Persembahan Istimewa Untuk mereka yang telah padam keimanan dalam hati mereka Berbahagialah kini saatnya untuk berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Bersamaan dengan perjalanan yang membawa berkah ini kami katakan: Berikanlah air mata penyesalan dan permohonan maaf di waktu malam Ikutilah para sahabat yang mengetuk pintu surga.. Kejarlah kereta api orang-orang saleh sebelum kamu terlambat Bersegeralah selama ada harapan, dan Tuhanmu pasti akan mengampuni segala kesalahan. Surga senantiasa memanggil orang-orang yang enggan diantara kamu tanpa jemu, apakah kalian memahaminya
Daftar Isi 1. Daftar Isi 1. Pendahuluan 2. Hadits ke 1 3. Hadits ke 2 4. Hadits ke 3 5. Hadits ke 4 6. Hadits ke 5 7. Hadits ke 6 8. Hadits ke 7 9. Hadits ke 8 10.Hadits ke 9 11.Hadits ke 10 12.Hadits ke 11 13.Hadits ke 12 14.Hadits ke 13 15.Hadits ke 14 16.Hadits ke 15 17.Hadits ke 16 18.Hadits ke 17 19.Hadits ke 18 20.Hadits ke 19 21.Hadits ke 20 22.Hadits ke 21 23.Hadits ke 22 24.Hadits ke 23 25.Hadits ke 24 26.Hadits ke 25 27.Hadits ke 26 28.Hadits ke 27 29.Hadits ke 28 30.Hadits ke 29 31.Hadits ke 30 32.Hadits ke 31 33.Hadits ke 32 34.Hadits ke 33 35.Hadits ke 34 36.Hadits ke 35 37.Hadits ke 36 38.Hadits ke 37 39.Hadits ke 38 40.Hadits ke 39 41.Hadits ke 40 42.Hadits ke 41 43.Hadits ke 42
Keikhlasan dan Niat Islam, Iman dan Ihsan Rukun-rukun Islam Segala amal itu tergantung akhirnya Kemungkaran dan Bid’ah Halal dan Haram Agama itu Nasehat Kesucian seorang Muslim Pembebanan itu sesuai dengan kemampuan Berdoa dan Makan Makanan Halal Wara’ dan meninggalkan perkara Syubhat Meninggalkan urusan yang tidak penting Cinta Kebaikan Kapan darah muslim itu halal Kemuliaan dan Diam Melarang marah Lemah lembut dan berbuat baik Takwa dan Akhlak Baik Perhatian dan Penjagaan Allah Rasa malu dan iman Iman dan Istiqamah Jalan menuju surga Sarana menuju kebaikan larangan berbuat dzolim Keutamaan berdzikir Diantara jalan menuju kebaikan Kebaikan dan dosa berpegang pada sunnah dan menjauhi bid’ah Jalan menuju Surga Hak-hak dan hukum-hukum Allah Keutamaan Zuhud Tidak mencelakakan dan merugikan orang lain Bukti dan Sumpah Merubah kemungkaran Sopan-santun Amal kebaikan dan pahalanya Kemuliaan Allah Kemurkaan dan Keridhaan Allah suatu yang tidak ada dosa Harapan pendek Nafsu orang mu’min Kemaafan Allah
Dengan Menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Pendahuluan Segala puji bagi Allah, kepada-Nyalah kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberikan petunjuk Allah, niscaya Allah tidak akan menyesatkannya. Dan barang siapa yang tersesat maka sekali-kali tidak akan ada pentunjuk baginya. Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya. Buku “Al-arba’iin an-nawawiyyah” dan uraiannya karangan Imam AnNawawy ini adalah diantara buku karangan yang paling bagus, bermanfaat dan buku paling ringkas dalam bidangnya. Buku 40 hadits ini mempunyai keistimewaan yang tidak ada duanya. Buku tersebut adalah buku edukasi nomor satu. Meskipun bentuknya mini namun dianggap sebagai bekal bagi para pendakwah. Ia ibarat simpanan bagi manusia awam dan lentera bagi orang-orang yang mendapatkan hidayah. Inilah yang membuat buku kumpulan tersebut memperoleh tempat mulia di antara para ulama. Mereka menyambutnya dengan cara membuat penjelasan, ulasan dan mengajarkannya dalam halaqah (majelis ta’lim) mereka serta menganjurkan murid-muridnya untuk menghafalnya. Hal itu karena dua alasan : Pertama : Hadits-hadits yang terkumpul dalam 40 hadits tersebut mengandung petunjuk-petunjuk nabawi yang tinggi nilainya untuk mengasah dan mengangkat tinggi derajat jiwa. Melahirkan dorongan kuat bagi jiwa untuk memiliki sifat beribadah dan untuk mencapai kebahagiaan dan kebaikan. Kedua : Kedudukan ilmiah yang tinggi yang diperoleh pengarang buku dan uraiannya ini karena luasnya ilmu dan pemahamannya. Ditambah lagi setelah itu, buku tersebut diedit dan disusun secara bagus oleh mendiang pengarangnya. Kami tidak perlu membeberkan secara panjang lebar mengenai biodata pengarang buku ini dan keintelektualannya. Beliau adalah seorang yang terkenal diantara para intelektual islam dan murid-muridnya. Saya telah berusaha sekuat tenaga mengedit teks buku ini dan memberikan keterangan tentangnya, dengan harapan semoga Allah SWT menerima usaha saya ini dan menjadikannya neraca kebaikan saya. Semoga Allah membalas usaha saudara-saudara saya yang telah berandil menerbitkan buku ini dalam bentuk seperti ini. Sesungguhnya Allah SWT Maha Memberi dan Maha Mulia. Dan sholawat dan salam tetap ke atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, ahli baitnya dan para sahabatnya.
Ali bin Ibrahim bin Mushthafa
Sekapur Sirih Imam Nawawy Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Pendiri langit dan bumi, Pencipta seluruh makhluk, Pengutus para rasul bagi seluruh umat manusia untuk memberikan petunjuk kepada mereka, menjelaskan hukum-hukum agama dengan dalil-dalil yang kuat dan bukti-bukti yang jelas. Puji syukur atas segala nikmat-Nya dan aku senantiasa memohon nikmat dan kemuliaannya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, Dzat Yang Maha Tunggal dan Maha Berkuasa, Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah seorang hamba, rasul dan kekasih Allah. Beliau adalah makhluk yang paling mulia. Yang dimuliakan oleh Al Qur’an, mukjizat abadi sepanjang masa dan dielu-elukan oleh sunnah-sunnah yang menjadi penerang bagi orang-orang yang meminta petunjuk. Seorang nabi yang diberikan keistimewaan dengan kata-kata yang luas dan agama yang toleran. Sholawat dan salam tetap ke atas Nabi Muhammad dan seluruh nabi dan rasul, ahli bait dan seluruh orang-orang saleh. Kami riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Abi Darda’, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Said Al-Khudry ra, melalui berbagai jalan dengan riwayat-riwayat yang berbeda-beda, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
ِمَ ْن حَفِ ظَ عَل َى ُأمّتِي أَ ْرَبعِيْ َن َحدِيْثًا مِ نْ َأ ْمرِ ِديِْنهَا َبعَثَ هُ الُ َيوْ َم اْلقِيَا َم ِة فِي ُز ْمرَ ِة اْلفُ َقهَاء .ِوَاْلعُلَمَاء “Barang siapa diantara umatku hafal 40 hadits mengenai urusan agamanya, maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat nanti termasuk kumpulan para ahli-ahli fiqih dan ulama”. 1 Dalam riwayat lain :
.ل َفقِ ْيهًا عَالِمًا ُ َبعَثَهُ ا “Allah bangkitkan ia menjadi seorang yang faqih dan berilmu” Dalam riwayat Abu Darda’:
ت َل ُه َيوْمَ اْلقِيَا َم ِة شَا ِفعًا َوشَهِ ْيدًا ُ ْوَكُن “Dan aku pada hari kiamat akan menjadi penolong dan saksi baginya” Dalam riwayat Ibnu Mas’ud ra :
ِ ُأ ْدخُ ْل ِمنْ أَيْ أْبَوَابِ الْجَّنة: ُقِ ْي َل َله “Dikatakan kepadanya : “Masuklah kamu dari pintu surga manapun kamu 1
Ditakhrij oleh Ibnu Habban dalam kitab al-Majruhin (1/124) dan Ibn Uday dalam al-Kamil (1/330) dari hadtis Ibn Abbas dan lihat ‘Ilalud daruquthni (6/33) dan “Talkhishul habir” karangan Ibn Hajar (3/93).
suka”. Dalam riwayat Ibnu Umar :
ِش َهدَاء ّ شرَ فِي ُز ْم َرةِ ال ِ ب فِي ُز ْم َرةِ اْلعُلَمَا ِء وَ ُح َ ِكُت “Maka ia akan dijadikan termasuk dalam kumpulan para ulama dan dikumpulkan bersama para syuhada’”. Para ahlu hadits sepakat bahwa itu adalah hadits lemah meskipun thuruq (jalan perawian)nya banyak. Dalam hal ini para ulama telah mengarang buku yang tidak terhitung jumlahnya. Tulisan pertama yang saya kenal adalah tulisan Abdullah bin Mubarak, lalu Muhammad bin Aslam at-Thausy al-Alim ar-Rabbani, kemudian Hasan bin Sufyan an-Nasaai, Abu Bakar al-Ajiri, Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim alAshfihani, Daruquthni, al-Hakim, Abu Nu’aiem, Abu Abdur rahman as-Salma, Abu Sa’id al-Malini, Abu Utsman as-Shabuuni, Abdullah bin Muhammad al-Anshari, Abu Bakar al-Baihaqi, dan ulama-ulama lain yang tidak terhitung jumlahnya baik itu dulu maupun sekarang. Dan saya telah memohon petunjuk kepada Allah dalam mengumpulkan 40 hadits dengan mengikuti jejak para ulama dan ahli hadits. Para ulama telah bersepakat membolehkan penggunaan hadits dhaif (lemah) tentang keutamaan suatu amal perbuatan.1 Namun demikian saya tidak berpegang pada hadits dhaif tersebut tetapi pada sabda Rasulullah dalam hadits-hadits shahihnya :
َلِيُبَلّ ِغ الشّا ِهدُ مِ ْن ُكمُ اْلغَائِب “Agar diantara kamu menjadi saksi bagi yang tidak hadir”.(HR Bukhari dan Muslim). 2 Dan sabda Rasulullah :
ضرَ ال ّلهُ ا ْم َرأً سَ ِم َع مَقَالَتِي َفوَعَاهَا َفأَدَاهَا كَمَا سَ ِم َعهَا ّ َن “Allah pasti akan membaguskan wajah seseorang yang mendengar ucapanku, lalu memahaminya dan melaksanakan sesuai dengan apa yang ia dengar”. (HR : Tirmidzi dan Ibnu Majah). Diantara para ulama ada yang mengumpulkan 40 hadits dalam inti agama, sebagian ada yang mengumpulkannya dalam masalah-masalah furu’, yang lain dalam bab Jihad, ada yang mengumpulkannya dalam bab Zuhud, yang lain mengumpulkannya dalam bab Adab dan sebagian lain mengumpulkannya dalam bab khitobah. Kesemuanya merupakan tujuan-tujuan yang benar. Dan semoga diridhai oleh Allah. Saya memandang bahwa mengumpulkan 40 hadits itu sangatlah penting. Karena 40 hadits tersebut mengandung masalah-masalah diatas tadi. Setiap hadits dari 40 hadits tersebut merupakan salah satu pondasi penting agama yang telah dilukiskan oleh para ulama bahwa poros Islam ada pada kumpulan hadits tersebut bahkan ke 40 11
Imam Nawawi tidak menyebutkan perbedaan jelas mengenai boleh tidaknya menggunakan hadits dhaif (lemah), namun Ibnu Mu’in, Bukhari, Muslim dan Abu Bakar bin al-Arabi berpendapat bahwa tidak boleh menggunakan hadits dhaif sebagai dalil. Lihat “Qawaa’idul hadits” karangan al ‘Alamah al-Qasimi. 2 Hadits Shahih : Ditakhrij oleh Bukhari dalam Bab Haji (1741 Fathul Bari) dan Muslim dalam Bab Pembagian Rampasan (1769 Abdul Baqi) dari hadits Abu Bukra r.a.
hadits tersebut dianggap sebagai separuh ajaran agama Islam, atau sepertiganya. Kemudian dalam kumpulan 40 hadits ini, saya komitmen agar kesemuanya adalah hadits-hadits yang shahih dan kebanyakan termaktub dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Saya menuliskan dengan membuang beberapa sanad hadits untuk mempermudah penghafalannya dan semoga membawa manfaat. Lalu saya lanjutkan dengan bab mengenai penjelasan kata-kata yang samar. Ada baiknya bagi orang yang mengharap kebahagiaan akhirat untuk memahami 40 hadits tersebut karena mengandung berbagai hal penting dan mencakup peringatan kepada segala bentuk ketaatan. Kesemua ini jelas bagi orang yang mau merenunginya. Kepada Allah-lah tempat aku bergantung, berserah diri dan bersandar. Segala puji syukur dan nikmat untuk-Nya serta kepada Allah-lah saya memohon taufik dan ampunan.
Hadits ke 1 Keikhlasan dan Niat
ِخطّا بِ رَضِي اللّهم َعنْه قال سَ ِم ْعتُ رَ سُولَ اللّ ه َ ْعَ نْ َأ ِميْ ِر الْ ُم ْؤمِِنيْ نَ َأبِي َحفْص عُ َم َر بْ َن ال ْ فَمَ ن,ئ مَا نَوَى ٍ ِت َوإِنّمَا لِ ُكلّ ا ْمر ِ ِإنّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنّيّا:ُصلّى اللّ هم عََليْ هِ وَ سَلّ َم َيقُول َ ج َرتُ هُ ل ُدنْيَا ْ ِت ه ْ َج َرتُ ُه إِلَى اللّ هِ وَرَ سُولِ ِه َومَ نْ كَان ْ ِج َرتُ ُه ِإلَى اللّ هِ وَرَ سُولِ ِه َفه ْ ِت ه ْ َكَان . ِج َرُتهُ ِإلَى مَا هَا َجرَ ِإلَ ْيه ْ ِحهَا َفه ُ ِيُصِيُبهَا َأوْ ِإلَى ا ْم َرَأةٍ يَ ْنك "Dari Amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Khatab, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang memperoleh balasan atas apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya semata-mata kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu benar-benar kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya hanya demi dunia yang ia harapkan ataupun karena seorang wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya hanya memperoleh apa yang ia ingini”. Diriwayatkan oleh dua imam ahli Hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fy, dan Abul husain Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairiy an-Naisabury dalam Shahihnya yang merupakan buku karangan yang paling otentik.1 Penjelasan dan Uraian Hadits Hadits diatas menunjukkan bahwa niat adalah ukuran untuk meluruskan amal perbuatan. Apabila niat itu benar maka amal perbuatannya juga benar, dan jika niat rusak maka amal perbuatannya juga rusak. Apabila ada perbuatan disertai dengan niat maka ada tiga keadaan: Pertama : Orang itu akan melakukan perbuatan karena takut kepada Allah Ta’ala dan ini dinamakan ibadah seorang hamba. Kedua : Orang itu akan melakukan perbuatan karena mengharapkan surga dan pahala dan ini dinamakan ibadah jual-beli. Ketiga : Orang itu melakukan perbuatan karena malu kepada Allah dan untuk menunaikan hak Allah dan mengungkapkan rasa syukur. Saat itu ia memandang dirinya adalah seorang yang lemah, dan hatinya merasa was-was, tidak tahu apakah perbuatannya diterima atau tidak dan ini yang dinamakan ibadah orang-orang yang merdeka. Inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah ketika ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah saat beliau melihat Rasulullah melakukan sholat malam sampai kedua mata kakinya berbekas hitam : “Wahai Rasulullah, masihkan engkau merasa terbebani oleh dosa padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau yang akan datang maupun yang telah lampau?”, Rasulullah menjawab:
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا َشكُورًا “Bukankah aku menjadi seorang hamba yang syukur?”.(HR Bukhari dan Muslim) 2 1 2
Ditakhrij oleh Bukhari (1) dan Muslim (1907). Ditakhrij oleh Bukhari (4837) dan Muslim (2820) dari hadits ‘Aisyah r.a.
Apabila dikatakan : “Manakah yang lebih afdhal, ibadah disertai dengan rasa takut ataukah pengharapan?” Jawabannya : Menurut Imam Ghazali Ibadah disertai pengharapan adalah lebih mulia, karena pengharapan mendatangkan rasa kasih sayang sedangkan rasa takut mendatangkan rasa putus asa. Dan tiga kelompok ini ada pada orang-orang yang ikhlas. Ketahuilah bahwa keikhlasan bisa tercemari oleh penyakit bangga diri. Maka barang siapa bangga dengan perbuatannya, maka amal perbuatannya sia-sia, demikian juga bagi orang yang sombong maka amal perbuatannya juga sia-sia. Keadaan kedua : seseorang melakukan sesuatu perbuatan untuk mengharap kehidupan dunia dan akhirat. Beberapa ahli ilmu berpendapat bahwa perbuatannya tidak diterima dengan mengambil dalil sabda Rasulullah dalam hadits Qudsy :
شرْ ِك َمنْ عَ ِملَ َعمَلًا أَ ْشرَ َك فِيهِ غَ ْيرِي ّ شرَكَاءِ َع ِن ال ّ قَا َل اللّ ُه تَبَارَ َك َوتَعَالَى أَنَا أَغْنَى ال َُفأَنَا بَرِيْ ٌء مِ ْنه “Allah berfirman, Aku adalah orang yang tidak ada sekutunya, maka barang siapa melakukan suatu perbuatan yang disertai niat ganda, maka Aku memutuskan hubungan dari padanya”.(HR Muslim).1 Ini juga pendapatnya Harits al- Muhasiby dalam buku : ar-Ri’aayah, ia berkata “Ikhlas adalah engkau mengharapkan balasan Allah dengan taat kepadanya, dan tidak menginginkan yang lain”. Riya’ itu ada dua : Pertama : Ia tidak mengingingkan balasan Allah dengan ketaatannya tetapi pujian dari orang-orang. Kedua : Menginginkan pujian dari orang-orang dan Allah, keduanya juga menjadikan amal perbuatan sia-sia. Pernyataan ini diambil oleh al-Hafidz Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah” dari beberapa ulama salaf, diantara mereka juga mengambil dalil dari firman Allah : “Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.(al-Hasyr : 23). Disamping Allah tidak memerlukan seorang isteri, anak maupun sekutu, Allah juga enggan menerima amal perbuatan yang mengandung niat ganda. Allah adalah Maha Tinggi lagi Maha Besar dan Maha Agung. Samarqandi mengatakan : “perbuatan yang dilakukan demi mendapatkan ridha Allah akan diterima, dan apa yang dilakukan untuk mendapatkan pujian orang pasti ditolak”. Sebagai contoh, orang yang sholat Dzuhur dan bertujuan menunaikan kewajibannya tapi memperpanjang rukun-rukunnya, bacaan-bacaannya dan memperindah keadaan sholatnya demi mendapat perhatian orang, maka asal sholatnya diterima, adapun memperindah keadaan sholatnya demi mendapatkan pujian orang tidak diterima karena tujuannya adalah mendapatkan pujian orang. 1
Ditakhrij oleh Muslim dalam Shahihnya (2985).
Syeikh ‘Izzuddin bin Abdus-salam suatu ketika ditanya : “Bagaimanakah orang yang sholat tapi memperpanjang sholatnya demi mendapatkan perhatian orang?”. Beliau menjawab : “Aku berharap semoga amal perbuatannya tidak sia-sia. Jika terjadi pada suatu amal perbuatan, yaitu ia sholat fardhu demi Allah SWT dan orang lain, maka sholatnya tidak diterima karena mempersekutukan amal perbuatan. Riya’ bisa terjadi dalam melakukan perbuatan maupun meninggalkan perbuatan”. Fudhail bin ‘Ayyaadh berkata : “Meninggalkan perbuatan karena orang adalah riya’ dan melakukan perbutan demi mendapatkan pujian orang adalah syirik. Keikhlasan menjadikan Allah mengampuni kalian dari kedua sifat tersebut”. Maksud pernyataannya adalah bahwa siapa yang berazam untuk melakukan ibadah dan meninggalkannya karena takut dilihat oleh orang maka itu namanya riya’, karena ia meninggalkan perbuatan karena orang lain. Tapi apabila meninggalkannya untuk menunaikan dalam keadaan bersendirian maka ini mustahab (dianjurkan) kecuali pada ibadah-ibadah fardhu, atau zakat atau ia menjadi seorang ulama yang dianut, maka beribadah dengan terang-terangan adalah lebih utama. Seperti halnya riya’ yang bisa menyia-nyiakan amal perbuatan, tasmi’ (melakukan perbuatan agar didengar orang) yaitu melakukan perbuatan karena Allah dalam kesendirian lalu orang-orang membincangkan apa yang telah ia lakukan. Rasulullah bersabda :
ِمَ ْن سَمّ َع سَمّعَ اللّ ُه بِهِ َومَنْ رَاءَى رَاءَى اللّ ُه بِه “Siapa orang yang melakukan perbuatan agar didengar orang, maka Allah akan memperdengarkan aib yang ada padanya, dan barang siapa yang melakukan perbuatan karena riya’, niscaya Allah akan memperlihatkan aib yang ada padanya”.(HR Bukhari dan Muslim).1 Para ulama berpendapat : Jika ia adalah seorang yang berilmu yang menjadi panutan dan ia menyebut-nyebutnya untuk mendorong orang-orang yang mendengarkannya agar melakukannya maka tidak ada salahnya. Al-Marzabani berkata : “Seorang yang menunaikan sholat membutuhkan 4 sifat sehingga nilai sholatnya menjadi lebih tinggi : hatinya hadir, akalnya sadar, rukun sholat terpenuhi dan anggota badannya khusyu’. Barang siapa sholat tanpa kehadiran hatinya maka ia sholat main-main. Siapa yang sholat tanpa kesadaran akal maka ia sholat dalam keadaan lupa. Siapa yang sholat tanpa kekhusyukan anggota tubuhnya maka sholatnya tidak benar dan siapa yang sholat dengan rukun-rukun yang benar maka ia sholat dengan sempurna”. Sabda Rasulullah : ((ِيات َّبلِّن ))إِنَّمَا الْأَعْمَالُ ِاmaksudnya adalah amal perbuatan yang ada hubungannya dengan ketaatan hamba kepada Allah, bukan amal perbuatan yang sifatnya mubah. Al-Harits al-Muhasiby berpendapat : “Keikhlasan tidak masuk dalam perkara mubah. Karena perkara mubah tidak mengandung makna mendekatkan diri kepada Allah ataupun hal yang dapat membawa hamba lebih dekat kepada Allah. Seperti meninggikan bangunan tanpa tujuan tapi malah bertujuan untuk kesombongan. Tetapi kalau mempunyai tujuan seperti meninggikan masjid dan jembatan adalah dianjurkan. Ia berpendapat bahwa ikhlas tidak boleh pada perkaraperkara haram dan makruh. Seperti orang yang melihat kepada suatu objek yang tidak boleh ia lihat dengan alasan ia memandangnya untuk merenungi ciptaan Allah SWT contohnya melihat gadis dewasa. Hal ini tidak mengandung keihklasan bahkan tujuan 1
Ditakhrij oleh Bukhari (6499) dan Muslim dari hadits Jandab bin Abdul Bajali.
mendekatkan diri sedikitpun. Ia berkata : “Kejujuran dalam menggambarkan diri seorang hamba adalah kesamaan penilaian antara yang gelap dan terang serta lahir maupun batin. Kejujuran dapat terealisasi dengan seluruh kondisi yang ada, sehingga keikhlasan memerlukan adanya kejujuran, sementara kejujuran tidak membutuhkan apapun karena hakikat keikhlasan adalah menginginkan keridhaan Allah dengan ketaatan. Kadang ia menginginkan keridhaan Allah dengan menunaikan sholat, akan tetapi ia lalai menghadirkan hati dalam sholatnya. Sementara kejujuran adalah menginginkan keridhaan Allah dengan beribadah disertai kehadiran hati. Sehingga setiap orang yang jujur pasti ikhlas tapi tidak setiap orang yang ikhlas itu jujur. Ikhlas mengandung makna berhubungan dan bercerai, karena ia bercerai dengan selain Allah dan berhubungan langsung dengan Allah. Itulah yang dimaksud melepaskan diri dari selain Allah dan merasakan nikmat dengan hadir di hadapan Allah SWT. Sabda Rasulullah (( ُالَْأعْمَال
))إِنّمَا
maksudnya adalah sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang benar, lurus, yang diterima atau amal perbuatan yang sempurna. Inilah yang diambil oleh Imam Abu Hanifah. Adapun amal-amal pebuatan yang dikecualikan misalnya membersihkan najis, mengembalikan barang-barang yang diambil dan dipinjam serta menyampaikan hadiah dan lain sebagainya. Hukum sahnya tidak bergantung kepada niat yang benar tetapi pahalanya tergantung kepada niat mendekatkan diri kepada Allah. Contoh yang sama, memberi makan hewan piaraan, apabila bermaksud memberikan makan karena mematuhi perintah Allah, maka ia akan memperoleh pahala. Jika maksud memberikan makan itu demi menjaga sisi finasialnya maka tidak ada pahala sama sekali. Al Qarafy mengecualikan kuda perang. Jika kuda tersebut digunakan berperang di jalan Allah, maka bila kuda itu minum sementara penunggangnya tidak ingin memberinya minum, ia mendapat pahala seperti diterangkan dalam Shahih Bukhari. 1 Demikian juga hal dengan isteri. Termasuk juga menutup pintu dan mematikan lampu ketika tidur, jika ia melalukan itu karena mematuhi perintah Allah, ia mendapatkan pahala, tapi jika menginginkan hal lain maka ia tidak mendapatkan apa-apa. Ketahuilah bahwa niat menurut etimologi bahasa adalah : al qasdu (bermaksud), dikatakan nawaakallahu bikhair : qasadaka bihi. Secara hukum syara’ artinya menghendaki sesuatu disertai dengan perbuatan. Jika ia berkehendak dan tidak terburu itu artinya ia berkeinginan. Maka niat disyari’atkan untuk membedakan antara kebiasaan dan ibadah atau membedakan tingkatan-tingkatan antara ibadah yang satu dengan yang lain. Contoh pertama : duduk di masjid bisa bermaksud untuk istirahat seperti biasa, dan bisa bermaksud untuk ibadah dengan niat i’tikaf (berdiam diri di dalam masjid). Maka yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan adalah niat. Demikian juga Shahih Bukhari (2860) dari hadits Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda : ٍاْلخَْيلُ لَِثلَاثَةٍ ِلرَ ُجلٍ َأ ْجرٌ وَِلرَ ُجل سِْترٌ وَ َعلَى رَ ُجلٍ ِو ْز ٌر..... “Kuda itu memberikan 3 hal : Memberikan pahala kepada empunya, menutup aib empunya dan menyebabkan dosa bagi empunya” . Dalam lanjutan hadits tersebut dikatakan : ُشرَِبتْ مِْنهُ وََلمْ ُيرِ ْد َأنْ َيسْ ِقَيهَا كَانَ ذَِلكَ َحسَنَاتٍ لَه َ َُ وََل ْو َأّنهَا َم ّرتْ ِبَن َهرٍ ف “Bila kuda itu melewati sungai lalu kuda itu minum dari sungai itu, sementara empunya tidak bermaksud memberikan minum kepadanya, maka si pemilik kuda itu mendapatkan banyak kebaikan”. 1
mandi bisa bermaksud membersihkan badan seperti biasa, dan bisa bermaksud ibadah. Yang membedakan adalah niat. Inilah yang dikatakan Rasulullah ketika beliau ditanya mengenai orang yang berperang karena riya’, berperang dengan kesombongan dan gagah berani. Manakah orang yang berperang di jalan Allah SWT? Rasulullah menjawab :
مَنْ قَاتَلَ ِلَتكُونَ َكلِ َمةُ اللّ ِه ِهيَ اْلعُ ْليَا َف ُهوَ فِي َسبِيلِ اللّ ِه َتعَالَى “Barangsiapa berperang (dengan tujuan) agar kalimat (agama) Allah terjunjung tinggi maka ia berperang di jalan Allah”.(HR Bukhari dan Muslim) 1 Contoh kedua : membedakan tingkatan-tingkatan antara ibadah yang satu dengan yang lain, seperti orang yang sholat 4 raka’at bisa menjadi sholat Dzuhur dan bisa menjadi sholat sunat, maka yang membedakan adalah niat. Demikian juga memerdekakan budak, bisa bermaksud sebagai kafarah dan bisa yang lain seperti nazar dan semacamnya. Yang membedakan adalah niat. Dalam sabda Rasulullah :
((َنوَى
ئ مَا ٍ ))وَِإنّمَا لِكُلّ ا ْم ِر
menunjukkan bahwa
dalam ibadah tidak boleh digantikan dan diwakilkan niatnya. Berbeda dengan pembagian zakat dan menyembelih hewan korban, maka niat menyembelih dan membagikan zakat bisa diwakilkan meskipun mampu untuk berniat sendiri. Dalam ibadah haji tidak boleh niat diwakilkan selama ia mampu melakukannya sendiri demikian juga membayar utang. Apabila tujuannya satu maka tidak memerlukan niat. Tapi kalau tujuannya ganda, seperti orang yang mempunyai tanggungan 2000 salah satunya untuk jaminan, lalu ia membayar hutang 1000, dan berkata aku menjadikan 1000 untuk jaminan, maka ia benar meskipun tidak berniat ketika membayar baru setelah itu ia berniat sesukanya. Menurut pendapat kami tidak syah niat diakhirkan. Sabda Rasulullah SAW :
(( ِجرَُتهُ إِلَى مَا هَا َجرَ إِلَْيه ْ ِحهَا َفه ُ ِجرَُتهُ ِإلَى دُنْيَا ُيصِيُبهَا َأوْ إِلَى ا ْمرََأةٍ يَنْك ْ ِت ه ْ )) فَمَنْ كَاَن Asal berhijrah adalah menjauhkan diri dan meninggalkan sesuatu. Makna kata hijrah diantaranya Pertama : Hijrahnya para Sahabat nabi dari Mekkah ke Habsyah (Ethiopia) ketika kaum Musyrikin Mekkah menyiksa Nabi, lalu mereka menyingkir ke Ethiopia. Peristiwa ini terjadi 5 tahun setelah Kerasulan Muhammad SAW menurut al-Baihaqi. Kedua : Hijrah dari Mekkah ke Madinah, ini terjadi 13 tahun setelah Kerasulan. Ketika itu wajib bagi setiap muslim untuk bersama Nabi SAW hijrah ke Madinah. Ada sebagian golongan yang berpendapat bahwa hijrah itu wajib dari Mekkah ke Madinah. Ini tidaklah tepat karena tidak ada kekhususan hijrah ke Madinah. Yang wajib adalah hijrah kepada Rasulullah SAW. Ibnu Araby berkata : “Para ulama membagi pergi di muka bumi itu menjadi melarikan diri dan mencari. 1
Ditakhrij oleh Bukhari (7458) dan Muslim (1904) dari hadits Abu Musa al Asy’ari r.a.
Yang Pertama terbagi menjadi 6 : Pertama : Keluar dari kawasan konflik menuju negara Islam, maka pahalanya kekal sampai hari kiamat. Hijrah yang berakhir pada masa pembebasan Mekkah dalam Sabda Rasulullah :
ِج َرةَ بَعْ َد اْل َفتْح ْ ِلَا ه “Tidak ada hijrah setelah fath (pembebasan Mekkah)”.(HR Bukhari dan Muslim). 1 Maksudnya adalah bergabung dengan Rasulullah SAW dimanapun ia berada. Kedua : Keluar dari daerah yang penuh bid’ah. Ibnu Qasim berkata : “Aku mendengar Malik berkata : “Tidak boleh bagi seseorang tinggal di kawasan ulama selalu dihujat di situ”. Ketiga : Keluar dari tempat yang penuh dengan perkara-perkara haram. Karena mencari perkara-perkara halal wajib bagi setiap orang muslim. Keempat: Melarikan diri dari penyiksaan fisik. Itu adalah nikmat Allah yang paling rendah. Jika ia mengkhawatirkan dirinya di sebuat tempat maka Allah mengizinkannya untuk keluar darinya. Melarikan diri dapat melepaskan dirinya dari kejahatan. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Ibrahim As ketika beliau takut kepada kaumnya beliau berkata : “Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat (yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku)”.(al-‘Ankabut : 26). Kemudian Allah berfirman menceritakan tentang Musa As : “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu”.(al Qashash : 21). Kelima : Keluar karena takut terjangkit sakit di negeri yang dilanda sakit menuju daerah yang aman. Rasulullah mengizinkan para pemimpin kaum keluar dari sebuah kota, ketika menganggap bahwa kota ini tidak baik untuk tempat tinggal. 2 Keenam : Keluar karena khawatir hartanya terancam. Karena harta sama sucinya dengan darah. Adapun keluar untuk mencari, terbagi menjadi 10; mencari agama dan dunia. Adapun mencari agama terbagi menjadi 9 macam : Pertama : Bepergian untuk merenung, Allah berfirman : “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka?”.(ar-Ruum : 9) Dzul Karnain telah mengadakan perjalanan mengelilingi dunia untuk melihat kemegahanannya. Kedua : Perjalanan haji Ketiga : Perjalanan perang Keempat : Perjalanan untuk mencari mata pencaharian Kelima : Perjalanan dagang, mencari tambahan pangan. Ini dibolehkan berdasarkan firman Allah : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil 1
Ditakhrij oleh Bukhari (2825), dan Muslim (353) dari hadits riwayat Abdullah bin Abbas juga Aisyah r.a. 2 Ditakhrij oleh Bukhari (5685-5686) dari hadits riwayat Anas bin Malik r.a.
perniagaan) dari Tuhanmu”.(al-Baqarah : 198). Keenam : Mencari ilmu Ketujuh : Menuju daerah-daerah yang mulia. Rasulullah bersabda :
َلَا تُشَدّ الرّحَالُ إِلّا إِلَى ثَلَاَث ِة مَسَاجِد “Tidak dianjurkan bepergian kecuali ke tiga masjid”.(HR Bukhari dan Muslim). 1 Kedepalan : Menuju daerah-daerah perbatasan untuk mempertahankannya. Kesembilan : Mengunjungi saudara-saudara . Rasulullah bersabda :
زَارَ أَخًا لَهُ فِي َق ْرَيةٍ ُأخْرَى َفأَرْصَدَ اللّهُ لَهُ عَلَى مَ ْدرَ َجتِ ِه مََلكًا فَلَمّا َأتَى عََليْهِ قَالَ َأيْنَ ُترِي ُد ك عََليْ ِه مِ ْن ِنعْ َم ٍة تَ ُرّبهَا قَالَ لَا َغيْرَ َأنّي أَ ْحَببْتُهُ فِي َ َقَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَ ِذهِ اْلقَ ْرَيةِ قَا َل هَلْ ل ِك ِبأَنّ اللّهَ قَدْ أَ َحبّكَ كَمَا أَ ْحَبْبتَهُ فِيه َ ْاللّ ِه عَ ّز وَجَلّ قَالَ فَِإنّي َرسُولُ اللّهِ إَِلي “Seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah kampung, lalu Allah mengirimkan Malaikat menantinya di tempat ia lewat. Ketika lelaki tadi melewati tempat itu, Malaikat bertanya: “kemana kamu hendak pergi?”. Ia menjawab : “Aku ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini”. Malaikat itu bertanya : “Apakah engkau mempunyai suatu keinginan darinya?” Lelaki tadi menjawab : “Tidak, aku mencintainya karena Allah”. Malaikat menjawab : “Aku adalah utusan Allah kepadamu untuk memberitahukan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah”. (HR Muslim) 2 Ketiga : Hijrahnya para suku Arab untuk bergabung dengan Rasulullah SAW untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam lalu kembali kepada kaumnya untuk mengajarkannya. Keempat : Hijrahnya orang yang masuk Islam dari penduduk Mekkah kepada Nabi Muhammad SAW lalu pulang ke kaumnya. Kelima : Hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam. Tidak wajib bagi seorang Muslim untuk menetap di negeri kafir. Al Mawardi berkata : “Kalau ia memiliki keluarga dan sanak saudara dan mampu memperlihatkan agamanya, maka ia tidak boleh hijrah, karena tempat yang ia diami adalah Dar Islam (Negara Islam)”. Keenam : Seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari tanpa sebab hukum (syar’i). Kalau ia mendiamkan selama 3 hari hukumnya makruh dan jika lebih maka haram kecuali terpaksa. Al kisah seorang lelaki mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari, sehingga saudaranya tadi mengirimkan sepucuk surat berisi serangkaian bait syair : Tuanku, engkau telah mendzalimiku Datang ku mengadu kepada Ibnu Khaitsumah Mengalirlah kisah dari kakeknya dulu Sebuah kisah diriwayatkan Dhahhak dari Ikrimah 1
Ditakhrij oleh Bukhari (1189) dan Muslim (1397) dari hadits Abu Hurairah ra dan Abu Sa’id al Khudhry r.a 2 Shahih Muslim (2567)
Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi pilihan Nabi yang diutus sebagai rahmat sekalian alam Bahwa lebih tiga hari membenci teman Tuhan tentukan hukumya haram Ketujuh : Suami meninggalkan isterinya jika telah jelas bahwa isterinya berbuat durhaka. Allah berfiman : “..dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka”.(an-Nisaa’ : 34). Termasuk dalam kategori ini adalah meninggalkan orang yang bermaksiat di suatu tempat, tidak diajak bicara, tidak dijawab salamnya dan tidak disalami. Kedelapan : Meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah. Ini adalah makna hijrah yang lebih luas. Rasulullah bersabda : (( َِورَ سُوِله
ِجرَتُ هُ إِلَى اللّ ه ْ ِت ه ْ َ))فَمَ نْ كَان
maksudnya barang
siapa berhijrah untuk bergabung dengan Allah dan Rasul-Nya dengan niat dan kehendak yang tulus maka dengan hijrahnya tersebut ia akan mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya secara hukum syara’. Rasulullah bersabda : ((
ال...ُهص إِلَى دُنْيَا يُصصِيُبهَا ُ جرَت ْ َِتص ه ْ َنص كَان ْ )) وم
Mereka
meriwayatkan bahwa seorang lelaki berhijrah dari Mekkah menuju Madinah, ia tidak mengharapkan pahala hijrah tetapi ia berhijrah untuk menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais, oleh karena itu lelaki itu dikenal dengan sebutan Muhajir Ummu Qais.1 Jika dikatakan : Nikah adalah tuntutan agama, lalu mengapa nikah disini dianggap sebagai tuntutan dunia? Jawabannya : Secara lahiriyah ia tidak berhijrah untuk nikah, tapi untuk hijrah. Apabila ia menyembunyikan maksud lain, maka ia mendapatkan celaan dan makian. Ini sama dengan orang yang pergi secara lahiriyah untuk berhaji dan untuk tujuan dagang, demikian juga dengan orang yang pergi untuk menuntut ilmu dengan maksud untuk memperoleh tampuk kepemimpinan. Sabda Rasulullah : ((ِجرَ إِلَيْ ه َ هَا
جرَتُهُ ِإلَى مَا ْ ِ ))َفهMaksudnya tidak ada pahala bagi
orang yang maksud ia berhaji adalah berniaga dan melancong. Semestinya memaknai hadits ini dengan apabila pendorong ia untuk berhaji adalah untuk berniaga. Jika motivasinya adalah benar-benar berhaji sementara berniaga adalah sampingan maka ia mendapatkan pahala tetapi pahalanya kurang dibandingkan dengan orang yang benarbenar berhaji. Jika motivasinya kedua-duanya mungkin ia akan mendapatkan pahala, karena hijrahnya tidak semata-mata untuk dunia dan mungkin juga sebaliknya, karena ia mencampur adukkan antara amal akhirat dan dunia. Tetapi hadits tersebut menentukan hukum bagi orang yang benar-benar bersih niatnya. Barangsiapa yang mempunyai dua tujuan tidak bisa dikatakan ia hanya bertujuan keduniaan. Allah SWT Maha Tahu.
