POLITEKNIK KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK ( ASKEP MTBS MTBM)
OlehKelompok 17: 1. Enggar ( 2. jawban ( 3. triandri ( 4. wahyuwidiya (151179)
POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN 2017/2018
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak dengan judul “MTBS MTBM ”. Tugas ini kami susun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Anak D-III , dan sebagai menambah pengetahuan tentang manajement MTBS MTBM. Dalam penyusunan tugas Keperawatan Anak banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terimakasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalamdalamnya kepada: 1. Kumoro Asto Lenggono, M. Kep, selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen, 2. Apriyani puji, S. Kep M.Kep Ners selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen, 3. Sahabat-sahabat kami yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya. 4. Dan semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai. Mahasiswa menyadari bahwa penulisan Tugas Keperawatan Anak ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu mahasiswa harapkan. Malang, penulis
”.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas seperti yang diharapkan, mampu bersaing di era yang penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang. Pembangunan Kesehatan ini menjadi perhatian serius dalam masa kepemimpinan Gubernur , dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda prioritas pembangunan selain pembangunan bidang lainnya. Mencermati aspek kesehatan dalam arti luas, maknanya tidak hanya sehat secara fisik namun juga psikis, termasuk di dalamnya kesehatan mental yang direfleksikan dalam inidikator kemampuan atau kecerdasan intelektual, emosional dan spritual.Dalam konteks ini jelas, derajat kesehatan dapat memberikan pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan harus diakui, selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya derajat kesehatan dari warga miskin, akibat rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, minimnya dana yang dialokasikan untuk menunjang program kesehatan, beberapa penyakit menular, yang dapat menjadi ancaman utama bagi masyarakat. Namun di masa kepemimpinan gubernur , atau selama rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir, periode 2006 dan semester I 2007, secara bertahap permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut sudah dapat diatasi, bahkan pembangunan dalam bidang kesehatan ini telah mengalami berbagai kemajuan yang sangat berarti. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Kesehatan telah melakukan langkah-langkah peningkatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan terjangkau dengan mengembangkan berbagai peningkatan sarana kesehatan. (Profil Kesehatan Propinsi, 2008).
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari MTBSMTBM? 2. Apa saja yang di maksud tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit 3. Apa yang di maksus dengan Proses manajemen kasus 4. Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn 5. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan 6. Untuk mengetahui Pemberian konseling 7. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengertian dari MTBSMTBM
2.
Untuk mengetahui tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3.
Untuk mangetahui Proses manajemen kasus
4.
Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5.
Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6.
Untuk mengetahui Pemberian konseling
7.
Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus a. Pengkajian dan menganalisa data padaklienmengalami sakit b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan MTBS MTBM c. Menyusun rencanaKeperawatan d. MelaksanakanTindakan Keperawatan e. Evaluasi asuhanKeperawatan. 1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen
Terpadu
Balita
Sakit
(MTBS)
merupakan
pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
2.2 penilaian dan klasifikasi anak sakit Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok umur yaitu : Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan. Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1
Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).
2.3 Proses Manajemen Kasus Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya. Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini : Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun Menentukan tindakan dan memberi pengobatan Memberi konseling bagi ibu Memberi pelayanan tindak lanjut Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan. “Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan
harus
membawa
anaknya
kembali
ke fasilitas
kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).
2.4 Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah). Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi
lemah,ektremitas
dingin,muntah
darah,berak
hitam,perdarahan
hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-lain Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut. Klasifikasi pneumonia Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding dada kedalam,adanya stridor Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan batuk Klasifikasi dehidrasi Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata cekung,haus,turgor jelek Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi Klasifikasi diare persisten Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. Klasifikasi disentri Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah Klasifikasi resiko malaria Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu: klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih. Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu: penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. Klasifikasi Campak Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu : Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah. Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu : DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptekie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif. Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam. Klasifikasi Masalah Telinga Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu : Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang telinga,
Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas Klasifikasi Status Gizi Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucata Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis merah Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di atas.
2.5 Penentuan Tindakan & Pengobatan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada. Pneumonia Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut. Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah : Berikan dosis petama antibiotika Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin Lakukan rujukan segera Dehidrasi Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb: 1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl 2. Lakukan
monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila
belum membaik berikan tetesan intravena 3. Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum 4. Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi 5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
Klasifikasi diare pesisten Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin. Klasifikasi Resiko Malaria Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb : 1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular 2. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan) 3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin Klasifikasi Campak Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut : Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah 1. Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama perjalan. 2. Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit 3. Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam Klaifikasi masalah telinga Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap. Klasifikasi status gizi Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif
2.6 Pemberian konseling Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang: Konseling pemberian makan pada anak 1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain. 2. Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu Konseling pemberian cairan selama sakit Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang. Konseling kunjungan ulang Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada
ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.
