Agustusan ia datang ke medan perang bersenjata cinta tanah air dan keberanian serta rela berkorban demi masa depan pada tiap pertempuran yang terlalu ajaib untuk dimenangkan sementara nyawa-nyawa beterbangan bagai layang-layang darah lelaki tumpah menjadi tinta bagi perundingan menjelma menjadi tanda tangan hingga kemudian ketika tinggal sejarah yang memutih menjadi uban di rambutnya di ingatnya masa-masa dahulu dengan tubuh yang semakin renta dan peluru bersarang di paha hanya bersandar pada tunjangan negara yang tak semestinya, tak ternilai dengan perjuangannya dipandangnya burung yang berkacak pinggang di atas dinding kayu usang “demi engkau aku rela berkorban!” ikrarnya waktu itu dan kini, setidaknya generasi bisa tertawa menjaga negeri agar tak lagi sengsara dan dihina dikenangnya kisah-kisah lama, yang dijadikan lagu-lagu negara peristiwa-peristiwa yang bergolak di darahnya revolusi tak pernah mati! kini tinggal bagaimana generasi negeri ini berdikari… 082605