1
Dalam “Jami’ul ulum Wal hikam” hal 13 al-Hafidz Ibnu Rajab berkata : “Kami tidak mendapati asal muasal cerita ini benar, Wallaahu a’lam.
Hadits Ke 2 Islam, Iman dan Ihsan
ت َيوْ مٍ إِ ْذ َ عَ ْن عُ َم ُر بْ ِن الْخَطّا بِ قَا َل َبْينَمَا َنحْ ُن ِعنْدَ رَ سُولِ اللّ هِ صَلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ ذَا ُسفَ ِر وَلَا يَعْرِفُ ه ّ شعَرِ لَا يُرَى عََليْ هِ َأثَ ُر ال ّ ب شَدِيدُ َسوَادِ ال ِ ض الثّيَا ِ طَلَ َع عََليْنَا رَجُ ٌل َشدِي ُد بَيَا ِضعَ َكفّيْه َ َصلّى اللّه عََليْ ِه وَسَلّمَ َفأَ ْسنَدَ رُ ْكَبتَيْهِ إِلَى رُ ْكبََتيْهِ َوو َ ِّمنّا أَ َحدٌ َحتّى جَلَسَ إِلَى الّنبِي َحمّدُ أَ ْخبِرْنِي عَ نِ الْإِ سْلَامِ َفقَالَ رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى اللّه عََليْ هِ وَ سَلّم َ ُعَلَى َفخِ َذيْ ِه وَقَا َل يَا م َش َهدَ أَ ْن لَا ِإلَ َه ِإلّا اللّهُ وَأَنّ مُحَ ّمدًا رَسُو ُل اللّهِ صَلّى اللّه عَ َليْ ِه وَسَ ّلمَ َوُتقِيم ْ الْإِسْلَا ُم أَ ْن َت َصدَ ْقت َ َت إِنِ اسْتَ َطعْتَ ِإلَيْهِ سَبِيلًا قَال َ ْال صّلَاةَ َوُتؤْتِ َي الزّكَا َة َوتَ صُومَ َرمَضَا َن َوتَحُجّ الْبَي ِسأَلُ ُه َويُصَدّقُهُ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَنِ الِْإيَانِ قَالَ أَ ْن تُ ْؤمِ َن بِاللّهِ َومَلَاِئكَتِ ِه وَكُتُبِه ْ َجْبنَا لَ ُه ي ِ َقَالَ َفع ِوَرُ سُ ِلهِ وَالْيَوْ ِم الْآ ِخرِ َوُتؤْمِ َن بِالْ َقدَ ِر خَيْرِ هِ َو َشرّ هِ قَالَ صَدَ ْقتَ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَ نِ الْإِحْ سَان قَالَ أَ ْن َتعُْبدَ اللّهَ َكأَنّكَ تَرَا ُه َفإِنْ لَ ْم تَكُ ْن َترَا ُه َفإِنّ ُه َيرَاكَ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَنِ السّا َعةِ قَالَ مَا ْالْمَ سْئُولُ عَ ْنهَا ِبأَعْلَ مَ مِ نَ ال سّاِئلِ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَ نْ َأمَا َرِتهَا قَالَ أَ ْن تَ ِلدَ اْلأَ َمةُ َربَّتهَا َوأَ ن ّت مَِليّا ثُم ُ ْحفَاةَ اْلعُرَاةَ اْلعَاَلةَ رِعَا َء الشّا ِء يَتَطَا َولُو نَ فِي الْبُنْيَا نِ قَا َل ثُمّ انْطَلَ قَ فََلِبث ُ َْترَى ال ْقَالَ لِي يَا عُمَرُ َأتَدْرِي مَ ِن ال سّائِلُ قُلْ تُ اللّ ُه وَرَ سُولُهُ أَعَْل مُ قَالَ َفِإنّ ُه جِ ْبرِي ُل َأتَاكُ ْم ُيعَلّ ُمكُ م )(رواه مسلم
ْدِينَ ُكم
Artinya : “Dari Umar bin Khattab, beliau berkata : “Pada suatu hari ketika kami duduk disamping Rasulullah, tiba-tiba muncullah seorang lelaki berpakaian putih bersih dan rambutnya hitam legam. Tidak terlihat bekas perjalanan jauh sedikitpun. Tidak seorangpun di antara kami yang mengenalinya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah sambil menyandarkan lututnya kepada lutut Rasulullah dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha Rasulullah seraya berkata : “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam!”. Rasulullah menjawab : “Islam itu adalah engkau harus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitul Haram jika kamu mampu”. Lelaki itu berkata : “Engkau benar”. Kami terheran-heran ia bertanya dan membenarkan. Lelaki itu bertanya kembali : “Beritahukan kepadaku tentang iman!”. Rasulullah menjawab : “Engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan percaya kepada takdir baik maupun buruk”. Lelaki itu berkata : “Engkau benar”. Lalu berkata : “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Rasulullah menjawab : “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan meskipun engkau tidak bisa melihat sesungguhnya Allah melihatmu”. Lelaki itu berkata : “Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat?”. Rasulullah menjawab : “Orang yang ditanya tidaklah lebih tahu dari pada yang bertanya”. Lelaki itu berkata: “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya”. Rasulullah menjawab: “Hamba sahaya melahirkan anak tuannya, engkau melihat
orang tidak beralas kaki, telanjang, lagi fakir berlomba-lomba meninggikan bangunan mereka”. Lalu lelaki itupun pergi dan aku terdiam lama. Rasulullahpun bertanya kepadaku : “Tahukah kamu wahai Umar, siapa orang yang bertanya tadi?”. Aku menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Rasulullah berkata : “Dia adalah Malaikat Jibril yang datang kepadamu untuk mengajarkan agamamu”. (HR Muslim) 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah (( ِالِْإيَا ن
ِ ))أَ ْخِبرْنِي عَ ن: Iman secara etimologi bahasa adalah
percaya sepenuhnya. Dalam istilah, iman adalah mempercayai secara khusus, yaitu percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Takdir baik maupun buruk. Adapun Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Tunduk kepada amal perbuatan lahiriyah. Allah SWT membedakan antara Iman dan Islam sebagaimana dalam hadits di atas. Allah berfirman : “Orang-orang Badwi berkata : “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi (katakanlah) ‘kami telah tunduk’”.(al Hujurat : 14). Karena orang-orang munafik itu melakukan sholat, berpuasa dan memberikan sedekah, akan tetapi hati mereka mengingkarinya. Maka ketika mereka mengaku-aku bahwa mereka beriman Allah mendustakan pengakuan Iman mereka karena hati mereka ingkar. Tetapi Allah membenarkan keislaman mereka karena melakukan konsekuensi keislaman mereka. Allah berfirman : “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata : “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta”.(al-Munafiquun : 1) Orang-orang munafik itu berdusta, mengakui kerasulan Rasulullah sedang hati mereka berkata lain karena ucapan mereka tidak sesuai dengan hati mereka. Syarat mengakui kerasulan adalah ucapan lisan sesuai dengan hati. Jadi kalau mereka berdusta, maka Allah SWT membeberkan kebohongan mereka. Karena iman adalah syarat syahnya Islam, maka Allah membebaskan orang-orang yang beriman lagi berserah diri. Allah berfirman: “Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri”.(adz-Dzaariyaat : 3536). Ini adalah pengecualian yang ada hubunganya antara syarat dan objek yang disyaratkan. Oleh karena itu Allah menamakan sholat itu iman. Allah berfirman: “dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”. (al-Baqarah : 143). Allah juga berfirman : “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu”.(asy-Syuura : 52). Kata iman disini bermakna sholat. Sabda Rasulullah : ((ِشرّ ه َ َو
ِ)) وَُت ْؤمِ نَ بِاْلقَ َدرِ َخْيرِ ه
dengan harakat fatha pada dal
(qadara) dan sukun (qadr). Ahli fiqih berpendapat bahwa takdir itu ada. Artinya Allah SWT telah menentukan sejak azali . Allah juga telah tahu bahwa semua itu akan terjadi pada masa dan tempat yang sudah diketahui oleh-Nya. Semua itu terjadi sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Ketahuilah bahwa takdir itu ada 4 : Pertama : Takdir dalam ilmu Allah, oleh karena itu perhatian pada hamba-Nya sudah 1
Shahih Muslim : (9)
ada sebelum hamba itu diberikan kekuasaan, kebahagian hamba-Nya sudah ada sebelum kelahirannya dan apa yang akan datang tergantung pada apa yang datang sebelumnya. Allah berfirman: “dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al Qur’an) orang yang dipalingkannya”.(adz-Dzaariyaat : 9). Artinya orang yang telah ditentukan sejak azali dipalingkan akan dipalingkan dari mendengar Al Qur’an dan beriman kepadanya di dunia. Rasulullah bersabda:
ل ِإلّ هَالِكًا ُ َل َيهْلِكُ ا “Tidaklah Allah membinasakan hamba-Nya kecuali hamba itu binasa”.1yaitu orang yang telah ditulis dalam ilmu Allah bahwa ia binasa. Kedua : Takdir dalam lauhul mahfudz. Takdir ini bisa saja berubah. Allah berfirman: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhul mahfudz).(ar-Ra’d : 38). Dari Ibnu Umar ra bahwasanya ia berkata dalam doanya : “Ya Allah jika Engkau telah menentukan aku menjadi orang yang sengsara maka hapuskanlah kesengsaraan yang ada padaku dan jadikan aku orang yang berharga”.2 Ketiga : Takdir dalam rahim. Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk menuliskan rezeki manusia, ajalnya dan hidupnya sengsara ataupun bahagia. Keempat : Allah menciptakan baik dan buruk. Allah telah menentukan datangnya ketentuan itu kepada hamba-Nya pada masa-masa yang telah diketahui. Dalil bahwa Allah telah menciptakan ketentuan baik dan buruk adalah firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka”.(al-Qamar : 47-49). Ayat ini turun kepada orang-orang yang berpaham qadariyah, hal itu dikatakan bahwa mereka ada di neraka jahanam. Dan Allah berfirman : “Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya”.(alFalaq : 1-2). Sumpah dalam ayat ini berlaku jika seorang hamba memperoleh taufik dan perlindungan maka ia akan dijauhkan dari kejahatan sebelum sampai kepadanya. Dalam hadits disebutkan :
ٌسوْ ِء وََتقْبِ ُلهُ سَعَا َدة ّ ص َد َقةَ وَصِ َل َة الرّ ْحمِ َت ْدفَ ُع مَيَْتةَ ال ّ إِنّ ال “Sesungguhnya shadaqah dan menjalin silaturahmi itu dapat menolak keburukan dan membawa kebahagiaan”.3 Dalam hadits lain disebutkan :
َ َوَيدْفَ ُع الدّعَا ُء الْبَلَا َء قَ ْبلَ اَ ْن يَ ْن ِزل,ِض َيقْتَتِلَن ِ ْإِ ّن الدّعَا َء وَالْبَلَا ِء بَ ْينَ السّمَا ِء وَالْاَر “Sesungguhnya antara doa dan bala saling bertarung diantara langit dan bumi, dan do’a dapat menolak bala sebelum bala itu datang”. Kaum Qadariyah beranggapan bahwa Allah tidaklah menakdirkan segala sesuatu sejak azali. Dan Allah tidak mengetahui sebelumnya. Semua itu datang dengan sendirinya. Allah SWT mengetahui setelah hal itu terjadi. Mereka telah berbohong terhadap Allah SWT dengan kata-kata dusta mereka. Allah Maha Tinggi dan Maha Besar. Mereka itu akhirnya pupus, lalu muncul Qadariyah pada masa-masa akhir, mereka mengatakan bahwa kebaikan itu datang daripada Allah sementara 1
Ditakhrij oleh Muslim (131) Ditakhrij oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ : 4/103-104. 3 Ditakhrij oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya (4104) dari hadits Anas bin Malik ra. Dalam isnadnya ada nama Shalih al-Muri, Yazid ar-Raqasy, keduanya dhaif. 2
keburukan datang dari selain Allah. Maha Tinggi Allah dari segala ucapan mereka. Benarlah sabda Rasulullah :
س هَ ِذ ِه الُْأمّة ُ ْجو ُ َال َقدَ ِريّ ُة م “Qadariyah adalah majusnya umat Islam”.1 Mereka disebut Majusi karena madzhabnya sama dengan madzhab orangorang Majusi. Sementara orang-orang berpaham paganisme berpendapat bahwa kebaikan adalah orang yang melakukan amal baik, dan kejelekan adalah orang yang melakukan amal buruk, maka mereka menjadi orang berpaham paganisme. Tidak berbeda dengan Qadariyah yang menisbatkan kebaikan kepada Allah sementara keburukan kepada selain Allah. Padahal Allah SWT Pencipta kebaikan dan keburukan. Imam dua Masjid dalam buku al-Irsyad berpendapat beberapa orang Qadariyah berkata bahwa mereka bukanlah orang-orang beraliran Qadariyah, tapi kalian yang Qadariyah karena keyakinan kalian akan takdir. Lalu beliau membantah orang-orang Qadariyah tadi, bahwa mereka menyandarkan takdir kepada diri mereka sendiri. Barang siapa yang mengaku-aku keburukan itu ada pada dirinya dan menyandarkan kepadanya itu lebih utama daripada orang yang menyandarkan suatu keburukan kepada selain dirinya dan mengingkari dari dirinya. Sabda Rasulullah : ((َُترَا ه
َ)) فَأَخِْبرْنِي عَ نِ اْلإِحْ سَانِ قَالَ أَ نْ َتعُْبدَ اللّ هَ كَأَنّ ك
Inilah
kedudukan melihat karena orang yang sanggup melihat Malaikat dalam sholatnya, ia akan malu untuk memalingkan mukanya ke tempat lain dan menyibukkan diri dengan yang lain. Kedudukan ihsan sama dengan kedudukan dua orang sahabat. Keterangan mengenai hal ini telah disebutkan di hadits yang pertama. Sabda Rasulullah : ((ََيرَا ك
ُ )) فَِإنّهmaksudnya Allah mengetahui meskipun kamu
lalai maupun sadar dalam sholat. Sabda Rasulullah : ((ِالسّائِل
سئُو ُل َعْنهَا ِبَأعْلَ َم مِ َن ْ ََفأَ ْخبِ ْرنِي عَ ِن السّا َعةِ قَا َل مَا الْم
)) Jawaban Rasulullah di sini menunjukkan bahwa Beliau tidak tahu kapan Hari Kiamat akan terjadi. Tapi Rasulullah mengetahui kiamat itu dari Allah SWT. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat”.(Luqman : 34). Dan Allah berfirman : “Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak datang kepada kamu melainkan dengan tibatiba”.(al-A’raaf : 187). Firman Allah : “Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya”.(al-Ahzab : 63). Barangsiapa yang berpendapat bahwa usia bumi sudah mencapai 70 ribu tahun, dan usia yang tersisa tinggal 63 ribu tahun. Pendapat keliru ini diceritakan oleh at-Thaukhy dalam “Asbaabut Tanzil” dari beberapa paranormal dan ahli hisab. Dan barangsiapa yang mengatakan bahwa usia dunia itu 7 ribu tahun, maka itu mendahului yang ghaib dan tidak boleh meyakininya. Rasulullah bersabda : ((رَبّتَهَا
)) فَأَخِْبرْنِي عَن ْصَأمَارَتِهَا قَالَ أَن ْصتَلِ َد الَْأمَ ُة.
Kata al
amaaru dan al amaaratu dua kata yang mengandung makna sama. Demikian juga dengan rabbun dan rabbatun. Kebanyakan orang mengatakan bahwa kalimat rabba 1
Ditakhrij oleh Ahmad (2/86, 406, 407) , Abu Daud (4692), Ibnu Uday (3/212) dan Ibnul Jauzi dalam “al ‘Ilalul mutanahiyah” (1/253) dari hadits Abdullah bin Umar ra. Ibnul Jauzi berkata ini tidak benar. Sementara al ‘Uqaili dalam “adh Dhuafa’” (3/9) berkata bahwa perawi dalam hadits ini lemah.
mengisyaratkan banyaknya wanita-wanita hamba sahaya untuk digauli beserta anakanaknya. Anak dari tuannya mempunyai kedudukan yang sama dengan tuannya. Karena harta manusia itu akan menjadi milik anaknya. Ada yang mengatakan bahwa maksud kata rabbatun, hamba sahaya yang melahirkan para raja, maka ibu raja adalah rakyatnya sendiri. Mungkin juga maknanya adalah bahwa seseorang menghamili hamba sahaya dan melahirkan anaknya, lalu ia menjual hamba sahaya perempuan tadi yang kemudian dibeli oleh anaknya. Ini adalah tanda-tanda Hari Kiamat. Rasulullah bersabda : ((اْلبُْنيَان
حفَاةَ اْل ُعرَاةَ اْلعَالَ َة ِرعَاءَ الشّاءِ يَتَطَاوَلُو نَ فِي ُ ْ))وَأَ نْ َترَى ال.
Al‘Aalah mengandung arti orang-orang yang fakir, jamak dari al ‘aail , kata bendanya al ‘iilah artinya kemiskinan. ‘aalar rajulu, yu’iilu ‘iilatan artinya iftaqara (membutuhkan). Ar-Ri’aa’ sama dengan ru’aatun yang artinya rakyat. Maksud ucapan Rasulullah di atas adalah rakyat jelata atau semacamnya diantara orang-orang fakir-miskin berlomba-lomba meninggikan bangunan. Karena dunia memberikan kemudahan bagi mereka sehingga mereka bersaing dalam memperindah bangunan rumah mereka. Sabda Rasulullah : ((مَِليّ ا
)) َفلَبِث
dalam riwayat ini disebutkan dengan kata
labitsa (menggunakan kata kerja lampau) menunjukkan bahwa subjeknya adalah orang ketiga. Di riwayat lain disebutkan dengan kata labitstu dengan tambahan tu yang merupakan kata ganti subjek orang pertama. Keduanya sama benarnya. Kemudian kata maliyyan dengan tasydid (tekanan) ya’ artinya diam dalam waktu yang lama. Dalam riwayat Abu Daud dan Tirmidzi disebutkan : (( ٍثَلَاثَةِ َأيّا م
َ)) َبعْد
1
artinya: “setelah 3 hari”. Dalam “Syarhut Tanbih” Al Baghawi mengatakan selang tiga hari atau lebih. Padahal secara eksplisit itu berlangsung setelah 3 malam. Makna eksplisit ini bertentangan dengan riwayat Abu Hurairah dalam haditsnya :
ْصلّى اللّه عََليْ ِه َوسَلّمَ رُدّوا عََليّ الرّجُلَ َفأَخَذُوا ِليَ ُردّوهُ فََلم َ ِثُمّ أَ ْدبَرَ الرّجُلُ َفقَالَ َرسُولُ اللّه .ُيَ َروْا َشْيئًا َفقَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم هَذَا ِجْبرِيل “Lalu lelaki itupun pergi. Rasulullah berkata : “Panggil kembali orang itu untuk menghadapku!”. Para sahabat segera mencari lelaki tadi tetapi mereka tidak melihat apa-apa. Rasulullahpun berkata : “Lelaki itu adalah Malaikat Jibril”. 2 Dari kedua hadits ini mungkin bisa diambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan Umar ra tidak mendengar langsung ucapan Rasulullah kepada para sahabat, tapi beliau sudah beranjak dulu dari majlis Rasulullah lalu Rasulullahpun memberitahukan kepada para sahabat yang masih hadir ketika itu. Baru kemudian Rasulullah memberitahukan Umar selang 3 hari karena Umar tidak ada ketika para sahabat yang tersisa diberitahu oleh Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah : ((ْك م ُ َدِين
)) هَذَا ِجْبرِيلُ َأتَاكُ ْم ُيعَلّمُكُ ْمini menunjukkan bahwa
Iman, Islam dan Ihsan disebut sebagai agama. Hadits ini menunjukkan bahwa percaya dengan adanya takdir hukumnya wajib. Dan hadits ini juga menunjukkan bahwa kita diminta untuk tidak bertanya lebih jauh mengenai masalah-masalah takdir tapi wajib menerima ketentuan Allah. Seseorang datang menghadap Ibnu Hambal dan berkata : “Berilah aku nasehat”. Ibnu Hambal menjawab : “Jika Allah telah menjamin rezeki kenapa kamu mesti gelisah?. Jika janji Allah itu benar, kenapa kamu bakhil?. Jika surga itu benar1 2
Musnad Abu Daud (4695) dan Tirmidzy (2610). Shahih Muslim dalam Bab Iman , (10).
benar ada, kenapa kamu bersantai ria? Jika pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir itu benar-benar ada mengapa mesti bersenang-senang? Jika dunia itu fana mengapa tenang-tenang saja? Jika hari pembalasan itu ada mengapa takut akan hari akhir? Jika segala sesuatu itu sudah ada ketentuan dan takdirnya mengapa mesti takut?”. Keterangan tambahan : Pengarang buku “Maqaamaatul Ulama” menyebutkan bahwa dunia itu terbagi menjadi 25 bagian. 5 bagian mengenai qadha’ dan qadar, 5 bagian berhubungan dengan ijtihad, 5 bagian berhubungan dengan kebiasaan, 5 bagian berhubungan dengan hakikat dan 5 bagian berhubungan dengan warisan. Adapun yang berhubungan dengan qadha’ dan qadar ialah : rezeki, anak, keluarga, kekuasaan dan umur. Yang berhubungan dengan ijtihad ialah : surga, neraka, kehormatan, keberanian dan menulis. Yang berhubungan dengan kebiasaan ialah makan, tidur, jalan, nikah dan buang air besar. 5 bagian yang berhubungan dengan hakikat adalah zuhud, zakat, usaha, kecantikan dan talenta. Yang berhubungan dengan warisan ialah kebaikan, interaksi, kedermawanan, kejujuran dan dapat dipercaya. Ini semua tidaklah bertentangan dengan sabda Rasulullah:
ٍُك ّل شَيْ ٍء ِبقَضَا ٍء ِوقَدَر “Segala sesuatu itu sesuai dengan qadha’ dan qadar”.(HR Muslim)1 Maksudnya ada beberapa hal yang terjadi karena ada sebab dan ada sebagian lagi yang terjadi tanpa ada sebab. Kesemuanya itu sesuai dengan ketentuan dan ketetapan Allah.
1
Ditakhrij oleh Muslim (2655) dari hadits Abdullah bin Umar dengan lafadz : ٍدر َ َِبق
كُ ّل َشيْ ٍء
Hadits Ke 3 Rukun-rukun Islam
ِعَنِ أب عبد الرحن عبد ال بْ ِن عُمَ َر بْ ِن الْخَطاب رَضِي اللّهم َعنْهمَا قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّه ح ّمدًا َ ُس َشهَادَ ِة أَ ْن لَا ِإَلهَ ِإلّا ال ّل ُه وَأَ ّن م ٍ ْصَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ بُِنيَ اْلِإسْلَامُ عَلَى خَم )(رواه البخاري و مسلم
َصوْمِ َرمَضَان َ َت و ِ َْرسُولُ ال ّل ِه وَِإقَا ِم الصّلَا ِة َوإِيتَا ِء الزّكَاةِ َوحَجّ ِ الْبَي
“Dari Abi Abdur Rahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Islam dibangun berdasarkan 5 pondasi, yaitu : Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasulullah, mendirikan sholat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan. (HR Bukhari dan Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits Ungkapan Rasulullah : (( ٍخمْ س َ
)) بُنِ يَ اْلإِ ْسلَا ُم عَلَىmaksudnya siapa orang yang
melakukan 5 perkara ini maka keislamannya telah sempurna. Layaknya seperti bangunan yang bisa berdiri dengan tiang-tiangnya, Islampun begitu juga berdiri tegak dengan tiangnya yaitu 5 perkara tersebut. Bangunan ini adalah bangunan abstrak yang menyerupai bangunan fisik. Segi persamaannya adalah bangunan fisik jika sebagian tiang penopangnya hancur maka bangunan itu tidak bisa sempurna berdiri demikian halnya dengan bangunan abstrak. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :
َالصّلَاةُ ِعمَا ُد الدّْينِ فَ َمنْ َترَ َكهَا فَ َق ْد هَدَ َم ال ّديْن “Sholat itu adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya maka ia telah menghancurkan agama”.2 Dan demikianlah perumpamaan yang lain. Diantara pernyataan-pernyataan mengenai bangunan abstrak, ada syair yang berbunyi : Pemuka agamalah yang menjaga urusan hidup kami Jika mereka lalai maka kejahatan kan dipatuhi Manusia tanpa pemimpin tak kan mampu perbaiki Pabila kaum bodoh merajai, para pemimpin tak berarti Tanpa tiang rumah tak kan berdiri Tanpa penopang gunung tak kan menjulang tinggi Allah telah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman dan munafik. Allah berfirman : “Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya diatas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik”.(at-Taubah : 109). Bangunan orang mukmin disamakan dengan orang yang mendirikan bangunannya ditengah-tengah gunung yang kokoh dan bangunan orang kafir diibaratkan dengan orang yang membangun rumahnya dekat tepi laut yang mudah longsor. Bangunannya tidak kokoh, mudah dikikis ombak laut, lalu lerengnya longsor sehingga bangunannya roboh dan jatuh ke laut lalu tenggelam. 1
Ditakhrij oleh Bukhari dalam Shahihnya (7) dan Muslim (16). Disebutkan oleh al-‘Ajluni dalam “Kasyful Khufa”.(2/40) dan ia mengambil pernyataan Imam Nawawi dalam buku itu bahwa hadits ini adalah munkar dan batil. 2
Ucapan Rasulullah SAW: (( ٍخمْ س َ
)) بُنِ َي الْإِ ْسلَا ُم عَلَىsama dengan ٍ بَمْ س, jadi
kata bantu ‘alaa mengandung makna kata bantu bi karena jika tidak maka tiang penopang itu tidak termasuk dalam bangunan. Dengan demikian jika kita mengambil makna eksplisitnya maka 5 hal tadi tidak termasuk bagian dalam Islam dan ini adalah pemahaman yang salah fatal. Kata bantu (
على
)‘alaa di situ bisa juga berarti min (
) منsebagaimana firman Allah SWT : ِإلّا عَلىَ َأ ْزوَا ِجهِم “kecuali terhadap isteri-isteri mereka”.(al-Mu’minun : 6). artinya dengan
مِنْ َأ ْزوَا ِجهِم
عَلىَ َأ ْزوَا ِجهِمdisini sama
Lima hal yang disebutkan dalam hadits adalah inti bangunan adapun penyempurnanya seperti kewajiban-kewajiban dan sunah-sunah yang lain diibaratkan hiasan rumah. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
َنن ِ ّهن َوَأدْنَاهَا ِإمَا َط ُة اْلأَذَى ع ُ َهن ِإلّا الل َ َسنبْعُو َن شُعَْب ًة َفأَفْضَلُهَا قَ ْولُ لَا ِإل َ ْعن و ٌ َانن بِض ُ الْإِي .ِِالطّرِيق “Iman itu terbagi menjadi 70 lebih, yang paling tinggi derajat imannya adalah ucapan laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan”.(HR Bukhari dan Muslim) 1 Sabda Rasulullah SAW : ((ََرمَضَا ن
صوْ ِم َ َ)) وَحَ ّج ِ اْلبَيْ تِ و
demikianlah riwayat
hadits ini mengedepankan haji daripada Ramadhan. Ini hanyalah bab urutan dalam hadits bukun urutan hukumnya. Karena puasa Ramadhan itu wajib sebelum haji. Namun dalam riwayat lain disebutkan puasa Ramadhan didahulukan dari pada haji.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (9) dan Muslim (17) dari hadits Abu Hurairah.
Hadits Ke 4 Segala amal itu tergantung akhirnya
َح ّدَثنَا رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى: َسعُودٍ رَضِي اللّهم َعنْه قَال ْ َعَ نْ أب عبد الرّحْمَن عَبْدَاللّ ِه بْ َن م َق الْمَ صْدُوقُ إنّ أَ َحدَكُ مْ ُيجْمَ ُع خَ ْلقَه فِي بَطْ نِ ُأمّ هِ أَ ْرَبعِي ُ اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّ َم َو ُهوَ ال صّا ِد ُث ِإلَيْ هِ الْمَلَ ك ُ َض َغةً مِ ْث َل َذلِ كَ ثُمّ يُ ْبع ْ ُيَوْمًا نُ ْط َف ًة ثُمّ َيكُو نُ عَ َل َقةً مِ ْث َل َذلِ كَ ثُمّ َيكُو ُن م ِخ فِيهِ الرّوحَ وَيُ ْؤمَر بِأَ ْربَعِ كَلِمَاتٍ ِبكَتبِ رِ ْز ِق ِه وََأجَلِه وَعَ َم ِلهِ َو َشقِ ّي أَ ْم سَعِي ٌد فوَال ُ ُفيَ ْنف ٌالّذِى لَا اِله غَ ْيرُهُ إِنّ َأ َحدَكُ ْم لََيعْ َم ُل بِعَ َم ِل َأ ْهلِ الْجَّن ِة حَتّى لَا َيكُونُ بَيَْنهَا وَبَيْنَ ُه ِإلّا ذِرَا ع ِب فََيعْ َملُ ِبعَ َم ِل َأهْ ِل النّارِ فََي ْد ُخلُ النّارَ َوإِنّ َأحَدَكُ ْم لََيعْ َملُ ِبعَ َم ِل َأهْل ُ فَيَ سِْبقُ عَلَيْ هِ اْلكِتَا ِب فََيعْ َملُ عَ َم َل َأهْ ِل الْجَّنة ُ ع فَيَ سِْبقُ عَلَيْ ِه الْكِتَا ٌ النّا ِر حَتّ ى مَا يَكُو ُن بَيْنَهَا َوبَيْنَ ُه إِلّا ذِرَا )(رواه البخاري و مسلم
فََيدْخُ ُلهَا
“Dari Abu Abdur rahman Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya seorang diantara kamu berada di dalam rahim ibunya selama 40 hari dalam bentuk setetes mani, lalu menjadi segumpal darah , lalu mejadi seonggok daging. Lalu Allah mengutus Malaikat supaya meniupkan ruh ke dalamnya. Lalu Malaikat itu diperintahkan dengan 4 hal ; menentukan rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya dan sengsara atau bahagia. Demi Allah sesungguhnya salah seorang diantara kamu melakukan perbuatan ahli surga sehingga seakan-akan jarak antara dia dan surga itu hanya satu hasta, lalu seperti yang sudah ditentukan iapun melakukan perbuatan ahli neraka sehingga ia masuk kedalamnya. Dan sesungguhnya salah seorang diantara kamu melakukan perbuatan ahli neraka sehingga seakanakan jarak antara ia dan neraka hanya satu hasta lalu seperti yang sudah digariskan iapun melakukan perbuatan ahli surga sehingga ia masuk kedalamnya”. (HR Bukhari dan Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Ucapan ((ُصدُوق ْ الْمَص
ُ)) َو ُهوَ الصصّادِق
maksudnya Allah bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya atau bisa diyakini kebenarannya. Sabda Rasulullah ((َِبطْ نِ ُأمّ ه
جمَ عُ خَلْقَه فِي ْ ُ)) إنّ َأحَدَكُ مْ ي
Bisa berarti Allah
menyatukan antara mani laki-laki dan perempuan lalu menciptakan dari keduanya seorang anak sebagaimana firman Allah : “Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada”.(ath-Thaariq : 6-7). Bisa juga mengandung makna bahwa Allah menyatukan dari badan semuanya. Dikatakan bahwa setetes air mani dalam fase pertama masuk ke badan perempuan 1
Ditakhrij oleh Bukhari (3208) dan Muslim (2643)
selama 40 hari yang disebut dengan hari-hari mengidam. Setelah itu Allah kumpulkan dan jadikan seperti ujung jari bayi, lalu membentuk segumpal darah. Terus masuk pada fase kedua bentuknya mulai membesar sehingga menjadi segumpal daging. Disebut sebagai segumpal daging karena seukuran dengan sesuap makanan yang dikunyah. Lalu pada fase yang ketiga Allah membentuk gumpalan daging itu menjadi beberapa bagian diantaranya telinga, mata, hidung dan mulut dan membentuk di dalam gumpalan daging itu usus kecil dan besar. Allah berfirman : “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”.(Ali Imran : 6). Jika setelah mencapai genap fase ketiga, yaitu 40 hari maka pada usia 4 bulan janin diberi ruh. Allah berfirman : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (bapakmu Adam) kemudian dari nutfah (keturunan Adam) (nutfah adalah setetes mani asalnya adalah setetes air yang sangat sedikit sekali jama’nya adalah nutaf), kemudian dari mu’allaqah (segumpal darah yang membeku,setetes mani itu berubah menjadi segumpal darah), kemudian dari mudhghah (segumpal daging) yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna kejadiannya”.(al-Hajj : 5). Ibnu Abbas berkata : mukhallaqah itu artinya sempurna, sementara ghairu mukhallaqah itu artinya tidak sempurna atau kurang sempurna. Mujahid berpendapat terbentuk dan tidak terbentuk yang artinya gugur. Dari Ibnu Abbas ra berkata : “Jika mani berdiam di dalam rahim perempuan, Malaikat memegangnya dengan telapak tangannya dan bertanya kepada Allah: “Ya Allah disempurnakan atau tidak disempurnakan? Jika Allah berkata : tidak disempurnakan, maka Malaikat membiarkan tetesan mani itu menjadi darah tanpa ruh. Dan jika Allah berkata : disempurnakan, maka Malaikat bertanya: Ya Allah, lelaki atau perempuan? Bahagia atau sengsara? Bagaimana rezeki dan kapan ajalnya? Dimanakah ia meninggal nanti? Allah perintahkan kepada Malaikat : Pergilah kamu ke lauhul mahfudz, niscaya semuanya ada disitu. Lalu sang Malaikat pergi dan mendapatinya dalam lauhul mahfudz kemudian menghapusnya. Dan gumpalan darah terus bersama Malaikat sampai sempurna.”. Sehingga dikatakan kebahagiaan ada sebelum kelahiran. Sabda Rasulullah SAW : ((ُاْلكِتَا ب
ِسبِ ُق عََليْ ه ْ َ )) َفيmaksudnya yang telah tertera
dalam ilmu Allah, ataupun tertulis dalam lauhul mauhfudz ataupun yang telah ada selama dalam perut ibu. Sebelumnya telah disebutkan bahwa takdir itu ada 4. Ucapan Rasulullah SAW : ((ٌِذرَا ع
)) حَتّ ى مَا يَكُو ُن بَيْنَهَا وَبَْينَ هُ إِلّاadalah sebuah
perumpamaan dan pendekatan nalar. Maksudnya adalah suatu masa di akhir hayat manusia, bukannya hakekat hasta itu sendiri. Seorang kafir jika mengucapkan syahadah lalu meninggal maka ia masuk surga. Dan seorang muslim jika di akhir hidupnya mengucapkan kata-kata kufur maka ia masuk neraka. Hadits tersebut menjelaskan bahwa masuk surga dan neraka itu tidak bisa dipastikan meskipun ia melakukan berbagai amal baik maupun buruk. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh hanya menyandarkan pada amalnya saja dan tidak boleh bangga dengan amalnya karena ia tidak tahu bagaimana akhir hidupnya nanti. Setiap orang harus senantiasa memohon kepada Allah agar husnul khatimah dan memohon perlindungan Allah agar dijauhkan dari suu’ul khatimah.
