Attention Please respect the author’s copyright and purchase a legal copy of this book
ILYAS MAK’S eBOOKS COLLECTION
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ketika Cinta Bertasbih / Habiburrahman El Shirazy. Jakarta, Penerbit Republika hala man 20,5 x 13,5 cm Ketika Cinta Bertasbih 813 ISBN: 978-979-3210-84-1 Penulis Editor Proof Reaser Seain Sampul dan Isi Percetakan : Habiburrahman El Shirazy : Anif Sirsaeba El Shirazy : Lord Wissen, Sakdullah : Abdul Basith El Qudsy (Basmala-Art) :Tama Print Indonesia Hak Cipta © Habiburrahman El Shirazy Cetakan kc-10, Pebruari 2008 Cetakan kc-11, Pebruari 2008 Diterbitkan atas kerjasama: 1. Penerbit Republika Jl. Pejaten Raya No. 40 Jati Padang Jakarta Selatan Telp. (021) 7892845. Fax. (021) 7892842 Anggota IKAPI DKT Jakarta 2. Basmala-Republika-Corner (BRC) Redaksi: Pesantren Basmala, J1. Raya Patemon No. 18.A Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Telp.: (024) 703.41.703 Email:
[email protected] Sanksi Pelanggaran Pasal72 Undang undang Nomor 19Tahun2002Tentang Hak Cipta: 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud daiam pasai 2 ayat (1) atau pasal 4g ayat (1) dan ayat (2) dipidana masing masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 5.000.000 000.000 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan. memamerkan, mengedarkan. atau menjual kepada umum suatu aptaan atau barang hasii pelanggaran Hak Cipta atau HakTerkait sebagaimana dimaksud dalam ayat l1), dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
DAFTAR ISI 01. Senja Bertasbih di Alexanderia 02. Tekad Berrajut Doa 03. Bidadari dari Daarul Quran 04. Cerita Furqon 05. Meminang 06. Lagu-lagu Cinta 07. SMS untuk Anna 08. Siang di Kampus Maydan Husein 09. Perjalanan ke Sayyeda Zaenab 10. Pengejaran dengan Taksi 11. Rezeki Silaturrahmi 12. Rumus Keberhasilan 13. Tamu Tak Diundang 14. Hari yang Menegangkan 15. Pesona Gadis Aceh 16. Insyaf
17. Pertemuan yang Menggetarkan 18. Airmata Cinta 19. Surat dari Indonesia 20. Bintang yang Bersinar Terang 21. Ratapan Hati 22. Rasa Optimis 23. Periksa Darah 24. Pasrah 25. Langit Seolah Runtuh 26. Kabar Gembira 27. Resep Cinta Ibnu Athaillah 28. Sepucuk Surat di Hari Penghabisan 29. Tangis Sang Pengantin 30. Bunga-bunga Harapan
1 SENJA BERTASBIH DI ALEXANDRIA Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menaramenara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai menciptakan aura ketenangan dan kedamaian. Di atas pasir pantai yang putih, anak-anak masih asyik bermain kejarkejaran. Ada juga yang bermain rumah-rumahan dari pasir. Di tangan anak-anak itu pasir pasir putih tampak seumpama butir-butir emas yang lembut berkilauan diterpa sinar matahari senja. Di beberapa tempat, di sepanjang pantai, sepasang mudamudi tampak bercengkerama mesra. Di antara mereka masih
Habiburrahman El Shirazy ada yang membawa buku-buku tebal di tangan. Menandakan mereka baru saja dari kampus dan belum sempat pulang ke rumah. Suasana senja di pantai rupanya lebih menarik bagi mereka daripada suasana senja di rumah. Bercengkerama dengan pujaan hati rupanya lebih mereka pilih daripada bercengkerama dengan keluarga; ayah, ibu, adik dan kakak di rumah. Di mana-mana muda-mudi yang sedang jatuh cinta sama. Senja menjadi waktu istimewa bagi mereka. Waktu untuk bertemu, saling memandang, duduk berdampingan dan bercerita yang indah-indah. Saat itu yang ada dalam hati dan pikiran mereka adalah pesona sang kekasih yang dicinta. Tak terlintas sedikit pun bahwa senja yang indah yang mereka lalui itu akan menjadi saksi sejarah bagi mereka kelak. Ya, kelak ketika masa muda mereka harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta Cinta. Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggung jawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman dan ketidakadilan di sana. Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu indah.Ia memandang ke arah pantai. Ombaknya berbuih putih. Bergelombang naik turun. Berkejar kejaran menampakkan keriangan yang sangat menawan. Semilir angin mengalirkan kesejukan. Suara desaunya benarbenar terasa seumpama desau suara zikir alam yang menciptakan suasana tenteram. Dari jendela kamarnya yang terletak di lantai lima Hotel Al Haram, ia menyaksikan sihir itu. Di matanya, Alexandria sore itu telah membuatnya seolah tak lagi berada di dunia. Namun di sebuah alam yang hanya dipenuhi keindahan dan kedamaian saja. Sesungguhnya bukan semata-mata cuaca dan suasana menjelang musim semi yang membuat Alexandria senja itu begitu memesona. Bukan semata-mata sihir matahari senja 2 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I yang membuat Alexandria begitu menakjubkan. Bukan semata-mata pasir putihnya yang bersih yang membuat Alexandria begitu menawan. Akan tetapi, lebih dari itu, yang membuat segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah karena musim semi sedang bertandang di hatinya. Matahari kebahagiaan sedang bersinar terang di sana. Bunga bunga kesturi sedang menebar wanginya. Tembang tembang cinta menga lun di dalam hatinya, memperdengarkan irama terindahnya. Dan penyebab itu semua, tak lain dan tak bukan adalah seorang gadis pualam, yang di matanya memiliki kecantikan bunga mawar putih yang sedang merekah. Gadis yang di mata nya seumpama permata safir yang paling indah. Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Lebih dari itu, gadis itu adalah putri orang nomor satu bagi masyarakat Indonesia di Mesir. Dialah Eliana Pramesthi Alam. Putri satu -satunya Bapak Duta Besar Republik Indonesia di Mesir. Hampir genap satu tahun gadis itu tinggal di Mesir. Selain untuk menemani kedua orangtuanya, keberadaannya di Negeri Pyramid itu untuk melanjutkan S.2-nya di American University in Cairo (AUC). Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazzette. Opininya menyoroti peran Liga Arab yang mandul dalam memperjuangkan martabat anggota-anggotanya. Liga Arab yang tak punya nyali berhadapan dengan Israel dan sekutunya. Liga Arab yang hanya bisa bersuara, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tulisannya rapi 3 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang dengan pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya merupakan perpaduan pandangan seorang jurnalis, sastrawan dan diplomat ulung. Karena opininya itulah ia langsung diminta jadi bintang tamu di Nile TV. Di layar Nile TV ia berdebat dengan Sekjen Liga Arab. Hampir seluruh masyarakat Indonesia di Mesir menyaksikan siaran langsung istimewa itu. Baru kali ini ada anak Indonesia berbicara di sebuah forum yang tidak sembarang orang diundang. Sejak itulah Eliana menjadi bintang yang bersinar di langit cakrawala Mesir, terutama di kalangan mahasiswa Indonesia. Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.l-nya di EHESS Prancis itu sudah tiga kali tampil di layar televesi Mesir. Sekali di NileTV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Prancis. Eliana, Putri Pak Dubes itulah yang membuatnya berada di Alexandria dan tidur di hotel berbintang lima selama satu pekan ini. Meskipun ia sudah berulangkali ke Alexandria, namun keberadaannya di Alexandria kali ini ia rasakan begitu istimewa. Ia tidak bisa mengingkari dirinya adalah manusia biasa, bukan malaikat. Ia tak bisa menafikan dirinya adalah pemuda biasa yang bisa berbunga-bunga karena merasa dekat dan dianggap penting oleh seorang gadis cantik dan terhormat seperti Eliana. Gadis yang membuat matahari kebahagiaan sedang bersinar terang di hatinya. Awalnya adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang mengadakan acara "Pekan Promosi Wisata dan Budaya Indonesia di Alexandria". Beberapa acara pagelaran budaya digelar di Auditorium Alexandria University selama satu pekan. Selama itu juga ada promosi masakan dan makanan khas Indonesia. Ada empat makanan yang dipromosikan yaitu Nasi Timlo Solo, Sate Madura, Coto Makassar, dan 4 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Empek-empek Palembang. Dan Elianalah yang menjadi penanggung jawab promosi makanan khas Indonesia itu. Sementara ia, dikenal sebagai mahasiswa paling mahir memasak. Dan ia dikontrak KBRI untuk membuka stand Nasi Timlo Solo. Mulanya ia menolak. Sebab, dengan begitu ia harus meningga lkan bisnisnya membuat tempe selama semingu. Ia khawatir langganannya kecewa. Namun Putri Dubes itu terus mendesak dan memohon kesediaannya. Akhirnya ia luluh dan bersedia. Sejak itulah hatinya berbunga-bunga. Sebab sebelum berangkat ke Alexandria ia sering ditelpon Eliana. Dan saat di Alexandria hampir tiap hari Eliana datang ke standnya untuk mengontrol, melihat-lihat, atau hanya sekadar untuk menga jaknya bicara apa saja. "Aku salut Iho ada mahasiswa yang mandiri seperti Mas Insinyur." Puji Eliana. Hatinya tersanjung luar biasa. Bagaimana tidak, gadis jelita itu seolah begitu menghormatinya. Ia dipanggil dengan panggilan "Mas Insinyur", bukan langsung memanggil namanya, atau dengan kata ganti "kamu" atau "Anda". Orang-orang memang biasa memanggilnya "Mas Khairul", karena namanya Khairul Azzam, atau "Mas Insinyur" karena ia memang dikenal sebagai "Insinyur"nya dunia masak memasak di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo. Entah kenapa, mendengar pujian dari Eliana itu, ia merasakan kebahagiaan dengan nuansa yang sangat lain. Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelu mnya. Ia tersenyum sendiri. Kedua matanya memandang ke arah pantai. Dua orang muda-mudi Mesir berjalan mesra menyusuri Pantai Cleopatra yang berada tepat di depan hotel. Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa tiba-tiba berkelebat pikiran, andai yang berjalan itu adalah dirinya dan Eliana. Alangkah indahnya. Astaghfirullal! la beristighfar. Ia merasa apa yang berkelebat dalam pikirannya itu sudah tidak dianggap benar. 5 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ia mengalihkan pandangannya jauh ke tengah laut Mediterania. Nun jauh di sana ia melihat tiga kapal yang tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang sedang menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan Alexandria. Sejak dulu Alexandria memang terkenal sebagai kota pelabuhan yang penting di kawasan Mediterania. Pelabuhan utama Alexandria saat ini ada di kanan dan kiri kawasan Ras El Tin dan kawasan El Anfusi. Dua kawasan itu terletak di semenanjung Alexandria lama. Di ujung semenanjung itu berdiri dua benteng bersejarah Yaitu B enteng Qaitbai dan Benteng El Atta. Dari jendela kamarnya ia bisa melihat Benteng Qaitbai itu di kejauhan. Kedua matanya kembali mengamati tiga kapal yang letaknya berjauhan satu sama lain. Ia edarkan pandangannya ke kiri dan ke kanan. Laut itu terlihat begitu lu as dan kapal itu begitu kecil. Padahal di dalam kapal itu mungkin ada ratusan manusia. Ia jadi berpikir, alangkah kecilnya manusia. Dan alangkah Maha Penya-yangnya Tuhan yang menjinakkan lautan sedemikian luas supaya tenang dilalui kapal kapal berisi manusia. Padahal, mungkin sekali di antara manusia yang berada di dalam kapal itu terdapat manusia-manusia yang sangat durhaka kepada Tuhan. Toh begitu, Tuhan masih saja menunjukkan kasih sayangNya. Ia jinakkan lautan, yang jika Ia berkehendak,Ia bisa menitahkan ombak untuk menenggelamkan kapal itu dan bahkan meluluh-lantakkan seluruh isi Kota Alexandria. Ia teringat firman-Nya yang indah, "Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kebesaranNya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi bany ak bersyukur." 1 Ia terus memandang ke laut Mediterania. Laut itu telah menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa peristiwa besar yang menggetarkan dunia. Perang besar yang berkobar kare1 OS. Luqman (Luqman) [311]: 31 6 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I na memperebutkan cinta Ratu Cleopatra terjadi di laut itu. Pertemuan bersejarah yang diabadikan dalam Al-Quran antara Nabi Musa dan Nabi Khidir, konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania itu. "Laut yang indah, penuh nilai sejarah," lirihnya pada dirinya sendiri. "Akankah aku juga akan mencatatkan sejarahku di pantai laut ini?" Ia berkata begitu karena nanti malam ada jadwal makan malam bersama seluruh staf KBRI di Pantai El Mumtazah. la yakin akan bertemu lagi dengara Eliana disana. Matahari terus berjalan mendekati peraduannya. Sinarnya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih. Terasa damai dan indah. Menyaksikan fenomena alam yang dahsyat itu Azzam bertasbih, "Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah mencip takan alam seindah ini." Ya, alam bertasbih dengan keindahannya. Alam bertasbih dengan keteraturannya. Alam bertasbih dengan pesonanya. Segala keindahan, keteraturan dan pesona alam bertasbih, menjelaskan keagungan Sang Penciptanya. Bertasbih, menyucikan Tuhan dari sifat kurang. Keindahan senja sore itu menjelaskan kepada siapa saja yang menyaksikannya bahwa Tuhan yang menciptakan senja yang luar biasa indah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna ilmu-Nya. Siang malam, senja, dan pagi bertasbih. Matahari, udara. laut, ombak dan pasir bertasbih. Semua benda yang ada di alam semesta ini bertasbih, menyucikan asma Allah Semua telah tahu bagaimana cara melakukan shalat dan tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih di peredarannya. Dengan hembusannya udara bertasbih di alirannya. Dengan gelombangnya ombak berta sbih di jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukan tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa. 7 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Keteraturan alam semesta, langit yang membentang tanpa tiang, pergantian siang dan malam, lautan luas membentang, gunung gunung yang menjulang, awan yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan tanam-tanaman, proses penciptaan manusia sembilan bulan di rahim, binatang-binatang yang menjaga ekosistem dan keteraturar-keteraturan lainnya, itu semua menuniukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Dzat yang kekuasaan-Nya tidak ada batasnya. Dzat yang menciptakan itu semua. Dan Dzat itu adalah Tuhan Penguasa alam semesta. Dan jelas Tuhan itu hanya boleh satu adanya. Tak mungkin dua, tiga dan seterusnya. Tak mungkin. Sebab, jika Tuhan itu lebih dari satu pastilah terjadi kerusakan di alam semesta ini. Sebab masing-masing akan merasa paling berkuasa. Masing-masing akan memaksakan keinginanNya. Mereka akan berkelahi. Misalnya satu menghendaki matahari terbit dari timur, sementara yang satu menghendaki matahari terbit dari barat. Terjadilah perseteruan. Dan rusaklah alam. Ternyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah terlambat terbit. Matahari juga tak pernah bermain main, belari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermain bola atau petak umpet. Ia beredar di jalan yang ditetapkan Tuhan untuknya. Dan selalu tenggelam di ufuk barat tepat pada waktunya. Keteraturan ini menunjukkan, Tuhan Yang Menciptakan alam semesta ini adalah satu. Yaitu ‘Allah Wa Jalla, Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, yang tak terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin berjumlah lebih dari satu. Sebab seandainya Tuhan lebih dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari, misalnya. Maka ada dua kemungkinan di sana. Pertama, Tuhan yang satu menciptakan,sementara Tuhan yang lain berpangku tangan. Tidak berbuat apa-apa. Dengan begitu, bisa berarti bahwa Tuhan yang tidak berbuat apa apa itu tidaklah Tuhan yang berkuasa. Sia-sia saja ia jadi Tuhan. Sebab, pada saat matahari diciptakan 8 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I ia tidak berperan menciptakannya. Ia menganggur. Sama seperti makhluk yang menganggur. Jadi ia bukan Tuhan dan tidak bisa disebutTuhan. Atau kemungkinan kedua, Tuhan-tuhan itu bekerja sama menciptakan matahari. Matahari diciptakan dengan keroyok an. Jika demikian, jelas jelas mereka b ukanlah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab mereka lemah. Bagaimana tidak. Untuk menciptakan matahari saja mereka harus bekerja sama. Tidak bisa menciptakan sendiri. Kekuasaan-Nya tidak mutlak. Yang terbatas kekuasaanya berarti lemah dan tidak layak disebut sebagai Tuhan. Jika Tuhan itu lebih dari satu, bisa saja terjadi pembagian tugas. Ada yang bertugas mencipta matahari, ada yang bertu gas mencipta bumi, ada yang bertugas mencipta langit dan seterusnya. Jika demikian, mereka bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab pembagian tugas itu menunjukkan kelemahan, menunjukkan ketidak-mahakuasaan. Tuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan Yang menciptakan dan menguasai seru sekalian alam. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan-Nya yang sempurna. Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dan yang memiliki sifat maha sempurna seperti itu hanya ada satu, yaitu Allah Swt. Dialah Tuhan yang sesungguhnya. Sebab tidak ada yang memprok lamirkan diri sebagai pencipta alam semesta ini kecuali hanya Allah Swt. "Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha suci Allah yang memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan”2 Pemuda bemama Khairul Azzam itu masih menatap ke arah laut. Matahari masih satu jengkal di atas laut. Sebentar lagi matahari itu akan tenggelam. Warna kuning keemasan bersepuh kemerahan yang terpancar dati bola matahari menampilkan pemandangan luar biasa indah. Ia jadi ingat 2 QS. Al Anbiyaa’ (Nabi-nabi) [21]: 22 9 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy sabda Nabi, ''Sessungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan." "Subhanallah!" Kembali ia bertasbih dalam hati. Ia terus menikmati detik-detik pergantian siang dan malam yang indah itu. Cahaya matahari seperti masuk ke dalam laut yang perlahan menjadi gelap. Siang seolah olah masuk ke dalam perut malam. Matahari hilang tenggelam. Lalu perlahan bulan datang. Subhanallah. Siapakah yang mengatur ini semua? Siapakah yang mampu memasukkan siang ke dalam perut malam? Seketika azan berkumandang menjawab pertanyaan itu dengan suara lantang: Allaahu Akbar! Allaahu Akbar! Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Ya, hanya Allah Yang Maha Besar kekuasaan-Nyalah yang mampu memasuk-kan siang ke dalam perut malam. Dan memasukkan malam ke dalam perut siang. "Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukan siang ke dalam malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." 3 Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampulampu jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah indahnya. Kelapkelip lampu kota yang mendapat julukan "Sang Pengantin Laut Mediterania" itu bagai tebaran intan berlian. Khairul Azzam menutup gorden jendela kamarnya. Ia bergegas untuk shalat di masjid yang jaraknya tak jauh dari hotel. Saat tangannya menyentuh gagang pintu hendak keluar, telpon di kamarnya berdering. Ia terdiam sesaat. Ia menatap telpon yang sedang berdering itu sesaat dan terus membuka pintu lalu melangkah keluar. “Kalau dia benar-benar perlu, nanti pasti nelpon lagi setelah shalat. Apa tidak tahu ini saatnya shalat," lirihnya menuju lift. 3 QS. Luqman ~Luqman) [31]: 29. 10 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Ia membenarkan tindakannya itu dengan berpikir bahwa datangnya azan yang memanggilnya itu lebih dulu dari datangnya dering telpon itu. Dan ia harus mendahulukan yang datang lebih dulu. Ia harus mengutamakan undangan yang datang lebih dulu. Apalagi undangan yang datang lebih dulu itu adalah undangan untuk meraih kebahagiaan akhirat. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. 4 *** Saat pulang dari masjid, Azzam bertemu Eliana didepan pintu masuk lobby hotel. Melihat Azzam wajah Eliana tampak riang. "Hei ke mana saja? Aku sudah mencari Mas Khairul ke mana-mana? Sudah dua puluh tujuh kali aku ngebel ke kamar Mas Khairul! Ada hal penting! Ayo kita bicara di lobby saja!" Eliana nerocos tanpa memberi kesempatan menjawab. Gadis berpostur tubuh indah itu berbalut kaos lengan panjang ketat berwarna merah muda dan celana jeans putih ketat. Balutan khas gadis-gadis aristokrat Eropa itu membuatnya tampak langsing, padat, dan berisi. Parfumnya menebarkan aroma bunga -bungaan segar dan sedikit aroma apel. Wajahnya yang putih dengan mata yang bulat jernih memancarkan pesona yang mampu menghangatkan aliran darah setiap pemuda yang menatapnya. Azzam masih berdiri di tempatnya. Entah kenapa begitu ia mencium parfum yang dipakai Putri Pak Dubes itu ia merasakan nafasnya sedikit sesak, jantungnya berdegup lebih kencang, dan ada sesuatu yang tiba-tiba datang begitu saja mengaliri tubuhnya. "Lho kok diam saja, ayo Mas, kita bicarakan di lobby! Ini penting!" Eliana kembali mengajak Azzam masuk ke lobby hotel. Azzam tergagap. Ia mengangguk. Dan mau tidak mau Azzam mengikutinya. Sebab ia berada di Alexandria karena kontrak kerja dengannya. 4 QS. Al A’la (Yang Paling tinggi) [871]: 17. 11 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Mbak Eliana sudah shalat?" tanya Azzam pelan. Ia mencoba menguasai dirinya, yang sesaat sempat oleng. Ia memanggilnya 'Mbak', meskipun ia tahu Eliana lebih muda tiga tahun dari dirinya. Tak lain, hal itu karena rasa hormatnya pada gadis itu sebagai Putri Pak Duta Besar. "Ah shalat itu gampang! Yang penting itu. Ada tugas penting untuk Mas Khairul malam ini. Tugas terakhir. Aku janji!" sahut Eliana nyerocos tanpa r dosa karena mengasa gampangkan shalat. “Tu... tugas?" “Ya." "Untuk saya!?" "Ya, untuk siapa lagi kalau bukan untuk Mas Khairul?" "Tugas dari siapa?" "Ya dariku." "Dari Mbak?" "Iya." Azzam menghirup nafas. Detak jantungnya sudah normal. Ia sudah menguasai dirinya sepenuhnya. Dengan mimik serius ia berkata, "Sebentar Mbak, bukankah tugas saya sudah selesai tadi sore Mbak? Dengan berakhirnya acara Pekan Promosi Wisata tadi sore berarti tugas saya kan sudah selesai. Dalam kesepakatan yang kita buat, saya bertugas membuat dan menjaga Nasi Timlo Solo selama enam hari. Dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore. Menunggu stand enam jam setiap hari. Berarti tugas saya sudah selesai dong. Jika ada tugas lagi ini jelas di luar kesepakatan. Jelas saya tidak bisa menerimanya Mbak, maaf! Apa hubungannya Mbak dengan saya sehingga dengan seenaknya Mbak memberi tugas kepada saya!? Apa saya bawahan Mbak!? Maaf saya tidak bisa Mbak!" 12 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Meskipun ia di kalangan mahasiswa Cairo dikenal sebagai penjual tempe, ia tidak mau diperlakukan seenaknya. Ia sangat sensitif terhadap hal-hal yang terasa melecehkan harga diriya. Memberi perintah seenaknya kepadanya adalah bentuk dari penjajahan atas harga dirinya. Azzam adalah orang yang sangat menghargai kemerdekaannya sebagai manusia yang hanya mengham-ba kepada Allah Swt. Eliana yang pernah sekian tahun tinggal di Prancis agaknya langsung menyadari kekhilafannya. Ia buru buru meralat ucapannya dan meminta maaf. "Maafkan aku Mas Khairul. Mas benar. Sesuai dengan kesepakatan kontrak kita, tugas Mas sudah selesai. Tetapi ini ada masalah penting yang sedang aku hadapi. Dan aku rasa yang bisa membantu adalah Mas. Baiklah, ini di luar kontrak. Ini antara aku dan Mas sebagai sahabat. Ya sebagai sahabat yang harus saling tolong menolong. Saling bantu membantu. "Begini, acara makan malam nanti jam delapan di Pantai El Muntazah. Aku sudah pesan menunya ke Omar Khayyam Restaurant. Masalahnya, dalam acara makan malam nanti secara mengejutkan kita kedatangan Bapak Duta Besar Indonesia untuk Turki yang datang tadi siang. Beliau teman kuliah ayahku di FISIPOL UGM dulu. Ayah ingin menyuguhkan menu istimewa untuk-nya. Menu yang mengingatkan akan kenangan masa lalu. Menu itu adalah nasi panas dengan lauk ikan bakar dan sambal pedas khas Jogja. Ayah dulu sering makan menu itu bareng beliau di Pantai Parangtritis. Sebelum Maghrib tadi ayah memintaku untu k menyiapkan menu ini. Aku pusing tujuh keliling. Yang jelas aku sudah memerintahkan Pak Ali, sopir KBRI itu untuk menca ri ikan yang segar. Ikan apa saja yang penting layak dibakar. Pak Ali membeli enam kilo dan sekarang sudah ada di dalam kulkas di kamamya. Dan aku datang menjumpai Mas untuk minta tolong kepada Mas menyiapkan ikan bakar itu. Mas Insinyur, tolong ya? Please, ya?" Kata Eliana dengan nada memelas. 13 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam diam saja. Sesaat lamanya dia diam tidak menjawab apa-apa. "Sungguh Mas, tolong aku ya. Please tolonglah. Aku janji nanti Mas akan aku kasih hadiah spesial. Please tolong aku. Ini masalah kredibilitasku dihadapan ayahku. Kalau ngurusi ikan bakar saja aku tidak bisa, beliau akan susah percaya pada kredibilitasku mengorganisir sesuatu yang lebih penting. Tolong aku, Mas, please. Aku tahu ini waktunya sangat mepet. Tapi aku yakin Mas bisa. Ayolah please ya?" Eliana meminta dengan nada memelas sambil menangkupkan kedua tangannya di depan hidungnya. Gadis itu benar-benar memelas di hadapan Azzam. Melihat wajah memelas di hadapannya Azzam luluh. Sosok yang sangat tersinggung jika harga dirinya direndahkan itu adalah juga sosok yang paling mudah tersentuh hatinya. "Baiklah akan saya bantu sebisa saya. Tapi sebelum membantu Mbak Eliana, saya ingin hak saya atas apa yang sudah saya kerjakan selama enam hari di sini dibayar.” Jawab Azzam tenang. "Sekarang?" "Ya, sekarang." "Apa Mas Khairul tidak percaya padaku?" “Siapa yang tidak percaya? Saya hanya menuntut hak saya.” “Baiklah.” Eliana mengeluarkan dompet dari celana jeannya. Lalu mengeluarkan lembaran dolar pada Azzam. "Ini tiga ratus dollar. Seperti kesepakatan kita satu harinya lima puluh dollar." "Terima kasih." Azzam menerima uang itu sambil tersenyum. "Nanti kuitansinya menyusul ya. Nah, sekarang bisa membantu saya?" 14 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Baiklah, sekarang masalah bantu membantu. Bukan bisnis. Saya ingin murni membantu, jadi saya tidak akan mengharapkan apapun dari Mbak." "Tapi aku tadi sudah bilang akan memberi hadiah spesial." "Itu tak penting. Karena waktunya sudah mepet yang paling penting saat ini adalah mencari bumbu untuk ikan bakar itu dan untuk sambalnya. Bumbu yang masih tersisa dari Nasi Timlo tidak mencukupi. Di tempat saya juga sudah tidak ada lombok satu bijipun." Jawab Azzam. "Kalau begitu sekarang juga kita berangkat mencari apa yang Mas butuhkan. Sebentar aku panggil Pak Ali dulu, ia lebih paham seluk beluk Alexandria." Sahut Eliana bersemangat. Gadis itu langsung menghubungi Pak Ali dengan telpon genggamnya. "Kita diminta ke depan. Kebetulan Pak Ali sudah ada di mobil. Memang tadi saya berpesan akan pergi setelah shalat Maghrib. Ayo kita berangkat!" Kata Eliana usai menelpon. "Sebentar. Apa tidak sebaiknya Mbak shalat Maghrib dulu kalau belum shalat?" “Aduh, shalat lagi, shalat lagi. Shalat itu gampang!" "Lho jangan meremehkan shalat dong Mbak. Kalau bak belum shalat mending Mbak shalat saja. Biar saya dan Pak Ali saja yang belanja." "Tidak, saya harus ikut. Tidak tenang rasanya kalau saya tidak ikut. Tentang shalat yang Mas Khairul ributkan itu tenang saja Mas. Aku memang sedang tidak shalat. Kalau shalat malah dosa. Tahu sendiri kan perempuan ada saat-saat dia tidak boleh shalat. Ayo kita berangkat. Kita harus cepat, waktunya sempit!" "Kalau begitu ayo." Azzam bangkit. 15 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Mereka berdua berjalan tergesa ke luar hotel. Tepat di depan pintu hotel Pak Ali telah menunggu dengan mobil BMW hitam. Petugas hotel membukakan pintu mobil. Azzam duduk di depan, di samping Pak Ali dan Eliana duduk di bangku belakang. Eliana memberi instruksi kepada Pak Ali agar membawa ke kedai penjual bumbu secepat mungkm. Pak Ali langsung tancap gas melintas di atas El Ghaish Street menuju ke arah pusat perbelan-jaan di kawasan El Manshiya. Azzam menikmati perjalanan itu dengan hati nyaman dan bahagia. Meskipun sebenarnya ia sangat lelah, namun rasa bahagia itu mampu mengatasi rasa lelahnya. Entah kenapa ia merasa malam itu terasa begitu indah. Berjalan di sepanjang jalan utama Kota Alexandria dengan mobil mewah bersama seorang Putri Duta Besar yang pualam. Ia merasa kebahagiaan itu akan sempurna jika mobil BMW itu adalah miliknya, ia sendiri yang mengendarainya dan Eliana duduk di sampingnya sebagai isterinya dengan busana Muslimah yang anggun memesona. "Hayo, Mas Insinyur melamun ya?" Suara Eliana mengagetkan lamunannya. "E ti. . tidak! Saya hanya takjub dengan suasana malam kota ini. Dan saya bertanya kapan bisa memiliki mobil semewah ini, dan mengendarainya bersama isteri di kota ini?" Jawab Azzam sedikit gugup. "Wah impian Mas Insinyur tinggi juga ya? Saya yakin jarang ada orang yang bermimpi seperti Mas. Anak muda Indonesia yang punya impian mengendarai mobil BMW saya rasa tidak banyak. Apalagi yang bermimpi mengendarainya bersama isterinya di kota ini. Jangankan bermimpi seperti itu, BWM saja mungkin ada yang belum tahu apa itu dan ada yang belum pernah lihat bentuknya. Lha bagaimana bisa bermimpi? Bahkan, mungkin di antara anak muda Indonesia, terutama di daerah terbelakang masih ada yang beranggapan bahwa BMW itu merk sepeda, sejenis dengan BMX." Azzam tersenyum mendengar komentar Eliana. Komentar yang baginya terasa memandang rendah anak muda Indo16 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I nesia. Tapi dulu saat ia masih di Madrasah Aliyah dan menga dakan camping dakwah di ujung tenggara Wonogiri, ia bertemu dengan jenis anak anak remaja dan anak muda yang masih sangat terbelakang cara berpikirnya. Mereka merasa cukup dengan hanya lulus SD saja. Bahkan banyak yang tidak lulus SD. Mereka lebih suka mencari kayu bakar di hutan. Atau menggembalakan kambing di hutan. Mimpi mereka adalah bagaimana dapat kayu bakar yang banyak. Atau kambing mereka cepat beranak pinak. Itulah mimpi anak-anak muda yang ada dipedalaman daratan pulau Jawa. Ia bayangkan bagaimana dengan yang berada di tengah hutan Kalimantan dan Papua? Mereka yang berpikiran memakai baju yang layak saja belum. Yang untuk menjamah mereka saja harus menem puh perjalanan yang sangat sulit. Ia langsung membandingkan mereka dengan anak muda seperti Eliana yang sudah selesai kuliah di Prancis di usia yang masih belia. Sudah pernah merasakan tidur di hotel paling mewah di Eropa. Sudah pernah debat dengan Sekjen Liga Arab dengan bahasa Inggris yang fasih. Alangkah jauh bedanya. "Ya, yang kau katakan mungkin ada benarnya. Memang tidak banyak dari mereka yang memiliki impian tinggi." Komentarnya ringan. Dalam hati Azzam menambah, "Apalagi yang bermimpi bisa menyunting Putri Dubes yang sekuler seperti dirimu dan bisa menjadikannya Muslimah yang baik pastilah sangat sangat sedikit jumlahnya." "Karena pemudanya tidak banyak yang punya impian tinggi dan besar itulah, maka Indonesia tidak maju-maju. Kalau yang kau impikan selama ini apa Mas? Bukan yang tadi lho. Yang selama ini kau impikan." Tanya Eliana. "Kira-kira apa, coba, kau bisa tebak tidak?" Sahut Azzam. "Mm... mungkin mendirikan pesantren." “Salah.” “Terus apa?" Jadi orang paling kaya di pulau Jawa he he he..." 17 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Wow...gila! It's great dream, man! Tak kuduga Mas Khairul punya impian segede itu. Impian yang aku sendiri pun tidak menjangkaunya. Gila! Boleh... Boleh! Kali ini aku boleh salut pada Mas Khairul." BMW itu terus melaju dengan tenang dan elegan. Beberapa menit kemudian mobil itu berhenti di depan kedai penjual bumbu-bumbu di El Hurriya Street. Dengan cepat dan cermat Azzam membeli bumbu. Azzam tidak lupa mengajak ke kedai penjual sayur-mayur. "Untung saya ingat, ikan bakar itu harus ada lalapannya." Kata Azzam pada Eliana. Ia bergegas masuk ke kedai penjual sayur mayur dan membeli ketimun, kubis, dan tomat untuk dibuat lalapan. Setelah itu mereka meluncur kembali ke hotel dengan perasaan lega. Dan yang paling lega tentu saja Eliana. Jika bahan baku telah didapat, bumbu telah didapat, dan koki yang akan menggarap bisa diandalkan, apakah tidak layak baginya untuk merasa lega. Dalam perialanan ke hotel, Pak Ali memilih menelusuri El Hurriya Street. Terus ke arah timur laut. Mereka me-lewati Konsulat Amerika Serikat. Terus melaju tenang. Sampai di kawasan Ibrahimiya sebelum Sporting Club belok kiri. Lalu belok kanan melaju di El Amir Ibrahim Street. Dari dalam mobil, Azzam melihat trem listrik yang penuh penumpang. Kereta itu melaju ke arah El Manshiya. Gadis-gadis Mesir tampak berdiri di dalam trem. Tangan kanan mereka menggenggam erat pegangan seperti gelang, sedangkan tangan kiri mereka memegang buku. “Sepertinya gadis-gadis itu baru pulang dari kampus ya." Eliana kembali membuka suara. Eliana seperti tahu apa yang diperhatikan Azzam. "Iya." Pelan Azzam. “Gadis Mesir itu cantik-cantik ya. Langsing langsing." "Iya." 18 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Tapi saya lihat kalau sudah jadi ibu-ibu kok gemuk gemuk sekali ya?" “Iya. Setahu saya memang adat di Mesir itu seorang suami malu kalau isterinya tidak gemuk. Malu dianggap tidak bisa memberi makan dan tidak bisa mensejah-terakan isterinya." "Aneh. Apa sejahtera itu berarti harus gemuk?" "Tidak juga. Ada juga kan orang merana, orang stres malah gemuk. Tapi masyarakat Mesir modern agaknya sudah mulai meninggalkan adat itu. Kita juga mudah menemui ibuibu Mesir yang tetap langsing." “Ngomong-ngomong apa Mas Insinyur punya impian menikah dengan gadis Mesir?" "Menikah dengan gadis Mesir?" Spontan Azzam mengulang pertanyaan Eliana. "Iya. Pernah terbersit dalam hati?” "Pernah." "Punya kenalan gadis Mesir?" “Punya." “Cantik?” “Pasti.” "Wow. Tak kusangka. Mas Insinyur ternyata benar-benar pemuda berselera tinggi. Eh Mas, jujur ya, kalau gadis seperti diriku ini menurut Mas cantik tidak?" Muka Azzam memerah mendengar pertanyaan itu. Seandainya ada cahaya yang terang pasti perubahan wajahnya akan tampak. Namun keadaan malam itu menutupi perubahan wajahnya. Ia sama sekali tidak menduga akan mendapat perta nyaan seperti itu. Tiba tiba rasa tinggi hatinya muncul. Ia tidak mau mengakui begitu saja kecantikan Putri Duta Besar itu. Ia tidak mau menyanjungnya sebagaimana orang-orang banyak me-nyanjungnya. 19 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Kok diam Mas? Bagaimana Mas, orang seperti aku ini menurut Mas cantik tidak?" Eliana kembali mengulang perta nyaannya. "Bilang aja cantik! Gitu aja kok mikir!" Sahut Pak, Ali sambil terus berkonsentrasi menjalankan mobil ke arah El Ghaish Street. Sebentar lagi mereka sampai. “Jangan dipengaruhi Pak. Biar dia jujur menilainya. Cantik tidak?" Tanya Eliana ketiga kalinya. “Tidak! " Jawab Azzam sambil tersenyum. Azzam lalu memandang bulan purnama yang bersinar terang di atas laut. Purnama itu seolah tersenyum dan bertasbih bersama bintang-bintang dan angin malam. Azzam tak mau tahu apa perasaan Eliana saat itu, yang penting ia merasa menang. "Ah. Kau tidak jujur itu Mas! Ayo jujur sajalah!" Protes Pak Ali dengan suara agak keras. Azzam hanya tersenyum. Dan diam. Cukup dengan diam ia sudah menang. Dan Eliana pun diam. Ia belum menemukan kata -kata yang tepat untuk bicara. Maka ia memilih diam. Sesaat lamanya Azzam dan Eliana saling diam. Mobil terus bergerak ke depan. Tak terasa mereka sudah sampai di halaman Hotel El Haram. 20 Ilyas Mak’s eBooks Collection
2 TEKAD BERAJUT DOA Acara makan malam itu berlangsung di sebuah taman yang terletak di garis Pantai El Muntazah. Sebuah pantai yang terkenal keindahannya di Alexandria. Azzam sama sekali tidak bisa menikmati acara itu, sebab ia sibuk mempersiapkan ikan bakar permintaan khusus Bapak Duta Besar, ayah Eliana. Azzam yang ingin istirahat di malam terakhir merasa tidak bisa istirahat. Ia yang sedikit ingin merasakan nuansa romantis di El Muntazah yang sangat terkenal itu sama sekali tidak bisa merasakannya. Azzam membakar semua ikan yang dibeli Pak Ali. Ia meracik bumbu sedetil mungkin. Ia minta Pak Ali membantunya mengipasi arang agar terjaga baranya, sementara ia membuat sambalnya. Akhirya ia bisa menghidangkan kan bakar keii nginan itu ke hadapan dua orang Duta Besar, yaitu ayah
Habiburrahman El Shirazy Eliana, Duta Besar Indonesia untuk Mesir dan kawannya Duta Besar Indonesia untuk Turki. Dua Duta Besar itu duduk di tempat terpisah dari staf KBRI yang lain. Mereka memang ingin bernostalgia berdua saja. Di hadapan mereka ada satu nampan berisi nasi panas yang masih mengepulkan asap. Nampan berisi ikan bakar. Dua piring kecil berisi sambal. Dua piring agak besar berisi lalapan. Lalu dua mangkok berisi air untuk cuci tangan. Dan dua piring besar yang masih kosong. Azzam mempersilakan keduanya untuk menikmati hidangan itu. "Terima kasih Mas ya." Kata Pak Alam, ayah Eliana pada Azzam. Azzam tersenyum dan mengangguk dengan ramah sambil sekali lagi mempersilakan untuk menyantap. Ia lalu minta diri. "Hidangan ikan bakar ini untuk mengingatkan masamasa kita belajar di Jogja dulu. Meskipun kita ada di Alexandria, tapi ini saya siapkan ikan bakar seperti yang kita rasakan di Parangtritis dulu." Kata Pak Alam. "Wah sungguh tidak rugi aku berkunjung ke Mesir menjenguk teman lama. Sungguh, aku merasa sangat terhormat menerima surprise ini." Sahut Pak Juneidi dengan senyum mengembang. "Ayo langsung saja Pak Jun. Mencium baunya sudah tidak sabar rasanya perut ini. Ayo kita pulu'an pakai tangan saja rasanya lebih nikmat." Kata Pak Alam sambil mengambil satu piring yang kosong dan mengisinya dengan nasi. Lalu ia mencuci tangan kanannya ke dalam mangkok berisi air dan jeruk nipis. “Ya benar Pak Alam. Pulu'an dengan tangan memang lebih nikmat." Tukas Pak Juneidi seraya melakukan hal yang sama. Dua Duta Besar itu langsung asyik bernostalgia sambil menikmati ikan bakar buatan Azzam. Dari jauh Azzam melihat dengan mata puas. Ia lalu duduk melihat sekeliling. Di sisi yang lain tak jauh dari dua Duta Besar itu staf KBRI sedang 22 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I berpesta bersama beberapa orang mahasiswa dan rombongan Penari Saman yang didatangkan dari Aceh. Ia melihat Eliana ada di tengah tengah mereka. Eliana duduk berbincangbincang dengan seseorang yang sangat ia kenal. Orang yang berbincang dengan Eliana adalah Furqan. Teman satu pesawat saat datang ke Mesir dulu. Ada sedikit bara memercik dalam dadanya, namun ia redam segera. Ia merasa tidak pada tempatnya ia merasa cemburu. Eliana itu siapa? Bukan siapasiapanya. Melihat Furqan yang selalu dalam posisi begitu terhormat, Azzam tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Bahwa ada rasa iri. Iri ingin seperti dia. Rasa itu begitu halus masuk ke dalam hatinya. Dulu ia dan Furqan satu pesawat. Lalu selama satu tahun satu rumah. Tahun pertama di Mesir ia naik tingkat dengan nilai lebih baik dari anak konglomerat Jakarta itu. Bahkan Furqan sering bertanya padanya tentang kosa kata bahasa Arab yang musykil saat membaca diktat. Tapi kini, teman lamanya sudah hampir selesai S.2-nya di Cairo University. Dan ia sendiri S.1 saja masih juga belum luluslulus, apalagi S.2. Furqan lebih dikenal sebagai intelektual muda yang sering diminta menjadi nara sumber di pelbagai kelompok kajian, sedangkan dirinya lebih dikenal sebagai penjual tempe, pembuat bakso dan tukang masak serba bisa, namun tidak juga lulus ujian. Azzam menghela nafas panjang. Ia lalu berdiri mencaricari Pak Ali. Ia menengok ke kanan dan ke kiri mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun tak juga ia temukan Pak Ali. Ia sendirian. Hendak bergabung dengan staf KBRI itu rasanya canggung. Mereka sudah memulai acara dua puluh menit yang lalu. Ia memutuskan untuk menikmati kesendiriannya itu. Untung ia tadi sempat mengambil sepiring nasi dan satu ikan untuk dicicipi. Dan sambil duduk Azzam mulai menyantap ikan bakar itu. Perutnya sudah sangat lapar. Ia makan dengan lahap sendirian, sambil menatap bulan dan bintang bintang. Tiba-tiba ia teringat ibu dan ketiga adiknya di Indonesia. 23 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Mereka pasti sedang tidur nyenyak di sana. Ibu mungkin sedang berdoa dalam shalat malamnya." Lirihnya pada diri sendiri sambil membayangkan wajah ibunya dalam balutan mukena putih dengan mata berkaca -kaca. Ada keharuan yang tiba-tiba menyusup begitu saja ke dalarn dadanya. Kalaulah ia harus jujur, maka impiannya yang paling tulus adalah segera pulang ke Tanah Air bertemu dengan ibu dan adik-adiknya. Tak ada impian yang lebih kuat dalam jiwanya melebihi itu. Namun akal sehatnya selalu menahan agar impiannya itu tidak sampai meledak dan melemahkannya. Adalah wajar bagi seseorang yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu keluarganya dan mengharap bertemu keluarga nya. Namun jika dengan sedikit kesabaran pertemuan itu akan menjadi lebih bermakna kenapa tidak sedikit bersabar. Ia bisa saja mengusahakan pulang. Tapi kuliahnya belum tuntas dan adikadiknya masih memerlukan dirinya untuk bekerja keras. Ia tidak ingin menyerah pada kerinduan yang menjadi penghalang kesuksesan. Ia ingin adik-adiknya sukses, dirinya sukses. Semua sukses. Gambaran masa depan jelas. Baru ia akan pulang. "Mas Khairul, pulang yuk!" Suara itu mengagetkannya. Ia menengok ke asal suara. Pak Ali telah berdiri di samping kanannya. nya. "Dari mana saja Pak Ali? Saya cari-cari dari tadi." Sapa"Aduh Mas, perutku sakit. Aku habis dari toilet. Yuk kita pulang ke hotel yuk. Kayaknya aku harus segera istirahat nih." "Lha Pak Ali tidak menunggu Pak Dubes. Nanti kalau Pak Dubes mencari bagaimana? Terus kalau saya pulang yang membereskan barang-barang siapa?" “Tenang. Aku sudah tidak ada tugas malam ini. Pak Dubes nanti biar disopiri Pak Amrun. Terus barang barang biar diurus sama Mbak Eliana. Aku sudah bicara dengan Mbak Eliana. Katanya kita pulang tak apa-apa. Apalagi seba24 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I gian mereka mau begadang sampai Dubes dan kawannya dari Turki.” pagi. Termasuk Pak “Baik kala u begitu. Saya juga sudah letih. Terus kita pulang pakai apa Pak Ali?" "Gampang. Yang penting sama Pak Ali beres deh. Kita pulang pakai taksi biar aku yang bayar." "Ya sudah kalau begitu. Ayo." Dua orang itu bergegas ke luar ke jalan lalu meluncur ke hotel dengan taksi. Dalam perjalanan ke hotel Azzam lebih banyak diam. Ia hanya bicara jika Pak Ali bertanya. Azzam masih terbayang-bayang oleh wajah ibu dan adik-adiknya. "Kalau boleh tahu berapa umurmu Mas Khairul?" "Dua puluh delapan Pak." "Kalau aku perhatikan, gurat wajahmu lebih tua sedikit dari umurmu. Kayaknya kau memikul sebuah beban yang lumayan berat. Aku perhatikan kau lebih banyak bekerja daripada belajar di Mesir ini. Boleh aku tahu tentang hal ini?" "Ah Pak Ali terlalu perhatian pada saya. Saya memang harus bekerja keras Pak. Bagi saya ini bukan beban. Saya tidak merasakannya sebagai beban. Meskipun orang lain mungkin melihatnya sebagai beban. Saya memang harus bekerja untuk menghidupi adik adik saya di Indonesia. Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jalan. Maka satu-satunya jalan adalah saya harus bekerja keras di sini. Jadi itulah kenapa saya sampai jualan tempe, jualan bakso, dan membuka jasa katering." Pak Ali mengangguk-angguk sambil membetulkan letak kaca matanya mendengar penuturan Azzam. Ada rasa kagum yang hadir begitu saja dalam hatinya. Anak muda yang kelihatannya tidak begitu berprestasi itu sesungguhnya memiliki prestasi yang jarang dimiliki anak muda seusianya. 25 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adikadikmu di Indonesia. Aku sangat salut dan hormat padamu Mas. Sungguh. Ketika banyak mahasiswa yang sangat manja dan menggantungkan kiriman orangtua, kau justru sebaliknya. Teruslah bekerja keras Mas. Aku yakin engkau kelak akan meraih kejayaan dan kegemilangan. Teruslah bekerja keras Mas, setahu saya yang membedakan orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil adalah kerja keras. Dan nanti kalau kau sudah sukses jagalah kesuksesan itu. Setahu saya, dari membaca biografi orangorang sukses, ternyata hal paling berat tentang sukses adalah menjaga diri yang telah sukses agar tetap sukses." "Terima kasih Pak Ali. Tapi saya minta Pak Ali tidak menceritakan apa yang barusan saya ceritakan pada Pak Ali kepada orang lain. Saya tidak mau itu jadi konsumsi banyak orang. Biarlah masyarakat Indonesia di Cairo tahunya saya adalah mahasiswa Al Azhar yang tidak lulus-lulus karena lebih senang bisnis tempe, bakso dan katering. Itu bagi saya sudah cukup membuat nyaman. Janji Pak ya?" "Ya, saya janji." Tak terasa taksi sudah sampai di depan hotel. Azzam turun. Pak Ali membayar ongkos taksi lalu menyusul turun. “Perutnya masih sakit Pak?" "Ya. Masih terasa. Aku rasa aku harus segera ke toilet. O ya Mas Khairul, kau langsung ingin istirahat?" "Iya Pak, saya merasa letih banget." “Baiklah. O ya, bagaimana kalau besok habis shalat subuh kita ngobrol-ngobrol sambil jalan-jalan di sepanjang pantai. Semoga saja sakit perutku sudah sembuh." "Wah dengan senang hati Pak." "Kalau begitu nanti kalau kau mau shalat subuh aku dibel ya. Kita subuhan di masjid bersama. Dari masjid kita langsung jalan jalan. Aku akan memberimu cerita yang indah. Kau pasti senang mendengarnya." 26 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Baik Pak. Man Pak, assalamu 'alaikum." Kata Azzam. "Wa'alaikumussalam. Sampai ketemu besok." Jawab Azzam bergegas menuju lift, sementara Pak A menuju li toilet. Hotel itu masih ramai. Beberapa orang masih asyik ngobrol di lobby hotel. Dua orang lelaki kulit putih tampak sedang serius berbicara dengan orang Arab berjubah putih. Dari caranya memakai kafayeh tampaknya ia orang teluk. Lourantos Restaurant yang terletak tak jauh dari lobby juga ramai dengan pengunjung. Sampai di kamar Azzam langsung merebahkan badannya. Ia tinggal menunggu mata terpejam. Telpon di kamarnya berdering. Ia sangat tidak menginginkan telpon itu. Ia paksakan untuk bangkit dan mengangkat-nya. Dari Eliana. “Hei Mas Insinyur, kok sudah pulang sih?" Suara dari gagang telpon. "Iya, diajak Pak Ali yang sakit perut. Saya juga sudah letih.” “Seharusnya kalau mau pulang bilang-bilang dong. Terima kasih ya, ikan bakarnya mantap. Pak Juneidi puas banget. O ya sebetulnya aku mau kasih hadiah spesialnya lho. Tapi Mas Insinyur keburu pulang sih?" "Hadiahnya apa?" "Mau tahu?" “Iya." "Ciuman spesial dariku." “Apa? Ciuman spesial?" "Yes." "Ciuman spesialnya Mbak Eliana itu ciuman yang bagaimana?" "French kiss, ciuman khas Prancis." 27 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Mbak mau menghadiahi aku ciuman khas Prancis? Ah yang benar saja?" "Benar, sungguh! Tapi Mas Khairul keburu pulang sih. Jadi sorry dech ya." "Ah Mbak jangan menggoda orang miskin dong." "Saya tidak menggoda, serius. Saya sungguh sungguh mau memberi Mas Khairul ciuman itu tadi, sayang Mas keburu pulang.” “Alhamdulillah. Untung saya keburu pulang." "Lho kok malah merasa untung." “Iya soalnya jika dapat ciuman khas Prancis dari Mbak, bagi saya bukanlah jadi hadiah, tapi jadi musibah!’ "Jadi musibah?” “Iya.” "Dapat French kiss dariku bagimu jadi musibah!?" "Iya." "Serius!? Nggak bercanda kan!?" "Serius! Sangat serius!" "Bisa dijelaskan kenapa jadi musibah?" "Penjelasannya panjang, besok saja! Yang jelas perlu Mbak ingat baik-baik saya bukan orang bule! Sudah ya, saya harus istirahat. Maaf!" Azzam memutus pembicaraan dan meletakkan gagang telponnya sambil mendesis kesal, "Dasar perempuan didikan Prancis tidak tahu adab kesopanan. Sudah tahu aku ini mahasiswa Al Azhar mau disamakan sama bule saja! Sinting kali!" Telpon di kamarnya berdering lagi. Ia biarkan saja. Tidak ia sentuh sama sekali. Ia yakin itu telpon dari Eliana yang mungkin sedang emosi atau penasaran. Telpon itu berdering28 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dering sampai mati. Azzam mengambil air wudhu . Membaca doa. Mengecilkan AC . Dan siap untuk tidur. Telpon di kamarnya kembali berdering. Ia sedang membaca A Kursi. yat Sama sekali ia tidak bergeming dari tempat tidumya. Telpon itu terus berdering sampai akhirnya mati sendiri. Ia tak perlu mengangkatnya, toh jika umur masih panjang besok bisa bertemu dan berbicara panjang lebar kenapa hadiah ciuman itu baginya adalah musibah. Sementara di El Muntazah, Eliana tampak gusar dan geram. Berani-beraninya pemuda itu memutus pembicaraan begitu saja. Dan berani-beraninya ia memandang sebelah mata terhadap dirinya. Pikirnya. Baru kali ini ia tidak dianggap bahkan diremehkan oleh seorang pemuda. Yang membuatnya geram kali ini yang meremehkannya justru orang yang sama sekali tidak diperhitungkannya. "Dasar pemuda kampungan kolot! Pemuda konservatif! Pemuda bahlul bin tolol! Awas nanti ya!" Geramnya. Orang-orang yang memperhatikan tingkah Eliana itu jadi bertanya-tanya. Ada apa dengan Putri Pak Duta Besar itu? Siapa pemuda yang dikatakannya kolot itu? Siapa pemuda yang diumpatnya itu? *** Selesai membaca Ayat Kursi Azzam tidak bisa langsung tidur. Ia merasa ada yang salah hari ini. Yang salah itu adalah rasa tertariknya pada anak Pak Dubes dan harapannya yang tidak-tidak padanya. Setelah sembilan tahun, baru kali ini hatinya tertarik pada seorang gadis. Dulu waktu di pesantren, waktu di Madrasah Aliyah ia pernah merasa suka pada seorang santriwati yang di matanya sangat memesona. Namanya Salwa. Selain Wajahnya yang menurutnya bagai bidadari suaranya sangat merdu. Santriwati dari Pati itu menjuarai MTQ tingkat Jawa Tengah. Namun ia hanya bisa memendam rasa sukanya itu dalam h Sebab ia ati. tahu, Salwa sudah dipinang oleh putra sulung Pengasuh 29 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Pesantren, Gus Mifdhal. Setelah itu ia tidak mau membuka hatinya lagi. Yang ia heran, entah kenapa ketika mendengar prestasiprestasi Putri Pak Dubes itu hatinya merasakan sesuatu yang lain. Ia mengagumi gadis itu. Dan ketika melihat wajahnya ia semakin kagum. Lalu ketika ia baru sedikit dekat saja sudah merasakan apa yang dulu ia rasakan terhadap Salwa. Ia harus mengakui ia jatuh cinta pada Eliana dan berharap yang tidaktidak. Ia sendiri heran, kenapa? Padahal ini bukan kali pertama ia bertemu dengan gadis cantik. Ia sering membantu bapak-bapak pejabat KBRI dan sering bertemu dengan anak gadis mereka yang sebenarnya tidak kalah jelitanya. Tapi ia merasa biasa biasa saja. Ia bahkan pernah umrah dan membimbing jamaah dari Jakarta. Di antara jamaah itu ada seorang foto model yang masih kuliah di Jakarta. Namanya Vera. Foto model cantik itu kelihatannya tertarik padanya. Sebab setelah Vera kembali ke Jakarta sering menelpon dirinya dan mengirimnya paket. Namun ia sama sekali tidak tertarik padanya. Kini Vera sudah jadi bintang sinetron. Dan ia juga tidak minta sedikit pun untuk sekadar menyapanya. Ia sama sekali tidak tertarik dengan foto model itu karena gaya hidupnya yang ia anggap tidak sejalan dengan jiwanya. Dan cara berpakaiannya yang menurutnya kurang santun meskipun sudah berulang kali umrah dan naik haji. Dalam hati ia berkata dengan tegas, "Cantik iya. Tapi kalau tidak bisa menjaga aurat, tidak memiliki rasa malu, tidak memakai jilbab, tidak mencintai cara hidup yang agamis, berarti bukan gadis yang aku idamkan!" Standar dia untuk calon isteri minimal adalah Salwa. Dan standar itu tidak pernah ia turunkan. Tapi entah kenapa saat bertemu Eliana yang cara berpakaian dan cara hidupnya, menurutnya, tidak berbeda dengan Vera hatinya bisa luluh. Kenapa ia menurunkan standar yang telah bertahun-tahun ia jaga. Bahwa calon isterinya, minimal adalah perempuan yang berjilbab rapat, bisa membaca Al-Quran dan pernah mengecap kehidupan pesantren. 30 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Dan betapa menyesalnya dirinya begitu menurunkan standar ternyata yang ia dapatkan adalah kehinaan. Akal sehatnya menggiringnya untuk kecewa pada Eliana. Kecewa karena ia merasa sudah bisa meraba cara hidup Eliana. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Putri Pak Dubes itu saat kuliah di Prancis. Sudah berapa lelaki bule dan tidak bule yang berciuman bibir dengannya. Dan ia ditawari untuk jadi lelaki ke sekian yang berciuman dengannya. Ini jelas berten-tangan dengan apa yang ia jaga selama ini. Yaitu kesucian. Kesucian jasad, kesucian jiwa, kesucian hati, kesucian niat, kesucian pikiran, kesucian hidup dan kesucian mati. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa berdosa. Ia merasa berdosa dan jijik pada dirinya sendiri yang begitu rapuh, mudah terperdaya oleh tampilan luar yang menipu. Ia jijik pada dirinya sendiri yang ia rasa terlalu cair pada lawan jenis yang belum halal baginya. Ia heran sendiri kenapa jati dirinya seolah pudar saat berhadapan atau berdekatan dengan Eliana. Apakah telah sedemikian lemah imannya sehingga kecantikan jasadi telah sedemikian mudah menyihir dirinya. Ia beristighfar dalam hatinya. Berkali-kali ia meminta ampun pada Dzat yang menguasai hatinya. Azzam meratapi kekhilafannya dan memarahi dirinya sendiri. Dalam hati ia bersumpah akan lebih menjaga diri, dan hal yang menistakan seperti itu tidak boleh terjadi lagi. Ia juga bersumpah untuk segera menemukan orang yang tidak kalah hebatnya dengan Eliana, tapi berjilbab rapat, salehah, bisa berbahasa Arab dan berbahasa Inggeris dengan fasih. Kalau terpaksa gadis itu harus orang Mesir tak apa. Yang jelas rasa terhinanya harus ia sirnakan. Ia harus menemukan kembali kehormatannya sebagai seorang Azzam yang memiliki harga diri. Meskipun masyarakat Indonesia di Mesir mengenalnya hanya sebagai tukang masak atau penjual tempe, tapi harga diri dan kesucian diri tidak boleh diremehkan oleh siapapun juga. Ia yakin akan mendapatkan isteri yang lebih jelita dari Eliana, dan lebih baik darinya. Ia yakin. Itu tekadnya. Ia ulang-ulang tekad itu dalam hatinya. Ia rajut dengan doa. Ia bawa tekad itu ke dalam 31 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tidurnya. Ke dalam mimpinya. Dan ke dalam alam bawah sadarnya. 32 Ilyas Mak’s eBooks Collection
3 BIDADARI DARI DAARU QURAN Azzam bangun dua puluh menit sebelum azan Subuh berkumandang. Ia masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. Setelah itu ia mengambil air wudhu. Ia teringat belum shalat Witir. Ia sempatkan untuk Witir tiga rakaat. Selesai shalat ia sempatkan untuk nyebut-nyebut ibu dan adikadiknya dalam munajat. Azan Subuh berkumandang. Ia bangkit membuka gorden kamarnya. Jalan utama Kota Alexandria masih lengang. Hanya satu dua mobil yang berjalan. Kabut tipis tampak rata menyelimuti gedung gedung. Kaca jendela sedikit mengembun. Udara di luar berarti dingin. Alexandria memang sedang memasuki peralihan musim. Peralihan dari musim dingin ke musim semi. Sisa-sisa musim dingin masih terasa. Saat Subuh tiba udara masih
Habiburrahman El Shirazy menyengatkan hawa dinginnya. Dalam kondisi seperti itu melingkarkan tubuh di tempat tidur dengan kehangatan selimut tebal terasa sangat nyaman. Lebih nyaman daripada bangkit menuju masjid. Hayya 'alash shalaah. Hayya 'alash shalaah. Hayya 'alal falaah. Hayya 'alal falaah. Ash shalaatu khairun minan nauum. Ash shataatu khairun minan nauum. Suara azan menggema, memantul dari gedung ke gedung. Menyusup masuk ke rumah-rumah menggugah jiwa jiwa yang lelap. Suara itu nyaring bagaai burung camar, terbang ke tengah laut. Dan mencumbui laut dengan mesra. Shalat itu lebih baik dan tidur. Shalat itu lebih baik dari tidur. Allahu akbar Allahu akbar. Laa ilaaha illallah. Suara suci itu bergerak dengan lembut dan cepat. Menyapa alam. Menyapa pasir-pasir di pantai. Menyapa kerikil-kerikil. Menyapa aspal. Menyapa pohon-pohon kurma. Menyapa embun-embun.Menyapa ombak yang berdesir. Menyapa gelombang yang naik turun. Menyapa kabut yang lembut. Menyapa udara. Menyapa, alam semesta. Menyapa apa saja. Semuanya menjawab. Semuanya shalat. Semuanya menyucikan dan mengagungkan asma Allah. Semuanya bertakbir kecuali yang tetap tidur. Seolah mengiringi takbir alam di pagi itu, bibir Azzam bergetar mengucap takbir menjawab azan. Dengan tenang ia melangkahkan kedua kakinya meninggalkan hotel yang masih lengang. Sampai di masjid ia mendapati Pak Ali yang sedang sujud di shaf depan. Azzam shalat Tahiyatul Masjid. Lalu sha34 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I lat Qabliyah Subuh. Sambil menunggu imam berdiri di mihrabnya ia mengulang-ulang doa Nabi Yunus. Doa yang telah menyelamatkan Nabi Yunus dari kegelapan di perut ikan. Doa yang mampu menurunkan kasih sayang Tuhan. Doa yang mampu mendatangkan keajaiban-keajaiban. Doa yang nikmat dilantunkan dan terasa sejuk di hati dan pikiran. Laa ilaaha illa anta. Subhanaka inni kuntu minadzdzaalimiin. Orang-orang Mesir berdatangan.Ada dua puluhan orang. Seorang lelaki separo baya dengan jenggot yang telah memutih sebagian, maju ke depan. Shalat Subuh didirikan. Sang imam membaca surat An Najm. Azzam larut dalam penghayatan. Orang Mesir yang shalat di samping kanannya menangis sesenggukan. Bacaan sang imam memang menyentuh perasaan. Apalagi orang Mesir biasanya paham makna ayat-ayat suci Al-Quran yang dibacakan. Azzam sendiri hanyut dalam keindahan ayat demi ayat yang dibaca sang imam. Hati dan pikirannya terbetot dalam tadabbur yang dalam. Ia merasakan seolah-olah Tuhan yang menurunkan Al-Quran mengabarkan kepadanya bagaimana Rasulullah menerima wahyu yang diturunkan. Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang ia ucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril) itu menampakkan diri dengan rupa yang asli.5 5 QS. An Najm (Bintang) [53]:1-6. 35 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ia seolah-olah terbetot masuk ke jaman kenabian. Seolaholah ia ikut serta menyaksikan Rasulullah Saw. menerima ayat-ayat suci AlQuran. Seolah-olah ia mendengar suara Jibril mendiktekan Al-Quran, sampai Rasulullah Saw. hafal tanpa keraguan. Seolah-olah ia mendengar bagaimana Rasulullah Saw. Mengajarkan Al-Quran kepada sahabat sahabatnya yang selalu haus hikmah dan ilmu pengetahuan. Ayat demi ayat dibaca sang irnam. Orang Mesir di samping kanannya terus sesenggukan. Pikiran dan hatinya masih larut dalam tadabbur dan penghayatan. Surat An Najm mem buatnya merinding ketika menguraikan untuk apa Islam ditu runkan. Demi kebahagiaan manusia dan alam semesta Islam diturunkan. Tuhan menurunkannya dengan segenap cinta dan kasih sayang-Nya. Tak ada sedikit pun Tuhan memiliki keinginan mengambil keuntungan dari makhluk-Nya. Allah yang menggenggam langit dan bumi serta isinya sama sekali tidak membutuhkan makhlukmakhluk-Nya. Justru makhluk-makhluk-Nyalah yang membutuhkan Allah, Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Penyayang. Allah memberi kebebasan seluasluasnya kepada makhluk makhluk-Nya untuk memilih berbuat baik atau kejahatan. Semua ada balasannya masing-masing. Adil. Tak ada kezaliman. Setiap orang mengetam apa yang ia tanam. Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya. Dia memberi balasan kepada orangorang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan memberi balasan keepada orang orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik. 6 *** Sambil menyenandungkan zikir pagi Azzam berjalan di atas pasir yang lembut. Ia berjalan di samping Pak Ali. Hari masih sangat pagi. Pantai Cleopatra masih sepi. Udara berkabut tipis. Desau angin laut yang berhembus terasa membelai 6 QS. An Najm (Bintang) [53]: 31 36 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dengan lembut relung-relung jiwa. Kedamaian yang nyaris sempurna. Tiga orang gadis Mesir dengan lari-lari kecil melintasi mereka berdua. Sambil berlari mereka bercanda bahagia. Tubuh mereka tertutup rapat celana training panjang dan kaos lengan panjang. Yang dua menutup kepala dengan jilbab Turki. Sedangkan yang satu membiarkan rambutnya tergerai diterpa angin ke sana kemari. Seorang di antara mereka menengok ke belakang. Sekilas Azzam menatap wajahnya. Putih bersih khas Mesir. Gadis itu langsung menarik wajahnya dan tertawa sambil terus berlari bersama dua temannya. Meskipun cuma melihat sekilas gadis Mesir itu tak kalah memesonanya dibanding Eliana. "Cantik ya Mas?" Suara Pak Ali menyadarkan Azzam bahwa ia tidak sedang berjalan sendirian. "Siapa Pak yang cantik?" Sahut Azzam. "Ya gadis Mesir itu, yang menengok dan menatap kamu." "Kalau gadis Mesir ya jangan ditanya lah Pak. Katanya kalau ada gadis Mesir tiga, maka yang cantik enam." Jawab Azzam santai. "Kok bisa. Tiga orang kok yang cantik enam." "Bayangannya juga cantik." "Wah kau ada-ada saja." "Saya kan cuma bilang katanya tho Pak. Katanya kan bisa benar bisa tidak." "Ngomong-ngomong cantik mana gadis tadi sama anaknya Pak Dubes, Eliana." Azzam terhenyak, tak mengira akan mendapat pertanyaan seperti itu dari Pak Ali. Entah mengapa ia sebenarnya sedang tidak ingin berbicara tentang Eliana. Sudah terlalu sering Eliana dijadikan topik pembicaraan di kalangan mahasiswa, putra maupun putri, juga kalangan masyarakat Indonesia. Baik di dalam KBRI maupun di luar KBRI. Azzam su37 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dah bosan, apalagi jika teringat kejadian tadi malam. Ia sama sekali sudah tidak tertarik dengan Eliana. "Apa tidak ada topik lain Pak, selain Eliana? Pagi-pagi begini sudah membahas Eliana. Eliana lagi, Eliana lagi." Pak Ali tersenyum mendengar jawaban Azzam. "Aku ingin menceritakan hal penting padamu. Untuk kebaikanmu." "Tentang Eliana?" "Bisa dikatakan tentang Eliana bisa juga dikatakan tidak." "Mendengar nama Eliana saja saya sudah bosan Pak” "Ah yang benar?" "Benar Pak, sungguh." "Mas, Bapak ini sudah makan asam garam lebih darimu. Bapak tidak bisa kau bohongi. Jujur saja Bapak sungguh mem perhatikanmu empat hari ini. Dan Bapak melihat kamu itu sesungguhnya sangat mengagumi Putri Pak Dubes itu. Bahkan bapak berani menyimpulkan kamu itu sebenarnya suka sama dia." "Berarti Bapak salah menganalisis dan salah menyimpulkan!" "Itu tak penting. Yang penting Bapak ingin memberi saran sama kamu. Ini serius, sebaiknya orang seperti kamu jangan jatuh cinta sama sekali pada Eliana, dan orang seperti kamu jangan sekalikali memimpikan isteri model Eliana. Itu saja! " Seketika Azzam menghentikan langkahnya. Karena ada larangan dalam saran Pak Ali ia menjadi terhenyak penasaran. Seperti Nabi Adam ketika dilarang makan buah Khuldi malah jadi penasaran. Dan begitulah manusia jika mendapat larangan seringkali reaksi yang pertama kali timbul adalah justru penasaran ingin tahu. Ada apa dilarang? Kenapa dilarang? "Memangnya kenapa Pak?" 38 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Pak Ali tersenyum mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Azzam. "Sudah kuduga, pasti pertanyaan itu yang akan langsung keluar. Kau pasti penasaran. Kenapa aku sarankan sebaiknya jangan memimpikan isteri model Eliana, alasan utamanya adalah agar kau tidak sengsara. Tidak hidup sia-sia. Agar kau bahagia! Aku melihat kau sama sekali tidak cocok jika punya isteri gadis model Eliana. Ya, dia cantik dan cerdas. Juga kaya. Anak pejabat. Tapi kebahagiaan rumah tangga tidak cukup hanya dengan memiliki isteri yang cantik, cerdas, kaya dan terhormat. Tidak. Akhir-akhir ini Eliana memang jadi buah bibir. Termasuk di kalangan mahasiswa Al Azhar. Baik putra maupun putri. Tidak sedikit yang aku lihat sangat tertarik pada Eliana. Meskipun mereka tahu bagaimana cara berpakaiannya yang terkadang tak kalah beraninya dengan artis Hollywood. Yang aku heran, bagaimana mungkin ada mahasiswa Al Azhar tertarik dengan gadis model itu. Mana Quran dan Hadis yang telah kalian pelajari? Dan aku lihat kamu sendiri sebenarnya juga terpikat kecantikan Eliana. Aku bisa melihat dan bahasa tubuhmu sorot matamu, dan getar suaramu. Kau boleh saja mengatakan bosan mendengar namanya. Tapi aku lebih tua darimu." "Tapi Eliana itu kalau pakai jilbab seperti ketika menjadi M.C. peringatan tahun baru hijriah tampak anggun dan cantik lho Pak?" "Lho, bisa bilang begitu kok mengingkari kalau tertarik pada Eliana. Ya, Nicole Kidman kalau pakai jilbab juga cantik. Eliana juga. Tapi kalau di diskotik tak kalah dengan penari perut. Kau mau punya isteri seperti itu!?" "Pak jangan membuka aib orang, jangan memfitnah orang dong!" Pak Ali malah tersenyum. "Kalau aku mengatakan si Tiara, mahasiswi Al Azhar yang biasa mengajar Al-Quran di Masjid SIC itu kala u di diskotik tak kalah dengan penari perut barulah aku memfitnah 39 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dia. Lha ini, orang Eliana sendiri bangga cerita ke manamana. Bahkan ia sudah cerita di website pribadinya. Ayahnya yang jadi Dubes itu juga bangga. Bahkan pernah meminta putrinya menunjukkan kebolehannya dihadapan diplomat-diplomat asing. Sampai ada seorang sutradara Mesir yang akan memintanya ikut main film. Kalau kemungkaran itu ditutup-tutupi saya akan berusaha ikut menutupi. Ini kemungkarannya malah dipropagandakan, dibangga -banggakan. Coba kau renungkan apakah ketika aku mewanti-wanti anak perempuanku agar tidak mencontoh Nicole Kidman yang sangat bangga tampil tanpa busana di sebuah pertunjukan teater di Inggris, aku katakan: 'jangan mengagumi orang yang suka bermaksiat terangterangan itu! ', apakah itu berarti aku memfitnah bintang Hollywood itu? Padahal berita perbuatan gilanya itu dimuat di koran koran dan internet di seluruh dunia." "Kok saya tidak pernah tahu hal-hal seperti itu ya Pak?" "Sebaiknya memang kamu tidak tahu yang begitu-begitu. Kalau tahu nanti malah gawat, kau tidak jadi bikin tempe. Tidak juga jadi kuliah. Adik-adikmu di Indonesia bisa kela paran. Karena pikiranmu ke mana mana. Aku hanya ingin mengingatkan padamu j ngan mudah tertarik pada perempuan a cantik. Di akhir jaman itu tidak sedikit perempuan yang cantik memesona, namun sebenarnya adalah seorang pelacur. Na'udzubillaah!" "Tapi perempuan cantik yang salehah, benar-benar salehah dan menjaga kesuciannya banyak lho Pak." Pak Ali kembali tersenyum. "Iya bapak percaya itu. Karena itulah kamu harus benarbenar matang dalam memilih isteri. Jangan asal cantik. Lha kebetulan Bapak punya cerita tentang gadis yang cantik, salehah, memesona dan cerdas. Kau mau mende-ngarkan? " "Wah, boleh Pak." "Kalau begitu ayo kita duduk di sana. Bapak akan cerita panjang lebar." Kata Pak Ali sambil menunjuk pembatas jalan di pinggir trotoar yang bisa diduduki. Mereka berdua berjalan 40 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I ke sana. Alexandria semakin terang. Kabut mulai hilang perla han-lahan. Pantai mulai ramai. Jalan jalan sudah mulai dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. Di kejauhan tampak Benteng Qaitbey berdiri di ujung tanjung. Gagah dan menawan. Mereka duduk menghadap laut yang bergelombang tenang. Azzam memandang ke arah kiri, ke arah benteng. Sementara Pak Ali memandang ke arah kanan. "Lha kalau mereka itu aku yakin wanita-wanita salehah." Gumam Pak Ali memandang Azzam, mengalihkan pandangan. "Itu mana Pak?' "Itu." Tunjuk Pak Ali ke arah rombongan gadis-gadis berjilbab. Dari cara mereka memakai jilbab dan cara mereka berjalan menunjukkan kalau mereka dari Asia. "Mereka anakanak Malaysia. Hampir semua yang kuliah di Al Azhar Banat di sini adalah mahasiswi dari Malaysia. Indonesia boleh dikatakan tidak ada. Semua mahasis-winya ngumpul di Cairo." Pak Ali menjelaskan panjang lebar seolah Azzam bukan mahasiswa Al Azhar. Azzam diam saja, tanpa dijelaskan pun ia sudah tahu. Ia sudah sembilan tahun tinggal di Mesir. "Sudahlah Pak, tidak usah membahas mahasiswi Malaysia itu. Langsung saja pada cerita yang ingin Pak Ali sampaikan tadi. Matahari sudah bersinar terang. Kita belum sarapan." "Baiklah Mas. Dengarkan baik-baik ya. Ceritanya ada sangkutpautnya sedikit dengan hidupku." Pak Ali memandang jauh ke tengah lautan. Ia mengambil nafas lalu melanjutkan, "Dulu saya anak orang paling kaya di Pedan, Klaten. Saya kuliah di Bandung. Saat kuliah saya kenal dengan gadis asli Bandung, sebut saja namanya Neneng. Saya tergila -gila pada Neneng. Neneng memang primadona di kampus. Kecantikannya tak kalah dengan Sri Devi, bintang legendaris India itu. Sampai ia dapat julukan Sri Devi from Bandung. Ia anak seorang diplomat. Ibunya asli India. Pokoknya cantiknya luar biasa. 41 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Segala cara aku gunakan untuk mendapatkan dia. Aku yakin bisa mendapatkannya. Aku berkeyakinan kalau aku berusaha aku pasti bisa. Benar, akhirnya aku bisa menyuntingnya. Saat ayahnya tugas di London, ia minta aku membawanya ke London. Karena kami sudah keluarga sendiri, ayahnya tidak mau membiayai hidup kami di London. Aku yang harus bertanggung jawab. Aku yang harus membiayainya. Sebab akulah suaminya. "Demi cintaku padanya segala yang kumiliki aku korbankan. Harta orangtuaku aku habiskan untuk membiayai hidup di London. Kau tahu sendirikan, betapa mahal hidup di London. Sekaya-kayanya orang Pedan yang mengandalkan hasil pertanian mampu kuat berapa lama hidup di London? Akhirnya harta orangtuaku ludes. Aku sendiri menanggung utang tidak sedikit. Aku benar benar tidak memiliki apa-apa. Aku hanya bisa kerja part time di sebuat toko swalayan di London. Gaji kerjaku hanya bisa untuk makan. Yang menyakitkan, isteriku yang cantik itu kerja di Club Malam. Ia bisa menari ala India. Dan tiap malam ia pulang diantar pasangan barunya. Ia hidup tanpa menganggapku sebagai suaminya. Saat itu aku nyaris gila. "Aku sangat mencintainya. Semua telah aku korbankan untuknya. Tapi ia tanpa risih sedikit pun mengatakan kepadaku, 'Ali di rumah aku isterimu, tapi di luar rumah aku milik banyak orang. Kau jangan cemburu ya. Kau justru harus bangga memiliki isteri yang disukai banyak orang!' "Aku tidak kuat dengan perlakuannya. Akhirnya aku ceraikan dia. Saat itu dia sedang hamil dua bulan. Tetapi aku tidak bisa yakin kalau yang sedang di kandungnya itu adalah anakku. Aku akhirnya pulang kembali ke Indonesia sebagai gembel. Keluarga besarku yang dulu kaya-raya telah hancur berantakan. Orangtua dan adik-adikku memusuhiku. Aku lalu hidup menggelandang di Solo. Di stasiun Balapan. Aku lakukan apa saja untuk dapat uang. Segala jenis kejahatan sudah pernah aku lakukan. Sampai suatu hari aku nyaris mati karena tertangkap oleh warga kampung saat aku mencuri. 42 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Untungnya ada seorang kiai yang menyelamatkan nyawaku. Kiai itu memiliki pesantren tak jauh dari tempat aku mencuri. Di tangan kiai itu aku insyaf. Kiai itu begitu baik. Ia bagai malaikat. "Aku belajar agama di pesantrennya selama satu tahun. Selama satu tahun aku makan dan tidur gratis di pesantren. Setelah hidup satu tahun di pesantren barulah aku memahami untuk apa aku hidup. Aku lalu pamit hendak merantau. Pak Kiai menyarankan agar aku kerja saja di Saudi, kebetulan ada teman Pak Kiai yang memiliki usaha kontainer di Jeddah. Namanya Pak Ahmad. Pak Ahmad membutuhkan sopir pribadi yang bisa berbahasa Inggris. Dan minta pada Pak Kiai kalau ada di antara santrinya yang bisa. Pak Kiai menawarkan padaku. Aku menerimanya dengan harapan bisa ke Tanah Suci untuk menangis kepada Allah di depan Ka'bah. "Aku pun berangkat ke Saudi. Teman Pak Kiai itu yang membiayai tiketnya. Aku bekerja di Jeddah. Sangat nyaman. Aku merasakan hidup tenang. Hubunganku dengan Pak Ahmad sangat baik. Aku sudah dianggap saudara sendiri oleh keluarga Pak Ahmad. Aku berdoa di depan Ka'bah agar diberi pendamping hidup yang setia dan baik. Doa itu dikabulkan oleh Allah. Suatu pagi, ya pagi seperti ini, aku dipanggil Pak Ahmad. Pak Ahmad berkata, 'Li, kamu mau nikah?' Aku kaget sekali. Memang itulah doaku setiap kali aku ada kesempatan berdoa di Multazam. 'Mau, Pak.' Jawabku. ' 'Tapi dia janda beranak dua. Tidak perawan. Bagaimana? Mau?' 'Asal salehah mau Pak.' 'Dia salehah insya Allah. Begini Li. Kalau kau mau kau harus ke Mesir. Perempuan itu sekarang ada di Mesir. Suaminya telah meninggal setengah tahun yang lalu. Dua anaknya masih kecil-kecil. Dan ia tetap ingin di Mesir sampai punya bekal yang layak untuk hidup di Indonesia.' "Aku langsung bertanya, 'Jadi saya nanti harus meninggalkan Jeddah dan tinggal di Mesir Pak?' 43 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy 'Tidak apa-apa. Kalau kau mau kau berarti menolong janda dan dua anaknya. Kalau ikhlas besar pahalanya. Dan kau di Mesir sana akan langsung dapat pekerjaan. Jangan kuatir.' 'Apa Pak pekerjaannya, Pak?' 'Menggantikan pekerjaan almarhum suami janda itu. yaitu cleaning service merangkap sopir KBRI. Bagaimana Li kamu mau?' "Aku lalu menjawab, 'Baiklah, bismillah saya mau.' "Akhirnya aku menikah dengan orang yang sekarang menjadi isteriku. Allah tidak hanya memberiku isteri yang salehah. Tapi Allah juga memberiku isteri yang cantik, penyabar, dan sangat pengertian. Lebih dari itu Allah menganugerahiku dua orang anak yang sangat menyejukkan hati. Dua anak itu tidak pernah menganggap aku bukan ayahnya. Mereka tahunya, ayah mereka ya aku ini. Inilah jalan hidup yang diatur oleh Allah. Sebab sekian tahun aku berumah tangga tidak juga punya keturunan. Ternyata setelah diperiksa medis aku divonis tidak bisa punya keturunan. Aku semakin sayang pada isteri dan anak anakku. Mereka pun semakin sayang padaku. Anakku yang pertama sekarang kuliah di Malaysia. Anak yang kedua kuliah di Fakultas Kedokteran UNS Solo. Seperti yang kau ketahui, di sini aku hidup berdua bersama isteri. Sesekali kami yang menjenguk mereka atau mereka yang menjenguk kami. Kini aku sangat bahagia. Tahun depan aku dan isteri berencana meninggalkan Mesir. Alhamdulillah kami sudah punya rumah di Solo Baru." Pak Ali menghela nafas. Ada gurat kepuasan yang tergurat di wajahnya. Pak Ali membetulkan letak kaca matanya. Azzam merasa belum puas. Ia merasa belum mendapatkan apa yang dijanjikan Pak Ali. "Lha cerita gadis cantik salehahnya mana Pak?" Pak Ali tersenyum "Sabar tho Mas. Gadis cantik saja yang kaupikir." 44 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Lho Pak Ali tadi kan bilangnya mau cerita tentang gadis cantik yang salehah. Lha ini sudah ke mana-mana kok belum muncul-muncul juga." "Kau ini kok inginnya meloncat. Langsung ke intinya. Film kalau langsung ke intinya tidak menarik. Novel kalau langsung kau baca intinya juga tidak menarik. Kau harus sabar membacanya. Baca yang urut bab demi bab. Paragraf demi paragraf. Kata demi kata. Huruf demi huruf. Baru akan kau temukan keindahan rangkaian novel itu. Keutuhan cerita novel itu. Jangan lompat-lompat. Jangan main potong langsung ke inti. Cerita tentang gadis salehah yang indah ini juga begitu. Ada rangkaian ceritanya yang tidak boleh ditinggalkan. Kalau ditinggalkan ceritanya tidak utuh." "Sudahlah Pak, ayo dilanjutkan saja ceritanya. Jangan malah ceramah tentang novel segala. Apa hubungannya? Ka yak sastrawan saja!" "Lho erat sekali hubungannya cerita dengan novel lho Mas. Begini..." Azzam langsung memotong, "Dilanjut saja ceritanya Pak. Tentang sastra, hubungan cerita dengan novel biar nanti saya baca sendiri saja di perpustakaan SIC. Keburu siang Pak." "Baiklah. Anakku yang kuliah di Malaysia itu laki laki namanya Amir. Dulu selesai SMP di SIC langsung kulempar ke Al Munawwir Krapyak Jogja. Selesai Madrasah Aliyah langsung dapat beasiswa ke Madinah. Sekarang S.2 di Malaysia. Dia belum menikah. Dia sendiri tidak tahu kisah kelam masa laluku sebelum tobat. Dia hanya tahu aku adalah seorang ayah yang dulu pernah nyantri di pesantren. Dan aku pikir dia tidak perlu tahu. Biar dia tahu yang baik-baik saja. Nanti kalau dia mau cari isteri baru akan bapak kasih tahu." "Berarti kira-kira dia seusia dengan saya ya Pak." 45 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Lebih tua kamu dua tahun. Aku lanjutkan ya. Sedangkan adiknya yang kini kuliah di Fakultas Kedokteran UNS, sejak SMP sudah kuletakkan di pesantren." "Di pesantren mana Pak?" "Di pesantren tempat aku nyantri dulu. Aku titipkan pada Pak Kiai yang menggemblengku selama satu tahun itu. Pak Kiai itu namanya K.H. Lutfi Hakim. Nama pesantrennya, Daarul Quran. Terletak di Desa Wangen, Polanharjo." "Oh ya saya tahu Pak. Saya dulu pernah ke sana sekali. Itu kan arahnya dari Popongan terus ke barat. Dekat dengan daerah Janti Klaten. " "Ya benar." "Terus hubungannya apa pesantren itu dengan cerita gadis cantik yang salehah itu? Apa yang Pak Ali maksud adalah anak gadis Pak Ali itu?" Azzam sudah tidak sabar. Ia merasa Pak Ali ceritanya melingkar-lingkar tidak segera sampai yang dimaksud. "Tidak. Sama sekali tidak. Aku sudah tahu standar kecantikan yang kau pakai. Standar kamu adalah Eliana dan gadisgadis Mesir. Maka anak gadisku meskipun menurutku cantik, tapi jika standarnya Eliana bisa dikatakan tidak cantik. Bersabarlah sedikit, sudah hampir sampai pada tujuan. Aku kem bali ke alur cerita. Anak gadisku itu aku titipkan kepada Pak Kiai Lutfi. Beliau jaga dan beliau didik dengan baik. Pada saat yang sama Pak Kiai Luffi punya anak gadis yang sangat cerdas. Dan sangat cantik. Sungguh sangat cantik. Kecantikannya ibarat permata maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di dunia. Aku berani bertaruh kecantikannya bisa mengatasi Eliana. Ini menurutku lho Mas. Sebab kecantikan seorang perempuan di mata lelaki itu relatif. Dan untuk kecerdasannya aku berani bertaruh, tak banyak gadis seperti dia. Aku tahu persis, sebab aku pernah belajar pada ayahnya selama satu tahun. Jika Eliana bisa bahasa Prancis dan Inggris. Maka Putri Pak Kiai Lutfi ini bisa bahasa Arab, Inggris dan Mandarin. Saat di Madrasah Aliyah dia pernah 46 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I ikut program pertukaran pelajar ke Wales,U.K. Dan apa kau tahu di mana dia sekarang?" Azzam menggelengkan kepala. "Dia sekarang ada di Carro. Sedang menempuh S.2 di Kuliyyatul Banat, Al Azhar. Dia sedang mengajukan judul tesisnya." "Sedang S.2? Siapa namanya? Kok saya tidak pernah dengar ceritanya." "Namanya Anna Althafunnisa." "Anna Althafunisa?" "Ya." "Baru kali ini saya dengar nama itu. Aneh sekali. Padahal orang-orang di rumah saya semuanya aktivis. Tapi mereka kok tidak pernah nyebut-nyebut nama itu ya?" "Tidak banyak orang yang tahu. Sebab Anna Althafunnisa menyelesaikan S.1-nya tidak di Cairo. Tapi di Alexandria sini. Ia lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswi Malaysia daripada mahasiswi Indonesia. Dan Anna lebih memilih menutup diri dari kegiatankegiatan yang bersifat glamour. Kalau kau sempat membaca majalah Al Wa'yu Al Islami, cobalah cari edisi bulan lalu. Ada artikel dia dimuat di sana. Dia memakai nama pena Anna Lutfi Hakim." "Sekarang dia tinggal di Cairo?" "Iya. Dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah. Aku pikir kamu lebih baik menikah dengan orang yang sekualitas Anna daripada dengan yang model Eliana. Kalau kamu mendapatkan Anna, kamu telah mendapat-kan surga sebelum surga. Percayalah padaku. Aku tahu betul kualitas Anna, ayahnya, dan keluarganya. Mereka dari golongan orang-orang yang ikhlas. Saran saya khitbahlahAnna Althafunnisa itu sebelum bidadari dari Pesantren Daarul Quran itu dikhitbah orang lain." 47 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Hati Azzam berbunga -bunga. Ada rasa sejuk yang tibatiba menyelinap ke dalam dadanya. Namun ia tiba tiba diserang rasa ragu. "Apa saya pantas melamarnya Pak? Apa saya pantas untuknya? Saya ini S.1 saja sudah sembilan tahun belum juga selesai. Dan apa prestasi saya? Apa yang bisa saya andalkan? Membuat tempe? Apa ada kiai yang mau anaknya menikah dengan penjual tempe?" "Kenapa kamu jadi inferior begitu. Percayalah padaku, Pak Kiai Lutfi itu tidak pemah memandang dunia. Dunia itu remeh bagi beliau. Datanglah, lamarlah. Belilah tiket, pulanglah ke Indonesia dan lamarlah bidadari itu!" "Waduh kalau harus pulang berat Pak. Apa tidak ada cara lain selain pulang?" Pak Ali diam mengerutkan keningnya, sebentar kemudian, wajahnya cerah. Setengah berteriak ia menjawab, "Ada! Kau bisa melamar lewat Ustadz Mujab. Ustadz Mujab itu masih keluarga dekat Kiai Lutfi. Kau datangi saja Ustadz Mujab dan sampaikan maksudmu untuk disampaikan kepada Kiai Lutfi dan Anna. Insya Allah semua akan mudah. Ustadz Mujab kau kenal kan?" "Wah lebih dari kenal. Saya sangat akrab dengannya. Tapi yang membuat saya heran, kenapa beliau sama sekali tidak pernah menyinggung nama Anna Althafun-nisa sama sekali ya?" "Itulah mahalnya Anna Althafunnisa. Tidak sembarangan dibicarakan. Tidak sembarangan diobral. Bukan-kah permata yang sangat mahal itu jarang dipamerkan orang?" "Pak Ali punya fotonya?" "Aduh, sayang sekali tidak punya. Tapi itu tidak penting. Langsung saja kau lamar. Kalau setelah menyuntingnya kamu menyesal, akan aku serahkan leherku ini untuk kau pancung. Sungguh!" 48 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam tersenyum. Kata-kata terakhir Pak Ali semakin membuatnya mantap sekaligus penasaran. Seperti a Anna pa itu? Namun, ia merasa telah mendapat jawaban atas tekad yang ia ikrarkan sebelum tidur tadi malam. Tekad yang ia rajut dengan doa. Ia yakin Anna adalah jawaban atas doanya yang ia bawa sampai tidur. Ia yakin bukanlah sebuah kebetulan jika pagi itu Pak Ali akan bercerita tentang Anna Altha-funnisa. Itu bukanlah kebetulan belaka. Sebab ia meyakini bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini tidak ada yang kebetulan. Semua sudah ditulis takdirnya dan diatur oleh Yang Maha Kuasa. Tekadnya telah bulat. Begitu sampai di Cairo ia akan datang ke rumah Ustadz Mujab. Datang untuk menanyakan gadis yang disebut sebut Pak Ali sebagai "Bidadari dari Pesantren Daarul Quran." Ia akan menanyakan apakah gadis itu masih kosong, belum dikhitbah orang? Apakah gadis itu bisa dipinangnya? Kalau ya, maka ia akan langsung meminangnya. Saat itu juga kalau bisa. Tak ada lagi keraguan dalam hatinya. 49 Ilyas Mak’s eBooks Collection
4 CERITA FURQAN Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. Ia sangat tersinggung. Apalagi tadi malam pemuda kurus itu memutus pembicaraan dengannya secara sepihak. Siapa dia berani-beraninya berlaku tidak sopan padanya? Baginya tindakan Azzam itu tidak hanya tidak sopan, tapi sangat menghinanya. Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. Eliana mondar-mandir di lobby hotel. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang di situ. Ia menanti Azzam untuk dilabraknya. Ia hendak memarahinya seperti ia memarahi pembantu -pemban-tunya yang melakukan sesuatu yang mem-buatnya murka.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Pagi itu suasa hotel sudah terasa sangat panas bagi Eliana. Ia menanyakan keberadaan Azzam kepada semua orang Indonesia. Para mahasiswa, rombongan Penari Saman, para staf KBRI, bahkan ayahnya sendiri. Semua menjawab tidak tahu pasti. Ada yang menjawab mungkin sedang jalan-jalan di Pasar El Manshiya. Ada yang menjawab mungkin sedang mencari sesuatu di Abu Qir. Ada yang menjawab mungkin sedang ziarah ke Masjid Nabi Daniyal. Ada yang menjawab mungkin sedang renang di pantai. Semua jawaban tidak ada yang memuaskannya. Ia ingin segera bertemu dengan pemuda tidak tahu diuntung itu. Ia ingin segera menumpahkan segala murkanya. Ia ingin segera melumatnya jika bisa. Sementara Azzam dan Pak Ali berjalan santai menelusuri pantai. Azzam melepas sandalnya dan membiarkan kakinya telanjang menginjak pasir pantai yang lembut. "Pak Ali." Sapa Azzam pelan. "Ya, Mas." "Pak Ali sudah lapar?" "Iya." "Mau sarapan di hotel?" "Entah kenapa ya Mas. Aku kok sudah bosen banget sarapan di hotel." "Saya juga Pak Ali. Kalau begitu kita cari tha'miyah bil baidh 7 di luar hotel yuk?" "Ayuk." Mereka langsung berjalan mencari kedai tha'miyah, kedai yang menjual makanan khas Mesir terdekat. Saat mereka melintasi jalan raya menuju ke kedai itu seseorang memanggil-manggil nama mereka. Mereka menengok ke arah suara. Ternyata si Romi. Mahasiswa asal Madura yang dipercaya 7 tha'miyab bil baidh: Makanan khas Mesir, berbentuk sandwich isinya antara lain sayur, kentang goreng, dan telor rebus yang dihancurkan bersama isi lainnya. 51 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy membuat dan menjaga stand Sate Madura. Anak asli Pamekasan itu berjalan dengan setengah berlari ke arah mereka. Tubuh kurusnya dibalut kaos hitam dan celana panjang hitam. Tangan kanannya menenteng kantong plastik hitam. "Ada apa Mi?" Sapa Azzam begitu jaraknya dengan Romi tidak terlalu jauh. "Anu, anu Mas Khairul. Kamu dicari-cari oleh Mbak Eliana. Kelihatannya kok dia sedang marah. Segeralah kamu ke lobby hotel. Jika tidak segera ke sana aku kuatir dia semakin marah. Dan jika dia marah celakalah kita semua. Cepatcepatlah kamu minta maaf?" "Minta maaf atas apa Mi?" "Ya tidak tahu. Yang penting minta maaf. Mungkin dia tersinggung karena sesuatu yang tidak kamu sadari. Apa sih beratnya minta maaf? Jangan sampai kemarahannya berimbas pada bisnis kita." "Wualah tho Mi, kamu kok berpikir terlalu jauh. Kenapa kamu takut sekali rezeki kamu terancam oleh kemarahan seorang Eliana. Apalagi dia. marahnya sama aku. Kok kamu yang takut?" "Tidak gitu Mas Khairul. Saya hanya tidak mau ambil risiko. Saya tidak mau susah. Marahnya orang kaya sering membuat susah orang miskin. Marahnya pejabat sering mem buat susah rakyat. Eliana kalau membawa bawa ayahnya kan bisa membuat kita repot. Bukan begitu PakAli?" Jelas Romi sambil memandang PakAli. PakAli hanya menyahut ringan, "Itu urusan kalian." Azzam memandang Pak Ali. Wajah Pak Ali tetap seperti semula, tak ada perubahan. Lalu sambil menepuk pundak Romi, Azzam menenangkan, "Jangan berpikir ke mana-mana. Tenanglah, tak akan terjadi apaapa. Akan segera kutemui Eliana." Romi hanya diam saja. 52 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Kau mau ke mana Mi? Kau kemari hanya untuk menemui kami atau ada keperluan lain?" Tanya Azzam mengalihkan pembicaraan. "Aku mau renang di pantai. Terakhir sebelum pulang." "Bawa salin?" "Bawa. Ini." Jawab Romi sambil mengangkat kantong plastiknya. "Kok sendirian? Tidak ngajak teman?" "Iya yang lain tak ada yang mau. Katanya sudah bosan. Ya sudah, aku berangkat sendiri saja. Atau kau mau menemani?" "Aduh aku masih banyak hal yang harus aku bereskan. Ya sudah ya. Hati-hati." "Ya." Azzam dan Pak Ali melanjutkan perjalananke kedai tha'miya. Romi semakin mendekati pantai. Udara belum hangat betul. Orang yang berenang di pantai bisa dihitung dengan jari. Saat itu belum banyak pengunjung yang datang. Sebab masih ada sisa-sisa musim dingin. Pantai itu akan menjadi sangat ramai ketika libur musim panas datang. "Mas Khairul. Saya sarankan kau damai saja sama putrinya Pak Dubes itu. Tidak usah cari penyakit. Aku tidak tahu masalahmu dengannya. Tapi damai adalah hal yang disukai oleh fitrah umat manusia di mana saja." Saran Pak Ali. Azzam lalu menjelaskan kejadian tadi malam setelah pulang dari El Muntazah. Tentang telpon Eliana. Tentang hadiah spesial berupa ciuman khas Prancis. Tentang jawabannya. Tentang pemutusan pembicaraan secara sepihak darinya. Pak Ali mendengarkan sambil berjalan. "Ada saran tambahan Pak Ali?" Tanya Azzam sambil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Pak Ali yang agak lambat. 53 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saranku. Sebaiknya kau minta maaf. Lalu jelaskan dengan detil dan baik-baik kenapa menolak ciuman itu. Tidak usah dihadapi dengan emosi. Api bertemu api akan semakin panas. Emosi lebih banyak merugikannya daripada menguntungkannya "Aku sangat yakin dia sangat marah Pak. Trus bagaimana cara meredamnya?" "Gampang. Hati wanita mudah diluluhkan. Belikan dia hadiah kejutan. Dia akanmerasa senang. Rasa senang bisa meredam amarah. Sebab amarah itu datang biasanya karena rasa tidak senang." "Enaknya hadiahnya apa ya Pak?" "Apa saja yang bisa didapat pagi ini. Tidak harus mahal." "Pak Ali punya usul, barang apa begitu?" Pak Ali mengerutkan dahi sesaat. Tiba-tiba wajahnya seperti bersinar. "Yah ini saja. Belikan saja rnakanan khas Mesir kesukaannya. Ini mudah didapat pagi ini dan murah." "Kalau dia sudah makan pagi bagaimana? Apa tidak jadi mubazir?" "Percayalah, dia belum makan pagi. Orang kalau sedang marah malas makan. Dia akan makan kalau marahnya mulai reda. Percayalah dia belurn makan pagi. Dan percayalah dia juga sudah bosan dengan menu hotel." "Apa makanan kesukaannya Pak?" "Habasy takanat." 8 "Yang benar Pak? Masak gadis selangsing dia suka habasy takanat? 8 Makanan mirip tha'miyah bn baldh. hanya isinya lebih berrnacam- macam sehingga porsinya lebih besar. 54 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Iya. Habasy takanat itu tidak otomatis bikin gemuk Iho. Bikin kenyang iya. Tapi bikin gemuk belum tentu." "Ayo Pak kalau begitu kita segera beli." Mereka berdua berdua mempercepat langkah. Sampai di kedai yang dituju, mereka memesan empat tha'miyah bil baidh untuk dimakan di situ dan dua habasy takanat, untuk dibungkus. Pemilik kedai itu adalah orang Mesir gemuk dengan jenggot hampir menutupi setengah wajahnya. Keangkeran wajahnya sirna oIeh senyum dan keramahannya. Azzam senang dengan keramahan itu. Sebab tidak sedikit pemilik kedai tha'miyah yang tidak ramah. Ia masih ingat dengan pemilik kedai tha'miyah di kawasan Hay El Ashir Cairo yang sangat tidak ramah. Tak pernah senyum. Ia pernah diabaikan. Benarbenar diabaikan. Pemilik itu melayani semua orang Mesir tapi seolah-olah tidak melihat keberadaannya. Ia sama sekali tidak dianggap. Ia sendiri tidak tahu, apa sebabnya. Azzam melahap tha'miyah bil baidh dengan lahap. Pak Ali juga. Setelah kenyang mereka menuju hotel. Di tengah jalan Pak Ali menghentikan langkahnya dan berkata, "Mas. Habasy takanat-nya biar saya saja yang memberikan. Kalau sudah dia makan, saya akan mengatakan itu hadia darimu. Kau Jalan jalan saja dulu. Kira-kira satu jam. Setelah itu kau boleh datang. Dan insya Alaah semua akan damai dan aman." "Wah ide yang bagus itu Pak." Sahut Azzam berbinar. Ia lalu menyerahkan bungkusan berisi habasy takanat itu kepada Pak Ali. Pak Ali tersenyum. Lalu berjalan ke hotel. Sementara Azzam langsung naik Eltramco ke Pasar El Manshiya. Ia ingin membeli oleholeh untuk teman-teman satu rumahnya. *** Begitu masuk hotel, Pak Ali langsung ditanya oleh Eliana seolah-olah Eliana sudah lama menantinya. "Pak Ali ke mana saja? Lihat tukang masak kurus itu tidak?" Nadanya tidak lembut seperti biasanya. 55 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya dari jalan jalan menghirup udara pantai. Biar segar. Tukang masak kurus itu yang Mbak Eliana maksud siapa? Si Romi?" "Bukan si Romi. Itu si Khairul." "Kalau si Romi saya tahu. Dia sedang renang di pantai. Kalau Khairul sekarang persisnya saya tidak tahu. Tadi sih ketemu di jalan. Dia naik Eltramco ke El Manshiya." Eliana mendengus. Wajah yang biasanya putih cemerlang itu tampak merah padam. Ia lalu duduk di sofa. Tak jauh darinya dua remaja putri Mesir sedang berbincang-bincang dengan serunya. Sesekali terdengar suara cekikikan dari mereka. Pak Ali duduk di depan Eliana. "Eh ngomong-ngomong Mbak Eliana sudah makan pagi?" Tanya Pak Ali. "Belum Pak. Lagi tidak nafsu. Apalagi menu hotel. Sudah bosan sekali rasanya." Pak Ali tersenyum, lalu berkata, "Kalau habasy takanat mau?" Mendengar tawaran Pak Ali, wajah Eliana sedikit cerah. "Wah itu boleh Pak. Sebenarnya saya lapar. Yuk kita keluar cari habasy takanat Pak Ali yuk?" "Tak usah keluar. Ini saya sudah bawa. Tadi saya baru saja makan tha'miyah bil baidh. Ini saya bawa untuk Mbak Eliana." Jawab Pak Ali sambil menyerahkan bungkusan dalam plastik hitam berisi habasy takanat. "Wah terima kasih banget Pak ya. Wah enaknya langsung dimakan saja ini. Pak temani saya ke restaurant yuk. Biar ini saya makan di sana sambil minum the panas." "Ayo." Mereka berdua lalu masuk Lourantos Restaurant. 56 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Desain interior restauran itu perpaduan Arab dan Eropa. Menu yang dihidangkan pagi itu adalah menu Arab dan Italia. Tapi habasy takanat tidak ditemukan di situ. Eliana menyantap habasy takanat dengan lahap dan penuh semangat. Selesai menyantap makanan khas Mesir itu Eliana lalu menyeruput teh panasnya yang kental. Gadis itu kelihatan begitu menikmati makan paginya. Dan Pak Ali melihatnya dengan hati lega. "Ada apa sih Mbak, kok mencari Mas Insinyur Khairul? Kelihatannya ada urusan penting ya?" "Ya. Aku sedang marah padanya?" "Kenapa?" "Ia berani menghinaku tadi malam." "Ah yang benar saja Mbak. Saya sama sekaIi tidak percaya anak itu berani menghina Mbak." "Pak Ali percaya atau tidak percaya itu tidak penting " "Bukanbegitu Mbak EIiana. Saya kuatir Mbak Eliana salah paham. Sebab saat ketemu saya tadi Mas Khairul justru memperlihatkan hal yang sebaliknya pada saya. Mas Khairul begitu perhatian sama Mbak. Tadi saya dan Mas Khairul juga bertemu Romi. Romi bilang Mbak Eliana marah besar pada Khairul. Khairul malah tersenyum saja. Terus Khairul nitip pada saya untuk memberikan habasy takanat ini pada Mbak." "Apa!? Jadi bukan Pak Ali yang membelikan untuk saya?" "Bukan. Yang membelikan itu Mas Khairul. Lha yang membawa kemari saya." "Pak Ali, PakAli kenapa tidak bilang dari tadi. Aduh, aduh, aduh! Saya kira itu dari PakAli." "Saya tadi kan bilang, ini saya bawa habasy takanat. Yang membelikan adalah Khairul. Dititipkan pada saya." "Kenapa tidak dia sendiri yang memberikan pada saya!?" Tanya Eliana ketus. 57 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya tidak tahu Mbak Eliana. Kelihatannya dia tergesa gesa. Dia bilang mau belibarang-barang di pasar. Tidak ada waktu lagi katanya.Yang penting ini menunjukkan bahwa Mas Khairul sendiri tidak merasa memiliki masalah pada Mbak Eliana. Kalau dia merasa memiliki masalah mana mungkin mau membelikan habasy takanat, makanan kesukaan Mbak. Justru kelihatannya dia sangat menghormati Mbak. Dan ingin membuat Mbak merasa senang." Eliana diam. Kata-kata Pak Ali masuk ke dalam hatinya. Menyejukkan panas amarahnya. Tapi ia belum bisa lega sepenuhnya. Amarahnya belum mau juga sirna seluruhnya. "Tapi tadi malam dia berkata kasar ditelpon pada saya Pak. Dia juga memutus pembicaraan seenaknya saja! Apa itu tidak penghinaan Pak Ali!?" Pak Ali tersenyum. "Mungkin saat itu Mas Khairul sedang capek. Letih. Orang kalau letih itu pikirannya bisa tidak jernih. Cobalah ingat, kemarin itu ia kerja sejak pagi sampai malam." Penjelasan Pak Ali semakin meluluhkan hatinya. "Semestinya Mbak Eliana harus berterima kasih pada Mas Khairul. Enam hari ini tenaga dan waktunya ia curahkan untuk membantu Mbak Eliana. Bahkan dalam kondisi sangat letih, dia masih mau membakarkan ikan untuk membantu Mbak Eliana. Dan pagi ini, dia mengirim sesuatu yang sangat Mbak suka. Semestinya Mbak berterima kasih sama dia. Saya dengar orang Barat yang terdidik itu mudah mengucapkan terima kasih pada orang yang membantunya." Sambung Pak Ali. Amarah Eliana perlahan mereda. Ruang di hatinya yang semula berisi amarah yang meluapluap pada Azzam perlahan berubah diisi rasa kasihan. Ia menyesal sudah sedemikian emosi dan marah, sementara orang yang akan dimarahinya sedemikian tulus padanya. Diam-diam menyusup ke dalam dadanya rasa malu pada dirinya sendiri. Ia menyadari apa yang 58 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I disampaikan Pak Ali ada benarnya. Penjual tempe yang pandai masak itu memang sudah banyak membantunya. "Pak Ali. Nanti kalau ketemu Mas Khairul sampaikan terima kasih saya ya atas habasy takanat-nya. Saya mau mandi dan berkemas-kemas." Kata Eliana dengan wajah lebih cerah. "Insya Allah, tapi kalau menyampaikan sendiri tentu lebih baik." Jawab Pak Ali dengan senyum mengembang. "Ya. Nanti kalau ketemu dia." Tukas Eliana sambil bangkit dari duduknya. *** Di sebuah toko buku di El Manshiya, Azzam bertemu dengan Furqan. SeteIah berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemaninya makan roti kibdah 9 di samping sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang. Azzam menuruti ajakan teman lamanya itu dengan senang. "Saya ini sedang bingung menentukan pilihan." Kata Furqan sambil mengunyah roti kibdah-nya. "Pilihan apa?" Sahut Azzam kalem. Matanya memandang ke arah seorang kakek berjubah abu-abu yangberjualan tasbih dan kopiah putih. Kakek itu duduk termenung Matanya memandang ke arah jalan. Azzam berusaha mereka-reka apa yang ada dalam pikiran kakek itu saat itu. "Bingung memilih dua gadis yang sama-sama memiliki kelebihan untuk aku nikahi." Jawaban Furqan membuatAzzam langsung mengalihkan pandangannya dari kakek berjubah abu-abu ke wajah Furqan yang masih asyik dengan roti kibdah-nya. rius. "Ceritanya bagaimana?" Tanya Azzam dengan nada se9 Roti kibdah: terrnasuk makanan khas Mesir berbentuk roti berbentuk panjang diisi hati sapi. 59 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan menghentikan makannya. Ia meneguk air putih untuk membersihkan tenggorokannya. Lalu memandang Az zam lekat-lekat. "Aku akan cerita. Tapi janji tidak kaubocorkan siapa siapa. Masyi ?" 10 "Masyi." "Begini. Aku saat ini sedang dikejar-kejar sama Eliana. Putri Pak Dubes itu?" "Dikejar-kejar Eliana? Ah yang benar Fur!?" Azzam kaget mendengar penuturan sahabatnya itu. "Benar. Aku tidak bohong. Kau tahu sendirilah Rul. Eliana itu bukan mahasiswi Al Azhar yang sangat menjaga akhlak. Ia lulusan Prancis. Ia langsung saja bicara terus terang padaku. Tadi malam dia menanyakan lagi jawabanku. Aku belum jawab. Eliana aku lihat sudah berusaha fair dan jujur. Ia telah menceritakan semua hubungannya dengan pacar-pacarnya yang gagal. Ia sudah pernah ganti pacar lima kali. Sekali waktu di SMA. Empatkali waktu di Prancis. Dua pacarnya yang terakhir adalah orang bule. Eliana menyadari tidak cocok dengan mereka. Ia ingin hidup yang lurus-lurus saja. Dia bilang ingin memiliki suami yang bisa membimbingnya. Jujur saja Rul. Aku tertarik padanya. Aku tertarik tidak semata mata karena kecantikan wajahnya. Tapi aku tertarik karena potensi yang ada dalam dirinya yang jika diarahkan di jalur yang benar bisa sangat bermanfaat bagi umat." "Potensi itu misalnya apa Fur?" "Kau tahu sendiri kepiawaiannya menulis dalam bahasa Inggris dan Prancis. Pesona keartisan dirinya. Dia bercerita akan main dalam sebuah film garapan sutradara Mesir. Dan ia juga sudah ditawari main film di Indonesia. Tak lama lagi dia akan menjadi artis Rul. Dan kau bayangkan jika artis itu bisa 10 Masyi: setuju. 60 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I memberikan teladan yang baik. Maka masyarakat yang mengaguminya akan meniru kebaikannya. Jika keartisannya nanti digunakan untuk berdakwah, apa tidak dahsyat Rul." "Kalau yang terjadi sebaliknya bagaimana? Misalnya ia jadi artis terus gaya hidupnya yang hedonis sebagaimana artis pada umumnya bagaimana? Apa kau sudah benar-benar tahu siapa Eliana?" Furqan terdiam sesaat. Ia lalu berkata, "Aku melihat kesungguhan Eliana untuk baik. Itu yang meyakinkan aku. Dia akan baik jika dibimbing oleh yang mampu membimbingnya." "Terus yang kau bingungkan apa? Kelihatanrnya kau sudah mantap begitu" "Masalahnya aku sudah terlanjur melamar seseorang. Dia mahasiswi Al Azhar. Tapi sampai sekarang dia belum mem beri jawaban. Aku bingung.Kalau aku batalkan lamaranku dan aku memilih Eliana yang sudah jelas mengejarku aku takut dianggap lelaki plinplan. Aku takut dianggap memainkan anak orang. Tapi kalau aku menunggu terlalu lama, aku takut akhirnya lamaranku itu ditolak, dan aku khawatir Eliana sudah berubah pikiran. Aku bingung Rul." "Begitu kok bingung. Percayalah padaku, tak ada mahasiswi Cairo yang akan menolak lamaranmu, kecuali mahasiswi itu sudah punya calon atau ia sudah dilamar orang. Siapa yang menolak lamaran pemuda tampan, cerdas kaya dan kandidat master dari Cairo University? siapa? Hanya gadis tolol yang akan menolak. Yang cerdas itu ya Eliana. Ia mengejar kamu karena dia cerdas. Aku yakin Eliana sudah tahu reputasi kamu dengan baik. Maka percayalah mahasiswi yang kau lamar itu pasti mau. Kalau begitu sebenarnya kau sudah bisa memutuskan apa yang harus kauputuskan." "Kau tidak tahu sih siapa mahasiswi itu." "Memangnya dia siapa?" 61 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan ragu untuk menjawab. Akhirnya dia tidak mau berterus terang. "Ah sudahlah kalau itu rahasia. Aku tidak enak menyebutnya." Lirihnya. "Ya sudah. Kalau begitu ya istikhara saja." "Ya, insya Allah. Kau ada nasihat untukku?" Azzam tersenyum. "Tinggalkan apa yang meragukan bagimu, dan ambillah yang tidak meragukan bagimu." "Terima kasih. Yuk kita ke hotel. Pakai taksi saja. Biar aku yang bayar." "Ayo" Sebelum pergi terlebih dahulu Furqan membayar roti kibdah yang dibawanya. Cerita Furqan semakin mengukuhkan hati Azzam bahwa ia tidak boleh mengharapkan Eliana. Bisa jadi Eliana akan menjadi isteri sahabatnya itu. Ia tidak mau mengarah apa yang kelihatannya diarah juga oleh sahabatnya. Namun ia masih ragu apakah bisa orang seperti Eliana diajak untuk berdakwah dan berkomitmen menjalankan agama dengan baik. Apakah orang seperti Eliana tidak akan melihat aturan-aturan agama sebagai dogma yang membatasi kebebasannya sebagai manusia? Apa reaksi Furqan jika Eliana hendak memberihadiah ciuman khas Prancis padanya? Ia hanya bisa berharap bahwa sahabatnya itu akan ditunjukkan yang terbaik oleh Allah Swt. Sebab tak ada yang baik di dunia ini kecuali datangnya dari Allah Subhanahu wa ta'ala. 62 Ilyas Mak’s eBooks Collection
5 MEMINANG Siang itu sebelum jam dua belas, semua orang dalam rombongan "Pekan Promosi Wisata dan Budaya Indonesia di Alexandria" sudah keluar dari hotel. Tepat jam setengah satu mereka sudah bergerak meninggalkan Alexandria menuju Cairo. Rombongan yang terdiri atas empat puluh lima orang itu meluncur ke Cairo dengan dua mobil mewah KBRI, satu bus dan satu mobil barang. Azzam duduk di samping Romi. Pak Ali mengendarai BMW bersama Pak Dubes dan teman Pak Dubes. Mobil mewah satunya dikendarai oleh Atase Pendidikan dan Atase Perdagangan. Yang lainnya ikut dalam bus yang tak kalah nyaman. Baru keluar dari Alexandria Romi sudah harus ke toilet. Ia tidak sempat membersihkan perutnya sebelum berangkat sebab tergesa gesa. Ia tadi terlalu asyik berenang di pantai dan nyaris lupa waktu. Kalau saja Pak Atase Perdagangan tidak mengabsen semua orang di lobby, bisa jadi Romi akan ketinggalan.
