1
Ascascasvanv Avava Vav Av Av Av Av A V Avas Daw Sda sd. Ini berarti bahwa masyarakat Indonesia diharapkan dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu.1 Pada masa sekarang ini banyak terjadi permasalahan di berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan, yang tak kalah penting dari masalah kesehatan yang terjadi sekarang ini yaitu perubahan pola penyakit yang dulunya di dominasi oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular.2 Diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) secara cepat, World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.2 Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.2 Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.4 Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolistik di atas 90 mmHg.3 Menurut Eighth Joint National Committee (JNC 8), masalah hipertensi bisanya
Universitas Kristen Krida Wacana
2
menyebabkan myocardial infarction, stroke, gagal ginjal, bahkan bisa meninggal jika tidak dideteksi dari awal dan diobati secara tidak adekuat. Maka dengan itu tekanan darah yang harus dikontrol adalah dibawah 140/90 mmHg, Untuk dibawah 60 tahun. Walaupun dihadapkan dengan penyakit primer seperti diabetes melitus, dll.5 Menurut WHO dan International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke, 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.2 Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di indonesia 14% dengan kisaran sekitar 13,4 %-14,6 %. Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6% dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%.2 Sedangkan di Jakarta, pada data riset kesehatan dasar (risdekas) 2013, Jakarta memiliki jumlah penduduk sekitar 10.135.030 jiwa, 20% diataranya adalah penderita hipertensi, sebesar 2.027.006 jiwa.7 Di provinsi DKI Jakarta, angka kesakitan hipertensi 2,45% dari total kunjungan pasien ke puskesmas tahun 2006. Hipertensi merupakan penyakit kedua terbesar yang di derita pasien rawat jalan usia > 60 tahun di puskesmas, yaitu sebanyak 3748 orang (17,08%) di DKI Jakarta, laporan di rumah sakit menunjukan angka prevalensi penyakit DM adalah 0,47% , hipertensi 1,47%, infark miokard akut 0,05% dan stroke 0,06%.7 Hipertensi bisa kambuh, karena secara keseluruhan hipertensi tidak dapat disembuhkan. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol dan dapat mengurangi resiko kekembuhan ulang dengan kombinasi
Universitas Kristen Krida Wacana
3
modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah dalam kisaran yang tidak akan merusak jantung dan organ lain.6 Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indonesia.7 Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penilitian terhadap pasien puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
1.2
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap hipertensi? 2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap komplikasi dari hipertensi? 3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dalam pola hidup responden terhadap hipertensi? 4. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap hipertensi dalam terapinya? 5. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap gejala dari hipertensi?
Universitas Kristen Krida Wacana
4
1.3
Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden pasien puskesmas kecamatan Makasar Jakarta Timur periode Agustus 2018 terhadap hipertensi.
1.4 Tujuan Khusus Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap pengertian, penyebab, gejala, pola hidup, komplikasi dari hipertensi
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Memberikan informasi kepada responden terhadap hipertensi agar menyadari pola hidup sehat. 2. Memberikan masukan terhadap responden terhadap hipertensi dalam hal terapinya. 3. Menyediakan data yang mungkin dapat dimanfaatkan bagi tenaga kesehatan. 4. Untuk memperluas pengetahuan peneliti terhadap hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg.3,8 Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg.9 Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90.10
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu: 1. Hipertensi primer Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer
Universitas Kristen Krida Wacana
6
bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi
yaitu; genetik,
lingkungan, jenis kelamin, dan natrium.11 2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air.11 Kriteria hipertensi, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya diukur dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misalnya 120/70 mmHg, yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg.12 Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang dewasa sebagai berikut. Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi13
Sumber : JNC(Joint National Committe VII )13
Universitas Kristen Krida Wacana
7
2.1.3 Etiologi Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial. Kalau seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut. Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf, renovaskuler dan lain-lain.12
2.1.4 Tanda dan Gejala Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi.14 Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
Universitas Kristen Krida Wacana
8
darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur.14 Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur.12
2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi 1. Genetik Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.11 2. Usia Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar.12
Universitas Kristen Krida Wacana
9
3. Jenis kelamin Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon.11 4. Geografi dan lingkungan Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat.11 5. Pola hidup Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%, mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi.12 6. Garam dapur Natrium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau natrium chloride (NaCl).
Pemasukan
natrium
mempengaruhi
tingkat
hipertensi.
Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi.12 7. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nicotine akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
Universitas Kristen Krida Wacana
10
adrenal untuk melepas efinefrine (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, carbon monoxide dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.15
2.1.6 Komplikasi Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.16 Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan, misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas, serta tidak sadarkan diri secara mendadak.16 Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau otot jantung, apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahanperubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.16
Universitas Kristen Krida Wacana
11
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,
glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.16 Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru-paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru–paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.17 Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium
diseluruh
susunan
saraf
pusat.
Neuron-neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.16
2.1.7 Pengobatan Hipertensi 1. Umum Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu: a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor
risiko
yang
telah
diketahui
akan
menyebabkan
atau
menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
Universitas Kristen Krida Wacana
12
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah
terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obatobatan yang digunakan pada hipertensi adalah: 1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone 2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol 3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril 4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin 5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine 6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine 7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan 8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.18 2. Khusus Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tandatanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang lebih canggih.18
2.1.8 Pencegahan Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.19 Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.19
Universitas Kristen Krida Wacana
13
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obatobatan yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi. 19 1. Pola makan Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu: a. Diet rendah garam Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu: 1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 ram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram garam dapur. 2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, senilai 1,25-3,75gram garam dapur. 3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari. Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
Universitas Kristen Krida Wacana
14
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut: 1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak. 2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan). 3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu. 4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang. 5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan lain-lain. 6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah. c. Diet tinggi serat Diet
tekanan
darah
tinggi
dianjurkan
setiap
hari
mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu: 1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya, mangga, apel, semangka dan pisang. 2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun singkong, tomat, wortel, taoge. 3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian. 4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
Universitas Kristen Krida Wacana
15
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu: Asupan kalori dikurangi sekitar 25%; Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi; Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang. 2. Pola istirahat Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir tekanan darah. 3. Pola aktivitas Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu: bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. 4. Pengobatan Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita, penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai batas ideal. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta mengurangi alkohol. Olahraga dan berhenti merokok.19
Universitas Kristen Krida Wacana
16
2.2 Pengetahuan 2.2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung. telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, dan indra penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.20
2.2.2 Tingkat Pengetahuan Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin c, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa penyebab tekanan darah tinggi, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orng tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Universitas Kristen Krida Wacana
17
3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.20
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Menurut Notoatmojo, faktor internal meliputi: 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.21
Universitas Kristen Krida Wacana
18
2. Persepsi Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan sebagai proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi menurut Notoatmodjo merupakan penafsiran realitas dan masingmasing orang memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda. Persepsi sebagai proses seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang memberi arti. Bisa didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu pada pelaku persepsi (perceiver), obyek yang dipersepsikan, dan situasi dimana persepsi itu dilakukan. Jadi persepsi diduga adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberikan arti yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh: (1) tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada pemersepsi atau pihak pelaku persepsi, (3) faktor objek atau target yang dipersepsikan dan (4) faktor situasi dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Ada variabel lain yang dapat menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup individu.21
Universitas Kristen Krida Wacana
19
3. Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.20 4. Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku.21 5. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
Universitas Kristen Krida Wacana
20
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup: a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan. b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.22 6. Informasi/Media Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya terhadap hal tersebut.22 7. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
Universitas Kristen Krida Wacana
21
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.22
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur disubjek penelitian atau responden. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/ kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan di beri nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. 20 Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumusan yang di gunakan sebagai berikut.20 𝑆𝑝
Nilai : N= 𝑆𝑚 x100%
Keterangan : N
=
Nilai pengetahuan
Sp
=
Skor yang didapat
Sm
=
Skor tertinggi maksimum20
Selanjutnya persentase jawaban diinterprestasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :20 1)
Baik
: Nilai = > 55 %
2)
Buruk : Nilai = ≤ 55%
Universitas Kristen Krida Wacana
22
2.3 Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Pendidikan Persepsi Motivasi Pengalaman Usia Informasi Media Sosial Budaya dan Ekonomi
Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
23
2.4 Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: • Pendidikan • Persepsi • Motivasi • Pengalaman • Usia • Informasi Media • Sosial Budaya dan Ekonomi
Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo ( 2010 )20 : - Baik - Buruk Pengetahuan tentang hipertensi : Pengertian Penyebab Gejala Pola Hidup Komplikasi
Universitas Kristen Krida Wacana
24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan Puskesmas Kecamatan Makasar Jl. Pusdiklat Depnaker No.4, RT.8/RW.6, Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
3.1.2 Waktu Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10-12 Agustus 2018 dan Penyajian data akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018
3.3 Subjek Penelitian Pasien yang datang ke Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur pada periode Agustus 2018. Pasien yang bersedia diwawancarai sebagai responden di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta tanggal 10-12 Agustus 2018 dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi :
1. Pasien yang datang ke Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur 2. Usia diatas 17 tahun
Kriteria eksklusi :