Jika ditanya mengenai firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik”.(al-Kahfi : 30). Makna tersurat dari ayat diatas adalah bahwa amal saleh yang dilakukan oleh seorang yang benar-benar ikhlas akan diterima. Dan jika amal saleh diterima oleh Allah, maka ia selamat dari suu’ul khatimah. Jawabannya dua : Itu tergantung syarat diterimanya dan husnul khatimah. Bisa saja orang yang beriman dan ikhlas beramal maka akhir hayatnya pasti baik. Adapun yang suu’ul khatimah itu ada pada orang yang beramal jelek ataupun amalnya ia campur dengan amal saleh yang sudah diracuni oleh riya’ dan mencari reputasi. Ini diterangkan dalam sebuah hadits lain :
ِإِ ّن أَ َحدَ ُكمْ لََيعْ َملُ َع َملَ َأ ْهلِ الْجَّن ِة فِيمَا يَ ْبدُو لِلنّاس “Sesungguhnya ada salah seorang diantara kamu yang melakukan amal perbuatan ahli surga agar dilihat oleh orang lain”.(HR Bukhari dan Muslim).1 Maksudnya melakukan perbuatan baik sehingga terlihat oleh mereka secara lahiriyah baik padahal ia menyimpan keburukan hati. Wallahu a’alam. Hadits itu juga menganjurkan untuk bersumpah untuk menguatkan ketetapan dalam hati. Allah SWT banyak menggunakan sumpah dalam firman-firman-Nya diantaranya : “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi).(adz-Dzaariyaat : 23). Dan Allah berfirman: “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah dikerjakan”.(at-Taghaabun : 7). Wallahu a’lam
1
Ditakhrij oleh Bukhari (6607) dan Muslim (112) dari hadits Sahal bin Sa’ad ra.
Hadits Ke 5 Kemungkaran dan Bid’ah
ث فِي َأ ْمرِنَا َ َصلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ َمنْ َأ ْحد َ ِشةَ قَاَلتْ قَالَ َرسُولُ اللّه َ ِعَ ْن أم عَبْدِ ال عَائ )(رواه البخاري ومسلم
ّس مِ ْنهُ َف ُهوَ َرد َ َْهذَا مَا لَي
ّ َمنْ عَ ِملَ عَ َملًا لَيْسَ عَلَ ْيهِ أَ ْم ُرنَا َف ُهوَ َرد: ف رواية لسلم “Dari ummil mukminin ‘Aisyah ra beliau berkata: Rasulullah telah bersabda: “Barangsiapa melalukan hal baru dalam syari’at kita maka amalnya tidak diterima”. (HR Bukhari dan Muslim).1 Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak ada dalam syari’at kami maka amalnya tidak diterima”.(HR Muslim).2 Penjelasan Sabda Rasulullah SAW: ((
ّْهص َف ُهوَ َرد ُ ْسص مِن َ َثص ف ِي َأ ْمرِن َا هَذَا م َا لَي َ َنص أَحْد ْ ))م
menunjukkan bahwa berbagai macam ibadah dari mandi, wudhu, puasa dan sholat jika dilakukan menyalahi aturan syara’, maka tidak diterima. Jadi sesuatu yang diambil dengan akad salah maka harus dikembalikan kepada pemiliknya tidak bisa dimiliki. Rasulullah pernah berkata kepada orang yang berkata kepadanya: “Sesungguhnya anakku seorang pesuruh orang ini, lalu berbuat zina dengan isteri majikan. Dan aku diberitahu bahwa anakku harus dirajam. Tetapi aku menebusnya dengan 100 kambing dan hamba sahaya. Rasulullah pun menjawab:
َالْ َولِيدَ ُة وَاْلغََنمُ َردّ عَلَ ْيك “Hamba sahaya dan kambingnya dikembalikan kepadamu”.(HR Bukhari dan Muslim). 3 Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mengadakan hal baru dalam urusan agama yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka ia mendapatkan dosa, amalnya ditolak dan berhak mendapatkan ancaman Allah. Rasulullah pernah bersabda :
ِح ِدثًا َفعَلَ ْيهِ َلعَْنةُ ال ّله ْ ُث حَ َدثًا َأوْ آوَى م َ ََو َمنْ َأ ْحد “Dan barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam agama ataupun menolong orang yang berbuat jahat, maka ia mendapat laknat Allah”.4
1
Ditakhrij oleh Bukhari (2697) dan Muslim (1718) Shahih Muslim (1718). 3 Ditakhrij oleh Bukhari (2724, 2725) dan Muslim (1697) dari hadits Abu Hurairah dan Khalid al Juhni. 4 Ditakhrij oleh Abu Daud (4530), Nasa’i (8/19-20) dari hadits Ali bin Abu Thalib ra , dan hadits ini dikatakan shahih oleh al Albani dalam “al Irwaa” : (2209). 2
Hadits Ke 6 Halal dan Haram
ِعَ نْ َأبِي عَبْدِ اللّه الّنعْمَا ِن بْ ِن بَشِيٍ قَالَ سَ ِم ْعتُهُ َيقُولُ َس ِمعْتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّهم عََليْ ه َي مِ ن ٌ ِت لَا َيعْلَ ُم ُهنّ كَث ٌ حرَا مَ بَيّ نٌ َوبَيَْنهُمَا ُمشْتَِبهَا َ ْ إِنّ الْحَلَا َل بَيّ نٌ َوإِنّ ال: ِ ُوَ سَلّ َم َيقُول ِحرَام َ ْس فَمَ ِن اتّقَى الشُّبهَاتِ اسْتَ ْب َرأَ ِلدِينِهِ وَ ِعرْضِ ِه َومَ ْن َوقَ َع فِي الشُّبهَاتِ َوقَ َع فِي ال ِ النّا ك حِمًى َألَا َوإِنّ حِمَى ٍ ِحمَى يُوشِكُ أَ ْن َي ْرتَ َع فِيهِ َألَا َوإِنّ ِل ُكلّ مَل ِ ْكَالرّاعِي َيرْعَى حَ ْولَ ال ْسدَت َ َسدُ كُلّ ُه وَِإذَا ف َ َح الْج َ َض َغةً ِإذَا صَ َلحَتْ صَل ْ ُس ِد م َ َاللّ هِ مَحَا ِرمُ هُ َألَا َوإِنّ فِي الْج )(رواه البخارى و مسلم
ُسدُ كُّلهُ َألَا َو ِهيَ اْلقَلْب َج َ َْفسَ َد ال
“Dari Abu abdullah Nu’man bin Basyir ia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah SAW berkata : “Sesungguhnya halal dan haram itu jelas dan diantara keduanya adalah perkara-perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Barangsiapa menjaga dari perkara-perkara syubhat maka ia membersihkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terperangkap dalam perkara-perkara syubhat maka ia jatuh dalam perkara haram seperti seorang penggembala yang menggembala di sekitar tanah lapang milik orang lain. Bukankah setiap pemilik memiliki pelindung, bukankah larangan Allah itu adalah hal-hal yang diharamkan Allah. Bukankah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika tubuhnya baik maka baik pula seluruhnya dan jika rusak maka rusak seluruhnya. Itulah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Rasulullah bersabda: ((ِهص ِ ِهص َو ِعرْض ِ اسصْبرَأَ لِدِين ََاتص ْت ِ الشُّبه
َنص اتّقَى ِ )) فَم
maksudnya
mencari kebersihan agama dan menjauhkan dari kesyubhatan. Adapun bersihnya kehormatan jika ia tidak meninggalkan kesyubhatan, maka orang-orang bodoh pasti menyerangnya dengan fitnah dan menuduhnya melakukan perbuatan haram, maka hal ini bisa menjadi penyebab mereka jatuh ke dalam dosa. Rasulullah telah bersabda:
ِف الّتهْم َ ِف َموْق ُ ِل وَالْيَوْ ِم الْآ ِخ ِر فَلَا َيق ِ َمنْ كَا َن ُيؤْ ِمنُ بِا “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, maka sekali-kali jangan berdiri di tempat syubhat”.2 Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib ra bahwasanya ia berkata : “Jauhkan dirimu dari hal yang dianggap oleh hati munkar, meskipun kamu mempunyai alasan. Karena bisa saja orang yang mendengar kemungkaran tidak bisa kamu yakinkan dengan alasan”. Dalam Shahih Tirmidzi bahwasanya Rasulullah bersabda :
ْصرِف َ ْث أَ َحدُ ُكمْ فِي الصّلَا ِة فَلَْي ْأخُ ْذ ِبأَْن ِفهِ ُث ّم لِيَن َ َِإذَا َأ ْحد “Jika ada seorang diantara kamu berhadats ketika sholat, maka ia harus 1 2
Ditakhrij oleh Bukhari (52) dan Muslim (1599). Saya tidak mendapati hadits ini.
menutup hidung dan keluar dari barisan sholat”.1 Sabda Rasulullah SAW: (( ِحرَا م َ ْال
ت وَقَ َع فِي ِ )) َومَ نْ َوقَ عَ فِي الشُّبهَاmengandung
dua makna, pertama : ia jatuh ke dalam perkara haram padahal ia menyangka tidak haram, kedua : ia sengaja berada di dekatnya hingga jatuh ke dalam perbuatan haram. Seperti dikatakan bahwa kemaksiatan itu ibarat kurir kekufuran karena jika jiwa manusia berbuat kesalahan, maka sedikit demi sedikit pasti melakukan perbuatan dosa yang lebih besar. Allah sebutkan dalam firman-Nya : “...dan mereka membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”.(Ali Imran : 112). Maksudnya orang-orang yahudi itu mulanya berbuat maksiat kemudian bertambah sampai membunuh nabi-nabi mereka. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
ُق الْحَ ْب َل فَُتقْطَ ُع َي ُده ُ ِض َة فَُتقْطَ ُع َي ُدهُ َوَيسْر َ ْق الْبَي ُ َِلعَ َن اللّ ُه السّارِقَ َيسْر “Allah melaknat pencuri yang mencuri telur lalu dipotong tangannya setelah itu ia mencuri tali dan dipotong tangannya”.2 Maksudnya kejahatannya meningkat dari mencuri telur dan tali sampai kadar mencuri. (( )) الِمًى: padang rumput milik orang lain yang dilindungi. Barang siapa menggembala di dekat padang rumput milik orang lain maka bisa-bisa gembalanya akan masuk ke padang rumput tersebut, sehigga makan di padang rumput itu. Lain apabila menggembala jauh dari padang rumput orang lain. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang diharamkan memiliki kawasan yang melindunginya. Kemaluan adalah haram yang dilindungi dan dua paha yang menjadi bagian yang mengantar pada sesuatu yang diharamkan itu. Maka setiap orang harus menjauhkan diri dari sesuatu yang membawa ke perbuatan haram dan perbuatan haram itu sendiri. Perbuatan yang diharamkan itu jelas haram sementara pembawa kepada perbuatan haram tadi dilarang karena bisa menyebabkan seseorang berbuat haram. Rasulullah bersabda: (( ًضغَة ْ ُم
َسصِد َ )) أَلَا وَإِنّ فِي الْج
artinya di dalam tubuh
manusia ada segumpal daging, jika khusyuk maka anggota tubuhnya juga khusyuk dan jika penuh ambisi maka anggota tubuhnya juga penuh ambisi. Bila rusak maka rusaklah seluruhnya. Para ulama berpendapat badan manusia itu ibarat kerajaan dan jiwa itu kotanya, hatinya adalah pusat kerajaan, anggota tubuh ibarat pelayan, kekuatan batin ibarat lampu kota, akal ibarat menteri yang penuh kasih dan pemberi nasehat, syahwat penuntut rezeki pelayan, kemarahan ibarat kepala pengaman, ia adalah seorang rakyat yang suka menipu dan buruk perangainya, menyerupai seorang penasehat. Namun nasehatnya ibarat racun yang mematikan. Ia selalu berusaha menentang menteri yang bijaksana. Imajinasi yang ada di bagian depan otak ibarat sebuah gudang. Keintelektualan yang ada di bagian tengah otak, daya memori yang ada di bagian belakang otak dan lidah ibarat penerjemah. Pancaindera ibarat spionase. Masing1 2
Ditakhrij oleh Abu Daud (1114), Tirmidzi (1164) dan Ibnu Majah (1222). Ditakhrij oleh Bukhari (6783), Muslim (1687) dari hadits Abu Hurairah ra.
masing patuh pada tukangnya masing-masing. Mata tunduk kepada pakar dunia warna, telinga patuh pada ahli suara demikian juga yang lain karena mereka merupakan pakar dan ahli. Dikatakan juga badan itu ibarat kurir yang mengantarkan sesuatu kepada jiwa. Ada yang mengatakan bahwa indera pendengar, penglihat dan penciuman seperti sumber daya yang dipakai oleh jiwa. Hati itu laksana raja, jika sang pemimpin baik maka rakyatnyapun baik, dan jika rusak rakyatnyapun ikut rusak. Baiknya hati itu karena bersih dari penyakit-penyakit batiniyah seperti marah, dengki, iri, kikir, bakhil, sombong, angkuh, riya’, mencari reputasi, penipu, ambisius, rakus dan tidak ridha dengan ketentuan Allah. Adapun penyakit-penyakit hati banyak mencapai 40 macam. Semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit-penyakit itu dan menjadikan kita termasuk orang yang menghadap Allah dengan hati yang suci.
Hadits Ke 7 Agama itu Nasehat
ُحة َ الدّي نُ النّ صِي:ََ عَ نْ أب رقية تَمِي ٍم بْ نِ َأوْ سٍ الدّارِيّ َأنّ النِّبيّ صَلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ قَال )(رواه مسلم
ْ لِ ّل ِه َولِكِتَابِ ِه َولِ َرسُوِلهِ َوِلأَئِ ّم ِة الْ ُمسْلِمِيَ وَعَامِّت ِهم:َ لِ َمنْ؟ قَال:قُلْنَا
“Dari Abi Ruqayyah Tamim bin Aus ad Daari berkata bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya agama itu nasehat”. Kami bertanya: Untuk siapa ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan untuk pemimpin-pemimpin kaum Muslimin serta rakyat mereka”.(HR Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : ((َْوعَامِّتهِ م
َسلِ ِمي ْ )) الدّي ُن النّ صِيحَ ُة لِلّ هِ وَلِ ِكتَابِ هِ وَِل َر سُوِل ِه وَلِأَئِمّةِ الْ ُم
Khatabi berkata: Nasehat adalah kata yang singkat tapi mengandung makna luas. Arti nasehat adalah memberikan kemakmuran kepada orang yang diberi nasehat. Ada yang mengatakan((ُ )) النّ صِيحَةberasal dari kata nashoha ar rajulu tsaubahu idza khaathahu . Bangsa Arab menyerupakan pekerjaan seorang yang memberikan nasehat dalam memilah-milah kata-kata yang pantas untuk memperbaiki orang yang dinasehati dengan sesuatu yang bisa menutup baju yang koyak. Ada yang mengatakan bahwa kata ((ُحة َ )) النّ صِيdiambil dari nashohta al ‘asala, idza shafaitahu minasy syam’i . Mereka menyamakan pekerjaan memurnikan perkataan dari kepalsuan dengan menyaring madu dari campurannya. Para ulama berpendapat : Adapun Nasehat bagi Allah maksudnya setiap muslim harus beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, tidak mengingkari sifat-sifat-Nya, mengakui Allah dengan sifat-sifat sempurna dan agung-Nya, menyucikan Allah SWT dari segala sifat lemah, taat kepada Allah, menjauhi maksiat, cinta karena Allah, benci karena Allah, mengasihi orang yang taat kepada-Nya dan memerangi orang yang durhaka kepada-Nya, memerangi orang yang kufur kepadaNya, mengakui dan mensyukuri nikmat-Nya, ikhlas dalam segala tindakan, berdoa dengan semua sifat yang telah disebutkan dan berusaha untuk memiliki sifat-sifatNya, berbuat baik kepada semua orang atau orang yang mau memiliki sifat-sifat-Nya. Hakikat sifat-sifat ini kembali kepada hamba dalam menasehati dirinya sendiri. Dan Allah tidak membutuhkan nasehat siapapun. Adapun nasehat bagi Kitab Allah maksudnya beriman bahwa Al Qur’an Allah itu adalah perkataan Allah dan wahyu-Nya. Tidak sama dengan perkataan manusia dan tak seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup membuat serupa dengannya. Setiap orang harus mengagungkan Al Qur’an, membacanya dengan benar, memperindah bacaannya, khikmat di hadapannya, membetulkan makhraj hurufnya dalam bacaan, menjaganya dari penyeleweng, menghujat para pemfitnah, mempercayai isi Al Qur’an, patuh pada hukum-hukum Al Qur’an, memahami ilmuilmunya, mengambil pelajaran yang ada di dalamnya, merenungi keajaibannya, melaksanakan ayat-ayatnya yang jelas dan menerima ayat-ayat yang samar, mencari makna umum dan khusus, nasikh dan mansukhnya, menyebarkan ilmunya dan mengajak orang-orang untuk beriman kepada Al Qur’an serta kepada hal-hal yang telah kami sebutkan di atas. 1
Shahih Muslim (55)
Adapun nasehat bagi Rasulullah SAW maksudnya membenarkan kerasulannya, mengimani segala yang beliau bawa, menaati perintah dan larangannya, membelanya hidup atau mati, memerangi orang yang memeranginya, menolong orang yang menolongnya, memuliakan dan menghormatinya, menghidupkan sunnahsunnahnya, menyebarluaskan dakwah dan ajarannya, membersihkan dakwahnya dari tuduhan buruk, menyebarkan ilmu-ilmu hadits dan mendalaminya, mengajak kepadanya, lemah-lembut dalam mempelajari dan mengajarkannya, mengagungkan dakwahnya, sopan dalam membaca hadits, menahan diri dari perkataan mengenai hadits tanpa ilmu, menghormati ahli hadits, berakhlak dan beradab seperti Rasulullah, mencintai ahli bait dan para sahabatnya, menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah ataupun mencela salah satu sahabatnya dan lain sebagainya. Adapun nasehat bagi pemimpin kaum Muslimin artinya adalah membantu mereka dalam kebaikan, menaati perintah dan larangan mereka, menegur mereka dengan halus, memberitahukan apa yang telah mereka lupakan dan menyampaikan hak-hak kaum muslimin yang belum sampai kepada mereka, tidak memberontak, mengajak kaum muslimin untuk taat kepada mereka. Khattabi berpendapat diantara nasehat bagi mereka adalah sholat di belakang mereka, berperang bersama mereka, membayarkan sedekah kepada mereka, tidak memberontak jika di antara mereka berbuat lalim dan sewenang-wenang, tidak terpengaruh dengan pujian palsu kepada mereka dan mengharap mereka untuk memperbaiki. Ibnu Baththal berpendapat hadits ini menunjukkan bahwa nasehat itu disebut sebagai agama dan keislaman. Agama itu berbentuk perbuatan dan perkataan. Beliau berkata : “memberikan nasehat adalah kewajiban yang bisa mendatangkan pahala bagi orang yang melakukannya dan merupakan wajib kifayah. Beliau menyebutkan : “Memberikan nasehat hukumnya wajib dalam hal taat, jika seseorang mengetahui bahwa nasehatnya bisa diterima, perintahnya bisa ditaati dan yakin selamat dari halhal buruk. Tapi apabila ia khawatir terhadap kesalamatan dirinya maka ia tidak perlu memberikan nasehat. Wallahu a’lam”. Jika dikatakan bahwa di dalam hadits Shahih Bukhari telah disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
ُح َله ْ َح َأ َحدُكُ ْم َأخَا ُه فَلْيَنْص َ َِإذَا اسْتَنْص “Jika seseorang di antara kamu meminta nasehat kepada saudaranya hendaknyalah ia memberikan nasehat kepadanya”.1 Hadits ini menunjukkan bahwa kewajiban memberikan nasehat itu tergantung pada permintaan bukan mutlak wajib. Makna syarat merupakan alasan bagi pengkhususan lafadz yang masih umum. Jawabannya : Barangkali hal itu bisa diibaratkan kepada urusan duniawi seperti menikahi seorang perempuan atau bermu’amalah dengan orang lain dan sebagainya. Menikahi seorang perempuan secara umum adalah urusan duniwai tapi termasuk urusan agama yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Wallahu a’alam.
1
Ditakhrij oleh Bukhari sebagai komentar (4/433 – Fathul Bari) dan Muslim (2162)
Hadits Ke 8 Kesucian Seorang Muslim
ت أَ ْن ُأقَاتِ َل النّا سَ حَتّ ى ُ ْ ُأمِر:َصلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ قَال َ ِعَ ِن ابْ ِن عُ َمرَ أَنّ رَ سُولَ اللّ ه ح ّمدًا رَ سُولُ اللّ ِه َويُقِيمُوا ال صّلَاةَ َوُيؤْتُوا الزّكَا َة َفِإذَا َ َُيشْ َهدُوا أَ ْن لَا ِإلَ هَ ِإلّا اللّ هُ َوأَنّ م (رواه
ِحقّ اْلإِ سْلَا ِم وَحِ سَابُ ُهمْ عَلَى اللّ ه َ َِفعَلُوا ذَلِ كَ عَ صَمُوا مِنّي ِدمَا َءهُ ْم َوأَ ْموَاَلهُ مْ ِإلّا ب )البخاري ومسلم
“Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat dan membayar zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka mereka menjaga darah dan hartanya dariku kecuali mereka melanggar peraturan agama Islam (maka aku akan membunuh mereka) dan Allahlah yang membuat perhitungan bagi mereka”. (HR Bukhari dan Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : (( ال...
ُ )) ُأ ِمرْتmenunjukkan bahwa bentuk perintah secara
umum menunjukkan suatu kewajiban. Sabda Rasulullah : ((ْوََأ ْموَاَلهُ م
)) فَِإذَا َفعَلُوا ذَلِ كَ عَ صَمُوا مِنّي ِدمَا َءهُ ْمjika ada yang
mengatakan : puasa dan haji termasuk dalam rukun Islam kenapa Rasulullah tidak menyebutkannya dalam hadits tersebut? Jawabannya : bahwa kalau puasa, orang tidak diperangi karena meninggalkannya, tetapi hendaknya ia mencegah dari makan dan minum. Sementara haji itu dilakukan pelan-pelan, maka tidak diperangi orang yang tidak melaksanakan haji. Jadi Rasulullah hanya menyebutkan 3 golongan manusia tersebut karena Rasulullah memerangi orang yang meninggalkan 3 perkara tersebut. Oleh karena itu Rasulullah tidak menyebutkan masalah puasa dan haji ketika beliau mengutus Mu’adz ke Yaman, tapi hanya menyebutkan 3 golongan tersebut. Rasulullah bersabda: (( ِصلَام ْ بِحَقّص الْإِس
)) ِإلّا
di antara hak Islam adalah
melaksanakan kewajiban agama. Barangsiapa meninggalkan kewajiban maka boleh diperangi, seperti orang yang bertindak sewenang-wenang, perampok, pengacau, tidak mau membayar zakat, tidak mau memberikan sumber airnya bagi orang yang membutuhkan dan hewan ternak yang kehausan, seorang penjahat, tidak mau membayar utang padahal mampu, penzinah yang sudah dewasa dan orang yang meninggalkan sholat jum’at tanpa uzur dan meninggalkan wudhu. Maka dalam keadaan seperti di atas boleh dibunuh dan diperangi demikian juga kalau seandainya ia meninggalkan sholat jama’ah dan kita telah mengatakan bahwa itu fardhu ‘ain ataupun fardhu kifayah. Rasulullah bersabda : ((ّهص ِ الل
)) وَحِسصَاُبهُ ْم َعلَى
maksudnya orang yang
bersyahadah, mendirikan sholat dan membayar zakat maka darah dan hartanya aman. Lalu jika ia melakukan itu dengan niat ikhlas maka ia benar-benar orang yang beriman. Jika ia melakukannya takut akan pedang maka ia seperti orang munafik dan Allahlah pembuat perhitungan baginya. Dia-lah Dzat Penguasa rahasia yang disimpan. Demikian juga dengan orang yang mengerjakan sholat tanpa wudhu dan 1
Ditakhrij oleh Bukhari (25) dan Muslim (22)
mandi junub atau makan di rumahnya lalu mengaku puasa maka amalnya ditolak dan Allah-lah yang menentukan hitungan amalnya. Wallahu a’lam.
Hadits Ke 9 Pembebanan itu sesuai dengan kemampuan
سَ ِم ْعتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّه: صخْرٍ ر ضي ال ع نه قال َ عَ نِ أَ ب هُ َريْ َر َة َعبْدِ الرّحْن بن مَا َنهَيُْتكُ مْ عَنْ ُه فَاجْتَنِبُو ُه َومَا َأمَ ْرُتكُ ْم بِ هِ َف ْأتُوا مِنْ هُ مَا ا سْتَ َطعُْتمْ فَِإنّمَا:ُعََليْ هِ وَ سَلّ َم َيقُول )(رواه البخاري و مسلم
ْأَهْ َلكَ اّلذِينَ ِم ْن قَبْ ِلكُمْ كَ ْث َر ُة َمسَائِ ِل ِهمْ وَاخْتِلَا ُفهُمْ عَلَى َأنْبِيَاِئ ِهم
“Dari Abu Hurairah Abdur rahman bin Shakhr ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda : “Apa yang aku larang untuk kamu perbuat, maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan untuk kamu perbuat maka lakukanlah semampu kalian. Sesungguhnya banyak orang yang binasa sebelum kamu itu karena mereka banyak tanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka”.(HR Bukhari dan Muslim). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah: ((ُجتَِنبُو ه ْ فَا
ُ)) مَا َنهَْيتُكُ ْم عَنْ ه
maksudnya jauhilah seluruhnya
dan jangan kamu lakukan sedikitpun. Ini merupakan larangan berbuat haram. Adapun larangan berbuat makruh boleh melakukannya. Nahyu secara etimologi bahasa berarti mencegah. Sabda Rasulullah: (( ْطعْتُم َ ا سَْت
)) َومَا َأ َمرْتُكُ مْ بِ هِ فَ ْأتُوا مِنْ هُ مَاada beberapa masalah
diantaranya : Pertama : Jika ada air untuk wudhu tidak cukup, maka ia wajib menggunakannya dan bertayamum untuk sisanya. Kedua : jika mempunyai beberapa gantang kurma untuk zakat fitri maka ia wajib mengeluarkannya. Ketiga : jika ia mempunyai cukup harta untuk menafkahi saudaranya, isterinya ataupun hewan piaraannya , maka ia wajib mengeluarkannya. Berbeda jika ia mempunyai beberapa hamba sahaya, ia tidak wajib memerdekannya sebagai kafarat, karena kafarat bisa diganti dengan puasa. Rasulullah bersabda: َْعلَى أَْنبِيَاِئهِم
ْفَِإنّمَا َأهْلَكَ الّذِي َن مِنْ َقبِْلكُمْ كَْث َرةُ مَسَاِئِلهِمْ وَاخِْتلَاُفهُم
ketahuilah bahwa bertanya itu ada beberapa macam : Pertama : pertanyaan orang yang tidak tahu mengenai kewajiban-kewajiban agama seperti wudhu, sholat, puasa, pertanyaan tentang hukum-hukum mu’amalah dan sebagainya. Pertanyaan semacam ini wajib baginya sesuai dengan sabda Rasulullah:
ٍب اْلعِلْ ِم َفرِيضَةٌ عَلَى ُك ّل ُمسْ ِلمٍ َو ُمسْلِ َمة ُ َطَل “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”.2 Manusia tidak lepas untuk bertanya. Allah berfirman: “...maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.(an Nahl : 43) Ibnu Abbas berpendapat: “Aku telah diberi lidah sebagai alat untuk bertanya dan hati untuk berpikir”. Ini lah yang beliau ceritakan mengenai dirinya. Kedua: Bertanya untuk mendalami agama bukan untuk bekerja saja seperti pengadilan dan fatwa. Ini adalah fardhu kifayah sesuai dengan perintah Allah SWT: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang 1 2
Ditakhrij oleh Bukhari (7288) dan Muslim (1337) Ditakhrij oleh Ibnu Majah (224) dan Al Bazzaar (1/172) dari hadits Anas bin Malik ra.
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri”.(at-Taubah : 122) Rasulullah bersabda:
ََألَا لِيُبَلّغ الشّاهِ ُد مِ ْنكُ ُم الْغَائِب “agar diantara kamu menjadi saksi bagi yang tidak hadir”.(HR Bukhari dan Muslim) 1 Ketiga : bertanya tentang sesuatu yang Allah tidak wajibkan kepadanya maupun kepada yang lain. Inilah makna hadits karena kadang pertanyaan itu menyebabkan kesusahan karena beban yang ada. Oleh karenanya Rasulullah bersabda:
سأَُلوْا عَ ْنهَا ْ ل َت َ َوَ َسكَتّ َع ْن أَشْيَاءَ َرحْ َم ًة َلكُ ْم ف “Aku diam mengenai beberara hal sebagai rahmat bagimu, maka jangan kamu bertanya tentang hal itu”. 2 Dari Ali bin Abi Thalib ketika turun firman Allah: “..mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”.(Ali Imran : 97). Seseorang berkata: “Apakah tiap tahun Ya Rasulullah? Rasulullah berpaling darinya sampai ia bertanya untuk kedua dan ketiga kalinya. Rasulullah menjawab :
,ْت لَمَا ا سْتَ َطعْتُم ْ َ َوَلوْ َوجَب,ْت نَعَم َلوَجَبَ ت ُ ْ وَال َلوْ قُل, نَعَم:َك أَ نْ َأ ُقوْل ُ ِوَمَا ُيوْش فَاْترُ ُكوْنِي مَا َترَكْتُْ كم َفِإنّمَا َأهْلَ كَ اّلذِي نَ مِ نْ قَبْ ِلكُ مْ كَ ْث َر ُة مَ سَائِ ِلهِ ْم وَاخْتِلَا ُفهُ مْ عَلَى .َُأنْبِيَاِئهِ ْم َفِإذَا َأ َمرُْتكُ ْم ِبَأمْ ٍر َفأْتُوا مِ ْن ُه مَا اسْتَ َطعُْتمْ َوِإذَا َنهَيْتُ ُكمْ َع ْن َأمْ ٍر فَاجْتَنُِب ْوه “Aku tidak segera berkata “ya”, demi Allah jika aku mengatakan “ya” maka aku mewajibkannya. Dan kalau aku mewajibkannya maka kamu tidak akan sanggup melakukannya. Maka tinggalkanlah apa yang tidak aku lakukan. Karena sesungguhnya banyak orang yang binasa sebelum kamu itu karena mereka banyak tanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan suatu hal maka lakukanlah semampu kamu, dan jika aku melarang sesuatu perkara maka jauhilah”. Lalu Allah menurunkan ayat : “Hai orang-orang yang berimann, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya menyusahkanmu”.3(an-Maaidah : 101). Maksudnya aku tidak memerintahkan kamu melakukan hal itu. Larangan ini khusus pada masa Nabi Muhammad SAW. Adapun setelah hukum syari’ah itu ditetapkan dan bersih dari berbagai macam tambahan, larangan tersebut hilang bersamaan dengan hilang sebabnya. Kelompok ulama salafi tidak suka menanyakan makna-makna ayat yang samar. 1
Ditakhrij oleh Bukhari (1741) dan Muslim (1769) dari hadits Abi Bukrah ra Lihat hadits sebelumnya. 3 Ditakhrij oleh Tirmidzi (814) dan Ibnu Majah (2884) dengan lafadz : 2
ٍت ثُمّ قَالُوا أَفِي ُك ّل عَا م َ ع إَِليْ هِ َسبِيلًا ) قَالُوا يَا رَ سُو َل اللّ هِ اْلحَجّ فِي ُكلّ عَا مٍ فَ سَ َك َ س حِجّ اْلَبيْ تِ مَ نِ ا ْسَتطَا ِ ت ( وَِللّ هِ َعلَى النّا ْ ََلمّا نَزَل ) ْسؤْ ُكم ُ َسأَلُوا َعنْ َأشْيَا َء إِنْ ُتْبدَ لَ ُك ْم ت ْ ََفقَالَ لَا وََلوْ ُق ْلتُ َن َعمْ َلوَ َجَبتْ َفَنزََلتْ ( يَا َأّيهَا اّلذِينَ آ َمنُوا لَا ت Isnad hadits ini lemah karena riwayatnya terputus antara Abi al Bukhturi dan perawi hadist tersebut dari Ali bin Abi Thalib. Ia tidak mendengar dari Ali. Hadits Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari menjadi buktinya.
