AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH: GOLONGAN YANG SELAMAT (al Firqah an-Najiyah) æﱠ ﮬﺬäÅå ÇáãÓ óﻟﱠﺔÊÝÊöÑ Þ ÚËóﻼóﻰ ﺛóﻟ æÓÈÚíä ËäÊÇä æÓÈÝ óäﻋﻮì Çáæ öÑﻧﺎæÇÍÏÝ ñÉóﻟﺞÇ ìäÉ æåí ” :r Ñ óáﺎóﻗ á õ ﺳﻮ öﷲÇ ﻢóﻟﺠÇÇÚÉõ” (ÑæÇå ÃÈæÏÇæÏ) Maknanya: “…dan sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud) Akal adalah syahid (saksi dan bukti) akan kebenaran syara’. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh ulama tauhid atau ulama al-kalam (teologi). Yang mereka lakukan adalah taufiq (pemaduan) antara kebenaran syara’ dengan kebenaran akal, mengikuti jejak nabi Ibrahim -seperti dikisahkan al-Quran- ketika membantah raja Namrud dan kaumnya, di mana beliau menundukkan mereka dengan dalil akal. Fungsi akal dalam agama adalah sebagai saksi bagi kebenaran syara’ bukan sebagai peletak dasar bagi agama itu sendiri. Berbeda dengan para filosof yang berbicara tentang Allah, malaikat dan banyak hal lainnya yang hanya berdasarkan penalaran akal semata. Mereka menjadikan akal sebagai dasar agama tanpa memandang ajaran yang dibawa para nabi. Tuduhan kaum Musyabbihah; kaum yang sama sekali tidak memfungsikan akal dalam agama, terhadap Ahlussunnah sebagai ’Aqlaniyyun (kaum yang hanya mengutamakan akal) atau sebagai kaum Mu’tazilah atau Afrakh al-Mu’tazilah (anak bibitan kaum Mu’tazilah) dengan alasan karena lebih mengedepankan akal, adalah tuduhan yang salah alamat. Ini tidak ubahnya seperti seperti kata pepatah arab “Qabihul Kalam Silahulliam” (kata-kata yang jelek adalah senjata para
pengecut). Secara singkat namun komprehensif, kita ketengahkan bahasan tentang Ahlissunnah sebagai al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat), asal-usulnya, dasar-dasar ajaran dan sistematikanya. PEMBAHASAN Sejarah mencatat bahwa di kalangan umat Islam dari mulai abad-abad permulaan (mulai dari masa khalifah sayyidina Ali ibn Abi Thalib) sampai sekarang terdapat banyak firqah (golongan) dalam masalah aqidah yang faham satu dengan lainnya sangat berbeda bahkan saling bertentangan. Ini fakta yang tak dapat dibantah. Bahkan dengan tegas dan gamblang Rasulullah telah menjelaskan bahwa umatnya akan pecah menjadi 73 golongan. Semua ini tentunya dengan kehendak Allah dengan berbagai hikmah tersendiri, walaupun tidak kita ketahui secara pasti. Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Namun Rasulullah juga telah menjelaskan jalan selamat yang harus kita tempuh agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Yaitu dengan mengikuti apa yang diyakini oleh al-Jama’ah; mayoritas umat Islam. Karena Allah telah menjanjikan kepada Rasul-Nya, Muhammad , bahwa umatnya tidak akan tersesat selama mereka berpegang teguh kepada apa yang disepakati oleh kebanyakan mereka. Allah tidak akan menyatukan mereka dalam kesesatan. Kesesatan akan menimpa mereka yang menyempal dan memisahkan diri dari keyakinan mayoritas. Mayoritas umat Muhammad dari dulu sampai sekarang adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam Ushul al-I’tiqad (dasar-dasar aqidah); yaitu Ushul al-Iman al-Sittah (dasardasar iman yang enam) yang disabdakan Rasulullah dalam hadits Jibril: “ÇáÅíãÊ úäà ä õ ÇÄãä æ öﺎﷲöﺑãáÇÆﺖóﻛå æß õ ÊÈå æ Ñ Óáå æÇáíÎﻵÇ öãææ öÑﺪóﻟﻘÇÎ öÑíöÑå æÔ Ñå” ( ÑæÇå ÇáÈÎ íöÑÇ æãÓáã)
Maknanya: “Iman adalah engkau mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta Qadar (ketentuan Allah); yang baik maupun buruk”.(H.R. al Bukhari dan Muslim) Perihal al-Jama’ah dan pengertiannya sebagai mayoritas umat Muhammad yang tidak lain adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya : “ÃæÕíÕﺄö ﻛﻢ ﺑõ ÍﻲöﺑÇ ﻟﺬÇ ﺛﻢﱠíä íﻟﻮõä ﻟﺬøÇ ﮬﻢ ﺛﻢﱠíä íäﻟﻮõ åã“¡ æÝíå “ﻠﻲóﻋ ﻛﻢõ ﻢóﺎﻟﺠöﺑÇÚÉ æÅ ﻛﻢõ ﯾﺎ æﻔﺮõﻟÇáÇ ﱠä ﻗﺔ ﻓﺈ Ôíóäﻃﺎ ãÚ ÇáæÇÍÏ æ åæ ãä ﻦúﻻﺛÇíÈà öäÚ ﻢó ﻓÏä ÃÑÇÏ ÈÍÈæÍ É óﻟﺞÇﻲú ﻓﻠóﻧﺔﺰúﻟﻢóﻟﺠÇ öãÇÚÉ”. (ÑæÇå ÇáÊÑãÐ í æÍ óáﺎóﻗÓä ÕÍíÍ æÕ ÍÍßﺎóﻟﺤÇ å ã) Maknanya: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian –mengikuti– orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti yang dating setelah mereka“. Dan termasuk rangkaian hadits ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Turmudzi, ia berkata hadits ini Hasan Shahih juga hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim). Al-Jama’ah dalam hadits ini tidak boleh diartikan dengan orang yang selalu menjalankan shalat dengan berjama’ah, jama’ah masjid tertentu atau dengan arti ulama hadits, karena tidak sesuai dengan konteks pembicaraan hadits ini sendiri dan bertentangan dengan hadits-hadits lain. Konteks pembicaraan hadits ini jelas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jama’ah adalah mayoritas umat Muhammad dari sisi kuantitas.
Penafsiran ini diperkuat juga oleh hadits yang kita tulis di awal pembahasan. Yaitu hadits riwayat Abu Dawud yang merupakan hadits Shahih Masyhur, diriwayatkan oleh lebih dari 10 orang sahabat. Hadits ini memberi kesaksian akan kebenaran mayoritas umat Muhammad bukan kebenaran firqah-firqah yang menyempal. Jumlah
pengikut
firqah-firqah
yang
menyempal
ini,
dibanding
pengikut
Ahlussunnah Wal Jama’ah sangatlah sedikit. Selanjutnya di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah dikenal istilah “ulama salaf”. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dari kalangan Ahlusssunnah Wal Jama’ah yang hidup pada 3 abad pertama hijriyah sebagaimana sabda nabi: “Îí ﻖõﻟÇ Ñ Ñæä ﺮóﻗﻲöﻧ õË ã ÇáÐíä íﻟﻮõä åã õË ã ÇáÐíä íﻟﻮõä åã” (ÑæÇå ÇáÊÑãÐ í) Maknanya: “Sebaik-baik abad adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi) Pada masa ulama salaf ini, di sekitar tahun 260 H, mulai menyebar bid’ah Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan lainnya dari kelompok-kelompok yang membuat faham baru. Kemudian dua imam agung; Abu al-Hasan al-Asy’ari (W. 324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) –semoga Allah meridlai keduanya– dating dengan menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil naqli (nash-nash al-Quran dan Hadits) dan dalil-dalil aqli (argumen rasional) disertai dengan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat (sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan hal yang sebenarnya) Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij tersebut di atas dan ahli bid’ah lainnya. Sehingga Ahlussunnah dinisbatkan kepada keduanya. Mereka; Ahlussunnah Wal Jamaah akhirnya dikenal dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut imam Abu al-Hasan Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut imam Abu Manshur al-Maturidi). Hal ini tidak menafikan bahwa mereka adalah satu golongan yaitu al-Jama’ah. Karena
sebenarnya jalan yang ditempuh oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok aqidah adalah sama dan satu. Adapun perbedaan yang terjadi di antara keduanya hanya pada sebagian masalahmasalah furu’ (cabang) aqidah. Hal tersebut tidak menjadikan keduanya saling menghujat atau saling menyesatkan, serta tidak menjadikan keduanya lepas dari ikatan golongan yang selamat (al-Firqah al-Najiyah). Perbedaan antara alAsy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini adalah seperti halnya perselisihan yang terjadi antara para sahabat nabi, perihal apakah Rasulullah melihat Allah pada saat Mi’raj?. Sebagian sahabat, seperti ‘Aisyah dan Ibn Mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah r tidak melihat Tuhannya pada waktu Mi’raj. Sedangkan Abdullah ibn ‘Abbas mengatakan bahwa Rasulullah r melihat Allah dengan hatinya. Allah memberi kemampuan melihat kepada hati Nabi Muhammad r sehingga dapat melihat Allah. Namun demikian al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini tetap sepaham dan sehaluan dalam dasar-dasar aqidah. Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (W. 1205 H) mengatakan: ﻞúﻃà ÇóÐÅÞ ÃåáÇ õá ÓäÉ æﻢóﻟﺠÇÇÚÉ ﻟﻤﺮõﻓﺎÇ ﻢöﮭö ﺑÏ ÇáÃÔÇÚÑ Éõ æﺎóﻟﻤÇíöﺗﺮÏﺔõﯾ “Jika dikatakan Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah alAsy’ariyyah dan al-Maturidiyyah “. (al-Ithaf, juz 2 hlm 6) Jadi aqidah yang benar dan diyakini oleh para ulama salaf yang shalih adalah aqidah yang diyakini oleh al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Karena sebenarnya keduanya hanyalah meringkas dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi dan rasul serta para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang diyakini oleh ratusan juta umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, serta orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ alHanabilah). Aqidah ini diajarkan di pesantren-pesantren Ahlussunnah di negara kita, Indonesia. Dan al-Hamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta
kaum muslimin di seluruh dunia seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India, Pakistan, Mesir (terutama al-Azhar), negara-negara Syam (Syiria, Yordania, Lebanon dan Palestina), Maroko, Yaman, Irak, Turki, Daghistan, Checnya, Afghanistan dan masih banyak lagi di negara-negara lainnya. Maka wajib bagi kita untuk senantiasa penuh perhatian dan keseriusan dalam mendalami aqidah alFirqah al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan mayoritas. Karena ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia, sebab ia menjelaskan pokok atau dasar agama. Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Karenanya, mempelajari ilmu ini harus lebih didahulukan dari mempelajari ilmuilmu lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu ini baru disusul dengan ilmuilmu yang lain. Inilah metode yang diikuti para sahabat nabi dan ulama rabbaniyyun dari kalangan salaf maupun khalaf dalam mempelajari agama ini. Tradisi semacam ini sudah ada dari masa Rasulullah, sebagaimana dikatakan sahabat Ibn ‘Umar dan sahabat Jundub: “õßäÇ æäÍ ä ÝÊíÍ ñäÇÒÑöæÇã ñÉÚ Ñ ÓæÕ öﷲÇ öáÚ õﷲÇ ﻟﱠﻰﻲóﻟå æÓ ﻟﻢø ÊÚ ﻟﻢøäÇ ÇáÅíãæ óäÇﻢóﻟ äÊÚﻟﻘﺮÇ öﻢøﻟõË óäÇóÁ ã ÊÚﻟﱠﻢäÇ ﻘﺮõﻟÇﺎó ﻓóäÇóÁ ÒÏÏäﮫö ﺑÇ ÅíãÇäÇ” (ÑæÇå ÇÈä ãÇÌå æÕÍÍå ÇáÍÇÝÙ ÇáÈæÕíöÑ í) Maknanya: “Kami -selagi remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari alQur’an maka bertambahlah keimanan kami”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafidz al-Bushiri). Ilmu aqidah juga disebut dengan ilmu kalam. Hal tersebut dikarenakan banyaknya golongan yang mengatas namakan Islam justru menentang aqidah Islam yang benar dan banyaknya kalam (adu argumentasi) dari setiap golongan untuk membela aqidah mereka yang sesat.
