Agroteknologi

  • Uploaded by: Marcel
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agroteknologi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,597
  • Pages: 16
KERUSAKAN TANAH

PAPER OLEH: SALSALINA ITA / 170301001 M. FAJAR AL AMIN / 1703003 ANAS MUHTAROM / 170301004 LUCKY CHARITAS / 170301005 MARDI SUAIB / 170301006 TIA FATHIYA SRG / 170301007 EGYANDREANSYAH / 170301008

NUR RIZKANTI / 170301011 TRI KESUMA W / 170301012 TIMORIANOVALINDA/ 170301013 MAGDALENASETIANI / 170301014 ARMAN SIREGAR / 170301015 SANDI KURNIAWAN / 170301016 M. AL FAYEDH /170301017 IRWANSYAH PUTRA/ 170301018 NENI TRIANA / 170301019 SHANIA IKHWANI / 170301020

RAHMAYANI SRG / 170301009 MEYSA HARYANI / 170301010

AGROEKOTEKNOLOGI I

Diperiksa Oleh: Dosen Penanggung Jawab

MATA KULIAH DASAR AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari paper ini adalah “Kerusakan Tanah” yang merupakan salah satu komponen penilaian Mata Kuliah Dasar Agronomi, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada: Ferry Ezra T. Sitepu, SP., M.Si. Selaku Dosen pengajar mata kuliah Dasar Agronomi serta kepada grup Kerusakan Tanah yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini. Penulis menyadari bahwa Paper ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan paper ini. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, April 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang.....................................................................................1 Tujuan Penulisan.................................................................................2 Kegunaan Penulisan............................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kerusakan Tanah...............................................................3 Jenis- jenis Kerusakan Tanah..............................................................4 Penyebab Kerusakan Tanah................................................................7 Dampak Kerusakan Tanah...................................................................8 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

ii

iii

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Kita semua tahu indonesia ialah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut (Baroroh, 2012). Tanah merupakan sumberdaya alam yang mengandung benda organik dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi pertanian tanah mengandung hara, dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis dipakai. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang mempengaruhi fisik, kimia dan biologi tanah (Ginting, 2014). Manusia sebagai makhluk yang tinggi di dunia dituntut agar dapat melestarikan “arti peting’’ tentang tanah bagi segala kehidupan di dunia. Artinya manusia tidak sepantasnya hanya mengeruk keuntungan yang terdapat dalam tanah, melainkan mempunyai kewajiban-kewajiban untuk memelihara tanah tersebut, agar tanah tetap dapat berfungsi memberikan tau memelihara sumber kehidupan bagi manusia dan mutlak lainyya yang tumbuh dan berkembang di dunia (Ginting, 2014). Dalam menentukan tingkat kerusakan tanah, ada beberapa produksi biomassa yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah, sehingga

2

dapat menurunkan kualitas dan fungsinya. Yang ada pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan hidup mansia dan makhlik hidup lainnya. Oleh karena itu, segala aspek kehiatan produksi biomassa harus terkendali agar terhindarnya kerusakan tanah (Amri, 2014). Dalam upaya mencegah dan mengendalikan kerusakan tanah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun 2000 tentang pengendalian kerusakan tanah untuk

produksi biomassa.

Peraturan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam menyusun peta satus kerusakan tanah, yang merupakan acuan dalamkegiatan pencegahan serta pengendalian pada tanah yang belum maupun yang sudah mengalami kerusakan. Peraturan ini ditujukan untuk tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian, misal sawah, perkebunan, tegalan, ladang dan hutan tanaman (Suyarto, 2016). Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Defenisi Kerusakan Tanah, Jenis-jenis Kerusakan Tanah, Penyebab Kerusakan Tanah dan Dampak Kerusakan Tanah. Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah untuk memenuhi komponen penilaian mata kuliah Dasar Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai media informasi bagi pihak yang membutuhkannya.

3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kerusakan Tanah Tanah sebagai benda yang dinamik, selalu mengalami perubahanperubahan baik yang disebabkan oleh material yang dimiliki tanah itu sendiri atau material yang berasal dari luar tubuh tanah. Perubahanperubahan yang terjadi akan menyebabkan penurunan produktivitas tanah (menurunnya fungsi tanah). Penurunan produktivitas tanah atau fungsi tanah, maka kerusakan tanah telah terjadi ( Arifandi et al., 2015). Pengukuran kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa memiliki tata cara yang hanya berlaku untuk kerusakan tanah karena tindakan manusia. Kriteria baku yang digunakan untuk menentukan status kerusakan tanah tersebut mencakup sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah (Prasetyo dan Thohiron, 2013). Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah, hal tersebut menyebabkan relatif mudah hancur menjadi bentuk halus sehingga membentuk kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang memiliki sifat padat dan keras bila kering. Agregat atau partikel tanah yang halus akan terbawa aliran air ke dalam tanah sehingga menyebabkan penyumbatan pori tanah dan pada saat hujan turun kerak yang terbentuk juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Proses penyumbatan pori tanah tersebut mengakibatkan porositas tanah, pori tanah dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat (Yuniawati dan Suhartana, 2016). Sifat tersebut merupakan sifat dasar tanah yang digunakan untuk menentukan kemampuan tanah dalam menyediakan air dan unsur hara yang cukup