Imam Malik pernah ditanya tentang firman Allah: “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy”.(Thaaha : 5). Beliau menjawab : makna kata al istiwaa adalah jelas, sedangkan bagaimana bentuk al istiwaa tidaklah jelas. Tetapi iman kepadanya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah dan aku tunjukkan kepadamu seorang yang buruk perangainya mereka usir dari majelisku”.1 Beberapa orang berpendapat bahwa mazhab ulama Salaf adalah lebih aman, sementara mazhab Khalaf lebih jelas mengenai pertanyaan tersebut.2
1
Ditakhrij oleh Baihaqi dalam al asmaa wash shifaat hal 408. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan isnadnya baik seperti dalam al-fath (13/406) 2 Ungkapan ini adalah ungkapan yang paling hina. Itu karena mereka tidak paham dengan mazhab ulama salafus shalih. Imam Safarini membantah artikel tersebut dengan tegas, beliau berkata : “Mustahil orang yang datang belakangan lebih tahu dari pada orang yang datang awal sebagaimana yang dikatakan oleh orang yang tidak meneliti dengan jelas di antara orang yang tidak menghargai ulama salaf, tidak mengetahui Allah SWT dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin dengan sebenarbenar pengetahuan yaitu perkataan bahwa metode ulama salaf lebih selamat sementara metode orangorang modern lebih jelas dan kuat. Mereka itu dicekoki dengan sangkaan bahwa metode ulama salaf hanyalah beriman kepada lafadz-lafadz Al Qur’an dan Al Hadits tanpa pengetahuan dan pendalaman. Itu sama kedudukannya dengan orang-orang yang buta huruf. Adapun metode orang-orang modern adalah menguraikan makna-makna teks keluar dari hakekat sebenarnya dengan berbagai macam perumpamaan dan bahasa-bahasa yang aneh. Ini adalah sangkaan yang fatal yang terkandung dalam ungkapan tesebut yang intinya mengesampingkan Islam. Mereka dengan sengaja mendustakan metode Ulama Salaf dan membenarkan metode orang-orang modern. Sehingga ada dua kebatilan terkumpul menjadi satu: tidak tahu metode ulama salaf dan tersesat karena membenarkan begitu saja metode orang-orang modern.
Hadits Ke 10 Berdoa dan Makan Makanan Halal
ُ َأّيهَا النّاسُ إِنّ ال ّلهَ طَيّبٌ لَا َيقَْبل:َصلّى اللّه عََليْهِ وَسَلّم َ ِعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللّه َي َفقَالَ ( يَا أَيّهَا الرّ ُسلُ كُلُوا مِ ن َ ِِإلّا طَيّبًا َوإِنّ اللّ َه َأمَ َر الْ ُمؤْمِنِيَ بِمَا َأ َمرَ بِ ِه الْ ُمرْ سَل ْالطّيّبَا تِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ِإنّي بِمَا َتعْمَلُو نَ عَلِي مٌ ) َوقَا َل ( يَا َأيّهَا اّلذِي نَ آمَنُوا كُلُوا مِ ن سفَرَ َأ ْشعَ ثَ أَ ْغبَ َر يَمُدّ يَ َديْ هِ إِلَى ال سّمَا ِء يَا ّ ت مَا رَ َزقْنَاكُ مْ ) ثُمّ ذَكَرَ الرّجُ َل يُطِي ُل ال ِ طَيّبَا ُستَجَابُ لَ ه ْ ُي بِاْلحَرَا مِ َفأَنّى ي َ ِش َربُ هُ حَرَا مٌ َومَ ْلبَ سُهُ حَرَا مٌ وَغُذ ْ َرَبّ يَا رَبّ َومَ ْطعَمُ هُ حَرَا مٌ َوم
)(رواه مسلم
“Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah telah bersabda : “Hai orang-orang sesungguhnya Allah Ta’aala ada bersih dan tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan itu bersih. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman sebagaimana perintah-Nya kepada para Rasul. Allah berfirman: “Hai rasurasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh”.(al-Mu’minuun : 51) dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”.(alBaqarah : 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang yang bepergian jauh, dengan rambut kusut lagi berdebu mengulurkan kedua tangannya ke langit: Ya Tuhan, Ya Tuhan, makanannya haram, minumannya haram, bajunya haram dan diberi makan dengan makanan haram, bagaimana ia bisa dikabulkan permintaannya?”.(HR Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : (( ٌطّيب َ
َ )) إِنّ الّلهDari ‘Aisyah ra beliau berkata :
ِك بِا سْ ِمكَ الطّاهِر َ ُسَ ِمعْتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّ هم عَلَيْ ِه وَ سَ ّلمَ َيقُولُ ال ّلهُمّ ِإنّ ي أَ سَْأل ت َوإِذَا َ ْت بِ ِه أَعْطَي َ ْب الْمُبَارَ كِ اْلَأحَبّ ِإلَيْ كَ اّلذِي ِإذَا دُعِي تَ بِ هِ َأجَبْ تَ وَِإذَا سُئِل ِ ّالطّي َت ِبهِ َف ّرجْت َ َت وَِإذَا اسُْت ْفرِج َ ت ِبهِ َرحِ ْم َ ْاسُْت ْرحِم “Aku mendengar Rasulullah berdoa: “Ya Allah aku memohon dengan nama-Mu Yang Bersih, Yang Suci lagi Membawa Berkah, Yang paling Engkau sukai, yang apabila seorang hamba berdoa dengan menyebut namanya, Engkau kabulkan, jika Engkau dimohon dengannya Engkau berikan, jika dimintai rahmat Engkau rahmati, jika Engkau dimohon untuk menolong Engkau tolong”.2 Arti ath-thoyyib adalah bersih dari berbagai kekurangan dan kejelekan, sehingga sama dengan makna al-qudus (suci). Dikatakan pujian yang baik, namanama yang indah didengar oleh orang yang mengetahuinya yaitu hamba-hamba Allah yang baik untuk masuk surga dengan amal yang shaleh dan amal yang paling baik. Adapun kalimatut thoyyibah adalah : Laa ilaa ha illallah. 1
Shahih Muslim(1015) Ditakhrij oleh Ibnu Majah (3859) dan dilemahkan oleh Al Albani sebagaimana tertulis dalam hadits Dhaif Ibnu Majah (841) 2
Ucapan Rasulullah : (( طَيّبًصا
)) لَا َي ْقبَلُ إِلّا
maksudnya jangan sekali-kali
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekah haram. Allah tidak suka hamba-Nya bersedekah dengan makanan yang buruk seperti biji yang basi dan busuk. Allah juga benci dengan amal sedekah dengan harta yang syubhat. Allah berfirman : “Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya”.(alBaqarah : 267). Selain Allah hanya menerima sedekah dari harta yang baik, Allah juga tidak menerima amal perbuatan kecuali dari amal perbuatan yang baik, bersih dari riya’, rasa bangga dan ingin didengar kebaikannya oleh orang lain. Sabda Nabi Muhammad SAW: Allah berfirman : “Hai rasu-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh”.(al-Mu’minuun : 51) dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang berima, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”.(al-Baqarah : 172) Maksud kata thoyyibat adalah halal. Isi hadits tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan diberi pahala atas makanan yang ia makan jika bermaksud untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan menghidupi dirinya sendiri. Itu semua termasuk kewajiban, berbeda apabila ia makan hanya untuk menuruti nafsu dan bersenang-senang. Ucapan Rasulullah : ((ِحرَا م َ ْبِال
َسهُ َحرَا ٌم َوغُذِ ي ُ َشرَبُ هُ َحرَا ٌم َومَلْب ْ َ )) مَ ْطعَمُ هُ َحرَا ٌم َومarti
kata َ غُذِ يadalah kenyang yaitu bentuk fi’il maadhi majhul (kata kerja bentuk pasif). Adapun kata ghadaa’ berarti makanan yang dimakan pada waktu siang hari. Allah berfirman: “berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita”.(al-Kahfi : 62). Sabda Rasulullah : ((ص ُ صتَجَابُ لَه ْ )) فََأنّىص يُسmaksudnya mustahil Allah mengabulkan doa. Oleh karena itu Imam ‘Ibadi mensyaratkan agar doa diterima adalah ia harus makan yang halal. Yang benar adalah hal itu tidak ada syaratnya, karena Allah mengabulkan kejahatan makhluknya yaitu Iblis. Firman Allah : “Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”.(al-A’raaf : 15).
Hadits Ke 11 Wara’ dan meninggalkan perkara Syubhat
َعَنْ َأبِي ممد السن بن علي بن أب طالب سبط رسول ال صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّم ك ِإلَى مَا لَا َ ُ دَعْ مَا َيرِيب:َوريانته قَالَ َحفِ ْظتُ مِنْ َرسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّم )(رواه الترمذي و النسائي
ََيرِيبُك
“Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu kesayangan Rasulullah berkata: “Aku hafal sabda Rasulullah: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu”.(HR Tirmidzi dan an-Nasaa’i).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Perkataan Rasulullah SAW : ((ََيرِيبُ ك
ع مَا َيرِيبُ كَ ِإلَى مَا لَا ْ َ)) د
menunjukkan
bahwa orang yang bertakwa seharusnya tidak makan harta yang mengandung perkara syubhat, sebagaimana ia menjauhkan diri dari makan barang haram seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Ucapan beliau : ((ََيرِيبُ ك
)) مَا لَاmaksudnya berpalinglah kepada makanan yang
tidak mengandung keraguan. Makanan yang membuat hati dan jiwa tenang. Kata arraibah ((ُ )) ألرِيبةberarti keraguan dan telah disebutkan sebelumnya mengenai syubhat.
1
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2518) dan an-Nasaa’i dalam as-Sunanul Kubra (5220). Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (2074).
Hadits Ke 12 Meninggalkan urusan yang tidak penting
عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ِم ْن ُحسْ ِن ِإسْلَا ِم الْ َمرْ ِء َترْ ُك ُه مَا )(رواه الترمذي
ِلَا َيعْنِيه
“Dari Abu Hurairah ra ia berkata : bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Diantara keislaman seseorang yang baik adalah ia mau meninggalkan urusan yang tidak penting baginya”.(HR Tirmidzi) 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW: (( َِيعْنِي ه
)) مِ نْ حُ سْنِ إِ سْلَامِ الْ َم ْرءِ َترْكُ هُ مَا لَا
yakni urusan
agama dan dunia baik itu perbuatan maupun perkataan yang tidak penting baginya. Rasulullah pernah berkata kepada Abu Dzar ketika ia bertanya kepada Rasulullah mengenai shuhuf Ibrahim. Nabi menjawab: “Semuanya berisi tentang perumpamaan. Di antaranya : “Wahai Sultan yang terlena, aku tidak mengutusmu untuk menumpuk harta benda akan tetapi aku mengutusmu untuk menjawab ajakan orang yang didzalimi karena aku tidak menjawabnya meskipun berasal dari orang kafir. Ada lagi dalam shuhuf tersebut mengatakan bahwa seorang yang berakal selama masih sehat harus memiliki 4 waktu : waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu merenungi ciptaan Allah, waktu untuk berinteropeksi diri dan waktu untuk menyendiri bersama Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Salah satu waktu tersebut membantu terwujudnya beberapa waktu yang lain. Dalam shuhuf tersebut ada perumpamaan lagi, bahwa seorang yang berakal selama masih sehat akalnya harus berusaha dalam 3 hal : mencari bekal untuk hari akhir, mencari penghidupan dan kesenangan yang tidak dilarang. Ada lagi bagi orang yang berakal sehat harus mengenal lingkungannya, siap menghadapi urusannya dan menjaga lidahnya. Barangsiapa membandingkan antara ucapan dan perbuatan maka sudah pasti ia akan sedikit berbicara kecuali mengenai hal yang penting baginya. Aku berkata: Demi Allah, lalu apa yang ada dalam shuhuf Musa? Rasulullah menjawab: Di dalamnya seluruhnya berisi pelajaran. Diantaranya : Sungguh aneh bagi orang yang yakin akan masuk neraka bagaimana ia bisa tertawa. Mengherankan bagi orang yang yakin akan mati bagaimana ia bisa gembira. Mengherankan bagi orang yang melihat kekejaman dunia bagaimana ia bisa tenang begtu saja. Sungguh aneh bagi orang yang yakin akan takdir lalu ia marah dan sungguh mengherankan orang yang yakin akan hari kiamat nanti tapi ia tidak berbuat baik?! Aku bertanya : “Demi Tuhan masih adakah sisa-sisa dari kedua shuhuf tersebut? Rasulullah menjawab : “Masih Ya Abu Dzar, firman Allah: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.(al-A’laa : 14-19). 1
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2317) dan Ibnu Majah (3976) dishahihkan oleh Al Albani sebagaimana tertera dalam Shahih Ibnu Majah (3211).
Aku bertanya: Demi Tuhan berilah aku nasehat! Rasulullah menjawab: “Aku menasehatimu agar bertakwa kepada Allah karena takwa adalah inti amal perbuatanmu seluruhnya”. Abu Dzar berkata: tambahkan lagi ya Rasulullah! Rasulullah menjawab: “Engkau harus selalu membaca Al Qur’an dan banyak mengingat Allah karena Dia mengingatmu selalu di langit. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah melanjutkan: “Engkau harus berjihad karena jihad adalah perjuangan kaum mukminin”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah berkata: “Engkau harus banyak diam, karena diam pengusir setan dan membantumu dalam urusan agamamu”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullahpun menjawab: “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah menjawab: “Janganlah kamu sekali-kali menjadikan dirimu dicela”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah menjawab: “Jagalah silaturahmi meskipun mereka memutuskan hubungan denganmu”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah menjawab : “Cukuplah seseorang berbuat jahat yang ia tidak ketahui dan cukuplah membebani dirinya dengan urusan yang tidak penting baginya”. “Hai Abu Dzar: “Tidak ada akal yang lebih baik seperti akal untuk berpikir. Tidak ada kewarakan yang lebih baik seperti telapak tangan. Dan tidak ada keindahan seperti keindahan wajah”. 2
2
Ditakhrij oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (1/166) dan Ibnu Habban dalam Shahihnya (2/361). AlHaitsami dalam bukunya al Mawaarid hal 54 : (di dalam riwayat tersebut ada Ibrahim bin Hasyim al Ghassaani) Menurut Abu Hatim dan lainnya Ibrahim bin Hasyim adalah pendusta. Dan hadist ini dilemahkan oleh al Albani sebagaimana tertulis dalam Dhaif al Jami’ (2122)
Hadits Ke 13 Cinta Kebaikan
ِعَنْ أب حزة َأَنسٍ بن مالك رَضِي اللّهم َعنْه خادم رسول ال صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم عَن ِب لَِن ْفسِه ّ ح ِ ُب ِلَأخِي ِه مَا ي ّ ِ لَا ُي ْؤمِ ُن َأحَدُ ُك ْم حَتّى يُح:َالّنبِيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال )(رواه البخاري ومسلم “Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.(HR Bukhari dan Muslim). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW : (( ِسه ِ ْحبّ ِلَنف ِ مَا ُي
ِحبّ لِأَخِيه ِ ُ)) لَا ُي ْؤمِنُ أَ َحدُكُمْ حَتّى ي
Yang paling utama memaknai arti kata saudara di sini adalah saudara pada umumnya sehingga mencakup orang kafir dan orang islam. Jadi ia akan mencintai saudaranya yang kafir sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri untuk masuk agama Islam dan disamping juga mencintai saudara yang muslim untuk tetap dalam keislamannya. Oleh karena itu berdoa agar orang kafir mendapat petunjuk adalah dianjurkan. Hadits tersebut menafikan keimanan sempurna dari orang yang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Arti kata mahabbah adalah menghendaki kebaikan dan manfaat. Maksud mahabbah sendiri adalah mahabbah diiniyah (cinta yang dilandasi agama) dan bukan mahabbah basyariyah (cinta yang dilandasi nafsu manusiawi), karena karakter manusia kadang tidak suka akan kebaikan dan membeda-bedakannya. Manusia harus melawan tabi’at manusia dan mendoakan saudaranya serta mengharap ia memperoleh kebaikan sebagaimana yang ia sukai. Apabila seseorang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri maka ia adalah orang yang dengki. Dengki menurut Imam Al Ghazali terbagi menjadi 3 bagian: Pertama: Berharap nikmat orang lain lenyap dan berharap ia mendapatkan bagi dirinya sendiri. Kedua : berharap nikmat orang lain lenyap meskipun nikmat itu tidak ia dapatkan. Sebagaimana jika ia memiliki nikmat yang sama ataupun yang tidak ia sukai. Dan ini adalah lebih dengki dari yang pertama. Ketiga : Tidak berharap nikmat orang lain hilang tapi tidak suka orang lain memperoleh keberuntungan dan kedudukan yang lebih tinggi darinya. Ia menginginkan persamaan dan tidak menginginkan perbedaan. Ini juga dilarang karena ia tidak rela dengan bagian yang telah Allah tentukan : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan...”.(az-Zukhruf : 32). Barangsiapa tidak rela dengan bagian yang Allah tentukan maka ia telah menentang pembagian dan kebijaksanaan Allah. Manusia harus memperbaiki dirinya dan mencoba untuk menerima ketentuan Allah dan melawan nafsunya dengan mendoakan musuhnya agar melawan nafsu seperti yang ia lakukan.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (13) dan Muslim (54)
Hadits Ke 14 Kapan darah muslim itu halal
ُح ّل دَ م ِ َ لَا ي:َ قَالَ رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّم:َعَ ْن ابْ ِن مسعود رضي ال عَن هْ قَال ُس بِالّنفْ سِ وَالتّارِ ُك ِلدِينِ هِ الْ ُمفَارِ ق ُ ْب الزّانِي وَالّنف ُ ّث الثّي ٍ ئ مُ سْ ِل ٍم إِلّا ِبإِ ْحدَى ثَلَا ٍ ِامْر )(رواه البخاري و مسلم
ِلِلْجَمَا َعة
“Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata : Rasulullah telah bersabda: “Tidak halal darah orang muslim kecuali tiga : seorang dewasa yang berzina, membunuh dan meninggalkan agamanya lagi keluar dari jama’ah”.(HR Bukhari dan Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : ((ص الزّانِي ُ )) الثّيّبmaksudnya adalah orang yang pernah menikah dalam pernikahan yang benar, lalu berzina setelah itu, maka ia harus dirajam dan orang juga yang belum menikah ketika berzina karena mempunyai sifat muhshan (beragama Islam, baligh, merdeka dan berakal). Sabda Rasulullah : ((ِبِالّنفْ س
ُ )) وَالّنفْ سdengan syarat persamaan. Maka seorang
muslim tidak dibunuh karena membunuh seorang kafir dan seorang merdeka tidak dibunuh karena membunuh seorang hamba sahaya menurut mahzab Syafi’i tapi tidak bagi Mahzab Hanafi. Sabda Rasulullah : ((ِجمَاعَة َ ْالْ ُمفَارِ قُ لِل
ِ)) وَالتّارِ ُك لِدِينِ ه
maksudnya adalah orang
murtad. Kadang sesuai dengan jama’ah seperti seorang yahudi yang kemudian menjadi nasrani dan sebaliknya maka ia boleh dibunuh. Karena ia meninggalkan agamanya tanpa menyimpang dari jama’ah masyarakatnya. Dalam hal ini ada dua pendapat, yang paling benar adalah ia tidak dibunuh tetapi disembunyikan di tempat yang aman. Kedua : ia harus dibunuh karena meyakini bahwa agama yang ia peluk adalah salah lalu ia pindah agama yang sebelumnya ia anggap salah. Itu tidak benar maka tidak dibiarkan saja tapi jika ia tidak masuk Islam maka harus dibunuh. Masalah membunuh telah disebutkan juga sebelumnya.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (6878) dan Muslim (1676)
Hadits Ke 15 Kemuliaan dan Diam
ِ َمنْ كَا َن ُي ْؤ ِمنُ بِاللّ ِه وَالَْيوْم:َصلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال َ ِعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ أن َرسُولَ اللّه ْت َو َمنْ كَانَ يُ ْؤ ِمنُ بِال ّلهِ وَالْيَوْ ِم الْآ ِخرِ فَلْيُ ْكرِ ْم جَا َرهُ وَ َمن ْ ُالْآخِ ِر فَلَْي ُقلْ خَ ْيرًا أَ ْو لِيَصْم )(رواه البخاري ومسلم
ُكَا َن ُي ْؤمِ ُن بِاللّ ِه وَالَْيوْ ِم الْآ ِخرِ فَلُْي ْكرِمْ ضَ ْي َفه
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.(HR Bukhari dan Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : ((ْمت ُ ْخَْيرًا َأوْ ِليَ ص
ْ )) مَ نْ كَا نَ ُي ْؤمِ نُ بِاللّ هِ وَالَْيوْ مِ الْآ ِخرِ فَ ْلَيقُلImam
Syafi’i berpendapat bahwa makna hadits adalah jika seseorang ingin berbicara maka pikirkanlah dulu, jika jelas tidak berakibat buruk maka berbicaralah. Tapi jika jelas berakibat buruk ataupun ragu maka tahanlah untuk berbicara. Imam Abu Muhammad bin Abu Zaid, Imam Mazhab Maliki di Maroko berkata : “Semua adab kebaikan itu diambil dari 4 hadits yaitu : Pertama:
َْمنْ كَا َن ُي ْؤمِ ُن بِاللّ ِه وَالَْيوْ ِم الْآ ِخرِ فَلَْي ُق ْل خَ ْيرًا َأوْ لِيَصْ ُمت “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik dan atau diam”. Kedua :
ِِم ْن ُحسْ ِن ِإسْلَا ِم الْ َمرْ ِء َترْ ُكهُ مَا لَا َيعْنِيه “Diantara keislaman seseorang yang baik adalah ia mau meninggalkan urusan yang tidak penting baginya”.2 Ketiga: Sabda Rasulullah kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau:
َْلَتغْضَب “Janganlah kamu marah”.3 Keempat: Sabdanya :
ِسه ِ ْب لَِنف ّ ح ِ ُب ِلَأخِي ِه مَا ي ّ ِلَا ُي ْؤمِ ُن َأحَدُ ُك ْم حَتّى يُح “Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”4I Diambil dari Abu Qasim al-Qusyairi, bahwasanya ia berkata: “Diam pada waktunya adalah sifat lelaki sejati demikian juga berbicara pada tempatnya adalah 1
Ditakhrij oleh Bukhari (6018) dan Muslim (37) Ditakhrij oleh Tirmidzi (2317) , Ibnu Majah (3211) dan dalam Musnad Ahmad (1/201) 3 Ditakhrij oleh Bukhari (6116) dari hadits Abu Hurairah ra 4 Ditakhrij oleh Bukhari (13) dari hadits Anas bin Malik ra. 2
sifat yang paling mulia”. Ia melanjutkan : ‘Aku mendengar Abu Ali Daqqaq berkata : ‘Barangsiapa diam dari kebenaran maka ia adalah setan yang bisu”. Demikian juga yang ia riwayatkan dalam Hilyatul-ulama dari beberapa orang dan juga dalam Hilyatul-auliya’ seorang manusia hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali ia butuhkan. Selain itu seharusnya ia menafkahkan rezekinya sesuai yang ia butuhkan”. Beliau berkata : “Jika kamu membeli kertas untuk menghafal tulisan maka kamu diam tidak banyak bicara”. Diriwayatkan darinya bahwasanya Rasulullah bersabda :
ِِمنْ ِف ْقهِ الرّ ُج ِل قِ ّلةُ كَلَا ِم ِه فِيْمَا لَاَيعْنِ ْيه “Diantara kecerdasan seorang lelaki adalah sedikit bicara dalam hal yang tidak penting baginya”.1 Diriwayatkan juga bahwasanya Rasulullah bersabda :
ّل َتعَال َع ّز وَ َجل ِ ت ِإلّا َع ْن ذِ ْكرِ ا ِ ْس َعةٌ مِ ْنهَا فِي الصّم ْ ِت:ٍش َرةِ َأ ْجزَاء ْ العَافِيَ ُة فِي َع “Sehat itu ada dalam 10 bagian : 9 diantaranya dalam diam, kecuali mengingat Allah SWT”.2 Ada pepatah yang mengatakan siapa yang diam maka ia selamat, sebagaimana orang yang berkata maka ia mendapat bagian. Jika seorang ditanya : Kenapa kamu terus diam?”. Ia menjawab : “Aku tidak pernah menyesal karena diam, bahkan aku berulang kali menyesal karena mengucapkan kata-kata”. Ada pepatah juga mengatakan : Luka karena lidah sama dengan luka karena ulah tangan. Pepatah lain mengatakan : Lidah ibarat anjing yang suka menggigit jika dilepas begitu saja maka ia akan menggigit. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib ra: Orang mati karena kesalahan lidahnya Bukan mati karena tergelincir kakinya Kesalahan lidah dapat dilempar kepalanya Tergelincir kaki bisa diperlambat jalannya Ada juga syair yang mengatakan: Beruntunglah orang yang diam membisu Ucapannya kadang ibarat menu Tak semua dikata jadi jawaban pasti Jawaban yang mengusik jiwa yang mati Sungguh aneh orang yang banyak mendzalimi Meyakini suatu hari nanti dirinya kan mati Sabda Rasulullah SAW: ((ْكرِ م ْ َُفلْي
ِمَ نْ كَا َن ُي ْؤمِ نُ بِاللّ ِه وَالَْيوْمِ الْآ ِخرِ فَ ْلَيقُلْ خَْيرًا َأوْ ِليَصْ ُمتْ َومَ نْ كَا نَ ُي ْؤمِ نُ بِاللّ ِه وَاْلَيوْمِ الْآ ِخر ُضْيفَه َ ْ))جَا َر ُه َومَنْ كَانَ ُي ْؤمِنُ بِالّلهِ وَالَْي ْومِ الْآ ِخرِ َفلْيُ ْك ِرم 1
Tidak aku dapatkan Ditakhrij oleh ad-Dailami (3/52) dari hadits Abdullah bin ‘Abbas dan al-‘Iraqi menyatakan hadits itu mungkar seperti dalam al-faidhul, karangan al-Manawi (8/72). Hadits ini nyatakan dhaif oleh al-Albani dalam Dhaiful-jami’ i (3834). 2
Al-Qadhi ‘Iyyadh berkata: Arti hadits tersebut ialah siapa memegang teguh syari’at-syari’at Islam, maka ia wajib memuliakan tamu dan tetangganya. Rasulullah bersabda :
ُت َأّنهُ سَُيوَ ّرثُه ُ ْمَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَا ِر حَتّى ظَنَن “Jibril tidak henti-hentinya memberikan nasehat kepadaku agar aku memperhatikan tetangga, sampai aku mengira bahwa ia akan menjadi ahli warisnya”.1 Rasulullah juga bersabda:
ُل دَا َره ُ َمنْ آذَي جَا َرهُ مَ ّل َكهُ ا “Barangsiapa menyakiti tetangganya, niscaya Allah akan menjadikan rumah yang menghina tadi milik tetangga yang dihina”. 2 Allah berfirman : “(berbuat baiklah)...kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”.(an-Nisaa’ : 36). Tetangga itu ada empat : yang tinggal bersama kamu dalam rumah atau isteri. Seorang penyair berkata : Wahai isteriku, engkau aku talak Lalu berikutnya orang yang tinggal dekat dengan rumahmu, orang yang jauhnya 40 rumah dari rumahmu dan orang yang tinggal bersamamu dalam satu wilayah. Allah berfirman : “kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar”.(al-Ahzaab : 60). Tetangga dekat Muslim memiliki 3 hak, tetangga yang jauh memiliki 2 hak dan tentangga selain Muslim mempunyai 1 hak. Menerima tamu adalah termasuk adab Islam, akhlak para nabi dan orangorang yang saleh. Imam al-Laits mewajibkan menerima tamu satu malam. Para ulama berbeda pendapat : Apakah yang diterima menjadi tamu itu orang yang hidup menetap dan juga mengembara ataukah khusus untuk orang yang mengembara saja? Imam Syafi’y dan Muhammad bin Abdul Hakam berpendapat bahwa yang diterima sebagai tamu boleh orang yang menetap maupun tidak. Malik dan Sahnun berpendapat bahwa itu khusus untuk orang-orang yang tidak menetap. Karena seorang musafir bisa mendapati di tempat-tempat orang menetap itu hotel-hotel dan tempat-tempat penginapan. Dan juga bisa memperoleh barang-barang dagangan yang dibeli di pasarpasar. Dalam sebuh hadits disebutkan :
الضّيَافَةُ عَلى َأهْ ِل الْ َوَبرِ َولَيْسَ عَلى َأهْ ِل الْ َمدَر “Yang diterima menjadi tamu adalah orang-orang yang mengembara bukan orang-orang yang menetap”.3
1
Ditakhrij oleh Bukhari (6014) dan Muslim (2624) dari hadits ‘Aisyah. Disebutkan oleh Al ‘Ajluni dalam Kasyful khafa (2/219) bahwa hadits ini tidak mempunyai asal muasal, mungkin ucapan itu seperti ucapan pada umumnya dan bukanlah sebuah hadits. 3 Ditakhrij oleh Ibnu Uday dalam al-Kamil (1/273) dan ad-Dailami (3712) dari hadits Abdullah bin Umar ra . Al Albani mengatakan dalam Dhaifah (791) bahwa hadits itu palsu. 2
Hadits ke 16 Melarang marah
لَا:َ َأوْصِنِي قَال:َصلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّم َ ّعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ رَضِي اللّهم َعنْه َأنّ رَجُلًا قَالَ لِلّنِبي )(رواه البخاري
ْ لَا َتغْضَب:ََتغْضَبْ َفرَدّ َد مِرَارًا قَال
“Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW : “Berilah aku nasehat”. Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu marah”. Lelaki itu terus meminta Rasulullah memberikan nasehat. Rasulullah menjawab: “Janganlah kamu marah”.(HR Bukhari). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW: ((ص ْ َت ْغضَب
)) لَا
maksudnya janganlah menuruti
kemarahanmu. Larangan tersebut tidak mengarah kepada hakekat marah itu sendiri. Karena marah merupakan watak manusia. Tidak mungkin seorang manusia membuang amarah dari dirinya . Adapun sabda Rasulullah SAW:
ب ابْ نِ آدَ مَ أَلَ ْم َترَوْا ِإلَى َأ َحدِكُ ْم ِإذَا ِ ْب جَ ْم َرةٌ تََت َو ّقدُ فِي قَل َ َِإيّاكُ ْم وَ اْلغَضَب فإِنّ اْلغَض ْس َأحَدُ ُك ْم ِبشَيْ ٍئ ِمنْ َذِلكَ فَلْيَضج ْع َأو ّ َخ أَ ْودَا ُج ُه َفإِذَا أَح ُ ِف تَحْ َمرّعَيْنَا ِه َوتَنَْتف َ ْغَضِبَ كَي ِص ْق بِاْلأَرْض َ ْفَلْيَل “Jauhkanlah dirimu dari amarah, karena amarah ibarat barat api yang membara di dalam hati manusia. Tidakkah kamu bisa melihat salah seorang diantara kamu ketika ia marah, bagaimana matanya merah dan urat-urat lehernya mengembang. Jika seorang diantara kamu merasakan hal tersebut, maka baringlah atau tengkuraplah di atas tanah”.2 Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah seraya berkata : “Ya Rasulullah, ajarkanlah aku ilmu yang bisa mendekatkan diriku ke surga dan menjauhkanku dari neraka. Rasulullah menjawab :
ُك الْجَّنة َ َب َول ْ َلََتغْض “Janganlah kamu marah, maka kamu mendapat surga”. 3 Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :
إِ ّن اْلغَضَبَ مِ َن الشّيْطَانِ َوإِ ّن الشّيْطَا َن خُ ِل َق ِمنَ النّارِ َوِإنّمَا تُ ْط َفُأ النّا ُر بِالْمَاءِ فَِإذَا ْضأ ّ َب َأ َحدُ ُكمْ فَلْيََتو َ ِغَض “Sesungguhnya amarah itu berasal dari Setan, dan Setan diciptakan dari api. Api itu dipadamkan dengan air. Dan jika seorang diantara kamu marah maka hendaklah ia berwudhu’”.4 1
Shahih Bukhari (6116) Ditakhrij oleh Ahmad (3/61), Tirmidzy d(2191) dan Abdurrazaq (20720) dari hadits Abu Sa’id al Khuddry ra. Al Albani mendha’ifkan hadits tersebut (385) dari kumpulan hadits dha’if Tirmidzy 3 Ditakhrij oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (2352) dan dishahihkan olel al-Albani dalam Shahihuljami’ (7374). 4 Ditakhrij oleh Abu Daud (4784), dari hadits Athiyah bin Urwah as Sa’idy. Al-Albani menyatakan bahwa hadits itu dhaif dalam al Misykah (5113) 2
Abu Dzar al Ghifary berkata bahwasanya Rasulullah bersabda :
ْب وَِإلّا فَلْيَضْ َطجِع ُ َس َفإِنْ َذهَبَ عَ ْن ُه اْلغَض ْ ب أَ َحدُ ُكمْ َو ُهوَ قَائِ ٌم فَلْيَجْ ِل َ ض ِ َِإذَا غ “Jika seorang dari kamu marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk karena duduk bisa melenyapkan amarahnya kalau tidak, maka 1 berbaringlah”. Isa As pernah berkata kepada Yahya bin Zakaria as : “Aku mengajarkanmu ilmu yang bermanfaat : jangan kamu marah. Yahya bertanya : “Bagaimana bisa aku tidak marah?” Isa menjawab : “Jika orang lain menggunjing apa yang ada dalam dirimu, maka katakanlah : ‘Kamu berdosa, aku memohon ampun kepada Allah’. Jika kamu dikatai dengan apa yang tidak ada pada dirimu maka ucapkan Alhamdulillah karena apa yang dalam dirimu tidak menjadikan kamu dicela, maka itu adalah kebaikan bagimu”. Amru bin ‘Ash pernah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang bisa menjauhkan aku dari kemarahan Allah SWT. Rasulullahpun menjawab:
ْلَا تَغْضَب “Jangan kamu marah”.2 Luqman pernah berkata kepada anaknya: “Jika engkau ingin mengambil seorang saudara maka buatlah ia marah. Jika ia berlaku adil maka dia juga membuatmu marah, jika tidak maka hati-hatilah terhadapnya”.
1 2
Ditakhrij oleh Ahmad (5/152) dan Tirmidzy (4783) dan dishahihkan oleh al-Albani (693) Ditakhrij oleh Ahmd (2/175) dengan isnad yang shahih.