2.7 Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut 1. Pnemonia Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari. 2. Diare persistem Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur. 3. Disentri Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya. 4. Resiko malaria Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap. 5. Campak Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya
apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar Demam berdarah Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Masalah telinga Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan
apabila
masih
kurang
ajari
tentang
cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.
BAB III KASUS BAYI MUDA
A. CONTOH KASUS An “B” umur 2 tahun, masuk RS akibat berak-berak lebih dari sepuluh hkali disertai muntah lima kali yang dialami sejak 1 jam yang lalu. Di rumah ibu sudah memberi obat berakberak namun tidak berhenti, akhirnya membawa anaknya masuk RS. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun. BAB masih encer dan tidak berampas. Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering. Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat. Anak nampak rewel dan sering menangis. Ibu mengatakan sangat mencemaskan keadaan anaknya. Ekspresi wajah tegang, ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya. Hasil pemeriksaan tanda vital: N : 132 x/mnt P : 32 x/mnt S : 38,2 C Pengobatan : Infus RL 32 tetes/mnt Puyer 3 X 1 sdt
B. 1.
2.
3.
4.
ANALISA DATA a. DS : Ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun. Ibu mengatakan BAB masih encer dan tidak berampas. b. DO : Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt, Pernapasan 32 x/mnt dan suhu 38,2 C, terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt. c. Masalah Keperawatan : kekurangan volume cairan dan elektrolit. a. DS : ibu mengatakan sangat mencemaskan anaknya. b. DO : ekspresi wajah tegang ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya. c. Masalah Keperawatan : Kecemasan Keluarga a. faktor resiko : suhu tubuh 38,2 C, anak nampak rewel dan sering menangis. b. Masalah Keperawatan : resiko hipertermi a. faktor resiko : Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat. b. Masalah keperawatan : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan berlebihan melalui feses. Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit bagus, mata tidak cekung dan mulut tidak kering) dan frekuensi BAB 1-2 kali perhari dan Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37 C dan P: 20-30 x/mnt). Intervensi : Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan. Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana pasien mengalami kehilangan cairan bila terus-menerus BAB. Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Dengan memonitor tanda-tanda vital diharapkan dapat mengetahui keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan. Pantau intake dan output. Rasional: upaya untuk menggganti cairan yang keluar bersama feses. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr. rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
Implementasi Evaluasi Tgl…….jam….. Tgl…….jam….. S : Ibu mengatakan anaknya masih berak Memantau tanda dan gejala kekurangan namun frekuensinya mulai menurun cairan. dan BAB masih encer dan tidak Hasil : kekurangan cairan teratasi. berampas. Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : N: 132 x/mnt, P: 32 x/mnt dan O S: : Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt, 38,2 C. Pernapasan 32 x/mnt dan suhu 38,2 C, memantau intake dan output. terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt. Hasil: intake dan output sesuai kebutuhan. A : kekurangan volume cairan belum Menganjurkan keluarga untuk memberi teratasi. minum banyak pada klien, 2-3 ltr/hr. P : lanjutkan intervensi. Hasil: ibu mendengar dan mau melakukannya.
2.
Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anak Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan keluarga berkurang dengan kriteria hasil : ekspresi wajah tidak tegang dan keluarga tampak tenang. Intervensi : Dorong keluarga pasien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. Rasional: mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah umum yang terjadi pada orang tua yang anaknya mengalami masalah sama. Rasional: membantu menurunkan kecemasan dengan mengetahui bahwa pasien bukan satu-satunya yang mengalami masalah yang demikian. Ciptakan lingkungan yang tenang. Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. Rasional: mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu kecemasan. Implementasi
Evaluasi Tgl…….jam….. Tgl…….jam….. S : ibu mengatakan sangat Mendorong keluarga pasien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan mencemaskan anaknya. balik tentang mekanisme koping yang tepat. O : ekspresi wajah tegang dan ibu sering bertanya tentang kondisi Hasil : ibu membicarakan kecemasannya Menekankan bahwa kecemasan adalah anaknya. A : kecemasan belum teratasi. masalah umum yang terjadi pada orang tua P : lanjutkan intervensi. yang anaknya mengalami masalah sama. Hasil : kecemasan ibu berkurang. Ciptakan lingkungan yang tenang. Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. Hasil: kecemasan ibu berkurang.
3.
Risiko hipertermi b.d proses infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil : suhu tubuh normal (S : 36-37 C) serta anak tidak rewel dan menangis. Intervensi : Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) Berikan kompres air hangat. Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang disebabkan oleh infeksi. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum. Rasional : Untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang berlebihan. Anjurkan keluarga untuk memberikan anak pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat. Rasional : Agar pasien merasa nyaman. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik. Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi. Implementasi
4.
