Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru orang kaya tersebut memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu untuk menabung. Dan Ibu hamil di berikan buku yang dibawa setiap pemeriksaan. d.

Mekanisme Tabulin Tabungan itu terbentuk berdasarkan RW atau Posyandu, bila Posyandunya

empat, maka tabungannya ada empat di desa itu. Ada pun manfaat dari tabulin antara lain : -

Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau sesudah persalinan.

-

2

Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.

DONOR DARAH BERJALAN

a. Definisi Donor darah Berjalan Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena PMI sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor darah sangat banyak. Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl. Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat. Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah.

6

Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat. Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).

b.

Manfaat Donor Darah Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa kita perlu

mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor darah secara teratur. Donor darah terutama baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam darah berlebihan karena besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis, walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran darah (sistem kardiovaskular). Pengurangan kekentalan darah sehingga menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai menyebabkan efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa donor darah rutin mampu membantu mengurangi angka kejadian serangan jantung pada pria. Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya jarang. Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining sebelum mendonor maka semua efek samping tersebut nyaris tidak akan terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan darah (anemia) misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas 12, donor darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat terjadi pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang sempurna tidak lebih dari setengah minggu. Salah satu yang

7

lumayan sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa tekanan darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si pendonor merasa pusing, lemas dan mual. Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat penyakit tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya, sesudah donor maka berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum berdiri dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan dan minuman manis segera setelah donor. Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama peralatan seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena beberapa ketidaksempurnaan dalam skrining darah. Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak langsung pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Selsel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah). Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali, diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi sel-sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan

8

tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh. Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang berjalan baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah berdonor maka volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk kembali dalam waktu 4-8 minggu. Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-desa yang ingin menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu hamil atau ibu bersalin yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan melibatkan peran serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu bersalin. Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah dalam suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat donor secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan. Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama dengan pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan bantuan dari palang merah indonesia ( PMI ) untuk menjelaskan masalah donor darah agar masyarakat bertambah pengetahuannya. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan donor darah. Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan seluruh anggota masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian konseling mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam menghadapi persalinan. Kelima orang tersebut diperiksa golongan darahnya untuk persiapan sebagai pendonor apabila terjadi perdarahan apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil atau ibu bersalain memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi anggota keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem sederhanai ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk menurunkan angka kematian ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.

9

c.

Tahapan Donor Darah Berjalan

Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah. 2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk menjadi donor darah. 3. Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika Puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat. 4. Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil. 5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan golongan darahnya. 6. Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam, sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi. 7. Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama tranfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya. 8. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah seorang warganya yang membutuhkan darah.

3

AMBULANCE DESA

a. Definisi Ambulance Desa Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada di tempat ia tinggal.

10

Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi. Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan

kesehatan.

b. Tujuan Ambulance Desa a)

Tujuan Umum Membantu mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan

melahirkan.

b)

Tujuan Khusus Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana

serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

c.

Sasaran Ambulance Desa Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan

keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

d.

Kriteria Ambulance Desa

-

Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).

-

Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .

-

ONLINE (siap pakai)

e.

PERAN AKTIF SUAMI DALAM SATGAS GSI

11

Desa/Kelurahan

Siap,

Antar,

Jaga

(Siaga)

adalah

Desa/Kelurahan

yang

melaksanakan/menjalankan program GSI dan mempunyai/melaksanakan langkah sebagai berikut : 1. Mempunyai SK tentang Satgas Revitalisasi GSI Desa/Kel termasuk rencana kerja Satgas tersebut 2. Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui 3. Telah terbentuknya pengorganisasian Tabulin/Dasolin 4. Telah terbentuknya pengorganisasian ambulans desa 5. Telah terbentuknya pengorganisasian donor darah desa 6. Telah terbentuknya pengorganisasian kemitraan dukun bayi dengan bidan 7. Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader penghubung) 8. Adanya mekanisme/tata cara rujukan 9. Adanya pengorganisasian : Suami Siaga, Warga Siaga, Bidan Siaga 10. Adanya/telah terbentuknya Pondok Sayang Ibu 11. Terlaksananya penyuluhan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, suami dan ibu hamil tentang peningkatan kualitas hidup perempuan, pencegahan kematian ibu, kematian bayi, ASI eksklusif, kesehatan reproduksi dan wajib belajar bagi perempuan 12. Tersedianya/terlaksananya pencatatan dan pelaporan

Dalam upaya mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat telah dilakukan berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat desa/kelurahan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui penurunan Angka Kematian Ibu saat hamil, melahirkan dan masa nifas (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sejak tahun 1996 telah diluncurkan suatu gerakan yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang pencanangannya dilakukan oleh Presiden RI pada tangal 22 Desember 1996 di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan utamanya dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam rangka

12

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penurunan AKI dan AKB berkontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah dan Negara yang salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan. Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB juga merupakan komitmen internasional dalam rangka target mencapai target Millenium Development Goal’s (MDG’s). Adapun target penurunan AKB adalah sebesar dua per tiga dan AKI sebesar tiga perempatnya dari 1990-2015. Dalam pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kecamatan merupakan lini terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagai suatu gerakan, Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah memberikan kontribusi yang dirasakan manfaatnya dengan adanya data, -

Panduan penilaian

-

Kecamatan Sayang Ibu

-

Panduan penilaian

berkurangnya jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta meningkatnya rujukan yang berhasil ditangani. Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dan kebijakan sektor pemerintah, maka pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu disesuaikan agar dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program dan kegiatan lain yang ada pada daerah. Oleh karena itu diperlukan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI). Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah upaya pengembangan Gerakan Sayang Ibu (GSI) melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi dan institusionalisasi. Untuk mendorong pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu dilaksanakan berbagai upaya termasuk melalui penilaian untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) terutama di tingkat Kecamatan. Dengan adanya penilaian Kecamatan Sayang Ibu diharapkan peran pembinaan dan fasilitasi Kab./Kota dan Provinsi menjadi lebih optimal.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan desa siaga terdiri dari persiapan, pelakanaan, pemantauan dan evaluasi. Dalam pendekatan pengembangan desa siaga, ada langkah pokok yang harus dditempuh : ( pengembangan tim petugas, pengembangan tim masyarakat, survei mawas diri, dan musyawarah masyarakat desa ) serta pelaksanaan. B. Saran Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang Desa Siaga, namun juga akam melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan Desa Siaga.

14

More Documents from "Aurora"

Aur.docx
December 2019 21
Solicitud 1.docx
December 2019 17
Clase8.docx
December 2019 20
Constancia De Servicio.docx
December 2019 29
Fisher King.docx
October 2019 24