Habiburrahman El Shirazy Saat Romi pergi ke toilet itulah Eliana yang duduk agak di belakang maju dan duduk di tempat duduk Romi yang kosong. Azzam dan Eliana belum sempat berbincang sejak peristiwa pemutusan pembicaraan tadi malam. Eliana mendahului percakapan, "Eh Mas Khairul, terima kasih atas kiriman habasy takanat-nya ya? " "Oh sama-sama. Oh iya, sama minta maaf atas sikap saya yang mungkin tidak berkenan tadi malam. Mungkin itu mem buat Mbak Eliana marah. Saya dengat dari Romi tadi pagi Mbak marah." "Ah tidak. Hanya sedikit emosi saja. Kita lupakansaja itu semua. Ini kalau boleh sayatanya, kenapa kau menjawab mendapat ciuman Prancisitu musibah. Saya yakin Mas Khairul tadi malam mengatakan dengan serius." Azzam tersenyum. Ia geli sendiri mendengar perkataan Eliana. Katanya lupakan saja semuanya, tapi masih bertanya tentang jawabannya tadi malam. Namun ia tidak mau mengungkit hal itu. Ia ingin langsung menjawab pertanyaan Eliana. "Setiap orang punya prinsip. Dan prinsip seseoran itu biasanya berdasar pada apa yang diyakininya. Iya kan Mbak?" Kata Azzam mengawali jawabannya. "Iya." Kata Eliana sambil mengangukkan kepala. Saat itu ia sama sekali tidak memandang Azzam sebagai tukang masak, tapi memandang Azzam sebagai seorang mahasiswa yang memiliki satu sikap dan pendirian. "Saya juga memiliki prinsip. Prinsip hidup. Prinsip hidup Saya itu saya dasarkan pada Islam. Sebab saya paling yakin dengan ajaran Islam. Di antara ajaran Islam yang saya yakini adalah ajaran tentang menjaga kesucian. Kesucian lahir dan 64 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I kesucian batin. Kenapa dalam buku-buku fikih pelajaran pertama pasti tentang thaharah. Tentang bersuci. Adalah agar pemeluk Islam senantiasa menjaga kesuciar lahir dan batin. Di antara kesucian-kesucian yang dijaga oleh Islam adalah kesucian hubungan antara pria dan wanita. Islam sama sekali tidak membolehkan ada persentuhan intim antara pria dan wanita kecuali itu adalah suami isteri yang sah. Dan ciuman gaya Prancis itu bagi saya sudah termasuk kalegori sentuhan sangat intim. Yang dalam Islam tidak boleh dilakukan kecuali oleh pasangan suami isteri. Ini demi menjaga kesucian. Kesucian kaum pria dan kaum wanita. "Ketika saya mengatakan bahwa jika sampai saya melakukan ciuman itu dengan wanita yang tidak halal bagi saya, maka saya telah menodai kesucian saya sendiri dan menodai kesucian wanita itu. Dan itu bagi saya adalah suatu musibah yang luar biasa besarnya. Saya telah kehilangan kesucian bibir saya. Tidak hanya itu, saya juga kehilangan kesucian jiwa saya. Jiwa saya telah terkotori oleh dosa yang entah bagaimana cara menghapusnya. Jika bibir ini kotor oleh gincu bisa dibersihkan dengar air atau yang lainnya. Tapi jika terkotori oleh bibir yang tidak halal, kotor yang tidak tampak bagaimana cara membersihkannya. Meskipun bisa beristighfar, meminta ampun kepada Allah tetap saja bibir ini pernah kotor, pernah ternoda, pernah melakukan dosa yang menjijikkan. Saya tidak mau melakukan hal itu. Saya ingin menjaga kesucian diri saya seluruhnya. Saya ingin menghadiahkan kesucian ini kepada isteri saya kelak. Biar dialah yang menyentuhnya pertama kali. Biar dialah yang akan mewangikan jiwa dan raga ini denga n sentuhan-sentuhan yang mendatangkan pahala." "Itulah prinsip yang caya yakini. Mungkin saya akan dikatakan pemuda kolot. Pemuda primitif. Pemuda kampungan. Pemuda tidak tahu perkembangan dan lain sebagainya. Tapi saya tidakpeduli. Saya bahagia dengan apa yang saya 65 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy yakini kebenarannya. Dan saya yakin Mbak Eliana yang pernah belajar di negeri yang mengagungkan kebebasan berpendapat itu akan bisa menghargai pendapat saya." Azzam menjelaskan panjang lebar. Eliana mendengarkan dengan seksama. Tak terasa air matanya berkaca -kaca. Ia belum pernah mendengarkan penjelasan tentang kesucian seperti itu sebelumnya. "Aku mengerti." Lirih Eliana. "Terima kasih atas penjelasannya. Lanjutnya. Saat itu Romi keluar dari toilet. Eliana lalu kembali ke tempatnya semula. Penjelasan Azzam masih membekas dalam hatinya. Tiba-tiba ia merasa dirinya sangat kotor. Bibirnya entah berapa kali bercium dengan pria yang belum menjadi suaminya. Ia tidak bisa menghitungnya. Untuk pertama kalinya ia merasa menjadi perempuan yang tidak berharga. Ia teringat dengan saudara sepupunya yang tinggal di pelosok Lumajang. Namanya Nurjanah. Sejak kecil selalu memakai jilbab. Saat diajak salaman ayahnya saja tidak mau. Ayahnya sempat tersinggung. Tap sepupunya yang sekarang menjadi pengajar di sebuah Madrasah Ibtidaiyyah itu bersikukuh dengan pendiriannya. Tidak mau bersentuhan kecuali dengan lelaki yang halal baginya. Sekarang baru ia tahu rahasianya. Itu karena ajaran kesucian itu. Nurjanah bersikukuh mempertahankan kesucian dirinya secara utuh. Tiba-tiba ia merasa gadis seperti Nurjanal alangkah lebih muliamya. Ia merasa tidak ada apa apanya dibanding Nurjanah. Ada yang merem bes dari ujung kedua matanya. Bus terus melaju membelah padang sahara yang luas. Sejauh mata memandang yang tampak adalah hamparan padang pasir kecoklatan. Ada yang rata, ada yang bergelombang seperti berbukit-bukit. Eliana memandang ke jendela. Ia melihat debu-debu berhamburan di pinggi jalan. Angin ber66 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I hembus sangat kencang. Namum bus terus melaju dengan tenang. * ** Sampai di Cairo. Azzam langsung meluncur pulang kerumahnya di Hay El Asher. Tepat menjelang Maghrib ia sampai di rumah. Teman satu rumahnya menyambutnya dengan penuh kerinduan. Ia minta mereka untuk membuka kardus berisi oleh-olehnya. Isinya kurma isi kacang. Buah Zaitun. Kacang Arab berwarna hijau. Dan Makaronah untuk dimasak. Tak ada yang istimewa Sernua adalah makanan Mesir yang sebenarnya ada di Cairo. Namun mereka tetap menyambut oleh-oleh itu dengan penuh antusias dan gembira. Azzam langsung mandi. Setelah itu ia langsung pamitan pergi. "Ceritanya nanti saja ya. Aku ada urusan penting sekali malam ini." Kata Azzam pada mereka. Mereka pun mengangguk paham. Azzam meluncur ke Hay El Sabe'. Ia shalat Maghrib di Masjid Ridhwan. Tujuannya setelah itu hanya satu, yaitu ke rumah Ustadz Saiful Mujab, untuk melamar Anna Althafunnisa. Ia sampai ke masjid itu saat imam sudah rakaat kedua. Ia bahagia melihat Ustadz Mujab ada. Di shaf kedua. Ia takbir di shaf ketiga. Selesai shalat ia bertemu dengan Ustadz Mujab. Dan Ustadz Mujab tersenyum gembira berjumpa dengannya. "Lho, aku dengar kau ikut rombongan KBRI ke Alexandria. Kok sudah di sini, Rul?" Sapa Ustadz Mujab. "Iya Ustadz. Baru pulang menjelang Maghrib tadi dan langsung meluncur kesini." Jawab Azzam. "Ada urusan apa? Kok kelihatannya penting sekali sampai tidak istirahat segala. Malah langsung kemari?" 67 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya ada urusan pribadi yang sangat penting. Saya ingin membicarakannya pada Ustadz. Ustadz ada waktu?" "O begitu. Boleh-boleh. Ayo kita ke rumah" Mereka la lu pergi ke rurnah Ustadz Mujab yang tak jauh dari Masjid Ridhwan itu. Ustadz Mujab yang sedang S. 2 di Institut Liga Arab itu hidup di Cairo bersama keluarganya. Bersama anak dan isterinya. Rumahnya sederhana. Namun rurnah itu membuat betah siapa saja yang berkunjung ke sana. Tak lain dan tak bukan, karena keramahan pemilik rumahnya. Yaitu Ustadz Mujab dan isterinya. Setelah duduk diruang tamu beberapa saat, dan teh panas dikeluarkan bersama satu piring roti cokelat, ustadz Mujab bertanya pada Azzam dengan mata memandang lekatlekat, "Ada urusan apa? Apa yang bisa kubantu?" "Saya sebenarnya malu Ustadz. Saya tidak tahu dari mana saya harus memulai." JawabAzzam. "Tidak usah malu. Jika kebaikan yang dicari tidak usah malu." "Baiklah Ustadz. Saya ingin minta bantuan Ustadz untuk melamar seseorang untuk saya." Kata Azzam dengan suara bergetar. "Oh itu. Begitu saja kok malu. Kamu memang sudah saatnya kok Rul." Ustadz Mujab biasa memanggilnya ‘Rul’ kependekan dari ‘Khairul’ yang diambil dari namanya ‘Khairul Azzam’. Jadi di Cairo ada yang memanggilnya ‘Mas Khairul’, ‘Mas Insinyur’, ‘Rul’, ‘Irul’ dan ada yang memanggil dengan nama belakangnya yaitu ‘Azzam’. Yang memanggil dengan panggilan Azzam hanya orang orang satu rumahnya saja. Itu pun atas permintaannya. Sedangkan di luar rumah banyak yang memanggil ‘Khairul’ dan ‘Insinyur’. 68 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Aku akan membantu sebisanya. Siapa nama gadis yang kaupilih itu. Dan siapa nama orang tuanya. Orang mana? Kalau di Al Azhar, tingkat berapa?" Ustadz Mujab melanjutkan. Dengan mengumpulkan semua keberaniannya ia menjawab dengan suara bergetar. Dan dengan hati bergetar pula, "Namanya Anna Althafunnisa Putri Pak Kiai Luffi Hakim. Asal Klaten. Kalau tidak salah sekarang sedang program pascasarjana di Kuliyyatul Banat, Al Azhar." Ustadz Mujab kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Azzam. Ia seperti mendengar suara petir yang nyaris merobohkan apartemen di mana dia dan keluarganya tinggal. "Anna Althafunnisa?" Tanya Ustadz Mujab tidak percaya. Azam mengangguk dengan tetap menundukkan kcpala. Ustadz Mujab menghela nafas panjang. Ia seperti hendak mengeluarkan sesuatu yang menyesak di dadanya. "Siapa yang mengabarkan kamu tentang Anna Althafunnisa?" "Ada. Tapi dia tidak mau disebut-sebut namanya Ustadz," Ustadz Mujab kembali menghela nafas panjang. "Allahlah yang mengatur perjalanan hidup ini. Sungguh aku ingin membantumu Rul. Tapi agaknya takdir tidak menghendaki aku bisa membantumu kali ini. Anna Althafunnisa itu masih terhitung sepupu denganku. Aku tahu persis keadaan dia saat ini. Sayang kau datang tidak tepat pada waktuya. Anna Althafunnisa sudah dilamar orang. Ia sudah dilamar oleh temanmu sendiri. 69 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Sudah dilamar temanku sendiri? Siapa?" "Furqan! Ia sudah dilamar Furqan satu bulan yang lalu." Mendengar hal itu tulang-tulang Azzam bagai dilolosi satu per satu. Lidah dan bibirnya terasa kelu. Furqan lagi. Ia berusaha keras mengendalikan hati dan perasaannya untuk bersabar. "Maafkan aku Rul. Aku sarankan kau mencari yang lain saja. Mahasiswi Indonesia di Al Azhar kan banyak. Dunia tidak selebar daun kelor." Ustadz Mujab berusaha menenteramkan. "Iya Ustadz. Tapi saya akan mencari yang sekualitas Anna Althafunnisa." Ustadz Mujab terhenyak mendengar jawaban Khairul Azzam. Begitu mantapnya ia memasang standar. Ia seolah lah sudah tahu persis Anna Althafunnisa. "Apa kamu sudah pernah ketemu Anna?" "Belum." 'Sudah pernah tahu wajahnya?" "Belum." "Aneh. Bagaimana mungkin kau begitu mantap memilih Anna Althafunnisa? Bagaimana mungkin kau menjadikan Anna sebagai standar." "Firasat yang membuat saya mantap Ustadz." "Tapi menikah tidak cukup memakai firasat Rul. Jujur Rul aku sangat kaget dengan standarmu ini. Baiklah aku buka sedikit. Anna adalah bintangnya Pesantren Daaru Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia menyelesaikan S.1 nya di Alexandria dengan predikat mumtaz. Kalau ingin memi70 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I liki isteri seperti dia. Cobalah kau menstandarkan dirimu dulu seperti dia. Kalau aku jadi orang tuanya, dan ada dua mahasiswa Al Azhar yang satu serius belajarnya yang satu hanya sibuk membuat tempe. Maaf Rul, pasti aku akan memilih yang lebih serius belajamya. Kau tentu sudah paham maksudku. Bukan aku ingin menyinggungmu, tapi aku ingin kau mem perbaiki dirimu. Aku ingin kau lebih realistis. Cobalah kauraba apa opini di Cairo tentang dirimu." "Iya Ustadz. Terima kasih. Ini akan jadi nasihat yang sangat berharga bagi saya." Jawab Azzam dengan mata berlinang. Kalimat Ustadz Saiful Mujab sangat berat ia terima. Ia sangat tersindir. Tapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Dengan bahasa lain, sebenamya Ustadz Mujab seolah ingin menga takan bahwa dia sama sekali "tidak berhak" melamar Anna. Atau lebih tepatnya sama sekali "tidak layak" melamar Anna. Hanya mereka yang berprestasi yang berhak dan layak melamarnya. Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang orang yang mengenalnya di dunia akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih ia menjalaninya. Azzam lalu minta diri. Dalam perjalanan ke rumahnya ia meneteskan air mata. Ia berusaha tegar dan sabar. Namun setegar-tegarnya ia adalah manusia biasa yang memiliki air mata. Ia bukan robot yang tidak memiliki perasaan apa-apa. Ia mengusap air matanya. Ia tidak bisa menyalahkan siapa saja jika ada yang meremehkannya. Karena memang kenyataannya ia belum juga lulus. Ia berusaha meneguhkan hatinya bahwa hidup ini terus bergulir dan berproses. "Baiklah saat ini aku belum berhasil menunjukkan prestasi. Tapi tunggulah lima tahun kedepan. Akan aku bukti71 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kan bahwa, aku, Khairul Azzam berhak melamar gadis salehah yang mana saja." Sampai di rumah ia langsung ke kamarnya untuk istirahat. Diatas meja masih tergeletak surat dari Husna, adiknya di Indonesia yang mengabarkan bahwa si kecil Sarah perlu operasi amandel. Dan perlu biaya seragam pondok pesantren. Ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia fokus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya. Inilah hikmah yang ia dapat dari peristiwa kekecewaannya karena Anna telah dilamar orang lain. "Allah belum mengijinkan aku menikah. Aku masih harus memperhatikan adik-adikku sampai ke gerbang masa depan yang jelas dan cerah. Kalau aku menikah saat ini, perhatianku pada adik-adikku akan berkurang." Ia berbisik pada dirinya sendiri. Ia bertekad untuk menutup semua pintu hatinya. Dan akan ia buka kembali saat nanti sudah pulang ke Indonesia. Setelah ia sudah selesa S.1 dan adik-adiknya sudah bisa ia percaya mampu meraih masa depannya. Tiba-tiba ia tersenyum. "Bodohnya aku kenapa aku memasukkan Eliana dan Anna ke dalam hati. Bodohnya aku. Tugas yang jelas di mata menuntut tanggung jawab saja masih panjang kok malah tergoda dengan yang tidak jelas." Gumamnya lagi pada diri sendiri. Ia menancapkan tekadnya untuk bekerja lebih keras lagi. Dan ia akan belajar lebih keras. Ia ingin sukses dua duanya. Ia lalu teringat harus segera mengirimkan uang ke Indonesia. Ke rekening Husna, agar si Sarah bisa belajar dengan tenang di pesantrennya. Ia ingin adik bungsunya itu menghafal AlQuran. Tiba-tiba ia rindu seperti apa adik bungsunya itu. Ia tidak tahu seperti apa wajah adiknya itu sebenarnya. Ia hanya 72 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I tahu wajahnya yang ada di foto. Sebab ia belum pernah bertemu dengannya sama sekali. Saat ia meninggalkan Indonesia dulu, Sarah masih berada dalam kandungan ibunya. "Ah semua sudah ada yang mengatur. Yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika saatnya ketemu nanti akan ketemu juga." Gumamnya dalam hati. 73 Ilyas Mak’s eBooks Collection
6 LAGU-LAGU CINTA Jam setengah tiga. Purnama bulat sempurna. Bintangbintang bertaburan menghias angkasa. Malam itu Kota Cairo terasa sejahtera. Angin musim semi mengalir semilir. Pelan. Berhembus dari utara ke selatan. Menerobos sela-sela pintu dan jendela apartemen. Menebarkan kesejukan-kesejukan. Dua ekor kucing bercengkerama. Sesekali mengeong. Sesekali menjerit-jerit, melengking lengking memba-hana. Keduanya kejarkejaran dengan suara yang sangat gaduh bagi yang mendengarnya. Di taman sebuah apartmen di kawasan Mutsallats, dua ekor kucing itu menikmali indahnya musim semi. Diiringi tasbih daun daun yang dibelai angin musim semi, mereka saling merayu. Mereka mendendangkan lagu-
Ketika Cinta Bertasbih Buku I lagu cinta. Ya. Lagu cinta yang sangat indah, yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua. Tak begitu jauh dari situ, sebuah kedai kopi tampak masih ramai.Belasan orang terjaga menikmati musim semi dengan minum kopi, menghisap shisha, main kartu dan berbincang tentang apa saja. Ada yang sedang menikmati film india. Ada juga yang sedang berdiskusi dengan serius. Temanya meloncat-loncat, ke mana-mana. Musim semi memang indah. Paginya indah. Siangnya indah. Sorenya indah. Malamnya pun indah. Lebih lebih bagi mereka yang menikmatmya dengan penghayatan ibadah. Namun demikian, ada juga orang-orang yang sama sekali tidak peduli dengan datangnya musim semi. Ada juga bahkan yang tidak pernah merasakan datangnya musim semi. Mereka bahkan nyaris tidak pernah merasakan adanya pergantian musim. Semua itu, lantaran kerasnya kehidupan yang harus mereka hadapi dan lalui. Lantaran mereka harus terus memeras otak dan menghadapi hidup dengan kucuran keringat dan bekerja tiada henti. Di antara orang-orang yang nyaris tak pernah peduli datangnya musim semi itu adalah ‘Mas Insinyur’ Khairul Az zam, dan beberapa orang mahasiswa yang bekerja dengannya. Malam itu, di kamarnya yang berada di sebuah apartemen, tepat di samping taman di mana ada dua ekor kucing yang sedang mendendangkan lagu-lagu cinta, ia masih juga belum istirahat dari pekerjaannya. Sementara teman-temannya satu rumah sudah larut bermesraan dengan mimpi indahnya masing masing. Azzam masih sibuk berkutat dengan kacang kedelainya yang telah ia beri ragi. Dengan penuh kesabaran ia harus membungkusnya agar menjadi tempe. Sejak lamarannya pada Anna Althafunnisa telah didahului oleh sahabatnya sendiri, 75 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam memutuskan untuk total bek erja. Sejak Ustadz Mujab menyarankan agar ia mengukur dirinya, ia memutuskan untuk total membaktikan diri pada ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Ia niatkan itu semua sebagai ibadah dan rahmah yang tiada duanya. Ia juga meniatkannya sebagai tempaan dan pelajaran hidup yang harus ia tempuh di universitas besar kehidupan. Ia yakin, semua itu tidak akan sia-sia. Bukankah Allah tak pernah menciptakan segala sesuah dengan kesiasiaan. Ia tidak lagi memiliki mimpi yang melangit tentang calon isteri. Ia sudah bisa mengaca diri. Ia yakin jodoh-nya telah ada, telah disiapkan oleh Allah Swt. Maka ia tidak perlu kuatir. Jodoh adalah bagian dari rezeki. Rezeki seseorang sudah ada jatahnya. Dan jatah rezeki seseorang tidak akan diambil oleh orang lain. Begitulah yang tergores dalam pikirannya. Maka ia merasa tenang dan tenteram. Tetapi tempaan hidup, ilmu hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya. Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menam-bah ilmu dan bagian dari usaha mengubah nasib. Sejak peristiwa itu ia merasa harus lebih serius menghadapi hidup. Ia mulai membangun diri untuk berproses tidak hanya sukses secara bisnis, tapi juga sukses secara akademis. Ia mulai menata diri untuk menyelesaikan S.1 tahun ini juga. Setelah itu ia tetap akan belajar dan belajar tiada hentinya. Wajahnya tampak lelah. Kedua matanya telah merah. Namun sepertinva ia tak mau menyerah. Dalam kondisi sangat letih, ia harus tetap bekerja. Ia tak mau kalah oleh keadaan. Ia tak mau semangatnya luntur begitu saja oleh rasa kantuk yang terus menderanya. Bila sudah begitu, ia selalu ingat perkataan Al Barudi yang selalu melecut jiwanya, Orang yang memiliki semangat. Ia akan mencintai semua yang dihadapinya. 76 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Ia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Ia menghela nafas dalam-dalam. Sudah masuk ujung ma-lam, dua jam lagi pagi datang. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya dengan segera. Ia harus punya waktu untuk istirahat, meskipun cuma satu jam memejam mata. Ia lalu berdiri dan menggerakgerakkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa linu dan pegal yang begitu terasa. Dua menit ia melakukan gerakan senam ringan. Lalu kembali jongkok. Dan kembali membungkus kedelai calon tempe dengan penuh ketelitian dan kesabaran. Tepat pukul tiga kurang lima menit ia berdiri dan bernafas lega. Pekerjaannya telah usai. Masih ada sedikit waktu untuk istirahat sebelum Subuh tiba. Alat-alat kerjanya ia rapikan. Ia letakkan pada tempatnya. Segera ia membersihkan tangannya dan mengambil air wudhu. Sebelum merebahkan badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan dirinya untuk shalat tahajud dua rakaat lalu shalat Witir. Ia membaca tasbih sambil mengatur jam bekernya. Lalu perlahan tidur. Baru saja matanya terpejam, ia mendengar namanya dipanggil-panggil pelan. Pintu kamamya juga diketuk, pelan. "Kang Azzam... Kang Azzam!" Dengan perasaan sangat berat, kepala sedikit pusing, ia bangkit. "Siapa? " tanyanya. "Hafez Kang." Azzam turun dari tempat tidurnya dan beranjak membuka pintu kamarnya. Di depan pintu kamarnya berdiri seorang pemuda berkaca mata. "Ada apa Fez?" tanya Azzam. 77 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Maaf Kang, saya tidak kuat lagi. Saya tidak bisa tidur Kang. Saya tidak tahu harus bagaimana? Saya perlu orang yang saya ajak bicara. Saya mau minta p ertimbangan Kang Azzam. Saya tidak kuat lagi Kang." Jelas Hafez dengan suara serak. "Masih tentang perasaanmu pada Cut Mala?" "Iya Kang." "Aku tahu kau pasti berat menanggung perasaan itu Fez. Tapi afwan 11 , aku belum tidur. Aku harus istirahat. Bila tidak aku bisa ambruk. Nanti saja kita bicarakan Setelah shalat Subuh ya. Kau baca Al-Quran saja sana untuk menenangkan jiwa sambil menunggu Subuh. Nanti kalau sudah Subuh aku dan teman-teman dibangunkan. Gitu ya?" "Tidak bisa sekarang Kang?" "Aku tidak kuat Fez. Aku baru saja selesai membungkusi tempe. Aku sangat lelah. Aku butuh istirahat." "Baiklah Kang. Setelah shalat Subuh." Pemuda berkaca mata itu beranjak ke kamamya. Azzam menutup kamarnya. Tanpa dikunci. Ia merebahkan badannya. Ia tahu Hafez menghadapi masalah serius. Tapi ia perlu istirahat. Dan membicarakannya setelah Subuh ia rasa tidak terlambat. Subuh sudah sangat dekat. Ia kembali berdoa, memejamkan mata dan tidur. Lelap. Sementara Hafez keluar dari kamamya dengan membawa mushaf. Ia mengikuti saran Azzam. Di ruang tamu ia membaca Al-Quran dengan suara pelan. Ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi menghayati dan mentadabburi apa yang dibacanya. Pikirannya tetap saja tertuju pada Cut Mala. Ia sendiri tidak tahu kenapa satu bulan ini hati dan pikirannya tidak bisa 11 Maaf 78 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I lepas dari Cut Mala. Mahasiswi Al Azhar dari Aceh yang tak lain adalah adik kandung teman yang paling akrab dengannya, yaitu Fadhil. Ia tidak menyadari bahwa perasaan cintanya pada gadis Aceh itu tumbuh dengan begitu lembut dan perlahan. Dan sekarang perasaan itu sudah sedemikian membuncah. Berbunga -bunga. Bahkan nyaris tak bisa dikuasainya. Sedemikian membuncahnya perasaan itu, hingga ia tak bisa berbuat apa-apa. Padahal saat itu, ia harus konsentrasi memikirkan ujian Al Azhar yang tinggal satu bulan lagi. Yang ada dalam pikiran dan hatinya selalu saja Cut Mala. Wajah Cut Mala. Suara Cut Mala. Langkah kaki Cut Mala. Budi bahasa Cut Mala. Gaya bahasa Cut Mala. Tingkah laku dan perangainya yang halus, sopan, dan sangat menjaga diri. Prestasi prestasinya yang selalu terukir dengan gemilang. Bahkan pendapat-pendapatnya yang tertuang dalam pelbagai buletin kemahasiswaan di Cairo. Itu semua telah membuat hati Hafez begitu kagum padanya. Ah, tak hanya kagum, tapi ada sesuatu yang aneh mendera-dera hatinya, entah apa namanya. Ia merasa, di dunia ini tak ada gadis yang ia anggap sempurna untuk menjadi pendamping hidupnya, menjadi ibu dari anak-anaknya, selain gadis dari Tanah Rencong itu. Sehap kali ia mendengar nama itu disebut, hatinya sela lu bergetar. Berdesir-desir. Disebut oleh siapa saja. Termasuk ketika ia mendengar nama itu disebut oleh Fadhil kakak kandung Cut Mala sendiri. Dan setiap kali ia membaca nama gadis kelahiran Ulee Kareng Banda Aceh itu tertulis di buletin, buletin apa saja. rasa cintanya bertambah-tambah. Ia merasa sudah nyaris gila. Ia sadar perasaan seperti itu tidak boleh menjajah dirinya. Tapi entah kenapa ia merasa sangat tidak berdaya. Ia membaca Al-Quran dengan perlahan 79 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dan ia kembali tidak berdaya. Cut Mala hinggap lagi di kelopak matanya. Sudah sekuat tenaga ia mengusir kelebatan bayangan Cut Mala, tapi tak kuasa. Semakin ia coba mengusirnya, justru semakin jelas bayangan Cut Mala bersemayam di benaknya. Ia benarbenar tak berdaya. Dalam ketidak berdayaan, kehadiran bayangan Cut Mala, malah ia rasakan sebagai sebuah kegilaan dan kenikrnatan, kenikmatan dan kegilaan. Bagaimana tidak. Saat ia berusaha mentadabburi apa yang ia baca, saat itu justru muncul bayangan yang tidak-tidak di benaknya: "Seandainya ia telah menikah dengam Cut Mala, lalu di penghujung malam seperti itu ia membaca Al-Quran bareng Cut Mala. Bergantian. Terkadang ia yang membaca, Cut Mala yang mendengarkan. Atau Cut Mala yang membaca, ia yang menyimak dengan seksama. Alangkah indahnya. Alangkah indahnya.” Ia memejamkan mata. Setetes airmata jatuh ke mushaf yang ia baca. Ia sesenggukan. Menangis dengan perasaan cinta, sedih, rindu dan merasa berdosa bercampur jadi satu. "Ya Allah, ampuni dosa hamba-Mu ini. Ya Allah, jika yang kurasakan ini adalah sebuah dosa maka ampunilah dosa hamba-Mu yang lemah ini." Dalam doa dan istighfarnya, ia sangat berharap bahwa Allah Swt. mengasihi orang-orang yang sedang jatuh cinta seperti dirinya. *** Di ufuk timur, langit menyemburatkan warna merah. Fajar perlahan menyingsing. Sebuah menara mengumandangkan azan. Disusul menara kedua. 80 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Beberapa detik kemudian azan berkumandang dari beribu menara yang menjulang di Kota Cairo. Azan dari menara Masjid Ar Rahmah membangunkan Cut Mala yang tinggal di kawasan Masakin Utsman. Tepatnya Masakin Utsman 72/ 605, tak jauh dari Masjid Ar Rahmah yakni masjid yang oleh orang-orang Indonesia disebut "Masjid Planet". Disebut "Masjid Planet" karena bentuknya yang tidak seperti masjid pada umumnya, tapi mirip bangunan dari planet lain.Ada juga yang menyebut "Masjid UFO", karena bentuknya agak mirip UFO. Gadis Aceh itu membangunkan teman-temannya. Ketika ia masuk kamar Tiara, ia mendapati kakak kelasnya itu masih bersimpuh di atas sajadahnya dengan terisak-isak. Ia tidak ingin mengganggunya. Cut Mala atau lengkapnya Cut Malahayati, tinggal di dalam flat yang cukup luas itu dengan empat orang mahasiswi. Flat itu memiliki tiga kamar tidur berukuran cukup luas. Satu dapur. Satu kamar mandi. Balkon. Dan ruang tamu yang juga luas. Flat itu tergolong mewah. Semua lantainya full karpet. Di ruang tamu ada seperangkat sofa yang diimpor dari Italia. Dapur full keramik. Dan kamar mandi yang tak kalah dengan hotel bintang tiga. Flat itu juga dilengkapi telpon, pemanas air, kulkas, kompor gas bahkan pengatur suhu udara diruang tamu. Cut Mala dan teman-temannya bisa dikatakan beruntung. Sebab untuk flat yang semewah itu mereka hanya membayar tiga ratus pound perbulan. Untuk ke kuliah pun seringkali ia memilih jalan kaki. Sebab flatnya dengan kuliah banat tidaklah jauh. Pemilik flat itu bernama Madam Zubaida. Seorang pengusaha yang kaya. Ia memiliki perusahaan travel dan beberapa toko sepatu di Cairo dan Alexandria. Madam Zubaida 81 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy sangat pemurah dan baik hati. Ia memiliki tiga orang anak. Satu putri, dua putra. Dua anaknya berada di luar negeri. Yang putri bemama Yasmin, sedang kuliah di Prancis, dan telah menikah dengan seorang staf Kedutaan Mesir di Paris. Anaknya yang nomor dua, kuliah di Istanbul. Hanya si Bungsu yang menemaninya. Masih kuliah di F akultas Kedokteran Cairo University. Setahu Cut Mala, Madam Zubaida memiliki tiga rumah di Cairo. Satu di kawasan Mohandisin yang ia tempati bersama putra bungsunya. Yang kedua di kawasan Ma'adi, dan yang ketiga di Masakin Utsman Nasr City yang disewakan kepada mahasiswi dari Indonesia. Tujuan Madam Zubaida menyewakan flatnya di Masakin Utsman memang tidak semata mata untuk mendapatkan uang, tapi agar flatnya ada yang menjaga, merawat dan mengurusnya. Maka ia hanya percaya pada para maha-siswi. Khususnya mahasiswi Indonesia. Kebetulan Madam Zubaida pernah memiliki seorang pembantu perem-puan dari Indonesia. Madam Zubaida sangat terkesan dengan kehalusan budi dan ketelatenan pembantunya itu dalam mengurus rumahnya. Maka sejak itu ia sangat percaya pada perempuan dari Indonesia. Perempuan Indonesia memang luar biasa di mata Madam Zubaida. Setiap bulan Madam Zubaida datang mengontrol keadaan flatnya pada hari yang tidak ia tentukan. Dan ia selalu puas, karena para mahasiswi dari Indonesia yang meninggali flatnya benar-benar menjaga dan merawat flatnya dengan baik. Cut Mala dan teman temannya bahkan selalu menjaga seluruh ruangan flat itu dengan pengharum ruangan, agar selalu segar dan wangi udaranya. Bisa dikatakan, seluruh penghuni rumah itu adalah mahasiswi yang bernaung dalam Keluarga Mahasiswa Aceh. Cut Mala dari Pidie dan Tiara dari Banda Aceh. Keduanya benarbenar asli Aceh, maksudnya kedua orangtua mereka memang 82 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I asli Aceh. Selain mereka berdua ada Cut Rika dan Masyithah. Keduanya tidak berdarah Aceh murni, namun tidak ada bedanya dengan yang berdarah Aceh.Cut Rika, lahir di Peukan Bada, Aceh Besar, tapi ia besar dan menghabiskan masa remajanya di rumah neneknya di Bandung. Ayahnya asli Peukan Bada, ibunya asli Bandung. Dan terakhir adalah Masyithah, gadis paling cantik di rumah itu. Bahkan, mungkin mahasiswi Indonesia paling cantik di Cairo. Hanya saja tidak banyak yang tahu seperti apa sesungguhnya kecantikannya. Sebab, dalam keseharian ia selalu memakai cadar. Masyithah lahir di Aceh, ayahnya asli Syiria, ibunya asli Pakistan. Jadi sama sekali tidak ada darah Aceh yang mengalir dalam dirinya. Tapi sejak pertama kali melihat dunia ia telah jadi orang Aceh. Masyithah lahir di Banda Aceh saat ayahnya mendapat tugas dari Rabithal 'Alam Islami untuk mengajar di IAIN Ar Raniry. Saat melahirkannya, ibunya meninggal dunia Ayahnya tetap teguh untuk menyelesaikan tugasnya berdahwah dan mengajar di Aceh. Ia dirawat oleh seorang gadis dokter yang membantu kelahirannya. Entah bagaimana awalnya, akhimya dokter asli Aceh yang merawatnya itu berhasil disunting ayahnya. Dialah ibunya, yang ia kenal sekarang. Meskipun sesungguhnya ia ibu tiri, tapi ia tak pernah merasa menjadi anak tiri. Sejak itu ayahnya pindah kewarga-negaraan menjadi orang Indonesia. Sekarang ayahnya bekerja di Kedutaan Besar Syiria di Jakarta. Sementara ibunya bekerja di RSCM Jakarta. Masyithah sudah bisa berbahasa Arab sejak kecil. Maka wajar jika ia paling fasih berbahasa Arab di rumah itu. Selain bahasa Arab, ia juga fasih berbahasa Indonesia dan Aceh. Cut Mala dan teman-temannya menjalankan shalat Subuh berjamaah. Mereka menggelar sajadah di ruang tamu. Yang 83 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy menjadi imam pagi itu Cut Rika. Mahasiswi tingkat tiga jurusan tafsir itu membaca surat An Nisa'. Bacaannya tartil dan fasih. Suaranya indah. Semuanya larut dalam penghayatan kalam ilahi. Usai shalat mereka zikir, mengingat Allah Swt., lalu membaca Al Ma' tsurat. 12 Setelah itu mereka kembali ke kamarnya masing-masing untuk tilawah. Cut Mala mengikuti Masyithah masuk kamar. Mereka berdua memang tinggal dalam kamar yang sama. Keduanya lalu larut dalam tadarus Al-Quran. Cut Mala terus membaca. Sementara Masyithah menyudahi bacaannya. Ia menyalakan komputernya. Tiara mendekati Cut Mala. Cut Mala menyudahi bacaannya. "Mau aku ajak jalan jalan Dik Mala? " Lirih Tiara. "Mau Kak." "Yuk kita keluar. Kita ke Hadiqah Dauliyah. Sekalian menghirup udara pagi. Aku ingin sedikit bicara denganmu." "Ayuk." Cut Mala melepas mukenanya. Memakai jubah hijau tuanya dan memakai jilbab hijau mudanya. Setelah yakin dengan penampilannya ia melangkah keluar kamar mengikuti Tiara. Masyithah yang mengetahui ke mana me-reka akan pergi berteriak, ''Jangan lupa nanti mampir beli roti." "Insya Allah. " Jawab Cut Mala. *** Usai shalat Subuh, Azzam tetap di masjid, demikian juga Hafez. Azzam membaca dua halaman mushafnya lalu mendekab Hafez yang duduk terpekur tak jauh darinya. Beberapa 12 Kumpulan dzikir dan doa dari Rasulullah Saw. Yang dibaca pada pagi dan sore hari 84 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I orang Mesir duduk melingkar untuk membaca Al-Quran bergantian. Biasanya Azzam menyempatkan ikut, tapi kali ini ia sudah berjanji pada Hafez. "Sebaiknya kita berbincang-bincang di luar sana sambil berjalan-jalan dan menghirup udara pagi" kata Azzam pada Hafez. Hafez mengangguk. Keduanya keluar meninggalkan masjid dan berjalan menelusuri trotoar ke arah Mahatta Gami'. "Kau bilang kau akan konsentrasi pada studimu Fez. Apa kau lupa dengan itu?" Kata Azzam seraya menghentikan langkahnya. Hafez juga menghentikan langkahnya. "Aku inginnya begitu Kang. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak bisa melupakan dia. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku bingung aku harus bagaimana. Saat shalat, aku membayangkan jika shalat bersamanya. Saat membaca AlQuran aku membayangkan jika aku membaca Al-Quran bergantian dengannya. Saat berdoa pun aku juga mengingat dirinya. Aku harus bagaimana Kang?" "Ini penyakit, kau harus sadar itu Fez!" "Aku sadar Kang, sangat sadar. Aku tak boleh membayangkan wajahnya. Itu tidak boleh. Itu haram.Tapi bayangan wajahnya datang begitu saja Kang. Aku bisa gila Kang. Aku rasa satu -satunya jalan aku harus berterus terang pada Fadhil, bahwa aku mencintai adiknya dan aku langsung akan mela marnya dan menikahinya secepatnya" Azzam tersenyum. "Itu pikiran yang bagus. Menikah. Tapi masalahnya apa kamu yakin adik si Fadhil. Siapa itu namanya Cut Nala?" "Bukan Nala Kang, Mala." 85 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "O ya Cut Mala. Apa kamu yakin dia siap untuk menikah. Dia baru tingkat dua. Sedang asyik-asyiknya merasakan dinamika hidupnya sebagai seorang maha-siswi. Bahkan seorang aktivis. Terus kalau dia siap menikah apa kamu yakin dia mau menikah denganmu? " "Lalu aku harus bagaimana Kang?" "Kau harus melupakannya. Jika dia jodohmu, percayalah, dia tidak akan ke mana-mana. Dia tidak akan diambil siapapun juga." "Tapi rasanya sangat susah Kang." "Aku tahu. Selama kau masih satu rumah dengan Fadhil kau takkan bisa melupakannya. Aku tahu setidaknya tiap dua hari sekali Fadhil mendapatkan telpon dari adiknya, dan sebaliknya Fadhil juga sering menelpon adiknya. Terkadang tanpa sadar Fadhil menyebut nama adiknya itu di depanmu, di depan kita-kita. Bagi orang lain yang tak memiliki perasaan apa-apa, mendengar namanya mungkin tak ada masalah. Tapi bagi kamu, itu sama saja air hujan menyirami tanaman yang mengharap air. Belum lagi kalau adiknya itu datang mengantar sesu-atu, yang terkadang mengantar makanan untuk kakaknya. Ya untuk kakaknya, tapi kita ikut menyantap masakannya. Bagi yang lain mungkin tidak masalah, tapi bagimu menyantap masakannya akan mengobarkan bara asmara yang mungkin susah payah kau padamkan. Jika kau nekat berterus terang pada Fadhil saat ini, percayalah kau bisa merusak sega lanya. Kau bisa merusak dirimu sendiri. Merusak hubunganmu dengan Fadhil. Bahkan juga bisa merusak Cut Mala." "Kok bisa sejauh itu efeknya Kang?" "Keinginan menikah itu baik. Keinginan melamar seseorang juga tidak salah. Namun jika waktunya tidak tepat, yang didapat bisa hal yang tidak diinginkan. Kau tentu tahu saat ini sudah sangat dekat dengan ujian. Waktunya orang 86 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I konsentrasi pada ujian. Kalau kau membuka perasaan dan keinginanmu saat ini, pasti bisa membuyarkan konsentrasi Fadhil, juga adiknya Cut Mala. Bahkan jika Cut Mala pun siap menerimamu. Konsentrasinya pada pelajaran akan buyar dan beralih memikirkan lamaranmu. Apalagi jika ia sebenamya tidak siap menikah. Fadhil juga akan sangat memikirkan hal itu. Sebab, kau adalah temannya, dan Cut Mala adalah adiknya. Jika Cut Mala menolak lamaranmu Fadhil pasti akan sangat tidak enak padamu. Belum lagi hal-hal lain di luar prediksi kita. Saya pernah mendapat cerita dari seorang bapak di KBRI, ada seorang mahasiswi gagal ujiannya gara-gara dilamar oleh seseorang lewat telpon dan mahasiswi itu tidak siap menerima lamaran itu. Konsentrasinya buyar dan ujiannya gagal. Apa tidak kasihan kalau itu terjadi pada Cut Mala." "Terus saya harus bagaimana Kang?" "Kau harus berhasil mengatasi dirimu. Kau harus bisa mengatasi perasaanmu. Jangan kau korbankan orang lain. Sebaiknya untuk sementara, kau mengungsilah yang jauh supaya bisa konsentrasi belajar. Nanti setelah ujian selesai, aku akan membanturnu membicarakan hal ini dengan Fadhil. Ini lebih baik bagimu dan bagi semuanya. Percayalah, siapa jodohmu, sudah ditulis di Lauhul Mahfudz. Kau jangan kuatir. Jika memang yang tertulis untukmu adalah Cut Mala, Insya Allah tidak akan ke manamana. "Baiklah Kang. Aku ikut saranmu. Tapi janji ya Kang, setelah ujian selesai nanti akan membanlu berbicara dengan Fadhil." "Ya, aku janji." *** Cut Mala dan Tiara keluar flat dan turun menggunakan lift. Mereka lalu berjalan ke selatan menuju Hadiqah Dauliyah. Sebuah taman kota di Nasr City yang sangat dibanggakan 87 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy oleh orang Mesir. Taman yang terdiri hanya atas beberapa hektar itu, mereka sebut Hadiqah Dauliyah, artinya International Garden, Taman Internasional. Mahasiswa Indonesia sering menertawakan orang Mesir begini,"Kita saja orang Indonesia yang memiliki taman sangat luas, replika dari suku bangsa Indonesia, untuk mengitarinya tidak cukup dengan jalan kaki. Kita masih menamakan taman mini. Kita menyebutnya Taman Mini Indonesia Indah. Sedangkan ini taman yang cuma beberapa hektar saja sudah disebut Taman Internasional. Terkadang orang Mesir menjawab dengan santai, "Itulah bedanya orang Indonesia dengan orang Mesir. Orang Indonesia terlalu rendah diri, terlalu minder dengan kemampuannya, dan tidak bisa memotivasi diri. Sedangkan orang Mesir selalu percaya diri. Selalu bisa memotivasi diri! Kita bisa menginternasionalkan yang kecil." Maka biasanya orang Indonesia akan diam sambil terus menggerutu di dalam hati, "Dasar orang Mesir anak Fir'aun, sombong sekali!" Cut Mala dan Tiara sudah sampai di gerbang Hadiqah. Gerbang baru saja dibuka. Beberapa orang Mesir masuk. Mereka berpakaian olah raga. Dua gadis Aceh itu masuk. Tiara mengajaknya duduk di sebuah bangku panjang. Langit tampak cerah. Burung burung beterbangan dari pohon ke pohon. Dari arah timur, di antara gedung-gedung bertingkat muncul cahaya kemerahan yang perlahan menjadi kekuningkuningan. Matahari muncul seolah tersenyum pada bumi. "Mau bicara tentang apa Kak?" Tanya Cut Mala. "Aku mau sedikit minta tolong padamu Dik." Jawab Tiara. "Apa itu Kak?" "Begini, aku sedang sedikit menghadapi masalah serius. Aku minta kamu tidak membuka hal ini kepada siapapun juga. 88 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Kemarin aku mendapat telpon dari Aceh. Dari ayah. Beliau bilang, aku dilamar oleh seorang Ustadz. Namanya Ustadz Zulkifli. Dia adalah salah seorang ustadz di pesantren kakak dulu. Namun dia tidak pernah mengajar kakak. Karena ketika dia masuk pesantren, kakak sudah kelas dua aliyah. Dan dia mengajar di kelas satu. Jadi kakak tidak tahu persis bagaimana sebenamya dia. Ayah cerita, katanya Ustadz Zulkifli pernah satu pesantren dengan Kak Fadhil, kakakmu. Aku minta tolong sampaikanlah keadaanku ini pada Kak Fadhil. Aku sebaiknya mengambil keputusan apa? Harus aku terimakah lamarannya atau bagaimana? Dua hari lagi ayah mau menelpon untuk meminta kepastianku. Ayah menyerahkan sepenuhnya padaku." "Sebenarnya dari hati nurani paling dalam Kak Tiara bagaimana? Menerima atau menolak? " "Aku tidak tahu Dik." "Reaksi hati pertama kali mendengar lamaran itu bagaimana Kak?" "Biasa-biasa saja. Karena sebenarnya aku belum ingin menikah. Aku ingin menikah setelah selesai kuliah. Tapi ayah bilang jika aku mau, Ustadz Zulkifli akan menyusul ke Mesir. Aku belum bisa mengambil keputusan. Tolong ya sampaikan hal ini pada Kak Fadhil. Aku ingin tahu pendapat dia sebagai pertimbangan. Dia mungkin kenal baik Ustadz Zulkifli, dan dia juga tahu tentang diriku." "Baiklah Kak, amanah kakak segera saya tunaikan, Insya Allah." Hati Tiara merasa lega mendengar jawaban Cut Mala. Sebenarnya ia ingin mengatakan pada Cut Mala, bahwa ia mencintai Fadhil, kakaknya, tapi ia tidak sampai hati menyampaikannya. Rasa malulah yang menghalanginya. Selama ini ia hanya bisa meraba tanpa bisa memastikan apakah Fadhil 89 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy memiliki perasaan yang sama ataukah tidak. Ia ingin mendengar komentar Fadhil tentang masalahnya untuk sedikit mencari petunjuk dan isyarat seperti apa sesungguhnya sikap Fadhil kepadanya. Ia ingin mencari petunjuk bahwa Fadhil juga mencintainya. Jika ya, ia akan lebih memilih hidup bersama orang yang dicintainya. Ia sangat yakin Fadhil orang yang baik dan saleh, demikian juga Ustadz Zulkifli. Jika demikian, bila disuruh memilih yang sama baiknya, tentu ia akan memilih yang telah diterima oleh hatinya. Namun, ia merasa jodoh terkadang tidak bisa dipilih. Jodoh dalam keyakinannya adalah dipilih. Ya, dipilihkan oleh Allah. Manusia hanya berusaha, berikhtiar. Dan apa yang ia lakukan pada pagi buta dimusim semi itu ia yakini sebagai salah satu dari ikhtiarnya. Ia tidak bisa menampik bahwa ia mencintai Fadhil, dengan diam-diam. Namun ia tidak yakin cinta seperti yang ia rasakan akan kekal. Baginya, cinta yang kekal adalah untuk orang yang secara sah menjadi suaminya, Dan ia tidak memungkiri, ia ingin orang itu adalah Fadhil. Sekali lagi jika boleh memilih. Tiara bangkit diikuti Cut Mala. Keduanya berjalan mengitari taman. Orang-orang Mesir semakin banyak berdatangan. Ada yang berlari-lari kecil. Ada yang hanya berjalan jalan. "Berarti Ustadz Zulkifli itu pernah belajar di Pesantren Ar Risalah Medan Kak?" tanya Cut Mala. Ia bertanya begitu karena Fadhil, kakaknya menyelesaikan pendi-dikan menengahnya di pesantren itu. "Iya. Setahu saya, dia waktu MTs dan Aliyahnya di Pesantren Ar Risalah, lalu kuliah di LIPIA Jakarta Prograrn I’dadul Lughah, setelah itu ia mengajar di pesantren kakak." Jelas Tiara panjang lebar. 90 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Dia tampan nggak Kak?" "Aku tak ingat lagi wajahnya Dik. Kenapa kau tanya begitu.?" "Memang tidak boleh, Kak?!" "Ya boleh saja. Tapi kenapa kau tanya begitu?" "Kalau dia tampan, ya diterima saja Kak." "Kalau tidak tampan?" "Ya terserah Kakak. Kan Kakak yang mengambil keputusan, dan kakak pula yang akan menjalaninya bukan Mala, hi... hi... hi...." Cut Mala cekikikan. Dua lesung di pipinya menambah pesona wajahnya. Tiara gemas dibuatnya. 91 Ilyas Mak’s eBooks Collection
7 SMS UNTUK ANNA Gadis itu berjalan dengan hati berselimut cinta. Hatinya berbunga -bunga. Siang itu, Cairo ia rasakan tidak seperti biasanya. Musim semi yang sejuk, matahari yang ramah, serta senyum dari Profesor Amani saat memberinya ucapan selamat dan doa barakah. Semua melukiskan suasana indah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasakan begitu dalam rahmat dan kasih sayang Allah kepadanya. Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan kali pertama ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa menangis bahagia.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Dulu, begitu kedua kakinya untuk pertama kalinya menginjak tanah Mesir, ia menangis. Juga saat berhasil lulus S.1 dua tahun yang lalu dengan predikat mumtaz, atau summa cumlaude. Ialah mahasiswi dari Asia Tenggara pertama yang berhasil meraih prestasi ini. Ia juga menangis penuh rasa syukur ketika berhasil lulus ujian tahun kedua pasca sarjana. Lulus setelah melewati ujian tulis dan ujian lisan yang berat. Dalam ujian lisan ia harus berhadapan dengan empat profesor. Lulus juga dengan nilai mumtaz, sehingga ia berhak untuk mengajukan judul tesis. Saat itu ia merasakan betapa dekatnya Allah 'Azza wa Jalla. Betapa sangat sayanya Allah kepadanya. Doa dan usaha kerasnya senantiasa dijabahi olehNya. Dan hari ini, ia kembali menangis. Menangis bahagia. Hatinya dipenuhi keharuan -luar biasa. Batinnya terus bertasbih dan bertahmid. Jiwanya mengalunkan gerimis Subhaana Rabbiyal a'la wa bihamdih. Subhaana Rabbiyal a'la wa bihamdih. Subhaana Rabbiyal a’1a wabihamdih... Ia bertasbih. Proposal tesisnya langsung diterima tanpaa menunggu waktu yang lama. Hanya satu bulan saja sejak proposal tesisnya itu ia ajukan ke Qism Diraasat 'Ulya. 13 Ia kembali menangis. Ia kembali teringat kata abahnya tercinta, "Anakku, alangkah indahnya jika apa saja yang kau temui. Apa saja yang kaurasakan. Suka, duka, nikmat, musibah, marah, lega, kecewa, bahagia. Pokoknya apa saja, Anakku. Bisa kau hubungkan derngan akhirat, dengan hari akhir. Dengan begitu hatimu akan sangat peka menerima cahaya hikmah dan hidayah. Hatimu akan lunak dan lembut Selembut namamu. Dan tingkah lakumu juga akan tertib setertib namamu!" 13 Program Pascasarjana 93 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Wajah abahnya seperti di depan mata. Saat itu ia bingung dengan maksud menghubungkan yang ditemui dan dirasakan dengan akhirat. Abah sepertinya tahu akan kebingungannya, maka abah langsung menyambung, "Begini Anakku, jika suatu ketika kau dimurkai ibumu misalnya, carilah sebab kenapa kau dimurkai ibumu. Hayati perasaanmu saat itu, saat kau dimurkai. Ibumu murka kemungkinan besar karena kau melakukan suatu kesalahan, yang karena kesalahamnu itu ibumu murka. Dan saat kau dimurkai pasti kau merasakan kesedihan, bercampur ketakutan dan juga penyesalan atas kesalahanmu. Itulah yang kau temui dan kau rasakan, saat itu. Lalu hayati hal itu sungguh sungguh, dan hubungkan dengan akhirat. Bagaimana rasanya jika yang murka kepadamu adalah Allah. Murka atas perbuatanperbuatanmu yang membuat-Nya murka. Bagaimana perasaanmu saat itu. Mampukah kau menanggungnya. Jika yang murka adalah ibumu, kau bisa meminta maaf. Karena kau masih ada di dunia. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada Allah saat itu? " Air matanya kembali meleleh. "Terima kasih Abah!" Lirihnya. Kata-kata abahnya itu memang sangat membekas dalam dirinya. Kata -kata abah saat berusaha menghiburnya kala ia dimurkai ibunya liburan tahun lalu. Ia dimurkai gara-gara asyik membaca saat diminta ibunya mengupaskan mangga kepona-kannya si Kecil Ilham— putra kakak sulungnya. Saat itu ia hanya menjawab "Inggih, sekedap'' 14 dan ia masih konsentrasi membaca buku yang baru ia beli dari Shopping Centre Jogja. Ia tidak memperhatikan pisau dan mangga yang diletakkan oleh lbu di samping kanannya. Sementara ia terus asyik membaca, si Kecil rupanya tidak sabar. Diam-diam ia mengambil pisau dan berusaha mengupas 14 Ya Sebentar 94 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I sendiri. Akibatnya, jari si Kecil kepiris , darah mengalir dari jarinya dan harus dilarikan ke puskesmas. Ia dimurkai ibunya habishabisan, buku yang ia baca dibakar oleh ibunya. "Buku setan! Apa hidup hanya untuk membaca! Apa belajar bertahun-tahun di Mesir masih kurang hah! Apa ilmu hanya ada dalam buku! Peka pada anak kecil apa juga tidak perlu ilmu! Apa gunanya jadi sarjana, lulusan Al Azhar kalau tidak tanggap sasmita, kalau disuruh ibunya tidak segera beranjak!" Saat itu ia benar-benar sangat menyesal. Ia merasa begitu kerdil. Kesalahannya seolah tidak bisa ditebus, tidak termaafkan. Merasa menjadi orang paling berdosa di dunia. Ibu tidak pernah marah bila ia membaca buku. Tapi saat itu beliau sangat murka justru dikarenakan keasyikannya membaca buku. Abah menghiburnya. Itu baru ibu yang murka, bagaimana jika Allah yang murka? Dan hari berikutnya, ibu sudah tersenyum padanya, sudah melupakan semua kesalahannya. Si Kecil Ilham seperti tidak merasakan sakit pada jarinya saat ia ajak main bongkarpasang balok susun. Dia terus berjalan. Kakinya melangkah menyeberangi jalan raya dan rel metro yang melintas di depan Kulyyatul Banat. Sinar matahari begitu cerah dan bening, tidak seperti saat musim panas atau musim dingin. Sesekali ia mengusap matanya yang sembab dengan sapu tangannya. Sesungguhnya yang membuat dia menangis tidaklah semata -mata rasa bahagia karena proposal tesisnya diterima dalam waktu begitu singkatnya, sementara ada mahasiswi yang sudah dua kali mengajukan proposal tesis dan sudah menunggu satu tahun tapi belum juga diterima. Namun yang membuatnya menangis, karena ia teringat, bahwa yang dirasakannya barulah kebahagiaan duniawi, belum ukhrawi. 95 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Begitu bahagianya ia, ketika jerih payahnya, kerja kerasnya memeras otak, pontang-panting ke perpus-takaan Shalah Kamil dan IIIT Zamalek, membuka dan menganalisis ratusan referensi akhirnya membuahkan hasil yang melegakan jiwa. Begitu hahagianya hatinya saat diberi ucapan selamat oleh Profesor Amani. Benarlah kata pepatah, siapa menanam, dia mengetam. Baru proposal tesis yang diterima, ia begitu bahagianya. Baru ucapan selamat dari Profesor Amani, ia begitu bangga nya. Kalimat Guru Besar Ushul Fiqh yang sangat dicintai para mahasiswinya itu masih bergema dalam jiwanya : "Selamat Anakku, semoga umurmu penuh barakah, ilmumu bermanfaat. Teruslah belajar dan belajar!" Air matanya kembali meleleh. Ia lalu berkata pada diri sendiri "Lantas seperti apakah rasanya ketika kelak di hari akhir seseorang mengetahui amalnya diterima Allah. Ia menerima catatan amalnya dengan tangan kanan. Dan mendapatkan ucapan selamat dari Allah, dari Baginda Nabi, dari malaikat penjaga surga, dan dari seluruh malaikat, para nabi dan orang-orang saleh. Saat surga menjadi tempat tinggal selama-lamanya. Kebahagiaan semacam apakah yang dirasa?" Ia melangkah. Matanya basah, "Rabbana taqabbal minna innaka antas sami'ul 'aliim. Tuhan terimalah amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lirihnya dalam hati, sambil menghayati dengan sepenuh jiwa bahwa tiada prestasi yang lebih tinggi dari diterimanya amal saleh oleh Allah dan dibalas dengan keridhaanNya. Ia terus melangkah menapaki trotoar di depan gedung Muraqib Al Azhar, ke arah Abdur Rasul. Ia menengok ke kiri, memandang gedung Muraqib sekejab. Di gedung itulah dulu berkas-berkasnya masuk Universitas Al Azhar diproses. Di 96 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I gedung itulah ia pertama kali kenal antrean yang lumayan panjang di Mesir. Di gedung itu juga ia berkenalan dengan Wan Najibah Wan Ismail, mahasiswi dari Kedah, Malaysia yang kini menjadi salah satu sahabat karibnya. Saat itu ia juga antre untuk mendaftarkan diri masuk Al Azhar. Bagi mahasiswa dan pelajar Al Azhar, gedung Muraqib atau nama resminya Muraqabatul Bu'uts Al Islamiyyah pasti menyisakan kenangan tersendiri. Bagi yang dapat bea siswar maka mengurus beasiswanya juga tidak lepas dari Muraqib. Bahkan bagi yang tidak mendapatkan beasiswa dari Al Azhar dan ingin mengajukan permohonan beasiswa ke lembaga lain, juga harus mendapatkan surat keterangan tidak menerima beasiswa dari Muraqib. Seluruh lembaga pendidikan di dunia yang ingin menyamakan ijazah mereka dengan ijazah Al Azhar harus melalui proses di Muraqib. "Pentingnya Muraqib bagi Al Azhar nyaris sama seperti tangan bagi manusia", begitu kata Zuleyka, seorang mahasiswi dari Turki, suatu kali kepadanya saat bertemu di depan Muraqib. Mungkin ungkapan itu terlalu berlebihan. Namun memang Muraqib jadi bagian pusat administrasi dan birokrasi yang sangat vital bagi Al Azhar. Begitu sampai di Tayaran Street ia melihat jam tangannya. Sebelas kurang seperempat. Ia ingin segera sampai rumah, dan mengabarkan kebahagiaannya kepada seluruh teman rumah. Nanti setelah shalat Zuhur ia akan ke Daarut Tauzi’, membeli beberapa buku dan kitab. Ia belum pernah ke toko buku yang satu ini. Pulang dari Daarut Tauzi' setelah Ashar. Dan si Zahraza, mahasiswi asal Kedah yang satu rumah dengannya tak usah repot repot masak. Setelah shalat Maghrib, ia mau mengajak orang satu rumah makan di Palace, restaurant milik mahasiswa Thailand di kawasan Rab'ah El Adawea yang terkenal Tom Yam dan nasi gorengnya. 97 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Dan saat pulang dari PaIace ia akan mampir ke rumah Laila yang menjadi agen Malaysia Air Lines. Ia akan pesan tiket pulang ke Tanah Air dengan transit dua minggu di Kuala Lumpur. Kalau tidak, ia akan pesan pada Laila lewat telpon saja. Rencananya ia hendak melakukan penelitian di Malaysia untuk bahan tesisnya. Maka ia merasa, sebaiknya ia berangkat minggu ini. Sebab Wan Aina mahasiswi asal Selangor yang tinggal serumah dengannya mau pulang ke Malaysia minggu ini. Putri bungsu orang penting di Malaysia itu pulang hanya dua minggu untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Pikirnya, ia bisa bersama Wan Aina selama di Kuala Lumpur. Sehingga urusan penelitian untuk tesisnya tentang "Asuransi Syariah di Asia Tenggara" akan menjadi lebih mudah. Ia berencana hendak melakukan penelitian di Perpustakaan ISTAC-IIUM di Petaling Jaya, Perpustakaan IIUM di Gombak, dan Perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia di Kajang. Dan kakak Wan Aina yang hendak menikah adalah dosen di IIUM. Wan Aina sendiri berjanji akan menemaninya selama mela-kukan penelitian di Malaysia. Itulah rencana yang telah tersusun dalam kepalanya saat ini. Yang paling penting ia harus segera pulang ke Tanah Air sambil melakukan penelitian serius untuk tesisnya. Ia ingin segera pulang untuk berbagi rindu, cerita, dan rasa bahagia dengan abah dan ibundanya tercinta. Begitu menyeberang Tayaran Street, hand phone-nya berbunyi. Ada SMS masuk. Ia menghentikan langkah dan melihat layar hand phone, dari Mbak Zulfa, isteri Ustadz Mujab, yang masih bisa digolongkarl sepupu dengannya. Kakek ayah Ustadz Mujab adalah juga kakek abahnya. Jadi 98 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I antara dirinya dan Ustadz Mujab masih erat pertalian darahnya. Ia buka pesan yang masuk : "Ass. Wr. Wb. Dik Anna, bagaimana Istikharahnya? — Sdh ada kepastian? Td Ust. Furqan ngebel ke Ust. Mujab, katanya besok mau dolan. Mungkin mau menanyakan hasilnya." Ia tertegun sesaat, sesuatu yang nyaris dia lupakan, kini ditanyakan. Memang sudah tiga bulan yang lalu ia diberitahu Mbak Zulfa tentang keseriusan Furqan yang ingin mengkhitbahnya. Saat itu ia sedang konsentrasi ujian, jadi ia anggap angin lalu. Apalagi Furqan bukan yang pertama mengutarakan keseriusan kepadanya. Ia telah menerimanya belasan kali. Baik yang melalui orang ketiga seperti Furqan, atau yang langsung blak-blakan lewat telpon, sms, email, surat maupun disampaikan langsung face to face. Semuanya telah mampu ia selesai-kan dengan baik. Namun lamaran dari Furqan, Mantan Ketua Umum PPMI, dan kandidat M.A. dari Cairo University, ia rasakan agak lain. Tidak mudah baginya untuk mengatakan "tidak", seperti sebelumsebelumnya. Juga tidak mudah untuk mengatakan "ya." Ia sama sekali tidak menemukan alasan untuk menolak. Namun juga belum mendapatkan kemantapan hati untuk menerimanya. Pikirannya masih terpaku pada tesisnya. Namun ia juga sadar bahwa waktu terus berjalan, dan usianya hampir seperempat abad. Memang sudah saatnya ia membina rumah tangga, menyempurnakan separo agama. Ia melangkah sambil memasukkan hand phone ke dalam tas birunya. Jilbab putih yang menutupi sebagian jubah biru lautnya berkibaran diterpa semilir angin sejuk musim semi. Ia mencoba menghadirkan bayangan wajah Furqan. Namun spontan ada yang menolak dan dalam jiwanya. Ia tersadar, dalam kenikmatan, dalam kelapangan selalu ada ujian. Dalam 99 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy setiap hembusan nafas dari aliran darah selalu ada setan yang ingin menye-satkan. Ia langsung istighfar dan ber-ta'awudz. Ia juga sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa yang punya nafsu, bukan malaikat suci yang tak memiliki nafsu. Yang pasti, sunah Nabi tetap harus diikuti, dan suatu saat nanti ia harus mengatakan "ya" atau "tidak" untuk Furqan. Ya, suatu saat nanti tidak harus saat ini. Musim semi kali ini ia tidak ingin diganggu siapa saja, termasuk apa saja yang berkenaan dengan Furqan. *** Sementara itu di belahan lain Kota Cairo, tampak sebuah sedan Fiat putih keluar dari pelataran Fakultas Darul Ulum, Cairo University. Sedan itu melaju pelan di Sarwat Street lalu belok kanan ke Gami'at El Qahirah Street, kemudian belok kanan melintas di depan Zoological Gardeen dan terus melaju ke arah sungai Nil. Tak lama kemudian Fiat putih itu telah berada di atas El Gama'a Bridge, salah satu jembatan utama Kota Cairo yang melintang gagah di atas sungai Nil. Begitu sampai di kawasan El Manyal yang berada di Geziret El Roda, sedan itu belok kanan menyusuri Abdel Aziz Al Saud Street yang membentang di tepi sungai Nil dari ujung selatan Geziret sampai ujung utara. Sedan putih buatan Italia itu terus melaju ke ujung utara, hingga melintasi Cairo University Hospital. Tepat di ujung utara Geziret, tampak Meridien Hotel berdiri gagah. Sedan terus melaju dengan tenang hingga masuk di pelataran Meridien. Begitu menemukan tempat yang tepat di pelataran parkir, sedan itu berhenti. Seorang pemuda berwajah Asia keluar dari sedan. Ia mengeluar-kan tas ransel dan tas jinjing hitam. Setelah mengunci mobil ia melangkah ke arah pintu masuk hotel. Dua orang pelayan hotel berkemeja hijau muda dengan rompi dan celana hijau tua menyambutnya 100 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dengan senyum manis. Seorang di antara mereka menawarkan untuk membawakan tasnya, tapi ia menolak. Pemuda itu berjalan tenang melewati lobby hotel menuju resepsionis. Dua orang petugas resepsionis dengan aura kecantikan khas gadis Mesir menyambutnya dengan senyum. Seorang di antara mereka menyapa, "Good Afternoon, Sir. Can I help you? " Pemuda itu membalas dengan senyum seraya menunjukkan paspornya. Saat menyerahkan paspornya, ia sempat mem baca nama dua resepsionis itu. Dina dan Suzan. Si Dina menerima paspor itu dengan senyum lalu menulis sesuatu di komputer. Sebelum Dina berkata, sang Pemuda telah mendahuluinya dengan sebuah kalimat dalam bahasa Arab, "Lau samahti ya Anesa Dina...." 15 "Na'am," Resepsionis bernama Dina tampak terkejut, "Hadratak bitakallim 'arabi? " 16 "Alhamdulillah, fiin Anesa Yasmin? Heya musy gaiya el yom?" 17 "Heya hategi bil leil, insya Allah." 18 Dina lalu melihat data di komputer. "Kamar Anda 615, Tuan Furqan" "Kalau boleh 919." "Sebentar saya cek dulu." Furqan menangkap bau semerbak wangi parfum yang menyengat. Bau itu begitu menteror dirinya. Ia menoleh ke 15 Maaf Nona Dina. (Anesa, atau Anisah adalah sapaan untuk petempuan yang belum menikah) 16 Anda bisa berbahasa Arab? 17 Alhamdulillah, mana Nona Yasmin? Dia t dak datang hari ini? 18 Dia akan datang nanti malam, Insya Allah. i 101 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy arah datangnya bau itu. Seorang perempuan Mesir berambut jagung dan berpakaian ketat melintas. Tangannya digandeng seorang turis bule. Dalam hati ia istighfar, ia berdoa semoga suatu kali nanti perempuan itu tahu adab memakai pakaian dan parfum. Mengenai bule yang menggandengnya ia tidak mau berpurbasangka. Mungkin itu adalah suaminya. Ia kem bali memperhatikan Dina. Pada saat yang sama Dina menoleh ke arahnya. "Ada isinya, Tuan." "Kalau begitu coba 819." "Baik, sebentar." Dina kembali melihat layar komputer sementara jari jarinya menari di atas keyboard dengan indahnya. Furqan melihat jam tangannya, dua belas lebih tiga menit. "Alhamdulillah, kosong!" "Breakfast-nya sekali saja ya." "Baik, Tuan." Dina lalu memasukkan data. Mengambil key card, dan memasukkannya ke dalam wadah berlipat tiga dari karton berwarna kuning keemasan. Menuliskan nama Furqan, nomor kamar dan mengambil kupon merah muda. "Ini kunci dan kupon breakfast-nya." "Mutasyakkir ya Anesa." 19 "Afwan." 20 Furqan memeriksa sebentar key card dan kupon yang ia terima, lalu tersenyum tipis pada Dina dan Suzan. Keduanya 19 20 Terima kasih nona. Maaf 102 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I membalas dengan senyum dan anggukan ringan. Furqan lantas melangkahkan kaki ke arah lift. Ia tidak sadar kalau Dina terus mengikuti gerak tubuhnya sampai hilang ditelan pintu lift. Furqan naik lift bersama dua turis dari Jepang. Dua muda-mudi yang sedang melakukan riset tentang alat transportasi Mesir kuno. Keduanya ternyata mahasiswa Kyoto University. Kamar mereka dilantai yang sama dengan kamar Furqan. Mereka begitu antusias ketika Furqan menjelaskan dia juga seorang mahasiswa. Furqan memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa pascasarjana Cairo University, jurusan tarikh wal hadharah, sejarah dan peradaban. Sebelum berpisah untuk menuju kamar masing-masing, Furqan sempat bertukar kartu nama dengan mereka. Sampai di pintu kamar 819, dengan mengucap basmalah, Furqan membuka pintu kamar dengan key card-nya. Lalu memasukkan key card-nya ke tempat bertuliskan "insert your card here" untuk menyalakan listrik. Furqan langsung merasakan kesejukan dan kemewahan kamarnya. Kemewahan Eropa kontemporer hasil perkawinan arsitektur Italia dan Turki modern. Furqan meletakkan tas jinjing dan tas ranselnya di atas meja pendek di samping kanan almari televisi. Ia lalu beranjak membuka tabir jendela kamarnya. Dan terhamparlah di hadapannya panorama sungai Nil. Kamarnya tepat menghadap sungai Nil. Dari jendela kamamya ia bisa melihat hampir semua panorama sungai Nil. Ke arah utara ia bisa melihat El Tahrir Bridger, jembatan paling utama yang melintas sungai Nil. Ia juga bisa melihat Gezira Sheraton Opera House, Cairo Tower, bahkan menara Television and Broadcasting Studio di kejauhan. 103 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ke arah barat ia bisa melihat gedung Papyrus Institute, arus lalu lintas di El Nil Street yang berada tepat di sepanjang tepi barat sungaiNil, membentang dari Giza hingga Imbaba. Ke arah selatan ia bisa melihat El Gama'a Bridge, bendera Kedutaan Israel, dan terminal transportasi air yang letaknya tak begitu jauh dari El Gama'a Bridge dan tentu saja beberapa menara masjid. Cairo memang terkenal dengan kota seribu menara. Sangat mudah menemukan menara masjid di kota ini. Sebab hampir di setiap titik ada masjidnya Furqan merebahkan badannya di atas springbed. Punggungnya terasa nyaman. Perlahan-lahan kedua matanya hendak terpenjam. Tiba-tiba hand phone-nya berdering mengingatkan saatnya shalat. Ia bangkit, menggerak-gerakkan badannya untuk melemaskan otot ototnya lalu duduk di kursi. Di kepalanya telah tergambar jadwalnya selama berada di hotel. Setelah wudhu ia akan keluar sebentar untuk shalat Zuhur di masjid terdekat dari hotel. Ada masjid di dekat Cairo University Hospital yang terletak di sebelah selatan Meridien. Setelah itu istirahat sebentar. Satu jam sebelum Ashar, bangun untuk mulai membaca isi tesisnya. Untuk seterusnya konsentrasi memperdalam isi tesisnya yang siap diujikan dalam sidang terbuka tiga hari lagi. Hanya diselingi shalat, makan dan mandi. Selain tesis yang telah paripurna penyuntingannya, bahan-bahan terpenting telah ia bawa yaitu beberapa buku penting, data -data penting yang telah ia simpan rapi dalam laptop serta beberapa data dalam berlembar-lembar fotocopy. Itulah jadwal yang telah tersusun di kepalanya. Saat ia bangkit hendak ke kamar mandi telpon yang ada di kamarnya berdering. Ia kaget, dalam hati ia bertanya siapa yang telpon, baru saja sampai sudah ada yang telpon. "Ya, hello. Ini siapa ya?" 104 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Ini Sara, Tuan Furqan. " "Sara siapa ya?" "Sara Zifzaf, mahasiswi Cairo University yang berkenalan dengan Tuan diperpustakaan dua bulan yang lalu. " "Sebentar, Sara yang tinggal di Mohandisin itu ya?" "Iya benar." "Kok bisa tahu saya di sini!?" Tanya Furqan heran. Ia heran bagaimana mungkin ada orang yang tahu ia ada di hotel itu dan tahu nomor kamarnya. Apalagi dia adalah gadis Mesir yang berkenalan tidak di sengaja di Perpustakaan. Setelah itu tidak pernah bertemu lagi sama sekali. Ia berkenalan dengan Sara di perpustakaan. Gara garanya, saat itu perpustakaan penuh. Tidak ada lagi kursi kosong kecuali satu kursi di dekat seorang gadis Mesir. Ia terpaksa duduk di situ. Ia membaca dan menulis hal-hal penting dengan laptop-nya di samping gadis itu. Entah kenapa gadis itu lalu mengajaknya bicara dan terjadilah perkenalan itu. Gadis itu adalah Sara. Dia memperkenalkan diri sebagai mahasiswi Cairo University yang tinggal di Mohandisin. Gadis itu ingin mengajaknya banyak bicara, Tapi ia minta maaf tidak bisa banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya. "Kebetulan tadi saya menemani ayah saya bertemu koleganya di hotel ini. Saat saya hendak meninggalkan lobby saya sempat melihat Tuan Furqan di meja resepsionis. Maka saya tanya pada resepsionis untuk meyakinkan saya bahwa yang saya lihat tidak salah. Dan ternyata benar. Sebenarnya saya ingin bertemu langsung dengan Tuan Furqan. Tapi sayang saya ada janji dengan seorang teman di Giza. Ini saya menghubungi Tuan di jalan, dalam perjalanan ke Giza." "Ada keperluan apa Anda menghubungi saya, Nona?' 105 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya ingin mengundang Anda makan malam bersama?" "Ya makan malam bersama?" Furqan kaget, ia baru sekali bertemu dengan gadis Mesir itu. Tapi gadis Mesir itu bisa tidak lupa padanya. Ia saja jika bertemu lagi dengan gadis itu di jalan mungkin sudah lupa. Terus baru sekali bertemu sudah berani mengundang makan malam. Ia heran. Itu bukanlah watak asli gadis Mesir. Watak asli gadis Mesir adalah menjaga diri dengan rasa malu yang berlapis lapis. "Saya mengundang Tuan nanti malam jam 19.30 di Abu Sakr Restaurant di Qashr Aini Street, tepat di depan Qashr El Aini Hospital. Setelah berkenalan dengan Tuan di perpustakaan itu, saya lalu mencari data lebih jauh tentang Tuan di bagian kemahasiswaan. Saya jadi mengetahui banyak hal tentang Tuan. Saya juga sering melihat Tuan melintas di gerbang kampus, tapi Tuan pasti tidak tahu. Saya harap Tuan bisa memenuhi undangan saya malam ini" Suara Sara itu terasa indah ditelinga. Bahasa 'Amiya Mesir jika diucapkan oleh gadis Mesir memiliki sihir tersendiri. Sihir yang tidak dimiliki jika diucapkan oleh kaum laki-laki. Furqan berpikir sejenak lalu menjawab dengan tegas, "Maaf, mungkin saya tidak bisa Nona. Ada yang harus saya kerjakan." "Tidak harus Tuan jawab sekarang. Lihat saja nanti malam, jika ada waktu silakan datang. Jika tidak, tidak apa. Namun saya sangat senang jika Tuan bisa datang. Ini saja Tuan, maaf mengganggu. Sampai bertemu nanti malam. Syukran." "Afwan." Seketika ada tanda tanya besar dalam kepala Furqan, kenapa gadis yang baru begitu ia kenal itu mengundangnya 106 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I makan malam? Sangat aneh untuk adat wanita Mesir kebanyakan. Ia merasa heran. "Ah, emang gua pikirin. Gua ke sini bukan untuk memenuhi undangan makan, tapi untuk persiapan sidang tesis tiga hari yang akan datang. Ah sekarang shalat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang." Kata Furqan pada diri sendiri, meskipun undangan makan malam dari Sara di salah satu restauran berkelas itu, mau tidak mau, hinggap juga di pikiran dan menimbulkan seribu tanda tanya. Di luar hotel, angin musim semi mencumbui sunga Nil dengan mesra. Sinar matahari memancarkan kehangatan dan rasa bahagia. 107 Ilyas Mak’s eBooks Collection
8 SIANG DI KAMPUS MAYDAN HUSEIN Usai shalat Zuhur di masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University . Ia keluar masjid lewat pintu utara. Menyusuri trotoarAl Azhar Street yang melintas tepat di utara masjid. Jalan raya itulah yang memisahkan Masjid Al Azhar dengan kantor Grand Syaikh Al Azhar yang lama, kantor yang biasa disebut Masyikhatul Azhar. Masjid Al Azhar, Universitas Al
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azhar, pasar tradisional Al Azhar, serta Mustasyfa berada di sebelah selatan jalan. 21 Husein Sedangkan Masyikhatul Azhar yang lama, Masjid Sayyidina Husein, Khan Khalili, dan toko buku paling populer di sekitar kampus Al Azhar yaitu Dar El Salam, berada di sebelah utara jalan. Lalu lintas di jalan ini cukup padat. Untuk menghubungkan kawasan utara dan selatan ada terowongan bawah tanah yang tepat berada di halaman barat Masjid Al Azhar. Juga ada jembatan penyebe-rangan yang berada di sebelah barat toko buku Dar El Salam. Kawasan ini, semuanya, dikenal dengan Maydan Husein. Masjid Al Azhar, dan kampus Universitas Al Azhar yang lama dikenal berada di kawasan Maydan Husein. Sedangkan kampus Al Azhar yang baru, termasuk rektorat Al Azhar berada di Madinat Nasr atau dikenal juga dengan sebutan Nasr City. Untuk kantor Grand Syaikh Al Azhar yang baru, berada tepat di sebelah selatan Daarul Ifta'. Daarul Ifta' adalah tempat dimana Mufti Mesir berkantor. Keduanya berdiri tepat di tepi barat Shalah Salim Avenue, yang membentang dari kawasan Cairo lama, tepatnya dari kawasan Malik El Shaleh, terus melintas di depan Benteng Shalahuddin hingga ke kawasan Abbasea. Shalah Salim Avenue, ini termasuk jalan raya yang paling terkenal di Cairo, karena banyak melintasi daerah daerah penting dan bersejarah. Melintas di kawasan yang dianggap paling tua hingga kawasan yang dianggap metropolis. Letak Masyikhatul Azhar yang baru dan Daarul Ifta’ tidak begitu jauh dari kampus Al Azhar, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tepat di depan Masyikhatul Azhar yang baru dan Daarut Ifta' terbentang pekuburan terluas di Cairo. Orang yang pertama kali datang ke Cairo dan melewati 21 Rumah Sakit 109 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy daerah ini tidak akan langsung tahu kalau kawasan itu adalah pekuburan. Sebab banyak sekali bangunan berkubah. Beberapa bangunan malah ada yang bermenara Ternyata bangunan yang berkubah itu adalah kuburan para khalifah dan orang orang penting. Bagi umat Islam, pekuburan ini adalah pekuburan tertua setelah pekuburan yang ada di sebelah timur Mesir lama atau Fusthath. Di sebelah timur Mesir lama, ada daerah yang dikenal dengan sebutan City of the Dead. Sebuah kawasan yang di situ menyatu antara pekuburan dan perkampungan. Makam dan Masjid Imam Syafi'i ada di sini. Makam Imam Waqi' yang dikenal sebagai salah satu guru Imam Syafi'i juga ada di sini. Imam Zakaria AL Anshari dan Imam Leits juga dimakamkan di sini. Bahkan makam Imam Hasan Al Banna juga ada di sini. Kawasan ini dulunya, merupakan tempat tinggalnya para imam besar. Di sebelah utara daerah ini ada kawasan pekuburan raja-raja Mameluk. Sedangkan pekuburan di depan Masyikhatul Azhar yang baru dan Daarul Ifta' dikenal sebagai tempat disemayamkannya Dinasti Qaitbay. Pekuburan ini dikelilingi oleh beberapa masjid bersejarah. Masjid Sultan Barquq ada di pinggir utara kawasan ini. Sedangkan Masjid Qaitbay ada di pinggir timur, tepat di samping jalan El Nasr. Dan di sebelah selatan, beberapa ratus meter di utara Benteng Shalahuddin berdiri Masjid Emir Khair Bey. Kawasan ini, sekarang tidak murni sebagai kawasan pekuburan. Bangunan yang tampak kotak-kotak dan sebagian berkubah yang memenuhi kawasan itu, banyak yang telah dijadikan tempat tinggal orang-orang yang tidak punya tempat tinggal. Daerah ini mungkin bisa disebut kawasan paling aneh di Cairo, manusia yang masih hidup bisa sedernikian nyaman dan akrabnya dengan jasad dan tulang-belulang orang yang telah mati. 110 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Daerah ini bahkan kini nyaris mirip perkampungan. Namun fungsinya sebagai tempat menguburkan orang yang merunggal dunia juga masih berjalan. Hampir semua mahasiswa Asia Tenggara yang tinggal di Nasr City, jika berangkat kuliah ke Al Azhar pasti melewati daerah ini. Bagi mahasiswa Indonesia yang berasal dari Solo, atau sangat paham, dengan Solo, setiap melintasa kawasan ini akan diingatkan dengan kawasan pemakaman terluas di Solo, yaitu makam Bonoloyo. Tidak sama persis memang. Paling tidak diingatkan akan adanya manusia yang tinggal sehari-hari di makam Bonoloyo. Makan dan tidur di Bonoloyo. Seharihari hidup di atas kuburan. Hal itulah paling tidak titik persamaan keduanya. Ia masuk area kampus lewat pintu gerbang sebelah barat. Seorang duf’ah 22 berseragam putih tersenyum padanya. Ia membalas dengan senyum seraya mengucapkan salam. Ia terus melangkah menuju gedung Fakultas Ushulud-din. Ia berjalan menuju tempat penjualan muqarrar, atau diktat kuliah. Buku muqarrar Tafsir Tahlili masih kurang satu. Tempat penjualan muqarrar Pakultas Ushuluddin itu tak lain adalah bangunan kecil beeukuran kira-kira 2 X 2 meter. Terbuat dari kayu dan papan. Dicat hijau. Sangat sederhana untuk nama besar Al Azar, sebagai universitas tertua dan paling berpengaruh di dunia Islam. Seorang penjaga berada di dalamnya. Tempat itu mirip warung penjual rokok dan makanan kecil di pinggir-pinggir jalan di Indonesia. Ada pintu kecil tempat penjaga itu keluar masuk dan ada jendela tempat melayani mahasis-wa yang beli muqarrar. Tempat peenjualan muqarrar itu agak sepi. Hanya satu dua mahasiswa yang beli. Memang menjelang akhir semester, 22 Tentara wajib militer 111 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy hampir semua mahasiswa telah memegang muqarrar. Bahkan muqarrar itu mungkin telah habis dibaca. Kecuali beberapa mahasiswa yang memang terlambat beli muqarrar, termasuk dirinya. Buku kedua muqarrar Tafsir Tahlili sebenarnya sudah keluar satu bulan yang lalu. Namun ia belum sempat untuk mengambilnya. Karena kondisi pribadinya menghalanginya untuk bisa benar-benar aktif kuliah seperti mahasiswa Al Azhar pada umumnya. Kesibukan hariannya membuat tempe dan memasarkannya nyaris menyita hampir sebagian waktu nya di Cairo. Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate ayam dari bapak bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa menyentuh buku, termasul buku muqarrar yang semestinya ia sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma sete-ngah halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri orang, AlQuran adalah pelipur dan penguat jiwa. Sampai di depan jendela tempat penjualan muqarrar, ia melongok. Sang penjaga lagi menulis sesuatu di atas kertas. Angkaangka. Mungkin menghitung uang yang masuk bulan itu, serta membagi hasilnya pada para dosen penuhs muqarrar. Ia tampak begitu serius sehingga tidak memperhatikan kehadirannya. "Assalamu'alaikum ya Ammu Shabir." Sapanya dengan nada nyaris sama dengan nada orang Mesir asli. Ia sangat kenal nama penjaga itu, meskipun mungkin sang penjaga tidal mengenalnya. "Wa'alaikumussalam, lahdhah. " 23 Ammu Shabir menjawab tanpa melihat ke asal suara. 23 Wa’alaikumussalam, sebentar! 112 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Ia tahu Ammu Shabir,24 penjaga buku muqarrar sedang se-rius, tidak bisa diganggu. Ia menunggu sambil melihat-lihat beberapa buku yang dipajang di daun jendela tempat penjualan muqarrar. Yang dipajang biasanya, bukubuku terbaru karya dosen-dosen Al Azhar University, atau buku penting yang dicetak ulang. Ia perhatikan buku-buku baru itu dengan seksama. Prof. Dr.Abdul Muhdi Abdul Qadir Abdul Hadi, Guru Besar Hadis Fakultas Ushuluddin mengeluarkan buku baru yang sangat menarik, Ahaditsu Mu'jizatir Rasul, terdiri atas dua juz, dicetak oleh Mathba'ah AL Madani, kover sampul bukunya cukup sedap dipandang Buku buku Profesor hadis yang disebut-sebut juga sebagai salah satu murid Syaikh Nashiruddin AI Albani ini termasuk yang banyak diminati. Kepakarannya di bidang sanad dan dibarengi kematangannya dalam fiqhul hadits-lah yang membuat karya-karyanya dianggap sangat berbobot. Dalam hal fiqhul hadits bahkan banyak yang berpendapat beliau lebih matang dibandingkan dengan gurunya, Syaikh Jashiruddin Al Albani sekalipun. Prof. Dr. Thal'at Muhammad Afifi Salim, Guru Besar Fakultas Dakwah, menulis buku baru berudul "Akhlaqut Du'at Ilallah, An Nadhariyyah wat Tathbiq. " Buku itu berwarna biru tua. Judulnya ditulis dengan warna kuning keemasan. Diterbitkan oleh Maktab Al Iman, penerbit yang bermar-kas dibelakang kampus Al Azhar, disebuah lorong sempit, dikenal dengan harganya yang selalu murah dari yang lain. Sementara Sang Maestro Ilmu Tafsir Universitas Al Azhar, Prof. Dr. Ibrahim Khalifah menulis buku "Ad Dakhil fit Tafsir ", diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin. Buku tersebut bersampul putih polos tanpa hiasan apa pun. Buku maestro 24 Ammu, artinya paman 113 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tafsir ini, meskipun tanpa hiasan dan desain sampul yang memikat tetap menunjukkan kelasnya. Nama Ibrahim Khalifah adalah jaminan kualitas. Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq, Guru Besar Filsafat, JeboIan Muenchen University, Jerman, yang dikenal pakar Orientalis menerbitkan kembali bukunya berjudul "Al Istisyraq wal Khalfiyyah Al Fikriyyah Lish Shira' Al Hadhari", diterbitkan oleh Dar El Manar, penerbit yang bermarkas di samping Masjid Sayyidina Husein. Ia memandangi buku-buku itu dengan mata berkaca -kaca. Ingin sekali rasanya memiliki buku buku baru itu, lalu mela hapnya dengan penuh konsentrasi seperti tahun pertama hidup di Mesir dulu. Tahun pertama yang indah, saat ia bisa menggunakan waktunya untuk belajar, bisa melampiaskan obsesinya membaca buku sebanyak banyaknya. Dulu, saat ia tidak harus membanting tulang dan memeras keringat dan otak untuk mempertahankan hidupnya dan adik-adiknya di Indonesia. Ia hanya berdoa, semoga kesem patan untuk belajar dan membaca dengan serius itu datang lagi, suatu hari nanti. Dan semoga waktu yang ia jalani selama di bumi Kinanah ini tetap diberkahi oleh Dzat yang mengatur hidup ini. "Na'am ya Andonesi Enta ‘ais eh?"25 Suara penjaga mem buyarkan keasyikannya melihat buku-buku yang terpajang di daun jendela tempat penjualan muqarrar."Muqarrar Tafsir Tahlili juz dua, jurusan tafsir, tahun empat." Ia menjelaskan spesifikasi buku muqarrar yang ia maksud. "Mana juz pertamanya, kamu bawa?" Ia membuka tas ranselnya, dan mengeluarkan buku berwarnabiru muda. 25 Orang Indonesia, apa yang kau inginkan? 114 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Ini" Sang penjaga lalu membuka halaman paling akhir. Ia mencoret stempel bertuliskan "masih ada juz kedua" dengan tinta merah. Kemudian mengambil sebuah buku yang juga berwarna biru muda. "Tafadhal, kudz dza ya Andonesi."26 Ia menerima dua buku yang diulurkan oleh penjaga, dan memeriksanya sebentar. Tak perlu membayar lagi, sebab telah ia bayar saat membeli juz satu. "Syukran ya Ammu."27 "Afwan. " Ia lalu melangkah menapaki tangga di depan pintu masuk. Di sana ia mendapati pengumuman ditulis dengan spidol warna hitam dan biru. Pengumuman sidang terbuka ujian disertasi doktor seorang mahasiswa jurusan hadis dari Syiria. Ia baca pengumuman itu dengan seksama. Matanya berkaca-kaca. Ia tak sanggup membayangkan, mungkinkah suatu saat nanti namanya ditulis dalam sebuah pengumuman seperti itu. Pengumuman yang membanggakan, untuk diri sendiri dan bangsa. Pengumuman yang dibaca oleh mahasiswa dari pelbagai penjuru dunia. Ia hanya bisa mendesah untuk kemudian pasrah pada takdir. Bisa lulus S.1 tahun ini saja sudah alhamdulillah. Dulu di awal tahun masuk Al Azhar, ia mungkin adalah mahasiswa Indonesia paling idealis. Begitu namanya tercatat sebagai mahasiswa Al Azhar Pakultas Ushuluddin, dan begitu ia terima kartu mahasiswa, seketika ia proklamirkan sebuah cita-cita: AKU TAK AKAN PULANG KE INDONESIA 26 27 Silakan ambil ini, hai orang Indonesia. Terima kasih, paman. 115 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy SEBELUM MENGONDOL DOKTOR. DAN AKAN AKU BIKIN REKOR SEBAGAI DOKTOR TERCEPAT DI AL AZHAR! Saat itu ia langsung teringat nama-nama besar jebolan Fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar. Nama-nama yang sangat terkenal di dunia Islam: Syaikh Abdul Halim Mahmud, Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Yusuf AL Qardhawi, Syaikh Abdullah Darraz, Prof. Dr. M. M. Al-Azami, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq, Prof. Dr. Abdul Muhdi, dan lain sebagainya. Sementara dari Indonesia ada nama yang sangat terkenal yaitu Prof. Dr. M. Quraish Shihab dan Prof. Dr. Roem Rowi. Mereka berdua adalah lulusan Fakultas Ushuluddin Al Azhar University . Ia masih ingat dulu, di atas meia belajarnya ia menuIis semboyan yang membuatnya selalu bersemangat, semboyan yang selalu membuatnya merasa optimis: AKU HARUS MENGUKIR SEJARAH! Ia lalu menulis nama-nama besar itu dan di deret paling akhir ia menulis namanya sendiri: Prof. Dr. Khairul Azzam, MA. Ia tidak pernah mempedulikan beberapa respon miring dari teman-temannya atas ulahnya itu. Baginya itu adalah bagian dari strateginya untuk menjaga semangat belajar dan mengejar cita -citanya. Ia tesenyum sendiri mengingat itu semua. Kini semuanya jadi kenangan manis. Ia sangat sadar, betapa jauhnya ia saat ini dari cita-citanya. Semuanya telah berubah. Ia tidak bisa lagi konsentrasi seratus persen pada mata kuliah. Saat ini konsentrasinya lebih banyak tercurah bagaimana mencari uang untuk hidupnya sendiri di Cairo, juga kelangsungan hidup adik-adiknya di Indonesia. Ia lebih banyak pergi ke Pasar Sayyeda Zaenab untuk membeli bahan dasar membuat bempe dan bakso daripada ke kampus untuk kuliah dan mendengarkan uraian ilmiah para guru besar yang sesungguhnya sangatsangat ia cintai. 116 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Tak terasa matanya berkaca -kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah semata-mata hanya bisa diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri. Ia lalu masuk ke gedung Fakultas Ushuluddin. Beberapa mahasiswa lalu laIang. Ada yang turun dari lantai atas, ada yang mau naik ke aias. Ada yang baru dari bagian kemahasiswaan dan ada yang bergegas keluar mau pulang. Ketika ia mau naik lantai satu, sekonyong-konyong ia mendengar seseorarlg memanggil nama terkenalnya di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo. "Kang Insinyur!" Ia menoleh ke asal suara. Seseorang melangkah ke arahnya sambil tersenyum. Ia pun tersenyum. Ia tidak pernah protes dipanggil ‘Kang Insinyur’, atau ‘Kang Ir.’, terkadang ada juga yang membahasa-arabkan jadi ‘Kang Muhandis’. Tapi orang-orang satu rumahnya biasa memanggil ‘Kang Azzam.’ Pada mulanya panggilan insinyur adalah panggilan ledekan dari teman-teman satu angkatan, karena kepin-tarannya membuat tempe dan bakso. Mereka menyebut-nya insinyur tempe bakso, seringkali disingkat Ir. Tempe atau Ir. Bakso. Lama-lama tinggal insinyur. Tempe dan baksonya tak ada. Dan setiap kali ada acara dia selalu dikenalkan dengan nama "Kang Insinyur Khairul" atau "Kang Insinyur Irul". Sekarang panggilan insinyur jadi kebanggaan sekaligus hiburan baginya. Seringkali ia mendapat undangan dari organisasi kekeluargaan dan di sana tertulis: Yth. Mas Ir. H. 117 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Khairul Azzam. Siapa tidak bangga tanpa sekolah di fakultas teknik sudah dapat gelar Ir. alias insinyur Apapun kata orang tentang dirinya, selama ia merasa dirinya tidak berbuat yang dilarang Allah ia tidak pernah peduli. Dalam hal ini ia selalu dimotivasi oleh perkataan Pythagoras, seorang filsuf dan ahli matematika Yunani yang hidup 580-800 S.M. Pytagoras pernah berkata: "Tetaplah puas melakukan perbuatan yang baik. Dan biarkanlah orang lain membicarakan dirimu sesuka mereka. " "Hei kamu tho Mif, piye kabarmu?"28 "Alhamdulillah, baik-baik saja Kang." Keduanya lalu berjabat tangan. "Tumben kuliah Kang?" "Nggak kuliah kok Mif. Ini baru datang. Ngambil muqarrar. Trus mau nemui si Khaled, anak Mesir yang satu kelas denganku. Mau minta tahdid. Aku janjian dengannya di Mushala." "Kang, ada berita menarik?" "Apa itu? Nanti malam ada Syaikh Yusuf Al Qardhawi di Darul Munasabat 29 Masjid Utsman bin Affan, Heliopolis. Kalau mau datang, shalat Maghrib di sana. Tempat ter-batas. Sampeyan kan pengagum abis Yusuf Al Qadhawi." "Nggak tau ya Mif, bisa datang apa nggak ya nanti malam." "Sayang lho Kang kalau nggak datang. Apalagi selain Syaikh Yusuf- Al Qardhawir ada Prof. Dr. Murad Wilfred Hofmann, Mantan Dubes Jerman untuk Maroko yang masuk 28 29 Apa kabar? Gedung serba guna 118 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Islam dan kini jadi pembela Islam di Eropa. Temanya tentang Umat Islam dan Tatanan Dunia Baru. " "Wis, doakan aja bisa datang Mif, eh itu yang kamu pegang apa Mif, tashdiq ya?" "Iya Kang, ini tinggal minta stempel." "Cari tashdiq untuk apa Mif? Mau umrah?" "Nggak Kang. Ini untuk memperpanjang visa. Bulan depan habis." "O, kirain mau umrah lagi. Kalau umrah lagi kan bisa nitip. " "Doakan Kang, habis ujian nanti saya m umrah, insya au Allah." "Masih bisa nitip kan?" "Sama Miftah beres deh Kang. Saya jalan dulu Karg, mau nyetempelin ini nih. Nanti keburu tutup bagian Stempel. Ketemu diHeliopolis nanti malam Kang" "Semoga. Salam untuk teman-teman di Darmalak ya Mif'" "Insya Allah Kang." Ia mengiringi langkah Miftah dengan senyum. Miftah, empat tahun lalu dia yang menjemput di Bandara. Dia iuga yang membimbingnya empat bulan pertama hidup di Mesir. Setelah itu pindah ke Darmalak bersama kakak-kakak kelasnya dari Pesantren Maslakhul Huda, Pati. Kini Miftah sudah di tingkat akhir sama dengan dirinya. Selama ini hubungannya dengan teman-teman dari Pati di Darmalak seperti layaknya saudara. Miftah sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Hanya saja kesibukannya membuat tempe sekaligus memasarkannya ke pelbagai titik di Kota 119 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Cairo membuatnya tidak punya banyak waktu untuk sila turrahmi. Ia sendiri mengakui, bahwa silaturahminya ke Darmalak seringkali dilakukannya bila ada teman Darmalak yang mau pergi umrah atau haji. Atau saat ada yang datang dari umrah atau haji. Ia seringkali nitip dibelikan ragi di Tanah Suci. Di Mesir ia telah mencari ke sana kemari, tidak ada yang menjual ragi yang merupakan bahan utama untuk membuat tempe. Selain ragi, ia biasanya juga nitip kecap dan saos yang sangat penting baginya dalam menyajikan baksonya saat dipesan orang-orang KBRI. Kecap juga tidak bisa ia tinggalkan saat membuat sate ayam. Dan ia tidak bisa menggunakan sem barang kecap. Kecap Cap Jempol buatan Boyolali yang ia anggap paling pas untuk racikan bumbunya. Dan kecap Cap Jempol itu tidakbisa ia dapatkan di Mesir. Kecap itu bisa didapatkan dari Toko Asia, dekat Pasar Seng di Makkah. Temanteman yang pergi umrah atau hajilah yang menjadi penolongnya dalam mendatangkan kecap Cap Jempol itu. Biasanya sebagai ucapan terima kasih dia akan membawakan beberapa lembar tempe untuk mereka. Di Cairo, tempe termasuk makanan istimewa bagi mahasiswa Indonesia. Sama istimewanya dengan daging ayam. Bahkan jika disuruh memilih antara telor dan tempe, banyak mahasiswa Indonesia yang lebih memilih tempe. Ia terus melangkah menuju mushala. Ada yang menyesak dalam dada. Kabar adanya ceramah Dr. Yusuf Al Qardhawi yang datang dari Qatar bersama Dr. Murad Wilfred Hofmann di Heliopolis membuncahkan ke-inginannya untuk hadir, tapi ia merasa itu sulit. Ulu hatinya seperti tertusuk paku. Pedih dan ngilu. Ia harus bersabar dengan pekerjaan rutinnya mengantar tempe ke beberapa tempat. Masakin Utsman, Abbas 120 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Aqqad, dan Hay El Thamin. Paling cepat selesai jam sembilan malam. Ia tidak mungkin mengejar ke Heliopolis. Matanya kembali berkaca -kaca. Ada yang terasa menyesak dalam dada. Sebenarnya sangat ingin ia bertemu langsung dengan Dr. Yusuf A Qardhawi. Ulama moderat jebolan Al l Azhar yang sangat brilian pemikiran- pemikirannya. Ia juga sangat ingin bertemu Prof. Dr. Murad Wilfred Hofmann. Bukunya berjudul Islam fil Alfiyyah Ats Tsalitsah atau Islam di Millineum Ketiga, yang sempat ia baca dua puluh lima hala man saja itu sangat mengesan di hatinya. Dan ia harus rela menelan rasa pahit. Keinginannya yang sesungguhnya sangat besar itu harus ia simpan rapat-rapat di dalam satu ruang mimpinya. Itu bukan rasa pahit yang pertama ia rasakan. Telah berkali-kali ia merasakan hal seperti itu. Ia hanya berharap semoga suatu kelak nanti Alkah memberikan gantinya. Jika pun ia harus pulang ke Tanah Air nanti dengan bekal yang pas-pasan karena hari-harinya lebih banyak ia habiskan usaha berjualan tempe, bakso dan sate daripada membaca kitab, menghadiri kuliah, seminar dan diskusi, ia berharap yang pas-pasan, yang sedikit itu berkah dan bermanfaat. Harapan itulah yang menghibur hatinya. Ia terus melangkahkan kakinya menuju mushala fakultas. Ia berharap semoga Khaled, mahasiswa Mesir itu masih berada di mushala. Biasanya mahasiswa berwajah putih bersih dari Desa Sanhur yang terletak antara Kota El Faiyum dan Danau Qarun itu me-muraja'ah 30 hafalan Quran-nya di mushala. Setiap hari habis shalat Zuhur. Ia akrab dengannya sejak berkenalan dengannya di acara itikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di Masjid Ar Ridhwan, Hayyu Tsabe tahun lalu. Sudah beberapa kali Khaled mengunjungi flatnya 30 Mengulang hafalan Al -Quran agar tidak lupa. 121 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dan sudah dua kali ia diajak Khaled ke desanya sekaligus melihat Danau Qarun yang letaknya hanya beberapa kilo dari desanya. Tempat yang kini berwujud danau itu diyakini sebagai tempat ditenggelamkannya seluruh harta Qarun ke dalam bumi oleh Allah karena Qarun mengingkari nikmat Allah. Danau itu kini jadi salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Mesir. Ia terus melangkah Mushala ada di depan mata. Tiga mahasiswa dari Rusia keluar dari mushala. Seorang mahasiswa berkulit hitam sedang melepas sepatunya. Masih ada jamaah yang sedang shalat. Ia masuk dengan tenang. Hatinya senang ketika matanya menangkap sosok berjalabiyah putih dan berkopiah putih duduk di salah satu sudut mushala menghadap kiblat. Matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit melantunkan ayat ayat suci Al-Quran dengan irama cepat. Ia mendekat. Benar dugaannya. Sosok itu adalah Khaled. Ia meletakkan tas, dan duduk di samping Khaled. Punggungnya ia rebahkan ke dinding mushala. Kedua kakinya ia selonjorkan. Ia menarik nafas pelan. Meme-jamkan mata. Lalu larut khusyuk mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Bacaan yang cepat, fasih dan enak didengar. Tidak keras juga tidak lirih. Ia menyimak dengan sepenuh hati. kesejukan yang tiada terkira. Kesejukan yang melebihi embun pagi musim semi. Sepuluh menit kemudian bacaan ayat-ayat Ilahi itu berhenti. Ia membuka mata dan menyapa, "Assalamu'alaikum ya Akhi." Khaled menolehke arahnya. Sedikit kaget. "Wa 'alaikumussalam wa rahmatullah. Masya Allah, Akhi Azzam, sudah lama?" 122 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Khaled selalu menyambutnya hangat dan selalu memanggilnya dengan sebutan akhi di depan namanya, Azzam. Itulah nama yang ia kenalkan pada Khaled saat pertama kali kenalan tiga tahun yang lalu. Setiap Khaled memanggil namanya, ia merasakan ada keakraban yang kuat terjaga. "Ada sedikit waktu untuk bincang-bincang, Akhi Khaled?" "Tentu, dengan senang hati. Seluruh waktuku untukmu Akhi. " "Bisa dijelaskan tahdid yang telah ada. Mana-mana yang muhim, muhim jiddan, makhdzuf, dan mana yang qiraah faqad?" "Dengan senang hati, ya Siddi." 31 Khaled lalu membuka buku catatannya, dan menjelaskan kepada Azzam tahdid semua mata kuliah yang telah ia dapatkan selama mengikuti kuliah. Ia menjelaskan satu per satu dengan detil dan sabar. Ia juga memberi kesempatan kepada Azzam untuk bertanya. Dan semua pertanyaan ia jawab panjang lebar, sampai Azzam merasa puas. "Ada hal lain yang bisa saya bantu ya Syaikh Azzam.? " "Cukup, insya Allah. Jangan kapok kalau saya tanya iniitu." "Ana fi khidmatik ya Siddi."32 "Jazaakallah khairan."33 "Sekarang gantian saya. Sebenarnya sejak dua hari yang lalu aku mencarimu untuk suatu urusan. Boleh kan saya menyampaikan sesuatu padamu?" 31 32 33 Siddi, tuanku. Saya selalu siap membantumu, Tuanku. Semoga Allah membalas (kebaikanmu) dengan kebaikan. 123 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Dengan senang hati jika ada yang bisa saya bantu." "Masih ingat kunjunganmu ke kampungku dua bulan yang lalu? " "Ya. Kunjungan yang menyenangkan. Kampung yang menenteramkan. Dan sambutan yang hangat dan penuh persaudaraan. Saya sangat terkesan. Jazakumullah khaira." "Ingat ketika engkau kubawa ke rumah Syaikh Abbas? " "Yang Imam masjid itu?" "Tepat." "Ingat saat kita dijamu dirumanya." "Masya Allah, jamuan yang tidak akan pernah saya lupakan. Keluarga yang ramah dan sangat berpen-didikan." "Ingat seseorang yang menyajikan makanan dan minuman." "Isteri Syaikh Abbas dan seorang perempuan bercadar." "Kau tahu siapa perempuan bercadar itu?" "Mungkin puteri beliau. " "Tepat." "Ada apa dengan puteri beliau?" "Begini, Saudaraku...." Belum sempat Khaled menjelaskan lebih lanjut, seorang mahasiswa Mesir memakai jubah seragam khas Al Azhar memanggil Khaled dari pintu mushala, "Ya Khaled, sur'ah! " 34 "Ada apa?" 34 Khaled, cepat! 124 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Doktor Yahya memanggilmu di ruang kerjanya. Kau harus ke sana sekarang. Penting!" "Sekarang?" "Ya ayo cepat. Beliau tergesa-gesa mau ada urusan!" "Mmm. Baik" Khaled memasukkan buku yang tadi dibacanya ke dalam tas. Lalu berkata pelan, "Akhi Azzam, afwan, saya tinggal dulu. Kita lanjutkan pembicaraan kita di lain kesempatanya." "O ya baik. Salam buat Doktor Yahya." "Insya Allah." Khaled bergegas keluar. Sementara Azzam, ia terpekur di mushala dengan sebagian hati didera penasaran: apa sesungguhnya yang akan dibicarakan Khaled tentang putri bungsu Syaikh Abbas itu? Sementara sebagian hatinya yang lain telah mengembara di Pasar Sayyeda Zainab. Ya ia harus ke sana untuk belanja bahan baku membuat tempe dan bakso. Ia harus ke sana jika ingin tetap bisa hidup dan menyelesaikan kuliah di Cairo. 125 Ilyas Mak’s eBooks Collection
9 PERJALANAN KE SAYYEDA ZAINAB Azzam melihat jam tangannya. Sudah seperepat jam ia menuggu, bus ke Sayyeda Zaenab tidak juga datang, padahal bus ke Atabah sudah berkali-kali lewat. Halte bus di depan Masjid Al Azhar itu ramai manusia. Sebagian duduk di kursi halte, tapi yang berdiri jauh lebih banyak. Bus jurusan Imbaba datang. Orang-orang berlarian naik. Seorang ibu-ibu sekuat tenaga berusaha menggapai pintu bus. Tangannya telah meraih pegang-an, dan ketika kakinya hendak naik, bus itu berjalan. Ibu-ibu itu tidak melepaskan pegangannya. Jadilah ia terseret. Para penumpang dan orang-orang yang melihatnya
Ketika Cinta Bertasbih Buku I berteriak-teriak marah. Seorang lelaki setengah baya berteriak keras marah, "Hasib ya hayawan! " 35 Bus itu berhenti, dan sang sopir tertawa nyengir tanpa terlihat berdosa sama sekali. Ibu-ibu berhasil naik dan kemarahannya tidak juga berhenti. Azzam melihat hal ltu dengan hati sesak. Sudah tak terhitung lagi ia melihat kejadian seperti itu. Seorang turis bule tampak asyik mengabadikan adegan kekonyolan. Tampaknya turis itu mendapatkan oleh oleh yang sangat unik untuk dia bawa ke negaranya. Azzam merasakan dadanya semakin sesak. Layakkah kekonyolan semacam ini terjadi di depan kampus Islam tertua di dunia? Tanyanya dalam hati. Bus jurusan Imbaba itu telah hilang dari pandangan. Tak lama sebuah bus datang. Ia sangat akrab dengar nomor bus itu. Delapan puluh coret. Bus yang sangat legendaris dan terkenal bagi mahasiswa Asia Tenggara yang ting-gal di kawasan Hayy El Ashir. Legendaris karena murah-nya. Jauh dekat sama saja. Cuma sepuluh piester. Apa tidak murah. Dan terkenal, karena lewat jalur strategis bagi mahasiswa. Bus itu dari Hayyul Ashir Nasr City melewati Hayyu Thamin, Masakin Ustman, Kampus Al Azhar Nasr City, Muqowilun, Duwaiqoh, 3 Kampus Al Azhar Maydan Husein, dan berakhir di Attaba. 6 Selain itu, juga terkenal karena sering terjadi pencopetan di dalamnya. Maka seringkali mahasiswa Indonesia menyebutnya, "bus delapan puluh copet", bukan "delapan puluh coret". Meskipun demikian, bus itu tetap saja dicintai d an dekat di hati. 35 36 Hati-hati, jangan sembrono, hei hewan! Tahun 2006 route bus delapan puluh coret berubah jadi: Hayyul Ashir Nasr CityHayyu Thamin- Masakin Ustman-Kampus Al Azhar Nasr City- Muqowilun- DuwaiqohBuuts-Darrasah. 127 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Begitu delapan puluh coret berhenti, dari pintu depan banyak penumpang yang turun. Dan di pintu belakang penumpang berjejal naik. Ia melihat seorang dosen ikut berdesakan naik. Ia amati dengan seksama, ternyata Prof. Dr. Hilal Hasouna, Guru Besar Ilmu Hadis. Ia selalu dibuat takjub oleh sikap tawadhu' dan kesahajaan para syaikh dan guru besar Universitas Al Azhar. Di Indonesia mana ada seorang guru besar yang mau berdesakan naik bus. Perlahan delapan puluh coret pergi. Lima detik kemudian datang bus bernomor enam puluh lima. "Ini dia," desis Azzam lirih. Hatinya begitu lega dan bahagia. Selalu saja di dunia ini, jika seorang menanti sesuatu dan sesuatu yang dinanti itu hadir, maka hadir pulalah kebahagiaan yang susah dilukiskan. Di antara bus-bus yang lain, enam puluh lima adalah yang paling dicintai Azzam. Karena bus itulah yang senantiasa mengantarkannya ke Pasar Sayyeda Zaenab. Bus itu telah menjadi alat yang sangat akrab dalam menunjang bisnisnya. Bisnis tempe dan bakso. Begitu bus berhenti beberapa orang naik dari pintu belakang. Azzam ikut naik. Bus tidak penuh sesak. Tidak ada penumpang yang berdiri. Namun tidak banyak tempat duduk yang kosong. Semua penumpang yang baru naik, mendapatkan tempat duduk, kecuali Azzam. Ia harus berdiri. Bus beranjak pergi menyusuri Al Azhar Street. Azzam berdiri agak di tengah. Sekilas ia melihat ke depan. Beberapa mahasiswi Asia Tenggara duduk di barisan depan. "Mungkin mereka juga mau belanja di Sayyeda Zaenab. " Gumamnya dalam hati. Ia yakin mereka mahasiswi Indonesia, meskipun tidak menutup kemungkinan ada mahasiswi Malaysia. Yang lebih sering kreatif belanja ke Pasar Sayyeda Zaenab biasanya 128 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I mahasiswa dan mahasiswi dari Indonesia. Sementara mahasiswa dan mahasiswi dari Malaysia lebih memilih belanja di tempat yang dekat dengan flat mereka di Nasr City, seperti Swalayan Misr wa Sudan di Hayye El Sabe. Meskipun tentu saja harganya lebih mahal. Perlahan bus beranjak menyusuri Al Azhar Street. Dari jendela Azzam bisa melihat bangunan-bangunan tua yang kusam. Di antara bangunan itu banyak yang dijadikan toko dan gudang tekstil. Sampai di El Muski belok kiri menyusuri Port Said Street. Bus terus melaju melewati Museum of Islamic Art. Di halte dekat Maidan Ahmad Maher bus berhenti. Seorang perem puan Mesir turun. Tak ada penumpang naik. Bus kembali berjalan. Azzam duduk di kursi yang baru saja ditinggal perem puan Mesir. Kursinya masih terasa hangat. Ia merasa lega. Sekilas ia tahu bahwa yang duduk di sampingnya adalah seorang mahasiswi Asia Tenggara. Ia tak merasa harus menyapa. Pikirannya sudah ada di Pasar Sayyeda Zaenab. Ia melihat jam tangannya. Ia berharap tidak terlambat sampai disana. Kalau terlambat ia akan bertambah lelah karena tidak mendapatkan barang yang ia inginkan. "Semoga Ammu Ragab belum pulang" doanya dalam hati. Jika Ammu Ragab pedagang kedelai itu sudah pulang ia harus ke Pasar Attaba. Harga kedelai di Attaba lebih mahal dan kualitas kedelainya di bawah Sayyeda Zaenab. Dan ia sebagai produsen ingin memberikan yang terbaik kepada konsumen. Terbaik dalam harga, juga terbaik dalam kualitas barang. Selisih harga sekecil apapun harus ia perhatikan. Ia memang berusaha seprofesional mungkin. Meskipun cuma bisnis tempe. Ia ingin memposisikan diri sebagai produsen tempe terbaik dan termurah. Ia berusaha memposisikan tempenya adalah tempe dengan kualitas kedelai nomor satu. Rasa nomor 129 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy satu. Rasa khas tempe Candiwesi Salatiga yang sangat terkenal itu. Dan kelebihan lainnya adalah bentu knya paling besar di antara tempe yang lain, isinya paling padat, dan harganya paling murah. Inilah uniquiness yang dimiliki hasil produksinya. Keunikan inilah yang menjadi positioning bisnisnya. Dan ia akan terus mempertahankan positioning ini terus terukir dalam benak para pelanggannya. Sehingga para pelanggan itu percaya penuh padanya dan pada produkproduknya. Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas kertas. Ia teringat satu ajararan dari Cina kuno: " Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu" Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang sangat dahsyat: Man jadda wajada. Siapa yang besungguh sungguh berusaha akan mendapatkan yang diharapkannya. Bus terus berjalan. "Maaf, Anda dari Indonesia ya? " Ia mendengar suara pelan dari sampingnya. "Iya benar. Anda juga dari Indonesia?" Jawabnya tenang. "Iya. Maaf, kalau boleh tanya toko buku Daarut Tauzi' itu di mana ya?" "Sebentar." Ia melihat ke depan dan ke kiri jalan. "Halte depan. Sebelah kiri jalan ada tulisannya kok. Pokoknya kira-kira seratus meter dari Masjid Sayyeda Zaenab." Lanjutnya "Terimakasih." "Sama-sama. Belum pernah ke Daarut Tauzi'ya?" 130 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Iya belum pernah. Biasanya saya beli buku di toko toko buku dekat kampus Al Azhar Maydan Husein" "Oo." Setelah itu keduanya diam. Masing-masing mengikuti pikirannya sendiri. Setiap kali bertemu dengan maha-siswi Indonesia Azzam langsung teringat dengan kedua adiknya yang sudah gadis. Husna dan Lia. Husna pastilah sudah saatnya menikah. Dan Lia telah meninggalkan masa remaja. Genap sembilan tahun sudah ia tidak bertemu mereka berdua. Adapun adiknya yang ketiga, si Bungsu Sarah, sudah masuk usia sembilan tahun. Ia sama sekali belum pernah melihatnya, kecuali lewat foto. Saat ia meninggalkan Indonesia dulu, Sarah masih berada dalam kandungan ibunya. Seperti apakah wajah ketiga adiknya itu. "Semoga ada jalan untuk pulang. Aku rindu pada mereka. Juga pada ibu," katanya dalam hati. Dan jalan pulang yang paling realistis baginya adalah membuat tempe sebanyakbanyaknya, dan berdoa semoga mendapatkan order membuat bakso yang juga sebanyak-banyaknya. Hasil dari usahanya itu akan ia gunakan membeli tiket. Jika kurang semoga bisa minta bantuan ke Baituz Zakat yang berkantor di Muhandisin. Namun sesungguhnya dalam hati ia ingin bisa membeli tiket sendiri tanpa minta bantuan kepada siapapun. Itu berarti ia harus benar benar membanting tulang dan memeras keringat. Di samping itu semua, yang paling penting adalah, ia harus selesai S.1 tahun ini. Jika tidak, rencana pulang akan berantarakan. Ia harus menahan rindu satu tahun ke depan. Dan ia tidak mau hal itu terjadi. Maka ia harus melakukan sesuatu. Kalau kamu ingin menciptakan sesuatu, kamu harus melakukan sesuatu! Demikianlah kata Johann Wolfgang von Goethe yang pernah disitir Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq dalam kuliahnya. 131 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Sekali lagi ia harus melakukan sesuatu. Yaitu bekerja lebih serius, belajar lebih serius, dan berdoa lebih serius. Tak ada yang lain. Tak terasa bus telah sampai di depan Masjid Sayyeda Zaenab. Azzam harus turun, karena bus akan ke Termimnal Abu Raisy dan tidak melewati pasar. Para penumpang turun. Lima orang mahasiswi itu turun, termasuk yang duduk di samping Azzam. Azzam yang paling akhir turun. Beberapa mahasiswi menengok ke kiri dan kanan. "Maaf Daarut Tauzi'-nya ke sana ya?" mahasiswi berjilbab biru muda yang tadi duduk di sampingnya kembali berta nya padanya. Reflek Azzam memandang wajahnya sekilas. Subhanallah, cantik. Mahasiswi Indonesia di Cairo ada yang cantik juga. Bahkan ia merasa belum pernah melihat wanita Indonesia secantik gadis berjilbab biru muda ini. Azzam cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Lalu dengan memandangke arah Daarut Tauzi', ia menjelaskan ke mana mereka harus melangkah dan bagaimana ciri-ciri gedungnya. Daarut Tauzi' me mang tidak terlalu kelihatan lazimnya toko buku. Sebab, tem patnya ada di lantai dua sebuah gedung agak tua "Syukran, ya." "Afwan. O ya sampaikan salam buat Hosam Ahmad. Penjaga Daarut Tauzi. " "Dari siapa?" "Katakan saja dari thalib dzu himmah. 37 Dia pasti tahu." 37 Mahasiswa yang memiliki cita-cita. 132 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Insya Allah. " Jawab gadis berjilbab biru muda itu. Ia dan teman-temannya menuju ke arah yang dijelaskan Azzam. Sementara Azzam langsung bergegas ke pasar. Ia melewati masjid. Pasar itu ada di sebelah selatan masjid. *** Pasar Sayyeda Zaenab masih ramai meskipun tak seramai ketika pagi hari, sebelum Zuhur. Beberapa pedagang ikan dan daging ayam sudah mengemasi tempat mereka. Dagangan mereka telah ludes. Azzam langsung menuju kios Ammu Ragab. Ammu Ragab memang khusus menjual segala jenis tepung, kacang-kacangan dan beras. Ia menjual kacang jenis ful sudani, ful soya, adas dan lain sebagainya. "Assalamu'alaikum ya Ammu." "Wa 'alaikumussalam, o anta ya Azzam. Kaif hal ?"38 "Ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya ?"39 "Thab'an 'andi. 'Aisy kam kilo?"40 "Khamsah wa 'isyrin kilo kal ‘adah. "41 Azzam lalu menjelaskan sebentar. Karena waktu sudah dekat Ashar, ia akan mengambil barangnya setelah shalat Ashar. Setelah itu ia berrgegas ke kios penjual daging. Ia sudah pesan daging tadi pagi lewat telpon. Jika tidak pesan, jelas ia tidak akan mendapatkan daging yang diinginkan. Ternyata kios penjual daging sudah siap tutup. Dagingnya juga telah habis. "Kami masih buka karena menunggu kamu Akhi." Kata Ibrahim yang kini menjalankan kios daging milik ayahnya itu. 38 39 40 Kamu Azam. Apa kabar? Saya baik-baik saja. Alhamdulillah. Masih punya kacang kedelai? Tentu aku punya. Ingin berapa kilo? 41 Dua puluh lima kilograrn. Seperti biasa. 133 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Maaf. Saya sedikit terlambat." Jawab Azzam. Ia memang terlambat setengah jam mengambil pesanannya. Ibrahim tampak sudah rapi dan bersih, tidak tampak kotor layaknya penjual daging. Separo kiosnya sudah ditutup. Ia duduk di kursi di depan kiosnya sambil membaca koran. Ibrahim masih muda. Umurnya masih di bawah tiga puluh tahun. Ayahnya tidak bisa lagi bekeria karena terkena stroke. Ibrahim anak sulung. Masih mempunyai empat adik. Dua perempuan dan dua laki-laki. Yang paling besar namanya Sami, lalu Yasmin, Heba dan yang paling kelil bernama Samir. Dialah yang kini jadi kepala rumah tangga. Ia mati-matian menghidupi adikadiknya. Juga mati-matian menjaga mereka agar tetap memperoleh pendidikan yang la yak. Semua adiknya sekolah di Al Azhar, karena memang tak ada yang lebih murah dari Al Azhar. Yang ia tahu, Sami baru saja selesai Fakultas Dirasat Islamiyyah. Yasmin tingkat akhir di Kulliyah Banat Al Azhar. Heba baru masuk kuliah. Dan Samir masih di Madrasah Ibtidaiyyah. Ibrahim sendiri lulusan Syariah. Sebagaimana ia bisa akrab dengan mahasiswa Mesir bernama Khaled, ia bisa akrab dengan Ibrahim, juga bertemu di masjid. Tepatnya Ramadhan dua tahun lalu, saat itikaf dua hari di Masjid Amru bin Ash. Biasanya Ibrahim dibantu sama Sami, tapi kali kelihatannya ia tidak ada. "Mana Sami, kok tidak kelihatan?'' "Sedang ada keperluan keluarga di Giza." "O begitu. Kau tergesa-gesa?" "Sebenarnya tidak. Tapi saya dan Heba harus segera menyusul Sami sebelum Maghrib tiba." Azzam langsung paham bahwa Ibrahim tidak punya banyak waktu. Ia langsung mengambil pesanannya dan mem 134 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I bayar harganya. Azzam ingin segera beranjak, namun seorang gadis remaja berjilbab khas Mesir datang dengan dua gelas karikade dingin dinampan. "Minum dulu Akhi." Ibrahim mempersilakan. Sekilas Azzam melihat gadis remaja itu menatapnya sambil mengangguk lalu ke dalam. Ini adalah kali ketiga ia berta tapan dengan gadis remaja itu. Ia yakin ia adalah Heba. Kalau boleh jujur, ia harus mengakui, bahwa ia belum pernah melihat gadis secantik Heba. Cantik dan cerdas. Sebab Ibrahim pernah cerita, diusia tujuh tahun Heba telah hafal Al-Quran. Hal itulah yang membuatnya punya keinginan adiknya yang paling kecil bisa hafalAlQuran. Seperti Heba. Ibrahim mengambil gelas dan meminumnya. Tanpa banyak bicara, Azzam langsung melakukan hal yang sama. Tujuh detik kemudian gelas itu telah kosong. Azan Ashar mengalun dari Masjid Sayyeda Zaenab. "Terima kasih Akhi. Saya pamit." kataAzzam setelah itu. "Maaf, kalau kita tidak bisa banyak berbicara seperti biasa. Waktunya memang sempit. Jangan lupa doakan kami. Doa penuntut ilmu dari jauh yang ikhlas sepertimu pasti di dengar Allah," tukas Ibrahim. "Sama-sama. Kita saling mendoakan." Azzam lalu bergegas kembali ke kios Ammu Ragab dan menitipkan dagingnya di sana. Ia hendak ke masjid shalat Ashar dulu. Ia berjalan melewati lorong pasar. Langsung ke tempat wudhu masjid. Dan saat kaki kanannya menginjak pintu masjid, sang mu'azin melantunkan iqamat. Usai shalat dan berzikir secukupnya, ia langsung kembali ke pasar. Membeli bumbu-bumbu untuk membuat bakso. Dan dengan langkah cepat kembali ke kios Ammu-Ragab. Seorang 135 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy pembantu Ammu Ragab membantu mengangkatkan kacang kedelainya ke pinggir jalan raya. Ia memang belanja cukup banyak dan berat. Ia merasa perutnya sangat lapar tapi tak ada waktu lagi buat makan siang. Nanti saja jika sudah sampai di rumah. Tak lama bus enam lima datang. Namun sudah penuh sesak. Ia urung naik. Jika ia tidak membawa barang pasti sudah naik. Seperempat jam berlalu dan bus enam lima berikutnya tak juga datang. Tak ada pilihan, ia harus naik taksi. Tak ada salahnya ia realistis. Ongkos biaya produksi dalam kondisi tertentu susah untuk ditekan. Yang jelas selama dalam perhitungan masih ada keuntungan sesuai dengan margin yang ditetapkan, tidak jadi problem. Sebuah taksi melintas. Ia hentikan dan dengan cepat terjadi kesepakatan. Sopir taksi membantu memasukkan barang-barang belanjaan Azzam ke dalam bagasi. Azzam duduk di depan. Taksi melaju perlahan. Menyusuri Port Said Street. Sopir taksinya seorang lelaki gendut setengah baya. Wajahnya bundar. Hidungnya besar. Rambutnya keriting kecil-kecil. Khas keturunan Afrika. Kulitnya sedikit hitam, tapi tak legam. Agaknya ia lelaki yang ramah, "Kamu mahasiswa Al Azhar ya? " "Benar, Paman." "Belajarlah yang serius agar tidak susah. Agar tidak jadi sopir taksi seperti saya " "Memangnya jadi sopir taksi susah, Paman?" Sopir taksi malah cerita, "Kalau saya dulu serius belajar dan mau kuliah, pasti sudah jadi pegawai bank dengan gaji tinggi dan tidak susah seperti sekarang. Kalau saja..." 136 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam langsung memotong cerita itu. Ia tahu orang Mesir kalau cerita pasti akan ke mana-mana. Kalau cerita bahagia akan melangit, kalau cerita susah akan sangat melankolis. Azzam tak mau dengar cerita itu. Ia sendiri juga sedang susah. Maka dengan cepat ia memotong, "E... Paman asli Cairo ya?" tanya Azzam. "Ah tidak. Saya lahir di Sohag. Besar di Tanta dan menikah di Cairo." "Sudah punya anak berapa, Paman?" "Baru satu dan baru berumur satu tahun" "Oo." "Yah. Saya termasuk terlambat menikah. Saya menikah saat berumur 46 tahun. Tahu sendiri. Menikah di sini tidak mudah." Ini bukan kali pertama Azzam mendengar cerita seperti ini. Di Mesir dan negara Arab lainnya, menikah memang sangat mahal. Sehingga tidak sedikit yang terlambat menikah. Golongan yang pas-pasan punya, tapi tidak kaya, biasanya banyak terlambat. Baik lelaki maupun perempuan. Justru sekalian golongan yang miskin malah banyak yang nikah muda. Mereka menikah dengan sesama orang miskin sehingga syarat syarat bersifat material sama-sama dimudahkan. Banyak ulama Mesir yang menyerukan untuk memurahkan mahar dan memudahkan syarat. Tapi seruan itu seperti angin yang berlalu tanpa bekas. Si Ibrahim, penjual daging langgaanannya ingin sek ali segera menikah. Namun belum juga bisa menikah karena persoalan materi. "Saya sarankan kamu jangan sekali-kali punya pikiran menikahi gadis Mesir." Gumam sang sopir. "Kenapa, Paman? " 137 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Susah. Sembilan puluh sembilan koma sembilan persen perempuan Mesir itu menyusahkan. Keluarga mereka juga menyusahkan." "Ah yang benar, Pamar." "Benar. Serius! " "Termasuk isteri Paman? " Entah kenapa spontan ia bertanya begitu. "Iya. Apalagi dia. Rasanya nggak pernah dia bikin suami bahagia, kecuali saat bulan madu dulu." "Ah Paman bohong. Tuan rumah saya di Hay El Ashir, seorang perempuan. Asli Mesir, Paman. Namanya Madam Rihem. Dia sangat baik. Kepada siapa saja. Kepada kami yang bukan siapa-siapanya, juga kepada para tetangga. Dia mem buat kami bahagia, Paman. Dia sangat pengertian jika kami telat membayar uang sewa" "Dia masuk dalam kelompok nol koma nol satu persen. SudahIah percayalah padaku. Jangan sekali-kali berpikiran mau menikahi gadis Mesir. Saya dengar nikah di Asia Tenggara itu mudah. Perempuan perempuannya juga sangat taat pada suami. Kamu orang mana?" "Indonesiar Paman." "Apalagi Indonesia. Sebaik-baik manusia adalah orang Indonesia. " "Ah Paman bisa saja basa-basinya." Taksi terus melaju melewati MaydanAhmad Maher. "Saya tidak basa-basi. Saya serius. Tetangga saya yang baru haji tahun ini yang memberitahukan hal ini kepada saya. Ia melihat selamah haji, jamaah haji yang paling lembut dan paling penurut adalah jamaah haji Indonesia." 138 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di depan. Dua mahasiswi Indonesia di pinggir jalan tak jauh dari Museum of Islamic Art. Kelihatannya ada sesuatu dengan mereka. Keduanya duduk. Yang satu, yang berjilbab cokelat muda kelihatannya menangis. Sementara yang satunya, yang berjilbab biru kelihatannya sedang berusaha menenangkan temannya. "Masya Allah, dia kan mahasiswi yang tadi duduk di sampingku. " lirih Azzam. "Paman berhenti sebentar ya. Kelihatannya ada masalah dengan mahasiswi dari Indonesia itu. " Pinta Azzam. "Baik. Tapi jangan lama-lama ya." "Baik, Paman. " Azzam turun dan mendekati mereka berdua. Ia mendengar suara sesenggukan dari gadis berjilbab cokelat muda. "Mm, maaf Ukhti. Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu? Sapa Azzam sesopan mungkin. Beberapa orang Mesir melihat mereka. Gadis yang berjilbab biru menjawab, "Kami kena musibah. Dompet Ukhti Erna ini dicopet. Tadi busnya penuh sesak. Kami berdiri dekat pintu. Saya melihat copet itu mengambil dompet Ukhti Erna. Saya berteriak. Si copet langsung loncat bus dan lari. Saya minta bus berhenti dan minta orangorang membantu mengejar pencuri itu. Tapi mungkin sopirnya nggak dengar, soalnya kita di pintu belakang. Kita baru bisa turun di halte depan. Kita lari ke sini karena copetnya tadi loncat di sini. Dengan harapan ada orang Mesir yang menangkapnya. Tapi jejaknya saja tidak ada. Padahal dalam dompet itu ada uang dua ratus lima puluh dollar dan tujuh puluh lima pound. Sekarang kami baru sadar, 139 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kami tak punya uang sama sekali. Kami tak bisa pulang. Uangku sendiri sudah habis untuk beli kitab." Azzam tahu kenapa mahasiswi itu sampai menangis. Dua ratus lima puluh dollar dan tujuh puluh lima pound itu sangat banyak bagi mahasiswa Indonesia di Cairo. Kalau bagi mahasiswa Brunei mungkin lain. "Sudahlah diihklaskan saja. Semoga diganti yang lebih baik oleh Allah. Oh ya bukankah kalian tadi berlima atau berenam?" "Ya, tadi kami berenam. Saat pulang kami berpisah di depan Masjid Sayyeda Zaenab. Mereka berempat naik taksi ke Dokki, sementara kami naik bus enam lima. " " Kalau boleh tahu, kalian tinggal di mana? " "Di Abdur Rasul." "O, baik. Kebetulan saya naik taksi. Bangku belakang masih kosong. Kalian bisa ikut." Kata Azzam. "Erna ayo sudahlah, kita ikut dia saja." Tanpa bicara sepatah pun mahasiswi bernama Ema itu perlahan bangkit. Azzam berjalan di depan. Ia mem-bukakan pintu taksi. Dua mahasiswi itu masuk. Azzam melihat dua mahasiswi itu tak membawa apa apa selain yang berkerudung biru membawa tas cangklong hitam kecil. "Lha buku dan kitab yang dibeli mana?" Tanya Azzam. "Tertinggal di bus. Saat kami berdiri, kitab dalam kantong plastik itu saya letakkan di bawah, karena agak berat. Begitu saya melihat penjahat itu mencopet dompet Erna, saya sudah tidak ingat apa-apa kecuali berteriak dan merebut dompet itu kembali. Dan ketika kami turun dari bus, kitab itu tertinggal di dalam bus." Jawab mahasiswi berjilbab biru. 140 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "O, ya sudah. Semoga bisa dilacak." Sahut Azzam sambil menutup pintu taksi. Taksi perlahan bergerak. Pikiran Azzam juga bergerak bagaimana mendapatkan kembali kitab itu. "Kitab apa saja yang kamu beli kalau boleh tahu?" Dari belakang terdengar jawaban, "Lathaiful Ma'arif-nya Ibnu Rajab Al Hanbali, Fatawa Mu'ashirah-nya Yusuf Al Qardhawi, Dhawabithul Mashlahanya Al Bulthi, Al Qawaid Al Fiqhiyyah-nya Ali An Nadawi, Ushulud Dakwah-nya Doktor Abdul Karim Zaidan, Kitabul Kharraj-nya Imam Abu Yusuf, Al Qamus-nya Fairuzabadi dan Syarhul Maqashid-nya Taftazani." Azzam tidak berkomentar. Dari jawaban yang ia dengar, ia langsung bisa memastikan tiga hal. Pertama, total harga kitab itu ratusan pound. Kedua, mahasiswi yang membeli kitab itu adalah orang yang sangat cinta ilmu. Ketiga, ia kemungkinan besar adalah mahasiswi Syari'ah. "Busnya sudah lama jalan?" tanya Azzam. "Kira-kira lima belas menit yang lalu." Tiba-tiba sebuah ide berpijar di kepalanya. Bus itu mungkin bisa dikejar jika taksi bisa memotong jalur. Apalagi bus itu padat. Pasti lebih lambat karena akan banyak menurunkan penumpang. Itu prediksinya. "Paman bisa ngebut dan motong jalur ke Masjid Nuril Khithab Kulliyatul Banat Nasr City?" "Tentu bisa. Kebut mengebut dan memotong jalur itu kebiasaanku waktu masih muda. " "Lakukan itu Paman, saya tambah lima pound." "Nggak. Kalau mau tambah sepuluh pound." Azzam berpikir sebentar. 141 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Baik. " Dan seketika taksi itu menambah kecepatannya. Azzam memperbanyak membaca shalawat.Sementara dua penumpang di belakangnya diam dalam rasa sedih berselimut cemas. Tak ada yang mereka lakukan kecuali menyerahkan semuanya kepada Allah yang Maha Menentukan Takdir. 142 Ilyas Mak’s eBooks Collection
10 PENGEJARAN DENGAN TAKSI Sopir taksi itu mengerahkan segenap kemampuannya untuk ngebut. Ia sangat hafal dengan jalan jalan tembus yang paling aman dari keramaian dan macet. Dalam waktu seperempat jam, taksi itu telah sampai di Hay El Sades ke arah kawasan kampus Al Azhar Nasr City. Lalu melaju kencang ke arah Masjid Nuri Khithab. Selama dalam perjalanan Azzam diam. Tidak banyak berbicara. Dua penumpang di belakangnya juga melaku-kan hal yang sama. Kalaupun Azzam bicara hanya untuk menjawab pertanyaan sopir taksi sesekali saja.
Habiburrahman El Shirazy Tiga menit kemudian taksi hitam putih itu sampai di perempatan Masjid Nuri Khithab. Azzam minta supaya belok kiri menyusuri Thayaran Street ke arah Ta’min Shihi. Azzam memposisikan taksi berhenti di Halte jalur ke Hay El Sabe dekat Muraqib supaya enak mencegat bus enam lima. Sopir minta tambahan ongkos. Akhirnya Azzam kembali harus sepakat memberi tambahan. Beberapa menit menunggu, dari arah Rab'ah sekonyong konyong Azzam melihat bus enam lima datang. "Ukhti, kamu lihat kitabmu dipintu belakang. Saya akan naik dari pintu depan minta agar sop irnya berhenti beberapa saat. Semoga itu bus kamu tadi!" Seru Azzam begitu bus itu mera-pat di Halte mau berhenti. Mahasiswa berjilbab biru itu mengangguk dan bersiapsiap. Bus berhenti. Azzam menuju kepintu depan. Begitu pintu dibuka ia langsung melompat. Ia nyaris bertabrakan de-ngan penumpang yang mau turun. Ia mepet bergantung di pinggir pintu dan minta sang sopir berhenti sebentar. Mahasiswi berjilbab biru sudah naik. Ia melihat-lihat dibawah kursi dekat kondektur duduk. Kedua matanya langsung menangkap buku dan kitabnya dalam dua plastik putih. Hatinya sangat bahagia. Ketika hendak mengambilnya sang kondektur mempersilakan. Agaknya sang kondektur belum lupa dengan musibah yang menimpa dua mahasiswi beberapa saat yang lalu. "Maafkan kami atas musibah tadi," kata kondek tur itu. "Tidak apa-apa. Semoga diganti yang lebih baik oleh Allah," jawab mahasiswi itu lalu turun. Sambil menggelantung di pintu depan, Azzam melihat mahasiswi itu membawa dua plastik putih berisi kitab. Ia 144 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I langsung melompat turun dan mempersilakan sopir menjalankan busnya. "Gimana masih lengkap, tak ada yang hilang? " tanya Azzam. Mahasiswi itu lalu memeriksa sebentar. Dan dengan wajah berbinar, ia menjawab, "Alhamdulillah. Masih lengkap. Terima kasih ya atas segalanya. Kalau boleh tahu nama situ siapa?" "Aku Abdullah." Jawab Azzam. Nama kecilnya memang Abdullah Khairul Azzam. Entah kenapa ketika dibuat akte kelahiran yang terlulis hanya Khairul Azzam saja, Abdullahnya hilang. Jadi dengan mengata kan namanya Abdullah, ia sama sekali tidak bohong. Namun mahasis-wa di Cairo tidak ada yang mengenalnya sebagai Abdul-lah. Ia memang tidak ingin namanya diketahui dua mahasiswi itu. Ia mau menjaga keikhlasannya.Maka meskipun mahasiswi cantik berjilbab biru itu bertanya namanya, ia tidak gantian menanyakan namanya. "Tinggal di mana?" tanya mahasiswi itu lagi. Sementara mahasiswi yang satu nya diam saja. Kelihatannya ia masih sedih kehilangan dompetnya yang berisi dua ratus lima puluh dollar dan tujuh puluh lima pound. "Di Madrasah Hay El Ashir. Ini sudah sore. Kalian ikut sampai sini saja ya. Saya harus segera melanjutkan perjalanan. Sopir taksinya sudah menunggu. Nanti kalau kelamaan, dia minta tambah lagi. Jawab Azzam sambil melihat jam tangannya. "Iya Mas..a..Abdullah. Terima kasih banget ya." "Ya sama-sama. Lain kali lebih hati-hati ya. Assalamu'alaikum." "Wa 'alaikumussalam wa rahmatullah." 145 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam langsung masuk ke dalam taksi. Taksi berjalan lurus ke arah Hay El Sabe'. Dua mahasiswi itu meman-dangi taksi itu sampai menghilang dikejauhan. Nama Abdullah membuka satu lembar catatan dalam hati mereka. Matahari semakin kekuning-kuningan. Senja menunjukkan tanda-tanda segera datang. Bus-bus penuh dengan orang kelelahan. Dua mahasiswi itu melangkah perlahan ke arah Abdur Rasul. Letaknya tak jauh. Tiga ratus meter ke depan. Angin musim semi yang sejuk membelai jilbab mereka dengan penuh kasih sayang. Cairo kembali menggores episode yang indah untuk dikenang. *** Dua mahasiswi itu sampai di rumah kontrakan mereka di Abdur Rasul. Rumah yang besar berada di lantai dua sebuah villa anggun bercat putih. Rumah itu terdiri atas tiga kamar tidur asli. Satu kamar tidur tambahan. Satu kamar mandi. Dapur. Ruang tamu. Dan dua balkon. Dihuni oleh enam orang mahasiswi. Empat orang dari Indonesia dan dua orang dari Malaysia. Erna sudah lebih cerah meskipun guratan kesedihannya masih tampak jelas. Mereka pulang disambut oleh Zahraza, mahasiswi tingkat tiga dari Negeri Kedah, Malaysia. "Erna, kenape muka awak pucat macam tu? Fi eh?" 42 tanya Zahraza, teman satu kamar Erna. Logat Malay-sianya sama sekali tidak berubah meskipun sudah dua tahun tingga l satu rumah dengan orang Indonesia. Selain Zahraza, mahasiswi Malaysia yang tinggal di situ adalah Wan Aina, berasal dari Negeri Selangor. Zahraza masih duduk di S. 1, tingkat akhir. sedangkan Wan Aina sudah masuk tahun pertama S.2 42 Fi eh? , ada apa? 146 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I nya. Dua penghuni lainnya adalah Hanum dari Bandung, dan Sholihati dari Kudus. Keduanya satu kelas dengan Erna. Jadi di rumah itu yang paling senior secara akadem is adalah Anna. Adapun yang paling senior secara umur adalah Sholihati. Sebelum kuliah di Al Azhar, gadis yang pernah belajar di Madrasah Banat Kudus itu pernah menjadi tenaga kerja di Kuwait lebih dari dua tahun. Karena cintanya pada ilmu, begitu ia memiliki dana untuk terbang ke Mesir, ia tinggalkan pekerjaannya untuk menuntut ilmu. Semangat belajarnya yang luar biasa itu membuat banyak orang salut padanya. Namun Anna tetaplah yang paling disegani di rumah itu, selain karena ia paling berprestasi dan paling bisa memimpin, ia adalah puteri seorang kiai. Anna tinggal satu kamar sendiri. Erna satu kamar dengan Zahraza. Sedangkan Wan Aina satu kamar dengan Sholihati. Mereka hidup di rumah itu layaknya saudara sendiri. Adapun Hanum menem pati kamar tambahan sendirian. Kamar itu letak-nya di samping ruang tamu, hanya disekat dengan tabir dari kain berwarna hijau tua yang tebal. "Tak usah cemas. Tak ada ape-ape. Hanya musibah sikit aje." jawab Erna, sedikit terpengaruh oleh logat Malay-sia. "Musibah apa tu? " kejar Zahraza. "Tanya aja sama Erna. Saya nak ke kamar dulu ya," jawab Anna bergegas ke kamarnya. Zahraza langsung minta penjelasan Erna. Erna lalu menjelaskan dengan detil semua peristiwa yang baru saja dialaminya. Termasuk juga pertolongan tak disangka dari seorang mahasiswa Indonesia bemama Abdullah. Zahraza mendengarkan dengan penuh perhatian. Sementara itu, taksi berwarna hitam putih yang membawa Azzam meluncur memasuki kawasan Hay El Ashir. Melewati Bawwabah Tsalitsah, terus melaju ke timur. Melewati 147 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kawasan yang oleh mahasiswa A Tenggara disebut Nadi sia Kahrubai. Sebuah kawasan luas yang dilewati arus listrik tegangan tinggi. Daerah itu berupa jalan aspal yang lebar. Dan oleh penduduk setempat, juga oleh mahasiswa Asia Tenggara, sering digunakan ber-main sepakbola. Maka disebut Nadi Kahrubai, atau sta -dion listrik. Kawasan ini juga sering disebut Suq Sayyarah, atau Pasar Mobil. Sebab, padahari Jumat kawasan ini berubah menjadi tempat jual beli mobil bekas terbesar di Cairo. Kawasan yang luasnya berhektar-hektar itu penuh dengan pelbagai macam mobil. Bagi yang ingin menda-patkan mobil yang bagus dan murah, di sinilah tem-patnya. Syaratnya tentu saja harus bisa memilih dan bisa menawar dengan baik. Jika tidak, justru bisa sebaliknya. Azzam melihat ke arah Nadi Kahrubai dan dari kejauhan ia melihat banyak mahasiswa Asia Tenggara di sana. Ada juga mahasiswa berkulit hitam. Mereka sedang bermain sepak bola. Di sebelah Nadi tampak Masjid Sarbini yang pada bulan Ramadhan biasa menyediakan buka puasa gratis. Masjid itu menjadi salah satu tempat favorit bagi mahasiswa Asia Tenggara, di samping masjid-masjid yang lain. Azzam sendiri juga sering berbuka di masjid itu bersama teman-teman satu rumahnya. Tak lama kemudian, taksi itu sampai di Mutsallats. Azzam memberi instruksi kepada sopir taksi agar belok ke kanan. Taksi berjalan pelan memasuki kawasan Mutsallats. Rumah-rumah penduduk berbentuk kotak kotak berwarna cokelat. Warna khas pasir dan debu padang pasir di Mesir. Azzam kembali meminta taksi belok kanan. Sampai di depan apartemen berlantai enam yang menghadap ke selatan, Azzam menyuruh taksi itu berhenti. 148 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam keluar dari taksi. Sopir taksi membantu mengeluarkan barang-barang Azzam dari bagasi. Azzam memeriksa barangnya. Semua genap. Azzam menyerahkan ongkos pada sopir ta ksi. Sopir gendut berwajah bundar itu langsung menghitung. "Khamsah junaih kaman ya Andonesi !" 43 "La, khalas, mafi ziadah ya Ammu. Haram ‘alaik ya Ammu!" 44 Sopir taksi itu tersenyum. "Thayyib, 'ala kulli hal mutasyakkir! Hadza yakfi" masuk ke dalam taksi dan pergi. 45 Ia lalu Azzam meletakkan barang-barangnya di depan pintu gerbang. Sambil menenteng kantong plastik berisi daging sapi ia naik ke lantai tiga. Flatnya ada di lantai tiga. Ia masuk. Sepi. Tak ada orang di ruang tamu. Ia langsung memasukkan daging sapi ke dalam kulkas. Ia periksa kamar per kamar. Hanya ada Nanang yang sedang duduk di depan komputer milik Fadhil. Kedua telinganya ditutup dengan earphone. Agaknya ia sedang asyik mendengarkan lagu-lagu pop Mesir sambil mengetik. Azzam menepuk bahu Nanang. Nanang terhenyak kaget, lalu tersenyum. Ia melepas earphone-nya. Azzam meminta Nanang untu k membantunya menaikkan barang-barang belanjaannya ke atas. Terutama mengangkat kedelai. Ia sendiri sudah sangat letih. "Okay bos!" Jawab Nanang riang. Ia mengikuti Azzam turun. Mereka berdua lalu menaikkan barang barang belanjaan itu ke dalam Flat. 43 44 Lima pound lagi, hai orang Indonesia! Tidak, s udah, tak ada tambahan lagi Paman. Haram bagimu Paman 45 Baik, walau bagaimanapun, terima kasih. Inl sudah cukup! 149 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy *** "Semoga ini semua ada hikmahnya," lirih Zahraza selesai mendengar cerita Erna. "Hikmahnya sudah aku dapatkan. Ini jadi teguran Allah atas kebakhilanku selama ini. Sebenarnya uang itu tadi pagi mau dipinjam Mbak Hanum dua ratus dollar tapi aku tidak boleh. Aku sungguh menyesal,'' Jawab Erna sambil menundukkan kepalanya. "Sudahlah Erna. Kita cakap perkara yang lain saja. By the way, siapa tadi pemuda yang menolong kalian?" tanya Zahraza. "Namanya Abdullah." "Kau kenal dia tak?" Erna menggelengkan kepala . "Sst... by the way ia handsome tak?" Erna melototkan matanya. Namun Zahraza tidak takut. Ia malah berkomentar, "Wah berarti pemuda itu handsome. Terus terang aku suka sekali kepada pemuda yang baik hati dan pemberani seperti pemuda yang menolong kalian tadi. Apalagi kalau dia handsome. Nggak handsome saja aku pasti menaruh simpatik. Kalau aku yang jadi kau sudah aku kejar pemuda itu. Jaman sekarang, tidak mudah cari calon suami yang baik hati dan penuh perhatian seperti pemuda itu. Semoga Allah mempertemukan aku dengan dia dalam pertemuan yang penuh barakah. " Komentar mahasiswi Malaysia itu didengar dengan jelas oleh Anna dari kamarnya. Entah kenapa, ia begitu cemburu mendengar komentar itu. Ia jadi heran sendiri kenapa ia mesti cem-buru. Padahal ia bukan siapa siapanya. Ia juga baru ber150 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I temu hari itu. Ia tidak tahu identitasnya. Juga tidak tahu rumahnya. Pemuda itu pun tidak tahu siapa dia. Sebab ia tidak memperkenalkan namanya, dan pemuda itu juga tidak bertanya namanya. Anna cepat-cepat menyingkirkan perasaan itu. Herannya, setiap kali Zahraza bercerita tentang kebaikan mahasiswa Indonesia, ia selalu cemburu. Aksen dan logat ga dis Malaysia yang halus itu, kalau bercerita tentang mahasiswa Indonesia memang punya kekuatan yang membangkitkan rasa cemburu bagi mahasiswi Indonesia. Apalagi ia memang punya pengalaman indah dengan mahasiswa Indonesia. Saat awal-awal di Mesir, ia tinggal di rumah Negeri Kedah yang ada di daerah Thub Ramly, Hay El Ashir. Suatu kali ia puIang dari belanja di toko Misr wa sudan menjelang Isya. Ketika ia berjalan berdua dengan teman-nya melewati shahra 46 yang sepi tiba-tiba ada orang Mesir yang hendak berbuat jahat padanya. Ia menjerit jerit. Untung saat itu ada mahasiswa Indonesia melintas. Mahasiswa itu langsung memukul orang Mesir. Orang Mesir balik memukul. Terjadilah perkelahian. Ternyata mahasiswa Indonesia itu bisa ilmu bela diri, sehingga orang Mesir itu akhirnya lari. Mahasiswa Indonesia itu juga mengantarkan mereka berdua sampai di rumahnya. Sejak itulah di mata Zahraza, pemuda Indonesia yang belajar di Mesir adalah manusia pemberani yang baik hati. "Bodohnya awak ni. Awak ta k tanya siape nama pemuda itu. Dan dimana alamat dia duduk. Awak benar-benar bodoh. Padahal pemuda itu sangat berjasa bagi awak. Jika tak ada pemuda itu mungkin kesucian awak sudah hilang." Begitu komentar Zahraza setiap kali mengulang ceritanya itu. Entah sudah berapa kali Zahraza bercerita tentang kejadian itu. Dan 46 Shahra, tanah yang sangat lapang, padang pasir. 151 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy sampai sekarang, mahasiswa Indonesia yang menolong Zahraza itu juga tidak diketahui siapa. Tidak ada kabar dan selentingan berita mahasiswa Indonesia yang mengaku atau bercerita pernah menolong mahasiswi Malaysia di Shahra dekat Thub Ramli. Anna tahu, kecemburuannya merupakan hal yang tak perlu. Mahasiswi Malaysia menaruh simpatik pada mahasiswa Indonesia karena kebaikan, adalah hal yang bukan-nya tidak boleh terjadi. Jika yang jadi landasannya adalah kebaikan, jalannya adalah kebaikan, dan tujuannya adalah kebaikan. Apanya yang salah. Anna merasa ia telah berlebihan dengan merasa cemburu, hanya karena komentar yang bisa jadi juga sekadar komentar biasa: tak lebih dari sekadar komentar yang mungkin tujuannya justru untuk menghangatkan suasana, atau untuk menunjukkan rasa hormatnya pada orang Indonesia. Ia merasa harus meletakkan cembu-runya, cintanya, dan bencinya pada tempatnya yang tepat. *** "Kau lagi nulis apa tho Nang?" tanya Azzam pada Nanang. Keduanya duduk di ruang tamu. Azzam menyandarkan punggungnya. Ia tampak kelelahan. "Anu Kang lagi iseng-iseng bikin cerpen." "Iseng?" "Iya Kang. " "Jangan isenglah Nang. Kalo bikin cerpen mbok ya yang serius. Menulis ya yang serius. Kalau iseng itu percuma! Komputernya bukan milik sendiri, listrik juga mbayar, waktu habis, lha kok masih iseng!" 152 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Maksudnya la tihan Kang. Latihan bikin cerpen. Bukan iseng!" "Ya gitu lho. Kapan kita maju kalau kita menggunakan waktu kita untuk iseng terus. Ya tho Nang? O ya Nang, kok sepi anak-anak pada ke mana?" "Fadhil sama Ali lagi main bola. Keduanya sedang bertanding sekarang," jawab Nanang. "Di Nadi Kahrubai?" "Ya tidaklah Kang. Ini perta ndingan serius. Tim KMA 47 dan Tim KEMASS. 48 Fadhil membela KMA dan, Ali membela KEMASS. Mereka bertanding di Nadi Syabab." "O kok mereka nggak bilang-bilang ya mau tanding." "Iya lha aku aja ngertinya ya tadi ketika si Mahmud, kiper KMA datang menjemput Fadhil. Mereka nggak bilangbilang ke kita . Katanya sih biar kita tidak bingung bela siapa." "Ya udah, kita nggak usah membela siapa-siapa saja." "Terus Hafez sama Nasir ke mana?" "Hafez tadi pamit mau ke Ka tamea. Ke rumah Salman, temannya satu almamater. Kalau Nasir ya seperti biasa Kang, nganter tiket. Katanya sih ke Abdur Rasul. Ada mahasiswi Indonesia yang a kan pulang. Kang itu di kulkas ada tamar hindi." "Wah kebetula n. Lagi haus nih." Azzam bergegas ke dapur. Membuka kulkas. Mengambil botol air mineral yang berisi tamar hindi lalu menuangkannya ke gelas. Ia kembali ke ruang tamu dan minum dengan penuh kenikmatan. 47 48 KMA, Keluarga Mahastswa Aceh KEMASS, Keluarga Mahasiswa Sumatera Selat an. 153 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Yang beli kamu Nang?" "Bukan saya Kang, tapi Ali. Tadi sebelum berangkat ke Nadi Syabab. Ia beli dua botol. Yang satu ia bawa, yang satu untuk kita katanya. Kang, aku ngelanjutin nulis lagi ya?" "Ya. Tapi jangan pake earphone. Nanti kamu nggak dengar azan. Sebentar lagi Maghrib!" "Iya Kang. " Nanang beranjak menuju komputer yang ditinggalkannya. Sementara Azzam masuk ke kamamya. Ia mengganti bajunya dengan kaos, dan celana panjangnya dengan sarung. Lalu rebahan di atas kasur. Ia ingin mengendurkan ototototnya barang beberapa menit. Sebab sore ini juga ia harus langsung menggarap kedelainya untuk mulai diproses menjadi tempe. Lalu nanti malam setelah shalat Isya ia harus mulai menggarap daging sapinya untuk dijadikan bakso. Dalam kondisi seletih apapun, ia harus tetap sabar dan tegar melakukan itu semua. Jika tidak, ia takkan hidup layak, juga adik-adiknya di Indonesia. Namun karena sudah biasa, itu semua sudah tak lagi menjadi sesuatu yang berat baginya. Dan yang paling penting bagi dirinya, dengan kerja keras yang sudah biasa ia lakukan, ia sama sekali tak khawatir akan masa depannya. Ia merasa bersyukur dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya saat ini. Ia berani menatap mantap masa depannya. Ia tidak merasa cemas? Apa yang perlu dicemaskan oleh seorang manusia yang diberi pikiran sehat, anggota badan yang genap, dan mengimani adanya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Selain pada Pak Ali, selama ini ia tak pernah menceritakan kepada siapa pun mengenai beban-beban hidup-nya. Juga jalan terjal yang harus dilaluinya. Beberapa orang hanya tahu ia adalah jenis mahasiswa yang lebih mementingkan 154 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I bisnis tempe dan baksonya daripada kuliah. Ia sama sekali bukan mahasiswa yang diperhi-tungkan dalam kancah dunia kajian dan intelektual. Nama aslinya bahkan sedikit yang tahu. Kalau memang ada yang tahu, biasanya adalah orang-orang seang-katannya. Sementara mereka yang satu angkatan dengannya telah banyak yang menyelesaikan studi S.1 nya. Bahkan telah banyak yang pulang ke Tanah Air. Tinggal beberapa orang yang tersisa dari mereka, karena mereka melanjutkan S.2. Yang masih S.1 hanya dirinya. Beberapa mahasiswa baru yang mengenalnya, lebih banyak mengenalnya sebagai m ahasiswa kawakan yang belum juga lulus S.1. Padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir. Ia sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Baginya, yang penting ia telah melakukan hal yang benar. Benar untuk dirinya, ibunya, adik-adiknya dan agamanya. Ia teringat sebuah nasihat dari seorang Syaikh Muda, ketika ia shalat Jumat di Masjid Ar Rahmah Masakin Utsman. Syaikh Muda itu dalam khutbah-nya menguraikan tentang pentingnya banyak kerja sedikit bicara. "Kenapa Allah mengaruniakan kepada kita dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, jutaan syaraf otak, tapi hanya mengaruniakan kepada kita satu mulut saja? Jawabnya, karena Allah menginginkan agar kita lebih banyak bekerja, lebih banyak beramal nyata daripada bicara. Maka ada ungkapan, man katsura kalamuhu katsura khatauhu. Siapa yang banyak bicaranya maka banya dosanya! Dan karenanya Rasulullah Saw. Menasihati kita semua, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam saja!' Umat dan bangsa yang besar adalah umat dan bangsa yang lebih banyak kerjanya daripada bicaranya. Orang orang besar sepanjang sejarah adalah mereka yang lebih banyak bekerja daripada bicara!" kata Syaikh Muda itu. 155 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Lalu sebelum mengakhiri khutbah pertamanya, Syaikh Muda itu menyitir nasihat James Allen, "Jangan biarkan orang lain lebik tahu banyak tentang dirimu. Bekerjalah dengan senang hati dan dengan ketenangan jiwa, yang membuat kamu menyadari, bahwa muatan pikiran yang benar dan usaha yang benar akan mendatangkan hasil yang benar!" Ia merasa yang benar baginya adalah tidak banyak bicara. Banyak kerja. Dan orang tidak perlu tahu kenapa ia tidak juga lulus. Kenapa ia nyaris tidak pernah hadir dalam segala hiruk pikuk kegiatan ilmiah mahasiswa Indonesia di Cairo. Kecuali beberapa saja. Hidupnya di Cairo lebih banyak berkutat di rumah, masjid, pasar, rumah para pelanggan tempenya, dan rumahrumah bapak-bapak KBRI yang memesan baksonya. Kampus Al-Azhar sendiri jarang ia datangi apalagi perpusta kaan. Baginya, kampus utamanya justru masjid. Khutbah Jumat, ceramah beberapa menit dari imam masjid setelah shalat, halaqah membaca AlQuran setelah shalat Subuh adalah tempat utamanya menimba ilmu. Ia menganggap itulah yang terbaik untuk doaya. Dan berulangkali ia mengatakan pada dirinya sendiri, jangan pernah engkau merasa tersiksa dengan apa yang engkau anggap baik untuk dirimu! Ia tidak mengingkari bahwa ia sebenarnya sangat ingin bergerak dan berdinamika normalnya mahasiswa. Namun kondisi orang berbedabeda. Sudah seperempat jam ia rebahan sambil memejamkan mata. Otot-otot tubuhnya lebih terasa lebih fresh dan sega r. Lima menit lagi azan Maghrib berkumandang. Ia cepat cepat bangkit. Menyambar handuk dan ke kamar mandi. Begitu ia masuk kamar mandi dan memutar kran air panas, sayu-sayup ia mendengar suara heboh Fadhil dan Ali. 156 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Mereka sudah pulang. Semoga tidak ada y ang kalah. Semua menang!" desisnya dalam hati sambil menambah kuat aliran air dingin. Setelah ia merasa ukuran panas-dinginnya air pas, ia mandi dengan shower. Sentuhan air yang menerpa tubuhnya itu ia rasakan begitu nikmat. Begitu meremajakan syarafsyaraf dan otot-ototnya. Ketika sedang asyiknya mandi, pintu kamar mandi digedor keras, "KangAzzam ada telpon!" Itu suara Ali langsung mejawab dengan suara keras. "Sedang mandi! " "Disudahi dulu saja Kang! Ini penting." "Disudahi gimana, ini lagi pakai shampo!" "Ini dari Eliana Kang, putrinya Pak Dubes! Katanya penting! " "Mau putrinya Dubes, mau putrinya Presiden, suruh telpon lagi habis Maghrib. Titik!" "Baik Kang." *** Matahari perlahan masuk ke peraduannya. Lampu lampu di sepanjang Kornes Nil mulai menyala. Azan berku-mandang bersahut-sahutan. Furqan keluar dari kamar hotelnya. Ia bergegas ke masjid. Di dalam lift ia kembali bertemu dengan mahasiswa dari Jepang. Mahasiswa Jepang itu mengangguk, ia pun mengangguk. Ia sampai di masjid tepat sesaat sebelum iqamat dikumandangkan. Kali ini, ia shalat diimami oleh imam yang agaknya menganut mazhab Imam Malik. Sebab sang imam setelah takbir tidak meletakkan kedua tangganya di dada, tapi meluruskan 157 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tangannya seperti posisi tentara yang sedang siap dalam barisannya. Bacaan Al-Quran imam setengah baya itu sungguh indah. Ia larut dan tersentuh. Usai shalat ia kembali ke hotel. Langsung masuk kamar. Membaca Al-Quran beberapa halaman, lalu kembali membaca tesisnya. Ia kembali membaca baris demi baris. Sesekali ia berhenti memprediksi pertanyaan para penguji yang kira-kira akan disampaikan kepadanya. Lalu ia mempersiapkan jawaban yang ia anggap tepat. Tiba-tiba telepon berdering membuyarkan konsentrasinya. "Ya siapa ini?" "Ini Sara, Tuan Furqan. Mengingatkan aja. Anda tidak lupa dengan undangan saya bukan? Pukul 19.30 di Abu Sakr Restaurant." "Saya tidak lupa. Tapi saya kelihatannya tidak bisa datang" "Saya sangat berharap Tuan datang." "Kalau tidak datang semoga Nona tidak kecewa. " "Justru saya kuatir, jika Anda tidak datang, Anda menyesal. Undangan ini mungkin hanya sekali A nda dapat-kan dalam hidup Anda" "Terima kasih, saya merasa tersanjung." "Saya merasa lebih tersanjung jika Anda berkenan datang. O ya, Anda kenal Prof. Dr. Sa'duddin Zifzat?" "Ya saya kenal. Dia seorang sejarawan dan penulis terkenal." "Dia ayah saya." "Benarkah?" "Iya tentu saja. Dia akan datang bersama saya." 158 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Sekali lagi, maafkan jika nanti saya tidak bisa datang." "Pikirkanlah, saya berharap Anda datang.Terima kasih. " Klik. Telpon itu diputus. Furqan sedikit bingung antara menyelesaikan persiapannya membaca ulang tesisya, ata u memenuhi undangan Sara. Undangan makan malam gadis Mesir sesungguhnya sangat menarik. Apalagi ia sediri terbayang gadis itu juga memiliki pesona yang sangat menarik. Astaghfirullah. Ia beristighfar ketika kelebatan wajah Sara yang menarik hadir di pikirannya. Dari penjelasan Sara bahwa prof. Sa'duddin Zifzaf, penulis Mesir terkenal yang juga staf ahli Menteri Pendidikan itu adalah ayahnya, sungguh mengusik hatinya. Apakah benar? Yang lebih mengusiknya, kenapa gadis Mesir itu mengundangnya? Dan kenapa sedemikian gencar menelponnya? Apakah benar gadis itu benar-benar tahu banyak tentang dirinya? Ataukah hanya basa-basi bela ka? Ha tinya terus bertanya- tanya. 159 Ilyas Mak’s eBooks Collection
11 REZEKI SILATURRAHMI Usai shalat Mahgrib,Azzam langsung dapur memasak air di panci besar untuk menggarap kacang kedelainya. Sambil menunggu air memanas, ia membaca Al Ma’tsurat lalu tilawah. Lima belas menit kemudian ia yakin air telah sangat panas. Tidak harus mendidih. Ia turunkan air itu dari kompor gas. Ia membuka karung kedelainya. Menakarnya dan langsung merendamnya dengan air panas itu. Itulah proses paling awal dalam menggarap kedelai menjadi tempe. Kira-kira lima menit ia merendam kedelai itu. Kemudian ia memisahkan kotoran-kotoran yang menyertai kedelai. Biasanya kotoran itu mengapung. Ia ciduk kotoran itu, lalu ia
Ketika Cinta Bertasbih Buku I buang. Setelah itu ia memisahkan kedelai dari air panas itu. Air itu ia bersihkan. Lalu kedelai ia masukkan kembali ke dalam air itu. Ia letakkan di pojol dapur. Kedelai itu harus direndam satu malam. Besok pagi, kirakira jam tujuh ia akan kembali menggarap kedelai itu dengan mengulesinya di kamar mandi. Diulesi agar kacang kedelainya pecah. Paling mudah adalah dengan menginjak-injaknya. Lalu ia cuci sampai bersih. Tapi kulit arinya tidak boleh hilang. Kemudian ia rebus. Kalau sudah matang ia tiriskan sampai dingin. Setelah dingin diberi ragi. Lalu ia bungkus dan ia letakkan di rak khusus yang telah ia buat di dalam kamarnya. Dua hari berikutnya barulah jadi tempe. Sebenarnya, tanpa direbus, kedelai yang telah diulesi hingga pecah itu bisa langsung diberi ragi dan dua hari kemudian bisa jadi tempe. Sehingga bisa mengirit mi-nyak tanah. Namun hasilnya masih kalah dengan yang direbus dulu. Tempe Azzam diakui oleh para pelanggannya dan juga oleh ibu-ibu KBRI sebagai tempe yang sangat gurih dan lezat. Ia memang serius dalam membuat tempe. Ia masih ingat, bahwa ia bisa membuat tempe juga karena tidak sengaja. Saat masih di pesantren dulu ia punya teman, namanya Handono. Ia sangat akrab dengan Handono. Ketika liburan panjang ia diajak Handono berlibur di rumahnya yang terletak di sebuah kampung di pinggir Kota Salatiga. Kampung itu namanya Candiwesi. Dikenal sebagai salah satu kampung yang penduduknya banyak berprofesi sebagai produsen tempe. Selama berlibur di rumah Handono itulah, secara tidak sengaja ia belajar membuat tempe sampai taraf mahir. Kebetulan ayah Handono memang dikenal sebagai juragan tempe terbesar di Candiwesi. Setiap hari produksinya tiga kwintal kedelai. Memiliki pekerja tetap sebanyak se-puluh orang. Berawal dari ikut-ikutan membantu, ia akhirnya ter161 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tarik belajar dengan langsung praktik dari A sampai Z. Tentang takaran kedelainya. Takaran raginya. Cara membungkus yang ideal dan lain sebagainya. Satu bulan penuh ia ikut magang membuat tempe. Dan sejak saat itu ia sudah bisa membuat tempe sendiri. Bahkan ia sering mencobanya di rumah, dan ia minta ibunya menggoreng dan mencicipinya. "Wah, tempemu enak sekali Zam, " puji ibunya. Itulah rezeki silaturrahmi. Dengan bersilaturrahmi ketempat Handono, ia jadi tambah ilmu. Ilmu membuat tempe. Ia sama sekali tidak pernah mengira, ilmu mem-buat tempe itu kemudian hari akan sangat berguna bagi-nya, saat ia harus mempertahankan hidupnya di Mesir. Sangat berguna saat ia harus mandiri, tidak hanya untuk menghidupi diri sendiri, tapi juga adik-adiknya di Indo-nesia. Ia merasakan benar bahwa rezeki yang didatangkan oleh Allah dari silaturrahmi sangat dasyat. Ia bisa sampai be-lajar di Al Azhar University juga bermula dari silaturrahmi. Saat itu, menjelang evaluasi belajar tahap akhir nasional, teman satu kamarnya di pesantren sakit. Namanya Wasis. Rumahnya di daerah Bantul. Ia mengantarnya pulang. Setelah dibawa ke dokter ternyata Wasis sakit thypus serius. Jadi harus dirawat di rumah sakit. Ia sem-pat menemani satu hari di rumah sakit. Saat menemani di rumah sakit itulah ia berbincang bincang secara tidak sengaja dengan pasien satu kamar dengan Wasis. Pasien itu juga sakit thypus dan sudah mau dibawa pulang. Dari berbincang-bincang dengan pasien itu, ia dapat informasi adanya test untuk mendapatkan beasiswa ke Al Azhar. Pasien setengah baya yang ramah itu berkata, "Saya pernah belajar di pesantren tempat kamu belajar. Hanya beberapa bulan saja. Bulan depan ada test penja-ringan siswa Madrasah Aliyah untuk mendapat beasiswa Al Azhar. 162 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Kamu ikut saja test di DEPAG Pusat. Cari informasi di sana. Nanti pada bagian pendaftaran bilang saja disuruh Pak Dhofir gitu." Dari info itu, ia bisa ikut test untuk mendapatkan beasiswa kuliah di Al Azhar University. Dan diterima. Ia sampai sekarang tidak tahu Pak Dhofir itu siapa. Yang ia tahu Pak Dhofir yang memberi info padanya itu katanya ting-gal di daerah Kotagede Yogyakarta. Silaturrahmi jugalah yang membuat bisnis baksonya di Cairo berjalan lancar. Memang ia tidak banyak muncul di kalangan mahasiswa, tapi ia sering hadir dan muncul di acara bapak-bapak dan ibu-ibu KBRI. Muncul untuk memberikan bantuan apa saja. Bahkan jika ada orang KBRI pindah rumah ia sering jadi jujugan minta tolong. Karena itulah ia sangat dikenal di kalangan orang-orang KBRI. Itu sangat penting bagi bisnis baksonya. Tanpa banyak silaturrahmi seorang pebisnis tidak akan banyak memiliki jalan dan peluang. Benarlah anjuran Rasulullah Saw., agar siapa saja yang ingin dililuaskan rezekinya, hendaklah ia melakukan silaturrahmi. 49 Selesai merendam kedelai, Azzam beranjak ke kulkas untuk mengeluarkan daging sapi yang baru tadi sore ia masukkan ke dalam freezer. Ia keluarkan agar tidak keras. Sebab setelah shalat Isya ia harus mengolahnya jadi bola-bola bakso. Keahliannya membuat bakso yang kini ba-nyak mendatangkan rezeki baginya juga karena sila turrahmi. Jika keahliannya membuat tempe ia dapat sejak ia masih di Indonesia, keahliannya membuat bakso justru ia dapat setelah berada di Mesir. 49 Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, Bab Shilaturrahmi wa Tahrimi Qathiiha, Juz 2, hal. 421. 163 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Setengah tahun berada di Mesir ia kenal baik dengan Pak Jayadi yang bekerja di KBRI sebagai lokal staf bagian konsuler. Kenal baik karena sama-sama berasal dari Kartasura. Pak Jayadi lahir di daerah Ngabean Kartasura. Sementara ia lahir dan tinggal di daerah Sraten, Kartasura. Ia jadi sering diundang dan sering datang ke rumah Pak Jayadi yang dikenal sangat baik dengan para mahasiswa. Apalagi yang berasal dari Jawa Tengah. Ia nyaris dianggap sebagai adik sendiri oleh Pak Jayadi. Pak Jayadi hanya memiliki satu anak lelaki yang masih duduk di kelas empat SD. Dari Pak Jayadi dan Ibu Jayadilah ia bisa membuat bakso yang kemantapan rasanya sangat diakui di Cairo. Bermula sering silaturrahmi. Lalu diminta oleh Pak Jayadi untuk ikut membantu Ibu Jayadi membuat bakso pesanan KBRI untuk acara-acara resmi. Lalu coba-coba membikin sendiri, ternyata diakui nyaris sama dengan buatan Ibu Jayadi. Ia pun dikenal bisa bikin bakso. Bah-kan sempat dikenal sebagai tangan kanan Ibu Jayadi. Ketika Pak Jayadi sekeluarga pulang ke Tanah Air untuk selamanya, kepercayaan para pelanggan Ibu Jayadi dan juga KBRI jatuh kepadanya. Saat itu ia sendiri sedang sangat memerlukan datangnya sumber rezeki untuk mempertahankan hidupnya, dan juga adik-adiknya. Jadilah ia terjun total dalam bisnis membuat bakso. Azzam masih di dapur, setelah mengeluarkan daging dari freezer, ia melihat beberapa alat dapur belum dicuci. Ia tergerak untuk mencucinya. Ini semestinya tugas Fadhil. Karena hari ini yang bertugas masak adalah Fadhil. Namun agaknya Fadhil kelelahan habis bertanding di Nadi Syabab. Ketika sedang asyik mencuci panci yang biasa digunakan untuk menyayur, Ali muncul dan memanggilnya, 164 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Kang Azzam, ayo ke depan. Kita makan kibdah dulu. Fadhil beli kibdah untuk ganjal perut!" "Wah boleh juga. Oh ya, minumnya sudah ada? Kalau belum ada biar saya masak air sekalian." Tukas Azzam sambil merampungkan cuciannya. "Oh ya Kang belum," jawab Ali. Azzam mempercepat kerjaannya. Sebelum meninggalkan dapur terlebih dahulu ia meletakkan panci yang berisi air di atas kompor yang menyala. Mahasiswa Indonesia di Cairo memang tidak lazim memiliki termos penyimpan air panas. Sebab mereka biasa minum teh khas Mesir. Teh itu lebih enak bila disedu dengan air yang masih mendidih. Jika tidak begitu, rasanya kurang mantap. "Wah beli kibdah banyak sekali Dhil," kata Azzam sambil duduk di samping Fadhil. Nanang, dan Ali juga sudah duduk mengitari kibdah yang diletakkan begitu saja di atas karpet beralaskan koran. "Ya Kang, ini sekaligus syukuran. Tadi saya mencetak dua gol dalam pertandingan," jawab mahasiswa dari Aceh itu dengan wajah berseri. "Berarti KMA menang dong?" tanya Azzam sambil mengambil satu kibdah. "KMA memang menang dipermainan. Kami menguasai bola. Tapi KEMASS ternyata mampu menjebol gawang kami dengan dua gol. Jadi skornya 2-2." "Wah pasti seru tadi." "Seru banget!" sahut Ali, "Apalagi dua gol KEMASS itu yang mencetak aku. Ali Mustafa El Plajuwi!" sambung Ali sambil membusungkan dada. 165 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ali tadi memang boleh. Aku salut!" Fadhil mengakui kehebatan Ali. "Yang penting mana syukurannya untuk dua gol. Yang mencetak satu gol saja beli. " "Beres. Setelah shalat Isya nanti aku beli firakh masywi. Yang di rumah tinggal menanak nasi saja!" jawab Ali. "Mantap. Syukran Li!" teriak Fadhil girang. Bagaimana tidak girang, malam itu adalah tugas dia untuk masak. Jika lauk sudah ada, hanya tinggal menanak nasi apa su-sahnya. Itu sama saja dia terbebaskan dari tugasnya. Dan ia bisa beristirahat melepas lelah. "Ngomong-ngomong Nasir ke mana kok belum pulang?" tanya Azzam sebagai yang dituakan. "Nasir tadi pamit tidak pulang. Dia ada urusan ke Tanta katanya. Hafez juga sama. Ia bilang menginap di Kata -mea" jelas Nanang. "O ya sudah kalau begitu." Kata Azzam datar. Dalam hati ia senang Hafez langsung pergi ke Katamea. Pasti anak itu sedang mencari tempat yang nyaman untuk mengungsi sementara waktu. Jika ia tetap tinggal satu rumah dengan Fadhil, akan sangat susah melupakan Cut Mala. Tiba-tiba telpon berdering. Ali yang gesit bergerak cepat mengangkat, "Siapa?... Dari Mala?... O ya sebentar ya?" Kata Ali. Ia lalu menunjuk Fadhil. Semua yang ada di situ langsung paham itu adalah telpon dari Cut Mala untuk Fadhil, kakaknya. Fadhil langsung bergegas menerima telpon. Azzam menarik nafas, ia tidak membayangkan jika Hafez saat itu ada di situ dan ia yang pertama mengangkat tel-pon. 166 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Seperti apa gemuruh dalam dadanya, nyala dalam hatinya mendengar suara Cut Mala. Semalam suntuk ia pasti tidak akan bisa tidur. Sementara Fadhil menerima telpon, Azzam dan yang lain melanjutkan perbincangan mereka. "Oh ya, katanya, tadi putrinya Pak Dubes nelpon, kok belum nelpon lagi?" tanya Azzam. "Iya Kang. Tadi sudah aku bilang untuk telpon lagi setelah shalat Maghrib. Kok sampai sekarang belum nelpon ya," tukas Ali sambil beranjak ke dapur karena mendengar suara air mendidih. "Sampeyan sih Kang diminta menghentikan mandinya sebentar tidak mau. Jarang jarang orang dapat telpon dari putrinya Pak Dubes yang cantik lulusan EHESS Prancis itu," kata Nanang menyayangkan. "Aku yakin dia takkan nelpon lagi. Kayaknya Sampeyan yang seka-rang harus nelpon balik Kang. Siapa tahu ini bisnis besar Kang." sambungnya memberi saran. Azzam diam, tidak menjawab. Fadhil meletakkan gagang telpon, ia baru saja selesai berbicara dengan adiknya. Ba -ru diletakkan telpon kembali berdering. Fadhil langsung mengangkatnya. "Ya, hallo. Ini siapa ya?" tanya Fadhil. "Ini Eliana . Bisa bicara dengan Mas Insinyur?" "O bisa, sebentar Mbak Eliana ya," kata Fadhil datar. Fadhil lalu memanggil Azzam. Azzam segera bangkit dan menerima gagang telpon. "Halo. Ada yang bisa saya bantu," kata Azzam. 167 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ini Eliana, Mas Insinyur" "O Mbak Eliana, apa kabar Mbak?" "Baik." "Pak Dubes sehat?" "Sehat. Alhamdulillah. " "Kok tumben nelpon kemari, ada apa Mbak?" tanya Azzam sambil melihat ke arah Nanang dan Fadhil yang dengan seksama memperhatikannya. "Ini Mas, to the point saja ya?" "Ya." "Begini, dua bulan lagi saya mau ulang tahun. Ulang tahun saya ke dua puluh empat. Saya akan merayakannya di Wisma Duta. Sederhana saja. Tapi saya ingin yang mengesankan. Saya ingin untuk tamu undangan disuguhi masakan khas Indonesia." "O bagus itu Mbak. Dua bulan lagi itu berarti kira kira pas selesai ujian Al Azhar ya Mbak." "Ya. Mayoritas mahasiswa sudah selesai ujian kelihatannya, meskipun mungkin masih ada beberapa yang belum selesai ujian. Mas Insinyur kira-kira ada waktu nggak?" "Insya Allah ada Mbak." "Syukurlah kalau begitu. Tapi kali ini saya tidak mau bakso. Sudah sangat biasa." "Mbak inginnya apa?" "Soto Lamongan. Mas bisa bikinin buat saya?" "Soto Lamongan?" Azzam bertanya agak ragu. 168 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Ya, Soto Lamongan. Bisa nggak? Mas Insinyur kan terkenal jago masak. " "O bisa Mbak, insya Allah bisa. Mau untuk berapa porsi?" "Lima ratus porsi, sanggup?" "Sanggup Mbak, asal harganya cocok aja." Azzam sudah langsung ke hal paling penting dalam dunia bisnis "Satu porsinya berapa Mas? Sama dengan bakso gimana?" "Wah kalau disamakan dengan bakso berat Mbak, terus terang. Kalau bakso sudah sangat biasa, bikinnya juga bagi saya sangat biasa. Ini Soto Lamongan lho Mbak. Tidak ada di Cairo, dan perlu keahlian khusus." "Ya sudah kalau gitu saya ikut Mas Insinyur, jadi berapa?" "Dua kali lipat bakso. Gimana? Deal?" "Baik. Deal. Tapi nanti jangan dipas lima ratus ya. Ya ada kelebihannya beberapa porsi gitu." "Beres Mbak. Terus acaranya tepatnya kapan Mbak? Tanggal berapa? Jam berapa?" "Tepat tanggal satu awal Juli depan. Acara tepat jam tujuh malam. Jangan lupa lho." "Baik Mbak. Tapi tolong satu minggu sebelum hari H. Mbak mengingatkan ya?" "Ya. Salam buat teman-teman Mas Insinyur di situ ya?" "Ya." Azzam menutup gagang telpon dengan wajah berbinar. Rezeki besar ada di depan mata. Jika satu porsi bakso biasanya dihargai 3 pou nd, ini berarti untuk Soto Lamongan ia akan 169 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dapat 6 pound satu porsinya: 6 X 500 sama dengan 3000. Dikurangi modal sekitar 400 pound. Jadi dua bulan lagi ia akan dapat keuntungan kira-kira 2600 pound. "Bisnis baru ya Kang? Kok saya tadi dengar ada nyebutnyebut Soto Lamongan?" tanya Nanang. "Iya, putrinya Pak Dubes itu mau ulang tahun minta dibikinkan Soto Lamongan." "Lho memangnya Sampeyan bisa bikin Soto Lamongan?" "Ya belum bisa." "Lho kok Sampeyan sanggupin?" "Lha kan ada kamu Nang. Kamu kan orang Lamongan, pasti bisa kan bikin Soto Lamongan." "Waduh Kang, Sampeyan itu sungguh nekat. Aku saja yang orang Lamongan tidak bisa bikin Soto Lamongan kok. Kalau boleh saya sarankan batalin saja Kang. Daripada nanti mengecewakan keluarga Pak Dubes, reputasi y ang Sampeyan bangun selama ini bisa hancur lho Kang." "Wah kamu itu Nang, penakut. Tak punya nyali. Ini bisnis Nang. Bisnis! Nyawa bisnis itu keberanian Nang. Dalam dunia bisnis yang berhasil adalah mereka yang memahami bahwa, hanya ada perbedaan sedikit antara tantangan dan peluang, dan mereka bisa mengubahnya menjadi keuntungan. 50 Aku memang belum bisa bikin Soto Lamongan, tapi aku dulu sering makan Soto Lamongan. Kekhasan rasa dan bentuk Soto Lamongan masih aku ingat. Yang paling penting aku merasa bisa membikin Soto Lamongan. Dan aku yakin kualitasnya, insya Allah sama dengan aslinya!" 50 Diadaptasi dengan sedikit perubahan dari perkataan Victor Kiam. 170 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Wah Sampeyan kadang memang nekat banget Kang!" "Bukan nekat Nang. Ini memanfaatkan tantangan menjadi peluang. Nekat adalah untuk mereka yang tidak tahu langkah-langkah pastinya menaklukkan tantangan. Tapi bagi mereka yang tahu langkah-langkah pastinya itu berarti tidak lagi nekat, tapi mengambil peluan dengan sedikit risiko!" "Wah kata-kata Sampeyan kayak motivator besar saja Kang. " "Yang aku katakan hanyalah berangkat dari pengalamanku selama ini Nang. Aku yakin bisa. Kalau aku mera-sa tidak bisa pasti sudah kutolak. Kau ingat beberapa bulan yang lalu ketika Pak Atase Perdagangan minta dibuatkan Garang Asem khas Kudus. Jelas aku angkat tangan. Belum terbayang bagaimana cara membuatnya. Apalagi Garang Asem banyak khasnya. Ada khas Kudus, khas Kartasura, khas Salatiga, khas Semarang, khas Boyolali. Saat itu aku melihat bukanlah suatu tantangan yang bisa diubah jadi peluang. Lebih baik aku mundur." "Tapi, Soto Lamongan setahuku juga ada kerumitannya lho Kang." "Aku tahu yang paling penting aku yakin bisa." *** "Kau yakin bisa La?" tanya Anna pada Laila, mahasiswi Indonesia yang dikenal menjadi agen tiket Malaysia Air Lines dan Singapore Air Lines. Laila mengikuti jejak kakaknya Nasir. Boleh dikata Laila hanyalah membantu kakaknya. Karena dia mahasiswi, jadi promosi di ka-langan mahasiswi bisa ia 171 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy lakukan dengan gencar. Apalagi ia juga menjadi pengurus Wihdah. Bedanya Laila dengan kakaknya, Laila termasuk jajaran mahasiswi yang berprestasi. Tidak pernah tidak lulus ujian. Sering nulis di buletin dan majalah. Sedangkan Nasir, biasabiasa saja. Aktivitasnya lebih banyak ber-bisnis di Cairo. Selain bisnis tiket pesawat, Nasir juga bisnis warnet dan jualan jahe. Ya jualan jahe. Dengan cara, ia pergi umrah naik kapal. Lalu di Saudi membeli jahe yang masih segar. Jahe dari Saudi itu asalnya juga bukan dari Saudi tapi dari Asia Tenggara. Kebanyakan dari Thailand. Ia membeli langsung beberapa kuintal. Ia bawa ke Mesir dan ia jual ke oran gorang Mesir. Keuntungannya selain menutup biaya umrah, juga bisa untuk membayar sewa rumah beberapa bulan. Sebuah bisnis yang sangat menguntungkan. Laila yang ditanya tersenyum. "Ya sangat yakinlah Mbak. Tanpa harus membawa visa dari kedutaan Malaysia Mbak bisa masuk Malaysia. Nanti ngambil visa entri di bandara Kuala Lumpur. Kakak saya kan pernah pulang ke Tanah Air dan transit dua minggu di Malaysia. Hanya saja kalau Mbak mau transit masuk KL, ada biaya tambahan lima puluh dollar Mbak." Laila menjelaskan panjang lebar. "Untuk apa itu La?" "Untuk meng-open tiket KL-Jakarta. Karena mau tinggal beberapa hari di KL, maka harus open. Itu harganya lebih mahal lima puluh dollar. Gimana Mbak?" "Ya baiklah La. Uangnya besok insya Allah. Kapan tiket bisa saya ambil? " "Dua hari setelah uang saya terima Mbak." "O ya Mbak, bisa tidak Lala tanya dikit sama Mbak?" 172 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Apa itu La?" "Saya dengar Mbak dilamar sama Mas Furqan ya Mbak?" "Wah kalau itu tidak bisa dijelaskan via telpon La. Udah dulu ya. Ini pulsanya sudah habis banyak. Yuk, assalamu'alaikum." "O ya Mbak wa 'alaikumussalam." Wajah Anna merah padam. Pertanyaan Laila itu menyentak hatinya. Dari mana dia tahu? Ia sangat yakin di kalangan mahasiswi berita dirinya dilamar Furqan pasti mulai tersebar. Yang membuatnya marah adalah siapa yang membocorkan ini semua. Bukankah yang tahu masalah ini selain dirinya, seharusnya hanya tiga orang, yaitu Furqan, Ustadz Mujab dan isterinya, Mbak Zulfa. Ada kejengkelan dan rasa marah yang memercik dalam dadanya. Tapi ia bingung kepada siapa harus marah. Untuk meredam amarahnya ia mengambil air wudhu. Setelah itu ia ke ruang tamu di mana Erna dan Zahraza sedang asyik membaca koran Al Ahram. "Mbak kita jadi ke Palace?" tanya Erna begitu Anna duduk di sampingnya. Anna melihat jam dinding, lalu menjawab, "Sekarang, sudah jam tujuh lebih lima, tapi Wan Aina dan Sholihati belum pulang. Apa tidak terlalu malam jika kita keluar setelah mereka pulang?" "Iya, terlalu malam. Nanti dilihat orang tidak baik." Sahut Zahraza sambil tetap membaca. "Atau tidak usah ke Palace saja Mbak. Nanti kalau mereka pulang kontak Babay saja. Pesan makanan minta diantar ke sini." Erna memberi usul. 173 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Yah, nanti kalau mereka pulang kita musyawarah. Enaknya bagaimana. Yang jelas malam ini insya Allah tetap syukuran seperti yang saya janjikan." Jawab Anna lirih. Pikiran Anna sedang tidak pada acara syukuran dengan makan-makan yang ia rencanakan, tapi pada berita dirinya telah dilamar Furqan yang telah diketahui oleh orang-orang yang semestinya tidak mengetahuinya. "Eh ini ada berita menarik di Ahram!" kata Zahraza setengah berteriak. "Apa itu!?" tanya Erna. "Di sini disebutkan ada mahasiswa Indonesia yang tinggal di Ighatsah Islamiyyah Hay El Thamin dirampok seseorang yang mengaku sebagai anggota mabahits. 51 Mahasiswa ini menderita kerugian lebih dari seribu dollar. Kemungkinan besar perampok itu memakai cara-cara hipnotis!" jelas Zahraza. Spontan Anna berkata, "Berarti kita harus hati-hati. Jangan pergi-pergi sendirian! Ternyata di atas muka bumi ini masih banyak penjahat berkeliaran!" 51 Badan intelijen. 174 Ilyas Mak’s eBooks Collection
12 RUMUS KEBERHASILAN Furqan baru saja pulang dari masjid ketika hand phonenya berdering. Ia lihat di layar. Panggilan dari Indonesia. Ibunya. "Ini ibu Nak." "Ya ada apa Bu?" "Mungkin ayah dan ibu tidak bisa ke Cairo." "Kenapa Bu? Apa Ibu tidak ingin melihat sidang master Furqan yang seumur hidup cuma sekali?"
