A. Laporan Jombang Kel.docx

  • Uploaded by: Dwiyanti Pra S
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View A. Laporan Jombang Kel.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,119
  • Pages: 71
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG

OLEH : KELOMPOK 2 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nopi Taufiqqurrahman Nurma Sulistiyirini Rahmania Firdausy Alvira Nindy R Oktris Sentia H Resti Rukmana

7. Lois Sahara S 8 . Mukti Wibowo 9. Ariska Dwi M 10. Rosenda Agita D 11. Reny Lestari P 12. Suci Wulandari

MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA PROGRAM D III KEPERAWATAN TANGGAL 18 FEBRUARI S/D 02 MARET 2019

AKPER ”DHARMA HUSADA” KEDIRI JL. Penanggungan 41 A Telp./Fak. (0354) 772628

KEDIRI 1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KELOMPOK PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG DISUSUN SEBAGAI LAPORAN KELOMPOK PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG TANGGAL : 18 FEBRUARI S/D 02 MARET 2019 Pembimbing Akademik

Pembimbing Lahan,

SUCIPTO, S.Kep., Ns., M.Kes NIDN.0704027401

Dra ENNYZAR UMI ARIANI, MSi NIP. 19620226 198303 2 007

Mengetahui : KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG

FIRDAUS SULISTIJAWAN, S.Sos, M.PS.Sp NIP. 19710122 199101 1 001 2

KATA PENGANTAR Serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kelompok Praktek Klinik Keperawatan Gerontik di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. Dalam penyusunan Laporan Kelompok ini tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada 1. Bapak Firdaus Sulistijawan, S.Sos, M.PS.Sp selaku Kepala UPT PSTW Jombang 2. Ibu Dra ENNYZAR UMI ARIANI, MS Kasi Bimbingan Sosial selaku Pembimbing Lahan di UPT PSTW Jombang 3. Bapak Sucipto, S.kep., Ns., M.Kes selaku Pembimbing Akademik Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri 4. Ibu Ns, Erna Susilowati, S.kep,MGz selaku Pembimbing Akademik Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri 5. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Laporan Kelompok Praktek Klinik Keperawatan Gerontik di UPT PSTW Jombang Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Laporan Kelompok ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan Laporan Kelompok ini. Semoga Laporan kelompok ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.

Jombang, 26 Februari 2019

Penulis. 3

4

KELOMPOK : 1

NO

NAMA MAHASISWA

NIM

1

NOPI TAUFIQQURRAHMAN

2016.49.019

2

NURMA SULISTIYIRINI

2016.49.058

3

RAHMANIA FIRDAUSY

2016.49.065

4

ALVIRA NINDY RAHMAWATI

2016.49.008

5

OKTRIS SENTIA HARIANTI

2016.49.060

6

RESTI RUKMANA

2014.49.168

7

LOIS SAHARA SYAH PUTRA

2016.49.044

8

MUKTI WIBOWO

2016.49.079

9

ARISKA DWI MURTIANINGSIH

2016.49.011

10

ROSENDA AGITA DEVI

2016.49.070

11

RENY LESTARI PUTRI

2016.49.067

12

SUCI WULANDARI

2016.49.074

5

Daftar isi L A P O R A N ....................................................................................................... 1 LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. 2 KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3 KELOMPOK : 1 ................................................................................................... 5 BAB I ..................................................................................................................... 7 PENDAHULUAN .............................................................................................. 7 A.

LATAR BELAKANG ............................................................................ 7

B.

TUJUAN KEGIATAN ........................................................................... 8

C.

MANFAAT KEGIATAN ..................................................................... 10

BAB II ................................................................................................................. 11 TINJAUAN TEORI ............................................................................................ 11 A. KONSEP Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha ( UPT PSTW ) .................................................................................................... 11 BAB III ................................................................................................................ 44 ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 44 A. IDENTITAS ................................................................................................ 44 B.

RIWAYAT KESEHATAN .................................................................. 47

C.

STATUS FISIOLGI TTV (tanda tanda vital) ................................... 51

D.

PENGKAJIAN HEAD TO TOE ......................................................... 54

BAB IV ................................................................................................................ 63 PEMBAHASAN .................................................................................................. 63 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 65 BAB V.................................................................................................................. 67 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 67 A.

KESIMPULAN ..................................................................................... 67

B.

SARAN .................................................................................................. 67

STRUKTUR ORGANISASI MAHASISWA.................................................... 68 FOTO KEGIATAN MAHASISWA .................................................................. 69 LAMPIRAN PROPOSAL KEGIATAN

6

BAB I PENDAHULUAN Pembagunan social merupakan suatu proses perubahan social yang dirancang dan direncanakan untuk mmeningkatkan kehidupan masyarakat. Salah satu dinamika perubahan social yang terjadi akhir – akhir ini sebagai konsekuensi pembagunan adalah semakin menurunnya tingkat fertilitas dan mortalitas penduduk. Akibatnya, usia harapan hidup penduduk semakin meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia tersebut serta perubahan struktur penduduk yang semakin menua. Pada sisi lain, lanjut usia juga perlu mendapatkan jaminan untuk memperoleh

kemudahan



kemudahan

(aksesibilitas)

pelayanan

dan

pemenuhan kebutuhan serta pengembangan dirinys Secara proporsional sebagaimana diamanatkan “setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengembangan dirinya Secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”, namun dalam pelaksanaanya ternyata masih sangat terbatas. Bertolak dari pemikiran diatas, maka dinas social provinsi jawa timur yang bergerak di bidang pembagunan kesejateraan social memeberikan pelayanan social bagi lanjut usia terlantar dalam panti salah satu diantarannya melalui UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.

A. LATAR BELAKANG Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yan positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkunan hidup, kemajuan ilmu pengetahan dan teknologi teutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup serta meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia. Dengan

meningkatnya

populasi

lanjut

usia

akan

menyebabkan

konsekwensi berupa besarnya biaya kesehatan, karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis dengan multiple patologi sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan lanjut usia adalah merupakan figure yang dihormati dan 7

merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan. Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkiraan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1.000 (seribu) orang perhari. Pada tahun 1985 diperkirakan 50% dari penduduk, berusia diatas 50 tahun, sehingga istilah “baby boom” pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia. Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih dari 55 tahun) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10% dari total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11%. Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70 – 75 pada tahun 2020. Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila : 1) Pelayanan kesehatan efektif. 2) Angka kematian bayi menurun. 3) Adanya perbaikan gizi dan sanitasi serta 4) Meningkatnya pengawasan terhadap

penyakit infeksi.

Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan memberikan dampak menigkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik yaitu sebagai care giver/pemberi asuhan langsung, sebagi pendidik klien lansia, sebagai komunikasi, sebagai pemberi bimbingan/konseling, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber kompetensi klien(koordinator), rehabilitator ,pembuat keputusan klinik(kolabolator), sebagai caring dan sebagai advokad. B. TUJUAN KEGIATAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum pembuatan laporan kelompok ini adalah mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di institusi dan memberikan Asuhan Keperawatan 8

pada Lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia di UPT PSTW Jombang b. Mahasiswa mampu mengisi waktu luang lansia untuk aktivitas di UPT PSTW Jombang c. Mahasiswa mampu memberikan edukasi kepada lansia di UPT PSTW Jombang

9

C. MANFAAT KEGIATAN 1. Bagi Mahasiswa Mampu mempelajari bagaimana Asuhan Keperawatan pada Lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. 2. Bagi Lansia Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui pemberian core exercise dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia 3. Bagi UPT PSLU Jombang Sebagai

lahan

mampu memberikan

masukan

kepada mahasiswa

bagaimana asuhan keperawatan pada lansia di UPT PSTW Jombang 4. Bagi Institusi Pendidikan Laporan Kelompok ini sebagai tolak ukur dan dokumentasi dari Praktik Klinik Keperawatan Gerontik Mahasiswa Akademi Dharma Husada Kediri di UPT PSTW Jombang

10

BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha ( UPT PSTW ) 1. Latar Belakang Pendirian Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang ( UPT PSTW Jombang ) a. Pada awalnya UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang ini mempunyai nama Rumah Pendidikan Umum ( R P U ) sejak tahun 1950 dengan sasaran garapan para gepeng. Kemudian berubah fungsi sebagai tempat pelayanan Lanjut Usia dengan nama Panti Werdha Mardi Utomo ( PW Mardi Utomo ) b. Pada tahun 2002 dengan PERDA No.14 tentang Dinas Sosial Provinsii

Jawa

Timur

tentang

perubahan

nomenklatur

yang

sebelumnya Panti Werdha Mardi Utomo menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Jombang, Kediri, Lamongan yang membawahi Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pare dan Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Lamongan. c. Pada tahun 2008 berdasarkan PERGUB No.119 tahun 2008, berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang ( UPT PSLU Jombang ) memiliki kelas jauh di Pare Kediri d. Pada Januari 2017 berubah lagi menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha ( UPT PSTW Jombang ) memiliki kelas jauh di Pare Kediri. 2. Visi dan Misi 11

Visi Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan dan perlindungan sosial bagii lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misi a. Melaksanakan tugas pelayanan sosial bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sehingga dihari tuanya diliputi dengan rasa bahagia. b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia, sehingga dapat berfungsi sosial secara layak c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.

3. Tujuan Prinsip dan Fungsi Pelayanan Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia adalah terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lanjut usia terlantar, seperti kebutuhan jasmani, rohani dan sosial dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi rasa ketentraman lahir dan batin.

4. Tugas Pokok dan Fungsi UPT Pelanyanan Sosial Tresna Werdha Jombang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dalam pelayanan lanjut usia terlantar. Untuk melaksanakan tugas tersebut UPT PSTW Jombang mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan Program Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) 12

b. Pembinaan

dan

Penyelenggaraan

Pengendalian Kegiatan

Pengelolaan

Pelayanan

Sosial,

Ketatausahaan, Bimbingan

dan

Pembinaan Lanjut c. Penyelenggaraan Praktek Pekerjaan Sosial dalam Bimbingan Sosial Lanjut Usia d. Pemberian Bimbingan Umum kepada klien dilingkungan UPT e. Penyelenggaraan Kerja dengan Instansi/lembaga lain/perorangan dalam rangka pengembangan program UPT f. Pengembangan Metodologi Pelayanan Kesejahteraan Sosial dalam Pelayanan Sosial Lanjut Usia g. Penyelenggaraan

Penyebarluasan

Informasi

tentang

Pelayanan

Kesejahteraan Sosial h. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan Usaha Kesejahteraan Sosial i. Pelaksanaan tugas-tugas ketatausahaan j. Pelaksanaan Pelayanan Masyarakat k. Pelaksanaan Tugas-tugas lain yang diberika oleh Kepala Dinas 5. Sumber daya a. Sumber daya manusia a.1 Berdasarkan Golongan Pegawai Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang merupakan pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia terlanjur, jumlah dan kualitas pegawai Unit Pelaksana Teknik Pelayanan Tresna Werdha di 13

Jombang dan Kediri sebanyak 39 orang dengan rincian kualitas sebagai berikut No.

Golongan

Jombang

Kediri

Jumlah

1.

PNS

21 orang

7 orang

28 orang

2.

PTT

5 orang

5 orang

10 orang

a.2 Berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.

PNS

Jumlah

S2 S1 D3 SLTA/Sederajat SD Jumlah b. Sarana dan prasarana

4 orang 5 orang 1 orang 15 orang 3 orang 28 orang

1) Bangunan Rumah No. 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Nama Bangunan Tanah Kantor Tanah Asrama Gedung Kantor Asrama/Wisma a. Wisma Mawar b. Wisma Anggrek c. Wisma Melati d. Wisma Bougenvil e. Intensive Care (Wisma Kenanga) Gedung mushola Dapur/R.Makan Kamar Mandi,WC Gudang Gerasi Ruang Bimbingan Gedung serba guna Prasarana lain : a. Komputer b. Gudang 14

Jumlah

1 5 1 1 1 1 1 1 2 25 1 1 1 1 4 2

Luas Area/M2 1.147 2390 305 394 157 134 160 36 63 65 10 65

180

c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.

Generator Laptop Kamera digital Handycamera LCD Proyektor Sound System Air Condioner Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2 Mobil ambulance Pagar Listrik Pompa air

2 5 2 2 1 3 5 3 4 Pengelilingi panti Ada Ada

2) Sarana Air Bersih : a) Sumber Air Bersih Sumber air bersih di UPT PSTW Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari berasal dari PDAM dan pompa air listrik. b) Listrik Sumber listrik di UPT PSTW Jombang berasal dari PLN yang dibantu oleh dua generator. 3) Jamban Keluarga Kamar mandi berjumlah 23 buah yang tersebar di beberapa wisma dan sebagian di luar wisma 4) Sarana Pembuangan Air Limbah Air limbah langsung disalurkan kedalam sistem gorong-gorong yang kemudian lansung mengalir ke sungai. 5) Sarana Ibadah

15

Terdapat mushola lengkap dengan perlengkapan ibadah dan fasilitas pendukung lainnya. 6) Prasarana lainnya : a) Kelompom kerja penyuluhan No. 1. 2. 3. 4.

