Artikel Fix

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Fix as PDF for free.

More details

  • Words: 586
  • Pages: 2
Curhat membawa “Petaka” Beberapa bulan ini Dunia HUKUM dan INTERNET INDONESIA kembali dihebohkan dengan berita tentang keluhan konsumen. Mereka “berteriak” untuk memperjuangkan kebebasan berpendapat dan mengenai bagaimana perusahaan (dan merek) harus bertempur melawan konsumennya sendiri. Sebagai contoh, Prita Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan. Sementara itu, Fifi Tanang, digugat PT Duta Pertiwi (DP) karena dianggap mencoreng nama baik sang pengembang apartemen tersebut. Fifi akhirnya divoni enam bulan penjara. Berlaku pula kasus yang sama dengan Fifi menimpa Khoe Seng Seng alias Aseng dan Winny yang menulis surat pembaca, juga terancam penjara selama dua tahun (Media Indonesia,17 Juni 2009). Yang kesemuanya itu melakukan curhat melalui media baik itu media cetak dan media elektronik. Lalu apa yang terjadi? Fifi adalah pembeli apartemen Mangga Dua Court, yang dikembangkan oleh Duta Pertiwi. Lantaran kecewa oleh pengembang tersebut, ia menulis keluhan melalui surat pembaca di koran Kompas dan koran lainnya. Merasa bahwa keluhan tersebut dibaca banyak orang, dan dianggap mencemarkan nama baiknya, Duta Pertiwi, akhirnya membawa persoalan itu ke ranah pengadilan. Suara konsumen dihadapi dengan tindakan hukum. Prita adalah pasien RS Omni Alam Sutera yang merasa diperlakukan tidak baik ketika dirawat di Unit Gawat Darurat pada 7 Agustus 2008. Merasa keluhannya tidak ditanggapi dengan baik, akhirnya ia mengirim email keluhan ke sebuah mailing list (milis). Ia juga mengirim surat pembaca ke Detikcom. Sedangkan Aseng dan Winny adalah pemilik Kios di sebuah pusat perbelanjaan, di bilangan Jakarta Utara. Kasusnya bermula dari pengiriman surat pembaca di harian Kompas pada 26 September 2006 dengan judul ‘Duta Pertiwi Bohong’ serta Suara pembaruan edisi 20 November 2006 yang berjudul ‘Jeritan Pemilik Kios di ITC Mangga Dua’. Aseng dan Winny selaku pembeli kios merasa dirugikan karena objek yang semula dikatakan berstatus Hak Guna Bangunan (HGB) ternyata Hak Pengelolaan (HPL). Mereka mencoba bernegosiasi namun tidak mendapatkan jawaban memuaskan. Karena merasa nama baiknya dicemarkan, PT. Duta Pertiwi melaporkan surat pembaca itu ke Mabes Polri dan mengajukan gugatan secara perdata ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur. Oleh PN Jaktim, Aseng divonis kalah dan diharuskan memberikan ganti rugi sebesar Rp 1 miliar. Namun tidak bagi Winny, dalam kasusnya, PT. Duta Pertiwi lah yang dikalahkan. Berbeda dengan Fifi dan Aseng yang menulis surat pembaca di media cetak yang penyebarannya terbatas, efek keluhan Prita di media online menyebar cepat bak virus. Ternyata keluhannya kemudian beredar ke pelbagai milis dan forum di Internet, bahkan muncul di berbagai blog.

Hasil pencarian di Google dengan kata kunci “RS Omni” kini dipenuhi dengan kisah Prita vs RS Omni yang menyudutkan rumah sakit tersebut. Manajemen Rumah Sakit Omni pontang panting meredam peredaran virus negatif di dunia maya tersebut. Dan ujung-ujungnya, mereka menempuh jalur hukum. Keputusan manajemen untuk membawa kasus ke ranah hukum yang berakibat memenjarakan ibu dua anak balita itu, malah menimbulkan perlawanan massal dari pengguna Internet lewat berbagai gerakan di online sosial media, baik lewat blog, mailing list, serta social networking seperti Facebook. Mungkin cerita diatas membuat masyarakat pada umumnya dan penulis pada khususnya agak sedikit “ngeri” untuk berpendapat. Namun janganlah langsung bersikap seperti itu. Karena dari hal tersebut ternyata ada hal lain yang bisa kita ambil yaitu sebuah pelajaran. Alangkah baiknya mulai dari sekarang kita mempelajari berbagai undang-undang yang mengatur aktivitas di ranah Internet. Bacalah hak dan kewajiban kita sebagai warga negara maupun konsumen. Pahami juga etika berinternet agar tak melanggar hak orang lain. Hmm....saya rasa cukup :) Semoga tips tersebut dapat membantu agar kita tak sampai menginap di hotel prodeo seperti yang dialami Bu Prita.

Related Documents

Artikel Fix
May 2020 2
Artikel Fix Fix.doc
December 2019 29
Artikel
April 2020 61
Artikel
June 2020 55
Artikel
July 2020 41
Artikel
November 2019 56