Habiburrahman El Shirazy "Sebenarnya ayah dan ibu sangat ingin. Tapi ini kakakmu sedang di rumah sakit." "Ada apa dengan kakak Bu?" "Kakakmu pendarahan serius. Padahal usia kandungannya baru lima bulan. Ia perlu ibu di sampingnya. Sebab suaminya sedang ditugaskan di Aceh. Ia tidak bisa cuti untuk menunggui isterinya." "Kalau ibu tidak bisa, apa ayah tidak bisa ke Cairo sendiri?" "Ayahmu tidak mau pergi sendirian tanpa ibu. Sudahlah kami yang di Indonesia mendoakanmu, semoga kau lulus sidang dengan hasil terbaik. Direkam saja pakai handycam, biar nanti ibu dan ayah bisa melihat." "Iya Bu, baik. Semoga kakak dan janinnya selamat." "Amin." Ada rasa kecewa yang menyusup ke dalam hatinya. Ia ingin sekali, sidang munaqasah tesis masternya dihadiri kedua orangtuanya. Ia telah menyiapkan semuanya. Termasuk pergi ke Alexandria bersama ayah dan ibunya usai sidang. Tapi benarlah kata orang bijak, manusia boleh merancang dan merencanakan, namun Tuhanlah yang menentukan. Ia mengambil nafas panjang. Meskipun kecewa ia tidak ingin rasa kecewanya mempengaruhi konsentrasinya menyiapkan diri menghadapi pertarungan dalam sidang tesisnya. Sudah setengah dari isi tesisnya yang ia baca. Ia merasa perlu istirahat. Perutnya juga terasa lapar. Ia melihat jam tangannya. Tujuh seperempat. Ia teringat undangan makan malam Sara. Tapi ia ragu. Ia belum kenal siapa itu Sara. Ia juga merasa undangan itu tidak-lah penting. Meskipun Sara adalah putri Prof. Dr. Sa'duddin. Ia tak mau kehilangan fokus. Ia tak mau ke-hilangan konsentrasi. Ia teringat pesan guru bahasa 176 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Inggrisnya saat di Pesantren Modern dulu. Pesan yang mem buatnya sangat terinspirasi dan tergugah: The formula for succes is simp le: practice and concentration then more practice and more concentration. (Rumus keberhasilan adalah simpel saja, yaitu praktik dan konsentrasi kemudian meningkatkan praktik dan meningkatkan konsentrasi). Undangan Sara ia anggap sebagai hal yang akan merusak konsentrasinya. Dan itu berarti hal yang akan merusak keberhasilannya. Maka ia putuskan untuk mengabai-kannya sama sekali. Ia memilih untuk makan malam sendiri di restaurant hotel. Lalu kembali ke kamar untuk rileks melihat Nile TV sebentar, lalu tidur. Ia jadwalkan jam tiga bangun. Ia turun ke restaurant. Memilih meja yang masih kosong di dekat jendela kaca yang menghadap ke sungai Nil. Panorama malam sungai Nil begitu indah. Suasananya begitu romantis. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat lamarannya pada Anna Althafunnisa. Wajah Anna berkelebat di depan mata nya. Wajah yang luar biasa daya pesonanya. Ia merasa di dunia ini tidak ada gadis yang seperti Anna. Ia sangat yakin lamarannya akan sangat dipertimbangkan oleh Anna. Ia bahkan yakin lamarannya diterirna. "Ia sudah tahu reputasi dan sepak terjangku selama ini" gumamnya. Ia merasa akan sangat berbahagia jika suatu saat nanti bisa makan berdua di tempat yang begitu romantis dan indah bersama Anna. Anna yang telah ia sunting menjadi isterinya. Ia merasa keindahan tempat itu masih kurang tanpa adanya Anna. Ia geleng-geleng kepala sendiri. "Ini sudah dosa. Astaghfirullah. Saya tidak boleh membayangkan yang tidak-tidak," gumamnya dalam hati. Sementara matanya masih asyik melihat panorama sungai Nil dengan 177 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy lampu-lampu yang berjajar di tepinya. Indah seperti taburan mutiara. "Boleh saya duduk di sini?" Suara itu mengejutkan lamunannya. Ia terhenyak sesaat. Yang berbicara dengan bahasa Indonesia itu adalah turis Jepang yang sudah dua kali ia temui. Rambutnya gondrong, berkaca mata minus agak tebal. "O boleh. Silakan." jawabnya agak gugup. "Terima kasih." "Anda bisa berbahasa Indonesia?" tanyanya dengan nada heran. "Saat di SMA dulu saya pemah ikut program pertukaran pelajar. Dan saya ditempatkan di Indonesia selama satu ta hun." "Di mana?" "Di Yogyakarta." "O pantas. Anda juga bisa berbahasa Arab." "Bisa juga." "Wah boleh juga. Berapa lama Anda belajar bahasa Arab?" "Satu tahun. Saya belajar bahasa Arab di Universitas Aleppo, Suriah." Furqan mengangguk-anggukkan kepala. Dalam hati ia kagum dengan orang Jepang di hadapannya. Bahasa Indonesianya bagus. Ia yakin bahasa Arabnya bagus. Bahasa Inggrisnya sangat lancar. Sebab saat berkenalan di lift orang Jepang itu menggunakan bahasa Inggris. "KaIau boleh tahu, dalam rangka apa Anda berada di Cairo ini?" tanya Furqan. 178 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Emm pertama memang untuk jalan jalan. Saya sudah ke Luxor, Sant Caterine, dan Alexandria. Kedua saya sedang mengadakan penelitian sejarah." "Penelitian apa kalau saya boleh tahu." "Saya sedang meneliti cara beribadahnya orang orang Mesir kuno yang menyembah matahari. Apa persamaan dan perbedaannya dengan orang-orang Jepang yang juga mendewakan matahari. Apa ada interaksi antara Mesir kuno dan Jepang kuno? Apakah dewa matahari yang disembah orang Mesir dan orang Jepang memiliki sifat-sifat dan deskripsi yang sama. Di samping itu saya juga menemani adik saya." "Yang bersamamu itu." "Iya. Namanya Fujita Kotsuhiko. Anda masih ingat nama saya?" "Masih, nama Anda Eiji Kotsuhiko kan?" "Ya. Ingatan Anda kuat. Anda berbakat jadi intelektual dan ilmuwan besar." "Terima kasih." "Adik saya sedang tertarik pada Islam." "Tertarik pada Islam?" "Ya. Itu setelah dia membaca buku-bukunya Maryam Jamela dalam bahasa Inggris. Kebetulan ia kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris. Kalau saya Jurusan Sejarah. Kami sama-sama di Kyoto University. Ia ingin lebih tahu tentang Islam. Apakah Anda bisa membantu mempertemukan dia dengan orang yang tepat?" "Bisa-bisa. O ya. Anda mau makan?" "Wah iya. Karena asyik ngobrol sampai lupa makan. Ayo." 179 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Keduanya lalu bangkit dan mengambil makan. Orang Jepang itu memilih spagheti. Sedangkan Furqan memilih nasi daging khas Yaman dengan lalap gargir dan buah Zaitun. Minumnya ia pilih syai bil halib 52 hangat. Keduanya kembali ke tempat semula. "Waktu di Jogja saya paling suka makan Cap Jay rebus," kata Eiji. "O ya." "Menurutku Cap Jay rebus termasuk makanan paling enak di dunia." "O ya." "Waktu di Jogja dulu saya punya langganan Cap Jay di daerah Sapen. Belakang IAIN Suka. Cap Jay Mbah Gi-man. Rasanya mantap." "Wah jadi pengin ke Jogja." "Tapi mungkin kau takkan merasakan Cap Jay Mbah Giman." "Kenapa?" "Empat bulan yang lalu saya ke Jogja dan Mbah Giman telah tiada. Yang menggantikan Mbah Giman putri bungsunya. Namanya Minarti. Hasil masakannya tak bisa menyamai Mbah Giman. Enak sih, tapi tetap saja tidak seenak buatan Mbah Giman." | "Kelihatannya Anda tahu banyak tentang Jogja ya." 52 Teh susu. 180 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Jogja telah jadi kota kedua bagi saya setelah Kyoto. Saya lahir dan besar di Kyoto. Dan saya sangat terkesan dengan Jogja." Keduanya terus berbincang sambil makan. "Adikmu tidak makan?" "Sebentar lagi dia datang. Dia masih asyik nonton film Lion of Desert di kamarnya." "Film perjuangan rakyat Libya?" "Ya. Kami dapatkan di Attaba tadi pagi." "Sebentar saya ambil buah Zaitun lagi." "O ya silakan." Furqan beranjak mengambil buah Zaitun hijau. Ketika ia kembali, Fujita telah duduk di samping kakaknya. "Fujita, ini Furqan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Cairo University, yang berjumpa dengan kita di lift tadi siang. Masih ingat?" kata Eiji dalam bahasa Inggris. "Tentu," jawab Fujita sambil mengangguk pada Furqan. "Saya sering dapat cerita tentang Indonesia dari kakak saya ini. Tapi saya belum pernah pergi ke sana," sambung Fujita sambil menatap Furqan. "O ya," jawab Furqan sambil menatap Fujita sesaat. Mata keduanya bertemu. Furqan dengan reflek menundukkan pandangannya ke beberapa butir buah Zaitun yang ada di piringnya. Ia harus mengakui adik Eiji itu layak jadi model. Saat di lift ia sama sekali tidak mem-perhatikannya. Wajah Fujita mengingatkannya pada bintang film Mandarin, Rosamund Kwan. Tapi jauh lebih segar Fujita. Ia merasa tidak boleh berlama-lama berbincang bincang dengan dua Jepang kakak beradik itu. Ia bisa menakar iman181 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy nya. Imannya tidak akan kuat berhadapan dengan gadis secantik Fujita. Ia makan dengan lebih cepat. Sesaat lamanya keheningan tercipta. Tiba tiba Fujita membuka suara, "Dari kartu nama Anda yang Anda berikan kepada Eiji saya tahu Anda kuliah di jurusan sejarah. Jurusan yang sama dengan Eiji. Kalau boleh tahu, menurut Anda apa sih istimewanya mempelajari sejarah?Apakah mempelajari sejarah tidak hanya membuang-buang waktu, sebab membuat orang terpaku pada masa lalu. Masa yang memang sudah hilang dan tak perlu dibicarakan? Apa tidak lebih baik mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk eksis di masa yang akan datang?" "Itu lagi yang kau diskusikan. Bukankah sudah sering aku jelaskan Fujita?" potong Eiji. "Iya. Aku sudah mendengar panjang lebar jawabanmu. Tapi menurutku terlalu teoretis. Aku belum puas. Siapa tahu mahasiswa Cairo University dari Indonesia ini punya jawaban lain yang lebih simpel dan membumi," debat Fujita. Furqan memasukkan sendok terakhir ke mulutnya dan mengunyahnya dengan tenang. Dua Jepang kakak beradik itu menunggu apa yang akan diucapkan Furqan. "Sejarahlah yang memberitahu kepada kita siapa sebenarnya kedua orang tua kita. Siapa nama kakek nenek kita. Sejarah jugalah yang memberitahu kepada kita tempat dan tanggal lahir kita. Sejarah juga yang akan memberitahukan kepada generasi mendatang bahwa mereka ada sebab kita lebih dulu ada. Jika mereka maju, maka sejarah yang akan memberitahukan kepada mereka bahwa kemajuan yang mereka capai tidak lepas dari keringat kita dan orang-orang yang lebih dulu ada. Orang yang tidak memperhatikan sejarah masa lalu sangat memungkinkan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali, bahkan mungkin berkali-kali. Dan itu sungguh suatu 182 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I kecelakaan yang pasti sangat menggelikan. Kira-kira itulah jawaban sederhana atas pertanyaan Anda, Nona Fujita." "Eemm. Sederhana penjelasannya, tidak teoretis, tapi dalam muatannya. Terima kasih," tukas Pujita seraya memanggut-manggutkan kepalanya. Furqan melihat jam tangannya, ia harus kembali ke kamarnya. "Maafkan saya. Saya harus kembali ke kamar. Saya ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," kata Furqan undur diri. "Wah, sayang, sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Bolehkan lain kali saya meng-hubungi Anda?" tanggap Fujita. "O. tentu, boleh saja. Nama dan alamat saya di Mesir dan di Indonesia ada di kartu nama yang telah saya berikan kepada kalian." "Baik, terima kasih atas waktunya," kata Fujita. "Dua bulan lagi saya ada rencana ke Bandung dan Jogia. Semoga saat itu kau ada di Indonesia," sambung Eiji sambil tersenyum. "Semoga. Yang penting kalau kalian sedang berkunjung di Indonesia hubungi saya. Kalau kebetulan saya ada di Indonesia kalian bisa saya ajak jalan jalan di Jakarta dan sekitarnya. Baik saya naik dulu. Mari." "Mari!" Sahut Fujita dan Eiji hampir berbarengan. Furqan bergegas naik. Sampai di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Keinginannya menonton Nile TV telah hilang. Ia meniatkan diri untuk bangun jam empat. 183 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ketika hendak memejamkan mata, telpon kamarnya berdering. Dengan sangat malas ia angkat, "Siapa ya?" "Sara." "O Nona Sara. Maaf saya tidak bisa menghadiri undangan Nona." "Saya sangat kecewa! Dan saya yakin suatu saat nanti Anda akan sangat menyesal!" Dan klik. Telpon itu diputus. Ada nada kemarahan yang sangat dalam pada kalimat yang didengar Furqan. Furqan hanya menarik nafas panjang lalu kembali merebahkan badan. Sebelum memejamkan mata, bayang-an wajah Sara hadir sesaat lalu disapu hadirnya wajah Fujita yang sangat ketimuran. Ia teringat lamarannya pada Anna, segera ia mengucapkan istighfar. Lalu ter-tidur dengan bibir melepas zikir. *** Azzam masih kerja di dapur. Sementara teman temannya satu rumah sudah pulas. Nasir belum pulang. Masih ada satu panci adonan bakso yang harus ia selesaikan. Tangan kirinya belepotan adonan. Ia ambil adonan. Ia pencet. Adonan itupun keluar dari sela ibu jari dan telunjuk-nya. Langsung berbentuk bulat. Denga sendok yang ia pegang dengan tangan kanan ia ambil adonan itu dan langsung ia masukkan ke dalam air panas yang telah mendidih. Begitulah cara membuat bola bakso yang benar. Memencet adonan harus dengan tangan kiri. Menyen doknya dengan tangan kanan. Kalau dibalik hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Itu ilmu sederhana, namun sangat penting bagi pembuat bakso. Ilmu yang mungkin tidak ditulis dalam buku-buku resep memasak, apalagi dalam buku-buku ilmiah. 184 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam terus membuat bola demi bola dan memasukkannya ke dalam air panas. Kepalanya sudah terasa panas. Mata nya telah merah. Tubuhnya telah minta istirahat. Tapi malam itu juga harus selesai. Ia tidak boleh kalah oleh matanya yang merah. Ia harus disiplin. Jika tidak, besok pagi pekerjaannya akan menumpuk, dan akibatnya bisa berantakan. Tapi jika ia tetap teguh disiplin dan menyelesaikan pekerjaan yang harus selesai malam itu, maka semua akan lebih mudah. Pekerjaan pekerjaannya yang lain akan selesai pada waktunya. Memang, satu disiplin akan mendatangkan disiplin yang lain. Itu yang ia rasakan. Ia melihat jam tangannya. Sudah setengah sebelas malam. Ia istirahat sebentar, berjalan ke balkon melihat ke jalan raya yang tampak sepi. Tapi kedai kopi di sam-ping jalan masih buka dan ramai.Beberapa orang duduk menghisap shisha. Yang lain main kartu. Satu orang terli-hat duduk asyik menonton televisi yang sedang memutar film hitam putih yang dibintangi Fatin Hamama, bintang film legendaris Mesir. Ia menghela nafas. Dalam hati ia berkata, "Mereka kok bisa hidup dengan begitu santainya. Hidup di dunia seolah sudah berada di surga. Membuang-buang waktu dengan percuma begitu saja. Ah andai waktu me-reka bisa aku beli dengan beberapa pound saja pasti aku beli. Sehingga aku bisa kuliah setiap hari, membaca buku yang banyak setiap hari tapi juga bisa membuat bakso dan tempe setiap hari." Ia kembali ke dapur. Kembali mengakrabi adonan baksonya. Meski mata telah merah, dan kepala terasa panas, tapi ia merasa bahagia. Ia tidak merasakan apa yang ia lakukan itu sebagai penderitaan. Baginya kebahagiaan bukanlah sekadar mengerjakan apa yang ia senangi, atau kebahagiaan adalah menyenangi apa yang ia kerjakan. Ia yakin bahwa kekuatan yang diberikan 185 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy oleh Allah kepadanya lebih besar ketimbang apapun. Jadi segala jenis pekerjaan harus diselesaikannya dengan baik dan sempurna. Kemampuan yang diberikan Allah kepadanya lebih besar dari tantangan yang harus diatasinya. Ia yakin Allah selalu bersamanya. Allah sangat memperhatikannya. Dan Allah tidak akan menyeng-sarakannya karena bekerja keras. Justru sebaliknya, Allah akan memberikan keberkahan karena bekerja keras. Waktu terus berjalan. Ia mendengar pintu diketuk. Ia beranjak ke pintu. Ia lihat siapa yang mengetuk dari lubang yang berisi lensa pembesar di pintu. Di negeri orang kewaspadaan harus senantiasa dijaga. Keselamatan terjaga karena sikap yang waspada. Ternyata Nasir. la buka pintu. "Assalamu'alaikum, Kang," sapa Nasir begitu pintu terbuka. "Wa 'alaikumussalam. Malam sekali Sir, dari Tanta jam berapa?" tanya Azzam sambil perlahan menutup pintu. "E... jangan ditutup Kang, saya bawa teman, ia sedang beli sesuatu. Tadi dari Tanta habis Maghrib," jawab Nasir. "Teman? Orang Indonesia?" tanya Azzam menyelidik. "Bukan. Orang Mesir. Orang Tanta." "Orang Mesir?" Azzam kaget. "Iya. Nggak apa-apa kan Kang? Dia orang baik kok." "Sir, kamukan sudah lama di Mesir. Dan kamu sudah tahu bagaimana kita harus berhati-hati! Kenapa kamu tidak minta ijin kami dulu!" Azzam berkata tegas sebagai kepala rumah tangga. "Afwan Kang. Ini juga tidak saya sengaja. Kami bertemu di Ramsis. Saya kenal baik dengannya. Saya pemah ke rumahnya dan saya dijamu oleh keluarganya. Saya mulanya basa-basi 186 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I saja menawarkan dia berkunjung ke rumah dan menginap. Saya kira dia pasti tidak mau. Ee ternyata kok mau. Lha bagaimana lagi? Masak harus menjilat ludah sendiri. Ya sudah akhirnya saya ajak dia." "Kamu sembrono Sir! Kalau kau bisa menemukan jalan keluar agar dia tidak menginap di rumah ini sebaiknya kau lakukan! Sebagai imam di rumah ini aku tidak mengijinkan!" tegas Azzam. Ia merasa, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga kenyamanan dan keamanan anggota keluarganya. "Tolonglah Kang! Sekali ini saja! Apalagi kita kan harus menghormati tamu!" "Apa kau mengira aku tidak bisa menghormati tamu, Sir?!" Suara Azzam meninggi. Nasir pucat Azzam adalah orang yang dulu menjemputnya di bandara saat pertama kali ia datang. Azzam juga yang dulu sangat sabar mengajarinya memahami beberapa muqarrar awal-awal masuk kuliah. Ia sangat segan kepadanya. Ia sangat takut jika Azzam yang telah ia anggap sebagai kakaknya itu marah. "Bukan begitu Kang. Baiklah saya akan berusaha dia tidak menginap di sini. Tapi tidak apa-apa kan beberapa menit dia masuk dan minum teh di sini?" "Ya, boleh. Besok -besok lagi lebih hati-hati. Kita ini di negeri orang, jangan banyak basa-basi kayak di kampung sendiri! Saya ke dapur dulu menyelesaikan pekerjaan ya. Biar sekalian saya masakkan air," kata Azzam seraya berjalan ke dapur. Nasir duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian seorang pemuda Mesir, bertubuh agak gempal memakai baju hijau tua datang. Nasir mempersilakan masuk. Pemuda Mesir itu mem bawa roti dan kabab. 187 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Teman-temanmu sudah tidur ya?" tanya pemuda Mesir itu pada Nasir. "Iya. Sudah malam. Tadi masih ada satu orang yang belum tidur," jawab Nasir seraya memberi isyarat kepada pemuda itu untuk duduk. Ia lalu menutup pintu. "Kalian berapa orang di rumah ini?" "Kami berenam." "Ada berapa kamar?" "Tiga. " "Jadi satu kamar dua orang. Ada satu orang yang satu kamar sendiri? Apakah itu kau?" "Tidak. Saya juga berdua." "Lalu nanti aku tidur sama siapa?" "Itu gampang. Sebentar ya saya bikin teh," Nasir bangk it ke dapur. "Jangan lupa saya tehnya yang kental dan gulanya banyak," seru pemuda itu. Tak lama kemudian Nasir keluar diiringi Azzam. Tangan Azzam telah bersih. Ia telah selesai dari pekerjaannya. Azzam keluar dengan menyungging senyum. Pemuda Mesir itu berdiri dengan tersenyum. "Ana min Tanta. Ismi Wail. Wail El Ahdali." 53 Pemuda itu menjabat tangan Azzam dan memperkenalkan diri. "Ahlan wa sahlan. Syaraftana bi ziyaratik. Ismi Azzam. Khairul Azzam," 54 jawab Azzam. 53 54 Saya dari Tanta. Nama saya Wail. Wail El Ahdali. Ahlan wa sahlan. Engkau telah memuliakan kami dengan kunjunganmu. 188 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Masya Allah. Namamu bagus sekali. Kau pasti orang yang memiliki kemauan keras dan karakter yang kuat." Ujar pemuda Mesir bernama Wail. Orang Mesir me-mang paling suka memuji orang yang diajak bicara. "Doanya. Maaf saya tinggal dulu ya. Terus terang saya harus istirahat. Jika perlu apa-apa minta saja sama Nasir." Azzam minta diri. Ia benar-benar lelah. Ia tidak mau terlalu lama di ruang tamu. Sebab orang Mesir jika diajak ngobrol bisa berjam jam tidak selesai. "Tidak makan roti dan kabab ini bersama kami?" Wail berusaha menahan. "Terima kasih. Saya masih kenyang. Saya tinggal dulu ya." Jawab Azzam sambil tersenyum. "Ya. Terima kasih. Semoga istirahatmu nyaman," jawab Wail. Sebelum masuk kamar Azzam sempat berkata pada Nasir dengan bahasa Jawa, "Sir, ojo lali yo. Ojo kok inepke neng kene. Ora tak ijini! Wis aku tak turu ndisik!" 55 Nasir mengangguk. Azzam mengangguk sekali lagi ke Wail. Wail pun mengangguk dengan tersenyum. Dalam hati Azzam minta maaf melakukan hal itu. Tetapi ia merasa sudah menjadi tugas dan kewajibannya menja-ga keamanan rumahnya. Bukan ia berburuk sangka pada pemuda Nama saya Azzam. Khairul Azzam. 55 Sir, jangan lupa. Jangan kauinapkan di sini. Tidak aku ijinkan. Sudah, aku tidur dulu! 189 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Mesir itu, tetapi bersikap waspada adalah jalan terbaik untuk tidak berburuk sangka pada siapa saja. 190 Ilyas Mak’s eBooks Collection
13 TAMU TAK DIUNDANG Malam itu Anna tidak bisa tidur gara-gara pertanyaan Laila tentang lamaran Furqan itu. Pikirannya tidak tenang. Sudah tiga bulan lamaran itu disampaikan Mbak Zulfa kepadanya, tapi ia belum juga bisa mengambil keputusan. Ini adalah waktu terlama baginya dalam menimbang sesuatu. Entah kenapa kali ini tidak mudah baginya untuk mengatakan "tidak", seperti sebelum-sebelumnya. Ia benar-benar belum menemukan alasan untuk menolak lamaran Mantan Ketua PPMI yang terkenal cerdas dan tajir itu. Juga tidak mudah untuk mengatakan "ya". Ia belum merasakan kemantapan hati untuk menjadi pen-damping hidupnya.
Habiburrahman El Shirazy Ia sendiri tidak mengerti kenapa tidak juga merasakan kemantapan hati. Ia tidak mungkin melangkah tanpa kemantapan hati. Baginya menerima lamaran seseorang kemudian menikah adalah ibadah. Dan ibadah tidak sempurna jika tidak disertai keman-tapan hati dan jiwa. Jarum jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul dua dini hari. Matanya tidak mau terpejam. Bagaimana jika Furqan, atau Mbak Zulfa mendesaknya lagi untuk segera mem beri kepastian? Ia bangkit dari kasur. Duduk dan menunduk. Kedua matanya yang sedikit merah mengguratkan kelelahan. Namun sama sekali tidak mengurangi pesona kecantikannya. Dari kamar sebelah sayup-sayup ia mendengar suara detak keyboard komputer. Dari kamar Wan Aina. Mahasiswi asal Selangor Malaysia yang pernah belajar di Diniyah Putri Padang Panjang itu memang seorang pekerja keras. Anna tahu persis gadis Melayu pecinta lagu-lagunya Ummi Kultsum itu benstirahat hanya dua jam. Ia sangat salut padanya. Wajar, jika tahun pertama di S.2 Al Azhar dilaluinya dengan mudah. Tak ada satu mata kuliah pun yang tertinggal. Anna beranjak ke kamar Wan Aina. Mengetuk pintunya pelan. "Masuk saja!" Suara Wan Aina dari dalam kamar. Anna membuka pintu dan masuk perlahan. Wan Aina duduk di depan komputer tanpa jilbab. Rambutnya dipotong pendek. Sedikit di atas bahu. Matanya terfokus pada buku yang ia letakkan di samping kanan monitor komputernya. Sementara sepuluh jarinya yang lentik menari-nari indah di atas tuts-tuts keyboard komputer Anna mendekat berdiri di sampingWanAina. "Nerjemah apa Wan?" "Ini Kak, nerjemah cerpennya Ibrahim Ashi," jawab Wan Aina. Ia memang biasa memanggil Anna kakak, "Nak ku-kirim 192 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I ke majalah sastra miliknya Dewan Bahasa dan Pustaka di KL," lanjut Wan Aina sambil sesekali membe-tulkan tulisan yang salah. "Apa judulnya Wan?" "'Alal Mughtasal. Sebuah cerpen yang penuh kritik sosial. Ada kalimat dari Ibrahirn Ashi yang menggelitik sekali." Jelas Wan Aina sambil tetap mengetik. "Kalimat apa itu Wan?" "Ibrahim Ashi menulis: Orang-orang kaya tidak mati mati... Orang-orang kaya bisa menyuap Izrail." "Ada-ada saja sastrawan itu. Eh Wan, ngomong ngomong kamu pernah nggak dikhitbah seseorang?" "Apa Kak? Dikhitbah?" Wan Aina menghentikan jari jemarinya. Ia memalingan wajahnya ke Anna. "Ya. Dikhitbah. Dilamar. P ernah nggak kamu dilamar seseorang untuk dijadikan isterinya." Anna mengulang perta nyaannya dengan lebih jelas. "Ya pernah lah. Sudah dua kali. Tapi dua-duanya aku tolak mentah-mentah!" "Kenapa?" "Sebab aku tidak yakin bisa mencintai dia." "Meskipun agamanya baik?" "Ya. Yang kucari adalah yang agamanya baik dan aku yakin bisa mencintainya. Aku bisa berbakti padanya dengan penuh rasa suka, rasa cinta dan ikhlas. Kenapa Kak Anna tibatiba bertanya khitbah padaku? Apa ada yang mengkhitbah lagi?" "Iya. Tapi yang ini membuatku susah." 193 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Kenapa?" "Aku belum yakin bisa mencintainya. Namun aku juga masih merasa berat jika menolaknya." Terang Anna pada WanAina. Selama ini Wan Aina adalah teman yang pa-ling aman diajak bicara dari hati ke hati. Ia sangat dewa-sa dan bisa menjaga rahasia. "Menurutku kakak tidak usah tergesa-gesa. Kak Anna tunggu dulu sampai benar-benar siap mengambil kepu-tusan yang matang. Jika yang mengkhitbah tidak sabar, ya biar mundur. Jangan tergesa-gesa memutuskan Kak. Tergesa-gesa itu datangnya dari setan. Menentukan siapa yang jadi pasangan hidup kita itu ibarat sama dengan menentukan nasib kita selanjutnya. Harus benar benar matang dan penuh pertimbangan. Oh ya Kak, ba-gaimana tiketnya? Sudah beres?" "Besok saya bayar insya Allah. Dua hari lagi bisa saya ambil." "Baguslah. Tiket Aina sudah Aina ambil. Kita jadi ke Kuala Lumpur awal pekan depan, insya Allah Hari Ahad kita ikut seminar sehari tentang Ulama Perempuan di Asia Tenggara yang diadakan PMRAM, HW, PPMI, Wihdah dan ICMI di Auditorium Shalah Kamil. Hari Seninnya kita terbang ke KL. Keluarga saya akan menanti kita di air port. Kak Anna tak usah kuatir. Saya sudah cerita semua pada mereka. Mereka sangat berbahagia dengan kedatangan Kakak." "Terima kasih Wan. Mungkin dengan pergi ke Malaysia pikiranku bisa lebih jernih dan tenang. Dan kupikir ma-salah khitbah ini perlu aku musyawarahkan dengan abah dan ummiku di Indonesia." "Itu lebih baik Kak." "Kau sudah Tahajud Wan?" "Belum Kak." 194 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Kita Tahajud bareng yuk. Kita gantian jadi imam biar sekalian muraja'ah." 56 "Boleh Kak. Tapi aku selesaikan satu halaman ini dulu ya. Kakak ambil wudhu dan shalat dulu saja di kamar kakak. Nanti saya ke sana." "Baiklah." Jawab Anna dan langsung bergegas mengambil wudhu. *** Jam beker di kamar Azzam terus berdering. Azzam masih saja pulas. Jarum menunjukkan pukul dua empat puluh menit. Tak lama kemudian jam beker itu berhenti. Lima menit kemudian jam beker yang satunya berdering. Sudah menjadi kebiasaan Azzam memasang dua beker untuk mengamankan dirinya agar bisa bangun malam. Ia masih ingat pesan ibunya sebelum berangkat ke Mesir, Jangan tingga lkan shalat malam!" Jam beker kedua sudah dua menit berdering, Azzam tidak juga bangun. Tiba-tiba... Dar... dar... dar..! Azzam tersentak. Seluruh penghuni rumah itu juga terbangun kaget! Dan... Dar..dar..dar...! Iftahil baab! If tahil baab! 57 Ada suara mengetuk pintu dengan keras disertai perintah untuk membuka pintu juga dengan suara keras Mata Azzam 56 57 Mengulang hafalan (Al-Quran). Buka pintu! Buka pintu! 195 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy masih berkunang-kunang. Kepalanya masih tera-sa sangat berat. Namun telinganya bisa menangkap jelas suara perintah membuka pintu itu. Ia bisa menangkap dengan jelas itu adalah suara orang Mesir. Belum sempat beranjak dari tempat tidur. Gedoran keras kembali terde-ngar. Dar..dar..dar...! Iftahil baab! Iftahil baab! Ia tersadar dengan membawa kemarahan di ubun ubun kepalanya. "Orang Mesir tak tahu adab dan sopan-santun! Malammalam menggedor-gedor rumah orang seenaknya. Me-mang rumah mbahnya apa!" Sengitnya pada diri sendiri seraya berjalan cepat ke ruang tamu. Teman temannya yang lain sudah bangun. Nanang mengikutinya di bela -kang. Ketika ia hendak membuka pintu, gedoran di pintu mengagetkannya, Dar..dar..dar...! Iftahil baab! Iftahil baab! Spontan ia berteriak keras: "Na'am ya alilal adab! " 58 Lalu membuka pintu. Begitu pintu terbuka ia kaget bukan kepalang. Seorang berpakaian serangam hitam lang-sung menodongkan senjata kepadanya dan membentak, "Mana Wail!" Ia mundur. Ali menyalakan lampu. Seketika tiga orang berseragam hitam menerjang masuk dan langsung me-nutup pintu. Azzam berusaha tenang, meski nyalinya ciut saat itu. 58 Ya, hai orang yang kurang ajar! 196 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Di rumah ini tak ada yang bernama Wail! Kami juga tidak mengenal Wail kecuali Wail Kafuri penyanyi pop yang terkenal itu." Jawab Azzam tenang dengan suara sedikit bergetar. "Jangan bohong! Kami yakin Wail El Ahdali ada di rumah ini! Kami akan periksa. Jika ia ada di rumah ini, ka-lian semua akan kami bawa! Kami mabahits 59 dari amn daulah! " 60 Orang Mesir tinggi besar dan berkumis tipis itu menjelaskan siapa mereka dengan nada ancaman yang membuat Azzam tersadar dengan siapa dia berhadapan. Azzam langsung pasrah. Jika Nasir mengabaikan perintahnya dan Wail masih ada di situ, menginap di situ, maka habislah orang satu rumah. Ia sangat berharap Nasir mematuhi perintahnya. Entah kenapa, ia yakin Wail tidak ada di situ, maka dengan tegas ia menjawab, "Kapten, meskipun kalian mabahits, kalian tidak bisa seenaknya masuk rumah kami tanpa ijin. Tidak bisa seenaknya menginjak-injak kehormatan kami. Kami tidak kenal siapa itu Wail yang kalian maksud. Di rumah ini tidak ada yang bernama Wail. Sebaiknya kalian segera keluar dari rumah ni. i Karena kami tidak mengijinkan kalian masuk!" "Sebaiknya kau diam saja di tempatmu. Jangan macammacam!" bentak si Kumis Tipis pada Azzam, lalu memerintahkan tiga anak buahnya untuk memeriksa seluruh sudut ruangan. Ali, Nanang dan Fadhil berdiri gemetar. Bibir mereka biru. Tak sepatah kata pun mereka ucapkan. Tak terasa ada yang membasahi celana Fadhil. Anak Aceh itu didera keta kutan yang amat sangat. Trauma beberapa tahun silam lang59 60 Inteljen. Keamanan Negara. 197 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy sung hadir kembali. Kejadian saat itu langsung mengingatkannya pada kejadian tujuh tahun silam di Aceh, saat rumahnya didatangi tentara berseragam tengah malam. Mereka menuduh ayahnya sebagai anggota gerakan pengacau keamanan yang dianggap paling menyengsarakan rakyat Aceh dan dianggap membaha-yakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ayahnya yang hanya seorang guru ngaji biasa, dan pedagang biasa, jadi bulan-bulan tentara-tentara itu. Ayahnya lalu dibawa pergi. Satu bulan kemudian tentara-tentara itu datang lagi membawa ayahnya ke rumah dalam kondisi antara hidup dan mati. Satu hari berikutnya ayahnya meninggal di pangkuannya dengan mening-galkan pesan singkat, "Jangan menyimpan dendam. Jadilah Muslim sejati! Jadilah orang Aceh sejati!" Tiba-tiba Fadhil merasa tulang-tulangnya seperti hilang. Ia merasa seperti lumpuh. Lalu ingatannya hilang. Ia pingsan. Tubuhnya ambruk di lantai. Azzam kaget. Demikian juga Ali dan Nanang. Azzam terpaku sesaat di tempatnya. Ia ragu untuk mendekati Fadhil. Namun sebagai kepala rumah tangga ia harus bertanggung jawab. Maka dengan cepat ia melihat kondisi Fadhil. Ali dan Nanang masih mematung di tempatnya. "Jika ada apa-apa dengan temanku ini, kalian harus bertanggung jawab. Jika misalnya ia terkena serangan jantung dan mati, maka kalianlah pembunuhnya dan itu akan diselesaikan secara diplomatik!" Geram Azzam sambil memandang si Kumis Tipis. Ia lalu memeriksa denyut nadinya. Masih. Si Kumis Tipis ikut memeriksa lalu berkata, "Dia hanya kaget. Tak apa-apa. Nanti juga bangun!" Tiga orang intelijen berseragam hitam masih memeriksa di kamar. Mereka meneliti kondisi kamar dengan seksama. 198 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Termasuk buku-buku yang ada di semua kamar. Lima belas menit kemudian, mereka keluar dan membe-rikan laporan pada si Kumis Tipis, "Komandan, yang kita cari tak ada di rumah ini. Setelah kami periksa juga tak ada yang mencurigakan. Buku buku yang mereka baca biasa saja!" "Hmm begitu ya! Tapi aku kok masih merasa laporan ke kita bahwa Wail ke sini adalah benar. Tukang sayur itu sangat tajam dan jarang meleset!" Kata si Kumis Tipis yang ternyata adalah komandan operasi mabahits itu. Azzam mendengar dengan seksama. Kalimat yang terakhir disampaikan sang komandan menjadi catatan baginya. Tukang sayur yang mana yang menjadi anggota mabahits itu. Azzam meminta Ali dan Nanang mengangkat Fadhil ke tempat tidurnya. Dalam hati ia bersyukur, Nasir dan Wail yang beberapa jam yang lalu ada di situ, saat itu tidak ada di situ. Komandan berkumis tipis itu melakukan pemeriksaan ulang dengan lebih teliti. Ia juga melihat ke kolong tempat tidur, kamar mandi dapur dan dua balkon. Ia tidak menemukan apa yang ia cari. Ia lalu mengorek-ngorek tempat sampah. Dan menemukan sesuatu. Beberapa biji tusuk kabab, dan bungkus roti. Ia bawa barang bukti yang membuatnya merasa menang. Di kamar Fadhil, Azzam memberitahu kepada Ali dan Nanang agar lebih banyak diam. Biar dia nanti yang bicara menghadapi para mabahits itu. Mereka diminta mengiyakan apa yang dikatakannya dan menidakkan apa yang ditidakkannya. Azzam menduga komandan mabahits itu akan melakukan penyelidikan serius dan akan menginterogasi dirinya dan teman-temannya untuk mendapatkan apa yang dicari. Ia sendiri tidak mau tahu apa urusan mabahits Mesir itu dengan 199 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Wail, pemuda yang dibawa Nasir. Yang paling penting baginya adalah menyelamatkan dirinya dan seluruh anggota keluarganya dari bahaya yang sedang mengancam mereka. Dugaan Azzam benar. "Kalian bertiga keman! Temanmu yang pingsan itu biar ditunggui anak buahku. Tenang, aku akan bertanggung jawab jika ada apa-apa dengan temanmu yang penakut itu!" Kata komandan itu pada Azzam, Ali dan Nanang tegas. Azzam bangkit ke ruang tamu diikuti Ali dan Nanang. Meskipun ia sebenarnya sangat marah dan jengkel, tapi ia sadar bahwa dirinya tinggal di negeri orang. Azzam duduk di hadapan sang komandan. Ali dan Nanang duduk di sampingnya. Sang komandan memegang tusuk kabab sambil tersenyum, "Tolong jawab, siapa yang membeli kabab dan roti ini? " Azzam langsung sadar akan digiring ke mana ia dan teman-temannya. Maka dengan tegas Azzam menjawab, "Saya!" Dalam hati ia meneruskan: "tidak membelinya." Sebab ia tahu yang membeli adalah orang yang dicari mabahits itu. "Kamu?!" Komandan itu kaget dengan ketegasan Azzam. "Ya." tegas Azzam. Ali dan Nanang tegang. "Benarkah perkataannya? Hei kau, siapa namamu?" tanya komandan kepada Ali. "Nama saya Ali. Jika dia yang mengatakan ya berati ya." Jawab Ali pelan. "Apa kau tahu kapan dia belinya?" "Persisnya saya tidak tahu. Saya tidur awal tadi. Dan dia selalu tidur paling akhir. Bisa jadi saat saya tidur dia membeli 200 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I kabab dan roti itu untuk mengisi perutnya yang lapar. Sebab dia tidak bisa tidur jika perutnya lapar." Komandan itu mengerutkan dahi. Dengan sedikit mengejek Azzam berkomentar santai, "Malam ini adalah malam yang takkan kami lupakan. Selama ini kami merasa berada di sebuah negara yang sangat menjaga sopan santun. Dugaan kami ternyata keliru. Malam ini kami dibangunkan dengan paksa hanya untuk ditanya tentang siapa yang membeli tusuk kabab. Kenapa tidak memerintahkan kepada semua penjual kabab agar setiap pembelinya menyerahkan tanda pengenal untuk didata. Sehingga dengan mudah akan diketahui siapa saja yang membeli kabab." Kata-kata Azzam itu membuat telinga komandan mabahits panas. Serta merta ia menunjukkan bahwa dialah sebenarnya sang tuan rumah. "Tolong tunjukkan paspor kalian! Saya ingin tahu apa kalian legal berada di negeri ini!" Kata sang komandan dengan nada marah. "Sebentar. Kami ambilkan!" Jawab Azzam. Ia lalu bangkit menuju kamarnya untuk mengambil paspor. Hal yang sama dilakukan oleh Ali dan Nanang. Mereka bertiga menyerahkan paspor kepada komandan itu. Sang komandan lalu memeriksa paspor-paspor itu dengan seksama. Tak ada yang tidak beres. Namun komandan itu masih belum puas. "Kalian satu rumah ini berapa orang?" Selidik komandan itu. Dengan tegas Azzam menjawab, "Lima orang, ditambah saya jadi ada enam orang! " Azzam tidak berani bohong. Sebab ia yakin komandan itu akan mencari kepastian dengan melihat akad kontrak sewa rumah. Yang biasanya, di akad kontrak itu, tertera berapa orang yang mengisi rumah itu. 201 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Jadi enam orang ya?" Ulang komandan. "Ya." "Berarti dua orang tidak ada di rumah?" "Ya." "Di mana mereka?" Azzam pura-pura bertanya pada Ali, "Di mana mereka Li?" Ali menjawab jujur seperti yang ia ketahui "Yang satu sedang di Tanta dan yang satunya di Katamea." "Di Tanta dan Katamea?" Ulang komandan. "Ya!" Jawab Ali tegas. "Untuk apa kira-kira teman kamu pergi ke Tanta? Dan untuk apa pergi ke Katamea," tanya komandan dengan tetap mengarahkan pandangan ke Nanang. "Ya, biasa berkunjung ke rumah teman. Sesama orang Indonesia. Mahasiswa Indonesia kan tidak hanya di Cairo." "Siapa nama teman kalian yang ke Tanta itu?" "Nasir." "Yang ke Katamea?" "Hafez." "Tolong saya ingin lihat surat akad perjanjian sewa rumah ini!" Pinta Sang Komandan. Dugaan Azzam kembali benar. Azzam langsung bergegas mengambil surat yang diminta. Sejurus kemudian surat akad sewa rumah itu telah ada di tangan sang komandan berkumis tipis. Surat itu diteliti dengan seksama terutama nama202 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I nama penghuni rumah. Semua sesuai dengan keterangan Azzam. Komandan itu mengangguk-anggukkan kepala. "Mungkin benar kata anak buah saya, kami salah rumah. Kami minta maaf atas kelancangan kami malam ini. Kami minta diri!" Kata sang komandan dengan wajah lebih bersahabat. "Bagaimana dengan teman kami yang kalian buat pingsan. Kami minta pertanggung jawaban!" tukas Azzam. "Dia tidak apa-apa. Hanya ketakutan saja. Kau lihat kan dia sampai kencing. Nanti dia akan bangun dan baik kembali. Anggap saja ini latihan membina mental dia." jawab komandan itu diplomatis. "Kalau ada apa-apa dengan dia bagaimana? Apa kalian akan lepas tangan begitu saja? Kalau kalian tidak mau bertanggung jawab, kasus ini akan kami angkat ke permukaan. Akan kami tulis di koran-koran dunia. Kami akan minta wartawan yang bisa menulis untuk menulisnya." Azzam tak mau kalah, sebab ia merasa benar. Sudah menjadi watak Azzam untuk sebuah kebenaran ia siap berduel sampai mati. "Baiklah. Jika ada apa-apa temui saya di kantor mabahits Abbasea. Nama saya Hosam. Lengkapnya Letnan Kolonel Hosam Qatimi. Saya akan urus semua. Sekarang kau rawat dulu. Jangan banyak berbuat ulah di Mesir. Ijin kalian di sini hanya untuk belajar. Ingat itu!" Tanpa menunggu jawaban Azzam, komandan itu bangkit dan mengajak ketiga anak buahnya meninggalkan rumah itu. Ali dan Nanang cepat-cepat ke kamar Fadhil. Azzam mengucap hamdalah dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dialaminya jika Wail El Ahdali jadi menginap di situ. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi. Tiba-tiba ia teringat sesuatu: Nasir dalam bahaya. Dalam bahaya jika terus bersama Wail. Tetapi di mana Nasir berada malam itu? Ia 203 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tidak tahu. Yang jelas ia harus secepatnya tahu di mana Nasir berada. Baru ia bisa mengambil langkah. Azzam melihat jam dinding. Sudah jam setengah empat lebih dan ia belum shalat malam. Ia pernah mendengar dari seorang ulama bahwa shalat malam dapat menghapus kegelisahan dan mendatangkan ketenangan. Ia ingin shalat beberapa rakaat saja, baru ikut mengurus Fadhil yang masih pingsan. 204 Ilyas Mak’s eBooks Collection
14 HARI YANG MENEGANGKAN Matahari pagi mulai menyinari bumi Kinanah. Sinarnya hangat, sehangat celoteh anak-anak Mesir yang keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Di rumah Azzam suasana tegang belum hilang. Fadhil belum juga sadar sampai jam enam pagi. "Bagaimana ini Kang?" tanya Nanang cemas. Azzam berpikir sebentar. Ia memang yang harus memutuskan. Sebab ia yang paling tua di rumah itu. "Kita bawa ke rumah sakit . Kau cari taksi sana sama Ali. Fadhil biar aku yang tunggu!" kata Azzam. "Baik Kang."
Habiburrahman El Shirazy Nanang dan Ali lalu keluar untuk mencari taksi. Lima belas menit kemudian mereka kembali dengan membawa taksi. Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke Mustasyfa 61 Rab'ah El Adawea. Dokter yang memeriksa mengatakan, Fadhil harus dirawat di rumah sakit. Pagi itu menjadi pagi yang sangat sibuk bagi Azzam. Ia teringat bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan pekerjaannya. Rendaman kedelai yang harus ia olah jadi tempe. Tempetempe yang sudah jadi yang harus ia distribusikan. Kemudian acara di Sekolah Indonesia Cairo (SIC) yang memesan bakso padanya. Jam sebelas ia dan baksonya harus siap di SIC. Jika tidak ia akan dimarahi banyak orang. Ia merasa perlu mendelegasikan tugas dan pekerjaan. Yang bisa dilakukan orang lain biar dilakukan orang lain. Sementara ia akan menangani yang hanya bisa ia tangani. Ia bergerak cepat. Ia meminta Ali menjaga Fadhil. Nanang ia minta menghubungi KMA, Keluarga Mahasiswa Aceh, juga adik perempuannya yang tinggal di Makram Abied. Sementara ia sendiri harus segera kembali ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Aku kembali ke sini bakda Zuhur, insya Allah. Habis dari KMA kau langsung balik lagi ke sini ya Nang?" kata Azzam. Nanang mengangguk. "Nasir bagaimana Kang?" Tanya Nanang. "Biar aku yang mengurus. Baik, aku tinggal dulu." Jawab Azzam. Sampai di rumah Azzam langsung mengontak Anam, Yayan dan Rio. Tiga orang yang selama ini ikut mendistribusikan tempe-tempenya. Agar nyaman Azzam membagi wilayah operasi mereka. Mereka sebenarnya tinggal enak, karena hanya mengantar ke rumah-rumah para pelanggan yang telah dirintis Azzam. Namun mereka juga diberi kebebasan mencari pelanggan baru di wilayahnya masingmasing. Untuk Anam, Azzam me-mercayakan beroperasi di 61 Rumah Sakit 206 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Abdur Rasul, Rab'ah, Haidar Tuni. Sedangkan Yayan, beroperasi di Masakin Ustman, Hay Zuhur dan Hay Sabe'. Adapun Rio beroperasi di Katamea. Tiga mahasiswa itu langsung datang. Azzam meminta mereka segera mendistribusikan tempe-tempe yang telah jadi ke wilayah masing-masing, kecuali Rio. "Sementara Rio, kau membantuku membuat tempe saja." Ujar Azzam pada Rio. Rio pun mengangguk setuju. Azzam langsung memberi petunjuk pada Rio. Pertama ia minta Rio merebus kacang kedelai yang direndam sampai matang. "Tanda kedelainya sudah matang, jika uapnya sudah berbau kedelai," jelas Azzam pada Rio. Jika sudah matang tiriskan sampai dingin. Baru diberi raginya," lanjut Azzam. "Raginya seberapa Kang?" tanya Rio "Jangan banyak-banyak.Ini ragi keras. Segini saja," jawab Azzam sambil memberi contoh takaran ragi dengan mengambil ragi dengan tangannya. "Baru setelah itu dibungkus dengan plastik itu. Ukurannya seperti biasa," lanjut Azzam. Untuk membuat tempe Azzam hanya bisa percaya pada Rio. Anak dari Tuban itulah yang paling sering membantunya membungkus tempe. Dan hasil bungkusannya rajin dan bagus. Setelah semuanya ia rasa beres, ia menyiapkan segala kebutuhannya membuat bakso. Semua barang dan alat yang ia butuhkan ia masukkan ke dalam panci besar. Ia lalu memanggil taksi. Dengan taksi ia membawa panci besar itu menuju SIC yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dalam perjalanan, ingatannya tertuju pada Fadhil yang saat ia tinggalkan masih pingsan. Ia ber-harap tidak terjadi apa-apa dengannya. *** Pukul delapan Furqan baru terbangun. Ia sangat kaget. Bagaimana bisa terjadi? Seharusnya ia bangun jam em-pat. Bagaimana bisa kebablasan sampai pukul delapan. Ia merasa ada yang sangat menyiksanya. Ia tidak hanya ke-hilangan shalat Tahajud. Namun ia juga kehilangan sha-lat Subuhnya. 207 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ia beristighfar berulang kali. Belum juga kekagetannya reda. Ia kaget dengan keadaannya. "Laa haula wa la quwwata illa billah! Inna lillah!" Ia berkata setengah teriak. Ia kaget bagai tersengat listrik. Bagaimana mungkin ia bisa tidur tanpa busana. Tidur hanya bertutupkan selimut saja. Padahal ia tidur tidak dalam keadaan seperti itu. Ia tidur dengan kaos panjang dan celana panjang. Ia melihat kaos panjang dan celana panjangnya tergeletak di lantai. Ia bingung dengan diriya sendiri. Apa saat tidur dia mengigau dan melepas pakaiannya tanpa sadar. Ia merasa tidak yakin. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan kondisi yang menurutnya sangat memalukan. Ia langsung bangkit, mencuci muka dan mengambil air wudhu. Ia harus segera meng-qadha shalat Subuh. Pikirannya benar-benar kacau. Hatinya tidak tenang. Ia shalat dengan tidak bisa khusyuk sama sekali. Perasaan berdosa karena shalat tidak tepat pada waktunya terus menggelayut di pikirannya. Pagi yang bagi sebagian besar penduduk Kota Cairo sangat cerah itur baginya terasa sangat suram. Kekagetannya tidak berhenti sampai di situ. Selesai shalat ia bermaksud menghidupkan laptopnya dan untuk mendengarkan nasyid Raihan dengan winamp, namun ia tersentak dengan adanya sebuah foto di atas laptopnya yang tergeletak di atas meja. Poto itu adalah foto dirinya dengan seorang perempuan berambut pirang dalam kondisi sangat memalu kan. Foto yang membuatnya gemetar dan didera kecemasan luar biasa, juga rasa geram yang menyala. Sesaat ia bingung harus berbuat apa. Ia sendiri tidak tahu perempuan berambut pirang itu siapa? Bagai-mana itu semua bisa terjadi? Dan dirinya? Apa yang sebenarnya telah dilakukan perempuan itu pada dirinya? Dan apa yang telah dilakukannya dengan perempuan itu? Serta merta ia disergap rasa sedih yang menusuk nusuk jiwa. Airmatanya meleleh. Ia merasa telah ternoda. Harga diri dan kehormatannya telah hancur. Ia merasa tidak memiliki apa-apa. Ia merasa menjadi manusia paling ter-puruk dan terhina di dunia. Sesaat lamanya ia bingung. Ia didera rasa 208 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I cemas dan ketakutan yang begitu besar sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa? Foto itu ia rasakan bagaikan pedang yang siap menggorok lehernya. Dunia terasa hitam-pekat baginya. Ia berusaha mengendalikan dirinya. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia adalah seorang lelaki. Ya. Seorang lelaki sejati tepatnya. Seorang yang berani menghadapi masa-lah yang ada di hadapannya. Ia adalah Mantan Ketua PPMI yang disegani. Ia harus bisa menguasai diri. Harus bisa bertindak tepat, cepat dengan akal sehat. Ia amati foto itu sekali lagi. Ia balik. Ia menangkap sesuatu. Sebuah pesan singkat: Please read "myoptions.doc" in ur notebook! Furqan langsung menyalakan laptopnya dan mencari file yang beriudul myoptions.doc. Langsung ketemu. Ia buka. Sebuah pesan dengan bahasa Arab muncul di layar. Tuan Furqan, begitu bangun tidur Anda pasti kaget dengan keadaanmu dan dengan apa yang kau temukan. Saya sudah tahu siapa Anda. Tak usah berbelit-belit. Kita langsung ke inti masalah. Ini murni masalah bisnis. Bisnis kecil-kecilan antara Tuan dan saya. Saya sudah punya foto-foto "menarik" dengan Tuan. Jika Tuan ingin foto foto i ni tidak jadi konsumsi umum maka sebaiknya Tuan melakukan dua hal ini: Pertama, jangan lapor ke polisi. Kedua, silakan transfer uang sebesar 200.000 USD. ke nomor rekening ini: 68978967605323 Banca Com-merciale Italiana Roma (jangan lupa dicatat, sebab begitu file ini Tuan tutup, file ini akan langsung musnah). Saya beri tenggang waktu 2 x 24 jam untuk mentransfer. Ketiga, setelah uang masuk rekening saya, maka saya akan kirim seluruh film negatif dari foto-foto tersebut dan saya jamin tak ada yang saya tahan. Terima kasih atas kerjasamanya. Miss Italiana. 209 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan tertegun di depan layar laptopnya. Ia diintimdasi. Ia mau diperas. Ia tidak percaya ini akan terjadi padanya. Ini seperti di film-film yang pernah ia tonton. Siapakah Miss Italiana itu? Tiba-tiba ia teringat Sara. Apakah ini semua ada hubungannya dengan undangan Sara? Juga kekecewaan Sara? Siapakah Sara sebenarnya? Benarkah ia putri Prof. Sa'duddin seperti yang diakuinya? Akal sehatnya mulai berjalan. Namun ia tetap dicekam kece-masan dan ketakutan. Ia seperti diseret masuk ke dalam dunia yang kelam. 210 Ilyas Mak’s eBooks Collection
15 PESONA GADIS ACEH Begitu sampai di SIC, Azzam langsung membuat kuah untuk baksonya. Beberapa siswa SIC minta menyicipi bola bakso yang telah jadi. Ia tidak memenuhi permin-taan mereka. Sebab jika satu anak diberi yang lain pasti akan minta. Dengan bijak ia menjawab, "Jangan kuatir, nanti kalian semua akan mendapat jatah, masing-masing anak satu mangkok bakso. Sabar sedikit ya." Seorang anak yang terkenal suka usil menukas, "Walah minta satu saja tak boleh. Dasar pelit!"
Habiburrahman El Shirazy Azzam tersenyum mendengarnya. Ia tidak kaget mendengarnya. Sudah sering dan biasa. Maka ia tidak nenjawab apaapa. Sebab saat nanti acara selesai, dan masih ada sisa bakso, anak-anak itu akan minta lagi Biasanya ia akan meluluskan permintaan mereka. Dan mereka akan ber-kata padanya, "Mas Insinyur memang pemurah dan baik hati. Makasih ya Mas." Acara di SIC selesai tepat pukul dua belas siang. Dari acara itu Azzam mendapat keuntungan bersih tujuh puluh dollar. Azzam langsung pulang ke Mutsallats. Nasir ternyata telah ada di rumah. Sedang menanak nasi dan membuat telur ceplok. "Eh Kang Azzam, baru pulang. Teman-teman pada di mana Kang kok sepi?" tanya Nasir santai sambil mem balik telur ceploknya. Kelihatannya ia sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi di rumah itu. "Mereka sedang di rumah sakit Rab'ah?" jawab Azzam sambil meletakkan panci besar dan perkakasnya pada tempatnya. "Di rumah sakit? Siapa yang sakit Kang?" Nasir kaget. Pandangan matanya beralih dari telur ceploknya ke wajah Azzam. "Fadhil." Ucap Azzam datar. "Fadhil?! Sakit apa Kang?" "Sudahlah, kau makanlah dulu. Fadhil akan baik baik saja. Sudahlah nanti kuceritakan semuanya." Azzam masuk ke kamarnya untuk istirahat. Sementara Nasir makan dengan sangat lahap.Nasi panas, telur ceplok dan kecap terasa begitu nikmat bagi pemuda yang pernah nyantri di Pesantren Buntet Cirebon itu. Guratan lelah masih tampak jelas di wajahnya. Namun guratan le-lah itu masih belum 212 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I seberapa jika dibanding guratan lelah wajah Azzam yang kini menelentangkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Azzam memejamkan mata, tapi pikirannya mengembara ke mana-mana. Mengembara ke ruang-ruang kelelahan demi kelelahan, tanggung jawab demi tanggung jawab, bakti demi bakti. Perjalanan hidup yang harus ditem-puhnya di Cairo adalah kerja keras, tetesan keringat, mata yang kurang tidur, pikiran yang penuh, dan doa yang dibalut tangis jiwa. Ingatannya pada ibu dan adik-adiknya adalah tanggung jawab sebagai seorang lelaki sejati yang beriman. Ingatan pada ayahnya adalah kewajiban bakti seorang anak mengalirkan doa pembuka rahmat Allah di alam baka. "Kang apa yang sesungguhnya terjadi pada Fadhil?" Nasir duduk di sampingAzam. Ia tahu Azzam tidak tidur. Azzam bangkit perlahan lalu duduk. "Lebih tepat kalau kau bertanya, apa sesungguhnya yang telah terjadi di rumah ini," jawab Azzam. Nasir diam saja, ia tahu Azzam belum selesai bicara. Justru baru memulai bicara. "Tadi malam terjadi peristiwa besar di rumah ini. Peristiwa yang tak lain adalah getah dari tindakan ketidak hati-hatianmu," lanjut Azzam. Nasir kaget mendengarnya. "Tindakan saya yang mana Kang?!" tanya Nasir dengan nada protes. Azzam lalu menceritakan semua yang terjadi dengan detil. Tak dikurangi dan tak dilebihi. Mata Nasir berkaca kaca. Ia baru mengerti dengan "tindakan ketidak-hati-hatiannya yang dimaksud Azzam. "Maafkan saya Kang. Saya tidak tahu kalau akan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti itu. Saya berun-tung satu rumah bersama orang yang berjiwa mengayomi dan melindungi seperti Sampeyan. Sekarang saya harus bagaimana 213 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Kang baiknya?" Ucap Nasir dengan di-sertai rasa penyesalan yang dalam. "Untuk sementara, selama kau di Mesir hapus itu nama Wail El Ahdali dari ingatanmu. Dan bergaullah dengan orang Mesir dan orang asing sewajarnya saja. Jangan sok terlalu akrab. Bergaul sewajarnya selain membuat kita waspada juga membuat kita lebih dihormati di negeri orang. Yang jelas mungkin kau sedang dicari mahahits. Bersikap biasa saja. Jika suatu kali diinterogasi mahahits jawablah yang wajar saja. Yakinkan mereka bahwa kau tidak berbuat macam macam di tanah mereka ini. Yakinkan mereka bahwa konsentrasimu adalah bela jar di Al Azhar. Jangan pernah mengisyaratkan kau kenal dan punya hubungan dengan Wail El Ahdali." Azzam menasihati panjang lebar. Nasihat yang sangat penting bagi orang yang terlalu familiar dengan siapa saja seperti Nasir. Sikap familiar yang terkadang berlebihan, sehingga berpeluang mengundang hal-hal yang tidak diingin-kan. "Baik Kang. Tapi Wail itu orangnya baik kok Kang. Dia bukan penjahat. Aku pernah ke rumahnya di daerah Mahallet Marhum, dekat Tanta." "Aku tidak mengatakan Wail itu tidak baik Sir. Aku percaya kok teman-temanmu baik. Tapi yang terbaik bagi kita saat ini adalah tidak kenal Wail dulu. Amn Daulah Mesir merasa punya urusan dengan Wail. Kita biarkan itu sebagai urusan mereka. Kita di sini adalah tamu. Dia orang Mesir. Dia lebih tahu Mesir daripada ki-ta. Wail pasti memiliki cara untuk menyelesaikan urusannya. Kita urus saja urusan kita sebaik-baiknya. "Bukankah urusan kita sendiri masih banyak?" tegas Azzarn. "Ya Kang." "Sekarang kita ke Mustasyfa Rab'ah." 214 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Baik Kang. Aku mandi dulu sebentar dan ganti pakaian ya Kang? Tadi pagi aku belum mandi." "Ya. Tapi cepetan ya." "Ya Kang." Saat Nasir mandi, Azzam teringat akan tempe yang ia pasrahkan pembuatannya pada Rio. Ia harus memeriksanya untuk lebih merasa yakin bahwa pekerjaan anak buahnya itu beres seperti yang ia harapkan. Ia melihat beberapa caloncalon tempe di rak. Ia ambil satu, ia teliti. "Bagus. Rio bisa diandalkan," lirihnya. Ia merasa tenang, jika suatu saat nanti ia tidak bisa membuat sendiri tempenya, ia bisa menyerahkannya pada Rio. Dengan begitu bisnisnya akan tetap lancar. Dan Rio juga senang, sebab dia akan mendapat tambahan gaji. Nasir benar-benar mandi cepat. Entah apa yang ia lakukan di kamar mandi. Rasanya baru masuk sudah keluar lagi. Ia langsung masuk ke kamarnya dan ganti pakaian. Sepuluh menit kemudian mereka berdua sudah keluar rumah. Mereka berjalan kaki menuju jalan raya. Begitu ada bus nomor 65 mereka naik. Selama dalam perjalanan yang tidak lama itu Azzam tidur. Nasir masih didera rasa bersalah. Tadi malam ia nyaris mau nekat tetap mengi-napkan Wail di rumah. Namun ia ingat, jika Azzam ma-rah, maka seisi rumah pasti akan juga marah. Karena itulah, begitu selesai makan roti dan kabab, ia mengajak Wail jalan kaki ke Tub Ramli. Ia dan Wail akhirnya menginap di rumah Mat Nazri, mahasiswa asal Pahang, Malaysia yang sama-sama agen tiket Malaysia Air Lines. Mat Nazri percaya saja padanya, bahkan sangat senang dengan kedatangan Wail. Mereka bertiga tidak tidur. Sebab Wail banyak bercerita tentang masa kecilnya dan juga kedamaian 215 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy desanya. Cerita yang enak didengar dan mengasyikkan, karena Wail sering mem-bumbui dengan humor-humor yang menyegarkan. Ia masih ingat cerita Wail tentang Abu Nuwas. Wail ber-kata, "Waktu kecil dulu aku paling suka mendengar cerita cerita lucu Abu Nuwas. Yang paling menarik membawakan cerita adalah Ammu Husni. Dulu dia yang mengajari anakanak desa kami membaca Al-Quran. Sekarang dia bekerja di kementerian wakaf di Cairo. Saya masih ingat satu cerita dari Ammu Husni tentang Abu Nuwas. Cerita yang jika saya mengingatnya masih bisa tertawa, paling tidak tersenyum sendiri. Ammu Husni bercerita begini: 'Suatu sore Khalifah Harun Ar Rasyid berjalan-jalan mencari angin di luar istananya. Ia melewati pasar. Di sana, ia berpapasan dengan Abu Nuwas. Sang Khalifah sangat kaget melihat Abu Nuwas membawa sebuah botol yang kelihatannya berisi arak dalam ukuran yang besar. Untuk meyakinkan apa yang dilihatnya Sang Khalifah pun menghampiri Abu Nuwas. 'Sejak kapan kamu jadi pemabuk Abu Nuwas?' selidik Khalifah. 'Saya tidak pernah mabuk. Khalifah jangan ngawur menuduh seenaknya!' jawab Abu Nuwas berkelit. 'Lalu apa yang kamu bawa itu?' 'Botol.' 'Lalu apa isi botol itu?' 'Susu, Khalifah.' 'Susu kok warnanya merah? Sungguh aneh, bukankah di mana-mana susu warnanya putih?' 'Harap maklu m Khalifah. Susu ini mulanya berwarna putih. Tapi karena malu pada Khalifah jadi berubah merah. Ia 216 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I lebih pemalu dari gadis pingitan, Khalifah,' jawab Abu Nuwas diplomatis. Mendengar jawaban Abu Nuwas itu Sang Khalifah tertawa terpingkal-pingkal. Kok bisa-bisanya susu memiliki sifat malu. Sungguh jawaban yang konyol, namun menyegarkan. Sang Khalifah lalu melanjutkan perja-lanannya setelah tahu ternyata yang dibawa Abu Nuwas memang bukan arak, tapi minuman sejenis syirup dari kurma." Nasir tersenyum sendiri. Cerita tentang Abu Nuwas, yang kalau di Indonesia lebih di kenal Abu Nawas, sudah sangat sering ia dengar. Tapi ceria tentang susu yang bisa berubah merah warnanya karena malu baru ia dengar saat itu. Mesir memang kaya dengan cerita -cerita lucu, di samping juga kaya akan kisah romantis dan juga epik yang menggetarkan jiwa. Beberapa puluh meter sebelum sampai Mahattah Rab'ah ia membangunkan Azzam. Azzam bangun dengan mata merah. Mereka turun dan langsung ke rumah sakit. Di depan kamar Fadhil, mereka melihat Nanang dan Ali berdiri di samping pintu, "Kenapa di luar? Siapa yang di dalam?" tanyaAzzam. "Fadhil sedang ditunggui dua cewek," jawab Nanang. "Siapa?" tanya Azzam. "Cut Mala, adik perempuannya dan Cut Rika teman Cut Mala." "Fadhil gimana keadaannya?" "Sudah sadar. Kata dokter akan baik-baik saja. Tapi tadi pagi sempat diinfus dengan vitamin otak. Setelah di-scan, ada gegar ringan. Mungkin karena kepalanya memben-tur lantai 217 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy saat dia jatuh tadi malam. O ya Kang, dia menanyakan Sampeyan terus sejak sadar," kata Nanang menjelaskan. "Baik kalau begitu aku masuk dulu." Azzam langsung masuk. Dua mahasiswi berjilbab duduk di samping Fadhil. Yang berjilbab biru muda bercakap-cakap dengan Fadhil. Sementara yang berjilbab putih membaca majalah. "Assalamu 'alaikum?" sapa Azzam. Seketika yang ada di kamar itu menjawab salam. Fadhil tersenyum melihat siapa yang datang. Ia langsung ber-kata pada gadis berjilbab biru muda, "Dik Mala, itu Kang Azzam, senior saya di rumah." Gadis berjilbab biru mengangguk kepada Azzam sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Azzam juga melakukan hal yang sama sambil memper-kenalkan diri, "Ya saya Azzam." "Saya adiknya Kak Fadhil. Cut Mala. Lengkapnya Cut Malahayati." Tukas gadis berjilbab biru berwajah putih bersih. Azzam melihat sesaat, ia tertegun sesaat. Baru kali ini ia bertatap muka dan melihat langsung wajah adik perempuan Fadhil yang membuat Hafez nyaris gila. Ia harus mengakui, memang memesona. Ia langsung menundukkan kepala, lalu tanpa sadar ia mengalihkan pan-dangan ke arah gadis yang satunya yang sedang meng-hadap ke arahnya dengan menundukkan kepala. "Dia teman Mala. Masih ada hubungan keluarga dengan saya meskipun jauh. Namanya Cut Rika." Fadhil memperkenalkan. Sebab ia tahu teman adiknya itu sangat pemalu. Azzam hanya mengangguk-angguk. Gadis yang bernama Cut Rika itu diam saja. Maka Azzam mengalihkan perhatiannya pada Fadhil. 218 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Bagaimana keadaamnu Dhil?" "Baik Kang. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tapi aku perlu berbicara dengan Sampeyan tentang satu hal penting jawab Fadhil. "Apa itu?" tanya Azzam penasaran. "Sebentar Kang," jawab Fadhil sambil memberi isyarat kepada adiknya agar ia dan temannya meninggalkan kamar. Setelah keduanya keluar, Fadhil berkata, "Bisa nggak Kang saya pulang sore ini? " "Kenapa Dhil? Kau masih perlu perawatan? " "Terus terang Kang, saya tidak punya uang. Adik saya juga. Kami tidak mungkin minta ibu kami di Indonesia." "Sudahlah kau jangan memikirkan hal itu dulu. Biar hal itu aku yang memikirkan, yang penting kamu sehat kem -bali. Ujian tidak lama lagi. Ingat itu." "Kalau bisa pulang secepatnya. Cobalah bicara kepada dokternya, jika nanti dia datang." "Baiklah." "Terima kasih Kang." "Ya sama-sama. Adikmu biar masuk lagi ya. Soalnya kelihata nnya ia ingin terus dekat denganmu. Aku dan te-manteman shalat Ashar dulu." "Iya Kang." Azzam beranjak keluar memanggil dua gadis Aceh, lalu mengajak teman satu rumahnya shalat Ashar. Sebab saat itu azan tengah berkumandang. Setelah Ashar dokter datang. Azzam membicarakan kemungkinan Fadhil dibawa pulang. 219 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Dia boleh pulang, paling cepat besok siang." Jelas dokter berambut putih meyakinkan. Menjelang Maghrib, Cut Mala dan Cut Rika minta diri. Tak lama setelah itu Azzam dan Nanang juga minta diri. Untuk jaga malam, Nasir dan Ali menawarkan diri. Atas permintaan Azzam, Hafez memang sejak awal tidak usah dikabari dulu. Dia biar menyelesaikan urusannya di Katamea dulu. Azzam tidak ingin Hafez tahu lalu langsung ke rumah sakit dan bertemu Cut Mala. Saat Azzam pamitan pada Fadhil, dengan nada bergurau Fadhil berkata, "Menurutmu Cut Mala, adikku, cantik tidak Kang?" Azzam menjawab dengan gurauan, "Tanyakan saja pada Nasir, dia paling tahu tentang perempuan cantik. Kelihatannya dia tadi mengamati betul adikmu itu." Nasir tidak menduga akan jadi sasaran tembak. Serta merta ia berkata, "Ya kalau belum ada yang mengkhitbah, cantik sih. Tapi kalau sudah ada yang mengkhitbah, ya, tidak cantik." Azzam tersenyum lalu pergi. Ia jadi teringat dua adiknya kembali. Husna dan Lia. Apa mereka secantik Cut Mala, atau malah lebih cantik? Tiba-tiba ia malu pada diri sendiri. Hatinya benar-benar mengakui pesona gadis Aceh berjilbab biru muda itu tadi. Fadhil memang telah berkali-kali bercerita tentang adiknya yang baru satu tahun setengah menyusulnya kuliah di Cairo. Namun baru sore itu ia bertatap muka dengan gadis yang kata Fadhil, saat di Madrasah Aliyah pernah 220 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I menjuarai MTQ se-Tanah Rencong, Aceh. Ia bisa memahami kenapa Ha-fez sedemikian jatuh hati padanya. 221 Ilyas Mak’s eBooks Collection
16 INSYAF Orang-orang baru saja pulang dari jamaah shalat Maghrib ketika Furqan menyalakan mobilnya dan membawanya meluncur dari Haidar Tony ke arah Hay Sabe'. Tujuannya adalah rumah Ustadz Saiful Mujab yang ter-letak di dekat Masjid Ridhwan. Ia merasa tidak bisa mengambil keputusan sendiri atas masalah yang menimpanya. Ia perlu pendapat Ustadz Mujab yang selama ini ia anggap seperti kakaknya sendiri. Sampai di rumah Ustadz Mujab ia disambut hangat oleh Abdullah, anak sulung Ustadz Mujab yang berumur tujuh tahun. "Om Furqan, kok lama nggak main ke mana aja?" tanya Abdullah.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Om Furqan sedang sibuk persiapan ujian," jawab Furqan datar. "Om, om, tadi di sekolah aku dapat hadiah." Begitulah, tanpa diminta Abdullah pasti cerita tenta ng kejadian di sekolahnya. Anak itu sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah A l-Azhar bersama anak-anak Mesir. Kemampuan bahasa Arabnya tidak diragukan. Bahkan dalam hal-hal tertentu ia lebih mengerti bahasa harian Mesir daripada kedua orangtuanya. Karena memang ia sama dengan anak Mesir. Lahir dan besar di Mesir. Bermain bersama anak-anak Mesir. Juga tidak jarang, berkelahi dengan anak-anak Mesir. "Hadiah apa?" "Hadiah karena aku telah hafal juz tiga puluh. Semua yang hafal juz tiga puluh mendapatkan hadiah." "Apa hadiahnya?" "Buku dan kaset nasyid anak-anak." Percakapan keduanya terputus begitu Ustadz Mujab keluar. Abdullah langsung masuk ke dalam. Sedangkan Furqan langsung menjabat tangan Ustadz Mujab. Tanpa basa-basi Ustadz Mujab berkata, "Begini Fur, sampai sekarang si Anna belum bisa memberi jawaban. Kau bersabarlah satu dua bulan lagi. Dia sedang sibuk untuk melakukan penelitian untuk tesis-nya." "Saya datang ke sini bukan untuk menanyakan masalah itu Ustadz." "Lalu untuk apa?" "Saya sedang menghadapi masalah besar yang saya merasa tidak bisa menuntaskannya sendirian." "Apa masalahmu?" 223 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan lantas menceritakan semua yang dialaminya di hotel. Sejak dia masuk hotel sampai dia keluar hotel. Terutama tentang foto-foto yang membuatnya merasa tidak berharga dan permintaan mengirim uang sebesar 200.000 USD. Ustadz Mujab mendengarkan dengan sek-sama. Sesekali ia mengenyitkan dahi. Saat Furqan mengakhiri ceritanya dengan wajah bergurat kecemasan dan kesedihan, Ustadz Mujab mendesah dan mengambil nafas panjang. "Sekarang apa yang harus saya lakukan Ustadz?" Ustadz Mujab kembali menarik nafas dan berkata, "Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan me-muhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi mem persiapkan sidang tesismu. Apa kamarmu masih kurang nyaman, masih kurang luas?!" "Iya Ustadz, saya telah menyadarinya." "Menurutku kamu tidak perlu mengindahkan ancaman orang yang tidak kau kenal itu." "Tapi, jika foto-foto itu benar-benar dijadikan konsumsi publik bagaimana Ustadz? Di mana saya menaruh muka Ustadz?" "Itu kan foto fitnah. Tidak benar. Yang penting kau kan tidak melakukannya." "Aduh mental saya belum kuat jika foto-foto itu diketahui mahasiswa Indonesia di Cairo Ustadz. Apalagi jika dipublikasikan juga ke Tanah Air, bisnis ayah saya bisa hancur Ustadz. Saya hidup tidak sendirian Ustadz. Masalahnya tidak sesederhana yang Ustadz bayangkan." 224 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Ustadz Mujab termenung mendengar perkataan Furqan. "Ya, saya lupa kalau ayahmu itu seorang pengusaha nasional. Masalahnya memang tidak sederhana. Aduh Furqan, saya belum bisa memberi saran untuk masalahmu ini. Maafkan saya." Ucap Ustadz Mujab. Furqan terdiam sesaat lamanya. Ia tidak tahu harus minta pendapat siapa lagi. Apa ia harus ke tempat bapak bapak KBRI? "Tidak ada salahnya." Ucapnya dalam hati. Ia melihat jam tangannya, masih agak sore. Ia harus segera meluncur ke Dokki, maka ia langsung minta diri. Sebelum pergi Furqan sempat berpesan, "Tolong jaga rahasia masalah ini. Doakan saya menemukan jalan keluar secepatnya." Furqan langsung meluncur cepat menuju Dokki. Di perjalanan ia masih berpikir rumah siapa yang akan ia tuju. Sampai di Ramsis ia baru bisa menentukan bahwa rumah orang yang paling ia kenallah yang harus ia tuju. Yaitu rumah Pak Rusydan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan. Semestinya memang lebih tepat ke Atase Bidang Politik, atau Atase Bidang Konsoler. Saat ini yang paling ia perlukan adalah saran terbaik, juga dukungan moril. Dukungan moril lebih bisa diharapkan dari orang orang yang benar-benar mengenalnya. Sedikit beruntung, malam itu ia langsung bisa bertemu dan berbicara dari hati ke hati dengan Pak Rusydan. Dengan penuh kearifan seorang bapak yang mengayomi anaknya, Pak Rusydan berkata pada Furqan, "Tenang, ini masalah kecil Nak Furqan. Jangan terlalu cemas. Ini bukan masalah yang tidak bisa diselesaikan. Menurut hematku, kita tetap harus minta tolong pada pihak keamanan Mesir. Tidak bisa tidak." 225 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Tapi kalau penjahat itu tahu, maka saya bisa hancur Pak." "Tidak. Dia tidak akan tahu. Sebab kita tidak minta tolong pada polisi biasa. Tapi kita langsung minta tolong pada mahahits." "Mabahits?" "Ya. Kau kan pernah jadi Ketua PPMI, dulu pernah mengantongi nama-nama orang penting di kalangan mahabits. Telponlah orang itu malam ini juga. Besok pagi saya akan menguatkan dengan menelponnya." "Oh ya baik Pak." Setelah itu mereka memperbincangkan tema yang lain. "Setelah selesai S.2 ini apa rencanamu Nak?" "Kalau bisa langsung aplikasi program doktor Pak." "Bagus. Memang kalau bisa agar Indonesia maju setiap KK melahirkan satu doktor. Saat ini ada seorang pakar yang berpendapat bahwa kemajuan suatu negara bisa dilihat dari jumlah doktor per satu juta orang penduduknya. Semakin banyak jumlah doktornya, maka akan semakin maju. Tapi doktor yang benar-benar doktor lho, bukan doktor hasil mem beli. Sebab sekarang ini banyak gelar doktor diobral dengan harga sekian juta rupiah. Dan sudah banyak kasus terungkap, orang-orang Indonesia termasuk paljng gemar membeli gelar. Dan juga membeli ijazah." "Kondisi bangsa kita memang memprihatinkan Pak." "Karena itulah dibutuhkan generasi-generasi tangguh yang berprestasi seperti kamu." "Doanya Pak." 226 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Setelah merasa cukup Furqan pamit minta diri. Di sepanjang perjalanan dari Dokki sampai Haidar Toni Furqan tiada henti berzikir dan beristighfar. Ia masih terus diteror rasa cemas. Saat itulah ia benar-benar merasa membutuhkan kasih sayang Allah. Ia membenarkan nasihat Ustadz Mujab, "Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan memuhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi." Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi sejarah dan peradaban Isla m semestinya menyadari bahwa para pemikir dan ula ma besar tidak ada yang berhasil meraih ilmu dengan hidup ber-mewah-mewah. Bagaimana mungkin ia bisa lupa bahwa dalam kitab-kitab sastra, sejarah, manakib dan thabaqat banyak dijelaskan betapa para ulama lebih biasa bergelut dengan kemiskinan, penderitaan dan kesulitan hidup yang mencekik. Namun mereka meresapinya dengan penuh kesa-baran. Dalam penderitaan yang mencekik itulah mereka mengais ilmu dan hikmah. Dalam kesulitan hidup itulah mereka menulis karyakarya besar yang monumental. Bagaimana mungkin, ia yang jebolan jurusan sejarah dan peradaban Islam Al Azhar University , dan sebentar lagi meraih gelar master di jurusan yang sama dari Cairo University bisa melupakan sunah para ulama itu. Bagaimana mungkin ia bisa lupa kisah mengharukan yang diriwayatkan oleh Imam Bakar bin Hamdan Al Maruzi yang mengatakan, bahwa Imam Ibnu Kharrasy pernah bercerita, 227 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjalan melintasi gurun pasir untuk mendapatkan hadis aku merasa kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku rninum air kencingku sendiri." Ulama besar sekaliber Ibnu Kharrasy bahkan harus meminum air kencingnya sendiri demi mempertahankan hidupnya ketika mencari ilmu. Sedangkan dirinya, bisa-bisanya makan dan minum di restoran mewah Hotel Meridien. Bagaimana mungkin ia lupa cerita Imam Abu Hatim yang pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam Abu Hatim mengatakan, "Ketika sedang mencari hadis kondisiku benar-benar sangat memprihatinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tidur, aku yang menggantikannya ronda." Sementara dirinya masih juga tidak merasa cukup akan nyamannya lampu apartemannya. Harus lampu mewah Hotel Meridien. Bagaimana mungkin ia lupa kisah Imam Bukhari yang tidak memiliki apaapa. Sampai pakaian pun tidak punya, sehingga ia terhalang dari menulis hadis. Bagaimana mungkin ia melala ikan kisah menggetarkan yang beberapa kali ia baca dan ia kaji itu? Bagaimana mungkin ia lupa pada kisah yang diriwayatkan oleh ulama besar seangkatan dengan Imam Bukhari yang bernama Umar bin Hafesh Al Asyqar. Al Asyqar mengatakan, "Selama beberapa hari kami tidak mendapati Bukhari menulis hadis di Bashrah. Setelah dicari ke mana mana akhirnya kami mendapatinya berada di sebuah rumah dalam 228 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I keadaan telanjang. Ia sudah tidak punya apa-apa. Atas dasar musyawarah kami berhasil mengumpulkan uang beberapa dirham lalu kami belikan pakaian untuk dipakainya. Selanjutnya ia mau bersama-sama kami lagi meneruskan penulisan hadis." Sementara dirinya selama ini memilih pakaian yang bermerk dan mahal-mahal. Bagaimana mungkin ia lupa akan penderitaan Imam Malik. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. Bagaimana mungkin ia lupa? Bukankah itu semua adalah sejarah yang benar-benar nyata. Bukan cerita fiktif yang mengada-ada. Datanya valid, tertulis dalam banyak kitab-kitab sejarah, sastra dan lain sebagainya. Bagaimana ia bisa melalaikan suatu kenyataan penting, bahwa para ulama salaf menganggap kemiskinan adalah teman akrab yang tidak mungkin ditinggalkan begitu saja. Justru kemiskinan itu, saat menuntut ilmu, harus benar-benar dinikmati. Sampai sampai ada seorang ulama menulis syair: Aku bertanya kepada kemiskinan. Di manakah kamu berada? Ia menjawab, aku berada di sorban para ulama. Mereka adalah saudaraku. Yang tidak mungkin aku tinggal begitu saja. Bagaimana mungkin ia bisa melalaikan itu semua? Hati Furqan gerimis. Airmatanya meleleh. Ia benar benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar benar merasa229 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kan bahwa ini semua adalah teguran dari Dzat Yang Maha Bijaksana. 230 Ilyas Mak’s eBooks Collection
17 PERTEMUAN YANG MENGGETARKAN Hari berikutnya Fadhil boleh dibawa pulang. Untuk membayar biaya rumah sakit, Azzam harus merelakan uang hasil kerja kerasnya berjualan bakso. Begitu Fadhil sampai di Mutsallats, Azzam langsung pergi ke Abbasea. Tujuannya satu, yaitu ke kantor mabahits mencari Letnan Kolonel Hosam Qatimi. Ia mau minta pertanggung jawaban. Sesampainya di sana semua pertugas keamanan di sana tak ada yang merasa mengenal nama Hosam Qatimi. Dan ia memang sama sekali tidak melihat Hosam Qatimi dan anak buahnya di sana.
Habiburrahman El Shirazy "Maaf, tidak ada nama Hosam Qatimi di sini. Kamu salah alamat, Orang Indonesia!" Ucap seorang petugas berpakaian seragam persis dengan seragam Hosam Qatimi. Azzam meninggalkan kantor itu dengan perasaan marah dan kesal. Marah, karena ia merasa dipermainkan oleh Letnan Kolonel itu. Dan kesal, karena meskipun ia dipermainkan, ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah, menerima yang sudah terjadi. Ya sudahlah. Ia tidak punya kekuatan untuk mengusut apalagi sampai memaksa Letnan Kolonel itu bertanggung jawab. Ia hanya mengatakan dalam hati bahwa kezaliman sekecil apapun akan ada hisabnya kelak. Biarlah pengadilan Allah kelak yang memutuskan. Ia melangkah pergi. Di luar gerbang ia berpapasan dengan sedan Fiat putih yang dikendarai oleh Furqan. Ia tidak tahu yang mengendarai mobil itu Furqan. Sebab ia memang tidak memperhatikan. Furqan pun tidak tahu kalau yang baru saja disimpanginya itu adalah Azzam teman satu pesawat saat berangkat ke Mesir sembilan tahun yang lalu. Azzam melangkahkan kakinya menuju Mahattah Abasea. Ia mau mencari bus ke Sayyeda Zaenab. Kembali belanja daging sapi. Ia harus membuatkan bakso untuk Bu Faizah yang punya hajatan syukuran. Syukuran menempati rumah baru. Sudah satu bulan yang lalu Bu Faizah pesan padanya. Ia harus menepatinya. Meskipun sebenarnya ia ingin istirahat. Sementara ia melaju di atas bus menuju Sayyeda Zaenab, Furqan telah berada di salah satu ruang kantor yang baru saja didatangi Azzam. Furqan berbincang bincang dengan seorang lelaki gagah berkulit putih bersih. Lelaki setengah baya itu memakai kemeja biasa. Tangannya biasa, tidak terlihat begitu kekar. Ia lebih mirip direktur sebuah perusahaan daripada anggota Mabahits Amn Daulah. "Bagaimana kejadiannya?" tanya lelaki itu. 232 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Furqan lalu menjelaskan dengan detil segala hal yang diala -minya di hotel. Lelaki itu mendengarkan dengan sek sama sambil memandangi wajah Furqan lekat-lekat. Begitu Furqan selesai bercerita, lelaki itu bertanya, "Jadi penjahat itu menamakan dirinya Miss Italiana?" "Ya," jawab Furqan. "Baiklah, seperti janjiku dulu. Aku akan membantumu agar kau nyaman belajar di Mesir ini. Tapi terus terang, ini kasus yang cukup rumit. Perlu kerja keras. Terus terang, aku juga akan minta bantuan beberapa anak buahku. Dan terus terang, mereka perlu uang lelah." Furqan langsung paham apa yang dimaksudkan lelaki yang menduduki jabatan menentukan dan sangat disegani kawan-kawan dan anak buahnya itu. "Baiklah, kolonel, saya akan kasih seribu pound jika berhasil menangani kasus ini." "Itu untuk anak buahku. Lha yang untuk aku?" "Itu sudah termasuk untuk kolonel." "Wah kayaknya tidak bisa. Aku tak sanggup, kalau cuma segitu. Jika kami berhasil mengatasi ingatlah nominal 200.000 USD yang seharusnya kau keluarkan." Furqan diam sesaat. Ia menghitung segala yang ia miliki. Ia tidak ingin minta uang ke Tanah Air. Uang di rekeningnya masih seribu dollar, dan itu ia cadangkan untuk beli tiket pulang setelah sidang tesis magisternya. Kalau seribu dollar ia lepas berarti untuk pulang ia harus minta kiriman. Tiba-tiba ia teringat mobilnya. Mobil Fiat putihnya yang kondisinya masih sangat bagus. 233 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Baiklah kolonel, bagaimana kalau mobil Fiat saya?" "Kau mau memberiku hadiah mobil?" "Ya, jika kolonel berhasil. Mobil Fiat saya di depan itu akan menjadi milik kolonel." "Boleh saya lihat mobilnya, saya tidak mau mobil rongsokan." "Mari kita lihat kolonel." Keduanya lalu keluar melihat mobil Fiat putih. Sang kolonel melihat dengan teliti. Bahkan mencoba menyalakan mesin segala. Ia mengangguk-anggukkan kepala dan mengajak Furqan kembali masuk ke ruangannya. "Baik, saya setuju. Saya akan bekerja keras menuntaskan kasus ini. Kau tenangtenang sajalah belajar." "Kapan laporannya bisa saya terima." "Paling lama satu minggu." "Baiklah. Saya percaya pada kolonel. Saya pulang dulu. Mobil saya bawa dulu. Minggu depan mobil itu akan jadi milik Kolonel Fuad, jika saya telah melihat penjahat itu tertangkap dan meringkuk dalam penjara." "Insya Allah." *** "Bagaimana keadaan kakakmu Dik?" Tanya Tiara pada Cut Mala. Saat itu hanya mereka berdua yang ada di dalam rumah. Yang lain sedang kuliah. Mereka berdua duduk di sofa sambil makan kwaci. Di Mesir makan kwaci adalah salah satu budaya yang sangat merakyat. "Sudah baik. Sudah dibawa pulang. Dia masih perlu istirahat beberapa hari," jawab Cut Mala. 234 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Jadi tentang yang aku sampaikan di Hadiqah itu belum kamu sampaikan kepadanya?" "Sudah saya sampaikan lewat telpon. Sebelum Kak Fadhil sakit. Kak Fadhil minta agar aku menjelaskannya panjang lebar secara langsung, tidak lewat telpon. Kami sudah janjian mau bertemu di Masjid Nuri Khithab. Namun manusia hanya bisa berencana sedangkan yang menentukan adalah Tuhan. Belum sempat bertemu Kak Fadhil sudah sakit duluan. Jadinya saya belum menjelaskan dengan detil. Dan otomatis Kak Fadhil belum memberikan saran atau masukan." "Kau tahu kira-kira kenapa kakakmu minta penjelasan panjang lebar?" Tiara penasaran. Ada secercah cahaya harapan di hatinya. Ia berharap bahwa Fadhil memang menaruh perhatian padanya, bahkan menaruh hati padanya. "Saya tidak tahu persis, Kak. Tapi memang kakak saya sering begitu. Seringkali jika saya minta saran, minta ketemu langsung untuk menjelaskan dengan detil panjang lebar." "Kalau kau menemuinya hari ini dan menjelaskan panjang lebar tentang yang aku hadapi bisa tidak Dik? Nanti malam ayahku mau menelpon lagi. Kemarin beliau menelpon dan aku janjikan nanti malam. Sampai sekarang aku belum punya pegangan untuk mengambil sikap. Tolonglah Dik." "Tapi kakak masih belum sehat benar Kak. Apa tidak bisa menunggu dua atau tiga hari lagi?" Tiara menghela nafas. Ia memejamkan kedua mata. Haruskah ia menjelaskan lebih dalam tentang perasaannya yang selama ini ia simpan di dalam dada kepada Cut Mala? Tak terasa matanya basah. Airmatanya tanpa bisa ia bendung keluar perlahan membasahi pipi. Cut Mala menangkap dengan jelas yang terjadi pada kakak kelasnya itu. 235 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Kak Tiara menangis? Maafkan saya Kak, jika katakata saya tidak berkenan." Lirih Cut Mala. "Tidak apa-apa Dik. Kakak hanya merasa berat meresapi masalah ini. Kakak ingin segera jelas. Kakak ingin segera konsentrasi ujian. Hari-hari ini kakak sulit tidur. Tapi kau memang benar. Dua hari lagi tidak lama. Atau kakak akan ambil keputusan tanpa perlu saran dan penjelasan dari kakakmu. Suatu saat nanti kamu akan tahu kenapa kakak menangis." Jawab Tiara sambil tetap memejamkan mata. Cut Mala diam . Dari kalimat yang disamp aikan Tiara, ia bisa menangkap bahwa kakak kelasnya itu memendam sesuatu. Ia hanya bisa meraba bahwa Tiara susah untuk mengambil keputusan karena kelihatannya Tiara mengharapkan kakaknya, Fadhil. Namun Cut Mala tidak mau terlalu jauh menduga dan berprasangka. Bukankah sebagian pra-sangka adalah dosa? Untuk menenangkan hati Tiara, ia berkata, "Sore nanti saya akan menjenguk Kak Fadhil di rumahnya. Saya akan melihat keadaannya, jika mau mungkinkan saya akan jelaskan semuanya padanya." Mendengar kalimat itu Tiara langsung membuka mata. Ada binar bahagia di wajahnya. "Benarkah Dik? Tolong ya Dik, jelaskan pada kakakmu, usahakan!" tukas Tiara penuh harap. "Insya Allah Kak. Sekali lagi jika keadaan memungkinkan." "Semoga memungkinkan." Melihat reaksi Tiara, Cut Mala memiliki sedikit petunjuk bahwa kakak kelasnya itu menaruh hati pada kakak kandungnya. Ia akan berusaha menjelaskan masalah kakak kelasnya itu pada kakak kandungnya. Namun ia tidak akan menceritakan segala petunjuk yang ia dapat bahwa Tiara diam-diam 236 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I menaruh hati pada kakaknya. Ia ingin semuanya berjalan alamiah. Ia akan menceritakan apa adanya persis seperti yang diceritakan Tiara padanya di Hadiqah Dauliyah. *** Dari Pasar Sayyeda Zaenab Azzam naik bus 65. Ia memilih duduk di bangku paling belakang. Karena barang bawaannya agak banyak. Begitu bus merangkak berjalan, Azzam mulai memejamkan mata. Rasa kantuknya tak bisa ia tahan. Sepanjang perjalanan ia tidur. Pulas. Bahkan ketika bus yang ditumpanginya telah memasuki kawasan Nasr City ia tak juga bangun. Bis 65 itu melintas di depan Masjid Ar Rahmah. Di sebuah halte tak jauh dari situ bus berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. Seorang penumpang turun, dan seorang gadis berjilbab putih naik. Gadis itu membayar ongkos. Lima puluh piaster. Gadis itu mencaricari tempat duduk. Semua telah terisi. Kecuali satu kursi di bagian belakang. Tepat di samping Azzam yang sedang pulas tidur. Gadis itu ragu untuk duduk. Sang kondektur mempersilakan untuk duduk. Akhirnya gadis itu duduk. Azzam yang sedang tidur sama sekali tidak sadar, ada seorang gadis yang duduk di sampingnya. Ia sangat pulas. Wajah lelahnya tergurat jelas. Gadis itu memperhatikan wajah Azzam. "Benar kata kakak, dia seorang pekerja keras. Wajahnya ada-lah wajah lelah pekerja keras," kata gadis itu dalam hati. Gadis itu tak lain adalah Cut Mala, yang hendak menjenguk Fadhil kakaknya. Sampai di ENPI, kondektur bus berteriak keras, "Enpi! Enpi Enpi!" 237 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam terbangun. Ia mengucek -ucek kedua matanya. Cepatcepat ia melihat ke jendela. Ia ingin tahu sampai di mana dirinya sebenarnya. Begitu melihat gedung Enpi ia lega. Ia tidak kebablasan. Ia berusaha keras menahan kantuknya. Ia tidak mau ketiduran dan kebablasan sampai akhir terminal. Ia harus turun di halte Mutsallats. Ia menggerak-gerakkan kepalanya yang pegal. Ia melihat ke depan dan ke sampingnya. Ia baru sadar ada seorang gadis duduk tepat di sampingnya. Ia terperanjat. "Mala ya?" lirihnya. Gadis itu memandang ke arahnya dengan tersenyum. Kedua tangannya menelungkup di dada. Isyarat mengulurkan salam. "Iya Kang Azzam. Dari belanja ya Kang?" "Iya seperti biasa. Belanja kacang kedelai di Sayyeda Zaenab. Mala mau ke mana? Ke Mutsallats ya?" "Iya Kang. Mau nengok Kak Fadhil." "Oh iya. Insya Allah kondisi Fadhil sudah baik kok. Jangan cemas." "Ya semoga segara pulih seperti sedia kala. Sebentar lagi kan mau ujian. Saya kuatir kalau mengganggu ujiannya." "Jangan kuatir. Kakakmu itu termasuk orang cerdas yang bisa meresapi soal ujian dengan baik. Dia selalu naik tingkat dengan predikat jayyid tiap tahun. Semoga sakitnya kali ini menjadi penebus dosanya sehingga ia bisa lulus ujian akhir dengan nilai terbaik." "Amin." Keduanya lalu diam. Azzam tidak menemukan tema untuk dibicarakan. Demikian juga Cut Mala. Di samping itu rasa segan menghalangi mereka berdua untuk terus berbicara. 238 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Cut Mala sangat segan pada Azzam yang sangat dihormati oleh kakaknya. Cut Mala juga tahu jika selama ini kakaknya sering mendapat banyak bantuan dari orang yang duduk di sam-pingnya. Azzam segan pada Cut Mala, karena prestasi dan pesonanya. Ia sudah sering mendengar prestasiprestasinya. Tahun pertama di Al Azhar gadis itu langsung lulus naik tingkat dua dengan predikat jayyid jiddan. Dan mendapat penghargaan dari Bapak Atase Pendidikan. Suaranya yang halus sedikit menggetarkan syaraf-syarafnya. Ia jadi teringat Hafez. Ia bisa membayangkan jika Hafez yang duduk di tempatnya saat itu, seperti apa rasa gembiranya. Segera ia mencegah hatinya untuk merasakan simpati berlebihan pada gadis Aceh itu. Ia teringat tiga adik perem puannya di Indonesia. Husna, Lia dan Sarah. Ia harus menghormati Cut Mala. Ia ingin orang lain menghormati tiga adiknya. Bus terus melaju. Sampai di Mutsallats. Bus berhenti. Cut Mala turun. Azzam menurunkan barang-barangnya. Cut Mala menunggu Azzam. Azzam meminta kepada Cut Mala agar duluan. Cut Mala langsung melangkah meninggalkan Azzam. Azzam istirahat sesaat. Ia melihat ke arah penjual buah. Ia ingin beli jeruk Abu Surrah. Ia memanggul kacang kedelainya. Tangan kanannya menenteng plastik hitam berisi bumbu. Ia berhenti di tukang buah dan membeli jeruk satu kilo. Lalu ia berjalan pelan-pelan ke arah rumahnya. Cut Mala sudah tidak kelihatan. Mungkin ia telah masuk flat-dan bertemu dengan kakaknya. Di pintu gerbang, Nanang telah menunggunya. "Kedelainya biar saya angkat Kang." Nanang menawarkan diri. Azzam yang sangat lelah menurunkan karungnya yang berisi kedelai. Nanang langsung memanggulnya. Mereka berdua menaiki tangga. 239 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ada siapa saja di rumah Nang?" tanya Azzam. "Semua ada Kang," jawab Nanang sambil tetap menaiki tangga satu per satu. "Hafez juga ada?" "Ya ada. Dia pulang jam satu siang tadi. Dia sempat marah-marah karena tidak diberitahu kalau Fadhi masuk rumah sakit." "Si Mala, adiknya Fadhil sudah masuk?" "Sudah Kang. Dia yang tadi memberitahu kalau Sampeyan sedang berjalan. Katanya tadi satu bus Kang." "Iya." Azzam membayangkan bahwa telah terjadi pertemuan antara Hafez dan Cut Mala. Ia bisa membayangkan seperti apa kira-kira perasaan Hafez. Ia pasti sedang panas dingin. Hanya ia yang tahu. Tentang Cut Mala, ia yakin gadis itu biasa-biasa saja. Sebab kepentingan gadis itu sangat jelas, yaitu menjenguk kakaknya. Saat Azzam masuk flat, yang ada di ruang tamu hanya Fadhil dan Cut Mala. Keduanya sedang berbincang-bincang. Ia mendengar suara minuman diaduk. Ia masuk dapur. Hafez sedang membuat teh. "Jangan sampai kurang manis. Dan jangan sampai terlalu manis lho Fez," ujar Azzam sambil meletakkan barang yang dibawanya. Nanang meletakkan karung di tempat biasanya, pojok dapur. "E e iya Kang," jawab Hafez gugup. Wajahnya memerah. "Jangan lupa itu ada buah. Setelah mengantar minuman. Antar juga buahnya ya. Setelah itu kembali ke kamar. Jangan menganggu kenyamanan pembicaraan kakak beradik itu ya." 240 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Kata Azzam santai sambil berlalu merunggalkan Hafez yang bersiap denga n dua gelas di atas nampan. Azzam masuk ke kamarnya. Nanang melakukan hal yang sama. Sementara Ha fez membawa nampan ke ruang tamu dengan tangan bergetar. "Wah jadi merepotkan Kak Hafez," kata Cut Mala kala melihat Hafez datang membawa minuman. "Ah tidak kok, sudah ada," jawab Hafez dengan nada sebiasa mungkin. Ia tidak ingin tubuhnya yang gemetar dan panas dingin diketahui oleh Fadhil maupun Cut Mala "Mari silakan diminum," Hafez mempersilakan. "Terima kasih Kak," sahut Cut Mala sambil menatap wajah Hafez. Pada saat yang sama Hafez juga sedang memandang ke arah Cut Mala. Cut Mala tersenyum lalu memandang kakak-nya. "Kak Fadhil, Kak Hafez kan orang Palembang ya. Berarti dia bisa bikin empek-empek ya?" Fadhil menjawab dengan tersenyum, "Ya iyalah. Dia jagonya kalau bikin empek -empek. Kalau mau dia bisa bisnis empek-empek di Cairo ini, tapi dia tidak mau. Katanya takut ku-liahnya terganggu." Hafez yang mendengar dirinya dipuji Fadhil di hadapan Cut Mala merasa sangat berbahagia. Kedua kakinya seperti tidak menginjak bumi. Ia seperti melayang. Ia segera menguasai diri. "Sebentar ya," kata nya sambil melangkah ke dapur. Ia mengambil buah yang masih ada di dalam kantong plastik, meletakkannya di atas piring dan membawa ke ruang tamu. "Iya keluarkan semuanya Fez. Nanti kalau tidak habis biar dibawa pulang Mala," ujar Fadhil santai. 241 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Iya nggak apa-apa. Siapkan sekalian kantong plastiknya biar nanti saya bawa pulang," tukas Cut Mala santai. Hafez kembali mencuri pandang ke wajah Cut Mala. Ia seperti tersengat listrik. Ada perasaan sangat indah yang sangat susah dilukiskan. Kakinya seperti mau lumpuh. Keringat dinginnya keluar. Wajahnya memerah. Cepat-cepat ia membalikkan badan. "Mau ke mana Fez? Masih ada lagi?" celetuk Fadhil. Hafez sudah menguasai keadaan, ia langsung membalikkan badan dan menjawab dengan guyonan, "Masih. Di dapur masih ada banyak buah. Mala mau bawa?" "Boleh. Masih ada apa aja?" Spontan Hafez menjawab, "Kubis, lombok, kentang, terong, wortel dan buncis. Mau?" "Ah Kak Hafez punya rasa humor juga ya. Kalau itu sih di kulkas kami sudah penuh. Berlebih malah. Terima kasih deh," tukas Cut Mala santai. Hafez tersenyum. Ia punya kesempatan memandang Cut Mala lagi. Hatinya benar-benar bergetar. Tubuhnya panas dingin. "Sama-sama," jawabnya seraya melangkah, langsung menuju kamar Azzam. Itu adalah pertemuan yang sangat mengesan dan menggetarkan jiwanya. 242 Ilyas Mak’s eBooks Collection
18 AIRMATA CINTA Fadhil mengambil gelas berisi teh Arousa lalu menyeruputnya perlahan. Cut Mala melakukan hal yang sama. "Insya Allah, kakak sudah baik. Tak ada yang perlu dikuatirkan. Kakak akan segera konsentrasi untuk ujian. Kakak ingin lulus S.1 kalau bisa dengan predikat jayyid jiddan atau mumfaz," kata Fadhil pada adiknya. Tangan kanannya masih memegang gelas berisi teh. Ia kembali menyeruput isi gelas itu perlahan. "Syukur alhamdulillah. Untuk ujian Al-Qurannya kakak sudah siap?" tanya Cut Mala.
Habiburrahman El Shirazy "Siap insya Allah. Sejak awal tahun pelajaran kakak sudah siap." "Selesai S.1 rencana kakak bagaimana? Mau pulang ke Indonesia atau bagaimana?" Fadhil mengambil nafas panjang. "Abah dulu berpesan agar kakak dan kamu menuntut ilmu setinggi mungkin. Ilmulah yang membuat derajat seseorang dan derajat suatu bangsa terangkat. Sebenarnya kakak ingin lanjut S.2 ke Sudan, atau ke Malaysia. Tapi biayanya, kau tahu sendiri, tidak ada. Mungkin kakak akan bertarung mati-matian untuk melanjutkan S.2 di Al Azhar, sembari menunggu kamu selesai kuliah. Kalau menurutmu sebaiknya bagaimana Dik?" "Menurutku apa yang menurut kakak baik adalah baik. Kalau ada biaya memang S.2 di Sudan lebih cepat. Dan kakak bisa lebih cepat mengabdi dan mengamalkan ilmu di Tanah Air. Tapi menyelesaikan S.2 di A Azhar jika bisa jauh lebih l baik. Meskipun sedikit lebih lama. Walau bagaimanapun A l Azhar adalah universitas tertua di dunia. Wibawa dan kualitasnya sangat diakui di dunia." "Kau sendiri persiapanmu bagaimana Dik?" "Doakan prestasi Mala tidak menurun Kak. O ya Kak, biaya rumah sakit kemarin bagaimana. Kakak dapat uang dari mana?" "Alhamdulillah. Semua telah dibayarkan oleh Kang Azzam. Meskipun Kang Azzam tidak minta dikembalikan, suatu saat nanti jika ada rezeki pasti akan kakak kembalikan. Kang Azzam terlalu baik bagi anggota rumah ini. Terkadang aku iri padanya. Iri akan kebaikan dan sifat pemurahnya." "O jadi Kang Azzam yang menutup semuanya." 244 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Iya. Kemarin dia baru bekerja keras dapat order bikin bakso. Mungkin uang hasil dia bikin bakso itu yang digunakan untuk menutup biaya rumah sakit kakak." "Dia tingkat berapa Kak?" "Sudah tingkat empat. Tapi kelihatannya sengaja tidak ia luluskan." "Kenapa?" "Ia masih ingin bertahan di Mesir, demi adikadiknya." "Saya tidak paham maksud kakak." "Kang Azzam itu sama seperti kita, seorang anak yatim. Dia anak sulung. Adik perempuannya ada tiga. Dialah yang selama ini bekerja keras menghidupi adikadiknya. Terutama membiayai sekolah adik-adiknya. Ya dengan membuat tempe dan bakso. Ia ingin adiknya semua sekolah, maka ia korbankan dirinya. Sebenarnya Kang Azzam itu sangat cerdas. Tak kalah dengan dirimu. Dulu, tahun pertama di Al Azhar ia jayyid jiddan. Ia juga dapat beasiswa dari Majlis A'la. Namun tahun kedua ayah beliau meninggal. Sementara ibunya sering sakit sakitan. Ia akhirnya mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar ke bekerja. Ia di Cairo ini untuk bekerja sambil belajar. Sejak itu prestasinya menurun. Beberapa kali tidak naik tingkat. Ia sudah sembilan tahun di Mesir tapi masih juga belum lulus S.1. Tapi kakak sendiri tidak merasa lebih baik dari dia. "Dalam hal prestasi akademik mungkin orang mengatakan Kang Azzam gagal, atau tidak bisa dikatakan bisa dibanggakan. Namun kakak bisa melihat sendiri, dalam hal meresapi kehidupan real dia sangat bisa dibanggakan. Kakak sangat salut padanya. Kakak pernah hendak mengikuti jejaknya, bekerja. Tapi dia memberi nasihat untuk konsentrasi belajar saja. Dia bilang, 'Adik kamu kan cuma satu. Dan masih bisa ditanggung oleh ibumu. Lebih baik kamu menunaikan amanah 245 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy abahmu agar kamu belajar dan menuntut ilmu dengan serius. Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda.' Nasihat Kang Azzam itu sangat berarti bagi kakak. " "Umurnya sudah berapa kak?" "Kira-kira 28 tahun." Cut Mala lalu diam. Ia tidak menyangka orang yang tadi du-duk di sampingnya dengan wajah begitu lelah adalah seorang petarung yang mati-matian menghidupi keluarganya jauh di Indonesia sana. Tak banyak orang tahu bahwa di Cairo ada seorang mahasiswa seperti Azzam. "Kenapa dia tidak segera menyelesaikan S.1 -nya dan segera pulang ke Indonesia?" tanya Cut Mala. "Kang Azzam menurutku memiliki strategi hidup yang jenius. Jika pulang ke Indonesia, belum tentu bisa dapat masukan sebesar ketika dia bekerja keras di Cairo. Dia mentargetkan begitu ada salah satu adiknya selesai S.1, ia akan segera menyelesaikan studinya dan pulang. Bebannya lebih ringan. Dan dengan tetap di Cairo, dia masih bisa menimba ilmu. Setiap pagi bakda Subuh Kang Azzam selalu ikut belajar qira'ah riwayat Hafs dan Warasy pada Syaikh Abdul Adhim di masjid. Dengan tetap di Cairo, ia bisa lebih baik dalam memotivasi adikadiknya berprestasi. Saya pernah mendengar dari Kang .Azzam, adiknya yang kuliah di UNS terpilih sebagai mahasiswi teladan tingkat nasional. Lebih dari itu Kang Azzam kelihatannya memang cinta sekali pada Mesir." Cut Mala mengangguk-angguk mendengar penjelasan kakak-nya. "Jangan pernah kau ceritakan hal ini kepada siapapun ya Dik. Kalau Kang Azzam tahu aku menceritakan dirinya padamu, dia pasti akan sangat marah. Ia tidak ingin jati dirinya dikenal. Ia ingin dirinya hanya dikenal sebagai mahasiswa 246 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I kawakan yang tidak lulus, dan dikenal sebagai pembuat tempe dan bakso. Itu saja. Ini amanah lho Dik!" Cut Mala kembali mengangguk. Mendengar kata kata amanah ia jadi teringat sesuatu "Oh ya Kak, nyaris lupa, aku dapat amanah dari Kak Tiara untuk Kakak." "Amanah apa Dik?" "Begini Kak, beberapa hari yang lalu aku diajak Kak Tiara ke Hadiqah Dauliyah. Dia menceritakan masalah yang saat ini dihadapinya kepadaku. Kak Tiara cerita, ia sedang menghadapi masalah serius. Aku diminta untuk tidak membuka hal ini kepada siapapun juga. Kak Tiara mendapat telpon dari ayah-nya di Aceh yang memberitahu bahwa Kak Tiara dilamar oleh seorang Ustadz. Namanya Ustadz Zulkifli. Dia adalah salah seorang ustadz di pesantren Kak Tiara dulu. Namun tidak pernah mengajar Kak Tiara. Karena ketika ustadz itu masuk pesantren, Kak Tiara sudah kelas dua aliyah. Sedangkan Ustadz itu mengajar di kelas satu. Jadi Kak Tiara tidak tahu persis bagaimana sebenarnya ustadz itu. Ayah Kak Tiara memberitahu, Ustadz Zulkifli itu pernah satu pesantren dengan Kak Fadhil. Kak Tiara minta masukan dan saran. Keputusan apa yang sebaiknya diambil Kak Tiara? Diterima atau tidak lamaran itu? Kak Tiara minta saran kepada Kak Fadhil keputusan apa yang harus ia ambil. Itulah amanahnya Kak. Bagaimana Kak?" Fadhil mendengarkan penjelasan adiknya yang panjang lebar itu dengan nafas tertahan. Dadanya sebenamya terasa sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli. Ia kenal benar dengan nama itu. Zulkifli adalah teman akrabnya di pesantren dulu. Teman satu kamar. Ia memang sangat mengenalnya. Orang-nya baik dan cerdas. Meskipun ada sedikit sifat som bongnya. Dan ia pernah tersakiti oleh sifat sombongnya. 247 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Namun telah ia maafkan. Tidak ada manusia yang sempuma di atas muka bumi ini kecuali Rasulullah Saw. Ia yakin, setelah menjadi seorang ustadz, Zulkifli pastilah sudah jauh lebih arif. Yang membuat dadanya sesak sebenarnya, karena ia sejatinya menyimpan harapan hendak melamar Tiara selepas ujian selesai. Ternyata telah didahului oleh orang lain. Dan orang lain itu adalah temannya sendiri saat di pesantren dulu, yaitu Zulkifli. Ada rasa nyeri menusuknusuk ulu hatinya. Sakit dan pedih rasanya. Memendam rasa cinta memang menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi jika cinta itu tidak kesampaian. Begitulah para pujangga berkata. Dan begitulah keadaan Fadhil sepertinya. Tapi ah, benarkah begitu? Bisa jadi belum tentu? Fadhil terdiam sesaat lamanya. Cut Mala memperhatikan kakaknya dengan seksama. "Bagaimana Kak? Apa saran kakak untuk Kak Tiara?" Cut Mala tidak sabar. Fadhil tersadar. Ia harus berani menghadapi realita. Realitanya gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar selesai ujian— padahal ujian tinggal satu bulan lagi—telah dilamar orang. Ia merasa sangat jahat jika meminta kepada Tiara menolak lamaran itu, agar ia bisa melamarnya setelah ujian. Ia merasa jika melakukan hal itu, ia seperti menikam temannya sendiri. Ia merasa kebesaran jiwa dan kesabarannya benar-benar sedang diuji. Ia harus bisa memberikan jawaban sebagai seorang Muslim sejati. Ya, seorang Muslim sejati. Yaitu Muslim yang gentle, yang berani melepaskan Muslimah yang dicintainya kepada saudara Muslim lainnya yang lebih siap darinya dalam urusan menikah. "Katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman baik kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah 248 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dicari ala-san untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali kepada Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharah dulu. Walau bagai-manapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputus-kannya." Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu. Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh yang susah diartikan maknanya. Orang yang pemah jatuh cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu. Cut Mala menangkap ketegasan dari ucapan kakaknya itu. Ia tidak menangkap sedikit pun keraguan dari kata -kata nya. Ia sedikit kecewa kakaknya mengata kan hal itu. Ia sesungguhnya berharap kakaknya menunjukkan satu isyarat bahwa Tiara ada di hatinya. Namun dari sikap dan kata -kata kakak-nya itu ia tidak menemukan isyarat yang ia cari itu sama sekali. Ia menyimpulkan bahwa Tiara sama sekali tidak terpikir oleh kakaknya. Meskipun kecewa diam-diam ia bangga dan salut pada kakaknya. Kakaknya adalah pemuda yang tegas, yang selalu mengutamakan ilmu dan belajar di atas segalanya. Cut Mala benar-benar tak bisa menangkap getargetar suara aneh yang ada di relung hati terdalam kakaknya. Tidak pernahkah Cut Mala terselubungi selimut cinta yang merindu dendam dalam dada seperti kakaknya? Sehingga ia tak bisa menangkap getar-getar suara aneh yang ada di relung hati terdalam kakaknya itu? Ah, entahlah! Setelah mendengar jawaban kakaknyar Cut Mala minta diri. Hari sudah mulai sore. Ia harus segera pulang ke Masakin Utsman untuk menyampaikan jawaban dan saran kakaknya kepada Tiara agar bisa segera mengambil keputusan. *** Tepat pukul lima lebih lima sore, Cut Mala sampai di flatnya. Cut Mala langsung masuk ke kamarnya diikuti Tiara. Tiara sepeffi tidak sabar mendengar berita yang dibawa Cut 249 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Mala. Setelah menutup pintu Tiara langsung mencercar Cut Mala dengan sebuah pertanyaan, "Bagaimana Dik, sudah kausampaikan pada Kak Fadhil?" Cut Mala mengangguk dan berkata lirih, "Sudah." "Apa sarannya?" "Intinya Kak Tiara diminta Istikharah dan memutuskan sendiri." "Tentang Ustadz Zulkifli bagaimana?" "Kata Kak Fadhil, dia orangnya baik." Agaknya Tiara belum juga puas dengan jawaban singkat Cut Mala. Tiara mengajak Cut Mala duduk lalu berkata, "Tolong Dik, ceritakan dengan detil apa yang disampaikan Kak Fadhil padamu. Tolong kau ulangi kata -katanya. Jangan kau kurangi dan kautambahi kalau bisa." "Apa tadi kurang jelas Kak?" "Jelas Dik, tapi aku perlu yang lebih jelas." Kata Tiara dengan nada sedih. Cut Mala menatap dalam-dalam wajah kakak kelasnya. Ia merasa ada sesuatu yang dipendam oleh kakak kelasnya itu. Sambil memandang wajah Tiara, ia berkata, "Baiklah Kak. Saya akan berusaha tidak mengurangi dan menambahi apa yang disampaikan Kak Fadhil. Setelah aku sampaikan semua amanah kakak, panjang lebar. Kak Fadhil terdiam sesaat, lalu tanpa keraguan ia berkata begini, 'Katakan pada Tiara, Zulkifli itu teman baik kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali kepada Tiara. Sebaiknya dia 250 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I shalat Istikharah dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskannya.' Begitulah kata Kak Fadhil. Masih ada yang kurang jelas?" "Jadi dia mengatakan: Susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli?" Cut Mala mengangguk. "Itu berarti dia menyarankan saya untuk menerima lamaran-nya," kata Tiara parau. "Kak Tiara jangan salah paham. Menurut pemahamanku kok Kak Fadhil tidak menyarankan apa-apa berkaitan menolak atau menerima. Kak Fadhil berusaha objektif menilai Ustadz Zulkifli. Bahkan Kak Fadhil tetap meminta Kak Tiara untuk shalat Istikharah," tanggap Cut Mala. "Dengan mengatakan, susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli, itu sama saja memberi saran jangan menolak lamaran Ustadz Zulkifli," tukas Tiara pelan dengan mata berkaca-kaca. "Sepertinya Kak Tiara kecewa ya mendengar apa yang dikata-kan Kak Fadhil?" raba Cut Mala. Tiara diam. Matanya yang berkaca -kaca terpejam dalam. Dari sikap Tiara itu, Cut Mala bisa menyimpulkan apa yang dirasa kakak kelasnya itu. "Kenapa Kak Tiara tidak terus terang kepada Mala!?" kata Cut Mala sedikit keras. "Terus terang apa Dik?" tukas Tiara parau. "Berterus terang kalau Kak Tiara mencintai Kak Fadhil," tegas Cut Mala. Tiara kaget mendengar kata-kata Cut Mala. 251 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Bagaimana kau bisa berkata begitu Dik?" tanya Tiara dengan nada mengingkari apa yang ia dengar. "Karena kedua mata Kak Tiara yang berkaca -kaca dan peng-ingkaran Kak Tiara atas apa yang dikatakan Kak Fadhil. Kak, jujurlah Kak! Kak Tiara mengharap Kak Fadhil kan? Jujurlah Kak?" Tiara mengangguk kemudian menutupi mukanya dengan kedua tangannya dan menangis lirih. Cut Mala melihat hal itu. Ia meneteskan air mata. Ia sendiri tidak tahu kenapa hatinya terasa perih dan sedih. Ia merasa tak bisa banyak membantu Tiara. Kakaknya sudah mengatakan dengan tegas, jelas dan tanpa keraguan bahwa susah dicari alasan untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Ia tahu persis watak kakaknya yang tidak mungkin mencabut apa yang dikata kannya. Tapi benarkah ia tahu persis watak kakaknya? Termasuk dalam hal cinta -mencinta? Kita lihat saja nanti kisah selanjutnya. Dalam hati Cut Mala berpikir, bahwa kejadiannya akan berbeda jika sejak awal Tiara berterus terang padanya. Ia akan berusaha bagaimana caranya agar kakaknya bisa bertemu hati dengan Tiara. Sebab, sejak dulu sejatinya terbersit sebuah harap di dalam hatinya, Tiara bisa menjadi pendamping hidup kakaknya. Tiara, meskipun tidak secantik Masyithah. Namun memiliki akal budi yang memesona. Dalam haru Cut Mala masih menaruh harap mereka berdua akhirnya bisa bertemu dalam akad penuh barakah. Ia hanya bisa menaruh harap dan catatan takdirlah yang pada akhirnya akan menentukan segalanya. Selesai shalat Maghrib, Cut Mala langsung menghubungi kakaknya lewat telpon. Panjang lebar ia menjelaskan perasaan Tiara yang sesungguhnya, juga harapan Tiara sebenarnya. Namun persis seperti yang ia duga, kakaknya telah kukuh 252 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dengan pendiriannya Bahkan kakaknya mengatakan lebih tegas lagi tepatnya lebih ditegas-tegaskan lagi, "Memang sebaiknya Tiara menerima lamaran Zulkifli. Itu yang lebih baik secara syariat daripada mengharap cinta seorang lelaki yang belum jelas iya dan tidaknya!" Cut Mala kecewa dengan jawaban kakaknya, tapi ia tidak punya kuasa apa-apa. Ia hanya bisa menyampaikan apa yang baru saja dikatakan kakaknya itu pada Tiara. Setelah mendengar penuturan Cut Mala, Tiara berkata lirih dengan mata nanar berkaca-kaca, "Baiklah, akan aku turuti saran kakakmu itu. Semoga di kemudian hari kakak kandungmu itu tidak menyesal memberikan saran itu!" Hati Cut Mala bergetar mendengarnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menghela nafas dan memejamkan mata. Ia merasa tak ada yang lebih misterius dalam hidup ini melebihi cinta. Ia pernah mendengar bahwa cinta bukanlah apa yang kita pikirkan, tetapi ia adalah suratan takdir, suratan nasib. Benarkah demikian? 253 Ilyas Mak’s eBooks Collection
19 SURAT DAR1 INDONESIA Malam itu Hafez berpamitan pada teman-teman satu rumahnya. Kepada teman-temannya ia mengaku memerlukan suasana baru untuk menyongsong ujian. Ia minta ijin pindah ke Katamea untuk selama dua bulan. Di Katamea ia akan tinggal satu kamar dengan Salman. Tak ada yang tahu sejatinya Hafez pindah ke Katemea karena apa kecuali Azzam. Hafez membawa buku-buku muqarrar-nya, pakaian dan barang barang yang ia anggap penting. Barang yang ia bawa satu koper dan dua kardus ukuran sedang. Ditemani oleh Nanang ia pergi dengan taksi. Kepergian Hafez yang katanya untuk menenangkan diri membuat Fadhil, Nasir dan Ali semakin sadar bahwa ujian ti-
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dak lama lagi. Hanya Azzam yang tidak terpengaruh apa-apa. Sebab bebannya tinggal satu mata kuliah saja, yaitu Tafsir Tahlili. Kalau ia ingin lulus, ia hanya perlu sedikit serius. Na mun kalau masih ingin di Mesir, ya diktat dibaca tapi saat menjawab soal ya sekenanya. Baginya jika masih ingin di Mesir ya sebaiknya tidak lulus. Dengan begitu ia masih bisa mendapatkan visa tinggal gratis. Azzam sendiri meskipun statusnya masih belum lulus, ia merasa telah lulus. Sebab, ya itu tadi bebannya tinggal satu mata kuliah saja. Ia bahkan sudah bisa memprediksi yudisium yang akan tertulis dalam ijazahnya. Meskipun nilainya mepet, tapi tetap jayyid, alias baik. Dengan yudisium jayyid, jika ada rezeki ia masih memiliki peluang untuk melanjutkan S.2 di beberapa universitas terkemuka di dunia, seperti di IIUI Pakistan maupun IIUM Malaysia. Jadi, meskipun orang mengenalnya sebagai pembuat tempe, tapi ia tetap memiliki standar minimal prestasi akademik. Malam itu ia minta tiga anak buahnya Rio, Yayan dan Anam yang bekerja membuat tempe. Ia merasa harus istirahat. Ia tak mau jatuh sakit. Jam setengah sembilan setelah minum madu hangat dicampur air habbah sauda, Azzam masuk kamar untuk tidur. Ia mengatur jam bekernya dan menyalakan murattal Syaikh Sa'ad Al Ghamidi pelan. Ia rebahan di atas kasur dengan nyaman. Matanya belum terpejam. Ia memandang langit-langit kamarnya yang putih polos. Di langitlangititu ia seolah melihat wajah ibunya dan ketiga adiknya, Husna, Lia, dan Sarah. "Sudah sembilan tahun aku berpisah dengan mereka. Aku seharusnya segera pulang," lirihnya. Tibatiba ia merasa begitu rindu pada mereka. Ia bangkit dan mengambil buku agendanya. Di sana terselip surat terakhir dari Husna. Surat yang ia terima tiga bulan yang lalu. Husna juga mengirimkan foto terbaru mereka. Ia ingin melihat foto mereka. Ia duduk di meja belajarnya dan meman255 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dangi foto yang ada di tangannya dengan seksama. Husna dengan jilbab putihnya. Lia tersenyum dengan tangan mengacungkan bravo ke udara. Sarah yang duduk di atas pasir dengan tertawa. Dan ibundanya yang bersahaja, kerudungnya berkelebat ke kanan seakan hendak lepas ke udara. Di bela kang mereka terhampar lautan dengan ombaknya yang indah. Di balik foto itu tertuliskan keterangan singkat: "Rekreasi di Pantai Kartini Jepara saat mengantar Dik Sarah ke Kudus." Kedua matanya berkaca-kaca. Ia jarang menangis. Namun jika didera rindu pada ibunda dan adik-adiknya ia mudah sekali menangis. Ia pandangi wajah ibundanya yang mulai tampak guratgurat tuanya. Bersamaan dengan airmatanya yang merembes keluar, ia berkata lirih, "Ibu kapan kita kembali bertemu?" Tiba-tiba ia merasa berdosa. Sebenarnya, ia yang lebih bisa menjawab pertanyaannya itu daripada ibunya. Ibunya hanya bisa menunggu. Ialah yang harus memutuskan dan mengambil tindakan nyata, kapan pulang ke Indonesia dan bertemu ibu. Ia bangkit dan membawa foto itu ke kasur. Ia merebahkan badannya dan meletakkan foto itu di dadanya. Ia memejamkan mata. Sambil terus membayangkan wajah ibu dan adik-adiknya ia berdoa dalam hati memohon kepada Dzat Yang Maha Kuasa, agar mempertemukan dia dengan ibu serta adik-adiknya dalam tidurnya. Baginya, bertemu mereka dalam mimpi mampu sedikit meredam kerinduannya yang membara. Matanya terpejam, tapi pikirannya masih sadar. Telinganya menangkap suara seseorang mengetuk pintunya. Ia tak jadi tidur. Kenyamanannya buyar. Hatinya sedikit marah tidurnya diganggu. "Ada apa!?" ucapnya setengah berteriak. 256 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Maaf Kang, ini ada surat buat Sampeyan dari Indonesia." Mendengar itu rasa marahnya hilang seketika, berganti rasa bahagia yang luar biasa. Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya. "Surat dari Indonesia?" tanyanya seolah tak percaya. "Iya Kang dari Indonesia." "Dari siapa?" "Biasa, dari adik Sampey an, dari Husna." Azzam langsung melompat dan membuka pintu. Di depan pintu kamarnya Ali berdiri dengan senyum mengembang. "Ini Kang suratnya." Kata Ali sambil menyodorkan sepucuk surat beramplop cokelat muda. "Siapa yang bawa?" tanya Azzam. "Seperti biasa, suratnya tadi jatuh ke rumah Miftah di Abdur Rasul.Yang membawa ke sini si Miftah sendiri. Ia langsung pergi. Katanya sedang punya janji" jawab Ali tenang. Azzam menerima surat itu dengan hati luar biasa bahagia. Ia menutup pintu dan mengamati amplop surat itu dengan seksama. Di bagian depan amplop tertulis, "Radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia (JPMI) Solo." Di bawahnya tertulis nama dirinya dan alamat suratnya. Ia mengambil gunting dan membuka surat itu. Berisi dua lembar kertas HVS putih yang dilipat. Surat itu ditulis dengan komputer. Azzam membaca surat itu dengan segenap perasaan rindu dan cintanya: 257 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Menjumpai Kakakku Tercinta Abdulllah Khairul Azzam Di Bumi Para Nabi Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh. Dari pojok Kota Kartasura tercinta kami tiada henti mengirimkan doa, semoga Kak Azzam senantiasa sehat,terjaga dari segala keburukan, dan berada dalam selimut rahmatNya siang malam. Amin. Kak, alhamdulillah , kami semua di rumah baik, sehat wal afiyat, berlimpah rahmat Allah. lbu alhamdulillah baik dan sehat. Beliau sudah sangat rindu pada Kakak. Husna sendiri juga sehat. Dua minggu yang lalu Husna menerima ijazah profesi, Husna sudah bisa praktik sebagai psikolog. Segala puji bagi Allah Swt. Ini tak lepas dari jasa Kakak. Lia sudah menyelesaikan D.2. PGSD-nya. Ia kini mengajar di SDIT Al Kautsar Solo. Dan Sarah masih belajar di Pesantren Al-Quran di Kudus. Terakhir Husna ke Kudus ia sudah hafal Juz 27, 28, 29 dan 30. Kak Azzam tercinta, Selama delapan tahun ini sejak ayah berpulang ke rahmatullah, engkau telah menunaikan kewajibanmu dengan baik. Lihatlah kami, kini adik-adikmu sudah bisa engkau banggakan. Kami sangat berterima kasih dan bangga kepadamu Kak. Selama ini kami tahu engkau tidak lagi memikirkan dirimu Kak. Studimu di Al Azhar yang seharusnya bisa selesai dalam empat tahun, bahkan sampai sekarang, belum juga selesai. Padahal kau sudah sembilan tahun di Mesir. Kami tahu bahwa engkau mengorbankan dirimu dan segala idealismemu demi untuk membiayai hidup dan sekolah kami. Kak Azzam tercinta, Aku sendiri masih ingat surat kakak ketika kakak berhasil naik tingkat tahun pertama di A1 Azhar. 258 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I (Surat itu masih kusimpan baik-baik Kak). Dalam surat itu kakak menjelaskan kepada ayah, bahwa kakak adalah satu-satunya mahasiswa dari Indonesia tingkat pertama yang meraih predikat jayyid jiddan , atau Sangat Baik. Saya masih ingat Kak, begitu membaca surat kakak, ayah langsung sujud syukur dan menangis haru dan bahagia. Ayah sangat bangga. Ayah langsung meminta ibu masak enak dalam porsi besar. Malam harinya ayah mengundang tetangga kanan kiri untuk syukuran. Saat itu aku juga sangat bangga pada Kakak. Kak Azzam tercinta, Satu bulan setelah menerima surat dari kakak, ayah dipanggil Allah. Ayah meninggal karena kecelakaan. Tahukan engkau kakakku, ternyata di saku baju ayah yang berlumuran darah itu ada suratmu. Sedemikian bangganya ayah pada dirimu, bahkan suratmu itu selalu dibawanya ketika ayah pergi kerja. Saat ayah tiada, kami merasakan dunia terasa gelap. Na mun, kau dari negeri para nabi menguatkan kami. Kepada kami, adikadikmu ini kau berpesan untuk terus tenang dan konsentrasi belajar. Sejak itu kau datang tiap bulan dengan kirimanmu yang kautransfer lewat bank ke rekening ibu. lbu yang memang sering sakit dan tidak bisa lagi bekerja keras sering menangis, aku yakin ibu menangis haru bercampur bangga, setiap kali menerima transferan uang dari kakak. Tak lama setelah itu aku tahu dengan detil apa yang kakak lakukan di Mesir untuk kami. Kakak bekerja keras membuat tempe, berjualan tempe dan membuat bakso demi kami. Kakak rela mengorbankan studi kakak demi kami. Kami tahu itu pasti sangat berat bagi kakak. Sebab kami tahu mental kakak sejatinya adalah mental berkompetisi dan berprestasi. Sejak SD sampai Madrasa h Aliyah kakak selalu rangking satu. Dan karena prestasi kakak itu, di setiap pelepasan kelulusan, dari SD sampai Madrasah Aliyah, ayah selalu diminta pihak sekolahan untuk maju ke panggung pelepasan, sebagai wali murid dari siswa paling berprestasi. Tak henti hentinya ayah membanggakan prestasi kakak itu kepada kami, anak-anaknya. Kami pun terlecut karenanya. 259 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Kak Azzam, Sungguh, saat mengetahui hal itu aku menangis. Nun jauh di sana, di negeri para nabi kakak mati -matian jualan tempe dan bakso demi kami. Sungguh Kak, semangatku untuk survive , untuk maju dan berprestasi semakin terlecut, terlecut dan terlecut. A dik-adik juga terlecut. Hari berganti hari. Matahari terus terb it dan tenggelam. Sudah delapan tahun kakak membanting tulang dan berkorban. Kini kakak bisa segera pulang untuk melihat adik-adik kakak yang alhamdulillah sudah bisa menatap masa depan dengan kepala tegak berlimpah rahmat Tuhan seru sekalian alam. Kak Azzam tercinta, Kami tahu sebentar lagi kakak akan menghadapi ujian. Sudah saatnya kakak menata masa depan kakak. Kami berharap saat ini kakak kembali konsentrasi ke studi kakak. Kakak harus segera selesai dan segera pulang. Kami semua sudah rindu. Sementara jangan pikirkan kami dulu. Insya Allah kami berkecukupan. Aku sendiri sejak dua bulan ini sudah menjadi pengisi rubrik psikologi remaja di Radio JPMI (Jaya Pemuda Muslim Indonesia) Solo, juga diminta sebagai asisten dosen di UNS. Dik Lia su dah menjadi pengajar tetap di SDIT. Gaji kami berdua Insya Allah cukup untuk hidup la yak. Jika kakak ada rezeki dialokasikan saja untuk membeli tiket pulang dan mungkin membeli buku-buku referensi yang pasti akan sangat kakak perlukan jika nanti mengamalkan ilmu di Tanah Air. Kak Azzam tercinta, Harapan kami kakak bahagia membaca surat ini. Lia titip salam. Salam rindu dan kangen tiada tara katanya. Sarah titip kecupan cinta katanya. Ibu titip setetes air mata cinta dan bangga unt ukmu kakakku tercinta. Ini dulu ya. Selamat menempuh ujian. Semoga lulus dan segera pulang ke Tanah Air. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kakak. Amin Wassalam, Dengan sepenuh cinta, Adikmu, Ayatul Husna 260 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam membaca surat dan adiknya dengan air mata berderai-derai. Selesai membaca surat itu ia langsung tersungkur di atas karpet. Sujud syukur kepada Allah Swt. Ia menangis merasakan keagungan kasih sayang Allah Swt. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia sangat bahagia. Ia merasa ini semua adalah karena kasih sayang Allah Swt. Dalam sujudnya ia meminta kepada Allah agar diberi tam-bahan kekuatan untuk belajar dan diberi tambahan ilmu yang bermanfaat. Ia menguatkan azzam untuk lulus tahun itu juga. Tinggal satu mata kuliah, Tafsir Tahlili. Dan ia akan mempelajarinya dengan penuh konsentrasi. Selesai ujian ia akan fokus mencari dana untuk pulang. Hatinya tiba-tiba riang dan bahagianya membuncah-buncah. Dengan penuh penghayatan ia berdoa, "Ya Allah kabulkan harapanku untuk lulus dan pulang tahun ini. " Malam itu Azzam tidur dengan penuh kedamaian. Ia bermimpi dirinya telah berada di Indonesia makan pagi bersama ibu dan adikadiknya. lbunya membuat bubur dengan sambel tumpang yang sangat sedap. Sementara Husna mem buat bakwan dan mendoan. Lia membuat teh tu bruk kesukaannya. Dan Sarah bercerita tentang pengalaman indahnya selama berada di Pesantren Al-Quran. Pagi itu ia makan bubur buatan ibunya dengan sangat lahap. Ibunya memperhatikan dengan kedua mata bersinar-sinar bahagia. "Iyo Le. mangano sing akeh. Ben awakmu seger. Trus ndang cepet kawin."62 Kata ibunya yang disambut tawa riang adikadiknya. Azzam lalu ikut juga tertawa. Rasanya sangat bahagia. "Kawin sama siapa tho Bu." Sahut Azzam. "Ya sama mahasiswi Indonesia yang cantik-cantik itu tho. Apa kau kira ibu tidak tahu. Ada Cut Mala, ada Laila, Masyithah, ada Cut Rika, ada Hilda, ada Erna, dan ada Anna. Kau 62 Iya, Nak, makanlah yang banyak. Biar badanmu segar. Terus segera menikah. 261 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tinggal pilih salah satu dari mereka." Jawab ibunya, menyebut nama-nama mahasiswi Indonesia di Cairo yang ia ketahui. Ia tidak mengerti dari mana ibunya tahu nama-nama itu. "Kok ibu tahu nama mereka?" Tanyanya heran. "Lho kamu ini bagaimana tho, kan mereka semua kemarin ke sini menemui ibu. Mereka menginap di pesantrennya Anna. Dan sebentar lagi mereka mau datang ke sini?" "Datang ke sini? Ke rumah kita ini?" "Iya. Kamu itu bagaimana tho. Katanya kamu ingin ketemu mereka. Kamu ingin menunjukkan gadis yang kamu pilih pada ibu dan adik-adikmu." Azzam sama sekali tidak bisa mengerti dengan apa yang didengarnya. Bagaimana mungkin mahasiswi mahasiswi itu bisa datang ke rumahnya. Kapan mereka pulang dari Mesir. Belum hilang keheranannya. Tiba-tiba ada suara memberi salam sambil mengetuk pintu. Itu suara Cut Mala, ia hafal betul dengan suara itu. "Lha itu mereka datang!" Seru ibunya dengan wajah bahagia. Ketiga adiknya juga menampakkan wajah sangat bahagia. Ia masuk terpaku di tempatnya. Sementara ibu dan adik-adiknya bergegas ke ruang tamu. Sayup-sayup ia mendengar ibunya menanyakan kabar pada mereka. Tak lama kemudian, Husna, adiknya memintanya untuk ke ruang tamu. Ia berjalan dengan kaki gemetar. Ia masuk ke ruang tamu dengan menundukkan kepala. Ia lalu duduk di samping ibunya. Pelan-pelan ia mengangkat kepala-nya. Di depannya duduk tujuh orang gadis dengan pesona masing-masing. Ya ada Cut Mala, Erna, Masyithah, Cut Rika, Hilda, Laila dan seseorang memakai cadar. Ia tidak tahu siapa dia. Ibunya berkata, "Yang pakai cadar ini namanya Anna. Anna Althafunnisa." "Anna Althafunnisa?" Kagetnya. 262 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Perempuan bercadar itu mengangguk. Ia semakin penasaran dan bingung. Selama ini ia hanya mendengar berita kecantikan Anna Althafunnisa, tapi tidak pernah tahu seperti apa. Dan saat itu, ketika Anna ada di hadapannya pun masih juga menyembunyikan wajahnya. Dan ia bingung, kenapa Anna Althafunnisa ikut datang, bukankah ia telah d ilamar Furqan? Terus Cut Mala, kenapa juga ikut datang. Bukankah Cut Mala seharusnya telah dikhitbah Hafez, teman satu rumahnya. "Apakah kau ingin aku membuka cadarku? Agar kau bisa melihat wajahku?" Kata Anna seolah tahu rasa penasarannya. Dengan suara bergetar ia menjawab, "I...iya." "Baiklah." Perlahan Anna menyingkap cadar penutup wajahnya. Baru seperempat yang disingkap, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya melayang. Wajah itu bercahaya. Anna tidak langsung me-nyingkap semua. Anna menahan sesaat. Lalu kembali meng-gerakkan tangannya untuk menyingkap. Tiba-tiba.... Kriing... kriing... kriiing... Jam bekernya berbunyi keras sekali. Ia terkesiap bangun. Ia sangat kecewa, itu semua hanya mimpi belaka. Lebih kecewa lagi, ia belum sepenuhnya melihat wajah Anna Althafunnisa. "Yah hanya mimpi." Lirihnya pada diri sendiri. Ia lalu berpikir, mana mungkin ia bisa memiIih salah satu dari tujuh mahasiswi Cairo itu. Mana mungkin mereka datang ke rumahnya. Mana mungkin mereka mau menjadi pendamping hidup penjual tempe seperti dirinya. "Ah mimpi itu ada-ada saja." Tiba-tiba ia tersenyum sendiri. Ia bersyukur masih bisa memimpikan hal yang indah. Ia ber-syukur doanya minta bertemu dengan ibunya dalam mimpi benar-benar terkabul. Tiba-tiba ia berpikir: "Bisa jadi kalau aku berdoa, meminta dijodohkan dengan salah satu dari 263 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tujuh gadis dalam mimpiku itu juga akan terkabul. Apa salahnya berdoa?" Ia tersenyum. Saatnya Tahajud dan bermunajat pada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji 63 63 QS. Al Israa'(Memperjalankan di Malam Hari) [17]: 79 264 Ilyas Mak’s eBooks Collection
20 BINTANG YANG BERSINAR TERANG Anna baru saja pulang dari Khan Khalili. Ia membeli Papyrus, kaos, celak, siwak, gantungan kunci khas Cairo, dan minyak wangi. Ia tidak membeli banyak oleh-oleh untuk pulang, terutama makanan. Sebab ia masih akan mampir di Kuala Lumpur beberapa hari. Ia bisa membeli tambahan oleh-oleh di Kuala Lumpur nanti. "Wah jadi pulang nih Kak." Sapa Zahraza begitu Anna mele-takkan barang belanjaannya di atas meja ruang tamu. "Insya Allah." Jawab Anna pelan sambil mengusap peluh di wajahnya. Hari ini lebih panas dari biasanya. Dan Anna naik taksi yang AC-nya sedang rusak.