Tidak semua ilmu kalam itu tercela, sebagaimana dikatakan oleh golongan Musyabbihah (kelompok yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Akan tetapi ilmu kalam terbagi menjadi dua bagian: ilmu kalam yang terpuji dan ilmu kalam yang tercela. Ilmu kalam yang kedua inilah yang menyalahi aqidah Islam karena sengaja dikarang dan ditekuni oleh golongan-golongan yang sesat seperti Mu’tazilah, Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhlukNya, sepeti kaum Wahabiyyah) dan ahli bid’ah lainnya. Adapun ilmu kalam yang terpuji ialah ilmu kalam yang dipelajari oleh Ahlussunah untuk membantah golongan yang sesat. Dikatakan terpuji karena pada hakekatnya ilmu kalam Ahlussunnah adalah taqrir dan penyajian prinsip-prinsip aqidah dalam formatnya yang sistematis dan argumentatif; dilengkapi dengan dalil-dalil naqli dan aqli. Dasar-dasar ilmu kalam ini telah ada di kalangan para sahabat. Di antaranya, sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib dengan argumentasinya yang kuat dapat mengalahkan golongan Khawarij, Mu’tazilah juga dapat membantah empat puluh orang yahudi yang meyakini bahwa Allah adalah jism (benda). Demikian pula sahabat ‘Abdullah ibn Abbas, al-Hasan ibn ‘Ali ibn Abi Thalib dan ‘Abdullah ibn Umar juga membantah kaum Mu’tazilah. Sementara dari kalangan tabi’in; imam al-Hasan alBashri, imam al-Hasan ibn Muhamad ibn al-Hanafiyyah; cucu sayyidina Ali ibn Abi Thalib dan khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga pernah membantah kaum Mu’tazilah. Kemudian juga para imam dari empat madzhab; imam Syafi’i, imam Malik, imam Abu Hanifah, dan imam Ahmad juga menekuni dan menguasai ilmu kalam ini. Sebagaimana dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi (W 429 H) dalam kitab Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim ibn ‘Asakir (W 571 H) dalam kitabTabyin Kadzib al Muftari, al-Imam az-Zarkasyi (W 794 H) dalam kitab Tasynif al- Masami’ dan al ‘Allamah al Bayyadli (W 1098 H) dalam kitab Isyarat alMaram dan lain-lain. Allah berfirman: ( (Úﺎóﻓﻢóﻟ ÃäﻟﮫÅ ó ﻻå æ õﷲÇ ﻻﱠÅÇÓÊ ÛÝÑ áäóÐﻚöﺑ) (ãÍ ãÏ: 19
Maknanya: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu”. (Q.S. Muhammad :19) Ayat ini dengan sangat jelas mengisyaratkan keutamaan ilmu ushul atau tauhid. Yaitu dengan menyebut kalimah tauhid (la ilaha illallah) lebih dahulu dari pada perintah untuk beristighfar yang merupakan furu’ (cabang) agama. Ketika Rasulullah r ditanya tentang sebaik-baiknya perbuatan, beliau menjawab: “Åíãæ öﺎﷲö ﺑñäÇÑ Óæáå” (ÑæÇå ÇáÈÎöÑÇ í) Maknanya: “Iman kepada Allah dan rasul-Nya”. (H.R. Bukhari) Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah r mengkhususkan dirinya sebagai orang yang paling mengerti dan faham ilmu tauhid, beliau bersabda: “ÃäÇ ÃÚóá ãõ ßã öﺎﷲö ﺑæÃÎÔÇõ ßã óáå” (ÑæÇå ÇáÈÎöÑÇ í) Maknanya: “Akulah yang paling mengerti di antara kalian tentang Allah dan paling takut kepada-Nya”. (H.R. Bukhari) Karena itu, sangat banyak ulama yang menulis kitab-kitab khusus mengenai penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini. Seperti Risalah al-’Aqidah athThahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (W 321 H), kitab al‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al Imam ‘Umar an-Nasafi (W 537 H), al-‘Aqidah al-Mursyidah karangan al-Imam Fakhr ad-Din ibn ‘Asakir (W 630 H), al ‘Aqidah ash-Shalahiyyah yang ditulis oleh al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W 599H);
beliau
menamakannya
Hadaiq
al-Fushul
wa
Jawahir
al
Uqul,
kemudianmenghadiahkan karyanya ini kepada sultan Shalahuddin al-Ayyubi (W 589 H).Tentang risalah aqidah yang terakhir disebutkan, sultan Shalahuddin sangat tertarik dengannya hingga beliau memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada
anakanak kecil di madrasah-madrasah, yang akhirnya risalah aqidah tersebut dikenal dengan nama al ‘Aqidah ash-Shalahiyyah. Sulthan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab Syafi’i, mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al
‘Aqidah
as-Sunniyyah.
Beliau
memerintahkan
para
muadzdzin
untuk
mengumandangkan al ‘Aqidah as-Sunniyyah di waktu tasbih (sebelum adzan shubuh) pada setiap malam di Mesir, seluruh negara Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah, Madinah, dan Yaman sebagaimana dikemukakan oleh al Hafizh as-Suyuthi (W 911 H) dalam al Wasa-il ila Musamarah al Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat buku-buku yang telah dikarang dalam menjelaskan al ‘Aqidah as-Sunniyyah dan senantiasa penulisan itu terus berlangsung. Kita memohon kepada Allah semoga kita meninggal dunia dengan membawa aqidah Ahlissunah Wal Jamaah yang merupakan aqidah para nabi dan rasul Allah. Amin. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG AQIDAH ASY’ARIYYAH; AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH As-Subki dalam Thabaqatnya berkata: “Ketahuilah bahwa Abu al-Hasan alAsy’ari tidak membawa ajaran baru atau madzhab baru, beliau hanya menegaskan kembali madzhab salaf, menghidupkan ajaran-ajaran sahabat Rasulullah. Penisbatan nama kepadanya karena beliau konsisten dalam berpegang teguh ajaran salaf, hujjah (argumentasi) yang beliau pakai sebagai landasan kebenaran aqidahnya juga tidak keluar dari apa yang menjadi hujjah para pendahulunya, karenanya para pengikutnya kemudian disebut Asy’ariyyah. Abu al-Hasan alAsy’ari bukanlah ulama yang pertama kali berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah, ulama-ulama sebelumya juga banyak berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau hanya lebih memperkuat ajaran salaf itu dengan argumenargumen yang kuat. Bukankah penduduk kota Madinah banyak dinisbatkan
kepada Imam Malik, dan pengikutnya disebut al Maliki. Ini bukan berarti Imam Malik membawa ajaran baru yang sama sekali tidak ada pada para ulama sebelumnya, melainkan karena Imam Malik menjelaskan ajaran-ajaran lama dengan penjelasan yang lebih rinci dan sistematis..demikian juga yang dilakukan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari”. Habib Abdullah ibn Alawi al-Haddad menegaskan bahwa “kelompok yang benar adalah kelompok Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari. Aqidahnya juga aqidah para sahabat dan tabi’in, aqidah ahlul haqq dalam setiap masa dan tempat, aqidahnya juga menjadi aqidah kaum sufi sejati. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyayri. Dan alhamdulillah aqidahnya juga menjadi aqidah kami dan saudara-saudara kami dari kalangan habaib yang dikenal dengan keluarga Abu Alawi, juga aqidah para pendahulu kita. Kemudian beliau melantunkan satu bait sya’ir: æßä ÃÔÚÑíÇ Ýí ÇÚÊÞÇÏß Åäå åæ Çáãäåá ÇáÕÇÝí Úä ÇáÒíÛ æÇáßÝÑ “Jadilah pengikut al Asy’ari dalam aqidahmu, karena ajarannya adalah sumber yang bersih dari kesesatan dan kekufuran“. Ibnu ‘Abidin al Hanafi mengatakan dalam Hasyiyah Radd al Muhtar ‘ala ad-Durr al Mukhtar : “Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah al Asya’irah dan al Maturidiyyah“. Dalam kitab ‘Uqud al Almas al Habib Abdullah Alaydrus al Akbar mengatakan : “Aqidahku adalah aqidah Asy’ariyyah Hasyimiyyah Syar’iyyah sebagaimana aqidah para ulama madzhab syafi’i dan Kaum Ahlussunnah Shufiyyah”. Bahkan jauh sebelum mereka ini Al Imam al ‘Izz ibn Abd as-Salam mengemukakan bahwa aqidah al Asy’ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi’i, madzhab Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala al Hanabilah). Apa yang dikemukakan oleh al ‘Izz ibn
Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama di masanya, seperti Abu ‘Amr Ibn al Hajib (pimpinan ulama Madzhab Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushayri pimpinan ulama Madzhab Hanafi di masanya, juga disetujui oleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh putranya Tajuddin as-Subki. GARIS BESAR AQIDAH ASY’ARIYYAH Secara garis besar aqidah asy’ari yang juga merupakan aqidah ahlussunnah wal jama’ah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala maha Esa dan tidak ada sekutu bagiNya, Allah bukanlah benda yang bisa digambarkan juga bukan benda yang berbentuk dan berukuran. Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhlukNya (laysa kamitslihi syai’). Allah ada dan tidak ada permulaan atau penghabisan bagi ada-Nya, Allah maha kuasa dan tidak ada yang melemahkan-Nya, serta Ia tidak diliputi arah. Ia ada sebelum menciptakan tempat tanpa tempat, Iapun ada setelah menciptakan tempat tanpa tempat. tidak boleh ditanyakan tentangnya kapan, dimana dan bagaimana ada-Nya. Ia ada tanpa terikat oleh masa dan tempat. Maha suci Allah dari bentuk (batasan), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar dan anggota badan yang kecil. Ia tidak diliputi satu arah atau enam arah penjuru. Ia tidak seperti makhluk-Nya. Allah maha suci dari duduk, bersentuhan, bersemayam, menyatu dengan makhluk-Nya, berpindah-pindah dan sifat-sifat makhluk lainnya. Ia tidak terjangkau oleh fikiran dan Ia tidak terbayang dalam ingatan, karena apapun yang terbayang dalam benakmu maka Allah tidak seperti itu. Ia maha hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha mendengar dan maha melihat. Ia berbicara dengan kalam-Nya yang azali sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain juga azali, karena Allah berbeda dengan semua makhluk-Nya dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Barang siapa menyifati Allah dengan sifat makhluknya sungguh ia telah kafir.
Allah yang telah menciptakan makhluk dan perbuatan-perbuatan-Nya, Ia juga yang mengatur rizki dan ajal mereka. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya dan tidak ada yang bisa menghalangi pemberian-Nya. Ia berbuat dalam kerajaanNya ini apa yang Ia kehendaki. Ia tidak ditanya perihal perbuatan-Nya melainkan hamba-Nyalah yang akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan-Nya. Apa yang Ia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Ia kehendaki tidak akan terjadi. Ia disifati dengan kesempurnaan yang pantas bagi-Nya dan Ia maha suci dari segala bentuk kekurangan. Nabi Muhammad adalah penutup para nabi dan penghulu para rasul. Ia diutus Allah ke muka bumi ini untuk semua penduduk bumi, jin maupun manusia. Ia jujur dalam setiap apa yang disampaikannya. [] Tidak Semua Yang Baru Itu Sesat Pemberian titik dan syakal pada mushaf itu tidak ada pada masa Rasul dan Rasul tidak pernah memerintahkan sahabatsahabatnya untuk melakukan itu, tapi sampai saat ini tidak ada yang berani mengatakan itu sesat dan yang sesat masuk neraka. Demikian juga adzan kedua pada hari jum’at yang dirintis pertama kali oleh sahabat Utsman ibn Affan karena melihat umat Islam sudah semakin banyak. Pada masa Rasul, Abu Bakar dan Umar adzan pada hari jum’at hanya dilakukan sekali ketika khatib naik mimbar, kemudian pada masa Utsman adzan ditambah sebelum khatib naik mimbar. Adzan yang pertama ditujukan untuk memperingatkan umat bahwa waktu dzuhur sudah masuk dan bersegera untuk meninggalkan aktifitas duniawinya dan datang ke masjid. Apakah kemudian Utsman disebut ahli bid’ah?! Bukankah Rasulullah telah memberikan keleluasan (rukhshah) kepada umatnya untuk berinovasi dalam hal kebaikan?! dalam haditsnya Rasul bersabda: “Barang siapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam maka ia mendapatkan pahala dari upayanya serta pahala orang yang menjalankannya” . Seiring dengan perkembangan zaman tentu kebutuhan umat manusia semakin banyak lebih banyak dari masa Rasul dan sahabat, tidak ada salahnya kalau kita memanfaatkan
fasilitas-fasilitas
teknologi
yang
telah
tercipta
itu
untuk
mempermudah kepentingan kita beribadah kepada Allah. Karena tidak semua yang baru itu salah dan menyesatkan.