Hadits ke 17 Lemah lembut dan berbuat baik
َ إِ ّن ال ّلهَ كَتَب: َصلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّمَ قَال َ ِعَنْ َأبِي َيعْلىَ شَدّادِ بْنِ َأوْسٍ عَنْ َرسُولِ اللّه ّحد ِ ُح َولْي َ ْالِْإ ْحسَانَ عَلَى ُك ّل شَيْ ٍء َفِإذَا قَتَلُْت ْم َفَأحْسِنُوا اْلقِتْ َلةَ َوِإذَا َذبَحُْت ْم َفأَ ْحسِنُوا ال ّذب )(رواه مسلم
ُح َذبِيحََته ْ ِأَ َحدُ ُكمْ َش ْف َرتَ ُه فَلُْير
“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan atas segala sesuatu. Jika kamu membunuh maka baguskanlah cara membunuh dan jika kamu menyembelih baguskanlah menyembelih dan hendaknya menajamkan pisau serta lemah lembutlah kepada hewan yang disembelih”.(HR Muslim). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW (( ٍيء ْ َش
َبص الِْإحْسصَا َن عَلَى كُ ّل َ ّهص كَت َ )) إِن ّ الل
di antara
kebaikan ketika mengqishah orang Muslim adalah mengecek alat untuk qishah dan jangan mengqishah dengan alat yang tumpul. Selain itu seseorang seharusnya menajamkan pisau ketika menyembelih binatang dan lemah lembut kepada hewan yang disembelih tersebut. Jangan sekali-kali memotong bagian lain dari tubuh hewan sebelum ia mati. Jangan mengasah pisau di hadapan hewan tersebut. Sebaiknya ia menyodorkan air ke hewan tersebut sebelum disembelih. Jangan sekali-kali menyembelih unta yang masih banyak susunya, atau yang bunting sampai habis susunya. Dan jangan memerah susunya sampai habis dan memotong kuku-kukunya ketika memerah susunya. Orang-orang berkata: “Janganlah menyembelih salah satu hewan di depan yang lain”.
1
Shahih Muslim (1955)
Hadits ke 18 Takwa dan Akhlak Baik
ِت َوأَتْبِع َ ْعَنْ َأبِي ذَرّ قَالَ قَالَ لِي َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ اّتقِ ال ّل ِه حَيْثُمَا كُن )(رواه مسلم
ٍسن َ حهَا َوخَاِلقِ النّاسَ ِبخُ ُلقٍ َح ُ حسََنةَ تَ ْم َ ْالسّيَّئ َة ال
Artinya: “Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah, Abu Abdurrahman Mu’adz bin Jabal dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan berbuatlah baik sebagai ganti jika sebelumnya berbuat tercela sehingga kebaikan itu menghapus kejelekan sebelumnya dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik”.(Diriwayakan oleh Tirmidzy, ia berkata bahwa hadits ini hadits hasan. Dalam beberapa naskah hadits, hadits ini adalah hadits shahih). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah ((َكُنْ ت
)) اتّ قِ اللّ هِ َحيْثُمَا
artinya bertakwalah kepada Allah
dalam kesendirian, sebagaimana kamu bertakwa kepada-Nya di tengah-tengah manusia. Bertakwalah kepada-Nya di segala tempat dan waktu. Diantara hal yang bisa membantu ketakwaan adalah menghadirkan perasaan bahwa Allah SWT mengawasi hamba dalam segenap keadaannya. Allah berfirman: “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya”.(al-Mujadilah : 7). Takwa adalah kata singkat tapi bermakna luas, yaitu melakukan seluruh kewajiban dan meninggalkan segala larangan Allah. Sabda Rasulullah ((محُه َا ْ َت
ََسصنَة َ السصيّئَ َة الْح ّ ِعص ِ )) وََأتْب
maksudnya jika kamu
melakukan perbuatan tercela, maka mohon ampunlah kepada Allah SWT dan lakukanlah kebaikan setelah itu sehingga bisa menghapus keburukan amal sebelumnya. Ketahuilah bahwa makna eksplisit hadits ini menunjukkan bahwa amal baik itu hanya menghapus amal kejelekan satu saja meskipun kebaikan itu diberi balasan dengan 10. Artinya bahwa pahala berlipat ganda tidak dapat menghapus segala kejelekan. Tapi ini bukan maksud sebenarnya, karena satu kebaikan itu bisa menghapus 10 keburukan. Dalam sebuah hadits ada bukti yang menunjukkan hal tersebut yaitu Sabda Rasulullah :
َشرًا َفذَِلكَ خَ ْمسُون ْ شرًا وَتسَبّحُون َع ْ شرًا َوتُحْ ِمدُون َع ْ تكبون فِي ُدُبرِ ُكلّ الصَلَاةٍ َع ِف وَخَمْسُ مِاَئةٍ فِي الْمِيزَان ٌ ْوَمِائَ ٌة بِاللّسَا ِن َوأَل “Setiap habis sholat kamu membaca takbir sebanyak 10 kali, tahmid 10 kali dan tasbih 10 kali maka itu sama dengan 150 kali dengan lisan dan 1500 kali dalam timbangan amal”. Kemudian Rasulullah bersabda : 1
Jami’ut Tirmidzi (1987) dan dalam al-Misykah (5083) al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
ٍَأّيكُ ْم َيفْ َع ُل فِي الْيَوْ ِم اْلوَا ِحدِ َأْلفًا َوخَ ْمسُمِائَة سَيَّئة “Siapa saja diantara kamu yang melakukan kejelekan sebanyak 1500 kali dalam satu hari (kejelekannya dapat dihapus)”.1 Ini menunjukkan bahwa pelipatgandaan pahala dapat menghapus banyak amal jelek. Makna eksplisit hadits adalah bahwa kebaikan bisa menghapus kejelekan yang berhubungan dengan hak Allah. Sementara kejelekan yang berhubungan dengan manusia lain seperti marah, menggunjing dan menghasut, maka tidak akan dihapus oleh Allah kecuali ia meminta maaf kepada orang lain. Ia harus menyebutkan kedzaliman yang telah ia perbuat terhadap orang lain dengan mengatakan : “Aku telah menggunjingmu begini dan begitu”. Hadist tersebut juga menunjukkan bahwa interopeksi diri adalah wajib. Rasulullah SAW bersabda :
سكُ ْم قَ ْبلَ أَنْ ُتحَاسَُبوْا َ حَاسُِبوْا َأنْ ُف “Hitunglah amal-amal perbuatan kamu sebelum amal-amalmu dihitung (di Hari Kiamat nanti)”. 2 Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”.(al-Hasyr : 18). Sabda Rasulullah SAW: ((ٍسن َ َح
خلُ ٍق ُ ِ )) وَخَالِ قِ النّا سَ بketahuilah bahwa akhlak
yang baik itu mengandung makna berbuat baik kepada orang lain dan tidak menyakitinya. Rasulullah bersabda :
ِسنِ الْخُ ُلق ْ ط اْلوَ ْجهِ وَ ُح ِ ْسعُ ْو ُهمْ بَِبس ْ س ِبأَ ْموَاِلكُ ْم َف َ س َعوْا النّا ْ ِإّنكُ ْم َلنْ َت “Sesungguhnya kamu tidak akan bisa mendekati orang-orang dengan hartamu, tapi dekatilah mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang baik”.3 Rasulullah juga bersabda :
خِيَارُ ُكمْ أَ ْحسََنكُ ْم َأخْلَاقًا “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya”. 4 Di hadits lain Rasulullah juga bersabda:
سنُ الْخُلُق ْ ُح: َل مَا َأفْضَ ُل الْأَ ْعمَال؟ قَال ِ يَا َر ُسوْلَ ا: أَنّ َرجُلًا أَتَاهُ َفقَا َل “Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya: Ya Rasulullah, apakah amal yang paling utama?” Rasulullah menjawab: “Akhlak yang baik”.1 Itu sama dengan hadits yang telah lewat yaitu jangan marah. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengeluhkan keburukan 1
Ditakhrij oleh Abu Daud (5065), An Nasaai dalam al Kubra (1271) dan Ibnu Majah (926) dari hadits riwayat Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah (722) 2 Ditakhrij oleh Ibnu Abi Dunya dalam “Muhasabatun Nafsi” hal. 22. 3 Ditakhrij oleh Al Hakim (1/124) dan Abu Ya’la (6550) dengan isnad dhaif. Al Albani melemahkan hadits tersebut dalam as silsilah ad dhaifah (643). 4 Ditakhrij oleh Bukhari (3559) dan Muslim (2331) dari hadits riwayat Abdullah bin Amru ra 1 Ditakhrij oleh Ibnu Nasr dalam (Ta’dziim qadaris sholat) (2/878).
akhlak isterinya kepada Allah. Lalu Allahpun berfirman kepadanya: “Itu menjadi bagian penderitaan bagimu”. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
ي إِيَانًا أَ ْحسَُن ُهمْ خُ ُلقًا َوخِيَارُ ُكمْ خِيَارُ ُكمْ لِِنسَاِئهِ ْم خُ ُلقًا َ ِأَكْ َم ُل الْ ُم ْؤمِن “Orang-orang yang paling sempurna imannya adalah mereka yang palig baik akhlaknya. Dan sebaik-sebaik kamu adalah yang paling baik akhlaknya terhadap isterinya”.2 Rasulullah juga bersabda:
َفإِّنهُ لَا ُيكْ ِملُ ِإلّا ِبهَا,ِس ِن الْخُ ُلقِ َو السّخَاء ْح ُ ِل ِإخْتَارَ َل ُكمُ اْلإِسْلَا َم ِديْنًا َفأَ ْك ِرمُ ْو ُه ب َ إِنّ ا “Sesungguhnya Allah memilihkan Islam sebagai agama bagimu, maka muliakanlah Islam dengan akhlak yang baik dan bermurah hati. Karena Islam tidak akan sempurna tanpanya”.3 Jibril As pernah berkata kepada Nabi Muhammad ketika turun wahyu Allah : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(al-A’raaf : 199). Rasulullahpun menafsirkan ayat tersebut, bersabda : “hendaklah kamu memaafkan orang yang berbuat dzolim kepadamu, menyambung silaturahmi kepada orang yang memutusnya dan memberikan sesuatu kepada orang lain yang tidak mau memberikan sesuatunya kepadamu”. Allah berfirman : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Fushshilat : 34). Dikatakan dalam menafsirkan firman Allah : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(al-Qalam : 4). Hendaknya orang itu berakhlak Qur’ani, melakukan segala perintah dan meninggalkan larangnya, ridho karena ridhonya dan marah karena marahnya Rasulullah.
2
Ditakhrij oleh Tirmidzi (1162) dan menurut Al Albani dalam (as Shahihah) hadits tersebut hasan. Ditakhrij oleh ath Thabrani dalam Al Ausath dan oleh al-Haitsami dilemahkan dalam al Majma’ (3/127) 3
Hadits ke 19 Perhatian dan Penjagaan Allah
يَا غُلَا ُم ِإنّي:َصلّى اللّه عََليْهِ َوسَلّ َم َيوْمًا َفقَال َ ِعَنِ ابْ ِن َعبّاسٍ قَالَ ُكْنتُ خَلْفَ َرسُولِ اللّه َت فَاسَْألِ ال ّله َ ْك ِإذَا َسأَل َ َج ْد ُه تُجَاه ِ َظ ال ّلهَ ت ِ َحفَ ْظكَ ا ْحف ْ َظ ال ّلهَ ي ِ َأُعَلّ ُمكَ كَلِمَاتٍ ا ْحف ْت فَاسَْت ِعنْ بِال ّلهِ وَاعْ َلمْ أَنّ اْلُأمّ َة َلوِ اجْتَ َمعَتْ عَلَى أَ ْن يَ ْنفَعُو َك ِبشَيْ ٍء َلم َ ْوَِإذَا اسَْتعَن ضرّو َك ِإلّا ُ َضرّو َك ِبشَيْ ٍء َلمْ ي ُ َك َولَوِ اجْتَ َمعُوا عَلَى أَ ْن ي َ َشيْ ٍء َقدْ َكتََبهُ ال ّلهُ ل َ يَ ْن َفعُو َك ِإلّا ِب ٌسن َ َث ح ٌ ف قَالَ َهذَا َحدِي ُ ُشيْ ٍء َقدْ كََتَبهُ ال ّلهُ عَلَ ْيكَ ُر ِفعَتِ اْلَأقْلَا ُم َو َجفّتِ الصّح َ ِب )(رواه الترمذي
ٌصَحِيح
ك َت َعرّفْ ِإلَ ْيهِ فِي َ َج ْد ُه َأمَام ِ َظ اللّ َه ت ِ َحفَ ْظكَ ا ْحف ْ َظ اللّ َه ي ِ َ ا ْحف: وف رواية غي الترمذي وما أصابك ل يكن,شدّ ِة واعلم أن ماأخطأك ل يكن ليصيبك ّ ك فِي ال َ ْال ّرخَا ِء َي ْع ِرف سرًا ْ ب وَأَ ّن مَ َع اْل ُعسْ ِر ُي ِ ْصرَ مَ َع الصّ ْب ِر َوأَنّ اْل َفرَجَ مَ َع اْل َكر ْ ّ وَاعْ َل ْم أَ ّن الن,ليخطئك “Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Pada suatu hari aku berada di belakang Rasulullah SAW, lalu beliau berkata kepadaku : “Hai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata : “Jagalah hak-hak Allah atasmu, maka Dia akan menjagamu. Jagalah hak-hak Allah atasmu, niscaya engkau mendapati-Nya di depanmu. Jika engkau ingin memohon sesuatu, maka mohonlah kepada Allah. Jika ingin meminta tolong, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah seandainya umat manusia bersatu untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka sekali-kali mereka tidak bisa berbuat itu kecuali yang Allah telah tentukan baik bagimu. Dan bila mereka bersatu untuk menyelakakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan bisa menyelakakanmu. Allah telah menentukan takdir makhluk sebelum mereka diciptakan dan Allah telah selesai menuliskan takdir mereka”. 1 Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hadits hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi: “Jagalah hak-hak Allah atasmu niscaya kamu mendapati-Nya ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau dalam keadaan bahagia, niscaya Allah mengenalmu ketika dalam kesusahan. Ketahuilah bahwa yang salah pasti salah dan benar pasti benar. Dan ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama dengan kesabaran, sesudah kesempitan ada kelapangan dan sesudah ada kesulitan ada kemudahan”. 2 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW: ((ص َ حفَظْك ْ )) ا ْحفَظ ِص اللّه َص َيmaksudnya jagalah segala perintah Allah dan taatilah perintah-Nya dan jauhilah larangan-larangan-Nya, maka Allah akan memenuhi permintaanmu dan menjagamu baik dunia dan akhirat. Allah 1
Jami’ut Tirmidzy (2516) hadits ini dalam Musnad Ahmad ada dalam (1/293) dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 2 Ditakhrij oleh Ahmad (1/307) dan al-Hakim (3/624)
berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”.(an-Nahl : 97). Adapun segala bala dan musibah yang menimpa seorang hamba adalah disebabkan ia menyia-nyiakan perintah Allah SWT. Allah berfirman : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”.(asy-Syuura : 30). Sabda Rasulullah : ((َتُجَاهَ ك Rasulullah
ُ )) تَجِدْ هartinya adalah di ((ِدة ّ ّ )) َت َعرّ فْ ِإلَيْ هِ فِي الرّخَاءِ َي ْعرِفْ كَ فِي الشAllah telah
hadapanmu. Sabda menegaskan dalam
Kitab-Nya bahwa amal saleh itu membawa manfaat dalam keadaan susah dan bisa menyelamatkan orang yang beramal saleh. Adapun perbuatan jelek akan mengakibatkan kesusah bagi orang yang melakukannya. Firman Allah dalam menceritakan tentang Yunus As : “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orangorang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit”.(ash-Shaaffaat : 143-144). Dan tatkala Fir’aun hampir tenggelam ia berkata: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil”. Allahpun berfirman : “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.(Yunus : 90-91). Sabda Rasulullah : (( َاللّه
)) ِإذَا سَأَْلتَ فَاسْأَ ِلmenunjukkan bahwa seorang hamba
tidak boleh menggantungkan hatinya kepada selain Allah. Tapi ia harus menggantungkan sepenuhnya kepada Allah. Jika hajat yang ia mau tidak ada hubungannya dengan makhluknya, seperti memohon hidayah, ilmu dan pemahaman tentang Al Qur’an dan as-Sunnah, sembuh dari penyakit dan mohon selamat dari bala dunia dan akhirat, maka ia memohon kepada Allah. Apabila hajat yang ia mau ada hubungannya dengan makhluknya seperti kebutuhan yang berhubungan dengan tukang, pegawai dan pemimpin, mintalah kepada Allah agar hati orang-orang itu condong kepadanya sambil berdoa: “Ya Allah, condongkanlah hati para hamba-Mu kepada kami”. Dan doa semacamnya. Dan janganlah meminta kepada Allah agar tidak membutuhkan makhluk yang lain, karena Rasulullah pernah mendengar Ali berdoa: “Ya Allah jauhkanlah aku dari makhluk ciptaanmu”. Rasulullahpun bersabda:
ْ ال ّلهُم أَغْنِنَا َعن: ْ َوَلكِن ُقل,ٍضهُم ِإلَى َبعْض ُ ْج َبع ُ لَا َتقُل َه َكذَا َفإِنّ الْخَ ْل َق يَحْتَا َشَرَا ِر خَ ْلقِك “Jangan sekali-kali katakan itu, karena manusia antara satu dengan lainnya saling membutuhkan, tapi katakanlah : “Ya Allah jauhkanlah kami dari kejahatan makhlukmu”.1 Adapun meminta sesuatu kepada makhluk dan bergantung kepadanya maka itu tercela. Diriwayatkan dari Allah SWT dalam firman-Nya di Kitab-kitab suci : “Apakah selain pintu-Ku diketuk dengan penuh pengharapan sementara pintu-Ku terbuka? Ataukah kepada selain Aku ia berharap dalam kesempitan sementara Aku adalah Raja Yang Berkuasa? Barangsiapa mengharap kepada selain-Ku, maka Aku akan memakaikan pakaian kehinaan di antara manusia yang lain...sampai akhir”. Sabda Rasulullah SAW : ((َالُْأمّة
ّ)) وَاعَْل مْ أَن
ketika orang kadang mengharap
kebaikan orang yang dicintainya dan takut akan kejahatan dari orang yang ia 1
Disebutkan oleh al ‘Ajluni dalam “Kasyful Khufa” (1/188) dan itu tidak shahih.
waspadai, maka Allah pasti menghilangkan keputusasaan dari makhluknya dengan firman-Nya : “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya”.(Yunus : 107). Ini semua tidak bertentangan dengan cerita tentang Musa As : “...maka aku takut mereka akan membunuhku”.(asy-Syu’araa’ : 107) dan (al-Qishash : 33). Allah juga berfirman : “(Ya Tuhan) sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas”.(Thaahaa : 45). Demikian juga Allah berfirman : “..bersiap siagalah kamu”.(an-Nisaa’ : 71). Dan lain sebagainya. Tetapi kesalamatan dan kebinasaan itu ditentukan oleh Allah. Manusia hanya bisa beralih dari sebab-sebab binasa menuju sebab-sebab selamat. Allah SWT berfirman : “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.(al Baqarah : 195). Sabda Rasulullah SAW: ((ِالصّ ْبر
َ)) وَاعَْلمْ أَنّ الّنصْ َر مَع
Rasulullah SAW bersabda :
َ َفإِنّ الَ مَع,لَا تَمَّنوْا ِلقَاءَ اْل َعدُ ّو وَسَلُوا ال ّلهَ اْلعَافَِي َة َفإِذَا َلقِيتُمُو ُهمْ فَاصِْبرُوا َولَا َت ِف ّروْا الصّاِب ِريْن “Janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, tapi mintalah kepada Allah agar diberikan kekuatan. Jika kamu bertemu dengan mereka, maka bersabarlah dan janganlah melarikan diri, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar”.2 Sama halnya dengan kesabaran akan penderitaan, itu juga akan berakhir dengan kemenangan. Sabda Rasulullah : ((ِكرْ ب َ ْال
َج مَ ع َ َ)) وَأَنّ اْل َفر
al-karbu adalah bencana yang
keras. Jika bencana bertambah keras, maka Allah akan memberikan jalan keluar seperti pepatah mengatakan : “Kuatkanlah dirimu menghadapi musibah niscaya kaum mendapat jalan keluar”. Sabda Rasulullah : ((سرًا ْ ُي
ِسر ْ ُ )) وَأَنّ مَعَ اْلعdisebutkan di hadits lain bahwasanya
Rasulullah bersabda :
سرَين ْ س ٌر ُي ْ لَا َيغْلِبُ ُع “Satu kesukaran tidak akan mengalahkan dua kemudahan”. Allah menyebutkan kata al ‘usru sebanyak dua kali dan kemudahan dua kali. Akan tetapi menurut tata bahasa Arab, isim ma’rifah (kata benda tertentu) jika diulang dua kali maka maknanya satu, karena laam kedua adalah lil’ahdi (untuk benda yang sudah diketahui sebelumnya tanpa disebutkan), tapi kalau isim nakirah (kata benda tak tertentu) diulang dua kali maka maknanya banyak. Kata al ‘usru disebutkan dua kali dengan bentuk ma’rifah dan kata yusru disebut dua kali dengan bentuk nakirah maka jadi dua. Oleh karena itu Rasullah bersabda : ((سرَين ْ ُي
2
س ٌر ْ ُ))لَا َي ْغِلبُ ع
Ditakhrij oleh Bukhari (3026) dan Muslim (1741) dari hadits Abu Hurairah ra.
Hadits ke 20 Rasa malu dan iman
قَا َل النِّبيّ صَلّى:َسعُو ٍد عُ ْقَب َة بن عُمْرِو اْلأَْنصَارِي اْلبَدَرِي رضي ال عنه قَال ْ َعَنْ َأبِي م حيِ فَاصَْن ْع مَا ْ َ ِإذَا لَ ْم َتسْت:س ِمنْ كَلَا ِم النّبُ ّو ِة الول ُ اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ إِ ّن مِمّا َأدْرَ َك النّا )(رواه البخاري
َشِئْت
“Dari Abu Mas’ud ‘Uqba bin Amru al-Anshari dan al-Badari ra berkata bahwasanya Rasulullah bersabda : “Di antara kata-kata kenabian yang pertama yang diketahui oleh manusia adalah jika kamu tidak malu, maka lakukanlah sesuka hatimu”. (HR Bukhari).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah (( َشِئْ ت
ستَحْ ِي فَا صْنَ ْع مَا ْ َ ))ِإذَا لَ ْم تmaksudnya jika kamu ingin
melakukan sesuatu hal, yaitu perbuatan yang jika dilakukan, kamu tidak malu kepada Allah maupun orang lain, maka kerjakanlah, dan bila malu maka jangan. Atas dasar hadits inilah inti ajaran agama Islam ada di situ. Oleh karena itu Rasulullah bersabda : ((َشئْ ت ِ
))فَا صْنَ ْع مَاperintah kepada sesuatu yang mubah (boleh). Karena perbuatan jika
tidak dilarang secara agama maka berarti hukumnya mubah. Di antara ulama ada yang menafsirkan hadits tersebut : “Sesungguhnya jika kamu tidak malu kepada Allah dan tidak merasa diawasi oleh-Nya, maka lakukanlah perbuatan yang dilarang sesuka hatimu. Jadi perintah di situ mengandung makna ancaman dan bukan merupakan perintah dibolehkan melakukannya. Sebagaimana firman Allah : “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki”.(Fushshilat : 40). Dan firmannya dalam surat al-Israa’ : “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu”.(al-Israa’ : 64).
Hadits ke 21 1
Shahih Bukhari (3483)
Iman dan Istiqamah
ِ وَقِيلَ َأبِي عَمْ َر َة ُس ْفيَا َن بْ ِن َعبْدِ اللّهِ الّث َقفِيّ قَالَ ُق ْلتُ يَا َرسُولَ اللّه,عَنْ َأبِي عَمْرُو )(رواه مسلم
ْت بِال ّلهِ فَاسْتَ ِقم ُ ْقُلْ لِي فِي الِْإسْلَامِ َقوْلًا لَا َأ ْسأَ ُل َعنْهُ أَ َحدًا َغيْ َركَ قَالَ ُقلْ آمَن
“Dari Abu Amru, ada yang menyebutnya Abu ‘Amra Sufyan bin Abdullah atsTsaqafi berkata : Aku berkata kepada Rasulullah SAW : Ya Rasulullah , katakan kepadaku mengenai Islam sebuah perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun selain kamu”. Rasulullah menjawab : “Katakanlah aku beriman kepada Allah lalu beristiqamahlah”.(HR Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah : ((َْاسصَتقِم ْ ّهص ف ِ ْتص بِالل ُ ))آمَنmaksudnya sebagaimana telah diperintahkan dan dilarang. Adapun kata al istiqamah artinya komitmen di jalan kebaikan dengan melakukan seluruh kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan. Allah berfirman : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu”.(Huud : 112). Dan Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka”.(Fushshilaat : 30). Yaitu ketika mati dalam kubur, malaikat memberikan kabar gembira kepada mereka dengan firman Allah : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.(Fushshilaat : 30). Dalam tafsir dikatakan bahwa mereka ketika diberikan gambar gembira akan memperoleh surga, mereka berkata : “Bagaimana dengan anak-anak kami, apa yang mereka makan dan bagaimana keadaan mereka setelah kami tinggal?”. Maka dikatakan kepada mereka : “Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat”.(Fushshilaat : 31). Maksudnya kami yang akan mengurusi mereka setelah kamu. Lalu merekapun pergi dengan tenang.
Hadits ke 22 Jalan menuju surga 1
Shahih Muslim (38)
ِصلّى اللّهم عََليْه َ ِ َأنّ َرجُلًا َسأَلَ َرسُولَ اللّه: عَنْ َأبِي عبد ال جابر عبد ال النصاري َحلَال َ ْت ال ُ ص ْمتُ َر َمضَا َن َوأَحْلَ ْل ُ َت الْ َمكْتُوبَاتِ و ِ ت الصَّلوَا ُ َوسَلّمَ َفقَالَ أَ َرَأيْتَ إِذَا صَّلْي )(رواه مسلم
ْجّنةَ قَالَ َن َعم َ ْك َشْيئًا َأأَ ْدخُ ُل ال َ ِحرَامَ وَلَمْ أَ ِز ْد عَلَى ذَل َ ْوَ َح ّر ْمتُ ال
“Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah al Anshari bahwasanya seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW : “Bagaimana pendapatmu jika aku menunaikan sholat-sholat fardhu, puasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, serta tidak berlebihan sedikitpun, apakah aku akan masuk Surga?”.Rasulullah menjawab : “Ya benar”. (HR Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Makna harramtul haraam adalah aku menjauhkan diriku darinya, dan arti ahlaltul halaalan ialah aku melakukannya dengan keyakinan bahwa itu adalah halal. Sabda Rasulullah : (( ال...َ ))َأرََأْيتartinya adalah beritahukanlah kepadaku. Sabda Rasulullah : ((َحلَال َ ْال aku melakukan
ت ُ ْ ))وَأَحَْللaku meyakini bahwa itu adalah halal dan kewajiban-kewajibannya. Adapun ((َحرَا م َ ْ ))وَ َح ّرمْ تُ الaku meyakini
bahwa itu adalah haram dan aku tidak melakukannya. Sabda Rasulullah ((ْ ))َنعَمartinya benar kamu akan masuk Surga.
Hadits ke 23 Sarana menuju kebaikan
1
Shahih Muslim (17)
ِصلّى اللّ هم عََليْ ه َ ِ اْلأَ ْشعَرِيّ قَالَ قَالَ رَ سُولُ اللّ ه- عَ نْ أَبِي مَالِ كٍ – الارث بن عا صم ِح ْمدُ لِلّ هِ تَمْ َلُأ الْمِيزَا َن وَ سُبْحَا َن اللّ ِه وَالْحَ ْم ُد لِلّ هِ تَمْ َلآَ ن َ ْوَ سَلّمَ ال ّطهُو ُر شَ ْطرُ اْلإِيَا ِن وَال ُص َدقَ ُة ُب ْرهَا ٌن وَال صّ ْبرُ ضِيَا ٌء وَاْلقُرْآ ن ّ ض وَال صّلَاةُ نُو ٌر وَال ِ ْأَ ْو تَمْ َلُأ مَا بَيْ َن ال سّمَاء وَاْلأَر سهُ فَ ُمعِْت ُقهَا َأ ْو مُوِب ُقهَا َ ك أَوْ عَلَ ْيكَ ُك ّل النّاسِ َي ْغدُو فَبَايِ ٌع َن ْف َ جةٌ َل ّ ُح )(رواه مسلم “Dari Abu Malik – al Harits bin ‘Ashim – al-Asy’ari ra berkata : Rasulullah pernah bersabda : “Bersuci itu adalah setengah iman. Kalimat tahmid itu memenuhi timbangan. Tasbih dan tahmid memenuhi antara langit dan bumi. Sholat itu cahaya, bersedekah itu bukti, kesabaran itu lentera dan Al Qur’an itu hujjah bagimu dan ke atasmu. Setiap orang berusaha untuk dirinya sendiri : ada yang menjual diri sendiri untuk taat kepada Allah sehingga selamat dari azab dan ada yang menjual diri sendiri untuk setan sehingga ia binasa”. (HR Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW :
((ِ ))ال ّطهُورُ شَ ْطرُ اْلِإيَا نImam al Ghazali menafsirkan
kata ath-thuhuur : dengan sucinya hati dari dendam, iri, dengki dan segala bentuk penyakit hati lainnya. Karena iman yang sempurna bisa terwujud dengan kesucian tersebut. Barangsiapa mengucapkan dua kalimat syahadah maka ia mendapatkan setengah iman dan barangsiapa mensucikan hatinya dari penyakit-penyakit hati lainnya maka imannya sempurna. Dan siapa yang tidak membersihkan hatinya dari penyakit-penyakit hati tersebut maka imannya kurang sempurna. Di antara ulama ada yang berpendapat siapa yang membersihkan hatinya, berwudhu, mandi dan sholat maka ia telah masuk sholat dengan dua thahaarah. Dan barangsiapa masuk sholat dengan bersuci anggotan badan khususnya, maka ia telah masuk surga dengan dua thahaarah . Allah SWT hanya melihat pada kesucian hati, seperti sabda Rasulullah SAW :
ْصوَرِ ُكمْ َوأَبشار ُك ْم َولَ ِكنْ يَنْ ُظ ُر ِإلَى قُلُوبِ ُكم ُ إِ ّن ال ّلهَ لَا يَنْ ُظرُ ِإلَى “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk wajah dan tubuhmu, tapi Allah melihat pada hatimu”.2 Sabda Rasulullah: (( مَا
ِ))بَيْ َن السّمَاء وَالَْأ ْرض
ُوَالْحَمْدُ ِللّ هِ تَ ْملَأُ الْمِيزَا َن وَ ُسبْحَا َن اللّ هِ وَالْحَمْ ُد لِلّ هِ َتمْلَآَ نِ َأوْ تَ ْملَأ
Hadits ini sepertinya bertentangan dengan hadits yang lain yaitu bahwasanya Musa As berkata :
ْ َولَو,ِ لَا اِله ِالّا ال: يَا مُوسنى قُل: َيَا رَبّ ُدلّنِي عَلى َع َملٍ ُي ْدخِلُنِي الْجَنّةن ؟ قَال 1 2
Shahih Muslim (15) Ditakhrij oleh Muslim (2564) dari hadits Abu Hurairah ra
ْحت َ َ َلرَج, َولَا اِله ِالّا الِ فِى ِكفّة,ضعَتِ السّمَاواَت السَبْع وَالْأَرْضُون السَبْع فِى ِكفّة ِ ُو ِبهِ ْم لَا اله ال ال “Ya Tuhanku, tunjukkan kepadaku amal ibadah yang bisa memasukkanku ke dalam Surga?”. Allahpun menjawab: “Hai Musa katakanlah : ‘Laa ilaaha illallah, jika tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di telapak tangan dan laa ilaaha illallah di telapak tanganmu yang lain, maka kalimat laa ilaaha illallah itu lebih berat”.1 Kita ketahui bahwa tujuh langit dan tujuh bumi lebih luas dari pada satu langit dan satu bumi. Jika tahmid itu memenuhi timbangan keadilan atau lebih, maka otomatis tahmid memenuhi antara bumi dan langit. Karena neraca keadilan lebih luas diban dingkan antara bumi dan langit. Dan tahmid memenuhi langit dan bumi. Maksudnya kalau diibaratkan badan maka neraca keadilan akan penuh atau pahala tahmid memenuhinya. Sabda Rasulullah SAW : ((ٌنُور
ُ)) وَال صّلَاة
maksudnya pahala sholat itu ibarat
cahaya. Dalam sebuah hadits disebutkan :
ِي فِي الظّ َلمِ ِإلَى الْ َمسَا ِجدِ بِالنّورِ التّا ّم َيوْ َم الْقِيَامَة َ َِبشّ ِر الْ َمشّائ “Berilah kabar gembira kepada orang yang suka berjalan kaki dalam kegelapan menuju masjid (untuk sholat) dengan cahaya sempurna di hari akhir”.2 Sabda Rasulullah SAW : ((َانص ٌ ُب ْره
َُالصصدََقة ّ )) و
menunjukkan syahnya iman
seseorang. Dinamakan sedekah karena mengandung makna kejujuran hatinya. Sebab orang yang munafik mungkin saja mengerjakan sholat tapi biasanya tidak mudah memberikan sedekah. Sabda Rasulullah SAW : ((ٌضيَاء ِ
َُالصصر )) و ّْب
yaitu kesabaran yang disukai.