1. Responden yang mempersulit peneliti. 2. Pasien yang mempunyai riwayat hipertensi.
Universitas Kristen Krida Wacana
25
3.4 Sampling Consecutive sampling
Rumus besar sampel minimal adalah : N = (1.96)2(0.14)(0.86) (0.05)2 N = jumlah minimum sampel yang N = 0.4625 dibutuhkan 0.0025 Zα = nilai statistik Zα pada kurva normal standar pada tingkat kemaknaan (1,96) p = perkiraan prevalensi kejadian hipertensi di indonesia (0.14) N = 185 q = 1 – p (0.86) d = presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi (5 % = 0,05) Sehingga N didapatkan 185 sampel minimal. Pada penelitian, estimasi sampel yang drop out berjumlah 10% dari populasi minimal. Sehingga didapatkan 18.5 dibulatkan menjadi 19. Yang artinya sampel minimal adalah 185 ditambah dengan 19 menjadi 204 sampel.
3.5 Bahan, Alat dan Cara Pengambilan Data 3.5.1 Bahan: Bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan kuesioner 3.5.2 Alat: Alat penelitian yang akan di gunakan terdiri dari kertas kuesioner dan ballpoint. 3.5.3 Cara: Pertama dengan datang ke Puskesmas Kecamatan Makassar terlebih dahulu. Dimana pasien yang datang untuk berobat ke puskesmas tersebut sesudah menyelesaikan konsultasi terhadap puskesmas tersebut. Dilanjutkan dengan maksud dan penjelasan penelitian terhadap sampel. Jika pasien tersebut bersedia menjadi sampel atau responden penelitian, dilanjutkan dengan pengumpulan data
Universitas Kristen Krida Wacana
26
primer menggunakan kuesioner yang akan di berikan peneliti. Jika data primer sudah didapat, peneliti akan memberi souvenir dan dilanjutkan mencari sampel yang lain.
3.6 Parameter Parameter yang diperiksa adalah tingkat pengetahuan hipertensi. Masingmasing dengan tingkat pengetahuan pengertian, penyebab, gejala, pola hidup, dan komplikasi hipertensi itu sendiri.
3.7 Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini: Indikator tingkat pengetahuan yang akan di uji dalam penelitian ini adalah : •
Pendidikan
•
Persepsi
•
Motivasi
•
Pengalaman
•
Usia
•
Informasi Media
•
Sosial Budaya dan Ekonomi
Variabel terikatnya ialah tingkat pengetahuan pasien puskesmas Kecamatan Makasar periode Agustus 2018.
Universitas Kristen Krida Wacana
27
3.8 Dana Penelitian Perkiraan dana penelitian Alat tulis : 2 ballpoint
= Rp 10.000,-
Tipe X
= Rp 10.000,-
Kertas ( 1 Rim )
= Rp 50.000,-
Biaya transportasi ( selama 2 minggu penelitian ) = Rp 150.000,Biaya souvenir
= Rp 1.060.000,-
Biaya pencetakan
= Rp 530.000,-
Total biaya penelitian
= Rp 1.810.000,-
Biaya tak terduga ( 10 % dari total biaya penelitian ) = Rp 181.000,Total keseluruhan biaya penelitian : Rp 1.991.000,3.9 Defisi operasional 1. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). 2. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Pada negara Indonesia pendidikan diwajibkan 12 tahun. 3. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. 4. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. 5. Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. 6. Usia adalah selisih tanggal kelahiran dengan tanggal penilitian dimana dibulatkan kedalam tahun, jika selisih bulan tersebut diatas enam bulan dibulatkan ke atas atau dibulatkan ke dalam satu tahun. Jika selisih bulan
Universitas Kristen Krida Wacana
28
di bawah enam bulan akan di bulatkan ke bawah atau di bulatkan kedalam nol tahun. 7. Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. 8.Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Variabel
Defenisi Operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Tingkat Kemampuan Pengetahuan untuk Mengetahui tentang hipertensi (defenisi, komplikasi, terapi, dan dietnya) Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Memberi Kuesioner Terbagi Ordinal tanda (√) dalam dua pada kategori, jawaban yaitu:1. setuju atau Tingkat tidak setuju. pengetahuan baik skor >55 2.Tingkat pengetahuan buruk ≤55 Lama waktu Menuliskan Kuesioner 1. ≤35 Tahun Nominal 2. > 35 Tahun hidup usia saat ini seseorang di lembar sejak kuesioner. dilahirkan. Identitas Memberi Kuesioner 1. Laki-laki Nominal sebagai laki- tanda check 2. Perempuan laki atau list (√) di perempuan kolom jenis kelamin di kuesioner. Sekolah formal yang telah diikuti dan telah memiliki tanda bukti lulus dari
Memberi tanda check list (√) di kolom pendidikan di kuesioner.