Habiburrahman El Shirazy "Belanja sendirian Kak?" "Tidaklah Zah. Tadi aku pergi bertiga. Aku ditemani Cut Mala dan Erna. Cut Mala turun di Rab'ah sedangkan Erna itu masih di bawah. Ada penjual buah keliling. Ia ingin beli buah." "Cut Mala itu yang mana sih Kak. Aku sering dengar namanya tapi kok belum pernah ketemu orangnya." "Cut Mala, anak Aceh yang kemarin jayyid jiddan itu lho. Anaknya cantik dan ramah. Ia sering nulis di buletin Citra. Kalau mau kenalan nanti sore jam empat dia mau datang ke rumah ini. Dia mau tanya tentang beberapa masalah Ushul Fiqh." "Wah kebetulan. Awak penasaran banget dengan yang namanya Cut Mala Kak. Dia katanya pernah diminta membaca Al-Quran oleh teman-teman mahasiswi di rumah Negeri Kedah. Suaranya katanya sangat indah. Ia jadi pembicaraan. Sayang awak tak hadir saat itu." "Iya dia memang pernah menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran se-Aceh." "Oh ya, Wan Aina mana Zah?" "Dia baru saja tidur. Dua puluh menit yang lalu. Baru pulang dari rapat panitia seminar." "Seminarnya jadi positif hari Ahad?" "Insya Allah positif, Profesor Razlina Afif, Guru Besar Sejarah Islam dari Universiti Malaya bahkan sudah tiba di Cairo. Profesor Sherly Lombard, Pakar Sejarah Asia Tenggara dari Birmingham University juga positif bisa datang." "Syukur alhamdulillah kalau begitu." "Tapi ada sedikit masalah?" "Apa itu?" 266 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Seminarnya kan memakai bahasa Inggris, jadi moderatornya harus benar-benar yang bisa berbahasa Inggris. Renca na panitia yang menjadi moderator adalah Wan Faiza Wan Nuh, yang sedang menempuh master di Cairo University . Wan Faiza tiba-tiba mengundurkan diri karena ia harus ke Damaskus untuk suatu urusan yang katanya sangat penting. Sampai sekarang panitia belum menemukan moderator yang tepat." "Lha Wan Aina kan bahasa Inggrisnya bagus." "Dia bilang tidak berani." "Masak tidak berani?" "Dia sendiri yang bilang begitu," kata Zahraza meyakinkan. "Benar Kak Anna, saya tidak berani menghadapi audiens yang begitu banyak," tiba-tiba Wan Aina menjawab dari pintu kamarnya. "Tapi panitia, atas usulan saya sudah menemukan moderator yang tepat insya Allah," lanjut Wan Aina. "Siapa Wan?" tanya Zahraza. "Kak Anna Althafunnisa." "Apa? Aku? Kau jangan bercanda Wan !?" Anna kaget. "Aku tidak bercanda Kak Anna. Aku serius. Dan aku diamanahi panitia untuk membereskan masalah ini. Dengan sepenuh harap aku minta Kak Anna mau menjadi moderator untuk acara seminar besok." "Kau jangan main-main Wan, bahasa Inggrisku jelek" "Kak Anna selalu merendah. Saya sudah lama hidup dengan Kak Anna, sudah lama mengenal Kak Anna. Hanya kakak yang menurut saya paling tepat untuk memoderatori seminar besok. Kakak pernah ikut pertukaran pelajar ke Wales 267 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy selama satu tahun sebelum kuliah di Al Azhar. Bahasa kakak halus khas Wales," kata Wan Aina meyakinkan Anna. "Tapi rasanya susah Wan. Segala sesuatu perlu persiapan. Aku tak ada persiapan sama sekali untuk tema seminar ini Wan. Aku bisa seperti badut nanti." "Jangan kuatir Kak. Dalam satu jam ke depan, saya akan kasih Kakak print out makalah yang akan disampaikan oleh Profesor Razlina Afif dan Profesor Sherly Lombard. Juga makalah yang ditulis Prof. Dr.Nadia Hashem dari Cairo University . Dengan modal tiga makalah itu paling tidak Kakak punya persiapan yang cukup ditambah beberapa literatur yang nanti akan saya usahakan segera ada di meja belajar Kakak. Bagaimana Kak?" Anna diam tak menjawab. "Ingat Kak, kita harus saling tolong menolong dalam kebaik-an. Tolonglah panitia Kak!" desak Wan Aina. Anna sama sekali tidak bisa mengelak, akhirnya ia menjawab, "Baiklah akan aku coba semampuku." "Terima kasih Kak." Seperti yang dijanjikan Anna pada Zahraza, jam empat tepat Cut Mala tiba di rumah itu. Zahraza sangat senang berkenalan dengan gadis dari Aceh yang rendah hati itu. "Saya pernah sekali ke Banda Aceh. Saya sempat tengok Masjid Baiturrahman. Rumah kamu jauh tak dari Masjid Baiturrahman?" tanya Zahraza pada Cut Mala "Kalau rumah saya dari Masjid Baiturrahman jauh sekali. Saya tinggal di Pidie. Kalau tempat kelahiran saya cukup dekat dengan Masjid Baiturrahman. Masih satu kota. Saya lahir di Ulee Kareng, Banda Aceh," jelas Cut Mala. 268 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Zahraza yang memang suka ngobrol mengajak Cut Mala berbicara ke mana-mana. Obrolan mereka berhenti ketika Anna mengajak Cut Mala masuk ke kamarnya. Cut Mala sangat hormat dan kagum pada gadis yang judul tesisnya sudah diterima itu. Ia sendiri bercita-cita bisa mengikuti jejak Anna Althafunnisa. Cut Mala membawa diktat kuliahnya. Segala yang musykil baginya ia tanyakan dengan tanpa rasa malu pada Anna. Anna menjawab sejelas jelasnya dengan penuh kesabaran. "KakAnna, maksud kaidah ini apa?" tanya Cut Mala. "Coba baca apa kaidahnya!" pinta Anna. "Kaidahnya begini Kak: Al Itsar bil qurbi makruuhun wa fi ghairiha mahbuubun! Di sini tidak ada penjelasan dan contohnya sama sekali Kak. Saya belum benar-benar paham." Anna langsung menjawab dengan tenang, "Kaidah itu artinya, itsar, mengutamakan orang lain, dalam hal mendekatkan diri kepada Allah, atau mengutamakan orang lain dalam beribadah, itu hukumnya makruh. Adapun mengutamakan orang lain pada selain ibadah itu dianjurkan. Dalam ibadah yang dianjurkan dan disunahkan adalah berlomba-lomba mendapatkan yang paling afdal. Mendapatkan pahala yang paling banyak. Maka mengutamakan orang lain sangat tidak dianjurkan alias makruh. "Contohnya, jika seseorang memiliki air yang hanya cukup buat berwudhu untuk dirinya saja, maka ia tidak boleh memberikan air itu pada orang lain, agar orang lain bisa berwudhu sementara ia tayammum. Yang disunahkan adalah dia menggunakan air itu untuk berwudhu biarkan orang lain tayammun. Kecuali jika ada orang lain yang membutuhkan untuk minum karena kehausan, maka ia sebaiknya memberikan air itu padanya dan ia bisa bersuci dengan tayammum. 269 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Contoh lain, jika seorang Muslimah memiliki satu mukena. Lalu datang waktu shalat. Ia tidak diperbolehkan mempersilakan orang lain shalat dulu menggunakan mukenanya dan ia menunggu setelah orang-orang selesai menggunakan mukenanya. Yang benar adalah ia harus segera shalat sebelum yang lain. Ia harus mengutamakan dirinya. Sebab shalat di awal waktu itu lebih baik. Baru setelah ia shalat ia bisa meminjamkan pada orang lain. Dalam ibadah sekali lagi dimakruhkan mengutamakan orang lain. Begitu maksud kaidah itu Dik. Kau bisa menganalogikan dengan yang lain." Cut Mala tampak puas mendengar jawaban itu. Tiba-tiba ia terpikir sesuatu yang menarik untuk ia tanyakan, "Maaf Kak saya mau tanya. Kalau misalnya. Sekali lagi ini misalnya lho Kak. Misalnya ada seorang gadis Muslimah, dilamar oleh seorang pemuda yang sangat baik. Baik agamanya, akhlaknya, prestasinya, juga wajahnya. Lalu ia mengalah, mengutamakan saudarinya yang menurutnya lebih baik darinya dan lebih pantas menikah dengan pemuda Muslim tadi. Apa ini termasuk makruh Kak?" Anna menatap kedua mata Mala. Sebuah pertanyaan yang membuatnya tersenyum sekaligus kagum akan kreativitas gadis dari Aceh ini. Bukankah pertanyaan yang baik adalah separo dari ilmu? "Menurutmu menikah itu ibadah nggak Dik?" tanya Anna. "Ibadah Kak. Bukankah menikah itu menyempurnakan separo agama?" "Jadi jelas kan jawabannya. Aku pribadi kalau menemukan pemuda yang baik, yang menurutku sungguh baik dan ada yang menjodohkan aku dengannya ya aku akan mengutamakan diriku dulu. Tidak akan aku tawarkan pada akhwat lain. Menikah kan ibadah. Cepat-cepat menikah kan juga bagian 270 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dari berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau aku itsar, mengutamakan akhwat lain, berarti aku akan kalah cepat. A khwat itu akan menikah duluan, dapat jodoh duluan dan aku belum. Jadi tertunda. Dan, tambah lagi belum tentu aku akan dapat jodoh yang lebihbaik dari itu. Meskipun jodoh ada yang mengatu rnya yaitu Allah. Tapi kita kan harus ikhtiar. Di antara bentuk ikhtiar, ya, ketika menemukan yang baik tidak usah mengutamakan orang lain. " Cut Mala merasa mendapatkan wawasan baru belajar pada Anna. Cut Mala terus bertanya dan bertanya. Kurang lebih satu jam setengah Cut Mala berada di kamar Anna. Menjelang Maghrib ia minta diri. Zahraza mengingatkan agar datang ke seminar. "Jangan lupa datang dan ajak teman-teman satu rumahmu ya. Besok moderatornya Kak Anna," ucap Zahraza. "Insya Allah," jawab Cut Mala lirih. *** Hari yang dinanti oleh mahasiswa Asia Tenggara tiba. Semi-nar sehari membahas sejarah ulama perempuan di Asia Tenggara digelar juga. Peserta membludak. Di antara daya tarik-nya, selain nara sumbernya adalah tiga profesor dari univer-sitas terkenal di dunia, juga lantaran dimeriahkan oleh Group Nasyid terkemuka dari Malaysia. Auditorium Shalah Kamil Al Azhar University penuh sesak. Peserta yang hadir di luar prediksi panitia. Karena sudah mendekati ujian panitia mentargetkan enam puluh persen kursi ruangan Shalah Kamil terisi sudah bagus. Beberapa mahasiswa yang tidak bisa masuk ruangan sempat protes. Tapi panitia bisa menenangkan keadaan. Seminar itu berjalan sangat hidup. Anna Althafunnisa jadi bintang yang bersinar cemerlang. Bahasa Inggrisnya yang khas Wales serta pengetahuannya yang luas, ditambah 271 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy guyonan-guyonan segarnya benar-benar menghidupkan suasana. Hadirin selalu berdecak kagum dan tersihir oleh kepiawaian mahasiswi dari Indonesia yang selama ini tidak banyak dikenal itu. "Uedan, moderatornya siapa itu Cak? Cuantik, pinter dan bahasa Inggrisnya fasih buetul! Anake sopo yo kae?"64 Seorang mahasiswa dari Surabaya berkomentar pada temannya. Sejak saat itu Anna menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa Asia Tenggara. Cut Mala yang menjadi staf redaksi buletin Citra, bersiap menulis profil orang yang dikaguminya itu. Cut Mala, tiba-tiba merasakan bahwa prestasinya selama ini tak ada artinya apa-apa dibanding dengan yang telah diraih Anna Althafunnisa. Ia merasa harus banyak bela jar pada perempuan yang begitu sabar menjelaskan kaidahkaidah fikih padanya. Di pojok auditorium itu seorang pemuda memandangi Anna dengan hati harap-harap cemas. Ia menaruh harapan besar bisa menyunting moderator yang sangat cemerlang itu. Namun kejadian di hotel membuatnya sangat cemas bisa menggagalkan harapannya. Pemuda itu adalah Furqan yang telah melamar Anna lewat Ustadz Mujab. Furqan sama sekali tidak mengira kalau moderator pada hari itu adalah Anna. Hari itu ia benarbenar tersihir oleh pesona gadis yang telah dipinangnya, tapi belum juga memberi jawaban iya atau tidak. Furqan merasa jika ia gagal meminang sang bintang itu, ia benar-benar menderita kerugian yang tiada terkira besarnya. Sementara di sisi lain, seorang pemuda agak kurus memperhatikan pesona Anna dengan m berkaca-kaca. Dalam ata 64 Anaknya siapa ya dia itu? 272 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dada pemuda itu membuncah perasaan cemburu, kaget, bahagia juga sedih. Cemburu karena ia pernah mencoba untuk melamar gadis yang sedang menjadi pusat perhatian. Bahagia karena pada akhirnya ia bisa mengetahui wajah gadis yang pernah ia lamar itu dengan jelas. Bahkan menyaksikan sendiri kepiawaian dan kecerdasan gadis itu. Memang bukan sembarang gadis. Dan kaget karena gadis itu adalah gadis yang pernah ia tolong bersama kawannya untuk ikut taksinya saat pulang belanja dari Pasar Sayyeda Zaenab. Ia pernah berbincangbincang dan pernah berada dalam jarak yang sangat dekat dengan gadis itu. Ia sangat menyesal bahwa ia tidak berterus terang mem-berikan nama aslinya pada gadis itu. Pemuda itu adalah Khairul Azzam yang begitu mendengar a seminar dengan moderator Anna Althafunnisa, ia da langsung datang untuk menghilangkan penasarannya. Dalam hati pemuda itu berkata, "Alangkah bahagianya Furqan, jika ia benar-benar bisa menyunting Anna. Semoga kebaikan selalu menyertai kalian." Pemuda itu mengusap matanya yang basah. Hanya basah.Tak sampai ada airmata yang tumpah. Anna menunaikan tugasnya dengan baik. Ia tampil biasa saja. Tidak ada yang ia buat-buat. Mengalir alamiah. Selesai seminar pikirannya cuma satu: besok terbang ke Malaysia bersama WanAina untuk melakukan penelitian tesisnya. Ia sama sekali tidak sadar kalau ia telah menyihir banyak orang dan telang menjadi seorang bintang. Bintang di kalangan mahasiswa Asia Tenggara di Mesir. 273 Ilyas Mak’s eBooks Collection
21 RATAPAN HATI Pada saat Furqan menghadapi sidang munaqasah tesisnya, Anna terbang meninggalkan Cairo. Furqan kecewa ketika ia tahu Anna tidak menghadiri sidang munaqasah tesisnya. Para penguji yang terdiri atas tiga guru besar dari dalam dan satu guru besar dari luar universitas memberi nilai mumtaz atau summa cumlaude pada Furqan. Puluhan mahasiswa Indonesia yang menghadiri sidang munaqasah itu meneriakkan takbir. Furqan menangis haru. Ia berdiri memeluk satu per satu guru besar yang mengujinya. Di antara guru besar itu adalah Prof. Dr. Sa'duddin, orang yang oleh Sara diaku sebagai ayahnya, tapi Furqan meragukannya. Ketika memeluk Prof. Dr. Farhat Shahin, yang tak
Ketika Cinta Bertasbih Buku I lain adalah pembimbing utamanya ia menangis terisakisak sambil mengucapkan terima kasih tiada terhingga. Selesai acara munaqasah Furqan didekati Prof.Dr. Sa'duddin. "Maaf, Anakku, di Indonesia kau tinggal di mana?" tanya Profesor Sa'duddin. "Di Jakarta, Profesor. Ada yang bisa saya bantu? Kelihatannya agak penting." Jawab Furqan. "Saya sebenarnya ingin banyak menggali informasi tentang kondisi sosial dan budaya Jakarta. Beberapa hari yang lalu saya minta putri saya, Sara, untuk mengundangmu makan malam. Tapi mungkin kamu sedang tidak ada waktu." "Jadi Sara itu benar putri profesor?" "Iya.Benar. Ia suka sekali dengan orang-orang Indonesia. Katanya ramah-ramah. Ia pernah ke Jakarta dan Malang. Ia sangat terkesan." Furqan baru tahu bahwa sikapnya yang meragukan Sara sebagai putri penulis terkenal itu sama sekali tidak bisa dibenarkan. "Maafkan saya,saat itu saya tidak bisa menerima undangan profesor. Tapi, insya Allah, saya siap membantu profe-sor sebatas kemampuan saya." "Terima kasih sebelumnya. Nanti kapan-kapan saya akan menghubungimu. Kau ada kartu nama?" Furqan meraba sesuatu di saku celananya. Ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu namanya. "Ini profesor. Sekali lagi maafkan saya. Salam buat Sara, juga sampaikan beribu-ribu maaf saya padanya. " 275 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Sudahlah kau tidak melakukan kesalahan apapun pada kami. Tak ada yang harus dimaafkan. Oh ya saya perlu banyak informasi mengenai Indonesia dan Jakarta karena saya akan dikirim untuk bertugas di Kedutaan Republik Arab Mesir di Jakarta." "Benarkah?" "Iya. Insya Allah saya berangkat ke Indonesia bulan depan." "Wah, saya senang mendengarnya. Selamat datang di Indonesia profesor. Semoga nanti betah di sana dan bisa menunaikan tugas dengan baik. Sara ikut?" "Tentu. Dia yang paling senang mendengar kabar ini. " "Yah sekali lagi ahlan wa sahlan di Indonesia. Jika ada yang bisa saya bantu akan saya bantu, insya Allah," jawab Furqan dengan hati gembira. Hari itu Furqan sangat bahagia, sesaat ia melupakan masalahnya. Malam harinya ia mengadakan syukuran di rumahnya. Para mahasiswa yang mengenalnya silih berganti berdatangan mengucapkan selamat kepadanya. Di milist-milist kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo terkirim puluhan tahniah dan ucapan selamat. Azzam yang mendapat kabar Furqan telah menyelesaikan S.2-nya turut larut dalam bahagia. Siang itu ia tidak bisa menghadiri munaqasah, maka malam itu ia menyempatkan datang. Begitu Azzam muncul di rumahnya Furqan langsung merangkulnya dengan hangat. "Alfu mabruk, Akhi. Semoga ilmu yang kau dapat bermanfaat. Maaf tadi siang aku tak bisa datang ke sidang munaqasahmu," ucap Azzam. 276 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Tak apa. Terima kasih malam ini kau datang. Kau masih dengan kesibukan bisnismu ya?" tanya Furqan. "Iya. Doakan tahun ini aku lulus, aku merencanakan pulang," jawab Azzam santai. "Apa kita pulang satu pesawat, sebagaimana dulu kita berangkat ke sini satu pesawat hehehe...?" gurau Furqan. "Boleh, kalau kau bisa menunggu sampai aku selesai ujian." Nasir yang saat itu juga ada di situ langsung menyahut, "Mas Furqan sudah beli tiket Ka ng. Pekan depan dia pulang." Azzam langsung menukas, "Pasti sudah tidak sabar untuk segera menikah hehehe..." "Lha apa lagi yang ditunggu? Umur sudah cukup. Gelar M.A. sudah diraih. Mobil tinggal pakai. Rumah di Jakarta telah tersedia. Gadis manapun yang dilamar pasti akan menerima dengan kedua tangan terbuka. Kalau tidak segera menikah nanti malah banyak dosa," sahut Nasir. Furqan hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ingatannya langsung terbang ke Indonesia. Ia langsung teringat Anna. Ia semakin kukuh dengan keputusannya untuk pu-lang dan langsung melamar Anna kepada kedua orang tuanya. "Lha kalau Sampeyan kapan rencana nikahnya Kang Azzam?" Nasir gantian bertanya pada Azzam. Azzam sedikit kaget, tapi langsung menjawab dengan gurauan,"Insya Allah nanti kalau sudah punya warung bakso minimal tiga dan dua pabrik tempe di Indonesia. Serta punya mobil Escudo dua. Biar kalau melamar gadis juga tidak ditolak hehehe..." 277 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Semua yang ada di situ langsung tertawa mendengarnya. "Ayo Akh, makan seadanya." Furqan mempersilakan Azzam untuk makan sambil menunjuk ke arah pelbagai jenis makanan yang telah terhidang secara prasmanan. "Wah kayaknya ada Coto Makasar. Boleh juga," seru Azzam. "SilakanAkh, seadanya. Coto Makasarnya itu dibikin oleh teman-teman yang tinggal di sekretariat KKS." 65 Azzam jadi ingat kalau Furqan memang memiliki darah Sulawesi. Meskipun ia lahir dan besar di Jakarta. Ayahnya asli Makasar. Ibunyalah yang asli Betawi. Karena memiliki dua darah itulah, darah Betawi dan Makasar, ia dulu bisa terpilih menjadi Ketua Umum PPMI. Sebab ia mendapat dukungan penuh dari KPJ 66 dan KKS. Tamu yang datang ke rumah Furqan semakin banyak. Beberapa orang dari KBRI juga datang. Semua larut dalam bahagia dan gembira. Setiap kali ada yang selesai S.2 atau S.3 selalu disambut bahagia dan bangga oleh mahasiswa Indonesia. Dengan hadir di acara syukuran itu semangat belajar Azzam kembali membara. Dulu, dirinya dan Furqan satu pesawat. Setengah tahun perta-ma tinggal satu rumah. Dan di tahun pertama ia satusatunya mahasiswa Indonesia yang jayyid jiddan, sementara Furqan naik tingkat dengan predikat hanya maqbul. Namun, kini Furqan sudah meraih gelar masternya. Sementara dirinya S.1 belum juga selesai. Dadanya sebe-narnya membara juga. Lebih membara lagi saat dia ingat gara-gara keterlambatannya meraih gelar akademis ia di-anggap tidak 65 66 Kerukunan Keluarga Sulawesi. Kesatuan Pelajar Jakarta. 278 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I layak melamar Anna. Dan gadis yang kini jadi bintang bersinar itu juga akan disunting oleh Furqan. Namun ia segera sadar, ia harus menata hati. Ia harus sadar bahwa keadaan dirinya dan Furqan sangatlah berbeda. Furqan serba cukup bahkan berlimpah. Sementara dirinya harus memeras keringat dan berdarah-darah. Ia sadar semuanya Allah yang mengatur. Ia berusaha menyejukkan hatinya bahwa prestasi tidak hanya terbatas pada meraih gelar akademis formal. Ia bisa bertahan hidup mandiri sekian tahun di Cairo apakah bukan suatu prestasi? Ia teringat surat dari adiknya. Husna telah sarjana, bahkan telah menyelesaikan program profesinya sebagai psikolog. Lia telah menyelesaikan PGSV-nya dan telah mengajar. Hatinya terhibur dan terasa sejuk. "Orang bisa memiliki prestasinya masing-masing," katanya pada dirinya sendiri. Dan tentang jodoh. Allahlah yang mengatur. Di muka bumi ini perempuan salehah tidak hanya satu. Tidak hanya Anna. Jutaan perempuan salehah tersebar di muka bumi ini. Kenapa harus kecil hati. Kalau Anna memang jodohnya Furqan, dan Allah yang mengaturnya, kenapa ia harus tidak rela. Kenapa ia tidak yakin bahwa Allah akan menyediakan jodoh yang terbaik untuknya, yang lebih dari Anna Althafunnisa? Yang jelas, dengan bersilaturrahmi ke rumah Furqan ia mendapatkan satu manfaat yang cukup besar, yaitu munculnya kembali idealismenya yang sudah lama terkubur. Tahun ini ia ingin selesai S.1 dari Al Azhar dengan predikat jayyid. Langsung pulang ke Tanah Air. L angsung bekerja, wirausaha, paling tidak ia bisa membuat warung bakso di Kartasura. Jika ada waktu ia akan langsung melanjutkan S.2. Tidak harus muluk-muluk. Bisa S.2 di Solo, Semarang atau Jogja. Menikah. 279 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Lalu membuat rencana-rencana bersama isterinya untuk masa depan ke-luarganya. Ia mentargetkan minimal ia berpendidikan S.2. Tapi ia memiliki satu obsesi, yaitu harus kaya! Ia sudah terlanjur dikenal sebagai businessman di Cairo, tidak dikenal seba-gai aktivis kelompok studi, maka sekalian ia tak mau kepalang tanggung, ia harus jadi businessman yang disegani di Indonesia nanti. Biarlah teman temannya nanti ada yang menjadi guru besar, pemikir besar, kiai besar, mubaligh besar, sementara ia ingin menjadi konglomerat besar. Itulah obsesinya yang muncul saat itu. Jika jadi konglomerat besar ia bisa berjihad di jalan Allah dengan hartanya seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Dan ia akan tetap berusaha mengamalkan ilmu yang didapatkan selama belajar di Mesir sebisa mungkin. Ia jadi ingat Imam Abu Hanifah. Bukankah Imam Abu Ha -nifah adalah seorang imam yang juga seorang kong-lomerat terkemuka di jamannya? *** Sementara di Mutsallats, Fadhil didera oleh rasa penyesalan mendalam atas sarannya kepada Tiara. Apalagi setelah tahu bahwa Tiara sebenarnya sangat mengharapkannya. Ia merasa, sebenarnya ia bisa meralat perkataannya secepatnya. Namun rasa tinggi hatinyalah yang mencegahnya. Ia berteduh di bawah alasan seorang lelaki tidak akan mencabut apa yang telah dikatakannya. Kini kata hatinya tidak bisa diingkarinya. Ia sebenarnya juga mengharapkan hal yang sama dari Tiara. Ia merasa telah melakukan satu kesalahan tak termaafkan dengan menegaskan agar Tiara tidak menolak lamaran Zulkifli. Ia menyesal, tapi tak berdaya. Sebenarnya, yang lebih bijak menurutnya, setelah ia tahu Tiara mencintainya, adalah memberikan kebebasan kepada Tiara untuk memberikan pilihannya. Ia tetap memberikan 280 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I kesaksian yang adil tentang kredibilitas Zulkifli, temannya di pesantren dulu. Namun ia juga memberikan ruang yang terbuka kepada dirinya sendiri untuk dipilih oleh orang yang mencintainya. Tadi sore Cut Mala, adiknya, menelpon dirinya bahwa Tiara sudah menerima lamaran Zulkifli. Pernikahan akan diselenggarakan setelah ujian. Ayah Tiara, Zulkifli dan ayah ibunya akan datang ke Cairo. Pernikahan akan dia-dakan di Cairo. Dan seluruh anggota KMA nanti pasti akan diminta untuk membantu mengurus segalanya. Fadhil terbakar oleh rasa penyesalannya. Ia adalah koordinator sekaligus vokal grup nasyid Nanggroe Voice yang menjadi kebanggaan warga KMA di Cairo. Pastilah ia nanti akan diminta menjadi penghibur dalam pesta walimah Tiara dan Zulkifli. Hatinya terasa perih. Ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia mampu menghadapi hal itu. Batinnya pilu. Ya. Di dadanya, beriburibu genderang kepiluan mengalun bertalu -talu. Fadhil mondarmandir sendirian di kamarnya. Sejak pulang dari rumah sakit ia tidak pergi ke mana-mana kecuali ke masjid yang tak jauh dari apartemennya. Segala perkembangan yang terjadi di dunia luar ia ikuti dari cerita temantemannya. Ia kelihatan tenang, tak ada yang tahu kalau dia sedang didera pilu tiada tara. Adiknya pun tak tahu kalau ia sejatinya sedang membutuhkan pelipur lara. Cinta yang tak berlabuh di tempatnya, sungguh menyiksa. Fadhil menatap diktat-diktat kuliahnya dengan pandangan hampa. Tak ada semangat membara untuk mengu-nyahnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak ada target yang melecut seperti biasanya. Beberapa kali ia mengutuk dirinya sendiri, betapa dungu akal pikirannya. Terkadang muncul rasa berdaya, rasa bisa mengatasi segala, rasa untuk tidak mundur dari apa yang telah diputuskannya. 281 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Namun rasa menyesal datang bagai badai yang membuatnya terpelanting tiada berdaya. Lebih dari itu, ia juga didera rasa berdosa, "Pastilah Tiara merasakan sakit yang lebih dari yang aku rasa. Pastilah ia merasakan kekecewaan tiada terkira!" Ia meratap sendiri. Ia berharap andai waktu bisa diputar ke belakang beberapa hari saja. Ia akan melamar Tiara sebelum gadis itu mengabar-kan dilamar oleh orang lain. Andai saja... Tiba-tiba ia ingat beberapa tahun yang lalu sebelum ia berangkat ke Mesir. Setelah lulus dari pesantren, ia ditu gaskan untuk mengabdi di Pesantren Daarul Hikmah, Meulaboh. Ia mengajar hanya setengah tahun. Mengajar di kelas dua Madrasah Aliyah. Di kelas itulah ia menemukan murid perem puan yang cerdas dengan wajah biasa saja, tapi memiliki pesona yang kuat. Murid itu adalah Tiara. Setelah itu ia pergi ke Mesir. Tak disangka ternyata Tiara menyusulnya kuliah di Cairo. Dialah yang dulu ke sana kemari mengurus administrasi Tiara masuk Al Azhar University. Dia pula yang menca rikan rumah. Dia pula yang mempertemukan Tiara dengan Madam Zubaida pemilik flat mewah di Masakin itu. Sehingga akhirnya Tiara dan teman-temannya pin-dah ke flat itu sampai sekarang. Dia pula yang mengusa-hakan Tiara bisa mendapat beasiswa. Dan tatkala Cut Mala datang, ia titipkan adiknya itu pada Tiara. Selama ini ia bersikap wajar dan biasa. Ia tidak mengisyaratkan rasa simpatik dan tertariknya pada Tiara. Apalagi isyarat cinta. Namun sungguh, ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa sejak mengajar di pesantren dulu, ia sudah menaruh hormat, bangga dan juga cinta pada mahasiswi Al Azhar yang memiliki lesung pipi kalau tersenyum itu. Ia mengenang sejuta ke-nangan dengan hati tak tenang. Amboi... 282 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Mengingat itu semua jiwanya seperti terbakar. Api penyesalan, api kecemburuan, api cinta tak kesampaian, api pem bodohan atas keputusan diri sendiri yang tak berpenghabisan, semuanya menyatu jadi satu, mem bumbung ke awan biru. "Astaghfirullaaah!!" Fadhil menjerit dan meninjukan tangannya ke tembok kamarnya. Ia merasa hatinya seakan mau pecah dan hancur. Ia lalu duduk perlahan, sejurus kemudian menelentangkan tubuhnya di atas karpet. Air matanya bercucuran. Wajah Tiara berkelebatan di pikiran. Setiap kali datang berkelebat, seolah menancapkan satu duri di hati. Terasa perih dan nyeri. Telpon di ruang tamu berdering-dering. Ia berdiri pelan-pelan. Begitu ia angkat, telpon itu mati. Ia menghela nafas dalam-dalam. Ia letakkan gagang telpon itu kembali. Telpon berdering lagi. Ia angkat, "Ya." "Assalamu'alaikum, ini Mala Kak." "Ada apa Dik?" "Ingin memastikan saja, kalau kakak baik-baik saja." "Ya kakak baik-baik saja kok Dik." "Sudah dibaca semua muqarrar-nya Kak?" "Ada yang sudah, ada yang belum. Kamu sendiri bagaimana Dik?" "Alhamdulillah semua muqarrar sudah Mala baca. Sekarang mulai meringkas." "Alhamdulillah. Oh ya bagaimana kabar Tiara?" tanya Fadhil sambil kaget pada dirinya sendiri kok tiba tiba menanyakan kabar Tiara. Hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan. Biasanya adiknya yang tanpa dia minta bercerita. 283 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Seperti yang kakak tahu, Kak Tiara sudah menerima lamaran Ustadz Zulkifli. Namun entah kenapa Kak Tiara sepertinya murung saja Kak. Kayaknya ia kecewa pada Kakak. Mala tahu persis kalau Kak Tiara itu memang sungguhsungguh menaruh hati pada Kakak." Mendengar hal itu, air mata Fadhil meleleh. Satu persatu air matanya jatuh ke lantai. Namun entah kenapa setiap kali berbicara di telpon muncul sifat tinggi hatinya. "Semoga dia bisa menerima kenyataan yang ada. Bukankah Al-Quran menjelaskan tidak semua yang diharap manusia itu akan ia dapat. Insya Allah, Zulkifli akan menjadi yang terbaik baginya." "Iya Kak. Ini dulu ya. Jangan lupa jaga kesehatan ya Kak. Assalamu'alaikum." "Wa 'alaikum salam wa rahmatullah." Fadhil meletakkan gagang telpon. Telinganya masih penuh dengan kata -kata adiknya tentang Tiara: "Namun entah kenapa Kak Tiara sepertinya murung saja Kak. Kayaknya ia kecewa pada Kakak. Mala tahu persis kalau Kak Tiara itu memang sungguh-sungguh menaruh hati pada Kakak." "Astaghfirullah, aku telah menyakiti orang lain dan menyakiti diriku sendiri. Rabbana zhalamna anfusana wa in lan taghfir lana wa tarhamna lanakuunanna minal khasi-riin." Ratap Fadhil dalam hati. 284 Ilyas Mak’s eBooks Collection
22 RASA OPTIMIS Pagi itu Furqan itikaf di masjid. Sejak Subuh ia masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia duduk bersila mem baca Sirah Nabawiyah sambil menunggu waktu Dhuha tiba. Ia menunggu sampai matahari benar-benar terasa hangatnya. Sejak peristiwa di hotel itu dan ia menyadari kekhilafannya, ia semakin banyak mendekatkan diri kepada Sang Pencipta manusia dan alam semesta. Setelah meraih gelar masternya ia semakin memperkuat ibadahnya. Seolah ingin menebus kelalaian yang selama ini diperbuatnya. Begitu waktu Dhuha tiba, ia shalat dua belas rakaat. Setelah itu barulah ia meninggalkan masjid menuju apartemennya. Tak ada siapa-siapa di rumahnya. Dua teman-nya, Abduh dan Maftuh telah pergi entah ke mana. Ia langsung mandi.
Habiburrahman El Shirazy Berkemas. Menyalakan mobilnya dan pergi. Tujuannya perta ma tama adalah sarapan di Wisma Nusantara. Baru setelah itu ia mau ke Abbasea. Ke kantor Kolonel Fuad. Tadi malam sebelum tidur ia dibel kolonel itu bahwa penjahat yang menamakan dirinya Miss Italiana telah ditangkap. Pukul sepuluh lebih enam belas menit Furqan sampai di Abbasea. Kolonel Fuad menyambutnya dengan senyum mengembang. "Aku tepati janjiku. Aku bilang paling lama satu minggu untuk menangkap penjahat yang berbuat kurang ajar padamu itu. Kemarin sore, saat ia tertangkap genap satu minggu dari hari kita membuat kesepakatan. Ia sekarang meringkuk di dalam sel." Tanpa ditanya Kolonel Fuad menjelaskan keberhasilannya panjang lebar. "Di mana kalian menangkapnya?" "Di Port Said.Ia hendak berlayar ke Yunani. Penjahat itu kami tangkap tadi sore.Begitu tertangkap langsung kami larikan ke Cairo. Begitu sampai di sini, aku langsung kontak kamu." "Apa dia orang Yunani?" "Bukan. Dari data yang kami kumpulkan, dia ternyata orang Israel." "Orang Israel?" tanya Furqan kaget. "Ya. Dia orang Israel. Tapi ia memiliki lima paspor. Yaitu Spanyol, Italia, Amerika, Israel, dan Rusia. Dia masuk Mesir menggunakan paspor Spanyol. Dia berangkat dari Madrid. Setelah beroperasi di Mesir selama tiga bulan, dia hendak lari ke Yunani." "Apa yang dia kerjakan selama di Mesir?" "Banyak. Yang jelas, ia mata -mata Mosad." 286 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Mata -mata Mosad?!" Furqan kaget bukan main. "Ya, benar." "Bagaimana mungkin kalian bisa kecolongan?" "Penjahat itu selalu lebih pintar satu langkah dari polisi. Tapi alhamdulillah, akhirnya toh dia tertangkap. Kau ingin melihatnya?" "Boleh." Furqan diajak ke ruang tahanan. Di sana ia melihat seorang perempuan berambut pirang memakai celana jeans dan blues hitam. Perempuan itu memang persis seperti yang ada dalam foto memalukan itu. Dengan bahasa Inggris seadanya dan dengan nada geram Furqan bertanya, "Hei, why you do it to me!?" Perempuan berambut pirang itu malah tertawa terkekehkekeh. Lalu ia berbicara tidak jelas. Kemudian bernyanyi-nyanyi seperti orang gila. "Apa dia gila?" tanya Furqan pada Kolonel Fuad. Sang Kolonel tersenyum mendengar pertanyaan Furqan. "Dia purapura gila." "Sejak kapan dia pura-pura gila?" "Sejak dia ditangkap. Yang jelas tidak ada orang yang benar-benar gila yang bisa bepergian ke luar negeri dan memiliki lima paspor. Mari aku tunjukkan kelima paspor-nya!" Furqan menurut. Ia dibawa ke ruang penyimpanan barang bukti. "Ini paspor-paspornya." Kata Kolonel Fuad sambil menyerahkan lima paspor yang warnanya berbeda-beda. 287 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan menerima paspor-paspor itu dan melihatnya dengan seksama. "Bagaimana dia bisa mendapatkan paspor-paspor ini?" tanya Furqan lugu. asli'." "Ya tentu saja dari Israel. Paspor-paspor itu palsu tapi asli. " "Maksud Kolonel dengan 'palsu tapi asli' itu bagaimana?" "Paspor itu sesungguhnya palsu. Karena yang mengeluarkan bukan negara asalnya tapi yang mengeluarkan sebenarnya adalah Mosad Israel. Tapi asli, artinya bahkan negara aslinya pun akan mengakui itu asli. Sebab tidak bisa dibedakan dengan yang asli. Jenis kertasnya sama. Semuanya sama. Kau harus tahu, Israel memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat uang di seluruh dunia. Juga memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat paspor di seluruh dunia. Israel juga memiliki teknologi untuk membuat uang dan paspor yang sama persis dengan yang ada di seluruh dunia. Inilah rahasia yang berhasil kami kuak. Maka kita harus hati-hati. Dengan membuat uang yang palsu, tapi benar benar tidak bisa dibedakan dengan yang asli Israel bisa merusak ekonomi suatu negara. Krisis ekonomi di Asia Tenggara dalam analisis kami tak bisa dilepaskan dari rekayasa Israel." Kolonel Fuad memberikan penjelasan panjang lebar. Furqan jadi sangat mafhum. Jika untuk membuat paspor di seluruh dunia adalah begitu mudah bagi Mosad Israel, maka untuk sekadar mengetahui identitas dirinya dan membuka kamar hotelnya bukanlah pekerjaan yang susah. "Sekarang tidak ada yang perlu kaukuatirkan. Penjahat yang mengancam kamu sudah tertangkap. Aku telah menunaikan janjiku, sekarang giliran kamu melunasi janjimu," kata Kolonel Fuad tegas. 288 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Baiklah, hari ini juga aku bayar lunas janjiku. Nanti sore aku akan datang lagi kemari membawa uang seribu pound dan menyerahkan mobilku padamu,"jawab Furqan tak kalah tegas. Dengan tertangkapnya Miss Italiana, ia merasa ancaman yang selama ini menghantuinya telah sirna. Ia merasa sangat lega. Seolah kiamat yang selama ini mengancamnya tak jadi datang. "Pukul berapa kau akan datang?" Tanya Kolonel. "Pukul lima sore, insya Allah." "Baik. Aku tunggu. Pukul lima sore di sini." Furqan minta diri. Ia langsung mengendarai mobilnya ke Maydan Husein. Tujuan pertamanya Bank Faisal Al Azhar. Ia hendak mengambil tabungannya. Setelah itu ke Khan Khalili. Ia hendak beli oleh-oleh untuk keluarganya di Indonesia. Beberapa hari lagi ia mau pulang. Di depan Bank Faisal Al Azhar, ia bertemu dengan Azzam yang tampak tergesa-gesa hendak ke kampus. "Oi Zam, oi kau sekarang rajin kuliah ya?" sapanya dengan tersenyum. Dengan tersenyum juga Azzam menjawab, "Lha iya lah. Mumpung masih di Mesir harus rajin kuliah lah." "Lha begitu. Itu baru namanya mahasiswa. Masak bikin bakso terus, apa mau tinggal di Mesir terus?" "Itulah Fur. Doakan aku ya. Tinggal satu mata kuliah saja.Aku ingin lulus tahun ini. Kau saja sudah M.A., masak aku S.1 saja tak kelar-kelar. Sudah ya Fur, aku mau kuliah dulu. Ini mata kuliahnya Doktor Abdul Fattah Asyur. Aku sudah terlambat nih," jawab Azzam sambil melangkah. 289 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ya Waffaqakumullah," 67 tukas Furqan. Azzam melangkah ke arah kampus, sementara Furqan langsung melangkah masuk ke dalam Bank. Sampai di dalam ia mengerutkan keningnya. Orang Mesir penuh. Ia harus antri. Ia berdiri sambil melihat suasana. Ada dua orang Malaysia yang sedang menukarkan uang. Dari dollar ke pound Mesir. Ia tahu kedua anak itu dari Malaysia dari cara berpakaian dan logat bicaranya. Lima belas menit kemudian tiba gilirannya melakukan transaksi. Ia mengambil dua ribu lima ratus pound. Lalu ia mentransfer sisa tabungannya ke rekeningnya yang ada di Indonesia. Ia menutup tabungannya. Dalam pikirannya, jika nanti kembali lagi ke Mesir ia bisa membuka tabungan lagi. Namun jika ternyata karena satu dan lain hal ia tidak kembali atau ia lama di Indonesia, uang tabungannya akan sangat berguna baginya. Setelah itu ia ke Khan Khalili. Ia belanja dengan cepat. Tanpa banyak memilih dan menawar. Ia seperti dikejar-kejar waktu. Ia memang harus cepat. Sebab siang ini juga ia harus ke rumah Ustadz Mujab untuk membicarakan masalah kelanjutan lamarannya pada Anna. Dan ia masih akan membawa mobil itu sampai sore hari ini. Setelah itu ia tidak lagi bawa mobil. Jika teman-temannya bertanya di mana mobilnya, ia akan menjawab sudah di tangan orang Mesir. Mereka akan menyangka mobil itu dibeli orang Mesir. Ia memang tidak ingin masalahnya menjadi konsumsi masyarakat Indonesia di Cairo. Ia ingin mereka hanya tahu prestasinya. Itu saja. *** "Jadi kamu ingin langsung melamar Anna kepada kedua orang tuanya?" tanya Ustadz Mujab pada Furqan. 67 Semoga Allah memberimu taufik. 290 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Iya Ustadz. Biar lebih cepat tahu kejelasannya. Jika tidak demikian Anna bisa terus mencari alasan untuk mengundurundur jawabannya." "Kamu sudah benar-benar siap jika Anna atau keluarga Anna menolakmu? Padahal jika kamu mau bersabar sam-pai hati Anna benar-benar siap, kamu punya peluang besar untuk diterima olehnya." Furqan diam sesaat. Ia berpikir sejenak lalu menjawab, "Saya yakin Anna sudah punya sikap. Ia hanya ragu. Justru jika saya langsung datang pada orangtuanya, ia tidak ada kesempatan lagi untuk ragu. Saya rasa peluang saya lebih besar jika saya langsung melamar pada orang tuanya Ustadz. Ini sudah saya pikir masak-masak." "Kalau kau sudah memikir masak-masak ya sudah. Aku hanya berharap kau dan dia bertemu dalam ridha-Nya. Baiklah agar kau punya alasan logis datang ke rumah Anna sebelum resmi melamarnya, aku akan menitip sesuatu untuk ayahnya. Juga akan aku bikinkan surat pengantar pendek yang isinya memperkenalkan dirimu dengan singkat. Ayah Anna masih terhitung kerabatku. Beliau pasti akan sangat senang mendapat titipan dariku." "Iya, terima kasih Ustadz." "Kau tunggu sebentar ya." Ustadz Mujab masuk ke kamar kerjanya. Lelaki yang masih menjadi mahasiswa S.2 di Institut Liga Arab itu menulis surat lalu membungkus sesuatu berbentuk kotak kecil dengan kertas kado. Sejurus kemudian ia keluar dan menyerahkan sepucuk surat dan bungkusan itu pada Furqan. "Yang terbungkus itu isinya minyak Hajar Aswad asli. Berikan pada Pak Kiai Lutfi Hakim, ayah Anna. Sebaik-nya kau sendiri yang memberikan. Jika misalnya beliau pas tidak 291 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy di rumah saat kau di sana, sebaiknya kau me-nunggu sampai beliau ada," jelas Ustadz Mujab. "Baik Ustadz." "Semoga semuanya dimudahkan Allah." "Amin." Furqan sangat yakin, maksud dan keinginannya menyunting mahasiswi yang saat itu paling menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo, pasti terkabulkan. Ia selama ini berpendapat, takdir itu ada hukum-hukum alamnya. Takdir itu mengikuti aturan sebab dan akibat. Ia merasa telah menemukan kebenaran pendapat-nya itu lewat ratusan kejadian yang telah ia alami selama ini. Juga kejadian yang dialami oleh orang lain. Misalnya, ia selalu lulus ujian karena memang ia belajar dengan baik. Lulus ujian adalah akibat dan belajar dengan baik adalah sebab. Jika sebabnya tidak ada yaitu belajar dengan baik, maka akibatnya akan sirna. Karena tidak belajar dengan baik, maka yang terjadi adalah tidak lulus ujian. Contoh lain menurutnya adalah kematian. Menurutnya, kematian adalah akibat. Kematian yang menurut banyak orang adalah takdir, sebenarnya tak lain dan tak bukan adalah akibat. Pasti ada sebabnya. Ia tidak bisa memercayai adanya kematian tanpa sebab. Seseorang itu mati karena ia melakukan sesuatu atau masuk ke dalam suatu keadaan yang mengharuskan mati. Itu adalah hukum alam.Ada orang mati karena kecelakaan. Memang hukum alamnya, jika kepala pecah atau orang kekurangan darah pasti mati. Jika ditarik lagi, orang mati karena kecelakaan, bisa jadi karena ia tidak hati-hati di jalan raya. Atau ia telah hati-hati tapi orang lain yang tidak hati-hati. Jadi tindakan tidak hati-hati di jalan raya bisa menyebabkan kecelakan. Dan kecelakaan menye babkan kematian. 292 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Bahkan ada orang mati karena keracunan makanan. Memang hukum alamnya, jika tubuh manusia kemasu kan racun tertentu bisa merusak jaringan syaraf, otak dan pembuluh darah yang mengakibatkan seseorang mati. Jadi dalam pandangannya, takdir itu pasti sesuai hukum alam. Takdir bisa dikalkulasi dan dihitung secara matematis. Apala gi teknologi manusia semakin tinggi. Jika orang ingin panjang umur dan tidak mati-mati, maka menurutnya, orang itu harus berjalan sesuai dengan hu-kum alam yang membuat manusia tetap hidup, serta tidak melanggar hukum yang membuat ia mati. Selama ini ia selalu mendasarkan tindakan dengan kalkulasikalkulasi dan hitungan matematis. Ayahnyalah yang sejatinya mengajarinya sejak kecil. Ayahnya yang pernah kuliah ekonomi di Amerika itu selalu bertindak sesuai dengan kalkulasi matematis. Dan ia melihat dengan kepalanya sendiri ayahnya hidup sukses. Ia sendiri merasa, bahwa ia saat ini bisa selamat dari intimidasi penjahat perempuan yang menamakan dirinya Miss Italiana itu juga karena kalkulasinya yang matang. Meskipun ia cemas dan takut, ia mengambil tindakan y ang tepat; yaitu bermusyawarah dengan orang tepat. Sehingga ia selamat. Itu lah takdir, menurutnya. Jika ia tidak berpikir cermat dan melakukan kalkulasi dan tindakan yang tepat, mungkin ia telah menemukan kia-mat. Itulah takdirnya. Demikianlah ia berpikir tentang takdir. Maka dengan kalkulasi dan strateginya, yang ia anggap matang. Serta hukum-hukum alam yang menurutnya telah tersedia, ia pasti akan mendapatkan Anna Althafunnisa. Hukum-hukum yang menurutnya membuat seorang gadis suka pada seorang pemuda ada pada dirinya. Prestasi ia punya. 293 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Penampilan dan tampang diakui banyak orang. Materi ada. Keluarga dan silsilah keturunan sa-ngat terjaga. Doa, selalu terpanjatkan siang malam tiada henti-hentinya. Apalagi kurangnya? Menurut hukum alamnya, tak bisa tidak, Anna Althafunnisa pasti berhasil disuntingnya. Ia sangat optimis. Dan selama ini, jika ia optimis, ia selalu berhasil meraih apa yang diinginkannya. Ia meyakini kekuatan optimisme dan mind magic yang acapkali dilon-tarkan oleh motivator-motivator kaliber dunia. Benarkah demikian? Akankah ia sukses menyunting gadis idamannya, Anna Althafunnisa? Waktulah nanti yang akan menjawabnya. 294 Ilyas Mak’s eBooks Collection
23 PERIKSA DARAH Seluruh mahasiswa Al Azhar, termasuk yang dari Indonesia sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir tahun. Ujian kenaikan tingkat. Bagi yang tingkat empat berarti ujian kelulusan S. 1. Azzam benar-benar belajar dengan serius. Ia meringkas materi Tafsir Tahlili, sama seperti ketika ia tingkat satu dulu. Ringkasannya itu telah ia kuasai di luar kepala. Ia benar-benar siap menyongsong ujian. Ia benar-benar siap untuk lulus. Teman-teman satu rumahnya, semuanya su-dah sampai pada tahap konsentrasi penuh. Sudah siaga satu menghadapi ujian. Fadhil sudah bisa menguasai dirinya untuk sementara waktu. Masalahnya dengan Tiara sementara terlupakan dengan sendirinya. Nasir sudah sering di rumah. Ia sudah lebih tenang. Kasusnya berkaitan denga n Wail El Ahdali tak lagi
Habiburrahman El Shirazy mengganggu pikirannya. Seorang maba-hits telah menemuinya di rumahnya dan tidak bisa membuktikan ia terkait dengan jaringan yang dicurigai pemerintah Mesir. Nanang berjuang keras menghafalkan muqarrar Al-Qurannya. Ia harus lancar enam juz. Sementara Ali seperti biasa, jika menghadapi ujian, sering itikaf di Masjid Musa bin Nushair Hayyu Sabe'. Berangkat jam sembilan pagi pulang jam delapan malam. Sementara nun jauh di Katamea sana, Hafez sudah meringkas hampir semua materi mata kuliah yang diujikan. Hafez sudah menemukan kembali jati dirinya. Di Masakin Utsman, Cut Mala dan teman-temannya sudah jarang keluar rumah. Mereka sibuk dengan diktat masingmasing. Semua sibuk menghadapi ujian. Semua tegang. Kecuali Furqan. Ia sibuk menata barang-barangnya ke dalam kopernya. Lusa dia akan terbang ke Indonesia. Keluarganya sudah menunggunya. Mereka akan menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta. Ibunya bahkan mengabarkan telah mempersiapkan syukuran besar-besar atas prestasi-nya meraih predikat summa cumlaude untuk gelar masternya. Furqan sangat berbunga-bunga. Rasanya ia tidak sabar menunggu satu hari saja. Ia ingin segera sampai ke Indonesia. Jumpa keluarga. Syukuran. Lalu terbang ke Jogja dan berkunjung ke rumah Anna Althafunnisa di Klaten sana. Biasanya, orang yang mau pulang ke Tanah Air didatangi oleh banyak teman. Baik yang cuma sekadar menjenguk untuk memberikan sekadar doa selamat, maupun yang datang untuk menitip sesuatu. Namun suasana di rumah Furqan sangat sepi. Di rumah itu ia cuma sendiri. Rumah tiga kamar itu hanya dihuni oleh tiga orang. Masing-masing menempati satu kamar. Tiga orang itu adalah Furqan, Abduh dan Maftuh. Ketiganya orang Jakarta. Dan ketiganya anak orang kaya. Abduh sedang ke Dokki. Adapun Maftuh sedang ke Thub Ramli. Tak ada yang datang hari itu. Mungkin karena para mahasiswa sedang konsentrasi belajar. Atau mungkin karena Furqan sangat sering pulang. Tiap tahun pulang dua kali. Jadi 296 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I tidak ada yang istimewa dengan kepulangannya. Mereka menganggapnya hal yang biasa. Berbeda jika mahasiswa lain yang pulang. Yang lima tahun tidak pernah pulang terus mau pulang ke Tanah Air untuk selamanya. Terasa istimewa. Maka banyak yang menjenguknya. Setelah selesai mengemasi barangbarangnya, Furqan merapikan kamarnya. Ia sangat berharap secepatnya kembali lagi ke Cairo dengan membawa Anna Altha-funnisa sebagai isterinya. Ia dan kedua temannya sudah sepakat bahwa siapa yang duluan menikah berhak menempati rumah itu. Dan yang tidak menikah terpaksa harus pindah. Ia yakin ialah yang akan menempati rumah itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Masya Allah, aku belum membeli mushaf khusus untuk mahar," lirihnya pada diri sendiri. "Insya Allah nanti bakda Ashar aku akan ke Darussalam dan membeli mushaf untuk mahar yang terbaik dan termahal untuk Anna," gumamnya. Sayup-sayup ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Ya. Benar. Ia membuka pintu kamarnya dan keluar untuk mem buka pintu. Begitu pintu terbuka ia agak kaget. Seorang berpakaian polisi. Setelah memberi salam polisi itu bertanya, "Anda yang bernama Furqan?" "Ya benar. Ada apa ya?" "Saya diminta oleh Kolonel Fuad untuk membawa Anda ke kantornya sekarang. Penting!" Kata polisi itu dengan nada tegas dan terasa kurang ramah. Furqan jadi bertanya-tanya dalam hati; ada apa gerangan? Apa yang ter-jadi? "Sekarang?!" Furqan meminta ketegasan ulang. "Ya sekarang juga! Saya tunggu!" jawab polisi itu. "Baiklah." Furqan masuk ke kamarnya untuk ganti pakaian. Lalu keluar dan meluncur ke Abbasea bersama polisi itu. Sampai di Abbasea ia disambut oleh Kolonel Fuad. 297 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Maaf mengganggumu Furqan.Tapi ini prosedur standar dan ini penting," kata Kolonel Fuad sambil mengisyarat-kan Furqan untuk duduk. "Saya tidak paham dengan yang Kolonel maksud," tukas Furqan bingung. "Aku tahu kau besok pagi mau pulang ke Indonesia. Tapi sayang rencana kepulanganmu agaknya harus tertunda." "Apa maksud Kolonel! ?" "Kau harus periksa darah dulu!" "Kenapa untuk pulang saja harus periksa darah. Kalian jangan membuat peraturan yang mengada-ada. Mentang mentang ini negara kalian ya!" Furqan emosi mendengar perintah Kolonel Fuad yang baginya sangat tidak masuk akal. "Tenanglah dulu Furqan. Akan aku jelaskan duduk persoalannya. Aku sebenarnya tak ingin merepotkan siapa saja. Atau mencegah seseorang pulang ke negaranya. Tapi untuk kebaikan bersama, kebaikan bagi kamu, teman-teman kamu, negara kamu dan negara kami, maka prosedur ini harus dijalani. Begini Furqan, penyelidikan kami menemukan hal yang sangat tidak kita inginkan bersama. Perempuan brengsek yang mengaku sebagai Miss Italiana itu memang benar-benar orangnya Mosad. Selain dikirim ke Mesir ini sebagai mata mata, ternyata ia juga ditugaskan untuk merusak masyarakat negeri ini. Korbannya ternyata sudah puluhan. Ada yang jadi korban amoralnya dalam arti yang sesungguhnya. Ada yang cuma menjadi korban intimidasinya. Lha kami tidak tahu kamu ini termasuk jenis yang mana. Kamu tergolong yang menjadi korban intimidasinya saja atau juga korban amoralnya?" Furqan diam di tempat duduknya. Mendengar penjelasan Kolonel Fuad itu tiba-tiba ada aliran kecemasan yang menyusup ke dalam dadanya. "Bisa lebih jelas lagi maksud Kolonel dengan korban amoral dan korban intimidasi?" tanyanya. Kolonel Fuad mengusap mukanya lalu menjawab. 298 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Aku harap kau tidak kaget dengan penjelasanku ini. Perempuan bule itu nama aslinya adalah Golda Olmetz. Ia seorang pelacur profesional di Tel Aviv yang diambil Mosad sebagai tentaranya. Perempuan itu seorang peng-idap AIDS. Ia ditugaskan ke Mesir memang untuk menu-larkan virus itu pada penduduk Mesir." Mendengar hal itu muka Furqan langsung pucat pasi. Bibirnya biru.Badannya dingin. Tulang-tulangnya seperti dilolosi. Ia diam seribu bahasa. Kolonel Fuad melanjutkan keterangannya, "Sudah puluhan orang yang menjadi korban kebejatan dan kejahatan Golda Olmetz ini. Hampir semuanya yang pernah difoto bugil bersamanya terkena A IDS. Namun kami juga menemukan ada empat orang yang tidak tertulari AIDS, hanya menjadi korban intimidasi saja. Saya tidak tahu kamu masuk kriteria korban yang mana. Sebab menurut ceritamu, saat itu, kamu tidur tidak merasakan apa-apa, tiba-tiba bangun dalam keadaan nyaris tak berbusana, dan menemukan foto itu. Lha saat kamu tidur itu apa yang dilakukan perempuan itu kepadamu kan kita tidak tahu. Untuk memastikan, kamu harus periksa darah dulu." Tubuh Furqan seperti lumpuh. Dunia terasa sangat menakutkan. Langit seolah mau runtuh menimpanya. Tanpa terasa airmatanya mengalir di pipinya. Kolonel Fuad menatap wajah Furqan yang sayu kehilangan harapan hidupnya. Maka ia berusaha sedikit menenangkan, "Aku tahu berita ini sangat berat bagimu Furqan. Tapi kamu harus tegar menghadapinya. Aku percaya sepenuh-nya kau orang baik. Kau hanya korban. Semoga kau tetap bersih tidak tertulari virus AIDS itu. Jika ternyata kau terkena AIDS, kau adalah orang yang beriman. Itulah takdirmu. Kau harus sabar menerimanya. Kau akan diantar Sersan Shabur ke Ru mah Sakit Ains Syams untuk periksa darah. Semua biaya kami yang menanggung. Tiga hari lagi akan ketahuan hasilnya. Sekarang kau boleh berangkat." Kata Kolonel itu lalu memanggil anak buahnya. Lalu Furqan dibawa ke Rumah Sakit Ains Syams untuk diambil darahnya guna diperiksa. Tiga hari 299 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy lagi ia diminta datang untuk mengambil hasilnya. Dari rumah sakit Furqan langsung diantar pulang ke flatnya. Begitu ia tiba di kamarnya, Furqan tak kuasa menahan tangisnya. Ia menangis meraung-raung seperti anak kecil. Untunglah saat itu hanya ia sendiri yang ada di rumah itu. Ia merasakan kecemasan yang paling hebat. Kecemasan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Ia juga merasakan keta kutan yang luar biasa. Ketakutan yang juga belum pernah ia alami sebelumnya. Dan ia juga mengalami kesedihan yang nyaris membinasakannya. Ia merasa menjadi manusia paling sengsara di dunia. Ia menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. "Ya Allah, ya Allah, ya Allah! Ya Allah kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini ya Allah!" Ia tak tahu harus berbuat apa saat itu. Dan ia tidak kuat membayangkan jika hasil test darah itu memvonisnya positif terkena HIV. Hancur sudah masa depannya. Jika itu yang terjadi, ia merasa akan menjadi bangkai yang berjalan. Ia akan dianggap lebih menjijikkan dari kotoran dan lebih busuk dari sampah yang paling busuk. Jika itu yang terjadi, ia merasa riwayatnya telah tamat sebelum ia mati. Ia terus meratap kepada Allah. Ia baru merasa betapa lemah, kerdil dan tiada berdaya dirinya. Semua rasa optimisnya lenyap. Ka lkulasi-kalkulasi dan prediksiprediksinya yang selarna ini ia agungkan sebagai pilar paling vital untuk menentukan hukum-hukum takdir yang diyakininya sama sekali sirna. Tak ada lagi kalkulasi matematis. Tak ada lagi hitung-hitungan strategis. Tak ada lagi prediksiprediksi logis. Semua lenyap di hadapan rasa cemas, takut dan sedih tia-da terkira. Semuanya lenyap di hadapan kenyataan yang dialaminya. Begitu cepat kondisi berubah. Baru saja ia merasa sangat optimis, sangat yakin akan memboyong Anna Althafun-nisa sebagai isterinya ke Cairo dan menempati rumahnya, ia bahkan merencanakan akan membeli mushaf mahar paling baik dan paling mahal untuk Anna, tiba-tiba semua berubah. 300 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Rasa optimisnya tak tersisa sedikit pun. Yang ada hanya rasa takut dan sedih tiada terkira. Ia merasa begitu kecil dan kerdil. Begitu tidak ada artinya. Ia baru merasa bahwa manusia sesungguhnya tidak bisa menentukan takdirnya. Manusia sama sekali tidak bisa som bong bisa menentukan takdirnya. Kewenangan yang diberikan Tuhan untuk manusia hanyalah berikhtiar dan berusaha. Adapun takdir sepenuhnya ada-lah hak dan keputusan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan-lah yang berhak memutuskan segala-galanya. Dan Dialah Yang Maha Pemberi keputusan lagi Maha Menge-tahui. 68 68 QS. Saba' (Kaum Saba') [34]: 26. 301 Ilyas Mak’s eBooks Collection
24 PASRAH Detik demi detik ia dicekam rasa cemas dan takut. Ia merasa seperti seorang penjahat yang menunggu giliran eksekusi hukuman mati. Ia seperti menunggu giliran un-tuk dihukum pancung. Ia tak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah. Ia terpaksa mengundurkan jadwal pulangnya. Beberapa orang yang tahu ia akan pulang kaget ia tak jadi pulang. Abduh dan Maftuh bertanya, "Kok diundur kenapa?" Furqan menjawab, "Masih ada keperluan yang harus aku selesaikan." Ia masih belum bisa menerima bahwa ini semua akan menimpa dirinya.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Ya Allah jangan Engkau uji hamba dengan penyakit itu. Ya Allah rahmati hamba-Mu yang lemah ini, rintihnya berulang kali dalam hati. Setiap kali shalat ia selalu menangis. Ia merasa tidak ada lagi tempat berlabuh dan mengungsi mencari keamanan kecuali kepada Allah Yang Maha Mengatur nasib hamba hambaNya. Bayangan menakutkan mengidap virus HIV terus menterornya. Ia sangat sedih dan membutuhkan orang yang menghiburnya. Namun ia tidak berani bercerita. Ia simpan sendirian di dalam dada. Ia sangat tersiksa. Jika akhirnya ia benar-benar mengidap HIV, habis sudah masa depannya. Ia merasa menjadi orang paling malang dan paling sengsara di dunia. Ia merasa menjadi manusia paling hina dan paling tiada berguna. Ia akan dipandang sebagai makhluk yang menjijikan oleh siapa saja. Bahkan juga oleh keluarganya. Ia kembali menangis meratapi nasibnya. Apa gunanya gelar M.A., jika ia mengidap penyakit paling ditakuti manusia sedunia. Apa gunanya belajar bertahuntahun di bumi para nabi, jika akhirnya pulang hanya membawa aib bagi diri dan keluarga. Ia benar-benar merasa sangat nelangsa dan tersiksa. Ia merasa, kepalanya dipenggal seribu kali lebih baik dari-pada disiksa dengan rasa takut yang sangat mencekik seperti ini. Dalam kondisi seperti itu ia terus berusaha untuk tetap sadar, bibir dan hatinya basah oleh istighfar. Tiga hari berlalu. Hari penentuan tiba. Dengan tubuh lemah ia datang ke Rumah Sakit Ains Syam untuk mengambil hasil test darahnya. Ia berharap bahwa Allah masih melindungi dirinya. 303 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ketika ia menanyakan hasil test darahnya pada seorang petugas dengan memberikan secarik bukti ia pernah test tiga hari yang lalu, petugas itu berkata, "Maaf Tuan, dengan sangat terpaksa Tuan harus test darah lagi." Mendengar kata -kata itu tubuhnya seakan mau hancur. Tubuhnya gemetar. Dengan terbata -bata ia bertanya, "Ke...kenapa? A...apa ada tanda-tanda saya positif. Dan untuk meyakinkan lagi saya harus test ulang?" "Tidak Tuan. Kebetulan sampel dari Tuan dan beberapa sampel yang lain hari itu belum kami bawa ke laborato-rium. Kami letakkan di almari itu. Dan almari itu ambruk karena kecerobohan seorang petugas kami. Sampel-sampel darah itu tumpah. Jadi tidak bisa dianalisis di laboratorium. Kami benarbenar minta maaf atas insiden yang tidak kami inginkan ini. Jadi Tuan kami minta test darah kembali. Kami akan menganalisisnya secepat mungkin, besok Tuan bisa datang melihat hasilnya. " Furqan sedikit lega. Ia merasa eksekusi hukuman pancungnya tertunda satu hari. Dengan pasrah ia kembali diambil darahnya. Furqan pulang dengan pikiran kosong. Hidup ia rasakan sebagai sebuah penderitaan. *** Kampus Al Azhar University kembali memperlihatkan wibawanya. Ujian Al-Quran secara lisan mulai dilaksanakan Mayoritas mahasiswa bergumul dengan hafalannya. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Yang hafalannya lancar, ujian lisan terasa sangat menyenangkan. Tak ada yang perlu dita kutkan. Apa yang perlu ditakutkan oleh orang yang hafal ayat-ayat suci Al-Quran? Melantunkan ayat-ayat suci Al304 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Quran yang diminta doktor penguji dengan tartil dan tenang adalah sebuah kenikmatan yang susah dilukiskan. Sebaliknya, bagi yang tidak hafal, atau belum hafal, masuk gerbang kampus saja telah membuatnya berkeri-ngat dingin. Wajah ramah doktor penguji terasa sangat menyeramkan. Detik-detik dilalui dengan jantung berdegup kencang. Azzam tidak perlu datang ke kampus, karena ia sudah tidak perlu lagi ujian Al-Quran. Semua mata kuliahnya sudah lulus. Tinggal satu saja yang belum; yaitu Tafsir Tahlili. Hari itu yang ujian Al-Quran adalah Ali dan Nanang. Ali berangkat dengan tenang dan senyum mengembang. Enam juz telah ia hafal sejak dua bulan yang lalu di luar kepala. Selama di dalam bus, dari rumah sampai kampus, ia mengulang hafalannya dengan penuh penghayatan. Sementara Nanang berangkat dengan wajah pucat. Selain karena kurang tidur, karena semalam suntuk ia ma-sih berjuang menghafal, ia didera rasa cemas lantaran masih ada sahu juz yang belum benar-benar ia hafal. Yaihu juz enam. Jika juz enam yang jadi perhatian utama doktor penguji, maka mata kuliah Al-Quran benar-benar terancam. Nanang benarbenar pasrah. Ia sedikit menye-sal kenapa tidak sejak awal tahun ia menghafal, sehingga mendekati ujian seperti itu ia tinggal mengulang dan mengulang. Sampai di kampus, ujian lisan telah berjalan. Ali langsung menyerahkan kartu mahasiswanya begitu doktor penguji keluar dari ruangan unhuk memanggil mahasiswa yang siap. Ali masuk bersama dua orang dari Pakistan. Doktor benarbenar menguji. Setiap juz ditanyakan. Ali bisa menjawab dengan lancar dan tenang. Dua mahasiswa dari Pakistan itu menjawab dengan bacaan yang indah dan lantang. Doktor penguji tersenyum senang. Semua pertanyaan tidak ada yang 305 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tidak terjawab. Akhirnya doktor penguji berkata, "Semoga Allah mem berkahi kalian!" Ali dan dua mahasiswa Pakistan keluar dengan senyum mengembang. Di ruang yang lain, Nanang baru saja masuk karena namanya dipanggil doktor penguji. Ruang ujian Nanang dan ruang Ali terpisah. Nomor induk mahasiswalah yang menentukan. Nanang duduk sendirian. Ia tegang. Doktor pengujinya memilih menguji mahasiswanya satu per satu. "Namamu Nanang?" tanya Doktor itu. "Iya Doktor." "Dari Indonesia ya?" "Indonesianya di daerah mana?" "Dari Lamongan, Jawa Timur, Doktor." "Lamongan itu kalau dari Surabaya jauh?" "Tidak terlalu jauh, kurang lebih lima puluh kilo saja." "Tahun lalu saya ke Surabaya, saya diudang oleh seorang Doktor Tafsir lulusan Al Azhar ini yang mengajar di sana. Saya diundang untuk memberi prasaran tentang ‘Dunia jin dan Setan dalam Pandangan AlQuran dan Sunnah'." Jelas Doktor berkaca mata tebal itu. "Doktor sempat ke mana saja selama di Indonesia, terutama ketika di Surabaya?" Rasa tegang Nanang telah hilang. Ia jadi berani bertanya kepada Doktor yang hendak mengujinya itu. "Selain di IAIN Sunan Ampel, saya sempat memberi ceramah di Universitas Airlangga, wawancara di Radio Delta, dan dibawa panitia ke sebuah pesantren tua di Bangkalan. Oh 306 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I ya, saya juga diminta memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang." "Bagaimana kesan Doktor selama di Indonesia?" "Saya sangat terkesan. Saya diperlakukan laiknya seorang raja. Apalagi ketika di Malang. Saya suka dengan panorama alamnya, sejuk dan indah. Saya kira, Universitas Muhammadiyah Malang sangat beruntung bisa bertengger di tempat s eindah Malang. Oh ya sudah terlalu banyak kita berbincang. Sekarang saatnya ujian Al-Quran. Dua soal saja untukmu. Coba kau lantunkan awal juz dua!" Nanang sedikit tergagap,tapi ia langsung menguasai diri. Awal juz dua sangat ia hafal. Ia langsung melantunkan ayat ke-147 dari surat Al Baqarah dengan pelan-pelan. Setelah tiga ayat ia baca, doktor menyuruhnya berhenti. "Teruskan ayat ini: Qaala Rabbii innii laa amliku illa nafsi wa akhi..!" Perintah Doktor penguji. Nanang langsung memeras otaknya, mem utar memorinya. Ia tahu ayat itu ada di surat Al Maidah, ada di juz enam. Beberapa kali telah ia baca. Namun ia belum hafal. Ia berusaha mencari sambungannya, tapi sama sekali tidak bisa. Setelah beberapa kali mencoba dan tidak kisa ia akhirnya menyerah dan berterus terang, "Maaf Doktor, juz enam saya belum hafal benar." "Baiklah. Kau boleh meninggalkan ruangan. Dan tolong panggilkan mahasiswa yang bernama Mat Nazri." Nanang keluar dengan perasaan tidak tenang. Ia bisa menjawab satu, dan ia gagal satu. Ia tidak yakin Al Qurannya akan lulus. Namun ia masih juga berharap Doktor itu memberikan belas kasihan padanya. *** 307 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Sore itu menjelang Maghrib, Furqan telentang di tempat tidurnya. Semangat hidupnya benar-benar redup. Ia merasa hidup matinya ditentukan oleh hasil test darahnya besok. Keterangan Kolonel Fuad membuat bulu kuduknya merinding. Begitu banyak korban perempuan jalang kiriman Mosad itu. Nyaris semuanya terkena virus HIV. Hanya empat orang yang tidak kena dan masih bersih. Artinya persentase selamatnya kecil. Airmatanya meleleh. Bagaimana nanti hancurnya ayah dan ibunya jika ia benar-benar mengidap virus itu? Akan ditaruh di mana mukanya jika hal itu menjadi berita nasional di Tanah Air. Seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, Mantan Ketua PPMI terkena AIDS. Di bumi mana ia sanggup mengangkat kepala dengan tegak. Dan Anna Althafunnisa. Ah, jika ia terkena AIDS keinginannya menyunting Anna ibarat punguk merindukan bulan. Mustahil Anna akan mau menerimanya. Dan kalau toh Anna menerimanya, ia sendiri mana mungkin tega menulari perempuan pujaan hatinya dengan penya-kit AIDS yang dideritanya. Hanya Allahlah yang bisa menyelamatkannya. Ia benar-benar mengharap dan mengiba belas kasih dari Allah. Kepada siapa lagi ia melabuhkan harapam~ya selain kepada Allah? Ia teringat firman-Nya: Dan sesungguhnya kepada Tuhannmulah kesudahannya segala sesuatu. Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang ter-tawa dan nzenangis. Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan dan mematikan. 308 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan lakilaki dan perenzpuan. 69 Kini tak ada yang bisa dilakukannya kecuali menangis memohon belas kasih-Nya, dan dengan segenap jiwa, ia pasrah dalam genggaman kekuasaanNya. Furqan menghapus airmatanya ketika ia mendengar suara seseorang masuk rumah. Temannya pulang. Bisa Abduh bisa Maftuh. Ia berusaha menghapus kesedihannya. Ia harus tampak biasa. Beberapa saat kemudian pintu kamarnya diketuk pelan. "Mas Furqan, Mas Furqan!" Itu suara Abduh. "Iya masuk saja Duh, tidak dikunci," jawab Furqan. Ia masih terlentang dan pura-pura membaca majalah Mimbratul Islam. Abduh masuk. "Saya siang ini baru tahu kenapa akhir-akhir ini Mas Furqan sedih. Siapa perempuan bule itu Mas? Mas sudah menikah diam-diam ya? Atau...? Tapi kenapa foto-foto seperti itu bisa dipajang di internet? Tolong jelaskan, Mas!" "Kau lihat foto-foto apa sih Duh?" Furqan balik bertanya. Ia sebenarnya sangat kaget mendengar pertanyaan Ab-duh, tapi ia harus berusaha seolah tidak terjadi apa-apa. "Tadi dari Dokki, aku singgah di sebuah warnet di Tahrir Mas, aku ingat kalau punya janji chatting dengan adikku yang kuliah di UNDIP Semarang. Di sela -sela chatting aku buka email. Aku mendapat email dari seo-rang teman di Amerika 69 QS. An Najm (Binatang) [53]: 42-45. 309 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy yang menginformasikan ada foto asusila yang disebar oleh mahasiswa Al Azhar. Temanku itu memberi alamat websitenya. Aku buka, dan ternyata itu foto-fotomu dengan seorang perempuan bule. Ada keterangannya panjang lebar di setiap foto." "Yang benar Duh!?" tukasnya dengan nada tidak jelas antara menyanggah dan kaget. "Aku tidak salah lihat Mas. Bahkan selain foto-fotomu ditampilkan juga kartu identitas pasca sarjanamu Mas. Ka -lau tidak percaya ayo kita lihat. Mana laptopmu Mas?" Furqan menunjuk ke arah lemarinya. Kepalanya terasa mau pecah. Abduh tak mungkin bohong. Kini foto-foto itu telah menyebar ke seluruh dunia. Ia rasanya ingin mati saja. Abduh menyalakan laptop, mengambil kabel telpon dan menyambungkannya ke jaringan internet. Sepuluh menit kemudian ia sudah membuka website yang ia maksud. "Ini Mas, ada lima belas foto tidak senonoh. Mas modelnya. Dan ini foto ruangan hotelnya. Itu meja di mana ada laptop dan naskah tesis Mas. Trus terakhir lihat ini, kar-tu mahasiswa Mas!" Furqan tak bisa menyangkal. Sesaat lamanya ia tak bisa bicara. Hanya airmatanya yang menjawab apa yang dilihatnya. "Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu Mas. Tolong jujurlah padaku agar aku tidak berburuk sangka padamu!" Pinta Abduh sambil menatap orang yang selama ini dihormatinya itu dengan seksama. Furqan malah merangkul Abduh dan menangis tersedusedu. Abduh diam saja. Ia membiarkan Furqan puas menangis dalam rangkulannya. Setelah puas Furqan melepaskan rangkulannya dan menceritakan dengan terbata-bata semua yang 310 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dialaminya selama ini. Ia curahkan semua kesedihan dan penderitaannya. "Kalau kau tidak memercayaiku Duh, lalu siapa yang akan percaya padaku? Kalau kau tidak menghiburku dan menguatkanku siapa yang akan menghibur dan menguatkanku? Besok adalah penentuan. Doakan aku Duh, aku takut sekali. Aku tak bisa membayangkan terpukulnya keluargaku jika aku terkena AIDS Duh!" Furqan kembali menangis. Abduh yang mendengar itu semua ikut terharu dan meneteskan air mata. "Ini memang berat Mas. Tapi percayalah Allah Maha tahu dan Maha Bijaksana. Semua akan baik-baik saja. Percayalah Mas. Aku akan selalu mendukung Mas, apapun yang terjadi. Aku ada di belakang Mas, ada di samping Mas. Aku percaya Mas tidak bersalah, Mas difitnah, Mas tidak kena virus itu dan Mas tetap memiliki masa depan yang baik," lirih Abduh meyakinkan Furqan. Kata-kata Abduh itu sangat berarti bagi Furqan. Ia kembali memeluk adik kelasnya itu. "Terima kasih Duh." "Mas harus yakin bahwa Mas tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Mas harus yakin, Mas tidak boleh memi-kirkan yang tidak-tidak. Ingat Mas, Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Jika Mas berkeyakinan bahwa Allah Maha Pengasih dan Allah menjaga Mas, insya Allah itulah yang akan terjadi!" "Iya Duh, terima kasih atas dukunganmu. 311 Ilyas Mak’s eBooks Collection
25 LANGIT SEOLAH RUNTUH Malam itu Furqan tidak tidur. Setelah shalat Tahajud, ia mengharu biru bermunajat kepada Tuhannya. Shalawat Munjiyat ia hayati dan ia baca berulang kali. Doa Nabi Yunus ia resapi maknanya dan ia baca berulang-ulang kali dengan airmata terus menetes tiada henti. Menjelang Subuh ia lelah. Ia rindu pada hadis-hadis Nabi. Ia membuka Sunan Tirmidzi. Ia membuka asal membuka. Kedua matanya membuka sebuah riwayat dari Anas: Sesungguhnya sedekah itu bisa meredam murka Tuhan dan menjaga seseorang dari kematian yang buruk. 70 Hadis yang termaktub dalam Su70 Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, hadis no. 658. Hadis ini juga dimuat oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I nah Tirmidzi itu begitu terasa menyejukkan kalbunya. Ia tak ingin dimurka Allah. Ia tak ingin mati dalam keadaan buruk. Maka paginya setelah shalat Subuh dan itikaf sampai Dhuha tiba ia keluar masjid dan berjalan sepanjang jalan untuk membagi sedekah pada orang Mesir yang memerlukannya. Barulah setelah itu ia sarapan dan pulang. Pagi itu jiwanya lebih tenang. Ia lebih siap membaca hasil test darahnya. Jam sepuluh ia pergi ke Rumah Sakit dengan menggunakan bus. Hal yang sudah lama tidak ia lakukan. Biasanya ia memakai mobil sendiri atau taksi. Sampai di Terminal Abbasea ia melihat seorang ibu memintaminta. Ia turun. Ia sedekahkan uang lima puluh pound. Ibu-ibu itu terbelalak, lalu mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan nyaris sujud di kakinya saking gembiranya. Ia lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Sepanjang jalan ia terus melafalkan doa Nabi Yunus tiada henti. Dengan harapan ia diselamatkan oleh Allah sebagaimana Nabi Yunus disela matkan oleh Allah. Begitu sampai di Rumah Sakit, sang petugas sudah tahu kenapa dia datang. Tanpa ia bertanya petugas berkumis tipis itu langsung menyodorkan selembar kertas, sambil berkata, "Ini hasilnya Tuan!" Furqan langsung membukanya perlahan dengan tangan gemetaran. Jantungnya berdegup kencang. Ia membaca-nya dengan seksama. Ia mengeja hasil yang tertera dalam kertas putih itu. Dan ia dinyatakan POSITIF. Jan-tungnya nyaris berhenti. Ia tidak percaya dengan apa yang ia baca. Ia perhatikan baik-baik. Ia eja hurufnya. Dan kata yang tertulis tetap sama: POSITIF. Ia baca keterangan lain. Mungkin inisial yang salah. Mungkin nama yang tertera di situ bukan namanya. Tapi ia tidak mendapatkan hal yang mengubah rasa 313 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tertekannya yang luar biasa. Nama yang tertera dan nomor paspornya adalah miliknya. Ia merasakan langit seolah runtuh menimpa kepala nya. Pikirannya terasa gelap. Air matanya langsung tumpah. Ia merasa telah mati. Pedang yang sangat tajam seolah telah membabat lehernya. Tombak paling tajam dan berkarat seolah menancap di dadanya. Seluruh persendiannya seolah dipaku dengan paku-paku berkarat nan runcing. Tulang-tulangnya seolah telah dilolosi satu per satu. Sesaat lamanya ia tidak bisa berbuat apa-apa. Seolah-olah bumi hendak membetot kakinya. Airmatanya terus meleleh membasahi pipinya. "Anda tidak apa-apa?" Tanya petugas berkumis tipis pelan. "A...apakah ini tidak mungkin keliru?" Kata Furqan dengan suara terbata-bata. Petugas itu menggelengkan kepalanya seraya berkata pelan, "Tidak mungkin. Bersabarlah. Ujian Allah bisa datang dalam bentuk apa saja. Bersabarlah!" Tangis Furqan meledak, "Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana mungk in? Aku tidak pernah melakukan dosa besar itu. Tidak pernah!" Tangisnya menarik perhatian beberapa orang yang lewat tak jauh dari tempatnya berdiri. "Sabarlah saudaraku. Sabarlah. Tenangkan pikiranmu. Percayalah Allah Maha Pengasih dan Penyayang." "Aku ta k percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak percaya lagi hi... hi...!" Hati Furqan benar-benar terguncang. Ia merasa dunianya telah kiamat. Belaiar kerasnya selama ini sia-sia. Gelar masternya sia-sia. Hidupnya sia-sia. Dan ibadahnya menyembah Allah selama ini ia rasakan sia-sia. 314 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Aku tak percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak percaya lagi...!" Furqan kembali mengulang apa yang baru saja diucapkannya sambil menangis. Petugas berkumis tipis itu bangkit dari tempat duduknya lalu berdiri mendekap Furqan. Ia mendekap seperti seo-rang ayah mendekap anak kesayangannya. "Aku percaya kau sedih. Aku percaya kau terpukul. Tapi dinginkanlah kepalamu. Bersabarlah. Apa yang tertulis dalam kertas itu belum akhir dari hidupmu. Masih ba-nyak yang bisa kau lakukan dalam hidupmu." Furqan memeluk petugas itu eraterat.Ia memeluk seperti anak kecil memeluk ibunya karena takut jika ditinggal pergi. "Hidupku sudah tamat. Aku sudah mati! Lebih baik aku langsung dikubur saja daripada aku harus menanggung aib yang sangat memalukan diriku, ibuku, ayahku, dan keluarga ku!" "Bersabarlah. Sebagian besar orang yang terkena HIV memang akibat dari perbuatan dosa, perbuatan yang menjijikkan. Namun ada yang terkena HIV bukan karena dosanya. Hanya karena takdir telah menggariskan dia demikian, sebagai ujian. Jangan pesimis. Kenapa tidak kauanggap ini sebagai ujian yang kau harus lulus dengan hasil terbaik di sisi Allah?" "Kau bisa berkata begitu karena kau tidak mengalami apa yang aku alami. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Ke mana aku harus melangkahkan kaki ini. Aku tidak tahu. Hidupku sudah tamat!" Petugas berkumis tipis itu diam. Furqan masih terisakisak. Tiba-tiba Furqan merasakan kepalanya seperti dikeluarkan isinya. Sakit sekali. Lalu semuanya terasa gelap. 315 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan pingsan. Petugas ihl membawa Furqan ke ruang perawatan. Pada saat ihl Kolonel Fuad datang. Ia berbincang sebentar dengan petugas. Ia lalu melihat Furqan. Kolonel Fuad mengamankan segala sesuahmya. Ia meminta kepada pihak rumah sakit untuk menjaga keraha-siaan apa yang dialami Furqan. Dia mengatakan, "Pihak Keamanan Negara yang akan langsung menangani hal ini." Kolonel Fuad lalu menunggu Furqan sampai siu-man. Begitu siuman Furqan langsung ingat apa yang dialaminya. Ia langsung menangis. Kolonel Fuad menenangkannya. "Aku akan membantumu. Aku akan membantu menyelamatkan reputasimu, nama baikmu dan keluargamu. Tapi kau harus dengar kata -kataku Furqan!" Kata Kolonel Fuad tegas. Furqan diam sesaat. Kata-kata Kolonel Fuad ihu memberikan setitik cahaya dalam gelap dunia yang ia rasakan. "Aku telah minta rumah sakit merahasiakan hasil pemeriksaanmu. Aku akan minta mereka menghapus filemu. Tapi kau tetap harus meninggalkan negara ini. Dan kau harus berjanji padaku, bersumpah demi Allah bahwa kau tidak akan membahayakan orang lain. Tidak akan menu-larkan virusmu pada orang lain. Kalau kau mau aku akan bantu dirimu. Akan aku bantu menutup rahasiamu ini. Tak akan ada orang yang tahu bahwa kau mengidap virus HIV kecuali kau sendiri, aku, beberapa petugas rumah sakit dan tentu saja Allah Swt. Dengan begitu kau masih bisa menghirup udara dengan lebih lega. Bagaimana? Kau mau berjanji padaku dan bersumpah demi Allah?" Mata Furqan sedikit berbinar. "Mau Kolonel." "Baiklah." Kolonel itu lalu mengambil mushaf A l-Quran dari saku depan jaket cokelat tuanya. "Peganglah Al-Quran ini 316 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dan bersumpahlah bahwa kau tidak akan menularkan virusmu pada orang lain." Dengan meneteskan airmata Furqan bersumpah seperti yang diminta oleh Kolonel Fuad. Ia sedikit lega. Tapi dunia sudah tidak lagi cerah baginya. Baginya hidup ini sudah tidak ada lagi gairahnya. "Terima kasih Kolonel. Bagaimana dengan KBRI? Saya sudah pernah bercerita apa yang saya alami pada orangorang KBRI? Dan bagaimana dengan temanteman satu rumah saya? Mereka sudah tahu bahwa saya periksa darah?" "Ah itu gampang!" Jawab Kolonel Fuad. "Aku akan mintakan untuk kamu agar rumah sakit membuatkan kete-rangan bahwa hasil kamu negatif. Itu bisa kamu tun-jukkan pada teman-teman satu rumah kamu dan orang-orang KBRI yang bertanya padamu. Dengan begitu nama kamu di Mesir ini tetap bersih. Sebab aku tahu sesungguhnya kamu sama sekali tidak bersalah c1alam masalah ini. Bagaimana?" "Terima kasih Kolonel." "Sebentar kalau begitu ya. Kau istirahat dulu. Akan aku mintakan surat keterangan itu saat ini juga." Kolonel itu lalu melangkah meninggalkan ruangan di mana l urqan berbaring. Ia hanya sendirian di ruangan yang berisi tiga tempat tidur itu. Furqan memejamkan mata. Ia tetap merasa sebenarva ia telah mati. Ia masih tidak percaya bahwa semua ini bisa terjadi. Dan begitu cepat semua ini terjadi. Ia menangis. Ia teringat semua rasa optimismenya dan kini semua itu sirna. Ia bertanya-tanya apa ini semua adalah akibat dari kesom bongannya yang berpandangan bahwa takdir bisa dikalkulasi. Tiba-tiba hp-nya berdering. Ada SMS masuk. Ia buka. Dari Ustadz Mujab. Lalu ia baca dengan mata kerkaca -kaca, 317 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ass wr wb. Akhi, apa kabar? Ini ada kabar baik bagimu. Akhi, alhamdulillah hasiinya positif. Aku baru dpt SMS dari Anna Althafunnisa. Dia menyatakan menerima pinanganmu. Dia menunggumu di indonesia. Syukran. " Membaca SMS itu ia langsung menangis. Ia semestinva bahagia. Namun apalah gunanya kesediaan Anna Althafunnisa jika ia sendiri sudah merasa tidak lagi menjadi manusia yang pantas hidup. Apa kira-kira reaksi gadis yang ia dambakan menjadi isterinya itu jika tahu ia mengidap AIDS? Akankah ia tetap menyatakan kesediaannya menerima pinangannya? Jika Ustadz Mujab tahu ia terkena AIDS, akankah tetap mengirimkan S MS itu padanya? Ia sendiri tidak tahu apa reaksi kedua orang tuanya jika mengetahui anaknya telah mengidap AIDS? Ia membaca kembali SMS dari Ustadz Mujab. Akhi, alhamdulillah hasilnya positif. Alangkah berbedanya kata "positif" yang tertulis dalam SMS Ustadz Mujab dengan positif yang tertulis dalam kertas hasil periksa darah yang tadi ia baca Matanya berkaca-kaca. Membaca SMS Ustadz Mujab semestinya ia menjadi orang paling berbahagia saat itu. Namum saat ini SMS itu justru membuat hatinya semakin merana. "Ini. Suratnya sudah jadi." Suara Kolonel Fuad mengagetkannya. Ia sama sekali tidak mendengar langkahnya. "Dengan surat ini kau bisa meyakinkan siapa saja bahwa kau bebas AIDS. Asal kau tidak periksa darah lagi saja. Kalau kau sudah kuat segeralah kau pulang. Bersikaplah biasa saja. Anggap saja kau masih Furqan yang kemarin. Dan saya beri waktu tiga hari untuk meninggalkan Mesir." Lanjut Kolonel Fuad. 318 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Terima kasih Kolonel." Jawab Furqan sambil menerima secarik kertas itu. Secarik kertas itulah yang ia anggap akan menyelamatkan namanya. Ia tidak bisa memba-yangkan jika semua orang Indonesia di Cairo tahu ia mengidap AIDS. Ia tidak bisa membayangkan jika ada satu koran nasional Indonesia yang memuat berita tentang dirinya yang mengidap AIDS. Sebab banyak maha-siswa Indonesia yang menjadi koresponden koran Tanah Air. Dan mereka bisa menulis apa saja. Hp-nya kembali berdering. Ia buka SMS dari Ustadz Mujab. SMS yang sama. Dikirim dua kali. Furqan harus menjawabnya. Dan ia belum menemukan kata -kata yang tepat unhuk menjawabnya. Hatinya ia rasakan perih bagai diiris-iris silet berkarat di semua sisinya. 319 Ilyas Mak’s eBooks Collection
26 KABAR GEMBIRA Waktu terus bergulir. Ujian Al Azhar mendekati hari akhir. Azzam sudah selesai ujian. Begitu selesai mengerjakan semua soal dengan baik, di dalam hati ia mengucapkan tahmid dan takbir. Ia merasa begitu dimudahkan oleh Allah dalam menjawab soal. Hampir tujuh puluh persen dari yang ia ringkas keluar. Ia sangat optimis Allah akan memberinya kelulusan. Selesai ujian Azzam teringat akan pesanan Eliana, Putri Pak Dubes; Soto Lamongan untuk syukuran pesta ulang ta hunnya. Ia langsung bergerak mencari informasi resep terbaik. Juga mencari bahan-bahannya. Nanang memberikan nomor telpon kerabatnya yang profesinya memang jualan Soto Lamongan di Surabaya. Azzam langsung menelponnya. Ia bertanya banyak hal dan panjang lebar tentang Soto Lamongan. Setelah ia rasa cukup lengkap informasinya, ia mencoba membuatnya. Orang-orang satu rumahnya yang
Ketika Cinta Bertasbih Buku I menilainya. Hanya Ali yang mengatakan mantap. Yang lain, termasuk Nanang, yang asli Lamongan masih merasa kurang. Kurang puas ia mencoba membuat lagi. Mereka mencicipi lagi. Masih juga dianggap kurang mantap Ia mencoba mem buat lagi. Yang ketiga oleh Nanang dianggap cukup dan lumayan. Ia jadi percaya diri. Pada hari H. ia telah siap dengan Soto Lamongannya di halaman Wisma Duta, tempat di mana syukuran ulang tahun diadakan. Acara itu yang kata Putri Pak Dubes sederhana, tetap terasa mewah. Ternyata makanan yang dipesan tidak hanya Soto Lamongan, tapi ada juga Coto Makasar, Empekempek Palembang, dan nasi minyak campur daging khas Yaman. Karena dibanding yang lain Soto Lamongan adalah makanan yang paling langka ada di Cairo, maka Azzam benarbenar dibuat sibuk oleh antrean hadirin yang menginginkan hasil masakannya. Ia melayani dengan sabar. Hampir semua orang mengatakan rasanya mantap dan memuaskan. Dengan Soto Lamongan itu Putri Pak Dubes merasa teristimewakan. Dan seperti yang telah disepakati selesai acara itu ia mendapat 3000 pound untuk 500 mangkok Soto Lamongan yang ia hidangkan. Dengan uang itu ia bisa membeli tiket pesawat untuk pulang. Sisanya bisa ia gunakan untuk membeli buku-buku dan kitab-kitab penting. Ia tersenyum, bahwa hari yang ia nantinantikan sebentar lagi juga datang. Hari ia terbang pulang, berkumpul denga n keluarga tersayang. Selesai acara Eliana mengajaknya berbicara. Eliana bertanya banyak tentang Furqan padanya. Azzam menjawab dengan jawaban seorang sahabat yang setia pada sahabatnya. Azzam menjelaskan segala yang baik tentang Furqan dan menutupi kekurangannya. Dan Azzam menjelaskan juga bahwa Furqan kemungkinan besar sudah punya seorang calon sebagai pendamping hidupnya. Namun Azzam tidak mau menyebutkan namanya. Eliana sempat kaget, tapi tidak ada perubahan rona di wajahnya. Putri Pak Dubes i'tu malah bertanya, 321 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Kalau Mas Khairul sendiri sudah punya calon?" Azzam menjawab dengan senyum saja. lagi. "Kok cuma senyum. Jadi sudah punya?" Tanya Eliana "Belum. Apa Mbak Eliana mau jadi calonku hehehe...? Jadi isteri pembuat tempe itu makmur lho Mbak. Gizi keluarga selalu tercukupi hehehe..." Kata Azzam sambil bergurau. "Wah kalau begitu, aku mau. Siapa yang tidak mau gizinya tercukupi hi hi hi." Jawab Eliana juga sambil bercanda. Eliana lalu bercerita dua atau tiga bulan ke depan akan pulang ke Indonesia. Ia akan membintangi sebuah film layar lebar garapan sutradara nomor satu di Indonesia. Dan Solo adalah salah satu lokasi yang diambil dalam setting film layar lebar itu. "Wah kalau saya sudah pulang asyik bisa lihat Mbak Eliana akting." Sahut Azzam santai. "O ya, rumah Mas Khairul di Solo ya?" "Iya. Tepatnya di Kartasura-nya." "Kalau begitu minta alamatnya. Siapa tahu saya ada kesempatan mampir nanti." "Boleh. Ibu dan adik-adik saya pasti senang jika kedatangan tamu artis cantik seperti Mbak." Eliana merasa tersanjung mendengar perkataan Azzam yang pada akhirnya memuji kecantikannya Selama ini ia belum pernah mendengar pemuda satu ini memuji kecantikannya. Dan kali ini ia mendengarnya. "Dan ibu saya pasti akan lebih senang lagi jika Mbak Eliana misalnya jadi mampir nanti memakai busana Muslimah. Wah ibu saya bisa tidak bisa tidur berharihari. Beliau pasti akan mengatakan, 'Wualah-wualah ini kok ada bidadari datang kemari wualah-wualah.' Begitu. Ibu saya akan merasa seperti kedatangan tamu paling agung." Azzam melanjutkan perkataannya dengan santai. Ia sudah menganggap Eliana 322 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I bukan siapa-siapa. Bukan gadis istimewa yang sempat memesonanya ketika awal kali bertemu dengannya. Eliana sudah ia anggap seperti orang lain pada umumnya. Apalagi saat itu, dalam diri Eliana tak menunjukkan adanya tanda-tanda perubahan ke arah yang lebih baik dari tatacaranya berbusana. Masih suka memakai kaos ketat dan cekak yang jika jongkok maka sebagian kulit tubuh belakangnya kelihatan. Bagi Azzam, gadis seperti itu bukanlah impiannya. Baginya, gadis cantik, kaya dan cerdas seperti Eliana belumlah cukup. Tapi ia harus berbalut perangai mulia. Yaitu perangai yang ditunjukkan oleh Ummul Mukminiin, Sayyida Khadijah. "Baiklah. Kalau sempat mampir aku akan pakai busana Muslimah. Menyenangkan orang katanya dapat pahala. Iya kan?" Kata Eliana sambil tersenyum. "Iya benar." "O ya Mas Khairul. Mulai awal bulan depan sinetron perdana saya mulai tayang. Judulnya, 'Dewi-dewi Cinta'. Tayang seminggu sekali tiap malam minggu jam delapan malam. Prime time lho, Mas. Beritahu ibunda Mas Khairul. Kalau perlu, beritahukan kepada ibunda Mas Khairul bahwa yang jadi pemain utamanya adalah teman baik Mas Khairul." "Baik. Nanti kalau saya kirim kabar ke Indonesia saya beritahu mereka." "O ya aku dengar Furqan baru pulang ke Indonesia. Mas Khairul ikut mengantar ke Bandara?" "Wah aku malah tidak tahu Mbak. Kok tidak bilangbilang ya? Biasanya dia memberitahuku." *** Pengumuman ujian biasanya keluar bulan Juli. Azzam mentargetkan awal bulan Agustus sudah pulang. Masih ada waktu kira-kira satu bulan. Ia harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Ia ingin mengkhatamkan belajar Al-Qurannya setiap Subuh pada Imam Masjid di dekat apartemennya. Untuk itu, bisnis tempenya sementara ia percayakan pada Rio. 323 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ia hanya mengontrol dan mengarahkan saja. Namun ia tetap memerlukan tambahan dana. Sebab, ketika ia pulang ke Indonesia nanti, awal-awal hidup di Tanah Air, ia jelas perlu dana. Perlu modal. Ia tidak mungkin minta ibunya atau adik-adiknya. Maka bisnis tempe dan bakso tetap harus jalan sampai hari H ia pulang. *** Kepada Nasir, yang menjadi broker tiket Malaysian Air Lines, Azzam telah memesan tiket untuk awal Agustus. Sekali jalan, dari Cairo ke Jakarta. Ia telah membayarnya lunas. Itu ia lakukan agar ia mendapatkan seat. Bulan Agustus adalah bulan mahasiswa banyak pulang. Jika tidak memesan seat sejak awal bisa tidak mendapatkan dan akibatnya pulang pun tertunda. Orang satu rumah sudah tahu kalau Azzam memang berniat pulang. Dan kemungkinan besar adalah pulang ke Tanah Air untuk selama-lamanya. Artinya tidak akan kembali ke Mesir lagi untuk melanjutkan studi. Beberapa orang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah ada yang nitip. Azzam menerima dengan lapang dada. Ia sediakan satu tas ransel. Ia katakan pada yang mau nitip, "Tas itu yang untuk membawa titipan, selama barang kalian masih bisa masuk dalam tas itu silakan. Jika sudah penuh berarti kuota untuk barang titipan sudah penuh." Jika tidak begitu ia akan sangat kerepotan. Sebab ia sendiri juga akan membawa barang yang tidak sedikit. Sore itu Azzam menyempatkan bermain bola di Nadi Kahruba. Sudah sangat jarang ia bermain bola. Ia merasa perlu bermain bola untuk kenangan hari-hari terakhir di Mesir. Meskipun lama tidak main, kemampuannya sebagai bek andal tenyata tidak hilang. Dulu waktu tingkat dua ia pernah mem bela Tim KSW 71 dan menjuarai Indonesian Game. Ia dinobatkan sebagai bek terbaik dalam turnamen antarkekeluargaan Kelompok Studi Walisongo, adalah organisasi kekeluargaan Mahasiswa Indonesia dari Jawa Tengah di Mesir. 71 324 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I seluruh mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia oleh temantemannya dijuluki "Maldini from Java." Sore itu kemampuannya bermain bola ia perlihatkan di lapangan. Ia mencetak satu gol di awal pertandingan. Ketika sedang asyik-asyiknya main bola, ada suara yang memanggil-manggil namanya dari jauh. Ternyata Hafez. Ia berlari mendekati Hafez. "Ada apa Fez?" "Aku baru dari rumah Miftah Kang. Ini Kang ada surat dari Indonesia." Wajah Azzam langsung berbinarbinar bahagia. Ia menerima sepucuk surat dengan amplop berwarna cokelat muda. Ia langsung membuka dan membacanya. Ia tak sabar untuk menunggu pulang dulu ke apartementnya. Hafez berangsut duuk di trotoar sambil mengawasi orang-orang yang bermain bola di atas aspal. "Membacanya sambil duduk Kang, lebih enak," seru Hafez. Azzam pun duduk dan menekuri huruf demi huruf surat yang ditulis oleh adiknya itu. Sementara keringatnya masih terus keluar membasahi kaosnya. Adiknya itu menulis: Menemui Kakakku Tercinta Abdullah Khairul Azzam Di Kota Seribu Menara Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa barakatuh. Kak, bagaimana kabarmu? Sudah selesai ujian ya. Ketika kakak membaca surat ini, kami yang di Indonesia berharap dalam sehat, baik tak kurang suatu apa dan selalu dalam dekapan kasih sayangAllah Swt. Amin. Kami jugaberdoa semoga kakak lulus ujian, dan meraih gelar Lc. dengan predikat memuaskan. Amin. Kami yang di Tanah Air alhamdulillah baik. Aku, Lia dan Ibu pertengahan Juli ini mau menjenguk Sarah ke Kudus.Adik bungsu kita itu hebat Kak. Saat 325 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy liburan sekolah datang, ia tidak mau pulang, ia tetap ingin di pondok. Katanya di pondok bisa menambah hafalan Al Quran. Ah, aku jadi ingat kakak. Kata ibu, si Sarah itu sangat mirip kakak. Lebih suka di pondok daripada di rumah. Semangat menuntut ilmunya luar biasa. Otaknya pun cerdas. Doakan kami semua ya Kak. Kak Azzam terkasih, Persisnya kapan kakak berencana pulang? Kami benar benar sudah kangen.Apalagi ibu, beberapa kali aku mendengar ibu malam-malam tidur mengigau dengan menyebut nama kakak berulang-ulang. Kami harap kakak pulang secepatnya. Begitu ada kesempatan pulang langsung pulang. Oh ya Kak, sedikit kabar gembira. I3uku kumpulan cerpenku yang berjudul "Menari Bersama Ombak" mendapatkan penghargaan dari Diknas sebagai buku kumpulan cerpen terbaik tahun ini. Aku diundang ke Jakarta untuk menerima hadiah awal bulan Agustus. Jika kakak bisa pulang sebelum itu, atau pas aku di Jakarta sangat baik. Kita bisa bertemu di Jakarta dan kakak bisa melihat adikmu menerima penghargaan itu. Kak Azzam yang kami nanti, ini dulu ya. Kami menunggumu setiap hari. Kami juga mendoakanmu tiada henti. Dan seperti biasa, seperti yang sudah-sudah Lia titip salam. Salam rindu dan kangen tiada tara katanya. Sarah titip kecupan cinta katanya. Ibu titip setetes airmata cinta dan bangga untukmu kakakku tercinta. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan taufikNya kepada kakak. Amin ya Rabbal 'alamin. Wassalam, Ta'zhim adikmu. Ayatul Husna Ps: Husna merasa sudah saatnya menikah. Kakak sebagai wali Husna bisa mulai memikirkan hal ini. Husna sepenuhnya patuh pada kakak. 326 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Tak ada satu huruf pun yang terlewat. Niat Azzam untuk segera pulang semakin kuat. Dan tiba-tiba ia tersenyum sendiri. Ya, Husna sudah dewasa. Sudah saatnya menikah. Pesan di akhir suratnya sungguh menyentuh kalbunya. Memang dialah sekarang yang jadi wali adik-adiknya. Ia berkewajiban mencari jodoh untuk mereka. Namun ia sendiri belum menikah. Ia sungguh takjub atas kecerdasan adiknya mengingatkannya. Husna jelas menginginkan kakaknya segera menikah baru menikahkan dirinya. Dalam hati ia berkata, "Insya Allah, Dik, kakak akan segera pulang. Begitu pulang kakak akan menikah secepatnya. Umur kakak toh sudah hampir kepala tiga. Setelah itu kakak akan menikahkan kalian dengan pemuda yang saleh, bi idznillah." 72 "Kang sudah selesai membaca suratnya?" tanya Hafez. "Sudah," jawab Azzam sambil memandang Hafez. "Kang." "Iya Fez, ada apa?" "Aku ingin menagih janji Sampeyan." "Janji apa Fez?" "Itu, janji Sampeyan untuk membicarakan pada Fadhil tentang keinginanku menyunting Cut Mala. Aku sudah tidak sabar Kang." Azzam jadi ingat, ia punya janji dan punya tugas tambahan sebelu m pulang; yaitu menjelaskan masalah Hafez pada Fadhil, kakak kandung Cut Mala. "Insya Allah, akan aku bilangkan pada Fadhil secepatnya. Tapi aku minta kamu bersikap dewasa jika seandainya rasa cintamu itu bertepuk sebelah tangan lho Fez," jawab Azzam. "Aku sudah siap menerima apa pun yang terjadi. Tapi 72 Dengan ijin Allah 327 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tolong Kang, diusahakan jangan sampai bertepuk sebclah tangan lah." "Wah lha ini yang sulit. Cinta itu tidak bisa dipaksakan Fez. Kau harus tahu itu. Aku sih berharap C Mala dan ut kakaknya menerimamu dengan tangan terbuka. Tapi kau harus dewasa menghadapi sesuatu yang di luar harapan kita. Dan sebelum aku memberitahu kamu apa hasilnya kamu jangan banyak tanya ya?" "Baik Kang." . 328 Ilyas Mak’s eBooks Collection
27 RESEP CINTA IBNU ATHAILLAH Pulang dari main bola Azzam langsung mencari Fadhil untuk membicarakan masalah Hafez. Ia kuatir jika tidak dibicarakan segera nanti terlupa. Ternyata Fadhil tidak ada. Kata Nanang sedang menghadiri rapat di KMA. Azzam langsung membersihkan badan. Maghrib tak lama lagi akan datang. Ia berharap bisa berbicara dengan Fadhil nanti malam. Maghrib sampai Isya, Azzam tidak pulang. Ia belajar tartil Al Quran pada Imam Adil Ramadhan. Imam masjid yang masih perjaka itu sebenarnya adalah kakak kelasnya di Fakultas Ushuluddin, dan usianya sama dengannya. Adil Ramadhan lulus S.1 dengan predikat terbaik di angkatannya. Dan sekarang sudah diangkat sebagai asisten dosen di Al Azhar.
Habiburrahman El Shirazy Azzam tidak malu untuk belajar pada orang yang seusia dengannya. Ia sudah dua tahun belajar pada imam masjid yang berasal dari pelosok desa di Mesir utara itu. Tinggal satu juz lagi. Ia memang minta waktu khusus. Biasanya hanya setelah Subuh. Ia menjelaskan kepada Adil satu bulan lagi pulang. Adil Ramadhan siap mengajarnya secara intensif. Beliau berharap sebelum Azzam pulang, belajarnya membaca Al-Quran dengan disiplin qira'ah riwayat Imam Hafs bisa khatam. Qira'ah riwayat Imam Hafs adalah qira'ah yang lazim dipakai di dunia Islam termasuk di Indonesia. Azzam belajar dengan penuh semangat. Ia ingin khatam. Ia merasa prestasi akademisnya yang tidak cemerlang harus ditutup dengan menuntaskan ilmu paling pokok dalam Islam. Yaitu ilmu membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Dengan ilmu itu ia bisa mengajarkan cara membaca Al-Quran dengan benar, tidak asal-asalan. Adapun ilmu untuk memahami Al Quran, ia telah mendapatkannya dari kampus Al Azhar. Bakda shalat Isya ia tetap di masjid untuk mengaji kitab Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari dengan Adil Ramadhan. Malam itu ia mendapat pencerahan sangat berharga dari kitab Al Hikam tentang hal yang sangat penting baginya sebagai seorang penuntut ilmu. Ibnu Athaillah mengatakan, "Khairul ilmi ma kaanatil khasyyah ma'ahu. Ilmu yang paling baik adalah yang disertai khasyyah." Adil Ramadhan menjelaskan bahwa khasyyah adalah rasa takut kepada Allah yang disertai mengagungkan Allah. Maka segala jenis ilmu yang tidak mendatangkan rasa takut kepada Allah dan juga tidak mendatangkan pengagungan kepada Allah tiada kebaikannya sama sekali. Adil Ramadhan berpesan pada Azzam, "Untuk mengetahui ilmumu bermanfaat atau tidak cukuplah kau lihat bekasnya. Jika dengan itu kau semakin takut kepada Allah dan semakin baik ibadahmu kepada-Nya, maka 330 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I itulah tanda ilmumu benar-benar bermanfaat. Jika sebaliknya maka berhati-hatilah, Saudaraku!" Pulang dari masjid Azzam langsung mencari Fadhil. Ternyata anak itu belum juga pulang. Ia langsung beranjak ke kamarnya. Malam itu kegiatan membuat tempe di rumah libur. Rio dan teman-temannya sedang ikut mukhayyam 73 yang diadakan oleh Universitas Al Azhar di Alexandria. Azzam kembali membaca ulang surat dari adiknya. Ia tersenyum. Pesan terakhir Husna yang membuatnya tersenyum. Ia jadi memikirkan dirinya sendiri. Jika ia hendak menikah dengan siapa sebaiknya ia menikah ya? Ia tidak punya bayangan sama sekali. Dan ia sendiri merasa tidak perlu untuk mencari bayangan itu saat itu. Sebentar lagi ia akan pulang. Biarlah masalah itu ia pikirkan setelah ia pulang. Bukankah Allah telah menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluknya di alam semesta ini berpasang-pasangan? Ia yakin pasangan hidupnya telah ada, telah tersedia. Jadi ia tak perlu mengkuatirkannya. Malam itu untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya ia tidur benar-benar di awal malam. Dalam tidurnya ia kembali bermimpi bertemu ibu dan adik-adiknya. *** Dalam perjalanan dari sekretariat Keluarga Mahasiswa Aceh di Makram Abied sampai Mutsallats, Fadhil tak kuasa menahan sesak di dadanya. Airmatanya terus meleleh tanpa bisa ditahannya. Ia baru saja menghadiri rapat pembentukan panitia pernikahan Tiara dengan Zulkifli. Seperti yang ia duga, ia pasti diminta terlibat jadi panitia. Ia bahkan sempat diminta untuk jadi ketua panitianya. Dengan berat hati ia menolaknya. Namun akhirnya ia tidak bisa menolak untuk jadi penanggung jawab acara akad nikah dan walimah. Fadhil benarbenar tersiksa. Ia akan melihat orang yang dicintainya diam73 Perkemahan. 331 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy diam dengan sangat mendalam akan menikah dengan orang lain. Menikah di depan matanya, dan ia jadi panitianya. Yang membuat dadanya sangat sesak, ia juga harus memimpin tim nasyid yang dipimpinnya untuk meramaikan pesta pernikahan itu. Selain pemimpin, ia adalah vokal utama di tim nasyid itu. Ia akan menjadi penghibur dalam pesta pernikahan itu. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa penampilan dirinya nanti. Sanggupkah ia melaksanakan ini semua. Saat ini, belum apa-apa dirinya sudah terbakar oleh api cemburu, api penyesalan dan kesedihan yang luar biasa panas baranya. Ia meratapi nasibnya. Alangkah ruginya dirinya, tidak mendapatkan orang yang dicintainya. Tidak mendapatkan gadis sebaik Tiara yang sudah lama ia damba. Dan alangkah bahagia temannya itu, Zulkifli yang akan menyunting gadis selembut Tiara. Yang membuatnya semakin tersiksa adalah, Tiara dalam rapat tadi tampak murung. Ia jadi teringat katakata adiknya, Cut Mala, beberapa waktu yang lalu, "Namun entah kenapa ia sepertinya murung saja Kak. Kayaknya ia kecewa pada Kakak. Mala tahu persis kalau Kak Tiara itu memang menaruh harap pada Kakak." Ia yakin Tiara juga mengalami kesedihan yang sama. Seperti yang dialaminya. Kesedihan seorang pencinta yang dipisahkan dengan orang yang dicintainya. Kesedihan seorang pencinta yang diputus harapannya tmtuk bisa bersanding dan hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Tiba-tiba entah kenapa, ia merasa memang benarbenar sangat mencintai gadis yang pernah menjadi muridnya itu. Ia merasa akan kehilangan sesuatu yang paling berharga untuk selamanya. Ia kembali meratapi nestapanya. Ia adalah juga manusia biasa dengan segala kelemahannya. Sampai di rumah Fadhil langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Matanya sedikit pun tak mau terpejam. Airmatanya terus meleleh. Hatinya pilu. Tubuhnya seperti remuk redam. 332 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Di Masakin Utsman Tiara juga didera nestapa yang sama. Bahkan lebih dalam sakitnya. Gadis itu seperti kehilangan daya hidupnya. Ia merasa menjadi makhluk paling malang di jagad raya. Ia benar-benar tersiksa oleh perasaan hatinya. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia telah menerima lamaran orang yang tidak diharapkannya. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia akan menikah tidak dengan orang yang selama ini dikaguminya, dihormatinya dan dicintainya. Yaitu Fadhil, kakak Cut Mala. Orang yang ia kagumi sejak di pesantren dulu. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia pada akhirnya akan hidup bersama dengan orang yang sama sekali asing baginya. Ia harus melayani dan mengabdi dengan jiwa terpaksa. Ia menahan perih di dadanya. Hatinya menjerit sekeraskerasnya. Ooo alangkah bahagianya perempuan yang mendapatkan cintanya. Ooo alangkah bahagianya perempuan yang melayani suami yang dicintainya dan mencintainya. Ooo alangkah bahagianya membangun rumah tangga dengan sepenuh cinta. Cinta dari sang isteri dan cinta dari sang suami. Kedua cinta itu bertemu jadi satu dan menjelma menjadi kekuatan cinta yang berselimutkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Memberi Cinta. Itulah sepenuh cinta yang didamba-damba Tiara. Menikah dengan orang yang dicintainya, dan orang yang dicintainya itu juga mencintainya. Menikah dengan perasaan bahagia. Mengabdi pada suami dengan perasaan bahagia dan mela hirkan buah cinta dengan perasaan bahagia dan bangga. Hati Tiara perih luar biasa mendapati kenyataan bahwa kebahagiaan seperti itu tidak ia dapat. Ia sudah mendapat keterangan banyak tentang calon suaminya. Namun belum juga ada api cinta terpercik di dalam jiwanya. Hatinya masih diisi rasa cinta pada Fadhil, orang yang ia rasakan pernah rmengajarnya dengan penul1 kelembutan dan cinta. Sekaligus orang yang selama ini begitu baik padanya. 333 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Yang lebih menyiksanya adalah, ia sadar bahwa perasaan seperti itu dilarang dalam agama. Ia tahu persis akan hal itu. Ia seorang mahasiswi Al Azhar. Ia sangat tersiksa. Seharusnya ketika ia menerima pinangan seseorang dalam hatinya, hanya ada nama orang yang meminangnya dan bukan orang lain. Ia sudah matimatian untuk membersihkan hatinya dari yang tidak pantas dan dicela. Ia sudah mati-matian melupakan Fadhil. Namun entah kenapa ia tidak bisa. Ia berusaha mencari-cari alasan untuk membenci Fadhil, tapi tidak berhasil. Yang ada justru sebaliknya, setiap kali ia menekan hatinya untuk membuang Fadhil, tibatiba muncul rasa kehilangan yang menyakitkan dan menyiksanya. Sebagai seorang Muslimah yang tahu adab dan akhlak, seharusnya ia tidak merasa demikian. Seharusnya ia bisa menerima kenyataan yang dihadapinya. Akal sehatnya menyadarkannya akan hal itu. Namun betapa susah menghapus rasa cinta yang terlanjur menghujam ke dalam jiwa. Jam tiga, Fadhil belum juga memejamkan mata Dunia ini sangat tidak nyaman ia rasa. Ia masih memikirkan nasibnya. Arakah ia masih kuat bertahan di Cairo untuk melanjutkan S.2 seperti yang ia rencana, jika setelah menikah Tiara dan Zulkifli tinggal satu kota dengannya, dan ia pasti akan sering bertemu mereka di KMA dan di mana-mana? Jika mereka memerlukan bantuan pastilah ia yang akan diminta. Minta siapa lagi? Bukankah ia yang paling dekat dengan mereka. Dialah teman satu pesantren Zulkifli, dan dialah yang selama ini minta Tiara membimbing Cut Mala adiknya? Di Cairo tak ada yang lebih dekat dengan mereka selain dia. Sanggupkah ia menunaikan kewajibannya sebagai seorang sahabat, seorang saudara seiman, sebangsa, sedaerah, bahkan sealumni dengan penuh keikhlasan? Hanya airmatanya yang menjawab. Kalau ia jauh dari mereka atau mereka jauh darinya tak akan terasa berat. Namun mereka akan sangat dekat dengannya, dan ia akan terus diminta dekat dengan mereka. Di negeri orang, kawan satu bangsa beda pulau ibarat saudara. Apalagi kawan satu daerah dan satu alumni. Fadhil 334 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I merasa, jika ia tetap bertahan di Cairo, hidupnya akan terasa berat. Kecuali jika ia menemukan pengganti Tiara, pengganti yang lebih ia cintai dan ia sayangi. Dan di Cairo ini adakah yang bisa melebihi Tiara dalam menawan hati dan jiwanya? Ia sama sekali belum bisa menemukannya. Fadhil menghela nafas. Ia merasa benar-benar tidak berdaya. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Hidup terasa hampa. Terasa ada sesuatu bagian paling berharga yang terenggut darinya. Jam beker di kamar Azzam berdering-dering, Fadhil mendengarnya. Ia melihat jam di dinding kamarnya. Jam tiga lebih dua puluh lima. Sejurus kemudian Fadhil mendengar suara beker itu mati, pintu berderit dibuka, dan gemericik suara air di kamar mandi. Tiba-tiba Fadhil merasa iri dengan Azzam. Azzam yang di matanya begitu tegar menghadapi hidupnya. Azzam yang selalu ia lihat bekerja dan bekerja. Ia tak pernah mendengar Azzam berbincang-bincang tentang perempuan. Setahunya, Azzam tak mengenal perempuan kecuali ketiga adik dan ibunya. Merekalah yang menjadi segala galanya baginya. Ia ingin seperti Azzam, tapi ternyata ia tidak bisa mengingkari bahwa selain ibunya dan Cut Mala adiknya, ternyata ada Tiara di dalam hatinya. Fadhil bangkit mengambil air wudhu lalu shalat. Hatinya tidak bisa khusyuk, tapi ia tetap shalat. Selesai shalat ia ke kamar Azzam. Azzam sedang membaca kitab Al Hikam. "Ee kau Dhil, sudah bangun?" "Bukan sudah bangun Kang, tapi aku memang tidak bisa tidur!" "Kenapa tidak bisa tidur?" "Aku mau cerita, tapi tolong ini jadi rahasia di antara kita berdua saja ya." "Baik." 335 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Begini Kang. Aku sedang menghadapi masalah psikologis yang pelik Kang." "Pelik bagaimana Dhil?" Fadhil lalu menceritakan semuanya. Tentang Tiara yang meminta pendapatnya karena dilamar Zulkifli yang tak lain adalah temannya sendiri di Indonesia. Tentang saran yang ia berikan. Tentang segala perasaan cintanya pada Tiara. Tentang kekecewaan Tiara. Tentang pernikahan Tiara yang akan segera diadakan. Tentang hasil rapat di KMA yang memintanya jadi penanggung jawab acara. Tentang dirinya yang harus mendendangkan nasyid di hadapan mempelai berdua. Tentang segala rasa cinta pada Tiara yang membuatnya tersiksa. Tentang kesedihan dan nestapanya yang menyesak dada. Fadhil menceritakan itu semua dengan mata berkaca kaca. "Bayangkan Kang, kalau boleh jujur, aku sudah bersimpati padanya sejak mengajarnya di Madrasah Aliyah. Dulu aku tidak merasakannya. Tapi sejak dia tiba di Cairo ini, aku diamdiam sudah merencanakan hendak mengkhitbahnya begitu aku lulus. Aku sangat mencintainya. Namun herannya ketika dia minta saran kenapa aku bisa memberi saran demikian. Kenapa aku sok jadi pahlawan dengan mengutamakan orang lain? Sekarang aku seperti terpanggang oleh api cemburu dan penyesalan yang sangat menyakitkan. Aku harus bagaimana Kang?" Azzam tersenyum. Entah kenapa mendengar kisah Fadhil ia ingin tertawa, tapi tidak dilakukannya. Ia takut membuat Fadhil semakin tersiksa. Dengan tenang, ia berniat menghibur dan memberikan jalan yang lebih terang kepada Fadhil. Ia menanggapi, "Dhil, Fadhil, masalah yang kau hadapi itu masalah kecil. Tak usah kaubesar-besarkan. Nanti semuanya akan baik-baik saja. Ini kebetulan aku baru saja membaca perkataan Imam Ibnu Athaillah yang sangat dahsyat tentang cinta. Dan perkataan beliau ini bisa jadi terapi yang tepat untuk penyakit 336 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I cintamu. Ya, aku katakan apa yang kau simpan di hatimu itu adalah penyakit. Cinta sejati itu menyembuhkan tidak menyakitkan." Dengar baik-baik ya perkataan Ibnu Athaillah, saya bacakan langsung dari kitab aslinya. Beliau mengatakan: la yukhriju asy syahwata illa khaufun muz'ijun aw syauqun muqliqun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangnn duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana! "Coba resapi baik-baik kata-kata ulama besar dari Iskandaria ini. Kecintaanmu pada Tiara itu syahwat. Hampir semua orang yang jatuh cinta itu merasakan apa yang kau rasakan. Dan perasaan seperti itu tidak akan bisa kaukeluarkan, kauusir dari hatimu kecuali jika kau memiliki dua hal. "Pertama, rasa cinta kepada Allah yang luar biasa yang menggetarkan hatimu. Sehingga ketika yang ada di hatimu adalah Allah, yang lain dengan sendirinya menjadi kecil dan terusir. Kedua, rasa rindu kepada Allah yang dahsyat sampai hatimu merasa merana. Jika kau merasa merana karena rindu kepada Allah, kau tidak mungkin merana karena rindu pada yang lain. Jika kau sudah sibuk memikirkan Allah, kau tidak akan sibuk memikirkan yang lain. "Karena hatimu miskin cinta dan rindu kepada Allah, jadinya kau dijajah oleh cinta dan rindu pada yang lain. Saat ini yang menjajah hatimu adalah rasa cinta dan rindumu pada Tiara. Itulah yang membuatmu tersiksa Padahal kau sudah tahu kalau dia sudah dilamar dan dikhitbah saudaramu sendiri. Kau harus tahu perasaan seseorang tidak bisa mengubah hukum syariat. Seberapa besar rasa cintamu kepada Tiara dan seberapa besar perasaan cintanya kepadamu, tidak akan mengubah hukum dan status Tiara, bahwa ia telah dikhitbah oleh saudaramu. Apalagi Tiara telah menerimanya. "Panitia pernikahan telah ditata. Kau sama sekali tidak boleh merusaknya. Kalau kau mau jadi pahlawan jangan setengah-setengah. Jadilah pahlawan yang benar benar pahlawan, meskipun harus mengorbankan sesuatu yang kau anggap pa337 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy ling berharga. Tidak ada pahlawan yang tidak berkorban apaapa! " Kedua mata Fadhil basah mendengar kata -kata Azzam yang membukakan jalan lebih terang baginya. Tapi Tiara masih juga tertulis dengan jelas di hatinya. "Terima kasih Kang. Cinta memang bukan segala-galanya, tapi kehilangan cinta seperti kehilangan segala -galanya." Azzam tersenyum dan berkata dengan suara pelan, "Benar. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima dan ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak akan pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kaucintai itu dari hatimu. Tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah darimu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dariNya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla." Mendengar hal itu ada kesejukan yang mengaliri jiwanya. Kesejukan yang membuat hatinya sedikit terhibur dan lega. Jiwanya perlahan mulai menemukan ketenangan. 338 Ilyas Mak’s eBooks Collection
28 SEPUCUK SURAT Dl HARI PENGHABISAN RESEP Tiara belum juga bisa menerima kenyataan yang dihadapinya. Dua hari lagi rombongan pengantin putra dari Aceh akan datang. Ia masih tidak percaya bahwa bukan Fadhil Mutahar yang akan menjadi suaminya. Ia merasa dua hari masih bisa digunakan unhuk mengubah segalanya. Pagi ihu setelah shalat Subuh ia menulis sepucuk surat untuk Fadhil. Itulah usahanya yang paling penghabisan untuk mendapatkan cintanya. Cut Mala ia paksa untuk mengantarkan surat itu kepada orang yang ia damba. Fadhil sudah menyiapkan diri untuk menghadapi hari yang sangat berat baginya. Kata -kata Azzam menyitir sepenggal kalimat Ibnu Athaillah terus tergianggiang di kepala.