Evaluasi Tgl…….jam…..
Tgl…….jam….. S:Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam. O : suhu tubuh 38,2 C, anak nampak Hasil : suhu tubuh dalam batas normal Anjurkan pasien dan keluarga untuk rewel dan sering menangis. A : hipertermi belum terjadi memberikan banyak minum. Hasil: ibu mendengar dan mau melakukannya.P : pertahankan intervensi. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik.. Hasil: kolaborasi dilakukan.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan kebutuhan nutrisi dengan kriteria penurunan peristaltik usus. Intervensi : Monitor intake dan output. Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan ke dalam tubuh. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat. Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik. Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
Implementasi Evaluasi Tgl…….jam….. Tgl…….jam….. S:Memonitor intake dan output. Hasil pemeriksaan auskultasi Hasil : intake dan output sesuai kebutuhan. O :
D. 1. 2. 3. 4.
Menghindari makanan buah-buahan dan peristaltic usus meningkat. A : perubahan nutrisi belum terjadi. hindari diet tinggi serat. Hasil : ibu menghindari makanan tinggi serat.P : pertahankan intervensi. Mempertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Hasil: ibu membatasi aktivitas anak. Kolaborasi dengan ahli gizi. Hasil: kolaborasi dilakukan.
EVALUASI kebutuhan cairan terpenuhi. keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Hipertermi belum terjadi. Perubahan nutrisi belum terjadi.
CONTOH KASUS BBLR
Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian a. Biodata b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit. 2. Riwayat keluhan utama Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada tanggal 22 mei 2011, sebelum melahirkan ibu tersebut pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan anamnese didaptkan hasil bahwa ibu memiliki riwayat anemia pada trimester ke 3. Setelah diberikan tindakan pengobatan berupa pemberian tablet zat besi namun ibu tersebut kurang menunjukkan perbaikan akan kondisi keadaannya. Kemudian pada tanggal 23 mei 2011 tepat pukul. 19.00 WITA ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan kondisi bradipneu: 25x/m, denyut jantung menurun: 90x/m, tekanan darah: 70/40mmHg, sianosis dan gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang: Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit segera setelah bayi tersebut dilahirkan. 4. Riwayat Kesehatan masa lalu:
A. Prenatal care a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali b. Keluhan selama hamil
: sering pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan
malaise. c. Kenaikan BB selama hamil B.
: 5 Kg
Natal
a. Tempat melahirkan
: Rumah Sakit Umum Provinsi
b. Jenis persalinan
: Normal
c. Penolong persalinan
: Bidan
d. Kesulitan lahir normal
: Ibu kesulitan mengedan karena ibu cepat lelah
C.
Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir
2.400 gram, PB: 40 cm
b. Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun c. Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat. d. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun c. Riwayat Tumbih Kembang Pertumbuhan Fisik 1.
Berat Badan Lahir
: 2400 gr
2.
Tinggi Badan
: 40 cm
3.
Lingkar kepala
: 30 cm
4.
Lingkar dada
: 28 cm
5.
Lingkar lengan atas
: 12 cm
6.
Lingkar perut
: 50 cm
d. Reaksi Hospitalisasi Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap 1. Orang tua mengatakan merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan bayinya. 2. Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat sembuh. 3. Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh. e. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah menurun, tampak sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit. 1. Sistem Pernapasan a.
Hidung: Simetris kiri – kanan,
b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor c.
Dada :
-
Bentuk dada : tidak simetris
-
Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,
-
Ekspansi dada berkurang
-
Suara napas melemah
2. Sistem Cardio Vaskuler a.
Capillary Refilling Time: >2deti
b. Denyut jantung : 110x/m c.
Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
3. System Syaraf a.
Bayi mengalami penurunan kesadaran
4. System Muskulo Skeletal
a.
Terjadi penurunan tonus otot bayi
b. Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit c.
Bayi nampak lemas dan lemah
5. System Integumen a.
Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
b. CRT: > 3 detik c.
Bayi nampak pucat
6. System Endokrim a.
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7. System Perkemihan a.
Tidak ada edema
b. Tidak ada bendungan kandung kemih 8. System Reproduksi a.
