Artikel_gadis_f1091161039.docx

  • Uploaded by: Gladis Monitia
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel_gadis_f1091161039.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,187
  • Pages: 5
NAMA

: GADIS MONITIA

NIM

: F1091161039

MATA KULIAH

: SISTEM SOSIAL BUDAYA DI INDONESIA

TRADISI TOLAK BALA DI RASAU JAYA UMUM

Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi adalah sebagian unsur dari sistem budaya masyarakat. Tradisi adalah suatu warisan berwujud budaya dari nenek moyang, yang telah menjalani waktu ratusan tahun dan tetap dituruti oleh mereka-mereka yang lahir belakangan. Tradisi itu diwariskan oleh nenek moyang untuk diikuti karena dianggap akan memberikan semacam pedoman hidup bagi mereka yang masih hidup. Tradisi itu dinilai sangat baik oleh mereka yang memilikinya,

bahkan dianggap tidak dapat diubah atau ditinggal oleh mereka. Tradisi itu sebagian mengandung nilai-nilai religi di negara-negara timur jauh seperti tiongkok, Thailand, jepang, philipina teristimewa terutama di Indonesia (Bungaran, 2016: 145) Dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, sejarah, tradisi dan juga budaya. Indonesia memiliki apapun yang tidak dimiliki bangsa lain didunia. Sehingga tidak heran jika banyak bangsa- bangsa lain yang iri kepada Indonesia dan mencoba untuk merebut kekayaankekayaan tersebut dari pelukan ibu pertiwi. Lalu berbagai macam kegiatanpun dilakukan untuk mencegah kekayaan yang dimiliki bumi Nusantara berpindah kepada bangsa lain. Kegiatan pembudidayaan dan cagar alam untuk sumber daya alam, pembinaan dan penanaman nilai- nilai kebangsaan untuk sumber daya manusianya, serta pembuatan sanggar- sanggar budaya untuk kekayaan budaya agar budaya yang ada tidak hilang. Namun tidak hanya itu yang dilakukan. Bahkan dari seni sastra pun ikut berlombalomba untuk melestarikan kakayaan yang dimiliki Indonesia agar tidak hilang. Banyak anak bangsa yang menonjolkan kekayaan alam ataupun kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki Indonesia kepada bangsa lain agar Indonesia dikenal dengan maksud agar dunia tahu bahwa kekayaan yang ditonjolkan itu adalah asli milik Indonesia. Tapi bagaimana jika budaya- budaya yang ada perlahan- lahan hilang? Jika sampai budaya yang sudah dikenal oleh bangsa asing perlahan- lahan hilang ditanah sendiri, akan menjadi sebuah ancaman tersendiri bagi Indonesia. Karena ini akan berakibat kepada tidak kenalnya generasi penerus bangsa ini pada budaya tersebut disaat budaya tersebut dikenal dengan baik oleh bangsa asing. Bisa- bisa budaya itu diakui oleh bangsa asing dan tidak ada perlawanan dari bangsa Indonesia. Bahaya kan? Karena hal inilah yang sering terjadi pada waktu- waktu yang lalu. Ada beberapa alasan lain yang mendasari kenapa kita, sebagai generasi penerus bangsa, diwajibkan untuk melestarikan kekayaan yang ada di Indonesia. Terutama adalah kekayaan budaya yang ada. Kenapa budaya? Karena kekayaan budaya adalah kekayaan lain dari kekayaan alam yang sudah hampir punah dan hilang. Banyak dari budaya- budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang bangsa ini yang kini sudah tidak bisa kita jumpai lagi. Karena ingin ikut serta dalam rangka melestarikan kekayaan budaya yang ada di