4

bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat dasar tanah tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa (Prasetyo dan Thohiron, 2013). Pelulusan air dapat mempengaruhi kesuburan tanah, yang mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara, dan partikel-partikel lainnya terbawa bersama air yang akan diserap masuk ke dalam tanah. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat pelulusan air tanah adalah komposisi fraksi (tekstur tanah), struktur dan porositas tanah (Rukmana et al., 2016). Jenis- Jenis Kerusakan Tanah Erosi Tanah, Jenis kerusakan yang terjadi pada tanah yang pertama kita sebut sebagai erosi tanah. Erosi tanah merupakan peristiwa terangkatnya bagianbagian tanah, terutama lapisan teratas pada tanah dan diendapkan ke tempat lain. Erosi tanah ini dibagi menjadi beberapa jenis (Rukmana, 2016) Ablasi, Ablasi merupakan erosi tanah yang dilakukan oleh tenaga air. Jadi tanah terkikis akibat adanya aliran air. Peristiwa ablasi ini sering terjadi di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Selain itu bentuk lahan atau bentuk permukaan tanah

yang miring juga bisa mempermudah terjadinya ablasi

(Mulyadi, 2008) Deflasi, Deflasi disebut juga dengan Korasi. Deflasi Atau korasi ini merupakan peristiwa erosi tanah yang disebabkan karena angin. Tiupan angin yang terlalu kencang akan mampu mengangkat partikelpartikel tanah sehingga terjadilah erosi. Deflasi atau korosi ini biasa terjadi di daerah gurun atau daerah yang memiliki iklim kering (Mulyadi, 2008).

5

Eksarasi, Jenis erosi tanah yang selanjutnya adalah eksarasi. Eksarasi merupakan erosi tanah yang disebabkan oleh gletser. Gletser sendiri merupakan kikisan dari massa salju yang bergerak menuruni lereng. Gletser ini ada di daerah yang bersalju. Karena disebabkan oleh gletser, maka eksarasi ini terjadi di daerah yang mempunyai banyak salju (Mulyadi, 2008). Abrasi, Asbrasi merupakan erosi tanah yang disebabkan karena kekuatan gelombang laut. Dari beberapa jenis erosi tanah, mungkin abrasi adalah yang paling sering kita dengar. Hal ini karena Indonesia mempunyai banyak sekali laut, maka gelombang- gelombang laut banyak yang menyebabkan pengikisan pada tanah. Karena penyebabnya adalah gelombang laut, maka abrasi hanya terjadi di sekitar daerah- daerah laut (Mulyadi, 2008). Lahan Kritis, Selain erosi tanah, bentuk kerusakan tanah yang lainnya adalah lahan kritis. Seperti namanya yakni “kritis” maka keadaan ini pun mencerminkan keadaan tanah yang sangat buruk. Yang dimaksud dengan lahan kritis adalah kondisi tanah yang telah kehilangan kesuburannya (sehingga mengakibatkan penurunan fungsi sebagai sarana pendukung kehidupan (Rukmana, 2016).

Kerusakan hutan, Penyebab lahan kritis yang pertama adalah karena kerusakan hutan. Manusia mempunyai banyak sekali aktivitas yang dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hal ini karena manusia mengambil manfaat hutan yang terkadang sampai tidak terkendali. Apabila pemanfaatan hutan tidak dibarengi dengan upaya pelestarian hutan maka akan mengakibatkan kerusakan pada hutan. Beberapa kegiatan yang mengakibatkan kerusakan pada hutan yang pada akhirnya menyebabkan lahan kritis antara lain adalah penebangan liar, kebakaran hutan, dan pertanian sistem ladang berpindah (Kusmiyarti, 2016)