Kuesioner 1. Menengah
Ordinal
(SD, SMP, SMA) 2. Tinggi (Perguruan tinggi)
Universitas Kristen Krida Wacana
29
Riwayat hipertensi
Sumber informasi
instansi resmi yang terkait Riwayat hipertensi pada responden atau pada orangtua responden Sumber informasi tempat responden mendapatkan informasi mengenai hipertensi
Memberi tanda check list (√) di kolom sumber informasi di kuesioner.
Kuesioner 1. Diri sendiri Nominal 2. Orangtua 3.Saudara kandung 4. Tidak ada
Memberi tanda check list (√) di kolom sumber informasi di kuesioner.
Kuesioner 1.Tidak pernah 2. Keluarga 3. Pemberi pelayanan kesehatan 4. Media massa/TV 5. Lain-lain
Nominal
Tabel 3.1 Definisi Operasional
3.10 Analisis Data Univariat, peneliti akan menggunakan program microsoft excel untuk mencatat data, dan pengolahannya di bantu dengan program SPSS 16. dimana peneliti akan mencari angka mean, distribusi frekuensi dan simpangan baku untuk mengukur tingkat pengetahuan dari data yang sebelumnya dikumpulkan dari sampel.
Universitas Kristen Krida Wacana
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 s.d 12 Agustus 2018 di Puskesmas Kecamatan Makasar Jl. Pusdiklat Depnaker No.4, RT.8/RW.6, Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Data diambil dibantu instrumen berupa kuesioner. Jumlah responden yang berpatisipasi dalam penelitian ini sebanyak 236 responden. Selama penelitian terdapat 51 responden yang dikeluarkan dari sampel penelitian, 50 responden dikeluarkan karena memiliki riwayat hipertensi, dan 1 responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Sehingga total subjek yang menyelesaikan penelitian berjumlah 185. Dimana memenuhi jumlah sampel minimal (185). Di bawah ini hasil uraian tentang tingkat pengetahuan pasien Puskesmas Kecamatan Makasar periode Agustus 2018. Data yang telah terkumpul meliputi data demografi dan data tingkat pengetahuan.
Universitas Kristen Krida Wacana
31
4.1 Data Demografi Berikut perhitungan data demografi dilakukan untuk melihat frekuensi/ proporsi dan persentase berdasarkan karakteristik responden yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi, dan sumber informasi tentang hipertensi. Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Riwayat Hipertensi, dan Mendapatkan Sumber Informasi Tentang Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel
Rerata±Simpangan Frekuensi (%) Baku
1
2
3
4
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan Pendidikan a. Menengah b. Tinggi Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
34.0±10.8 110 (59.5) 75 (40.5) 113 (61.1) 72 (38.9) 142 (76.8) 43 (23.2) 43 (23.2) 12 (6.5) 102 (55.1) 15 (8.1) 13 (7.0)
Bedasarkan tabel 4.1, bedasarkan usia yang memiliki rerata 34.0 tahun dimana ≤ 35 tahun berjumlah 110 responden, dan > 35 tahun berjumlah 75 responden. Responden terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki 113 responden dan perempuan 72 responden. Dari responden yang memnjadi sampel pula yang memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 142 responden dan tingkat pendidikan tinggi 43 responden. Serta responden yang mendapat informasi hipertensi paling tinggi oleh pelayan kesehatan sebanyak 102 responden dan yang terendah oleh keluarga sebanyak 12 responden.
Universitas Kristen Krida Wacana
32
4.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Hipertensi Data tingkat pengetahuan dianalisis dengan menggunakan analisa statistik dengan metode tendensi sentral yang mencakup mean, median, modus. Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui apakah ada data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan responden didapatkan 181 responden (97.8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sekitar 4 responden (2.2%). Bahwa nilai mean lebih kecil dari nilai median lebih kecil dari nilai modus (mean = 79.6, median = 80.00, modus = 86.67). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data normal karena memiliki distribusi data menceng kiri. Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. 1.
2.
3.
4.