Maksudnya sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar menghadapi bencana dan kesulitan hidup di dunia. Arti hadits itu ialah bahwa orang yang memiliki kesabaran senantiasa dalam kebenaran. Sabda Rasulullah : ((ُسه َ َْنف
ٌ )) كُ ّل النّا سِ َيغْدُو َفبَايِ عartinya bahwa setiap manusia
berusaha untuk dirinya sendiri. Di antara mereka ada menjual dirinya demi mentaati Allah sehingga Allah membebaskannya dari azab. Di antara mereka juga ada yang menjual dirinya demi mengikuti setan dan hawa nafsu, sehingga amalnya itu membinasakannya. Rasulullah bersabda :
ِكن َ ُكن َوأُ ْش ِهدُ حَمَ َلةَ َع ْرش َ َصنبَحْتُ أُ ْش ِهد ْ ح َأوْ يُمْسنِي ال ّلهُمّ ِإنّين أ ُ ُِصنب ْ َنن قَا َل حِيَ ي ْ م َك لَ ك َ ْت وَ ْحدَ كَ لَا َشرِي َ ْت اللّ ُه لَا ِإلَ َه إِلّا َأن َ ْك َأن َ ّك وأنبيائك وَجَمِي َع خَ ْلقِ كَ َأن َ َوَمَلَائِكَت ُص َفه ْ ِك أَعْتَ قَ اللّ هُ ُرُبعَ ُه مِ َن النّا ِر َفإِ نْ قَالَهَا َم ّرتَيْ ِن أَعْتَ َق اللّ ُه ن َ ّوَأَنّ مُحَ ّمدًا عَ ْبدُ َك وَنبِي 1 2
Ditakhrij oleh Ahmad dengan isnad yang shahih (2/170) Ditakhrij oleh Abu Daud (561) dan Tirmidzy (223) dari hadits Buraidah ra
ِوَفإ ْن قَالَهَا ثَلَاثًا أَعَْت َق ال ّلهُ ثَلَاَثةَ أَ ْربَا ِعهِ فَإِ ْن قَاَلهَا أَ ْربَعًا أَعَْت َقهُ ال ّلهُ ِم َن النّار “Siapa yang berdoa ketika pagi dan sore dengan mengatakan : “Ya Allah, sesungguhnya aku mengakui kebesaran-Mu, mengakui keagungan kerajaan-Mu, malaikat-malaikat-Mu, nabi-nabi-Mu dan seluruh makhluk-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan Muhammad itu hamba-Mu dan nabi-Mu, maka Allah pasti membebaskan seperempat badannya dari api neraka, jika ia membacanya dua kali maka Allah membebaskan setengah tubuhnya, jika ia membacanya tiga kali maka Allah membebaskan tigaperempat tubuhnya dan jika membacanya empat kali, maka Allah membebaskannya dari api neraka”.1 Jika ada yang mengatakan : jika seorang tuan memberikan sebagian kemerdekaan kepada hambanya maka otomatis kemerdekaan yang lain pun dirasai. Tidak demikian dengan Allah. Jawabannya : Allah tidak bisa dihubungkan dengan perkara-perkara paksaan berbeda dengan selain Allah. Apa yang tidak diinginkan oleh Allah tidak ada dalam kebijaksanaan-Nya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berpegang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.(at-Taubah : 111). Beberapa ulama berkata : Tidak ada jual beli yang lebih mulia dari pada ini. Karena yang membeli adalah Allah, penjualnya orang-orang mukmin, yang dijual adalah jiwa lalu harganya adalah surga. Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang penjual pertama-tama memaksa untuk menyerahkan barang jualan sebelum uangnya dipegang. Dan seorang pembeli tidak memaksa untuk menyerahkan uanganya. Itu karena Allah SWT mewajibkan orang-orang mukmin untuk berjihad sampai terbunuh di jalan Allah, maka mereka harus menyerahkan jiwa yang dijual tersebut dan mengambil surga sebagai gantinya. Jika ada pertanyaan : Bagaimana seorang tuan membeli jiwa hambanya? Jawabannya ia memberikan syarat uang yang harus dibayar oleh budak-budak agar bebas. Itu artinya ia membeli dari mereka. Allah SWT mewajibkan orang-orang mukmin untuk sholat 5 waktu dan puasa serta lainnya, jika mereka melaksanakannya maka mereka menjadi bebas. Wallahu a’lam. Hadits ke 24 Larangan berbuat dzolim
عَ نْ َأبِي ذَرّ عَ ِن النِّبيّ صَلّى اللّهم عََليْ هِ وَ سَلّمَ فِيمَا َروَى عَ نِ اللّ ِه َتبَارَ كَ َوَتعَالَى َأنّ هُ قَالَ يَا حرّمًا فَلَا تَظَالَمُوا يَا عِبَادِي َ ُعِبَادِي إِنّين َح ّرمْتُن الظّلْمَن عَلَى َنفْسنِي وَ َجعَلْتُهُن بَيَْنكُم ْن م 1
Ditakhrij oleh Abu Daud (5078) dan Tirmidzi (3501). Al Albani menganggapnya lemah dalam Dhaiful Jami’ (5731)
ُكُّلكُ مْ ضَالّ ِإلّا مَ نْ َه َديْتُ ُه فَا سْتَ ْهدُونِي َأ ْهدِكُ ْم يَا عِبَادِي كُّلكُ مْ جَائِ ٌع ِإلّا مَ نْ أَ ْطعَ ْمتُ ه سوُْت ُه فَا سْتَ ْكسُونِي أَكْ سُ ُك ْم يَا َ َفَا سْتَ ْطعِمُونِي أُ ْطعِ ْمكُ ْم يَا عِبَادِي كُّلكُ مْ عَا ٍر ِإلّا مَ نْ ك ب جَمِيعًا فَاسْتَ ْغ ِفرُونِي أَ ْغ ِف ْر لَكُمْ يَا َ عِبَادِي إِّنكُ ْم تُخْطِئُو َن بِاللّ ْيلِ وَالّنهَا ِر َوأَنَا أَ ْغ ِفرُ ال ّذنُو ّضرّونِي وَلَ نْ تَبْ ُلغُوا َنفْعِي فَتَ ْن َفعُونِي يَا عِبَادِي َل ْو أَن ُ َضرّي فَت َ عِبَادِي إِّنكُ ْم لَ ْن تَبْ ُلغُوا َأَ ّوَلكُمْ وَآ ِخرَكُ ْم َوإِنْسَ ُكمْ وَجِّنكُمْ كَانُوا عَلَى َأْتقَى قَلْبِ َر ُجلٍ وَاحِ ٍد مِ ْنكُمْ مَا زَادَ َذلِك ِجر َ ْفِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي َلوْ أَنّ َأوَّلكُ مْ وَآ ِخرَكُ مْ َوِإنْ سَ ُك ْم وَجِّنكُ مْ كَانُوا عَلَى َأف ْك مِ نْ مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي َلوْ أَنّ َأوَّلكُ مْ وَآ ِخرَكُ م َ ِص َذل َ َقَلْ بِ َر ُجلٍ وَاحِ ٍد مَا َنق َسَألَتَ ُه مَا َنقَ ص ْ َصعِي ٍد وَا ِحدٍ فَ سََألُونِي َفأَعْطَ ْي تُ ُك ّل ِإنْ سَا ٍن م َ س ُكمْ َوجِنّكُ مْ قَامُوا فِي َ ْوَِإن ْح َر يَا عِبَادِي ِإنّمَا هِ َي أَعْمَالُكُ م ْ َط ِإذَا ُأ ْد ِخلَ الْب ُ َك مِمّا عِ ْندِي إِلّا كَمَا يَ ْنقُ صُ الْ ِمخْي َ َِذل أُحْ صِيهَا لَكُ مْ ثُمّ ُأوَفّيكُ مْ ِإيّاهَا فَمَ نْ َو َجدَ خَ ْيرًا فَلَْيحْ َم ِد اللّ َه َومَ ْن َوجَدَ غَ ْي َر َذلِ كَ فَلَا )(رواه مسلم
ُسه َ يَلُو َم ّن إِلّا نَ ْف
“Dari Abu Dzar al Ghifari ra dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya Allah berfirman : “Hai hamba-hamba-Ku, Aku telah mensucikan diri-Ku dari kedzoliman, dan Aku mengharamkannya di antara kamu, maka janganlah kamu saling berbuat dzolim. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku pasti Aku beri petunjuk. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua kelaparan, kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepadaKu pasti aku beri. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian, maka mintalah penutup pasti aku berikan penutup. Hai hamba-hambaKu, kamu selalu berbuat salah siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya aku ampuni dosa kamu. Hai hambahamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak bisa mencelakai-Ku, maka celakailah Aku kalau kamu bisa, dan sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan manfaat kepadaKu, maka berikanlah manfaat kepada-Ku kalau kamu bisa. Hai hamba-hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir kamu, manusia dan jin di antara kamu menjadi orang yang paling bertakwa, itu semua tidak dapat mempengaruhi kekuasaanku sedikitpun. Hai hamba-hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir kamu, manusia dan jin di antara kamu menjadi orang yang paling jahat, itu semua tidak dapat mengurangi kekuasaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir kamu, manusia dan jin di antara kamu berdiri di atas gunung lalu mereka semua meminta-Ku dan Aku berikan apa yang diminta, maka hal itu tidaklah mengurangi apa yang Aku punya, kecuali seperti kurangnya apabila sebuah jarum di masukan ke dalam laut. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal-amal kamu yang Aku simpan untukmu, kemudian Aku cukupkan kepadamu. Barangsiapa mendapati kebaikan maka bertahmidlah dan barangsiapa mendapati selain itu, maka janganlah mencela kecuali kepada dirinya sendiri. (HR Muslim). 1 1
Shahih Muslim (2577)
Penjelasan dan Uraian Hadits Firman Allah : (( َنفْ سِي
)) ِإنّي َح ّرمْتُ الظّلْ َم عَلَىartinya Aku sucikan diri-Ku dari
kedzoliman. Kedzoliman adalah mustahil bagi Allah SWT. Karena kedzoliman itu melampaui batas dan melakukan perbuatan sewenenang-wenang kepada orang lain. Keduanya adalah mustahil bagi Allah. Firman-Nya : ((تَظَالَمُوا
)) فَلَا
maksudnya janganlah kamu saling mendzolimi
antara satu dengan yang lain. Firman-Nya : (( ِوَالّنهَار
)) ِإنّكُ مْ ُتخْطِئُو نَ بِاللّيْ ِلdengan fathah ta’ dan tha’ diambil
dari khuthi’a dan kata kerja sekarang (al mudhaari’) adalah yakhthau. Boleh juga dengan dhommah tha’ dari kata akhthaau . Kata al khathau dipakai untuk menyatakan perbuatan salah secara sengaja maupun tidak. Arti bahasa ini tidak dapat dipungkiri. Allah berfirman : “Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.(al-Israa’ : 31). Dengan kasrah kha’ dan sukun tha’ ada juga yang membaca khathaan kabiiran. (( ْكم ُ َوَإِنْس
))وَ ِجنّكُم َلوْ أَنّ َأوّلَكُ ْم وَآ ِخرَكُ ْمmenunjukkan dalil naqli dan ‘aqli bahwa
Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun. Dan Allah tidak merasa kekuasaan-Nya bertambah sedikitpun dari makhluk-makhluk-Nya. Allah telah menjelaskan bahwa Dia yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Lalu Allah juga menjelaskan bahwa Dia tidak membutuhkan apapun : “Dialah yang menciptakan apa yang Dia kehendaki”.(Ali Imran : 47) . Dia Maha Kuasa untuk melenyapkan alam semesta ini dan menciptakan selainnya. Siapa yang mampu menciptakan segala sesuatu, maka Diapun tidak membutuhkan ciptaan-Nya. Lalu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak membutuhkan sekutu. Allah berfirman : “Dan Dia tiada mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya”.(al-Israa’ : 111). Lalu Allah menjelaskan bahwa Dia tidak membutuhkan penolong maupun pelindung. Allah berfirman : “dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong”.(al-Israa’ : 111). Allah menggambarkan kemuliaan-Nya kekal selamanya, dan menggambarkan bahwa sifat hina tidaklah Dia miliki. Maka barangsiapa yang mempunyai sifat seperti itu maka ia tidak memerlukan apapun dari ketaatan seorang hamba. Kalaupun semua makhluk taat seperti taatnya orang yang paling takwa, lalu mereka segera melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan dan mereka tidak membantahnya, Allah tidak pernah merasa bertambah kekuasaan-Nya dengan itu semua. Karena ketaatan mereka itu disebabkan oleh taufik dan pertolongan-Nya. Ketaatan mereka adalah nikmat Allah bagi mereka. Kalaupun mereka semua durhaka seperti durhakanya orang yang paling jahat yaitu Iblis. Mereka melanggar perintah dan larangan-Nya itu tidaklah membawa mudharat bagi Allah dan juga tidak mengurangi kesempurnaan kuasa-Nya. Karena jika Allah menghendaki bisa menghancurkan mereka dan menciptakan selain mereka. Allah tidak terpengaruh oleh ketaatan dan kemaksiatan makhluk ciptaan-Nya.
((َص ذَلِ كَ مِمّا عِنْدِي ِإلّا كَمَا يَْنقُ صُ الْمِخْيَ طُ ِإذَا ُأدْخِل َ َفََأعْ َطيْ تُ كُلّ إِْن سَا ٍن مَ سْأَلََت ُه مَا َنق َحر ْ َ))اْلب Kita tahu bahwa jarum kalau diamati tidaklah bisa berpengaruh terhadap lautan. Jadi sesuatu yang ada hubungannya dengan jarum tidak ada pengaruhnya baik itu dalam timbangan maupun bentuknya. ((َالّله
))فَمَ ْن وَ َجدَ خَْيرًا فَ ْليَحْمَ ِدmengucapkan pujian atas taufik yang Dia berikan. ((ُسه َ ْ )) َومَ ْن وَجَ َد غَْي َر ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنّ إِلّا َنفkarena Allah telah memberikan apa yang ia inginkan tapi ia malah mengikuti hawa nafsunya.
Hadits ke 25 Keutamaan berdzikir
ب النِّبيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَالُوا لِلّنبِيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه ِ عَنْ َأبِي ذَرّ أَ ّن نَاسًا مِنْ أَصْحَا َُوسَلّ َم يَا َرسُولَ اللّهِ َذهَبَ َأهْلُ ال ّدثُو ِر بِاْلأُجُو ِر ُيصَلّونَ كَمَا ُنصَلّي َوَيصُومُونَ كَمَا َنصُوم
ٍحة َ َوَيَتصَدّقُو َن ِبفُضُولِ َأ ْموَاِلهِمْ قَالَ َأوَ لَيْسَ قَ ْد َجعَ َل ال ّلهُ َل ُكمْ مَا تَصّ ّدقُونَ إِنّ ِب ُكلّ َتسْبِي ِص َدقَ ًة َوأَ ْم ٌر بِالْ َم ْعرُوف َ ٍص َد َقةً وَ ُكلّ َتهْلِي َلة َ ٍص َد َقةً وَ ُك ّل تَحْمِي َدة َ ٍية َ ِصدَ َق ًة وَ ُكلّ َتكْب َ ص َدقَةٌ قَالُوا يَا َرسُولَ اللّهِ َأيَأتِي أَحَ ُدنَا َ ْض ِع أَ َحدِ ُكم ْ ُص َد َقةٌ وَفِي ب َ ٍص َد َقةٌ َوَنهْيٌ َع ْن مُ ْنكَر َ َض َعهَا فِي َحرَا ٍم أَكَانَ عَلَ ْي ِه فِيهَا وِزْ ٌر َف َكذَِلك َ ََش ْه َوتَهُ َوَيكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَ َرأَيُْت ْم لَ ْو و )(رواه مسلم
ض َعهَا فِي الْحَلَالِ كَا َن َلهُ َأ ْجرًا َ َِإذَا و
“Dari Abu Dzar ra juga, bahwasanya beberapa orang di antara sahabat Rasulullah berkata kepada Nabi Muhammad SAW: “Ya Rasulullah, orang-orang lampau telah meninggal membawa pahala-pahala mereka., mereka sholat seperti kami, puasa seperti kami, bersedekah dengan harta benda yang lebih baik seperti kami”. Rasulullah menjawab : “Bukankah Allah telah menjadikan semua amal baik kamu sebagai sedekah bagi kamu? Sesungguhnya setiap kali tasbih itu sedekah, setiap kali takbir sedekah, setiap kali tahmid sedekah, setiap kali tahlil sedekah, amr ma’ruf nahi munkar sedekah dan berhubungan suami isteripun sedekah”. Mereka bertanya kembali : “Apakah seorang diantara kami menyalurkan nafsunya juga mendatangkan pahala baginya?”. Rasulullah menjawab: “Ketahuilah bahwa kalau ia melakukan dengan cara haram aja membawa dosa demikian juga jika ia melakukannya dengan cara halal, pasti ia mendapat pahala”.(HR Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW (( فِيهَا
ُقَالُوا يَا رَ سُولَ اللّ هِ َأيَأتِي أَحَ ُدنَا َش ْه َوتَ هُ َوَيكُو نُ لَ ه
ٌض َعهَا فِي َحرَا ٍم أَكَانَ عَلَ ْي ِه فِيهَا وِزْر َ َ))أَ ْجرٌ قَالَ أَ َرأَيُْت ْم لَ ْو و Ketahuilah bahwa syahwat untuk berjima’ dengan isterinya adalah syahwat yang paling disukai oleh para nabi dan orang-orang yang saleh. Mereka berpendapat karena menyalurkan nafsu syahwatnya pada jalan yang benar itu mengandung kemaslahatan dunia dan akhirat; di antaranya menundukkan pandangan, membunuh syahwat untuk berbuat zina dan memperoleh keturunan untuk bisa membangun dunia dan memperbanyak umat manusia sampai hari kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa semua bentuk syahwat itu mengeraskan hati kecuali nafsu yang satu ini bisa melembutkan hati.
Hadits ke 26 Diantara jalan menuju kebaikan
ِ قَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ُك ّل سُلَامَى ِمنَ النّاسِ عَلَ ْيه: َعَنْ أب هُ َريْ َرةَ قَال ِي الرّ ُجلَ فِي دَابِّته ُ ِص َد َقةٌ وَُتع َ ِس َت ْعدِ ُل بَ ْينَ الِاثْنَيْن ُ ْصدَ َقةٌ ُك ّل يَوْ ٍم تَطْ ُل ُع فِيهِ الشّم َ 1
Shahih Muslim (1006)
ص َدقَ ٌة وَ ُك ّل خُطْ َو ٍة تَ ْمشِيهَا َ ُص َد َقةٌ وَالْكَلِ َم ُة الطّيَّبة َ ُفَتَحْمِ ُلهُ َعلَ ْيهَا َأوْ َت ْرفَ ُع َلهُ عَلَ ْيهَا مَتَا َعه )(رواه البخاري و مسلم
ٌصدَ َقة َ ِص َد َقةٌ َوتُمِيطُ اْلَأذَى َعنِ ال ّطرِيق َ ِِإلَى الصّلَاة
“Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : “Setiap anggota tubuh manusia itu ada sedekahnya setiap harinya manakala Matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah, membantu orang naik onta atau kuda atau menaikan barangnya ke atas kudanya juga sedekah, kata-kata yang baik sedekah, setiap langkah menunaikan sholat sedekah dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah”.(HR Bukhari dan Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah ((ٌصدَقَة َمِنَص النّاسِص َعلَيْهِص ص
صَامَى )) كُلّ سُل
kata sulaama artinya
anggota tubuh manusia. Ada yang menyebutkan jumlahnya 360 anggota tubuh. Bagi setiap anggota tubuh tersebut ada sedekahnya. Setiap amal perbuatan baik dari tasbih, tahlil, takbir ataupun langkah untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Siapa yang melakukan ini semua di awal setiap harinya, maka ia telah menunaikan zakat tubuhnya. Dalam sebuah hadits disebutkan :
أَنّ رَ ْكعَتَ ْي ِن ِمنَ الضّحَى َتقُوْ ُم َمقَا َم ذلك “Setiap dua rakaat dari sholat Dhuha menggantikannya”. Dalam hadits lain :
َصلّ لِي أَ ْربَ عَ َر َكعَا تٍ ف َأوّ ِل اليوم أَ ْكفِ ك َ َقَا َل اللّ هُ َع ّز وَ َجلّ يَا ابْ َن يَا ابْ نَ آدَ م ِف َأوّ ِل اليوم وأَ ْك ِفكَ ف آ ِخ ِره “Allah berfirman : Hai anak Adam, sholatlah kalian menyembah-Ku 4 rakaan awal harimu, maka aku cukupkan pahalamu bagimu di awal dan akhir hari”.2
Hadits ke 27 Kebaikan dan dosa
ِسنُ الْخُ ُلق ْ الْبِ ّر ُح:َعَ ْن َنوّاسِ بْ ِن سِ ْمعَانَ عن َرسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال )(رواه مسلم 1
ُت أَ ْن يَطّلِعَ عَلَ ْي ِه النّاس َ ْك وَ َكرِه َ ِوَاْلإِْث ُم مَا حَا َك فِي َن ْفس
Ditakhrij oleh Bukhari (2989) dan Muslim (1009) Ditakhrij oleh Ahmad (5/286) dan Tirmidzi (475) dan dishahihkan oleh al-Albani di Shahihul Jami’ (4339) 2
ِت َتسَْألُ َعن َ ْ جِئ:َصلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ َفقَال َ ِصةَ اْلَأسَدِيّ قَالَ َأَتيْتُ َرسُولَ اللّه َ عَ ْن وَاِب ُت ِإلَ ْيهِ الّنفْسُ وا ْط َمأَ ّن إِلَ ْي ِه الْقَلْب ْ ّت قَلَْبكَ الِْب ّر مَا ا ْط َمأَن ِ ْالْبِ ّر وَاْلِإثْ ِم َفقَا َل نَ َعمْ اسَْتف حديث حسن.َس وََأفَْتوْك ُ صدْرِ وَإِ ْن َأفْتَاكَ النّا ّ وَاْلإِْث ُم مَا حَا َك فِي الّنفْسِ َوَت َردّ َد فِي ال . بإسناد حسن, والدرامي, أحد بن حنبل: رويناه ف مسندي المامي “Dari Nawwas bin Sam’an dari Rasulullah beliau bersabda : “Kebaikan adalah berperilaku baik, adapun dosa adalah keraguan yang mengganjal hatimu dan kamu tidak mau orang lain tahu”.(HR Muslim).1 “Dari Wabishah bin Ma’bad al Asady ia berkata : “Aku mendatangi Rasulullah SAW untuk bertanya, lalu Rasulullah bersabda : “Kamu datang menanyakan apa itu berbuat baik dan dosa”. Aku menjawab : “Ya benar”. Rasulullah pun bersabda : “Tanyalah hatimu, kebaikan itu apa yang membuat jiwa dan hati tenang. Adapun keburukan atau dosa itu adalah apa yang membuat jiwa terpengaruh dan hati bimbang meskipun orang lain memberikan nasehat kepadamu. (Hadits hasan yang kami riwayatkan dalam Musnad Ahmad dan ad Darami dengan isnad hasan).2 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah ((ِالْخُلُ ق
ُ )) الِْبرّ ُح سْنtelah disebutkan dalam hadits terdahulu.
Ibnu Umar pernah berkata : “Berbuat baik itu hal mudah, dengan wajah berseri dan kata-kata yang lembut merupakan perbuatan baik”. Allah berfirman dalam sebuah ayat yang menghimpun berbagai bentuk kebaikan : “tetapi sehungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah dan hari kemudian”.(al-Baqarah : 177). Sabda Rasulullah ((َسك ِ َْنف
)) وَالِْإثْ ُم مَا حَا َك فِي
artinya gelisah, bimbang dan
tidak tenang dalam melakukan perbuatan. Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa manusia harus mempertimbangkan dalam hati jika ingin melakukan suatu perbuatan, jika hatinya merasa tenang maka kerjakanlah, jika tidak tenang hatinya maka tinggalkanlah. Pernyataan mengenai syubhat telah diuraikan dalam hadits (( ٌ َاْلحَلَال
ٌحرَامَ َبيّن َ ْ))وَال
ّإِن
“Sesungguhnya hal halal itu jelas demikian juga hal yang haram”.3 Diriwayatkan bahwa Nabi Adam As memberikan wasiat kepada anaknya dengan beberapa wasiat diantaranya : Adam berkata : “Jika kamu melakukan sesuatu, lalu hati kamu gelisah, maka jangan kamu lakukan karena aku ketika hendak makan buah kuldi, hatiku bimbang ketika memakannya”. “Jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka lihatlah akibatnya. Karena kalau seandainya aku mengetahui akibat makan buah itu maka aku tidak akan memakannya”. “Jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka mintalah petunjuk kepada orang yang lebih tahu, karena kalau aku meminta pendapat para Malaikat, niscaya mereka 1
Shahih Muslim (2553) Ditakhrij oleh Ahmad (4/228) dan ad-Darami (2/246) dengan isnad yang dhaif. 3 Takhrijnya telah disebutkan dalam hadits terdahulu. 2
memberitahukan kepadaku untuk tidak makan dari buah pohon Kuldi”. Sabda Rasulullah : ((ُالنّا س
ِ )) وَ َك ِرهْ تَ أَ ْن يَطِّل َع عََليْ هkarena kadang manusia itu
mencela seseorang karena ia memakan barang yang syubhat, mengambilnya dan juga mencela karena menikahi seorang wanita yang katanya masih sesusuan dengannya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
َكَيْفَ وَ َق ْد قِيل “Bagaimana (mau meneruskan jalinan pernikahan), sementara ada yang mengatakan macam-macam”.1 Demikian juga dengan hal-hal haram yang sudah biasa dilakukan oleh seseorang, maka ia tidak mau semua orang tahu. Contoh perbuatan haram adalah memakan harta orang lain. Boleh dimakan apabila benar-benar ada kerelaan, tapi jika ia ragu apakah orang lain itu rela atau tidak maka tidak boleh memakannya. Sama halnya dengan mempergunakan titipan orang tanpa izin dari pemiliknya. Karena kalau semua orang tahu hal tersebut maka mereka tidak akan suka melihatnya. Jadi ia tidak mau orang lain mengecam tindakannya. Perkataan Rasulullah : ((َوَأَ ْفَتوْ ك
س ُ س وَإِ نْ أَ ْفتَا كَ النّا ِ ْ ))مَا حَا كَ فِي الّنفcontohnya
adalah jika kamu diberi hadiah oleh seseorang yang kebanyakan hartanya adalah haram, lalu hatinya bimbang apa itu halal atau haram, lalu seorang mufti mengatakan halal memakan harta tersebut, maka fatwa tersebut tidak bisa menghilangkan kesyubhatan perkara tersebut. Sama halnya jika seorang wanita mengatakan bahwa si fulan adalah saudara sesusuan dengan si fulanah, lalu jika seorang mufti mengatakan kepadanya bahwa ia boleh menikahi fulanah tadi karena nisab tidak terpenuhi maka fatwa itu tidak menghilangkan kesyubhatan perkara tadi. Seharusnya ia menjauhkan diri dari kesyubhatan meskipun orang lain memberikan petunjuk boleh melakukannya. Wallahu a’lam.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (5104) dari hadits ‘Uqba bin ‘Amir ra.
Hadits ke 28 Berpegang pada sunnah dan menjauhi bid’ah
ًصلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّ َم َم ْوعِ َظة َ ِعَ نِ أ ب ن يح اْلعِ ْربَا ضِ بْ نِ سَا ِرَيةَ قَا َل َوعَظَنَا رَ سُولُ اللّ ه ب وَ َذرََفتْ ِمْنهَا الْ ُعيُونُ َفقَلنا با رسول ال كأنّهاَ َم ْوعِ َظ ُة ُموَ ّدعٍ فأوصنا ُ ت ِمْنهَا اْلقُلُو ْ وَجَِل ْش مِ ْنكُ م ْ ِ ((أُو صِي ُكمْ بَِت ْقوَى اللّ هِ وَال سّمْ ِع وَالطّا َع ِة َوإِ نْ تأمرعليكم عَ ْب ٌد َفِإنّ ُه مَ نْ َيع:َقَال ف سَيرَى اخْتِلَافًا كَثِيًا َفعَلَيْ كم بِ سُنّتِي وَ سُنّ ِة الْخُ َلفَاءِ الرّا ِشدِي َن الْ َم ْهدِيّيَ عَضّوا عَ َليْهَا َضلَاَلةٌ)) رواه ابوداود و الترمذي وقَال َ ت اْلأُمُورِ فَإِنّ كل بدعة ِ ح َدثَا ْ ُبِالّنوَا ِجذِ َوِإيّاكُمْ َوم ٌصحِيح َ ٌحَدِيثٌ حَسَن “Dari Abu Najih al ‘Irbadh bin Saariyah ra ia berkata : “Sesuatu ketika Rasulullah memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menggetaran hati dan membuat air mata mengalir, lalu kamipun berkata : “Hai Rasulullah, sepertinya itu adalah nasehat yang menyentuh, maka berilah kami nasehat!”. Rasulullah bersabda : “Aku berwasiat kepada kamu semua agar kamu bertakwa kepada Allah dengan tunduk dan patuh meskipun ada orang yang merencanakan kejahatan terhadap kamu. Siapa yang hidup di antara kamu, pasti akan melihat perbedaan yang banyak. Oleh karena itu kamu harus berpegang pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur raasyidiin dengan sekuat-kuatnya. Jauhilah dirimu dari hal-hal baru dalam agama. Karena setiap yang baru dan menyimpang dari agama (bid’ah) adalah menyesatkan”. (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzy. Ada yang mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah (( )) َوعَظَنَاal wa’dzu artinya menakuti-nakuti. Sabda Rasulullah ((ُاْلعُيُو ن
)) َو َذرَفَ تْ مِْنهَاartinya menangis dan mengalirkan air
mata. Sabda Rasulullah ((ِسصنّتِي ُ ب
)) َفعَلَيْكصم
yaitu ketika menghadapi perbedaan
pendapat, maka tetaplah pada sunnah ajaranku. Dan kata ‘adhdhuu ‘alaiha bin nawaajiz berati peganglah erat-erat. An-nawaajidz adalah gigi geraham paling belakang. Ada yang mengatakan artinya gigi taring. Seseorang ketika menggigit dengan gigi geraham atau gigi taring seakan-akan ia mengatupkan giginya menjadi satu, jadi artinya adalah mubalaghah (hiperbola). Barang siapa memegang sunnah maka ia tidak mau melepaskan pegangannya dan tidak mau mengikuti pendapat orang-orang yang diperbudak nafsu dan bid’ah. ‘Addhuu adalah kata kerja perintah (fi’lul amr) dari ‘addha ya’addhu. Oleh karena itu kamu mengatakan : Barra ummaka ya Zaid(Berbuat baiklah kepada ibu, Hai Zaid) karena barra yabarru bukan barra yaburru ummaka. 1
Ditakhrij oleh Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42, 43, 44) dan dishahihkan oleh alAlbani dalam al Misykah (165)
Sabda Rasulullah ((َمهْدِّيي َ ْال
َ )) وَ سُنّةِ اْلخَُلفَاءِ الرّاشِدِي نyang dimaksud khulafaur
raasyidin itu ada 4 orang mereka adalah: Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali.
Hadits ke 29 Jalan menuju Surga
ِجّن َة َوُيبَاعِدُنِي عَ ن َ ْت يَا رَ سُولَ اللّ هِ أَ ْخبِرْنِي ِبعَمَ ٍل يُ ْدخِلُنِي ال ُ ْ قُل: َعَ ْن ُمعَا ِذ بْ نِ َجبَلٍ قَال س َرهُ اللّ هُ عَلَيْ ِه تَعُْب ُد اللّ َه َولَا ّ َ َلقَدْ سََألْتَنِي عَ نْ عَظِي ٍم َوإِنّ هُ لَيَ سِيٌ عَلَى مَ ْن ي:َالنّارِ قَال َألَا:َُتشْرِ ْك بِ ِه شَيْئًا َوُتقِي ُم ال صّلَا َة َوتُؤْتِي الزّكَا َة َوتَ صُومُ َرمَضَا نَ َوتَحُجّ الْبَيْ تَ ثُمّ قَال ََالصنَد َقةُ تُ ْط ِفئُ الْخَطِيَئةَ كَمَا يُ ْط ِفئُ الْمَا ُء النّار ّ الصنوْ ُم جُنّ ٌة و ّ َابن الْخَ ْي ِر ِ ّكن عَلَى َأْبو َ َأدُل َف اللّيْ ِل قَا َل ُثمّ تَلَا ( تَتَجَافَى جُنُوُبهُ مْ عَ نِ الْمَضَاجِ ِع ) حَتّى بَلَ غ ِ ْوَ صَلَاةُ الرّ ُج ِل مِ نْ َجو ت بَلَى يَا ُ ْ( َيعْمَلُو نَ ) ثُمّ قَا َل َألَا أُخِْبرُ َك ِب َرأْ سِ اْلأَ ْمرِ كُلّ ِه وَعَمُودِ هِ َوذِ ْر َوةِ سَنَامِ ِه قُل جهَا ُد ثُمّ قَا َل َألَا ِ ْس اْلأَ ْمرِ اْلإِ سْلَا ُم وَعَمُودُ ُه ال صّلَاةُ وَذِ ْر َوةُ سَنَامِ ِه ال ُ ْرَ سُو َل اللّ ِه قَالَ َرأ ُك هَذَا َفقُلْ ت َ ْت بَلَى يَا نَِبيّ اللّ هِ فََأ َخذَ بِلِ سَاِنهِ قَالَ كُفّ َعلَي ُ ْأُخِْبرُ كَ بِمَلَا ِك َذلِ كَ كُلّ ِه قُل َك ُأمّ كَ يَا ُمعَا ُذ َوهَ ْل َيكُبّ النّا س َ ْيَا نَبِيّ اللّ هِ َوِإنّا لَ ُمؤَاخَذُو َن بِمَا نََتكَلّ ُم بِ ِه َفقَالَ َثكِلَت ٌ وقَالَ َحدِي ث,رواه الترمذي
.ْفِي النّارِ عَلَى وُجُوهِهِ مْ َأوْ عَلَى مَنَا ِخرِهِ ْم ِإلّا حَ صَاِئدُ َألْ سِنَِت ِهم صحِي ٌح َ ٌَحسَن
“Dari Mu’adz bin Jabal ra , ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amal perbuatan yang bisa memasukkan aku ke surga dan menjauhkan diriku dari api neraka. Rasulullah menjawab: “Engkau telah menanyakan sebuah pertanyaan yang mulia, sungguh mudah bagi orang yang diberikan kemudahan oleh Allah SWT; hendaklah kamu menyembah Allah tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, mendirikan sholat, membayar zakat, puasa Ramadhan dan menunaikan haji...kemudian Rasulullah melanjutkan : “Bukankah aku telah menunjukkan kepadamu pada pintu-pintu kebaikan? Puasa itu perisai, sedekah itu dapat menghapus dosa seperti air bisa memadamkan api dan sholatnya orang di tengah malam. Lalu Rasulullah membacakan firman Allah : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya”. Sampai pada : “..sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan”. (as-Sajdah : 16-17). Lalu Rasulullah melanjutkan : “Bukankah aku telah memberitahukan kepadamu mengenai inti, tiang dan puncak agama?. Aku menjawab : “Betul ya Rasulullah”. Rasulullahpun bersabda : “Inti agama adalah Islam, tiangnya adalah sholat, puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau melanjutkan: “Maukah aku beritahukan tentang maksud semua itu?” Aku menjawab: “Mau ya Rasulullah”. Lalu Rasulullah memegang mulutnya seraya bersabda: “Hati-hatilah kamu dengan mulutmu”. Aku bertanya : “Apakah kita akan dihukum karena apa yang kita katakan?”. Rasulullah menjawab: “Tidaklah manusia masuk neraka kecuali karena kejahatan mulut mereka.”(Diriwayatkan oleh Tirmidz. Ada yang mengatakan bahwa hadits ini hasan lagi shahih).1 Penjelasan dan Uraian Hadits
1
Jami’ut Tirmidzi (2616) dan Ibnu Majah (3973), dihasankan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (2/139)
Perkataan Nabi ((ِسَنَامِه
ُ )) َو ِذ ْر َوةmaksudnya yang paling tinggi dan utama. ((
))بِمِلَاكِ الشيئartinya maksud dan tujuannya. Perkataan Nabi SAW ((َ)) ثَكَِلتْ كَ ُأمّ ك
artinya menangis karena kehilangan
kamu. Rasulullah tidak bermaksud mendoakan dengan doa agar binasa, tapi ungkapan seperti ini biasa dipakai oleh bangsa Arab dalam berbicara. Sabda Rasulullah ((ْْسصنَِتهِم ِ )) حَصصَائِدُ أَلmaksudnya adalah segala bentuk kejahatan mulut terhadap orang lain. Yaitu dengan menghina kehormatan mereka, memfitnah dan lain sebagainya. Adapun kejahatan lidah di antaranya : Mengumpat, memfitnah, berdusta, berbohong, kufur, mengejek dan tidak menepati janji. Allah SWT berfirman : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apaapa yang tiada kamu kerjakan”.(ash-Shaff : 3).
Hadits ke 30 Hak-hak dan hukum-hukum Allah
عَ نْ رَ ُسوْلِ الِ صلى ال عليه,شنّ يِ – جُ ْرُثوْ مِ بْ ِن نَاشِرٍ – رضي ال عنه ُ ْعَ نْ َأبِي َثعَْلَبةَ ال َ وَ َحرّ َم َأشْيَاء, َوحَ ّد ُحدُ ْودًا فَلَا َتعْتَ ُدوْهَا,ض فَلَا تُضَّيعُ ْوهَا َ ِض َفرَائ َ َ إِنّ الَ َفر:َوسلم قَال (حد يث ح سن
وَ سَكَتَ عَ ْن َأشْيَاءَ َرحْ َمةً َلكُ مْ غَ ْي َر نِ سْيَا ٍن فَلَا تَبْحَُثوْا عَنْهَا,فَلَا تَنَْت ِهكُوْهَا )وراه الدارقطن وغيه
“Dari Abu Tsa’labah al Khusyani – Jurtsum bin Nasyir – ra , Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan ibadah-ibadah fardhu maka jangan kamu sia-siakan, Allah telah menetapkan hukum-hukum-Nya maka janganlah kamu melanggarnya, mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kamu terjerumus ke dalamnya dan tidak menyebutkan beberapa hal sebagai rahmat bagimu yang tidak pernah dilupakan, maka janganlah kamu bertanya-tanta tentangnya”. (Hadits hasan diriwayatkan oleh Daruquthni dan lainnya).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Perkataan Nabi Muhammad SAW : ((كوْهَا ُ َِتنَْته
ّمصَأشْيَاءَ َفلَا َ )) َحر
maksudnya
jangan sekali-kali terjerumus dalam kejahatan. Sabda Rasulullah : ((ص ْ رَحْمَ ًة لَكُم
ص َأشْيَا َء ْ ص َكتَ عَن َ )) وَس
telah diterangkan
sebelumnya.