6

Kegiatan pertambangan, Penyebab lahan kritis yang selanjutnya adalah kegiatan pertambambangan. Barang tambang kita peroleh dengan menggali tanah, maka apabila tidak hati- hati akan mengakibatkan lahan kritis. Pengambilan barang tambang yang tidak disertai dengan pengelolaan lingkungan akan mengakibatkan kerusakan tanah, salah satunya adalah lahan kritis. Lahan kritis akibat kegiatan pertambangan terjadi akibat hilangnya vegetasi penutup lahan, perubahan topografi dan juga perubahan struktur lapisan tanah (Kusmiyarti, 2016) Pencemaran Tanah, Jenis kerusakan tanah yang selanjutnya adalah pencemaran yang terjadi pada tanah. Pencemaran tanah merupakan gangguan keseimbangan pada tanah yang diakibatkan oleh masuknya polutan hasil kegiatan manusia. Polutan sendiri merupakan bahan atau benda yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Polutan mempunyai sifat tidak dapat diurai oleh bakteri pengurai sehingga tidak dapat menyatu dengan tanah (Rukmana, 2016).

Limbah domestik, Limbah domestik merupakan benda atau bahan tidak dipakai yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga, baik berupa limbah padat, cair dan juga gas. Beberap contoh limbah domestik antara lain bungkus detergen, air bekas cucian, bungkus makanan dan lain sebagainya (Irwansyah, 2015). Limbah industri, Merupakan limbah yang dihasilkan sebagai akibat kegiatan produksi suatu industri. Sama seperti limbah domestik, limbah industri juga bisa berbentuk cair, padat maupun gas. Karena sifatnya yang keras dan jumlahnya yang lebih banyak, maka kebanyakan limbah industri lebih berbahaya daripada limbah domestik (Amzani, 2012). Limbah pertanian, Polutan tanah selanjutnya adalah limbah pertanian. Seperti namanya, limbah pertanian merupakan limbah yang dihasilkan dari

7

kegiatan pertanian. Limbah pertanian ini berasal dari pupuk berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Pemupukan yang berlebihan dan dilakukan dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan kerusakan pada tanah. Itulah beberapa penyebab dari pencemaran tanah. Oleh karena polutan sangat dekat dengan kegiatan kita, maka sebaiknya kita mengupayakan penanggulanhannya juga. Tidak hanya pencemaran tanah saja, namun juga kerusakan tanah yang lainnya perlu kita upayakan pencegahannya supaya tidak menimbulkan kerusakan tanah yang lebih parah (Amzani, 2012). Penyebab Kerusakan Tanah Kerusakan tanah akibat selip dapat berakibat pada timbulnya erosi tanah dan peningkatan limpasan permukaan tanah. Hal tersebut sangat berbahaya karena dapat merusak jalan angkutan kayu yang merupakan sarana transportasi untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan. Kelancaran distribusi kayu menjadi terhambat. Bagi perusahaan hutan lahan kering, hal tersebut merupakan kerugian bagi

mereka

baik

biaya

produksi

maupun

kelestarian

hutan

mereka

(Yuniawati & Suhartana, 2015). Kerusakan tanah bisa terjadi dimana saja. Salah satunya dapat terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai akibat dari tindakan manusia, baik di areal produksi biomassa maupun adanya kegiatan lain di luar areal produksi biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerusakan tanah dapat pula terjadi akibat proses alam. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah hanya mengatur kerusakan tanah akibat tindakan manusia. Kerusakan tanah yang terjadi karena proses alam tidak berarti tidak ditanggulangi, tetapi tanggung jawab bersama. Kerusakan tanah di DAS

8

berdampak pada meluasnya lahan kritis, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Arisandi, dkk. 2015). Dampak Kerusakan Tanah Kerusakan tanah akibat selip dapat berakibat pada timbulnya erosi tanah dan peningkatan limpasan permukaan tanah. Hal tersebut sangat berbahaya karena dapat merusak jalan angkutan kayu yang merupakan sarana transportasi untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan. Kelancaran distribusi kayu menjadi terhambat. Bagi perusahaan hutan lahan kering, hal tersebut merupakan kerugian bagi

mereka

baik

biaya

produksi

maupun

kelestarian

hutan

mereka

(Yuniawati & Suhartana, 2015). Kerusakan tanah bisa terjadi dimana saja. Salah satunya dapat terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai akibat dari tindakan manusia, baik di areal produksi biomassa maupun adanya kegiatan lain di luar areal produksi biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerusakan tanah dapat pula terjadi akibat proses alam. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah hanya mengatur kerusakan tanah akibat tindakan manusia. Kerusakan tanah yang terjadi karena proses alam tidak berarti tidak ditanggulangi, tetapi tanggung jawab bersama. Kerusakan tanah di DAS berdampak pada meluasnya lahan kritis, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Arisandi, dkk. 2015). Kerusakan tanah dapat menimbulkan kerusakan struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah, hal tersebut menyebabkan agregat tanah relatif mudah hancur menjadi bentuk halus sehingga membentuk kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang memiliki sifat padat