Variabel
Tingkat Pengetahuan Hipertensi Buruk
(%)
Baik
(%)
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun
2 2
1.8 2.7
108 73
98.2 97.3
Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan
3 1
2.7 1.4
110 71
97.3 98.6
Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
4 0
2.8 0.0
138 43
97.2 100.0
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
1 0 2 1 0
2.3 0.0 2.0 6.7 0.0
42 12 100 14 13
97.7 100.0 98.0 93.3 100.0
Menurut tabel 4.2, tingkat pengetahuan hipertensi usia ≤ 35 tahun lebih baik dibandingkan usia > 35 tahun. Usia semakin tua tidak menyebabkan seseorang
Universitas Kristen Krida Wacana
33
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang hipertensi. Hal tersebut sama seperti yang diutarakan Debby Christy Sinaga (2012) yang melakukan penelitian di Pondok Cina, Depok. Dimana usia tidak berpengaruh pada tingkat pengetahuan hipertensi.23
Berbeda
dengan
pernyataan
Notoatmodjo
(2007),
menurut
Notoatmodjo bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.22 Bedasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari jenis kelamin laki-laki. Berbeda dengan penelitian Debby Christy Sinaga, tingkat pengetahuan hipertensi menurut Debby bedasarkan jenis kelamin lebih baik dari kategori laki-laki.23 Dari penelitian yang dilakukan Mujib Hannan (2009) yang dilakukan di daerah Sumenep. Menurut Mujib, proporsi tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari kategori laki-laki.24 Bedasarkan pendidikan, responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari pada tingkat pendidikan menengah. Hal ini menandakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pengetahuan hipertensi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo, secara umum orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan mempunyai wawasan atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah.22 Dari hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Debby dan Mujib. Dari penelitian mereka yang dilakukan di tempat berbeda, tingkat pengetahuan hipertensi responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih baik dari pada tingkat pendidikan menengah.23,24 Bedasarkan mendapat informasi mengenai hipetensi, kategori keluarga dan lain-lain menjadi yang paling tinggi proporsi pengetahuannya mengenai hipertensi. Peneliti beranggapan bahwa kategori keluarga bisa menjadi paling tinggi tingkat pengetahuan mengenai hipertensi dikarenakan tingkat kepercayaan dari informasi itu didapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai hipertensi. Menurut Debby, dalam penelitiannya kategori keluarga juga menjadi paling tinggi tingkat pengetahuan mengenai hipertensi.23
Universitas Kristen Krida Wacana
34
4.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Hipertensi Tingkat pengetahuan mengenai pengertian hipertensi dari 185 responden didapatkan 178 responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7 responden (3.8%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan mengenai pengertian hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Tekanan darah mencapai ≥210/120 mmHg termasuk ke dalam hipertensi sangat berat”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 175 responden (94.6%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi merupakan peninggian tekanan darah dimana mencapai 110/90 mmHg” dimana yang menjawab benar sebanyak 113 responden (61.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai pengertian hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55). Pada tabel 4.3 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai pengertian hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi. Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. 1.
2.
3.
Variabel Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi Buruk
(%)
Baik
(%)
5 2
4.5 2.7
105 73
95.5 97.3
6 1
5.3 1.4
107 71
94.7 98.6
5 2
3.5 4.7
137 41
96.5 95.3
Universitas Kristen Krida Wacana
35
4.
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
1 1 3 2 0
2.3 8.3 2.9 13.3 0.0
42 11 99 13 13
97.7 91.7 97.1 86.7 100.0
4.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Penyebab Hipertensi Tingkat pengetahuan mengenai penyebab hipertensi dari 185 responden didapatkan 163 responden (88.1%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 22 responden (11.9%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 8 pertanyaan mengenai penyebab hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih dapat menyebabkan hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 170 responden (91.9%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan” dimana yang menjawab benar sebanyak 113 responden (61.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai penyebab hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55). Pada tabel 4.4 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai penyebab hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No.
1.
Variabel
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun
Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi Buruk
(%)
Baik
(%)
13 9
11.8 12.0
97 66
88.2 88.0
Universitas Kristen Krida Wacana
36
2.
3.
4.
Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan
11 11
9.7 15.3
102 61
90.3 84.7
Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
19 3
13.4 7.0
123 40
86.6 93.0
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
4 2 12 3 1
9.3 16.7 11.8 20.0 7.7
39 10 90 12 12
90.7 83.3 88.2 80.0 92.3
4.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Gejala Hipertensi Tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi dari 185 responden didapatkan 170 responden (91.9%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 15 responden (8.1%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 3 pertanyaan mengenai gejala hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala, rasa berat di tengkuk dan mudah marah”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 176 responden (95.1%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Semua orang yang menderita hipertensi menunjukkan gejala seperti pusing, mimisan, dan pandangan berkunang-kunang” dimana yang menjawab benar sebanyak 121 responden (65.4%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai gejala hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55). Pada tabel 4.5 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Universitas Kristen Krida Wacana
37
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. 1.