Habiburrahman El Shirazy "Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi, selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana!" Ia telah menyadari sepenuhnya, bahwa cintanya kepada Tiara yang sedemikian dahsyat menjajah hatinya hanya bisa diusir dengan menghadirkan rasa cinta, rindu, dan takut kepada Allah yang memenuhi seluruh hati dan jiwa. Dengan sekuat tenaga ia mulai menata hati dan jiwanya. Ia telah berusaha sebisa mungkin menghadirkan Allah dalam hatinya, dan mem buang yang selain Dia. Meskipun itu adalah hal yang sangat berat ia rasa. Namun ia terus berusaha dan berusaha. Hari itu Fadhil puasa, saat teman-temannya tidak puasa. Ia memilih di rumah saja saat teman-temannya, rekreasi menelusuri sungai Nil ke Qanathir El Khairiyyah. Hanya ia dan Azzam yang di rumah. Azzam asyik dengan membaca kitab Al Hikam-nya. Sementara dirinya berusaha menenteramkan jiwanya dengan membaca sejarah hidup para tabi'in 74 yang mulia. Pagi itu Cut Mala datang menemui kakaknya. Datang mengantarkan surat yang diamanahkan kepadanya. "Kak, ini ada surat dari Kak Tiara. Katanya sangat penting. Kakak diminta langsung membacanya dan langsung menjawabnya. Saya diminta membawanya." Fadhil agak kaget mendengar apa yang dikatakan adiknya. Kaget bercampur penasaran, gembira, dan kecewa. Ia penasaran apa gerangan isi surat itu. Gembira karena yang menulis adalah Tiara. Itulah untuk pertama kalinya ia menerima surat dari orang yang sesungguhnya ia damba. Dan kecewa karena ia merasa tidak berhak lagi mendambakannya. Dengan tangan sedikit gemetar ia terima surat itu. Ia agak ragu. Ia menatap Mala. "Bacalah Kak sekarang juga," ucap Mala meyakinkannya. Perlahan ia ambil surat dari amplopnya dan ia baca. 74 Tabi'in adalah orang-orang saleh yang bertemu para sahabat Rasulullah Saw. 340 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Kepada Kakakku sekaligus ustadzku, Ustadz Fadhil Mutahar Yang sangat aku hormati dan yang, aku harus mengakuinya secara tertulis, SANGAT AKU CINTAI. Assalamulaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuh. Doaku mengawali isi surat ini, semoga yang menulis surat ini dan yang membaca surat ini diampuni dosa-dosanya oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jika mengharapkan cinta seseorang adalah berdosa semoga diampuni oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jika menulis surat demi cinta adalah dosa maka semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni orang yang menulisnya. Kak Fadhil tercinta, Surat ini adalah usaha penghabisanku untuk mewujudkan harapanku, dan untuk meyakinkan diriku bahwa cinta bisa mengubah nasib seorang gadis malang yang kini berada di ujung pedang. Kak Fadhil tercinta, Aku harus berbuat apa Kak agar bisa hidup dengan orang yang aku damba? Dan orang itu adalah kakak. Perasaanku terhadap kakak sesungguhnya sangat jelas, sejelas matahari di siang hari, dan purnama raya di malam hari. Begitu ada yang datang melamarku aku minta pertimbangan kakak dengan harapan kakak menunjukkan rasa cinta dan cemburu. Tapi yang aku dapatkan adalah sikap tinggi hati, kakak menyarankan agar aku terima saja lamaran itu. Mendengar saran kakak itu terus terang hatiku geram dan marah, maka seketika itu tanpa pikir panjang aku terima lamaran itu. Saat itu aku tidak berpikir bahwa sesungguhnya aku belum bisa menerimanya. Kak Fadhil tercinta, 341 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Aku tahu kalau kakak juga mencintai saya. Aku bisa membacanya dari sikap kakak selama ini. Sejak kakak pertama kali bertemu dengan diriku. Dan saat itu aku menjadi murid kakak. Sampai saat aku menginjakkan kaki di Mesir dan kakak termasuk tim yang menjemput diriku dan teman-temanku. Sampai ketika aku sudah tinggal di Mesir. Selama ini tanpa bicara sepatah kata kakak sudah menunjukkan dan mengisyaratkan rasa cinta kepadaku. Aku memang diam, karena seorang gadis memang sebaiknya diam dan menunggu. Aku menunggu keberanian kakak untuk meminangku. Sungguh, Kak, aku menunggu. Aku sempat berpikir, mungkin kakak akan menunggu sampai kakak selesai kuliah. Dan aku siap menunggu. Sampai lamaran itu datang. Aku beritahukan kepada kakak, dengan harapan kakak memberikan ketegasan. Memberikan harapan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan. Namun apa salahku Kak? Apa? Sampai kau begitu tega membabat semua harapanku. Apa salahku sampai kau begitu tega melukaiku? Dan juga melukai dirimu sendiri. Kak Fadhil tercinta, Dengan surat ini, aku mengajak kakak untuk rendah hati. Dan aku mengajak kakak untuk berani. Berani bertindak, berani melangkah agar kita tidak lebih sakit lagi. Aku bisa merasakan betapa sakitnya kakak menjadi penanggung jawab acara pernikahan nanti (jika itu terjadi). Betapa sakitnya kakak harus mendendangkan nasyid di hadapan kami? Aku sendiri merasakan sakit berlipat-lipat saat merasakan betapa akan sakitnya diri kakak saat itu. Aku sendiri akan sangat sakit, dan entah apakah aku nanti bisa menahannya, ketika mengetahui yang mengakad diriku benarbenar orang lain, bukan kakak. Yang berbahagia di pelaminan adalah orang lain dan bukan kakak. Sementara kakak hanya menjadi penghibur para tamu yang sedang menikmati hidangan. Kak Fadhil tercinta, Masih ada waktu. Ini memang sudah terlambat. Namun masih bisa diperbaiki selama akad nikah itu belum terjadi. Kak, 342 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I dua hari lagi mereka akan datang. Hari berikutnya akad nikah. Dan hari berikutnya pesta walimah. Kalau kakak mau, aku akan katakan supaya mereka membatalkan semuanya. Dan aku akan jelaskan semuanya. Biarlah kerugian di pihak calon pengantin lelaki nanti aku yang merampungkannya. Jika kakak mau dan jika kakak berani. Sebab risiko selanjutnya adalah aku dan kakak yang akan menghadapi. Memang kita akan menantang badai. Tapi bukankah pencinta sejati selalu siap menantang badai. Aku yakin kakak adalah seorang pencinta sejati. Ya, kakak adalah seorang pencinta sejati yang gagah berani, yang siap mengarungi penjalanan panjang hidup dengan gagah berani pula: demi orang-orang yang dicintai. Dan dengan menulis surat ini aku telah memulai. Karena aku juga ingin menjadi pencinta sejati. Selanjutnya tinggal kakak, apakah kakak punya nyali? Kak Fadhil tercinta, Aku berharap kakak tidak lagi tinggi hati.Aku berharap kakak menyambut baik maksud surat ini. Inilah harapan terakhirku. Juga; harapan terakhir bagi kakak jika kakak memang memiliki rasa cinta yang sama denganku. Jika kakak tidak menyambutnya, maka ketahuilah sesungguhnya yang menghujamkan pedang ke jantung gadis malang penulis surat ini adalah dua tangan kakak yang sangat jahat. Sesungguhnya yang memenggal leher gadis penulis surat ini adalah tangan algojo kakak yang kejam. Aku berharap itu tidak terjadi. Kak Fadhil tercinta, Aku tunggu jawabannya. Segera. Langsung jawab seketika surat ini telah kakak baca. Sebab tak ada lagi waktu yang tersisa. Maafkan jika hal ini kakak anggap menambah dosa. Wassalam, Yang sungguh mencintaimu Tiara Kemala Putri 343 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Tubuh Fadhil bergetar hebat. Rasa cinta dan damba pada Tiara yang nyaris pupus kembali bertunas. Wajah Tiara yang memohon penuh iba kepadanya terbayang di pelupuk mata. Kata-kata Tiara dalam suratnya terngiangngiang kembali, Kak Fadhil tercinta, Aku berharap kakak tidak lagi tinggi hati. Aku berharap kakak menyambut baik maksud surat ini. Inilah harapan terakhirku. Juga harapan terakhir bagi kakak jika kakak memang memikili rasa cinta yang sama denganku. Fadhil goyah. Hatinya oleng. Ia kembali terbayang dengan kata-kata Tiara selanjutnya, Jika kakak tidak menyambutnya, maka ketahuilah sesungguhnya yang menghujam-kan pedang ke jantung gadis malang penulis surat ini adalah dua tangan kakak yang sangat jahat. Sesungguhnya yang memenggal leher gadis penulis surat ini adalah tangan algojo kakak yang kejam. Aku berharap itu tidak terjadi. Atas ajakan tawaran dan ancaman itu perasaannya mengiyakan. Namun akal sehatnya menentang habis-habisan. Ada pertarungan dahsyat dalam batinnya. Ia tidak bisa memutuskan. Hatinya pilu. Wajahnya jadi biru. Seluruh otot-ototnya terasa kaku. "Ada apa Kak? Apa yang terjadi?" tanya Mala melihat perubahan muka kakaknya. Fadhil menarik nafas.Terasa nyeri. Dadanya terasa sakit sekali. Tapi ia berusaha menahan dan menguatkan diri. Ia tak mau lagi masuk rumah sakit, meskipun cuma sehari. "Bacalah surat ini. Dan tolong bantu kakak untuk mengambil keputusan," ujar Fadhil dengan suara parau. Cut Mala mengulurkan tangan mengambil surat itu dan membacanya kata demi kata. Fadhil memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. Perlahan-lahan mata adiknya itu berkaca-kaca. Tak selang berapa lama Cut Mala telah selesai membaca dengan muka yang sama pucatnya dengan kakaknya. "Aku bisa merasakan harapan yang dirasa Kak Tiara. Namun setelah urusan pernikahan itu sedemikian matangnya, 344 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I panitia telah terbentuk, dan dua hari lagi mereka akan datang, Mala rasa menerima surat ini kakak benar-benar bagai makan buah simalakama." "Lalu apa yang sebaiknya kakak lakukan Dik. Tolong kakak kasih saran?" "Kak, Mala tidak bisa kasih saran. Sebab perasaan Mala tidak jernil1 lagi. Perasaan Mala sangat terlibat di sini. Terus terang Mala juga sangat ingin Kak Fadhil bersanding dengan Kak Tiara. Aku sendiri jika jadi Kak Tiara mungkin akan lebih nekat lagi. Lebih baik kakak minta saran segera pada orang yang pikirannya masih jernih dan bisa menjaga rahasia ini." "Tidak ada siapa-siapa di rumah ini kecuali Kang Azzam yang sejak pagi belum keluar dari kamarnya." "Minta saran dia saja." Fadhil ragu. Ia sudah bisa meraba Azzam pasti akan memberi jawaban yang tidak jauh berbeda dengan yang pernah diberikan kepadanya. Fadhil sebenarnya mencari saran yang lebih mendukung ajakan Tiara. "Cepat sana Kak, minta saran pada Kang Azzam. Sebab kakak harus segera menjawab hari ini juga!" Cut Mala mendesak. Dengan berat hati Fadhil bangkit menuju kamar Azzam. Azzam ternyata masih duduk di meja belajarnya. Di hadapannya bukan lagi kitab Al Hikam tapi kitab Tafsir Ayatul Ahkam. Tanpa basa-basi lagi Fadhil menjelaskan kesulitan yang dihadapinya. Ia minta Azzam membaca surat yang diterimanya. Azzam langsung membacanya dengan seksama. "Bagaimana Kang? Apa yang harus saya lakukan Kang?" tanya Fadhil melihat Azzam selesai membaca. Azzam menatap wajah Fadhil dengan tatapan serius, lalu berkata tegas, "Jika kau memang berani menantang badai. Badai yang tidak hanya di dunia, tapi juga badai di akhirat kelak, maka kau bisa ikuti ajakan Tiara! Dan dengar baik baik kata -kataku 345 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy ini Fadhil, jika kau mengiyakan ajakan Tiara, maka kau akan merusak tatanan. Kau bukan seorang lelaki sejati tapi kau seorang munafik, pengkhianat yang menikam saudaranya sendiri. Coba bayangkan berapa banyak yang akan sakit jika ide gila Tiara itu kau dukung dan kau turuti. "Dhil, percayalah padaku, jika Tiara itu jadi menikah dengan Zulkifli setelah akad dan menemui malam pertama dan bulan madu, seluruh kenangannya denganmu akan hilang. Ia hanya akan mencintai suaminya, orang yang pertama menyentuhnya. Dan kau kelak, begitu menikah dan punya isteri juga sama. Jika Tiara memang benar-benar tidak bisa menerima Zulkifli tentu sejak pertama dia akan langsung menolaknya, tanpa harus meminta pertimbanganmu. Tanpa harus mencari dulu kepastian atau isyarat atau ketegasan, atau apalah namanya darimu. "Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi. Demi menjaga rahmat dan kasih sayang sesama manusia dan khususnya sesama Muslim, Baginda Nabi sudah memberikan petunjuk yang indah bagi kita. Petunjuk dan tatakrama berkaitan dengan melamar wanita. Beliau dengan tegas mengatakan, 'Haram hukumnya bagi seorang Muslim melamar di atas lamaran saudaranya!' Kita dilarang melamar wanita yang telah duluan dilamar orang lain. Kecuali kalau wanita itu memang telah menolak, dan artinya masih kosong, tidak ada yang melamarnya, maka kita boleh melamarnya. "Apa yang kau lakukan jika kau turuti ajakan gila Tiara. Kau kelak akan berhadapan dengan Baginda Nabi di depan pengadilan Allah. Kau akan berhadapan dengan Zulkifli yang harga dirinya kau injak-injak. Kau juga akan berhadapan dengan keluarga Zulkifli yang kau rendahkan. Kau juga akan berhadapan dengan seluruh teman-temanmu dari Aceh karena kau telah menorehkan sejarah buram di tengah-tengah mereka. 346 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Dalam pandanganku yang paling tepat kau lakukan adalah beristighfar. D mintalah Tiara untuk sadar. Tetaplah an berjalan di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw. Dan tetaplah kau jadi lelaki sejati. Tak usah kau sesali apa yang terjadi. Ini mungkin yang terbaik bagi kalian berdua. Jika ternyata takdirnya kalian memang akan bersatu dan bertemu, maka Allahlah yang akan mengatur semuanya. Apa bangganya kita mendapatkan cinta dari orang yang kita damba, namun kita kehilangan cinta Allah 'Azza wa Jalla. Apa bangganya? "Dan terakhir ingat Dhil, pencinta sejati bukanlah seperti yang ditulis Tiara dalam tulisannya. Pencinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan rasulNya. Kukira ketika menulis surat itu, perasaan dan pikiran Tiara sedang oleng. Tidak jernih dan tenang. Dan dalam kondisi seperti itu, setan dengan gampang merasuki perasaan dan pikirannya. Hati-hatilah Dhil." Fadhil mendengarkan dengan waiah terpekur. Kata-kata yang ditulis Tiara yang mengharu-biru dalam suratnya seolah hangus terbakar oleh kata demi kata yang disampaikan Azzam dengan tegas dan berwibawa. "Jazakallah Kang. Aku sudah tahu apa yang harus kuputuskan!" "Semoga keputusan yang tepat dan terbaik." "Semoga Kang." "Amin." 347 Ilyas Mak’s eBooks Collection
29 SANG PENGANTIN Tiara membaca surat pendek yang ditulis olel Fadhil itu berulang-ulang. Dadanya seperti tertusuk puluhan paku berkarat. Ia sangat sedih dan kecewa berat. Adikku, bukannya aku tidak mencintaimu. Sungguh aku sangat mencintaimu. Dan bukannya aku tidak mendamba hidup bersamamu. Sungguh aku sangat ingin hidup bersamamu. Namun tidak semua yang didamba manusia pasti diraihnya. Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak mau kehilangan cintaNya. Aku mendamba hidup bersamamu, tapi aku lebih mendamba hidup bersama ridha-Nya. Jangan paksa aku menikam saudaraku sendiri. Jangan paksa aku melakukan tindakan yang melanggar aturan Ilahi. Mari kita samasama insyaf. Cinta sejati itu tidak menzalimi. Cinta sejati berorientasi ridha Ilahi.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Adikku, kita adalah orang Aceh. Dan kita sudah diajari untuk tegar, berbesar hati, dan setia pada teman sendiri. Maafkan aku. Doaku selalu menyertaimu semoga engkau bahagia selalu. Amin. Kakakmu, Fadhil. Harapan telah tertutup. Tak ada pilihan lagi baginya kecuali menghapus airmatanya dan menghadapi hidup yang sesunOguhnya. Hidup yang tidak lagi hanya harubiru rasa cinta pada pujaan jiwa. Ia merasa bahwa Fadhil benar. Kata katanya benar. Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh naif, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman? Tiara akhirnya mengoreksi dirinya sendiri. Dialah sesungguhnya yang salah menentukan langkah. Semuanya, sebenarnya ada di tangannya. Kenapa ketika lamaran ZuIkifli datang dan ia tidak suka lantas meminta pertimbangan Fadhil. Ia baru sadar betapa sulit posisi Fadhil saat itu. Zulkifli adalah temannya, dan ia harus setia pada temannya. Maka wajarlah jika Fadhil memberikan saran seperti itu. Meskipun ia mendapatkan saran itu, saran untuk tidak menolak lamaran Zulkifli dari Fadhil. Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak suka dia boleh dan tidak ada salahnya menolaknya. Kenapa saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia, menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pela jaran berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi, hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. Kini setelah semua tertata rapi ia menulis surat untuk merusak semuanya dengan alasan cinta. Tinggal hitungan jam saja, Zulkifli dan kedua orangtuanya akan datang. Ayahnya juga akan datang. Ia bukannya mempersiapkan menyambut 349 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy mereka dengan penuh kehangatan, namun malah mengajak Fadhil mempersiapkan pedang paling tajam guna menikam mereka dari belakang. Tiara menghela nafas panjang. Mata nya terpejam. Ia merasa dirinya benar-benar sangat malang. *** Fadhil terus berjuang untuk tabah dan berbesar jiwa. Tak ada pilihan lain baginya. Siang itu ia dan beberapa mahasiswa Aceh ke Bandara untuk menjemput Zulkifli dan rombongannya. Saat bertemu Zulkifli ia berusaha sekuat tenaga untuk ikhlas dan berbahagia. Ia rangkul kawan lamanya itu dengan muka ceria. Ia ucapkan kalimat: Selamat datang di negeri Nabi Musa wahai sahabat tercinta. Ia tempatkan Zulkifli dan rombongannya di Wisma Nusantara. Ia sendiri yang mengantarkan Zulkifli dan rombongannya ke kamarnya. Ia berikan nomor telpon flatnya, jika ada apa-apa minta bantuan apa saja, ia minta untuk menghubungi dirinya. Fadhil ingat betul kata -kata Azzam, "Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi!" Fadhil berusalla keras memberikan yang terbaik untuk sahabat lama dan rombongannya. Termasuk di dalamnya adalah ayah Tiara, orang yang pernah ia harapkan akan jadi mertuanya. Apa yang dilakukan Fadhil bukannya tidak diketahui oleh Tiara. Tiara tahu semuanya dari ayahnya yang banyak bercerita tentang kebaikan Fadhil sejak bertemu di Bandara. Juga cerita dari ayah dan ibu Zulkifli yang beberapa kali memujimuji Fadhil. "Fadhil itu kan temannya Zulkifli sejak dulu. Saya beberapa kali bertemu dengan dia di pesantren dulu. Dia itu baik, ramah dan sangat perhatian. Saya masih ingat saat saya ke 350 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I pesantren dulu sandal saya hilang di-ghosob 75 oleh para santri, saat itu Fadhil-lah yang bingung ke sana kemari mencari sandal saya. Zulkifli ini malah santaisantai saja." Cerita ayah Zulkifli dengan santai di hadapan Tiara. Cerita yang secara tidak sengaja sangat menyanjung Fadhil luar biasa. Cerita itu semakin membuat ulu hatinya ngilu bagai ditusuktusuk sembilu. Pada hari akad nikah yang dilaksanakan di KBRI, Fadhil adalah orang yang paling sibuk. Dialah yang mencarikan mushaf ke toko buku Darussalam, karena saat itu Tiara minta maharnya ada mushaf. Dan Zulkifli belum mempersiapkan itu. Fadhil langsung lari dengan taksi. Ia mencarikan mushaf mahar yang terbaik. Tiara tahu bahwa yang mencarikan mahar adalah Fadhil. Matanya berkaca -kaca saat itu juga. Ia berusaha sekuat tenaga agar airmatanya tidak meleleh, apalagi tumpah. Dalam hati ia berkata, "Seharusnya memang dia yang mencarikan mahar untukku dan dia pula yang akad nikah denganku." Kalimat itu hadir dalam hatinya tanpa ia bisa menolaknya. Sungguh tidak mudah menikah dengan orang yang tidak dicintai, sementara orang yang dicintai ada di depan mata dengan segala kemuliaan akhlak dan pengorbanannya. Ia beristighfar ketika sadar akan apa yang baru saja ia ucapkan di dalam hatinya. Akad nikah berlangsung. Fadhil duduk menundukkan muka dengan hati gemuruh luar biasa. Tiara duduk dengan penuh rasa pasrah. Zulkifli menjawab akad dengan mantap dan lantang. Akad nikah telah terjadi. Pipi Fadhil basah. Tiara tak kuasa menahan tangisnya. Fadhil memeluk Zulkifli dengan hangat sambil mengucap, "Baarakallahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fi khair!" Zulkifli berulang kali mengucapkan rasa terima kasihnya yang tiada terhingga. Saat Fadhil melangkah meninggalkan ruangan, Tiara sempat melihat mata Fadhil yang sembab, ia 75 Ghosob. dipinjam tanpa ijin yang punya 351 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy juga sempat melihat Fadhil mengusap airmatanya dengan punggung tangannya. Hati Tiara bagai diiris-iris. Ia memandangi pemuda yang dikaguminya itu melangkah keluar. Usai akad Fadhil langsung minta pada teman temannya dari Aceh untuk membereskan semuanya. Ia minta diri untuk pulang. Ia bilang ada urusan penting Namun sebenarnya, ia tiada kuasa untuk menumpahkan tangisnya. Keluar dari KBRI ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis dengan sepuas-puasnya. Ia sendiri tidak tahu menangis karena apa? Apakah ia menangis karena sedih bahwa gadis yang dicintainya telah jadi milik orang lain? Ataukah menangis bahagia karena temannya, yaitu Zulkifli telah mendapatkan pasangan hidupnya? Ataukah menangis karena bangga pada dirinya sendiri yang telah berhasil melalui ujian paling berat dalam hidupnya? Taksi sampai di Mutsallats. Sampai di rumahnya ia langsung mengunci kamarnya dan menangis sepuaspuasnya. Semua yang pernah ia alami bersama Tiara seperti diputar dalam ingatannya. Sejak pertama kali bertemu di pesantren sampai surat terakhir Tiara dan bagaimana ia menjawabnya. Dan paling akhir adalah saat dirinya menyaksikan Tiara diakad dan diperisteri orang lain di depan matanya. Dan dialah yang mencarikan maharnya. *** Ujian bagi Fadhil belum selesai. Ia masih harus menghadapi satu ujian lagi. Mendendangkan nasyid dalam pesta walimatul ursy. Fadhil nyaris tidak kuat. Ia nyaris tidak datang. Tapi ia kembali teringat dengan katakata Azzam, "Pesanku hanya satu kau jangan jadi pecundang...!" Akhirnya ia menetapkan hati untuk berangkat. Tim Nasyid yang ia pimpin adalah Tim Nasyid khas Aceh.Tim Nasyid yang mengangkat etnik musik khas Aceh. Tim Nasyidnya sama sekali tidak menggunakan perangkat musik modern. 352 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Namun menggunakan perangkat musik tradisional khas Aceh, yaitu Geundeurang, Rapa'i dan Seurune Kale. Geundeurang, adalah alat musik tabuh berbentuk panjang terbuat dari kulit kambing dan kayu nangka dan menggunakan stik letter L sebagai penabuhnya. Sedangkan Rapa'i adalah alat musik tabuh khas Aceh yang menyerupai rebana dengan berbagai ukuran dan memakai tamborin. Dan Seurune Kale adalah alat musik tiup yang terbuat dari kayu nangka dan diujungnya menggunakan daun lontar sebagai penyaring suara. Anggota Tim Nasyidnya itu delapan orang. Dua vokalis, salah satunya adalah dirinya. Bahkan dirinya adalah vokalis utama. Dua penabuh Geundeurang. Empat penabuh Rapa'i dengan berbagai ukuran. Dan dua peniup Seurune Kale. Sebelum tampil ia memberi semangat kepada timnya untuk tampil yang sebaikbaiknya. Acara walimatul ursy diadakan di Daarul Munasabat Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe'. Ayah Zulkifli adalah seorang pedagang sukses yang kaya raya di Aceh. Pesta pernikahan itu diadakan besar-besaran. Seluruh orang Aceh di Mesir diundang. Seluruh pejabat dan staf KBRI, pengurus PPMI, pengurus WIHDAH, dan seluruh ketua kekeluargaan diundang. Untuk menata hatinya Fadhil minta agar Ramzi Muda, vokalis yang satunya tampil lebih dulu. Tim Nasyid Nangroe Voice muncul dengan diiringi tepuk tangan yang membahana dari hadirin. Hati Tiara sudah lebat. Badai bagai bergulunggulung di dalam dadanya. Ia merasa tidak adil Fadhil harus jadi penghibur dalam acara itu. Tidak adil. Walau bagaimana pun Fadhil pernah menjadi ustadznya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Nangroe Voice menata posisinya. Hadirin diam. Suasana hening. Fadhil tidak kelihatan. Seurune Kale ditiup perlahan. Diikuti hentakan tabuh Rapa'i. Iramanya mengalun, menggema, menyihir siapa saja yang mendengarnya. Keindahan semakin menjadijadi ketika Geundeurang ditabuh menyem purnakan irama. 353 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Hadirin bertepuk tangan. Musik khas tradisional Aceh itu sesaat lamanya memainkan sihirnya. Tidak ada hati yang tidak condong untuk mengikuti iramanya. Lalu sihir itu disem purnakan oleh suara indah Ramzi Muda yang melantunkan lagu berjudul, "Saleuem": Assalamo'alaikum wa rahmatullah. Jaroe dua blah ateuh jeumala. Karena saleum nabi kheun sunnah. Jaroe taumat tanda mulia. Iseulam tauhid mu'arifat. Watee meusafat geukheun agama. 76 Hadirin benar-benar terpesona. Lagu itu selesai. Ramzi Muda masuk barisan untuk jadi backing vokal. Irama musik berubah jadi lebih dahsyat. Menghentak, menggelegar, mengambil hati, dan menyihir pikiran. Dan muncullah Fadhil. Seluruh hadirin bertepuk tangan. Fadhil tersenyum dan mengangguk kepala dengan santun. Ia seperti seorang artis dan seniman besar. Fadhil mengangkat tangannya memberi isyarat pada para pemusik. Irama perlahan berubah menyayat hati. Hadirin larut. Tiara tiada kuasa menahan airmatanya. Fadhil mengumandangkan suaranya dan semua yang mendengarnya tersihir di tempatnya, Allah Allah Allahu Rabbi. Beek dilee Neubri Kiamat donya. Lhe tat bueut salah ka dengon keuji. Sayang lon Robbi asoe neuraka. 77 76 Dipetik dari lagu berjudul Saleum ciptaan Yakop S/lmam J. dalam Album Etnik Atjeh Saleum Group. 77 Dipetik dari lagu berjudul Troh Bak Watee. karya Komunitas Nyabung Aceh dalam album World Music from Aceh. 354 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Fadhil larut dengan penghayatannya. Musik mengiringi keindahan cengkok Acehnya. Tiara terpaku di tempatnya dengan berurai airmata. Tiba-tiba Fadhil memasukkan kalimat yang meremas-remas jantung Tiara. Masih dalam irama yang sama Fadhil dengan kehebatannya memasukkan isi surat yang pernah ditulisnya ke dalam lagu yang dibawakannya, Mari kita sama-samaa insyaf. Cinta sejati itu tidak menzalimi. Cinta sejati berorientasi ridha Ilahi. Allah Allah Allahu Rabbi. Aku cinta dirimu duhai bidadari. Tapi aku lebih cinta Tuhanku, Ilahi, Rabbi. Mendengar lagu itu, jiwa Tiara bagai dibetot dari jasadnya. Sekuat tenaga ia bertahan agar tetap bisa duduk dengan tegap di tempatnya. Ingin rasanya saat itu ia berlari dan menangis sejadijadinya di kamarnya. Ia benar-benar didera kesedihan yang mencekik leher. Ulu hatinya bagai dihusuktusuk belati berulang kali. Hadirin tersihir. Empat Rapa'i terus ditabuh menggedorgedor jiwa, Seurune Kale terus bersuara naik turun menyayat jiwa. Dan Geundeurang menyempurnakan keindahan. Suara Fadhil bagai bermantra penuh kekuatan. Ia menyanyikan lagunya dengan segenap kekuatan jiwa. Ia tidak mewakili siapa-siapa. Ia menyuarakan suara hatinya sendiri ia hmjukan sepenuh hati kepada Tiara dan kepada dirinya sendiri. Ia tak kuasa membendung airmatanya yang merembes perlahan. Hadirin tersihir oleh mimik dan penampilannya yang total. Hanya dia yang tahu kenapa airmatanya mengalir? Airmata itu tidak sekadar penghayatan, tapi perasan jiwa yang keluar begihu saja karena tiada mampu membendung berkecamuknya rasa haru, rasa sedih, rasa kecewa, rasa tidak berdaya, rasa bahagia dan rasa setia pada cinta, kesucian dan kemuliaan. 355 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Allah Allah Allahu Rabbi. Aku cinta dirimo duhai bidadari. Tapi aku lebih cinta Tuhanku, Ilahi, Rabbi. 356 Ilyas Mak’s eBooks Collection
30 BUNGA HARAPAN Fadhil merasa dirinya tak bisa lagi bertahan di Cairo. Setelah Tiara menikah, hidup di Cairo sama sekali tidak indah. Apalagi Zulkifli telah memutuskan untuk hidup beberapa tahun di Cairo. Ia yang telah menyelesaikan S.1 di IAIN Ar Raniry hendak mencoba S.2 di Institut Liga Arab. Fadhil menceritakan rencananya kepada Cut Mala adiknya. Bahwa jika dia lulus. Yang berarti selesai sudah S.1-nya ia akan pulang. Pulang ke Indonesia. Ke Aceh untuk menemani ibunya. Atau ke kota lain untuk mencari pengalaman kerja. Jika belum lulus ia akan meninggalkan Cairo dan akan memilih tinggal di Tanta. Yang penting jauh dari Tiara dan suaminya. Ke Cairo hanya unhuk hal-hal penting dan jika ujian tiba. "Kalau pulang dari mana kakak akan dapatkan uang? Beli tiket itu perlu uang Kak. Trus uang yang pinjam Kang Azzam untuk biaya rumah sakit kakak juga belum dikembalikan. Bagaimana Kak?" tanggap Tiara.
Habiburrahman El Shirazy "Entahlah semoga nanti ada jalan. Yang jelas, sangat berat untuk tetap bertahan di Cairo." Cut Mala hanya diam. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan kakaknya. Cut Mala masih ingin, kakaknya itu tetap di Cairo menemaninya. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya bahwa kakaknya akan bisa bertahan jika kakaknya itu menemukan pengganti yang lebih baik dari Tiara. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa seperti menemukan cahaya. Ia teringat dua orang yang menurutnya, pesonanya jauh mengalahkan Tiara. Dua orang itu adalah Anna Althafunnisa dan Masyithah. Ia berniat mempertemukan, atau lebih tepatnya menjodohkan kakaknya tercinta dengan salah satu dari keduanya. Dalam pandangannya mereka berdua sangat istimewa. Baik secara fisik, intelektual maupun akhlaknya. Dan ia merasa kakaknya berhak mendapatkan salah satu di antara mereka berdua. Ia tiba-tiba tersadar, Anna Althafunnisa sedang pulang di Indonesia. Umurnya lebih tua dari kakaknya. Dan sudah S.2. Rasanya agak susah mempertemukannya dengan kakaknya. Meskipun bukan hal yang musta hil. Namun ia rasa yang paling pas adalah Masyithah. Umurnya sama dengan Tiara. Dan dalam banyak hal sebenarnya Masyithah lebih unggul. Hanya saja Masyithah memang tidak pernah membuka dirinya ke publik. Ia bercadar. Hanya orang-orang tertentu yang tahu segala kelebihannya. Termasuk wajahnya yang jelita khas perpaduan Mesir-Pakistan. Ia ingin mempertemukan kakaknya dengan gadis kelahiran Banda Aceh itu. "Lebih baik tunggu pengumuman saja dulu Kak. Setelah itu nanti kembali kita pikirkan," kata Cut Mala berusaha menenangkan. *** Pengumuman hasil ujian itu akhirnya datang. Kampus Al Azhar kembali menunjukkan wibawanya. Ribuan mahasiswa menangis bahagia karena lulus. Tidak sedikit yang menangis sedih karena tidak lulus, dan karenanya harus mengulang di tingkat yang sama satu tahun. 358 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Azzam datang ke kampus dengan hati diliputi rasa takut dan harap. Sepanjang jalan menuju kampus ia berdoa semoga lulus. Di gerbang kampus ia bertemu Ali dan Miftah. "Gimana Li, Mif ? Lulus?" "Alhamdulillah, saya lulus, jayyid Kang. Nanti malam kita syukuran. Miftah juga lulus tapi masih ninggal dua mata kuliah," jelas Ali dengan muka berseri-seri. "Alhamdulillah. Lha aku bagaimana? Kalian tahu nggak aku lulus atau tidak?" Miftah. "Lihat saja sendiri Kang. Lebih mantap!" tukas Azzam bergegas menuju papan pengumuman. Ratusan mahasiswa berdesakan melihat papan pengumuman. Sesaat lamanya Azzam mencari-cari namanya tidak juga ketemu. Akhirnya setelah seperempat jam mencari ia menemukan namanya. Dan dengan hati berdebar ia baca. Ia dinyatakan lulus dengan predikat: "JAYYID". Azzam langsung sujud syukur. Berkali-kali Azzam mengumandangkan takbir. Sebuah senyum tersungging di bibir. Pikirannya langsung melayang ke Indonesia. Ke wajah ibunya, dan adik-adiknya tercinta. Sudah sembilan tahun i berpisah a dengan mereka. Rencananya sangat jelas dan tidak perlu ditunda lagi. Yaitu pulang. Ia tak ingin berlama-lama. Dua hari lagi adalah awal Agustus. Ia teringat pesan Husna, agar pulang awal Agustus jika bisa. Sebab saat itu Husna ada di Jakarta untuk menerima penghargaannya sebagai salah satu penulis cerpen terbaik di Nusantara. "Ya, insya Allah, kita bertemu di Jakarta, Husna. Azzam langsung cepat-cepat mencari telpon. Ia harus segera menghubungi Nasir meminta tiketnya di-conform untuk penerbangan dua hari yang akan datang. Tak ada lagi alasan untuk menunda pulang. Sampai di Mutsallats Azzam langsung ke tempat Adil Ramadhan memberitahukan bahwa dua hari lagi ia akan me359 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy ninggalkan Cairo. Mungkin untuk selamalamanya. Imam Muda itu langsung menjabat t ngannya erat dan berkata, a "Selamat berjuang dan mengamalkan ilmu. Baik, nanti malam Al-Quranmu kita khatamkan!" Azzam sangat bergembira mendengar hal itu. Tidak lupa Azzam juga memberitahukan dan berpamitan kepada bapak-bapak KBRI yang selama ini menjadi langganannya. Mereka semua mengucapkan selamat jalan. Ketika ia memberitahu Pak Amrun Zeinu ihwal kepulangannya, Atase Perdagangan itu langsung memintanya datang menemuinya. Tanpa pikir panjang Azzam datang menemuinya. "Ada apa Pak?" Azzam langsung menga jukan pertanyaan begitu ia duduk di hadapan Pak Amrun. "Jadi kau benar mau pulang?" Yang ditanya malah balik bertanya. "Ya. Dua hari lagi, insya Allah." "Kebetulan sekali. Kau mau tidak saya ajak bisnis?" "Bisnis apa Pak?" "Bisnis pengiriman buku-buku teman-teman mahasiswa. Begini Zam, seperti yang kautahu, bulan ini aku dapat jatah mengirim satu kontainer. Itu akan aku gunakan untuk mem fasilitasi teman-teman mahasiswa yang ingin mengirimkan kitab-kitab dan buku-buku mereka. Seperti biasa hitungan per kardus. Kontainer akan tiba di Jakarta. Untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat sudah kutunjuk si Aan Zaidan sebagai penanggung jawab pengiriman ke alamat masingmasing. Jadi jasa kita meliputi pengirimannya di Indonesia sekalian. Lha untuk wilayah Jateng, Jogja dan Jatim aku belum ketemu orang yang tepat. Karena kau mau pulang bagaimana kalau kau saja penanggung jawabnya?" Azzam langsung paham. Baginya itu adalah tawaran yang sangat menarik. Paling tidak bisa jadi kerjaan begitu tiba di Tanah Air. 360 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Boleh Pak. Dan langsung saja. Kita profesional saja Pak. Untuk bisnis ini insentif untuk saya berapa? Biar saya semangat gitu lho Pak?" "Saya samakan dengan Aan saja ya?" "Luas Jawa Tengah dan Jawa Timur itu tidak bisa dibandingkan dengan luas Jawa Barat lho Pak. Apalagi misalnya ada yang rumah mahasiswa itu Banyuwangi, ada yang Cilacap, ada yang Brebes. Dari ujung ke ujung. Bisa lebih profesional Pak?" Pak Amrun langsung paham dengan siapa ia berhadapan. Azzam sudah cukup kenyang berbisnis. Meskipun tempe dan bakso. Tapi pengalaman itu sangat membedakan Azzam dengan Aan. Azzam bisa tegas dalam negosiasi dan terasa begitu lincah. Sementara Aan saat itu begitu ditawari angka nominal langsung mengiyakan. Pak Amrun tidak mau mempermalukan dirinya sendiri dengan mendapat stigma tidak profesional di mata Azzam. "Baik, dua kali lipatnya Aan. Bagaimana Zam?" "Berapa insentif Aan?" "Tiga ratus lima puluh dollar. Jadi insentifmu setelah seluruh tugasmu selesai adalah tujuh ratus dollar. Bagaimana?" Azzam berpikir sebentar. Lalu menjawab, "Baik. Setuju Pak." Azzam keluar dari ruangan Pak Amrun dengan penuh kemenangan dan bahagia. Ia semakin cepat ingin pulang. Ia tidak akan menganggur. Pekerjaan pertama setelah pulang adalah mengantarkan kitab-kitab yang dibawa kontainer Pak Amrun. Ia akan keliling Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur. Pekerjaan lapangan yang mengasyikkan. Dari tempat Pak Amrun, Azzam menyempatkan untuk menemui Pak Ali. Kepada Pak Ali ia memberitahukan kepulangannya ke Indonesia yang tinggal dua hari lagi. Azzam minta untuk didoakan agar diberi keselamatan dan kemudahan segala urusan. 361 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Yang paling penting, saat kamu bermasyarakat jagalah akhlak muliamu agar kamu dimuliakan oleh orang lain. Ingat pesanku ini baik-baik ya Mas." Kata Pak Ali sambil menepuknepuk pundak Azzam. "Oh ya kau pulang naik apa?" Tanya Pak Ali. "Naik MAS. Nanti transit di Kuala Lumpur." Jawab Azzam. "Wah berarti nanti kau satu pesawat dengan Eliana. Aku dengar dia mau ke Jakarta dua hari lagi. Juga pakai MAS. Katanya dia ada pertemuan dengan sutradara di Jakarta. Nanti saya beritahu Eliana. Dia pasti senang. Sebab katanya dia mau mengajak ibunya untuk menemaninya ke Jakarta. Katanya tidak enak pergi sendirian, tidak ada yang diajak bicara. Tapi Bu Dubes tidak ada waktu. Bu Dubes harus menemani Pak Dubes berkunjung ke Manshurah, memenuhi undangan Rektor Universitas Manshurah." Azzam hanya diam mendengar kabar Pak Ali itu. Ia berpikir kenapa harus sering bertemu Eliana. Kenapa pulang ke Indonesia saja juga bersama Eliana. Kalau nanti Eliana tahu, pasti gadis itu akan minta tempat duduk di sampingnya. Perjalanan selama sebelas jam. Ia akan bersama gadis itu selama sebelas jam. Ia merasa harus memikirkan sesuatu untuk sedikit memberi perubahan pada gadis itu. Ia merasa, jika selama sebelas jam bersama ia tidak memberi pencerahan pada gadis itu alangkah mubazirnya. Ia berpikir pencerahan apa yang harus ia sampaikan pada gadis itu, yang tak lama lagi mungkin akan menjadi artis paling terkenal di Indonesia? "Oleholehnya sudah dibeli semua?" Pertanyaan Pak Ali membuyarkan otaknya yang sedang berpikir. "E..alhamdulillah sudah Pak." "O ya, bisa tidak saya nitip surat dan oleh-oleh kecil buat anak saya yang kuliah di Fakultas Kedokteran UNS?" "Boleh Pak. Tapi oleh-olehnya jangan besar-besar ya Pak. Sebab yang nitip sudah banyak, tempatnya terbatas." 362 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Saya tahu." "Nama anak bapak itu siapa?" "Elfira Agustina." "Saya tunggu paling lambat satu jam sebelum saya berangkat ke bandara ya Pak. Semakin cepat semakin baik." "Baik Mas. Terima kasih sebelumnya." *** Malam itu Azzam khataman. Ia telah selesai belajar tiga puluh juz. Oleh Adil Ramadhan ia diberi sanad qira'ah Hafs sampai ke Rasulullah Saw. Ia sangat bangga memiliki sanad itu. "Sanad ini aku dapat dari guruku Syaikh Farhat Abdul Majid, beliau mendapatkannya dari Syaikh Mahmud Hushari, dan seterusnya sampai ke Rasulullah Saw." Jelas Adil pada Azzam. Selesai khataman Azzam pulang. Dan rumahnya telah penuh dengan orang yang hendak mengucapkan salam perpisahan. Malam itu memang ada acara perpisahan. Semua anggota rumahnya ada. Nasir, Ali, Nanang, Hafez dan Fadhil malam itu di rumah tidak ke mana-mana. Acaranya santai. Hanya makan-makan. Masih juga ada yang mencoba menitip barang pada Azzam. Namun ia dengan sangat berat menolaknya. Ia tunjukkan ranselnya yang khusus untuk membawa barangbarang titipannya. Sudah penuh dan padat. Bahkan saking padatnya semut pun nyaris tak bisa menyusup ke dalamnya. Sementara tas kopernya dan tas jinjingnya juga penuh. Memang sudah sejak satu bulan sebelumnya ia ancang-ancang. Malam itu Azzam membagi warisan. Barangbarangnya yang tidak mungkin ia bawa, ia wariskan pada teman-temannya. Untuk alat-alat membuat bakso dan tempe serta jaringannya, tidak ia wariskan, tapi ia jual kepada Rio dengan harga yang sangat murah. Rio pun senang, bahkan meskipun mem bayar, Rio tetap merasa mendapatkan warisan yang luar biasa berharganya. Dan dalam akad jual beli itu ada satu syarat, yaitu jika ternyata dalam satu tahun berikutnya Azzam 363 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kembali ke Cairo, meskipun kemungkinan itu kecil, maka Azzam akan kembali membayar harga yang sama dan semuanya kembali ke tangan Azzam. 78 Pagi hari menjelang keberangkatan, Hafez mengetuk kamar Azzam. Begitu Hafez yang muncul, Azzam langsung paham. "Bagaimana Kang? Sudah dibicarakan pada Fadhil atau Cut Mala?" tanya Hafez dengan nada cemas. "Belum Fez. Afwan. Fadhil dan Cut Mala saat itu sedang menghadapi masalah psikologis yang cukup pelik. Aku tak mau menambah pelik. Jadi aku tunda. Rencanaku nanti akan aku bicarakan padanya dari Indonesia lewat telpon. Bagaimana?" Mendengar jawaban itu wajah Hafez berubah. Ia terlihat kecewa. "Sungguh Fez. Aku sudah berusaha beberapa kali.Tapi kesempatan itu belum terbuka. Maafkan aku kalau mengecewakanmu. Kalau kau tidak bisa bersabar, maka kau bisa langsung bicara empat mata dengan Fadhil. Atau enam mata dengan Cut Mala sekalian." Hafez terdiam. "Baiklah Kang. Aku tetap percayakan pada Sampeyan. Tapi tolong jangan ditunda lagi. Begitu sampai di Indonesia sambil memberi kabar pada Fadhil sampaikan keinginanku mengkhitbah Cut Mala, adiknya. Tolong jangan lupa dan jangan ditunda-tunda Kang." "Baik Fez,insya Allah." Mendengar jawaban itu bunga -bunga harapan bermekaran di hati Hafez. Ia merasa betapa bergairahnya hidup memiliki bunga-bunga harapan. Dan bunga harapan paling Akad jual beli dengan syarat seperti yang diminta Azzam ini, tidak diperbolehkan oleh mayaritas ulama fiqh, kecuali dari kalangan Syiah Imamiyyah. Penjelasan lebih detilnya insya Allah ada di novel DARI SUJUD KE SUJUD (Ketika Cinta Bertasbih 3). 78 364 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I indah adalah harapan mendapat cinta dari orang yang dicinta. Bunga harapan paling menggairahkan dan paling menghidupkan adalah harapan mereguk cinta sambil bertasbih dan bertahmid memuji dan menyucikan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Detik-detik mengharukan tiba. Rumah Azzam kembali penuh orang. Menjelang berangkat ada acara kecil pelepasan ke Bandara. Ada kesankesan dari teman-teman yang ditinggalkan terutama teman satu rumah. Yang paling terbata -bata karena terharu akan ditinggalkan adalah Fadhil. Ia merasa Azzam adalah sosok yang sangat berarti baginya selama ini. Yang lebih terbata-bata bahkan sampai menangis saat menyampaikan kalimatnya adalah Azzam. Ia tidak kuasa menahan sedihnya meninggalkan Bumi Para Nabi yang sudah menjadi Tanah Air keduanya. "Semoga benar kata orang Mesir, bahwa yang telah minum air Nil ia akan kembali lagi berulang kali ke Mesir." Ucap Azzam di akhir sambutan. Koper, tas dan ransel diturunkan. Tiga mobil Eltramco telah datang. Sebagian mahasiswa ikut mengantar ke Bandara sebagian lagi tidak. Tiga mobil Eltramco itu penuh. Azzam satu mobil dengan Nasir, Hafez, Fadhil, Ali dan beberapa teman yang selama ini akrab dengannya. "Kang, nanti kalau menikah kasih kabar ya." Nasir membuka percakapan. "Pasti Sir. Tapi sampai sekarang aku belum punya calon Sir. Kau ada pandangan Sir?" Tanya Azzam. "Siapa Kang ya?" Jawab Nasir. "Alah Sir, kau kan punya adik perempuan si Laila. Kenapa tidak kasih aja si Laila. Kang Azzam mau kan dengan si Laila?" Celetuk Ali membuat suasana hangat. "Iya Sir. Kayaknya si Laila sama Kang Azzam itu memiliki mental yang sama. Mental bisnis. Itu klop Sir. Bagaimana Sir?" Tambah Hafez. 365 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Nasir diam tak bisa berkata -kata. Ia tidak menyangka kalau perkataan isengnya akan menyerang dirinya. Azzam yang dalam mobil itu paling dewasa senyamsenyum saja. "Aku tahu, ya Nasir gengsi lah menjodohkan adiknya dengan penjual tempe dan penjual bakso yang terkenal sering tidak naik tingkat. Sampai-sampai S.1 saja sembilan tahun. Ya nggak Sir?" Santai Azzam membuat N asir semakin terpojok. Tapi tiba-tiba Nasir punya ide mengalihkan perhatian sekaligus memanaskan suasana. "Bukan begitu Kang. Aku sih tidak keberatan. Yang paling penting kan Sampeyan. Apa Sampeyan berminat dengan adik saya, Laila. Dia itu aktivis habis. Tak betah diam di rumah. Aku lihat sih untuk Sampeyan, biar kehidupan rumah tangga balance ada sosok yang lebih tepat." Jawab Nasir membuat yang mendengar penasaran. "Siapa Sir?" Tanya Ali. "Jangan kaget ya...." Sahut Nasir sambil menaik turunkan alisnya. "Udah cepat, siapa yang lebih tepat untuk Kang Azzam?" Desak Hafez. "Dia adalah orang yang halus budi bahasanya, selama ini juga dikenal baik oleh Kang Azzam. Dia adalah Cut Mala, adik Fadhil Mutahar." Fadhil tersentak, Azzam tersentak, dan yang paling tersentak adalah Hafez. Hatinya langsung didera rasa cemburu luar biasa mendengar pujaan hatinya disebut namanya dan disandingkan dengan orang lain dan bukan dirinya. Fadhil segera menguasai dirinya. Ia mengerti maksud Nasir. Jelas Nasir ingin menggojlog dirinya. Ia tak mau jadi tempat gojlogan. "Di atas segalanya adalah cinta. Jika Kang Azzam bisa mencintai adik saya dan adik saya mencintainya maka kenapa tidak?" Ujar Fadhil tegas. Mobil Eltramco terus melaju. Membelah Hayyu Tsamin. Azzam tersenyum sendiri mendengar hal itu. 366 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Kenapa tersenyum sendiri Kang?" Tanya Ali yang melihat ekspresinya. "Wah ini menarik. Lha siapa yang tidak suka sama Cut Mala? Jangan-jangan yang ada di mobil ini selain Fadhil semuanya pada naksir Cut Mala. Wah ini perlu gerak cepat. Siapa cepat dia dapat! Ayo siapa yang berani saat ini melamar Cut Mala pada kakaknya, paling tidak menyatakan rasa cinta. Siapa berani?" Tukas Azzam santai. Semua diam. Hening. Azzam tersenyum penuh kemenangan. Ia geli melihat anak-anak itu besar diomongan kecil di nyali. Ia berkata begitu sebenarnya ingin memberi peluang pada Hafez untuk bicara. Tapi Hafez malah mematung dengan bibir kaku terkunci rapat. "Baik, pada diam semua. Tidak ada yang berani? Saya tawari satu per satu. Hafez bagaimana Fez? Tertarik sama Cut Mala? Ingin menyunting Cut Mala? Ayo angkat suara. Bicara pada kakaknya, mumpung dia sudah mengumumkan yang penting cinta. Di atas segalanya adalah cinta?" Hafez diam. "Kau Sir, bagaimana? Berani?" Nasir diam juga. "Kau Li, Mif, Kim, Bur, Dul, Wur, dan kau Man, Gilman. Bagaimana ada yang berani menyampaikan isi hatinya? Ada yang berani?" Semua diam. "Bagaimana ini Dhil, semua nggak ada yang berani. Aku yakin mereka semua sama naksir pada adikmu itu, tapi entah kenapa mereka diam seribu bahasa." Kata Azzam tenang. Ia yang sejak awal mau dijadikan bahan gojlokan sudah menang sepuluh kosong. "Yang akan menyunting adikku memang hanya orang yang punya nyali Kang. Cut Malahayati tidak akan bersanding kecuali dengan lelaki sejati." Sahut Fadhil bangga. 367 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Karena semua diam dan tidak ada yang berani. Aku tidak ingin dikatakan dalam mobil ini tidak ada lelaki sejati. Okey Dhil, sampaikan pada adikmu itu aku melamarnya. Aku mencintainya!" Kata Azzam yang dengan nada seolaholah serius, padahal dalam hati ia hanya ingin memancing cemburu pada orang-orang yang ada di dalam mobil itu. Terutama Hafez. Semua yang mendengar perkataan itu tersentak. Terutama Hafez. Ia bagai disambar petir. Ulu hatinya seperti ditusuk tombak berkarat. "Kau serius, Kang?" Tanya Ali. "Kenapa kau gusar, Li?" Sambut Azzam. "Ah tidak Kang. Tapi benar kata Nasir, Cut Mala memang cocok untuk Sampeyan." "Pokoknya kalian jangan iri ya kalau penjual tempe ini nanti menyunting gadis Aceh itu he he he...." Hafez merasakan tubuhnya seperti mau hangus. Ia sangat marah dan jengkel tapi ia tidak bisa berbuat apaapa. Tak lama mobil sampai di Bandara. Barang-barang diturunkan dan diletakkan di troli. Semua yang mengantar ikut masuk ke dalam Bandara. Masih ada waktu satu jam setengah. Hafez mendekati Azzam dan berbisi. "Tega benar kau Kang!" Kata Hafez dengan wajah geram. Azzam tersenyum. "Wualah Fez. Jadi kau menganggap serius guyonan di mobil tadi. Kau kan lihat dari awal tadi itu guyonan. Gojloggojlogan. Tenanglah aku tak akan berbuat jahat padamu. Nanti akan aku sampaikan yang sebenarnya pada Fadhil. Jangan kuatir. Toh aku sudah mau pulang. Kau masih di Cairo. Apa yang kau kuatirkan?" "Maafkan aku Kang. Aku sangat cemburu tadi." "Aku tahu." Azzam sampai di Bandara dan bertemu dengan Pak Ali. 368 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I "Mas Irul langsung saja masuk. Eliana sudah di dalam. Sepuluh menit lagi chek in tutup!" Kata Pak Ali seketika itu juga mengingatkan. Azzam merangkul dan meminta doa pada Pak Ali. "Aku doakan semoga ilmumu bermanfaat, kau sukses dan hidupmu barakah dan bahagia. Semoga selamat sampai Indonesia. Sampaikan salam saya pada keluargamu dan pada Pak Kiai Lutfi ya. Jangan lupa." Lirih Pak Ali di telinga Azzam. Azzam mengangguk. Dan detik-detik yang sangat berat baginya itu pun datang. Detik-detik berpisah dengan teman-teman. Detikdetik meninggalkan bumi tempat ia belajar bertahun-tahun. Ia harus masuk ke dalam Bandara untuk mengambil boarding pass. Satu per satu teman yang mengantarnya ia peluk dengan hati basah dan mata berkaca -kaca. Di telinga mereka ia bisikkan permintaan maaf jika ada khilaf, juga permohonan doa agar selamat selama dalam perjalanan. Saat memeluk Fadhil, ia meminta untuk tabah. Ia juga meminta agar omongannya di mobil tadi jangan diperhatikan. Jangan dimasukkan dalam hati. Dianggap angin lalu saja. Ia hanya bercanda. Ia juga menjelaskan ada seseorang yang sebenarnya menginginkan Cut Mala, adiknya. Dan orang itu bukan dia. "Siapa orangnya Kang?" Tanya Fadhil penasaran. "Yang jelas dia termasuk sangat dekat denganmu dan sangat mencintai adikmu itu. Dan sekali lagi yang jelas orang itu bukan aku. Nanti lebih jelasnya aku telpon dari Indonesia saja ya." jawab Azzam lirih. Setelah semua ia peluk, satu per satu koper dan barangbarang bawaannya ia masukkan ke dalam alat detektor. Ia lalu masuk ke kawasan yang hanya boleh dimasuki para penumpang. Ia melambaikan tangan perpisahan. Azzam langsung ke meja pengambilan boarding pass. Kopornya ditimbang. Tak ada masalah. Ranselnya tetap ia cangk long dan tas jinjingnya ia bawa dengan tangan kanan. 369 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Setelah mengambil boarding pass, Azzam berjalan menu-ju ruang tunggu pemberangkatan. Tas ransel dan tas jinjing-nya harus melewati detektor terakhir untuk dilihat isinya. Tak ada masalah. Ia lalu berjalan melewati free duty. Ia melihat sekilas, tak ada barang yang menarik untuk dibeli. Ia melewati stand penjual majalah dan koran. Ia teringat Husna yang suka menulis. Mungkin beberapa koran dan majalah asli Mesir dan Timur Tengah akan membuat adiknya itu senang. Ia beli koran Ahram, Gomhoriya, dan Syarq El Ausath. Untuk majalah ia memilih majalah El Adab, El Arabi dan El Manar El Jadid. Harganya dua kali lipat dari biasanya. Tak apa. Tetap ia bayar demi adik yang dicintainya. Ia lalu mengambil tempat duduk tak jauh dari papan informasi jadwal kedatangan dan pemberangkatan. Ia melihat ke jadwal, seperempat jam lagi ia akan boarding. Ia melihat sekeliling. Mencari-cari Eliana. Tidak ia temukan. Ia lihat ratusan penumpang sudah siap berangkat. Sepertiga lebih adalah mahasiswa dari Malaysia. Tak ada yang ia kenal. Jika ia melihat mahasiswa Malaysia itu dan mereka melihatnya, ia tersenyum dan menganggukkan kepala. Mereka juga akan melakukan hal yang sama. Sebuah penghormatan untuk saudara. Merasa seolah sudah kenal lama. Ia membuka koran Ahram, yang pertama ia baca adalah tulisan Prof. Dr. Muhammad Imarah. Tulisan yang sangat menyentuhnya tentang pentingnya ijtihad. Di jaman global yang sedemikan cepat berubah, ijtihad adalah sebuah kemestian yang tidak bisa diabaikan. Mengebiri ijtihad sama saja menginginkan umat ini mati pelanpelan. Itu kesimpulan yang ia dapat dari esai yang ditulis pemikir yang sangat disegani di Mesir dewasa ini. Tiba-tiba ia merasa benar-benar tidak merasa rugi membeli koran-koran dan majala h itu. Ilmu dan informasi yang baru saja ia dapat sangat mahal harganya. Ia terus membaca sampai ia mendengar pengumuman agar penumpang pesawat MAS segera masuk pesawat. Ia bangkit dan berjalan ikut antrean masuk pesawat. Seorang petugas dari MAS memeriksa lembar boarding pass satu per satu dan menyobeknya. Hatinya bergetar hebat saat ia menginjakkan kakinya di dalam pesawat. Ia nyaris tidak 370 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I percaya bahwa sebentar lagi ia akan pulang ke Indonesia. Ia tidak peduli lagi pada Eliana. Ia berjalan dan mencari tempat duduknya, 9C. Ketemu. Ia meletakkan barang-barangnya di bagasi yang ada di atas kepalanya. Ia melihat ke deretan tempat duduknya. 9A ditempati oleh lelaki bule, 9B seorang gadis Mesir memakai jilbab modis model Turki sampai di leher saja. Gadis itu tersenyum padanya sambil mengangguk. Ia merasa senyum gadis Mesir itu begitu alami dan manis. "Ya Allah jagalah aku dari fitnah wanita." Doanya lirih dalam hati sambil duduk di samping gadis itu. Memang, di samping gadis Mesir itulah ia harus duduk. Seluruh penumpang sibuk dengan meletakkan barang bawaan dan mencari tempat duduknya. Ia mencium bau wangi dari parfum gadis itu. Ia lihat lelaki bule yang duduk di dekat jendela telah mulai asyik membaca sebuah buku. Ia jadi teringat bahwa perjalanan ke Jakarta cukup panjang dan lama. Ia ingat korankoran dan majalahnya. Bisa untuk dibaca-baca. Ia bangkit mengambil Ahram dan El Arabi dari tas jinjingnya. Ia duduk dan memasukkan koran dan majalahnya itu di kantung tempat majalah yang ada di depannya. Ia melihatlihat ke depan ke arah pintu pesawat. Ia tidak menemukan sosok Eliana. Ia merasa tak perlu lagi mencari Putri Pak Dubes itu. "Dia toh bisa ngurus dirinya sendiri." Katanya pada dirinya sendiri. Ia memasang sabuk pengamannya lalu mengambil koran Ahram dan mulai membaca. Kali ini opini yang ditulis sejarawan terkemuka Prof. Dr. Sa'duddin Zifzaf. Baru membaca satu alenia ia mendengar gadis yang ada di sampingnya berta nya padanya, "Maaf, Anda dari Indonesia atau Malaysia?" Ia menghentikan bacaannya. "Saya dari Indonesia." Jawabnya pelan. "Dari Jakarta?" "Tidak, saya dari Surakarta." 371 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Oh Surakarta. Surakarta itu dari Solo dekat ya?" Azzam tersenyum mendengar pertanyaan gadis Mesir itu. "Surakarta itu nama lain Solo, Nona." "O ya. Maaf, saya kira Surakarta itu bersebelahan dengan Solo. Saya memang sedikit bingung. Ternyata nama lainnya ya." "Nona pernah ke Indonesia?" "Pernah. Dan ini saya kebetulan mau ke Indonesia lagi. Ke Jakarta. Anda nanti turun di Jakarta kan?" "Ya, nanti saya turun di Jakarta.. Kalau boleh tahu Nona ke Jakarta dalam rangka apa?" "Menyusul ayah saya." "O." "Ayah saya tugas di Jakarta. Di Kedutaan Mesir di Jakarta." "O. Di bagian apa "Atase Politik." "Kalau boleh tahu siapa nama beliau?" "Namanya baru saja Anda baca. Tertulis di koran yang ada di tangan Anda." Azzam mengerutkan dahi "Prof. Sa'duddin Zifzaf maksud Nona?" Tanyanya untuk memastikan. "Ya." "Benarkah?" "Ya. Benar." "Ini. Yang nulis di Ahram ini?" Tanya Azzam sambil memperlihatkan opini yang tertulis di koran itu. Di bawah judul tertulis nama Prof. Dr. Sa'duddin Zifzaf." 372 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Ya itu yang menulis ayahku." "Kalau begitu salam ya untuk beliau. Saya penggemar berat tulisan-tulisan beliau. Kalau boleh tahu siapa nama Nona?" "Sara. Lengkapnya Sara Sa'duddin Zifzaf." Azzam tiba-tiba merasa sangat beruntung. Jika ia bisa berkenalan dengan Prof. Dr. Sa'duddin Zifzaf tentu ia merasa lebih beruntung lagi. Pramugari mengumumkan pesawat akan segera terbang. Para penumpang diminta memasang sabuk pengaman. Tak lama kemudian pesawat itu mulai berjalan. Sara memejamkan mata, kedua tangannya menengadah. Ia berdoa. Azzam memperhatikan sekilas. Ia mendengar suara anak Prof. Sa'duddin itu membaca doa safar. Azzam tersadar, ia juga harus berdoa, sebentar lagi ia akan melakukan perjalanan panjang. Pulang ke Indonesia. Bertemu dengan Husna, Lia, Sarah dan ibundanya tersayang. Tiba-tiba ia didera rasa rindu dan haru teramat dalam. Setelah sembilan tahun lebih di perantauan ia akhirnya akan segera pulang. "Kalau Anda mau, nanti di Jakarta aku kenalkan dengan ayahku." Ucap Sara usai berdoa. Azzam masih menunduk dan memejamkan mata. Ia masih larut dalam doanya. Pesawat berjalan semakin kencang. Dan akhirnya terbang meninggalkan tanah Mesir. Azzam merasakan hatinya bergetar. Ketika pesawat telah mengangkasa beberapa saat lamanya awak pesawat mengumumkan sabuk pengaman boleh dilepas. Pesawat berjalan dengan stabil dan tenang. Azzam kembali melanjutkan membaca koran. Para pramugari mulai sibuk membagi makanan dan minuman. Di antara deru mesin pesawat Azzam mendengar seseorang memanggilnya pelan. "Mas Irul." Ia menoleh ke samping kanan. Eliana. 373 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Eliana berdiri di samping kanannya. "E...ya." "Mas Irul. Mas Irul pindah ke kursi di samping saya ya. Nomor 15 F. Saya sudah bilang pada orang samping saya itu untuk bisa tukar kursi dengan Mas Irul. Saya ingin banyak bercerita pada Mas Irul. Bagaimana Mas?" Azzam tidak langsung menjawab, ya. Ia menoleh ke gadis Mesir di sampingnya.Gadis itu sedang membaca majalah yang disediakan pesawat. Saat Azzam ragu Eliana terus mendesak. Akhirnya Azzam mengangguk dengan hati berdebar. Ia tak kuasa menolak permintaan Putri Pak Dubes itu. Ia tidak menemukan alasan kuat untuk menolaknya. Saat berjalan ke arah 15 F mengikuti Eliana, Azzam sempat berdoa dalam hati, "Ya Allah jagalah hamba-Mu yang lemah ini." Bersambung ke ... "KETIKA CINTA BERTASBIH 2" Buku pertama dari dwilogi Ketika Cinta Bertasbih ini mulai ditulis di Singopuran Kartasura, Rabu 20 Juli 2005, tengah malam. Alhamdulillah selesai ditulis di Candiwesi Salatiga, Jumat, 22 September 2006, waktu Dhuha. 374 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I PROFIL PENULIS HABIBURRRAHMAN EL SHIRAZY, lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30 September 1976. Sastrawan muda yang oleh wartawan majalah Matabaca dijuluki "Si Tangan Emas" karena karya-karya yang lahir dari tangannya dinilai selalu fenomenal dan best seller ini, memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas AlAzhar, Cairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diplofna (Pg.D) S2 di The Institutefor Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri (2001). Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik lokal maupun nasional, seperti Jawa Pos, Koran Tempo, Solopos, Republika, Suara Merdeka, Annida, Saksi Sabili Muslimah, Tempo, Majalah Swa dll. Kang Abik—demikian novelis muda ini biasa dipanggil adik-adiknya—semasa di SLTApernahmenulis naskah teatrikal puisi berjudul "Dzikir Dajjal" sekaligus menyutradai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel seMAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair'94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja seeks Karesidenan Surakarta 375 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta,1994). Kang Abik juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Ia juga peraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syarhil Quran setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Ketika menempuh studi di Cairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo (19961997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti "Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua" yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul "Tahqiqul Amni Was Salam Fil Alam Bil Islam" (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Cairo (1998-2000). Dan pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI Orsat Cairo selama dua periode (1998-2000 dan 20002002). Sastarawan muda ini juga pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Cairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Cairo. Selain itu, Kang Abik, telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarai pementasannya di Cairo, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insaniyyah al Islam terkodifikasi dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian 376 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I MISYKATI Cairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu menara "NAFAS PERADABAN" (diterbitkan oleh ICMI Orsat Cairo,2000). Kang Abik, telah menghasilkan beberapa karya terjemahan, seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya termuat dalam antologi Ketika Duka Terseny um (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004) dll. Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik diundang oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan puisi-puisinya berkeliling Malaysia dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading Ke-9, bersama penyairpenyair dunia lainnya. Puisinya juga termuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia yang lain, puisi Kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (19862002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004). Pada medio pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di Tanah Air, saat itu juga, ia langsung diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedi Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikiranya, (terdiri atas tiga jilid dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003). Mengikuti panggilan jiwa, antara tahun 2003 hingga 2004, Kang Abik memilih mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 ini, Kang Abik tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Selain menjadi pernah dosen di UMS Surakarta, kini Kang Abik sepenuhnya mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-karyanya, lewat Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang sedang dirintisnya bersama sang adik tercinta, Anif Sirsaeba dan 377 Ilyas Mak’s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy budayawan kondang Prie GS di Semarang, dan lewat wajihah dakwah lainnya. Berikut ini adalah beberapa karya Kang Abik, yang telah terbit di Indonesia dan Malaysia dan menjadi karya fenomenal,bahkan mega bestseller diAsiaTenggara, antara lain: Ayat Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam Mihrab cinta. Kini sedang merampungkan Dari Sujud ke Sujud, Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening dan Bulan Madu di Yerussalem. Sastrawan muda yang kini sering diundang di forum forum nasional maupun internasional ini masih duduk di Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena. Dan untuk mendulang manfaat sastrawan yang dinobatkan oleh INSANI UNDIP sebagai Novelis No. 1 Indonesia ini, membuka komunikasi dan silaturrahim kepada sidang pembaca lewat e-mail:
[email protected]. 378 Ilyas Mak’s eBooks Collection
a KETIKA CINTA BERTASBIH dengan cahaya cinta kutulis novel kedua dari dwilogi Ketika Cinta Bertasbih ini untuk anakku tercinta: Muhammad Ziaul Kautsar, dan untuk segenap generasi Indonesia yang baru dilahirkan
DAFTAR ISI 1. Pagi Bertasbih Di Desa Wangen 2. Ikatan Batin 3. Definisi Cinta 4. Tangis Dua Sahabat 5. Sebuah Firasat Dewi6. Dewi-Dewi Cinta Cinta 7. Pertemuan Cinta 8. Kecerdasan Eliana 9. Bertemu Ibu 10. Belajar Dari Jalan 11. Ujian Tak Terduga 12. Pernikahan 13. Pertemuan Di Klewer 14. Malam Pertama 15. Pagi Yang Menegangkan 16. Bakso Cinta 17. Ikhtiar Mencari Cinta 18. Dari Mila Hingga Seila 19. Pertemuan Di Kota Santri Bunga20. Bunga-Bunga Cinta 21. Ciuman Terakhir 22. Ingat Kematian Ingat 23. Pertemuan Dua Keluarga 24. Senandung Gerimis 25. Musibah 26. Dalam Duka 27. Jiwa Yang Bangkit 28. Barakah Cincin Ibu 29. Dan Cinta Pun Bertasbih aDef 1 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
1 Pagi Bertasbih Di Desa Wangen dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja. Sejak kecil Abahnya sudah sering membangunkannya jam tiga pagi. Abah menggendong dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, Langit aDef 2 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bintang gemintang, dan bulan yang sedemikian fitri. “Di atas sana ada jutaan malaikat yang sedang bertasbih." Begitu kata Abahnya yang tak lain adalah Kiai Lutfi sambil menggendongnya. Ia tidak mungkin melupakannya. “Jutaan malaikat itu mendoakan penduduk bumi yang tidak lalai. Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai." Sambung Abah sambil membawanya ke masjid pesantren. Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dingin-nya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, Abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar demi kamar sambil berkata, “Shalat, shalat, shalat!" Setelah semua kamar diketuk, sang Abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat. Ada yang masih mendengkur berselimut sarung. Setelah shalat sebelas rakaat Abah mengajaknya berdoa. “Ayo Nduk, kita berdoa biar diamini jutaan malaikat." Dan tatkala fajar merekah kemerahan di sebelah timur, Abah bertasbih dan mengajaknya menikmati keindahan yang menggetarkan itu. Lalu dengan menggendongnya kembali, Abah mengajaknya keliling pesantren untuk kedua kalinya. Kali ini Abah membangunkan para santri dengan suara lebih aDef 3 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
keras, dengan nada sedikit berbeda, “Subuh, subuh, shalat! “Subuh, subuh, shalat!" Lalu azan subuh pun berkumandang. Azan subuh selalu menggetarkan kalbunya. Alam seperti bersahut-sahutan mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Setiap kali fajar itu merekah ia rasakan nuansanya tak pernah sama. Setiap kali merekah selalu ada semburat yang baru. Ada keindahan baru. Keindahan yang berbeda dari fajar hari-hari yang telah lalu. Rasanya tak ada sastrawan yang mampu mendetilkan keindahan panorama itu dengan bahasa pena. Tak ada pelukis yang mampu melukiskan keindahan itu dalam kanvasnya. Tak ada! Keindahan itu bisa dirasakan, dinikmati dan dihayati dengan sempurna oleh syarafsyaraf jiwa orang-orang yang tidak lalai akan keagungan Tuhannya. Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Azan subuh selalu menggetarkan kalbunya. Dan fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan aDef 4 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dibalut mukena putihnya ia menikmati keindahannya dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang. Di kejauhan, beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang mengayun sepeda membawa dagangan di boncengan. Mereka menuju pasar Tegalgondo. Biasanya mereka shalat subuh di sana sebelum menjajakan dangangan mereka. Penduduk Pesantren Daarul Qur’an, baik yang putra maupun yang putri sebagian besar telah bangun dan bersiap untuk shalat subuh. Kiai Lutfi, pengasuh utama Pesantren Daarul Qur’an sudah shalat sunnah fajar di masjid. Anna shalat sunnah dua rakaat lalu beranjak ke masjid. Masjid pesantren yang terletak di tengah-tengah desa Wangen, Polanharjo, Klaten itu kini jauh lebih megah dari waktu ia masih kecil dulu. Dulu masjid pesantren itu berdinding papan dan lantainya ubin kasar. Hanya muat untuk dua ratusan orang saja. Saat itu jumlah santri baru seratus tujuh puluh. Semuanya putra. Karena memang belum membuka pesantren putri. Sekarang masjid itu sudah mampu menampung seribu lima ratus orang. Dua lantai. Lantai bawah untuk santri putra dan lantai atas untuk santri putri. Jumlah santri sudah mencapai seribu tiga ratus. Delapan aDef 5 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ratus untuk santri putra dan lima ratus untuk santri putri. Lantai atas masjid itu putih. Penuh oleh santriwati berbalut mukena putih. Mereka seumpama bidadaribidadari yang turun ke bumi bersama para malaikat pagi. Sebagian sedang shalat sunnah. Sebagian duduk membaca Al Qur’an. Sebagian yang lain duduk sambil berzikir. Anna shalat tahiyyatul masjid di tengah-tengah mereka. Jika para bidadari memiliki ratu, maka Anna Althafunnisalah ratunya para bidadari yang mengagungkan asma Allah di masjid itu. Iqamat dikumandangkan. Semua berdiri serentak. Shaf ditata seperti barisan pasukan yang siap berperang. Kiai Lutfi merapikan shaf dengan sabar. Ia sangat perhatian mengatur shaf. Lalu takbiratul ihram menggema di masjid itu. Semua jamaah mengumandangkan takbir bersama. Mengagungkan asma Allah. Masjid itu lalu menyatu bersama alam yang mengagungkan asma Allah pagi itu. Usai shalat subuh dan berzikir. Kiai Lutfi mengajak santrinya untuk melantunkan zikir pagi. Lalu beliau membacakan kitab Subulus Salam karya Imam Ash Shan'ani yang merupakan penjelas kitab Bulughul Maram yang disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani. Subulus Salam adalah satu dari tiga kitab yang menjadi wirid Kiai Lutfi. Artinya kitab itu adalah salah satu kitab yang senantiasa dibaca berulang-ulang oleh Kiai Lutfi. Kitab kedua adalah kitab Tafsir Jalalain yang disusun aDef 6 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
oleh Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Imam Jalaluddin Al Mahalli. Kitab ketiga adalah Al Hikam yang ditulis Imam Ibnu Athaillah As Sakandari. Subulus Salam dan Tafsir Jalalain dibaca dan dijelaskan kandungannya panjang lebar oleh Kiai Lutfi setiap hari. Dan semua santri wajib mengikutinya. Subulus Salam dibaca setelah shalat subuh dan Tafsir Jalalain setelah shalat maghrib. Sementara kitab Al Hikam dibacakan setiap Rabu bakda Ashar untuk masyarakat umum. Sudah jamak di dunia pesantren bahwa seorang Kiai biasanya memiliki kitab-kitab andalan yang sangat dia kuasai dan ia ajarkan kepada santrinya. Kitab itu jadi wiridnya. Sehingga ia seolah-olah hafal kitab itu. Dengan melihat kitab yang dijadikan wirid maka para santri dan masyarakat bisa mengetahui kepakaran seorang Kiai. Misalnya Kiai Lutfi setiap hari mengajarkan Subulus Salam dan Tafsir jalalain, maka beliau adalah pakar di bidang fiqh dan hadis, juga pakar di bidang tafsir. Penguasaan beliau dalam ketiga bidang itu sangat mendalam. Bukan berarti Kiai Lutfi tidak menguasai ilmu nahwu, ilmu tata bahasa Arab. Bukan. Beliau juga menguasai ilmu itu. Tapi kecenderungan dan kepakaran beliau di bidang itu. Contoh lain misalnya Kiai Rasyidi biasa mengajarkan kitab Qira'atur Rasyidah di Pesantren As Salam Pabelan. aDef 7 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Itu karena beliau di kalangan ulama karesidenan Surakarta dikenal sebagai pakar bahasa Arab. Beliau lulusan Al Azhar yang sudah belasan tahun hidup di Mesir. Beliau juga sangat menguasai ilmu fiqh dan disiplin ilmu lainnya. Namun beliau memiliki kecenderungan untuk mendalami dan mengajarkan bahasa Arab kepada para santrinya. Lain lagi dengan Almarhum Kiai Ali Darokah, ulama Surakarta jebolan Mambaul Ulum yang legendaris. Beliau juga menjadi guru para ulama di Surakarta .dan sekitarnya, dikenal sebagai ulama yang memiliki kepakaran di bidang ilmu fiqh dan ushul fiqh. Sementara Kiai Salman Popongan cenderung pada ilmu tasawuf. Maka kitab yang menjadi wiridan beliau, konon, adalah kitab-kitab tasawuf seperti kitab Al Hikam-nya Imam Ibnu Athaillah As Sakandari dan kitab Ihya' Ulumuddin-nya Imam Al Ghazali. Di Sukoharjo, Kiai Ahmad Husnan dikenal sebagai ulama yang pakar dalam takhrij hadits. Maka kitab-kitab yang beliau bahas dan beliau uraikan kepada para santrinya di Pesantren Al Mukmin adalah kitab-kitab hadis dan ilmu hadis seperti Kutubus Sittah. Beliau bahkan banyak menulis buku dalam bidang hadis. Di Jogjakarta, ada ulama yang dikenal sangat pakar di bidang Ushul Fiqh dan Fiqh. Kepakarannya bahkan masyhur sampai Asia Tenggara. Beliau adalah almarhum Kiai Haji Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Al Munawwir Krapyak. aDef 8 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Maka di antara kitab yang menjadi wirid beliau adalah kitab Asybah Wan Nadhair, Fathul Mu'in dan Fathul Wahab. Pagi itu Kiai Lutfi membacakan dan menguraikan hadis yang berbunyi, “Laa yadhulul jannata qattaatun!" Semua santri, baik putra dan putri mendengarkan dengan khidmat dan rasa ingin tahu. Kiai Lutfi lalu menjelaskan arti dan maksud hadis pendek itu, “Anak-anakku semuanya yang aku sayangi, Hadis pendek ini muttafaq 'alaih, artinya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Jelas shahihnya. Tidak bisa diragukan. Arti dari hadis ini adalah,'Tidak akan masuk surga orang yang suka memfitnah. Imam Shan'ani menjelaskan, kat “qattat" itu dengan huruf qaf, huruf ta' dan sesudah alif huruf ta' lagi, yang berarti pemfitnah. Ada ulama yang berkata, ada perbedaan antara “qattaat" dan“nammaam". Nammaam ialah orang yang mencari berita untuk menyampaikannya kepada orang lain (untuk menebar fitnah). Sedangkan“qattaat" adalah orang yang hanya mendengar berita yang ia tidak mengetahui pasti kebenaran berita itu, kemudian ia menceritakan apa yang ia dengar itu (kepada orang lain untuk memfitnah). Hakekat fitnah itu pemindahan pembicaraan orang aDef 9 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kepada orang lain untuk merusak hubungan di antara mereka. Anak-anakku, ingatlah baik-baik hadis ini. Hayati dan patri dalam sanubari! Jangan sekali-kali kalian menjadi seorang pemfitnah, baik qattaat maupun nammaam. Sebab pemfitnah itu telah diharamkan oleh Rasulullah Saw. untuk masuk surga. Pemfitnah termasuk seburukburuk makhluk Allah di atas muka bumi ini. Al Hafidz Al Mundziri mengatakan, Ummat Islam sudah sepakat bahwa fitnah itu diharamkan dan fitnah itu termasuk dosa besar!" Lalu Kiai Lutfi terus membacakan isi kitab Subulus Salam itu dan menjelaskan panjang lebar dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santrisantrinya. Setelah setengah jam membacakan Subulus Salam, Kiai Lutfi menutup kajian pagi hari itu dengan hamdalah. Para santri bubar kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap menyam-but aktifitas pesantren yang lebih padat. Kiai Lutfi biasanya tetap iktikaf di masjid sampai kira-kira jam delapan. *** Anna kembali ke kamarnya. Ia mempersiapkan diri menghadapi salah satu hari yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Nanti sore keluarga Furqan dari Jakarta akan datang untuk melamarnya. Kemarin sore Furqan mengirim sms bahwa dia dan keluarganya sudah sampai di Solo, saat ini mereka menginap di hotel Lor Inn Solo. Tanpa ia pinta, ingatannya kembali berputar bagaimana ia mengiyakan lamaran Furqan. Bulan April ia meninggalkan Cairo. Saat itu konsentrasinya adalah penelitian di aDef 10 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Malaysia untuk tesisnya tentang “Asuransi Syari'ah di Asia Tenggara." Ia belum memberi jawaban atas lamaran Furqan yang diajukan lewat Ustadz Mujab. Ada dua minggu lamanya ia mengadakan penelitian di perpustakaan Universiti Malaya, ISTAC, HUM dan Universiti Kebangsaan Malaysia. Ia lebih banyak mengcopy data-data dan rujukan-rujukan penting. Lalu ia pulang ke Indonesia. Kerinduannya pada Abah dan Umminya, juga pada aroma desa Wangen sudah sedemikian membuncah di dada. Ia masih ingat betul, selama satu minggu di rumah ia belum membicarakan perihal lamaran Furqan pada kedua orang ruanya. Ia masih bimbang dan ragu. Dan tepat satu minggu setelah menghirup udara Wangen, suatu pagi ia diajak bicara serius oleh Abahnya. Saat itu ia sedang mengerjakan tesisnya di ruang perpustakaan Abahnya. “Nduk, aku ingin bicara sebentar denganmu bisa?" Kata Abahnya, dengan wajah serius. “Inggih1, bisa Abah." Jawabnya sambil menghadapkan seluruh wajahnya pada sang Abah. “Begini, Nduk, Abah rasa kamu harus segera menikah. Kamu harus segera memutuskan siapa yang kamu pilih untuk menjadi pendamping hidupmu. Jika Abah hitung, dua tahun ini sudah enam kali engkau menolak lamaran. 1 Iya (jawa) aDef 11 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dan lamaran sembarangan. itu datangnya tidak dari orang Abah dan Ummimu sudah tidak sanggup lagi untuk terus menolak lamaran yang datang. Abah ingin menyampaikan padamu, tadi malam ada seseorang yang datang lagi untuk melamarmu. Abah kenal baik dengannya. Dan Abah percaya padanya. Ummimu juga. Dia dulu juga santri di pesantren ini. Tapi keputusan ada di tanganmu, Nduk. Sebab engkau sudah besar, sudah sangat berpendidikan." Ana sedikit terperanjat. Ia jadi penasaran siapa santri itu? “Pernah nyantri di sini Bah?" “Iya." “Siapa dia Bah? Apa aku mengenalnya?" “Mungkin saja." “Namanya siapa Bah?" “Muhammad Ilyas." “Muhammad Ilyas yang mana ya Bah?" “Yang tinggi kurus, agak hitam." Anna mencoba mengingat beberapa santri yang ia kenal. Ia tidak memiliki bayangan. Ia memang tidak banyak mengenal para santri putra yang seusianya, atau sedikit di atasnya. Sebab begitu lulus SD ia langsung dibuang ayahnya untuk belajar di Kudus. Tiga tahun di Kudus, ia lalu aDef 12 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
melanjutkan belajar di MAPK Putri Ciamis. Saat di Madrasah Aliyah itulah ia sempat mengikuti pertukaran pelajar ke Wales, U.K. Begitu selesai Aliyah ia langsung terbang ke Mesir. Jadi nyaris ia tidak banyak berinteraksi dengan santri-santri Abahnya. Baik yang putra maupun putri. “Wah, saya tidak mengenalnya Bah." Kata Anna pelan. “Ilyas cuma satu tahun di sini. Di kelas 3 Aliyah saja. Sebelumnya ia belajar di Pasuruan. Anaknya cerdas. Hanya saja olah bahasanya kurang halus. Tapi pelan-pelan bisa diperbaiki. Ia menyelesaikan S1 di Madinah dan sekarang sedang menulis tesis masternya di Aligarh, India. Saat ini ia sedang liburan. Tadi malam ia datang bersama pamannya untuk melamarmu. Aku dan Ummimu tidak mungkin langsung menerima atau menolaknya. Kami akan memutuskan sesuai dengan apa yang kamu putuskan." “Kalau Abah sendiri kelihatannya bagaimana?" “Abah sendiri tidak ada masalah. Selama yang datang itu orang yang shalih dan berilmu itu saja. Dan Ilyas sudah memenuhi kriteria itu. Selanjutnya tergantung kamu. Sebab kamu yang akan menjalani. kamulah yang menentukan siapa pendamping hidupmu. Bukan Abah atau Ummimu." Diamdiam dari hati yang paling dalam Anna merasa sangat bersyukur memiliki orang tua yang sangat penyabar, demokratis, dan sangat terbuka. “Begini, Bah, saat ini saya juga sedang menerima aDef 13 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
lamaran dari seorang yang baru saja menyelesaikan S2nya di Cairo University." Anna membuka masalahnya. “Coba ceritakan lebih detil!" Pinta Abahnya. Ia lalu menceritakan tentang lamaran Furqan dengan detil. Tentang siapa Furqan, aktivitas Furqan, prestasiprestasi Furqan selama di Cairo, juga latar belakang keluarga Furqan. Ia ceritakan semua yang ia tahu tentang Furqan. Kiai Lutfi hanya manggutmanggut saja mendengar cerita putrinya yang sedemikian panjang lebar. “Dia orang Jakarta asli?" Tanya Kiai Lutfi. “Tidak tahu ayah. Tapi setahuku sejak kecil ia di Jakarta, lalu kuliah di Cairo." “Bisa bahasa Jawa?" “Mungkin. Tapi ya sebatas memahami perkataan dalam bahasa Jawa Bah." “Furqan itu, seperti yang kamu ceritakan banyak memiliki kelebihan. Tapi jika dia nanti misalnya tinggal di sini tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik, itu akan jadi satu kelemahannya." “Sebagaimana setiap manusia memiliki kelebihan pasti kan juga memiliki kelemahan Bah." “Yah, terserah bagaimana keputusan kamu. Siapa yang kamu pilih? Furqan atau Ilyas? Abah minta salah satu dari aDef 14 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mereka ada yang kamu pilih. Jangan tidak ada yang kamu pilih. Itu saja permintaan Abah dan Ummi padamu, Nduk." “Bah, untuk memilih salah satu di antara keduanya, rasanya kita harus adil. Saya sudah pernah bertemu dengan Furqan, tapi belum pernah bertemu Ilyas. Rasanya kalau saya putuskan memilih Furqan misalnya itu tidak adil." Pak Kiai Lutfi faham. “Baik. Itu gampang. Kebetulan besok pagi dia mau mengisi acara pembekalan anak-anak kelas tiga Aliyah yang akan meninggalkan pesantren ini. kamu akan aku temukan dengannya." Dan benar, hari berikutnya, Ilyas datang. Pakaiannya rapi. Ia datang dengan mengendarai Honda Supra X. Kiai Lutfi minta kepada Ilyas supaya masuk rumah sebelum mengisi acara. Sesaat lamanya Kiai Lutfi mengajak Ilyas berdiskusi beberapa masalah keumatan di ruang tamu. Anna mendengarkan diskusi dari ruang tengah. Antara ruang tengah dan ruang tamu disekat dengan kaca riben hitam. Anna bisa melihat Ilyas dengan jelas, dan sebaliknya Ilyas tidak bisa melihat Anna dengan jelas. Anna sudah merasa cukup. Tapi tibatiba ayahnya bangkit masuk ruang tengah dan memanggil namanya, “Anna, minumannya mana?" Terpaksa ia mengeluarkan minuman dan dua kaleng biskuit. Ia bisa melihat Ilyas dengan lebih jelas. Ia tahu Ilyas melirik wajahnya sekelebat. Setelah itu ia mem-bandingkan kelebihan dan kekurangan dua pemuda yang melamarnya. Furqan dan Ilyas. Hatinya condong pada Furqan, tapi masih aDef 15 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ada sebersit keraguan. Ia masih belum bisa memutuskan. Ia perlu orang lain yang bisa ia ajak bicara dari hati ke hati. Akhirnya ia memilih Nafisah, Ketua Pengurus Pesantren Putri, yang ia rasa sudah sangat dekat dengannya sebagai teman bermusyawarah. Ia menceritakan kebimbangannya kepada Nafisah setelah ia mengambil janjinya agar tidak membuka isi pembicaraan kepada siapa pun juga. “Mbak punya foto Ustadz Furqan?" Tanya Nafisah setelah mendengar semuanya. “Ada." Jawab Anna seraya membuka diarynya. “Ini fotonya." Lanjut Anna dengan menyodorkan sekeping foto pada Nafisah. Nafisah menerima foto itu dan mengamatinya dengan seksama. “Wah, tampan sekali Neng Anna. Jujur saja, kalau saya yang disuruh memilih, saya pasti memilih Ustadz Furqan. Sebab dia sudah selesai S2. Sementara Ustadz Ilyas belum. Dia mahasiswa Mesir. Sementara Ustadz Ilyas mahasiswa India. Kalau Ustadz Furqan kan setelah menikah bisa melanjutkan S3 di Mesir sambil menunggui Neng Anna menyelesaikan tesis. Jadi kalian bisa hidup bersama gitu lho. Kalau Ustadz Ilyas kan susah. Bagaimana? Satu di India, yang satu di Mesir? Terus ini Neng, terus terang, saya pribadi pernah diajar oleh Ustadz Ilyas. Ada yang saya kurang suka aDef 16 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pada beliau?" “Apa itu?" “Saya takut ghibah Neng." “Semoga tidak termasuk ghibah sebab ini niatnya sama sekali bukan untuk ghibah. Lha kalau saya tidak tahu hal itu bagaimana saya bisa menimbang Nafisah?" “Baik, ini menurut saya pribadi lho Neng. Sikapnya yang kurang saya sukai, Ustadz Ilyas agak kurang menjaga pandangan pada para siswi ketika mengajar." “Kan kalau mengajar memang boleh memandang yang diajar." “Tapi kan bisa lebih dijaga. Saya suka model Ustadz Ramzi yang lulusan Syiria itu, beliau sangat menjaga pandangan. Tapi sayangnya beliau sudah punya isteri." Setelah berbincang-bincang cukup detail dengan Nafisah, ia agak cenderung kepada Furqan. Tapi tetap belum bisa memilih Furqan. Entah kenapa ia merasa tidak mencintai mantan Ketua PPMI itu. Bahkan dalam hatinya ada semacam ketidakcocokan dengan Furqan. Menurutnya pola hidup Furqan terlalu berbeda dengan mahasiswa yang lain. Dari orang-orang yang ia percaya flat yang disewa Furqan sangat mewah, punya mobil pribadi. Ke mana-mana selalu memakai mobil pribadi. Dan tidak jarang sering menyendiri di hotel hanya untuk menulis makalah. Meskipun ia tidak menyalahkan, karena barangkali Furqan punya alasan. Tapi seperti itu bukan cara hidup yang ia aDef 17 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dambakan. Menurutnya itu sudah berlebihan. Tentang kebimbangannya ia sampaikan pada kedua orang tuanya. Ayahnya diam, menyerahkan semuanya pada Ummi. Umminya malah bertanya padanya, “Jujurlah Nduk, adakah seseorang yang sebenarnya kamu damba. Dalam bahasa anak mudanya kamu naksir padanya?" Ia menggelengkan kepala. “Tapi pernahkan kamu bertemu dengan seorang pemuda yang sangat berkesan di hatimu?" Lanjut Sang Ummi. Ia diam. “Cobalah ingat-ingat!" “Ya ada Mi." “Siapa dia?" “Aku tak kenal dia Mi. Aku hanya kenal namanya." “Namanya siapa?" “Abdullah." “Abdullah siapa?" “Tak tahu Mi." “Bagaimana kamu ini. Masak cuma kenal nama aDef 18 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
depannya saja kamu sudah terkesan dengan pemuda itu. Dia sekarang di mana?" “Mungkin masih di Cairo Mi." “Bisa kamu lacak?" “Tidak Mi." “Kau sungguh aneh Nduk. Terkesan kok pada orang tidak jelas." “Kalau Ummi jadi Anna pasti juga akan terkesan." Anna lalu menceritakan perjalanannya dengan teman-temannya ke Sayyeda Zaenab, Cairo. Saat itu ia belanja kitab. Uangnya ia habiskan untuk beli kitab. Ia ingat kitab yang ia beli adalah Lathaiful Ma'arif-nya Ibnu Rajab Al Hanbali, Fatawa Mu'ashirah-nya Yusuf Al Qaradhawi, Dhawabithul Mashlahah-nya Al Buthi, Al Qawaid Al Fiqhiyyah-nya Ali An Nadawi, Ushulud Dakwah-nya Doktor Abdul Karim Zaidan, Kitabul Kharraj-nya Imam Abu Yusuf, Al Qamus-nya Fairuzabadi dan Syarhul Maqashid-nya Taftazani. Ia pulang bersama Erna. Dompet Erna dicopet. Ia teriak. Pencopet lari. Ia bergegas turun sambil mengejar minta tolong pada orang-orang kalau kecopetan. Pencopetnya hilang tak terkejar. Ia dan Erna tak ada uang untuk pulang. Sama sekali. Di saat ia bingung ada seorang pemuda naik taksi yang menolongnya memberi tumpangan di belakang. Ia teringat kitab-kitabnya yang tertinggal di bis. Pemuda itu minta sang sopir mengejar bis. aDef 19 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Akhirnya terkejar di Halte jalur ke Hay El Sabe dekat Muraqib Nasr City. Ia mendapatkan kembali kitabnya. Pemuda yang menolongnya sangat santun. Dan sangat menjaga pandangan. Ia sangat terkesan pada pemuda itu. Ia merasa sangat ditolong saat itu. Entah kenapa ia sulit melupakan itu. Sulit melupakan pemuda yang selalu menunduk itu. Dan saat itu, ketika ditanya namanya cuma menjawab: “Abdullah." “Anna sangat terkesan padanya, Mi." “Yang seperti itu yang kamu damba kira-kira?" “Mungkin. Tapi jujur Anna suka pada pemuda itu." “Tapi siapa dia dan di mana dia kamu tidak tahu kan?" “Iya." “Itu namanya tidak jelas. Kalau menurut Ummi pilihlah yang jelas." Tegas Umminya. “Benar kata Ummimu Nduk." Abahnya menguatkan. Namun ia belum bisa memutuskan. Dalam hati kecil ia mengatakan jika pemuda yang menolongnya, yang baik hatinya, dan sangat menjaga pandangan bernama Abdullah itu datang melamarnya, maka ia akan langsung mengatakan: “Iya!" aDef 20 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Aduhai jikalau saja saat ini kamu ada di sini Abdullah. Jikalau saja kamu menyampaikan lamaranmu kepadaku. Jikalau saja kamu utarakan ingin membangun rumah tangga denganku. Aku pasti akan memilihmu, dari pada Ilyas atau Furqan. Tapi, ah... di mana keberadaanmu di saat aku harus memilih? Di mana...? Ah,..ya Rabbi ampuni hamba-Mu yang lemah iman ini." Desis hatinya bimbang. Saat ia bimbang dan ragu sms dari isteri Ustadz Mujab terus datang berulang-ulang. Terakhir sms itu mengatakan, “Kami Kami sudah tidak enak sama Cepatlah kamu Furqan. putuskan. Kalau Kalau mau ya bilang mau. Kalau tidak ya tidak. Supaya semua jadi enak. Terima kasih!" Ana masih bimbang. Dalam hati kecilnya ada Abdullah. Ia sendiri tidak tahu kenapa di sana ada Abdullah. Ia ingin mengenyahkan Abdullah itu tapi tak juga mau enyah. Ia tahu tak boleh ada siapapun di dalam hatinya kecuali orang yang halal baginya. Tapi kenapa muncul juga Abdullah. Seringkali ia rasakan munculnya itu pelan dan halus sekali. Ia kembali membaca sms itu. Gamang. Tapi harus ia putuskan. Ingin rasanya ia putuskan untuk tidak menerima dua-duanya. Tapi ia juga gamang. Sudah berapa kali ia mengabaikan lamaran yang datang? Ia baca lagi sms dari Cairo itu. Ia rasakan bagai aDef 21 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sesuatu yang menterorkan. Akhirnya dalam kegamangannya, karena teror sms itu ia memutuskan untuk menerima Furqan. Meskipun keputusan itu belum benar-benar bulat di hatinya. Masih ada sebersit keraguan yang bercokol di sana. Dan ia tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan keraguan itu. Ia mencoba menghilangkannya dengan shalat istikharah selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya walaupun sebersit keraguan itu masih bercokol, ia tetap memutuskan memilih Furqan bila dibandingkan dengan Ilyas. Ia berusaha mantap meskipun masih ada kegamangan yang menggelayut dalam batinnya. Ia menyampaikan keputusannya pada Abah dan Umminya. Mereka berdua menyambut dengan wajah berseriseri dan gembira. Lalu ia mengirim sms kepada Mbak Zulfa di Cairo, isteri Ustadz Mujab. Isi smsnya itu adalah pemberitahuan bahwa ia menerima lamaran Furqan dan mohon disampaikan kepada Furqan secepatnya. *** Anna tersadar dari lamunannya. Waktu terus berjalan. Hari ini adalah hari yang akan menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Ia masih belum yakin bahwa ia siap menjadi isteri Furqan. Ia tidak tahu kenapa sebersit rasa ragu masih juga menyusup halus di dalam hatinya. Apakah sebenarnya ia belum siap menikah? Ataukah ia masih kurang mengenal Furqan sehingga hatinya belum benar-benar bisa bulat seratus persen? Ataukah sebenarnya masih ada yang mengganjal dalam hati Abah atau Umminya? Tapi setiap kali ia bertanya pada mereka berdua, mereka menjawab telah mantap. Abahnya malah dengan entengnya ber-komentar, aDef 22 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Bisa jadi keraguan itu datangnya dari setan yang tidak menginginkan kebaikan pada ummat manusia." Anna berdiri. Melangkah ke arah cermin dan memandang wajahnya sendiri. Ia lalu berseru pada wajah yang ada di cermin, “Anna, kamu harus mantap! kamu tidak mungkin mundur hanya karena keraguan yang tidak jelas dari mana datangnya. Kalau kamu mencari manusia yang sempurna, kamu tidak akan mendapatkannya di atas muka bumi ini! Semua ummat manusia memiliki aib, kekurangan, salah dan dosa-dosa! Tak ada yang sempurna. Anna, kamu harus yakin keputusanmu adalah benar!" “Neng Anna! Neng Anna!" Itu suara Sri, khadimah2 yang sangat disayang Umminya. “Iya Ti, ada apa?" “Dicari Mbak Nafisah. Katanya ada keperluan penting. Dia menunggu di ruang tamu." “Ya, suruh menunggu sebentar." Anna melepas mukenanya. Ia merapikan rambut dan jubah panjang yang dipakainya. Ia mengambil jilbab dari almarinya. Mengenakannya. Bercermin sekilas lalu turun menemui Nafisah. 2 Khadimah, artinya pembantu. Di dunia pesantren khadimah atau khadim biasanya digunakan untuk menyebut santri yang mengabdikan diri membantu urusan seharihari keluarga kyai. aDef 23 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Maaf Neng mengganggu." Sapa Nafisah. “Tidak kok. Ada apa ya Fis? Katanya penting?" “Iya Neng. Kami mau minta bantuan Neng Anna sedikit." “Banyak juga tidak apa-apa kok selama aku mampu. Apa itu?" “Begini Neng. Anak kelas tiga Aliyah putra dan putri punya kan acara besar..." “Bedah buku kumpulan cerpen itu?" Potong Anna. “Iya benar. Cuma kami ada sedikit masalah Neng." “Masalah apa?" “Rencananya yang menjadi pembandingnya kan Bu Nila Kumalasari, M.Ed. Dosen Fakultas Tarbiah STAIN, tapi mendadak beliau ada halangan. Ayah beliau di Semarang sakit keras, dan sedang dirawat di RS. Roemani Semarang. Beliau harus ke Semarang menunggui ayah beliau. Jadi beliau tidak bisa." "Sudah cari pengganti beliau?" “Sudah, tapi nama-nama yang kami hubungi tidak bisa Neng." “Guru bahasa Indonesia kalian saja yang jadi aDef 24 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pembanding." “Beliau juga tidak bisa. Sebab beliau sudah ijin untuk menghadiri pernikahan adiknya di Jogja." “Ya sudah, tanpa pembanding saja. Biarkan pengarang kumpulan cerpen itu jadi pembicara tunggal saja." “Justru pengarangnya minta ada pembanding. Kami tidak mau mengecewakan beliau. Kami sudah janji akan menyandingkan dengan pembanding yang tepat. Dan rasanya lebih seru kalau ada pembanding." “Terus apa yang bisa aku bantu? Aku tidak punya link orang-orang yang berkecimpung di bidang sastra." “Begini Neng, karena waktu sudah mepet. Kami dari panitia dengan sangat memohon Neng Anna bersedia menjadi pembicara pembanding." “Aku?" “Iya Neng." “Wah tidak bisa! Tidak bisa!" “Kami mohon Neng!" “Tidak bisa, Fis! Itu bukan bidangku." “Iya kami tahu. Maka nanti Neng Anna tidak usah bicara tentang sastra dan tetek bengeknya. Kami tidak minta Neng Anna bicara tentang itu?" aDef 25 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Terus aku bicara tentang apa?" “Neng kan sarjana Syariah dari Al Azhar. Kami minta Neng Anna menyoroti isi dan pesan yang terkandung dalam kumpulan cerpen itu sudah sesuai dengan syariah belum. Sesuai dengan ajaran Islam yang mulia tidak. Itu saja. Tolong ya Neng. Kalau Neng Anna tidak mau kami harus bagaimana lagi. Waktunya tinggal besok Neng." Nafisah membujuk dengan nada mengiba. Anna Althafunnisa diam sesaat. Keningnya berkerut. la mengambil nafas agak panjang lalu mendesah. Bibirnya yang indah itu bergetar lirih, “Baiklah." “Terima kasih Neng." “Tapi aku minta segera kamu bawakan kemari buku kumpulan cerpen itu ya. Biar segera kubaca." “Jangan khawatir Neng. Ini sudah aku bawakan." Jawab Nafisah dengan wajah berbinar-binar bahagia. la mengeluarkan buku ukuran sedang dari dalam lipatan kitab Fathul Qarib. Rupanya buku kumpulan cerpen itu ia selipkan di dalam kitab kuning yang memang lebih lebar. Nafisah mengulurkan buku itu pada Anna. Anna menerima dan memeriksa sampul buku itu dengan seksama. Judul kumpulan cerpen itu adalah Menari Bersama Ombak. aDef 26 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ditulis oleh Ayatul Husna. Diterbitkan oleh penerbit terkenal di Jakarta. Ia buka halaman demi halaman. “Wah baru empat bulan sudah cetakan ke-5, berarti ini buku best seller ya Fis." “Iya Neng. Saya membaca di koran penulisnya akan menerima penghargaan dari Diknas Pusat bulan Agustus nanti. Sebab buku ini terpilih sebagai buku kumpulan cerpen remaja terbaik nasional." “Wah jadi semangat nih. Jadi ingin bertemu penulisnya nih." “Ya, begitu Neng. Kami jadi tambah semangat." “O ya Fis, aku ada satu permintaan lagi." “Apa itu Neng?" “Aku minta agar identitasku sebagai lulusan Al Azhar tidak disebut-sebut. Aku minta agar namaku yang digunakan dalam seminar besok nama penaku yaitu Bintun Nahl. Sebut saja guru bahasa Arab, pernah nyantri di Kudus dan Ciamis. Itu saja." “Baik Neng, insya Allah kami penuhi." Anna menatap kedua mata Nafisah memancarkan sinar kebahagiaan. Dan di luar, sinar surya sudah memancar menyinari alam, menebar kehangatan. Sinar itu menyapa dengan ramah daun-daun padi yang masih hijau, yang menghampar bagai permadani nan luas. aDef 27 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Burung-burung pipit beterbangan ke sana ke mari dengan riang. Alam semakin hangat. Semakin benderang. Sinar matahari pagi itu terus bergerak menerobos menyingkir-kan kegelapan. Sinar matahari pagi itu juga menerobos sela-sela jendela kamar Furqan di Hotel Lor Inn Solo. Furqan yang menyibak perlahan tirai jendela kamarnya dengan wajah pucat dan muram. Cerahnya pagi hari itu ternyata tak juga sanggup mencerahkan batin, jiwa dan perasaannya. Ada beban yang ia rasa sangat berat yang menekan jiwanya. Itulah yang membuat dia muram di hari yang seharusnya ia ceria. Furqan memandang ke arah matahari. Ia berkata lirih pada matahari, “Apalah arti sinarmu, bagi orang yang semangat hidupnya sudah redup dan nyaris mati!?" Furqan menyibak jendela lebih lapang, berharap dadanya bisa terasa lebih lapang. Wajah Anna Althafunnisa berkelebat-kelebat dalam pikiran. *** aDef 28 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
2 Ikatan Batin Sore itu dengan pembacaan surat Al Fatihah ikatan pertunangan Anna Althafunnisa dengan Furqan resmi sudah. Peristiwa itu disaksikan oleh tokoh-tokoh terpenting dari dua keluarga, belasan Kiai pengasuh pesantren dan para pemuka masyarakat desa Wangen. Anna tampak anggun dengan dalam balutan jilbab dan jubah panjangnya berwarna biru muda. Kecantikannya dipuji oleh keluarga Furqan. Nyonya Maylaf, ibu Furqan, yang tergolong wanita yang tidak mudah memuji kecantikan orang lain, saat itu tidak mampu untuk menahan pujiannya. “Pa, calon menantu kita ini kecantikannya sungguh alami ya." Bisik Bu Maylaf pada Pak Andi Hasan, suaminya. Pak Andi Hasan mengangguk pelan. aDef 29 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Furqan tampak gagah dengan koko biru tuanya. Jika disandingkan dengan Anna pastilah pakaian keduanya akan tampak sangat serasi. Sore itu Furqan mampu menyembunyikan segala muramnya. “Padahal tidak ada kesepakatan kok baju Anna dan Nak Furqan bisa serasi ya." Seru Kiai Lutfi Hakim, ayah Anna Althafunnisa sambil tersenyum. “Ini namanya benar-benar jodoh Pak Kiai." Sahut Bu Maylaf. “Sudah ada kontak batin yang memadukan, bukankah begitu Fur?" Sambung Pak Andi Hasan sambil melirik Furqan. Furqan hanya tersenyum. Anna menunduk memandang lantai. Kalimatkalimat itu semakin meneguhkan keyakinannya bahwa inilah sejarah hidupnya. Bahwa Furqan adalah bagian dari sejarah masa depannya. Sore itu juga disepakati hari, waktu, dan tempat akad nikah. Setelah dialog penuh kehangatan tercapai kesepakatan bahwa akad dan pesta walimah diadakan di desa Wangen. Di Pesantren Daarul Qur’an. Sementara di Jakarta hanya acara semacam syukuran yang akan diadakan di sebuah hotel berbintang di bilangan Cikini. Akad nikah akan dilangsungkan pada hari Jumat kedua bulan Agustus. Lalu disambung walimah selama dua hari yaitu, hari Sabtu dan Ahad. aDef 30 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Yang menarik sebelum hari akad dan walimah disepakati, Anna Althafunnisa mengajukan syarat kepada Furqan jika tetap ingin menikahinya. Syarat yang sempat membuat perdebatan sengit antara Anna dan Furqan. “Saya punya syarat yang syarat ini menjadi bagian dari sahnya akad nikah. Artinya farji saya halal diantaranya jika syarat saya ini dipenuhi oleh Mas Furqan." Kata Anna di majelis musyawarah itu. “Apa itu syaratnya?" Tanya Furqan. “Pertama, setelah menikah saya harus tinggal di sini. Saya tidak mau tinggal selain di lingkungan pesantren ini. Kedua, saya mau dinikah dengan syarat selama saya hidup dan saya masih bisa menunaikan kewajiban saya sebagai isteri Mas Furqan tidak boleh menikah dengan perempuan lain!" Dengan tegas Anna menjelaskan syarat yang diinginkannya. Kalimat yang diucapkan itu cukup membuat kaget Furqan dan keluarganya. “Apa syarat-syarat itu tidak mengada-ada?" Kata Pak Andi Hasan, ayah Furqan. “Tidak. Sama sekali tidak. Para ulama sudah membahasnya panjang lebar. Dan syarat yang saya ajukan ini sah dan boleh." Jawab Anna. Pak Kiai Lutfi diam saja. Dia percaya bahwa putrinya pasti bisa memperjuangkan apa yang menjadi maslahat bagi masa depannya. aDef 31 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Maaf, untuk syarat pertama saya rasa tidak ada masalah. Itu sah dan boleh-boleh saja. Tapi untuk syarat kedua, apa tidak berarti kamu mengharamkan poligami?" Gugat Furqan. “Mohon Mas Furqan melihat dan meneliti dengan seksama, dibagian mana dan di teks mana saya mengharamkan poligami yang dihalalkan oleh Al Qur’an. Tidak, sama sekali saya tidak mengharamkan. Kalau Mas Furqan menikah dengan selain saya, Mas mau menikahi langsung empat wanita juga saya tak ada masalah. Itu hak Mas Furqan. Syarat itu sama dengan syarat misalnya saya minta setelah menikah Mas Furqan tidak makan Jengkol, karena saya tidak suka. Jengkol itu bau. Baunya saya tidak suka. Apa itu berarti saya mengharamkan Jengkol? Saya meminta syarat untuk sesuatu yang menurut saya bermanfaat bagi saya dan anak-anak saya. Dan dengan syarat ini Mas Furqan sama sekali tidak dirugikan, sebab saya mengatakan tidak boleh menikah dengan perempuan lain selama saya hidup dan saya masih bisa menunaikan kewajiban saya sebagai isteri. Kalau saya sakit menahun dan tidak bisa menunaikan kewajiban saya ya silakan menikah. Syarat yang seperti ini dibolehkan oleh ulama." Anna beragumentasi membela syarat yang diajukannya. “Maaf saya belum pernah membaca ada ulama membolehkan syarat seperti itu." Tukas Furqan. “Baiklah. Tunggu sebentar!" Kata Anna. Gadis itu masuk ke kamarnya dan mengambil sebuah kitab. Pada halaman yang ditandainya ia membukanya dan langsung menyodorkannya pada Furqan, aDef 32 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ini juz 7 dari kitab Al Mughni karya Ibnu Qudamah, silakan baca di halaman 93!" Furqan menerima kitab itu lalu membaca pada bagian yang diberi garis tipis dengan pensil oleh Anna. Saat membaca kening Furqan berkerut. Ia lalu mendesah. Ia diam sesaat. Wajahnya agak bingung. “Jelas sekali, para ulama sepakat bahwa suatu syarat yang menjadi sebab akad nikah terjadi harus dipenuhi. Maka syarat saya tadi harus dipenuhi kalau ingin akad nikah dengan saya terjadi. Selama syarat itu tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan dan tidak menghilangkan maksud asli pernikahan. Saya tidak mensyaratkan misalnya saya hanya boleh disentuh satu tahun sekali. Tidak! Syarat ini bertentangan dengan maksud pernikahan. Dan ulama juga banyak yang memilih pendapat bahwa perempuan boleh mengajukan syarat sebelum akad nikah bahwa suaminya tidak akan menikahi perempuan lain. Dan sang suami wajib memenuhi syarat itu selama dia menerima syarat itu ketika akad nikah. Imam Ibnu Qudamah ketika berbicara tentang syarat dalam nikah sebagaimana termaktub dalam kitab Al Mughni yang Mas Furqan pegang itu berkata: 'Yang wajib dipenuhi adalah syarat yang manfaat dan faidahnya kembali kepada isteri. Misalnya sang suami tidak akan mengeluarkannya dari rumahnya atau dari kampungnya, tidak bepergian dengan membawanya atau tidak akan menikah atasnya. Syarat seperti ini wajib ditepati oleh suami untuk isteri, jika suami tidak menepati maka isteri berhak minta dihapuskan nikahnya. Hal seperti ini diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, dan Saad bin Abi Waqqash, Mu'awiyah, dan Amru bin aDef 33 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ash ra. Hal ini juga difatwakan oleh Umar bin Abdul Aziz, Jabir bin Zaid, Thawus, Auzai dan Ishaq.' Dan ayat yang meminta kita untuk memenuhi janji adalah Al Maidah ayat 1, Allah berfirman, 'Hai orang-orang yang beriman penuhilah janji-janji!" Dan dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya syarat yang paling berhak untuk kalian penuhi adalah syarat yang membuat suatu farji jadi halal untuk kalian!' Saya hanya ingin seperti Fatimah yang selama hidupnya berumah tangga dengan Ali bin Abi Thalib tidak dimadu oleh Ali. Dan saya ingin seperti Khadijah yang selama hidupnya berumah tangga dengan Rasulullah juga tidak dimadu. Sungguh saya sama sekali tidak mengharamkan poligami. Tapi inilah syarat yang saya ajukan. Jika diterima ya akad nikah bisa dirancang untuk dilaksanakan. Jika tidak, ya tidak apa-apa. Silakan Mas Furqan mencari perempuan lain yang mungkin tidak akan mengajukan syarat apa-apa!" Papar Anna panjang lebar Menghadapi argumentasi Anna, akhirnya Furqan dan keluarganya menyerah. Mereka akhirnya menerima dua syarat yang diajukan Anna Althafunnisa. *** Sore itu juga berita telah resminya Anna Althafunnisa putri Pengasuh Pesantren Daarul Qur’an bertunangan dengan Furqan Andi Hasan dari Jakarta langsung menyebar di seantero desa Wangen. Beberapa santri senior, beberapa ustadz muda dan beberapa pemuda desa yang menaruh hati dan harap menelan ludah kekecewaan. Impian mereka bisa bersanding dengan putri Kiai Lutfi yang terkenal cantik, aDef 34 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
cerdas dan shalihah itu hilang. Seorang pemuda desa Wangen yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya berkata, “Aku kecewa pada Pak Kiai. Kenapa Pak Kiai memilih calon menantu dari Jakarta! Kenapa mesti Jakarta yang diutamakan? Kenapa tidak memilih menantu orang sini saja. Menantu yang sudah beliau kenal, dan sudah mengaji dan belajar pada beliau sejak masih balita!" “Masalahnya bukan orang Jakarta atau orang sini. Bukan itu kukira. Aku yakin karena yang dipilih sekarang ini adalah yang terbaik menurut Pak Kiai dan putrinya yaitu Anna Althafunnisa. kamu boleh saja kecewa. Tapi jodoh sudah ada yang menentukannya." Sahut pemuda yang lebih tua. *** Bu Maylaf belum mengganti gaun yang ia kenakan dalam acara pertunangan putranya. Selepas maghrib ia langsung mengajak Furqan jalan-jalan mengelilingi kota Solo. Mereka hanya berdua. Pak Andi Hasan dan yang lain memilih istirahat di hotel. Mobil Toyota Fortuner berplat B itu melaju tenang di jalan Slamet Riyadi. Jalan utama kota Solo itu lebar dan ramai. Di kanan kiri berdiri bangunan-banguan metropolis; mall, hotel, bank, butik, rumah makan, pusat elektronik dan lain sebagainya. Meskipun bukan sebuah ibu kota provinsi, Solo bisa disebut kota yang kesepuluh terbesar di Indonesia setelah Jakarta, aDef 35 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Jog-yakarta. Bu Maylaf minta Furqan menuju kraton. Makassar, “Aku ingin tahu suasana kraton dan Pasar Klewer di malam hari." Gumam Bu Maylaf. “Aku juga ingin, Bu." Sahut Furqan. “Fur, kamu bahagia?" Tanya Bu Maylaf sambil memandang gurat wajah putranya yang tidak benar-benar cerah. “Iya bahagialah Bu. Ibu ini ada-ada saja." “Tapi ibu amati begitu pulang dari pesantren tadi wajahku muram." “Ah tidak. Ibu saja yang terlalu berperasaan." “Tidak Anakku, ibu serius. Ibu amati kamu masih saja murung. Sejak kamu pulang dari Cairo sampai sekarang kamu kok sepertinya punya masalah serius? Apa kamu sebenarnya tidak suka pada gadis itu? Merasa salah pilih? Karena kamu sudah terlanjut melamar dia sejak di Cairo dan terlanjur bilang sama ibu dan ayah, kamu jadi menanggung beban, begitu?" “Tidak ibu. Aku tidak ada masalah apa-apa kok. Aku suka gadis itu dan sama sekali tidak salah pilih." “Terus kenapa kamu muram seperti tertekan sesuatu?" aDef 36 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Tidak ada kok Bu. Sungguh!" “Fur, firasat seorang ibu pada anaknya tidak pernah salah. Ibu tahu kamu sejak kamu lahir. Kalau kamu senang ibu hafal wajah kamu. Kalau kamu marah, kamu kesal, kamu kecewa, ibu hafal semua. Juga kalau kamu memendam masalah. Ayo ceritakanlah pada ibu, Nak!" Desak Bu Maylaf. Mendengar kata-kata ibunya itu Furqan ingin menangis, ingin rasanya meledakkan tangisan di pangkuan ibunya sambil dielus-elus kepalanya seperti saat masih kecil dulu. Ia ingin menceritakan musibah yang menimpanya beberapa hari sebelum kepulangan-nya. Tentang dirinya yang tanpa ia ketahui dosanya digarap agen Mossad di Meridien Hotel. Tentang Miss Italiana yang menghancurkan dirinya dengan virus HIV. Tentang janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus HIV yang diidapnya pada orang lain. Dan kini Althafunnisa. ia telah bertunangan dengan Anna Gadis terbaik yang pernah ia kenal dan ia ketahui. Haruskah ia meneruskan sampai ke pelaminan? Ia ingin mengungkapkan semua pada ibunya. Ia sangat mencintai Anna, tapi ia tidak ingin merusak Anna. Ia tidak tahu harus bagaimana? Jika ia berterus terang pada ibunya, pada keluarganya. Ia khawatir akan itu menyakit hati mereka berdua dan merusak hidup mereka. Sebab ia tahu betapa sayang mereka aDef 37 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
berdua padanya. Ia satu-satunya anak lelaki mereka. Kakak dan adiknya perempuan. Ia tiga ber-saudara. Ia anak tengah. Kakaknya telah menikah dan kini sedang hamil tua. Sementara adiknya hanya selesai D3 dan tidak mau melanjutkan kuliah lagi. Ialah yang meraih pendidikan tertinggi, maka ialah putra kebanggaan keluarga. Apa jadinya jika ayah dan ibunya mengetahui anak kebanggaan mereka mengidap virus HIV. “Fur kenapa kamu diam!" Teguran ibunya menyadarkan dirinya dari lamunan. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Ia mencoba untuk menormalkan keadaan. “Oh tidak Bu. Aku tidak memendam masalah. Aku hanya tegang saja akhirakhir ini. Tegang karena akan punya isteri. Akan benar-benar hidup sendiri. Hidup berumah tangga. Itu yang mungkin ibu lihat aku agak muram. Hanya tegang mau hidup berumah tangga Bu." Furqan menjawab diplomatis. Jawaban yang bisa menutupi segala galau dan kacau yang terus menteror perasaan dan jiwanya. “O, begitu. Kalau itu ya memang biasa. Sebagian orang yang akan berumah tangga mengalaminya. Ibu dulu juga begitu. Tapi percayalah dengan berjalannya waktu semua akan baik-baik saja. Membangun rumah tangga tidak semenakutkan yang kamu bayangkan. Dengan kerjasama yang baik antara suami isteri nanti rumah tangga itu akan sangat menyenangkan dan membahagiakan. Semoga rumah tanggamu nanti kokoh dan barakah, Fur." “Amin." Malam itu mereka menikmati panorama malam aDef 38 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
di kawasan kraton. Furqan minta ibunya menemaninya minum wedang ronde di pojok barat alun-alun utara, tak jauh dari masjid Agung. “Wah wedang rondenya enak ya Fur." “Iya Bu." “Nanti kalau kamu pengantin baru. Ajaklah Anna minum wedang ronde di sini. Akan terasa sangat romantis Fur. Setelah itu ajaklah jalan-jalan keliling kota. Lalu ajaklah bermalam di hotel berbintang lima. Pasti itu akan membuat Anna tambah berlipat cintanya padamu Fur." Kata Bu Maylaf sambil tersenyum pada putra kesayangannya. “Ah ibu, sudah membayangkan yang indah-indah." “Ya, bayangkanlah yang indah-indah itu. Karena memang yang indah-indah itu adalah hak para pengantin baru. Saya dengar dari Pak Kiai yang mengajar di masjid kita, bahwa Rasulullah meminta kepada pada pejaka agar menyertai isterinya yang selama tujuh hari saat pengantin baru. Jika isterinya itu seorang gadis. Tujuannya ya katanya agar bisa mereguk keindahan-keindahan bersama sedalamdalamnya, seromantis-romantisnya, agar cinta di antara keduanya benar-benar berakar mendarah daging. Dan dengan itu mawaddah dan rahmah lebih mudah tercipta." “Wah ibu kayak Ustadzah saja." “Lho, begini-begini kan ibu ini ibundanya Ustadz Furqan, lulusan S2 Mesir." Keduanya tersenyum. Sesaat wajah murung Furqan hilang. Imajinasi keindahan aDef 39 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
berkelebat-kelebat dalam pikirannya. Keanggunan Anna dalam balutan serba biru kembali hadir di pelupuk matanya. *** Sementara itu, di sebelah barat Kota Surakarta. Tepatnya dalam rumah papan di sebuah kampung di pinggir Kartasura, tampak tiga orang perempuan sedang beraktifitas di ruang tamu yang sekaligus adalah ruang tengah, ruang makan dan ruang kerja. Seorang perempuan tampak sudah berumur. Kira-kira lima puluh tahunan. Sedangkan dua perempuan lainnya masih muda. Perempuan setengah baya itu sibuk bekerja di depan mesin jahit tuanya. Ia sedang menjahit korden seorang pelanggan-nya. Berkali-kali perempuan itu menjahit sambil terbatuk-batuk. Perempuan setengah baya itu tak lain adalah ibunda Khairul Azzam. Namanya Ibu Malikatun Nafisah. Di dukun Sraten ada yang memanggil Bu Lika. Ada yang memanggil Bu Nafis dan Bu Isah. Panggilannya yang paling lazim dan masyhur adalah Bu Nafis. “Bu’e, jangan memaksakan diri tho. Kalau sudah capek ya istirahat. Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti sakit lagi." Ucap perempuan muda berjilbab cokelat sambil menghentikan aktifitas membacanya. Perempuan berjilbab coklat itu lalu bangkit dari tempat duduknya dan beranjak menuju ibunya. Ia lalu memijit pundak ibunya yang masih sesekali batuk dengan penuh kasih sayang. “Ya keras sedikit Na. Ke arah tengkuk Na. Pegel aDef 40 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
rasanya. Ini biar Bu’e teruskan sedikit lagi ya. Biar selesai sekalian. Masalahnya ibu sudah janji besok pagi bisa diambil. Kalau besok belum jadi terus yang pesan datang kan mengecewakan." Lirih Sang Ibu sambil terus melanjutkan pekerjaannya. “Kalau Husna bisa menjahit, pasti Husna bantu. Biar Bu’e istirahat saja. Bu’e kan sudah tua, tidak perlu memaksamaksakan diri bekerja." Sahut perempuan berjilbab cokelat itu sambil terus memijit Sang Ibu. “Ah ini kegiatan ringan saja kok Na. Ya Bu’e kan perlu kegiatan tho. Mosok nganggur. Ukh... ukh... ukh!" Kata Sang Ibu sambil terbatuk-batuk. “Dik Lia, maaf bisa nggak bantu Bu’e. Biar Bu’e istirahat saja. Ini Bu’e sudah batuk terus!" Seru perempuan berjilbab cokelat sambil menengok ke arah adiknya yang sedang bergelut dengan tumpukan buku di kanankirinya. “Aduh Mbak Husna, tidak bisa. Ini kerjaan sekolah menumpuk. Malam ini harus beres. Bu’e sih, sudah dibilangin tidak usah terima orderan, masih terus saja terima. Bu’e tidak melihat kondisi diri sendiri. Kalau sakit kan yang repot kita Bu. Anak-anaknya Bu’e." Jawab sang adik sewot. “Kalau tidak bisa ya sudah tho Dik, nggak perlu ceramah." Sahut sang kakak. “Mbak Husna tidak tahu sih, Lia ini lagi pusing plus repot banget. Apa Mbak nggak lihat kerjaan Lia! Setumpuk nih! Lia harus lembur malam ini Mbak. Kalau luang pasti tanpa diminta juga sudah Lia bantu kerjaan Bu’e." Timpal aDef 41 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sang adik. “Sudah-sudah! Bu’e yang salah. Bu’e terlalu memaksakan diri. Husna, jangan ganggu adikmu. Dia kalau luang seperti biasa, pasti sudah bantu Bu’e. Ya sudah, Bu’e istirahat dulu. Besok habis subuh baru akan Bu’e lanjutkan. Tinggal sedikit saja kok. Ukh... ukh!" Ucap sang ibu menengahi sambil bangkit. Perempuan berjilbab cokelat yang tak lain adalah Ayatul Husna, mengantarkan ibunya ke kamarnya. Sampai di kamar ia menunggu ibunya rebahan. Lalu menye-limutinya dengan penuh kasih sayang. “Ibu mau Husna buatkan jahe tambah madu hangat. Biar badan mengangguk. ibu hangat dan segar?" Sang ibu Husna beranjak ke dapur. Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya meleleh membasahi pipinya. Sedemikian sayang dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalamdalamnya kepada Allah atas karunia yang sangat mahal ini. Meski ia membesarkan anak-anaknya tanpa didam-pingi sang suami, namun Allah selalu menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya. Anak pertamanya, Khairul Azzam, sejak kecil telah aDef 42 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menunjukkan baktinya. Prestasi-prestasinya mengharum-kan nama orang tua. Saat kuliah di Al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik di tahun pertamanya. Dan ketika sang ayah tiada, Azzam menunjukkan tanggung jawabnya sebagai anak sulung dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras di Mesir sana. Ia tahu anaknya itu bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di sana. Tiap bulan mengirimkan uang demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebagai ibu, ia sangat bangga pada anak pertamanya itu. Di saat sang ayah tiada dan ia sakit-sakitan, nama keluarga tetap terjaga. Seluruh adik-adiknya tetap lanjut kuliah. Ia jadi sangat merindukan Azzam. “Segeralah pulang Nak. Bu’e sangat rindu padamu. Bu’e ingin tahu seperti apa wajahmu. Seperti apa baumu. Bu’e ingin memelukmu." Lirihnya dalam hati didera kerinduan dan keharuan luar biasa. Anak keduanya, Ayatul Husna, sangat halus tutur bahasanya. Dan sangat mencintainya. Husna seolah tidak pernah rela ada nyamuk sekalipun menyentuh kulit ibunya. Ia dulu pernah merasa Husna adalah anak yang nakal. Ia ingat anak keduanya itu sewaktu kecil paling sering bikin ulah. Paling sering berkelahi dengan anak tetangga. Paling sering merebut mainan temannya. Dan saat kelas tiga SMP justru ikutan karate sebagai kegiatan ekstra kurikuler. Ia ingat bagaimana dulu Husna pernah memukul kakaknya dengan gagang sapu sekeras-kerasnya. Gara-garanya Husna disiram kakaknya karena sampai aDef 43 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pukul enam pagi belum juga bangun pagi. “Anak perempuan kok kebluk3! kamu ini sudah akil baligh Na! Dosa kalau kamu shalat subuh selalu kesiangan apalagi tidak shalat subuh!" Seru kakaknya dengan nada marah saat itu. Husna sangat marah diperlakukan seperti itu oleh kakaknya. Ia bangkit lalu mengambil sapu. Dan memukul kakaknya dengan sekeras-kerasnya meng-gunakan gagang sapu. Sampai gagang sapu itu patah. Husna memukul tepat di pelipis. Tak ayal, pelipis Azzam berdarah. Azzam tidak membalas. Azzam diam dengan amarah yang meluap-luap. Oleh ayahnya Azzam dilarikan ke dokter terdekat untuk diobati. Sang ayah lalu menghukum Husna dengan menghajarnya. Tapi Husna melawan, Husna malah memukul dan menendang sang ayah. Sang ayah kalap, Husna nyaris dipatahkan tangannya oleh sang ayah, tapi Azzam mencegah, “Jangan ayah! Mungkin tadi Azzam yang salah. Azzam terlalu keras pada Dik Husna." Sang ayah mengurungkan niatnya. Akhirnya Husna dihukum dengan diikat di dapur satu hari penuh. Husna berontak tapi tidak bisa. Kenakalan dan kebengalan Husna saat itu dikenal hampir oleh semua orang di kampung. Namun kenakalan itu perlahan hilang sejak Husna masuk SMA dan Azzam terbang ke Mesir. Husna berubah 3 Kebluk (jawa.): Bangun kesiangan/tidur di waktu pagi sampai siang. aDef 44 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
seratus delapan puluh derajat sejak ayahnya meninggal dunia. Sejak itu Husna disiplin mengenakan jilbab. Sangat santun. Penyabar dan penyayang. Ia tahu bahwa di antara yang punya andil mengubah Husna adalah kakaknya, Azzam. Hampir setiap bulan sejak di Mesir Azzam selalu mengirimkan surat ke Indonesia. Husna dan Lia mendapat surat khusus. Sekarang Husna, sudah selesai S1. Bahkan sudah selesai sekolah profesinya sebagai psikolog. Ia sekarang dipercaya untuk menjadi nara sumber tetap rubrik psikologi remaja di Radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia (JPMI) Solo. Juga mengajar di UNS sebagai asisten dosen. Husna sekarang bukanlah Husna yang badung seperti dahulu. Husna sekarang adalah bidadari yang sangat penyabar dan penyayang. Sangat berhati-hati dalam berbicara dan berperilaku. Tidak mau sedikitpun menyakiti orang. Anaknya yang nomor tiga adalah Lia. Lengkapnya Lia Humaira. Sudah selesai D3 PGSD dan sekarang mengajar di SDIT Al kautsar di Kadipiro Solo. Sambil mengajar Lia melanjutkan pendidikannya untuk meraih S1 di STAIN Surakarta. Lia lebih cantik dari kakaknya. Sudah ada beberapa orang yang melamarnya, tapi Lia menolak. Ia ingin kakaknya duluan menikah. Memang Lia lebih putih kulitnya dibandingkan kakaknya, Husna. Sebenarnya tidak putih, tapi kuning langsat. Karena itulah banyak orang mengatakan Lia lebih cantik dari kakaknya. Namun sebenarnya Husna tidak kalah cantik. Kulit Husna sawo matang seperti kulit ayahnya. aDef 45 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam dan Husnalah yang warna kulitnya mengikuti ayahnya. Sedangkan Lia dan si bungsu berkulit kuning langsat seperti ia, ibunya. Lia tidak kurang baktinya. Sebisa mungkin ia berusaha menyenangkan hati ibu. Lialah yang paling sering pergi ke Kudus untuk menengok si bungsu yang sedang belajar di sebuah pesantren Al Qur’an di Kudus. Perempuan setengah baya itu kembali batuk. Ia teringat si bungsu. Sedang apa si kecil Sarah malam ini. Apakah ia sedang mengaji? Ataukah masih belajar? Ataukan sedang lelap dalam tidurnya. Jika teringat si kecil Sarah ia sering tidak bisa menahan rasa haru. Anak itu baru berusia sembilan tahun sekarang. Sudah satu tahun ini dia di pesantren. Di pesantren Al Qur’an untuk anak-anak. Ia laksanakan sesuai dengan wasiat sang ayah beberapa bulan sebelum meninggal. Sang ayah berwasiat agar anak bungsunya dimasukkan ke pesantren Al Qur’an supaya hafal Al Qur’an. Beberapa waktu yang lalu ia, Husna dan Lia mengantarkan si kecil kembali ke pesantren setelah beberapa hari liburan. Saat itu sudah hafal juz 27, 28,dan 30. Si kecil begitu bahagia diantar oleh ibu dan kakakkakaknya. Dan saat diajak rekreasi ke pantai Kartini sebelum ke pesantren si kecil sempat berkata, “Kalau ada Mas Azzam pasti lebih lengkap bahagianya ya Bu’e." Ia hanya menganggukkan kepala. aDef 46 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ia jadi kembali teringat Azzam. Ia tidak bisa menging-kari bahwa Husna bisa selesai S1, Lia bisa selesai D3 dan si kecil Sarah bisa masuk pesantren adalah karena kerja keras Azzam, putra sulungnya yang sampai saat ini belum juga lulus kuliah di Al Azhar. Perempuan itu meneteskan air mata kembali. Sebuah doa ia panjatkan, “Ya Allah mudahkanlah semua uruasan putraku Azzam. Aku titipkan keselamatannya pada-Mu ya Allah. Engkau Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya Allah berkahilah umur dan langkahnya ya Allah. Amin." Ia mengatupkan pelupuk matanya dan menangis. Ibu mana yang tidak menangis bila teringat anaknya yang sudah sembilan tahun tidak dilihatnya. Anaknya yang selama bertahun-tahun memeras keringat, darah dan air mata untuk kesejahteraan adik-adiknya. Ibu mana tidak menangis dan lunak hatinya. “Bu’e menangis ya?" Suara Husna menyadarkannya. Ia mengusap air matanya lalu membuka pelupuk matanya. “Ah tidak kok Na." “Maafkan jika ada kata-kata Husna dan Lia yang tidak berkenan bagi Bu’e ya." “Tidak kok Na. Tidak ada yang salah dari kalian. Ibu teringat kakakmu di Mesir dan adikmu di Kudus." “O begitu. Husna kalau teringat Kak Azzam juga sering aDef 47 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menangis kok Bu. Ia kakak yang sedemikian baik pada adikadiknya. Insya Allah sebentar lagi Kak Azzam pulang Bu." “Kapan Na?" “Semoga bulan Agustus nanti. Makanya Bu’e jaga kesehatannya ya. Biar nanti pas Kak Azzam pulang kita bisa jalan-jalan bersama. Kak Azzam pasti akan sangat bahagia melihat ibu sehat dan ceria." “Ya baik Na. Aku tidak sabar menunggu hari itu. Hari anak lelakiku pulang. Aku juga ingin melihat dia nikah dan punya anak. Aku ingin menggendong cucu." “Ah Bu’e ini terus ke mana-mana. Ya semoga dikabulkan Allah. Amin." “Bu’e mau tidur. Sudah sana teruskanlah pekerjaanmu Na." “Baik Bu." Husna kembali ke ruang tamu. Ia kembali membaca. Ia harus menuntaskan buku yang dibacanya. Ia sedang mencari pengkayaan bahan yang akan ia gunakan untuk mengajar mata kuliah psikologi dasar di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Ruang tamu itu senyap. Husna tenggelam dengan bacaannya dan Lia berkutat dengan tugas-tugasnya. Di luar puluhan jangkrik mendendangkan lagu malam. Bersahutsahutan di tengah kegelapan. aDef 48 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Rumah sederhana itu terletak di sebuah dusun kecil bernama Sraten. Sebuah dusun yang berada di desa Pucangan, Kartasura. Letaknya di sebelah barat jalan raya Solo-Jogja. Tak jauh dari markas Kopasus, Kandang Menjangan, Kartasura. Sebuah dusun yang damai. Sawah-sawahnya mulai disulap jadi perumahan. Posisi dusun itu sebenarnya sangat strategis. Terlelak tak jauh dari pusat peradaban dan budaya. Tak jauh dari pusat belanja dan pendidikan. Transportasi juga mudah. Dari jalan raya besar letaknya hanya ratusan meter saja. Ke jalan raya bisa jalan kaki. Dari pasar Kartasura bisa dikatakan dekat. Kira-kira dua kilo saja. Dari kampus STAIN Surakarta juga dekat. Ke bandara juga dekat. Ke kampus UMS tidak terlalu jauh. Ke pusat kota Solo sangat mudah. Dusun Sraten sebuah dusun di pinggir kota yang sebenarnya sudah mulai hidup dengan cara kota. Tidak lagi menggunakan cara dusun yang sebenarnya. Dusun yang sudah tidak orisinil dan perawan kedusunannya. Gadisgadis dan para pemudanya tidak lagi lugu dan polos. Sudah banyak yang bertingkah mengada-ada dan sok kota. Sebagian mereka bahkan tidak mau dicap sebagai orang desa. Mereka ingin dianggap sebagai orang kota. Memang beberapa perumahan yang menjadi ciri aDef 49 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
perubahan masyarakat dari desa ke kota sudah mulai hadir di samping mereka. Di sebelah barat mereka telah berdiri Perumahan Pucangan I. Di desa Pucangan sendiri sudah banyak perumahan bermunculan. Perumahan-perumahan itulah yang menghadirkan cara hidup ala kota. Dimulai dari bentuk rumah dan cara interaksi penduduknya yang tidak lagi cara desa. Dua gadis itu masih larut dengan pekerjaannya di ruang tengah ketika tiba-tiba pengeras suara dari masjid Al Mannar mengumumkan kabar yang mengagetkan seluruh penduduk Sraten, “Inna lillahi wa irina ilaihi raaji'un. Ngaturi kawuningan dumateng bapak saha ibu sekalian4. Telah menghadap Allah Swt. pada malam ini tepat jam sembilan malam lebih sepuluh menit Bapak Haji Masykur ketua RW sekaligus bendahara takmir masjid Al Mannar. Jenazah insya Allah akan dikebumikan besok pagi jam sembilan pagi ..." Husna dan Lia kaget. “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un." Hampir bersa-maan mereka berdua membaca istirja5'. Dua perempuan kakak beradik itu beradu pandang dengan wajah kaget. “Kita takziah ke sana sekarang Mbak?" “ Terus Bu’e bagaimana?" 4 Memberitahukan kepada bapak dan ibu sekalian. Istirja' adalah kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un 5 aDef 50 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kita bangunkan saja. Kita ajak ke sana sekalian." “Beliau kelelahan, Dik. Kasihan. Biar istirahat saja." “Kalau begitu kita berdua ke sana." “Sebaiknya ada yang di rumah nungguin Bu’e. Kalau tiba-tiba Bu’e bangun dan mencari kita bagaimana? Nanti bikin beliau bingung dan cemas. Biar aku saja ya yang ke sana malam ini. Kalau selesaikan saja kerjaanmu itu. Besok baru kamu ke sana bersama Bu’e." “Iya. Begitu juga baik Mbak. Apalagi kerjaanku ini belum rampung juga." “Kalau begitu Mbak pergi dulu ya Dik." “Jangan lama-lama ya Mbak." “Ya." Husna membuka pintu dan melangkah ke arah masjid. Lia menutup dan mengunci kembali pintu. Masjid itu hanya seratus meter dari rumah Husna. Dan rumah Pak Masykur tepat ada di belakang masjid. Di jalan Husna bertemu Bu RT dan Pak RT yang juga bergegas ke rumah duka. “Bu RT, kayaknya Pak Masykur sehat-sehat saja tho ya Bu? Tadi pagi saya ketemu beliau di warung Bu War. Malah beliau pakai sepeda dan sempat berbincang sebentar dengan saya." Tanya Husna pada Bu RT. aDef 51 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Iya. Tadi siang juga masih sehat. Masih jamaah di masjid dan sempat mampir ke rumah menanyakan persiapan kegiatan tujuhbelasan." Jawab Bu RT. “Saya tadi menjelang Isya' dapat sms dari Pak Mahbub, Ketua Takmir Masjid, kata beliau Pak Masykur kena serangan jantung dan dilarikan ke Solo." Pak RT ikut nimbrung. “Ya itulah kematian, Dik Husna. Kematian itu misteri. Kita tak tahu kapan datangnya. Tak bisa diajukan. Dan jika sudah datang tak bisa diundurkan." Tukas Bu RT. “Dan kematian bisa datang pada siapa saja. Tidak pilihpilih. Lha Mbah Hadi sekarang umurnya sudah sembilan puluh delapan. Tapi masih segar dan masih bisa ke masjid sendirian meskipun pakai tongkat. Sementara bulan lalu Si Jasman yang baru lulus SMA mati karena demam berdarah." Pak RT menyambung lagi. Husna diam mendengarkan. Kematian selalu menjadi ibrah baginya. Karena satu sebuah kematianlah ia berubah. Kematian ayahnya delapan tahun yang lalu menjadi pelajaran yang tak mungkin terlupakan baginya. Pelajaran yang menjadikannya mengenal dirinya sebagai manusia, ciptaan Allah Azza wa Jalla. “Itu Pak Mahbub sudah ada di sana." Gumam Pak RT. Husna melihat sudah banyak orang di rumah duka. Suasana terasa menyedihkan. Ia mendengar raungan aDef 52 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tangis Bu Masykur dan anak-anaknya. “Pak jangan tinggalkan aku Paak...! Kasihan anak-anak Paak...! Bagaimana nanti aku membesarkan mereka tanpa Sampean Paak...!" Bu Masykur terus meraung. Bu Mahbub yang tak lain adalah kakak kandung Bu Masykur mencoba menenang-kan dan menghibur. Tapi usaha Bu Mahbub seperti tak ada gunanya. Bu Masykur terus meraung. Husna tertegun. Ia berhenti melangkah. Sementara Pak RT dan Bu RT terus masuk ke rumah duka. Husna jadi teringat saat ayahnya meninggal karena kecelakaan. Ibunya sempat menangis meskipun tidak setragis Bu Masykur. Ia sendiri menangis. Saat itu ia menangis karena sedih dan menangis karena penyesalan. Sebuah penyesalan yang sampai saat ini masih bercokol di hatinya. Sebab ia merasa dirinyalah penyebab kematian ayahnya. Saat itu ia ngambek kabur dari rumah karena minta dibelikan sepeda motor tapi tidak dibelikan. Ayahnya berkata, “Nak, ayah tidak bisa beli sepeda motor baru. Kalau kamu mau sekolah memakai sepeda motor pakailah motor ayah. Biar ayah kerja pakai sepeda saja." Ia masih ingat betul apa yang ia katakan pada ayahnya saat itu, “Aduh Yah, gengsi dong. Masak Husna pakai sepeda aDef 53 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