1
Ditakhrij oleh Daruquthni (4/183). Dalam isnadnya terputus antara Makhul dan Abi Tsa’labah.
Hadits ke 31 Keutamaan Zuhud
صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ رَجُلٌ َفقَا َل يَا َ ّعَنْ َأبِي عباس َسهْلِ بْنِ َسعْدٍ السّاعِدِيّ قَالَ أَتَى الّنِبي صلّى َ َِرسُولَ اللّهِ دُّلنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَ ِم ْلتُهُ أَ َحبّنِي اللّ ُه َوأَ َحبّنِي النّاسُ َفقَالَ َرسُولُ اللّه .ك ال ّلهُ وَا ْزهَ ْد فِيمَا فِي َأْيدِي النّاسِ يُحِبّك الناس َ اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ا ْز َهدْ فِي ال ّدنْيَا يُحِّب )(حديث حسن وراه اين ماجه وغيه بأسانيد حسنة “Dari Abi ‘Abbas – Sahal bin Sa’d as-Saa’idi, ia berkata: “Seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amal perbuatan yang jika aku lakukan Allah akan mencintaiku dan juga manusia lainnya”. Rasulullahpun menjawab : “Jauhilah kesenangan di dunia, niscaya Allah akan mencintaimu dan janganlah tamak dengan apa yang didapat oleh orang lain, maka orang lain akan mencintaimu”. (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad-sanad yang baik). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Perkataan NabI Muhammad SAW : ((ُاللّ ه
َحبّ ك ِ ُ)) ا ْزهَدْ فِي الدّنْيَا ي
kata zuhud
berarti meninggalkan apa yang tidak ia butuhkan dari kehidupan duniawi meskipun halal dan hanya sebatas cukup tidak lebih, menjauhi kemaksiatan dan perkara syubhat. Para ulama ada yang mengatakan orang yang paling berakal adalah orang yang paling zuhud. Karena mereka mencintai sesuatu yang Allah cintai. Membenci apa yang Allah benci dari kehidupan duniawi dan mereka menggunakan kelapangan mereka untuk diri mereka sendiri. Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Jika aku dimintai untuk memberikan nasehat kepada manusia yang berakal, maka aku akan katakan jadilah orang yang paling zuhud”. Di antara orang-orang zuhud ada yang berkata lewat bait-bait syi’ir: Jangan tergoda akan kesenangan orang Niscaya kau kan jadi hamba tersayang Pernahkah lihat malaikat maut merenggut kebahagiaan Kini pemimpin besok di lubang kematian Imam Syafi’i juga mempunya bait-bait syi’ir yang mencela kesenangan duniawi : Siapa pernah rasakan kesenangan dunia,seperti yang ku rasa Kebahagiaan dan kepahitan menyatu dalam jiwa Tiada yang kudapat selain tipuan dan kebatilan semata Laksana fatamorgana melambai di atas sahara Kehidupan dunia ibarat bangkai yang ditinggal lama Dikoyak-koyak anjinglah nasibnya Bila engkau menjauhinya, menerima apa adanya Jika terbawa arus maka anjinglah yang kan merenggutnya Jauhkanlah diri dari perkara sia-sia 1
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (412) dan dishahihkan oleh al-Albani dengan berbagai alur perawi haditsnya seperti dalam ash-Shahihah (944).
Karena tak pantas bagi orang yang bertakwa ((
)) حرام على ن فس الت قي إرتكاب ا
maksudnya tak pantas bagi orang yang
bertakwa. Ungkapan ini menunjukkan bahwa tidak pantas berbahagia dengan kesenangan dunia. Hal ini telah dijelaskan oleh al-Baghawi dalam menafsirkan firman Allah : ((الدّْنيَا
))وََف ِرحُواْ بِالْحَيَا ِة
yang dimaksud dengan kehidupan dunia di sini adalah
keadaan yang tercela yaitu meminta lebih dari cukup, adapun meminta cukup adalah wajib hukumnya. Di antara ulama ada yang mengatakan bukan itu yang dicari dari kehidupan dunia, tapi lebih dari cukup. Pendapat ini berdasarkan firman Allah : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak”. (Ali Imran : 14). Firman Allah tersebut menunjukkan kepada makna meminta lebih dan banyak. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata : “Meminta lebih dari sesuatu yang halal adalah cobaan Allah bagi orang-orang ahli tauhid”. Ada syair yang menyatakan : Setelah mati tiada rumah yang dapat ditempati Kecuali rumah yang dibangun sebelum mati Bila dibangun dengan kebaikan, pasti nyaman tuk dihuni Bila dibangun dengan kejelekan, pasti sakitkan hati Jiwa manusia selalu inginkan kesenangan dunia Dan kau tahu zuhud adalah tinggalkan apa yang ada Selama kau sanggup tanamkanlah dasar-dasar takwa Ketahuilah setelah mati kau kan menyesalinya Kemudian jika seseorang senang akan kehidupan duniawi untuk berbanggabangga dan menyombongkan diri di hadapan orang lain, maka itu perbuatan yang tercela. Tapi barangsiapa yang menyukainya karena itu adalah nikmat Allah yang diberikan kepadanya, maka itu adalah perbuatan yang terpuji. Umar bin Khattaab pernah berkata : “Ya Allah sesungguhnya kami tidak akan bahagia kecuali dengan apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami”. Allah SWT memuji orang-orang yang berhemat dalam hidupnya dengan firman-Nya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah orang yang demikian”.(al-Furqaan : 67). Rasulullah pernah bersabda :
وَلَا افْتَ َق َر َمنِ اقْتَصَد,َمَا خَابَ َم ِن اسْتَخَارَ َولَا َندِ َم َمنِ اسَْتشَار “Tidaklah akan sis-sia orang yang mau beristikharah, tidak pula menyesal orang yang mau meminta pendapat dan tidak pula miskin orang yang mau berhemat”.1 Ada ungkapan yang menyatakan bahwa berhemat dalam hidup cukup menjadi setengah bekal bagimu. Hemat adalah menerima dengan sesuatu rezeki yang cukup. Beberapa orang-orang Saleh berkata : “Siapa yang mencari rezeki dengan baik dan menafkahkannya dengan hemat maka ia mendapatkan kelebihan”.
1
Ditakhrij oleh ath-Thabrani dalam al Ausath (6627) dari hadits Anas bin Malik ra. Al Albani melemahkan hadits ini dalam adh-dhaifah (611).
Hadits Ke 32 Tidak mencelakakan dan merugikan orang lain
: َ َأنّ َر ُسوْلَ الَ صلى ال عليه وسلم قَال: عَنْ َأبِي َس ِعيْ ٍد – َسعْ ِد بْ ِن ِسيْنَان – الْخُدْرِي . سنَدًا ْ ُ حَ ِدْيثٌ حَسَنٌ رَواهُ ابْ ِن مَاجَ ْه وَالدَارقُ ْطنِي َو َغيْ ُرهُمَا م.َضرَار ِ ضرَ َر َولَا َ لَا : عَ ِن الّنبِي صلي ال عليه وسلم,َحي ْ َ عَ ْن عَمْرُو بْ ِن ي: ورواه مَالِكٌ فِي الْ ُم َوطّأ مُ ْر َسلًا ضهَا َبعْضًا ُ ْق ُي َقوّي َبع ٌ وَلَهُ طُ ُر,ٍَفَأ ْسقَطَ أبََا َس ِعيْد Artinya : “Dari Abu Sa’id – Sa’ad bin Sinan – al Khudhry : bahwasanya Rasulullah pernah bersabda : “Hendaklah seorang diantara kamu tidak mencelakakan orang lain tanpa alasan yang benar dan hendaklah kamu tidak mendatangkan bahaya kepada orang yang telah sengaja membawa kerugian bagimu”.(Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah, ad Daruquthni dan lainnya)1 (Diriwayatkan oleh Malik dalam al Muwaththa’ sebagai hadits mursal : dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi Muhammad SAW. Lalu Malik membuang nama Abu Sa’id. Dan ia memiliki jalur perawian yang saling menguatkan) 2 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW : (( َ ))لَا ضَ َررmaksudnya hendaknya seorang di antara kamu tidak mencelakakan orang lain tanpa kebenaran dan kejahatan sebelumnya. Sabda Rasulullah SAW : ((َضرَار ِ
)) وَلَاmaksudnya janganlah sekali-kali kamu
mencelakakan orang yang sebelumnya mencelakakanmu. Jika ada orang yang mencelamu, maka janganlah sekali-kali kamu membalasnya. Jika ada yang memukul janganlah pula memukulnya. Tetapi tuntutlah hakmu di hadapan seorang hakim tanpa mencela. Jika dua orang saling mencela dan mencaci, maka masing-masing memperkarakan masalah itu kepada seorang hakim. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :
ُالْ ُمسْتَبّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ مَا َلمْ َيعَْتدِ الْمَظْلُوم “Dua orang saling mencaci mendapatkan sesuai dengan apa yang keduanya saling katakan. Bagi yang memulai mencaci maka ia berdosa bila yang didzolimi tidak membalas dengan cacian yang melebihi”.3
1
Ditakhrij oleh ad-Daruquthni (4/288), al-Hakim (2/58) dan tidak ditakhrij oleh Ibnu Majah. Al Albani menshahihkan dalam al Irwaa’ (896) 2 al Muwaththa’ (2/571) 3 Ditakhrij oleh Muslim (2587)
Hadits Ke 33 Bukti dan Sumpah
ُ لَ ْو ُيعْطَي النَا س: َ أَنّ رَ ُسوْلَ الَ صلى ال عليه وسلم قَال: عَ ْن ابْ ِن َعبّا سٍ رَضى ال عنه ْ َلكِن البَيّنَةَ عَلى الْ ُمدّعِي وَالْيَمِيْنَ عَلى مَن,ِْبدَعْوَاهُمْ لَادّعَى ِرجَا ٌل َأمْوَا َل َقوْ ٍم َو ِدمَا َءهُم . حديث حسن رواه البيهقي وغيه هكذا وبعضه ف الصحيحي.ََأنْ َكر “Dari Ibnu Abbas ra : bahwasanya Rasulullah bersabda : “Jika manusia diberikan barang karena pengakuannya, maka orang-orang akan mengaku-aku harta orang lain dan darah mereka. Akan tetapi bukti itu harus ada pada orang yang menuduh dan sumpah itu harus ada pada orang yang mengingkarinya”.1 Hadits hasan diriwayatkan oleh al Baihaqi dan lainnya demikian dan sebagian yang lain dan Shahih Bukhari dan Muslim.2 Penjelasan dan Uraian Hadits ((َكر َ ْمَ نْ َأن
)) البَيّنَ َة عَلى الْ ُمدّعِي وَاْليَمِيْ َن عَلى
bukti itu harus ada pada orang yang
menuntut karena ia menuduh berbeda dengan kenyataan. Sebab asalnya adalah bersih dari masalah. Lalu sumpah itu harus ada di pihak tertuduh karena ia mengaku apa yang sesuai dengan asalnya yaitu bukti bersih dari masalah. Ada beberapa masalah yang dikecualikan misalnya, diterimanya pengakuan penuntut tanpa bukti mengenai masalah yang tidak diketahui informasinya kecuali dari pihaknya saja seperti pengakuan seorang ayah yang ingin menjaga nasab anaknya, pengakuan seorang bodoh yang ingin menikah dengan alasan pribadinya. Pengakuan seorang banci bahwa ia perempuan dan lelaki, pengakuan seorang anak kalau ia sudah dewasa karena sudah mimpi basah, pengakuan seorang kerabat yang tidak mempunyai harta agar bisa mengambil nafkah, pengakuan seorang yang berhutang bahwa ia tidak mampu membayar hutang tanpa imbalan, seperti mahar seorang isteri, jaminan dan barang yang rusak. Pengakuan seorang wanita bahwa masa idahnya telah selesai dengan habisnya masa haid ataupun dengan melahirkan anak dan pengakuannya bahwa ia telah halal dinikahi dan telah dicerai. Pengakuan orang yang dititipi barang lalu barangnya rusak ataupun hilang dicuri atau sebagainya. Dikecualikan juga seperti bersumpah dalam urusan pembunuhan, maka sumpah ada pada pihak penuntut yang mempunyai bukti lemah. Seperti halnya dengan li’an. Seorang suami menuduh isterinya berbuat zina dan li’an (bersumpah 5 kali bahwa ia benar dan sanggup menerima laknat jika bersalah) sehingga jatuh hukuman menuduh zina kepadanya. Pengakuan telah menyetubuhi dalam masa li’an. Apabila seorang isteri memungkirinya, maka suaminya benar dengan dakwaannya, kecuali isterinya itu masih gadis. Demikian juga kalau mengaku bahwa ia telah menyetubuhinya selama masa iilaa’ (bersumpah tidak menyetubuhi isteri). Orang yang meninggalkan sholat jika ia mengatakan aku sudah sholat di rumah. Orang yang tidak membayar zakat jika ia berkata aku sudah mengeluarkan zakatnya kecuali 1
Ditakhrij oleh Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra (10/252) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (2641) 2 Ditakhrij oleh Bukhari (2514, 4552) dan Muslim (1771)
orang-orang fakir memungkirinya, maka ia harus memberikan bukti sudah membayarkan zakat. Demikian juga kalau ia mengaku miskin dan meminta zakat maka ia dikasih bagian tanpa bersumpah. Lain kalau ia mengaku bahwa dirinya menggantungkan hidupnya pada orang lain, maka pengakuan tersebut membutuhkan bukti kuat. Jika ia telah makan pada hari ke 30 Ramadhan dan mengaku bahwa ia telah melihat hilal, maka pengakuannya tidak bisa diterima jika ia mengaku melihat hilal setelah makan, dengan alasan supaya tidak dihukum. Jika ia mengakuinya sebelum makan maka pengakuannya diterima dan tidak dihukum. Namun seharusnya ia makan dengan sembunyi-sembunyi karena kesaksiannya sendiri belum cukup. ((َكر َ ْمَ نْ أَن
)) وَاْليَمِيْ َن عَلى
sumpah di sini disebut sebagai sumpah sabar dan al
ghumus. Dinamakan sumpah sabar karena sumpah tersebut menghalangi orang yang mempunyai hak memperoleh haknya. Kata al habsu berarti sabar. Oleh karena itu orang yang terbunuh dan tidak kubur disebut sebagai mushabbar . Rasulullah SAW pernah bersabda :
ِئ ُمسْ ِلمٍ ُهوَ فِيهَا فَا ِج ٌر لَ ِقيَ ال ّل َه وَ ُهوَ عَلَ ْيه ٍ َِمنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيِ صَ ْب ٍر َيقْتَطِ ُع ِبهَا مَا َل امْر ُغَضْبَان “Siapa yang bersumpah dengan sumpah itu ia mengambil harta saudara muslimnya, maka ia tak tahu malu bertemu dengan Allah, dan Allah amatlah marah terhadapnya”.1 Sumpah itu hanya berlaku pada suatu perkara yang sudah lampau. Al Qur’an menyebutnya dalam banyak tempat di antaranya : “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu)”.( at-Taubah : 74). Allah juga berfirman mengisahkan tentang kekufuran : “Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah”.(al-An’aam : 23). Allah juga berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit”.(Ali Imran : 77). Sepantasnya seorang hakim membaca ayat-ayat ini ketika ia meminta orang yang bermasalah untuk bersumpah agar terjaga dari kesalahan dalam memutuskan hukuman.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (4549, 4550) dan Muslim (138) dari hadits Abdullah bin Mas’ud ra.
Hadits ke 34 Merubah kemungkaran
َمنْ َرأَى:ُصلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّ َم َيقُول َ ِ سَ ِمعْتُ َرسُولَ اللّه: َخدْرِيّ قَال ُ ْعَنْ َأبِي َسعِي ٍد ال ُضعَف ْ َك أ َ ِمِنْ ُك ْم مُنْ َكرًا فَلُْيغَّي ْر ُه بَِي ِدهِ َفإِ ْن َلمْ َيسْتَ ِط ْع فَبِ ِلسَاِنهِ َفإِ ْن َلمْ َيسْتَطِ ْع فَِبقَلِْبهِ َو َذل )(رواه مسلم
ِاْلإِيَان
“Dari Abu Sa’id al Khudhri ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka hendaklah dengan lisannya dan jika tidak bisa juga, hendaklah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah ((َانص ِ َفص الِْإي ُ ضع ْ ِكص َأ َ )) َوذَلbukanlah yang dimaksud disini seorang yang tidak mampu jika mengingkari dengan hatinya maka imannya adalah lebih lemah dari yang lain. Tetapi yang dimaksudkan di sini adalah hal itu merupakan iman yang paling rendah. Karena perbuatan itu ibarat buahnya iman. Dan iman yang paling tinggi dalam hal melarang berbuat mungkar adalah mencegah berbuat kemungkaran dengan tangannya, meskipun terbunuh ia mati syahid. Allah berfirman mengisahkan tentang Lukman : “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”. (Luqman : 17). Melarang juga wajib bagi orang yang mampu dengan lisannya meskipun ia tidak mendengar langsung tentang kemungkaran tersebut. Sebagaimana jika ia tahu sudah mengucapkan salam tapi tidak dibalas, maka ia tetap mengucapkan salam. Jika ada yang bertanya: ((ِفَِب َقلْبِ ه
ْستَطِعْ َفبِلِ سَاِنهِ َفإِ نْ لَ مْ َي سَْتطِع ْ ))فَإِ نْ َل مْ َيhadits ini
menunjukkan bahwa orang yang tidak mampu, tidak boleh merubah dengan selain hatinya padahal perintah di sini hukumnya wajib. Jawabannya ada dua : Pertama : makna hadits tersebut lebih dikhususkan dengan firman Allah : “dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”. Kedua : perintah di sini mengandung makna menghapus kesusahan bukan menghapus suatu perkara yang dianjurkan. Jika dikatakan mengingkari dengan hati bukan berarti merubah kemungkaran lalu apa arti sabda Rasulullah ((ِ )) َفِبقَ ْلبِه. Maksud di sini adalah mengingkari dan tidak suka dengan kemungkaran lalu ia menyibukkan dirinya dengan mengingat Allah. Allah memuji orang-orang yang melakukan hal tersebut: “dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (al-Furqaan : 72).
1
Shahih Muslim (49)
Hadits ke 35 Sopan-santun
لَا تَحَا َسدُوا َولَا تَنَا َجشُوا َولَا:َ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَسَلّم:َعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَال ُضكُ مْ عَلَى بَيْ ِع َبعْ ضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللّ هِ ِإخْوَانًا الْمُ سْ ِلم ُ ْتَبَاغَضُوا َولَا َتدَاَبرُوا وَلَا يَبِ ْع َبع َصدْ ِر ِه ثَلَا ث َ ي ِإلَى ُ ِحقِرُ هُ الّت ْقوَى هَاهُنَا َوُيش ْ خ ُذلُ هُ َولَا َي ْ َأَخُو الْمُ سْ ِل ِم لَا يَظْ ِلمُ ُه َولَا ي ٌح ِق َر أَخَا هُ الْمُ سْ ِلمَ ُك ّل الْمُ سْ ِلمِ عَلَى الْمُ سْ ِلمِ حَرَا م ْ َشرّ أَ ْن ي ّ ئ مِ نَ ال ٍ ِسبِ ا ْمر ْ ََمرّا تٍ بِح )(رواه مسلم
ُضه ُ َْدمُ ُه َومَاُلهُ وَ ِعر
“Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kamu saling mendengki, saling menawar barang lebih tinggi, saling membenci, saling bermusuhan, beberapa orang di antara kamu tidak boleh menjual barang yang dijual orang lain dengan harga lebih rendah dari pada yang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang muslim adalah saudaranya orang muslim. Ia tidak boleh mendzolimi, membiarkan saudaranya dalam kesusahan dan menghinanya. Takwa itu tempatnya di sini – Rasulullah menunjukkan arah dadanya selama tiga kali – cukuplah seseorang mendapatkan dosa dengan menghina saudaranya sesama muslim. Ada beberapa perkara yang diharamkan setiap orang muslim atas yang lain yaitu darah, harta dan kehormatannya”. (HR Muslim)1 Penjelasan dan Uraian Hadits (( َتحَا سَدُوا
)) لَاtelah disebutkan di muka bahwa iri itu ada 3 macam. Adapun
an-najsyu asalnya meninggikan dan melebihkan, maksudnya melebihkan harga barang, untuk mengusik penjual yang lain. Ini adalah perbuatan yang dilarang, karena mengandung unsur penipuan. Sabda Rasulullah ((تَدَاَبرُوا
)) وَلَا
janganlah seseorang di antara kamu
membiarkan saudaranya, jika melihatnya meninggalkannya. Rasulullah bersabda :
ia
memalingkan
muka
atau
ض َهذَا ُ ِض َهذَا َويُ ْعر ُ ِث لَيَا ٍل يَلَْتقِيَانِ فَُي ْعر ِ ق ثَلَا َ ْجرَ َأخَاهُ َفو ُ ْح ّل لِ ُمسْ ِل ٍم أَ ْن َيه ِ َلَا ي َِوخَ ْيرُهُمَا الّذِي يَ ْبدَُأ بِالسّلَام “Tidak boleh bagi seorang muslim memutuskan hubungan dan tidak mengajaknya bicara selama lebih dari 3 hari. Jika keduanya bertemu, yang satu memalingkan muka, dan yang lain tidak mau menatapnya. Sebaik-baik keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan salam”. 2 Bentuk menjual barang dengan harga lebih rendah dari saudaranya adalah saudaranya menjual suatu barang, lalu ia merayu pembeli tersebut untuk membatalkan 1 2
Shahih Muslim Ditakhrij oleh Bukhari (6077) dan Muslim (2560) dari hadits Abu Ayyub al Anshari ra.
akad jual-belinya agar ia dapat menjual barang yang sama atau lebih baik dari saudaranya kepadanya dengan harga lebih rendah. Membeli barang dengan harga lebih tinggi dari saudaranya juga haram hukumnya. Teknisnya adalah ia merayu seorang penjual untuk membatalkan akad jual belinya dengan saudaranya dengan membeli barang penjual tersebut dengan harga lebih tinggi. Demikian juga dilarang menawar barang yang sedang ditawar saudaranya. Semua itu masuk dalam pengertian hadits tersebut, yaitu saling membenci dan saling bermusuhan. Membatasi larangan dengan menjual barang yang lebih rendah dari saudaranya menunjukkan bahwa tidak haram menjual barang yang lebih rendah dari orang kafir. Ini adalah pendapat Ibnu Khaluwih. Yang benar adalah sebetulnya tidak ada perbedaan. Karena itu termasuk memenuhi hak orang yang kafir dalam perlindungan negara Islam. ((هَاهُنَا
)) الّت ْقوَى
Rasulullah mengarahkan tangannya ke arah dadanya yang
dimaksud adalah hati. Telah diterangkan dalam hadits terdahulu yaitu
ُسدُ كُّله َج َ ْح ال َ ض َغ ًة ِإذَا صَ َلحَتْ صَ َل ْ ُسدِ م َج َ َْألَا َوإِ ّن فِي ال “Bukankah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika tubuhnya baik maka baik pula seluruhnya dan jika rusak maka rusak seluruhnya”. 2 ((ُيَخْذُلُ ه
)) وَلَا
yaitu ketika dalam amar ma’ruf nahi mungkar ataupun ketika
menuntut salah satu haknya. Tapi seharusnya seseorang harus menolong dan membantu saudaranya dari penderitaan semampunya. ((ُح ِقرُ ه ْ َي
)) وَلَا
artinya, janganlah mengatakan bahwa dirinya lebih baik dari
yang lain, tapi harus menganggap bahwa orang lain itu baik dari dirinya sendiri. Atau tidak sama sekali karena apa yang akan terjadi tidaklah diketahui. Seorang hamba tidak tahu bagaimana keadaan di akhir hayatnya. Jika seorang melihat anak kecil, lalu ia mengatakan bahwa anak itu lebih baik dari padanya karena ada anggapan bahwa anak itu lebih sedikit dosanya. Jika ia melihat orang yang lebih dewasa darinya, ia mengatakan bahwa orang itu lebih baik darinya karena ia menganggap bahwa orang itu lebih dulu masuk islam daripadanya. Dan jika ia melihat orang kafir janganlah mengatakan bahwa orang itu pasti masuk neraka karena ada kemungkinan orang kafir itu masuk islam lalu mati dalam keadaan muslim. ((ّشر ّ ِنص ال َ م
ٍَسصبِ ا ْم ِرئ ْ )) بِح
maksudnya cukuplah seorang mendapatkan dosa
dengan menghina saudaranya. (( ُح ِقرَ أَخَا ه ْ َي
ْ)) أَ ن
artinya ini adalah dosa besar yang
cukup bagi orang yang melakukannya mendapatkan balasan atas dosanya.
’Rasulullah bersabda ketika menunaikan haji wada ))ال... ((كُلّ الْمُ ْسلِ ِم ْح ْرمَ ِة َيوْ ِم ُكم ُ ح ْر َمةِ َي ْومِ ُكمْ َهذَا َك ُ َض ُكمْ عَلَ ْيكُ ْم َحرَامٌ ك َ إِ ّن ِدمَاءَ ُكمْ وََأ ْموَالَ ُك ْم وَأَ ْعرَا َهذَا فِي شَ ْهرِ ُكمْ َهذَا فِي بَ َلدِ ُكمْ َهذَا “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatanmu itu haram tidak boleh 2
Takhrij hadits ini ada pada hadits ke enam dari buku ini.
diinjak-injak sebagaimana kesucian hari ini, bulan ini dan di negeri ini”.1 Berdasarkan hadits ini al-Karabisy mengatakan bahwa menggunjing dan menginjak-injak kehormatan orang lain adalah dosa besar, bisa jadi karena kata tersebut diikuti dengan kata ad-dam (darah) dan al-mal (harta benda) dan kemungkinan lain karena diumpamakan dengan kata-kata setelahnya :
ح ْر َمةِ َي ْومِ ُك ْم هَذَا فِي َشهْرِ ُك ْم َهذَا فِي بَ َلدِ ُكمْ هَذَا ُ َك Allah SWT memberikan ancaman dengan azab yang menyakitkan kepadanya dalam firman-Nya : “dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan yang zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih”.(al-Hajj : 25).
1
Ditakhrij oleh Bukhari (7078) dan Muslim (1679) dari hadits Abu Bukra ra.
Hadits ke 36 Amal kebaikan dan pahalanya
ْ مَ ْن َنفّسَ عَنْ ُم ْؤمِنٍ ُك ْرَبةً مِن:َ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَسَلّم:َعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَال ُسرَ اللّ ه ّ َسرٍ ي ِ ْسرَ عَلَى ُمع ّ َب َيوْ ِم الْقِيَامَ ِة َومَ ْن ي ِ َُكرَ بِ الدّنْيَا َنفّ سَ اللّ هُ عَنْ هُ ُك ْربَ ًة مِ نْ ُكر ِعَلَيْ هِ فِي الدّنْيَا وَالْآ ِخ َرةِ َومَ نْ سََت َر مُ سْلِمًا سََت َرهُ اللّ هُ فِي الدّنْيَا وَالْآخِ َر ِة وَاللّ هُ فِي َعوْ ن ِس فِي هِ عِ ْلمًا َس ّهلَ اللّ هُ لَ ُه بِ ه ُ ِالْعَ ْبدِ مَا كَا َن اْلعَبْ ُد فِي َعوْ نِ َأخِي ِه َومَ نْ سَ َلكَ َطرِيقًا يَلْتَم ُب اللّ ِه وَيََتدَارَ سُوَنه َ ت مِ ْن بُيُو تِ اللّ ِه يَتْلُو نَ كِتَا ٍ َْطرِيقًا ِإلَى الْجَّن ِة َومَا اجْتَمَ َع َقوْ ٌم فِي بَي ْسكِيَنةُ وَ َغشِيَ ْتهُ ُم الرّحْ َم ُة وَ َحفّ ْتهُمُ الْمَلَاِئكَ ُة َوذَ َكرَهُ ُم اللّ ُه فِيمَن ّ بَيَْنهُمْ إِلّا َنزَلَتْ عَلَ ْيهِ ُم ال )(رواه مسلم
ُسرِعْ بِ ِه َنسَُبه ْ عِ ْن َد ُه َومَ ْن بَ ّطأَ ِبهِ َعمَ ُلهُ َل ْم ُي
“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang meringankan seorang mukmin dari kesempitan dunia, niscaya Allah akan meringankannya dari kesempitan di hari kiamat nanti. Siapa yang memudahkan orang yang dalam kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib saudaranya sesama muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama orang itu mau menolong saudaranya. Siapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Al Qur’an dan mempelajarinya di antara mereka kecuali mereka akan memperoleh ketenangan, dikarunia rahmat, dikelilingi oleh para Malaikat dan Allah akan mengingat-Nya. Dan siapa yang lambat bekerja, nasabnya tidaklah mampu mempercepatnya”.(HR Muslim). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits ((ِاْلقِيَامَة
ِ))مَنْ َن ّفسَ عَ ْن ُم ْؤمِنٍ ُكرَْب ًة مِنْ ُك َربِ الدّْنيَا َن ّفسَ الّلهُ عَْنهُ ُكرَْب ًة مِنْ ُك َربِ َي ْوم
Menunjukkan dianjurkan membebaskan tawanan dari tangan orang-orang kafir dengan hartanya dan membebaskan orang muslim dari tangan orang-orang dzolim serta membebaskannya dari penjara. Dikatakan bahwa Yusus As ketika keluar dari penjara, beliau menulis di atas pintu penjara : “Ini adalah kuburan orang-orang hidup, orang-orang yang dicibir musuh-musuhnya dan cobaan bagi teman-teman”. Termasuk dalam bab ini adalah jaminan bagi orang yang kesusahan, menjamin dengan badannya bagi yang mampu, sementara yang tidak mampu tidak ada kewajiban untuk itu. Beberapa orang mengatakan : “Sesungguhnya dalam Taurat tertulis ‘Jaminan itu tercela’ yang pertama adalah penyesalan, yang ditengah-tengah cacian dan yang 1
Shahih Muslim (2699)
terakhir denda’”. Bila ada yang mengatakan : Allah berfirman : “Barangsiapa membawa amal yang saleh maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”.(al-An’aam : 160). Sementara dalam hadits di atas itu menunjukkan bahwa kebaikan itu di balas dengan kebaikan yang sama karena amal baik tadi diterima dengan meringankan satu beban kesempitan dan tidak dibalas dengan 10 kali lipat keringanan dari beban di hari kiamat kelak. Jawabannya ada dua : Pertama : ini adalah pemahaman jumlah. Menetapkan sesuatu dengan jumlah tertentu tidak menafikan jumlah lebih atau kurang. Kedua : bahwa setiap beban dari beban-beban kesulitan di Hari Kiamat meliputi ketakutan yang amat sangat, kondisi yang sulit dan teror yang mengerikan. Dan ketakutan tersebut bisa lebih dari 10 atau kelipatannya. Dalam hadits tersebut juga mengandung rahasia yang tersembunyi yang bisa terlihat dengan hukum allazim lilmalzum (sebab-akibat atau kausalitas). Dalam hadits ini ada sebuah janji berdasarkan ungkapan Nabi Muhammad SAW: “siapa yang meringankan beban dari pada orang Muslim maka ia akan mendapatkan akhir hidup yang baik dan mati dalam keadaan islam. Karena seorang kafir tidak dikasihi di akhirat tidak pula diringankan bebannya sedikitpun. Hadits tersebut juga memberitahukan kabar gembira yang terkandung dalam ungkapan yang datang dari pada Allah. Maka dengan janji mulia ini, orang-orangpun yakin : “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”.(ash-Shaaffaat : 61). Maka sebaik-baik amal perbuatan adalah meringankan beban kesulitan orang lain. Dalam hadits itu juga menunjukkan agar menutup aib orang muslim. Jika ia membuka maka itu adalah perbuatan yang tercela. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat”.(an-Nuur : 19). Yang dianjurkan oleh seorang manusia, jika ia berbuat dosa adalah menutupinya. Adapun saksi zina ada dua pendapat yang berbeda, salah satunya : dianjurkan untuk menutupinya dan yang kedua bersaksi atas perbuatan tersebut. Beberapa ulama menjelaskan jika para saksi tadi memandang adanya kemaslahatan dalam bersaksi maka sebaiknya mereka bersaksi atau jika memandang ada baiknya menutupi maka sebaiknya mereka menutupinya. Dalam hadits ada anjuran untuk menuntut ilmu. Dikisahkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Daud As : “Ambillah tongkat besi, sepasang sandal besi dan tuntutlah ilmu hingga sepasang sandal tadi koyak dan tongkatnya hancur”. Di sini juga ada petunjuk untuk melayani para ulama, mengikuti mereka, bepergian bersama mereka dan mengambil ilmu dari mereka. Allah berfirman mengisahkan tentang Musa As: “Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmuilmu yang telah diajarkan kepadamu”.(al-Kahfi : 66). Ketahuilah bahwa hadits ini mengandung syarat-syarat tertentu di antaranya berbuat sesuai dengan yang ia ketahui. Anas ra berkata : “Cita-cita para ulama itu adalah mengayomi dan keinginan orang-orang bodoh itu mendongeng belaka”. Di antara syarat-syarat itu adalah menyebar luaskan. Allah berfirman : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.(at-Taubah : 122). Anas meriwayatkan dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda kepada para sahabat:
َوأَنَا,ِ أَلُ َأجْ َودُ اْلَأجْوَاد: َ قَال,ِ((أَلَا أُخِْبرُكُمْ عَ ْن أَ ْج َودِ اْلأَ ْجوَادِ)) قَاُلوْا بَلى يَا رَسُولَ ال ,ث يَوْ َم اْلقِيَا َمةِ أُمَة وحده ُ َشرَ ُه يُ ْبع َ َوأَ ْجوَ ُدهُ مْ َب ْعدِي َر ُجلٌ عَلّ مَ عِ ْلمًا فََن,ِاَ ْج َودُ َوَلدِ آ َد م َل حَت قُِتل ِ وَرَ ُج ٌل جَا َد بَِن ْفسِ ِه فِي سَبِ ْيلِ ا “Maukah kamu aku beritahukan tentang sesuatu yang paling baik? Para sahabat menjawab: “Mau ya Rasulullah”. Rasulullahpun bersabda : “Allah adalah Dzat Yang Paling Baik. Aku adalah keturunan Adam yang paling baik. Dan orang yang paling baik setelah aku adalah seorang yang mengajarkan ilmu lalu menyebarkannya sehingga di hari kiamat bisa membangkitkan satu umat besar. Serta orang yang mengorbankan dirinya di jalan Allah sampai mati”. 1 Di antara syaratnya adalah : meninggalkan sikap menyombongkan diri dan mendebat. Diriwayatkan dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda :
ِس َفهَا َء َأ ْو َيأْ ُخذَ ِبه ّ ي ِبهِ ال َ ِ لِيُبَاهِ َي ِبهِ اْلعُلَمَا َء َأوْ لِيُمَار:ََمنْ طَلَبَ اْلعِ ْلمَ ِلأَ ْرَبعَ ٍة َدخَ َل النَار ِس ِإلَيْه ِ صرِفَ بِ ِه ُوجُوهَ النّا ْ َا َل ْموَالَ َأ ْو ي “Siapa yang mencari ilmu karena empat perkara maka ia masuk neraka : untuk menandingi para ulama, mendebat orang-orang yang bodoh, untuk mendapatkan uang dan menarik perhatian orang”.2 Syarat selanjutnya adalah berniat untuk menyebarkan ilmunya dan tidak bakhil. Allah SWT berfirman : “Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an)”.(al-An’aam : 90). Syarat yang lain adalah jangan menganggap dirinya paling tahu dengan mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui. Rasulullah bersabda ketika ditanya mengenai hari kiamat:
ِمَا الْ َمسْئُولُ عَ ْنهَا ِبأَعْ َلمَ ِم َن السّاِئل 1
Ditakhrij oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya (5/279), Ibnu Habban dalam al Majruhin (2/103). Ini adalah khabar mungkar yang tidak punya asal. 2 Ditakhrij oleh Tirmidzi (2654) dari hadits Ka’ab bin Malik ra.