2.
3.
4.
Variabel
Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi Buruk
(%)
Baik
(%)
7 8
6.4 10.7
103 67
93.6 89.3
7 8
6.2 11.1
106 64
93.8 88.9
Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
13 2
9.2 4.7
129 41
90.8 95.3
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
5 0 7 1 2
11.6 0.0 6.9 6.7 15.4
38 12 95 14 11
88.4 100.0 93.1 93.3 84.6
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan
4.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Hidup Hipertensi Tingkat pengetahuan mengenai pola hidup hipertensi dari 185 responden didapatkan 153 responden (82.7%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 32 responden (17.3%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan mengenai pola hidup hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu yang rendah lemak merupakan makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 172 responden (93.0%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi dapat disembuhkan” dimana yang menjawab benar sebanyak 19 responden (10.3%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai pola hidup hipertensi, 6 pertanyaan berhasil dijawab dengan hasil tingkat pengetahuan baik
Universitas Kristen Krida Wacana
38
(Skor tingkat pengetahuan >55), akan tetapi 1 pertanyaan memiliki tingkat pengetahuan buruk. Pada tabel 4.6 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai pola hidup hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi. Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. 1.
2.
3.
4.
Variabel
Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi Buruk
(%)
Baik
(%)
15 17
13.6 22.7
95 58
86.4 77.3
15 17
13.3 23.6
98 55
86.7 76.4
Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
24 8
16.9 18.6
118 35
83.1 81.4
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
5 1 18 4 4
11.6 8.3 17.6 26.7 30.8
38 11 84 11 9
88.4 91.7 82.4 73.3 69.2
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan
4.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Komplikasi Hipertensi Tingkat pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi dari 185 responden didapatkan 178 responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7 responden (3.8%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 5 pertanyaan mengenai komplikasi hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Berhenti merokok sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 177
Universitas Kristen Krida Wacana
39
responden (95.7%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi tidak menimbulkan komplikasi pada anggota tubuh yang lain” dimana yang menjawab benar sebanyak 126 responden (68.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai komplikasi hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55). Pada tabel 4.7 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi. Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No.
1.
2.
3.
4.
Variabel
Usia a. ≤ 35 Tahun b. > 35 Tahun Jenis Kelamin a. Laki – laki b. Perempuan
Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi Buruk (%) Baik (%) 5 2
4.5 2.7
105 73
95.5 97.3
4 3
3.5 4.2
109 69
96.5 95.8
Pendidikan a. Menengah b. Tinggi
7 0
4.9 0.0
135 43
95.1 100.0
Mendapat Informasi Hipertensi a. Tidak Pernah b. Keluarga c. Pelayan Kesehatan d. Media Massa/TV e. Lain-Lain
3 0 1 2 1
7.0 0.0 1.0 13.3 7.7
40 12 101 13 12
93.0 100.0 99.0 86.7 92.3
Universitas Kristen Krida Wacana
40
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini responden diambil yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Tingkat pengetahuan hipertensi pasien puskesmas tersebut dari 185 responden, 181 responden (97.8%) dinilai baik, dan 4 responden (2.2%) dinilai buruk pengetahuannya mengenai hipertensi. Penelitian ini juga menjelaskan tujuan khusus dimana penelitian ini mencari tingkat pengetahuan dari pengertian, penyebab, gejala, pola hidup, serta komplikasi mengenai hipertensi terhadap pasien Puskesmas Kecamatan Makasar. Pada tingkat pengetahuan mengenai pengertian hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan 7 responden (4.0%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada tingkat pengetahuan mengenai penyebab hipertensi, dari 185 responden, 163 responden (88.1%) memiki pengetahuan baik, dan 22 responden (12.4%) memiliki pengetahuan buruk. Pada tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi, dari 185 responden, 170 responden (91.9%) dinilai baik, dan 15 responden (8.1%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada tingkat pengetahuan mengenai pola hidup penderita hipertensi, dari 185 responden, 153 responden (82.7%) dinilai baik, dan 32 responden (17.3%) dinilai buruk pengetahuannya. Dan yang terakhir pada tahap tingkat pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan 7 responden (3.8%) dinilai buruk pengetahuannya.
Universitas Kristen Krida Wacana
41
5.2 Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan yaitu: a. Kemampuan peneliti yang baru sekali melakukan penelitian dalam pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi data. b. Desain penelitian berupa deskripif sederhana sehingga belum bisa menggambarkan secara keseluruhan c. Tidak menggunakan variabel persepsi dan motivasi dikarenakan tidak tercukupinya pustaka mengenai hal tersebut. d. Keterbatasan waktu mengakibatkan pengambilan data yang diperoleh dari sampel hanya dilakukan 3 hari.