Selamat membaca. Kenali aqidah ahlusunnah aqidah mayoriti ummat islam selama 15 abad, DOWNLOAD KITAB ALHUSUNNAH (KLIK SAJA!) ************************************************************************ ******************************************* Awas agen zionis (wahai) berkedok dan mengaku-ngaku ahlusunnah/slafy/firqatunnijiyah/darulhatits!! Mengenal Agen Mossad Dalam Gerakan Islam Katagori : Untold Story / the X files Oleh : Redaksi 16 Apr 2007 - 4:00 am
Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46 Lihat catatan redaksi *) FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit dipercaya. Betapa kelompok Salafy yang selama ini dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk Ihyaus Sunnah (menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW), gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh jaringan intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan kaum Muslim. Badan intelejen Palestina mengijinkan harian Al-Hayat dan Televisi Libanon, LBC, untuk mewawancarai orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan sekarang ditawan oleh pemerintah Palestina. Mereka telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin. Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen mengungkapkan cara perekrutan mereka serta peranan yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin dan memicu fitnah lewat perselisihan, perpecahan, dan kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis Zionisme. Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor 127 mengutip harian Al-Hayat yang terbit di London dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya’ir kembali menyiarkan wawancara tersebut mengingat pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan oleh agen ini. Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati Utomo Dwi Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural Engineering and Construction Management University of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari Hidayatullah.com, laporan Bahrum A. Rambe. Berikut hasil wawancara dimaksud: Wartawan: Bagaimana para zionis itu dapat memperalat anda untuk kepentingan mereka dalam konspirasi dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara anda? Agen: Awalnya saya membaca iklan di koran lokal tentang adanya pusat studi strategis kemasyarakatan yang bertempat di Singapura, mereka membutuhkan reporter di Tepi
Barat untuk melakukan studi sosial dan publisistik tentang lingkungan, kemiskinan, dan lain-lain. Lalu saya kirim biodata dan ijazah saya. Setelah dua pekan, datang balasan penerimaan saya di lembaga tersebut yang ternyata dikendalikan oleh intelejen zionis Mossad, dan dilaksanakan oleh orang-orang Palestina yang bekerja sama dengan zionisme untuk merekrut orang Arab Palestina dengan cara jahannam yang tidak terpikir oleh siapapun. Mereka meminta kepada saya untuk menyiapkan laporan kemasyarakatan strategis. Mereka memberi imbalan uang yang cukup banyak. Dari situ, Pusat Studi Strategis palsu itu meminta tambahan laporan-laporan sensitif. Dan saya memenuhinya dengan teratur. Dengan memperhatikan permintaan-permintaan mereka saya mengetahui bahwa lembaga ini ada di bawah Mossad. Tapi saya tidak bisa mundur karena saya sudah memberi laporan-laporan yang sangat sensitif tentang keamanan nasional, tokoh-tokoh Mujahidin, posisi tempat tinggal mereka, dan keberadaan mereka. Informasi ini memudahkan mereka untuk membunuh para Mujahidin terbaik dari Hamas dan Jihad Islami. Kondisi berkembang sedikit demi sedikit sampai permainan ini tersingkap, mereka memberi kepada saya lisensi untuk menemui orang-orang penting di Tel Aviv. Di sana mereka menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh sarana kenikmatan, tapi ternyata mereka merekam saya ketika berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita. Hal ini sebagai salah satu cara mereka untuk memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari. Dari sini pekerjaan menjadi lebih akurat. Mereka melatih saya seluruh dasar kerja intelejen. Dan komunikasi kami lewat internet, mengirim informasi lewat telepon seluler yang mereka berikan. Dari sini saya mulai mengumpulkan informasi yang paling akurat dan vital tentang tokoh-tokoh intifadhah secara rutin. Posisi saya sebagai reporter, membuat saya dapat bergabung dengan seluruh unsur Mujahidin. Saya mendapatkan informasi yang sangat penting karena saya dianggap sebagai pejuang. Karena kedekatan saya dengan para pemimpin perlawanan dan pantauan saya terhadap posisi gerakan dan tempat tidur mereka saya telah memudahkan banyak pembunuhan melalui pesawat, penangkapan malam hari atau dengan menembak kendaraan. Dan saya telah merekrut banyak orang untuk kepentingan zionis dengan upah rendah tidak lebih dari 1500 chikel per bulan. Wartawan: Kami mengetahui bahwa anda dapat mengintervensi beberapa jamaah Islamiyyah, bagaimana itu? Agen: Sesungguhnya zionis sudah memanfaatkan kepolosan dan ketidak hati-hatian orang-orang Palestina. Kami ditugaskan membuat beberapa situs dengan nama: Palestine Islamiyyah, al-Jihad al-Muqaddas, Tahrir al-Quds, Syababul Intifadhah, dan lain-lain. Dengan situs-situs ini kami berhubungan dengan banyak anak muda yang memiliki semangat jihad. Kami janjikan kepada mereka untuk membiayai mereka dengan uang dan
senjata, dengan menyebutkan bahwa dana tersebut bersumber dari orang-orang kaya dari Teluk dan aktivis Islam di Mesir, Yordan dan Kuwait. Begitulah, kami dapat menembus banyak mata rantai Mujahidin dan merasuk ke dalam tubuh mereka dengan mengatasnamakan Islam dan jihad. Dan yang lebih berbahaya, kami dapat memperalat orang-orang yang bersemangat tinggi, khususnya orang-orang Salafiy untuk menyebarkan buku-buku yang menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam. Buku-buku ini, sebenarnya dicetak dan dibiayai dengan biaya dari Mossad untuk membuat pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi’ah dan Sunnah di Palestina, Pakistan, Yaman, dan Yordan. Puluhan judul buku-buku yang menyerang Syi’ah dengan cara menjijikkan, dan buku lain yang menyerang Sunnah, sudah dicetak. Dan dimanfaatkan juga orang-orang yang fanatik dari kedua belah pihak, setelah diyakinkan bahwa buku-buku tersebut dicetak oleh para dermawan Teluk dengan cetakan lux. Selebihnya, pekerjaan akan dilakukan oleh mereka yang teripu dari kelompok fanatik Sunnah seperti Salafiyyin dan lain-lain. Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini, adalah menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan antarpihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingsan sesama mereka, agar Israel dapat merealisasikan tujuannya, yaitu menghancurkan Islam, menelan tanah air, menghapus identitas generasi muda melalui penyebaran dekadensi moral, atau menggunakan orang-orang yang tersingkir di luar kehidupan, fanatik dan keras kepala. Hati mereka penuh dengan kebencian terhadap saudara mereka sesama Muslim, baik Sunnah atau Syi’ah. Dalam hal ini, jaringan Mossad telah cukup sukses menjalankan missinya. Anda dapat melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan, dan Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis; yang dikesankan seolah-olah dibiayai dari kocek para donatur kaya Arab Saudi, padahal Mossad ada di belakang semua ini. Sayang sekali, banyak orang-orang yang tidak menyadari, termasuk para imam masjid, khatib-khatib, dan da’i-da’i yang menyibukkan diri secara ikhlas dan serius dengan menyebarkan buku-buku beracun minimal bisa dikatakan buku-buku lancang dan fitnah. Fitnah lebih berbahaya dari pembunuhan. Karena pikiran mereka sempit, maka mereka tidak berpikir tentang tujuan sebenarnya dari penyebaran buku-buku ini, yang meniupkan kebencian, perpecahan dan fitnah khususnya hari-hari belakangan ini. Buku-buku ini telah mulai menuai pengaruhnya di Pakistan. Orang-orang yang menyebut dirinya pengikut Ahlu Sunnah wal jama’ah, membentuk Tentara Shahabat dan menyerang kaum Syi’ah dalam ritual dan rumah-rumah, membunuh mereka ketika shalat Shubuh. Sebuah pembantaian ganas yang menyedihkan meninggalkan ribuan mayat. Di lain pihak membentuk Tentara Muhammad bereaksi dengan balasan yang lebih keras, ratusan orang terbunuh di kedua belah pihak tiap bulan. Pembantaian berdarah, kedengkian, membuatbuat pertempuran sampingan, fitnah yang berbahaya dengan pahlawan Khawarij zaman sekarang, dimanfaatkan oleh Mossad untuk menyulut fanatisme, pengkafiran,
pembunuhan, untuk melemahkan negara Islam pertama yang memiliki bom atom, Pakistan. Sedangkan rencana mereka di Yaman, sampai saat ini pekerjaan masih berjalan dengan serius dan hasilnya sebentar lagi akan bisa dilihat. Namun sangat disayangkan, khusus tentang pemicu fitnah di Palestina, seluruh tujuan tidak tercapai seperti di Pakistan dan Yaman. Wartawan: Sekarang apakah anda menyesal? Di mana mata hati anda ketika anda menunjukkan tempat-tempat persembunyian tokoh-tokoh perlawanan kepada zionis, agar dibunuh dengan keji beserta keluarga mereka dengan pesawat Apache dan roket-roket mereka? Agen: Apalah gunanya penyesalan. Saya merasa sedih ketika mereka memusnahkan sebuah bangunan beserta penghuninya hanya untuk membunuh salah seorang Mujahidin yang dicari, di mana operasi ini menyebabkan terbunuhnya 17 anak kecil dan wanita juga sang Mujahid yang dicari. Sayalah penyebabnya, sungguh sayang. Karena itu, saya berhak dihukum dengan hukuman yang diputuskan pengadilan, yaitu eksekusi. Mengenal Gerakan Agen Mossad Semangat menghidupkan sunnah Nabi SAW di satu segi, dan memposisikan gerakan Islam di luar komunitasnya sebagai bid’ah, khawarij, dan tuduhan lain yang jauh dari kesan Islami; tanpa dibarengi dengan wawasan ilmu, pemahaman syari’ah dan siyasah secara memadai, membuat mereka mudah diprovokasi dan diperalat musuh-musuh Islam. Banyak gerakan Islam, dalam melawan zionisme dan hegemoni AS, justru diperalat oleh musuh dengan mengusung doktrin zionis tanpa disadari, sehingga mudah dihancurkan. Penting bagi aktivis Islam untuk mengenal di antara karakteristik ormas, orpol, maupun gerakan Islam, yang kadangkala tanpa disadari menjadi alat musuh untuk menghancurkan Islam. Berdasarkan kajian dan pengalaman karakteristik mereka itu dapat dikenali antara lain: 1. Mendukung kekuasaan rezim yang zhalim secara apriori, selama penguasa tersebut masih melakukan shalat. Alasannya, karena Nabi memerintahkan taat kepada penguasa Muslim yang masih shalat sekalipun berbuat durhaka atau zhalim. “Enam puluh tahun di bawah penguasa zhalim, lebih baik daripada sehari tanpa pemimpin,” kata mereka. Sementara mereka mengabaikan ayat Al-Qur’an yang melarang membantu orang-orang zhalim yang berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya. 2. Mengklaim pahamnya paling benar tanpa mau diajak dialog mendengarkan hujjah dari pihak Muslim yang dikategorikan sesat. 3. Mengajak umat untuk menjauhi politik, dan memfokuskan diri dalam aqidah dan ibadah dalam pengertian sempit. 4. Gemar mengabaikan hujjah lawan sekalipun hujjah itu dari Al-Qur’an dan hadits shahih hanya karena hujjah tersebut tidak berasal dari syeikh-nya.
