1 GAMBARAN POLA KARIES GIGI PERMANEN DITINJAU DARI DENTAL NEGLECT SISWA KELAS 5-6 SDN CIKUDAYASA 2 KEC. CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Jl Sekeloa Selatan I Bandung Telp 022 2533031 Mailing Address: Kopo Permai II 27A-8 Bandung 40239 Telp. 022 540 5129, HP. 08122092334 E-mail:
[email protected] Inne Suherna Sasmita*, Edwin Zakaria** *Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad **Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Jl. Sekeloa Selatan I Bandung 2 GAMBARAN POLA KARIES GIGI PERMANEN DITINJAU DARI DENTAL NEGLECT SISWA KELAS 5-6 SDN CIKUDAYASA 2 KEC. CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Inne Suherna Sasmita, Risti Saptarini Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Jl. Sekeloa Selatan I Bandung ABSTRAK Dental neglect adalah pengabaian disengaja oleh orang tua atau pengasuh pada kesehatan gigi dan rongga mulut atau suatu pengabaian yang mencegah anak untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut yang diperlukan dalam rangka mencapai tingkat kesehatan untuk fungsi yang baik. Pengabaian tersebut dapat terlihat pada adanya karies gigi, penyakit periodontal, dan kelainan rongga mulut lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran pola karies gigi permanen ditinjau dari dental neglect siswa kelas 5 dan 6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pemilihan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Pola karies gigi permanen dinilai dengan indeks DMF-S dan dental neglect dinilai berdasarkan child dental neglect scale dari Thomson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 siswa terdapat non dental neglect sebanyak 11 siswa, dental neglect ringan 22 siswa, dan dental neglect sedang 4 siswa. Rata-rata indeks DMF-S non dental neglect 3,0, dental neglect ringan 4,3, dan dental neglect sedang 5,25. Kesimpulan penelitian adalah pola karies gigi permanen makin meningkat dengan derajat dental neglect siswa kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kec Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Kata kunci: dental neglect, karies, gambaran PERMANENT DENTITION CARIES PATTERN IN RELATION OF DENTAL NEGLECT IN 5TH-6TH GRADE STUDENTS AT SDN CIKUDAYASA 2 KEC. CILEUNYI, KABUPATEN BANDUNG ABSTRACT Dental neglect is an intentional neglect by parent or caregiver toward the child’s oral cavity and dental health or a neglect that prevent the child to get dental and oral treatment needed by the child in order to achieve the health level needed for adequate function. These may be seen as caries dentist, periodontal problems, and other oral 3 cavity lesion. The aim of this study is to get the description about permanent dentition caries pattern in the relation of dental neglect in students of 5th and 6th grader at SDN Cikudayasa 2, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung. The study used descriptive method and the data were collected by using accidental sampling technique. Permanent dentition caries pattern was measured by DMF-S index and dental neglect was measured by child dental neglect scale by Thomson. The result shows that from 37 children, 11 are non dental neglect with DMF-S index 3,0; 22 slight dental neglect with DMF-S index 4,3;, and 4 mild dental neglect with DMF-S index 5,25. It was concluded that permanent dentition caries pattern is higher as the dental neglect level increase. Keywords: dental neglect, caries, description. PENDAHULUAN Peran orang tua sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan anak, khususnya kebersihan gigi dan mulut karena anak masih bergantung pada orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban dalam menjaga kesehatan anak. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut harus diperkenalkan kepada anak sedini mungkin agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Pada kenyataannya terkadang orang tua salah memperlakukan anaknya. Perlakuan salah pada anak dibagi dalam empat jenis yaitu perlakuan salah secara fisik, penolakan, pelecehan seksual, dan perlakuan salah secara emosional, jenis-jenis tersebut lebih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kombinasi daripada muncul secara tunggal.1 Penolakan atau pengabaian diantaranya adalah pengabaian dalam bidang kesehatan gigi (dental neglect). Dental neglect merupakan pengabaian yang disengaja oleh orang tua atau wali
dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak. Pengabaian terlihat dalam bentuk mencegah anak mendapatkan perawatan gigi dan mulut yang diperlukan dalam rangka mencapai 4 tingkat kesehatan untuk fungsi yang baik. Pengabaian terhadap kesehatan gigi dapat dilihat dengan adanya karies gigi, penyakit periodontal, dan penyakit rongga mulut lainnya.2 Pengabaian perawatan gigi sangat penting dikenali karena hal ini berhubungan dengan pengabaian kesehatan secara umum. Alasan orang tua yang mengabaikan perawatan kesehatan gigi anaknya adalah banyak orang tua yang memiliki pemahaman yang salah bahwa gigi yang tanggal tidak penting dan perawatan gigi dapat diabaikan. Kemampuan finansial juga mempengaruhi keputusan untuk merawat gigi anak.3 Karies, penyakit periodontal, dan kondisi oral lainnya jika tidak dirawat dapat mengarah pada nyeri, infeksi, dan kehilangan fungsi oral sehingga dapat mempengaruhi komunikasi, nutrisi, kegiatan belajar, dan aktivitas anak lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kegagalan untuk mendapatkan perawatan gigi yang baik dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti isolasi keluarga, keuangan yang tidak memadai, ketidakpedulian orang tua, dan kurangnya penghargaan terhadap nilai kesehatan mulut.4 Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran pola karies gigi permanen ditinjau dari dental neglect siswa kelas 5 dan 6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. BAHAN DAN METODA Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pemilihan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Tigapuluh tujuh siswa kelas 5 dan 6 SD 5 Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung ikut serta dalam peneltitian ini. Pola karies gigi permanen dinilai dengan indeks DMF-S dan dental neglect dinilai berdasarkan child dental neglect scale dari Thomson yang diambil dari kuesioner yang telah dibagikan sebelumnya pada subjek (Tabel 1). Tabel 1. Pertanyaan Kuesioner berdasarkan Child Dental Scale5 Pertanyaan Jawaban 1) Apakah anak anda memelihara kesehatan gigi dan mulutnya di rumah? 2) Apakah anak anda mendapat perawatan gigi rutin? 3) Bila anak anda memerlukan perawatan gigi, apakah anda membawanya ke dokter gigi?