5.3 Saran Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang perlu untuk dipertimbangkan, saran-saran tersebut antara lain: a. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dan menginspirasi peneliti berikutnya agar bisa memperdalam gambaran tingkat pengetahuan hipertensi pada masyarakat per periode sehingga bisa menjadi patokan data tolak ukur yang digunakan untuk skala yang lebih besar lagi. b. Bagi puskesmas Pertahankan mutu pelayanan sosialisasi hipertensi pada masyarakat, dan tingkatkan. Dan menyarankan terhadap satu hal dimana kepatuhan minum obat hipertensi agar ditingkatkan. Karena peneliti mendapatkan data, pada poin pertanyaan “Hipertensi dapat disembuhkan” dari 185 responden hanya 19 responden (10.3%) yang menjawab benar. Sehingga peneliti mencemaskan poin kritis pada kepatuhan minum obat hipertensi pada pasien Puskesmas Kecamatan Makasar.
Universitas Kristen Krida Wacana
42
c. Bagi masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat turut lebih memperhatikan dan peduli terhadap sosialisasi kesehatan serta menjalankannya. Sehingga kedepannya masyarakat indonesia tidak ada yang terkena hipertensi lagi.
Universitas Kristen Krida Wacana
43
Daftar Pustaka 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan indonesia 2012. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI;2012 2. Rahajeng, Tuminah. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jurnal Kesehatan Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI Maj Kedokt Indon (Online),Volume 59 No. 12.(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909laporannasional-riskesdas-2007.pdf) 3. Bruner, Sudrath. Keperawatan Medical Bedah. Ed 8.vol 3 .Jakarta. EGC.2002.h.542 4. Depkes, RI. Masalah Hipertensi Di Indonesia.Artikel Kesehatan (Online). 2012.
Tersedia
di
:(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1909-masalahhipertensi-di-indonesia. pdf diakses 3 Agustus 2018) 5. James PA, Oparil S, Carter BL, dkk.Evidence-Based Guideline For the Management Of High Blood Pressure In Adults Report From The Panel Members Appointed To The Eighth Joint National Committee (JNC 8). Chicago.JAMA;2014. 6. Agoes, Azwar. Penyakit di Usia Tua. Palembang: EGC;2008. 7. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI . Depkes RI;2013.Tersedia di (www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin.) 8. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8.jilid 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;2002.h149-53 9. Poerwati, R.. Hubungan Stres Kerja terhadap Hipertensi pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2008. Medan: Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara;2008. 10. Diehl, Hans.Waspada Diabetes, Kolestrol, Hipertensi. Bandung: Indonesia publishing house;2007.h.47-9 11. Gray,dkk.Lectures Notes Cardiology.Jakarta:Erlangga;2005.h.243-55 12. Soeharto
I.
Penyakit
Jantung
Koroner
dan
Serangan
Jantung.Jakarta:Gramedia;2004.
Universitas Kristen Krida Wacana
44
13. Adams H.P., et al., 2003. Guidlines for The Early Management of Patients with Ischemic. Journal of The American Heart Association. 34:1056-83 Available from: http://stroke.ahajournals.org/content/34/4/1056.full 14. Knight, John F. Jantung Kuat Bernafas Lega. Bandung: Indonesia Publishing House;2006. 15. Wijaya. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto. Jakarta:2009.h.8 16. Corwin, E J . Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.388-402 17. Amir, M. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta :Intisari Media Utama;2002.h.38-41 18. Rilantono, L. Penyakit Kardiovaskuler (PKV) (1 ed.). Jakarta: Badan penerbit FKUI;2012. 19. Malasari, Nur. Hubungan Tingakat Pengetahuan Pasien Dengan Pencegahan Kekambuhan Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Grogol Kecematan Limo Kodya Depok (online). Jakarta . UPNVJ Publikasi : 2008. Tersedia di:http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2707 20. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2010. 21. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2002. 22. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2007. 23. Sinaga DC. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Pada Masyarakat yang Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina Beji Depok. Jakarta:FKUI;2012. 24. Hannan M. Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi di
Wilayah
Kerja
UPTD
Puskesmas
Ganding
Kabupaten
Sumenep.Sumenep:Jurnal kesehatan”wiraraja medika”;2009.h7-8
Universitas Kristen Krida Wacana
45
Lampiran 1
Universitas Kristen Krida Wacana
46
Universitas Kristen Krida Wacana
47
Lampiran 2
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : No telp/HP : Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner/angket yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang diselenggarakan peniliti dengan topik Gambaran Tingkat Pengetahuan Hipertensi.