“Tidaklah yang ditanya itu lebih tahu dari yang bertanya”.1 Dan ditanya mengenai ruh, beliau menjawab: “Aku tidak tahu”. Syarat lainnya adalah tawadhu’ (merendahkan diri). Allah berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”.(al-Furqaan : 63). Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar: “Ya Abu Dzar, jagalah wasiat nabi Isa, niscaya Allah akan memberikan manfaat bagimu, rendahkan hatimu di hadapan Allah, agar Allah mengangkat derajatmu di Hari Kiamat, sampaikan salam kepada orang yang engkau temui dari umatku yang baik maupun buruk. Berpakianlah dengan baju yang kasar. Dan hendaklah engkau hanya menginginkan keridhaan Allah, semoga kesombongan dan keangkuhan tidak menemukan tempat sedikitpun di dalam hatimu”. Di antara syaratnya adalah siap menanggung rasa sakit dalam memberikan nasehat dan mengikuti ulama salaf. Dalam hal ini Allah berfirman: “...dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”.(Luqmaan : 17). Rasulullah bersabda:
َْومَاُأ ْوذِيَ نَِبيّ مِ ْث ُل مَاأُ ْو ِذيَت “Tidak ada seorang nabi yang disakiti seperti yang terjadi pada diriku”. 2 Syarat yang lain adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang paling membutuhkan kepada pelajaran. Sebagaimana sedekah dengan harta itu ditujukan kepada orang yang paling membutuhkan. Siapa orang yang menghidupkan orang bodoh dengan mengajarkan ilmunya seolah-olah ia menghidupkan manusia seluruhnya. Dalam hal menasehati orang yang lalai dan mengembalikannya ke jalan taat ada sebuah syair yang mengisahkannya: Memberi petunjuk pada hamba yang tersesat tuk kembali Pasti dosanya yang banyak kan diampuni Sabda Rasulullah (( ُال سّكِينَة
)) ِإلّا َنزَلَ تْ َعلَْيهِ ُمkata as-sakiinah diambil dari kata
sukuun yang berarti ketenangan dan ketentraman dari Allah. Allah berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.(ar-Ra’d : 28). Cukuplah mengingat Allah niscaya Allah mengingat hamba-Nya dalam pembicaraan-Nya dengan para malaikat. Ada sebuah syair yang menyatakan: Banyaklah mengingat Allah ketika di dunia Niscaya namamu kan di ingat di atas sana Dalam syair lain: Ketahuilah dzikir menyimpan limpahan harta Bersenang-senang hanya menyisakan duka dan sengsara
1
Takhijnya telah disebutkan di hadits ke dua Ditakhrij dari Tirmidzi (2472), Ibnu Majah (151) dan Ahmad (3/102). Al Albani menyatakan hadits ini Shahih Ibnu Majah (123). 2
Sabda Rasulullah ((ُعَمَلُ ه
mulia. (( ُنَ سَُبه
)) َومَ نْ بَطّأَ بِ ِه
meskipun ia adalah keturunan orang
ِسرِعْ بِه ْ )) َل مْ ُيtidak mempercepat untuk mendapatkan surga. Maka Allah
mendahulukan orang yang beramal dengan taat meskipun ia berasal dari hamba Habsy daripada orang yang beramal meskipun berasal dari suku Quraisy yang mulia. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”. (al-Hujuraat : 13).
Hadits ke 37 Kemuliaan Allah
صلّى اللّهم عََليْ هِ وَ سَلّمَ فِيمَا يَ ْروِي عَ نْ َربّ ِه َتبَارَ َك َوَتعَالَى َ ِس عَ نْ رَ سُولِ اللّ ه ٍ عَ ِن ابْ ِن َعبّا ك فَمَ ْن َهمّ بِحَسََن ٍة فَلَ ْم يَعْمَ ْلهَا كَتََبهَا َ ِت ُثمّ بَيّ َن َذل ِ ت وَالسّيّئَا ِ ب الْحَسَنَا َ َ إِنّ اللّهَ كَت:َقَال ٍش َر حَ سَنَات ْ اللّ هُ عِ ْندَ ُه حَ سََنةً كَامِلَ ًة َوإِ ْن َهمّ بِهَا َفعَمِ َلهَا َكتََبهَا اللّ هُ َعزّ َو َجلّ عِ ْندَ هُ َع ُي ٍة وَإِ ْن هَمّ بِ سَيَّئ ٍة فَلَ مْ َيعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللّ هُ عِ ْندَ ه َ ضعَا فٍ كَِث ْ َضعْ فٍ إِلَى أ ِ ِِإلَى سَبْ ِع مِاَئة )(وراه البخاري و مسلم
ًَحسَنَةً كَامِ َلةً َوإِ ْن هَ ّم ِبهَا َفعَمِ َلهَا كَتََبهَا ال ّلهُ سَيّئَ ًة وَا ِح َدة
“Dari Ibnu ‘Abbas ra dari Rasulullah SAW , yang diriwayatkan dari Allah SWT beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah menulis amal-amal baik dan buruk, kemudian menjelaskannya: “barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan belum melaksanakannya Allah menuliskan baginya kebaikan penuh. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu melaksanakannya Allah menuliskan baginya 10 kebaikan sampai 700 dan berlipat-lipat ganda banyaknya. Siapa yang berniat melakukan kejelekan dan ia belum sempat melakukannya maka Allah menuliskan kebaikan penuh. Jika ia berniat melakukan kejelekan lalu melaksanakannya maka Allah menuliskan baginya satu kejelekan. (HR Bukhari dan Muslim).1 Hai saudaraku, ingatlah semoga Allah memberikan kepada kita semua taufik dan perlindungan-Nya. Perhatikanlah kata-kata ini. Kata ((َهص ُ ))عِنْدmenunjukkan pada perhatian Allah akan kebaikan. Dan kata ((ً )) كَامَِلةuntuk menegaskan perhatian Allah
kepada masalah tersebut. Lalu perkataan Nabi Muhammad tentang kejelekan yang ingin diperbuat lalu tidak dilakukan : Allah menuliskan baginya kebaikan secara sempurna. Nabi tegaskan dengan kata ((ً)) كَا ِملَة. Jika ingin dilakukan maka Allah menuliskan dengan kata satu kejelekan ((ًدة َ ِ )) وَاحAllah menyedikitkannya dengan kata tersebut dan bukan dengan kata ((ً)) كَا ِملَة. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah yang tidak terhitung pujian bagi-Nya. Penjelasan Dan Uraian Hadits
ٍ)) َكثِ َية
Perkataan ((ٍضعَا ف ْ ضعْ فٍ إِلَى َأ ِ
سنَاتٍ إِلَى سَبْ ِع مِاَئ ِة َ شرَ َح ْ ََكتَبَهَا اللّ ُه َعزّ َوجَ ّل عِنْدَ هُ ع
Al Bazzar meriwayatkan dalam Musnadnya bahwasanya Rasulullah bersabda:
,ٍْهص ِبعَشْ َرة ِ َسصةِ ِفي َوعَمَ ُل الْح ََن,ٍَنص وَاحِدٌ ِبوَاحِد ِ َوعَ َمل: َانص ِ َنص ُموْ ِجب ِ عَ َمل: سص َع ٌة اَلَعْمَال َْب 1
Ditakhrij oleh Bukhari (6491)dan Muslim (131).
ِ َفَأمّ ا اْلعَ َملَ ن, َوعَمَلٌ لَ ُيحْ صَى َثوَابُ هُ إِلّ الُ َتعَال,ٍضعْ ف َ ِسْبعِمِاَئة َ ِسَنةِ ِفيْ ِه ب َ ََوعَمَ ُل الْح ِ َوَأمّ ا اْلعَ َملَ ن,َب النّار ُ ِجّنةَ فَاْل ُكفْرث ُيوْج َ ْ فَاْ ِليْمَا نُ ُيوْجِ بُ ال,ُا ُلوْ ِجبَا نِ فاَْل ُكفْ ُر َواْلِيْمَا ن ً َومَ ْن عَمِلَ سَّيَئة,ًسَنة َ َسَن ٍة وَلَم َيعْمَ ْلهَا َكَتَبهَا الُ لَهُ ح َ َ َفمَ ْن هَ ّم بِح,ٍاللّذَانِ هُمَا وَاحِ ٌد ِبوَاحِد ِجهَادُ فِى َسبِيْلِ ال ِ ْضعْ فٍ َف ُهوَ ال ِ ِسْبعِمِاَئة َ ِ َوأَمّا الْعَمَلُ الّذِي ب,ًَكتَ بَ الُ عََليْ هِ َسيَّئ ًة وَاحِ َدة تعال “Amal perbuatan itu ada tujuh macam : dua amal perbuatan yang jelas mendatangkan dua hal, dua amal yang dibalas dengan kadar yang sama, satu amal perbuatan yang dibalas dengan 10 kebaikan, satu amal perbuatan baik yang dibalas dengan kelipatan 700 dan satu amal perbuatan yang pahalanya tidak terhitung kecuali Allah ta’aala yang mengetahuinya. Adapun dua amal yang mendatangkan dua hal pasti adalah kekafiran dan keimanan. Iman pasti mendatangkan surga sementara kekafiran mendatangkan neraka. Adapun dua perbuatan yang dibalas dengan kadar yang sama adalah orang yang berniat mengerjakan suatu perbuatan baik namun tidak sempat melaksanakannya maka Allah menetapkan satu kebaikan baginya. Dan barangsiapa melakukan perbuatan buruk maka Allah menetakkan satu keburukan baginya. Adapun perbuatan yang dibalas dengan kelipatan 700 adalah berperang di jalan Allah”.1 Allah berfirman: “(perumpamaan nafkah yang diberikan di jalan Allah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”. (al-Baqarah : 261). Kemudian Allah juga menyebutkan bahwa Dia akan melipatkan gandakan amal perbuatan orang yang Dia kehendaki sebagai tambahan. Allah berfirman: “..dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”.(an-Nisaa’ : 40). Ayat ini dan juga hadits yang berbunyi : (( ٍية َ َِكث
ٍضعَا ف ْ )) ِإلَى َأ
menunjukkan bahwa kata 10 dan 700
bukanlah kata untuk membatasi kadar pahala. Dan Sesungguhnya Allah akan melipat gandakan bagi yang Dia kehendaki dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang tidak bisa dihitung dan dikira. Maha Suci Allah yang tidak terhitung nikmat dan karuniaNya. Segala puji syukur bagi Allah dengan segala nikmat dan anugerah-Nya. Adapun yang ketujuh yaitu puasa, Allah berkata dalam sebuah hadits Qudsi :
ُِكلّ عَ َم ِل اْبنِ آدَ َم َلهُ ِإ ّل الصّوْ َم َفِإنّ ُه لِي َوَأنَا َأجْزِي ِبه “Setiap amal perbuatan anak Adam memperoleh balasannya sesuai dengan amalnya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu ada pada-Ku dan Aku yang akan membalasnya”.2
1 2
Disebutkan oleh al Haitsami dalam Majma’uz Zawaaid (3/182) bahwa hadits ini lemah. Ditakhrij oleh Bukhari (1904) dan Muslim (1151)
Hadits ke 38 Kemurkaan dan Keridhaan Allah
صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ إِ ّن اللّ َه قَا َل َمنْ عَادَى لِي َولِيّا َ ِعَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّه ُشيْ ٍء َأحَبّ ِإَليّ مِمّا افَْترَضْتُ عَ َل ْيهِ َومَا َيزَال َ ب َومَا َتقَ ّربَ ِإَليّ عَ ْبدِي ِب ِ ْحر َ َْف َقدْ آ َذنْتُ ُه بِال ُص َره َ َت سَ ْمعَ ُه الّذِي َيسْمَ ُع ِب ِه وَب ُ ب ِإلَ ّي بِالّنوَافِ ِل حَتّى ُأحِبّ ُه َفِإذَا َأحْبَبُْتهُ كُ ْن ُ ّعَ ْبدِي يََت َقر ِش ِبهَا وَرِجْ َلهُ الّتِي يَ ْمشِي ِبهَا َوإِ ْن سََألَنِي َلأُعْطِيَّن ُه َولَِئن ُ ِص ُر ِبهِ َوَي َدهُ الّتِي يَبْط ِ ْاّلذِي يُب ُاسَْتعَاذَنِي َلأُعِي َذّنهُ َومَا َت َر ّددْتُ َع ْن شَيْ ٍء َأنَا فَاعِ ُل ُه َت َردّدِي َع ْن َنفْسِ الْ ُم ْؤ ِمنِ َي ْك َره )(رواه البخاري
ُالْمَ ْوتَ وََأنَا أَ ْك َر ُه َمسَا َءَته
“Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman: “Siapa yang memusuhi hamba-Ku yang beriman, maka aku beritahukan kepadanya untuk memeranginya. Amal-amal ibadah fardhu yang Aku wajibkan kepada hamba-Ku yang mereka lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah lebih Aku sukai. Hamba-Ku senantiasa melakukan ibadahibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada-Ku hingga Aku mencintainya. Dan jika Aku mencintainya maka Aku menjadi telinga baginya untuk mendengar, mata untuk melihat, tangan untuk memegang serta kaki untuk berjalan. Apabila ia meminta kepada-Ku pasti akan Kuberi. Apabila meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan Kulindungi. Tidak sedikitpun Aku ragu. Aku pasti melakukannya. Keraguan-Ku hanya pada diri orang mukmin yang enggan mati, padahal Aku enggan mencelakakannya”.(HR Bukhari).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Perkataan Nabi Muhammad dari Allah SWT : ((ص ُآذَنْتُه
ِح ْرب َ ْ))بِال
ْمَن ْص عَادَى لِي وَلِيّاص َفقَد
Yang dimaksud dengan al-waliyyu di sini adalah orang mukmin. Allah berfirman: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman”.(al-Baqarah : 257). Jadi barangsiapa menyakiti seorang mukmin maka Allah mengizinkan atau memerintahkannya untuk memeranginya. Jika Allah memerangi seorang hamba maka Allah pasti membinasakannya. Oleh karena itu seseorang tidak boleh sama sekali menyakiti setiap orang islam. Firman Allah: ((ْهص ِ ْتص َعلَي ُ مِمّاص افَْت َرض
ّ ّبص ِإلَي ّ عَبْدِي بِشَ ْيءٍ أَحَب ّ إِلَي َ ))وَم َا َت َقر
menunjukkan bahwa perbuatan fardhu itu lebih baik dari pada perbuatan sunah. Dalam sebuah hadits disebutkan:
ًضلُ عَلى َثوَابِ النّافِ َلةِ ِبسَ ْبعِ ْينَ َم ّرة ِ ْإِ ّن َثوَابَ اْل َف ِريْضَ ِة ُيف “Sesungguhnya pahala ibadah fardhu lebih baik tujuhpuluh kali dari pada pahala nafilah (sunah)”. Firman Allah: ((ُفَِإذَا أَحَْببْتُ ه 1
Shahih Muslim (6502)
ُ)) وَمَا َيزَا ُل عَبْدِي يََت َقرّ بُ ِإلَيّ بِالّنوَافِلِ حَتّ ى أُحِبّ ه
Para
ulama membuat perumpamaan tentang hamba-hamba tersebut. Mereka berkata perumpamaan orang yang melakukan ibadah nafilah bersama dengan ibadah fardhu dan yang lain seperti seorang lelaki memberi 1 dirham kepada salah satu hambanya untuk membeli buah dan memberi 1 dirham kepada yang lain untuk membeli buah juga. Salah satu dari keduanya pergi membeli buah lalu meletakkannya ke dalam sebuah tempat lalu ia menambahi wewangian, kemudian ia letakkan di hadapan tuannya. Yang lain pergi membeli buah lalu meletakkan begitu saja di hadapan tuannya di atas lantai. Kedua hambanya tadi sudah mematuhi perintahnya akan tetapi salah satunya menambahkan tempat dan wewangian untuk buah-buahan tadi, sehingga hal itu membuat tuannya lebih suka. Siapa yang sama-sama menunaikan sholat nafilah dan fardhu maka ia menjadi hamba yang lebih disukai oleh Allah. Kecintaan dari Allah adalah menghendaki kebaikan. 1 Jika Allah mencintai hambanya, Allah pasti menjadikan hamba-Nya sibuk untuk mengingat dan menaati-Nya serta menjaganya dari godaan setan. Hamba tersebut menggunakan anggota tubuhnya untuk berbuat taat, suka mendengarkan bacaan Al Qur’an dan dzikir serta enggan mendengarkan alat-alat musik dan ia termasuk orang-orang yang dikatakan Allah dalam firman-Nya : “dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”.(al Furqaan : 63). Jika mereka mendengar katakata keji, mereka berpaling dan mengatakan kata-kata yang baik. Allah menjaga matanya dari hal-hal yang dilarang agama maksudnya ia tidak melihat kepada hal-hal yang tidak halal untuk dilihat. Jadi pandangan orang mukmin adalah pandangan yang penuh pemikiran dan perenungan. Ia tidak melihat kecuali kepada ciptaan yang menuntunnya kepada Sang Khaliq. Ali bin Abu Thalib pernah berkata: “Aku tidak melihat sesuatu apapun kecuali aku melihat Allah ada didepannya”. Maksud kata al-i’tibaari adalah menelusuri berbagai ciptaan Allah dengan akal pikiran untuk memahami kekuasaan Sang Pencipta. Ketika mendapati kekuasaan Allah yang sebegitu besar, ia bertasbih, mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Jadi segala gerak-geriknya baik itu dengan kedua tangan maupun kedua kaki adalah untuk Allah. Ia tidak menggerakkan kakinya untuk suatu urusan yang tidak penting baginya dan tidak pula melakukan sesuatu apapun dengan sia-sia. Tapi seluruh gerakan tubuh maupun dalam keadaan diam milik Allah. Karena itu ia mendapatkan pahala dalam segenap gerak tubuhnya, dalam keadaan diam serta dalam segala pekerjaannya. Firman Allah ((ُم َعه ْ َس
ت ُ ْ )) كُنbisa mengandung arti Aku menjaga pendengaran,
penglihatan, gerak tangan dan kaki dari godaan setan. Dan bisa juga mengandung makna Aku berada dalam hatinya ketika mendengar, melihat dan bekerja. Jika ia ingat kepada-Ku, maka ia pasti menghentikan kesibukan yang lain.
1
Ini adalah interpretasi yang kurang tepat mengenai mahabbatullah. Menurut pendapat ulama salaf mahabbatullah adalah menetapkan mahabbah itu untuk Allah tanpa ada penafsiran dan bentuknya. Yaitu mahabbah yang layak bagi Allah SWT. Syeikul Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu’ul fataawa (2/354) menyebutkan: “Para ulama salaf sepakat menetapkan kecintaan Allah kepada hambahamba-Nya yang beriman dan menetapkan kecintaan mereka kepada Allah. Ini adalah pokok agama Nabi Ibrahim As”. Adapun penafsiran kata mahabbah dan lain sebagainya secara pasti, maka ini adalah pendapat ahli retorika dan bukan pendapat salafi. Wallau a’lam.
Hadits 39 Suatu yang tidak ada dosa
ْ إِنّ اللّ هَ تَجَاوَزَ عَ ن: َصلّى اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّم َ ِ قَالَ رَ سُولُ اللّ ه: َعَ نْ َأبِي ذَرّ الْ ِغفَارِيّ قَال )(وراه ابن ماجه و البيهقي وغيها
ُِأمّتِي الْخَ َطأَ وَالّنسْيَا َن َومَا اسْتُ ْك ِرهُوا عَلَ ْيه
“Dari Abu Dzar al Ghifary ra ia berkata: “Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya All ah mengampuni untukku dosa umatku karena kesalahan, lupa dan mereka dipaksa berbuat dosa”. (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi dan lainnya). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Perkataan Nabi ((ِعََلْيه
))إِ ّن الّلهَ َتجَا َوزَ عَنْ ُأمّتِي اْلخَطََأ وَالنّسْيَا َن َومَا اسُْت ْكرِهُوا
Maksudnya menghapus dari mereka dosa karena berbuat salah, lupa dan dipaksa. Adapun hukum salah, lupa dan dipaksa tidaklah dihapuskan. Jika ia merusakkan suatu barang dengan tidak sengaja atau barang titipan hilang karena lupa maka ia harus memberikan tanggungan atau jaminan. Kecuali pemaksaan. Paksaan berbuat zina dan membunuh tidak boleh dihukum karena ada unsur paksaan. Yang dikecualikan dari lupa adalah sebab lupa yang diiterjang begitu saja oleh seseorang, maka ia berdosa melakukannya karena ia tidak mengindahkan sebab itu.
1
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (2045) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (82)
Hadits ke 40 Harapan pendek
َصلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّم َ ِعَ ْن َعبْدِاللّ ِه بْ ِن عُمَرَ َرضِي اللّهم َعنْهممَا قَالَ أَخَذَ َرسُولُ اللّه َسيْت َ ْب َأوْ عَابِ ُر سَبِيلٍ وَكَانَ ابْ ُن عُ َم َر َيقُولُ ِإذَا َأم ٌ بِ َمْن ِكبِي َفقَالَ ُك ْن فِي ال ّدنْيَا َكَأّنكَ َغرِي َك َومِنْ َحيَاتِك َ ِحتِكَ لِ َمرَض ّ ِحتَ فَلَا َتْنتَظِ ِر الْمَسَا َء وَخُذْ مِنْ ص ْ َصب ْ َح َوإِذَا أ َ صبَا ّ َفلَا َتنْتَ ِظ ِر ال )لِ َم ْوتِكَ (رواه البخاري “Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata: “Rasulullah SAW memegang bahuku lalu bersabda: “Jadilah dirimu di dunia ini seperti seorang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika kamu berada di sore hari janganlah menunggu pagi, dan jika kamu dalam keadaan pagi janganlah menunggu sore. Ambillah sehatmu untuk sakitmu dan hidupmu untuk matimu”.(HR Bukhari).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW ((ٍسبِيل َ
ُ))كُ ْن فِي الدّنْيَا كَأَنّ كَ َغرِي بٌ َأ ْو عَاِبر
Janganlah
terlalu cinta akan kehidupan dunia, jangan menjadikan dunia itu tanah air, jangan racuni jiwamu untuk menetap di dunia dan janganlah terlalu bergantung kepadanya kecuali ketergantungan seorang asing di sebuah negeri yang ingin ia tinggalkan suatu ketika untuk kembali kepada keluarganya. Inilah makna pernyataan Salman al Farisi ra : “Kekasihku Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk tidak menjadikan dunia kecuali seperti bekalan penunggang kuda”.2 Mengenai zuhud ada syair yang menyatakan: Akankah kau bangun rumah yang kekal selamanya Padahal singgahmu sekejap saja Cukup kiranya berteduh dibawah rindang Bagi yang senantiasa berpetualang Mengenai zuhud ada syair mengatakan : Asa menetap di rumah yang tiada kekal abadi Namun adakah awan yang selalu berhenti Penyair lain berkata: Meski terpenjara kau cintakan dunia Alangkah nistanya cinta dalam penjara dunia Usahlah terlena oleh kegemerlapan maya Suatu saat kau kan meninggalkannya Dunia memberikan kesenangan bagimu Namun dalam sekejap dunia kan merampasnya darimu 1 2
Shahih Bukhari (6416) Ditakhrij oleh Ibnu Majah (4104)
Dalam hadits itu mengajak untuk tidak berpengharapan tinggi, mendahulukan taubat dan mempersiapkan diri untuk mati. Jika ia berharap maka katakanlah insyaa Allah (semoga Allah menghendaki). Allah berfirman: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi. Kecuali (dengan menyebut) Insya Allah ”.(al-Kahfi : 23-24). Perkataannya : ((صِحّتِك
)) وخُ ْذ مِ ْن1. Rasulullah memerintahkan Abdullah bin
Umar untuk memanfaatkan waktu sehat dengan beramal saleh. Karena kadang seorang manusia tidak mampu melakukan puasa, sholat dan sebagainya karena alasan sakit atau sudah tua. Perkataanya : ((ِكص َ ِكص لِ َموْت َ ِنص حَيَات ْ )) َوم2. Rasulullah SAW memerintahkan Abdullah bin Umar untuk lebih dulu mempersiapkan bekal. Sesuai dengan firman Allah SWT : “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”.(al-Hasyr : 18). Hendaknya jangan berlebih-lebihan dalam hidup sampai ia meninggal. Allah berfirman : “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)”.(al-Mu’minuun : 99-100). Imam Al Ghazali rahimahullah berkata : “Tubuh anak Adam seperti jaringan yang ia gunakan untuk beramal-amal saleh. Jika ia memperoleh kebaikan lalu mati cukuplah sudah dan ia tidak membutuhkan jaringan tersebut. Yaitu badan yang ia tinggalkan karena mati. Tidak diragukan lagi bahwa manusia apabila mati terputuslah nafsu keinginan akan dunia, dan ia menginginkan amal saleh karena amal itu bekal di kubur. Apabila ia memiliki bekal tersebut maka ia merasa cukup dan jika tidak ia meminta kembali lagi ke dunia untuk mengambil bekal tersebut. Itu setelah diambil jaringan yang ada padanya. Lalu dikatakan kepadanya : ‘Sungguh jauh terlambat’. Tinggallah ia bingung senantiasa menyesali atas kelalaiannya mempersiapkan bekal sebelum jaringan tubuhnya diambil. Oleh karena itu Ibnu Umar berkata: “Manfaatkan hidupmu untuk matimu”. Tiada kekuatan dan kekuasaan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.
1 2
dari ucapan Abdullah bin Umar dan bukan dari ucapan Nabi Muhammad SAW. Masih dari ucapan Abdullah bin Umar.
Hadits ke 41 Nafsu orang mu’min
ُ لَُي ْؤمِن: ُ قَالَ َر ُسوْلُ ال:َضيَ الُ عَنْهُ قَال ِ َل بْ ِن عَمْرُو بْ ِن اْلعَاصِ ر ِ حمّ ٍد َعبْدِ ا َ ُعَنْ َأبِي م ) رويناه ف كتاب الجة بإسناد صحيح,( حديث حسن صحيح.
ِت ِبه ُ ْأَ َحدُ ُكمْ حَتَى يَ ُكوْ َن تَِبعًا لِمَاجِئ
“Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amru bin ‘Ash berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang itu beriman hingga ia menjadi pengikut dari ajaran yang aku bawa”. (Hadits Hasan Shahih kami riwayatka dalam buku al Hujjah dengan isnad shahih).1 Penjelasan dan Uraian Hadits Sabda Rasulullah SAW ((ِبِ ه
ُ)) لَُي ْؤمِ نُ َأحَدُكُ ْم حَتَى يَ ُكوْ نَ تَبِعًا لِمَا ِجئْ ت
artinya
bahwa seseorang harus melakukan perbuatannya sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah dan tidak mengikuti hawa nafsunya dan harus mengikuti ajaran Rasulullah. Hal ini sama dengan firman Allah: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”.(al-Ahzaab : 36). Tidak ada bagi seseorang pilihan ataupun keinginan lain ketika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara baginya. Dari Ibrahim bin Muhammad al-Kufy ia berkata: “Aku melihat Imam Syafi’i berada di Mekkah memberikan fatwa kepada orang-orang. Aku melihat Ishaq bin Rahuwih dan Ahmad bin Hambal hadir di situ. Ahmad berkata kepada Ishaq: “Mari aku perlihatkan seorang lekaki yang tidak pernah engkau lihat sepertinya”. Ishaq bertanya: “Belum pernah aku melihatnya?”. Ahmad menjawab: “Ya benar”. Lalu Ahmadpun membawanya ke hadapan Syafi’i dan menceritakan kisah sampai ia berkata: “Lalu Ishaq maju ke majlis Syafi’i lalu bertanya kepadanya tentang menyewakan rumah-rumah di Mekkah. Syafi’i menjawab: “Itu boleh menurut kami”. Rasulullah bersabda:
ٍع َأوْ دُور ٍ َو َهلْ َترَ َك لَنَا َعقِيلٌ ِمنْ ِربَا “Apakah ‘Aqil telah mewarisi bagi kita tempat tinggal atau rumah?”.2 Ishaq berkata: “Yazid bin Harin memberitahukan kami dari Hisyam dari Hasan bahwasanya ia belum pernah melihat itu, ‘Atha’ dan Thawus belum pernah melihat itu”. Syafi’ipun menjawab: “Apakah kamu yang dianggap oleh penduduk Khurasan sebagai orang yang paling pintar di antara mereka?”. Ishaq berkata: “Demikianlah mereka mengatakannya”. Syafi’i berkata: “Betapa aku menginginkan orang lain menggantikan kedudukanmu. Aku memerintahkan untuk mengorek kedua telinganya. 1
Ditakhrij oleh al Baghawi dalam Syarhus sunnah (1/213) dan Khatib dalam at Tarikh (4/369). Dalam Jami’ul ulum Al Hafidz Ibnu Rajab memberikan tanggapan kepada pernyataan Imam Nawawi yang menshahihkan hadits ini dengan mengatakan: “Pernyataan bahwa hadits ini shahih adalah sangat jauh sekali dari berbagai sisi”. Untuk lebih jelasnya lihat sisi-sisi yang mendhaifkan hadits tersebut dalam bukunya. Demikian juga Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam al Misykah (167) 2 Ditakhrij oleh Bukhari (1588) dan Muslim (1351).
Aku mengatakan: ‘Rasulullah SAW bersabda’. Dan kamu mengatakan: ‘Atha’, Thawuus, Hasan dan Ibrahim berkata padahal mereka tidak melihat itu”. Apakah seorang mempunyai hujjah sementara Rasulullah masih hidup bersamanya?”. Lalu Syafi’i melanjutkan: “Allah berfirman: “(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman”.(al-Hasyr : 8). Apakah kamu akan menyatakan rumah itu milik pemiliknya atau bukan?”. Ishaq menjawab: “Milik pemiliknya”. Syafi’i berkata: “Firman Allah adalah firman yang paling benar. Rasulullah pernah bersabda:
ٌَمنْ َد َخلَ دَا َر َأبِي ُسفْيَا َن َف ُهوَ آ ِمن “Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia dalam keadaan aman”.1 Umar bin Khattab r.a pernah membeli rumah mempelai. Syafi’i menyebutkan ada golongan sahabat Rasulullah SAW. Ishaq berkata kepada Syafi’i dengan menyebutkan firman Allah: “..baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir”.(al-Hajj : 25). Syafi’i menjawab: yang dimaksud dalam ayat itu adalah Masjid khususnya. Itu yang berada di sekitar Ka’bah. Kalau seperti yang kamu anggap, maka tidak boleh bagi seseorang mencari barang hilang di negeri Mekkah sementara kamu tidak tinggal di situ, tidak melemparkan kotoran tapi ini khusus di masjid saja. Maka Ishaq pun terdiam dan tidak bicara. Syafi’i akhirnya diam.
1
Shahih Muslim (1780)
Hadits ke 42 Kemaafan Allah
َس بْ ِن مَالِكٍ قَا َل سَ ِم ْعتُ َرسُولَ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم َيقُولُ قَا َل اللّ ُه تَبَارَك ِ َعن َأن ك َولَا ُأبَالِي يَا َ ت لَكَ عَلَى مَا كَا َن فِي ُ ْك مَا دَ َع ْوتَنِي وَ َرجَ ْوتَنِي َغ َفر َ ّوََتعَالَى يَا اْبنَ آ َد َم ِإن َت ُذنُوبُكَ عَنَا َن السّمَا ِء ُثمّ اسَْتغْ َف ْرتَنِي َغ َف ْرتُ َلكَ وَلَا أُبَالِي يَا اْبنَ آدَم ْ َابْنَ آدَمَ لَ ْو بَ َلغ ًشرِ ُك بِي شَيْئًا َلَأتَيُْتكَ ِب ُقرَاِبهَا َم ْغفِ َرة ْ ض خَطَايَا ُث ّم لَقِيتَنِي لَا ُت ِ ْب الْأَر ِ ِإّنكَ َلوْ َأتَيْتَنِي بِ ُقرَا “Dari Anas bin Malik r.a berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata: “Allah ta’aala berfirman: “Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa dan memohon kepada-Ku, maka Aku pasti mengampuni dosa yang ada pada dirimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, jika dosamu setinggi langit lalu kamu memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sebesar bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku akan menghapus dosamu yang seberat bumi”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzy dan dikatakan hadits hasan shahih). 1 Penjelasan dan Uraian Hadits Firman Allah ((ِال سّمَاء
َ )) عَنَا نada yang mengatakan artinya adalah awan. Ada
juga yang mengatakan apa yang terlihat olehmu yakni terlihat olehmu ketika kamu mendongakkan kepalamu. Firman Allah ((ََغ َفرْ تُ لَ ك
)) ثُمّ ا سَْت ْغ َفرْتَنِيsama dengan firman Allah dalam Al
Qur’an: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(an-Nisaa’ : 110). Istighfar (memohon ampun) harus diiringi dengan taubat. Allah berfirman: “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya”.(Huud : 3). Dan firman-Nya: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(al-Mu’minuun : 31). Ketahuilah bahwa istighfar artinya meminta ampunan. Itu adalah permintaan orang-orang yang berbuat dosa. Boleh jadi karena mereka lupa untuk bersyukur seperti permintaan para wali dan orang-orang yang saleh. Boleh jadi bukan dari keduanya tapi itu adalah sebuah rasa syukur seperti istghfarnya Rasulullah dan para nabi As. Rasulullah SAW bersabda:
1
Jami’ut tirmidzi (3540) dalam cetakannya disebut sebagai hadits aneh. Namun dalam shahihul jami’ Al Albani menyatakan hadits tersebut hasan.
سَيّ ُد الِا سِْتغْفَا ِر أَ ْن َتقُولَ ال ّلهُمّ َأنْ تَ َربّ ي لَا ِإلَ َه ِإلّا َأنْ تَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَ ْبدُ َك وَأَنَا عَلَى ُك بِِنعْمَتِ كَ عَ َليّ َوأَبُوء َ َت َأبُو ُء ل ُ ْت أَعُوذُ بِ كَ مِ نْ َش ّر مَا صََنع ُ َْع ْهدِ َك َووَ ْعدِ َك مَا ا سْتَ َطع َب ِإلّا َأنْت َ ك ِبذَنْبِي فَا ْغفِ ْر لِي َفِإنّ ُه لَا َي ْغ ِفرُ الذّنُو َ َل “Sebaik-baik istighfar adalah kamu berdoa: “Ya Allah, Engkau-lah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku, akulah hamba-Mu, aku berpegang teguh pada janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amalku. Aku mengakui banyaknya nikmat-Mu untukku dan aku mengakui dosaku maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.1 Rasulullah berkata kepada Abu Bakar :
ت َن ْفسِي ُظلْمًا كَثِيًا ُ ُْقلِ ال ّل ُهمّ ِإنّي ظَلَم “Katakanlah Ya Allah sesungguhnya aku telah berbuat dzolim kepada diriku dengan kedzoliman yang banyak”. Dalam riwayat lain disebutkan: (()) كَبيًا
ُت الْ َغفُورُ الرّحِيم َ ْت فَا ْغ ِفرْ لِي مَ ْغ ِف َرةً ِمنْ عِ ْندِ َك وَا ْرحَمْنِي ِإّنكَ َأن َ ْوَلَا َيغْ ِفرُ ال ّذنُوبَ ِإلّا َأن “Tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan daripada-Mu, dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.2
1 2
Ditakhrij oleh Bukhari (6306) dari hadits Syaddad bin Aus Ditakhrij oleh Bukhari (843) dan Muslim (2705)