Nama Barang Microvone Sound sistem Meja Kursi

Jumlah 2 3 10 81

Keterangan Baik Rusak 1 1 3 10 81

b) Kelompok kerja mental No.

Nama barang

Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Al-Quran Mukena Sajadah Microvone Sarung Kipas Angin Meja AlQuran

3 5 6 1 2 2 1

Keterangan Baik Rusak 3 5 6 1 2 2 1

-

c) Kelompok kerja keterampilan No. 1. 2. 3. 4.

Nama Barang Meja jahit Kursi Meja Alat penganyam keset

Jumlah 1 4 2 1

16

Keterangan Baik Rusak 1 4 2 1 -

c. Status Tanah kotor dan asrama klien di Jln.Gus Dur No.19 Jombang status hak guna milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 6. Proses Pelaksanaan Pelayanan a. Tahap pendekatan awal 1) Sosialisasi program Menyempaikan informasi tentang Program Pelayanan Sosial dalam panti agar terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam Pelayanan Lanjut Usia. 2) Identifikasi dan seleksi Proses menemukenali, menginfentarisasi, memilih dan menetapkan calon klien 3) Penerimaan dan registrasi Penerimaan calon klien dari pihak keluarga atau pihak – pihak lain kepada panti b. Tahap pengungkapan dan Pemahaman Masalah Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan klien, serta situasi dan kondisi objektif dari keluarga dan lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia. c. Tahap Perencanaan Program Pelayanan Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien.

17

d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan 1) Pemenuhan kebutuhan fisik Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian, tempat tinggal sehari-hari. 2) Bimbingan sosial Proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan peran sosialnya dalam panti dan lingkungan sosial masyarakat. 3) Bimbingan fisik dan kesehatan Proses pelayanan yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi fisik dan kesehatan lanjut usia. 4) Bimbingan psikososial Upaya yangn dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikologis, aman, nyaman, tentram dan damai. 5) Bimbingan mental spiritual dan kerohanian Upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mental spiritual dan kerohanian klien. 6) Bimbingan ketrampilan Pengembangan bakat, minat dan potensi klien untuk mengisi waktu luang agar betah dan nyaman tinggal dipanti. 7) Bimbingan rekreasi dan hiburan Upaya mengembangkan kreatifitas untuk meningkatkan semngat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan kehidupannya.

18

e. Tahap pasca pelayanan 1) Evaluasi Untuk menilai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan program pelayanan yang diberikan sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban pihak panti kepada klien, keluarga dan pemerintah. 2) Terminasi Adalah proses pengakhiran pelayanan setelah kilien meninggal dunia atau kembali ke keluarga atau karena suatu hal yang dilakuakn. 3) Rujukan Adalah prose menghubungkan klien dengan pelayanan lain yang dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya. 4) Pembinaan lanjut Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga dan atau klien sudah dimakamkan karena klien tidak memiliki keluarga. f. Hubungan Lintas Program dan Sektoral 1) Lintas Program Disertakan melalui kerja sama antar panti sosial dan atau dinas bina sosial kota atau kabupaten untuk proses seleksi klien yang akan masuk panti.

19

2) Lintas Sektoral Meliputi kerjasama bidang teknis dengan instansi terkait, meliputi : kementerian agama untuk pembinaan mental, puskesmas, RSUD untuk klien yang memerlukan pengobatan dan perawatan lanjut, kepolisian dan satpol pp dalam pengiriman klien yang perlu dilayani. Serta pemerintah daerahn kabupaten atau kota jombang. 3) Distribusi Pendanaan 4) Swadana : tidak ada 5) Donatur : tidak tetap ( jika da yang membantu akan diterima) 6) Provinsi : APBD provinsi Jawa Timur A. KONSEP LANSIA 1. Definisi Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki

diri/

mengganti

dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Costantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. 2. Batasan-batasan Lansia Mengenai kapankah orang disebut usia lanjut, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur

20

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Lanjut usia meliputi : 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old) antara 76 sampai 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. b. Menurut Prof Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohamad Prof Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohamad (Alm) guru besar Universitas Gadjah Mada pada fakultas kedokteran, membagi periodisasi bilogis perkembangan manusia sebagai berikut : 1) 0 sampai 1 tahun = masa bayi 2) 1 sampai 6 tahun = masa prasekolah 3) 6 sampai 10 tahun = masa sekolah 4) 10 sampai 20 tahun = masa pubertas 5) 20 sampai 30 tahun = masa dewasa muda 6) 30 sampai 40 tahun = dewasa tua 7) 40 sampai 65 tahun = masa setengah umur (prasenium) 8) 65 tahun keatas = masa lanjut usia (senium) 3. Teori tentang Proses Penuaan a. Teori biologi Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt, 1980). Teori ini

21

Mlebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel / organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. 1) Teori Genetik Clock Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik di dalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Dari teori ini dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesiase mutasi somatik 2) Teori Error Menurut

teori

ini

proses

menua

diakibatkan

oleh

menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. Terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangunan sel baru. Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. 3) Teori Autoimun Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penuaan fungsi sisitem imun. Perubahan itu lebuh tampak secara nyata pada Limposit-T, disamping perubahan juga terjadi pada Limfosit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral yaitu dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk menurunkan resistensi nel melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker, menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memetabolisme pertahanan tubuh terhadap patogen, meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimun.