Saya telah diberi tahu oleh peneliti bahwa jawaban angket bersifat jujur , sukarela , dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu dengan sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini
Jakarta,……………….. Tanda tangan,
(………………………………………….)
Universitas Kristen Krida Wacana
48
Lampiran 3 Lembar kuesioner
Kode responden
:
Tanggal pengambilan data
:
Petunjuk pengisian 1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti apabila ada yang kurang dimengerti. 2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia. 3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda. 4. Setiap pernyataan hanya berlaku satu jawaban kecuali pada data demografi no 4,5,6 Contoh: No.
Pernyataan
Setuju
1
Tekanan darah tinggi
√
Tidak setuju
merupakan pembunuh diam-diam
5. Jika ingin memperbaiki jawaban beri tanda silang (X) pada jawaban yang salah, kemudian beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
No.
Pernyataan
Setuju
1
Tekanan darah tinggi
√X
Tidak setuju
merupakan pembunuh diam-diam
Universitas Kristen Krida Wacana
49
A. Data Responden
1. Umur
:
2. Jenis kelamin
Tahun :
Laki – laki
Perempuan 3. Pendidikan
:
SD
SMP
SMA
Perguruan
Diri sendiri
Orang tua
Tidak ada
Saudara
Tinggi
4. Riwayat hipertensi
:
( bisa pilih lebih dari satu )
Kandung
5. Mendapat informasi tentang hipertensi:
Keluarga Pelayanan kesehatan Media massa/TV Lain-lain : . . . . Tidak pernah
B. Tingkat pengetahuan tentang hipertensi (tekanan darah tinggi) NO Pernyataan Hipertensi adalah penyakit infeksi 1. 2.
3.
Benar
Salah
Hipertensi merupakan peningkatan darah yang tidak menetap. Hipertensi merupakan peninggian tekanan darah dimana mencapai 110/90 mmHg
Universitas Kristen Krida Wacana
50
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11. 12.
13.
14.
15. 16.
17.
Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana tekanan darah mencapai ≥140/90 mmHg Tekanan darah mencapai ≥180/110 mmHg termasuk kedalam hipertensi berat. Tekanan darah mencapai ≥210/120 mmHg termasuk kedalam hipertensi sangat berat. Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan. Individu yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga memiliki dua kali lipat lebih besar terkena hipertensi dari pada yang tidak memiliki riwayat. Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih dapat menyebabkan hipertensi. Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi Merokok dapat meningkatkan hormone adrenaline sehingga memicu timbulnya hipertensi. Rokok dapat menimbulkan aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah nadi Zat yang terkandung dalam rokok menyebabkan jantung akan bekerja keras sehingga tekanan darah akan meninggi. Hipertensi hanya terjadi pada lansia. Gejala hipertensi terlihat dari penampilan fisik. Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala, rasa
Universitas Kristen Krida Wacana
51
18.
19. 20.
21.
22. 23.
24.
25.
26.
27.
28 29
30.
berat di tengkuk dan mudah marah Semua orang yang menderita hipertensi menunjukkan gejala seperti pusing, mimisan, dan pandangan berkunangkunang Menghilangkan obesitas termasuk dalam pengobatan hipertensi Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu yang rendah lemak merupakan makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi Aktifitas fisik seperti jalan cepat secara rutin setiap hari dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan kimia pada rokok tidak mempengaruhi pembuluh darah Berhenti merokok dapat menurunkan tekanan darah. Hipertensi merupakan dapat menyebabkan Stroke Hipertensi hanya bisa diobati dengan obatobatan dari dokter Hipertensi tidak menimbulkan komplikasi pada anggota tubuh yang lain Hipertensi mempengaruhi fungsi jantung dan Ginjal Komplikasi dari hipertensi bisa menimbulkan serangan jantung Berhenti merokok sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi Hipertensi dapat disembuhkan.
Universitas Kristen Krida Wacana
52
Lampiran 4
Universitas Kristen Krida Wacana
53
Lampiran 5 HASIL OUTPUT PENGOLAHAN DATA SPSS 1. Rerata dan Standar Deviasi dari Variabel Umur
2. Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
54
3. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
55
4. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
56
5. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
57
6. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
58
Universitas Kristen Krida Wacana
59
7. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
60
8. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi
Universitas Kristen Krida Wacana
61
Universitas Kristen Krida Wacana