motor butut tahun tujuh puluhan begitu. Apa kata temanteman Husna nanti. Baiklah, kalau ayah tidak mau membelikan maka Husna akan minggat!" Ayahnya tetap tidak membelikan. Karena memang tidak punya uang. Ia lalu minggat. Pergi dari rumah. Tiga hari ia tidak pulang ke rumah. Ia tidur numpang dari rumah teman ke rumah teman yang lain. Rupanya ayah dan ibunya bingung dan terus mencarinya. Hari ke empat ia tidur di rumah temannya yang paling jauh. Rumahnya di desa Begajah yang terletak di sebelah selatan kota Sukoharjo. Ayahnya mendapat informasi dari seorang temannya bahwa ia ada di Begajah. Sore itu di tengah hujan deras, dengan mengendarai sepeda motor butut, ayahnya menyusulnya ke Begajah. Di tengah jalan, satu kilometer sebelum masuk kota Sukoharjo sebuah mobil sedan berkecepatan tinggi menabrak ayahnya dari depan. Rupanya sopir mobil sedan itu sedang stres dan mabuk. Ayahnya terpelanting sejauh lima belas meter dan tewas seketika. Saat diberi tahu ayahnya meninggal mulanya ia tidak percaya. Dan setelah melihat sendiri jenazah ayahnya ia menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Ia merasa menjadi anak paling durhaka di dunia. Ia merasa ialah sebenarnya yang menabrak ayahnya hingga terpelanting lima belas meter dan tewas seketika. Ia sangat menyesal. Tapi penyesalannya tidak akan pernah mengembalikan nyawa ayahnya. Satu hal yang paling membuatnya semakin menyesal adalah ketika ia tahu bahwa sang ayah siangnya baru saja pinjam uang di bank untuk membayar uang muka membeli sepeda motor aDef 54 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
baru. Ayahnya ingin menjemputnya dan keesokan harinya akan diajak ke dealer agar ia sendiri yang memilih kendaraan yang ia inginkan. Selanjutnya ayah akan membayar setiap bulan dengan cara kredit. Ia sangat menyesal. Betapa sebenarnya ayahnya sangat mencintai dan menyayanginya. Dan ia merasakan itu ketika ayahnya sudah meninggal dunia. Sejak itu ia berubah. Air mata Husna meleleh. Ia teringat dosadosanya. “Ya Allah ampunilah dosa hamba-Mu mengatupkan kedua pelupuk matanya. ini." Ia “Dik Husna, ayo masuk, jangan berdiri di kegelapan sendirian begitu. Cobalah ikut menghibur Bu Masykur dan anak-anaknya." Panggilan Bu RT membuatnya tergagap sesaat. Ia mengusap lelehan air matanya. Husna beranjak masuk. Bu Mahbub masih terus menghibur adik kandungnya. Husna mendekati anak-anak Bu Masykur yang semuanya putri. Jumlah anak Pak Masykur empat. Yaitu Zumrah, Zaimah, Zuhriah, dan Zahrah. Husna hanya mendapati tiga dari mereka. Husna tidak menemukan Zumrah. Zaimah, Zuhriah dan Zahrah semuanya menangis tersedu-sedu. Zaimah pingsan berkalikali. Sementara si bungsu Zahrah terus memanggil-manggil nama ayahnya. Semuanya sudah dihibur para tetangga dan sanak saudara. “Bu RT, saya kok tidak melihat Si Zumrah. Apa dia aDef 55 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
belum diberi tahu kalau ayahnya meninggal?" Lirih Husna bertanya pada Bu RT. Bu RT mendekatkan mulutnya ke telinga Husna, “Ssst! Kamu jangan membicarakan Zumrah. Sensitif. Tadi saya tanya begitu sama Bu War. Ternyata Zumrahlah penyebab ayahnya kena serangan jantung. Menurut Bu War tadi sore Zumrah pulang kuliah. Habis maghrib katanya Zumrah cerita pada ayahnya sudah hamil. Dan yang menghamili katanya pacarnya yang bukan seagama. Dan katanya Zumrah sudah pindah agama. Zumrah langsung diusir Pak Masykur. Seketika itulah Pak Masykur jatuh kena serangan jantung." “Astaghfirullah!" Desis Husna. “Dan katanya Zumrah sedang diburu sama Si Mahrus pamannya yang anggota Serse. Si Mahrus marah besar. Katanya Zumrah mau didor!" Lanjut Bu RT sambil tetap mendekatkan mulutnya pada telinga Husna. “La haula wa laa quwwata illa billah! Harus dicegah itu, jangan sampai hal itu terjadi Bu." Kata Husna setengah berbisik, “Karena itulah sekarang ini para pemuka sedang musyawarah di rumah Pak Joyo. Pak RT sebentar lagi juga mau ke sana!" Balas Bu RT. aDef 56 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Husna menghela nafas panjang. Gadis berjilbab cokelat itu memejamkan mata. Ia merasakan betapa besar musibah yang dirasakan Bu Masykur. Lebih-lebih jika anak sulungnya itu benar-benar pindah agama, menjadi penyebab kematian ayahnya, dan berakhir tragis di tangan pamannya sendiri yang terkenal tegas dan tak kenal takut pada siapa. Dalam hati Husna berharap bahwa semua yang ia dengar tidak benar adanya. Ia tidak percaya bahwa Zumrah yang sampai lulus SD menjadi teman mengajinya di masjid sampai berbuat seperti itu. Zumrah yang oleh ayahnya diharapkan akan menjadi isteri Azzam kakaknya jika sudah pulang nanti. Ia belum bisa mempercayai apa yang baru ia saja ia dengar. Ia berharap apa yang ia dengar sama sekali tidak benar. *** aDef 57 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
3 Definisi Cinta Pagi itu kira-kira pukul sepuluh jenazah Pak Masykur dikubur. Warga dusun Sraten larut dalam duka. Pak Masykur dikenal sebagai seorang takmir masjid yang ikhlas dan penuh pengorbanan. la dikenal sebagai bakul buah yang kaya dan dermawan. Bukan hanya kematian Pak Masykur yang begitu tibatiba yang membuat warga duka. Namun juga peristiwa yang menjadi sebab kematian Pak Masykur yang membuat hati mereka terluka. Zumrah, putri Pak Masykur memang benarbenar hamil. Hamil tanpa memiliki suami yang sah. Itulah kemungkinan besar yang membuat Pak Masykur begitu terpukul sampai kena serangan jantung. Ditambah, bahwa Zumrah yang hamil itu memang telah pindah agama. Demi mengikuti kemauan sang pacar yang dicintainya. aDef 58 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Bisa dibilang Zumrah adalah kembang dukuh Sraten. Untuk gadis seumurnya dialah yang paling jelita. Keindahan paras mukanya sering jadi obrolan para pemuda saat ronda. la adalah teman Husna sejak kecil. Saat di SD bahkan sering satu bangku dengan Husna. Sampai lulus SD mereka berdua masih sering mengaji Al Qur’an bersama di Masjid Al Mannar. Hanya saja, sejak SMP mereka berpisah karena sekolah mereka sudah berbeda. Husna sekolah di SMPN Kartasura, sementara Zumrah sekolah di Ungaran. Zumrah ikut Budenya, sebab saat itu ibunya sangat kerepotan mengurus ketiga adiknya yang masih kecil-kecil. Saat itu Si Bungsu Zahrah belum berumur satu tahun. Saat itu kondisi ekonomi orang tua Zumrah sedang sulit-sulitnya. Sementara budenya hanya punya satu anak saja. Sejak itulah Husna tidak lagi banyak bertemu dengan gadis yang saat ini banyak dibicarakan telah pindah agama. Hanya sesekali ia bertemu dengan Zumrah. Biasanya ketemu ketika Zumrah pulang karena liburan. Zumrah sendiri pernah cerita, suasana di rumah Budenya itu memang sangat longgar dan bebas. Budenya tidak ketat dalam mengawal pergaulan anaknya, apalagi kepona-kannya. Ia pernah dapat cerita, juga dari Zumrah sendiri, bahwa anak Budenya pernah ditangkap polisi dalam kamar sebuah hotel Melati di kawasan Kopeng karena perbuatan asusila dan mengkonsumsi obat terlarang. aDef 59 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sebenarnya Zumrah tidak betah tinggal di rumah Budenya itu. Beberapa kali ia ingin pulang. Tapi ibunya melarang. Ibunya minta agar Zumrah bertahan di rumah Budenya sampai lulus SMA. Saat Zumrah lulus SMA dan mulai kuliah perekonomian Pak Masykur mulai membaik. Pak Masykur ingin Zumrah di Sraten saja sambil kuliah di Solo. Namun Zumrah memilih kuliah di Jogja. Saat itu Zumrah sudah bukan lagi Zumrah yang dikenal Husna ketika masih SD. Setiap pekan Zumrah pulang ke Sraten. Dan setiap pulang Zumrah hampir selalu membawa teman pria yang berbeda. Hal itu menjadi gunjingan warga. Namun Zumrah seolah tutup telinga. Berkali-kali ayahnya mengingatkan dan menasehati, tapi Zumrah tak pernah ambil peduli. Sampai suatu sore warga digegerkan oleh perang mulut yang terjadi antara Zumrah dan ayahnya. Ayahnya marah besar karena Zumrah pulang ditemani oleh lelaki yang beda agama. Lelaki itu terang-terangan memakai simbol agamanya di hadapan ayahnya, Pak Masykur, yang tak lain adalah takmir masjid Al Mannar. Pak Masykur mengusir lelaki itu. Dan Zumrah membela pacarnya mati-matian. Terjadilah adu mulut yang sengit antara Zumrah dan ayahnya yang didengar oleh sebagian besar warga. Sejak itu hubungan Zumrah dengan keluarganya, khususnya ayahnya benar-benar buruk. Zumrah jarang pulang. Dan ayahnya sering marah jika Zumrah pulang. Di mata sang ayah, ada saja kesalahan yang dilakukan aDef 60 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Zumrah. Sementara sang anak, Zumrah seolah tiada pernah berhenti menteror ayahnya dengan hal-hal yang menyesakkan dada. Puncaknya adalah terjadinya peristiwa yang membuat luka dan duka banyak orang itu. Sembilan puluh persen warga dukuh Sraten melihat Zumrahlah penjahat yang membunuh ayahnya. “Kalau aku punya anak seperti dia pasti sudah kusembelih!" Kata Bu War, pemilik warung kelontong di desa itu dengan geram. Pukul sebelas siang para pelayat sudah sampai di rumahnya masingmasing. Matahari di atas dusun Sraten panas memanggang. Udara dusun Sraten telah jauh berubah. Telah berubah tiga kali lipat panasnya dari dua puluh tahun yang lalu. Saat itu Husna sendirian di rumah. Lia sedang mengajar di Kadipiro. Sementara ibunya masih takziah di rumah Bu Masykur belum juga pulang. Husna sedang merapikan jilbabnya bersiap ke radio ketika hand phone bututnya berdering. Ada panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya. la angkat, "Assalamu'alaikum.. Ya hallo, siapa ini?" “Husna, ini aku?" Suara di seberang agak serak-serak basah. “Aku siapa?" Tanya Husna. “Aku! Zumrah!" “Zumrah!?" Husna kaget. aDef 61 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ya benar." “Kau di mana Zum?" “Nanti kuberi tahu. kamu bisa menemuiku Na? Aku butuh bantuanmu Na! Aku dalam masalah serius!" “Bantuan apa?" “Bisakah semuanya." kamu menemuiku, nanti aku ceritakan “Kau di mana sekarang Zum? Hati-hati ya, aku dengar pamanmu yang polisi itu mencarimu. Katanya mau membunuhmu." “Aku sudah tahu. Karena itu aku sembunyi. Aku butuh pertolonganmu. Tolonglah Na. kamulah satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara." “Akan aku usahakan." “Bisa sekarang juga Na?" “Maaf Zum, kalau sekarang tidak bisa. Sebab aku sedang bersiap ke radio. Aku ada siaran siang ini. Habis siaran aku langsung ke Pesantren Daarul Qur’an Wangen Polanharjo, aku ada diskusi sastra dengan para santri di sana. Bagaimana kalau kita ketemu di pesantren saja." “Di pesantren?" “Iya. Kenapa?" aDef 62 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Tapi aku tak pernah ke pesantren Na. Aku..." “Jangan takut. Biasa saja. Orangorang pesantren menyenangkan kok. Selepas shalat ashar kutunggu kamu di Wangen ya? Rutenya dari Solo ke arah Klaten, sampai di Pasar Tegalgondo belok kanan. Terus sampai Polanharjo. Terus tanya saja mana pesantren. Gitu saja ya. Aku tergesa-gesa nih." “Ya baik Na. Terima kasih ya. Sampai ketemu nanti." “Insya Allah." “Eh sebentar Na." “Ada apa lagi?" “Kau sampai di pesantren kira-kira pukul berapa?" “Insya Allah tepat jam satu. Acaraku setengah dua." “Terus aku harus pakai kerudung?" “Terserah kamu. Pakai kerudung lebih baik." “Terima kasih Na." “Samasama." Husna menutup hand phonenya. Lalu beranjak ke almari pakaiannya. Mengambil gamis panjangnya yang masih terlipat rapi dan selembar jilbab. Ia bungkus koran lalu ia aDef 63 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
masukkan ke dalam tas plastiknya. Ia lalu berangkat ke radio JPMI Solo. *** Selesai siaran di radio JPMI yang terletak tak jauh dari GOR Manahan, Husna langsung memacu sepeda motor-nya ke barat. Ia melaju menuju desa Wangen. Ia harus menempuh jarak tak kurang dari dua puluh kilometer. Ia melaju melewati tugu Kartasura. Lalu belok kiri ke arah Klaten. Melewati markas Kopasus Kandang Menjangan. Ia mengencangkan laju kendaraan. Setengah jam kemudian ia sudah sampai di pasar Tegalgondo. Ia belok kanan. Lalu melaju dalam kecepatan pelan. Empat puluh kilometer perjam ke arah barat. Ke arah Janti. Di sepanjang jalan yang ia lewati berjajar pepohonan, sebagian di antaranya pohon-pohon besar seperti pohon Asam, Randu, Akasia dan Waru. Sesekali ada juga pohon Gayam. Juga pohon Mangga. Di samping kiri jalan ada sungai kecil yang airnya jernih mengalir sepanjang tahun. Di kanan kiri jalan sejauh mata memandang adalah persawahan yang hijau. Sesekali terlewati juga beberapa rumah penduduk. Angin mengalir sepoi-sepoi. Udara di sepanjang jalan itu jauh lebih nyaman dibandingkan dengan udara Solo dan Kartasura. Sampai di Polanharjo Husna berhadapan dengan pertigaan. Ada papan petunjuk yang menjelaskan letak pemancingan Janti. Di situ memang banyak berdiri rumahrumah pemancingan yang sekaligus rumah makan. aDef 64 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Biasanya di dalamnya ada juga kolam renang. Orangorang Solo dan Klaten sering menjadikan tempat-tempat itu sebagai tempat pilihan untuk rekreasi keluarga dan makanmakan. Husna belok kiri. Terus melaju. Tak lama kemudian ia sampai di Desa Wangen. Ada papan petunjuk yang mengarahkannya ke arah pesantren. Kira-kira seratus meter sebelum gerbang pesantren ia melintasi seorang perempuan bercelana jeans biru kaos putih ketat. Rambutnya tergerai ke kiri dan ke kanan ditiup angin. Ia lihat mukanya. Perempuan itu juga melihat ke arahnya. “Zumrah!" Teriaknya. “Husna!" Perempuan itu juga berteriak memanggil namanya. Husna menghentikan sepeda motornya dan melepas helmnya. Ia gantungkan helmnya di cantolan depan. “Ayo naik Zum!" Zumrah naik di boncengan. Husna kembali men-jalankan motornya. “Kok jalan kaki Zum?" “Tadi aku naik ojek. Aku ke Janti dulu tadi. Makan siang. Terus aku jalan. kamu nggak malu memboncengkan aku dengan pakaianku seperti ini?" "Ah kalau aku sih tidak malu. Semestinya kan kamu yang malu Zum. Bukan aku. Masak pakai pakaian ketat begitu, aDef 65 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pusermu kelihatan lagi. Apa nggak risih Zum." Jawab Husna santai. “Benar kamu tidak malu membongcengkan aku Na?" “Kenapa malu? Apa dosaku boncengkan kamu? Justru aku yang akan balik bertanya, apa kamu tidak malu. Nanti ada ribuan santri lho Zum. Pasti kamu akan jadi pusat perhatian kayak artis. Kalau aku kan santai saja lha wong pakaianku sama dengan mereka." “Ah cuek aja!" “Ya terserah kamu Zum. Jangan salahkan aku juga misalnya kamu nanti tidak boleh masuk karena ada peraturan pesantren yang mengharuskan tamu harus berpakaian sopan." “Wah kalau begitu pesantren memaksakan kehendak ya Na. Tidak demokratis." “Ya tidaklah Zum. Pesantren sama sekali tidak memaksakan kehendak. Lha mereka tidak pernah memberlakukan peraturan kecuali hanya dalam lingkungan pesantren saja. Itu kan sama seperti kamu punya rumah. Rumah kamu full karpet. Kamu punya peraturan yang masuk rumahmu harus copot sepatu. Apalagi jika sepatunya kotor belepotan lumpur lagi, pasti kamu melarang keras sepatu itu menginjak-injak karpet rumahmu yang bersih kan? Kamu akan marah besar jika ada tamu yang nekad tetap memakai alas kaki kotor belepotan lumpur masuk rumahmu, apalagi misalnya sampai nekad masuk kamarmu, terus tidur aDef 66 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
di tempat tidurmu dengan tidak mencopot alas kakinya yang belepotan lumpur. Iya tho? Apa kalau kamu marah pada orang seperti itu lantas kamu tidak demokratis?" “Ya itu wajar Na. Sudah jamak. Sepatu belepotan lumpur tidak boleh menginjak karpet, kan mengotori. Ih itu jorok namanya Na!" "Ya sama saja tho Zum. Bagi kalangan pesantren, mengumbar aurat itu mungkin lebih jorok dari sepatu kotor yang belepotan lumpur. Hanya bedanya lumpur itu joroknya tampak zahir, sedangkan mengumbar aurat termasuk pusarmu itu joroknya kasat mata. Joroknya lebih gawat sebab bisa meracuni jiwa." “Aduh Na, aku turun di sini saja! Sejak dulu aku tidak akan pernah menang debat sama kamu! Aku jadi tidak enak kalau masuk pesantren dengan pakaian seperti ini." Husna mengurangi kecepatan sepeda motornya. “Kamu mau menunggu aku di sini? Acaraku sampai jam empat lho. Sekarang baru jam satu!" “Bisa nggak Na kita bicara sebentar di sini." “Satu menit bisa Zum." “Ya jangan satu menit lah Na. Sepuluh menit saja." “Maaf Zum tidak bisa. Bukan apa-apa. Bukan aku tidak menghormatimu. Tapi aku belum shalat dhuhur. Dan acaraku tepat setengah dua. Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai. Lagian janji kita kan habis aDef 67 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ashar di pesantren. Dan kamu sepakat." “Terus aku harus gimana Na? Aku tidak enak pakai pakaian seperti ini ke pesantren. Biasanya aku sih cuek saja. Tapi entah kenapa aku malu." “Ya terserah kamu." “Kok kamu cuek begitu sih Na sama aku?" “Kamu sendiri yang cuek sama diri kamu. Aku mau kamu ajak ketemu masak dibilang cuek. Kalau aku cuek pasti aku menolak kamu ajak bicara. Aku masih Husna yang dulu. Husna temanmu satu bangku di SD yang dulu." “Na kalau begitu biar aku turun di sini. Aku akan balik saja. Aku akan cari ojek ke pasar Tegalgondo. Aku akan cari pakaian yang lebih sopan." “Benar kamu mau cari pakaian yang lebih sopan?" "Iya Na." “Gampang. Kalau gitu kamu akan aku ampirkan dulu ke tempat teman SMA-ku. Semoga dia di rumah, sekalian aku numpang shalat dhuhur. Eh kamu sudah shalat Zum?" Husna mencoba meraba. Benarkah yang diomongkan orang-orang bahwa Zumrah sudah pindah agama. “Anu Na. Em... em... Aku lagi berhalangan." Jawab Zumrah gugup. Jawaban yang cerdas! Desis Husna dalam hati. Ya 'aku lagi berhalangan' maknanya bisa berhalangan karena sedang aDef 68 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
datang bulan. Bisa juga berhalangan karena sudah pindah keyakinan. Keyakinan barunya itulah yang membuatnya berhalangan dari shalat. “O begitu, ya sudah. Kita mampir dulu ke rumah teman SMA-ku ya." “Boleh Na." “Baiklah kalau begitu." Husna tidak jadi mengambil jalan yang lurus ke pesantren. la memutar kendaraannya lalu belok kiri ke arah rumah penduduk. Beberapa jurus kemudian Husna dan Zumrah sudah sampai di depan rumah tua. Dinding-nya separo bagian bawah tembok batu bata dilabur kapur putih dan separo bagian atas papan kayu yang sudah keropos di sanasini. Seorang ibu setengah baya keluar. Begitu melihat Husna langsung tersenyum. “Oh Nak Husna. Monggo-monggo masuk Nak. Ada acara di pesantren ya?" Sapa ibu itu. “Iya Bu. Kok ibu tahu?" Husna balik tanya “Diberi tahu Siti." “Siti ada Bu?" “Ada di belakang sedang dandan. Dia katanya juga lihat acaramu di pesantren." “Kalau begitu nanti bareng saja." "Lha ini siapa?" Tanya ibu itu sambil memandangi Zumrah. aDef 69 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ini Zumrah Bu, teman Husna." Husna mengenalkan, “O ya Bu saya mau numpang shalat." “Masuk saja Na. Wudhunya di belakang. Shalatnya di kamar Siti saja. Sebelah kiri dapur." Husna mengambil tas plastik ia cantolkan di bawah stang motornya. Ia lalu masuk sambil menggandeng tangan Zumrah. Husna langsung membawa Zumrah ke kamar Siti. Siti kaget campur bahagia atas kedatangan Husna. “Kau shalat di sini saja Na. Aku ke rumah sebelah ya ada perlu sedikit nanti takut lupa." Kata Siti meninggalkan Husna dan Zumrah. “Zum, ini mungkin bisa kamu pakai. Semoga pas." Husna mengulurkan tas plastiknya begitu Siti sudah hilang di balik pintu. “Terima kasih Na." “Aku tidak maksa lho. Nanti kamu anggap memaksa-kan kehendak. Tidak kamu pakai juga tidak apa-apa kok." Zumrah hanya tersenyum. Husna mengambil air wudhu. Lalu kembali ke kamar itu dan shalat. Selesai shalat Husna tersenyum melihat Zumrah sudah berganti pakaian. “Menurutku kamu malah lebih cantik pakai jilbab Zum." “Ah masak Na. Memuji-muji biar aku pakai jilbab ya. Sorry Na!" aDef 70 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kamu itu Zum, kalau dipuji disalahkan arti. Tapi kalau tidak dipuji nanti dianggap cuek. Ya terserah kamu lah. Gitu aja kok repot. Ayo kita berangkat, jam setengah dua kurang lima nih! Cepat sedikit, nanti terlambat!" Mereka berdua bergegas keluar kamar. Di ruang tamu Siti telah menunggu. Mereka bertiga pergi membelah perkampungan menuju pesantren. Siti mengendarai Jupiter Z-nya yang masih baru. Jilbab putihnya berkibaran diterpa angin yang mengalir dari utara ke selatan. *** Pesantren Daarul Qur’an terletak di jantung desa Wangen. Karena terletak di desa Wangen seringkali pesantren ini disebut juga Pesantren Wangen. Wangen sendiri dalam bahasa Jawa bermakna harum. Pesantren itu berdiri tak jauh dari masjid tua yang di zaman perang kemerdekaan dikenal sebagai markas pasukan Hizbullah. Masjid itu di zamannya sangat dikenal oleh hampir seluruh pejuang kemerdekaan di daerah Karesidenan Surakarta. Masjid itu sampai sekarang masih dipertahankan keasliannya. Kini masjid itu terjepit di sela-sela rumah penduduk yang rapat. Memang di desa Wangen, penduduk membangun rumahnya saling merapat. Desa Wangen sendiri dikelilingi oleh sawah yang hijau. Dulu desa itu dikenal sebagai desa terpencil di tengah sawah. Letaknya cukup jauh dari kota Solo maupun dari Klaten. aDef 71 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Jalan utama menuju Wangen dulunya adalah jalan dari pasar Tegalgondo yang sekarang sudah beraspal. Dari desa Wangen, panorama Gunung Merapi sangat jelas dan memukau. Gunung yang kawahnya tiada henti mengepulkan asap itu seperti terasa berat. Menurut cerita orang-orang tua yang dulu pernah ikut berperang, jika Hizbullah terdesak maka mereka akan mundur ke arah hutan yang berada di kaki gunung Merapi. Mungkin karena itulah maka dipilih sebagai markas Hizbullah. Tak jauh dari masjid itu, tepatnya di sebelah selatan masjid itu berdiri Pesantren Daarul Qur’an. Pesantren itu telah ada sebelum Republik Indonesia merdeka. Menurut orang-orang tua desa Wangen, pesantren itu didirikan oleh Kiai Sulaiman Jaiz pada tahun 1925. Kiai Sulaiman dikenal sebagai Kiai pengelana. Kiai pengembara yang sering berpindah tempat. Setiap kali diam di sebuah daerah pasti membuka pesantren. Sebelum mendirikan pesantren, Kiai Sulaiman Jaiz telah mendirikan pesantren di Susukan Salatiga. Pesantren itu ia serahkan pada muridnya lalu pindah ke desa Wangen dan mendirikan pesantren yang kini dikenal sebagai Pesantren Daarul Qur’an Wangen. Pesantren itu mulanya dibangun di sebelah selatan pemukiman penduduk. Awalnya para santri masih menggunakan. masjid tua itu sebagai tempat belajar mengajar. Namun Kiai Sulaiman merasa pesantrennya harus memiliki kedaulatan penuh berkegiatan selama dua puluh empat jam akhirnya didirikanlah masjid pesantren. aDef 72 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dengan tujuan agar kalau kegiatan malam tidak mengganggu penduduk. Sebab masjid tua itu terletak di tengahtengah pemukiman penduduk. Setelah lima tahun berjalan, pesantren itu mulai dikenal orang dan santrinya sudah berjumlah puluhan orang. Karena dinilai cukup bisa mandiri, Kiai Sulaiman menyerahkan pesantren itu pada seorang muridnya yang paling ia anggap mumpuni. Namanya Mas Sahrun. Ia asli putra desa Wangen. Anak carik desa Wangen, lahir di Wangen, sejak kecil hingga dewasa tinggal di Wangen. Begitu diamanati memegang pesantren, Mas Sahrun menikah dengan putri lurah Wangen yang terkenal kaya. Namanya Lurah Pujo. Putri lurah Pujo itu namanya Dewi Sukesih. Menurut cerita yang masih diingat masyarakat desa Wangen, Dewi Sukesih terkenal paras rupanya yang menawan siapa saja yang melihatnya. Banyak pemuda anak para pejabat mulai dari Lurah, Camat, Bupati dan Wedana yang datang untuk menyuntingnya. Tapi tidak ada satupun yang diterima. Lurah Pujo sampai bingung kenapa putrinya itu menolak semua lamaran yang datang. Setelah didesak, akhirnya sang putri mengaku terus terang bahwa dia hanya mencintai seorang pemuda yang namanya Mas Sahrun bin Carik Jaelan. Dan ternyata Dewi Sukesih itu mencintai Mas Sahrun karena suaranya yang indah jika mengumandangkan azan. Dari pernikahan Mas Sahrun dengan Dewi Sukesih lahirlah Lutfi Hakim, yang kini dikenal sebagai ulama paling di segani di Klaten. Beliau aDef 73 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
adalah ayah dari Anna Althafunnisa, Pengasuh Pesantren Daarul Qur’an yang alim berwibawa. Adapun ihwal Kiai Sulaiman Jaiz setelah itu tidak terlacak riwayatnya. Ada banyak cerita beredar tapi tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ada yang mengatakan Kiai Sulaiman telah pergi jauh di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya di sebuah desa pinggir pantai Banyuwangi. Ada yang cerita Kiai Sulaiman pergi ke daerah Mranggen Demak. Di sana Kiai Sulaiman bersama dengan seorang Kiai bernama Ibrahim Brumbung mengangkat senjata melawan penjajah dan akhirnya mati syahid. Cerita tentang Kiai Sulaiman jadi simpang siur tidak jelas. Sejak meninggalkan Wangen, Kiai Sulaiman tidak pernah sekalipun datang lagi ke Wangen. Tak terlacak jejaknya. Namun yang selalu diingat oleh orang-orang Kiai Sulaiman telah meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi penduduk desa Wangen dan sekitarnya. Dalam buku sejarah Pesantren Wangen tertulis dengan tinta emas bahwa Kiai Sulaiman Jaiz adalah sang pendiri pesantren dan guru ilmu alat6 pertama di desa Wangen. Keadaan pesantren Wangen sekarang sangat jauh berbeda dengan saat didirikan Kiai Sulaiman. Jika dulu santrinya hanya puluhan sekarang sudah ribuan. Jika dulu 6 Maksudnya, ilmu alat membaca kitab-kitab berbahasa Arab. Yang dimaksud ilmu alat adalah ilmu gramatikal bahasa Arab yaitu Ilmu Nahwu dan Sharaf. aDef 74 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ilmu yang diajarkan masih terbatas membaca Al Qur’an, Fashalatan, dan ilmu alat, sekarang hampir semua cabang keilmuan Islam diajarkan. Ditambah wawasan sains modern. Pengetahuan sastra budaya juga tidak di-tinggalkan. Dan siang itu Pesantren Wangen menggelar acara besar yang berbeda dari hari-hari biasa. Acara siang itu adalah bedah buku kumpulan cerpen remaja terbaik nasional berjudul Menari Bersama Ombak karya penulis muda berbakat dari Kartasura. Aula utama pesantren penuh sesak oleh ribuan santriwan dan santriwati. Acara sudah dimulai. Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an menyusup ke dalam relung-relung hati. Pada saat sambutan dari pengasuh pesantren usai, puluhan santriwati berebutan mencium tangan Husna, Zumrah dan Siti. Panitia dengan sigap menga-mankan mereka bertiga dan langsung membawa ke kursi di jajaran paling depan. Husna didudukkan tepat di samping Anna Althafunnisa. Saat kenalan Anna meng-gunakan nama penanya Bintun Nahl. Husna lalu memanggilnya dengan Mbak Bintun. Anna tersenyum senang mendengarnya. Akhirnya tibalah acara inti yaitu acara bedah Menari Bersama Ombak. Ketika nama Ayatul Husna dipanggil tepuk tangan bergemuruh di aula itu. Husna maju ke kursi pembicara diiring Anna Althafunnisa. Sedangkan moderatornya adalah Nafisah, santriwati yang dikenal paling jago olah kata. “Ini adalah hari yang sangat istimewa bagi kita. Kita memiliki kesempatan untuk berdialog dan bertukar pikiran aDef 75 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dengan seorang yang kita kagumi karya-karyanya. Kita bisa sedemikian dekat dengan penulis muda paling berbakat yang dimiliki Indonesia saat ini. Dia adalah Ayatul Husna yang telah menulis puluhan cerpen dan telah menerbitkan belasan kumpulan cerpen. Kumpulan cerpen paling fenomenal hasil karyanya yang mengguncang jagat sastra tanah air adalah Menari Bersama Ombak. Baiklah saya tidak memperpanjang kata, kita akan dengarkan bersama sedikit cerita dari Mbak Husna bagaimana mulanya dia berkenalan dengan dunia tulis menulis. Apa yang mendorongya menulis karya. Serta apa inspirasinya menulis cerpen Menari Bersama Ombak." Nafisah membuka bedah buku itu dengan pengantar yang cukup memukau hadirin. Aula senyap sesaat. Semua mata tertuju pada Husna yang tampak begitu bersahaja. Meskipun wajahnya tampak biasa saja dibandingkan dengan Anna Althafunnisa yang duduk di sampingnya. Namun wajah Husna tetap memancarkan aura yang menyejukkan mata. Sebelum memulai bicara Husna tersenyum pada ribuan santriwan dan santriwati yang ada di hadapannya. la memulai dengan memuji Allah dan membaca shalawat kepada Rasulullah Saw. Lalu ucapan terima kasih kepada semua pihak yang menyelenggarakan acara luar biasa itu. Juga kepada seluruh pembaca yang mengapresiasi aDef 76 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
karya-karyanya. “Jujur saya mengenal dunia tulis menulis secara serius sejak kelas dua SMA. Ceritanya saya memiliki seorang kakak yang kuliah di luar negeri. Tepatnya di Universitas Al Azhar Mesir. Hampir tiap bulan kakak saya menulis surat untuk saya dan adik-adik saya. Saat itu saya yang paling tua jadi saya yang berkewajiban membalas surat-surat kakak saya. “Ternyata, tidak terasa itu jadi latihan yang sangat efektif bagi saya. Sebab seringkali saya harus menulis surat sampai belasan halaman saat menjawab surat kakak saya. “Suatu hari kakak saya menulis surat kepada saya. Dia bercerita bahwa dia sangat tersentuh membaca surat yang terakhir saya tulis untuknya. Ada satu perkataan kakak saya yang sampai sekarang masih saya ingat betul dan masih membekas dalam hati saya. Kakak saya menulis begini, 'Suratmu, Adikku, seolah menjadi oase bagiku. Di tengah gersang dan panasnya padang sahara kerinduan kepada kalian, suratmu adalah pelepas dahaga sekaligus penyejuk jiwa. Bahasamu bukanlah bahasa anak SMA. Tapi bahasamu adalah bahasa jiwa para sastrawan dan pujangga yang orisinil lahir dari malakatun nafsi, bakat jiwa. Cobalah adikku kamu gunakan bakatmu itu untuk menulis karya sastra. Semisal puisi, cerpen atau novel. Tulislah dengan serius. Niatkan demi mensyukuri karunia pemberian Allah. Dan niatkan untuk sedikit-sedikit mencari nafkah demi membahagiakan ibu kita tercinta. Aku sangat yakin jika kamu serius kamu akan jadi penulis yang cemerlang!' “Kalimat dari kakak tercinta itulah yang sangat aDef 77 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
memotivasi saya untuk kemudian belajar teknik menulis secara serius. Lalu saya mulai menulis. Setelah perjuangan berdarah-darah setengah tahun lamanya. Cerpen pertama saya berjudul “Surat Cinta untuk Kakak" dimuat di majalah remaja Karima. Lalu saya terus menulis dan menulis. Dan akhirnya saya benar-benar dikenal sebagai penulis. “Kenapa kalimat kakak itu begitu memotivasi? Ada satu cerita yang mungkin ada baiknya saya sampaikan. Semoga jika ada hikmah di dalamnya bisa menjadi lentera bagi kita semua. “Kakak saya itu pergi ke Mesir saat saya masih kelas tiga SMP. Saat kakak berangkat kami tiga bersaudara. Ibu saya sedang mengandung. Ayah saya hanyalah seorang guru MI swasta yang nyambi jualan soto di samping pasar Kartasura. Ibu saya sering sakit-sakitan. Ayahlah tulang punggung dan pelindung keluarga. Meskipun pas-pasan kami bisa hidup dengan layak. Alhamdulillah kakak ke Mesir karena mendapatkan beasiswa. “Setahun setelah kakak di Cairo, ayah meninggal dunia karena kecelakaan. Dunia seperti gelap bagi saya. Ibu nyaris tidak berdaya, sering sakit, dan baru melahirkan adik kami paling bungsu. Di saat seperti itulah kakak saya di Cairo mengambil perannya sebagai tulang punggung sekaligus pengayom keluarga dari jauh. Kakak saya bekerja aDef 78 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mati-matian di Cairo. Dia berjualan tempe di sana demi menghidupi kami di Indonesia. Demi agar saya dan adik-adik saya tidak putus sekolah. Kami hidup mengandalkan kiriman uang tiap bulan dari Cairo. Saya bisa selesai kuliah juga mengandalkan kiriman kakak saya dari Cairo. “Ketika kakak menuliskan suratnya di atas, hati saya terlecut. Saya harus bisa menulis untuk membantu kakak. Membantu ibu. Semampunya. Akhirnya dari menulis saya bisa dapat honor dan sedikit-sedikit bisa membantu keluarga, meskipun tetap saja mengandalkan kiriman dari kakak di Cairo. “Karena didorong untuk survive, untuk bisa sedikit bernafas dalam himpitan ekonomi, maka saya berjuang keras dengan menulis. Alhamdulillah, Allah meridhai ikhtiar saya. Saat ini saya bisa bernafas lebih lega di antaranya karena menulis. “Adapun inspirasi cerpen 'Menari Bersama Ombak' adalah ketegaran dan kesabaran kakak saya. Saya tahu kakak saya siang malam bekerja membuat dan menjual tempe juga menjual bakso di Cairo. Sampai dia mengorbankan kuliahnya. Tapi saya justru menemukan sosok yang saya kagumi, sosok yang seolah terus menari indah bersama ombak kehidupan yang terus datang silih berganti. Terkadang ombak itu datang menggunung sede-ras tsunami. Namun kakak mampu mengatasinya dengan tariannya yang indah. Ini yang bisa saya sampaikan." Begitu Husna selesai bicara tepuk tangan ribuan santri bergemuruh beberapa saat lamanya. Anna yang duduk di sampingnya takjub dengan uraian Husna. Takjub dengan cara penyampaian dan isinya. aDef 79 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dan diam-diam takjub dengan kakak Husna yang menjadi matahari bagi adik-adiknya. Diam-diam ia penasaran siapa kakak Husna itu? Apakah ia mengenalnya? Selama di Mesir ia belum pernah dengar ada seorang yang bekerja membuat tempe untuk menghidupi adik-adiknya di Indonesia. Setahunya ada mahasiswa jualan tempe untuk menambah uang saku dan belanja hariannya. Ingin rasanya Anna memperkenalkan kepada Husna siapa dirinya. Tapi ia saat itu ia urungkan niatnya, ia sudah terlanjur memakai nama penanya, Bintun Nahl. Ketika Anna masih hanyut dengan rasa penasarannya pada tokoh kakak yang telah mampu mendidik seorang adik menjadi sekualitas Ayatul Husna, sang moderator mempersilakannya untuk angkat bicara. Anna pun berbicara dengan bahasa lugas, tulus dan bersahaja, “Terus terang saya bukan pakar sastra, bukan kritikus sastra, bukan pula orang yang bergelut dengan dunia sastra. Saya hanya orang awam, yang bolehlah disebut pecinta sastra. Dalam pandangan saya yang awam sastra, cerpencerpen Mbak Husna ini bisa digolongkan sastra berten-dens. Sastra yang mengajak pembacanya untuk sadar sebagai manusia. Cerpen Menari Bersama Ombak mengajak kita bersabar atas musibah yang menimpa dan bersyukur atas apa saja yang diberikan oleh Allah kepada kita. Saya awam sastra tapi cerita Mbak Ayatul Husna tadi aDef 80 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tentang bagaimana ia berjuang untuk survive dengan menulis bagi saya adalah juga sebuah karya sastra. Bahkan karya sastra yang dahsyat sebab itu adalah pengalaman nyata. Bahkan sosok Ayatul Husna itu sendiri adalah karya sastra. Senyumnya, sorot matanya, keteduhan wajahnya, gerak tangannya dan tutur katanya. Semuanya adalah sastra!" Spontan hadirin tersenyum dan bertepuk tangan dengan gemuruh. Husna tersipu-sipu mendengar perkataan Anna. Husna merasakan bahwa yang duduk di sampingnya bukan orang yang awam sastra tapi orang yang sepertinya sangat mengerti sastra. Setelah itu acara disambung dengan dialog interaktif. Puluhan santri mengacungkan tangan. Dua santri putra dan dua santri putri terpilih untuk bicara dan bertanya. Satu persatu keempat santri menyampaikan isi hatinya. Ada yang menyampaikan kesannya saat membaca cerpen Menari Bersama Ombak. Ada yang bertanya bagaimana caranya mencari ide menulis? Ada juga yang bertanya tips menulis yang baik. Dan penanya terakhir, seorang santriwati berjilbab merah marun berkata, “Salah satu cerpen dalam buku ini berjudul Ketika Naya Jatuh Cinta. Pertanyaan saya, orang kok begitu sering berbicara tentang cinta. Pertanyaan saya apa sih sebenarnya cinta menurut Mbak Husna dan menurut Mbak Bintun? Dan pertanyaan saya kalau boleh jujur pernahkan Mbak berdua aDef 81 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
jatuh cinta? Dan maaf kalau ini terlalu vulgar, bolehkah kami tahu jatuh cinta sama siapa?" Husna menjawab semua pertanyaan dengan baik dan runtut. Untuk pertanyaan terakhir Husna menjawab, “Menurutku, cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan mengubah kandang jadi taman mengubah penjara jadi istana mengubah amarah jadi ramah mengubah musibah jadi muhibah itulah cinta!7 Mendengar puisi itu, sepontan para santri mengumandangkan takbir dan bertepuk tangan penuh rasa takjub. Puisi itu begitu indah menyihir perasaan mereka. Sang moderator lalu beralih ke Anna Althafunnisa. “Kalau menurut Mbak Bintun Nahl, cinta itu apa?" Tanya moderator. “Emm... apa ya?" Jawab Anna sambil berpikir. la diam sesaat. Para santriwati diam. Mereka sangat penasaran apa yang akan dikatakan putri Kiai mereka tentang cinta. “Mmm... cinta! Menurutku, Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar. Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri. 7 Diadaptasi dengan banyak perubahan dari puisi Rumi dalam Masnawinya. aDef 82 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang. Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya. Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur Cinta sendirilah yang menerangkan cinta Dan percintaan!"8 Jawaban Anna terasa lebih dahsyat. Dan aula pesantren itu kembali larut dalam gemuruh tepuk tangan sebagai tanda rasa takjub, dan bahagia bercampur cinta. Acara siang itu benar-benar terasa hidup. Para santri mendapat pencerahan yang berbeda dari biasanya. Sementara Zumrah yang duduk di bangku depan deretan hadirin, tak bisa menahan air matanya. la kagum sekaligus iri pada Husna, Bintun Nahl yang tak lain adalah Anna Althafunnisa dan pada seluruh santri putri yang sedemikian bergairah merajut masa depan. Mereka dalam pandangannya ibarat mata air jernih yang menyejukkan dan belum tercampur kotoran. Sementara ia rasa dirinya ibarat comberan yang menjijikkan. Ia bertanya dalam hati mungkinkah ia kembali bening seperti mereka? *** 8 Petikan puisi Rumi dalam Diwan Shamsi Tabriz diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M. aDef 83 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
4 Tangis Dua Sahabat Begitu Anna Althafunnisa selesai menjawab pertanya-an tentang cinta, moderator membuka termin kedua. Ashar masih dua puluh menit lagi. Anna Althafunnisa menyentuh bahu Husna. Spontan Husna mencondong-kan wajahnya ke arah Anna. “Maaf Mbak Husna, saya tidak bisa mengikuti sampai acara. Saya harus minta diri sebab ada janji. Sekali lagi saya mohon maaf sebenarnya saya ingin berbincang-bincang dengan Mbak Husna panjang lebar. Insya Allah saya janji akan berkunjung ke rumah Mbak Husna. Tolong alamatnya di tinggal saja di panitia. Mohon maaf jika saya dirasa kurang pantas mendampingi Mbak Husna. aDef 84 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sebenarnya yang mendampingi seharusnya Ibu Nila Kumalasari, M.Ed. Dosen Fakultas Tarbiah STAIN, tapi mendadak beliau ada halangan. Saya dipaksa untuk menggantikannya." Pamit Anna pada Husna setengah berbisik. "Aduh saya berterima sekali Mbak Bintun. Agaknya saya harus banyak belajar sama Mbak. Puisi Mbak tentang cinta luar biasa. Benar ya kapan-kapan main ke rumah." Jawab Husna. “Insya Allah." Jawab Anna. Lalu beranjak meninggal-kan aula. Husna sama sekali tidak tahu identitas gadis jelita yang mendampinginya itu. la hanya itu dia adalah seorang guru yang mengajar bahasa Arab di pesantren. Namanya Bintun Nahl. Dalam hati Husna berkala, “Jika nanti Mas Azzam pulang dan ternyata Mbak Bintun Nahl tadi belum bersuami dan tidak ada yang punya, bisa jadi kakak ipar saya. Orangnya cantik dan kelihatan cerdas." Termin kedua tak kalah serunya dengan termin pertama. Karena para santri mengetahui Anna juga seorang psikolog, banyak juga yang bertanya tentang permasa-lahanpermasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. “Mbak Husna yang saya hormati. Saya punya satu pertanyaan, maaf kalau keluar dari tema diskusi kali ini. Saya ini sering sakit hati karena marah pada teman. Sering marah pada orang lain yang berbuat salah pada saya. Meskipun dia telah minta maaf tetapi hati saya sering aDef 85 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
masih sakit. Ini kenapa ya Mbak? Apa yang harus saya lakukan." Tanya seorang santri lelaki bernama Toni yang masih kelas dua Madrasah Aliyah. Dengan tenang Husna menjawab pertanyaan itu, “Dik Toni, yang perlu kamu lakukan adalah membuka pintu maafmu yang setulus-tulusnya pada orang yang menyakitimu. Jika kamu masih merasa sakit hati padahal dia sudah minta maaf maka itu berarti kamu belum benarbenar memaafkannya. Salah satu ciri kita telah tulus memaafkan orang lain adalah jika kita tidak lagi terbelenggu oleh rasa sakit hati kita karena perbuatan orang lain itu. Memberi maaf itu Dik mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati. Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri! Dan ingat Dik, ketika kamu memberi maaf itu tidak berarti kamu lebih rendah atau kalah. Justru ketika kamu bisa memberi maaf kamu telah menang dan kedudukanmu lebih terhormat dibandingkan orang yang kamu beri maaf!" Acara bedah kumpulan cerpen itu selesai tepat saat azan ashar dikumandangkan. Husna, Zumrah dan Siti diajak panitia ke kantor pengurus pesantren. Para santri bubar untuk bersiap shalat ashar. “Silakan masuk Mbak Husna. Mbak wudhu saja di kamar mandi yang ada di dalam kantor supaya tidak berebutan dengan santriwati. Setelah ashar nanti ke sini lagi. Anak-anak banyak yang ingin foto bersama dan minta tanda tangan." Kata Nafisah pada Husna. Husna mengikuti saja apa yang diminta panitia. Ia, Zumrah dan Siti masuk kantor. Ia dan Siti lalu mengambil air wudhu. Sementara Zumrah aDef 86 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
hanya duduk di sofa. “Mbak Zumrah sedang tidak shalat ya? Sedang datang bulan?" Tanya Nafisah. Zumrah hanya menganggukkan kepala. Ketika iqamat dikumandangkan, Husna diiringi Siti dan Nafisah melangkahkan kaki ke masjid. Di depan pintu masjid tiga orang santriwati yang bertemu Husna langsung menyalami dan mencium tangan Husna. Husna jadi salah tingkah. Husna ketinggalan satu rakaat. Selesai ashar, Husna disibukkan meladeni para santriwati yang ingin berfoto bersama. Lalu ia sibuk menandatangani ratusan buku kumpulan cerpennya milik para penggemarnya. Di tengah-tengah kesibukannya menandatangani kumpulan cerpen itu ia bertanya pada Nafisah, “Dik Nafisah, saya pernah dengar Pak Kiai Lutfi punya anak perempuan yang kuliah di Mesir ya. Apa dia masih kuliah di sana?" Nafisah agak terkesiap mendengar pertanyaan itu. la jadi merasa berdosa pada Husna, karena tidak menjelaskan siapa sebenarnya Bintun Nahl. Tapi seperti itulah permintaan Anna. Untuk menjawab pertanyaan Husna, Nafisah tidak berani berbohong. “Tadi itu putri Pak Kiai Mbak?" Jawab Nafisah. “Yang jadi pembanding tadi?" aDef 87 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Iya." “Masya Allah. Kenapa kamu tidak mengenalkannya kepadaku sebagai putrinya Pak Kiai?" “Maafkan kami Mbak. Kami inginnya mengenalkan begitu. Tapi putri Pak Kiai tidak mau. Dia malah minta dikenalkan dengan nama pena yaitu Bintun Nahl." Nafisah merasa sangat bersalah. “O begitu. Ya nggak apa-apa. Siapa nama dia sebenarnya?" “Kami memanggilnya Neng Anna. Lengkapnya Anna Althafunnisa. Maafkan kami ya Mbak." “Santai saja. Ini masalah kecil. Kalian tidak salah. Hanya nanti sampaikan pada Neng Anna, dia berjanji mau main ke rumah saya. Saya tunggu janjinya. Jika tidak dia tepati dia munafik gitu ya." “Iya." Husna terus menandatangani buku-buku itu. “Na, gimana rasanya memiliki banyak fans?" Tanya Siti menggoda. “Kamu pengin ya Ti? Makanya nulis!" Jawab Husna santai. “Mumet9 aku kalau disuruh nulis Na. Mending nanam 9 Pusing. aDef 88 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
padi di sawah!" Tukas Siti. "Aku kalau diminta menanam padi di sawah malah mumet, Mending nulis." Balik Husna sambil terus mengambil buku, membukanya dan menandatanganinya. Zumrah tidak bisa menahan diri. “Kalau aku diminta nulis atau diminta menanam padi mumet semua!" Nafisah hanya tersenyum saja mendengar percakapan tidak perempuan yang menjadi tamunya itu. *** Sayup-sayup Husna mendengar lantunan bait-bait syair yang dilantunkan bersama-sama dari gedung yang ada di belakang kantor pengurus pesantren putri, Alhamdulillahi alladzi qad waffaqa Lil 'ilmi khaira khalqihi wa littuqa Hatta nahat qulubuhum li nahwihi “Itu bunyi syair apa Dik?" Tanya Husna pada Nafisah. “Itu syair nadham 'Imrithi Mbak." Jawab Nafisah. “Isi syair itu apa Dik?" “Syair-syair itu memuat kaidah-kaidah kunci tata bahasa Arab. Nadham Imrithi itu nama sebuah kitab berisi ilmu nahwu Mbak. Ilmu nahwu itu ya ilmu tata bahasa Arab." “O, begitu." aDef 89 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ini Mbak masih tiga." Nafisah menyodorkan tiga buku yang langsung ditandatangani Husna satu persatu. “Alhamdulillah sudah selesai." Husna mengambil nafas lega. “Kalau begitu aku bisa bicara Na?" Tanya Zumrah dengan suaranya yang serak-serak basah. Sejak tadi Zumrah memang diam saja. la merasa hari mulai sore dan dia harus bicara dengan teman kecilnya itu. Husna jadi teringat kenapa Zumrah sampai ikut dengannya ke pesantren itu. Bahkan sampai mengganti pakaiannya yang mengumbar aurat dengan gamis dan jilbab yang menutup aurat. “Oh iya Zum. Maaf ya. Kita bisa bicara sekarang." “Tapi aku ingin hanya berdua." Husna lalu minta ijin pada Nafisah untuk mengguna-kan kamar pengurus itu hanya untuk dia dan Zumrah saja. Sementara Siti pamitan minta diri, “Terus menulis ya Na. Aku tunggu karya berikutnya. Jangan pernah lupa aku pembaca setia karya-karyamu. Aku adalah pecinta sastra meskipun aku seorang petani yang kerjanya setiap hari belepotan lumpur di sawah." “Iya. Terima kasih Ti ya. Salam buat ibu. Kalau pas kamu ke Kartasura atau ke Solo mampir. Nanti aku bikinin nasi goreng babat pete kesukaanmu. Okay?" aDef 90 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Beres." Maka tinggallah mereka berdua; Husna dan Zumrah di kamar pengurus itu. Zumrah mengambil nafas lalu bicara. “Aku dalam masalah serius Na. Aku tak tahu lagi harus bagaimana?" “Masalah apa itu?" “Aku sedang hamil Na?" “Apa!?... Hamil!?" “Ya, Na." “Yang benar Zum!?" “Benar Na. Aku sedang tidak bergurau." “Kau sudah menikah?" Zumrah menggelengkan kepala. “Jadi!?" Husna kaget bukan kepalang. Berarti berita yang tersebar di dukuh Sraten benar. “Ya. Aku telah berzina Na. Aku perempuan kotor Na!" “Tapi kamu tahu siapa ayahnya!?" Zumrah kembali menggelengkan kepala sambil berkata lirih, “Aku tak tahu persis Na. Aku perempuan kotor." Lalu tangis Zumrah pecah. Perempuan itu menutup kedua mukanya. aDef 91 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kau hamil karena diperkosa?" “Tidak Na. Aku tidak diperkosa Na. Sudah kukata-kan aku ini perempuan kotor Na. Penuh borok dan dosa. Aku ini perempuan yang buta mata dan buta hati sampai mana ayah janin yang ada di perutku ini pun aku tidak tahu. Aku harus bagaimana Na?" “Aku tidak tahu Zum. Tapi kenapa kamu lakukan ini semua Zum? Kenapa kamu tidak menikah secara baik-baik saja?" Tanya Husna sambil menahan perih dalam hatinya. “Itulah yang ingin aku lakukan Na. Tapi ayahku menghalanginya. Aku frustasi akhirnya kuhancurkan diriku sendiri!" “Aku tak paham maksudmu. kamu harus mencerita-kan dengan detil dan jujur, Zum. Baru kita akan cari jalan keluarnya." “Terima kasih Na. kamulah temanku yang selalu bisa kuajak bicara. Aku tidak kuat lagi menanggung ini !" “Sudah ceritakanlah dengan cepat, jujur dan jelas. Kita tidak punya banyak waktu di sini." “Baik Na. Dulu entah kamu masih ingat atau tidak, aku pernah cerita kepadamu sebenarnya aku ingin selalu di rumah. Di dukuh Sraten. Bersama kedua orang tua. Tapi lulus SD aku dititipkan Budeku di Ungaran. Karena saat itu ibuku sedang ribet-ribetnya ngurus anak. Dan ekonomi aDef 92 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
keluarga sedang susah-susahnya. Aku manut sama orang tua. Aku tinggal tidak kurang suatu apa pun di rumah Bude selain kasih sayang dan perhatian. Budeku dan Pakdeku itu dua-duanya bisnismen. Jarang di rumah. Sebenarnya pembantu Bude baik padaku. Tapi yang jadi sumber petaka dan masalah adalah anak Bude. Hal ini belum pernah aku ceritakan siapa pun sebelumnya. Aku pernah cerita anak Budeku sangat bebas pergaulannya. Pernah ditangkap polisi karena obat-obatan di Kopeng. Anak Budeku inilah sebenarnya yang merusak hidupku. Dia umurnya lebih tua tiga tahun di atasku. Saat aku kelas dua SMP berarti dia kelas dua SMA, dia mengagahiku. Di rumahnya. Ketika tidak ada siapa-siapa." “Innalillah!" Husna tersentak kaget. Zumrah lalu menangis tersedu-sedu. “Na saat itu aku tak punya tempat untuk mengadu. Aku tak berani mengadu pada Pakde dan Bude. Juga tak berani mengadu pada ayah dan ibuku. Aku takut pengaduanku membuat ayah dan ibu akan bertengkar dengan Pakde dan Bude. Aku diam saja. Aku hanya bilang sama ayah bahwa aku ingin pulang saja kembali ke rumah. Tapi ayah tetap memaksa agar aku kembali ke rumah Bude. Ayah ingin aku menyenangkan Bude karena Bude aDef 93 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sedang memberi modal pada ayah untuk usaha jualan buah. Akhirnya dengan terpaksa aku kembali ke Ungaran. “Dan yang lebih menyakitkan lagi Na... kejadian itu tidak hanya sekali, berulang kali menimpa diriku. Sampai tak terhitung jumlahnya. Bahkan bisa dipastikan ia melakukannya setiap kali Pakde dan Bude ke luar kota. Dan pada saat kelas dua SMA aku hamil. Aku gugurkan kandunganku diam-diam. Tak ada yang tahu. Sampai akhirnya aku kuliah di Jogja. “Anehnya Na, aku justru tidak terlalu dendam pada anaknya Bude itu. Aku tahu dia memang nakal dan jahat sejak sebelum aku tinggal di sana. Tapi aku justru dendam pada ayah dan ibuku. Aku tidak bisa memaafkan mereka karena aku merasa ditelantarkan. Dibuang ke rumah Bude yang menyebabkan aku jadi korban kejahatan. Sejak itu aku selalu cari perkara untuk melampiaskan dendamku. Jika banyak anak mencari tahu apa yang membuat senang orang tua, aku sebaliknya. Aku mencari tahu apa yang paling tidak disuka oleh orang tua. Pokoknya semua yang membuat orang tua sakit hati pasti aku lakukan. Ini aku katakan dengan jujur Na. Aku tidak pernah mengatakan hal ini pada siapapun. Hanya padamu. “Karena hampir setiap kali pulang aku selalu menyakitkan ayah ibu, akhirnya mereka menyetop uang kuliahku. Aku tak ambil pusing. Aku bisa mencari uang sendiri dengan modal kecantikanku. Apalagi aku toh telah menjadi gadis yang rusak karena diperkosa. aDef 94 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Sampai klimaksnya satu bulan yang lalu Na. Aku bilang pada ayahku aku mau nikah dengan pacarku yang berbeda agama. Aku sudah tahu reaksi ayah dan ibuku pasti akan marah besar. Memang itulah yang aku inginkan. Saat mereka marah, aku pergi begitu saja sambil menutupi dua telinga. “Lalu aku teror kembali mereka dengan menunjukkan hasil test Prodia bahwa aku telah hamil. Aku katakan pada ayah dan ibu bahwa aku hamil dengan pacarku yang beda agama. Padahal sesungguhnya tidak. Aku hamil dengan orang yang tidak aku ketahui yang mana. “Ayah marah besar. Dadanya sakit lalu jatuh. Mungkin serangan jantung. Aku lari ketakutan. Sampai sekarang Na. Aku dengar ayah meninggal dunia karena itu.Aku tidak mengira hal itu akan terjadi. Kini aku sadar, aku khilaf Na. Aku sudah sangat keterlaluan! Sekarang aku harus bagaimana Na? Aku harus bagaimana? Sekarang semua orang membenciku, membenci pelampiasan dendamku. Aku harus bagaimana hu... hu..." Zumrah menangis sesengukan. Suasana menjadi hening seketika, mata Husna berkacakaca. la pun tak menduga kalau sahabatnya sampai mengalami perjalanan hidup seperti itu. Tangisnya pun pecah, ia tidak kuasa mendengar cerita sahabatnya itu. Ya, sebuah cerita yang benar-benar menyayat hatinya. Cerita tentang rasa sakit hati yang luar biasa pedih dari aDef 95 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
seorang sahabat. Ia merangkul sahabatnya itu. Keduanya menangis berangkulan. “Kau tidak pindah agama kan Zum? Ukh... ukh..." Tanya Husna sambil terisak dengan tetap merangkul Zumrah. “Tidak Na. Aku tidak pernah pindah agama. Aku memang telah rusak. Aku jarang shalat, tapi aku tak pernah menyatakan pindah keyakinan. Aku sadar hal itu Na." Jawab Zumrah. “Kau tetap sahabatku. Aku akan berusaha membantumu semampuku Zum." “Terima kasih Na. Apa yang harus aku lakukan Na? Aku selalu mendengarkan rubrik psikologimu di radio. Tolong beri aku saran!" “Baiklah Zum." Kata Husna sambil melepaskan rangkulannya. Ia mengusap kedua matanya yang basah. Husna lalu melanjutkan, “Yang pertama kali harus kamu lakukan adalah kamu memaafkan ayah dan ibumu. Maafkanlah mereka dengan setulus hati. Barulah setelah itu kamu akan bisa hidup. Jika kamu tidak bisa memaafkan mereka dengan tulus kamu akan terus terbelenggu. Tadi di acara bedah aku katakan memberi maaf itu mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati. Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup meng-hancurkan rasa mementingkan diri sendiri! aDef 96 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Karena selama ini kamu tidak mau memaafkan. kamu selalu mementingkan dirimu sendiri. kamu menganggap dengan sikap diammu, dan memendam sakit hatimu seorang diri akan menyelesaikan masalah waktu itu. Memang benar, ayah ibumu dalam dilema waktu itu. Di saat kesusahan ekonomi, ia harus tetap mempertahankan kamu untuk tetap sekolah dan menjaga hubungan baik dengan Pakde dan Bude. Tapi ayah dan ibumu tidak tahu kalau anaknya Bude sekotor itu. Dan ketika permasala-han semakin rumit, kamu malah menganggap ayah dan ibumu menjerumuskan kamu. Padahal mereka benarbenar tidak tahu permasalahanmu itu. kamu tak pernah peduli betapa sakitnya kedua orang tuamu dengan perbuatanperbuatanmu. Dan ketika ayahmu sudah meninggal, yang jadi korban bukan hanya ibu kamu bahkan yang jadi korban adalah juga ketiga adik kamu yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah." “Tapi rasanya sangat susah aku memaafkan mereka." “Zum, mana ada orang tua yang ingin menelantarkan anaknya? Kamu salah alamat Zum. Seharusnya kamu tidak membenci dan mendendam pada mereka. Seharusnya kalau kamu harus dendam ya dendamlah pada anak Budemu yang jahat itu." “Tapi ia sudah mati ditembak polisi Na." “Kenapa dosa penjahat yang sudah mati kamu lampiaskan pada orang tuamu. Sebenarnya aku yakin tujuan ayah dan ibumu saat itu baik. Kamu disuruh tetap di tempatnya aDef 97 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Bude agar kamu bisa sekolah dengan baik. Kalau kamu saat itu cerita yang sebenarnya kamu alami pada ayahmu mungkin akan lebih baik. Belum tentu ayahmu, ibumu, Budemu dan Pakdemu akan marah padamu. Bisa jadi mereka justru akan sangat sayang padamu dan mereka akan mencari cara terbaik bagaimana mendidik anak Budemu yang nakal itu. Karena kamu diam saja, semuanya jadi parah separah-parahnya dan tidak ada yang tahu. Tahu mengalami nasib seperti ini. Anak Budemu tetap jadi penjahat dan mati di tangan polisi. Dan ayah kamu mati kena serangan jantung karena terormu." “Apakah aku di matamu sudah terlalu kotor dan jahat Na?" "Sekotor-kotornya manusia dan sejahat-jahatnya manusia, pintu ampunan Allah terbuka lebar. Selalu ada pintu kembali ke jalan kesucian dan kebaikan." “Benarkah Na?" “Benar. Awalilah langkahmu dengan memaafkan kedua orang tuamu yang kamu anggap sudah tak termaaf-kan. Maafkanlah mereka. Lalu maafkanlah dirimu sendiri. Lalu melangkahlah di jalan orang-orang normal pada umumnya!" “Apa seperti ini aku tidak normal Na?" “Tanyakanlah pada nuranimu. Pada hati kecilmu sendiri Zum. Nuranimu lebih berhak menjawabnya. Hanya itu yang saat ini aku sarankan Zum. Ini sudah sore. Ayo kita minta diri." “Aku sekarang tak tahu harus kemana melangkahkan aDef 98 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kaki Na. Aku bingung. Aku dengar pamanku yang polisi itu sangat marah dan aku akan dibunuhnya. Aku takut Na. Bagaimana ini?" “Kita pamit dulu. Nanti aku akan coba berbicara dengan pamanmu. Dan jika kamu mau menjalankan saranku tadi, aku akan membantu menjelaskan pada ibumu dan warga agar adil memperlakukan kamu. Ayo kita pamit. Hari sudah petang." “Baik Na. Tapi aku mau cuci muka dulu." “Benar, aku juga." Keduanya lalu mencuci muka agar bekas-bekas tangis hilang dari wajah mereka. Setelah cuci muka, wajah keduanya tampak lebih segar dan bersih. Keduanya lalu minta diri meninggalkan Pesantren Wangen yang damai. Hati Zumrah sedikit lega setelah bisa menangis dan menceritakan beban hidupnya pada Husna. la hayati betul kata-kata teman kecilnya itu. la harus memaafkan. Harus belajar memaafkan! Itu kuncinya. Husna mengendari sepeda motornya meninggalkan desa Wangen. la hanyut dalam diam. la tak pernah mengira teman sebangkunya di SD itu sebenarnya mengalami penderitaan batin yang sedemikian dalam. Jalan hidupnya penuh semak belukar dan duri tajam. Sementara itu, Zumrah yang membonceng di belakang memandang lurus lekuk langit di kejauhan. Senja perlahan turun. la dapat melihat di kejauhan sana betapa sebagian besar kehijauan pepohonan telah menghilang di bawah langit petang. aDef 99 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
la merasakan satu hukum alam, saat cahaya hilang maka kegelapan akan datang. la jadi bertanya apakah cahaya dalam hatinya selama ini telah hilang, sehingga yang ia rasakan hanyalah kegelapan dan kelam? “Zum." Sapa Husna dengan tetap tenang mengendarai sepeda motornya ke arah Tegalgondo “Iya Na." Jawab Zumrah. “Aku punya teman di Colomadu. kamu mau menginap di sana sementara." “Tak usah Na. Aku tak mau menyusahkan banyak orang. Aku nanti turun di Tegalgondo saja." “Kau mau menginap di mana?" “Hidup tanpa arah seperti ini aku sudah biasa. kamu tenang saja." “Terserah kamu lah. Maaf aku tak bisa menemanimu. Aku punya ibu dan adik yang harus aku temani." “Diriku ini jangan terlalu kamu ambil peduli. kamu mau mendengar ceritaku saja aku sudah sangat berterima kasih dan bahagia." “Jika perlu aku kirim kabar ya. kamu boleh juga mampir di radio. kamu pasti tahu jamnya." “Baik Na. Terima kasih banget ya." aDef 100 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
• 5 Sebuah Firasat Sudah lebih satu minggu sejak bertemu di pesantren, Husna tidak mendapat kabar dari Zumrah. Seminggu yang lalu Husna langsung menemui keluarga Zumrah dan menceritakan semua yang ia ketahui dari Zumrah. Meskipun berat, ibu Zumrah telah memaafkan putri sulungnya itu. Adik-adik Zumrah malah berharap kakaknya itu kembali ke rumah. Sebagian warga dukuh Sraten ada yang iba dan kasihan sama Zumrah. Namun ada juga kalangan yang tetap sinis dan menunjukkan rasa jijik setiap kali mendengar nama Zumrah. Zumrah seolah-olah barang najis yang pantang didengar sekalipun. Husna berusaha menjelaskan kepada siapa saja yang membicarakan Zumrah, bahwa gadis itu aDef 101 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
justru harus ditolong bukannya dipinggirkan dan dihina. Malah, Mahrus paman Zumrah yang anggota serse tetap bersikukuh akan menembak keponakannya itu jika ketemu. la sama sekali tidak percaya dengan apa yang disampaikan Husna. Pagi itu Husna dan Lia sedang mencabuti rumput yang tumbuh di samping rumah mereka ketika sebuah mobil sedan Vios berhenti tepat di depan rumah mereka. Matahari mulai meninggi di angkasa, menyinari dunia dengan sinar keemasannya. Seorang gadis berjilbab putih gading rurun dari mobil. Husna dan Lia bangkit melihat siapa yang datang. Ketika gadis berjilbab putih gading menghadap ke arah pintu rumah Husna langsung kenal siapa yang datang. “Cari siapa Mbak Bintun Nahl?" Sapa Husna dari jarak agak jauh sambil melangkah mendekat diiringi Lia adiknya. Anna yang masih menggunakan nama samaran Bintun Nahl, menengok ke arah suara dan tersenyum ceria. “Assalamu'alaikum Mbak Husna, sedang berkebun ya?" “Wa 'alaikumussalam. Tidak. Ini sedang mencabuti rumput. Mumpung ada waktu longgar. Sendirian?" “Iya." “Mengajar di Pesantren Wangen itu makmur ya. Guru bahasa Arabnya saja punya mobil sedan. Baru lagi. Mau aDef 102 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dong aku daftar jadi guru di sana." Kata Husna dengan nada bergurau. “Itu mobil pinjam kok." “Pinjam Abah ya. Kamu itu sungguh jahat kok Mbak Anna. Tega-teganya lho menyembunyikan identitas dariku. Lha wong namanya Anna Althafunnisa, Lc. Putri tunggal pengasuh pesantren Daarul Qur’an Wangen kok ya pakai nama samaran Bintun Nahl. Tega-teganya. Ih!" Ujar Husna sambil menjotos lengan Anna. “Eit." Anna mengelak. Mereka berdua terlihat begitu akrab meskipun baru dua kali bertemu. Mereka berdua seperti dua orang sahabat lama yang baru bertemu. “Ayo masuk! Ini adikku, namanya Lia." Husna mengenalkan adiknya pada Anna. Keduanya tersenyum, lalu berjabat tangan. “Namaku Anna Althafunnisa. Masih kuliah, Dik?" Tanya Anna. “Masih." Jawab Lia. “Di mana?" “Di STAIN." “Fakultas apa?" “Tarbiyah." aDef 103 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Alhamdulillah sekarang dia sudah mengajar di SDIT." Sela Husna. “Alhamdulillah." Sahut Anna. “Ayo masuk! Jangan di luar terus. Matahari semakin menyengat!" Ajak Husna. Mereka bertiga lalu masuk ke dalam rumah. Kursi di ruang tamu itu adalah kursi jati tua yang sudah kusam pliturnya. Namun kursi itu masih berfungsi dengan baik untuk menerima tamu. “Ibu kalian mana?" Tanya Anna setelah duduk. “Beliau sedang mengikuti pengajian rutin di masjid." Jawab Husna. “Dengar-dengar Mbak Anna kuliah di Mesir ya?" Tanya Lia. “Iya. Alhamdulillah. Ini saya sedang pulang untuk penelitian tesis S2." Jawab Anna. “Masya Allah. Semoga diberkahi Allah." Sahut Husna. “O ya Mbak Anna kenal nggak dengan kakak saya? Dia juga kuliah di Cairo." Tanya Lia. "Siapa namanya?" Anna balik bertanya. Ada rasa penasaran dalam hatinya saat bedah buku dan Husna menyebut-nyebut kakaknya yang kuliah di Cairo yang sedemikian besar tanggung jawabnya. Dia ingin tahu siapa aDef 104 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
orang itu. Mungkin ia mengenalnya. “Namanya Azzam." Jawab Lia. “Azzam siapa ya?" “Lengkapnya Khairul Azzam." “Sebentar, coba kuingat-ingat."Kata Anna. Dahinya berkerut. “Aduh, maaf, kelihatannya saya tidak kenal." “Masak tidak kenal? Kakak saya sudah sembilan tahun di Cairo. Sampai sekarang belum lulus SI. Dia di sana belajar sambil bekerja. Atau kebalikannya ya bekerja sambil belajar. Dikenal sebagai penjual tempe dan bakso. Lha ibu-ibu KBRI saja banyak yang kenal. Tiga bulan lalu Pak Manaf dan isterinya yang di konsuler datang ke sini mengantarkan titipan Kak Azzam." Jelas Lia panjang lebar. “Aduh, benar, saya tidak kenal. Penjual tempe yang kukenal namanya itu ada Rio, Budi, dan Muhandis atau Irul. Di antara mereka yang paling senior adalah Muhandis. Tidak ada yang namanya Azzam. Tapi mungkin aku terlalu kuper. Terus terang S1 aku kuliah tidak di Cairo." “Di mana Mbak?" “Di Al Azhar putri Alexandria. Baru kemudian S2-nya di Cairo. Selama S2 terus terang aku juga tidak banyak berinteraksi dengan teman-teman mahasiwa dari Indonesia. aDef 105 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Aku lebih banyak di perpustakaan." “O. Kalau begitu ya maklum." Kata Lia. “Kalau ketemu orangnya bisa jadi aku kenal. Seringkali aku akrab dengan wajah orang Indonesia di sana karena bertemu di bus atau di metro tapi aku tidak tahu namanya." Husna menyela, “Kebetulan minggu depan insya Allah dia pulang. Semoga ada waktu untuk bertemu." “Iya Mbak Anna. Mbak Anna sudah menikah?" Tanya Lia santai. “Belum." “Wah kebetulan." “Kebetulan bagaimana?" Heran Anna. “Kebetulan kalau belum nikah. Nanti siapa tahu bisa jodoh dengan kakak saya." Terocos Lia. “Hus! Kamu ini Dik, ada-ada saja. Kok tidak mengukur diri mengajukan kakaknya. Kakak kita ini cuma penjual tempe yang kuliahnya tidak lulus-lulus. Kok kamu ajukan ke putri Kiai yang mau selesai S2. Kamu ini." Sergah Husna. “Mm... aku memang belum menikah. Tapi sebentar lagi insya Allah menikah. Doanya." Kata Anna. aDef 106 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Lho iya tho, penjual tempe mana mungkin berjodoh sama putri Kiai terkenal." Kata Husna. “Jodoh, rizki, juga kematian sudah ada yang mengatur." Pelan Anna. “Tapi sungguh, jujur aku kagum dan hormat sama kakak kalian. Aku salut pada pribadi seperti kakak kalian. Jujur sebagai perempuan hatiku ada kecenderungan pada pemuda yang sangat bertanggung jawab dan mandiri seperti itu. Adapun jodoh itu lain lagi urusannya. Semua Allah yang menentukan. Kebetulan tunangan saya juga mahasiswa Cairo. Sudah selesai S2 dan sekarang sedang proses S3." Tutur Anna penuh kejujuran. “Lha ini lebih cocok. S2 layak dapat yang sudah selesai S2. Sama-sama dari Cairo lagi. Nanti kami diundang ya pada hari H? Masih lama?" Kata Husna. “Rencananya dua bulan lagi. Ya kalian pasti aku undang insya Allah." "Boleh tahu nama calon suami Mbak Anna? Siapa tahu kakak saya kenal. Nanti kalau dia pulang biar kami beritahu dia." Tanya Lia. “Boleh namanya Furqan Andi Hasan." “Furqan?" “Iya. Ada apa?" aDef 107 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Seingat saya kakak saya pernah bercerita punya teman namanya Furqan. Apa mungkin Furqan itu ya?" “Bisa jadi. Tapi nama Furqan di Cairo juga banyak." Jelas Anna. Hampir dua jam lamanya Anna berada di rumah Husna. Selama dua jam banyak hal dibicarakan. Banyak cerita diriwayatkan. Terutama tentang Mesir, juga tentang Furqan. Dari perbincangan dengan Husna dan Lia, ia jadi semakin tahu siapa sosok Azzam sesungguhnya. Ia jadi tahu bahwa Husna dan Lia semuanya dibiayai oleh kakaknya. Kekagumannya kepada sosok bernama Azzam semakin menguat. Namun ia selalu bisa meyakinkan dalam hati bahwa Furqan tunangannya itu adalah lelaki terbaik untuk menjadi pendamping hidupnya. Pukul setengah sebelas Anna mohon diri. Saat ia hendak keluar dari rumah, Bu Nafis memasuki halaman. “Lha itu Bu’e baru pulang." Kata Lia. “Bagaimana kalau Mbak Anna duduk lagi. Bincangbincang dengan ibundaku sebentar. Beliau pasti senang." Tukas Husna sambil memandang wajah Anna. “Maaf, saya harus pulang sekarang. Sudah cukup lama. Kebetulan mobilnya mau dipakai Abah ke Jogja. Jadi aku harus segera pulang. Lain kali insya Allah." Jawab Anna. Anna menunggu Bu Nafis sampai beranda. Begitu Bu Nafis mendekat Anna langsung meraih tangan perempuan setengah baya itu dan menciumnya penuh rasa ta'zhim. aDef 108 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
"Saya Anna Althafunnisa Bu. Temannya Husna." Anna berkata halus mengenalkan diri. “Kau cantik sekali Nak. Di mana rumahmu?" Tanya Bu Nafis dengan mata berbinar. “Wangen, Polanharjo Bu." “Jauh dari pesantren?" Tanya Bu Nafis. Belum sempat Anna menjawab, Husna mendahului, “Dia putrinya Pak Kiai Lutfi Bu. Dialah yang punya pesantren." Bu Nafis terhenyak dan berkata, “Masya Allah. Seharusnya ibu yang mencium tanganmu Nak. Bukan kamu yang mencium tangan ibu. Masya Allah, ayo masuk Nak, akan ibu buatkan mendoan yang enak." “Ah ibu. Sayalah yang harus mencium tangan ibu. Tangan ibu yang telah mendidik putra dan putri yang membanggakan seperti Husna, Lia dan juga Azzam. Sungguh Bu saya ingin sekali berbincangbincang. Saya betah di sini. Tapi sayang saya harus pulang. Mobilnya mau dipakai Abah pergi, Bu." “O begitu. Matur nuivun ya Nak sudah berkenan mampir." aDef 109 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Saya pamit, Bu. Mohon tambahan doanya." “Semoga Allah menyertaimu. Amin." Anna kembali meraih tangan Bu Nafis dan mencium-nya. Ada kebahagiaan yang mengalir dalam hati perem-puan tua itu ketika kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tangan putri ulama terkenal dari Wangen. Dalam hati paling dalam ada pengharapan yang sangat halus, “Andaikan gadis ini jadi menantuku, alangkah bahagianya diriku sebagai seorang ibu." Anna melangkah masuk ke dalam mobil. Bu Nafis, Husna dan Lia masih berdiri di beranda. Mobil itu mundur perlahan. Lalu putar haluan. Anna melambaikan tangan. Bu Nafis, Husna dan Lia membalas melambaikan tangan dengan senyum mengembang. Tak lama kemudian sedan Vios itu hilang di tikungan jalan. “Kok ada ya gadis sejelita itu. Ibu pikir Si Zumrah itu dulu paling cantik. Ternyata kalah jauh dengan putrinya Kiai Lutfi." Bu Nafis berkomentar seraya masuk rumah. “Kalau Anna tadi Bu, tidak hanya cantik. Dia juga shalihah insya Allah dan dalam ilmu agamanya. Dia itu sudah selesai S1-nya di Al Azhar Mesir lho Bu." Tukas Husna. “Jadi dia kuliahnya di Al Azhar?" Bu Nafis bertanya meyakinkan. “Iya. Sekarang sedang merampungkan S2-nya." “Berarti dia kenal kakakmu? Apa dia datang kemari aDef 110 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
membawa titipan dari kakakmu Na?" “Wah sayang, Bu’e. Dia tidak kenal Kak Azzam juga tidak membawa titipan dari Kak Azzam. Dia kemari karena kemarin ketika bertemu di acara bedah buku, dia berjanji akan berkunjung ke sini. Dia memenuhi janjinya." “O begitu. Sungguh aku senang ketemu sama gadis seperti itu. Dalam hati tadi aku sempat berharap kalau dia jadi menantu ibu. Jadi isteri kakakmu." “Kayaknya harapan Bu’e hanya akan jadi harapan." “Kenapa, apa tidak mungkin itu terjadi?" “Ya mungkin saja sih. Tapi sangat sulit. Sebab dia sudah tunangan. Bulan depan mau menikah." “O begitu. Ya kalau begitu ya dia mungkin tidak rizki kakakmu." Lia yang hanya mendengarkan saja menyela, “Aku yakin Kak Azzam akan mendapat jodoh seorang bidadari dunia. Bidadari yang jadi penyejuk hati suami dan keluarga." “Amin." Lirih Bu Nafis. *** Sedan Vios itu memasuki pelataran pesantren dan berhenti tepat di halaman kediaman pengasuh. Anna keluar dengan wajah cerah. Ada gelombang kebahagiaan yang hinggap di dalam hatinya. Gelombang itu terasa kuat, tajam, aDef 111 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menakjubkan. Entah kenapa hatinya merasa sangat bahagia bisa akrab dengan Husna dan keluarganya. Ketika kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tangan Bu Nafis, ada getaran halus menyusup ke dalam hatinya. la merasa sejak pertama melihat Husna jiwa dan hatinya telah bertemu dengan jiwa dan hati Husna. Itulah yang ia rasakan sebagai pangkal kebahagiaan yang berdesir dalam hatinya. Entah kenapa ia merasa seperti sudah sangat dekat dengan keluarga psikolog dan penulis muda itu. “Dari mana saja kamu Nduk? Abahmu seharusnya sudah berangkat seperempat jam yang lalu. Jika Abahmu terlambat yang kasihan pasti jamaah pengajian. Mereka akan menunggu lebih lama." Tegur Bu Nyai Nur, ibunda Anna. Nama lengkapnya Nur Sa'adah. “Ummi, maaf Anna terlambat. Anna tidak mampir ke mana-mana kok. Anna hanya ke rumah Ayatul Husna. Psikolog yang minggu lalu kita undang mengisi bedah buku. Abah di mana Mi?" “Beliau sedang membaca Al Qur’an di taman belakang. Datangilah beliau agar segera berangkat." “Baik Mi." Anna lalu bergegas ke taman belakang. Sampai di taman belakang Anna langsung menemui ayahnya dan meminta maaf atas keterlambatannya. Kiai Lutfi langsung bergegas berangkat. Setelah Kiai Lutfi berangkat Anna langsung ke tempat kerjanya, menulis tesis di perpustakaan. Namun ternyata Bu Nyai mengikuti putrinya itu ke lantai dua. Anna kaget ketika tahu ibundanya mengi-kutinya. aDef 112 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ada apa Mi?" "Ummi ingin mengajakmu bicara sebentar." “Tentang apa Mi?" “Tentang rencana pernikahanmu dengan Furqan." “Ada apa Mi?" “Apa kamu telah benar-benar mantap?" Tanya Bu Nyai dengan mimik serius. Seluruh mukanya menghadap muka Anna. “Ummi ini bagaimana? Masak itu ditanyakan lagi. Kalau tidak mantap ya pasti aku tidak mau dikhitbah. Tidak akan memilih Furqan dan tentu juga tidak mau ditunangkan dengan Furqan." “Entah kenapa sampai sekarang ibu belum mantap seratus persen. Ibu sendiri tidak tahu. Masih ada sebersit keraguan yang menyusup halus." “Keraguan itu banyak dijadikan alat oleh setan untuk menjauhkan manusia dari amal kebaikan. Sudahlah Mi, yang Ummi tanyakan itu sudah tidak perlu ditanyakan lagi." “Kalau sudah mantap ya alhamdulillah. Itu yang Ummi inginkan." *** Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah aDef 113 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya. Matanya berkaca. la masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada. Ayah dan ibunya sangat bahagia dengan keberhasilan studinya. Mereka juga sangat bahagia mengetahui siapa calon menantu dan besan mereka. Terutama ibunya yang asli Betawi sangat bahagia. Sebab menjadi bagian dari keluarga besar seorang Kiai adalah harapan banyak orang. Dan tak lama lagi setelah pernikahan itu dilangsungkan maka keluarga Andi Hasan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga pengasuh Pesantren Wangen. la sendiri juga bahagia. Cita-cita dan keinginannya menyun-ting gadis yang menurutnya paling jelita di antara mahasiswi Indonesia di Cairo tinggal satu langkah lagi menjadi kenyataan. Yaitu ketika akad nikah telah dilangsungkan. Namun ia merasa ada ribuan paku menancap di relungrelung hatinya. Ada rasa sedih dan rasa perih yang terus menderanya. Juga rasa takut yang luar biasa. Ia takut jika sampai keluarga Anna mengetahui apa yang dideritanya, entah dari siapa saja sumber informasinya. Jika mereka tahu ia telah mengidap HIV maka tamatlah riwayatnya dan riwayat keluarganya. Selain itu dalam relung hatinya yang paling dalam ia tidak tega menyakiti Anna. Nuraninya sering berontak bahwa jika langkah ini diteruskan sampai Anna menjadi isterinya, itu sama saja membunuh Anna dengan cara paling keji di dunia. Ia yakin ada penyakit dalam tubuhnya. Dan perkawinannya dengan Anna nanti akan menularkan aDef 114 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
penyakitnya pada Anna. Lalu pada anak-anak mereka. Ia lalu membayangkan seperti apa murkanya Anna dan marahnya keluarga besar Pesantren Wangen padanya. Lalu di mana rasa takwanya kepada Allah? Bukankah apa yang dilakukannya itu satu bentuk penipuan paling menya-kitkan ummat manusia? Nuraninya memintanya untuk bersikap layaknya orang-orang shaleh yang memiliki jiwa ksatria. Nurani-nya memintanya untuk membatalkan saja pertunangan itu. Terserah alasannya yang penting tidak ada yang dizalimi karena ulahnya. Namun nafsunya tidak menerimanya. Ia sangat mencintai Anna. Ia merasa sangat berat memutus begitu saja pertunangannya dengan Anna. Apakah ia akan membuang begitu saja mutiara paling berharga yang paling ia inginkan setelah ada dalam genggamannya? Tidak! Furqan memutuskan untuk tetap meneruskan langkah. Ia tak peduli lagi pada apa yang akan menimpa-nya dan apa yang akan menimpa Anna. Ia juga tidak peduli pada apa yang akan terjadi jika akhirnya Anna dan keluarganya tahu apa yang disembunyikannya. “Jika aku memutuskan pertunanganku dengan Anna, siapakah yang lantas akan peduli pada nasibku? Biarlah aku menentukan nasibku sendiri!" Tekadnya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Saat ia meneguhkan tekadnya itu nuraninya menjerit tidak rela. Ia teguhkan untuk tidak mendengar jeritan-jeritan protes nuraninya. Ia berusaha membutakan mata batinnya sendiri. Tiba-tiba ia menangis sendiri. Ia teringat hari paling celaka dalam hidupnya. Yaitu saat ia bangun dari tidurnya di Meridien Hotel Cairo dan mendapati dirinya dalam keadaan sangat memalukan. Lalu teror gambar-gambar dirinya bersama Miss Italiana. Lalu periksa darah. Lalu di kantor aDef 115 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
intelijen. Ia tahu Miss Italiana yang menghancurkan hidupnya adalah seorang agen Mossad. Dan terakhir ia membaca hasil laboratorium yang menyatakan ia positif mengidap HIV. Lalu janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus yang dideritanya. Ia tidak percaya kenapa semua ini terjadi pada dirinya. Kenapa? Apa ia pernah melakukan dosa besar sehingga harus dihukum sedemikian beratnya? Dan kini ia merasa dunia begitu sepi dan sunyi. Ia seperti sendirian. Tidak ada tempat berbagi, tidak ada tempat melabuhkan nestapanya. Berkali-kali ia ingin menceritakan apa yang dialaminya pada ayah dan ibunya, tapi selalu ia urungkan. Ia tidak sampai hati menghancurkan rasa bahagia yang kini sedang bermekaran dalam dada mereka. Furqan kembali menangis. Pada siapa ia harus mengadu. Setiap malam ia terus bermunajat mengadu kepada Allah, namun ia merasa belum juga mendapatkan penyejuk nelangsa jiwanya. Tekanan batin yang terus menderanya membuatnya ia selalu murung muka. Hanya saat ia berada di rumah Anna dalam acara pertunangan itulah mukanya tampak bercahaya. Begitu meninggalkan pesantren Wangen mukanya kembali murung seperti sebelum-sebelumnya. Saat Furqan menyeka air matanya, hand phonenya berdering. Satu sms masuk. Ia buka. Dari Abduh, teman satu rumahnya di Cairo. Ia baca, “Ass. Mas apa kabar? Ane kirim email. Dibaca ya. Abduh." Furqan menghela nafas. Ia lalu bangkit mengambil aDef 116 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
laptopnya. Sejurus kemudian ia sudah berlayar di dunia internet. Ia buka inbox alamat emailnya. Benar, ada email dari Abduh. Tidak hanya dari Abdul ada puluhan email masuk yang belum ia baca. Ia membuka email Abduh dengan perasaan tak menentu. Tidak seperti biasanya. Biasanya ia selalu membuka email dengan perasaan bahagia dan penasaran apa isinya. Sejak kejadian di Meridien Hotel ia seperti tidak ingin berinteraksi dengan siapa saja. Abduh menulis, “Mas Furqan, assalaamu'alaikum wr wb. Dari Cairo kalau boleh aku ingin mengucapkan selamat kepada Mas atas pertunangannya dengan Anna Althafunnisa. Kabar itu sudah menyebar ke seantero Cairo. Dan Cairo sedang geger. Saya yakin banyak hati yang patah karena orang yang didamba sudah ditunang orang. Sekali lagi selamat ya Mas. Semoga nanti sakinah, mawaddah wa rahmah. Amin. Salam dari teman-teman." Di bawah email Abduh, ada email singkat dari Eliana, putri duta besar yang terus mengejar cintanya. Eliana menulis singkat, “Aku dapat kabar dari Abduh, kamu sudah tunangan dengan Anna. Selamat ya atas pertunangannya. Semoga kamu mendapatkan apa yang kamu cari padanya. Eliana Alam." Furqan kembali meneteskan air mata. Seharusnya ia aDef 117 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
memang paling bahagia di antara mahasiswa Cairo. Ia sudah selesai S2 dan siap menyunting gadis paling didamba oleh mahasiswa Cairo. Email dari Abduh bukan menam-bah dirinya bahagia, email itu justru semakin membuat pedih hatinya. Ia tidak seperti yang disangka banyak orang. Hatinya remuk redam, dan jiwanya telah hancur beranta-kan. Berhari-hari ia merasa dirinya bagai mayat yang berjalan. “Fur!" Ia mendengar suara ibunya memanggil. “Iya Bu." Jawabnya. Ia menghapus matanya yang basah. Ia melihat cermin. Gurat wajahnya sama sekali tidak ceria. Cepat-cepat ia ke kamar mandi membasuh muka. Ia selalu berusaha tampak biasa di hadapan ibunya. Dan tetap saja ibunya menganggapnya bermurung durja. Setelah merasa wajahnya segar ia keluar dari kamarnya yang mewah di lantai dua. Ia turun menemui ibunya. Ia memang sangat mencintai ibunya. “Ada apa Bu?" Tanya Furqan. “Ibu tadi sudah ketemu Teh Vina, desainer busana pengantin muslimah dari Bandung yang terkenal itu. Dia bisa menyelesaikan gaun pengantin untuk calonmu. Tinggal kamu pilih harga dan warnanya. Teh Vina minta agar bisa segera mengukur calonmu itu. Menurutku agar tidak merepotkan Anna. Ajak saja Teh Vina ke Solo besok. aDef 118 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Berangkat pagi pakai Garuda. Langsung ke Wangen biar Teh Vina langsung bertemu Anna. Sore bisa kembali ke Jakarta. Bagaimana menurutmu?" Bu Maylaf, ibunda Furqan bicara dengan penuh semangat dan wajah berseri. “Saya sepakat Bu!" “Kalau begitu kamu telpon Anna dulu. Memastikan besok dia di rumah dan tidak ke mana-mana. Jika sudah pasti baru ibu akan telpon Teh Vina." “Sekarang Bu?" "Iya. Kapan lagi?" “Baik Bu." Furqan lalu kembali ke kamarnya mengambil hand phonenya. Nomor Anna sudah tersimpan dan disetting pada urutan pertama dalam hand phonenya. la langsung menelpon tunangannya itu dari kamarnya. Saat men-dengar suara Anna di seberang sana, hatinya bergetar hebat. Nyaris ia tidak bisa bicara dengan baik. Dengan agak gagap ia menyampaikan apa yang diinginkan oleh ibunya. Anna mengiyakan dan akan menunggu di rumahnya. Furqan tersenyum. Ada sebersit bahagia menyusup dalam hatinya. Ia semakin menekadkan hatinya untuk tetap maju. “Yang penting maju dan mendapatkan Anna. Urusan lainnya belakangan. Aku juga berhak merasakan bahagia." Gumamnya pada diri sendiri. *** aDef 119 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Siapa yang telpon Nduk?" Tanya Bu Nyai Nur pada putrinya. “Furqan, Mi." Jawab Anna dengan wajah tersipu. “Ada apa dia nelpon Nduk? Apa dia sudah kangen sama kamu?" “Ya tidak tahu Mi. Dia tadi nelpon memberitahukan bahwa dia dan ibunya besok mau datang ke sini." “Ke sini lagi? Untuk apa?" “Ibunya membawa desainer busana pengantin muslimah dari Bandung. Desainer itu yang akan membuat gaun pengantin Anna. Besok datang untuk mengukur Anna." “O begitu. Itu desainer terkenal ya Nduk?" “Mungkin Bu. Anna kan tidak tahu dunia seperti itu." “Iya orang-orang kota itu kalau nikah kok ada saja yang disiapkan. Ya inilah, ya itulah. Ummi dulu waktu nikah sama Abahmu kok ya biasa saja. Akad di masjid. Ayahmu pakai sarung baru dan baju putih baru. Juga peci baru. Itu saja. Ibu yang baru malah Cuma kerudungnya. Tapi kalau sekarang, harus membuat gaun pengantin khusus." “Ummi inginnya aku seperti Ummi?" “Sebenarnya iya, pakaian sederhana saja. Tapi bagaimana dengan mertuamu nanti. Pasti tidak setuju. aDef 120 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dia kan konglomerat ibu kota. Ya ikuti saja keinginan mereka, asal baik. Itu saja." Belum apa-apa Anna sudah menemukan cara pandang yang berbeda antara ibunya dengan ibu Maylaf, calon mertuanya. “Tapi ada satu hal yang harus kamu pertahankan matimatian lho Nduk!" Ibunya kembali bicara padanya. Nadanya tegas. “Apa itu Mi?" “Kau jangan pernah mau jika diminta tinggal di Jakarta hidup bersama mereka! Ingat baik-baik ya!" “Jangan khawatir Mi. Kan perjanjian waktu tunangan kemarin memang Anna tidak tinggal di Jakarta setelah menikah nanti. Tapi Anna akan tetap di sini. Furqan tinggal di sini untuk ikut mengajar di pesantren. Itu sudah jadi syarat yang harus Furqan penuhi. Jangan khawatir Mi!" “Ummi khawatir suamimu nanti berubah pikiran. Kalau kamu dibawa ke Jakarta sana, lalu siapa yang akan meneruskan pesantren itu. Kakakmu sudah menetap di Magelang. Tinggal kamu satusatunya andalan Abahmu." “Insya Allah Mi, Anna akan hidup terus bersama Abah dan Ummi di sini." “Sungguh?" aDef 121 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Insya Allah, Mi." “Alhamdulillah. Ummi pegang janjimu. Oh ya Ummi mau tanya lagi, apa kamu benar-benar sudah mantap memilih Furqan?" "Ih Ummi ini tanya itu lagi! Kenapa sih Mi?" “Entah, Ummi juga bingung sendiri. Ada sesuatu dalam hati Ummi. Apa ini sebuah firasat. Ah, Ummi tidak tahu itu apa." “Sudahlah Mi. Anna sudah mantap. Anna harus bagaimana lagi Mi? Ummi jangan membuat Anna jadi raguragu." “Iya Nduk. Maafkan Ummi ya." “Ummi harus yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkan Anna. Bahwa Allah memberikan pendamping hidup yang terbaik buat Anna. Ummi harus yakin itu. Sebab Allah itu mengabulkan prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Anna minta, Ummi berprasangka yang baikbaik saja." “Iya Nduk." ** * aDef 122 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
6 DewiDewi-Dewi Cinta Ini untuk pertama kalinya Husna pergi ke Jakarta. Ia berangkat dari terminal Tirtonadi naik bus Cepat Jaya. Meskipun ia seorang cerpenis yang kumpulan cerpennya lerpilih sebagai kumpulan cerpen terbaik se-Indonesia, namun ia masih juga bertanya-tanya seperti apakah Jakarta? Apakah seperti yang ia imajinasikan ketika melihatnya di televisi. Ini memang untuk pertama kalinya ia pergi ke Jakarta. Waktu Azzam berangkat ke Mesir dulu ia hanya mengantar sampai ke stasiun Balapan. Selanjutnya ayahnyalah yang mengantarkan kakaknya ke Gambir, Jakarta. Dari Gambir, menurut cerita ayahnya, baru naik bus ke bandara. Ayahnya cerita dari stasiun Gambir tampak Monas di depan mata. Ia sebenarnya ingin naik kereta. Seperti cerita ayahnya. aDef 123 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Agar bisa melihat Monas segera. Namun jika naik kereta ia berangkat sendirian. Tak punya teman. Jika naik bus kebetulan ada seorang teman kuliahnya di UNS dulu yang pulang ke Jakarta. Rumahnya tak jauh dari terminal Lebak Bulus. Temannya itu bernama Rina. Ketika ia ketemu Rina dan menceritakan akan pergi ke Jakarta untuk menerima penghargaan dari Diknas, Rina berkata padanya, “Na, naik bus saja bareng aku. Nanti ke rumahku dulu. Baru nanti kamu aku antar ke Cikini." Ia tak bisa menolak ajakan Rina. Baginya pergi ke Jakarta bersama Rina lebih aman dan nyaman. Rina lebih hafal medan dibandingkan dirinya. Rina juga seorang teman yang enak diajak bicara. Ini kali pertama ia pergi ke Jakarta, dan ini adalah detikdetik yang ia nikmati dengan sangat bahagia. Selain ia akan menerima penghargaan langsung dari menteri, ia juga akan menjemput kakaknya tercinta di bandara. Inilah kuasa Allah. Kakaknya akan sampai di bandara satu hari sebelum acaranya menerima penghargaan di Taman Ismail Marzuki, atau juga masyhur disebut TIM. Rina juga akan menemaninya menjemput kakaknya tercinta. Tepat pukul empat. Bus eksekutif yang ia tumpangi berangkat. Ia melambaikan tangan pada Lia. Lia sebenar-nya ingin ikut, tapi siapa yang akan menemani ibunya. aDef 124 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Jika Lia dan ibunya ikut ia rasa sangat besar biayanya. Dan akan lebih repot nanti di Jakarta. Dari jendela bus ia memandangi Lia yang tersenyum kepadanya. Ia membalas dengan senyum serupa. Bis melaju ke arah barat. Terus maju meninggalkan kota Solo. Terus melaju beriringan dengan puluhan kendaraan yang melaju ke arah yang sama. bus itu melewati Boyolali, Ampel, Salatiga, Bawen, Ungaran dan Semarang. Kira-kira jam sembilan malam bus itu berhenti di sebuah rumah makan yang cukup besar di Weleri, Kendal. Para penumpang turun untuk rehat sebentar. Untuk buang air, shalat dan makan. Husna dan Rina turun. Mereka berdua shalat dulu baru makan. “Pilih apa ya Rin enaknya?" Tanya Husna agak bingung menentukan menu makanannya. “Pilih apa saja. Tapi kamu jangan kaget ya, kalau agak mahal. Namanya juga di jalan." Jawab Rina. “Kamu pilih apa Rin?" “Kalau aku suka yang panas. Aku pilih soto ayam saja." “Aku sama aja." Saat membayar harga makanannya Husna berseloroh lirih, “Mahalnya." Sang kasir rumah makan itu mendengar seloroh Husna. Tapi diam saja. Wajahnya dingin. Ia seperti menyatu dengan mesin penghitung uang di hadapannya. Mungkin ia sudah sangat terbiasa mendengar perkataan itu. aDef 125 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dan ia sudah menyiapkan mental untuk menghadapinya. “Kan sudah kubilang jangan kaget kalau harganya mahal." Kata Rina sambil memasukkan kecap ke dalam mangkok sotonya. “Harga semangkok soto di sini bisa untuk membayar tiga mangkok soto di Kartasura Rin." “Ah ini belum seberapa Na. Tahun lalu aku pergi ke Hongkong. Di sana ada restoran Indonesia. Tahu nggak kamu harga semangkok soto di sana bisa untuk membayar enam mangkok soto di Kartasura. Udahlah, kita nikmati. Makan kalau sambil mengingat kalau harganya mahal malah tidak nikmat." “Benar kamu Rin." Keduanya lalu makan dengan lahapnya. Deraan lapar membuat soto ayam itu terasa nikmat rasanya. Selesai makan mereka langsung naik bis, karena kondektur bus sudah memanggil-manggil para penumpangnya. Bis melanjutkan perjalanan. Kira-kira sepuluh menit kemudian Husna diserang rasa kantuk habis-habisan. la memang kurang tidur dan kelelahan. Kemarin malam ia menjadi panitia kegiatan MABIT aktivis dakwah masjid At Takwa yang terletak di samping stasiun radio tempatnya bekerja. Ia nyaris tidak tidur semalam penuh. Paginya sampai siang ia harus mengajar di UNS. Lalu siaran. Menyiapkan bekal ke Jakarta. Dan selepas ashar ia harus aDef 126 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
berangkat ke terminal. Husna tidur dengan nyenyak. Rina yang duduk di sampingnya agak kecewa. Sebenarnya ia ingin berbicara banyak dengan temannya itu, ia ingin bercerita kesana kemari dan berdiskusi apa saja. Tapi Husna malah tidur mendahuluinya. Penumpang bus hampir semuanya pulas dengan rnimpinya. Akhirnya Rina tidur juga. Ketika bus sampai tol Cikampek Rina sempat terbangun. Ia melongok ke jendela sebentar, memastikan sudah sampai di mana. Tapi itu hanya beberapa saat saja. Ia lalu tidur kembali menyusul Husna. Pukul lima pagi bus Cepat Jaya itu memasuki terminal Lebak Bulus. Hari masih gelap dan sisa-sisa fajar masih tampak di langit. Begitu bus berhenti puluhan penumpang turun teratur. Rina menunggu sampai seluruh penumpang turun baru membangunkan Husna yang masih pulas di kursinya. “Na bangun! Sudah sampai!" Husna mengucek kedua matanya. “Sudah sampai Jakarta?" “Iya. Kita sudah di Lebak Bulus. Ayo kita turun!" Husna bangkit mengikuti Rina. Ia menenteng barang bawaannya. Begitu ia turun belasan tukang ojek menyerbu, “Mbak ojek Mbak! Ciputat Mbak!" aDef 127 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ke Bintaro Mbak? Diantar pakai ojek yuk!" "Ke Cirendeu Mbak? Pakai ojek murah. Ayo!" Rina menepis tawaran itu. Husna diam saja dan terus mengikuti langkah Rina. “Na kita ke mushala dulu ya? Kita shalat subuh gantian. Kalau tak dijaga barangbarang kita bisa hilang." “Ya. Mana mushallanya?" “Itu, tak jauh dari pintu keluar." Dua gadis itu bergegas ke mushalla. Husna melihat jam tangannya. Sudah jam lima seperempat. la memper-cepat langkahnya. Begitu sampai di mushalla ia berkata pada Rina. “Rin, yang shalat aku dulu ya?" “Iya. Tapi cepat ya. Waktunya mepet." Husna dengan cepat mengambil air wudhu lalu shalat. Setelah itu gantian Rina. Pagi telah menunjukkan kesibukannya ketika mereka berdua keluar dari terminal. “Wah, sepagi gini kendaraan sudah memenuhi jalan Rin." “Inilah Jakarta Na. Jika ingin sampai di tempat kerja tepat pada waktunya. Jam empat harus bangun. Mandi dan siap-siap. Begitu rampung shalat subuh langsung berangkat. Terlambat setengah jam saja bangun maka alamat sampai di tempat kerja akan kesiangan. Aku dulu waktu SMA seperti itu Na harianku. Aku harus bangun jam empat jika tidak ingin aDef 128 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
terlambat sekolah. Jakarta ini kota paling macet sedunia!" Cerocos Rina menerangkan. “Kita ada yang jemput Rin?" “Seharusnya Papa yang jemput. Seharusnya beliau sudah menunggu di mushalla. Tapi kok tidak ada. Coba aku kontak ke rumah." Rina lalu memanggil dengan hp-nya. Sesaat terjadi pembicaraan antara Rina dengan ayahnya. Selesai menelpon Rina berkata pada Husna, "Aduh afwan ya Na. Ternyata mobil ayah lagi ngadat. Maklum mobil tua. Jadi tidak ada yang menjemput. Kita naik angkot ya? Nggak apa-apa kan Na?" “Ah tidak apa-apa. Kebetulan nih, aku bisa tahu rasanya naik angkot di Jakarta. Malah bisa jadi sumber inspirasi kalau nanti nulis cerpen." “Ah dasar penulis! Apa aja jadi sumber inspirasi." *** Rumah Rina tidak besar juga tidak kecil. Berdiri di atas tanah seluar seratus sepuluh meter persegi. Terletak di tengahtengah perumahan yang rapat di daerah Ciputat Indah. Rumah itu tampak baru direnovasi. Tampilannya terlihat modern dan minimalis. “Baru lima bulan yang lalu selesai direnovasi. Memang sudah seharusnya direnovasi. Sudah terlalu tua. Sudah banyak titik-titik bocor kalau hujan. Untuk merenovasi ini ayah harus merelakan hampir seluruh tabungannya habis. Maklum pegawai negeri." Jelas Rina begitu masuk rumah. aDef 129 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mereka berdua disambut oleh ibu Rina yang sangat ramah. “Sugeng rawuh Mbak." Sapa ibu Rina dengan bahasa Jawa halus. “Lha Ibu asli Jawa?" Tanya Husna setengah heran. “Inggih, kulo saking Sragen."10 “Sudah berapa lama ibu tinggal di Jakarta?" “Sejak Rina berusia satu tahun. Jadi sudah berapa tahun ya Rin?" Akhirnya ibu Rina menjawab dengan bahasa Indonesia. “Ya berarti sudah dua puluh empat tahun Ma." Sahut Rina. "Ya, sudah dua puluh empat tahun." “Bu, Husna biar mandi ya?" Kata Rina pada ibunya. “Ya. Masukkan dulu semua barangnya ke kamarmu. Setelah mandi sarapan!" Rina lalu mengajak Husna ke kamarnya. Husna masuk kamar sahabatnya itu dan mengitarkan pandangannya ke seantero kamar yang luasnya tiga kali tiga. Kamar tidur Rina jauh lebih baik dibandingkan kamarnya 10 lya saya dari Sragen. aDef 130 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
yang hanya berdinding papan di Sraten. Kamar Rina berlantai keramik cokelat muda. Dindingnya biru laut. Langitlangit kamarnya putih bersih. Kamar yang cukup mewah di mata Husna. Sementara kamarnya berlantai semen. Warnanya hitam. Dindingnya putih kusam. Dan langitlangitnya adalah anyaman bambu yang kusam dan di sana sini sudah bolong-bolong.. Husna membuka tasnya mengambil handuk dan peralatan mandinya. Rina menunjukkan kamar mandi. Sebuah kamar mandi yang dalam pandangan Husna juga cukup mewah. Setengah dindingnya berkeramik hijau tua. Ada shower dan wastafel di dalamnya. Pagi itu, setelah mandi, Husna sarapan dengan nasi rawon. Husna makan dengan lahap dan bersemangat. “Wah rawonnya mantap Bu." Kata Husna memuji. “Yang masak itu Si Luna, adiknya Rina." Jawab ibu Rina ringan. “Mana dia Bu?" “Sudah berangkat kerja." “Di mana dia kerja?" “Di sebuah penerbit buku di Ciganjur." aDef 131 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Berarti dia penulis Bu?" “Tidak. Dia akuntan." “O. Anak ibu semua berapa?" "Semua empat. Rina nomor dua. Nomor satu Adam. Dia masih kuliah di Bandung. Lalu Rina. Lalu Luna. Dan terakhir Rendra." “Rendra?" “Iya." “Kenapa dinamakan Rendra Bu. Suka ya sama Rendra, penyair terkenal itu." “Iya. Terutama ayahnya. Ayahnya sangat suka sajaksajak yang ditulis W.S. Rendra." “Renda sekarang kelas berapa Bu." “Baru kelas empat SD." “Juga sudah berangkat sekolah." “Iya bareng sama ayahnya. Kalau Dik Husna berapa bersaudara?" “Saya empat bersaudara juga Bu. Saya juga anak nomor dua. Sama dengan Rina. Kakak saya juga masih kuliah. Dia kuliah di Cairo. Terus saya. Adik saya Lia dan yang ragil Sarah masih di pesantren." aDef 132 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kakakmu kuliah di Cairo?" “Iya." “Laki-laki atau perempuan?" “Laki-laki." “Sudah menikah?" “Belum." “Sudah punya calon?" “Belum. Kenapa ibu menanyakan itu?" “Ya namanya juga ikhtiar. kamu tahu kan Dik. Saya punya dua anak gadis yang belum nikah. Rina dan Luna. Siapa tahu bisa berjodoh dengan kakakmu." Ibunya Rina berterus terang tanpa basa-basi lagi. Rina merah padam mendengarnya. "Ah Mama ini. Apa saya pantas untuk kakaknya Husna? Kakaknya seorang penulis cerpen terbaik di Indonesia. Saya ini gadis bodoh dan tidak cantik lagi. Apa saya pantas?" Sahut Rina merendah. “Rin, kalau memang berjodoh maka kita tidak bisa mengatakan pantas atau tidak pantas. Seorang muslimah yang baik selalu pantas untuk seorang muslim yang baik." Kata Husna aDef 133 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Benar, Dik Rina. Seperti saya inilah contohnya. Saya ini kan dulu datang ke Jakarta awalnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Lalu pindah kerja sebagai pelayan Warteg. Di antara pelanggan warteg itu seorang pemuda tampan yang bekerja di Diknas. Mungkin orang berkata saya tidak pantas berjodoh dengan pemuda itu. Tapi ternyata Allah memper-temukan kami dalam ikatan suci. Pemuda itu ya ayahnya Rina itu." Terang Ibu Rina. “Cerita yang menarik untuk dijadikan cerpen Bu." “Boleh." Sahut Ibu Rina. “Jangan lupa nanti royaltinya ya." Canda Rina sambil tersenyum. “Jadi kamu tidak keberatan misalnya kakak kamu dapat Rina atau Luna?" Tanya Ibu Rina. Husna tersenyum pada Rina. Rina merah padam. “Sama sekali tidak Bu. Selama kakak saya suka saya juga suka. Kebetulan besok pagi kakak saya datang dari Cairo. Dan saya akan menjemputnya di bandara. Rina katanya mau ikut." “Kalau perlu kami sekeluarga ikut menjemput." Ibu Rina semangat. aDef 134 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Janganlah Ma. Biar saya saja yang menemani Husna." Sergah Rina. “Ya terserah mana baiknya." Jawab Ibu. "Ikut semua sekeluarga juga tidak apa-apa. Malah ramai." Husna berempati pada Ibunya Rina. la merasa jika mereka sekeluarga ikut sama sekali tidak merugikannya atau merugikan kakaknya. la yakin kakaknya malah akan merasa bahagia. *** Selesai makan Rina mengajak Husna jalan-jalan ke Mall Bintaro. Lalu melihat kampus UIN. Jam dua siang mereka kembali ke rumah Rina dan tidur siang. Jam empat sore Husna bangun. Mandi. Shalat ashar lalu membaca buku yang sempat ia beli di samping kampus UIN. la membeli sebuah buku tua berjudul Capita Selecta, yang ditulis oleh M. Natsir saat masih muda. Ia baca halaman perhalaman. Ia begitu menikmati sajian pemikiran di dalamnya. Di tengah asyiknya membaca, ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamar. Ia buka. Seorang gadis muda berjilbab cokelat muda. “Luna ya?" Tebak Husna. “Iya Mbak. Saya sering dengar nama Mbak dari cerita Mbak Rina. Saya juga sudah baca buku-buku Mbak. Salut!" “Kerja di penerbit apa Dik?" aDef 135 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Itu Mbak di Penerbit Ciganjur Mediatama." “Katanya besok mau ke bandara ya Mbak?" “Iya. Mau ikut?" “Wah maaf saya tidak bisa Mbak. Besok saya ada rapat penting." “Santai saja, nggak ikut nggak apa-apa." “Mbak aku punya tulisan. Ceritanya aku sedang latihan membuat cerpen. Tapi masih jelek rasanya. Bisa tidak Mbak membacanya lalu aku diberi masukan-masukan begitu. Aku ingin juga bisa menulis karya seperti Mbak." “Oh boleh. Bawa saja kemari!" "Terima kasih ya Mbak. Tulisannya masih di kompu-ter. Besok saya print dulu. Nanti saya kasih Mbak dalam bentuk print out saja." “Oh ya itu lebih baik." “Mbak, maaf mbak, boleh aku tanya sedikit." “Boleh." “Tapi ini agak bersifat pribadi banget." “Tidak apa-apa." “Begini Mbak, aku punya kakak lelaki. Namanya Adam. aDef 136 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mungkin Mbak Rina sudah cerita. Tapi yang ini dia pasti tidak cerita. Kakakku sekarang dosen di Bandung. Sekarang mengajar sambil melanjutkan S2-nya. Dia itu belum menikah. Beberapa waktu yang lalu dia lihat albumnya Mbak Rina. Saat itu Mbak Rina di Solo jadi ia tidak tahu. Lha dalam albumnya Mbak Rina itu ada foto Mbak Rina sama Mbak Husna. Kelihatannya Bang Adam itu tertarik sama Mbak Husna. Kira-kira bagaimana Mbak?" Jelas Luna panjang lebar. Husna diam. Ia heran. Ini satu keluarga bicaranya ceplas-ceplos terus terang begitu. Tak ada basa-basinya. Iya ibunya, iya anaknya sama saja. Ibunya menginginkan kakaknya. Malah anaknya yang ini menginginkan dirinya. “Allahu a'lam Dik. Jika jodoh tak ada yang bisa menolak. Jika tidak jodoh tak ada yang bisa mem-pertemukan." “Iya benar Mbak. Tapi boleh dong kakakku masuk dalam kriteria Mbak?" tanya Rina sambil senyum. Husna pun menjawab dengan senyuman, tanpa sepatah kata. “Oh ya Mbak. Ngomong-ngomong sering mengikuti sinetron Dewi-dewi Cinta?" tanya Rina melanjutkan pembicaraan. “Yang mana ya Dik?" "Itu Iho yang tayang seminggu sekali tiap malam minggu, aDef 137 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pukul delapan malam. Sinetron yang di-bintangi Eliana Pramesti Alam, artis cantik jebolan Prancis itu lho." “O itu, sinetron tentang perjuangan guru muda cantik anak konglomerat di pedalaman Kalimantan Tengah?" “Iya Mbak. Wuih itu sinetron bagus lho Mbak. Temanteman kerjaku seringnya ya diskusi sinetron itu. Tapi apa ada ya Mbak, anak seorang konglomerat seperti yang diperankan Eliana itu yang memilih mengabdi jadi guru di pedalaman?" “Ya kita berdoa saja semoga ada agar jadi teladan bagi generasi muda." “Nanti malam nonton sinetron itu ya Mbak? Setelah itu kita diskusi." “Boleh." Dan benar. Jam delapan malam sampai jam sembilan Husna nonton sinetron Dewi-dewi Cinta. la menyaksikan sang guru cantik bernama Hilma harus menempuh jarak belasan kilometer dengan menggunakan sampan demi mengajar anak-anak didiknya di pedalaman. Dalam sinetron yang ia saksikan ia melihat guru itu nyaris tenggelam ketika sampannya terbalik akibat hujan yang disertai badai yang kencang. Guru itu berjuang keras untuk tetap hidup dengan sekuat tenaga berenang. Husna kagum dengan akting Eliana yang begitu menjiwai perannya. Ia juga senang dengan isi ceritanya yang tidak kacangan. “Aku baca di sebuah tabloit mingguan, saat ini Eliana sedang membintangi sebuah film remaja yang disutradarai oleh sutradara nomor satu di negeri ini. Katanya sih di antara tempat yang digunakan syuting itu Kota Barat Solo. aDef 138 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mbak Husna tahu Kota Barat Solo?" Tanya Luna. “Tahu. Hanya belasan kilo saja dari rumah Mbak." "Kalau begitu Mbak bisa lihat syutingnya dong. Katanya sih seperti yang kubaca di tabloit itu syutingnya di Solo tiga bulan lagi. Ih senang bisa bertemu sama Eliana. Bahagianya kalau aku bisa bertemu terus foto bareng dia." “Kalau begitu main saja ke rumah Mbak Husna. Nanti Mbak antar ke Kota Barat biar ketemu sama bintang pujaan hatimu itu." “Ih dia itu bukan pujaan hatiku saja lho Mbak. Dia itu pujaan hati jutaan umat manusia di Indonesia." “Benarkah?" “Iya." *** Malam itu Husna tidur di kamar Rina. Ia sendirian. Rina tidur bersama Luna. Rendra punya kamar sendiri. Belum genap satu hari di rumah itu, ia telah akrab dengan semuanya. Rendra berbicara dengannya seolah kakak kandungnya sendiri. Rendra bercerita tentang Guru Matematikanya yang galak. Ia jadi tidak suka dengan aDef 139 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
matematika karena gurunya galak dan mem-bosankan. “Dulu saat diajar Bu Farida, Rendra suka Matematika. Sebab Bu Farida itu menyenangkan. Nilai Matematika Rendra selalu sembilan dan sepuluh. Tapi sekarang setelah Bu Farida pergi, Rendra tidak suka sama Matematika. Gurunya galak dan membosankan. Dulu Matematika itu mudah, sekarang rasanya susah." Adu Rendra pada Husna yang baru dikenalnya. Husna hanya bisa menjawab dengan senyum. Ia tak tahu harus memberi solusi apa pada anak empat SD itu. Semua orang di keluarga Rina ini terbuka dan familiar. Ia merasa tidak menjadi orang asing di situ. Orang yang paling banyak cerita tentu saja Bu Harti, ibundanya Rina. Selepas shalat Isya Bu Harti ke kamarnya dan bercerita ngalorngidul, kesana kemari tentang masa mudanya. Juga tentang keinginannya memiliki menantu yang tahu agama. “Benar ya Dik Husna, tolonglah kenalkan Rina pada kakakmu. Semoga dia tertarik. Rina wajahnya memang biasa-biasa saja. Kecantikannya pas-pasan. Tapi ibu jamin dia bisa menjadi isteri yang baik. Kelebihan Rina adalah sifat qana'ahnya. Sifat nrimonya. Kekurangan dia sih banyak. Di antaranya kalau dia marah lama redanya. Tapi ia sesungguhnya orang yang tidak mudah marah. Kalau misalnya setelah melihat Rina kakakmu tidak suka ya tidak apa-apa. Tapi cobalah juga kamu ketemukan dengan Si Luna. aDef 140 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dia lebih cantik dari kakaknya. Cuma agak manja. Dan jika sudah melihat mereka berdua kakakmu tidak suka duaduanya ya berarti bukan jodohnya. Iya tho." Pinta Bu Harti dengan penuh harap pada Husna. “Tapi kakak saya itu hanya penjual tempe lho Bu. Selama di Cairo profesinya jualan tempe. Apa mau ibu punya menantu penjual tempe." Terang Husna. “Ya nggak apa-apa jualan tempe. Itu namanya ulet. Ibu malah suka pada tipe lelaki seperti itu. Lelaki yang ulet." Bu Harti berkata mantap. Husna tersenyum mengingat perbincangan itu. Ia tersenyum membayangkan jika kakaknya misalnya punya isteri Rina atau Luna. Ia akan punya keluarga di Jakarta. Ia kenal baik dengan Rina. Memang Rina tidak cantik. Kulitnya kuning langsat. Badannya cukup besar. Tapi mukanya tidak bisa dikatakan cantik. Mukanya bulat. Hidungnya agak besar. Juga tidak bisa mengatakan Rina itu jelek. Benar kata Bu Harti, orang “Rina wajahnya memang biasa-biasa saja. Kecantikannya pas-pasan." Namun ia tahu Rina itu baik dan cekatan. Sedangkan Luna, ia tidak tahu banyak. Luna lebih cantik dari Rina. Tapi ya tidak cantik sekali. Hanya sudah masuk standar untuk dikatakan cantik. Ia lihat cara berpakaiannya sangat teliti dan rapi. Memang, dari bahasa aDef 141 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dan gerak tubuhnya agak sedikit manja. Tapi ia bisa hidup mandin. Usai shalat maghrib ia lihat Luna membaca Al Qur’an dengan suara pelan di ruang tamu. Menurutnya itu sudah bisa jadi tanda bahwa Luna cinta pada Al Qur’an. Satu kelebihan Luna yang ia tahu, yaitu Luna pandai memasak. Untuk makan malam Luna membuat spagheti yang sangat enak rasanya. Kakaknya, Azzam, akan cepat gemuk memiliki isteri seperti Luna. Dari Bu Harti, ia tahu satu kekurangan Luna. Yaitu ia baru saja putus dengan pacarnya yang keempat. Artinya Luna sudah empat kali ganti pacar. Ini yang ia kurang suka pada Luna. Untuk masalah ini ia yakin Luna bisa disadarkan. Husna tersenyum bahagia. Besok ia akan ke bandara menjemput kakaknya. Ia akan bertemu dengan orang yang sangat dicintainya. Bertemu dengan pahlawan yang dirindukannya. Seperti apa wajah kakaknya setelah sembilan tahun tidak pernah bersua? Apakah ia semakin putih? Ataukah malah jadi bertambah hitam? Apakah kakaknya itu kurus, ataukah malah gemuk. Husna semakin tak sabar menanti pagi tiba. Hatinya seolah telah hadir di bandara menanti kedatangan kakaknya. Ia berpikir apa kira-kira yang akan ia ucapkan ketika pertama kali bertemu dengan kakaknya? Husna terus berpikir dan pelan-pelan tanpa ia rasakan akhirnya ia terlelap dalam mimpinya. Mimpi bertemu kakaknya, Khairul Azzam tercinta. Sementara nan jauh di Sraten, Kartasura sana, Lia dan ibunya juga merasakan hal yang sama. Yaitu perasaan bahagia dan ingin segera bertemu dengan Azzam mereka tercinta. aDef 142 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
7 Cinta Pertemuan Cinta "Sepuluh menit lagi kita akan mendarat di Bandara Soekarno Hatta." Kata Eliana pada Azzam yang duduk di sampingnya. Azzam diam menikmati gelombang ke-haruan dan kebahagiaan dalam hatinya. Kedua matanya berkaca-kaca. la hampir-hampir tidak percaya bahwa akhirnya ia bisa pulang juga. Pulang ke tanah air tercinta untuk bertemu dengan orang-orang yang sangat di-rindukannya. “Kau menangis Mas Irul?" Azzam mengangguk. Di pelupuk matanya ada ibu dan ketiga adiknya. Kemarin sebelum meninggalkan Cairo ia sempat kirim sms kepada Husna bahwa ia akan sampai hari ini di Jakarta. Ia tidak minta sang adik menjemputnya. Namun ia berharap ketika ia sampai di bandara ada yang menjemputnya. aDef 143 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Apa yang membuatmu menangis Mas?" Eliana lagi. Azzam menyeka air matanya. la memandang wajah Eliana sesaat seraya berkata, “Sudah sembilan tahun aku meninggalkan tanah air. Sudah sembilan tahun aku berpisah dengan ibuku dan adikadikku. Aku terharu bahwa akhirnya aku bisa pulang ke Indonesia. Aku akan bertemu dengan keluarga. Apakah aku tidak boleh menangis karena haru dan bahagia? Apakah aku tidak boleh menangis karena bersyukur bahwa aku akan kembali menginjak tanah air tercinta?" “Kau benar. Aku baru tahu kalau selama itu kamu meninggalkan Indonesia dan selama itu pula kamu tidak pernah bertemu keluarga. kamu sungguh orang yang sabar dan tabah." “Aku tidak sesabar dan setabah yang kamu kira." “Paling tidak kamu membuatku salut." Pesawat semakin rendah. Semakin mendekati bumi. Akhirnya siang itu, tepat jam dua siang pesawat yang ditumpangi Azzam mendarat di landasan Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan selamat. Arus kebahagiaan merasuk ke dalam hatinya dengan deras, kuat dan tajam. Berkali-kali ia memuji kebesaran Allah atas limpahan nikmatnya. “Aku datang Indonesia tercinta! Aku datang ibunda aDef 144 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tercinta! Aku datang adik-adikku tercinta!" Pekiknya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Azzam berjalan beriringan dengan Eliana. “Mas Irul ada yang jemput?" Tanya Eliana. “Tidak tahu pasti. Mungkin saja ada." Jawab Azzam. “Kalau tidak ada yang menjemput bareng aku saja. Istirahat saja dulu di rumahku. Baru besok pulang ke Solo. Bagaimana?" “Tak tahu. Nanti sajalah jika sudah di luar sana." Mereka berdua melangkah menuju loket imigrasi, lalu mengambil bagasi. Barang bawaan Azzam jauh lebih banyak dibandingkan Eliana. Eliana hanya membawa tas kecil dan kopor ukuran sedang yang bisa ditarik dengan santai. Setelah melewati bea cukai hati Azzam berdebar, jantungnya berdegup kencang. Syaraf-syarafnya bergetar. Ia sangat yakin ada yang menunggunya di luar. Azzam keluar dengan hati bergetar. Ia melangkah sedikit di depan Eliana. Ia melihat banyak orang bawa kamera. Seperti membidik dirinya. Ia mendengar seseorang memanggil-manggil namanya. Suara anak perempuan. Ia mencari-cari asal suara. Matanya bertemu dengan mata gadis manis berkerudung hijau muda. aDef 145 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Gadis itu adalah Husna. Azzam menghambur ke arah adiknya. Sang adik juga bergegak menghampur ke arah kakaknya. Keduanya berpelukan sambil menangis penuh haru. Sembilan tahun tidak bertemu akhirnya bertemu. Husna meraih terisak-isak dalam pelukan kakaknya tercinta. Kakak yang sangat dirindukannya siang dan malam. Kakak yang menjadi pahlawan baginya yang telah membiayai hidup dan sekolahnya. Juga sekolah adikadiknya. Tubuh kakaknya itu begitu kurus. Wajahnya lebih tua dari umurnya. Eliana menyaksikan adegan itu dengan hati haru. Ia juga meneteskan air mata, tapi segera ia hapus dengan sapu tangannya. Belasan wartawan terus membidikkan gambar ke arahnya. Seorang pria setengah baya datang mengawal-nya. Sejurus kemudian ia sudah dikepung belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya. Azzam melepaskan pelukannya pada adiknya. “Sendirian Dik?" Tanya Azzam sambil menyeka air matanya. "Iya, Husna ke Jakarta sendiri. Tapi ke sini Husna ditemani dua orang teman. Itu, mereka berdiri di sana memandangi kita. Mereka kakak beradik Rina dan Luna." “Bu’e dan adik-adik tidak ikut kenapa?" “Jakarta itu jauh Kak. Takut ibu malah sakit. Lia harus mengajar, di samping juga harus menemani Bu’e. Si Sarah di pesantren." aDef 146 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ya sudah tidak apa-apa. Terima kasih Dik ya, sudah menjemput kakak." “Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban Kak." “Kapan kamu sampai ke Jakarta?" “Kemarin pagi. Terus tadi malam Husna menginap di rumah Rina." “Ini kita mau ke mana?" “Kita ke Cikini Kak. Ke hotel yang disediakan panitia untuk Husna. Kan nanti malam acara penganugerahan penghargaan itu seperti yang pernah Husna ceritakan di surat. Ayo kita temui Rina dan Luna." “Ayo." Azzam mendorong barang bawaannya mengikuti langkah Husna ke arah dua gadis yang berdiri tenang. Eliana masih sibuk dengan wawancaranya. “Rin, Lin, ini kakakku yang aku ceritakan itu. Kak Khairul Azzam." Azzam menelungkupkan kedua tangannya di dada sambil mengangguk pada Rina dan Luna. Kedua gadis itu melakukan hal yang sama seraya berkata, “Selamat datang kembali di Indonesia!" “Terima kasih." Jawab Azzam. aDef 147 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Mbak Husna, itu yang dikerubuti wartawan kelihatannya Eliana Alam deh." Ujar Luna yang sangat ngefans sama Eliana. "Wah aku kok tidak begitu memperhatikan ya." Jawab Husna sambil melongok ke arah keramaian orang yang membawa kamera. “Maklum, konsentrasinya sepenuhnya pada sang kakak yang sudah sembilan tahun tidak bertemu." Tukas Rina sambil tersenyum. “Memang benar." Jawab Husna ringan. “Yang dimaksud Eliana Pramesti Alam?" Tanya Azzam. “Betul Mas. Itu lho bintang sinetron Dewi-dewi Cinta? Mas Azzam kenal dia? Tadi satu pesawat ya?" Seru Luna heboh. “Iya itu memang Eliana Pramesti Alam. Saya kenal baik dengan dia. Tadi bahkan duduk satu bangku dengannya." Jawab Azzam santai. “Hebat! Mas Azzam pacarnya ya?" Timpal Luna tanpa dosa. “Hus! kamu ada-ada saja!" Rina membentak adiknya yang menurutnya sudah keterlaluan. Husna dan Azzam tersenyum saja mendengarnya. “Mas bisa tidak, aku dikenalkan sama dia? Aku ingin foto bareng sama dia. Biar heboh teman-teman di kantor." aDef 148 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Bisa. Kita temui dia saja sekarang, nanti dia keburu pergi!" Ajak Azzam. “Mbak Rina di sini saja ya. Nunggu barang-barang. Kalau tidak ditunggu nanti hilang." Seru Luna riang. Dengan muka agak cemberut Rina menjawab, “Ya. Fotolah sepuaspuasnya!" Azzam, Husna dan Luna melangkah ke arah kerumu-nan. Sambil berjalan Luna menyerahkan hand phone kameranya pada Husna. la menjelaskan bagaimana caranya mengambil gambar. Azzam menerobos kerumunan diikuti Husna dan Luna. Begitu sampai di samping Eliana Azzam berkata, "Mbak, kenalkan ini adikku Husna dan temannya Luna." “Oh ya. Saya Eliana." Husna dan Luna menjabat tangan Eliana. Luna langsung menggeser tubuhnya dan berdiri di samping kanan Eliana. Dan Azzam ada di samping kiri Eliana. Sementara Husna sedikit mundur. Eliana mau mengatakan sesuatu pada Azzam, tiba-tiba seorang wartawan televisi bertanya, “Saat ini kalau boleh tahu siapa pria paling dekat dengan Eliana?" Eliana agak terhenyak menjawab pertanyaan itu. “Apa tadi?" la pura-pura kurang dengar. aDef 149 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Siapa pria paling dekat dengan Eliana saat ini?" Wartawan itu mengulang dengan suara lebih keras. “Em... siapa ya. Yang paling dekat saat ini seorang mahasiswa di Cairo namanya Khairul Azzam!" Jawab Eliana sekenanya. Husna dan Luna kaget. Keduanya berpandangan. Azzam lebih kaget. didengarnya. la tidak percaya apa yang “Orang itu sekarang ada di mana?" Kejar wartawan itu. “Ini di samping saya." Jawab Eliana santai, ia benarbenar sang penguasa keadaan saat itu. Seketika moncong kamera dan belasan alat perekam mengarah ke Azzam. “Sejak kapan Anda kenal Eliana?" Tanya seorang wartawan. “Aduh, ini apa-apaan!" Seru Azzam panik. “Santai saja Mas. Kita kooperatif saja jadi enak. Sejak kapan Anda kenal Eliana?" “Aduh, gimana ini. Mbak Eliana, bicara dong. Wah kok jadi rumit begini sih!" Kata Azzam pada Eliana. "Dia tidak biasa menghadapi wartawan. Kami kenal sejak satu tahun yang lalu." Sahut Eliana dengan tenang. aDef 150 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Benar kamu dekat dengan Eliana?" Cerocos seorang wartawan koran ibu kota. “Kebetulan tadi kami satu pesawat dan tempat duduknya berdekatan. Saya diF, dia diE. Jadi kami memang dekat." Jawab Azzam juga sekenanya. “Apa profesi Mas saat ini?" “Jualan bakso." “Ah, jangan bergurau Mas." “Sungguh. Tanya saja pada Eliana!" Wartawan itu langsung bertanya pada Eliana, “Benarkah dia berjualan bakso?" “Ya benar. Para diplomat adalah para pelanggannya." Jawab Eliana. “Wah seorang entrepreneur! Keren ya Mbak?" Wartawan itu berkomentar. “Iya dong. Dia pria paling keren yang pernah aku temui." Kata Eliana santai menanggapi komentar wartawan itu. Eliana lalu mencondongkan kepalanya ke arah telinga Azzam dan berbisik, “Hei, Mas, jadinya bagaimana? Mau ikut ke rumahku?" Azzam menggelengkan kepala. aDef 151 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kenapa?" Tanya Eliana berbisik. Kepalanya masih condong ke arah Azzam. Puluhan kamera mengabadikan peristiwa itu. Eliana cuek saja. Azzam tak tahu harus bagaimana. “Aku sama adikku ada hotel." Jawab Azzam juga setengah berbisik. “Ya sudah kalau begitu. Nanti kalau aku ke Solo boleh mampir?" “Boleh." Jawab Azzam sambil mengangguk. Beberapa wartawan mencatat dialog lirih Eliana dengan Azzam. Mereka mencatat beberapa kalimat yang mereka dengar lalu mengembangkan dengan imajinasi mereka. Azzam pamit pada Eliana. la hanya menelungkupkan tangan di dada. Lalu beranjak pergi. “Tidak ada cipika wartawan usil. cipiki11 Mas?" Tanya seorang Azzam tidak menjawab, yang menjawab malah Eliana, “Dia itu mahasiswa Al Azhar Cairo, masak cium pipi kanan pipi kiri. Kan belum halal! Ngerti!?" “Wah sekarang pacar Eliana 'alim ya. Bisa jadi berita menarik ini." Komentar seorang wartawan. 11 Cium pipi kanan, cium pipi kiri aDef 152 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Boleh saja. Okay, teman-teman wartawan semua. Aku pamit dulu. Terima kasih ya semuanya." Eliana melangkah pergi. Beberapa wartawan masih mengabadikan wajah Eliana yang tampak lelah namun tetap cantik di kamera mereka. Pria setengah baya yang datang untuk menjemput dan mengawal Eliana langsung mengambil peran. Dengan sekuat tenaga ia menyibak jalan dan membawa Eliana ke mobil Toyota Camry yang telah siap menunggu. Begitu Eliana dan pria setengah baya itu masuk, Camry itu langsung meluncur tergesa. Azzam melangkah bersama Husna dan Luna ke tempat Rina menunggu. Husna belum bisa memahami apa yang baru saja dilihatnya. Bagaimana mungkin kakaknya begitu dekat dengan Eliana. Seolah tidak ada jarak. Ia ingin langsung banyak bertanya, tapi ia lihat muka kakaknya sedang benar-benar lelah. Ia tidak tega. Dua orang wartawan datang minta wawancara. Dengan tegas Husna mengamankan kakaknya. Seorang sopir taksi menawar-kan jasanya, Azzam langsung mengiyakan. Dengan sigap ia memasukkan barang bawaannya dibantu sopir taksi yang kekar dan muda. Azzam lalu masuk duduk di depan. Husna, Rina dan Luna duduk di belakang. “Ke mana Bang?" Tanya sopir taksi sambil menghidupkan argo kepada Azzam. “Ke mana Dik?" Tanya Azzam pada Husna. “Ke Hotel Sofyan Cikini Bang, yang dekat dengan TIM ya Bang." Jawab Husna. aDef 153 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Baik." Taksi itu lalu meluncur perlahan meninggalkan Ban-dara. Luna diam-diam kagum pada Azzam. Rasa kagum-nya pada Azzam sama dengan rasa kagumnya pada Eliana. “Ternyata kakak Mbak Husna selebritis juga ya. Nanti aku minta foto bareng ya." Celetuk Luna. “Ah kamu ini foto melulu yang dipikir. Udah ah, jangan mengganggu orang dong!" Ujar Rina setengah membentak pada adiknya. “Saya ini bukan selebritis kok Dik. Saya ini cuma penjual tempe dan bakso di Cairo. Sungguh. Kebetulan di antara yang sering pesan bakso saya ayahnya Eliana dan Eliana sendiri. Ayahnya Eliana itu kan Dubes Indonesia di Mesir. Jadi saya kenal baik dengan Eliana. Tadi itu kan Eliana tidak serius. Dia main-main. Dia mengerjain saya! Wah punya kenalan artis ini jadi repot!" Jelas Azzam panjang lebar. Ia tahu adiknya dan dua gadis temannya itu pasti mengira yang bukan-bukan pada dirinya. “Tapi aku yakin besok pagi wawancara tadi bakal jadi head line surat kabar dan akan jadi berita dan gosip tidak ada habis-habisnya di infotainment." Ujar Luna. “Biarin saja. Kayak gitu tidak udah diurus, hanya menghabiskan umur saja." Sahut Azzam tenang. *** Sampai di hotel Husna mengajak ke kamar yang telah ia pesan untuk kakaknya. Kamar kakaknya berdampingan aDef 154 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dengan kamarnya Ia sudah check in di hotel itu sejak pagi sebelum berangkat ke bandara. Ia memilih hotel yang paling dekat dengan tempat acaranya. Rina yang memilihkan Hotel Sofyan. “Kakak istirahat saja dulu. Nanti selepas maghrib kita berangkat ke TIM. Acaranya nanti jam tujuh malam." Ujar Husna sambil menata barang-barang bawaan kakaknya. “Iya Dik. kamu pun kelihatannya juga lelah. Istirahatlah dulu!" “Baik." “Eh, Dik, dua temanmu itu sudah pulang?" “Belum, mereka ada di kamar. Mereka juga mau lihat acara nanti Malam. Usai acara baru mereka akan pulang. Oh ya itu Si Luna tetap ingin foto bareng Kak Azzam, bagaimana?" “Ya nggak apa-apa asal nanti kamu ikut foto." “Baik Husna akan sampaikan. Dia itu penggemar berat Eliana. Wah dia merasa seperti mimpi katanya bertemu Eliana. Awalnya tadi pagi Luna tidak mau ikut tapi dipaksa sama Rina. Jadilah dia ikut. Tadi pagi selama perjalanan dia uring-uringan terus sama kakaknya, sampai Husna tidak enak dibuatnya. Sekarang ia berterima kasih berkalikali sama kakaknya. Oh ya Kak, ayah dan ibu mereka titip salam. Sebenarnya ayah dan ibunya Rina mau ikut jemput, tapi tidak jadi karena ternyata mereka punya janji dengan kolega. aDef 155 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ibunya Rina itu ingin sekali bertemu kakak. Baiklah Kak, Husna ke kamar dulu ya?" “Eh, nanti jam setengah lima aku dibangunkan ya Dik?" “Iya kak." Husna pergi ke kamarnya. Azzam menutup pintu lalu rebahan. Husna yang ia temui sekarang sudah sangat berbeda dengan Husna sembilan tahun silam. Sekarang tampak lebih anggun dan dewasa. la jadi semakin penasaran seperti apa Lia? Juga ibunya. Seperti apa dukuh Sraten sekarang? Apakah masih seperti sembilan tahun silam? Ataukah telah banyak perubahan? Dan Pak Masykur yang dulu pernah memarahi dirinya dan teman-temannya karena bergurau saat shalat Jumat, bagaimana-kah kabar beliau sekarang? Akhirnya rasa lelah membawa Azzam tidur pelan-pelan. *** Usai shalat maghrib mereka berempat berjalan kaki ke TIM. Pusat budaya yang ada di jantung kota Jakarta itu tak pernah sepi dari karya cipta. Pertunjukan seni, diskusi, pagelaran budaya, dan peluncuran karya hampir selalu ada tiap bulannya. Malam itu, Diknas menggelar acara penganugerahan penghargaan kepada karya-karya terbaik di bidang sastra. Diknas kategori. menggolongkan penghargaan dalam tiga Kategori pertama, karya sastra untuk anak-anak. Kedua, karya sastra untuk remaja. Dan ketiga, karya sastra untuk aDef 156 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dewasa. Masing-masing dipilih sepuluh terbaik nasional. Jadi semuanya ada tiga puluh orang yang mendapat penghargaan. Kumpulan cerpen Menari Bersama Ombak yang ditulis Husna meraih penghargaan karya terbaik nomor 1 kategori karya sastra untuk remaja. Buku Husna itu mengalahkan seratus lima puluh tujuh judul buku yang diseleksi oleh Diknas. Mereka berjalan santai. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di gerbang TIM. “Ini tho yang namanya Taman Ismail Marzuki yang terkenal itu." Ujar Azzam dengan perasaan gembira yang meluap. la sudah lama mendengar nama TIM. Tapi baru malam itu sampai di gerbangnya. Gerbang TIM tampak semarak. Belasan warung tenda berjejer menyambut siapa saja yang datang ke sana. “Acaranya di gedung apa Na?" Tanya Rina. “Di Graha Bhakti Budaya." Jawab Husna. “Kita langsung ke sana saja. Gedung itu muat untuk sekitar delapan ratus orang. Kalau malam ini pengunjung-nya membludak kita bisa tidak dapat tempat kalau terlambat. Ayo!" Seru Rina. “Iya, apalagi akan ada beberapa artis ibu kota yang akan membaca puisi." Sahut Husna aDef 157 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Pasti membludak!" Yakin Rina sambil mempercepat langkah. Husna, Azzam, dan Luna mengikuti iramanya. “Wah, kalau banyak artis yang datang, ini acara seru juga." Seloroh Luna. “Apa kalau tidak ada artis yang datang tidak seru?" Tanya Rina dengan nada tidak sepakat. “Ya bukan begitu. Maksudnya semakin seru dengan datangnya artis. Wah susah menjelaskan." Sengit Luna. “Apa-apa kok timbangannya artis. Memang artis itu nabi apa, kok selalu dijadikan timbangan?" Imbuh Rina dengan sinis. “Tak tahu ah. Yang penting nanti akan aku abadikan Mbak Husna saat menerima penghargaan sebaik-baiknya." Ujar Luna sambil melirik Husna yang melangkah tenang. Graha Bhakti Budaya hampir penuh terisi orang. Husna dan rombongannya menemui panitia. Mereka berempat lalu dicarikan tempat agak depan. Tepat pukul sembilan belas malam acara dimulai. Ada sesuatu yang membuat mereka berempat terkesima, yaitu sang pembawa acaranya, yang tak lain adalah Eliana Pramesti Alam. Artis muda yang sedang naik daun dan paling diminati para pemirsa televisi di tanah air. Eliana tampak begitu anggun dalam balutan kebaya ala Betawi. Puluhan kamera langsung mengambil gambarnya begitu ia berdiri di tengah panggung. Acara disiarkan secara langsung di dua stasiun televisi swasta terkemuka. Eliana aDef 158 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