Penis : Bersih
b. Tidak ada kelainan pada area genetalia 2.2.2 Diagnosa Keperawatan a. Analisa Data Symptom DS : DO :
Etiology Paralisis pusat pernafasan
- Bayi tampak sesak Asfiksia
Paru-paru terisi
Problem Bersihan jalan tidak efektif
b.
cairan
Bersihan jalan nafas tidak efektif DS : DO : - Bayi mengalami
Janin kekurangan O2
Pola nafas tidak efektif
dan kadar CO2 meningkat
bradipneu : 25x/m - Suara nafas melemah
Nafas cepat
- Ekspansi dada berkurang
Apneu
DJJ dan TD menurun
Pola nafas tidak efektif DS : DO :
Janin Kekurangan O2 dan kadar CO2 meningkat
Suplai O2 ke paru
Kerusakan Otak
Resiko cedera
Resiko cedera
Rumusan Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi 3. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agenagen infeksius.
2.1.3 Intervensi No
Tujuan & Kriteria
Dx
Hasil
Intervensi
1
Rasional
Klien memperlihatkan
1.Kaji tanda vital
1.Sebagai
bersihan jalan
– pernafasan,
indicator adanya
nafasnya efektif,
nadi, tekanan
gangguan dlm
dengan kriteria :
darah.
system pernafasan
1.Nafas Bayi kembali normal 2.Bayi aktif.
2.Berguna dalam
3.Pada pemeriksaan
2.Kaji frekwensi,
evaluasi derajat
auskultasi tidak
kedalaman
distress
ditemukan lagi bunyi
pernafasan dan
pernafasan
tambahan pernafasan
tanda-tanda
adan/atau
sianosis setiap 2
kronisnya proses
jam.
penyakit. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir dan atau
3.Dorong
telinga). Keabu-
pengeluaran
abuan dan
sputum,
sianosis sentral
pengisapan
mengindikasikan
(suction) bila
beratnya
diindikasikan.
hipoksemia.
3.Kental, tebal dan banyaknya
sekresi adalah 4.Lakukan
sumber utama
palpasi fokal
gangguan
fremitus
pertukaran gas pada jalan nafas
5.Observasi
kecil, pengisapan
tingkat kesadaran, dibutuhkan bila selidiki adanya
batuk tidak
perubahan
efektif. 4.Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
6.Kolaborasi
terjebak.
dengan tim medis
5.Gelisah dan
pemberian O2
ansietas adalah
sesuai dengan
manifestasi umum
indikasi
pada hipoksia, GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia. 6.Dapat memperbaiki /mencegah memburuknya
hipoksia.
2
Klien memperlihatkan
1.Kaji frekwensi,
1.Kecepatan
pola nafas yang
kedalaman
biasanya
efektif, dengan
pernafasan dan
meningkat apabila
Kriteria hasil :
ekspansi dada.
terjadi
1. Frekwensi dan
peningkatan kerja
kedalaman pernafasan
2.Catat upaya
nafas
dalam rentang normal
pernafasan,
2.Penggunaan otot
termasuk
bantu pernafasan
penggunaan otot
sebagai akibat
bantu pernafasan
dari penigkatan
2. Bayi aktif
kerja nafas 3.Auskulatasi
3.Bunyi nafas
bunyi nafas dan
menurun/tak ada
catat adanya
bila jalan nafas
bunyi nafas
obstruksi dan
seperti mengi,
adanya bunyi
krekels,dll
nafas ronki dan mengi menandakan adanya kegagalan
4.Tinggikan
pernafasan
kepala bayi dan
4.Untuk
bantu mengubah
memungkinkan
posisi
ekspansi paru dan memudahkan
5.Berikan oksigen pernafasan. tambahan
5.Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas
3
Klien tampak
1. Cuci tangan
1.Upaya untuk
kooperatif dengan
setiap sebelum
menghindari dari
kriteria:
dan sesudah
kuman dari luar
1. Bebas dari cidera/
merawat bayi.
agar tidak terjadi
komplikasi.
2.Pakai sarung
infeksi
2.Aktivitas yang tepat
tangan steril.
dari level
3.Lakukan
2.Upaya agar
perkembangan anak
pengkajian fisik
tidak terjadi
3.Mendeskripsikan
secara rutin
cedera
teknik pertolongan
terhadap bayi
pertama.
baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan
3.Memandirikan
adanya anomali.
pasien dan
4.Ajarkan
keluarga dalam
keluarga tentang
hal merawat bayi
tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya
4.Memberikan
pada pemberi
pertahanan yang
pelayanan
lengkap pada bayi
kesehatan.
sesuai dengan
5.Berikan agen
waktu yang telah
imunisasi sesuai
di tetapkan
indikasi (imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).
2.2.4 Implementasi Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan 2.2.5 Evaluasi a.
Klien tampak rileks dalam bernafas
b. Jalan nafas klien kembali lancar c.
Kesadaran klien kembali membaik.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.
3.2 Saran Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS), diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka kematin anak mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Daftar Pustaka
Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011 Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/kti-kebidanan-pelaksanaanmanajemen_04.html http://www. Klikdokter.com/ Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.