5. Mempersempit sumber-sumber pemahaman agama, dan hanya menerima dari ulama panutannya atau pemahaman dari kelompoknya sendiri secara terbatas, dengan menganggap pemahaman jalur lain sebagai bid’ah. 6. Sangat mengecam perilaku yang dikategorikan tasabbuh dengan golongan kafir dan musyrik. Tapi, mengikuti cara berpikir dan kepemimpinan golongan zionis dengan menempatkan pendapat ulama panutannya melebihi Al-Qur’an dan hadits. 7. Menampilkan identitas tertentu untuk membedakan diri dengan kelompok lain secara fanatik sebagaimana halnya dengan sekte-sekte di lingkungan Yahudi dan Kristen. 8. Mengambil ajaran agama dengan mengutamakan hal-hal yang bersifat personal dan keluarga, tapi mengabaikan masalah kenegaraan dan jihad. Hal ini sejalan dengan doktrin Kristen: “Berikan hak Kaisar kepada Kaisar, dan hak Tuhan kepada Tuhan.” 9. Sangat membenci, bahkan memusuhi gerakan Islam yang menuntut pemberlakuan Syari’ah Islam secara kaffah, terutama ajaran amar makruf nahyu mungkar dan jihad.
Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46 Scan Kitab2 ahlusunnah bantah aqidah sesat wahabi Menyelewengkan pendapat ulama 4 madzab ttq aqidah dah menjadi darah daging wahabi….. Merubah2 tafsir ulama sunni dgn kedok mentkhrij sudah menjadi kerja harian mufti2 negri saudi alyahudiah…..
padahal pengikut2 wahabi hanya kerbau2 dungu yang sok tau yang tak pernah membaca kitab2 tsb…jgnkan membaca melihat sampul kitabnya pun belum…..(gimana mau baca….ga sempat belajar nahwu shorof…sibuk diajari debat/nentang pendapat ulama2 sunni terus)…..(pengalaman ikut taklim salafi…) ini adalah scan kitab2 aqidah yang ditulis ulama2 terkemuka ahlusunnah …hanya orang2 fasiq ygjelas kefasikannya yg menentang pendapat mereka : Rujukan tentang akidah aswaja dapat dilihat pada kitab2 ulama salafusalih scan kitab2nya…: 1. Hujjah Imam Abu Hanifah yg beliau tulis dalam kitab wasiat nya :
( DIATAS ADALAH KENYATAAN IMAM ABU HANIFAH DALAM KITAB WASIAT BELIAU PERIHAL ISTAWA ) AKIDAH IMAM ABU HANIFAH (ulama As-Salaf sebenar) Oleh: Abu Syafiq ( 012-2850578 ) Imam Abu Hanifah (w150h) merupakan ulama Islam yang dikategorikan sebagai ulama Salaf iaitu yang hidup sebelum 300H. Beliau merupakan ulama Islam yang hebat dan cukup mementingkan ilmu akidah. Inilah keutamaan para ulama Islam memastikan ilmu akidah Islam sebenar tersebar luas moga-moga dengan itu ilmu Islam yang lain lebih tersusun dengan benarnya akidah yang dibawa oleh para pendakwah. IMAM ABU HANIFAH NAFIKAN SIFAT BERTEMPAT/DUDUK/BERSEMAYAM BAGI ALLAH. Perkataan ‘semayam atau bersemayam’ lebih membawa erti yang tidak layak bagi Allah iaitu duduk atau bertempat. Sifat duduk dan bertempat merupakan sifat yang dinafikan oleh para ulama kepada Allah kerana ianya bukan sifat Allah. Maha suci Allah dari sifat duduk atau bertempat. Istawa apabila disandarkan kepada Allah sebaiknya diterjemahkan dengan mengunakan kaedah “tafsir ayat dengan ayat” kerana itu merupaka kaedah yang disepakati keutamaannya oleh seluruh ulama Islam. Apabila Istawa datang dengan makna Qoharo iaitu menguasai dan pada waktu yang sama Allah juga menyifatkan diriNya dengan Qoharo maka tidak salah sekiranya Istawa disitu diterjemahkan dengan Menguasai kerana sudah dan pastinya Maha Menguasai itu adalah sifat Allah. Manakala duduk atau bersemayam yang bererti mengambil tempat untuk duduk maka itu sudah pasti BUKAN sifat Allah. Penyelesaian bagi pergaduhan bersejarah tentang makna ayat tersebut pengubatnya adalah dengan menolak zahir maknanya dan tidak mentafsirkan dengan sifat duduk atau bertempat kerana tiada dalil sahih dari Al-Quran mahupun Hadith menyatakan Allah itu bersifat duduk mahupun bertempat. Ulama Islam mengthabitkan sifat Istawa bagi Allah tanpa menetapkan tempat bagi Allah. Begitu juga mereka menetapkan bagi Allah sifat Istawa dalam masa yang sama menafikan erti bersemayam/duduk bagi Allah. Perkara ini telah dijelaskan secara nasnya (teks) oleh Imam As-Salaf sebenar iaitu Imam Abu Hanifah sendiri telah menafikannya sifat duduk/bersemayam dan menafikan sifat bertempat atas arasy bagi Allah. IMAM ABU HANIFAH TOLAK AKIDAH SESAT “ ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK/BERTEMPAT ATAS ARASY.
Demikian dibawah ini teks terjemahan nas Imam Abu Hanifah dalam hal tersebut ( Rujuk kitab asal sepertimana yang telah di scan di atas) : “ Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al ber istawa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas Arasy, Dialah menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta Allah ini dan tidak mampu mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum diciptaArasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”. Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu Hanifah dari kitab Wasiat beliau. Amat jelas di atas bahawa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam(duduk) Allah di atas Arasy. Semoga Mujassimah diberi hidayah sebelum mati dengan mengucap dua kalimah syahadah kembali kepada Islam. 2. Imam Asy’Ary Dalam Semua kitab2 aqidah beliau semakna dgn aqidah yang dpegang university Alashar dan aswaja seluruh dunia. Termasuk dalam kitab terakhir Beliau ,kitab Al ibanah. Scan Kitab Al ibanah : http://bp0.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RymXc3IyZMI/AAAAAAAAAL0/_EJtmSigAno /s1600-h/lastscan.jpg scan sampul kitabnya : http://bp0.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RymV3IyZKI/AAAAAAAAALk/mmRjxkLsz_Q/s1600-h/2.jpg 3. Fatwa Imam syafei tentang akidah Allah Ada Tanpa Tempat dan Arah (Akidah Mayoritas Muslim Di dunia, akidah ulama2 University Al ashar) INILAH BUKTI BAHAWA ORANG YANG BERAKIDAH YAHUDI : “ALLAH DUDUK” ADALAH KAFIR DISISI SELURUH ULAMA ISLAM BERDASARKAN KATA IMAM SYAFIE’. ﺑﻊÇ ﻟﺮÇö ÁﻟﺠﺰÇﻟﺜﺎﻣﻨﺔÇö ﻟﻤﺎﺋﺔÇö äﻋﯿﺎà ﻓﻲö ﻟﻜﺎﻣﻨﺔÇö Ñó ÑﻟﺪﱡÇö ﮫö ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑò ﺣﺠﺮõ ﺑﻦÇõ ﻟﺤﺎﻓﻆÇõ ﻤﮫó ﺗﺮﺟø ﺷﻲó ﺮõ ﻟﻘÇﻢø ﻌﻠõ ö ﻟﻤÇõ ﺑﻦÇ : Õ 197 ﮫõ õ ﻣﺎ ﻧﺼó áﻗﺎ: ﻟÇö ﻋﺒﺪö ﺑﻦó ﻋﻤﺮö ﺑﻦó ä ﻋﺜﻤﺎö ﺑﻦö ﻣﺤﻤﺪõ ﺑﻦõ ﻣﺤﻤﺪõ ÝæﻟﻤﻌﺮÇö ﻟﺪﯾﻦÇﺤﯿﻲõ ﻣõ ﺑﻦö ﻟﺪﯾﻦÇõ ﱡ ﻓﺨﺮíﺼﺮö ﻟﻤÇﻟﻘﺮﺷﻲﱡÇò ﺣﺴﻦö ﺑﻦö ﺨﺎﻟﻖ ﺳﻨﺔò ó áÇ ﻓﻲ ﺷﻮó ﻟﺪæö ﻌﻠﻢõ ﻟﻤÇö ﺑﺎﺑﻦ660 åÜ . ϲδϴ˴ϘϟϱΩΎϬϟ˶ΪΒϋϦϣϭ˳ϢϴϠγ˶ϦΑ˶έϮμϨϣ˴ΞϳήΨΗ˵Ϫ˴ΘΨϴθ˴ϣ˶αΎΤ͉Ϩϟ˶ϦΑϦϣϭ˶ΔϗΎτ˶Βϟ˴βϠΠϣϕϼ˴ϋ˶ϦΑ˴ϦϣϊϤγϭ ﺮöﻏﯿæø ﻧﻲÇ ö ﺮﱠó ﻟﺤÇö ﻟﻨﱠﺠﯿﺐÇ æﺋﯿﺔÇ Ñö Ï ﺑﺎﻟﺒﺎó Ïﻋﺎà æÊﻋﺎö ÑÐó à æö ﻟﺨﻠﯿﻞÇö ﺑﻠﺪó Á ﻗﻀﺎó ﻲö ﻟæó æÊﻟﻤﻘﺎﻣﺎÇó ﺣﻔﻆð ﻓﺎﺿﻼó äﻛﺎæó Ëﺣﺪﱠæﮬﻢ ΔϨγ˶ΓήΧϵϯΩΎϤ˵Οϲϓ˴ΕΎϣϭ˲Ϣψ˴ϧϭ˲ΕΎϔ͉Ϩ˴μ˵ϣ˵Ϫϟ˱ΩϮΟϥΎϛϭ725 ó ﺑﺪﻣﺸﻖÜ ﮬ.