membuka acara itu dengan bersama-sama membaca Al Fatihah. Kemudian ia mempersilakan ketua panitia memberi-kan sambutannya. Setelah itu Eliana langsung meminta Bapak Menteri Pendidikan untuk menyampaikan pidato kebudayaannya. Bapak Menteri berpidato hanya lima belas menit. Eliana langsung memanggil seorang penyair perempuan untuk membacakan puisinya. Seorang perempuan berjilbab maju ke panggung. Berjalan anggun. Dan berdiri di panggung dengan anggun. Setelah salam, perempuan itu membuka kalimatnya, “Perkenankan aku membaca sebuah puisi, yang aku tulis dikertas ini dengan tetesan air mata. Sebuah puisi untuk anak-anak Irak yang teraniaya. Judulnya Pohon Zaitun Masih Berbunga.12" Seluruh hadirin diam. Graha Bhakti Budaya sesaat senyam. Semua mata tertuju pada gerak gerik sang penyair di depan. Penyair perempuan itu lalu membaca puisinya dengan segenap penghayatan. Suara emasnya menyihir siapa saja yang mendengarkan, Di kota Basrah Seorang ibu melagu Di depan ayunan bayinya Mendendangkan lagu sayang 12 Puisi karya Fatin Hamama, diambil dari Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia 2005, KSI, Des 2005, hal aDef 159 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Tidurlah nak, malam masih panjang. Pohon zaitun di halaman masih berbunga Katakan pada dunia kita masih ada Seribu satu cerita masih aku punya Untuk mengantarkan kamu dewasa Syahrazad mungkin habis cerita Tak menyangka di ujung umur dunia Seorang durja memporak porandakan negeri kita Namun doa Rabiah Membuka pintu Tuhan Pintalah apa yang bisa kamu pinta Pintalah Zaitun tetap berbunga. Pintalah darah syuhada menjadi pupuknya . Pintalah negeri kita tetap ada. Pintalah apa yang bisa kamu pinta. Pintalah nak.. Pinta Tuhan menjaga. Semua yang hadir terkesima. Azzam menghayati kandungan puisi itu dengan hati basah dan mata berkaca-kaca. Demikian juga Husna yang halus perasaannya. Begitu sang penyair itu selesai membacakan puisinya, gedung itu luruh dalam gemuruh tepuk tangan hadirin yang tersentuh hatinya. Beberapa orang malah meneriakkan takbir secara spontan dan tiba-tiba. “Selanjutnya untuk membacakan lagi, sebuah puisi saya panggilkan seorang artis papan atas Indonesia. Seorang artis berbakat yang sudah go international. Kita panggil Emira Giza Humaira!" Kalimat Eliana langsung disambut tepuk tangan hadirin dengan semeriah-meriahnya. Seorang artis yang tidak asing, yang biasa dipanggil Giza maju memakai gaun malam panjang hijau tua. Tanpa sebuah pengantar ia aDef 160 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
membacakan sebuah puisi pendek berjudul, “Tuhan penghayatan, Mabukkanlah Aku13" dengan penuh Tuhan mabukkanlah aku Dengan anggur cinta-Mu Rantai kaki erat-erat Dengan belenggu penghambaan Kuraslah seluruh isi diriku Kecuali cinta-Mu Lalu recai daku Hidupkan lagi diriku Laparku yang maha pada-Mu Telah membuatku Berlimpah karunia. Giza membaca penuh penghayatan dan meng-akhirinya dengan setetes air mata. Sebuah akting yang nyaris sempurna. Diam-diam Eliana memperhatikan dengan seksama segala kelebihan akting Giza yang lebih senior darinya. la memperhatikan untuk belajar darinya. Lalu tibalah acara inti. Pengumuman dan penganugerahan penghargaan karya sastra terbaik tingkat nasional. Para pemenang dipanggil berurutan perkategori. Dan pemenang pertama perkategori diminta memberi sambutannya. Akhirnya sampailah nama Ayatul Husna diucapkan oleh bibir Eliana. Husna bangkit dan maju diiringi gemuruh tepuk tangan. Lalu sembilan nama menyusul di belakangnya. 13 Puisi karya penyair sufi dari Persia bernama Anshari, diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M. aDef 161 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sampai di depan panggung Eliana agak terkejut melihat Husna. la tahu yang berdiri di panggung sebagai pemenang pertama adalah adiknya Azzam. Matanya mencari-cari sosok Azzam. Akhirnya ketemu juga. la melihat Azzam, tapi Azzam sedang memusatkan perhatian-nya pada adiknya. Hatinya dipenuhi gelombang bahagia yang membuncahbuncah luar biasa. Setelah menerima piala penghargaan, Husna memberikan sambutan. “Piala ini aku hadiahkan yang pertama untuk kakakku. Dialah pahlawanku yang matimatian membiayai hidup dan kuliahku ketika ayah telah tiada. Kakakku yang membanting tulang dengan jualan tempe dan bakso di Cairo demi adikadik yang dicintainya. Untuk kakakku yang baru tiba di Indonesia setelah sembilan tahun lamanya tidak bisa pulang ke Indonesia demi memper-juangkan nasib adik-adiknya, aku hadiahkan penghargaan ini. Dan di hari bahagia ini menyambut kepulangannya, perkenankan aku membacakan puisi yang baru tadi sore aku tulis untuknya. Judulnya “Kau Mencintaiku." Kau mencintaiku.. Seperti bumi Mencintai titah Tuhannya. Tak pernah lelah Menanggung beban derita Tak pernah lelah Menghisap luka Kau mencintaiku Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa Kau mencintaiku aDef 162 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Seperti air Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Membersihkan lara Tak pernah lelah Menyejukkan dahaga Kau mencintaiku Seperti bunga Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Menebar mekar aroma bahagia Tak pernah lelah Meneduhkan gelisah nyala Azzam tidak bisa menahan harunya. la meneteskan air mata bahagia di tempat duduknya. Acara itu disiarkan langsung ke seluruh Indonesia. Sambutan Husna itu disaksikan oleh jutaan manusia, termasuk ibu dan adiknya Lia di Kartasura. Anna Altafunnisa dan keluarganya di Wangen. Furqan dan keluarganya di Jakarta. Juga temanteman kerjanya di UNS dan radio JPMI Solo. Sambutan dan puisi Husna begitu menggugah dan bermakna. Dan diam-diam, Eliana harus merasa kagum pada Azzam dan adiknya. la tidak mengira akan sedahsyat ini hasil jerih payah Azzam. la tidak bisa lagi meremehkan Azzam hanyalah seorang pemuda pembuat bakso dan tempe. la merasa Azzam pemuda yang langka di persada nusantara. Dan dengan sangat halus sekali ada rasa kagum menyusup ke dalam hati Eliana. Kagum pada pemuda kurus bernama Khairul Azzam. Eliana teringat apa yang tadi siang ia lakukan pada Azzam. Ia memang murni mengerjai Azzam dan para wartawan. Ia jadi malu karenanya. Namun ia merasa tidak akan menyesal jika digosipkan oleh siapa saja kalau dirinya dekat dengan pemuda itu. Ia tidak akan menyesal. Sebab ia aDef 163 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kini telah tahu kualitasnya. Azzam, secara akademik memang kalah dengan Furqan yang beberapa waktu terus dikejarnya. Namun dalam ujian hidup nyata Azzam sudah menunjukkan karakternya. Dalam hati, Eliana meneguhkan selesai acara ia akan mengajak Azzam dan adiknya makan malam bersama. Ia merasa malam itu benar-benar salah satu malam yang berbeda baginya. *** aDef 164 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
8 Kecerdasan Eliana Dukuh Sraten Kartasura gempar! Husna dan Azzam masuk televisi! Hampir seluruh penduduk Sraten menyaksikannya. Husna tampak sesaat di berita infotainment seputar selebritis. Yaitu saat Eliana diwawancarai di Bandara. Penduduk dukuh Sraten seolah tidak percaya bahwa Azzam dekat dengan bintang film terkenal Eliana Pramesti Alam. Mereka terhenyak ketika Eliana mengaku bahwa pria paling dekat dengannya adalah Azzam. Ditambah dengan opini narasi berita yang menggiring pembaca bahwa Azzam adalah pacar Eliana. Tayangan kedua adalah acara di Graha Bhakti Budaya TIM yang disiarkan secara live se-Indonesia. Meskipun banyak bintang dan artis, namun bintang sesungguhnya adalah Ayatul Husna. Kata sambutannya dan puisinya yang aDef 165 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ditujukan untuk sang kakak membuat Husna menjadi latunya para artis dan bintang malam itu. Usai acara Husna dan Azzam diwawancarai. Lalu tampak Eliana mengucapkan selamat pada Husna. Keduanya berpelukan akrab. Hal itu semakin mengukuhkan, bahwa Eliana seolah sudah sangat kenal dengan keluarga Azzam. Bahkan sudah sangat akrab dengan adiknya. Pagi harinya beberapa Koran ibu kota dan daerah mengulas berita itu. Profil Husna dimuat di sebuah Koran yang bernuansa islami di ibu kota. Foto Azzam tampak berdua dengan Eliana muncul di beberapa koran. Tak terkecuali Ibu Nafis, Ibu kandung Azzam juga menyaksikan itu semua dari televisi bersama Lia. Perempuan setengah baya itu matanya berkaca-kaca. Haru dan bahagia. Dua anaknya sudah masuk televisi. la sempat waswas Azzam diberitakan sebagai pacar Eliana. Tapi ia sangat yakin dengan kualitas akhlak putranya itu. Ia jadi bangga. Ia akan merestui jika putranya itu misalnya menikah dengan Eliana. Ibu mana yang tidak suka putranya menikah dengan gadis yang sedemikian cantiknya. Gadis yang menjadi pujaan pemuda se-Indonesia. Begitulah cara berpikir Bu Nafis. Sederhana saja. *** Matahari menuju tengah petala langit. Lia sudah pulang dari mengajar. Ia pulang jam setengah sebelas. Ia ijin pada kepala sekolah unruk pulang lebih awal hari itu. Sampai di rumah ia langsung menyalakan televisi. aDef 166 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dan kembali ia menyaksikan wawancara Eliana saat tiba di Bandara. Dalam dua hari ini, entah sudah berapa kali wawancara itu ditayangkan di televisi. Tapi anehnya ia tidak bosan-bosan juga menontonnya. Entah kenapa, meskipun ia tidak suka dengan perempuan yang tidak memakai jilbab, tapi ia merasa bangga kakaknya dekat dengan Eliana. Lia memperhatikan serius wawancara itu, “Siapa pria paling dekat dengan Eliana saat ini?" Seorang wartawan bertanya. "Em... siapa ya. Yang paling dekat saat ini seorang mahasiswa di Cairo namanya Khairul Azzam!" Jawab Eliana. Lalu kelihatan wajah Azzam yang kaget. “Orang itu sekarang ada di mana?" Kejar wartawan itu. “Ini di samping saya." Jawab Eliana santai. Seketika moncong kamera dan belasan alat perekam mengarah ke Azzam. Berondongan pertanyaan mengarah ke Azzam, “Sejak kapan Anda kena! Eliana?" “Aduh ini apa-apaan!" Seru Azzam panik. “Santai saja Mas. Kita kooperatif saja jadi enak. Sejak kapan Anda kenal Eliana?" “Aduh, gimana ini. Mbak Eliana, bicara dong. Wah kok aDef 167 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
jadi rumit begini sih!" Kata Azzam pada Eliana. “Dia tidak biasa menghadapi wartawan. Kami kenal sejak satu tahun yang lalu." Sahut Eliana dengan tenang. “Benar Anda dekat dengan Eliana?" seorang wartawan mencercar. “Kebetulan tadi kami satu pesawat dan tempat duduknya berdekatan. Saya di F, dia di E. Jadi kami memang dekat." Jawab Azzam. “Apa profesi Mas saat ini?" “Jualan bakso." “Ah, jangan bergurau Mas." “Sungguh. Tanya saja pada Eliana!" Wartawan itu langsung bertanya pada Eliana, “Benarkah dia berjualan bakso?" “Ya benar. Para diplomat adalah para pelanggannya." Jawab Eliana. Klik. Selesai. Layar kaca menampilkan berita selebritis lain. Lia langsung mematikan televisinya itu. "Berita wawancara itu lagi ya?" Tanya Bu Nafis pada putrinya sambil membawa sepiring mendoan14 14 Mendoan; Tempe yang digoreng dengan dibalut adonan tepung yang diberi aDef 168 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
"Iya. Kak Azzam jadi terkenal sekarang Bu. Eh Bu’e... Bu’e... apa benar ya, Kak Azzam itu pacarnya Eliana? Kok bisa ya? Aku kok belum ketemu nalarnya?" Cerocos Lia. “Bu’e kok tidak yakin. Besok saja kita tanyakan langsung pada kakakmu. Mereka katanya akan sampai di Kartasura jam enam pagi besok." Jawab Bu Nafis. Sepiring mendoan goreng itu masih mengepulkan asap. Bu Nafis baru saja mengangkatnya dari dapur. Aromanya merasuk hidung Lia yang sedang lapar. Air liurnya seperti mau keluar. Wajah Bu Nafis tampak cerah. Ia meletakkan mendoan itu di meja tepat di hadapan Lia. Karena memang itulah satu-satunya meja di ruang tamu. Meja serbaguna. Lia tersenyum pada ibunya. Lesung pipinya membuatnya lebih mempesona. Mendoan goreng yang masih panas atau hangat memang kesukaannya sejak kecil. Seminggu paling tidak tiga kali ia membuat mendoan. Ibunya juga suka mendoan seperti dirinya. Dalam anggapannya, di dunia ini tak ada makanan ringan yang lebih nikmat dari mendoan. “Bu’e, Bu’e... ingat nggak makanan apa yang paling bumbu. aDef 169 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
disukai Kak Azzam?" Tanya Lia sambil mencomot mendoan satu “Ingat." “Apa coba?" “Mendoan." “Salah!" “Masak salah?" “Iya salah. Kak Azzam memang suka mendoan, tapi ada yang lebih ia sukai." "Apa itu?" “Bakwan." “O ya benar Bakwan, sama seperti ayahmu dulu. Suka sekali mereka sama Bakwan." “Bu’e kalau Kak Azzam benar dekat sama Eliana. Terus nanti mau menikahi Eliana, Bu’e setuju tidak?" “Kalau Eliana itu muslimah. Mau mengaji. Mau menutup aurat dengan baik dan taat pada suami ya ibu setuju saja. Siapa tho yang tidak ingin punya menantu cantik dan kaya seperti Eliana?" “Kalau Eliana tidak mau menutup aurat dengan baik. Terus kalau main film cium-ciuman sama lawan aDef 170 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mainnya, bagaimana Bu?" “Wah kalau seperti itu ya lebih baik menikah dengan gadis tetangga yang baik dan shalehah. Apa gunanya punya menantu yang suka ciuman sama lelaki lain. Ih, itu tidak bisa menjaga kehormatan namanya." “Tapi artis sekarang rata-rata begitu Bu." “Semoga Eliana tidak seperti itu." *** Sementara itu, di sebuah kamar hotel Sofyan Azzam mengingat puisi yang dibaca adiknya untuknya. Puisi yang begitu tulus. Husna sekarang bukanlah Husna si anak nakal yang dulu memukul pelipisnya sampai berdarah. Bukanlah Husna yang sering membuat onar dan membuat jengkel banyak orang. Husna sekarang adalah penulis cerpen yang baik, psikolog dan dosen di UNS yang dicintai teman-teman dan anak didiknya. Manusia bisa berubah. Demikian juga Husna. la telah berubah setelah melewati proses yang sangat panjang. Seorang nabi sekalipun menjadi matang sehingga mampu memikul risalah setelah melalui proses panjang. Setelah melalui tempaan-tempaan. Sebelum menjadi nabi, seorang Yusuf harus dibuang di dalam sumur. Lalu dijual sebagai budak. Diuji fitnah Zulaikha. Dipenjara. Barulah dimuliakan oleh Allah. Sebelum menjadi manusia yang dijamin masuk surga, Umar bin Khattab pernah jahiliyyah. Pernah melakukan aDef 171 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
perbuatan keji, membunuh anak perempuannya yang baru lahir dengan menanamnya hidup-hidup. Ia juga memusuhi dakwah Nabi. Bahkan berniat membunuh Nabi! Namun Umar terus berproses dengan mengikuti nuraninya yang fitri. Umar terus berusaha lebih baik dari hari ke hari dengan mengikuti petunjuk nabi. Ia teringat satu baik puisi adiknya yang sangat menyentuhnya itu. Kau mencintaiku Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa.. Ingin rasanya membalas puisi adiknya itu. Tapi ia bukanlah seorang penyair yang pandai memintal kata-kata indah penuh makna. Ia ingin mengatakan kepada adiknya bahwa ia memang benar-benar mencintainya dengan sepenuh jiwa. Adik-adik dan ibunya adalah segalanya baginya. Dengan bahasa seadanya, akhirnya ia goreskan pena untuk menulis puisi pendek yang akan ia sampaikan pada Husna. Ia menulis beberapa kalimat saja, “aku mencintaimu seperti bumi mencintai mataharinya.. “ Selesai menulis puisi itu, Azzam jadi teringat janjinya pada Hafez. Ia telah menyanggupi untuk memberi tahu Fadhil tentang keinginan Hafez mengkhitbah Cut Mala. Kesanggupannya adalah amanah. Amanah yang sangat aDef 172 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
penting sebab berkaitan dengan cinta anak manusia. Alangkah bahagianya jika seseorang bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Dan alangkah bahagianya jika setelah menikah itu cintanya terus berkembang dari masa ke masa. Azzam memutuskan untuk menulis surat kepada Fadhil saat itu juga. Mumpung ada waktu dan semuanya tersedia. Setiap hotel biasanya menyediakan surat dan amplop surat di tiap-tiap kamarnya. Azzam menulis surat aDef 173 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
di atas kertas berkop Hotel Sofyan. Dengan penuh khidmat Azzam menulis dengan penanya, la melipat surat itu hati-hati dan memasukkan amplop yang juga berkop Hotel Sofyan. la berniat mengirim surat itu siang itu juga. la akan bertanya pada resepsionis apakah hotel juga bisa membantu pengiriman surat sebagaimana lazimnya hotel berstandar Internasional. Telepon di kamarnya berdering. la yakin itu Husna, adiknya. la angkat. “Hallo?" “Ya hallo. Ini siapa?" aDef 174 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ini Eliana, Mas." “Oh Mbak Eliana. Ada apa Mbak?" “Bisa ngobrol sebentar." “Mbak ada di mana?" “Saya ada di lobby hotel. Bareng paman saya. Mas ada waktu untuk turun?" "Ada. Tunggu sebentar ya?" “Baik." Hatinya bertanya-tanya ada urusan apa siangsiang Eliana datang menemuinya. Tadi malam selesai acara di TIM Eliana sempat mengajak makan malam bersama. la dan Husna menolak tidak bisa. Sebab selain sudah cukup malam, Husna ingin makan malam di hotel berdua saja dengan dirinya. Husna ingin memuaskan diri ngobrol dengannya. Maka selesai semuanya ia dan Husna kembali ke hotel. Sementara Rina dan Luna pulang ke rumah mereka dengan taksi. Husna mengajak mereka tidur di kamarnya beramai-ramai. Tapi mereka menolak. Mereka merasa harus pulang malam itu juga. Azzam menghubungi kamar Husna. Langsung diangkat. “Kakak ya?" “Iya Dik." “Ada apa Kak?" “Di bawah ada Eliana. Kita turun yuk nemui dia." aDef 175 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ayuk." bersama. Eliana bibirnya. Sejurus kemudian mereka berdua turun menyambut dengan senyum menawan di Siang itu putri Dubes Indonesia di Mesir itu memakai kaos panjang merah jambu yang dipadu dengan celana jeans merah tua. Rambutnya dia kucir kuda. Apa saja yang dipakai Eliana dan apa saja gaya rambutnya selalu saja menjadikannya tampak jelita. “Sudah lama?" Sapa Azzam. “Ah tidak. Baru sampai terus telpon Mas Irul melalui resepsionis. Oh ya kenalkan ini pamanku. Namanya Pak Marjuki. Lengkapnya Marjuki Abbas. Di Indonesia beliaulah yang selalu mengawalku." Eliana mengenalkan pamannya. Lelaki setengah baya itu mengulurkan tangannya pada Azzam sambil tersenyum ramah. "Saya Azzam, Pak. Dan ini adik saya Husna." “Ya. Saya sudah tahu sejak kemarin ketemu di bandara." Kata Paman Eliana. “Mbak Eliana tidak ada kegiatan siang ini, kok sempatsempatnya datang ke sini?" Tanya Husna. “Siang ini kebetulan kosong. Baru jam tiga nanti ada acara ketemu sutradara." Jawab Eliana. “Katanya Mbak mau syuting di Solo ya?" aDef 176 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Iya. Eh, kapan rencana kalian pulang?" “Nanti sore." “Mau naik apa?" “Awalnya sih mau naik bis. Tapi setelah dipikir-pikir kayaknya lebih nyaman naik kereta. Karena Gambir kan dekat dari sini. Jadi rencana naik kereta dari Gambir ke Balapan Solo. Dari Balapan baru naik taksi ke Kartasura." Husna menjelaskan. “Bagaimana kalau aku ikut?" “Mbak Eliana ikut?" “Iya. Aku ingin melihat-lihat kota Solo dan setting yang akan digunakan untuk syuting. Sekalian aku mau bersilaturrahmi menemui Bude di Gemolong." “Mbak Eliana punya Bude di Gemolong?" “Iya. Sudah dua puluh tahun beliau di sana. Dia guru SMP. Bagaimana, aku boleh ikut?" “Boleh saja. Iya Kak?" Ucap Husna sambil menengok wajah kakaknya. “Iya boleh saja. Kenapa tidak." Jawab Azzam sambil mengangkat alisnya. aDef 177 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Tapi jangan naik kereta ya. Aku sering mabuk kalau naik kereta." Pinta Eliana. “Lha terus naik apa? Kalau pesawat maaf kami tidak bisa." Azzam berterus terang. "Naik mobil pribadiku saja ya. Kita pakai mobil ke Solo. Biar aku nanti juga mudah kalau mau jalan-jalan di Solo. Bagaimana?" “Boleh." Sahut Azzam. “Kalau begitu kalian tunggu saja di sini sampai aku datang. Aku ketemu sutradara cuma setengah jam. Setelah itu aku jemput kalian. Terus kita ke rumahku sebentar. Baru kita jalan." Terang Eliana bersemangat. “Sebentar El, kalau menurutku tidak begitu." Pak Marjuki mengajukan pendapat. Azzam jadi tahu kalau Eliana juga bisa dipanggil “El". “Nanti kalian akan terjebak macet. Sebaiknya begini. Itu sutradara kita samperin sekarang saja. Terus kamu pulang ke rumah berkemas. Terus ke sini lagi. Dan kira-kira jam tiga kita sudah meluncur meninggalkan kota Jakarta ke Solo. Jadi kita berangkat lebih siang supaya tidak terjebak macet." Lanjut Pak Marjuki memberi usul yang menurutnya lebih baik. “Ya benar Paman. Tapi bagaimana kalian? Siap aDef 178 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
berangkat jam tiga?" Tanya Eliana memandang Azzam dan Husna. “Siap saja." Jawab Azzam singkat. “Baiklah kalau begitu aku pergi dulu nemui sutradara. Jam tiga aku kemari. Kuharap kalian sudah siap." “Insya Allah." Sahut Husna. *** Sore itu tepat jam tiga Eliana menjemput dengan Toyota Fortunernya. Eliana hanya ditemani sang paman. Azzam dan Husna telah siap di lobby hotel. Barangbarang dinaikkan. Azzam duduk di depan menemani Pak Marjuki. Husna dan Eliana di belakangnya. Doa safar dipanjatkan, mereka berempat memulai perjalanan panjang. "Kenapa tidak pakai Camry Pak?" Tanya Azzam sambil memandang ke depan. Sesekali ia melihat kiri dan kanan. Fortuner itu meluncur di tol dengan kecepatan di atas seratus kilometer perjam. “Kebetulan itu Camry sudah saatnya diservis dan belum diservis. Kalau tadi nyervis dulu ya tidak cukup waktunya. Dan saya lebih mantap pakai Fortuner kalau keluar kota." Jelas Pak Marjuki. “O iya Pak, kira-kira kita sampai di Solo pukul berapa ya. Biar Husna sms adiknya?" aDef 179 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Insya Allah, sekitar pukul empat pagi." Sementara belakang Husna nampak asyik berdiskusi dengan Eliana. Putri Dubes Mesir itu ternyata tahu banyak tentang teori psikologi. Husna sangat menikmati berdiskusi dengan mahasiswi jebolan EHESS Prancis itu. Di mata Husna Eliana sangat berbeda dengan artis pada umumnya. Eliana benar-benar memiliki kelas tersendiri. Cerdas dan berwawasan luas. “Menurut Mbak Eliana, kenapa ada negara lebih maju dari negara lain. Dan ada negara yang ketinggalan dari negara lain." Tanya Husna. “Sejarah mencatat bahwa prestasiprestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada negara lebih maju dari negara lain, dan ada negara yang ketinggalan dari negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu negara lebih maju dari negara lain karena negara itu lebih hebat kerja kerasnya dari negara lain. Dan jika ada suatu negara ketinggalan jauh di belakang negara lain, itu karena negara itu sangat parah malasnya. “Benyamin Franklin mengatakan bahwa malas adalah pangkal kemiskinan. Sedangkan Leonardo Da Vinci mengisyaratkan bahwa malas adalah pangkal kebodohan. Da Vinci pernah mengatakan, 'Sama seperti besi yang bisa berkarat karena jarang digunakan, maka berdiam diri bisa merusak kesehatan.' aDef 180 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Jika bangsa kita masih dikategorikan bangsa yang ketinggalan dari bangsa lain menurutku ya karena mayoritas penduduk kita adalah para pemalas. Lihatlah para pelajar yang malas-malasan. Pegawai negeri yang banyak bermalasmalasan. Aku pernah menjenguk seorang kerabat yang sakit di sebuah rumah sakit umum di kota S. Pelayanannya sangat buruk. Para perawat acuh tak acuh. Ketika pasien mengerang kesakitan, para perawat itu malah asyik nonton televisi. Jika kita bandingkan dengan Jepang misalnya sangat jauh. Di Jepang, tidak ada kursi di ruang perawat, apalagi televisi. Dan perawat di sana itu malu kalau terlihat menganggur tidak melakukan apa-apa. “Kau tahu apa yang terjadi akibat malasnya perawat itu? Pasien lebih lambat sembuhnya. Padahal tidak sedikit pasien yang sangat diperlukan tenaga dan pikirannya untuk membangun negara. Misalnya kerabatku itu, dia seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di sana. Di kota S. Seharusnya mungkin dia cuma dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Gara-gara perawatnya yang malas dan acuh tak acuh dia harus dirawat selama lima hari. Jadi ada dua hari yang hilang sia-sia. “Hari adalah kumpulan waktu. Dan waktu adalah modal paling berharga yang dimiliki oleh ummat manusia. Dua hari yang sia-sia itu jika diproduktifkan akan sangat besar andilnya dalam memajukan bangsa. Kita jangan melihat waktu sia-sia dari satu orang saja. Kita bayangkan jika yang mengalami nasib seperti kerabatku itu jumlahnya dua juta orang dari total jumlah penduduk Indonesia. Jadi dua kali dua juta. Berarti empat juta hari yang terbuang siaaDef 181 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sia karena malas. “Coba renungkan empat juta hari ini kalau dimanfaatkan secara optimal akan menghasilkan apa? Oh, jadi tak terbayang betapa ruginya kita karena malas. Bukan saja kita rugi karena malasnya diri kita, tapi kita juga sering dirugikan karena kemalasan orang lain. Ini baru kita lihat yang terjadi di rumah sakit. Belum di pasar. Belum di jalan raya. Belum di lembaga pendidikan. Belum di instansi-instansi pemerintahan dan Iain-lain." Eliana menjawab panjang lebar. Husna terperangah dibuatnya. Husna diam sesaat lalu kembali bertanya, “Aku punya tetangga yang menurutku sangat giat dan rajin. Jam tiga sudah bangun untuk menyiapkan dagangannya sampai subuh tiba. Setelah subuh dia langsung menata dagangannya di pinggir jalan. la jualan nasi sambel tumpang. Pukul sembilan ia selesai jualan. Lalu pulang dan menyiapkan dagangannya yang lain. Yaitu ayam goreng. Pukul dua siang dagangannya itu baru siap. Ia istirahat kita-kita satu jam. Lalu jam tiga sudah mulai membuka warungnya sampai jam sepuluh malam. Begitu setiap hari. Tapi kenapa dia kok tetap miskin dan banyak hutang. Ini cara menganalisanya bagaimana Mbak?" “Menurutku begini," Jawab Eliana, “Rajin dan giat saja tidak cukup. Ada yang lebih penting sebelum rajin dan giat, yaitu alasan kenapa harus rajin dan giat. Ada giat yang lebih banyak menimbulkan letih saja namun ada giat yang melahirkan hasil luar biasa. Banyak orang tidak dapat membedakan antara sibuk dan produktif. aDef 182 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mereka yang hanya sibuk tapi tidak produktif dalam bahasa Caroline Donnelly adalah ibarat kincir angin berwujud manusia. Bekerja keras tapi sedikit hasilnya." Mobil itu terus melaju kencang meninggalkan kota Jakarta. Terbersit dalam benak Husna jika gadis yang ada di sampingnya itu berjilbab dan pikiran cerdasnya digunakan untuk membela agama Allah alangkah dahsyatnya. Ia berdoa kepada Allah semoga suatu saat nanti hal itu benar-benar terjadi. *** aDef 183 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
9 Bertemu Ibu Sebelum sulur cahaya fajar mekar, Toyota Fortuner itu sudah sampai Tugu Kartasura. Jalanan masih sepi dan lengang. Hanya sesekali satu dua mobil dan bus Sumber Kencono melesat memecah keheningan. Fortuner itu mengambil jalan ke kanan, ke arah Jogja, melaju dengan tenang. Sebelum sampai markas Kopasus belok kanan masuk dukuh Sraten yang masuk dalam wilayah Pucangan, Kartasura. Rumah-rumah masih rapat menutup pintu dan jendelanya. Hanya beberapa rumah saja yang sudah membuka pintunya tanda sang penghuninya sudah siap aDef 184 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
beraktifitas. Mereka yang telah membuka pintu di hari masih gelap seperti itu biasanya adalah para bakul yang harus sampai di pasar sebelum subuh tiba. Kecuali sebuah rumah tak begitu jauh dari masjid Al Mannar. Itu adalah rumah kelahiran Khairul Azzam. Sejak jam tiga Lia dan ibunya telah bangun dan menyiapkan segalanya menyam but kepulangan Azzam. Hati Azzam bergetar. Rumahnya masih seratus meter lagi, tapi ia seperti telah mencium bau wangi ibunya. Ibu yang sangat dicintainya, telah sembilan tahun berpisah lamanya. Matanya basah. Diujung dua matanya air matanya meleleh. Saat cahaya fajar perlahan mulai mekar, fajar keharuan luar biasa mekar di hati Azzam. Fortuner itu berhenti di halaman rumahnya. Bu Nafis dan Lia sudah berdiri di beranda. Azzam turun dengan derai air mata yang tak bisa ditahannya. "Bu’e...!" Ia bergegas mencium tangan ibunya lalu memeluk ibunya penuh cinta. Tangis bahagia Azzam tak tertahan lagi. Tangis pertemuan seorang anak dengan orang yang telah melahirkan, merawat dan mengajarkannya kebaikan, setelah sekian tahun lamanya ditinggal pergi. Ibunya juga menangis bersedu-sedan. Tangis kerin duan yang memuncak dan tertahan bertahun-tahun lamanya. Azzam sesengukan dalam pelukan ibunya. Lia, Husna, Eliana bahkan Pak Marjuki menitikkan air mata. "Kau akhirnya pulang juga Nak." “Iya Bu." “Kau kurus Nak." “Tidak apa-apa Bu. Alhamdulillah Azzam sehat." “Iya Alhamdulillah." Azan subuh memecah keheningan. aDef 185 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sesaat lamanya Azzam berpelukan dengan ibunya. Setelah cukup lama, ia melepaskan pelukan ibunya dan memeluk Lia dengan penuh kasih sayang. Lia tak kuasa menahan tangis. Air mata Azzam terus mengalir. "Kau sudah besar Dik." Ujar Azzam sambil menatap wajah Lia yang basah dengan air mata. Lia hanya mengangguk. Karena keharuan luar biasa Lia tidak mampu berkata-kata. Setelah mencium ubun ubun kepala adiknya yang dibalut jilbab biru tua Azzam melepas pelukannya. Husna dan Eliana menyalami dan mencium tangan Bu Nafis. Sementara Azzam dan Pak Marjuki menurunkan barangbarang. Mereka semua lalu masuk ke dalam rumah. Azzam mengamat-amati keadaan rumahnya dengan hati penuh bahagia. Tak ada yang berubah, masih seperti semula saat sembilan tahun lalu ia tinggalkan. Hanya saja rumah itu semakin tampak kusam dan tua. "Inilah rumah kami Mbak Eliana. Rumah orang desa, gubuk reot, tak seperti rumah orang kota." Kata Husna. Ketika Husna menyebut Eliana, Bu Nafisah mendongak kan kepala. Ia baru sadar kalau yang ada di hadapannya adalah Eliana yang terkenal itu. Sejak jam tiga konsen trasinya hanyalah pada Azzam saja. "Jadi ini tho yang namanya Eliana. Masya Allah, terima kasih ya Nak sudi mampir ke gubug reot ini." Kata Bu Nafis. "Iya Bu, saya Eliana. Keluarga saya biasa memanggi saya El. Mm... kebetulan dari Cairo saya bareng sama Mas Irul. Iya di Cairo ia lebih dikenal dengan sebutan Irul atau Khairul. Terus kemarin kok ya di Graha Bhakti Budaya bertemu lagi. Saya sangat terhenyak ternyata salah seorang peraih penghargaan bergengsi itu Husna, adiknya Mas Irul. Terus saya punya agenda ke Solo. Akhirnya ya bareng saja kan lebih enak. Oh ya kenalkan ini paman saya. Pak aDef 186 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Marjuki Abbas namanya." Jelas Eliana tenang. Lia keluar membawa nampan berisi wedang jahe. Husna membantu meletakkan wedang jahe itu ke meja. Lia masuk lagi dan mengeluarkan mendoan hangat dan tape goreng hangat. "Wah, ini pas sekali. Yang seperti ini nih yang saya kangeni." Ujar Pak Marjuki. “Iya Pak monggo, silakan. Ya namanya juga kampung. Adanya ya cuma makanan seperti ini." Sahut Bu Nafis. "Agenda apa di Solo Mbak, kalau boleh tahu?" Tanya Lia pada Eliana. "Pertama ingin melihat-lihat kota Solo. Saya kan belum pernah ke Solo. Kalau paman ini sudah hafal. Lha dulu SMA dia di Solo. Lebih spesifik lagi saya ingin melihat tempat untuk shuting. Kedua saya punya Bude di daerah Gemolong. Saya ingin bersilaturrahmi ke rumah Bude. Sebab belum sekalipun saya bersilaturrahmi ke sana. Padahal Bude dan anak-anaknya sudah beberapa kali ke Jakarta. Ya alhamdulillah saya juga bersilaturrahmi ke rumahnya Mas Irul ini." Jelas Eliana. "Oh ya Mbak. Mumpung bertemu saya mau klarifikasi langsung saja. Saat ini penduduk di kampung ini sedang geger Iho Mbak. Ini gara-gara wawancara Mbak dengan para wartawan di bandara itu Iho. Wawancara itu kan diputar berulang-ulang di hampir semua televisi swasta. Di situ Mbak kan bilang pria paling dekat dengan Mbak adalah Mas Khairul Azzam. Opini yang berkembang di masyarakat adalah Mas Azzam itu pacarnya Mbak. Apa benar itu Mbak?" Tanya Lia dengan ceplas-ceplos dan gamblang. Eliana tersenyum. la memandang Azzam yang duduk agak di dekat dengan pintu. "Tanya aja sama dia. Kalau dia ngaku pacar saya ya aDef 187 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bagaimana lagi. Kalau tidak ya bagaimana lagi." Jawab Eliana diplomatis sambil memberi isyarat ke arah Azzam. Azzam diam saja. "Bagaimana Kak sesungguhnya?" Desak Lia pada Azzam. "Ah kayak begitu kok dibahas. Ya mudahnya begini saja. Saat di wawancara itu nggak apa-apalah saya ini pacarnya Eliana. Ya hitung-hitung saya sedekah menjaga nama baik dalam tanda petik pamor Eliana. Kan di dunia artis itu seolah-olah aib kalau tidak punya pacar. Kayaknya kok tidak laku begitu. Jadi saya ini ya bemper lah saat itu. Kalau di luar wawancara ya biasa saja. Tidak ada hubungan apa-apa. Kamu apa tidak lihat tho Dik, apa sudah gila Eliana punya pacar kayak saya. Artis-artis atau pengusaha yang ganteng-ganteng dan kaya kan masih banyak." Azzam menjelaskan dengan tenang. "Ah Mas Irul, jangan segitunya merendah tho Mas. jujur ya saat di bandara itu memang saya menjawab pertanyaan wartawan asal saja. Habis bagaimana, kan saat itu masih lelah. Pusing amat dengan wartawan. Tapi sesungguhnya saya melihat ada sesuatu dalam diri Mas Irul yang saya kagumi Mas. Jujur saya ini sedang dalam proses mencari makna hidup. Dan saya paham hidup tidak mungkin sendirian terus. Pendamping hidup itu penting. Saya sedang mencari, terus terang pendamping hidup yang bisa saya ajak hidup sampai tua. Saya, jujur, sudah bosan bergonta-ganti pacar. Sudah saatnya saya mencari pasangan hidup, atau belahan jiwa. Bukan pacar. Maka dalam wawancara kemarin saya tidak menyebut pacar. “ Eliana menjelaskan pandangannya sedikit tentang apa yang sedang ia cari. Iqamat dikumandangkan. Azzam mengajak Pak Marjuki ke masjid. Husna mempersilakan Eliana mengambil air aDef 188 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
wudhu. Sementara Bu Nafis masih duduk menikmati rasa bahagianya. Ia merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dihargai dengan seluruh isi dunia sekalipun. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan kembalinya Azzam setelah sembilan tahun tak pernah bertemu kecuali lewat surat, mimpi dan telepon. *** Pagi seperti bergetar. Selesai shalat subuh puluhan tetangga berdatangan. Awalnya ibu-ibu dan bapak-bapak jamaah subuh masjid Al Mannar. Tak lama kemudian para tetangga yang tidak shalat subuh berjamaah. Kabar Azzam telah pulang langsung menyebar. Dan kabar Eliana yang mengantar Azzam membuat pagi itu seperti bergetar. Puluhan orang ingin membuktikan dengan mata dan kepala sendiri bahwa kabar itu benar. Banyak ibu muda yang datang bukan semata karena menjenguk Azzam yang pulang. Tapi karena ingin bertemu dan berfoto bareng Eliana. Sebenarnya, selesai shalat Subuh Eliana langsung ingin jalan. Tapi Bu Nafisah menahan, “Ibu tidak ridha kalau pergi sebelum mandi di rumah ini dan belum sarapan di sini." Akhirnya Eliana mengalah. Ia akhirnya terpaksa mandi dan sarapan di rumah Azzam. Eliana ganti pakaian di kamar Husna. Kamar yang sederhana. Tapi rapi, bersih menebar rasa cinta siapa saja yang masuk ke dalamnya. Meskipun sederhana tapi kamar itu membuat betah siapa saja yang memasukinya. Demikian juga Eliana. "Ini kamar penulis besar." Desis Eliana pada dirinya sendiri. Ia jadi merasa malu pada Husna. Ia merasa hanya menang popularitas dan mungkin menang cantik belaka. Ia belum memiliki karya buah pikiran dan tangannya. aDef 189 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sementara Husna sudah melahirkan puluhan cerpen. Di rumah Azzam ia seperti melihat dunia dari sisi yang lain. Ia melihat rumah Azzam adalah rumah prestasi. Dan rumah prestasi tidak harus mewah dan megah. Ketika para tetangga berdatangan dan kamum lelakinya merangkul Azzam dengan penuh haru dan penuh kasih sayang, Eliana diamdiam iri pada Azzam. Iri pada ikatan persaudaraan yang sedemikian kuatnya di kampung itu. Itu yang tidak ia dapati di lingkungan perumahan mewahnya di Jakarta. Tak ada yang peduli ia mau apa, dari mana dan sedang apa. Tak ada yang peduli ia sedih atau bahagia. Tapi di sini, kepulangan Azzam tidak hanya milik keluarganya yang telah menunggu sekian tahun lamanya. Bukan hanya kebahagiaan dan haru keluarga ibu Nafis saja, melainkan kebahagiaan seluruh masyarakat sekitar rumah Azzam. Azzam adalah bagian dari mereka. Cara hidup yang penuh persaudaraan seperti itulah yang sebenarnya didambakan Eliana. Pagi itu, orang-orang silih berganti berdatangan ke rumah Azzam. Tidak hanya rasa haru dan bahagia yang mereka rasakan. Ada sedikit rasa penasaran di hati mereka. Mereka selalu menanyakan kabar Azzam dan seseorang yang menyertainya saat keluar dari bandara, yaitu Eliana. Jadilah Eliana menemani Azzam menemui para tetangganya. Husna ikut menemani. Sementara Bu Nafis dan Lia sibuk membuat minuman dan menyiapkan sarapan. Pak Marjuki minta diri tidur di kamar Azzam. Semalam suntuk dia tidak tidur. la mengendarai mobil kirakira dua belas jam. Tiap tiga jam istirahat. Begitu terus sampai akhirnya sampai Solo. Maka selepas dari masjid ia langsung tidur. "Maaf Mbak Eliana, saya pengagum Mbak lho. aDef 190 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sinetron Dewi-dewi Cinta tak pernah saya lewatkan. Kalau boleh tahu kapan rencana pernikahan Mbak Eliana dengan Mas Azzam?" Seorang perempuan muda dengan mata berbinar-binar. Perempuan itu seolah tidak percaya kalau Eliana ada di hadapannya. Mendengar pertanyaan itu Eliana dan Azzam ber pandang-pandangan. Azzam mengangkat kedua bahunya dan berekspresi yang mengisyaratkan ia tidak tahu jawabannya, ia minta Eliana saja yang menjawab. Eliana sendiri bingung harus bagaimana menjawabnya. Husna tahu kebingungan dua orang itu, maka ia mencoba membantu dengan berkata, “Ya ini kan baru ikhtiar Mbak. Belum final. Kalau jodoh ya pasti akan ditemukan Allah. Pokoknya jangan khawatir nanti kalau Mas Azzam menikah Mbak kami beri tahu dan kami undang." Eliana langsung menimpali kata-kata Husna itu dengan mengatakan, “Iya benar." Perempuan muda itu lalu minta foto bareng Eliana dan Azzam. Ia juga minta tanda tangan di buku agendanya. Lalu pergi dengan rasa puas di hati. *** Jam sembilan sarapan siap. Bu Nafis dan Lia meng hidangkan nasi rojolele yang pulen wangi. Lauknya pecel, rempeyek, tempe goreng, lele goreng dan cethol15 goreng yang renyah. "Mbak Eliana, ini cethol asli waduk Cengklik. Sangat gurih rasanya. Sangat pas untuk laut pecel. Coba rasakan 15 Cethol adalah sebutan untuk ikan kecil-kecil sebesar jari kelingking atau jari telunjuk tapi bukan ikan Teri. Banyak ditemukan di waduk Cengklik, Boyolali. aDef 191 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pasti nanti ketagihan." ujar Lia sambil menuang teh ke dalam cangkir. Eliana tersenyum. Aroma nasi rojolele itu membuat nafsu makannya terbit. Pak Marjuki yang lebih duluan mengambil dan menikmati nasi pecel dan cethol goreng langsung menikmati. "Wah kalau ini benar-benar beda. Uenak betul!" Bu Nafis tersenyum mendengarnya. Eliana mengambil nasi, pecel, cethol, dan tempe. Suapan pertama ia langsung mengacungkan jempol pada Lia. Azzam paling banyak mengambil nasi. Ia sangat rindu dengan masakan ibunya. Rasanya ia ingin menghabiskan semua itu sendirian saja. Azzam makan dengan sangat lahap seperti orang kelaparan. "Wah yang paling menikmati kayaknya Mas Irul ini." Ucap Eliana sambil mengunyah cethol gorengnya. "Mm... iya, soalnya ini masakan ada bumbu cinta dan rindunya. Jadi sangat nikmat." Jawab Azzam sambil mencomot tempe goreng di depannya. Di tengahtengah asyiknya sarapan, sebuah sedan datang dan parkir di belakang mobil Fortuner. Melihat mobil itu Husna langsung berseru, “Itu Anna datang!" Mendengar nama Anna, dada Azzam sedikit bergetar. Entah kenapa. Meskipun ia tidak yakin kalau yang datang Anna Althafunnisa. Maka Azzam langsung bertanya pada adiknya, “Anna siapa?" “Anna Althafunnisa. Dia mahasiswi Cairo. Mungkin kakak kenal." “Ya. Aku kenal." Sahut Azzam menahan getar di hatinya. Tiba-tiba ia teringat lamarannya untuk Anna yang ia aDef 192 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sampaikan lewat Ustadz Mujab ditolak. Bukan ditolak oleh Anna, tapi ditolak Ustadz Mujab karena Anna sudah dilamar oleh Furqan, sahabatnya sendiri. Memang apa yang dilakukan Ustadz Mujab benar. Sebab seorang muslim tidak boleh melamar seseorang yang telah dilamar oleh saudaranya. "Wah kok kebetulan ya. Orang-orang Cairo pada ngumpul di sini. Aku dengar Anna sudah mau menikah dengan Furqan ya?" Kata Eliana sambil memandang Azzam. "Aku tak tahu pasti. Coba saja nanti kita tanya." Jawab Azzam. Anna melangkah ke beranda. Husna berdiri menyong songnya. "Assalamu'alaikum." Suara Anna menimbulkan desiran halus dalam hati Azzam. Azzam berusaha kuat melawannya. "Wa'alaikumussalam. Mbak Anna, kebetulan kami sedang sarapan ayo masuk. Kok pas banget. Ayo silakan!" Jawab Husna ramah. Semua kursi sudah terisi. Husna memberikan kursinya pada Anna. Ia lalu pergi ke belakang mengambil kursi plastik di dapur. “Ini Eliana, putri Pak Dubes kan?" Tanya Anna pada Eliana. Ia kaget, ada apa gerangan seorang putri Dubes sampai ke rumah Husna. "Iya benar. Wah surprise kita bisa bertemu di sini. Rumah Anna dekat dari sini?" “Mungkin sekitar empat belas kilo dari sini." “Wah selamat ya. Di Cairo sudah beredar kabar kamu tunangan sama Furqan. Itu benar kan ya?" “Iya benar. Kami memang sudah tunangan. Mohon doanya. Akad nikah insya Allah awal bulan depan." Jelas Anna pada Eliana. Ia belum sadar kalau di sebelahnya itu adalah Azzam atau yang ia kenal dengan nama Abdullah. aDef 193 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Karena pusat perhatiannya tertuju pada Eliana. Sementara Azzam mendengar penjelasan itu dengan hati yang ditabah-tabahkan. "Wah sudah dekat ya. Tinggal dua minggu lagi dong." Timpal Lia. "Iya. Mohon doanya." “Mbak Anna, ini Azzam kakakku yang aku ceritakan itu. Bagaimana tidak kenal juga?" Husna mengenalkan Azzam pada Anna. Anna memandang Azzam, Azzam memandang Anna. Saat pandangan keduanya bertemu, Anna kaget, benarkah ini orangnya? Kakaknya Husna? Anna berusaha menyembunyikan ke-kagetannya. Keduanya lalu menunduk. Anna teringat dengan pemuda bernama Abdullah yang menolongnya saat ia dan Erna belanja kitab ke Sayyeda Zaenab. Dompet Erna kecopetan. Ia berusaha mengejar copet sampai lupa dengan kitabnya. Kitabnya tertinggal di bis. Ia kehabisan uang. Lalu seorang mahasiswa yang naik taksi menolongnya. Bahkan meminta sopir taksi mengejar bis. Dan akhirnya ia mendapatkan kembali kitab-kitab yang baru dibelinya. Ia sempat menanyakan nama pemuda itu. Dan pemuda itu menjawab namanya Abdullah. Ia tidak bisa melupakan wajah pemuda baik itu. Wajah pemuda itu sama persis dengan pemuda yang kini duduk tak jauh darinya. Bukankah ini Abdullah itu? Pikirnya. la yakin, tak mungkin salah lagi, pemuda yang duduk tak jauh darinya adalah Abdullah yang dulu menolongnya. Hati Anna hampirhampir terkoyak. Seseorang yang pernah ia harapkan, kini benar-benar ada di pelupuk kedua matanya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa suatu saat ia akan bertemu dengannya. Perasaan Anna yang sudah aDef 194 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
benar-benar terpendam jauh semenjak lamaran Furqan diterima, hampir muncul kepermukaan. Hampir hampir ia tak kuasa menahan perasaannya itu. Namun ia segera mengukuhkan hatinya untuk orang yang telah resmi menjadi tunangannya, yaitu Furqan. Ia beristighfar. Ia harus meneguhkan diri, bahwa lamaran Furqan telah diterima, dua keluarga telah mempersiapkan segalanya, dan akad nikah akan dilangsungkan segera. Inilah kenyataan yang harus ia syukuri. Ia harus bisa melawan keinginan semunya yang telah lampau. Ia juga harus membuang jauh perasannya.Perasaan yang hanya akan membuatnya gamang. Boleh jadi perasaan itu sebenarnya hanyalah godaan setan kepada orang yang akan mengikuti sunnah rasul, yaitu membangun rumah tangga sesuai tuntunan syariat yang mulia. Anna kembali menenangkan hatinya dan bersiap untuk menjawab pertanyaan Husna. Namun Eliana malah mendahulinya dengan kalimat yang bernada mencercanya, “Ah masak Mbak Anna tidak kenal sama Mas Khairul Azzam. Mahasiswa Indonesia di Cairo, saya yakin sebagian besar mengenalnya. Dikenal sebagai pembuat tempe dan bakso. Ah yang benar saja Mbak Anna!" “Namanya penjual tempe itu tidak akan masuk dalam kamus elit mahasiswa. Penjual tempe juga tidak perlu dikenal sosoknya, yang penting dikenal tempenya enak." Sambung Azzam santai sambil promosi tempenya. “Wah, iya bener juga. Itu kalimat yang indah lho Mas. Penjual tempe tidak perlu dikenal sosoknya yang penting dikenal tempenya enak." Husna mengapresiasi kalimat kakaknya. Anna merasa tidak enak hati, seolah ia tidak mau mengenal mahasiswa yang pangkatnya jualan tempe. Maka aDef 195 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ia pun angkat bicara, “Maaf, bukannya saya tidak kenal. Kemarin waktu kenalan sama Mbak Husna, yang disebut adalah Azzam. Katanya jualan tempe. Terus saya bilang kalau Azzam saya tidak kenal. Saya mengenal beberapa nama penjual tempe. Saat itu saya sebut beberapa nama yaitu Rio, Budi, dan Muhandis atau Irul. Saya jelaskan yang paling senior adalah Muhandis. Saya tidak tahu kalau Muhandis atau Irul itu sebenarnya adalah Mas Azzam. Dan kalau tidak salah saya pernah kenalan dengan Mas Azzam saat pulang dari Sayyeda Zaenab. Saat itu temanku Erna kecopetan di bis. Aku berusaha mengejar copetnya yang menyebabkan kitabku ketinggalan. Mas Azzam membantu mengejarkan bus yang membawa kitabku itu akhirnya ketemu. Dan saat itu Mas Azzam mengaku namanya Abdullah. Coba jika saat itu mengaku bernama Khairul Azzam." Azzam tersenyum. Ia pun jadi ingat kejadian yang nyaris ia lupakan. Ia memang pernah menolong Anna. Saat itu pun ia belum tahu namanya. Anna memakai jilbab biru seingatnya. Dan ia memang mengaku bernama Abdullah. Sebab nama panjangnya sebenarnya ketika kecil adalah Abdullah Khairul Azzam. "Yang disampaikan Anna benar. Saya memang dikenal dengan nama Muhandis atau Irul, atau Muhandis Irul. Hanya orang-orang dekat saja yang memanggil saya Azzam. Hampir seluruh mahasiswa mengenal saya sebagai Irul. Terus saya memang sering berkenalan dengan orang memakai nama Abdullah. Itu nama depan saya. Alhamdulillah, yang penting bisa ketemu di sini, iya kan? Oh ya, bagaimana kabar Furqan? Apa jadi lanjut S3?" Di ujung kalimatnya Azzam memandang Anna sekilas. Anna aDef 196 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mendongakkan kepalanya. "Alhamdulillah, dia baik. Ya insya Allah dia mau lanjut S3. Nanti datang ya di acara pernikahan." Jawabnya. "Insya Allah, kalau tidak ada halangan." “Oh ya Mbak Eliana sama Mas Azzam, kapan kalian menikah? Aku lihat di televisi kemarin katanya kalian pacaran!?" Anna memandang ke arah Eliana. "Aduh kasihan Mas Irul..." Kata Eliana yang langsung diputus Anna, “Lho memanggilnya Irul kan bukan Azzam. Sebab di Cairo memang dikenal dengan nama Irul. Maaf Mbak saya potong." “Iya jadi kasihan Mas Irul. Semua orang nanti akan nanya dia begitu. Jujur saja sebenarnya itu murni ulah saya. Begitu sampai di bandara saya diberondong pertanyaan sama wartawan ya saja jawab sekenanya. Sebenarnya jujur saja saya tidak ada apa-apa dengan Mas Irul. Ya hanya kenal biasa. Kecuali, ya kecuali kalau Mas Irul berani minta saya sebagai calon isterinya! He... he... he..." Semua yang ada di ruangan itu tersenyum mendengar perkataan Eliana. Azzam tidak mau kalah begitu saja, ia langsung angkat suara, “Ah Mbak Eliana bisa saja candanya. Nanti kalau saya lamar betulan terus kayak Rorojongrang dilamar Prabu Bondowoso, gimana? Karena saya buruk rupa tidak sesuai dengan standar yang diinginkan lalu disyaratkan membuat seribu candi dalam waktu semalam agar dengan sendirinya sama saja mundur teratur. Iya tho?" Dengan nada bercanda Eliana menjawab, “Iya!" Husna menimbal, aDef 197 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Hayoh kapokmu kapan.16" **** Matahari semakin tinggi. Sinarnya semakin panas menyengat. Satu dua orang masih berdatangan menjenguk Azzam yang pulang. Tepat pukul sepuluh Eliana pamitan. Demikian juga Anna Althafunnisa. Sebelum Eliana dan Anna pergi, Lia minta agar foto bersama. Anna pergi duluan sebab mobilnya tepat di belakang mobil Eliana. Anna melambaikan tangan dengan senyum mengembang. Kepada Azzam ia menganggukkan kepala. Azzam kembali merasakan desiran halus dalam hatinya. "Mas Azzam selamat ya sudah berada di tengah-tengah keluarga." Kata Eliana. "Terima kasih ya atas tumpangannya." Jawab Azzam. "Sama-sama." “Ini langsung ke Gemolong?" “Tidak. Kami mau check in hotel dulu." “Rencana menginap di mana?" “Di Novotel. Mungkin nanti sore jalan-jalan keliling kota Solo. Besok baru ke Gemolong. Kata Pak Marjuki tidak jauh." “Selamat jalan ya Nak. Hati-hati. Kalau ada waktu mampir lagi kemari." Kata Bu Nafis yang berdiri di samping Azzam. "Iya Bu. Terima kasih atas pecelnya. Sungguh, enak." Jawab Eliana sambil masuk mobil. Sejurus kemudian mobil itu telah berjalan meninggalkan halaman. 16 Hayoh jeramu kapan. aDef 198 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
"Dua gadis yang sama-sama cantik." Ujar Lia lirih. "Siapa?" Tanya Husna. "Ya Anna sama Elianalah. Mbak kira siapa?" “Aku sama kamu." “Ih geernya. Memang Mbak cantik?" “Apa Mbak tidak cantik?" Mendengar percakapan dua adiknya itu Azzam langsung menengahi, “Sudah ayo masuk. Kalian berdua cantik. Di mata kakak, kalian berdua lebih cantik dari mereka berdua. Kakak ada oleh-oleh buat kalian. Kakak belikan kalian jilbab Turki dari sutera. Ayo kita lihat." “Ayo." Sahut Lia dan Husna nyaris bersamaan dengan senyum mengembang. Mereka kembali masuk rumah. Angin bertiup dari Timur ke Barat menggoyang daun-daun pohon mangga yang mulai berbunga di depan rumah. Bunga matahari di dekat jalan bergoyang-goyang indah. Bu Nafis sudah mengambil air wudhu untuk shalat Dhuha. Tak lama kemudian perempuan yang rambutnya sudah memerak sebagian itu larut dalam sujud kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bertasbih dan bertahmid atas pulangnya sang putra kesayangan. *** aDef 199 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
10 Belajar Dari Jalan Azzam tidak perlu waktu lama untuk menyatu dengan masyarakat. Tujuh hari di rumah ia telah kembali akrab dengan hampir semua orang di kampungnya. Ia menyatu dengan mereka. Tak ada jarak antara dirinya dan mereka Ia tidak pernah merasa berbeda dengan mereka. Tidak sedikitpun terbersit dalam hatinya bahwa ia adalah seorang mahasiswa dari Mesir yang lebih baik dari mereka. Azzam merasa ia sama dengan mereka. Profesinya tidaklah berbeda dengan orang-orang di sekelilingnya. Hikmah yang ia dapat dari bertahun-tahun jualan tempe dan bakso adalah bahwa ia merasa hanyalah seorang penjual tempe yang tidak boleh merasa lebih atau lebih baik dari orang lain. Kang Jarwo yang jualan ketoprak keliling. Kang Birin yang buka salon pangkas rambut di pojok pasar Kartasuro. Pak Huri yang buka bengkel motor di depan aDef 200 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
STAIN. Semua ia anggap sama bahkan lebih baik dari dirinya. Mereka ia anggap lebiKmemiliki pengalaman hidup. Juga Kang Paimo yang waktu kecil dulu sering bermain gobak sodor dengannya kini menjadi sopir truk. la merasa dirinya dengan Kang Paimo sama saja. Kang Paimo sering ke luar kota. Paling sering ke Jakarta. Ia pernah jadi sopir truk ikan di Demak. Majikannya seorang juragan ikan. Pernah suatu malam, sambil minum kopi panas di gardu ronda Azzam mendengarkan cerita Kang Paimo. Ada empat orang yang ronda malam itu Kang Paim Kang Qadir, Si Badrun dan Azzam. Kang Paimo bercerita dengan penuh semangat. Sementara Azzam, Kang Qadir, dan Si Badrun diam mendengarkan dengan seksama. "Zam, kamu tahu nggak sopir yang benar-benar sopir adalah sopir truk ikan. Kalau orang belum pernah jadi sopir truk ikan belum menjadi sopir sejati. Orang yang pernah jadi sopir truk ikan berarti ia pernah jadi raja jalanan. Bayangkan Zam, dulu tiga tahun jadi sopir truk ikan. Tiga kali aku kecelakaan, tapi alhamdulillah selalu selamat." “Apa hebatnya sopir truk ikan Kang?" Tanya Azzam. Kang Paimo menjawab, “Hebatnya, sopir truk ikan itu harus selalu cepat dan ngebut sepanjang jalan. Harus selalu mendahului dan menyalip mobil lain. Jalan raya ibarat medan lomba balapan. Dan sopir truk ikan harus menang. Sebab mengejar waktu. Bayangkan saya dulu jadi sopir truk ikan milik juragan ikan di Demak. Saya berangkat dari Demak habis shalat maghrib dan harus sampai Pasar Minggu Jakarta pukul tiga pagi. Tidak boleh terlambat. Kalau lerlambat ikannya bisa layu, tidak segar lagi, dan para pembeli sudah pada pergi. Sepanjang jalan itu saya ngebut. Selalu tancap gas. Belok sekalipun saya tetap tancap aDef 201 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
gas. Dan itu memerlukan nyali yang besar. Saya harus jadi raja yakin akan jaya usahanya. Ia yakin dengan inovasi ia akan mampu meraih pelanggan sebanyakbanyaknya. Namun setelah ia pikir dengan seksama lebih baik memulai usaha itu setelah ia benar-benar cukup menguasai medan. Ia harus lebih matang melakukan penelitian. Dengan penelitian yang mendalam ia akan mampu melihat peluang-peluang bisnis yang lain. *** Hari menjelang petang. Azzam baru pulang dari Pabelan. Ia baru saja mengakses internet untuk membuka emailnya. Persis seperti yang ia perkirakan. Dua hari lagi kontainer Pak Amrun Zeinu datang. Sebelum pulang ke Indonesia, ia telah membuat kesepakatan bisnis bahwa ia akan menjadi penanggung jawab pendistribusian buku buku mahasiswa Indonesia yang dikirim lewat Pak Amrun. Ia bertanggung jawab untuk wilayah Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur. Dari email yang ia baca, ia harus mengirim buku ke tiga puluh satu alamat. Sore itu setelah mandi ia langsung ke masjid. Habis shalat ia langsung ke rumah Kang Paimo. la mengajak Kang Paimo ke Jakarta untuk mengambil dua ratus sepuluh kardus berisi buku dan kitab, dua hari lagi. Lalu mengantarkannya ke tigapuluh satu alamat. Kang Paimo sangat bahagia mendapat tawaran Azzam. Apalagi Azzam membayarnya dengan profesional. Dan benar. Dua hari berikutnya Azzam bersiap untuk pergi ke Jakarta. Kepada ibu dan adik-adiknya Azzam pamit untuk empat hari lamanya. Kang Paimo datang menjemput Azzam dengan ditemani Si Kamdun. Si Kamdun adalah aDef 202 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
teman kerja Kang Paimo yang paling giat dan andal. Si Kamdun juga bisa mengendarai truk, sehingga apabila Kang Paimo capek Si Kamdun bisa menggantikannya. Mereka bertiga berangkat selepas shalat Ashar. Kang Paimo mengemudikan truknya sambil memberi pengara han kepada Azzam cara mengendarai mobil yang baik. Azzam yang sudah beberapa kali berlatih semakin paham. "Yang penting praktik bukan teori Zam. Nanti suatu ketika ada kesempatan kamu harus praktik langsung." Kata Kang Paimo. Azzam menganggukkan kepala sambil tersenyum. Kang Paimo mengendarai truk itu dengan kecepatan sedang. Karena jalan dari Solo ke Jakarta cukup padat. Banyak sekali bus yang beriringan menuju Jakarta. Ketika truk sampai di Batang, Kang Paimo minta Si Kamdun gantian yang duduk di kursi sopir. Truk melaju delapan puluh kilometer perjam. Sampai di Indramayu istirahat di sebuah warung kopi setengah jam. Lalu berjalan lagi. Gantian Kang Paimo yang mengemudi. Kali ini Kang Paimo mengemudi dengan kecepatan tinggi seperti orang kesetanan. "Kang tidak usah ngebut! Ini bukan truk ikan!" Protes Azzam “Oke Zam. Sorry." Sahut Kang Paimo sambil mengurangi gasnya. Truk itu sampai di rumah Pak Amrun pukul enam pagi. Dua ratus sepuluh kardus ukuran kecil dan besar dinaikkan. Sebelum menata ratusan kardus buku itu Kang Paimo minta daftar alamat yang akan dikirim. la berkata kepada Azzam “Mana Zam alamat-alamatnya?" Azzam lalu menyerahkan daftar alamat yang dituju. Kang Paimo memperhatikan dengan serius. Setelah aDef 203 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sesaat lamanya menganalisa, Kang Paimo berkata, “Setelah kulihat maka kita akan mengambil rute seperti ini: Tegal, Purwokerto, Cilacap, Jogja, Klaten, Sragen, Ngawi, Madiun, Jombang, Surabaya, Tuban, Rembang, Kudus, Kendal, baru pulang ke Kartasura. Bagaimana Zam?" “Aku ikut saja, Kang Paimo kan lebih paham." “Kalau begitu cara menyusunnya alamat paling akhir kita masukkan dulu. Sehingga letaknya paling dalam sana. Begitu seterusnya. Dan alamat yang rencananya paling awal kita datangi kita letakkan di depan. Sehingga kita enak nanti ketika menurunkan." “Wah benar itu Kang. Cerdas juga sampeyan." “Lho Paimo itu sejak dulu cerdas Zam. Hanya karena nasib saja putus sekolah. Kalau Paimo ini dibiayai sampai lulus kuliah mungkin sudah jadi dosen sekarang. Bukan sopir truk." “Memang sudah diatur oleh Allah Kang. Kalau sampeyan jadi dosen lha siapa yang akan aku ajak jalan jalan mengantar buku-buku ini? Kang selama kita bersyukur apa pun pekerjaan kita insya Allah diridhai Allah. Dengan ridha Allah jadi barakah. Yang mahal itu barakahnya itu lho Kang." “Pukul tujuh truk itu kembali berjalan. Kang Paimo membawa truknya ke tempat seorang teman akrabnya di Bekasi Barat. Mereka sampai di sana pukul sembilan. "Kita mandi, makan dan istirahat di sini. Siang ini harus tidur. Nanti sore baru kita lanjutkan. Azzam jadi tambah mengerti dunia para sopir. Siang itu Azzam tidur pulas. Jam dua siang ia bangun. la shalat dengan menjamak dan mengqashar. Lalu tidur lagi. Jam setengah empat bangun mandi dan memulai perjalanan panjang. Tengah malam mereka sampai di Tegal. Saat melewati kantor polisi Kang Paimo turun dan menanyakan dua buah aDef 204 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
alamat yang ada dalam daftar itu. Seorang polisi yang sedang berjuang melawan kantuk menjelaskan rute menuju dua alamat itu dengan menguap berkali-kali. Pukul setengah satu mereka tiba di alamat pertama. Terpaksa membangunkan pemilik alamat yang sedang tidur. Tapi begitu yang punya rumah bangun dan mengetahui yang datang adalah mahasiswa dari Cairo yang mengantar buku-buku anaknya yang masih di Mesir mereka senang. Mereka terus banyak bertanya tentang Mesir. Tentang keadaan anaknya kira-kiranya. Azzam menjelaskan dengan penuh kesabaran. la membayangkan seperti itulah kira-kiranya ibunya dulu bertanya kepada teman-temannya yang ia titipi sesuatu untuk disampaikan pada ibunya. Pukul setengah dua sampai di alamat kedua. Lalu tancap gas ke Purwokerto dan Cilacap. Mereka sampai di Cilacap saat subuh tiba. Mereka shalat subuh dahulu sebelum menurunkan barang di alamat yang dituju. Kang Paimo sudah tidak kuat maka digantikan oleh Si Kamdun. Langsung tancap gas ke Jogjakarta. Baru sampai Kebumen, Kang Paimo minta berhenti istirahat. "Kita berhenti dulu Zam, istirahat. Di depan ada rumah makan besar yang ada mushallanya. Kita bisa tidur di mushalla itu beberapa jam saja." Azzam mengiyakan usul Kang Paimo. Lebih baik istirahat dulu agar tubuh kembali fit dan segar, daripada memaksakan diri yang bisa berakibat fatal. Mereka istirahat cuma dua jam. Kang Paimo dan Si Kamdun bisa tidur begitu nyenyak dan tenang. Mereka bangun, makan, dan melanjutkan perjalanan. Pukul tiga sore mereka sampai di Jogja. Ada tiga alamat yang harus mereka datangi. Yaitu di Kotagede, Krapyak, dan Kalasan. Mereka langsung menuju Klaten. "Coba kamu tengok Zam. Klaten berapa tempat?" Ujar Kang Paimo sambil memindah gigi truk agar melaju lebih aDef 205 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
cepat. "Cuma satu Kang." “Di mana?" “Pesantren Daarul Qur’an, Polanharjo." “Oh aku tahu. Itu pesantrennya Kiai Lutfi. Aku dulu sering diajak Pak Mahbub mengaji pada Kiai Lutfi kalau hari Rabu." “Mengaji apa Kang?" “Kitab Al Hikam." “Sekarang masih sering ke sana Kang?" “Jarang. Aku sering luar kota sih Zam." “Ya kalau pas di rumah mbok ya disempatkan ngaji Kang." “Insya Allah, masak ngejar dunia terus ya Zam." “Oh ya Zam. Aku dengar putrinya Kiai Lutfi kan kuliah di Cairo juga tho. kamu kenal?" “Kenal Kang." “Kalau belum punya calon, kamu lamar saja Zam. Orang orang bilang, putrinya Pak Kiai Lutfi itu cantik lho Zam." “Aku tahu itu Kang. Tapi dia sudah tunangan. Minggu depan dia nikah." “Wah berarti bukan rizkimu Zam." “Kang Sampeyan tahu tidak jumlah anak Kiai Lutfi. Semuanya berapa?" “Setahuku cuma dua. Yang pertama laki-laki dan sekarang diambil menantu oleh Kiai Hamzah Magelang. Dan tinggal di Magelang. Yang kedua ya yang kuliah di Cairo itu." Pukul setengah delapan malam, truk itu sampai di Pasar Tegalgondo. Kang Paimo belok kiri ke arah Janti. Kang Paimo lalu tancap gas. Jalan sepi. Di depan tampak sebuah mobil sedan. Azzam kenal dengan mobil itu. "Pelan Kang. Kalau tidak salah itu mobilnya Anna, putri aDef 206 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kiai Lutfi." Kata Azzam. Kang Paimo agak teliti melihat ke depan. Truk itu berjalan hanya sepuluh meter di belakang sedan. Sangat jelas sekali sedan itu Toyota Vios. “Yang mengendarai kelihatannya perempuan berjilbab Zam." “Aku yakin itu Anna, Kang." Sedan itu sampai di pertigaan Polanharjo ambil kiri. Truk terus mengikuti. Sedan Vios itu terus berjalan sampai di pertigaan lagi, ambil kiri. Dan truk itu juga mengikuti. Masuk di perkampungan desa Wangen. Hati Azzam entah kenapa berdesir, jantungnya berdegup lebih kencang. Sedan itu masuk gerbang pesantren. Truk juga masuk. Truk parkir tak jauh dari sedan. Pengemudi sedan keluar. Perempuan tinggi semampai berjilbab biru muda. Azzam terperanjat. la seperti melihat gadis yang ia tolong di Cairo. Perempuan itu menoleh ke arah truk. Dalam terang cahaya lampu truk tampak benar pesona kecantikannya. Perempuan itu memang Anna Althafunnisa. Azzam turun, lalu dengan hati bergetar melangkah ke arah Anna. Putri Kiai Lutfi itu terhenyak melihat siapa yang datang. "Assalamu'alaikum, maaf saya mau mengantar buku buku dari Cairo yang dikirim lewat kontainer Pak Amrun." Kata Azzam pada Anna. "Wa... wa... wa'alaikum salam. Oh ya Mas Azzam. Turunkan saja di rumah." Anna agak gugup dan tidak percaya kalau yang mengantar buku-bukunya adalah Azzam. Anna bergegas masuk rumah. Ia membuka pintu ruang tamu selebar-lebarnya. Anna lalu bergegas ke masjid memberi tahu ayahnya yang saat itu sedang membacakan aDef 207 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kitab Fathul Wahhab pada para pengurus dan santri senior. Azzam membantu Kang Paimo dan Si Kamdun menurunkan kardus-kardus berisi buku dan meletakkan nya di ruang tamu kediaman Kiai Lutfi. Anna dan Kiai Lutfi sampai di samping truk. Mereka berdua melihat kesibukan tiga orang itu. Anna mengamati Azzam dengan seksama. Ada rasa kagum bercampur heran masuk dalam hatinya. Kagum ada pemuda yang ulet dan pekerja keras seperti Azzam. Pemuda yang tidak malu untuk meng angkat karduskardus seperti itu demi ibu dan adik adiknya. Dan heran, Azzam sama sekali tidak canggung menyatu bersama dengan kedua orang temannya, yang ia pastikan adalah seorang sopir dan kernetnya. Begitu melihat Pak Kiai Lutfi, Azzam menurunkan kardusnya lalu beranjak menjabat dan mencium tangan ayahanda Anna itu. Apa yang dilakukan Azzam diikuti dua temannya. "Azzam ya?" Sapa Pak Kiai. "Inggih Pak Kiai." “Aku sudah tahu banyak tentangmu. Ayo kita masuk dulu. Kita duduk dan ngobrol-ngobrol dulu." “Maaf Pak Kiai, ini biar kami selesaikan dulu." “Oh ya. Saya tunggu di ruang tamu sana ya?" “Baik Pak Kiai." Kiai Lutfi dan Anna masuk rumah. Pak Kiai meng hitung jumlah kardus yang telah dimasukkan ke ruang tamu. Sementara Anna ke dapur membuat minuman dan mencari makanan yang bisa dikeluarkan. Tak lama kemudian seluruh kardus milik Anna selesai diturunkan. Keringat Azzam berkucuran, demikian juga dua temannya. Mereka duduk-duduk di beranda. "Ayo Zam, masuk! Ajak teman-temanmu itu masuk!" Perintah Pak Kiai. aDef 208 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
"Kami masih keringatan Pak Kiai." Jawab Azzam pelan. "Tidak apa-apa ayo, jangan duduk di situ. Ini sudah ada tempat duduk. Nanti AC-nya aku hidupkan biar sejuk." Desak Pak Kiai. "Baik Pak Kiai." Azzam dan kedua temannya masuk. Azzam membuka topinya. Rambut dan wajahnya tampak sedikit kusut dan awut-awutan. "Sudah dari mana saja Zam?" Tanya Pak Kiai. Azzam lalu menceritakan perjalanannya. Sejak berangkat sampai ke Jakarta. Lalu ke Tegal, Purwokerta, Cilacap dan Jogja. Pak Kiai Lutfi mengangguk-anggukkan kepala. "Terus setelah dari sini mau ke mana lagi Zam?" “Wah masih banyak lagi Pak Kiai. Perjalanannya masih panjang. Yang kami tempuh baru sepertiga perjalanan. Ada tiga puluh satu alamat. Kami baru mengantarkan di sebelas alamat termasuk sini. Jadi masih ada dua puluh alamat lagi." “Yang sudah mana saja?" Tanya Pak Kiai lagi. "Tegal dua. Purwokerto tiga. Cilacap dua. Jogja tiga. Dan Klaten, sini, satu." Jawab Azzam “Dan yang belum tersebar di Sragen, Ngawi, Madiun, Jombang, Surabaya, Tuban, Rembang, Kudus, dan Kendal Pak Kiai." Lanjut Azzam menjelaskan rute yang akan ditempuhnya sekalian. "Wah kamu hampir keliling seluruh Jawa Zam." “Begitulah Pak Kiai, demi mengais rizki Allah." “Semoga Allah memberkahi." Anna keluar membawa nampan berisi empat gelas minuman segar berwarna kuning. Gadis itu meletakkan gelas ke meja satu per satu dengan hati-hati. Azzam menunduk, tapi kedua matanya tidak bisa untuk tidak memperhatikan jari-jari Anna mengambil dan meletakkan gelas. Jari-jari itu putih bersih dan lancip. Jari-jari yang indah. Azzam beristighfar dalam aDef 209 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
hati, ia merasa telah melakukan dosa dengan menikmati keindahan jari-jari lentik itu. Anna kembali masuk ke belakang. "Silakan diminum Nak Azzam. Kalau tidak salah ini sirup Markisa asli Brastagi Medan. Kemarin yang membawa kakaknya Anna yang di Magelang. Dia kan pergi ke Medan mengunjungi adik isterinya yang kuliah di USU. Pulang bawa sirup Markisa ini. Segar lho. Ayo!" Azzam, Kang Paimo, dan Si Kamdun mengambil gelas yang ada di hadapannya dan meminumnya. Minuman itu dingin. Mereka yang kehausan dan kegerahan sangat merasakan kenikmatannya. "Oh ya ngomong-ngomong kalian sudah makan belum?" Tanya Pak Kiai Lutfi. "Mm... mm..." Azzam merasa kikuk mau menjawab. "Aku tahu kalian belum makan. Paling terakhir kalian makan tadi siang. Kalau tidak di Jogja mungkin di Kebumen." Azzam diam. Pak Kiai Lutfi bisa menebak ke kikukannya. "Nduk, Anna! Siapkan makan yang enak!" Seru Kiai Lutfi sambil menoleh ke belakang. "Inggih Bah." Jawab Anna pelan, tapi jelas sampai ke ruang depan. "Aduh tidak usah repot-repot Pak Kiai." Ucap Azzam basa-basi. "Tidak. Kalian tidak boleh keluar dari rumah ini kecuali sesudah makan. Biar Anna yang menyiapkan. Aku juga ingin tahu seperti apa masakan putriku. Biasanya kan ada khadimah dan Umminya, jadi dia santai, tidak perlu masak. Katanya sih kalau di Cairo masak sendiri. Aku ingin tahu seperti apa yang akan ia hidangkan. Ini kebetulan dua khadimah yang biasanya membantu sedang tidak ada. Yang satu sedang pulang dan yang satunya ikut sama Umminya Anna ke Magelang, ke rumah kakaknya." Kiai Lutfi menjelaskan dengan santai ceplas-ceplos pada ketiga aDef 210 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tamunya. Suara Kiai Lutfi itu agak keras, sehingga terdengar sampai ke belakang. Anna mendengarnya dengan perasaan malu dan tertantang. Malu seolah-olah selama ini ia hanya anak Ummi, tidak berbuat apa-apa. Semua telah disediakan. Meskipun kenyataannya begitu. Tapi hal itu, entah kenapa membuat dirinya malu. Sebab di sana ada Azzam. Dan ia tertantang, ia akan membukti kan pada ayahnya bahwa ia adalah putri ayahnya yang bisa memasak enak. "Abah belum tahu kalau aku bisa masak nasi goreng ala Pattani Thailand!" Desis Anna dalam hati sambil tersenyum. Ia belajar membuat nasi goreng yang unik itu dari Jamilah, gadis asli Pattani saat masih di Alexandria. Tadi sore ia melihat di nasi rice cooker masih penuh dan kulkas ada bahan yang lengkap untuk masak nasi goreng ala Pattani. Ia memang sudah merencanakan membuat nasi goreng untuk dirinya sendiri malam ini. Lima belas menit kemudian Anna keluar dengan membawa hasil masakannya. Anna mengeluarkan tiga piring yang isinya tampak sebagai telur dadar berbentuk segi empat. Kiai Lutfi mengenyitkan keningnya. "Silakan Mas Azzam!" Anna mempersilakan. "Apa ini Nduk, cuma telur dadar begini?" Ucap Kiai Lutfi. Anna hanya tersenyum dan kembali masuk. Ia tidak menjawab pertanyaan Abahnya. "Setahu saya ini namanya nasi goreng Pattaya. Nasi goreng khas muslim daerah Pattani di Thailand." Justru Azzam yang menerangkan. Azzam mengambil piring itu dan menyendok dadar telur persegi empat. Ternyata di dalamnya ada nasi goreng yang ada cacahan daging ayamnya. Pak Kiai Lutfi jadi takjub. aDef 211 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
"Nasinya dibungkus telur ya. Kok bisa ya?" Heran Kiai Lutfi. Azzam menyantap dengan lahap. Ia harus mengakui masakan Anna lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia merasa Furqan benar-benar pria paling beruntung di dunia. Anna tidak hanya cerdas, dan berprestasi secara akademik. Gadis itu ternyata juga jago masak. Kang Paimo dan Si Kamdun juga makan dengan lahap. "Wah, luar biasa. Ini enak betul. Gurih! Dan unik Pak Kiai!" Komentar Kang Paimo sambil mengacungkan jempolnya pada Kiai Lutfi. Kiai Lutfi menelan ludahnya. la sangat penasaran pada masakan putrinya itu. Kenapa cuma tiga piring? la malu mau minta pada putrinya. Sementara Anna tersenyum di belakang, mendengar perkataan-perkataan yang memujinya di depan. la sengaja membiarkan Abahnya melihat tamunya makan. la sedikit ingin 'mencandai' ayahnya. Ketika ia yakin ayahnya berada di puncak penasaran dan nafsu makannya, ia keluarkan bagian untuk Abahnya. "Lha yang ini untuk Abah! Ini namanya nasi goreng Pattaya Bah!" Kata Anna pelan sambil tersenyum. Abahnya tersenyum lalu mencicipi nasi goreng bikinan putrinya. Ia masih penasaran, bagaimana meletakkan nasi dalam balutan telur dadar ini. Ini memang baru kali pertama ia menemukan penyajian masakan seperti itu. "Ini cara memasukkan nasinya bagaimana ya Zam?" Tanya Kiai Lutfi. Azzam tersenyum. Azzam mau menjawab, tapi sebelum ia menjawab dari dalam suara Anna terdengar menyahut, “Nanti Anna ajarin cara membuatnya Bah!" Kiai Lutfi tersenyum. Malam itu putrinya membuat kejutan untuknya. Selesai makan Azzam dan kedua temannya ber pamitan pada Kiai Lutfi. Azzam dan dua temannya turun ke aDef 212 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
halaman. Kiai Lutfi mengikuti di belakang. Malam terang. Bulan perak sebesar semangka seperti bertengger di langit, di kelilingi bintang-bintang. Azzam melangkah tenang. "Nak Azzam." Kiai Lutfi memanggil. Azzam menghentikan langkah. Anna memperhatikan dari beranda dengan seksama. "Iya Pak Kiai." “Kalau ada waktu senggang sering mampir ke sini ya? Itu anak-anak santri perlu mendengar banyak hal dari orang yang punya pengalaman lebih sepertimu." “Aduh saya ini juga masih bodoh Pak Kiai. Mohon doa restunya." “Benar ya sering datang?" “Insya Allah." “Oh ya satu lagi. Rabu depan kamu sudah selesai kan mengantarkan buku-bukumu itu?" “Insya Allah." “Datang ke sini ya. Pengajian Al Hikam. Untuk umum. Biar kamu srawung dengan banyak orang. Biar nanti dengan silaturrahmi tambah jaringan dan koneksi. Di antara yang ngaji itu banyak juga lho pebisnis-pebisnis muda Solo dan Klaten." “Iya Insya Allah." “Terakhir." “Jangan lupa hari Jumat datang. Itu hari pernikahan Anna." “Insya Allah." “Ingat semua insya Allah yang kamu ucapkan itu aku tagih lho." “Doanya bisa memenuhi Pak Kiai." Cahaya bulan menerangi halaman. Rumputrumput Jepang di sela-sela paving tampak hijau keperakan. Angin malam mengalir pelan. Azzam naik truk dengan me ngucap salam. aDef 213 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
*** Truk yang dinaiki Azzam menderu dan hilang dari pandangan. Kiai Lutfi mengambil nafas panjang. Kiai Lutfi naik ke beranda. Anna masih berdiri di sana. Lalu sambil berjalan masuk rumah ia berkata pada putrinya, “Abah suka dan kagum pada pemuda itu. Sayang baru tahu dan bertemu sekarang." Ada rasa dingin masuk dalam relung-relung hati Anna. "Jujur, pemuda seperti Azzam itu kalau boleh Abah berterus terang adalah pemuda yang jadi idaman Abah. Sayang baru bertemu sekarang. Jika Abah masih punya anak putri pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Abah tahu tentang perjuangannya membesarkan adik-adiknya. Dia sungguh pemuda luar biasa!" Ada gemuruh cemburu luar biasa dalam hati Anna. Lalu perasaan sedih perlahan menyusup ke dalam hatinya. Mata Anna basah mendengar perkataan Abahnya. Ingin rasanya ia katakan pada Abahnya, bahwa Azzam itulah ternyata pemuda yang dulu menolongnya. Pemuda yang menundukkan pandangannya dan mengatakan namanya Abdullah. Azzam itulah juga pemuda yang dulu sangat mengesan di hatinya. Bukan hanya dulu, bahkan sampai sekarang. Tapi takdir telah memilihkannya jalan. Furqanlah jalannya. Anna masuk kamarnya. Dan di kamarya ia menangis. Kata-kata Abahnya terus terngiang-ngiang dalam hatinya, “Jika Abah masih punya anak putri, pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyianyiakan aDef 214 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kesempatan." *** Di jalan Kang Paimo dan Si Kamdun tiada henti hentinya memuji Anna Althafunnisa. Mereka juga tiada hentihentinya memuji keramahan Pak Kiai Lutfi. "Aku tidak mengira Pak Kiai ternyata ramah sekali dan bisa sangat cair dengan tamunya. Selama ini kalau aku ikut pengajian Al Hikam beliau kan tampak berwibawa sekali." Kata Kang Paimo. "Tapi kukira ini semua karena berkahnya Azzam. Kalau tidak bareng Azzam mungkin lain ceritanya. Karena bareng Azzam kita dapat mencicipi masakan putrinya Pak Kiai segala. Tidak sembarang orang lho bisa mendapatkan kemuliaan seperti ini. Memang berkumpul dengan orang baik seperti Azzam ini banyak berkahnya. Sering-seringlah kamu ajak kami ya Zam kalau ada acara apa saja, atau kalau jalan ke mana begitu. Biar kami kecipratan berkahnya." Sahut Si Kamdun. "Ah kamu ini ada-ada saja Dun. Ini semua karena berkah silaturrahmi. Begitu saja." Azzam meluruskan. Truk itu melaju kencang ke Solo. Ketika masuk perbatasan Kartasura Kang Paimo bertanya, “Mau pulang dulu tidak Zam?" Azzam menggelengkan kepala. "Kenapa?" “Nanti malah tidak selesai-selesai. Kalau saya pulang dulu pasti saya akan ditahan ibu dan adik-adik saya. Baru boleh berangkat lagi besok pagi. Itu pun pasti agak siang jika sudah sarapan. Sudah lurus saja. Jika belum saatnya pulang ya tidak usah pulang!" Tegas Azzam. "Wah kamu bakat jadi pemimpin besar Zam. kamu aDef 215 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
punya disiplin yang bisa diandalkan!" Sahut Kang Paimo. Truk itu terus melaju melewati Solo, lalu ke Sragen. Sampai di Sragen pukul sebelas malam. Kemudian melanjutkan perjalanan dan mengantarkan buku-buku itu ke Ngawi, Madiun, Jombang, Surabaya, Tuban, Rembang, Kudus, dan Kendal. Azzam dan kedua temannya pulang kembali ke rumahnya di Sraten, Kartasura, dua hari setelahnya. Azzam memasuki rumahnya dini hari jam empat. la disambut ibu dan kedua adiknya dengan penuh cinta dan kerinduan. Husna langsung menyiapkan air hangat untuk mandi kakaknya. Melalui perjalanan mengantar buku-buku itu Azzam banyak belajar dan mengambil pelajaran. Azzam juga sudah benar-benar bisa mengendarai truk itu karena mengantarkan bukubuku. Dalam perjalanan dari Sragen dan Ngawi Kang Paimo kelelahan, dan Si Kamdun tak kuasa menahan kantuk. Kang Paimo memaksa Azzam untuk mengemudikan. Pertama ia mengemudikan dengan pelan. Lama-lama tambah kecepatan. Dan akhirnya bisa mengemudikan truk itu dengan baik dari Sragen bahkan sampai Madiun. Ia jadi banyak belajar dari jalan. *** aDef 216 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
11 Ujian Tak Terduga Azzam meminjam sepeda motor butut milik Husna. la harus shalat Ashar di Wangen. la telah berjanji pada Kiai Lutfi bahwa dirinya akan ikut pengajian Al Hikam. la tidak mau mengingkari janji yang telah terlanjur ia ucapkan. Meskipun saat itu lelah dari tubuhnya belum benar-benar punah. Ia pacu sepeda motor tua itu sekuatkuatnya. Tapi lajunya maksimal tetap enam puluh kilometer perjam. Menjelang sampai Polanharjo ia melihat sawah yang terhampar. Sejenak ia hentikan motornya. Sudah lama ia tidak menikmati pemandangan sawah seperti itu. Di kejauhan ia melihat orang-orang sedang bekerja. Mereka mencangkul bergelut dengan lumpur. Dari jauh mereka kelihatan seumpama kayu hidup, tak berbaju. aDef 217 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Terik matahari memanggang mereka. Tubuh mereka hitam dan berkilauan karena keringat. Keringat mereka merembes dari setiap pori-pori lalu jatuh dan jadi pupuk penyubur padi yang kelak mereka tanam. “Mereka para pahlawan, karena keringat merekalah jutaan orang bisa makan." Gumam Azzam. Setelah puas menikmati pemandangan yang meng gugah itu ia melanjutkan perjalanan. Lima belas menit sebelum ashar Azzam sampai di masjid pesantren. Masyarakat yang hendak mengikuti pengajian Al Hikam telah banyak berdatangan. Azzam melihat di antara yang hadir ada Pak Mahbub, imam masjid di kampungnya. Pak Mahbub tampak sedang asyik berbincang dengan seorang kakek berbaju hitam. Azzam tidak ingin mengganggu keasyikan mereka. Ia lalu melihat Kiai Lutfi berjalan dari rumah ke masjid. Kiai itu berbincang dengan seorang santri. Lalu mengitarkan pandangannya ke arah jamaah yang ada di dalam masjid. Azzam terus memperhatikan gerak gerik Kiai itu. Dan saat kedua matanya dan kedua mata Kiai Lutfi bertemu, ulama kharismatik itu tersenyum padanya. Ia kaget ketika Kiai Lutfi berjalan ke arahnya. "Kau memenuhi janjimu Zam?" “Janji memang harus dipenuhi Pak Kiai." “Kebetulan kamu datang. Aku mau minta tolong, tapi maaf mendadak." “Apa itu Pak Kiai." “Sepuluh menit yang lalu aku dapat kabar Kiai Rosyad Teras Boyolali wafat. Dia kakak kelasku di Sarang. Aku harus ke sana. Sebab mau dikubur bakda ashar ini juga. Lha ini kok kebetulan Si Hamid yang biasa jadi badal sedang di Jogja. Kasihan kalau pengajian diliburkan. Aku minta kamu yang mengantikan ya." Mendengar kalimat aDef 218 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
terakhir Kiai Lutfi Azzam bagai disambar petir. Ia sama sekali tidak siap dan tidak menduga hal ini akan menimpanya. Seketika keringat dingin keluar dari poriporinya. “Menggantikan Pak Kiai menjelaskan isi Al Hikam!?" Tanya Azzam. "Iya." “Aduh Pak Kiai saya tidak bisa. Sungguh!" “Kamu jangan terlalu merendah. Alumni Al Azhar pasti bisa." “Tapi saya datang untuk belajar Pak Kiai." “Ini juga belajar." “Saya tidak bawa kitabnya Pak Kiai." “Pakai kitabku." “Sungguh Pak Kiai, jangan saya!" “Tak ada yang lain. Kalau kamu tidak mau namanya menyembunyikan ilmu." “Jujur Pak Kiai, saya tidak siap." “Sudah, kamu jangan mbulet-mbulet. Ayo ikut aku mengambil kitab. Aku jelaskan sampai di mana. Ayo Nak!" Dengan hati bergetar Azzam bangkit mengikuti Kiai Lutfi. Saat berpapasan dengan beberapa santri, tampak para santri memperhatikannya dengan penuh tanda tanya. la tidak memakai sarung lazimnya para santri. Tapi ia pakai celana. Untungnya ia memakai baju panjang dan kopiah putih. Jadi masih tidak terlalu menarik perhatian. Kiai Lutfi memintanya duduk di kursi yang ada di beranda. Kiai Lutfi lalu masuk untuk mengambil kitabnya. Di ruang tengah Kiai Lutfi bertemu Anna. "Jadi ke Boyolali Bah?" “Iya." “Yang mengajar ngaji Al Hikam siapa?" “Tadi rencananya Si Hamid seperti biasa. Tapi ia ternyata pergi ke Jogja. Tapi alhamdulillah ada pengganti aDef 219 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
lain yang semoga lebih baik." “Siapa Bah?" “Azzam." “Azzam siapa?" “Siapa lagi kalau bukan temanmu itu. Yang ngantar kitab ke sini" "Dia? Dia ada di sini?" "Iya mau ikut pengajian. Untung Abah lihat, jadi kupaksa saja dia." “Abah ini, itu namanya zalim Bah! Kasihan dia, kalau tidak siap bagaimana?" “Abah tidak zalim insya Allah. Ini akan jadi pelajaran penting bagi dia insya Allah. Dia akan sadar kalau alumni Timur Tengah itu harus siap mengabdi pada ummat kapan saja. Harus selalu siap." “Terserah Abah lah." Kiai Lutfi mengambil kitab Al Hikamnya. Lalu memberi tahu Azzam di halaman berapa Azzam harus membacakan. Kitab itu sudah ada di tangan Azzam. Pemuda kurus itu menerima dengan dada panas dingin. la tidak tahu apa nanti yang akan ia sampaikan pada sekitar tujuh ratus orang yang sore itu telah datang untuk mengambil cahaya dari Al Hikam. "Tenang nanti begitu selesai shalat ashar aku akan memberi sedikit pengantar memperkenalkan kamu pada jamaah. Kamu langsung naik mimbar menguraikan Al Hikam." Kata Kiai Lutfi. Kaki Azzam terasa begitu berat untuk melangkah. Baginya ini adalah ujian yang lebih menegangkan dari ujian di Al Azhar. Azan ashar dikumandangkan. Jantung Azzam berdegup kencang. Ia menenangkan diri dengan me ngambil air wudhu meskipun ia masih punya wudhu. aDef 220 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam shalat sunnah qabliyah. Dalam sujud Azzam memohon pertolongan kepada Allah. Selesai shalat sunnah Azzam membaca bab yang harus ia jelaskan nanti. Tak lama kemudian iqamat dikumandangkan. Kiai Lutfi maju ke depan. Dengan sangat teliti ia menata barisan. Masjid itu penuh oleh santri dan masyarakat umum. Takbiratul ihram menggema sampai ke relung relung jiwa seluruh makmum. Azzam shalat dengan hati bergetar. Selesai shalat ashar setelah istighfar Kiai Lutfi langsung naik ke mimbar, “Assalamu'alaikum wr. wb. Jamaah sekalian, bapak bapak dan ibu-ibu yang mulia. Sore ini Kiai Rosyad, seorang ulama dari Boyolali dipanggil Allah. Inna lillahi wa inna ilahi raaji'un. Mohon maaf, saya harus takziyah ke sana. Pengajian Al Hikam insya Allah akan digantikan oleh Ustadz Khairul Azzam. Ustadz muda yang baru pulang dari Mesir. Sebelum pengajian mari kita shalat ghaib dahulu bersama. Menshalati jenazah Kiai Rosyad rahimahullah Ta'ala." Kiai Lutfi kembali ke pengimaman untuk memimpin shalat ghaib. Setelah shalat beliau langsung keluar masjid dan masuk ke mobilnya meluncur ke Boyolali. Beberapa jamaah mengikuti Pak Kiai takziyah. Namun 99 persen jamaah tetap khidmat di dalam masjid. Di lantai atas, Anna dan Bu Nyai Nur juga duduk khidmat. Anna sangat penasaran apa yang akan disam paikan oleh kakaknya Husna. Hatinya khawatir Azzam akan mengecewakan jamaah. Bukan karena tidak bisa menyampaikan, tapi karena tidak ada persiapan sama sekali. Ia tahu ayahnya suka main todong saja. Kalau ia yang ditodong seperti Azzam pasti akan ia tolak mentah mentah. Bahkan pada orang yang menodong seenaknya seperti itu ia pasti akan marah. Azzam naik ke mimbar. Dari lantai dua Anna aDef 221 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
memperhatikan. Azzam tidak tahu kalau putri Kiai Lutfi itu memperhatikannya. Kalau tahu bisa kacau suasana hatinya. Azzam membuka dengan salam, lalu mengajak para jamaah membuka pengajian dengan bacaan Al Fatihah bersama. Hati Azzam bergetar ketika lantunan fatihah menggema begitu dahsyat. Dilantunkan bersama oleh ratusan orang di rumah Allah yang mulia. Kemudian Azzam membaca hamdalah dan shalawat kepada Rasulullah. la telah menguasai keadaan. Barulah Azzam berkata dengan suara yang tenang dalam bahasa Jawa yang halus, “Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, jujur, saya ini sebenarnya juga masih bodoh. Maka saya datang ke pesantren ini untuk mengaji. Jujur, saya datang untuk mengaji, untuk menimba ilmu. Bukan untuk mengajar. Bukan untuk membacakan kitab. Tapi Romo Kiai Haji Lutfi Hakim memaksa saya untuk naik ke mimbar ini. Saya tidak bisa berkutik apa-apa kecuali menjalankan titah Pak Kiai. Sebab saya ini santri. "Jamaah yang mulia, anggap saja saya ini sedang latihan. Jadi kalau nanti banyak khilaf mohon dimaafkan. Maklum masih bodoh dan sedang latihan. "Baiklah jamaah yang mulia. Kita akan lanjutkan apa yang sebelumnya telah dibacakan oleh Romo Kiai Lutfi. Terakhir kita sampai pada kalimat hikmah yang ditulis Ibnu Athaillah As Sakandari: Man atsbata li nafsihi tawadhuan fahuwa al mutakabbiru haqqan! Yaitu siapa yang yakin bahwa dirinya merasa tawadhu' maka berarti dia benar benar telah takabbur. Tentu Romo Kiai telah menjelaskan panjang lebar masalah itu." Kalimat-kalimat yang disampaikan Azzam itu terasa ringan masuk kalbu para jamaah. Anna yang ada di atas mulai yakin Azzam akan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anna tidak ingin aDef 222 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam gagal dalam menyampaikan isi hikmah Ibnu Athaillah As Sakandari pada ratusan jamaah tetap pengajian Al Hikam. Anna mendengar Azzam melanjutkan pengajiannya: “Kali ini kita hayati bersama kalimat Ibnu Athaillah yang berbunyi: 'Laisa al Mutawadhi'u al-ladzi idza tawadha'a ra'a annahu fauqa ma shana'...' Artinya, bukanlah orang yang tawadhu' atau merendahkan diri, seorang yang jika merendahkan diri merasa dirinya di atas yang dilakukannya. Misalnya, contoh sederhananya ada orang merasa tawadhu' dengan duduk di belakang suatu majelis, tapi pada saat yang sama ia merasa tempat yang pantas bagi dirinya adalah di atas itu yaitu duduk di bagian depan majelis itu. Maka orang seperti ini menurut Ibnu Athaillah As Sakandari bukanlah orang yang tawadhu'. Bahkan sejatinya orang yang sombong. 'Atau misalnya ada orang merasa tawadhu', merasa telah merendahkan diri dengan datang ke suatu tempat menggunakan sepeda ontel, tapi dia merasa dirinya sebenarnya pantas di atas itu yaitu menggunakan motor. Maka orang seperti ini bukan orang yang merendahkan dirinya, tapi orang yang sombong. "Lantas siapakah orang yang benarbenar tawadhu'? Orang yang benar-benar merendahkan diri? “Ibnu Athaillah mengatakan di baris selanjutnya: 'Wa lakin al mutawadhi' idza tawadha'a ra-a annahu duna ma shana'a.' Artinya, tetapi orang yang benar-benar merendahkan diri adalah orang yang jika merendahkan diri merasa bahwa dirinya masih berada di bawah sesuatu yang dilakukannya. Misalnya, ada orang yang dipaksa duduk di bagian agak depan suatu majelis, ia akhirnya duduk di bagian agak depan, tapi ia merasa sesungguhnya dirinya lebih pantas duduk di belakang. Atau misalnya di masyarakat aDef 223 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ada orang yang dimuliakan dan dihormati banyak orang, ia selalu merasa dirinya, sejatinya belum pantas menerima penghormatan seperti itu. Itulah orang yang tawadhu'." Azzam berhenti sejenak memandang ke wajah beberapa hadirin. Di lantai dua tanpa sepengetahuan Azzam, Anna menyimak semua kalimat Azzam dengan seksama. Azzam merasa beruntung bahwa bagian kitab Al Hikam yang ia jelaskan ini pernah ia dapatkan penjelasannya dari Imam Muda bernama Adil Ramadhan. Dia adalah imam di masjid tak jauh dari apartemennya di Cairo. Imam muda itu sebenarnya adalah kakak kelasnya di Fakultas Ushuluddin, dan usianya sama dengannya. Adil Ramadhan lulus S.l. dengan predikat terbaik di angkatan nya, dan sekarang sudah diangkat sebagai asisten dosen di Universitas Al Azhar. Azzam merasa beruntung bahwa ia telah mengkhatamkan Al Hikam dibimbingan Imam Adil Ramadhan. Azzam menambah penjelasannya, “Jamaah yang mulia, tawadhu' adalah sifat orangorang mulia. Tawadhu' adalah sifat para nabi dan rasul. Kebalikan dari tawadhu' adalah takabbur, sombong. Ulama sepakat bahwa takabbur itu diharamkan dalam Islam! “Sombong adalah sifat milik Allah saja, yang berhak memiliki hanya Allah. Tidak boleh ada satu makhlukpun yang menyaingi Allah dalam hal ini. Siapa yang menyaingi Allah dan merasa berhak memiliki sifat takabbur maka dia berarti merasa menjadi Tuhan manusia. Orang yang seperti ini pasti mendapat murka dari Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman, 'Sombong adalah selendang ku, dan agung adalah pakaianku. Siapa yang menyaingi Ku dalam salah satu dari keduanya maka akan Aku lempar dia ke aDef 224 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dalam neraka Jahannam.17' “Karena rasa sayang dan cinta Allah memerintahkan Rasulullah Saw. untuk tawadhu'. Lalu karena rasa sayang dan cinta juga Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk tawadhu'. Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya Allah Swt. memerintahkan aku agar tawadhu', jangan sampai ada salah seorang yang menyombongkan diri pada orang lain, jangan sampai ada yang congkak pada orang lain.'18 “Rasulullah adalah teladan bagi orang berakhlak mulia. Beliau makhluk Allah paling mulia namun juga orang paling tawadhu' dalam sejarah ummat manusia. Sejak muda Rasulullah selalu merendahkan' dirinya. "Contoh yang menggetarkan jiwa kita, adalah beliau sama sekali tidak risih menjadi pengembala kambing. Dengan mengembala kambing beliau tidak hanya merendahkan diri pada manusia juga pada binatang. Beliau tidak canggung hidup di tengah-tengah kambing yang bau dan kotor. Beliau menjaga dan melayani kambing dengan penuh kasih sayang. Jika ada kambing yang melahirkan beliau membantu persalinannya. Tidak ada jarak antara beliau dengan kambing yang digembalakarmya. Rasulullah tawadhu' tidak hanya pada manusia juga pada binatang ternak yang di-gembalakannya. "Contoh sifat tawadhu' Rasulullah yang lain adalah beliau masih mau memakan makanan yang jatuh ke tanah. Dapat kita baca dalam Sirah Nabawiyyah bahwa setiap ada makanan jatuh ke tanah, Rasulullah Saw. tidak mem biarkannya. Beliau pasti mengambilnya dan mem bersihkannya. Beliau membuang kotoran seperti debu yang menempel padanya lantas memakannya. Beliau selalu 17 18 Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, dan Muslim Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ibnu Majah dan Abu Daud aDef 225 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menjilati jari-jarinya setelah makan. Beliau tidak merasa risih akan hal itu sama sekali. "Anas bin Malik ra., pembantu Rasulullah Saw., menjelaskan jika Rasul makan beliau menjilati jari-jarinya tiga kali. Anas meriwayatkan: Rasulullah Saw. bersabda, 'Jika makanan kalian jatuh maka buanglah kotorannya dan makanlah dan jangan meninggalkannya untuk setan!19 “Para sahabat nabi juga menghiasi dirinya dengan sifat merendahkan diri. Suatu hari Ali bin Abi Thalib membeli kurma satu dirham dan membawanya dalam selimutnya. Saat itu Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang memimpin ummat Islam seluruh dunia. Ada seorang lelaki melihatnya dan berkata padanya, 'Wahai Amirul Mu'minin, tidakkah kami membawakannya untukmu?' Ali menjawab dengan merendahkan diri, 'Kepala keluarga lebih berhak membawanya.'20 “Jamaah yang mulia, sejarah membuktikan hancurnya seseorang juga hancurnya suatu bangsa di antaranya adalah kesombongan dan kecongkakan yang dilestarikan. Seorang ulama menjelaskan hakekat sombong adalah jika seseorang merasa pantas dibesarkan padahal sejatinya tidak pantas. Jika seseorang merasa pantas menempati suatu derajat padahal ia belum pantas. "Bangsa kita ini akan bisa binasa jika masih banyak orang-orang yang sombong. Bahkan sombong yang telah membudaya. Misalnya, ada seorang yang masuk Fakultas Kedokteran dengan membayar uang yang berjuta-juta rupiah jumlahnya kepada pihak universitas. Ia tetap memaksakan diri masuk Fakultas Kedokteran, ia merasa pantas. Padahal sejatinya ia tidak pantas. Nilainya masih kurang. Tapi ia 19 20 Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Al Bidayah wan Nihayah aDef 226 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
merasa pantas karena memiliki uang. Kepantasan itu bahkan ia beli dengan uang. Ia tidak hanya sombong. Lebih sombong lagi, ia membiayai kesom bongannya itu. Maka yang akan jadi korban selain dirinya sendiri ya bangsa ini. Akan muncul di negeri ini nanti ribuan dokter yang tidak tahu apa-apa. Sehingga malpraktek ada di manamana. "Ada juga maskapai penerbangan yang sombong. Sebenarnya tidak pantas dan tidak layak terbang. Tapi merasa layak terbang. Merasa layak dibesarkan. Ia mempropagandakan perusahaannya sedemikian menyi laukan. Padahal pesawatnya adalah barang rongsokan. Pilotnya belum lulus jam terbang. Tapi ia sombong. la merasa layak terbang. Akibatnya jika demikian kebi nasaanlah yang datang berulang-ulang. "Juga, banyak orang merasa layak jadi pemimpin. Merasa layak jadi negarawan yang mengatur bangsa. Padahal mengatur diri sendiri saja tidak bisa. Mengatur keluarganya saja tidak bisa. Tapi ia merasa layak ditinggikan sebagai pengatur negara. Sesungguhnya yang mendorong itu semua adalah kesombongannya. Maka, jika sudah demikian hukuman dari Allah tinggal ditunggu kapan datangnya." Sore itu Azzam hanya membaca dua baris saja dari kitab Al Hikam. Namun penjelasannya cukup panjang dan mendalam. Bu Nyai Nur tersihir oleh uraian Azzam. Sementara Anna diamdiam semakin kagum pada pemuda itu. Anna kembali ingat perkataan ayahnya. Dan benarlah perkataan Abahnya malam itu: “Jika Abah masih punya anak putri, pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan." Begitu turun dari mimbar ratusan jamaah menyalami nya. Para santri berebutan ingin mencium tangannya. aDef 227 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Setiap kali mau dicium dengan cepat Azzam menarik tangannya. Ia merasa sangat tidak pantas dicium tangannya. Dosanya masih menggunung dan aib dirinya tak terhitung jumlahnya. Ia yakin jika yang ingin mencium tangannya melihat dosa dan aibnya, pasti akan menjauh darinya, tak akan sudi mencium tangannya. Pak Mahbub ikut menyalaminya dan memeluknya eraterat dengan mata berkaca-kaca, “Semoga ilmumu barakah Zam. Aku bangga padamu, Anakku. Aku jadi teringat ayahmu, teman seperjuangan Bapak. Semoga manfaat ilmumu menjadikan ayahmu diangkat derajatnya disisi Allah." "Amin. Doanya Pak Mahbub. Dan mohon bim bingannya, saya masih harus banyak belajar." Lirih Azzam. Seorang bapak-bapak setengah baya dengan batik biru keemasan datang menyalami Azzam dengan menyungging senyum, 'Aku bahagia ada anak muda sepertimu Nak. Pak Kiai Lutfi tidak salah memilihmu. Kalau boleh tahu Nakmas sudah menikah?" Bahasa lelaki itu halus dan santun. "Belum Bapak." “Kebetulan kalau begitu. Siapa tahu jodoh. Saya punya anak perempuan masih kuliah. Nama saya Ahmad Jazuli. Ini kartu nama saya. Nakmas boleh dolan bila ada waktu luang." Azzam menerima kartu nama yang diulurkan bapak itu dengan dada bergetar. *** Sepulang dari takziyah Kiai Lutfi langsung bertanya pada Bu Nyai, “Bagaimana Mi tadi pengajiannya?" Kiai Lutfi duduk meletakkan punggungnya di sofa. Di luar senja mulai turun. Sinar matahari yang aDef 228 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kekuning kuningan perlahan mulai pudar. Para santri ada yang sibuk mandi, ada yang sudah rapi, ada yang sibuk menata baju bajunya dan memasukkan ke dalam almari. Mendengar pertanyaan itu spontan Bu Nyai Nur menjawab dengan penuh semangat, “Wah luar biasa Bah! Pemuda itu bahasa Jawanya enak. Penjelasannya runtut dan dalam. Cuma dua baris saja dari kitab Al Hikam yang dia bacakan. Tapi penjelasannya masya Allah Bah. Haditsnya ia sampaikan. Seolah-olah dia itu hafal ratusan hadits. Terus contoh-contohnya mulai dari yang kecil-kecil, contoh tawadhu'nya Rasulullah, ada juga contoh sahabat. Terus itu Bah, bagusnya penjelasannya itu lho, masuk juga untuk keadaan bangsa saat ini. Jujur Bah ya, tapi Abah jangan marah lho!" “Apa itu Mi?" “Pertama, penjelasan Azzam dan cara menerangkan nya lebih aku suka daripada caranya Abah. Menurutku Abah terlalu membuat tasawuf angker. Terus contoh contoh yang Abah sampaikan seringnya cuma Mbah Kiai ini begini, Mbah Kiai itu begini, Syaikh ini begini, Syaikh itu begini. Langsung saja Bah kayak Azzam tadi, langsung induk-induknya yang diambil. Langsung Rasulullah, baru yang Iain-lain sampai masuk keadaan sekarang ini." Anna mendengar perbincangan kedua orang tuanya itu dari dapur. la tersenyum Abahnya dikritik Umminya. Dalam hati Anna berkata, “Bagus Mi, ayo terus kritik Abah. Biar semakin maju dan tercerahkan." la ingin tahu apa jawaban Abahnya. Apakah akan marah dan tinggi hati atau sebaliknya. Kalau marah maka ia akan sarankan kepada Abahnya agar tidak usah membacakan kitab Al Hikam saja. Kalau marah berarti aDef 229 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Abahnya sombong. Dan sebaiknya Abahnya belajar tidak sombong baru menga jarkan Al Hikam. "Iya maklum Mi. Azzam itu kuliah sampai Mesir, lha Abah kan cuma pesantren lokal. Kalau Azzam Ummi lihat lebih baik dari Abah alhamdulillah, Abah bersyukur, akan terus ada penerus perjuangan menegakkan kalimat Allah. Itu kan yang pertama Mi. Yang kedua apa?" Anna tersenyum mendengar jawaban Abahnya. Abahnya sungguh lapang dada. Tapi Anna senyum Anna hilang begitu mendengar perkataan Umminya, “Maaf Bah, entah kenapa hati Ummi sebenarnya kok cenderung pada pemuda itu setelah tadi mendengarkan uraiannya. Ummi merasa pemuda itu cocok jadi anak Ummi." “Maksudmu jadi menantumu." “Iya Bah." “Sudahlah Mi. Ummi ini panutan. Ummi harus bersyukur atas segala pemberian Allah. Semua manusia ada kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Anna sudah memilih Furqan. Insya Allah itu pilihan terbaik. Abah yakin Furqan juga punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh pemuda itu. Jangan mengatakan hal ini sama Anna. Nanti dia malah sedih. Kita harus dukung apa yang dipilih Anna, meskipun kita sebenarnya punya pilihan dan kriteria yang berbeda." Jawab Kiai Lutfi. Di belakang tanpa mereka ketahui Anna men dengarkan itu semua. Anna berusaha menahan tangisnya. Pelan-pelan ia naik ke lantai atas. Dan masuk ke kamarnya. Di kamar ia kembali menangis. Ia tak kuasa menahan sesak di dalam dada. aDef 230 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
12 Pernikahan Dini hari, kira-kira jam dua, tepat di hari Anna akan melangsungkan akad nikah, Kiai Lutfi bermimpi. Sebuah mimpi yang menakjubkan. Dalam mimpinya itu ia melihat gugusan bintang. Lalu ada bintang paling terang turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren. Kiai Lutfi melihat beberapa tunas pohon kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren. Lebih menakjubkan lagi dalam mimpinya itu ketika ia ke kamar putrinya ia melihat sorban putih wangi ada di sana. Entah kenapa sepertinya ia yakin sorban putih itu adalah milik Kiai Sulaiman Jaiz, yang tak lain sebenarnya adalah pendiri pesantren Wangen. aDef 231 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kiai Lutfi terbangun dengan rasa takjub masih menyelimutinya. Ia bangunkan Bu Nyai Nur, isterinya. Ibunda Anna Althafunnisa itu membalikkan badan dengan sedikit menggerutu, “Ada apa Bah. “Tidak tahu apa, aku masih sangat ngantuk. Tadi aku tidur jam satu.” Abah mau besok aku pucat di hari yang paling bersejarah bagi Anna!??” “Ummi, tolong sebentar saja. Aku bermimpi sangat menakjubkan! Mimpi baik yang luar biasa indahnya.” Bisik Kiai Lutfi tepat di depan telinga isterinya. Bu Nyai Nur langsung membuka matanya dan bangkit perlahan. Ia dibangunkan oleh rasa penasaran. ”Mimpi apa Bah?” “Ini mimpi yang paling indah yang pernah aku lihat Mi. Aku bermimpi melihat gugusan bintang. Terus ada bintang yang sangat terang cahaya. Paling terang di antara lainnya. Bintang itu turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren kita. Tidak hanya itu, aku juga melihat beberapa tunas pohon kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren. Dan lagi aku menemukan sorban Kiai Sulaiman Jaiz yang sangat wangi di kamar Anna. Apa ya Mi takwilnya?” “Pasti baik Bah.” Jawab Bu Nyai Nur mantap. aDef 232 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ya tapi kira-kira apa ya?” “Menurutku itu petunjuk baik Bah. Petunjuk penting di hari pernikahan Anna. Bintang itu menurutku adalah Furqan. Karena ia nanti yang akan menggantikan Abah. Dialah bintang di mimbar itu. Lalu tunas-tunas pohon kelapa itu adalah anak-anak hasil pernikahan mereka. Dan sorban itu, bisa jadi menunjukkan kepada kita Furqan mungkin ada pertalian darah dengan Kiai Sulaiman Jaiz. Tapi ya Allahu a’lam Bah. Namanya juga takwil. Yang penting kita takwilkan yang baikbaik saja.” “Kurasa takwilmu sangat masuk akal Mi. Wah ini sangat membahagiakan. Anna harus diberi tahu biar dia semakin bahagia.” “Kita bangunkan dia sekarang?” “Tidak usah. Nanti selepas shalat subuh kita beri tahu dia.” Dan benar, selesai shalat subuh Kiai Lutfi dan Bu Nyai Nur memberitahukan mimpi itu kepada Anna. Bu Nyai Nur berkata, “Aku yakin kamu akan bahagia Nduk.” “Amin.” Sahut Anna dengan hati berbunga-bunga. Ia semakin mantap menghadapi detik-detik bersejarah yang tinggal beberapa jam saja akan dilaluinya. Hari itu Pesantren Daarul Qur’an Wangen lain dari aDef 233 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
biasanya. Gerbang pesanten dihiasi janur melengkung. Di sepanjang jalan dari pertigaan Polanharjo sampai pesantren dipasang umbul-umbul berwarna warni. Para santri libur, namun tetap berpakaian rapi. Sebagian besar dari mereka membantu menyiapkan acara bersejarah bagi keluarga besar pesantren itu. Yaitu hari akad nikah dan walimah Anna Althafunnisa. Panggung pengantin disiapkan di halaman rumah menghadap masjid. Panggung itu terasa mewah. Mahligainya bernuansa Islam Andalusia. Sementara tempat untuk tamu undangan juga terasa mewah. Halaman rumah Kiai yang sekaligus halaman masjid itu bagai di sulap dijadikan tempat seperti dalam dongeng seribu satu malam. Yang menggarap dekorasinya adalah para profesional yang didatangkan dari Jakarta. Sejak jam enam pagi Anna sudah bersiapsiap. Jam tepat pukul setengah tujuh ia sudah siap dengan gaun pengantin yang dipesan oleh Ibu Maylaf, ibunya Furqan pada desainer terkenal. Anna tampak begitu segar dan bernas. Pesona jelitanya bagai putri dalam dongeng. Tepat pukul tujuh Furqan dan rombongan datang. Mereka disambut dengan lantunan Thala’al Badru dan irama rebana yang begitu padu. Furqan tampak gagah lalu ia masuk masjid. Pagi itu ribuan orang akan menyaksikan akad nikah aDef 234 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
yang sudah lama terdengar gaungnya. Para santri dan masyarakat sekitar memenuhi masjid. Tetamu undangan yang berbondong-bondong datang pelan pelan memenuhi kursi yang disediakan. Di antara tamu yang hadir adalah Azzam sekeluarga. Ia menyewa mobil yang ia kendarai sendiri untuk datang. Ibunya sangat takjub dengan pesta yang sedemikian megahnya. ”Namanya juga yang punya gawe orang besar Bu. Ya wajar.” Kata Azzam pada ibunya. Ibunya hanya manggut manggut sambil terus melihat ke panggung pengantin yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sementara Husna meletakkan kado pada tempatnya. Azzam dan keluarganya memilih tempat yang agak di belakang. Seorang lelaki setengah baya memakai batik cokelat keemasan dengan peci tinggi datang. Serta merta Pak Kiai Lutfi yang melihatnya mempersilakan lelaki itu ke kursi paling depan. ”Itu yang datang adalah Bapak Bupati!” Bisik Husna pada kakaknya. ”Berarti banyak orang penting yang datang?” Gumam Azzam. ”Tentu Kak. Termasuk kakak kan orang penting. Kakak kan artis, teman dekatnya Eliana.” aDef 235 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Sst! Jangan bahas mendengarnya.” Eliana lagi ya. Bosan aku “Iya ya Kak. Husna tak akan bahas lagi.” Tamu-tamu terus berdatangan. Azzam melihat arlojinya. Jam delapan kurang lima menit. Ada seorang anak muda tinggi kurus, kulitnya agak hitam, berkoko dan berkopiah putih datang dan memilih duduk di samping Azzam. ”Kosong?” Tanya pemuda itu. ”Iya. Silakan duduk!” Jawab Azzam. ”Dari mana Mas? Dari Jakarta?” “Tidak. Dari dekat sini saja. Saya dari Sraten, Kartasura.” “Teman pengantin perempuan?” putra atau teman pengantin “Teman keduanya. Kebetulan adik saya ini akrab dengan pengantin perempuannya.” “Memang adik Mas kuliah di Mesir juga?” “Tidak. Di UNS. Katanya kenal saat bedah buku di sini. Dia jadi pembicaranya dan Anna jadi pembandingnya.” “Sebentar, apa berarti adik Mas ini Ayatul Husna yang cerpenis itu?” aDef 236 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Iya. Benar.” Husna yang di sampingnya diam mendengarkan. Manusia memang bermacammacam, pikirnya. Ada juga yang seperti pemuda ini. Baru duduk langsung memberondong dengan banyak pertanyaan. ”Di samping Mas ini ya orangnya?” “Benar.” “Sampaikan padanya saya selalu membaca cerpen cerpennya.” “Sampaikan sendiri saja langsung. Mumpung orangnya ada di sini.” “Saya malu Mas.” “O ya gantian, kalau Masnya dari mana?” Azzam gantian bertanya. ”Saya juga dari Klaten, tepatnya daerah Pedan.” “Kerja di mana Mas?” “Kerja tetap belum punya. Ini kan saya liburan. Ikut bantu mengajar di pesantren Pak Kiai Lutfi ini. Saya masih kuliah Mas.” “Kuliah di mana kalau boleh tahu? S1 apa S2?” “Saya sedang mengambil master di Aligarh India. Dulu aDef 237 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
S1 di Madinah.” “Masya Allah. Oh ya kok belum tahu nama Mas.” “Nama saya Muhammad Ilyas.” “Saya Khairul Azzam. Oh lagi, kalau boleh tahu, di India ada nggak ya kuliah S2 yang langsung menulis tesis begitu?” “Saya persisnya kurang tahu. Setahu saya ya pasti ada kelasnya. Tapi kalau S2 langsung by research, artinya langsung nulis tesis, di Malaysia ada.” “Malaysia?” “Iya. Mas S1 di mana?” “Di Al Azhar.” “ Wah, orang Mesir rupanya. “Minat S2?” ”Kalau S2 langsung nulis tesis, saya ada minat. Tapi kalau S2 masih harus masuk kelas seperti biasa, mending saya bisnis saja. Saya sudah malas ujian.” Kata Azzam dengan intonasi sedikit dikuatkan. Husna tersenyum mendengar perkataan kakaknya itu. Ia tahu jiwa kakaknya. Kakaknya masih ingin melanjutkan kuliah lagi. Itu pasti. ”Ya di Malaysia. Kalau mau saya ada teman yang sekarang kuliah di sana.” aDef 238 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Boleh.” “Ini kalau mau dicatat nomor hp saya. Nomor hp Mas?” “Oya, ini nomor hp saya, via adik saya Husna.” “Wah nomor cantik ya.” “Alhamdulillah.” Para tamu terus berdatangan. Dari pengeras suara diumumkan bahwa acara akad nikah sebentar lagi akan dilangsungkan. Tepat jam delapan akad nikah 21 dilangsungkan. Furqan menjawab qabiltu dengan lancar tanpa keraguan. Anna yang menyaksikan dan mendengar dari lantai dua masjid meneteskan air mata. Statusnya kini telah berubah. Ia telah resmi menjadi isteri Furqan Andi Hasan, MA. Ia berikrar dalam hati akan mencintai suaminya sedalam dalamnya. Dan akan membaktikan hidupnya untuk suaminya seikhlasikhlasnya. Furqan juga menangis. Ia menangis bahagia sekaligus menangis sedih. Bahagia karena ia telah resmi menjadi suami Anna Althafunnisa. Bahagia karena ia telah menyunting gadis yang diidam-idamkannya. Dan bahagia karena ia telah membahagiakan ayah dan ibunya. Namun di saat yang sama ia juga sangat sedih. Sedih karena ia merasa telah membohongi semua. Ia merasa telah 21 Qabiltu: Aku terima aDef 239 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mengkhianati dirinya sendiri. Dan ia telah mengkhianati Anna dan keluarganya. Tidak hanya mereka saja. Namun juga seluruh keluarga besar pesantren Wangen semuanya. Tak jauh dari situ. Meskipun Azzam tersenyum, ada rasa kecewa yang halus menyusup dalam hatinya. Yang berhasil menikahi gadis shalehah itu bukan dirinya, tapi temannya. Akad nikah yang baru dilangsungkan benar benar menjadi benteng yang menghalanginya untuk memiliki gadis itu selamanya. Anna bukan rezekinya. Ia harus mencari yang lain. Meskipun dulu ia pernah menasihati Fadhil ternyata untuk sama sekali tidak kecewa luar biasa susahnya. Tapi Azzam berusaha untuk menepis kekecawaan itu. Azzam menghibur dirinya, dalam hati ia merasa pernikahan Anna dengan Furqan kini membuat dirinya benar-benar merdeka. Dirinya merdeka dari harapan menyunting Anna, meskipun harapan itu tipis. Harapan yang selama ini masih sesekali datang begitu saja ke dalam hatinya tanpa ia pinta. Sekarang harapan itu telah sirna. Dan ia bisa lebih berkonsentrasi untuk meraih cita-citanya yang pernah ia sampaikan sambil bercanda pada Eliana, yaitu: jadi orang paling kaya sepulau Jawa. Azzam tersenyum. Ada yang lebih dalam rasa kecewanya melebihi Azzam, yaitu Muhammad Ilyas. Yang duduk tepat di samping Azzam. Ilyas yang lamarannya ditolak oleh Anna. Namun hari itu juga, meskipun kecewa, Ilyas merasa sudah merasa menemukan pengganti Anna. aDef 240 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Pengganti Anna yang ia yakin secara kualitas tak akan kalah jauh dari Anna. Dalam hati ia sangat bersyukur hadir di acara pernikahan itu, sebab ia telah berkenalan dengan kakaknya Ayatul Husna. Sebenarnya sebelum nekat melamar Anna ia sudah terpesona dengan cerpen-cerpen yang ditulis Ayatul Husna. Dan dalam hati ia juga tertarik dengan penulisnya. Ia berharap bahwa gadis itu belum ada yang melamarnya. Selesai akad nikah, pesta walimah langsung digelar. Acara digelar mengikut adat Surakarta. Ada upacara kecil serah terima pengantin. Yang lazimnya adalah pengantin putri diserahkan kepada keluarga pengantin putra. Tapi dalam upacara kali ini dibalik. Yaitu keluarga pengantin putra menyerahkan sang pengantin putra kepada pengantin putri. Lalu dari pengantin putri menerima pengantin putra. Untuk berbicara mewakili keluarga pengantin putra, keluarga Pak Andi Hasan menunjuk KH. Abdul Hadi seorang ulama besar dari Sukoharjo untuk mewakili. Dan dari pihak keluarga KH. Lutfi meminta KH. Salman Al Farisi dari Batur Klaten untuk mewakili. Upacara berlangsung begitu khidmat. Ratusan ulama dan tokoh penting sekabupaten Klaten dan sekitarnya datang memenuhi undangan. Bahkan ada tiga wartawan yang datang. Setelah acara serah terima pengantin. Pengantin putra aDef 241 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dan pengantin putri disandingkan. Sebenarnya Anna tidak mau disandingkan seperti itu. Ia tidak mau jadi tontonan. Furqan juga berpendapat yang sama. Tapi Bu Maylaf dan Bu Nyai Nur bersikukuh harus ada panggung untuk pengantin, harus ada pelaminan dan harus dirias dan disandingkan. Anna dan Furqan tidak bisa berkutik. Hal lagi yang Anna tidak sepakat, dalam pesta walimah itu tempat duduk tamu undangan antara pria dan wanita tidak semuanya dipisahkan. Hanya kursi-kursi bagian depan saja yang tampak jelas lelaki dan perempuan terpisah. Sementara yang agak belakang sudah campur tidak karuan. Selama duduk di pelaminan Anna terus menunduk ke bawah. Ia berbuat demikian karena rasa malunya pada banyak orang. Di tengah-tengah acara ada taushiyah yang disampaikan oleh KH. A. Mujiburrahim Noor dari Semarang. Kiai muda yang sangat digandrungi kawula muda di Jawa Tengah ini menyampaikan taushiyahnya dengan penuh humor-humor segar. Di tengah-tengah tausiyahnya itu Kiai muda itu mengatakan, “Kalau boleh saya ingin menyampaikan satu hikmah yang disampaikan oleh Agatha Christie, seorang penulis novel terkenal, pernah mengatakan, ’Suami paling baik bagi seorang perempuan adalah seorang arkeolog. Makin tua sang perempuan itu, makin cinta dan tergila-gila suaminya itu padanya.’ Saya sarankan kepada Mas Furqan untuk berjiwa seorang arkeolog pada Mbak Anna. Jadi semakin lama umur aDef 242 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
perkawinan akan semakin bahagia. Kenapa? Karena Mas Furqan memandang isterinya semakin bernilai, semakin mahal. Kan menurut arkeolog semakin berumur dan semakin tua barang itu akan semakin antik dan mahal. Demikian juga Mbak Anna saya sarankan untuk berjiwa arkeolog wanita, jadi semakin tua sang suami akan semakin tergila gila dan semakin mencintainya!” Para hadirin yang hadir bertepuk tangan dan tersenyum bahagia mendengarnya. Nasihat itu sejatinya oleh Kiai Mujib tidak hanya disampaikan kepada pengantin berdua. Tapi juga disampaikan untuk seluruh hadirin, agar semakin mencintai pasangan hidupnya. Acara ditutup dengan doa. Yang dipimpin langsung oleh ayah Anna Althafunnisa, yaitu KH. Lutfi Hakim. Saat doa dibacakan jiwa Anna bergetar. Furqan menangis kepada Allah agar dibukakan jalan bahagianya. Tak jauh dari situ Azzam berdoa semoga Allah menemukan pasangan hidup yang terbaik untuknya. Setelah doa ditutup, hidangan penutup dikeluarkan. Barulah setelah itu para hadirin mohon diri pulang. Azzam sekeluarga menemui Kiai Lutfi dan Bu Nyai. Kiai Lutfi berkata kepada Azzam, “Aku doakan kamu mendapatkan pasangan yang terbaik menurut Allah Nak.” Azzam mengamini pelan. Setelah itu Azzam menemui Furqan. Kedua sahabat lama itu berangkulan erat, Azzam mengucapkan, aDef 243 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Baarakallahu laka wa baaraka ’alaika wajama’a bainakuma fi khair.” Furqan mengamini. Lalu Azzam menelungkupkan kedua tangannya di depan dada di hadapan Anna. Spontan Anna melakukan hal yang sama. ”Terima kasih sudah datang. Juga terima kasih dulu pernah menolong.” Lirih Anna. ”Tak perlu berterima kasih untuk sebuah kewajiban.” Jawab Azzam sambil tersenyum. Ketika Azzam turun dari panggung, Anna sempat mengikutinya dengan ekor matanya sesaat. Ia teringat kata kata Abahnya saat Azzam mengantarkan buku, “Jika Abah masih punya anak putri, pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan.” Dalam hati Anna mengatakan, “Kaulah sejatinya dambaan Abahku dan juga dambaan diriku.” Anna langsung beristighfar. Ia merasa melakukan kesalahan besar. Sambil menyalami tetamu putri yang minta diri ia terus beristighfar. Ia mencoba menghapus bayangan Azzam dengan mimpi Abahnya semalam. Juga takwil mimpi Umminya. Bahwa bintang itu menurut Umminya adalah Furqan. Karena ia nanti yang akan menggantikan Abah. Dialah bintang di mimbar itu. Dan tunas-tunas pohon kelapa dalam mimpinya Abahnya itu adalah anak anak hasil pernikahannya dengan Furqan. aDef 244 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Hari akad nikah itu hari Jumat. Karena waktunya akan diputus shalat Jumat, maka acaranya benar-benar diringkas dan dipercepat. Pulang dari acara pernikahan Anna, Azzam mengajak Husna, Lia dan ibunya keliling kota Solo. Azzam menyewa mobilnya satu hari penuh. Ia merasa harus menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Selain untuk jalan jalan ia bertujuan untuk semakin memperbanyak jam terbang mengemudi, meskipun dengan mobil sewaan. Sejak kepulangan Azzam, Bu Nafis tampak lebih segar dan kesehatannya semakin membaik. Batuknya jauh berkurang. Melihat anaknya bisa mengemudikan mobil Bu Nafis merasa bahagia sekali. Bu Nafis berkata, “Aku doakan kamu bisa beli mobil Nak. Terus nanti kalau punya isteri bisa kamu ajak ke manamana dengan mobilmu.” Azzam, Husna dan Lia langsung menyahut, “Amin.” “Ngomongngomong kakak sudah punya calon belum?” Tanya Husna. ”Katanya calonnya Eliana.” Sahut Lia. ”Kalau Eliana jangan dibahas, dia itu cuma main-main. aDef 245 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kalau ngikutin dia bisa sakit jantung kita!” Tukas Husna. ”Iya Nak, kamu sudah ada pandangan?” Tanya Bu Nafis. ”Belum, Bu. Jujur saja ya. Selama ini perempuan yang aku kenal cuma tiga. Bu’e, Husna dan Lia. Belakangan kenal Eliana dan Anna. Itu saja.” Jawab Azzam. ”Kalau Sarah adik kita?” Sahut Lia. ”Ya kenal. Tapi kakak belum pernah ketemu dia kan. Waktu kakak berangkat dulu kan Sarah masih di kandungan.” “Kakak sudah ingin nikah?” Ujar Husna “Lha tentu lah Na. Kakak ini sudah tua. Itu tetangga kita Si Pendi sudah punya anak tiga. Si Pendi itu kan teman SD kakak dulu.” “Husna punya teman Kak, mau coba Husna temukan dia?” “Boleh saja.” “Kak Azzam sebenarnya sudah ketemu sama dia.” “Siapa?” “Itu Si Rina Jakarta.” “Itu yang ikut jemput di bandara?” “Ya. Dia itu baik akhlaknya. Husna jaminannya.” “Boleh.” aDef 246 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Wah kalau dia akan sangat cepat prosesnya Kak. Besok pagi menikah juga bisa. Sebab dia sudah bilang ke saya suka sama kakak. Dan kedua orang tuanya juga mengharapkan menantu lulusan Cairo. Kalau begitu besok saya hubungi Rina.” Husna bersemangat. Tapi Bu Nafis tiba-tiba menyela, “Bu’e tidak setuju!” Husna menoleh ibunya dengan pandangan heran. ”Kenapa Bu? Rina itu berjilbab dan baik. Dia teman baik Husna.” Pelan Husna. ”Ibu tidak setuju punya menantu Rina!” Tegas Bu Nafis. ”Iya tapi kenapa?” “Entah ibu tidak tahu. Yang jelas ibu tidak cocok! Rina sudah pernah ke rumah kan? Ibu tidak cocok!” Kata Bu Nafis sengit. ”Tenang Bu. Kita nanti akan cari yang ibu cocok.” Kata Azzam meredakan. Azzam tahu persis watak ibunya sekali bilang tidak cocok maka akan sangat sulit dilunakkan hatinya. Bagi Azzam, ibunya tidak cocok dengan Rina ia tak kehilangan apa-apa. Nanti Rina pasti akan ketemu jodohnya. Hanya saja saat ibunya tidak cocok dengan Rina berarti ia harus ikhtiar untuk mencari jodoh yang benar benar cocok baginya dan bagi ibunya. Sebab ia ingin menikahi perempuan yang benar-benar diridhai ibunya. aDef 247 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam membawa mobilnya ke Masjid Agung. Ia sudah rindu dengan masjid legendaris di Kota Solo itu. Masjid yang banyak memberikan kenangan indah padanya. Di antaranya dulu waktu masih SD ia pernah menjuarai Lomba Tartil Al Qur’an tingkat anak-anak seKaresidenan Surakarta yang diadakan oleh MUI Surakarta. Di Masjid Agung itulah ia lomba dan di masjid itulah ia menerima pialanya. Dan itu adalah piala pertama yang ia terima dalam hidupnya. Dengan susah payah akhirnya Azzam bisa memarkir mobilnya di halaman masjid. Karena jam terbangnya belum banyak, ia sampai keringatan saat memarkir mobilnya. Baginya yang belum mahir benar, memarkir mobil adalah kesulitan terbesarnya. Apalagi tempatnya begitu padat. Ia harus ekstra hati-hati. Azan pertama dikumandangkan. Ia memandang masjid kenangan. Masih sama dengan sembilan tahun silam. Sementara ia ke masjid untuk shalat Jumat, Ibu dan dua adiknya melangkah ke Pasar Klewer. Ia sempat berpesan pada Husna, “Lihat-lihat saja dulu, jangan mengadakan transaksi jual beli dulu ya. Nanti kita belanja setelah kakak selesai shalat Jumat. Okay Dik?” Husna mengangguk paham. aDef 248 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
13 Pertemuan Di Klewer Ada yang mengatakan, bahwa Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Sebagian orang-orang Solo meyakini hal itu. Meskipun orang-orang Jakarta selalu bilang pasar tekstil terbesar adalah Tanah Abang Jakarta. Yang jelas Pasar Klewer sebagai pasar batik dan lurik terbesar di Indonesia hampir tidak ada yang membantahnya. Dan pasar Klewer dikenal sebagai pasar aneka sandang terlengkap di Jawa Tengah juga diakui siapa saja. Pasar Klewer masyarakat Solo. adalah urat nadi perekonomian Terletak tepat di sebelah barat Keraton dan tepat di selatan Masjid Agung. Tiga tempat itu seolah satu kesatuan aDef 249 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
yang tidak bisa dipisahkan. Karena letaknya yang sangat strategis Pasar ini tak pernah sepi dari hiruk pikuk pembeli dan pedagang. Bahkan pelancong. ”Semakin padat saja ya Na Klewer sekarang?” Kata Azzam pada Husna. Ia sudah berada di sebuah lorong Pasar Klewer. Depan belakang dan kiri kanannya adalah kios pedagang sandangan. Mulai dari pakaian bayi, anak anak, sampai kakek-kakek dan nenek-nenek dijual di situ. Mulai yang murah sampai yang mahal. Mulai batik sampai jeans. Mulai baju pesta sampai baju takwa. Semua ada. ”Sangat padat Kak. Menurut data yang saya ketahui jumlah pedagang resminya saja tak kurang dari 1467 pedagang. Dari pedagang sebanyak itu transaksi yang berjalan tak kurang dari lima sampai enam milyar setiap harinya.” Husna menjelaskan. ”Kau mau beli apa Na?” “Beli jaket dan jilbab buat Si Sarah Kak. Oh ya kapan ya kita ke Kudus Kak? Dia belum kita beri tahu kalau Kakak sudah pulang.” “Bagaimana kalau Ahad depan. Kakak akan sewa mobil lagi satu hari.” “Boleh.” “Ibu dan Lia mana?” “Di atas Kak. Ibu lagi milih mukena dan Lia lagi mencari seprai untuk kado pernikahan temannya.” aDef 250 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Wah kok menikah terus ya di mana-mana.” “Memang lagi musimnya Kak. Mumpung tidak musim hujan.” “Ayo kita temui mereka.” “Ayo.” “O ya kalian sudah shalat zuhur?” “Sudah. Tadi kita mampir ke kios temannya Lia. Dan kita shalat di sana.” Azzam dan Husna bergegas menemui ibunya. Di sepanjang lorong Azzam banyak menjumpai pedagang kaki lima yang dagangannya memenuhi lorong, sehingga cukup mengganggu para pengunjung, termasuk dirinya. Di lantai dua, di Kios Sumber Rejeki, Azzam menemui ibunya yang sedang memilih-milih kemeja. ”Zam Bu’e pilihkan kemeja buat kamu.” “Wah yang mana Bu?” “Ini. Bu’e suka warnanya.” “Kalau Bu’e suka Azzam juga suka.” “Coba kamu lihat ukurannya.” Azzam mengambil kemeja dari tangan ibunya. Ia melihat aDef 251 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ukurannya dan mengukur ke badannya. ”Kurang besar sedikit Bu.” Ujar Azzam pada ibunya. ”Ukuran di atasnya Mbak!” Pinta Bu Nafis pada penjaga kios Sumber Rejeki. Penjaga itu perempuan yang masih sangat muda mungkin masih gadis. Penjaga itu berjilbab sangat rapi dan modis. ”Iya Bu, ini.” Penjaga itu mengulurkan kemeja yang berwarna sama. ”Coba ini Zam.” Azzam melihat dan mengukurkan ke badannya. ”Lha kalau ini pas.” “Ada lagi yang kamu inginkan Nak?” “Sudah Bu.” “Kalau begitu Bu’e mau total semua. Berapa semuanya Mbak?” “Seratus enam puluh lima Bu.” “Dipaskan saja Mbak?” “Aduh ibu, tadi kan masing-masing sudah dikorting. Sudah dipaskan. Jujur saya cuma mengambil untung sedikit kok Bu. aDef 252 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kalau dikorting lagi saya dapat apa?” “Dipaskan seratus lima puluh saja ya Mbak semuanya.” Aduh nyuwun sewu sanget22 Bu, tidak bisa.” Azzam menengahi, “Sudahlah Bu, dibayar saja. Rasulullah itu suka pada penjual yang mempermudah dan juga suka pada pembeli yang mempermudah. Sudah dibayar saja semoga barakah.” Perkataan Azzam didengar sang penjaga. Spontan ia berkata, “Baik untuk ibu saya diskon lagi lima ribu. Jadi seratus enam puluh Bu.” “Baik. Terima kasih ya Mbak.” “Sama-sama Bu.” Sebelum meninggalkan kios itu ketika Husna, Azzam dan Bu Nafis sudah berjalan, Lia iseng bertanya pada penjaga kios itu, “Eh maaf Mbak, Mbak sudah menikah belum?” “Kenapa memangnya?” Jawab Mbak itu. 22 Mohon maaf sekali aDef 253 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Cuma mau nanya aja. Penampilan Mbak menarik sih.” “Kebetulan saya belum menikah. Kalau Mbak?” “Sama. Saya juga belum.” Jawab Lia. ”Eh, itu kakakmu ya?” “Iya Mbak. Mbak tertarik?” “Boleh juga. Kerja di mana?” “Masih menganggur Mbak.” “Suruh kerja di sini saja sama aku.” “Ih, Mbak ini ada-ada saja. Kalau bukan mahram kan tidak boleh berduaan di kios sempit seperti ini.” “Ya dihalalkan dulu biar tidak dosa.” Ucap gadis penjaga kios itu santai. ”Mbak bisa saja. Eh kalau boleh tahu siapa nama Mbak.” “Kartika Sari. Panggil saja Tika. Kalau Mbak?” “Lia.” *** “Mau makan di mana kita Bu?” Tanya Azzam. aDef 254 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Bu’e kangen sama nasi Timlo Mbok Yem yang ada di dekat Sriwedari itu. Banyak kenangan dengan ayahmu disana. ”Kalau begitu kita ke sana.” Azzam membawa mobilnya ke barat ke arah Coyudan. Azzam berkeringat, kelihaiannya mengemudi benar-benar diuji. Jalan dari Klewer ke Coyudan begitu padat dan semrawut. Tukang becak memarkir becaknya sembarangan. Angkutan umum ngetem seenaknya memotong jalan. Mobil box bongkar pasang muatan. Kendaraan bermotor yang jalan pelan namun tibatiba berzigzag dengan cepat tanpa perhitungan. Hampir saja Azzam menabrak becak yang tadinya parkir, tiba-tiba nylonong masuk jalan. ”Hati-hati Kak.” “Itu tukang becak nyawanya rangkap kali. Nylonong sembarangan. Dasar!” Umpat Azzam spontan. ”Nak, kalau ngomong jangan kasar begitulah. Tidak enak didengar.” Tegur Bu Nafis. ”Astaghfirullah. Iya Bu. Kadang setan memang ada di mulut juga.” Azzam melewati kawasan Singosaren. Dan terus ke barat, hingga akhirnya sampai Pasar Kembang. Husna memandang para pedagang yang duduk menunggu pembeli aDef 255 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