22

Proses menua juga dapat terjadi akibat perubahan protein pasca

translasi

yang

dapat

mengakibatkan

berkurangnya

kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnnya prevalensi autoantibody pada lansia. Di pihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangknya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel sel patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. 4) Teori Free Radical Teori radical bebas bahwa proses menua terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi,merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan eletron yang bebas tidak berpasangan. Radikal bebas di tubuh manusia adalah hasil dari metabolisme tubuh, juga bisa terbentuk akibat proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan ozon dan pestisida, reaksi akibat paparan radiasi, sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari kompoenen tubuh radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas berupa superoksida, radikal hidroksil, dan H2O2. Radiakal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian sel,menghambat proses reproduksi sel. Radikal bebas dapat menyebabkan mutasi pada trankrip DNA-RNApada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya ditemukan 23

substansi yang disebut juga Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang. Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumilasi dalam jaringan orangorang tua. Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja radikal bebas yang memungkinkan menyebabkan kerusakan jaringan kulit. 5) Teori Kolagen Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak. 6) Wear Teori Biologi Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan menghambatnya perbaikan sel jaringan. b. Teori Psikososial 1) Teori Aktivitas Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa : aktif lebih baik dari pada pasif, gembira lebih baik dari pada tidak gembira, orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira. 2) Teori Kontinuitas Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia. Adanya suatu keprinadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress. 3) Disanggement Theory Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat hubungan dengan individu lain. 4) Teori Kebutuhan Manusia 24

Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang mencaoai kebutuhan yang sempurna. 5) Teori Stratisfikasi Usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua mempercepat proses penuaan. 6) Jung Theory Terdapat tingkat hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan. 7) Course of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya. 8) Devlopment Task Theory Tiap tingkst kehidupan mempunyai tugsd perkembangan sesuai dengan usianya. c. Teori Lingkungan 1) Teori Radiasi Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati. 2) Teori Stress Stress

fisik

maupun

psikologi

dapat

mengakibatkan

pengeluaran neurotransmiter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen dan mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas membran sel. 3) Teori Polusi Tercemarnya

lingkungan

dapat

mengakibatkan

tubuh

mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang

25

seterusnya

mempercepat

terjadinya

proses

menua

dengan

perjalanan yang masih rumit untuk di pelajari. 4) Teori Pemaparan Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi. 4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia a. Perubahan Fisik 1) Sel a) Lebih sedikit jumlahnya b) Lebih besar ukurannya c) Bekurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseuler d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati e) Jumlah sel otak menurun f) Terngganggunya mekanisme perbaikan sel g) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20% 2) Sistem Cardiovaskuler a) Elastisitas dinding aorta menurun b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurang efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigena, saat terjadi perubahan posisi dari tidur ke duduk ke berdiri menyebabkan pusing mendadak. e) Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

26

3) Sistem pernafasan a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. b) Menurunnya aktivitas dari silia. c) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas menurun. d) Alveoli melebar dari biasa dan jumlah berkurang e) O2 pada arteri menurun f) CO2 pada arteri tidak berganti g) Kemampuan batuk berkurang 4) Sistem persarafan a) Berat otak menurun 10-20% b) Lambat dalam respon dan waktu berinteraksi c) Mengecilnya saraf panca indra d) Kurangnya sensitif terhadap sentuhan 5) Sistem gastrointestinal a) Kehilangan gigi b) Indra pengecapan menurun c) Esofagus melebar d) Lambung : rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun e) Peristaltik melemah biasanya timbul konstipasi f) Fungsi absorbsi melemah g) Hati makin kecil dan menurunnya tempat penyimpanan 6) Sistem Genitourinaria a) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah menurun 50%, fungsi tubulus menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. b) Kandung kemih otot menjadi lemah, kapasitas menurun 200 ml, vesika urinaria susah menyebabkan retensi urine c) Pembesaran prostat 27

dikosongkan pada

pria sehingga

7) Sistem Endokrin a) Produksi dari hampir semua hormon menurun b) Fungsi parathiroid dan sekresi tidak berubah 8) Sistem Muskuloskeletal a) Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh dan osteoporosis b) Kifosis c) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas d) Discus intervetebralis menipis dan menjadi pendek e) Persendian membesar dan menjadi kaku f) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis g) Otot –otot serabut mengecil h) Otot –otot polos tidak begitu berpengaruh 9) Sistem Reproduksi 1) Vagina Fungsi berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, terjadi perubahan warna 2) Menciutnya ovari dan uterus 3) Atrofi payudara 4) Pada laki-laki testis masih memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan 5) Dorongan seksual menentap sampai usia 70 tahun 6) Produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium menurun b. Perubahan Psikososial 1) Kehilangan finansial 2) Kehilangan status 3) Kehilangan teman 4) Kehilangan pekerjaan 5) Merasa akan kematian 6) Perubahan dalam cara hidup

28

7) Meningkatnya biaya hidup akibat biaya pengobatan yang tidak murah 8) Penyakit kronis dan ketidakmampuan 9) Kesepian karena orang lansia biasanya dijauhi\ 10) Perubahan terhadap konsep diri c. Perubahan Mental Faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1) Perubahan fisik terutama organ- organ perasa 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan 5) Lingkungan 6) Kenangan jangka panjang a) Kenangan panjang b) Kenangan pendek 7) IQ a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan d. Perubahan Spiritual 1) Lansia akan lebih memperdalam agamanya 2) Sulit dipahami terkadang berlaku seperti anak kecil 3) Takut akan kematian 4) Biasanya lebih banyak kemauannya B. KONSEP NYERI SENDI 1. Pengertian Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri melelahkan dan menuntut 29

energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada . kerusukakan pada jaringan yang berpotensi rusak atau menggambarkan

kondisi

terjadinya

kerusakan

nyeri

merupakan

mekanisme yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir pasti akan menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. 2. Gejala Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk memahami pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa ahambatan ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair,1990). 30

a. Berdasarkan sumbernya 1) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar) ex: terkena ujung pisau atau gunting 2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus ex: sprain sendi 3) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan b. Berdasarkan lokalisasi/letak 1) Radiating pain Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain) 2) Referred pain Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan penyebab 3) Intractable pain Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna) 4) Phantom pain Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang c. Berdasarkan penyebab: 1) Fisik 2) Psycogenic 3) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

31

d. Menurut Serangannya 1) Nyeri akut 2) Nyeri kronik 3. Patofisiologi Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan “Nyeri cepat” dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan “nyeri Lambat” dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak. a. Transduksi Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas)ataukimia(substansinyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbul kan nyeri misal nya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan

pula

terjadinya

sensitisasi

sentral

yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron 32

simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebihlama.Rangsangan nyeri diubah . b.