Õ ø ﺮﺷﻲõ ö ﻟﻘÇö ﻌﻠﻢõ ﻟﻤÇö ﻻﺑﻦíﮭﺘﺪõ ﻟﻤÇö ﻧﺠﻢö Èﻓﻲ ﻛﺘﺎæ551: õ ﻣõ åõ ﻦ ﻛﻔﺮó ﻣñ ﻈﻢó ﻨﺘõ ﻣÇ ﮬﺬæö ﺒﻠﺔö ﻟﻘÇö ﮬﻞà ﻣﻦõ åﻣﻦ ﻛﻔﱠﺮﻧﺎæö ﻋﻠﯿﮫñ ﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰñ ﺟﺎﻟﺲó ﷲÇäÃõ ﻣﻦ ﯾﻌﺘﻘﺪÇ ﻛﺬæö Ñ ﺑﺎﻟﻘﺪõ ﺆﻣﻦõ ﻣﻦ ﻻ ﯾæﮬﺎö Ïﺟﻮæó ﻗﺒﻞö Êﻣﺎæﻌﺪó ﻟﻤÇõ ﻻ ﯾﻌﻠﻢõ ﺑﺄﻧﮫæö äÇ ÁﻟﻘﺮÇö ﺑﺨﻠﻖó ﻛﺎﻟﻘﺎﺋﻠﯿﻦ ﻟﺸﺎﻓﻌﻲÇø ö ø ﻋﻦ ﻧﺺñ ö ﺴﯿﻦõ ﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣÇõ å ﻛﻤﺎ ﺣﻜﺎö Ô ﻟﻌﺮÇ . Terjemahan pada teks yang telah dihitamkan: ” Begitu juga kafir sesiapa yang berakidah Allah duduk atas Arasy berdasarkan teks kenyataan oleh Imam Syafie’ yang disebut oleh Al-Qodhi Husain”. Õ ö ﻟﻘﺮﺷﻲÇﻌﻠﻢõ ﻟﻤÇö ﻻﺑﻦíﮭﺘﺪõ ﻟﻤÇö ﻧﺠﻢÈﻓﻲ ﻛﺘﺎæ588: áﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎÇﺿﻲÑø ﻋﻦ ﻋﻠﻲ: “ﻣﱠõ ò ﻷÇå ﻣﻦ ﮬﺬñ ã ﻗﻮõ ﻊö ﺮﺟó ﺳﯿΪϨϋ˶Δ ϝΎϘϓˮ˶έΎϜϧϹΎΑϡ˶ΙΪΣϹΎΑΫΎϤΑϢ˵ϫ˵ήϔ˵ϛ˴ϦϴϨϣΆϤϟ˴ήϴϣΎϳ˲ϞΟέϝΎϗ˱έΎϔϛ˶ΔϋΎδϟ˶ΏήΘϗ: ﮭﻢó ﺧﺎﻟﻘó äæﻨﻜﺮõ ﯾö Ñﺑﻞ ﺑﺎﻹﻧﻜﺎ ˶˯ΎπϋϷϭ˶ϢδΠϟΎΑϪ˴ϧϮϔμϴϓ”. ﻓﻌﻲﱡÇ ﻟﺮÇö ﻟﻜﺮﯾﻢÇõ ﻋﺒﺪãﻹﻣﺎÇá ﻗﺎ٬ﻟﺸﺎﻓﻌﻲÇö ãﻹﻣﺎÇÈﺻﺤﺎÃö ﻛﺎﺑﺮà ﻣﻦñ ﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﯿﻦÇ : ßÇ äæÇíáÞÈö ﻷﻣﺔÇó ﺣﺒﺮõ ﻧﮫæ. ﻟﻤﺠﺴﻤﺔ ﺑﺪﻟﯿﻞ ﻗﻮﻟﮫÇ ﻛﻔﺮÊﻟﻚ ﻟﺜﺒﻮÐæ٬ﻤﺔø ﻟﻤﺠﺴÇÇ æﻏﯿﺮﮬﻢ ﻣﻤﻦ ﻟﻢ ﯾﻜﻔﺮæﻟﺸﺎﻓﻌﯿﯿﻦÇ ﺑﻌﺾãﻟﻰ ﻛﻼÅ ﻻ ﯾﻠﺘﻔﺖÇ ﻓﺒﻌﺪ ﮬﺬ ÊÚÇ áì {áíÓ ßãËáåÔìÁ}. Ϫ˴ϣΎϣ·ϒϟΎΨϳϥϲόϓΎθϟύϮδϳϒϴϛϭ(ﷲ ﺑﺎﻟﺠﺴﻢÇﺻﻒæﺮ ﻣﻦø ﻛﻔíﻟﺬÇ ) ﻓﻲ ¿ﺔø ﺟﻤﺎﻋﯿÅ!ﻣﺴﺌﻠﺔ Scan Kitab : http://bp2.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RvMaMdQ4b3I/AAAAAAAAAIg/r3Ui5QzU94/s1600-h/M-4.gif Scan Kitab : http://bp0.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RvMaI9Q4b2I/AAAAAAAAAIY/s0QFpNbIZ_A /s1600-h/M-3.gif Scan Kitab : http://bp3.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RvMaCtQ4b1I/AAAAAAAAAIQ/hvBKugsGNi Q/s1600-h/M-2.gif scan Kitab : http://bp1.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RvMZ1NQ4b0I/AAAAAAAAAII/p8uXPMjpPg/s1600-h/M-1.gif 4. Imam Ahmad Bin Hambal Kata Allah Tidak Berjisim: Dalam kitab Iktiqod Imam Ahmad pada mukasurat 7-8 dinayatakan : “ Tidak harus menyandarkan jismiyyah kepada Allah kerana Allah tidak berjisim”. Imam Ahmad juga menyatakan:” “ Sesiapa yang mengatakan Allah itu jisim ataupun Allah itu jisim tapi tak serupa dengan jisim-jisim maka dia telah KAFIR ( ini kerana jisim bukanlah sifat Allah )”. 4. Imam Abu Hanifah Kata Allah Tidak Berjisim: Dalam kitab akidah Imam Abu Hanifah yang masyhur berjudul Fiqhul Akbar menyatakan: ﺑﻼ ﺟﺴﻢõ ò ﮫõ ﺛﺒﺎﺗÅ “ Dan hendaklah menetapakan bahawa Allah tidak berjisim”. 5. Imam Abu Hasan Al-Asya’ry menyatakan dalam kitabnya berjudul An-Nawadir : “ Al-Mujassim Jahil Birobbihi Fahuwa Kafirun Birobbihi” kenyataan Imam Abu Hasan
Al-Asy’ary tersebut bermaksud :“ Mujassim ( yang mengatakan Allah itu berjisim) adalah jahil mengenai Tuhannya, maka dia dikira kafir dengan Tuhannya ”. 6. Imam As-Syafie Kata Allah Tidak Berjisim: Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (wafat 725) dalam kitab Najmul Muhtadi menukilkan dari Al-Qodi Husain bahawa Imam Syafie menyatakan :“ Sesiapa beranggapan Allah duduk (berjisim) diatas arasy maka dia KAFIR ”. Dan ramai serta jutaan ulama islam lagi yang menyatakan akidah islam antaranya adalah Allah Tidak Berjisim. 7. Dr. Yusuf Qardawi sendiri yang mengatakan bahkan mengajar kepada orang awam bahawa Allah Tidak berjisim: Berkata Dr. Yusuf Qardawi dalam Majalah Mujtama’, Bilangan 1370, Tarikh 25 Jamadul Akhir/1420 Bersamaan 5/10/1999M Yang mana majalah tersebut dibaca oleh orang yang alim dan masyarakat umum: ÝáíÓ ããÇíæÇ ÝÞ Ç áßÊÇ È æÇ áÓäÉÌãÚåÇÝí äÓÞ æÇ ÍÏíæåãÊÕ æÑãÇáÇíáíÞ ÈßãÇ áÇ ááå ÊÚÇ áì ¡ßãÇíÞæáÈÚÖ åã: íÌÈ Ã äÊÄãäÈà äááåÊÚÇ áìæÌåÇ¡æà ÚíäÇ¡æíÏíä¡æà ÕÇ ÈÚ¡ æÞÏãÇ¡æÓÇ ÞÇ¡.. Å áÎ ¡ÝÅ äÓíÇ ÞåÇãÌÊãÚÉÈåÐåÇ áÕ æÑÉÞÏíæåãÈà äÐÇ ÊÇ á ﻛﻞﱞÓﺗﻘﺪæﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ ãÑßÈ ãäà ÌÒÇ Á¡Ã æÌÓããßæäãäà ÚÖ Ç Á..æáãíÚÑÖ å ÇÇ áÞÑ äÇ áßÑíãæáÇÇ áÍÏíË Ç áÔÑíÝ ÈåÐåÇ áÕ æÑÉ¡æáãíÔÊÑØ Ç áÑÓæááÏÎæáà ÍÏÝí Ç áÅ ÓáÇ ãà äíÄãäÈÇ ááåÊÚÇ áì ÈåÐÇ Ç áÊÝÕ íáÇ áãÐßæÑ. Erinya: ” Maka bukanlah dikira sebagai perkara yang dipersetujui oleh Al-Quran dan AsSunnah dengan mengumpulnya dalam satu bahagian membawa kepada gambaran yang tidak layak bagi kesempurnaan Allah ta’aal seperti yang dilakukan oleh sebahagian orang mereka mengatakan: Wajib beriman bagi Allah itu wajah, mata, dua tangan, jari, kaki, betis dan lain-lain. Ini kerana kenyataan seperti ini mengambarkan kesilapan yang besar bagi zat Allah itu bercantuman dengan bahagian-bahagian ataupun ianya membawa kepada Allah itu berjisim”. 8. Ibnu Taimiyah Ahirnya Bertobat Dari Akidahnya Yang Salah kembali pada akidah Allah Ada Tanpa Tempat Dan Arah jangan sampai menjadikan buku2 ibnu taimiyah sebagai rujukan dalam perkara2 aqidah karena kitab2 karangan beliau yang beredar sekarang masih berisi ttg aqidah beliau yang salah….. ARTIKEL LENGKAPNYA :
Ibnu Taimiah Bertaubat Dari Akidah Salah(DISERTAKAN DGN SCAN KITAB)
*INI MERUPAKAN ARTIKEL ULANGAN DITAMBAH DENGAN SCAN KITAB YANG MERUPAKAN BUKTI KUKUH OLEH TUAN BLOG ATAS KENYATAAN YANG DITULIS.SILA RUJUK ARTIKEL ASAL: http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/07/ibnu-taimiah-bertaubatdari-akidah.html *TETAPI INI TIDAK MENOLAK PENTAKFIRAN ULAMA TERHADAP PEMBAWA AKIDAH TAJSIM. KERANA GOLONGAN MUJASSIMAH TERKENAL DENGAN AKIDAH YANG BERBOLAK-BALIK DAN AKIDAH YANG TIDAK TETAP DAN TIDAK TEGUH.HARAP FAHAM SECARA BENAR DAN TELITI.