Indonesia agar tidak hilang terbentur era globalisasi yang semakin keras setiap harinya. untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia selalu bisa dilakukan dengan cara apapun. Banyak cara-cara yang dapat digunakan dalam melestarikan budaya lokal agar tidak semena-mena diklaim bangsa lain. Untuk menjaga dan melestarakan tradisi yang merupakan salah satu aset daerahnya, masyarakat Rasau Jaya Umum memiliki cara yaitu rutin melakukan tradisi yang merupakan budaya lokalnya. Salah satu tradisi yang rutin dilakukan masyarakat rasau jaya umum adalah tradisi Tolak Bala. Tolak bala berasal dari bahasa Melayu. Tolak atau menolak. Bala adalah musibah atau bencana. Dapat disimpulkan bahwa tolak bala adalah satu kompleks perlakuan bercorak ritual dengan tujuan menghindari kejadian buruk, sial, nasib tidak baik, atau apa saja yang tidak diingini berlaku kepada diri sendiri dan komunitas di masyarakat. Dari segi individu, perlakuan itu mungkin tidak merupakan ritual, tetapi perlakuan mengawal, mengelak, maupun menyisih. Bala tadi, tidak saja bencana yang didatangkan oleh sesuatu tenaga asing atau luar, tetapi oleh nasib atau untung diri sendiri. Di Kalimantan Barat, ritual tolak bala Melayu dikemas dalam acara robo-robo dan gawai rakyat. Salah satu contoh gawai rakyat terdapat di Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Di Desa Rasau Jaya Umum, tolak bala ini dikemas dalam kegiatan yang dinamai Pekan Gawai Rakyat. Acara ini dikemas bernuansa adat Melayu, yaitu proses ritual tolak bala atau buang-buang. Dulu, ritual serupa dilaksanakan sebagai bentuk memanjatkan puji syukur setelah masa panen. Dalam kurun belasan tahun, ritual dikemas menjadi suatu gawai yang juga bertujuan untuk mempromosikan wisata dan kearifan lokal daerah. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Dalam tradisi tolak bala terdapat beberapa ritual anatara lain: Ritual pertama adalah pemasangan ancak. Sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu dilapisi daun pisang. Dalam wadah yang berukuran kurang lebih 1×1 meter itu, disusun nasi ketan/pulut berbagai warna. Ada juga ketupat, ayam bakar, telur ayam kampung dan bahan lainnya. Setelah itu, ancak digantung di pohon, belakang rumah kepala kampung.

Selain ancak, masih ada ritual lain, yakni jamuan laut. Atau lebih dikenal dengan nama sedekah bumi. Jamuan laut termasuk dalam jenis ritual tolak bala. Upacara adat ini bertujuan untuk memberikan persembahan kepada para penunggu laut, agar kaum nelayan yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut mendapat berkah.Sepanjang aliran sungai yang dilewati, kepala kampung beserta tokoh adat lainnya melempar ketupat serta bahan lain ke sungai/laut. Dalam serangkaian ritual ini, puji dan syukur serta berdoa kepada Allah SWT dilakukan. Ritual tersebut turun temurun dari nenek moyang. Usai serangkaian ritual, seluruh masyarakat yang hadir dalam gawai pun duduk bersama di tanah beralas kerpet/terpal/koran dan membaca doa yang dipimpin pemuka agama. Setelah berdoa, makanan, yang dibawa masing-masing dan dihidangkan masyarakat, bisa disantap. Identik dengan ketupat, patlau (ketan putih), opor ayam, sambal udang, serta masakan khas Melayu lainnya. Gawai juga dijadikan ajang silaturahmi. Mengasah kekompakan masyarakat. Sehari atau dua hari sebelumnya, masyarakat di desa ini sudah disibukkan dengan menyiapkan masakan dan membuat ketupat. Seperti halnya menjelang lebaran. Ritual tolak bala sudah dilakukan sejak awal membuka kampung. Yang kini bernama Desa Rasau Jaya Umum. Dimulai sejak 1961, atau sekitar pembukaan lahan transmigrasi. Baru dikemas menjadi suatu gawai sejak 15 tahun lalu. Cikal bakalnya berawal dari selamatan kampung. Tolak bala bahasa setempatnya. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas keberhasilan panen padi maupun untuk kegiatan lainnya, semua warga kumpul bersama membawa makanan dan membaca doa selamat. Itulah yang melatar belakangi adanya kegiatan tolak bala ini. Seiring berjalannya waktu, tolak bala dikemas menjadi gawai yang dilengkapi dengan perlombaan. Permainan rakyat, hiburan rakyat, dan wisata kuliner. Sejauh ini, Pekan Gawai Rakyat sudah menjadi agenda desa. Gawai ini juga menjadi aset di Desa Rasau Jaya Umum. Gawai ini suasananya mirip dengan robo-robo di Mempawah dan Sungai Kakap. Ada bedanya, kalau robo-robo serempak dilaksanakan, tapi gawai di Rasau Jaya Umum ini berbeda waktunya.

Perlombaan dalam gawai ini diantaranya adalah lomba sampan bidar, dragon boat, maupun pangka gasing. Dan masih banyak lomba tradisional lainnya. Tradisi ini biasanya diadakan pada hari minggu dan dilaksanakan di Pelabuhan Rasau Jaya Umum. Sekian artikel Sistem Sosial Budaya Mengenai Tradisi Tolak Bala di Rasau Jaya Umum yang dapat saya tuliskan. Mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan. Karena hanya itulah yang dapat saya sampaikan sejauh mana pengetahuan saya. Semoga Bermanfaat.

Sumber: Bungaran. (2016). Tradisi, Agama dan Akspektasi Modernisasi Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Obor Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi http://www.tribunnews.com/regional/2010/06/06/warga-rasau-jaya-gelar-tolak-bala https://equator.co.id/tradisi-tolak-bala-melayu-dimulai-sejak-1961/

More Documents from "Gladis Monitia"

Callfailcause.txt
May 2020 11
April 2020 4
Doc2.docx
July 2020 3