Transmisi Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati neuro transmiter.

c. Modulas Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacammacam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis. d. Persepsi Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan 5. Penanganan a. Mengurangi

faktor

ketidakpercayaan,

yang

dapat

kesalahpahaman,

menambah ketakutan,

nyeri,

misalnya

kelelahan

dan

kebosanan. 1) Ketidakpercayaan. Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh 33

perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan pada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya. 2) Kesalahpahaman. Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya. Ketakutan. Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan

pasien

dengan

menganjurkan

pasien

untuk

mengekpresikan bagaimana mereka menangani nyeri. Kelelahan 3) Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup. 4) Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti : Tehnik latihan pengalihan 1) Menonton televise 2) Berbincang-bincang dengan orang lain 3) Mendengarkan music c. Tehnik relaksasi Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskan secara perlahan, 34

melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi sehingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks. d. Stimulasi kulit 1) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri 2) Mengggosok punggung 3) Menggunakan air hangat dan dingin 4) Memijat dengan air mengalir. e. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi, dan jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nonsteroid f. Pemberian stimulator listrik , yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri engan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi: 1) Transcutanius Elecstrital Stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode di luar. 2) Percutaneus

implanted

spinal

cord

epidural

stimulator

merupakan alat sum-sum tulang belakang dan epidural yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang 35

dimasukkan ke dalam kulit paa daerah epidural dan columna vertebrae. 3) Stimulator collumna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit intraklavicula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam melalui pembedahan pada dorsum sum-sum tulang belakang. C. KONSEP PENYAKIT PENGLIHATAN 1. Mata atau penglihatan Mata ialah organ sensorik yang menstransmisikan rangsang lewat jaras

pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan diterima.

Sesuai proses penuaan yang terjadi, tentunya berlimpah perubahan yang terjadi, diantaranya alis yang berubah kelabu dan bisa menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata karena kelenjar lakrimalis yang berfungsi buat melembabkan dan melumasi konjungtiva mau menurun dan cenderung cepat menguap, sehingga membuat dampak konjungtiva lebih kering. Pada mata bagian dalam perubahan yang terjadi ialah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang (sulit dalam cahay gelap) menempatkan lansia pada risiko sedera. Sebentar cahaya menyilaukan bisa menyebabkan nyeri & membatasi kemampuan buat membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu bisa mempengaruhi kemampuan fungsional para.

36

2. Mata normal Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,kooid dan retina. Sklera merupakan bagian mata terluar yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebut. Sedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk kedalam retina akan diputuskan oleh retina dengan bantuan aqueous humor, lensa dan vitrous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan elastis yang berfungsi untuk akomodasi. 3. Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aqueous humor dan vitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Karena bagian utama yang

mengalami

perubahan

/

penurunan

sensitifitas

yang

bisa

menyebabkan kekeruhan lensa pada mata, produksi aqueous humor juga mengalami

penurunan

tetapi

tidak

terlalu

terpengaruh

terhadap

keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-benda dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordinasi atas ciliary body dan otot-otot ini, 37

apabila seseorang mengalami penurunan daya akomodasi maka orang itu disebut presbiopi. 4. Masalah yang muncul pada lansia Ada 5 masalah umum penglihatan yang sering muncul pada orang dengan lanjut usia. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut : a. Penurunan kemampuan penglihatan Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah progesifitas dan pupil kekuningan pada lensa mata, menurunnya vitrous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial dan penampilan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang

mengalami

penurunan

penglihatan

seiring

dengan

bertambahnya usia. b. ARMD (age-relaed macular degeneration) ARMD terjadi pada usia 50-65 tahun beberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa, sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan

penglihatan

warna, kerusakan makula akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan pemusatan penglihatan. Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samar-samar dan kadang-kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya 38

orang

yang

penglihatan,

ARMD

akan

peningkatan

mengalami

sensitifitas

gangguan

terhadap

pemusatan

cahaya

yang

menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan

penglihatan secara total.

Pendiagnosa dilakukan oleh ahli oftalmologi dengan bantuan berupa test intravena fluorerensi angiografy. Treatment : beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila kondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD. c. Glaucoma Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat gloukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler (IOP) pada kebanyakan orang disebabkan oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pemgaliran cairan bola mata (cairan bernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan struktur dari syaraf. Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonya dibanding orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia. 39

Tipe glaukoma ada 3 yaitu : 1) Primary open angle gloueoma (glaukoma sudut terbuka) Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia >50 tahun. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan didalam bola mata yang berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14-16 mmHg. Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun bila lebih dari 22 diperkirakan menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel mata. Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka muncullah bintik-bintik yang akan lapang pandang bintik ini dimulai dari tepi atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah untuk di diagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak disadari. 2) Normal tenion glaukoma (glaukoma bertekanan normal) glukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif pada syaraf optikus dan kehilangan lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya (meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf optikus yang membawa impuls ke retina menuju otak. Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi pada orang yang mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang jepang atau wanita. 40

3) Angel clousure glaukoma (glukoma sudut tertutup) Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan pada cairan bola mata, peningkatan tekanan bola mata sangat cepat karena saluran cairan bola mata terhambat, tanda-tandanya muncul secara tiba-tiba dan penanganan secara cepat dibutuhkan untuk keruskan mata secara permanen. Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain diatas antara lain pigmentary glaukoma, congenitak glaukoma, secondary glaukoma. Secara umum tanda dan gejala yang muncul pada open glaukoma adalah sulit untuk diidentifikasi, kejadiannya

berjalan sangat lambat, kehilangan

sudut pandang dari tepi,

penurunan kemampuan penglihatan.

Sedangkan pada class glaukoma adalah muncul secara tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata memerah, kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi karena adanya nyeri pada mata. Treatment : Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa tanometer. Penanganannya berupa : a) Tetes mata : cara ini merupakan cara umum yang sering dilakukan dan harus dilakukan, sebagian klien dapat mendapatkan respon yang bagus dari obat namum beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.

41

b) Bedah laser : (trabukulopasty) ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan glaukoma. Walaupun sudah laser obat harus diberikan. c) Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan

cairan

keluar,

tindakan

ini

dapat

menyelamatkan sisa penglihatan yang ada. d) Obat yang diperlukan : 

Pilocarpine atau timololmalat Yaitu

untuk

mencegah

keparhan

glaukoma

dan

menurunkan produksi cairan yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol (betotik) direkomendasi bagi klien yang menderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosis (kontriksi) pupil tetapi mampu menormalkan tekanan bola mata, obat lain seperti : brimohidrine, untuk menurunkan aquous humor. 

Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox) yaitu untuk mengurangi cairan, obat ini menyebabkan depresi , fatique letargy.



Katarak Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan dan fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia

>55

tahun.