4) Bila anak anda memerlukan perawatan gigi, apakah anak anda menolak untuk dibawa ke dokter gigi? 5) Apakah anak anda menggosok giginya tiap hari? 6) Apakah anak anda senang “mengemil”? 7) Pentingkah kesehatan gigi dan mulut anak bagi anda? Semua pertanyaan mempunyai pilihan jawaban sebagai berikut: a. tidak, b. kadang-kadang tidak, c. netral, d. kadang-kadang ya, e. ya 6 Jawaban untuk pertanyaan 1, 2, 3, 5, 7 mempunyai nilai a. 5, b. 4, c. 3, d. 2, e. 1. sedangkan pertanyaan 4 dan 6 mempunyai nilai a. 1, b. 2, c. 3, d. 4, e. 5. Semua nilai dijumlahkan. Makin tinggi nilai menunjukkan makin buruk perawatan. Interpretasi untuk nilai jawaban adalah nilai minimum 7 dan maksimum 35. Nilai tinggi untuk semua pertanyaan menunjukkan dental neglect. Modifikasi penilaian adalah sebagai berikut, 714 adalah non dental neglect, 15-21 dental neglect ringan, 22-28 dental neglect sedang, dan 29-35 dental neglect. HASIL Hasil penelitian diperoleh sampel sebanyak 37 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 siswa terdapat non dental neglect sebanyak 11 siswa, dental neglect ringan 22 siswa, dan dental neglect sedang 4 siswa. Rata-rata indeks DMF-S non dental neglect 3,0, dental neglect ringan 4,3, dan dental neglect sedang 5,25 (Tabel 2). Tabel 2. Gambaran Hasil Penelitian Dental Neglect n Rata-rata Indeks DMF-S Non dental neglect Ringan Sedang Berat 11 22 4 0 3.0 4.3 5.25 0 7 PEMBAHASAN Pemeliharaan kesehatan anak, khususnya kebersihan gigi dan mulut masih bergantung pada orang tua, sehingga peran orang tua sangat diperlukan untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut anaknya.6 Orang tua adalah pihak yang mengarahkan anak dalam proses evolusi. Anak akan mengalami proses evolusi, karena itu dia perlu pendampingan orang tua. Orang tua yang akan menjadi pelaku signifikan untuk memandu kemudian memberikan dukungan kepada anak agar dapat terealisasikannya hak-hak anak.7 Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang dibuat anak mempengaruhi keluarganya, begitu pula sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat.8 Di samping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan akan kepuasan emosional telah dimiliki bayi yang baru lahir. Peranan dan tanggung jawab yang harus dimainkan orang tua dalam membina anak adalah besar. Dalam melakukan peran tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar, orang tua dapat membangkitkan rasa ketidakpastian dan rasa bersalah pada anak.8 Fungsi keluarga sebagai pendidik bagi anak harus benar-benar difungsikan kembali. Setiap orang, terutama yang telah berkeluarga harus mampu menjadikan rumah 8 tangganya sebagai tempat curahan cinta dan kasih sayang. Keluarga seperti ini akan lahir anak-anak yang tercerahkan lahir dan batinnya. Semakin banyak orang tua yang sadar akan hal ini, maka fenomena anak yang ditelantarkan fisik dan jiwanya akan berkurang. Tentunya dukungan pemerintah pun menjadi hal yang utama.9 Tugas pendidikan kesehatan didalam keluarga lebih menitikberatkan pada penanaman kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat.10 Pendidikan kesehatan gigi dan mulut harus diperkenalkan kepada anak sedini mungkin agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Secara umum, Konvensi PBB membagi hak anak menjadi empat kategori; pertama, hak untuk hidup yang merupakan hak paling mendasar; kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang; ketiga adalah hak untuk diberi perlindungan; keempat adalah hak untuk
berpartisipasi.7 Perlakuan salah pada anak dibagi dalam empat jenis, yaitu perlakuan salah secara fisik, pengabaian, pelecehan seksual, dan perlakuan salah secara emosional. Jenis-jenis tersebut lebih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kombinasi dari pada muncul secara tunggal.1 Salah satu bentuk pengabaian adalah dalam hal kesehatan gigi yang disebut dental neglect. Dental neglect adalah pengabaian disengaja oleh orang tua atau pengasuh pada kesehatan gigi dan rongga mulut atau suatu pengabaian yang mencegah anak untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut yang diperlukan dalam rangka mencapai tingkat kesehatan untuk dapat berfungsi dengan baik. Pengabaian terhadap kesehatan gigi dapat 9 dilihat dengan adanya karies gigi, penyakit periodontal, dan penyakit rongga mulut lainnya.2 Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi penyakit tersebut meningkat pada jaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan dengan perubahan pola dan jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena gunung es. Menurut Schuurs, karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.12 Pembentukan karies gigi pada anak disebabkan oleh faktor etiologis kompleks. Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah penyakit dapatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat, dan waktu.12 Jelas terlihat bahwa karies berhubungan erat dengan kebiasaan orang dalam memelihara dan memperhatikan kebersihan mulutnya. Karies bisa terbentuk bila lingkungan mendukung, dalam hal ini terdapat plak, substrat, dan waktu. Oleh karena itu, pengabaian dalam menjaga kebersihan mulut memudahkan timbulnya karies. Pengabaian perawatan gigi sangat penting dikenali karena hal ini berhubungan dengan pengabaian kesehatan secara umum. Alasan orang tua yang mengabaikan perawatan kesehatan gigi anaknya adalah banyak orang tua yang memiliki pemahaman
yang salah bahwa gigi yang tanggal tidak penting dan perawatan gigi dapat diabaikan. Kemampuan finansial juga mempengaruhi keputusan untuk merawat gigi anak. Sangat 10 disayangkan jika perawatan gigi anak diabaikan dengan alasan ketidakmampuan biaya atau ketidaktahuan.3 Hasil pengukuran dental neglect yang dilakukan pada siswa-siswi SDN Cikudayasa 2 Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung tahun 2006, secara deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas dental neglect ringan, yaitu sebanyak 22 orang (59%), non dental neglect 11 orang (30%) dan dental neglect sedang 4 orang (11%). Sedangkan rata-rata indeks DMF-S non dental neglect 3.0, dental neglect ringan 4.3, dan dental neglect sedang 5.25. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengabaian, maka semakin besar pula kejadian karies. Sesuai dengan pernyataan Sirotnak (2004), pengabaian terhadap kesehatan gigi dapat dilihat antara lain dengan adanya karies gigi.11 Kesimpulan penelitian adalah pola karies gigi permanen makin meningkat dengan derajat dental neglect siswa kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kec Cileunyi, Kabupaten Bandung. Sedangkan saran dari hasil penelitian adalah perlu ditingkatkan kesadaran orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Dokter gigi diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda dental neglect. DAFTAR PUSTAKA 1. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia: Menolong Anak Yang Menjadi Korban Perlakuan Salah. Tersedia melalui http://anak.i2.co.id (diakses tanggal 9 Oktober 2006). 11 2. Pertiwi AS; Oral and dental aspect of child abuse. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair. 2006; 39(2): 68-71. 3. ADHS: The dental team's responsibility in reporting child abuse and neglect - Part 4. Tersedia melalui: http://www.azdhs.gov (diakses tanggal 9 Oktober 2006). 4. Kellog N: Oral and dental aspects of child abuse and neglect. Pediatrics. 2005. 116: 1565–1568. 5. Thomson WM, Spencer AJ, et al: Testing a child dental neglect scale in South Australia. Community Dentistry Oral Epidemiology. 1996; 24: 351-356. 6. Budihartono: Kontribusi pendidikan kesehatan gigi dan perilaku ibu terhadap radang gusi anak. Jurnal Kedokteran gigi Universitas Indonesia. 1999; 12-18.
7. Joni M: Pengadilan Anak. Tersedia melalui: http://www.ethicaltrade.org (diakses tanggal 28 Januari 2007). 8. Solihin L: Tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga. Tersedia melalui: http://www.bpkpenabur.com (diakses tanggal 28 Januari 2007). 9. Ems: Anak-anak yang terlantar. Tersedia melalui: http://www.republika.co.id (diakses tanggal 28 Januari 2007). 10. Notoatmodjo S: Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta: Andi off set. 1993: 67-71, 117. 11. Sirotnak AP, T Grigsby: Physical abuse of children. Pediatrics in Review. 2004. Vol 25. p. 264 – 277. 12. Nowak A, Crall JJ. Prevention of dental disease. Dalam Pediatric dentistry: infancy through adolescence. Edisi ke-4. Editor: Pinkham JR, Casamassimo PS, Fields HW, et al. St Louis: Elsevier Saunder. 2005: 220-33.