Oleh: abu_syafiq As-Salafy (012-2850578) Assalamu3alaykum Ramai yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima pendapat Ibnu Taimiah sekadar dari bacaan kitabnya sahaja tanpa merangkumkan fakta sejarah dan kebenaran dengan telus dan ikhlas. Dari sebab itu mereka (seperti Wahhabiyah) sekadar berpegang dengan akidah salah yang termaktub dalam tulisan Ibnu Taimiah khususnya dalam permasaalahan usul akidah berkaitan kewujudan Allah dan pemahaman ayat ” Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”. Dalam masa yang sama mereka jahil tentang khabar dan berita sebenar berdasarkan sejarah yang diakui oleh ulama dizaman atau yang lebih hampir dengan Ibnu Taimiah yang sudah pasti lebih mengenali Ibnu Taimiah daripada kita dan Wahhabiyah. Dengan kajian ini dapatlah kita memahami bahawa sebenarnya akidah Wahhabiyah antaranya : 1-Allah duduk di atas kursi. 2-Allah duduk dan berada di atas arasy. 3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy. 4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”. 5-Allah berada di langit. 6-Allah berada di tempat atas. 7-Allah bercakap dengan suara. 8-Allah turun naik dari tempat ke tempat dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah telah bertaubat daripada akidah sesat tersebut dengan mengucap dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai pengikut Asyairah dengan katanya “saya golongan Asy’ary”. (Malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asyairah, lihat buktinya :http://abusyafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html). Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri Zainul Abidin). Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H. Ini penjelasannya : Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148
dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub AlMisriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun AlAdab nasnya: æà ãÇÊÞí Ç áÏíäÝÅ äåÇ ÓÊãÑÝí Ç áÌÈ ÈÞáÚÉÇ áÌÈáÅ áì à äæÕ áÇ áà ãíÑÍÓÇ ãÇ áÏíäãå äÇÅ áì Ç áà ÈæÇ ÈÇ áÓáØÇ äíÉÝí ÔåÑÑÈíÚÇ áà æáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ¡ÝÓà áÇ áÓáØÇ äÝí à ãÑå æÔÝÚÝíå¡Ýà ãÑÈÅ ÎÑÇ Ìå¡Ýà ÎÑÌ Ýí íæãÇ áÌãÚÉÇ áËÇ áË æÇ áÚÔÑíäãäÇ áÔåÑæà ÍÖ ÑÅ áì ÏÇ ÑÇ áäíÇ ÈÉÈÞáÚÉÇ áÌÈá¡æÍÕ áÈÍË ãÚÇ áÝÞåÇ Á¡ËãÇ ÌÊãÚÌãÇ ÚÉãäà ÚíÇ äÇ áÚáãÇ Áæáã ÊÍÖ ÑåÇ áÞÖ Ç É¡æÐáß áãÑÖ ÞÇ Ö íÇ áÞÖ Ç ÉÒíäÇ áÏíäÇ áãÇ áßí ¡æáãíÍÖ ÑÛíÑåãä Ç áÞÖ Ç É¡æÍÕ áÇ áÈÍË ¡æßÊÈ ÎØåææÞÚÇ áÅ ÔåÇ ÏÚáíåæßÊÈ ÈÕ æÑÉÇ áãÌáÓ ãßÊæÈ ãÖ ãæäå: ÈÓãÇ ááåÇ áÑÍãäÇ áÑÍíãÔåÏãäíÖ ÚÎØå ÎÑåà äåáãÇÚÞÏãÌáÓ áÊÞí Ç áÏíäà ÍãÏ ÈäÊíãíÉÇ áÍÑÇ äí Ç áÍäÈáí ÈÍÖ ÑÉÇ áãÞÑÇ áà ÔÑÝ Ç áÚÇ áí Ç áãæáæí Ç áà ãíÑí Ç áßÈíÑí Ç áÚÇ áãí Ç áÚÇ Ïáí Ç áÓíÝí ãáß Ç áà ãÑÇ ÁÓáÇ ÑÇ áãáßí Ç áäÇ Õ Ñí äÇ ÆÈ Ç áÓáØäÉÇ áãÚÙãÉà ÓÈÛ Ç ááåÙáå¡æÍÖ ÑÝíåÌãÇ ÚÉãäÇ áÓÇ ÏÉÇ áÚáãÇ ÁÇ áÝÖ áÇ Áà åáÇ áÝÊíÇÈÇ áÏíÇ ÑÇ áãÕ ÑíÉ ÈÓÈÈ ãÇäÞáÚäåææÌÏÈÎØåÇ áÐí ÚÑÝ ÈåÞÈáÐáß ãäÇ áà ãæÑÇ áãÊÚáÞÉÈÇ ÚÊÞÇ Ïåà äÇ ááå ÊÚÇ áì íÊßáãÈÕ æÊ ¡æà äÇ áÇ ÓÊæÇ ÁÚáì ÍÞíÞÊå¡æÛíÑÐáß ããÇåæãÎÇ áÝ áà åáÇ áÍÞ ¡ Ç äÊåì Ç áãÌáÓ ÈÚÏà äÌÑÊ ÝíåãÈÇ ÍË ãÚåáíÑÌÚÚäÇ ÚÊÞÇ ÏåÝí Ðáß ¡Å áì à äÞÇ áÈÍÖ ÑÉ ÔåæÏ: ( à äÇà ÔÚÑí ) æÑÝÚßÊÇ ÈÇ áà ÔÚÑíÉÚáì Ñà Óå¡æà ÔåÏÚáíåÈãÇßÊÈ ÎØÇæÕ æÑÊå: (( Ç áÍãÏááå¡Ç áÐí à ÚÊÞÏåà äÇ áÞÑ äãÚäì ÞÇ ÆãÈÐÇ ÊÇ ááå¡æåæÕ ÝÉãäÕ ÝÇ Ê ÐÇ ÊåÇ áÞÏíãÉ Ç áà ÒáíÉ¡æåæÛíÑãÎáæÞ ¡æáíÓ ÈÍÑÝ æáÇÕ æÊ ¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ. æÇ áÐí à ÚÊÞÏåãä Þæáå: ( Ç áÑÍãäÚáì Ç áÚÑÔ Ç ÓÊæì ) à äåÚáì ãÇÞÇ áåÇ áÌãÇ ÚÉ¡Ã äåáíÓ Úáì ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡ æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇ Ïãäå¡ÈááÇíÚáãÐáß Å áÇÇ ááåÊÚÇ áì ¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ. æÇ áÞæáÝí Ç áäÒæáßÇ áÞæáÝí Ç áÇ ÓÊæÇ Á¡Ã ÞæáÝíåãÇà ÞæáÝíå¡æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇ ÏÈåÈááÇíÚáãÐáß Å áÇÇ ááåÊÚÇ áì ¡æáíÓ Úáì ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ¡æÐáß Ýí íæãÇ áà ÍÏ ÎÇ ãÓ ÚÔÑíäÔåÑÑÈíÚÇ áà æáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ)) åÐÇÕ æÑÉãÇßÊÈåÈÎØå¡æà ÔåÏÚáíå à íÖ Çà äåÊÇ ÈÅ áì Ç ááåÊÚÇ áì ããÇíäÇ Ýí åÐÇÇ áÇ ÚÊÞÇ ÏÝí Ç áãÓÇ ÆáÇ áà ÑÈÚÇ áãÐßæÑÉÈÎØå¡ æÊáÝÙ ÈÇ áÔåÇ ÏÊíäÇ áãÚÙãÊíä¡æà ÔåÏÚáíåÈÇ áØæÇ ÚíÉæÇ áÇ ÎÊíÇ ÑÝí Ðáß ßáåÈÞáÚÉ Ç áÌÈáÇ áãÍÑæÓÉãäÇ áÏíÇ ÑÇ áãÕ ÑíÉÍÑÓåÇÇ ááåÊÚÇ áì ÈÊÇ ÑíÎ íæãÇ áà ÍÏÇ áÎÇ ãÓ æÇ áÚÔÑíä ãäÔåÑÑÈíÚÇ áà æáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ¡æÔåÏÚáíåÝí åÐÇÇ áãÍÖ ÑÌãÇ ÚÉãäÇ áà ÚíÇ ä Ç áãÞäÊíäæÇ áÚÏæá¡æà ÝÑÌ ÚäåæÇ ÓÊÞÑÈÇ áÞÇ åÑÉ Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan kenyataan tersebut: 1ææÌÏÈÎØåÇ áÐí ÚÑÝ ÈåÞÈáÐáß ãäÇ áà ãæÑÇ áãÊÚáÞÉÈÇ ÚÊÞÇ Ïåà äÇ ááåÊÚÇ áì íÊßáã ÈÕ æÊ ¡æà äÇ áÇ ÓÊæÇ ÁÚáì ÍÞíÞÊå¡æÛíÑÐáß ããÇåæãÎÇ áÝ áà åáÇ áÍÞ Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu Taimiah yang telahpun diakui akannya sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum bertaubat) berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta’ala berkata-kata dengan suara, dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan selain itu yang bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)”. Saya mengatakan : Ini adalah bukti dari para ulama islam di zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah yang salah sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki iaitu duduk.
Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah yang salah ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki termasuk Mohd Asri Zainul Abidin yang mengatakan istawa bermakna duduk cuma bagaimana bentuknya bagi Allah kita tak tahu. lihat dan dengar sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi Allah di : http://abusyafiq.blogspot.com/2007/06/asri-menghidupkan-akidah-yahudi-allah.html . Sedangkan ibnu Taimiah telah bertaubat dari akidah tersebut. 2ÞÇ áÈÍÖ ÑÉÔåæÏ: ( à äÇà ÔÚÑí ) æÑÝÚßÊÇ ÈÇ áà ÔÚÑíÉÚáì Ñà Óå Terjemahannya: ” Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ‘ Saya golongan Asy’ary’ dan mengangkat kitab Al-Asy’ariyah di atas kepalanya ( mengakuinya)”. Saya mengatakan : Kepada Wahhabi yang mengkafirkan atau menghukum sesat terhadap Asya’irah, apakah mereka menghukum sesat juga terhadap Syeikhul islam mereka sendiri ini?! Siapa lagi yang tinggal sebagai islam selepas syeikhul islam kamu pun kamu kafirkan dan sesatkan?! Ibnu Taimiah mengaku sebagai golongan Asy’ary malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asya’ry pula, rujuk bukti Wahhabi kafirkan golongan As’y’ary :http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html. 3æÇ áÐí à ÚÊÞÏåãäÞæáå: ( Ç áÑÍãäÚáì Ç áÚÑÔ Ç ÓÊæì ) à äåÚáì ãÇÞÇ áåÇ áÌãÇ ÚÉ¡Ã äåáíÓ Úáì ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇ Ïãäå¡ÈááÇíÚáãÐáß Å áÇÇ ááåÊÚÇ áì ¡ßÊÈåà ÍãÏÈä ÊíãíÉ Terjemahan khot tulisan Ibnu Taimiah dihadapan para ulama islam ketika itu dan mereka semua menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiah : ” Dan yang aku berpegang mengenai firman Allah ‘Ar-Rahman diatas Arasy istawa’ adalah sepertimana berpegangnya jemaah ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan bererti hakikatnya(duduk) dan bukan atas zohirnya dan aku tidak mengetahui maksud sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan tidak diketahui makna sebenr-benarnya dari ayat tersebut kecuali Allah.Telah menulis perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah”. Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah bertaubat dan mengatakan ayat tersebut bukan atas zohirnya dan bukan atas hakikinya iaitu bukan bererti Allah duduk mahupun bertempat atas arash. ( Bukti Ibnu Taimiah pernah dahulunya berpegang dengan akidah salah: ‘Allah Duduk’ sila rujuk: http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atasarasy.html ). Malangnya kesemua tok guru Wahhabi sehingga sekarang termasuk Al-Bani, Soleh Uthaimien, Bin Baz dan kesemuanya berpegang ayat tersebut secara zohirnya dan hakikatnya (duduk dan bertempat atas arasy). Lihat saja buku-buku mereka jelas menyatakan sedemikian.
Maka siapakah syeikhul islam sekarang ini disisi Wahhabiyah atau adakah syeikhul islam anda wahai Wahhabi telah kafir disebabkan taubatnya?! 4æà ÔåÏÚáíåà íÖ Çà äåÊÇ ÈÅ áì Ç ááåÊÚÇ áì ããÇíäÇ Ýí åÐÇÇ áÇ ÚÊÞÇ ÏÝí Ç áãÓÇ ÆáÇ áà ÑÈÚ Ç áãÐßæÑÉÈÎØå¡æÊáÝÙ ÈÇ áÔåÇ ÏÊíäÇ áãÚÙãÊíä Terjemahannya berkata Imam Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany : ” Dan aku antara saksi bahawa Ibnu Taimiah telah bertaubat kepada Allah daripada akidah yang salah pada empat masaalah akidah yang telah dinyatakan, dan Ibnu Taimiah telah mengucap dua kalimah syahadah(bertaubat daripada akidah yang salah pernah dia pegangi terdahulu)”. Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah memeluk islam kembali dengan mengucap dua kalimah syahadah dan mengiktiraf akidahnya sebelum itu adalah salah dan kini akidah yang salahnya itu pula dipegang oleh golongan Wahhabiyah. Maka bilakah pula golongan Wahhabiyah yang berpegang dengan akidah yang salah tersebut akan memluk agama islam semula seperti yang dilakukan oleh rujukan utama mereka yang mereka sendiri namakan sebagai Syeikhul Islam?!. Jadikan qudwah dan ikutan Ibnu Taimiah dalam hal ini wahai Wahhabiyah!. Ayuh! bertaubatlah sesungguhnya kebenaran itu lebih tinggi dari segala kebatilan. Pintu taubat masih terbuka bagi Wahhabi yang belum dicabut nyawa. ULAMA-ULAMA YANG MENYATAKAN DAN MENYAKSIKAN KISAH TAUBATNYA IBNU TAIMIAH. Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub AlMisriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun AlAdab yang menyatakan kisah taubat Ibnu Taimiah ramai lagi ulama islam yang menyaksikan dan menceritakan kisah pengakuan tersebut antaranya lagi : -As-Syeikh Ibnu Al-Mu’allim wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa Rojmul Mu’tadi cetakan Paris nom 638. -As-Syeikh Ad-Dawadai wafat selepas 736H dalam kitab Kanzu Ad-Durar - Al0Jam’239. -As-Syeikh Taghry Bardy Al-Hanafi bermazhab Hanafiyah wafat 874H dalam Al-Minha As-Sofi m/s576 dan beliau juga menyatakn sepertimana yang dinyatakan nasnya oleh
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya yang lain berjudul An-Nujum Az-Zahirah Al-Jami’ 580. Merekalah dan selain mereka telah menyatakan taubat Ibnu Taimiah daripada akidah Allah Duduk dan bertempat di atas arasy. Kata-kata akhirku dalam penerangan kajian ringkas berfakta ini.. Wahai Wahhabiyah yang berakidah Allah Duduk di atas arasy. Itu adalah akidah kristian kafir dan yahudi laknat (Rujuk bukti :http://abusyafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html . Berpeganglah dengan akidah salaf sebenar dan khalaf serta akidah ahli hadith yang di namakan sebagai akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu Allah tidak memerlukan kepada mana-mana makhlukNya termasuk tempat dilangit mahupun tempat di atas arasy. Semoga Allah merahmati hambaNya yang benar-benar mencari kebenaran. Wassalam. 8. Syaikh Albani Akui Akidahnya Salah Syaikh Albani dalam salah satu kitab terakhirnya menyatakan allah tidak mempunyai tempat dan arah, berbeda dari kitab2 yang beliau tulis sebelumnya. ALBANI & AZ-ZAHABI KATA: AKIDAH ISLAM ADALAH “ALLAH WUJUD TANPA BERTEMPAT” & ALLAH TIDAK BERSEMAYAM/DUDUK ATAS ARASY.