Tanda

dan

gejalanya

berupa

:

betambahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / 42

beraktifitas

memerlukan

pencahayaan

yang

lebih,

kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganan memperbaiki

yang tepat adalah pembedahan untuk lensa

mata

yang

rusak

pembedahan

dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganggu perlu dilakukan pembedahan. 

Entropion dan ekstropion Entropin dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tidak menyebabkan gangguan penglihatan umum namum menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalah kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadi karena adanya kelemahan pada otot

konjungtifa.

konjungtiva.

43

Ekstropi

adalah

penyempitan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Di UPT PSTW Jombang terdapat 70 orang lansia diantaranya laki-dan perempuan. Pada bab ini membahas tentang hasil pengkajian kegiatan praktek keperawatan Gerontik mahasiswa Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri yang didapatkan dari penelitian pada klien di UPT PSTW Jombang sebanyak 18 orang lansia sebagai responden kelompok 2 . A. IDENTITAS 1. Jenis kelamin : Tabel 1.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan jenis kelamin NO

Jenis kelamin

Jumlah lanjut usia

Prosentase

1

Laki – laki

3

16,67%

2

Perempuan

15

83,33%

18

100 %

TOTAL

Dari tabel 1.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia

di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 15 (83%) 2. Umur : Tabel 1.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan kelompok umur NO

Jenjang usia

Jumlah lanjut usia

Prosentase

1

60 th – 65 th

2

11,11%

2

66 th – 70 th

3

16,67%

3

71 th – 75 th

6

33,33%

4

76 th – 80 th

5

27,78%

44

5

81 th – 85 th

1

5,56%

6

86 th – 90 th

1

5,56%

7

> 91 th

0

0%

18

100 %

TOTAL 1

Dari tabel 1.2. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok umur lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha berada pada usia 71-75 th sebanyak 6 orang (33,33%) 3. Agama : Tabel 1.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan Agama yang dianut NO

Agama yang dianut

Jumlah lanjut usia

Prosentase

1

Islam

17

94,44 %

2

Katholik

0

0%

3

Kristen

1

5,56 %

4

Hindu

0

0%

5

Budha

0

0%

6

Lainya

0

0%

18

100 %

TOTAL

Dari tabel 1.3. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang menganut agama Islam yaitu sebanyak : 17 orang (94,44 %), dan menganut agama kristen 1 ( 5,56%).

45

4. Suku

:

Tabel 1.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan suku/budaya NO

Suku/budaya

Jumlah lanjut usia

Prosentase

1

Jawa

18

100 %

2

Non Jawa

0

0

18

100 %

TOTAL

Dari tabel 1.4. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang dari suku Jawa sebanyak : 18 orang (100%), 5. Tingkat pendidikan

:

Tabel 1.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan tingkat Pendidikan NO

Suku/budaya

Jumlah lanjut usia

Prosentase

1

SD

5

27,78 %

2

SLTP

3

16,67 %

3

SLTA

1

5,56 %

4

Tidak tamat SD

9

50 %

5

Sarjana

0

0

6

Lainya

0

0

18

100%

TOTAL

Dari tabel 1.5. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang dari tingkat pendidikan Tidak tamat SD sebanyak 9 orang ( 50%) 46

6. Lamanya tinggal di UPT PSTW Jombang Tabel 1.6. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan lama tinggal NO

Lama

tinggal

di

UPT Jumlah

lanjut Prosentase

PSTW

usia

1

< 1 tahun

5

27,78 %

2

1 – 3 tahun

3

16,67%

3

4 – 6 tahun

3

16,67%

4

7 – 9 tahun

2

11,11%

5

> 10 tahun

5

27,78%

18

100 %

TOTAL

Dari tabel 1.6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang memiliki masa tinggal antara , <1 tahun sebanyak 5 orang (27,78 %) dan >10 tahun sebanyak 5 orang (27,78%). B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Kesehatan saat ini : Tabel 2.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 12 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan kesehatan saat ini NO

Jenis

Penyakit

Yang Jumlah

lanjut Prosentase

dikeluhkan

usia

1

Nyeri sendi

12

66,67%

2

Gatal-gatal

0

0%

3

Pusing/Sakit kepala

3

16,67%

4

Mata berair

1

5,56%

5

Nyeri Perut

2

11,11%

47

6

Lain – lain

TOTAL

0

0%

18

100%

Dari tabel 1.6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang mengeluhkan nyeri sendi ada 12 orang (66,7%), pusing/sakit kepala ada 3 orang(16,67%) dan mata berair ada 1 orang(5,56%). Keluhan Saat ini NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Nama

Keluhan

Ny. Rupiah

Linu – linu

Ny. Remi

Linu – linu

Ny. Sanah

Linu – linu

Ny. Kamsinah

Linu – linu

Ny. Martiningsih

Linu – linu

Tn. Kemis

Batuk

Tn. Sujilan

Pusing

Tn. Slamet A

Pusing

Ny. Maria

Linu-linu

Ny. Rusminah

Linu-linu

Ny. Sariman

Linu-linu

Ny. Mustari

Pusing

Ny. Dewi Asnimah

Pusing

Ny. Sariyem

Linu-Linu

Ny. Mila

Linu-Linu

Ny. Sarimah

Linu-Linu

Ny. Kasanah

Linu-Linu

Ny. Bungah

Pusing

48

KETERANGAN

2. Keluhan tiga bulan terakhir NO

:

Nama

Keluhan

1.

Ny. Rupiah

Nyeri Sendi

2.

Ny. Remi

Nyeri Sendi

3.

Ny. Sanah

Nyeri Sendi

4.

Ny. Kamsinah

Nyeri Sendi

5.

Ny. Martiningsih

Nyeri Sendi

6.

Tn. Kemis

Batuk

7.

Tn. Sujilan

Pusing

8.

Tn. Slamet A

Pusing

9.

Ny. Maria

Nyeri Sendi

10.

Ny. Rusminah

Nyeri Sendi

11.

Ny. Sariman

Nyeri Sendi

12.

Ny. Mustari

Pusing

13.

Ny. Dewi Asnimah

Pusing

14.

Ny. Sariyem

Nyeri Sendi

15.

Ny. Mila

Nyeri Sendi

16.

Ny. Sarimah

Nyeri Sendi

17.

Ny. Kasanah

Nyeri Sendi

18.