9

dan keras bila kering. Agregat atau partikel tanah yang halus akan terbawa aliran air ke dalam tanah sehingga menyebabkan penyumbatan pori tanah dan pada saat hujan turun kerak yang terbentuk juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Proses penyumbatan pori tanah tersebut mengakibatkan porositas tanah, distribusi pori tanah dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Tanah sebagai benda yang dinamik, selalu mengalami perubahanperubahan baik yang disebabkan oleh material yang dimiliki tanah itu sendiri atau material yang berasal dari luar tubuh tanah. Perubahan-perubahan yang terjadi akan menyebabkan penurunan produktivitas tanah (menurunnya fungsi tanah). Penurunan produktivitas tanah atau fungsi tanah, maka kerusakan tanah telah terjadi. Dalam upaya mencegah dan mengendalikan kerusakan tanah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Peraturan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam menyusun peta status kerusakan tanah, yang merupakan acuan dalam kegiatan pencegahan serta pengendalian pada tanah yang belum maupun yang sudah mengalami kerusakan. Peraturan ini ditujukan untuk tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian, misal sawah, perkebunan, tegalan, ladang dan hutan tanaman. Namun, data spasial tentang status kerusakan tanah masih terbatas, khususnya di Kecamatan Denpasar Selatan sehingga kajian mengenai status kerusakan di wilayah tersebut perlu dilakukan. Kecamatan Denpasar Selatan memiliki luas wilayah 4999 ha, 1051 ha diantaranya digunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan BPS (2012),

10

Kecamatan Denpasar Selatan memiliki nilai indeks penanaman (IP) sebesar 172,10% untuk tanaman padi atau palawija dan 183,23% untuk sayuran berumur pendek. Indeks penanaman tersebut menunjukkan bahwa dilakukan 2 periode penanaman dalam satu tahun, sehingga lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan berpotensi mengalami kerusakan tanah.

11

DAFTAR PUSTAKA Amri, S. 2014. Tingkat Kerusakan Tanah Akibat Produksi Biomassa Pertanian Di Kecamatan Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Barorah, A. 2012. Pencemaran Tanah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya Ginting, N. D. 2014. Laporan Praktikum Pencemaran Tanah. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia Suryarto, R. 2016. Kajian Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian Di Kecamatan Denpasar. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali Amzani, F. 2012. Pencemaran Tanah dan Cara Penanggulangannya. Politeknik Negeri Lampung : Lampung Irwansyah, A. 2015. Analisis Dampak Limbah Domestik Terhadap Pencemaran Tanah. ITS Kusmiyarti. 2016. Kajian Potensi dan Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian di kec Denpasar. Universitas Udayana : Bali Mulyadi. 2008. Bentuk-bentuk Muka Bumi. PT Bengawan Ilmu : Jakarta Rukmana. 2016. Kajian Potensi dan Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian di kec Denpasar. Universitas Udayana : Bali Arifandi,A., Arisandi,G., dan Subdibya. 2015. Studi Faktor Penyebab Kerusakan Tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bomo Kabupaten Banyuwangi. Universitas JEMBER. Prasetyo dan Thohiron. 2013. Aplikasi SIG Dalam Penilaian Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Universitas Brawijaya. Malang. Yuniawati & Suhartana, 2015. Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi. Jl. Gunung Batu. Bogor. Arisandi, G., Arifandi, J.A., Sudibya J. 2015. Studi Faktor Penyebab Kerusakan Tanah Di Daerah Aliran Sungai (Das) Bomo Kabupaten Banyuwangi. Universitas Jember. Jember.

12

Yuniawati dan Suhartana. 2016. Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Rukmana, Kusmiyarti, dan Kusmawati. 2016. Kajian Potensi Dan Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Timur. Universitas Udayana. Yuniawati & Suhartana, 2015. Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi. Jl. Gunung Batu. Bogor. Arisandi, G., Arifandi, J.A., Sudibya J. 2015. Studi Faktor Penyebab Kerusakan Tanah Di Daerah Aliran Sungai (Das) Bomo Kabupaten Banyuwangi. Universitas Jember. Jember. Suprayogo, D., Widianto, P. Purnomosidi, R.H. Widodo, F. Rusiana, Z.Z. Aini, N Khasanah dan Z. Kusuma. 2014. Degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur: Kajian perubahan makroporositas tanah. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. Reditya, 2016. Kajian Status Kerusakan Tanahpada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar. Universitas Udayana,Bali

Related Documents


More Documents from "Ridwan Kurniawan"