ALBANI & AZ-ZAHABI KATA: AKIDAH ISLAM ADALAH “ALLAH WUJUD TANPA BERTEMPAT” & ALLAH TIDAK BERSEMAYAM/DUDUK ATAS ARASY. Oleh: Abu Syafiq ( Hp:
006-012-2850578 )
Sememang kebenaran akidah Islam tidak dapat ditolak oleh golongan munafiq mahupun kafir Mujassim. Ini kerana burhan dan adillah (hujjah dan dalil) yang terbit dari sumber yang mulia iaitu Al-Quran dan Hadith tiada secebis pun keraguan manakan pula kebatilan. Antara akidah Islam adalah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat” dan inilah antara
yang Ahlu Sunnah Wal Jama’ah war-warkan bagi memberi kefahaman yang tepat dalam perbincangan akidah Islam dalam mentauhidkan diri kepada Allah. WAHHABI MALAYSIA KAFIRKAN ALBANI & AZ-ZAHABI Kesemua Wahhabi di Malaysia berakidah dengan akidah yang tidak menepati Al-Quran dan Hadith Nabawi. Ini amat jelas dengan hujjah yang telah saya ( Abu Syafiq ) kemukakan sebelum2 ini berlandaskan ayat2 Allah dan sabda Nabi Muhammad berkonsepkan kaedah ulama Salaf dan Khalaf tulen. Semua Wahhabi di Malaysia yang berakidah Allah Bertempat telah menghukum kafir terhadap umat Islam yang berakidah benar Allah Wujud Tanpa Bertempat. Pada masa yang sama Wahhabi di Malaysia alpa akan akidah tok guru mereka sendiri Nasiruddin Al-Bany dan rujukan utama mereka Al-Hafiz Az-Zahaby yang juga berakidah Allah Wujud Tanpa Bertempat, malangnya Wahhabi mengkafirkan sesiapa yang berakidah sedemikian. Ini amat jelas semua Wahhabi di Malaysia bukan hanya mengkafirkan umat Islam bahkan turut mengkafirkan tok guru dan rujukan utama mereka sendiri iaitu AlBani dan Az-Zahabi. Silakan pembaca rujuk teks kenyataan Allah Wujud Tanpa Bertempat Dan Tanpa Berarah oleh Al-Bani & Az-Zahabi : Kitab: Mukhtasor ‘Ulu Li ‘Aliyyil ‘Azhim. Pengarang: Syamsuddin Az-Zahabi. Pentahkik: Nasiruddin Al-Bani. Cetakan: Maktab Islami. Mukasurat: 71. Kenyataan teks Al-Bani bersumber kitab di atas : “ Apabila kamu telah mendalami perkara tersebut, denganizin Allah kamu akan faham ayat-ayat Al-Quran dan Hadith Nabai serta kenyataan para ulama Salaf yang telah dinyatakan oleh Az-Zahabi dalam kitabnya ini Mukhtasor bahawa erti dan maksud sebalik itu semua adalah makna yang thabit bagi Allah iaitu ketinggian Allah pada makhluk-makhlukNya ( bukan ketinggian tempat), istawanya Allah atas arasyNya layak bagi keagonganNya dan Allah tidak ber arah dan Allah tidak bertempat”. (Sila rujuk kitab tersebut yang telah di scan di atas). Saya menyatakan: Al-Bani telah nukilan lafaz akidah yang benar walaupun ulama Islam telah maklum bahawa golongan Mujassimah dan Tabdi’ ini pada hakikatnya akidah mereka sering berbolak balik. Albani pun mengatakan Allah tidak bertempat tetapi Wahhabi di Malaysia pula berakidah Allah itu bertempat bahkan mereka mengkafirkan pula sesiapa yang percaya Allah wujud tanpa bertempat. Kenyatan Al-Bani menafikan tempat bagi Allah adalah secara mutlak dan tidak disebut tempat yang makhluk atau tidak dan ini juga adalah bukti Al-Bani dan Az-Zahabi menafikan Allah Bersemayam/Duduk Atas Arasy. Sememangnya Al-Bani dan Az-Zahabi sering menolak akidah Allah Bersemayam/Duduk Atas ‘Arasy.
Soalan saya kepada Wahhabi..mengapa kamu mengkafirkan Muhaddith kamu ini? Adakah Syeikh Islam kamu, ulama kamu dan Muftary kamu termasuk Albani ini adalah kafir kerana berakidah Allah Tidak Bertempat? Sekiranya TIDAK maka mengapa kamu bawa akidah palsu dan sekiranya YA maka kamu semua adalah NAJIS SYAITON!. Wahai pembaca yang berakal dan budiman…. - Albani berakidah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat dan Tidak Ber Arah ” tetapi Wahhabi Malaysia kafirkan akidah tersebut. - Hafiz Az-Zahabyi berakidah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat dan Tanpa Ber Arah ” tetapi Wahhabi Malaysia kafirkan akidah tersebut bahkan Wahhabi berakidah Allah bertempat. Sila rujuk bukti: http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/12/buku-wahhabi-yang-tersebar-di-seluruh.html Nah..! Dimanakah hendak dikategorikan golongan Wahhabi ini? Jamban,mangkuk, tandas? atau di tanah perkuburan yang hanya disemadikan dalamnya ahli-ahli Mujassimah pengkhianat amanah?!. Apapun saya doakan hidayah keimanan diberikan oleh Allah kepada Wahhabi yang masih hidup. 10. AL-HAFIZ AZ-ZAHABI VS aqidah bathil wahabi Scan Sampul kitab : http://bp3.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RzeyLKXCWoI/AAAAAAAAAOA/z_4m8Niws zs/s1600-h/kabirzahaby.jpg Scan Halaman Kitab : http://bp1.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RzeyBqXCWnI/AAAAAAAAAN4/PJDsxm77uc U/s1600-h/Zkafirkanaqidhjulus.jpg
AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK Oleh: Abu Syafiq ( Tel HP
006-012-2850578 )
*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak bagi Allah dan Allah tidak pernah menyatakan demikian, begitu juga NabiNya. ________________________________________________________________________ ___ Hakikat kebenaran tetap akan terserlah walaupun lidah syaitan Wahhabi cuba merubahnya.
Kali ini dipaparkan bagaimana rujukan utama Wahhabi iaitu Al-Hafiz Az-Zahabi sendiri mnghukum kafir akidah sesat: Allah Bersemayam/Duduk yang dipelopori oleh Wahhabi pada zaman kini. Az-Zahabi adalah Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Uthman bin Qaymaz bin Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab Siyar An-Nubala’ dan kitab-kitab lain termasuk Al-Kabair. Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang telah dinyatakan olehnya sendiri di dalam kitabnya berjudul Kitab Al-Kabair. Demikian teks Az-Zahabi kafirkan akidah “ Allah Bersemayam/Duduk” : ( RUJUK SCAN KITAB TERSEBUT DI ATAS ) Nama kitab: Al-Kabair. Pengarang: Al-Hafiz Az-Zahabi. Cetakan: Muassasah Al-Kitab Athaqofah,cetakan pertama 1410h. Terjemahan. Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi: “Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar dari Islam oleh para ulama adalah: …sekiranya seseorang itu menyatakan: Allah Duduk untuk menetap atau katanya Allah Berdiri untuk menetap maka dia telah jatuh KAFIR”. Rujuk scan kitab tersebut di atas m/s 142. Perhatikan bagaimana Az-Zahabi menghukum kafir sesiapa yang mendakwa Allah bersifat Duduk. Sesiapa yang mengatakan Allah Duduk maka dia kafir. Fokuskan pada kenyataan Az-Zahhabi tidak pula mengatakan “sekiranya seseorang itu kata Allah Duduk seperti makhlukNya maka barulah dia kafir” akan tetapi amat jelas AzZahabi terus menghukum kafir kepada sesiapa yang mendakwa Allah Duduk disamping Az-Zahabi menukilkan hukum tersebut dari seluruh ulama Islam. Wahai Mohd Asri Zainul Abidin dan Wahhabi yang lain…ketahuilah apabila anda semua mengatakan Allah Duduk merupakan kekufuran yang telah dihukum oleh Az-Zahabi sendiri dan ulama Islam. Tidak perlu ditunggu kenyataan “ Allah Duduk Seperti MakhlukNya” baru nak dihukum kafir akan tetapi dengan mengatakan Allah Duduk maka ia merupakan perkataan kufur terkeluar dari Islam sepertimana yang dinyatakan oleh Al-Hafiz Az-Zahabi. Bertaubatlah wahai Wahhabi. banyak sekali kitab2 slafussaolih yang mentakwilkan ayat/hadis musyabihat : Seperti imam bukhari dalam shohihnya, imam malik, ibnu hajar dan imam nawawi….dsb. Tetapi musuh2 Allah menyatakan mereka kafir…….na’udzubillah ….. Berikut adalah BUkti wahabi mengkafirkan Ibnu Hajar (Penyusun Kitab Bulughul Maram dsb)dan Imam Nawawi (yang mennyusun kitab riyadhussholihn dsb) :
Muhammad Soleh Uthaimien (Syaikh salafy/wahaby) menyatakan bahawa imam ibnu hajar dan imam nawawi adalah kafir :
IMAM NAWAWI & IBNU HAJAR PUN KAFIR?! Assalamualaikum. Oleh: abu_syafiq
Islam dan ulamanya tidak harus dikafirkan seperti yang dilakukan oleh Wahhabi..habis dikafirkan semua. Mungkin sekiranya Nabi Muhammad masih hidup dimuka bumi ini pun baginda tidak akan terlepas dari dikafiran oleh golongan Wahhabiyah ini. Tidak mustahil pada suatu hari nanti Allah pun Wahhabi kafirkan…wal iyazubillah. Wahhabi bukan sahaja mengkafirkan Sultan Solahuddin Al-Ayyubi. tetapi…. WAHHABI TURUT MENGKAFIRKAN IMAM NAWAWI DAN IMAM IBNU HAJAR AL-ASQOLANY! Saudara seislam sekali….. Apa dah jadi dengan Wahhabi ni?!!! aduiii..pesal Wahhabi benci sangat dgn ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah dan ulamanya?! tengok dibawah ini seorang lagi ulama Wahhabi yang menjadi rujukan utama oleh Wahhabi dan kitab2 nya diberi secara percuma ketika kita semua pergi menunaikan umrah dan haji…Wahhabi ini yg bernama Muhammad Soleh Uthaimien menyatakan bahawa : “IMAM IBNU HAJAR AL-ASQOLANY ( PENGARANG FATHUL BARI SYARAH SOHIH BUKHARY) DAN JUGA IMAM NAWAWI ( PENGARANG SYARAH SOHIH MUSLIM) KATA WAHHABI : NAWAWI DAN IBNU HAJAR ADALAH PEMBUAT KESESATAN DAN NAWAWI SERTA IBNU HAJAR BERAQIDAH SESAT DAN MEREKA BERDUA ADALAH KAFIR”!!. Inilah makna dakwaan Wahhabi. BUKTI ; Lihat buktinyapada line yg telah dikuningkan:
HABIS SEMUA ULAMA ISLAM PUN DIBID’AHKAN OLEH WAHHABI BAHKAN AQIDAH ULAMA AHLI SUNNAH WAL JAMAAH SEPERTI IMAM IBNU HAJAR AL-ASQOLANY DAN IMAM NAWAWI HABIS DIHUKUM SESAT OLEH WAHHABI. SIAPAKAH LAGI ULAMA ISLAM YG BELUM DIHUKUM SESAT OLEH WAHHABI?! 11. IMAM HASAN AL-BANNA TERANGKAN MENGENAI AYAT MUTASYABIHAT
Mari sama-sama kita renung penerangan yang hebat oleh Imam Hasan Al-Banna sekaligus menjadi alternativ menyelesaikan pertelingkahan akidah. Semoga yang murtad memeluk Islam kembali. Berkata Imam Hasan Al-Banna selepas menyatakan ayat 5 surah Toha: ” Menyanggah dan menolak mereka yang mendakwa kononnya berpegang secara zahir ayat Quran dan Hadith mustasyabihat secara zahir merupakan mazhab As-Salaf. Sebenarnya ringkasan daripada dakwaan palsu itu merupakan Tajsim iaitu menjisimkan Allah dan Tasybih iaitu menyamakan Allah dengan makhluk, kerana zahir lafaz tersebut adalah apa yang telah diletakkan makna baginya. Maka tiada makna `Tangan’ secara hakikat zahirnya kecuali anggota badan dan begitu juga selainnya. Manakala mazhab As-Salaf tulen tidak berpegang secara zahir pada ayat dan hadith tersebut”. Rujuk scan kitab di atas, dipetik dari Majmuk Rasail Imam As-Syahid Hasan Al-Banna pada kitab Al-Aqoid m/s 415. Dinyatakan oleh Imam Hasan AL-Banna lagi: ” Sesungguhnya ulama As-Salaf tulen dan ulama Al-Khalaf bersepakat tidak berpegang secara zahir “. Rujuk scan kitab di atas, m/s 418.I Rujuk scan kitab di atas, m/s 418.I
SIFAT 20 ADALAH IJMA..