Ny. Bungah

Pusing

3. Penyakit saat ini

KETERANGAN

:

NO

Nama

Keluhan

1

Ny. Rupiah

Osteoartritis

2

Ny. Remi

Osteoartritis

3

Ny. Sanah

Osteoartritis

4

Ny. Kamsinah

Gastritis

5

Ny. Martiningsih

Osteoartritis

6

Tn. Kemis

Batuk

7

Tn. Sujilan

Osteoartritis

8

Tn. Slamet A

Sesak

9

Ny. Maria

Osteoartritis 49

KETERANGAN

10

Ny. Rusminah

Hipertensi

11

Ny. Sariman

Osteoartritis

12

Ny. Mustari

Pusing

13

Ny. Dewi Asnimah

Osteoartritis

14

Ny. Sariyem

Osteoartritis

15

Ny. Mila

Osteoartritis

16

Ny. Sarimah

Osteoartritis

17

Ny. Kasanah

Osteoartritis

18

Ny. Bungah

Pusing

4. Penyakit tiga bulan terakhir

:

NO

Nama

Keluhan

1.

Ny. Rupiah

Osteoartritis

2.

Ny. Remi

Osteoartritis

3.

Ny. Sanah

Osteoartritis

4.

Ny. Kamsinah

Osteoartritis

5.

Ny. Martiningsih

Osteoartritis

6.

Tn. Kemis

Osteoertritis

7.

Tn. Sujilan

Osteoartritis

8.

Tn. Slamet A

Osteoartritis

9.

Ny. Maria

Osteoartritis

10.

Ny. Rusminah

Osteoartritis

11.

Ny. Sariman

Osteoartritis,Hipertensi

12

Ny. Mustari

Osteoartritis,Hipertensi

13

Ny. Dewi Asnimah Osteoartritis,Hipertensi

14

Ny. Sariyem

Osteoartritis,Hipertensi

15

Ny. Mila

Osteoartritis,Hipertensi

16

Ny. Sarimah

Osteoartritis,Hipertensi

17

Ny. Kasanah

Osteoartritis

18

Ny. Bungah

Osteoartritis

50

KETERANGAN

C. STATUS FISIOLGI TTV (tanda tanda vital) 1. Tekanan darah : NO

Nama

TD

1.

Ny. Rupiah

100/60 mmHg

2.

Ny. Remi

130/80 mmHg

3.

Ny. Sanah

120/60 mmHg

4.

Ny. Kamsinah

120/90 mmHg

5.

Ny. Martiningsih

130/80 mmHg

6.

Tn. Kemis

130/90 mmHg

7.

Tn. Sujilan

170/100 mmHg

8.

Tn. Slamet A

130/90 mmHg

9.

Ny. Maria

140/90 mmHg

10.

Ny. Rusminah

140/90 mmHg

11.

Ny. Sariman

150/80 mmHg

12

Ny. Mustari

190/100mmHg

13

Ny. Dewi Asnimah

120/70MmHg

14

Ny. Sariyem

110/80MmHg

15

Ny. Mila

170/90MmHg

16

Ny. Sarimah

130/80MmHg

17

Ny. Kasanah

130/80MmHg

18

Ny. Bungah

110/70Mmhg

51

KETERANGAN

2. Nadi NO

: Nama

Nadi

1.

Ny. Rupiah

80 x/menit

2.

Ny. Remi

78 x/menit

3.

Ny. Sanah

80 x/menit

4.

Ny. Kamsinah

82 x/menit

5.

Ny. Martiningsih

78 x/menit

6.

Tn. Kemis

82 x/menit

7.

Tn. Sujilan

78 x/menit

8.

Tn. Slamet A

80 x/menit

9.

Ny. Maria

82 x/menit

10.

Ny. Rusminah

84 x/menit

11.

Ny. Sariman

80 x/menit

12

Ny. Mustari

82x/menit

13

Ny. Dewi Asnimah

80x/menit

14

Ny. Sariyem

78x/menit

15

Ny. Mila

78x/menit

16

Ny. Sarimah

82x/menit

17

Ny. Kasanah

80x/menit

18

Ny. Bungah

84x/menit

3. Respirasi NO

KETERANGAN

:

Nama

RR

1.

Ny. Rupiah

20 x/menit

2.

Ny. Remi

22 x/menit

3.

Ny. Sanah

22 x/menit

4.

Ny. Kamsinah

20 x/menit

5.

Ny. Martiningsih

18 x/menit

6.

Tn. Kemis

20 x/menit 52

KETERANGAN

7.

Tn. Sujilan

18 x/menit

8.

Tn. Slamet A

20 x/menit

9.

Ny. Maria

20 x/menit

10.

Ny. Rusminah

22 x/menit

11.

Ny. Sariman

20 x/menit

12

Ny. Mustari

18x/menit

13

Ny. Dewi Asnimah

20x/menit

14

Ny. Sariyem

20x/menit

15

Ny. Mila

18x/menit

16

Ny. Sarimah

18x/menit

17

Ny. Kasanah

18x/menit

18

Ny. Bungah

20x/menit

53

D. PENGKAJIAN HEAD TO TOE 1. Ny. Rupiah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

2. Ny. khasanah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

54

3. Ny. Remi a. Kepala

: Simetris, benjolan (+), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

3

5

4. Ny. Sariyem a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

3

5

5

55

5. Ny. Sanah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

6. Ny. Kamsinah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Tidak dapat melihat

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

7. Ny. Maktiningsih a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-) 56

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan ada keterbatasan dan dapat digerakkan

terbatas 5

5

5

5

8. Ny.Maria a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut putih, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

9. Ny. Bungah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur 57

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

10. Ny.Rusminah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea Bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

11. Ny. Sariman a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan 58

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan normal dan dapat digerakkan secara bebas 5

5

5

5

12. Ny.Mustari a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea normal

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: Pergerakan bebas 5

5

5

5

13. Ny .Dewi Asnimah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam

keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-) b. Sklera c. Starbismus

: Kornea bening : Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f.

: (-)

Katarak

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan bebas dan dapat digerakkan secara bebas

5

5

5

5 59

14. Tn.Kemis a. Kepala : Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-) b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f.

: (-)

Katarak

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan terbatas dan dapat digerakkan secara

Terbatas 5

4

4

5

15. Tn.Sujilan a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam

keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan kabur

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan terbatas dan dapat digerakkan secara Terbatas

5

5

5

5

60

16. Tn. Slamet A a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam

keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-) b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus : Tidak ada d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f.

: (-)

Katarak

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: pergerakan bebas dan dapat digerakkan secara bebas.

5

5

5

5

17. Ny. Mila a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam

keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-) b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan

f.

: (-)

Katarak

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: dapat digerakkan secara bebas.

5

5

5

5

18. Ny. Sarimah a. Kepala

: Simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-), rambut hitam

keputihan, pertumbuhan rambut merata, massa (-)

b. Sklera

: Kornea bening

c. Starbismus

: Tidak ada

d. Penglihatan

: Penglihatan normal

e. Peradangan

: Tidak ada peradangan 61

f. Katarak

: (-)

g. Hidung

: Simetris, polip (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

h. Kekuatan otot

: Dapat digerakkan secara bebas. 5

5

5

5

62

BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengkajian, rumusan masalah dan prioritas masalah, serta tahap perencanaan oleh mahasiswa dan lansia di UPT PSTW Jombang maka mulailah dilaksanakan seluruh kegiatan yang direncanakan sesuai waktu yang telah ditentukan. Pendekatan yangt digunakan dalam pelaksanaan rencana tindakan, yaitu pendekatan kelompok kasus dan pendekatan kepada instansi terkait ANALISA DATA

NO 1.

KELOMPOK DATA

MASALAH

DS : Dari tabel 2.1 Nyeri disimpulkan

bahwa

sebagian besar usia lanjut mengeluhkan sebanyak

nyeri 12

orang

(67%), sedangkan yang mengeluhkan

pusing

sebanyak 3 orang (17%) dan mempunyai keluhan mata berair 1 orang (5%) dan nyeri perut 2 orang (11%) DO : -

Klien memegang

nampak tempat

yang nyeri -

Klien nampak ada keterbatasan

63

KEMUNGKINAN PENYEBAB Usia > 60 Tahun

pergerakan -

Adanya

penurunan

kekuatan otot -

Klien

mengatakan

sendi terasa kaku / nyeri sendi

64

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

1

Nyeri kronis berhubungan Setelah

Intervensi

Rasional

Evaluasi

dilakukan 1. Kaji nyeri, tanda dan 1. Mengetahui

dengan usia lebih dari 60 tindakan

gejala

tahun

keperawatan selama

penanganan nyeri

Linu-Linu :

1 x 24 jam klien 2. Anjurkan klien untuk 2. Agar

a) Ny. Rupiah

melaporkan

b) Ny. Remi

berkurang

nyeri

serta

pengetahuan

1. Klien klien

mengenai nyeri

mampu

mempraktekkan cara

tidak

menghindari makanan

memperberatnyeri

kacang-kacangan,

yang dialami klien

mengompres air hangat 2. Klien

bersedia

c) Ny. Sanah

seperti

kacang

melakukan

d) Ny. Kamsinah

panjang,

mlinjo,

senam

e) Ny. Martiningsih

buncis

f) Ny.Maria

3. Ajarkan klien senam 3. Mengalihkan

g) Ny.Rusminah

untuk

h) Ny.Sariman

nyeri

i) Ny.Sariyem

menurunkan

dialami klien

4. Anjurkan klien untuk 4. Menurunkan

j) Ny.Mila

melakukan

k) Ny.Sarimah

ringan

l) Ny.Kasanah

perhatian nyeri yang

olahraga

intensitas nyeri

5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk

menurunkan

Batuk : a) Tn. Kemis

pemberian kompres air

rasa

hangat

menurunkan kekauan

Pusing : a) Tn. Sujilan b) Tn. Slamet A c) Ny.Mustari d) Ny.Dewi Asnimah e) Ny.Bungah

sakit

dan

sendi. 6. Anjurkan klien untuk 6. Sebagai minum obat antinyeri

farmakologis

terapi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lansia adalah seorang yang berumur 60 tahun ke atas ( UU No.13 Tahun 1998. Sejalan dengan program berencana yang telah di rencanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar 7,5 % dari jumlah penduduk indonesia atau sekitarnya 12,9 juta orang berusia diatas 60 tahun ( BPS dan SUPAS 1995 dan 2000 ). Didalam kehidupan nasional usia lanjut dapat merupakan sumberdaya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan untuk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat. Seorang yang menua akan mengalami perubahan – perubahan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluiarga karena kepekaan dan kerentananya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan dan meninggikan derajat kesehatan lansia sehingga tetap produktif sesuai kemampuan. Hasil pengamatan kami selama praktek gerontik di UPT PSTW Jombang, masalah yang sering timbul pada penghuni wisma ( lansia ) adalah nyeri kronis berhubungan dengan usia lebih dari 60 tahun dan resiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.

B. SARAN Dalam penanganan masalah pada lansia di UPT PSTW Jombang umumnya sudah baik, namun demi tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para penghuni pstw jombang, kelompok ingin menyampaikan beberapa masukan, anatara lain : 1. Agar pihak PSTW Jombang memfasilitasi para lansia untuk dapat menanam obat-obatan herbal. 2. Tidak disarankan lansia keluar sendiri karena letak pantai berada didekat jalan raya. Jiksa keluar sendiri harus Dengan catatan bisa menjaga diri.

STRUKTUR ORGANISASI MAHASISWA

KETUA Lois Sahara Syahputra

SEKERTARIS

BENDAHARA

Alvira Nindy Rahmawati

Rossenda Agita Devi

KELOMPOK KERJA PENYULUHAN

KELOMPOK KERJA BINTAL

Alvira Nindy R Rossenda A. D

Nurma Sulistyorini

Ariska Dwi M

Reny Lestari P

KELOMPOK KERJA KETRAMPILAN Resti Rukmana Rahmania Firdausy

Suci Wulandari Rohman Taufiqurrohman

Mukti wibowo oktris sentia Harianti

FOTO KEGIATAN MAHASISWA

Mahasiswa Akper Dharma Husada memandikan Lansia yang Bedrest

Kegiatan Rekreatif bersama Lansia

Mahasiswa Akper Dharma Husada Memandikan pasien diruang isolasi

Mahasiswa Akper Dharma Husada Membersihkan Wisma Lansia

Kegiatan Rekreatif Mahasiswa Akper Dharma Husada bersama Lansia

Mahasiswa Akper Dharma Husada Memotong Rambut Lansia

Kegiatan Pengajian Mahasiswa Akper Dharma Husada dengan Lansia

Mahasiswa Akper Dharma Husada memotong Kuku Lansia

Mahasiswa Akper Dharma Husada Foto bersama Lansia

Related Documents


More Documents from ""