Kitab yang berjodol “Tashih al-Mafahim al-’Aqadiah” yang telah ditulis oleh Sheikh Isa bin Abdullah Mani’ al-Hemyari, menjelaskan sifat 20 adalah ijma dan tidak boleh dipertikaikan.Bagi mereka yang mempertikaikan ada masaalah pastinya dalam aqidah
mereka.Bagi mereka yang memperkatakan para sahabat tidak mengetahui siafat 20,ini adalah satu kenyataan yang berbau wahabi.Wahabi anti sifat 20.Mereka kata, tak kan Allah hanya 20 sifat? Kita kata Allah bersifat dengan sifat-sifat kamalat yang tidak terhitung banyaknya.20 sifat adalah yang wajib diketahui,sementara sifat-sifat yang lain adalah terkandung didalam 20 sifat tersebut. 20 sifat ini adalah berdasarkan dalil-dalil yang qati’. Abadi
Pandangan Imam Taqiyyuddin al-Subki terhadap Ibn Taimiyah:Kitab alSaif al-Saqil
Meletakkan sifat-sifat hawadith pada zat Allah SWT (SS-17) Melakukan tashwish (kekaburan) dan dharar (kemudaratan) terhadap aqidah umat Islam (SS-18) Menyatakan ziarah Maqam Rasulullah SAW sebagai maksiat (SS-18)(SSQMengganggap talak tiga jatuh satu (SS-18) ulama’ telah sepakat untuk melakukan tahanan terhadap Ibnu Taymiyyah dan melarangnya menyerbarkan penulisannya.(SS-18) Aqidah Ibnu Taymiyyah telah disebarkan oleh para sahabatnya secara ringkas (SS-19) Ibnu al-Qayyim bahawasanya aqidah yang didokong oleh Ibnu Taymiyyah sebagai aqidah Ahli al-Hadith (SS-19) Aqidah yang didokong oleh Ibnu al-Qayyim sebagai aqidah yang bathil yang membawa orang awam kepada mengkafirkan golongan selain daripada aqidah Ibnu Taymiyyah (SS19) ulama’ telah sepakat untuk melakukan tahanan terhadap Ibnu Taymiyyah dan melarangnya menyebarkan penulisannya.(SS-18) Aqidah Ibnu Taymiyyah telah disebarkan oleh para sahabatnya secara ringkas (SS-19)
KENYATAAN IBNU HAJAR AL-HAITAMI TERHADAP IBNU TAIMIYYAH
Menafikan persamaan aqidah Imam Ahmad Ibn Hanbal dengan sebahagian Hanabilah Mujassimah (Fatawa Hadithiyah-271).Melarang umat Islam mendengar dan tunduk terhadap apa yang terdapat di dalam kitab Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim. (Fatawa Hadithiyah -271)Menyenaraikan masalah-masalah yang Ibnu Taymiyyah bercanggah dengan ijma’ para ulama’ –terlalu banyak (Fatawa Hadithiyah -158) Menyatakan bahawa Ibnu Taymiyyah adalah hamba yang dihinakan dan dibutakan oleh Allah SWT dan ditolak oleh majoriti ulama’ (Fatawa Hadithiyah -156-157) Menyatakan Ibnu Taymiyyah adalah sebahagian daripada muhaddithin yang tidak betulbetul memahami maksud hadis (Fatawa Hadithiyah -373) Ibnu Taymiyyah menghentam ulama’ sufi seperti al-Ghazali, Ibn ‘Arabi, Ibn al-Farid, Abu Hasan al-Shazili, Ibnu Sab’ien (Fatawa Hadithiyah -158). Ramai ulama’ pada zamannya menghantar surat menasihatinya semula (FF-158). Ibnu Taymiyyah menghentam Saidina Umar al-Khattab di minbar Masjid al-Jabal di Solihiyyah (Fatawa Hadithiyah -158).
Imam Ibn Abidin Al-Hanafi: Pengikut Muhammad bin Abdul Wahab adalah Khawarij
Dalam buku hasyiyah Ibn Abidin Al-Hanafi ini, Imam Allamah Ibn Abidin menegaskan bahawasanya, Muhammad bin Abdul Wahab dan para pengikutnya sebagai khawarij pada zaman ini.Lihat
perkataan beliau: ,ﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔÇ ﻣﺬﮬﺐä ﯾﻨﺘﺤﻠﻮÇ ﻛﺎﻧﻮæ,ﻟﺤﺮﻣﯿﻦÇ ﻋﻠﻰÇ ﺗﻐﻠﺒﻮæ ﻣﻦ ﻧﺠﺪÇ ﻟﺬﯾﻦ ﺧﺮﺟﻮÇÈﻟﻮﮬﺎÇ ﻋﺒﺪÚﺗﺒﺎÃﻣﺎﻧﻨﺎ ﻓﻲÒﻗﻊ ﻓﻲæﻛﻤﺎ ﷲÇ ﻋﻠﻤﺎﺋﮭﻢ ﺣﺘﻰ ﻛﺴﺮϞΘϗϭΔϨδϟϞϫϞΘϗϚϟάΑϮΣΎΒΘγϭ ” ,ä ﻣﻦ ﺧﺎﻟﻔﮭﻢ ﻣﺸﺮﻛﻮäà æäﻟﻤﺴﻠﻤﻮÇﻧﮭﻢÃÇ æﻋﺘﻘﺪÇﻟﻜﻨﮭﻢ .Ü ﮬ.Å.ﻟﻒà æﻣﺎﺋﺘﯿﻦæﺛﻼﺛﯿﻦæË ﺛﻼãﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ” ﻋﺎÇﻇﻔﺮ ﺑﮭﻢ ” ﻋﺴﺎﻛﺮæﮬﻢÏ ﺑﻼÈﺧﺮæﺷﻮﻛﺘﮭﻢ
Maksudnya: Bab: Berkenaan Pengikut-pengikut [Muhammad] Abdul Wahhab, Golongan Khawarij Dalam Zaman Kita. “…sepertimana yang berlaku pada masa kita ini pada pengikut Abdul Wahhab yang keluar dari Najd dan menakluki al-Haramayn (Mekah dan Madinah) dan mereka membangsakan diri mereka kepada mazhab al-Hanbali tetapi mereka ber’iktikad bahawa hanya mereka sahajalah orang Islam dan orang-orang yang bertentangan akidah dengan mereka adalah kaum Musyrik. Dengan ini mereka pun menghalalkan pembunuhan Ahli
Sunnah dan pembunuhan ulama’-ulama’ mereka sehingga Allah SWT mematahkan kekuatan mereka dan memusnahkan negeri mereka dan askar Muslim berjaya menawan mereka pada tahun 1233 H…”
Demikianlah sepertimana yang dijelaskan oleh Imam Ibn Abidin tentang sikap pengikut Muhammad bin Abdul Wahab yang merupakan khawarij pada zaman ini. Ibn Hajar Al-Haitami Mengkritik Ibn Taimiyyah
Ibn Hajar Al-Haitami Mengkritik Ibn Taimiyyah Dalam buku Al-Fatawa Al-Hadithiyyah karangan Imam Ibn Hajar Al-Haitami, ketika beliau membahaskan tentang kelebihan golongan fuqaha’ berbanding sebahagian golongan ahli hadith dalam memahami dan mengistinbath hukum daripada hadith-hadith hukum, beliau turut secara tak langsung mengkritik Ibn Taimiyyah.
Beliau ditanya: “Hadis itu menyesatkan kecuali bagi ahli Fiqh. Adakah ianya suatu hadith dan apa maknanya? Bukankah seorang ahli Fiqh itu juga perlu tahu mengenai Hadis terlebih dahulu.?!…” Beliau menjawab: “Kata-kata itu bukanlah dari Rasulullah (sallallahu’alaihi wasallam), ia merupakan kata-kata Ibn ‘Uyainah r.h.l. dan ahli-ahli Fiqh yang lain. Maksud kata-kata itu ialah, hadith itu sendiri seperti Al-Qur’an. Ia kadangkala diriwayatkan dengan lafaz yang umum tetapi dengan maknanya yang khusus, begitu juga sebaliknya. Ada juga Hadis yang Nasikh dan Hadis yang Mansukh (tidak digunakan lagi). Ada juga hadith yang tidak disertai dengan amal (tidak diamalkan). Kadangkala pula, ada hadis yang secara zahirnya seolah-olah menyerupakan Allah dengan makhluk (Tasybih) seperti hadith “Tuhan turun” dan sebagainya. Tidak diketahui akan maknanya kecualilah golongan fuqoha’, berbeza dengan mereka yang tidak mengetahui melainkan sekadar (meriwayatkan lafaz) hadith tersebut. Dengan demikian (tidak mengetahui makna sebenarnya, tetapi sekadar meriwayatkannya
secara zahir sahaja) orang akan sesat padanya (pada bermuamalah dengan hadith tersebut) sepertimana yang terjadi kepada sebahagian golongan hadith terdahulu dan golongan hadith yang mutakhir seperti Ibn Taimiyyah dan para pengikutnya. “ Demikian ungkapan Imam Ibn Hajar dalam menggambarkan fenomena di mana sebahagian ahli hadith yang tidak faham makna hadith secara betul, lalu mereka tersesat dengan hadith tersebut. Beliau menyebutkan antara contoh mereka tersebut adalah: “IBN TAIMIYYAH dan para pengikutnya”. Jelaslah bahawasanya Imam Ibn Hajar Al-Haitami sendiri menolak Ibn Taimiyyah. Imam Ibn Hajar Al-Haitami ini adalah seorang yang diakui oleh para ulama’ akan ketinggian ilmunya dalam fiqh dan hadith. Ni Imam Ibn Hajar kata ni