datang. Ada seorang ibu tua yang duduk termangu, pandangan matanya kosong. Husna merasa iba. Entah apa yang sedang dilamunkan ibu tua itu. Tiba-tiba kedua mata Husna menangkap sosok yang ia kenal. ”Kak pelan Kak!” “Ada apa?” “Itu seperti Zumrah. Dik Lia coba lihat itu Zumrah kan?” Lia memandang ke arah yang ditunjuk Husna. ”Iya benar Mbak.” “Kak Azzam berhenti sebentar!” Husna sendirian. Ia berjalan cepat menuju sebuah kios penjual kembang. Zumrah tampak duduk di sana melamun. Di sampingnya seorang ibu setengah baya yang gemuk badannya sedang makan jagung godog dengan lahapnya. ”Hei Zum!” Sapa Husna. Zumrah ternganga. Kaget. “Husna! Lia!” “Hei, assalamu’alaikum.” “Wa ’alaikumussalam.” “Sedang apa kamu di sini? Kamu aku cari-cari ke mana mana!” aDef 256 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Aku tak tahu harus bagaimana. Aku...” “Sudah ayo ikut kami makan siang. kamu sudah makan?” “Belum.” “Ayo. Sekalian ketemu kakakku. Dia sudah pulang. Dulu waktu kecilkan kamu selalu bilang mau jadi manten sama kakakku.” “Ah, kamu Na. Semua kenangan masa kecil kamu ingat semua. Jadi Mas Azzam sudah pulang?” “Iya. Itu di mobil.” “Wah keren sudah punya mobil.” “Itu mobil orang. Ayo!” Husna setengah memaksa. ”Yuk.” Zumrah dan Husna menyapa ibu gemuk itu lalu bergegas ke mobil. ”Assalamu’alaikum Bu Nafis, Lia dan Mas Azzam.” Sapa Zumrah pelan. ”Wa ’alaikumussalam.” Jawab Bu Nafis, Lia dan Azzam hampir bersamaan. Mobil kembali berjalan. Dari kaca spion di dalam mobil aDef 257 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sekilas Azzam melihat wajah Zumrah. Wajah yang murung dan mengguratkan kesedihan. Azzam membawa mobilnya terus ke barat sampai di perempatan Baron. Lalu belok kanan. Sampailah di kawasan Sriwedari. Azzam lalu membawa mobilnya ke arah jejeran toko-toko buku loakan. Di sela-sela toko buku loakan ada sebuah warung makan kecil. Warung itu milik ibu tua namanya Mbok Yem. Tepat di depan warung itu mobil Azzam berhenti dan semua penumpangnya turun. Azzam mengamati took toko loakan dengan hati bahagia luar biasa. Rasa bahagia yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ia juga punya kenangan indah di sebuah toko buku itu. Dulu waktu masih SD ia memang sering diajak ayahnya ke toko loakan itu untuk mencari buku-buku pelajaran bekas yang masih bisa dipakai. Ia sangat bersemangat memilih buku-buku pelajaran bekas. Dengan buku-buku bekas itulah ia bisa meraih prestasi yang baik. Tak hanya itu, ia juga sering minta pada ayahnya untuk membeli majalah Bobo. Untuk buku dan masalah baca membaca ayahnya memang tidak pernah berpikir panjang mengeluarkan uang. Sejak SD ia sudah keranjingan membaca. Lain dengan Husna, waktu SD sampai SMP ia lebih suka main dan dolan dengan teman-temannya. Itu dulu, sekarang Husna sudah 180 derajat berubah. Sekarang Husna adalah predator buku, pelahap buku yang dahsyat. Hampir buku apa saja yang diberikan kepada Husna pasti habis dibacanya. Kecuali buku berbahasa Arab yang Husna tidak tahu artinya. aDef 258 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Warung ini tempat aku dan ayahmu dulu sering makan bersama ketika ayahmu beli buku-buku loakan untuk dibacabaca. Sering kali dulu juga mengajak anak anak.” Kata Bu Nafis mengenang masa lalunya. “Iya Bu saya masih ingat.” Sahut Azzam. ”Semoga tempat penuh kenangan ini tidak hilang.” “Ya nggak lah Bu. Masak hilang.” “Bisa saja Zam, kalau dibuang sama pemerintah kan bisa hilang.” “Iya bener juga.” “Kau mau pesan apa Zam?” “Aku ikut ibu saja.” “Semua ikut ibu?” Husna, Lia dan Zumrah menganggukkan kepala. ”Timlo lima Mbok. Es Tehnya juga lima.” Kata Bu Nafis pada Mbok Yem yang duduk seperti menunggu aba aba. Mbok Yem langsung bangkit dari duduknya dan meracik pesanan pembelinya. ”Mungkin aku bunuh diri saja!” Kata Zumrah serak. Semua yang mendengar kaget dibuatnya. aDef 259 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Aduh Nduk, jangan! Itu dosa besar! Bisa masuk neraka selamanya kamu nanti!” Ucap Bu Nafis seketika. ”Apa yang bisa kami bantu untuk menghilangkan keputusasaanmu Zum?” Lirih Husna. ”Aku tak tahu. Aku seperti tidak punya siapa-siapa Na. Aku merasa seluruh keluargaku membenciku, menginginkan kematianku! Hiks... hiks...” Serak Zumrah tersedu. Kau punya kami Zum. Aku kan sudah bilang sama kamu agar jika ada apa-apa temuilah aku di radio. kamu malah menghilang entah ke mana. Zum, aku sudah cerita ke ibumu. Ibumu sudah memaafkanmu dan juga adik adikmu. Mereka menginginkan kamu kembali Zum. Hanya pamanmu saja yang masih marah. Itu kalau kamu mohon maaf dan menangis di kakinya juga pasti akan luluh.” Dengan penuh cinta Husna menenangkan dan membesarkan hati Zumrah. ”Benarkah ibu sudah memaafkanku?” “Demi Allah Zum. Iya.” “Tapi aku tak pantas dimaafkan Na. Aku khilaf lagi. Aku sepertinya sangat susah keluar dari lumpur setan ini. Setelah ketemu denganmu di pesantren aku ke Jogja. Dan di sana, maaf, aku kepergok germoku lagi. Aku tak berkutik. Aku dipaksanya melakukan maksiat lagi. Meskipun aku sedang hamil Na. Sudah kujelaskan dia tidak ambil peduli. Aku diancam akan dibunuhnya jika tidak aDef 260 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mau Na! Aku harus bagaimana?” “Kalau kamu ingin bersih, kamu harus tidak lagi dekatdekat dengan dunia itu Zum! Kenapa pula kamu ke Jogja? Pasti kan juga ke daerah yang dikenal mereka dan kamu kenal tho?” “Iya Na. Aku memang bingung saat itu. Aku akhirnya ke kos-kosan temanku. Kok pas germo itu ada di sana!” “Begini saja Zum. Aku sarankan kamu pulang saja ke Sraten. Hidup sama keluargamu itu lebih aman.” “Aku malu Na.” “Terserah kamu Zum kalau begitu! Mau bunuh diri ya bunuh diri sana! Dulu kamu melakukan maksiat itu tak pernah malu! Ini untuk kebaikanmu, yang ini tidak maksiat malah malu!” Husna jengkel. Zumrah diam. Ia tahu Husna marah. ”Zum anakku, kalau kamu mau, ibu akan menemanimu menemui ibumu. Dia pasti senang menerima kedatanganmu. Orang-orang Sraten masih banyak yang sayang padamu kok Nduk.” Zumrah menghela nafasnya. Ia memandang Bu Nafis yang mengelus-elus kepalanya. “Aku khawatir jika kedatanganku menerbitkan kembali amarah ibuku. Aku tahu dosaku terlalu besar.” aDef 261 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Menu yang dipesan sudah siap. Mbok Yem mengeluarkan nasi Timlo lima pasang. Nasi putih dan sayur Timlonya yang mantap rasanya. Di Solo, selain nasi Timlo, makanan khas yang juga sangat dikenal di antaranya adalah nasi liwet, thengkleng, soto lembu, sate buntel, bakso Solo, garang asem, cabuk rambak, pecel ndeso, gado-gado, tahu kupat, nasi gudangan dan nasi sambal tumpang. Itu semua adalah jenis makanan yang sangat dirindukan oleh Azzam. Karena yang seperti itu di Cairo tidak ada. Kalau pun ada yang mencoba membuatnya rasanya pasti beda. Sebab bumbunya tidak sama. Sesaat masalah Zumrah tidak dibicarakan. Semua diam menikmati hidangan masing-masing. Azzam masih bingung dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia sama sekali tidak tahu apa masalah yang mendera Zumrah sebenarnya. Husna tidak cerita banyak padanya. Dan ketika ia sholat di masjid atau ronda orang-orang juga tidak banyak membicarakannya. Yang ia tahu Kang Paimo pernah cerita Pak Masykur ayah Zumrah meninggal karena serangan jantung akibat bertengkar dengan Zumrah. Dan Zumrah diusir dari rumah. Setelah itu tidak pernah kembali. Bahkan di hari pemakaman ayahnya juga tidak kembali. ”Bagaimana Zum?” Tanya Husna selesai makan. Zumrah diam. Ia gamang mau mengambil jalan yang mana. Jalan pulang atau jalan pengembaraan panjang yang gelap dan tidak tahu mana ujungnya. Jalan pulang adalah jalan yang ia inginkan, tapi entah kenapa jalan yang gelap itu aDef 262 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
seperti telah begitu akrab dengannya. Jalan yang selama ini ia lalui dengan darah dan air matanya. ”Mbak Zum, sebagaimana orang untuk jahat dan berbuat dosa perlu keberanian, perlu nyali, maka orang untuk baik dan berbuat benar juga perlu keberanian, perlu nyali yang kuat!” Lia menguatkan. Azzam yang mendengar kata-kata adiknya itu jadi kagum. Ia heran dari mana adiknya itu mendapat ilham untuk mengatakan kalimat yang dalam maknanya itu. ”Baiklah akan aku coba untuk pulang. Aku ikut kalian!” Ucap Zumrah serak. Husna langsung maju memeluk sahabatnya itu. ”Bantu aku untuk kuat ya Na. Aku masih sangat rapuh Na.” Pinta Zumrah. ”Tenanglah Zum, jika kamu merasa tidak punya siapa siapa, maka kamu masih punya Allah.” Mereka lalu naik mobil dan bergerak ke dukuh Sraten, Kartasura. Azzam bertemu kembali dengan Zumrah. Teman Husna waktu masih kecil. Zumrah yang dulu bersama Husna sering main ke rumah dan sering main petak umpet dengannya. Zumrah yang dulu oleh anak anak yang ngaji di masjid sering dijodohkan dengannya. Zumrah yang pernah bilang ke ibuibu di Warung Bu War bahwa ia mau jadi manten dengan kak Azzam saja. Ah masa kecil yang indah itu telah berlalu! Ia kini bertemu Zumrah dalam keadaan yang jauh dari aDef 263 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bayangannya. Dari pembicaraan di warung Mbok Yem tadi sedikit banyak ia bisa meraba apa yang dilakukan dan dialami Zumrah selama ini. Namun ia tidak mau berprasangka yang tidak-tidak. Sampai di rumah ia yakin Husna akan menjelaskan semuanya. aDef 264 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
14 Malam Pertama Meskipun malam itu bulan tertutup awan, namun keindahannya bagi Furqan sulit dilukiskan. Setelah satu hari penuh menerima tamu yang datang pergi bergantian, akhirnya ia dan Anna bisa masuk kamar pengantin yang telah disiapkan tepat jam sembilan. Ia melepas peci dan jas putihnya yang ia pakai sejak jam tiga. Anna melepas gaun pengantin putihnya perlahan. Ia memperhatikan isterinya melepas gaun pengantinnya itu dengan jantung berdegup kencang. Setelah jilbab dilepas tampaklah Anna dengan rambut hitamnya yang tergerai berkilauan. Di balik gaun pengantin Anna temyata masih memakai rangkapan kaos putih ketat dan bawahan putih tipis. Anna tersenyum tipis pada Furqan. aDef 265 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kedua kaki Furqan bagai terpaku di tempatnya. Seluruh syarafnya bergetar. Hatinya dingin. Ada gelombang kebahagiaan luar biasa yang bagai memusat di ubun ubun kepalanya. Anna meraih parfum, bau wangi yasmin nan suci merasuk ke hidung Furqan. Merasuk ke seluruh aliran darah Furqan. Anna menyibakkan rambutnya dan mengulurkan kedua tangannya sambil duduk di tepi ranjang yang bertabur bunga kebahagiaan. ”Ayolah sayang, peganglah ubun-ubun kepalaku. Dan bacalah doa barakah sebagaimana para shalihin melakukan hal itu pada isteri mereka di malam pertama mereka yang bahagia.” Kata-kata Anna bening dan bersih. Furqan tergagap, ia kikuk, ia lupa pada dunia. Ia lupa pada perasaan sedihnya yang selama ini menderanya. Ia melangkah, ia ingat sunnah itu. Sunnah memegang ubun ubun kepala isteri di malam pertama ketika pertama kali bertemu. Tapi ia lupa doanya. Ia lupa apa doanya. Ia mengingat-ingat tapi tidak juga ingat. Yang penting ia maju dan mencium kening isterinya. Furqan duduk di samping Anna. Bau wangi yasmin dan bau tubuh Anna begitu kuat ia rasa. Anna memejamkan mata. Furqan memegang ubun-ubun isterinya dengan dada bergetar. Ia tidak bisa berdoa apa-apa. Ia hanya mengatakan, “Bismillahi, Allahumma.” Seterusnya tidak jelas. Anna larut dalam perasaan bahagianya. Ia sudah menyerahkan jiwa dan raganya seutuhnya pada suaminya. aDef 266 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Anna membaca ’amin’ dengan mata berkaca-kaca. Lalu dari pojok kedua matanya, aliran hangat meleleh ke pipi. Furqan mengusap air mata yang mengalir di pipi isterinya. Ia lalu mengusap rambutnya isterinya yang halus. Lalu perlahan Furqan mencium pipi isterinya. Ciuman yang membuatnya bagai melayang karena bahagia. Anna membuka matanya. Furqan memandangi wajah isterinya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Kedua mata suami isteri itu bertemu. Hati Furqan berdesir saat melihat bibir Anna yang ranum. Saat ia hendak menciumnya, Anna berkata, “Mari kita shalat dulu dua rakaat Mas. Kita bersihkan jiwa dan raga kita dari segala kotoran. Agar apa yang kita lakukan mulai saat ini sebagai suami isteri bersih, ikhlas sematamata karena Allah. Bukan karena syahwat atau pun birahi. Bukankah itu yang dilakukan para shalihin sejak awal mereka berumah tangga?” Furqan menarik dirinya. Ia jadi malu pada Anna. Kenapa ia begitu tergesa-gesa. Kenapa ia hanya memperturutkan nafsunya. Furqan beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kamar itu memang dilengkapi dengan kamar mandi di dalam kamar. Setelah Furqan wudhu gantian Anna yang wudhu. Furqan kembali memakai jas dan pecinya. Sedangkan Anna langsung memakai mukena yang telah dipersiapkannya. Furqan menjadi imam. Ia membaca surat Al Insyirah dan An Nasr. aDef 267 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Anna makmum di belakangnya dengan khusyu’. Dalam sujudnya Anna memohon agar ia diberi barakah dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Agar rumah tangganya sakinah, mawaddah dan rahmah. Usai shalat Furqan berdoa secara umum untuk kebaikan dunia dan akhirat. Anna mencium tangan suaminya dengan penuh cinta. Furqan memandangi isterinya yang bercahaya dibalut mukena putihnya. ”Kenapa Mas Furqan membaca doa umum, bukan doa khusus untuk kita sebagai pasangan yang baru menikah?” Pelan Husna sambil tersenyum pada Furqan. ”Mas gugup Dik. Jadi lupa. Nanti kita bisa berdoa lagi kan?” Jawab Furqan diplomatis. ”Nggak apa-apa? Mas mau melakukan itu sekarang?” “Iya.” “Apa Mas tidak letih?” “Tidak.” “Baiklah. Tapi Anna ambil air minum ke bawah dulu ya Mas? Sebentar saja. Anna haus.” “Mas tunggu.” Anna melangkah keluar kamar tetap dengan memakai mukenanya. aDef 268 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Furqan melepas kembali jas dan pecinya. Ia juga melepas kemejanya. Ia bersiap untuk melalui detik detik paling membahagiakan dan paling bersejarah dalam hidupnya. Ia mendengar handphonenya berdering. Ada sms masuk. Ia ambil han phonenya yang ada dalam saku jasnya. Ia buka. Ada tiga sms dari Ustadz Mujab, Cairo. Ia tersenyum. Ia baca. ”Akhi, selamat ya. Barakallahu laka wa baaraka ’alaika wa jama’a bainakuma fi khair. Semoga rumah tangga kalian sakinah, mawaddah wa rahmah. Sakinah maknanya pasangan suami isteri itu menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi perasaan, berbagi suka dan duka. Mawaddah artinya benarbenar saling mencintai. Dan rahmah artinya saling mengasihi, saling merahmati, saling menyayangi. Rahmah di sini menurut ulama berarti pasangan suami isteri tidak ada tindakan saling menyakiti sedikitpun. Suami tidak menyakiti isteri. Baik ragawi maupun rohani. Dan sebaliknya. Jagalah isterimu. Perlakukan dengan sebaik-baiknya. Jangan kamu sakiti sedikitpun. Bertakwalah kepada Allah. Selamat menempuh hidup baru. Mujab.” Ia bahagia membaca sms itu. Namun juga tersentak bagai tersengat aliran listrik. Ia sangat mencintai Anna. Namun ia tidak boleh menyakitinya. Sedikitpun. Tanpa ia minta ia kembali teringat virus yang ia rasa bercokol dalam dirinya. Virus HIV. Jika ia melakukan itu sekarang, apakah ia tidak menyakiti Anna. Bagaimana kalau Anna tertular HIV? Kesedihan dan nestapa tiba-tiba mendera dirinya. Ia tidak mau mengkhianati dirinya sendiri. Ia sangat mencintai Anna, ia tidak aDef 269 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mau menyakitinya. Keinginannya untuk melakukan ibadah biologis perlahan-lahan surut. ”Assalamu’alaikum.” Sapa Anna pelan membuka pintu. Senyum putri Kiai Lutfi itu mengembang. Anna datang membawa gelas berisi air agak kuning kecoklatan. ”Mas minumlah ini dulu. Ini madu. Biar lebih fres dan bugar.” Kata Anna sambil mengulurkan gelas yang ia bawa pada Furqan yang duduk di tepi ranjang. Furqan menerimanya dengan tangan bergetar. Ia paksakan untuk tersenyum pada isterinya. Anna balas tersenyum. Furqan meminum air madu itu teguk demi teguk sampai habis. Lalu meletakkan di meja rias dekat ranjang. Anna melepas mukenanya, lalu duduk di samping Furqan. ”Aku siap beribadah Mas. Aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung. Dan Mas Furqanlah sang pematung itu.” Kata Anna sambil perlahan hendak melepas kaos putih ketat yang menempel tubuhnya. Dada Furqan berdesir kencang. Ia ingin memeluk tubuh isterinya itu dengan penuh cinta. Namun ia teringat virus HIV yang bercokol dalam tubuhnya. Dengan mata berkaca kaca ia memegang tangan isterinya. ”Dik, jangan sekarang ya? Letih. Besok saja.” Lirihnya pada Anna. ”Benar besok? Tidak sekarang?” Tanya Anna. aDef 270 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Iya besok saja. Kita istirahat saja dulu. Tak usah tergesagesa ya.” “Anna ikut Mas saja. Tapi kenapa Mas menangis?” “Mas sangat terharu akan ketulusanmu. Mas juga menangis karena sangat bahagianya. Mas seperti mimpi bisa memiliki isteri sepertimu.” “Anna juga sangat bahagia Mas. Mas adalah imam Anna, pelindung Anna, Murabbi Anna, juga insya Allah ayah dari anak-anak Anna kelak. Tahu tidak Mas. Kemarin malam Abah bermimpi yang menurut Ummi adalah mimpi tentang Mas. Mimpi yang sangat menakjubkan.” “Mimpi apa itu Dik?” “Abah bermimpi melihat gugusan bintang. Terus ada bintang yang sangat terang cahaya. Paling terang di antara lainnya. Bintang itu turun dan bersinar di atas mimbar masjid pesantren. Terus Abah juga melihat beberapa tunas pohon kelapa yang menakjubkan yang tumbuh tepat di halaman pesantren. Dan Abah menemukan sorban Kiai Sulaiman Jaiz yang sangat wangi di kamar Anna ini. ”Menurut Ummi mimpi itu adalah sebuah petunjuk penting menjelang pernikahan ini. Bintang itu menurut Ummi adalah Mas. Karena Mas-lah nanti yang insya Allah akan menggantikan Abah. Mas-lah bintang di mimbar pesantren itu. Lalu tunas-tunas aDef 271 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pohon kelapa itu adalah anak-anak hasil pernikahan kita. Dan sorban itu menurut Ummi bisa jadi menunjukkan kepada kita Mas bertalian darah dengan Kiai Sulaiman Jaiz.” “Siapa itu Kiai Sulaiman Jaiz Dik?” “Pendiri pesantren ini, yang sampai sekarang tidak diketahui rimbanya.” “Apa Kiai Sulaiman pernah ke Betawi.” “Allahu a’lam.” “Semoga takwil ibumu itu benar.” “Semoga. Amin.” Malam itu Furqan tidak tidur sepicing pun. Meskipun matanya memejam tapi pikiran dan hatinya terus terjaga. Sesekali ia membuka matanya lalu memandangi isterinya yang tidur di sampingnya. Wajah isterinya begitu bersih jelita. Ia ingin menciumnya tapi ia urungkan karena khawatir membangunkannya. Di dalam dadanya seperti ada bara yang membara. Bara cinta, juga bara nafsu pada isterinya. Pada saat yang sama juga ada bara kemarahan yang ia tidak tahu dari mana datangnya. Ia marah pada dirinya sendiri. Marah pada virus HIV yang ia rasa bercokol dalam seluruh sel dan aliran darahnya. Malam ini ia berkukuh untuk tidak menyakiti isterinya. Tapi ia bertanya sendiri pada dirinya, kalau setiap hari bertemu dan tidur satu ranjang dengan isterinya yang begitu jelita apakah ia akan selalu mampu menahan diri. aDef 272 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Terus harus bagaimana? Anna telah sah jadi isterinya. Sah untuk ia apa-apakan. Bahkan Anna sudah menyerahkan seluruh jiwa raganya padanya. Dengan tulus Anna tadi berkata padanya, “Aku siap beribadah Mas. Aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung. Maslah sang pematung itu.” Maka alangkah ruginya jika ia tidak menikmati kebahagiaan ini setuntas tuntasnya. Kenapa memperdulikan virus HIV? Sudah menjadi risiko Anna karena menikah dengannya terkena virus HIV. Semua orang toh punya risiko terkena penyakit. Tak terkecuali Anna. Begitulah suara rasionya bergemuruh menghasutnya. Namun dengan sangat halus dan lembut nuraninya mengingatkan bahwa alangkah zalimnya ia jika menyakiti Anna. Apa dosa Anna, sampai tega harus hidup sengsara terkena virus HIV? Mana itu takwa? Mana iman? Mana rasa percaya kepada Tuhan? Mana keimanan kepada hari kemudian? Dan apa dosa Kiai Lutfi sampai putri dan keluarganya dihancurkan? Apa dosa pesantren Wangen sampai dikotori dengan kelaliman? Apa nanti pandangan para santri dan masyarakat jika putri Kiai dan menantu Kiai terkena HIV? Apakah demi syahwat dan nafsu semua dijadikan korban? Alangkah bahagianya iblis dan setan? Sampai tengah malam batinnya terus berperang. Malam itu ia merasa sebagai manusia paling berbahagia di dunia, namun juga merasa sebagai manusia paling nelangsa di dunia. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menata hidupnya? Ia seperti berada aDef 273 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
di tengah-tengah padang pasir yang gersang, yang sangat sepi, tak ada jejak apa pun di sana. Dan ia tidak tahu harus berbuat apa dan harus kemana? Jam setengah tiga ia mendengar Anna mendesah lalu memanggil namanya. Ia memejamkan mata purapura tidur. Ia merasakan Anna bangkit. Turun dari ranjang. Lalu ia merasakan kedua tangan Anna memegang kepalanya dan isterinya itu mengecup keningnya. Dadanya berdebar debar. Ia merasakan kesejukan luar biasa. Ia merasa benar benar dicintai isterinya sepenuh jiwa. Sejurus kemudian ia mendengar gemericik air dari kamar mandi. Ia membuka kedua matanya. Saat Anna ia dengar mematikan kran dan keluar dari kamar mandi ia pura-pura tidur kembali. Anna mengambil sesuatu. Ia sedikit membuka matanya. Remang-remang ia melihat isterinya itu memakai mukenanya. Lalu mengambil sajadah dan shalat. Ia tetap rebah di tempatnya. Ia bingung sendiri harus berbuat apa? Ia malu pada Anna. Ia malu pada kebersihan gadis itu. Apakah tega ia menyakitinya? Apakah tega ia merusaknya dengan virus HIV hanya karena ambisi nafsunya. Ia malu. Apakah ia sudah benar-benar tidak punya nurani dan jiwa? Nuraninya menghujatnya. Matanya berkaca kaca. Ia mendengar isterinya terisak-isak berdoa. Doa yang sangat panjang. Ia sangat faham isterinya. Di antara orang yang didoakan isterinya adalah dirinya. Isterinya meminta kepada Allah, agar dirinya dijadikan sebagai suami yang shalih yang selalu menjadi penolong meraih kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan aDef 274 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sebaliknya. Dia mendoakan agar dirinya diberi hidayah selalu, dan dikaruniai rasa takwa selalu di mana pun dia berada. Isterinya mendoakan dirinya dalam shalat malamnya. Isterinya begitu mencintainya dengan sepenuh jiwa dan raga. Apakah ia akan tega merusaknya? Nuraninya bertanya. Dan ia hanya bisa merasakan pilu dan nestapa yang luar biasa. Ia memejamkan matanya kuat kuat. Air matanya meleleh. ”Mas, tahajjud!” Isterinya membangunkannya pelan. Ia membuka matanya dan bangkit. Isterinya menatapnya lekat-lekat. ”Mas menangis lagi? Kenapa?” “Aku mendengar doamu Dik. Terima kasih ya. Semoga Allah meridhaimu.” “Amin. Mas, shalat tahajjud dulu. Nanti keburu subuh.” “Baik Dik.” aDef 275 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
15 Pagi Yang Menegangkan Zumrah belum menemui ibunya. Ia tidur di rumah Husna. Ia bersikukuh tidak bertemu ibunya. Berulang-ulang Bu Nafis, Husna dan Lia membujuknya. Tetap saja ia kukuh dengan sikapnya. Selepas shalat subuh Zumrah bersiap untuk pergi. Ia merasa harus pergi sebelum hari terang. ”Terus kamu mau kemana Zum? Tanya Husna ”Aku tak tahu Na.” Jawab Zumrah ”Apa kamu tak kasihan sama janinmu. Perutmu sudah besar. Dia butuh ketentraman. Dia butuh rasa aman. Dia butuh kesehatannya terjamin sementara kamu terus aDef 276 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menggelandang begitu, terus juga masih menemui germomu itu alangkah malangnya janin dalam kandunganmu.” ”Aku juga berpikir begitu Na. Tapi apa boleh buat.” ”Terserah kamu Zum. Aku ingin membantu tapi kamu sendiri yang tidak mau.” ”Terima kasih atas segalanya Na. Semoga aku tidak lagi menyusahkanmu.” Mereka berdua berbincang di ruang tamu. Azzam masih di masjid. Bu Nafis keluar membawa minuman dan mendoan goreng. ”Aduh, kok repot-repot Bu. Saya sudah mau pergi.” Kata Zumrah. ”Minum teh hangat dulu dan cicipi dulu mendoannya baru kamu boleh pergi.” Sahut Bu Nafis. ”Na, apa tidak ada kos-kosan yang murah. Yang kira kira aman untuk Zumrah, sehingga ia bisa tenang sampai melahirkan?” Tanya Bu Nafis pada Husna. ”Oh ya benar. kamu mau kalau kos di Nilasari. Aku ada teman di sana. Satu bulan lalu bilang cari teman. Kamar dia besar. Harga kamar itu sebulannya seratus tujuh puluh. Kalau mau kamu cuma bayar tujuh puluh ribu saja.” Terang Husna. ”Mau. Tapi aku dapat uang dari mana ya?” Lirih Zumrah aDef 277 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
merana. ”Kalau kamu mau, tiga bulan pertama biar aku yang bayar. Setelah itu kamu bayar sendiri, bagaimana?” ”Terima kasih Na. kamu baik sekali.”Masih mau pergi sekarang?”Iya tetap pergi sekarang. Nanti siang aku ke radiomu saja,” ”Terserah kamu.” Zumrah mengambil gelas yang ada di hadapannya dan menyeruput isinya. Setelah itu ia bangkit dan minta diri. Zumrah mencium tangan Bu Nafisah, bersalaman dengan Lia dan memeluk Husna. Zumrah membuka pintu, tiba tiba... ”Mau ke mana lagi, pelacur!” Seorang berjaket hitam membentak keras sambil menodongkan pistolnya tepat di jidat Zumrah. Bu Nafis gemetar ketakutan. Husna dan Lia merinding. Sementara Zumrah saking takutnya tanpa ia sadari mengeluarkan air kencing. Pria berjaket hitam itu baginya bagaikan malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawanya. Gigi pria itu bergemeretak menahan amarah. Matanya merah marah. ”Am... ampun paman! Ampuni Zum, pa... paman!” Zum terbata-bata serak. ”Tak ada ampun untuk pelacur murtad yang membunuh ayahnya sendiri! Pagi ini tamat riwayatmu!” aDef 278 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Mahrus, dia tidak murtad. Dia masih Islam. Tadi subuh dia shalat di rumah ini!” Husna yang dulu pernah nakal terbit kembali keberaniannya. ”Diam kamu Husna! Jangan ikut campur kamu! Ini urusanku dengan pelacur tengik ini!” ”Tidak ikut campur bagaimana? Dia tamuku! Dan kamu seperti perampok yang masuk rumah tanpa kulon nuwun 23 dulu!” ”Baik, maafkan kelancanganku. Biar aku tembak pelacur ini di jalan saja. Biar dia tidak jadi hantu di rumah ini. Biar dia jadi hantu yang mengelayap ke mana-mana! Ayo jalan!” Mahrus menggertak Zumrah. ”Tidak, jangan!” Zumrah berontak. Buk! ”Ah!” Mahrus memukul pelipis Zumrah dengan gagang pistol. Zumrah mengaduh. Pelipis Zumrah berdarah. Husna mau bergerak menolong Zumrah tapi dicegah Bu Nafis. Bu Nafis tahu kenekatan Mahrus sejak kecil. Ia tidak ingin Husna celaka dengan konyol. ”Mahrus anakku!” 23 Minta ijin. aDef 279 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ucap Bu Nafis dengan lembut. ”Iya Bu Nafis.” Jawab Mahrus sambil menengok ke wajah Bu Nafis. ”Apa tidak bisa dirembug dengan baik-baik tho. Dia itu keponakanmu sendiri. Seharusnya kamu sayang padanya.” ”Apa ibu kira aku tak sayang padanya. Sejak kecil aku sayang padanya Bu. Dulu waktu SD kalau dia diganggu orang akulah orang pertama yang membelanya. Tapi dia tidak tahu diri. Semua orang di keluarga menyayanginya. Tapi dia membalas kasih sayang itu dengan kebencian. Ayah dan ibunya sendiri mau dia buat mati berdiri! Ayahnya sudah mati dibunuhnya! Dan dia akan membunuh ibunya! Sebelum itu terjadi dia harus dihentikan! Dia ini penjahat yang harus dihentikan, penyakit yang harus dienyahkan! Ibu diam saja ya, ibu tak tahu apa-apa!” Jawab Mahrus dengan marah. Anggota serse itu kalau marah hilang sopan santunnya, tak pandang dengan siapa ia bicara. Dada Husna panas mendengar Mahrus berbicara dengan suara keras dan membentak-bentak ibunya. ”Hai Bung, bisa nggak sopan sedikit sama orang tua!” Lia mendahului Husna membentak Mahrus. Husna heran sendiri, adiknya yang biasanya halus ternyata bisa garang juga. ”Kau juga diam anak kemarin sore! Aku dor mulutmu nanti!” aDef 280 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sengit Mahrus sambil memandang ke arah Lia. Melihat mata yang merah dan wajah yang sangar itu Lia jadi mengkeret. ”Ayo keluar!” Bentak Mahrus sambil menyeret Zumrah. ”Ampun paman!” ”Tak ada ampun untukmu!” ”Beri Zumrah kesempatan untuk berbuat baik paman.” ”Kesempatan itu sudah kamu sia-siakan!” ”Beri kesempatan sekali saja Paman!” ”Bangsat sepertimu sudah saatnya dienyahkan!” ”Auh! Sakit paman!” ”Diam!” Dengan segenap kekuatan Mahrus menyeret Zumrah ke halaman. Mahrus terus menyeret sampai akhirnya ke jalan. Sampai di jalan Zumrah berontak dengan sengit. Sekali lagi Mahrus memukulkan gagang pistolnya ke kepala Zumrah. Zumrah langsung terjengkang kesakitan. Mahrus sudah bersiap menembak kepala Zumrah. Niatnya sudah bulat bahwa keponakannya harus dihabisi. Ia tinggal merekayasa laporan aDef 281 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kejahatannya saja. Sebuah kejahatan yang layak untuk dienyahkan dari muka bumi. Husna, Lia dan Bu Nafis gemetar di beranda rumah. Beberapa orang berdatangan mendengar ada keributan. Tapi Mahrus langsung mengultimatum agar semuanya diam di tempat masing-masing. Sebelum pistol itu memuntahkan peluru sekonyongkonyong Azzam datang. Azzam sudah tahu duduk persoalannya dari cerita Husna. Ia juga tahu seperti apa bencinya sama Zumrah. Dengan suara tenang Azzam menyapa, ”Hai sobat lama apa kabar?” Mahrus mengendurkan tangannya dan menurunkan pistolnya yang siap dia letuskan. Ia memandang ke asal suara. Ia lihat yang datang adalah Azzam. ”Hei kamu Zam, sudah pulang rupanya.” ”Iya. kamu ngapain bawa pistol segala, Rus? Nakut nakutin anak kecil saja!” ”Ini Zam aku mau mengenyahkan si Pelacur Murtad ini. Aku sudah bersumpah di hadapan mayat Kang Masykur, ayah Pelacur ini, aku akan memburu Pelacur durhaka ini dan menghabisinya.” ”Iya tapi apa kamu tidak malu menumpahkan darah di hadapan sahabat lamamu. kamu masih punya hutang yang belum kamu lunasi padaku lho.” aDef 282 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Apa itu Zam, kok aku lupa?” ”Ingat waktu kelas 6 SD dulu, uang gunakan untuk mentraktir Si Murni yang isterimu. Dan untuk menutupi SPP-mu tabunganku. Kalau tidak aku pinjami kamu akan lulus SD, karena kamu bisa dikeluarkan. SPP-mu kamu sekarang jadi kamu pinjam mungkin tidak Kau nunggak saat itu tiga bulan. Kalau kamu tidak lulus SD mana mungkin kamu bisa jadi polisi yang gagah bawa pistol seperti sekarang. kamu hutang padaku Rus!” ”Kenapa kamu ungkit-ungkit masa laluku Zam, aku jadi malu didengar orang-orang!” ”Hei, apa aku bohong sobat?” ”Tidak. Tapi tak usah lah kamu bawa-bawa masa lalu.” ”Kau sendiri kenapa kamu bawa-bawa masa lalu orang lain?” ”Siapa?” ”Itu keponakanmu sendiri.” ”Zumrah maksudmu?” ”Iya.” ”Dia pezina dan murtad Zam.” ”Dia tidak murtad Rus. Tidak. Dia masih shalat. aDef 283 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sedangkan kekhilafannya itu masa lalunya. Dia sedang mencari jalan kembali yang benar kenapa kamu halang halangi?” ”Aku telah bersumpah di depan jenazah almarhum Kang Masykur Zam?” ”Sumpah yang salah itu tak boleh dilaksanakan!” ”Terus aku harus bagaimana Zam?” ”Kau berhutang padaku. Kalau tidak aku hutangi kamu mungkin tak akan lulus SD. Mungkin kamu tidak akan jadi polisi. Turunkan pistolmu. Ayo masuklah ke rumahku. Jadilah tamuku. Kita cari jalan terbaik untuk semuanya. Dan akan aku anggap lunas hutangmu. Kalau tidak maka hutangmu padaku, tak akan aku anggap lunas kecuali setelah kamu tinggalkan jabatan kepolisianmu!” Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya. ”Baiklah! Aku akan masuk bertamu ke rumahmu, dan kita bicara di sana!” Azzam langsung minta Husna untuk membawa Zumrah yang berdarah. Azzam juga minta kepada Lia untuk membuat minuman. aDef 284 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Orang-orang bernafas lega. Pagi itu benar-benar pagi yang menegangkan. Pak Mahbub dan Pak RT tergopoh-gopoh terlambat datang. ”Untung ada Azzam Pak RT, kalau tidak, otak Zumrah mungkin sudah keluar dari tengkorak kepalanya dan berhamburan.” Kata Kang Paimo dengan menggigilkan badan. ”Mana Mahrus?” Tanya Pak RT. ”Sedang bicara sama Azzam. Sebaiknya tidak usah diganggu Pak RT. Biar Azzam saja yang rembugan dengan serse edan itu.” Sahut Pak Jalil yang memang kurang suka dengan Mahrus yang menurutnya terlalu sombong karena tak mau mendengarkan omongan orang. ”Kau sudah mendengar cerita tentang Zumrah dari Husna kan?” Tanya Azzam pada Mahrus. ”Iya tapi aku tidak percaya.” Jawab Mahrus. ”Kalau aku yang bilang, apa kamu percaya?” ”Sejak dulu kamu tidak bohong padaku.” ”Berarti kamu percaya?” ”Ya.” ”Baiklah aku akan cerita padamu tentang keponakanmu. Dan aku sangat yakin cerita ini adalah benar dan tidak aDef 285 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bohong. Jadi kamu harus percaya.” ”Baik akan aku dengarkan.” Azzam lalu menceritakan kepada Mahrus apa yang sebenarnya terjadi pada Zumrah. Cerita yang sama dengan yang disampaikan Zumrah kepada Husna di Pesantren Wangen. Mahrus mendengarkan dengan seksama. ”Jadi begitu ceritanya. Dia tidak murtad?” ”Benar.” ”Awalnya dia diperkosa?” ”Benar. Sebagai paman seharusnya kamu melindungi dia. Sekarang dia ingin kembali ke jalan yang benar. Ingin benarbenar taubat. Tapi ia terus diuber-uber sama germonya. kamu harus bantu dia. kamu harus cari itu para hidung belang yang menistakan dia. Yang harus kamu dor itu ya hidung belanghidung belang itu Rus. Bukan dia!” ”Kau benar Zam. Kalau kamu tidak datang mungkin peluruku ini salah memecahkan kepala orang.” ”Ada beberapa hal yang harus kamu perbaiki pada sikapmu Rus. Jika kamu perbaiki maka kamu akan menjadi pria jantan sejati dan kamu akan dicintai banyak orang.” ”Apa itu Zam?” ”Pertama, cobalah kamu latihan senyum. kamu ini susah sekali senyum. aDef 286 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ketemu teman lama saja tidak senyum.” ”Ah kamu ini ada-ada saja Zam. Hah... hah... hah... ha...!” Mahrus malah terbahak-bahak tidak hanya senyum. ”Lha begitu Rus. Biar dunia ini cerah. Banyak senyum itu bikin awet muda katanya.” ”Masak tho Zam?” ”Iya.” ”Terus apa lagi Zam?” ”Kau harus memperhalus kata-katamu. kamu sering berkata kotor. Hilangkanlah kebiasaan burukmu itu. Masak ponakanmu sendiri kamu kata-katai seperti itu!” ”Nanti aku minta maaf sama dia. Masih ada lagi Zam?” ”Masih. kamu lebih sopanlah sama orang lain. Dengarkanlah orang lain. Aku sering dapat cerita saat ronda kamu ini paling susah mendengarkan orang. Ingat Rus, Tuhan menciptakan telinga dua sementara mulut cuma satu. Artinya kita diminta untuk lebih banyak mendengar daripada bicara apalagi membentak-bentak orang!” ”Akan aku usahakan Zam. Mana tadi Si Zumrah Zam?” ”Mau kamu apakan lagi?” aDef 287 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Aku mau minta maaf padanya. Juga sekalian aku mau minta data para hidung belang itu. Aku ingin menggulungnya secepatnya.” Azzam lalu memanggil adiknya, ”Husna, bawa Zumrah kemari!” Zumrah datang dengan kening dan pelipis diperban putih. ”Kemarilah Nduk!” Kata Mahrus, kali ini dengan mata berlinang air mata. Zumrah melihat perubahan wajah Mahrus. Wajah yang sudah bersahabat. Wajah yang berkacakaca. Zumrah maju mencium tangan pamannya. ”Maafkan Paman ya Nduk?” ”Iya paman. Juga maafkan kesalahan Zumrah. Sampaikan pada ibu Zumrah belum bisa pulang. Nanti kalau Zumrah sudah lebih baik insya Allah Zumrah pulang.” ”Seperti itukah perjalanan nasibmu Nduk? Terperangkap dalam jerat lumpur hitam?” ”Iya Paman. Tolong bantu Zumrah paman.” ”Tolong berikan semua data para penjahat yang telah menistakanmu itu!” ”Baik paman.” Zumrah lalu menyebut nama-nama orang yang sering memaksanya juga menyebut nama-nama germo di Jogja dan Solo. Ia juga menyebut namanama lelaki hidung aDef 288 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
belang yang sering memangsa gadis-gadis muda tidak hanya dirinya. Zumrah menjelaskan dengan detil alamat rumahnya dan tempat yang biasa digunakan mangkal mereka. ”Kau mau tinggal di mana Nduk kalau tidak pulang?” ”Aku mau indekos di Nilasari Paman. Husna akan membantuku.” ”Jika perlu bantuan paman jangan sungkan hubungi paman di kantor paman.” ”Iya paman.” ”Hati-hati ya Zum. Paman pergi dulu.” Mahrus lalu minta diri pada Azzam dan keluarganya. Pada Bu Nafis, Husna dan Lia lelaki tinggi besar dan kekar itu mohon maaf atas segala khilafnya. Bu Nafis, Husna dan Lia bersyukur kepada Allah dan memaafkan dengan lapang dada. Zumrah menatap pamannya yang melangkah keluar rumah dengan mata berkaca-kaca. Meskipun pamannya itu nyaris membunuhnya, tapi ia merasakan betapa besar sesungguhnya rasa sayang adik bungsu ayahnya itu padanya. Benar, waktu kecil dulu pamannya itulah yang selalu menjadi pelindungnya. Jika ada anak yang nakal jahil padanya, pamannyalah yang akan menindaknya. Pamannya bahkan rela berkelahi mati matian demi menjaga agar kulitnya tidak disentuh oleh anak-anak yang jahil. Pamannya itu seumur dengan Azzam, kakak Husna. Dan ia sendiri seumuran Husna. Jadi pamannya itu kira-kira lebih tua tiga atau empat tahun di atasnya. aDef 289 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Zumrah sedikit merasa lega, masalahnya dengan pamannya telah selesai. Ia merasa mulai ada setitik cahaya. Ia mulai merasa kembali mendapatkan secuil kasih sayang. Ia berharap pamannya bisa menindak nama-nama orang jahat yang menistakannya. Harapannya ia bisa hidup dengan tenang. Kembali ke jalan yang lurus. Membesarkan anaknya. Dan jika sudah rasa ia layak menemui ibunya ia akan menemui ibu yang selama ini disakitinya. aDef 290 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
16 Bakso Cinta Sudah dua bulan Azzam di rumah. Azzam sudah benarbenar menyatu dengan masyarakat. Ia sudah aktif di masjid. Sejak ia diminta menjadi badal Pak Kiai Lutfi mengisi pengajian Al Hikam, Pak Mahbub dan warga masyarakat dukuh Sraten sangat percaya padanya. Ia diminta untuk mengisi jadwal khutbah Pak Masykur yang belum ada gantinya. Hanya saja, di mata warga masyarakat Azzam dianggap masih menganggur. Ia sebenarnya sudah mulai usaha membuka warung bakso di samping kampus UMS dekat Fakultas Farmasi. Tapi itu oleh masyarakat dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bergengsi. Ibu-ibu jika berkumpul di warung Bu War tanpa sadar sering membicarakan Azzam. 291 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Sayang ya sembilan tahun di Mesir masih menganggur. Aku kira begitu pulang dari luar negeri langsung ditarik jadi dosen di IAIN atau STAIN. E... malah jualan bakso. Kalau hanya jualan bakso ngapain jauh-jauh kuliah ke Mesir. Itu Si Tuminah tidak lulus SD juga jualan bakso!” Kata Bu Sarjo yang terkenal suka menilai orang. ”Iya kasihan Azzam ya. Aku malah mengira dia pulang dari Cairo langsung diambil menantu Pak Kiai. E... sampai sekarang juga belum laku. Aku kira langsung memimpin pesantren.” Sahut Bu Agus. ”Itu kemarin aku sangat kaget, ketika diberitakan pacaran sama Eliana. Kukira dia sudah jadi konglomerat di Mesir. Ternyata beli motor saja tidak bisa. Mana mungkin bintang film seperti Eliana mau.” Kata Bu Marto ”Ya masih untung masih bisa mengajar majelis taklim di masjid, hitung-hitung buat kegiatan dia.” Sahut Bu Hariman Angin itu ternyata bisa menyampaikan perkatan perkataan kamum ibu itu ke telinga Bu Nafis sekeluarga. Bu Nafis paling sedih dan resah. Husna juga, ia tidak rela kakaknya yang menjadi pahlawannya dijadikan gunjingan. Pengangguran memang sangat tidak nyaman. Akhirnya Bu Nafis tidak bisa menahan keresahannya. Suatu pagi ia berkata pada Azzam, ”Nak, terserah bagaimana caranya agar kamu tidak tampak menganggur. Kalau pagi pergilah, berangkatlah kerja bersama orang292 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
orang yang berangkat kerja. Dan kalau sore atau malam pulanglah ke rumah. Supaya kamu tidak jadi bahan ocehan. Ibu juga malu kamu lulusan luar negeri cuma jualan bakso!” Bu Nafis menyampaikan hal itu dengan mata berkaca kaca. Husna yang mendengarnya juga trenyuh hatinya. ”Bu’e, perkataan orang lain jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati. Yang penting ibu percayalah pada Azzam. Azzam bisa mandiri. Azzam bisa makan dengan kedua tangan dan kaki Azzam sendiri. Ibu kan juga tahu di Cairo dulu Azzam juga jualan bakso.” ”Terserah kamu Nak. Tapi pikirkanlah bagaimana caranya supaya kamu aman dari gunjingan masyarakat.” ”Masyarakat kita memang paling hobi menggunjing kok Bu. Tapi baiklah Azzam akan ikuti permintaan ibu. Pagi berangkat kerja, sore pulang kerja.” *** Azzam terus memutar otaknya. Ia harus segera menemukan cara untuk mendapatkan cashflow dengan cepat. Ia melihat usaha warung baksonya biasa-biasa saja. Malah bisa dibilang ia rugi sebab keuntungannya perhari hanya sepuluh ribu rupiah. Ini tidak sebanding dengan kerja kerasnya. Ia memang masih sendiri belum dibantu siapa-siapa. Demi memenuhi harapan ibunya ia menyewa satu kamar kos di dekat 293 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pasar Kleco. Jam delapan pagi ia sudah sampai di kamar kosnya. Ia lalu belanja. Setelah itu meracik bahan bahan baksonya. Jam dua semuanya sudah siap. Tepat jam setengah tiga ia buka warung. Ia buka sampai jam sembilan malam. Demikian rutinitasnya setiap hari. Kepada para tetangga ibunya bilang Azzam sudah punya kantor di Solo. Pagi kerja di kantornya dan sorenya ia jualan bakso. Ya jika kantor maknanya adalah tempat kerja maka kamar kos yang ia gunakan untuk membuat pentol bakso adalah kantor. Kantor hanyalah istilah mentereng untuk menyebut tempat kerja. Di mana di tempat itu ada arsip dan berkas. Di kos Azzam juga ada arsip dan berkas. Yaitu catatan dan bon belanjanya. Azzam terus usahanya sukses. memutar otaknya bagaimana caranya Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Samasama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. Ia ingin agar pembeli baksonya mendapat sesuatu selain rasa nikmat di lidah, kenyang dan gizi. Ia terus berpikir. Sampai akhirnya ia menangkap sebuah ide yang menurutnya brilian. Ia akan membuat bakso cinta. Ya, ia akan membuat bakso cinta. Dalam benaknya ia akan membuat cetakan khusus untuk baksonya. Bentuk baksonya tidak bulat tapi berbentuk cinta, love atau 294 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
hati. Terus ia akan mengubah suasana warungnya. Meskipun warung tenda, suasananya harus ceria dan romantis. Lalu ia akan menyiapkan instrumen musik khusus yang mengiringi pelanggannya makan. ”Yup! Ini baru ide!” Teriaknya dalam hati. Azzam lagi bekerja keras mencari cetakan dari besi berbentuk hati. Ia tidak menemukan di toko-toko penjual barang pecah belah. Ia akhirnya pesan cetakan yang ia inginkan ke Batur, Klaten yang dikenal sebagai pusat besi, baja dan alumunium. Cetakan itu akhirnya jadi juga. Azzam mencoba membuat bakso cinta dengan cetakannya. Pertama kurang menarik. Lalu ia buat lagi dan hasilnya sangat mempesona. Ia lalu menyiapkan suasana warungnya. Gerobak baksonya ia cat pink semuanya. Tendanya juga ia cat pink. Meja dan kursinya juga pink. Ia cari mangkok khusus berwarna merah hati jadi pas dengan meja pink. Ia juga mengubah jam buka warungnya. Sebelumnya dari jam setengah tiga sore sampai jam sembilan kini dari jam sepuluh pagi sampai jam enam sore. Sebelum membuka warung baksonya, ia promosi dengan membuat brosur dan menyebarkannya di hampir seluruh Solo. Di hari pembukaan perdana ia minta adiknya Lia dan Husna ikut membantu. Sekali itu saja. Sambutan dari pelanggan luar biasa. Di hari pembukaan, hanya dalam waktu empat jam baksonya telah habis. Husna dan Lia sangat bahagia dibuatnya. Azzam sangat yakin baksonya 295 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
akan laris. Akhirnya Azzam memutuskan untuk cari seorang karyawan yang akan membantunya menyuguhkan bakso dan minuman ke langganan. Adapun yang meracik bakso tetap ia sendiri. Azzam mengajak Si Kasmun yang hanya lulus SMA dan sekarang jadi pengangguran. Pagi hari sebelum Azzam berangkat ke Kleco, Husna berkata pada Azzam, ”Kak sebaiknya bakso cinta kakak dipatenkan. Agar nanti tidak ada yang meniru. Jika ada yang meniru tanpa ijin kakak punya kekuatan hukum yang kuat untuk menuntutnya. Husna yakin bakso kakak nanti akan mendapatkan hati pengunjungnya.” ”Cara mematenkan bagaimana?” ”Kita datang ke kantor yang mengurusi hak paten. Nanti mereka yang akan mengurusi hak paten kita sampai ke menteri kehakiman.” Jelas Husna. ”Baik kita patenkan secepatnya.” Hari berikutnya warung bakso cintanya terus penuh pengunjung. Jam tiga sore sudah kehabisan. Bakso dengan bentuk hati memang belum ada di Surakarta. Dan yang datang kebanyakan anak-anak muda. Mereka memang mencari sesuatu yang beda. Belum genap satu bulan ia sudah merasa bahwa tenda 296 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
warung bakso cinta harus ditambah besarnya. Ia menyewa tanah di samping bakso cintanya, agar tendanya bisa dilebarkan. Pengunjungnya agar tidak kecewa karena tidak dapat tempat duduk. Setelah sukses di kampus UMS, maka Azzam melebarkan sayap membuka cabang pertama di dekat UNS. Ia melihat Si Kasmun bisa dipercaya untuk memegang yang di UMS, maka ia sendiri yang memegang cabang UNS. Ia mengangkat dua karyawan baru. Satu untuk menemaninya dan yang satu untuk menemani Si Kasmun. Cabang baru di UNS mendapat sambutan hangat dari kalangan mahasiswa. Seorang mahasiswa usul pada Azzam agar warung bakso cinta menjadi semacam warung apresiasi seperti warung apresiasi di Jakarta. Di situ dibuatkan satu tempat bagi mahasiswa atau seniman atau siapa saja yang akan menampilkan karya seninya. Usul itu direspon baik oleh Azzam. Azzam lalu meminta mahasiswa itu untuk merancang tempat yang digunakan untuk apresiasi seni yang diusulkannya. Setelah Azzam melihat dengan dibangunnya tempat itu akan semakin memperkokoh ikon bakso cintanya, maka tempat apresiasi segera diadakan. Dan hasilnya sangat di luar dugaan. Warung bakso cinta jadi tempat mangkal para mahasiswa, seniman dan masyarakat luas. Untuk menjaga citra warung baksonya, ia meminta naskah atau teks yang akan ditampilkan. Jika misalkan ada musisi yang menampilkan jenis musik yang isinya bertentangan dengan moral dan dakwah tidak segan segan ia untuk melarangnya. Atau memberikan alternatif lagu lain yang isinya baik. *** Tak terasa sudah tiga bulan Azzam membuka warung bakso 297 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
cintanya. Omsetnya perbulan bisa mencapai dua puluh juta. Kini ia bisa membeli mobil sederhana tapi layak pakai. Ke manamana ia memakai mobil itu. Untuk bakso ia bertahan untuk dua warung dulu. Otaknya terus berputar, ia mencari peluang bisnis yang lain. Ia membaca nasihat seorang pengusaha sukses di sebuah buku panduan bisnis agar tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Sebab jika suatu ketika keranjang itu jatuh maka telur akan pecah semua. Dan akibatnya akan sangat fatal. Maka yang baik dalam bisnis adalah meletakkan banyak telur di keranjang yang berbeda. Agar jika ada satu keranjang yang jatuh masih ada telur lain yang selamat. Dan telur yang selamat itu masih akan bisa menetas menjadi ayam dan bisa mendatangkan telur baru. Azzam melirik bisnis foto kopi. Ia tahu memang banyak pesaing. Tapi bisnis foto kopi di pinggir kampus hampir bisa dikatakan tak bisa mati. Caranya sederhana saja, ia melihat warung baksonya di UMS dan UNS selalu penuh pengunjung. Ia menyewa tempat tak jauh dari warung bakso cinta yang ia gunakan mendirikan pusat foto copy. Ia membeli dua mesin foto copi bekas. Pusat foto copynya ia namakan ”Foto Copy Cinta”. Brosur dan promosi ia gencarkan lewat warung bakso. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Bisnis foto copynya berjalan bagus. Meskipun tidak secepat Bakso Cinta. *** Suatu malam, sepulang dari warung bakso, Lia berkata, 298 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Kak ada tamu.” Saat itu ia sudah rebah di kamarnya karena letih. Ia bangkit menuju ruang tamu. Ternyata Furqan. Ia bahagia sekali teman lamanya datang. Sudah lama memang ia tidak ke pesantren Wangen. Terakhir ke pesantren itu ya tepat saat acara pernikahan Anna dengan Furqan dilangsungkan. Ia fokus dengan bisnisnya. Untuk pengabdian ke masyarakat sementara ia mencukupkan diri dengan mengisi pengajian di masjid kampung sendiri. ”Ada tamu istimewa rupanya. Pak Kiai Furqan. Sendirian?” ”Iya sendirian. Jangan memanggil Pak Kiai tho Zam. Aku malu.” ”Lha kamu kan sudah jadi Kiai sekarang. Kan pengasuh pesantren.” ”Jika aku Kiai, maka sesungguhnya kamu kan Kiaiku. Dulu awal-awal di Mesir kamu yang sering aku jadikan tempat bertanya. kamu yang sering menjelaskan isi diktat kuliah tho sehingga aku lulus.” ”Sudah. Ini ada apa tho kok tiba-tiba datang membuat kaget saya.” ”Saya datang atas nama pesantren Zam. Ini Pak Kiai Lutfi, mertuaku, sering sakit akhirakhir ini. Beliau memang agaknya harus banyak istirahat. Lha untuk pengajian Al Hikam, banyak masyarakat yang meminta engkau yang mengisi. Terus terang sekarang Pak Kiai Lutfi hanya mengajar Subulus Salam saja. Lha aku sendiri diminta mengganti Tafsir Jalalain. Untuk Al Hikam, minta engkau. Terus terang ibu mertuaku juga cocok yang mengisi engkau. Sebab Al Hikam kan untuk masyarakat umum. 299 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kamu lebih bisa berbahasa Jawa yang baik daripada aku.” ”Aduh gimana ya? Terus terang aku sibuk Fur. Sungguh. Gimana ya, waktuku sudah penuh Fur.” Jawab Azzam. Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari arah dalam. ”Tidak! kamu harus menyeimbangkan duniamu dengan akhiratmu Zam! kamu harus punya waktu untuk mengamalkan ilmumu dan menegakkan ajaran agamamu. Ya bisnis, ya juga mengajarkan ilmu! Kalau kamu hanya memusatkan perhatianmu pada bisnismu, Bu’e tidak ridha!” Azzam kaget mendengar kalimat dari ibunya. Ia tahu apa yang dikehendaki ibunya. Sebelum Azzam berkata, Furqan duluan angkat suara, ”Iya apa yang dikatakan ibu benar Zam. Toh itu cuma satu pekan satu kali saja.” ”Baiklah kalau begitu. Salamku buat Pak Kiai Lutfi dan Bu Nyai.” ”Terima kasih Zam. Pekan depan langsung mulai ya Zam.” ”Insya Allah. Oh ya ngomong-ngomong sudah ada tandatanda mau dapat momongan belum?” Tanya Azzam sambil tersenyum. Furqan tergagap mendengar pertanyaan itu. Entah sudah berapa kali ia mendengar pertanyaan itu dan banyak orang. Keluarga besar Anna setiap kali bertemu dengannya juga menyinggung hal itu. Ibunya sendiri dari Jakarta sering menelpon dan menanyakan hal itu. Dan ia harus menjawab dengan hati getir, ”Belum.” 300 aDef Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
17 Ikhtiar Mencari Cinta ”Bu’e sudah ingin menimang cucu Zam. Bisnis kamu sudah berjalan baik. Kapan kamu menikah?” Kata Bu Nafis suatu malam. Perempuan itu membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya memandang rembulan yang mengintip di balik pepohonan. Angin malam menyisir rambutnya yang memutih dibakar usia. Ia membelakangi putranya yang sedang mengkalkulasi modal bisnisnya. ”Segeralah menikah Nak! Syukurilah nikmat Allah yang diberikan kepadamu!” Lanjut Bu Nafis dengan kedua mata tetap menikmati rembulan yang bersinar terang. Di balik pepohonan rembulan aDef 301 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
itu bagai cahaya bidadari yang mengintip malu-malu. Sinar rembulan menerpa wajah perempuan setengah baya itu. ”Azzam juga ingin segera menikah Bu. Tapi sudah dua kali ada gadis diajukan ke Azzam dan Azzam cocok tapi ibu yang tidak berkenan. Azzam harus bagaimana?” Bu Nafis menarik nafas lalu menutup gorden jendela. Ia lalu duduk di hadapan putranya. Kedua matanya yang teduh memandangi wajah putranya yang bergurat kelelahan dengan penuh kasih sayang. ”Maafkan ibu Nak. Ibu ingin yang terbaik untukmu. Tidak asal perempuan.” ”Apakah Rina dan Tika itu tidak baik Bu.” ”Ibu tidak bilang Rina dan Tika tidak baik. Mereka baik. Tapi ibu ingin yang lebih baik lagi. Ibu sedikit punya ilmu titen24. Menurut yang ibu amati kok kedua gadis itu kurang cocok untukmu. Mungkin lebih cocok untuk yang lain.” ”Ibu ini pakai ilmu titen segala. Apa itu ilmu titen, itu bid’ah Bu, itu khurafat!” Sengit Azzam. ”Kak jangan berkata yang sengit begitu dong sama Bu’e.” Husna muncul dari kamarnya, ”Menurutku ilmu titen sebenarnya ilmiah. 24 Ilmu meniteni, atau ilmu mengamati sesuatu dari gejala yang diberikan oleh alam biasanya berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang. aDef 302 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Tidak bid’ah. Semua kok terus dibid’ahkan. Alangkah kerdilnya kita menghayati ajaran Allah yang mulia ini kalau suatu ilmu yang ilmiah terus dibid’ahkan.” Lanjut Husna. ”Terus penjelasannya bagaimana ilmu titen itu ilmiah Na. Kalau benar-benar ilmiah maka aku akan mencabut perkataanku.” Kata Azzam kepada adiknya. ”Ilmu titen itu berangkat dari kejelian orang-orang dahulu meniteni, yaitu mengamati kejadian – kejadian dalam kehidupan, peristiwa- di alam. Dari pengamatan yang berulang-ulang itu akhirnya bisa disimpulkan sebuah struktur kejadian. Dari struktur itulah lahir ilmu titen. Ilmu titen ini sebenarnya sudah masuk dalam seluruh aspek kehidupan ummat manusia. Mulai dari manusia paling primitif sampai manusia paling modern. ”Contoh ilmu titen begini Kak. Sederhananya orang dulu, zaman dulu sekali tidak tahu ilmu pengetahuan alam. Mereka tidak sekolah seperti kita. Kalau kita kan sekarang langsung tahu kalau ada mendung kemungkinan besar akan hujan. Kita tahu karena dapat dari pelajaran IPA di sekolah. Mendung pada hakeketnya adalah uap air yang menggumpal. Jika ditiup angin jadilah hujan. Orang dulu tidak belajar IPA. Mereka itu mengerti kalau ada mendung pasti akan hujan itu dari pengamatan yang berulang-ulang. Kok setiap melihat langit hitam lalu ada petir terus turun air dari langit. Demikian terus berulang. Akhirnya pengalaman itu menjadi struktur suatu ilmu bagi mereka yaitu kalau ada mendung maka ada hujan. Itulah ilmu titen. ”Contoh lain, orang dulu untuk mengetahui gunung mau aDef 303 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
meletus tidak dengan alat yang canggih yang bisa mendeteksi berapa kali ada gempa tektonik dari dalam kepundan gunung itu. Tidak Kak. Mereka tidak punya alat itu. Tapi mereka mengetahui akan ada gempa dengan melihat gejala alam yang berulangulang. Dengan niteni gejala alam yang berulangulang. Misalnya kalau banyak binatang turun dari gunung, kalau banyak binatang yang biasanya tidak turun kok turun, kalau itu terjadi kok terus tak lama gunung meletus. Maka itu mereka titeni, mereka perhatikan dengan seksama. Lalu mereka jadikan alamat. Mereka jadikan tanda, bahwa kalau banyak binatang turun dari gunung maka gunung akan meletus. Itu ilmu titen namanya Kang. ”Atau contoh seperti ini, polisi di dunia modern ini sekalipun juga rnenggunakan ilmu titen. Misalnya untuk mengetahui tersangka berkata jujur atau bohong ya dengan ilrnu titen. Kalau mimiknya begini maka jujur. Kalau gagap dan kelihatan berbelit-belit maka biasanya tidak jujur. Kalau tampak polos terus apa adanya ditanya berulang-ulang jawabannya sama maka biasanya jujur. Ya itu kan polisi berangkat dari ilmu titen. ”Juga seorang psikolog banyak menggunakan ilmu titen. Dengan melihat getar tangan seorang remaja, gaya bicara psikolog yang canggih bisa mengetahui remaja itu pecandu narkoba atau tidak. ”Terus lagi contoh ilmiah ilmu titen begini. Jika Kak Azzam mengatakan kepada saya 1, 3, 5, 7, 9 maka saya akan langsung bisa melanjutkan pasti berikutnya 11, 13,15,17. Ini bukan berarti saya seorang wali yang serba tahu, yang tahu sebelum sesuatu itu terjadi kemudian. Bukan! Karena saya sudah mengamati angka-angka sebelumnya dan tahu struktur sebelumnya. aDef 304 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Jika orang dulu ada yang bisa memperkirakan selembar daun nangka di depan rumah kapan jatuhnya. Dan perkiraannya itu tepat, maka itu tidak terus langsung bid’ah kak. Tidak terus langsung dikatakan dia dibisiki oleh jin. Tidak! Itu ada ilmunya ya ilmu titen itu. Ilmu mengamati fenomena alam yang dalam. Seseorang bisa memperkirakan kapan daun nangka itu jatuh dan tepatnya hari apa adalah setelah orang itu biasa mengamati daun nangka sebelumnya. Dia menghitung sejak daun itu tumbuh lalu jatuh maka perlu rentang waktu sekian masa. Kalau daun itu baru berwarna begini, misalnya hijaunya agak muda belum hijau tua biasanya baru berumur sekian hari. Dia tahu karena memperhatikan. Karena niteni. ”Pepatah Arab yang terkenal itu man jadda wajada, siapa yang giat pasti akan mendapatkan, kan juga berangkat dari ilmu titen. Setelah sejarah membuktikan bahwa orang orang yang berhasil di dunia ini sebagian besar adalah orang-orang yang giat, orang-orang yang bersungguh sungguh, maka kemudian orang Arab kuno menyimpulkan man jadda wa jada. ”Perkembangan ilmu titen yang canggih yang kemudian melibatkan ilmu eksakta adalah ilmu falak, ilmu astronomi. Kok manusia bisa tahu akan terjadi gerhana jnatahari? Kok manusia tahu akan terjadi gerhana bulan? fKalau orang kuno dulu, ketika ilmu pengetahuan belum benar-benar maju untuk mengetahui itu ya mungkin rnurni dengan menggunakan kejelian pengamatan pada alam. Pada bintangbintang. Sekarang ilmu itu sudah berkembang. Gerhana matahari bisa diprediksikan dengan hitungan ilmu falak. Dasar hitungan itu pada awalnya kan ilmu titen dulu Kak. aDef 305 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Baik terakhir Kak, Rasulullah pernah menggunakan ilmu titen. Kak Azzam tahu kapan? Yaitu ketika Rasulullah perang badar. Untuk mengetahui jumlah pasukan kafir Quraisy Rasulullah menggunakan ilmu titen. Yaitu dengan mengetahui dulu jumlah onta yang disembelih setiap harinya. Ketika ada yang memberi tahu beliau bahwa jumlah onta yang disembelih setiap harinya adalah sepuluh maka beliau menyimpulkan jumlah pasukan kafir Quraisy kurang lebih seribu orang. Karena satu onta biasanya bisa untuk dimakan seratus orang. Maka tinggal ngalikan saja. Sepuluh kali seratus ya berarti seribu. Begitu Kak. Jadi ilmu titen yang disampaikan Bu’e tidak terus bid’ah. Tapi rnemang...” Belum selesai Husna menjelaskan Bu Nafis, ”Maksud Bu’e itu dengan ilmu titen itu ya kira-kira Seperti yang diterangkan Husna itu lho Zam. Tapi ibu kan cuma tamat SR saja. Jadi Bu’e tidak bisa menjelaskan yang panjang rinci seperti Husna yang sarjana. ”Begini lho Zam, alasan Bu’e berdasarkan ilmu titen kenapa ibu tidak setuju dengan dua gadis itu begini. Pertama Rina, gadis temannya adikmu itu memang baik.Bu’e akui itu. Sopan santunnya baik. Cuma ada satu hal yang ibu amati, dan bu’e tidak cocok adalah ketika dia dulu menginap di sini, bisa-bisanya habis shalat subuh tidur lagi. Padahal kita bertiga tidak tidur. Dia lalu bangun jam tujuh pagi. Ini yang membuat ibu tidak cocok. Bagaimana kalau dia nanti jadi ibu bakda subuh tidur. Di aDef 306 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
rumah orang saja nekat begitu apalagi nanti di rumah sendiri.” ’Tapi Bu, Rina pada waktu itu memang terlalu letih. Sehari sebelumnya dia ada acara full di kampus.” Husna berusaha membela Rina, meskipun ia juga tahu kebiasaan tidur setelah shalat subuh itu masih dilanggengkan temannya itu sampai saat itu. ”Ah apapun alasannya. Ibu tak peduli. Kata ayahmu dulu kalau orang tidur habis subuh rezekinya dipatuk sama ayam, jadi hilang! Terus itu Si Tika atau Kartika Sari yang jadi penjaga kios Sumber Rejeki di pasar Klewer. Memang dia cantik dan anggun. Saat kita dolan ke rumahnya juga baik tutur bahasanya. Tapi Bu’e tidak suka caranya dia tertawa. Tertawanya ngakak-ngakak seperti itu. Dia itu seorang gadis masak tertawanya ngakak begitu. Kalau laki-laki masih agak mending, mungkin masih agak bisa dimaklumi. Ini gadis. Rasulullah saja kalau tertawa tidak ngakak-ngakak begitu. Setelah mendengar dia tertawa seperti itu Bu’e langsung kehilangan selera. Maaf, yang biasa tertawa begitu itu biasanya perempuan murahan, pelacur. Bukan Bu’e menganggap dia perempuan murahan bukan. Ibu hanya menjelaskan kenapa bu’e tidak suka. Daripada Bu’e punya menantu kalau setiap tertawa bu’e tidak suka dan setiap dia tertawa bu’e langsung teringat perempuan murahan kan lebih baik tidak bu’e iyakan.” Bu Nafis menjelaskan alasanalasannya. Tiba-tiba Lia keluar dari kamarnya. ”Kayaknya ramai nih diskusinya. Lia dengar dari kamar tadi Mbak Husna bicara tentang ilmu titen dengan segala penjelasannya. Tapi Lia lihat ya kak banyak di Jawa ini ilmu titen yang memang masuk khurafat kak. Jadi bid’ah. Mungkin ini yang dimaksud kak Azzam. Kalau yang kakak sampaikan tadi memang ilmiah.” Kata Lia. aDef 307 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Yang seperti apa itu Dik?” Tanya Husna. ”Ini misalnya ya dengan alasan ilmu titen juga. Di daerah Solo dan sekitarnya ini kan ada pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga. Di daerah Semarang sana ada pantangan anak pertama menikah dengan anak pertama. Kata orang-orang tua juga dasarnya ilmu titen itu. ”Pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga di Solo disebut lusan. Nomer telu artinya tiga menikah dengan nomor pisan, artinya satu. Katanya kalau nekat menikah nanti salah satu dari orang tua pengantin putra atau pengantin putri akan mati. ”Kalau di Semarang anak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena nanti kehidupan rumah tangganya tidak bahagia.” Lia menjelaskan. ”Sebenarnya itu juga yang mau Mbak Husna jelaskan tadi Dik. Tapi keburu dipotong sama Bu’e. Begini memang ada yang dianggap ilmu titen, tapi sebenarnya ilmu pengawuran. Ilmu gatukgatuk, cuma mencocok cocokkan peristiwa yang mentah sepintas saja terus diambil kesimpulan. Terus dinamakan ilmu titen. Yang seperti ini tidak ada landasan ilmiahnya. Kalau ilmu titen yang sebenarnya itu bisa diuji keilmiahannya. Fakta dan datanya bisa dijelaskan. Teorinya bisa didefinisikan. Lha yang cuma menggatukgatukkan tanpa penelitian mendalam ini yang repot. Apalagi kalau sudah dimitoskan. Jadilah khurafat. ”Contohnya ya pantangan anak ketiga menikah dengan aDef 308 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
anak pertama itu. Itu mitos yang tidak ada dasarnya. Itu khurafat yang menyesatkan memang Mbak juga sepakat. Bisa jadi dulu ada orang yang sangat ditokohkan di masyarakat punya anak pertama dinikahkan dengan anak orang lain nomor tiga. Setelah akad nikah salah satu dari orang tua pengantin itu meninggal dunia. Yang memang telah tiba ajalnya. Terus orang mengatakan itu karena sebab pernikahan itu pernikahan anak pertama dengan anak ketiga. Karena itu menimpa seorang tokoh zaman itu jadi terkenal. Terus dipercaya, dijadikan pantangan. Terus jadi mitos sampai sekarang. ”Yang juga perlu kita harus perhatikan juga. Ada ilmu titen yang dulu pas untuk zamannya, pas untuk masanya. Namun dengan perkembangan zaman ilmu titen itu sudah tidak pas lagi. Maka manusia harus berpikir lagi, berijtihad lagi. Jangan tetap nekat menggunakan ilmu titen yang tidak pas itu?” Azzam yang sejak tadi diam saja. Kali ini angkat suara, ”Contohnya apa itu Dik? Kelihatannya yang ini menarik.” ”Contohnya ini Kak, dulu ketika ekosistem alam masih seimbang. Gas kaca di angkasa sana tidak merajalela seperti sekarang. Ozon belum bolong. Ada ilmu titen yang oleh orang Jawa disebut pranata mongso. Pembagian masa dalam satu tahun untuk bertani. Ada masa untuk mencangkul membalik tanah, ada masa untuk menanam, ada masa untuk menyiangi, dan ada masa untuk panen. Hitungannya selalu tepat. Kenapa? Karena ekosistem alam pada masa itu masih seimbang. aDef 309 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sehingga musim hujan bisa diprediksi kapan datang. Musim panas juga bisa diprediksi berapa panjang. Dulu ada ungkapan desember itu maknanya deres-derese sumber, atau besarbesarnya sumber. Karena air ada di mana-mana. Terus Januari adalah hujan sehari-hari. Karena memang hampir tiap hari hujan. Itu semua memakai ilmu titen. Dan itu terukur. Benar. ”Tapi zaman telah berubah. Sekarang hutan sudah gundul. Gas kaca hampir menyelimuti seluruh angkasa. Ozon bolong-bolong. Dan terjadilah pemanasan global. Akhirnya siklus perubahan musim di dunia ini jadi tidak jelas. Kita tidak bisa lagi mengatakan Januari hujan sehari hari. Sebab tahun lalu saja ketika masuk bulan Januari daerah Blora malah masih kemarau panjang. Belum hujan. Sampai diciptakan hujan buatan. Terus kadang-kadang bulan Juli tiba-tiba hujan di beberapa kota. Para petani sudah kehilangan patokan. Mereka bingung. Kapan harus mencangkul kapan harus menanam, dan kapan harus panen, mereka tidak tahu. Maka di sini kesimpulan ilmu titen terdahulu harus diubah. Manusia harus mengamati lebih dalam lagi gejala-gejala alam supaya hidup dengan seiahtera. Di sini manusia harus ikhtiar dan bekerja keras. Kalau tetap mendasarkan pada kesimpulan orang dulu ya semua kacau. Karena zamannya telah berubah. Dulu waktu kita kecil Kartasura kan masih cukup sejuk sekarang sudah panas luar biasa menyengat. Salatiga dulu kita kedinginan kalau rekreasi ke sana. Sekarang sudah mulai panas.” ”Terima kasih Dik. Penjelasanmu membuka satu wawasan baru bagi Kakak. Kakak jadi banyak belajar dari diskusi kita malam ini. Kita tidak boleh tergesa-gesa menghukumi sesuatu. aDef 310 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Segalanya harus dilihat dengan seksama dan detil. Semua ada ilmunya. Terus apa yang harus kakak lakukan berkaitan dengan permintaan Bu’e untuk segera menikah?” Lia menjawab, ”Ya terus berikhtiar Kak. Sampai menemukan yang terbaik buat kakak dan bu’e cocok.” ”Ini Husna ada masukan lagi. Husna punya teman kerja di radio. Sudah menikah. Lha suaminya itu punya adik perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia. Namanya Milatul Ulya. Biasa dipanggil Mila. Dia sekarang bekerja di sebuah bank syariah di Surabaya. Kalau kakak mau, saya bisa minta datanya lebih detil sekaligus fotonya.” Husna memberi harapan pada kakaknya. ”Boleh. Bagaimana Bu’e?” Ucap Azzam. ”Iya boleh saja.” Ucap Bu Nafis ”Eh cantik tidak Kak Husna?” Tanya Lia. ”Yang ditanya kok mesti cantiknya.” Tukas Husna. Setidaknya Kak Azzam harus dapat isteri yang cantik. Harus gak boleh kalah dengan Eliana. Lha wong sudah diisukan dekat dengan Eliana kok terus dapatnya terlalu jauh cantiknya kan jadi jegleg. Turunnya terlalu jauh. Sebagai adik Lia juga ingin punya aDef 311 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kakak ipar cantik. Tapi tetap yang shalihah. Betul begitu Kak Azzam?” Ujar Lia ’Tidak. Tidak harus cantik. Dan tidak harus secantik Eliana. Yang penting ketika kakak memandangnya suka itu saja. Cantik bukan yang Kakak cari. Yang kakak cari adalah orang yang bisa menjadi penolong kakak untuk beribadah yang sebaik-baiknya kepada Allah di dunia ini. Orang yang juga bisa membantu kakak meraih derajat yang tinggi di akhirat nanti.” Sahut Azzam menerangkan kriteria calon isterinya. ”Itu baru jawaban lulusan Al Azhar! Baik Kak, besok Husna akan minta datanya Si Mila itu, syukur ada fotonya sekalian.” aDef 312 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
18 Dari Mila Hingga Seila “Membaca data dan melihat fotonya sih ibu cocok.” Kata Bu Nafis setelah membaca data dan foto diri gadis muda nan manis bernama Milatul Ulya, S.E. dari Surabaya “Wah ini lumayan cantik Kak Azzam, meskipun ya belum sekelas Eliana. Tapi boleh kok.” Komentar Lia. Azzam tersenyum mendengarnya. Sekarang pendapat Kak Azzam sendiri bagaimana?” Tanya Husna. Kalau dia mau jadi isteri kakak, kapan pun dia mau menikah boleh. aDef 313 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Bahkan sekarang dia mau mengajak akad nikah pasti akan kakak langsungkan!. ”Wah! Mantap sekali Kak Azzam ini. Baru kali ini aku dengar jawaban seorang lelaki semantap ini. Kalau Si Mila ini dengar, pasti hatinya akar bergetar hebat berharihari.” Sahut Lia. ”Kalau begitu cepatlah diatur bagaimana kakak kalian itu bisa bertemu Mila.” Pinta Bu Nafis pada Husna dan Lia. ”Tenang Bu, sudah Husna atur sama kakaknya Mila. Ahad depan Mila akan dolan ke rumah kakaknya di Perumahan Gentan. Kira-kira pukul sembilan pagi saya dan Kak Azzam akan dolan ke sana. Kakaknya akan minta Si Mila yang membuat minuman dan mengeluarkannya. Kakaknya juga akan pura-pura keluar sebentar membeli sesuatu dan Mila akan diminta menemui kami sebentar. Setelah pertemuan itu barulah nanti kakaknya kan tanya Si Mila mau tidak sama Kak Azzam. Begitu.. ”Bagus sekali skenarionya Mbak. Mbok saya sama Bue ikut.” Pinta Lia. ”Jangan dulu nanti malah jadi berantakan rencananya. Kalau sudah matang saja. Saat lamaran baru kita semua ke Surabaya.” Cegah Husna. ”Bue sepakat. Semoga yang ini benar-benar jodoh.” Lirih Bu Nafis penuh harap aDef 314 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Amin.” Doa Azzam dalam hati. *** Pagi itu langit tertutup awan. Angin bertiup kencang. Sesekali kilat menyambar. Guntur menggelegar. Azzam melihat arlojinya, jam delapan. Husna mengambil jemuran yang masih basah di halaman. Gerimis mulai turun perlahan. ”Jadi berangkat Zam?” Tanya Bu Nafis. ”Ya harus tetap berangkat Bu. Kalau tidak kapan ketemu jodohnya.” Jawab Azzam mantap. Wajah Bu Nafis cerah seketika mendengarnya. Husna meletakkan pakaian yang masih basah di ember besar hitam. Gadis yang sudah berpakaian rapi itu lalu ke kamarnya mengambil tas cokelat tuanya. Lalu keluar dengan senyum mengembang. ”Siap?” Kata Husna pada kakaknya. ”Siap! Janaka dari Kartasura siap melihat Dewi Dersanala dari Surabaya.” Canda Azzam seraya melangkah mencium tangan ibunya minta restu. ”Nanti kalau pulang, dan hujan belum juga reda. Coba tengok Lia di sekolahnya ya. Biar dia ikut kalian saja.” Pesan Bu Nafis pada Azzam dan Husna. Dua orang kakak beradik itu mengangguk lalu bergegas masuk mobil Carry Hijau tahun 1995. Mobil itu bergerak pelan meninggalkan halaman, menelusuri jalan dan meninggalkan dukuh Sraten. Mobil aDef 315 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bergerak ke Perumahan Gentan. Hujan turun sangat deras. Jalan-jalan penuh air bagaikan anak sungai dadakan. Hujan masih lebat ketika mobil itu sampai di sebuah rumah mungil bergaya minimalis. Azzam memarkir mobil di tepi jalan tepat di depan rumah itu. Hujan masih mengguyur deras. Azzam membunyikan klakson beberapa kali. Husna menurunkan kaca jendela mobil. Yang punya rumah melongok keluar. Seorang perempuan muda berjilbab hijau tua. Umurnya kira-kira tiga puluhan tahun. Perempuan itu cepatcepat menyongsong dengan membawa dua payung. Satu ia pegang dan satunya ia serahkan Husna. Husna turun dari mobil disambut perempuan itu yang begitu hati-hati melindungi Husna dengan payung yang mengembang di tangannya. Mereka berdua berjalan dalam satu payung. Azzam turun dan langsung melindungi dirinya dengan payung. Guntur menggelegar. Azzam merasa kerdil di tengah keagungan Tuhan. Azzam meletakkan payungnya di teras. Lalu menata Kemejanya dan masuk. ”Assalamu’alaikum.” Sapa Azzam ”Wa’alaikumussalam. Silakan duduk Mas.” Jawab perempuan muda yang sudah duduk berhadapan dengan Husna. Azzam mengambil tempat di sisi Husna. ”Mbak Yuni, ini kakakku namanya Azzam.” Husna memperkenalkan. aDef 316 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”O yang kuliah di Mesir itu?” Tanya perempuan muda. ”Iya.. ”Kenalkan Mas, saya Yuni teman kerja Husna di radio JPMI Solo.. ”Iya Mbak. Suaminya mana Mbak?. ”Itu di belakang sedang membetulkan genteng yang melorot.. ”Iya deras sekali hujannya ya Mbak. Anginnya juga besar.” Kata Husna “Benar. Malah ada pohon di jalan dekat perumahan sebelah tumbang.” Kata perempuan bernama Yuni itu. “Sebentar ya.” Lanjutnya lalu masuk ke dalam. Ketika tuan rumah masuk, Husna berbisik pada Azzam, “Yang akan ditemukan dengan kakak adalah adik suaminya Mbak Yuni ini. Kakak santai saja. Biasa saja.. Tak lama kemudian seorang gadis berjilbab putih keluar dengan membawa nampan berisi teh hangat. Azzam memandang wajah gadis itu, biasa saja nuansa hatinya, tidak ada desir aneh seperti ketika ia melihat Anna atau Eliana dulu. Gadis itu berwajah oval. Alisnya tipis. Ada tahi lalat di pelipis kanannya. Tangannya aDef 317 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
lentik meletakkan gelas dari nampan ke meja. ”Silakan Mbak, Mas diminum.” Kata gadis itu dengan suara serak- serak basah. Mirip suara Zumrah. ”Terima kasih, Mbak ya. Eh Mbak siapa kalau boleh tahu namanya?” Husna bertanya pada gadis itu. ”Mila. Lengkapnya Milatul Ulya.” Jawab gadis itu, “Maaf saya ke belakang ya.” Sambungnya lalu bergegas ke belakang. ”Bagaimana Kak. Setelah melihat sekilas.” Bisik Husna pada Azzam setelah gadis itu hilang di balik tembok. ”Biasa saja. Tapi sudah masuk standar. Jilbabnya rapat dan panjang. Kakak suka itu.” Jawab Azzam. Tak lama kemudian muncul seorang pria muda berkaos panjang biru tua dan memakai celana jeans biru muda. Kepala pria itu agak botak. Rambutnya tipis. Wajahnya segar dan ramah. ”Assalamu’alaikum, kenalkan saya Edy. Suami Yuni.” Kata pria itu sambil menjabat tangan Azzam lalu duduk. ”Nama saya Azzam Mas. Lengkapnya Khairul Azzam. Kakak kandung Husna ini?. ”O ini tho kakaknya Husna. Bisa nulis juga seperti aDef 318 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
adiknya?. ”Bisa, tapi nulis surat he... he... he...” Jawab Azzam. Edy juga tertawa. Husna tersenyum saja. Ruangan itu jadi cair dan hangat. ”Berapa lama di Mesir?. ”Aduh jadi malu kalau ditanya itu. Saya sembilan tahun di Mesir. Tapi masih bodoh tidak bisa apa-apa.. ”Ah jangan merendah begitu.. ”Sungguh. Bisanya malah bikin bakso. Sekarang saya usaha bakso di UMS. Bakso cinta.. ’O bakso cinta itu ya. Yang bentuknya tidak bulat tapi berbentuk lambang cinta?. ”Iya.. ”Itu milik Anda?. ”Benar.. Katanya mantap. Itu teman-teman saya di kantor yang cerita kalau mantap. Nanti kapan-kapan saya coba.. ”Datang saja Mas. Kalau ingin bertemu saya ya yang di samping UNS.. aDef 319 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Ya baik.. Kemudian Yuni dan Mila keluar. Yuni membawa sepiring pisang goreng dan Mila membawa dua toples berisi kacang kulit dan rempeyek. Piring dan toples itu diletakkan di meja. ”Wah ini kayak lebaran saja Mbak Yun.” Ujar Husna. “Biar. Adanya cuma itu. Tidak ada apa-apa.” Sahut Yuni. Saat Mila mau masuk lagi ke dalam Yuni memegang tanggannya seraya berkata, “Jangan masuk. Ini temani kakakmu. Aku mau ke tempat Bu RT kemarin lupa iuran seragam PKK. Mumpung aku ingat. Nanti kalau lupa lagi tidak enak sama Bu RT.. Mila jadi kikuk. Ia lalu duduk di kursi yang ada di samping kakaknya. Yuni melangkah keluar mengambil payung dan menerobos hujan. Hujan masih turun dengan lebatnya. Gelegar guruh dan guntur berkali-kali terdengar. ”Oh ya Mas Azzam, Mas dulu di Mesir ambil jurusan apa?. ”Saya kuliah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir. Kalau Mas Edy dulu kuliah di mana?. ”Saya dulu di ITS. Terus kerja di Telkom, saya ditempatkan mulanya di Salatiga terus dipindah di Solo. Saat di Solo itulah saya ketemu Yuni. Kok tertarik. Langsung saya temui orang tuanya. Dia mau. Orang tuanya boleh. Lalu kami nikah.” Cerita Edy ke mana-mana menjawab pertanyaan Azzam. aDef 320 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Mas Azzam sudah menikah?. ”Belum.. ”Kenapa?. ”Belum ketemu jodoh.. ”Wah apa mungkin ini kebetulan. Adik saya Mila ini iuga belum menikah lho.” Milatul Ulya salah tingkah mendengar perkataan kakaknya Mukanya memerah. Saat memerah itulah pesonanya bisa menyihir siapa saja. Azzam melihat perubahan muka itu dan melihat pesonanya. Azzam merasakan sihirnya. Barulah hatinya berdebar dan berdesir. ”Bagaimana Mas, apa sama adik saya saja, malah tidak usah pusing- pusing cari jodoh?. Azzam menjawab dengan tenang. Ia harus menguasai keadaan, “Kalau saya sih mudah saja Mas. Siapa sih yang tidak mau sama gadis cantik berjilbab seperti Mila. Persoalannya adalah Mila mau tidak sama saya. Saya yang degil, dan hanya seorang penjual bakso.. Mendengar kalimat itu Mila semakin menunduk. Kedua pipinya memerah. Jari-jarinya memilin-milin jilbab besarnya. Ia diam seribu bahasa. ”Eh Mbak Mila masih kuliah?” Tanya Husna pada Mila. aDef 321 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Perlahan Mila mengangkat muka memandang wajah Husna. ”Saya sudah selesai kuliah Mbak.. ”Di mana kuliahnya?. ”Di FE UI Depok.. ”Sekarang aktivitasnya apa?” ’ “Kerja sama aktif di dakwah.. ”Kerja di mana?” “Di sebuah bank syariah di Surabaya.. ’Ke Solo dalam rangka apa?” “Ya main ke rumah kakak saja.. Berapa bersaudara sih Mbak?. ”Empat bersaudara. Kakak ini yang nomor dua. Nomor satu di Malang. Saya nomor tiga dan nomor empat masih kuliah di UNEJ. Oh ya tadi Masnya bilang kuliah di Mesir ya?” Mila berani bertanya pada Azzam meskipun dengan wajah tetap menunduk memandang meja. ”Iya.” Jawab Azzam. aDef 322 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Saya dulu di SMP punya teman, namanya Nanang. Dia setahu saya kuliah di Mesir. Apa Mas kenal?. ”Sebentar, apa namanya Nanang Sukamtono?” “Iya.. ”Yang alisnya tebal. Terus ada kayak tompel di anak telinga kanannya.. ”Iya benar. Ia sama teman-teman dulu malah kadang dipanggil Nanang Tompel.. ”Kebetulan saya kenal baik. Nanang itu adik kelas saya. Dia satu rumah dengan saya.. Spontan pria bernama Edy berkata, “Masya Allah, dunia ternyata sempit sekali. Wah lha kok kebetulan. Apa ini tanda-tanda berjodoh ya?. Kembali wajah Mila memerah. Gadis itu diam tidak menanggapi kalimat kakaknya dengan kata-kata tapi dengan diamnya dan perubahan wajahnya. Satu jam lamanya Azzam dan Husna berbincang-bincang dengan Mila dan kakaknya. Ketika Yuni kembali hujan mulai reda. Azzam dan Husna lalu pamit minta diri. ”Wah gadis itu masih sangat alami Kak. Meskipun dia kuliah di UI tapi jiwa dan hatinya sama sekali masih benar benar alami. Kak Azzam lihat tidak tadi perubahan mukanya. Diamnya. Salah tingkahnya. Kalau sudah terkena budaya kota dan budaya metropolis itu tak akan terjadi.” Husna menjelaskan penilaiannya dalam perjalanan pulang ke aDef 323 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Wangen. ”Begini saja Na. Terserah kamu mengaturnya bagaimana. kamu sampaikan saja lamaranku pada kakaknya atau langsung pada Si Mila. Kalau kira-kira okay, kita berangkat ke Surabaya.. ”Baik Kak.. ”Semoga dia memang jodohku.” Ucap Azzam penuh harap. ”Semoga kak. Amin. Kalau dari salah tingkahnya aku yakin dia menerima Kak. Sembilan puluh lima persen sudah okay, tinggal yang lima persen kakak harus banyak doa.” Kata Husna. Suatu siang Azzam dan Husna bertemu dengan Yuni di sebuah rumah makan di dekat pasar Kleco. Yuni datang sendirian dengan bersepeda motor. Perempuan muda itu hendak menjelaskan hasil lamaran Azzam. ”Alhamdulillah, untuk Mila tidak ada masalah.” Kata Yuni. ”Artinya dia menerima?. ”Iya. Bahkan begitu kalian pulang dari rumahku itu, Mila bertanya minta pada kakaknya agar serius mengejar Azzam. Tidak hanya guyonan.” Kata Yuni yang membuat hati Azzam bagai ditetesi embun dingin. ”Tapi masalahnya justru ada pada ibu mertuaku, yaitu ibunya Mila.” Lanjut Yuni. aDef 324 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Apa masalahnya?. ”Masalah yang saya sama Edy sampai judeg dan bingung harus bagaimana menghendaki perempuan tua kolot. Masalah yang sangat mengherankan masih saja ada di zaman modern. Masalahnya adalah Azzam anak pertama dan Mila anak ketiga. Ibu mertua itu sangat percaya itu namanya lusan. Tidak boleh anak ketiga menikah dengan anak pertama. Terus katanya kalau me.... “Ya kalau menikah maka salah satu dari orang tua pengantin, baik itu pengantin lelaki atau pengantin perempuan akan ada yang binasa. Akan ada yang meninggal dunia. Begitu kan?. ”Iya. Edy sama saya sampai berdebat keras sama ibu mertua. Edy malah sampai marah. Tapi ibunya tetap bersikukuh. Dan dia bilang, ’Kalau sampai Mila jadi menikah dengan lelaki itu maka aku tidak rela dunia akhirat. Dan Edy yang membawa lelaki itu dan keluarganya juga tidak aku ridhai!’ Begitulah kami tidak bisa berkutik apa-apa. Edy tidak berani ikut karena malu sama Azzam. Kalau kalian ada saran silakan. Terus terang kami telah kehabisan cara berhadapan dengan ibu mertua yang sangat kolot dan masih kuat memegang kejawen.. ”Ibu mertuamu di Surabaya masak masih begitu. Surabaya kan kota santri?. ”Ibu mertua memang di Surabaya, tapi aslinya kan Karanganyar.” aDef 325 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Lha bapak mertuamu bagaimana?. ”Dia selalu ikut apa kata ibu mertua. Ah yang kasihan Mila.. ”Kenapa dengan Mila?” Tanya Husna penasaran. ”Mila tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia sangat sedih. Ia bilang ke saya, ’Kalau Mas Azzam mau mengajak dia kawin lari pun dia siap. Nanti biar Mas Edy yang jadi walinya.’ Tapi suamiku itu tidak berani. Ia takut membuat ibunya benar-benar murka dan menyumpahinya tujuh keturunan.. ”Terus apa yang seharusnya kami lakukan?” “Aku juga tidak tahu. Tapi kalau Azzam mau mencoba menghadapi ibu mertuaku langsung juga tidak apa. Siapa tahu di tangan Mas Azzam ibu mertuaku takluk.. Mendengar penjelasan Yuni itu Azzam hanya bisa geram. Kenapa mitos-mitos yang penuh kebohongan itu tetap saja jadi keyakinan. Berapa banyak korban yang sengsara karena mitos seperti itu. Dulu di dukuh Sraten, Sriani anak perempuan Bu War gagal kawin dengan anak pedagang sapi dari Karanggede Boyolali gara-gara masalah hitungan hari kelahiran. Menurut orang-orang Karang gede hitungan keduanya yang tidak cocok. Kalau tetap dikawinkan akan selalu mendatangkan huru hara rumah tangga. Perkawinan dibatalkan. Dan anak Bu War jadi linglung sampai sekarang. Sampai di rumah semua keterangan dimusyawarahkam dengan Bu Nafis dan Lia. Yani aDef 326 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Kak Azzam, nekat saja ke Surabaya. Labrak saja ibunya Mila yang kolot itu. Kalau tetap bersikukuh bawa saja si Mila kawin di sini. Kalau Edy kakaknya tidak mau jadi wali bisa pakai wali hakim. Kalau seperti ini diterus teruskan yang kasihan kan kamum perempuan. Selalu jadi korban, kayak Si Mila itu. Apa salah Si Mila coba!?” Sengit Lia dengan mata menyala-nyala. ”Jangan! Kalau Azzam tetap nekat terus ibunya Mila tetap bersikukuh dan Azzam tetap membawa Mila nikah, ibu kok yakin ibunya Mila itu akan meninggal dunia!” Kata Bu Nafis. ”Benarkah Bu?” Heran Lia. Azzam dan Husna juga heran. “Benar. Ibu agak yakin.. Berarti ibu juga berpendapat sama dengan ibunya Mila bahwa anak ketiga tidak boleh menikah dengan anak yang nomor pertama?” Kata Lia dengan nada agak sinis. “Tidak begitu.” Terus kenapa ibu begitu?. Kalau Azzam tetap menikahi Mila. Ibu itu akan mati karena marah! Mati karena serangan jantung dan sakit hati yang luar biasa yang dihembuskan oleh setan yang menjaga mitos menyesatkan itu!. aDef 327 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“O begitu.” Lia lega. Menurut Bue Kak Azzam harus bagaimana?. ”Cari yang lain saja! Kayak tidak ada gadis lain saja di muka bumi ini. Masih ada yang lebih baik dari Mila. Soal Mila itu urusan keluarga mereka!” Tegas Bu Nafis. Sebenarnya Azzam sangat berat menerima kenyataan ini. Inilah kali keempat ia berniat menikahi seorang gadis tapi tidak berjodoh. Yang pertama ia melamar Anna lewat Ustadz Mujab ternyata sudah didahului Furqan. Kedua, ia cocok dengan Rina, ibunya tidak cocok. Ketiga, ia juga cocok dengan Tika, ibunya yang tidak cocok. Keempat dengan Mila. Ia dan Mila sama-sama cocok, tapi ibu Mila yang ternyata jadi penghalang. Sudah empat kali! “Jangan sedih Kak. Ayo Kak cari yang lain! Lia dan Mbak Husna juga akan bantu!” Lia berusaha menghibur kakaknya. ”Kak Azzam sendiri apa tidak punya kenalan gitu? Kan kakak juga mengajar ngaji di pesantren siapa tahu ada di antara jamaah yang punya anak putri yang cocok buat Kakak.” Ujar Husna. Kata-kata Husna itu mengingatkannya pada seorang bapak setengah baya yang pernah memberikan kartu nama kepadanya. Bahkan bapak itu menawarkan putrinya. Ia merasa untuk mendapatkan jodoh segala jalan yang halal dan terhormat harus ditempuh. ”Ya kakak ada kenalan, kakak ingat! Beliau pernah memberi kartu nama!” Seru Azzam. aDef 328 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Iya Kak, coba saja! Siapa tahu memang jodohnya.’ Lia menyemangati. Azzam langsung beranjak ke kamarnya mencari kartu nama yang ia yakin ia letakkan di dalam almari di kamarnya. Sejurus kemudian Azzam berteriak, “Ya ada”. Lalu keluar. ”Namanya Pak Ahmad Jazuli. Alamatnya di Batur, Ceper, Klaten. Pemilik perusahaan cor besi dan baja Jayakusuma Logam.” Kata Azzam. ”Ketemu sama Bapak itu di mana Zam?” Tanya Bu Nafis. ”Di pesantren Wangen Bu. Saat Azzam mengisi pengajian Al Hikam yang pertama dulu.. ”O begitu.” “Wah kalau ini jodoh, bisa jadi lebih baik dari Mila dong Kak. Kan orang Batur itu banyak yang kaya karena punya pabrik logam.” Celetuk Lia. ”Bukan kekayaan yang kakak cari kok Lia. Tapi isteri yang shalehah.. ”Iya Lia tahu.. *** aDef 329 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Hari berikutnya Azzam langsung meluncur ke Batur, Ceper, Klaten. Jam sepuluh pagi Azzam sampai di alamat yang ada dalam kartu nama itu. Ia sampai di sebuah rumah yang besar. Dengan pagar bumi tinggi. Halamannya luas, dan rumahnya menjorok ke dalam. Dua orang satpam menjaga pintu gerbang. Ia memperkenalkan diri dan menjelaskan keperluannya. Pintu gerbang dari besi dibuka. Azzam membawa mobilnya masuk. Ia melihat rumah yang mewah. Garasinya terbuka. Ada tiga mobil terparkir di sana. Kijang kapsul, BMW hitam. dan Nissan X-Trail. Begitu Azzam keluar dari pintu mobilnya. Seorang lelaki berusia kira-kira lima puluh tahun keluar dari pintu rumah dan menyambutnya. Lelaki itu memakai sarung dan koko putih. Tanpa peci. Rambutnya sebagian mulai memutih. “Masya Allah, ada tamu agung tho. Nakmas Azzam. Marimari silakan masuk Nak.” Lelaki itu menyambutnya dengan sangat hangat. Azzam masuk, lantai rumah itu sepenuhnya adalah yang tebalnya kira-kira dua senti. Ada satu dinding yang sepenuhnya adalah aquarium. Ikan-ikan emas itu seperti naik turun berlari dan bergerak di dinding. Dinding itu seperti dasar laut. ”Apa kabarnya Nak?. ”Alhamdulillah baik Pak.. ”Apa kegiatan Nakmas sekarang?. ”Anu Pak, latihan bisnis kecil-kecilan.. aDef 330 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Apa itu?. ”Jual bakso.. ”Bagus itu. Bapak dulu waktu masih muda pernah jualan garam pakai sepeda. Ternyata itu bisa jadi latihan untuk menggembleng mental bisnis. Teruskan bisnismu Nakmas, Bapak doakan semoga barakah.. ”Amin.. ”Ngomongngomong, ada keperluan apa ini Nakmas kok tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada guntur sampai di sini?. ”Ya sowan saya ke sini pertama untuk niatan menyambung tali silaturrahmi. Kedua ya untuk bertemu bapak, mengetahui kesehatan bapak. Kan Bapak pernah memberi kartu nama kepada saya agar saya datang kemari. Ketiga, terus terang untuk menjawab tawaran bapak waktu itu. Bapak bilang punya anak putri siapa tahu berjodoh.” Jawab Azzam dengan tenang dan lancar. Bapak pemilik rumah mewah itu menunduk, lalu menghembuskan nafasnya. Matanya berkaca-kaca. Raut mukanya berubah sedih. ”Maafkan saya kalau saya lancang Pak.” Lirih Azzam. ”Tidak Nak. kamu tidak lancang. Bapak sangat berterima kasih kamu berkenan datang. Sungguh bapak sangat bangga denganmu. Dan bapak sangat berharap saat itu begitu kamu membaca kartu nama bapak langsung datang kemari. Itu foto anak Bapak. Namanya Afifatul Qana’ah.” Lelaki itu menunjuk aDef 331 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ke sebuah foto wisuda di dinding. Azzam melihat. Dan hati Azzam berdesir. ”Itu waktu dia wisuda di ITB. Setelah itu dia S2 Matematika di Belanda. Saat aku bertemu denganmu dia baru pulang dua minggu dan minta dicarikan jodoh yang bisa membimbingnya baca Al Qur’an dan bisa mengimaminya shalat. Bapak anggap ketika bertemu denganmu engkaulah orangnya. Cocok. Sama-sama lulusan luar negeri. Bapak tunggu dari hari ke hari dan minggu ke minggu, kamu tidak datang. Bapak punya pikiran kamu mungkin sudah ada calon. Bapak merasa salah terlalu berharap pada orang yang bertemu sepintas lalu. ”Sementara Afifa terus mendesak bapak. Umurnya sudah dua puluh enam. Akhirnya bapak menyerahkan jodohnya padanya, asal baik dan shaleh kalau dia punya calon bapak merestui. Dia bilang dulu punya teman di ITB, orang asli Cirebon. Dia cari informasi ternyata temannya itu masih lajang. Punya usaha toko komputer di Bandung. Satu bulan yang lalu dia menikah Nakmas. Sekarang diboyong suaminya ke Bandung. Kedatanganmu membuat Bapak sedih. Sedih kenapa Bapak tidak sabar menunggumu datang.. Azzam meneteskan air mata. Ia tidak berlama-lama. Ia pulang dengan rasa haru membuncah di dada. Kenapa ia meremehkan silaturrahmi? Ia memaki dirinya sendiri. Kenapa ketika diberi kartu nama dan diminta silaturrahmi dia tidak datang. Coba kalau datang. Anak Pak Jazuli itu tidak kalah jelita dibanding Eliana dan aDef 332 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Anna. Ia lulusan Matematika S2 Belanda. Sebelumnya di ITB. Dari keluarga santri. Ia memukul kepalanya sendiri. Penyesalan selalu datang belakangan. Meremehkan halhal kecil bisa rnembuat seseorang akan menyesal berkepanjangan. *** Gagal mendapatkan putri Pak Jazuli tidak membuat Azzam putus asa dalam berikhtiar mencari jodohnya. Setiap ada informasi yang ia rasa menarik dikejarnya.Saat ronda malam Kang Paimo cerita bahwa di Singopuran ada jurangan beras yang kaya, namanya Pak H Darmanto. Biasa di panggil Haji Dar. Kang Paimo menceritakan bahwa Haji Dar memiliki putri yang cantik. Ia pernah bilang padanya bahwa siapa yang mau menikahi anaknya secepatnya akan dinaikkan haji seluruh keluarganya. Azzam tertarik. Suatu sore, saat langit terang benderang, matahari masih bersinar cerah, Azzam mencari rumah Haji Dar. Dan ketemu. Rumah itu dekat dengan pabrik tembakau. Haji Dar melihat Azzam datang. Tanpa basa-basi Azzam mengutarakan niatnya menyunting putri Haji Dar itu. Haji Dar luar biasa senangnya. Seketika Haji Dar kebelakang mencari isterinya. Saat Haji Dar kebelakang ia melihat ada anak gadis berkulit putih muncul dari samping rumah. Ia perkirakan gadis itu mahasiswi semester tiga atau empat. Ia kaget, tiba tiba gadis itu duduk begitu saja di halaman seperti anak kecil. Lalu ia main karet yang ia bawa dengan plastik hitamnya. aDef 333 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Belum hilang kagetnya isteri Haji Dar muncul. “Ini Bu namanya Nak Azzam. Dia yang melamar mau menikahi Eva.” Terang Pak Dar pada istrinya. ”Kau sudah mantap Nak?” “Insya Allah Bu.. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh gadis itu yang menangis meraungraung di halaman sendirian. Gadis itu jalan dan masuk rumah. Lalu menangis di pangkuan ibunya. “Ibu Eva mau mimik susu!” Kata gadis itu. Seketika seluruh badannya gemetar. Gad is itu memang cantik tapi ternyata gadis itu punya kelainan yaitu keterlambatan perkembangan pikirannya. Ia mau pingsan rasanya saat itu. Ia langsung buru-buru minta diri dan minta maaf pada Pak Haji Dar. Ia bilang bahwa dirinya salah alamat. Ingin rasanya ia menjitak Kang Paimo. Azzam belum juga menyerah. Adiknya Lia mencoba mengenalkannya dengan anak Pak Badri. Menurut Lia, Pak Badri ini adalah wali murid seorang anak didiknya. Pak Badri pernah bercerita bahwa dia memiliki anak perempuan yang sedang menghafalkan Al Qur’an di Wonosobo. ”Kata Pak Badri namanya Seila Oktaviana. Dulu sekolah aDef 334 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
di MAN I Surakarta. Begitu lulus MAN, Seila langsung nyantri di Wonosobo. Tahun ini katanya khatam hafal 30 juz. Mungkin yang santriwati hafal Al Qur’an seperti ini yang jadi jodoh Kakak.. ”Rumah Pak Badri di mana?” Tanya Azzam penasaran. ”Dekat Kak. Di daerah Banyudono situ.. Tak harus menunggu lama, hari berikutnya ia ke Banyudono. Pak Badri ternyata juga ikut pengajian Al Hikam yang diasuhnya. Pak Badri sangat senang mendengar pengakuan Azzam yang ingin menyunting putrinya. Azzam langsung diajaknya ke Wonosobo. ”Kita langsung saja ke sana. Langsung ketemu Seila. Biar semuanya jadi enak dan terbuka.” Kata Pak Badri. Azzam ditemukan dengan Seila yang terus menundukkan kepala. Pak Badri juga menjelaskan kepada Seila maksud kedatangannya membawa Azzam. Seila melihat Azzam sesaat. Seila tidak langsung memberi jawaban. Seminggu setelah itu surat Seila dari Wonosobo datang ke Banyudono. Surat itu singkat sekali. Surat itu oleh Pak Badri diberikan kepada Azzam untuk dibaca, Ayahanda tercinta di Banyudono Assalamu ’alaikum Wr Wb Ananda dengan surat ini mohon tambahan doa restunya. Pun Ananda berdoa semoga Ayahanda dan Ibunda, juga adikadik semuanya selalu dikasihi dan dicintai oleh Allah. Amin. aDef 335 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Ayahanda berkenaan dengan maksud ayah menjodohkan ananda dengan pemuda yang bernama Azzam, itu adalah hal yang sepatutnya ananda syukuri. Memang kewajiban seorang ayah mencarikan jodoh untuk putrinya. Namun ayah, menurut ananda rumah tangga yang tidak didasari cinta akan hampa tiada bermakna. Jujur, saat bertemu Azzam itu hati ananda tidak menerbitkan sedikit pun cahaya cinta. Ananda mohon maaf. Ananda tidak bisa menerimanya. Lagi pula ananda masih akan cukup lama di pesantren. Ananda belum tuntas betul menghafalkan 30 juz. Ananda tidak mau garagara memikirkan nikah terus konsentrasi Ananda berantakan. Setelah hafal pun ananda juga masih ingin di pesantren satu tahun untuk mematangkan hafalan dengan cara mengabdi pada pesantren. Sama sekali ananda tidak bermaksud mengecewakan ayahanda atau siapa saja. Ananda hanya menyampaikan terutama yang menjadi pendapat ananda, dan yang menurut ananda terbaik untuk ananda. Demikian mohon maaf jika ada khilaf. Wassalamu ’alalkum Ta’zhim ananda, Seila Membaca surat itu Azzam malah terharu. Seila benar. Seila harus memilih suami yang dicintainya. Dan Seila harus menyelesaikan hafalan Qur’annya. Ia sama sekali tidak mau menjadi penghalang bagi keberhasilan seseorang aDef 336 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menghafalkan Al Qur’an. Suatu malam ketika semua orang sedang tidur nyenyak, Azzam menangis dalam sujud shalat tahajjudnya. Ia adukan semua keluh kesah dan lelahnya kepada Allah, “Ya Allah, Engkau Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar. Engkau melihat segala ikhtiar hamba untuk bertemu dengan makhluk yang Engkau jodohkan untuk menjadi pendamping hidupku. Sudah berhari-hari hamba berikhtiar mengetuk setiap pintu rumah yang hamba yakin ada jodoh hamba. Mulai dari Anna, Rina, Tika, Mila, Afifa, Eva, dan Seila sudah hamba datangi. Engkau Mahatahu kenapa hamba mendatangi mereka ya Allah. ”Ya Allah hamba memohon temukanlah hamba dengan pendamping hidup yang terbaik untuk hamba menurut-Mu ya Allah. Yang terbaik untuk dunia dan akhirat hamba ya Allah. Hamba lelah ya Allah, namun lautan rahmat dan cintaMu membuat hamba selalu merasa segar dan tegar. Jangan tinggalkan hamba dalam kesia-siaan ya Allah. Jadikanlah semua langkah hamba senantiasa mendatangkan ridha dan rahmatMu. Amin.. aDef 337 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
19 Pertemuan Di Kota Santri Jam enam pagi, Azzam mau ke Pasar Kartasura untuk membeli beberapa bahan penting untuk adonan baksonya. Sekarang bakso cintanya diproduksi di rumah. Ia mempekerjakan dua karyawan. Jadi tidak lagi di buat di kamar kos yang ada di Kleco. Azzam bahkan tidak perlu lagi membuat ’kantor’ di sana. Semua orang kini sudah tahu Azzam memiliki bisnis yang baik. Tak ada lagi suara suara sumbang tentang dirinya. Apalagi ketika banyak orang tahu dia kini menggantikan Kiai Lutfi mengajikan kitab Al Hikam. Sama sekali tidak ada yang meremehkan. Azzam sudah masuk ke mobilnya ketika pemuda itu datang. Azzam seperti pemah kenal wajahnya. Ia mencoba mengingat-ingat. Akhirnya ketemu juga. Ya, namanya Muhammad Ilyas. Azzam turun dari mobil dan menyambut tamunya. aDef 338 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Ahlan wa sahlan ya akhi, kaif hall”25 Sambut Azzam dengan bahasa Arab Fusha ”Alhamdulillah hi khair akhi, wa anta kaif?”26 Jawab Hyas dengan bahasa Arab juga. ”Alhamdulillah kama tara, Ana bi khair.”27 Lalu keduanya berbicara dengan bahasa Indonesia. ”Mari Ustadz Ilyas, silakan masuk.. ”Kelihatannya mau pergi. Kedatangan saya mengganggu ya?. ”Ah tidak. Kedatangan seorang ustadz seperti antum28 ini selalu membawa kebaikan insya Allah.. Ketika mereka masuk, Husna hendak mengeluarkan sepeda motornya. Husna tetap mengeluarkan sepeda motornya. Azzam dan Ilyas duduk di ruang tamu. Azzam meminta Husna membuatkan minuman untuk mereka berdua. ”Pagi sekali antum datang. Berangkat dari Pedan jam berapa?. ”Selepas shalat subuh langsung kemari.” 25 26 27 28 Selamat datang saudaraku, bagaimana kabarmu? Alhamdulillah baik saudaraku, dan kamu bagaimana? Alhamdulillah seperti y ang kamu lihat, saya baik. Kamu aDef 339 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Kok tahu alamat rumah ini.. ”Dari para santriwati yang dulu pernah ke sini saat mengundang Husna untuk bedah buku.” “Iya, iya.. ”Wah bisnis baksonya sukses ya.” “Alhamdulillah. Doanya.. ”Semoga barakah seperti Imam Abu Hanifah. Bisnisman juga ulama.” Kata Ilyas. “Amin.. Husna dan Lia di dapur bersama ibunya. Percakapan Azzam dan Ilyas terdengar jelas oleh mereka. ”Ini ngomong-ngomong belum berangkat lagi ke India?” “Alhamdulillah, saya kan tinggal nulis tesis saja. Kebetulan tema yang saya tulis ke Indonesia an. Jadi bahannya malah ada di Indonesia. Ya sekalian saja saya nulis tesis di Indonesia. Pembimbing setuju. Dan saya bisa mengirim file tiap babnya via email.. ”Wah enak itu, akhi.. ”Insya Allah berangkat ke India nanti saja jika tesis sudah selesai.. aDef 340 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”O begitu. Terus ini kok njanur gunung 29 ada apa ya? Ilyas menata duduknya. Ia tampak agak kikuk. Saat itu Husna keluar membawa minuman. Adik Azzam itu meletakkan dua gelas teh panas di meja tamu, tepat di depan Ilyas. Saat Husna meletakkan gelas di hadapan Ilyas, hati Ilyas bergetar hebat. ”Silakan diminum akhi.” Ucap Azzam. ”Iya,” Tukas Ilyas, “Mm... begini Akh Azzam, kedatangan saya pagi ini pertama silaturrahmi. Yang kedua saya ingin menyampaikan sesuatu kepada Akh Azzam. Sebelumnya saya mohon maaf kalau nanti saya dianggap lancang atau kurang sopan santun. Tapi insya Allah yang saya sampaikan tidak ada celanya menurut syariat Islam.. Ilyas berhenti sesaat. Azzam mendengarkan. Di belakang Husna dan Lia yang sedang menggoreng bakwan juga dengar meskipun pelan. Ilyas mengambil nafas. Ia mengatur detak jantungnya yang mulai kencang. ”Mm, apa itu Akh Ilyas?” Tanya Azzam, karena Ilyas agak lama berhenti bicara. ”Setahu saya, Antum adalah wali dari adik-adik antum, karena ayah dan kakek antum sudah tidak ada.. ”Benar.” Jawab Azzam yang sudah mulai tahu ke arah 29 Semacam idiom bahasa Jawa, artinya tidak seperti biasa aDef 341 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mana Ilyas akan bicara. Sebab sudah menggunakan kata wali, yang berarti adalah wali nikah. ”Saya datang, dengan niat semata-mata karena ibadah kepada Allah, saya datang untuk mengkhitbah adik akhi yang bernama Ayatul Husna! Mohon maaf jika ini dianggap kurang sopan santun. Insya Allah jika positif nanti kedua orang saya akan saya ajak kemari.. Azzam memejamkan mata. Ia tidak tahu perasaan apa yang ada dalam hatinya. Yang jelas hati kecilnya ia sangat bahagia. Sebab yang melamar adiknya adalah seorang yang oleh banyak orang diakui keshalehannya, juga orang yang pendidikannya baik, S1 di Madinah dan S2 nya di Aligarh Muslim University, India. Tapi bagaimana perasaan Husna. Ia tidak mau memaksakan apa pun kepada adiknya. Adiknya itu sudah dewasa, sudah bisa berpikir cerdas. Sementara Husna yang sedang menggoreng Bakwan di belakang bagai disengat kalajengking karena kaget mendengar dirinya dilamar Muhammad Ilyas. Lia juga kaget. Dua orang kakak beradik itu saling berpandangan. Bu Nafis sedang memetik daun salam di belakang rumah. “Wow, selamat ya Mbak, dilamar seorang Ustadz. Mantap!” Lia tersenyum pada kakaknya, menggoda sambil mengacungkan jempolnya. ”Sst! Jangan menggoda ya. Kujitak nanti kepalamu!” “Ayo kak Azzam langsung terima saja kak Azzam! Kak aDef 342 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Husna sedang melayang-layang bahagia!” Kata Lia setengah berbisik menggoda Husna. Husna menjitak kepala adiknya dengan gemas dan sayang. ”Sst! Jangan ribut tho! Dengarkan apa yang akan dikatakan Kak Azzam.” Kata Husna pelan pada Lia. Lia diam. ”Akh, ini sungguh suatu kehormatan bagi saya pribadi. Dan bagi keluarga kami. Benar saya walinya tapi saya tentu tidak bisa memutuskan kecuali setelah mendengar pendapat Husna. Begini saja akhi, tiga hari lagi datanglah kemari. Insya Allah sudah ada jawaban. Jawabannya iya atau tidak itu tergantung Husna. Dan semoga apapun jawabannya nanti baik bagi kita semua. Ayo silakan diminum!. Di belakang Husna mengatakan pada Lia, “Lha seperti itu jawaban kakak yang bijak.. ”Awas Mbak bakwanmu gosong!” Kata Lia menahan jeritan. ”Wah iya, inna lillahi. ”Makanya Mbak jangan mikirin ustadz itu.. ”Ih kamu ini menggoda kakaknya terus.. ”Lha mau menggoda siapa kalau tidak menggoda kakaknya. Lha adanya cuma kakaknya.. ”Alhamdulillah, bakwannya sudah selesai digoreng. Ini aDef 343 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
yang gosong dipisahkan saja! Oh ya Dik, tolong bakwannya dikeluarkan!. ”Tidak ah! Mbak saja ah, kan Mbak yang dilamar. Sekalian melihat bagaimana muka orang yang melamar Mbak!. ”Mbak malu Dik! Ayolah!. ”Tak mau, sorry ya Mbak! “Dik!. ”Sorry!. ”Dik, awas kamu!. ”Sorry silakan dikeluarkan, Lia mau ke belakang lihat Bue ke mana tho kok tidak datang-datang.” Kata Lia sambil ngacir ke belakang. ”Awas!. Terpaksa Husna yang harus mengeluarkan. Ia keluar membawa bakwan dengan jantung berdegup kencang. Tapi ia dengan cepat bisa menguasai dirinya. Husna berjalan tenang memasuki ruang tamu. Ia memegang nampan yang berisi sepiring bakwan yang masih panas. Dari jarak lima meter, ia mencoba melihat orang yang melamarnya. Ia memandang wajah Ilyas, saat itu Ilyas sedang menundukkan pandangannya. Husna meletakkan bakwan di hadapan Azzam. aDef 344 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Dik Husna, ini Ustadz Muhammad Ilyas. Dia ini ternyata pembaca cerpen-cerpenmu Dik.” Kata Azzam memperkenalkan tamunya. Mau tidak mau Husna harus berdiri sesaat. ”Iya benar. Saya kagum sama tulisan-tulisan Mbak Husna.” Sahut Ilyas memandang ke wajah Husna. Saat itu Husna memandang ke arah Ilyas. ”Oh ya. Terima kasih atas apresiasinya. Silakan dicicipi bakwannya.” Ujar Husna lalu melangkah ke dalam. Sampai di dapur, Si Lia kembali usil. “Wah ustadz itu keren juga Mbak ya berani vulgar begitu?” “Vulgar bagaimana?. ”Lha tadi aku dengar dia mengatakan pada kakak, ’Saya kagum sama Mbak Husna!’. ”Telingamu itu perlu dicukil upilnya. Dia bilang, ’Saya kagum sama karya-karya Mbak Husna!’ Ada kata-kata, ’karyakarya’. Ngawur kamu!” “Masak begitu Mbak?” “Iya!. ”Lia tidak percaya, kita tanya langsung sama orang itu. Benar tidak kata Lia. Orang itu kagum sama Mbak Husna, baru kagum sama karya-karya Mbak Husna! Kalau tidak Percaya ayo kita keluar tanya langsung ke dia!” “Tanya dengkulmu itu!” Kata Husna sewot. aDef 345 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Lia lalu cekikian dengan ditahan-tahan. Ia bahagia bisa mengerjai kakaknya. ”Bue mana?” “Nggak tahu tidak ada di belakang. Mungkin ke warung Bu War.. Di ruang tamu Ilyas minta diri pada Azzam. Sekali lagi Azzam menjanjikan jawabannya tiga hari lagi. *** Begitu suara sepeda motor Ilyas menghilang, Azzam langsung menemui Husna di dapur. Bu Nafis tepat baru masuk dari pintu belakang. ”Kayaknya ada tamu ya? Siapa tadi?” Tanya Bu Nafis. “Bue sih, tadi itu tamu penting. Bue malah pergi, Lia caricari di belakang tidak ada. Katanya mau metik daun salam saja, malah ke manamana.” Seloroh Lia pada ibunya. “Bue minta maaf, tadi Bue ke tempat Bu War. Di sana malah ketemu Bu Mahbub. Katanya Bu Mahbub punya keponakan di Kudus. Keponakannya itu baru saja tamat dari Fakultas Kedokteran UNDIP. Sekarang tugas di Puskesmas Sayung Demak. Katanya orangnya cantik. Bu Mahbub menawarkan kalau mau Bue sama Azzam mau dikenalkan. Siapa tahu cocok untuk Azzam. aDef 346 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Begitu.” Jelas Bu Nafis dengan mata berbinar-binar bahagia. ”Wah hari ini rumah ini kok seperti kejatuhan dua durian runtuh dari langit. Kenapa tidak sekalian tiga saja. Hari ini Mbak Husna dilamar seorang Ustadz lulusan luar negeri. Terus Kak Azzam dapat tawaran dokter. Lha Mbok saya sekalian saja dilamar siapa gitu.” Sahut Lia. ”Benar Zam? Kata Lia, Husna dilamar seorang Ustadz? Tadi itu Ustadz tho?” Tanya Bu Nafis. ”Iya benar Bu.. ”Terus jawabannya apa? Langsung diterima?. ”Ya tidak lah Bu. Kita kan punya seorang Ibu. Husna juga bukan benda mati tapi dia manusia. Kan juga harus tahu pendapatnya Husna bagaimana. Ya pada intinya terserah Husna dan ibu. Azzam tinggal nanti menyampaikan saja. Tiga hari lagi dia akan datang,. ”Bagaimana Nduk Husna. kamu sudah kenal dan tahu orangnya?” “Sudah.” “Sudah ada jawaban untuk memutuskan?. ”Belum. Biarlah Husna istikharah dulu. Nanti Husna jawab setelah istikharah.. ”Ya memang harus begitu. Kata ayahmu dulu, pokoknya sebelum memutuskan apa saja istikharahlah dulu.. aDef 347 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Kalau Kak Azzam bagaimana?” Cecar Lia, “Tertarik tidak untuk melihat keponakan Bu Mahbub yang dokter itu?. ”Boleh juga. Selama shalihah, insya Allah, kakak tertarik.. ”Kalau begitu, kapan kita ke Sayung atau ke Kudus?” Tanya Lia. ”Nanti Bue rembug sama Bu Mahbub enaknya kapan. Nanti sekalian menjenguk Si Sarah. Kasihan dia sudah hampir setengah tahun anak itu tidak dijenguk.. ”Husna sudah ngebel ke Kudus, Sarah sehat-sehat kok Bu. Ya Bue memang hampir setengah tahun tidak menengok. Tapi Husna sama Lia kan tiap bulan gantian nengok ke sana.” Kata Husna menenangkan ibunya yang selalu sedih setiap kali teringat Si Kecil Sarah. “Semakin cepat semakin baik. Kak Azzam juga belum berternu Sarah sejak pulang. Kalau misalnya nanti sama- sama iyanya dan sama lancarnya menikah bareng juga ndak apaapa. Malah efisien di biaya, waktu dan tenaga.. “Memberitahu keponakan yang di Kudus itu juga disampaikan apa adanya, Azzam itu pekerjaannya ya jualan bakso.” Bu Nafis merendah. ”Bu Nafis, justru saya lebih bangga pada anak muda yang mau berwirausaha seperti Azzam. Tidak menggantungkan hidup pada negara. Sekarang Azzam lumayan sukses bisa beli mobil sendiri.” Tukas Pak Mahbub. aDef 348 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Walah cuma mobil bekas Pak.” Sahut Bu Nafis. ”Itu menurutku lebih baik daripada dapat Fortuner baru tapi dari uang orang tua. Siapa saja kalau cuma menerima pemberian bisa. Tapi kalau usaha sendiri tidak semua bisa. Dan ini Bu, jika seluruh generasi muda bangsa ini punya mental dan pola pikir seperti Azzam, insya Allah bangsa ini akan maju. Tak ada pengangguran. Kenapa? Karena setiap orang akan menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bahkan bagi orang lain. Kalau boleh tanya sekarang berapa karyawan Azzam Bu?. ”Tujuh orang. Karyawan bakso cinta lima dan karyawan foto copy dua.. ”Lihat dengan wirausaha Azzam sudah membuka lapangan kerja buat tujuh orang. Kalau ia jadi pegawai negeri, itu tak akan terjadi.. ”Alhamdulillah Pak, berkah doa Pak Mahbub usaha Azzam semakin baik dari hari ke hari.. ”Alhamdulillah, tapi tolong sampaikan pada Azzam agar bersiap- siap menghadapi cuaca buruk. Cuaca tidak selamanya baik dan tenang. Ada kalanya langit yang cerah tiba-tiba berawan lalu mendung, bahkan bisa juga berbadai. Demikian juga dalam bisnis.. ”Baik Pak terima kasih atas waktunya. Kami pamit ya.. aDef 349 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Iya Bu. Hari Ahad ya, Insya Allah?” Kata Bu Mahbub “Iya insya Allah. Oh ya kita berangkat dari sini jam berapa?. ”Pagi-pagi sekali saja jam setengah tujuh, biar lebih enak jalannya.. ”Sepakat.” Kata Bu Nafis *** Ahad pagi Azzam dan keluarganya disertai Pak Mahbub dan isterinya berangkat ke Kudus. Mereka berangkat dari Kartasura pukul tujuh pagi. Molor setengah jam dari yang direncanakan. Yang mengendarai mobil Azzam. Pak Mahbub duduk di samping Azzam. Bu Nafis dan Bu Mahbub duduk di bangku tengah. Dan di bangku belakang adalah Husna dan Lia. Malam sebelum berangkat Bu Nafis membuat kue donat cukup banyak. Tujuannya selain untuk oleholeh buat Si Sarah, juga buat keluarga Vivi. Selain kue donat Bu Nafis dan Lia juga membuat Arem-arem dan Lontong Opor untuk bekal di jalan. Langit Kartasura terang benderang saat mereka berangkat. Tak ada awan maupun mendung. Medekati Boyolali mendung seolah mengintai mereka. Dan sampai di Ampel hujan deras mengiringi mereka. Sampai Salatiga hujan mulai reda tinggal gerimisnya saja. Sampai di Bawen hanya mendung yang menemani. aDef 350 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Semakin lama panas menyengat. Pukul sepuluh mereka sampai di Demak. Sisa sisa hujan tampak di sepanjang jalan. Air sungai di kiri jalan berwarna cokelat pekat. Airnya penuh hampir meluap ke jalan. Mobil melaju di belakang bus Nusantara. Azzzm mengemudi dengan tenang. Jam terbangnya membuatnya memiliki insting yang bagus di jalan. Begitu ia menemukan ruang dan kesempatan, maka bus didepannya pun ia salip dengan penuh kemenangan. Rombongan itu memasuki gerbang kota Kudus pukul sebelas kurang lima belas menit. Azzam kurang begitu tahu jalannya. Pak Mahbub menunjukkan ke kiri atau ke kanan. ”Setelah melewati Matahari di depan itu kiri Zam.” Kata Pak Mahbub memantau. Azzam mengikuti petunjuk Pak Mahbub. ”Depan itu kanan! Itulah jalan Kiai Telingsing. Lurus saja terus hingga akhirnya kita sampai di Masjid Menara Kudus yang terkenal.” Pandu Pak Mahbub. Azzam melewati jalan Kiai Telingsing dan mengikuti panduan yang diberikan oleh Pak Mahbub. Tak lama kemudian sampailah mereka di depan Masjid Al Aqsha nama lain dari masjid Menara Kudus. Azzam parkir tak jauh dari masjid. Aura Kudus sebagai kota santri sangat terasa. Di jalan dan di gang banyak santri putra berpeci yang hilir mudik, dan banyak santri putri berjalan dengan jilbabnya yang bersih menawan. aDef 351 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Rumah Vivi tak jauh dari Menara. Kita jalan saja dari sini. Sebab rumahnya melewati gang yang berkelok-kelok. Rumahnya ada di Langgardalem.” Jelas Bu Mahbub. Azzam membawa kardus berisi donat yang telah disiapkan ibunya. Ia berjalan di samping Pak Mahbub. Mereka berjalan terus ke utara. Melewati toko buku Mubarakatun Thayyibah. Lalu ada gang kecil mereka masuk ke kanan. Gang itu berkelok-kelok. Di sebuah rumah khas Kudus dengan ukirannya yang khas mereka berhenti. Pak Mahbub melepas sepatunya dan naik. Rumah itu pintunya terbuka namun lengang. Pak Mahbub mengucapkan salam. Tak lama kemudian seorang gadis berjilbab merah marun keluar. Gadis itu langsung tersenyum begitu tahu siapa yang datang. ”Subhanallah, Pak Lik sama Bu Lik tho, ayo monggo monggo” Seru gadis itu. ”Vi, bapak ibumu ada di rumah?” Tanya Pak Mahbub. ”Saya sendirian ini Pak Lik. Bapak sama ibu baru lima belas menit yang lalu keluar. Katanya ada kumpulan pengajian jamaah haji di Jamiatul Hujjaj Kudus, JHK itu lho Lik. Monggo Pak Lik, monggo semuanya, masuk!. Pak Mahbub dan Bu Mahbub mendahului masuk. Barulah Bu Nafis dan Husna. Ketika naik Azzam menyerahkan kardusnya pada Lia. ”Vivi kenalkan ini keluarga Bu Nafis. Mereka tetangga Pak Lik di Kartasura. Ini Bu Nafis, itu Husna, itu Lia, dan ini Mas aDef 352 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam. Kebetulan mereka mau menjenguk Si Sarah, putri bungsu Bu Nafis di Pesantren Krandon situ. Lha kok kebetulan. Ya akhirnya kami bareng.. ”O begitu. Mbak Husna ini masih kuliah?” Tanya Vivi menghadapkan wajahnya ke Husna. Kata-katanya terdengar renyah. Wajahnya menyiratkan orangnya periang. ”Alhamdulillah, sudah selesai Mbak.. ”Sudah kerja?. ”Alhamdulillah.” “Di mana?. ”Di radio JPMI Solo.. ”Sebentar saya kenal dengan seseorang di Solo, lewat karya- karyanya. Apa Mbak kenal ya, namanya Ayatul Husna?” Tanya Vivi. Husna tersenyum. Bu Mahbub langsung menepuk paha Vivi seraya berkata, “Vivi ini gimana lha ini orangnya. Inilah Ayatul Husna!. ”Benarkah?. ”Ya benarlah!. aDef 353 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
’Ini Ayatul Husna yang menulis ’Menari Bersama Ombak’ itu?” Tanya Vivi dengan mata mau membesar memandang Husna. ”Iya benar Mbak Vivi, saya Ayatul Husna.” Lirih Husna. ”Laa ilaaha illallah, subhanallah. Mimpi apa saya sampai ketemu orang yang saya kagumi?” Lia berkomentar, “Benar kata orang-orang, dunia memang sempit!. ”Mbak Husna sebentar ya saya mau ambil buku minta tanda tangan!” Vivi bangkit dan masuk ke sebuah kamar. Lalu keluar lagi membawa sebuah buku. Judulnya ’Menari Bersama Ombak’. ”Ini Mbak minta tanda tangannya.” Husna mengambil buku itu dan menandatanganinya. “Mau tanda tangan ibu saya tidak?” Tanya Husna. “Mau, satu keluarga semuanya deh ikut tanda tangan.” Kata Vivi. ”Tapi kalau yang itu mahal lho.” Sahut Husna sambil menunjuk ke arah Azzam. ”Kenapa memangnya?” Tanya Vivi. “Dia tanda tangannya berbau Mesir. Karena dia lulusan Mesir. Jadi mahal.” Jawab Husna. “O begitu.. aDef 354 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Nama lengkap Mbak Vivi siapa?” Tanya Husna. “Alviana Rahmana Putri Zuhri. Biasa dipanggil Vivi. Ada juga dulu teman memanggil Alvi. Zuhri nama ayah saya. Dan nama ibu saya Fadilah.” “Mbak Vivi masih kuliah?” “Sudah selesai.” “Sudah kerja?. ”Sudah.. ”Di mana?. ”Di Puskesmas Sayung Demak.. ”Sudah menikah?. ”Belum.. ”Kenapa?. ”Belum laku. Belum ada yang mau melamar.” Jawab Vivi dengan nada bercanda. “Kalau dilamar mau?” “Asal orangnya ganteng ya saya mau.” Jawab Vivi santai. ”Kalau Mas saya itu masuk kriteria tidak?. aDef 355 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Wah jawabannya perlu istikharah tiga hari dulu.” Tak ada rasa canggung dari nada bicara Vivi. ”Tunggu sebentar ya saya membuat minum dulu ya.” Ujar Vivi seraya beranjak ke belakang. ”Tak usah repot-repot Nduk.” Kata Pak Mahbub. “Alah cuma air kok Pak Lik.. Vivi masuk ke belakang diikuti oleh Bu Mahbub. Di belakang Bu Mahbub berbicara berdua dengan Vivi. Menjelaskan maksud kedatangannya. Vivi terperanjat kaget namun segera menguasai diri. ”Untuk sekilas Vivi cocok Bu Lik. Tergantung dianya mau apa tidak. Kalau bapak sama ibu gampang. Sudah menyerahkan masalah ini sepenuhnya padaku.. Bu Mahbub tersenyum mendengarnya. Vivi jadi agak salah tingkah karena penjelasan Bu Liknya. Dalam hati Vivi berkata, “Bodoh sekali kalau ada gadis menolak pemuda seperti dia. Tampak berkarakter dan lulusan Mesir lagi. Terus kakak dari penulis muda terkenal lagi. Kalau memang dia rezekiku ya tidak akan ke mana- mana.. Azzam memperhatikan gerak-gerik Vivi dengan baik. Orang seperti Vivi yang renyah dan banyak humor serta mudah bergaul dengan orang ia rasa akan awet muda. aDef 356 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Orang yang ramah dan akrab pasti akan mudah dicintai, mudah bergaul dengan orang. Ia rasa dokter seperti itu, yang ramah dan akrab pasti akan disenangi banyak orang. Cukup lama mereka disana tapi bapak dan ibu Vivi belum juga pulang. Pak Mahbub memimpin rombongan minta diri. Ketika berdiri dari jongkok karena memakai sepatu, Azzam mencuri pandang kepada wajah Vivi. Pada saat yang sama Vivi sedang mengamati Azzam. Mata dua orang itu bertemu. Azzam bergetar. Demikian juga Vivi. Dari rumah Vivi mereka kembali ke Masjid Menara Kudus. Mereka shalat Zuhur sambil melepas lelah. Azzam melihat belasan santri yang menggelosot dan tiduran di serambi masjid sambil komat-kamit menghafal Al Qur’an. Nuansa Qur’annya benarbenar terasa. Setelah shalat dan cukup istirahat rombongan naik mobil dan bergerak menuju Krandon. Tempat di mana Si Kecil Sarah menuntut ilmu. Begitu sampai di pesantren, seorang pengurus berjilbab biru muda menyambut dan memasukkan rombongan itu ke ruang khusus tamu. Husna meminta pada pengurus yang bertugas itu supaya dihadirkan adiknya yang bernama Sarah. Tak lama kemudian seorang anak kecil berumur kira kira sembilan tahun dituntun oleh sang pengurus. Begitu melihat anak kecil itu Bu Nafis langsung menghambur memeluknya dengan mata berkaca- kaca, “Sarah!” ’ aDef 357 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Bue!. ”Kau baik-baik saja Nak?” “Iya. Bue kok tidak pernah menengok Sarah?. Bu Nafis menangis. ”Lha ini Bue nengok Sarah.. ”Kalau Mbak Husna sama Mbak Lia nengok kenapa Bue tidak ikut?” “Kan Mbak sudah bilang ke Sarah. Bue harus sering istirahat, kalau tidak sakit. Kartasura Kudus kan jauh Sarah.” Husna yang sudah ada di samping Sarah menjelaskan. ”Ayo Bue kenalkan dengan orang yang selalu kamu kangenin.” Kata Bu Nafis pelan sambil menuntun Sarah ke arah Azzam. ”Itu siapa? Kenal tidak?” Tanya Bu Nafis sambil menunjuk Azzam. Azzam bangkit sambil tersenyum pada Sarah. memandang adik bungsunya dengan pandangan sayang. ”Itu Kak Azzam kan Bu?. ”Iya. Kok kamu tahu?. ”Kan mirip yang difoto yang dikirim dari Mesir itu.. ”Iya. Sana cium tangan Kak Azzam.. Sarah melangkah ke arah Azzam. Gadis kecil itu mencium tangan kakaknya. Azzam tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk dan mengangkat gadis kecil itu lalu menciuminya Ia aDef 358 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dengan linangan air mata. Dulu saat ia ke Mesir gadis kecil itu masih dalam kandungan ibunya. Dan kini gadis itu sudah sekitar sembilan tahun umurnya. Ia teringat anak-anak kecil di Mesir yang sehari-hari menghafal Al Qur’an. ”Sarah sudah hafal berapa juz?. ”Alhamdulillah lima juz Kak.. ”Juz mana saja itu?. ”Juz 26, 27, 28, 29, dan 30.. ”Sarah suka di pesantren?. ”Iya suka. Di sini teman Sarah banyak. Ada Inung, Dita, Nia, Putri, Wiwik, Anis, Bila, Lola, Ipah, Siwi, Imah dan banyak lagi. Mereka semua baik-baik. Tapi ada juga satu orang yang nakal dan suka mengganggu Sarah dan teman-teman. Namanya Iken. Wah dia nuakal sekali. Sarah malah cerita tentang teman-temannya pada Azzam. Azzam sendiri sebenarnya tidak tega melihat anak sekecil itu harus dikarantina di pesantren Al Qur’an untuk anak-anak. Tapi demi menunaikan wasiat dan amanat dari almarhum ayahnya hal itu terpaksa tetap dilakukan. ”Makanan apa yang ingin Sarah makan saat ini?” Tanya Azzam pada adik bungsunya itu. ”Bakso buatan Kak Azzam. Kan kata Mbak Husna dan Mbak Lia, Kak Azzam pinter buat bakso.” Jawab Sarah polos yang membuat semua yang ada di ruang tamu pesantren itu tersenyum dibuatnya. aDef 359 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Wah sayang Kak Azzam tidak bawa. Tapi di rumah setiap hari Kak Azzam buat bakso.. ”Benarkah?. ”Iya benar.. ”Berarti nanti kalau liburan Sarah bisa makan bakso setiap hari?. ”Iya.. ”Wah asyik. Sarah boleh tidak kalau misalnya ajak temanteman Sarah yang baik-baik seperti Inung, Dita dan Nia ke rumah untuk makan bakso buatan Kak Azzam?. ”Boleh. Semua teman Sarah boleh datang dan makan bakso sekenyangkenyangnya.. ”Wah asyik.. ”Eh Kak tahu nggak?. ”Apa?. ”Itu Mbak Izzah yang pakai jilbab biru itu. Yang tadi ngantar Sarah kemari orangnya baik sekali. Pokoknya baik sekali. Malam-malam kalau Sarah masuk angin, Mbak Izzah itu yang selalu mijetin Sarah dan membuatkan Sarah teh panas yang enak sekali. Sarah berharap dia juga jadi kakak Sarah. Boleh nggak Kak Mbak Izzah itu misalnya tinggal di rumah kita?. Kata-kata Sarah membuat Azzam dan yang hadir di situ aDef 360 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
haru namun juga kaget. Kaget dengan permintaannya, “Lho kan Mbak itu sudah punya rumah sendiri, masak tinggal sama kita?. Kata Mbak Jannah, itu Mbak yang lain lagi, Mbak Izzah tidak punya rumah. Rumahnya ya pesantren ini, dulu rumahnya di panti asuhan. Katanya tidak punya saudara kan kasihan. Kalau tinggal dirumah kitakan jadi punya Bue, punya Mbak Husna, Mbak Lia, Sarah dan Kak Azzam.” ]elas Sarah dengan suara khas kekanak-kanakan. ”Sudah Sarah jangan mikir itu dulu. Mbak Izzah kan sudah besar. Sudah bisa mikir dirinya sendiri. Kalau dia tinggal di rumah kita ya boleh boleh saja.Yang penting Sarah harus rajin sekolah dan menghafalkan Al Qur’an ya?. ”Iya Kak. Nanti Sarah akan cerita pada Mbak Izzah, kalau kakak Sarah yang di Mesir sudah pulang. Terus kakak Sarah itu membolehkan Mbak Izzah tinggal di rumah. Mbak Izzah itu kata Bu Nyai yang paling bagus hafalannya di sini. Suaranya paling indah. Sarah suka banget sama dia.” Puji Sarah yang membuat Husna dan Lia iri. Adiknya itu lebih dekat dengan pengurus pesantren yang bernama Izzah daripada mereka. aDef 361 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
20 Bunga-Bunga Cinta Bau cinta begitu dekat. Aromanya terhisap masuk sampai ke sumsum jiwa. Efeknya luar biasa. Menyegarkan badan. Menajamkan pikiran. Itulah yang dirasakan oleh Azzam menjelang pertunangannya dengan dr. Alviana Rahmana Putri yang biasa dipanggil Vivi itu. Prosesnya tak terbayangkan akan secepat itu. Dua hari setelah bertemu dengan Vivi, Pak Mahbub datang menanyakan apakah dia serius untuk menikahi Vivi. Azzam menjawab serius. Pak Mahbub memberitahu Vivi dan keluarganya menerimanya dengan hati bahagia. Pak Mahbub kembali mengajaknya ke Kudus untuk meminang Vivi secara resmi. Tepat satu minggu setelah aDef 362 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pertemuan pertama, Azzam dan keluarganya kembali ke sana. Bu Nafis membuat banyak makanan untuk diberikan kepada keluarga Vivi. Sebagai tanda keseriusan Azzam membelikan sebuah cincin untuk Vivi. Cincin itu ia berikan kepada ibunya untuk dipakaikan di jari manis Vivi. la dan rombongannya sampai di rumah Vivi hampir sama waktunya dengan saat pertama dulu datang. Hanya lebih awal setengah jam. Di rumah itu ternyata sudah menunggu banyak orang. Mereka adalah keluarga terdekat Vivi dan tetangga kiri kanan. Pak Zuhri, ayah Vivi menyambut Azzam dan rombongannya dengan wajah berseri-seri. Hari itu Bu Nafis tampak lebih cerah dari hari hari sebelumnya. Bu Nafis begitu tulus bersalaman dan berpelukan dengan Bu Fadilah, ibu Vivi. Azzam memakai kemeja yang dibelikan ibunya di pasar Klewer. Ia tampak gagah dan bersahaja dengan peci hitam di kepalanya. Vivi memakai gamis cokelat susu dan jilbab putih bersih. Dokter muda itu tampak anggun. Acara lamaran itu jadi setengah resmi. Keluarga Vivi telah menyusun rangkaian acara. Yaitu pembukaan kalimat dari keluarga Azzam, kalimat dari keluarga Vivi, musyawarah atau lain-lain. Doa dan terakhir ramah-tamah. Acara dibuka dengan pembacaan surat Fatihah seperti biasa. Kalimat dari keluarga Azzam diwakili oleh Pak Mahbub yang tak lain sebenarnya adalah paman dari Vivi sendiri. Pak Mahbub adalah adik dari ibu Vivi. Pak Mahbub menyampaikan bahwa kedatangannya dari Kartasura untuk melamar Vivi buat Khairul Azzam. Pak Mahbub menyampaikan kalimatnya lugas dan sederhana saja. aDef 363 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Singkat. Langsung ke intinya. Tidak muter-muter ke manamana dulu penuh basa-basi dan tambahan cerita di sana-sini. Dari keluarga Vivi yang menjawab langsung Pak Zuhri. Pak Zuhri menyampaikan rasa kedatangan rombongan dari Kartasura. bahagianya atas “Mohon maaf jika tempat dan ruangan yang disediakan kurang berkenan.” Adapun tentang lamaran Azzam, Pak Zuhri mengatakan, “Saya pribadi sebagai orang tua dan wali anak saya Alviana Rahmana Putri sama sekali tidak keberatan, saya malah bahagia dan gembira. Apalagi Vivi memang sudah saatnya membina keluarga. Hanya saja saya tidak bisa memaksakan kehendak pada anak saya. Jawabannya langsung saja saya serahkan kepada anak saya tentang menerima atau tidak lamaran Azzam ini.. Ibu Fadilah lalu mendesak Vivi untuk bicara. Suasana hening sesaat karena Vivi tidak langsung bicara. Sebenarnya Vivi sedang menikmati kebahagiaan yang membuncah dalam dadanya. Ia sungguh merasa mendapat anugerah agung dari Allah mau disunting dan diperistri oleh pemuda yang ia yakin shaleh bernama Khairul Azzam. Pemuda yang ada dalam idamannya. Ia mengidamkan punya suami seorang santri yang baik dan paham ilmu agama. Dan Azzam adalah lulusan pesantren tertua di dunia yaitu Al Azhar University Cairo. aDef 364 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Vivi menata degup jantungnya. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Lalu dengan suara agak terbata-bata, ia berkata singkat, “Dengan membaca bismillahirrahtnaanirrahim dan dengan mengharap ridha Allah lamaran itu saya terima.. Semua yang hadir mengucapkan alhamdulillah. Azzam menikmati suasana yang sangat indah. Ia langsung mencium aroma cinta. Harumnya menyusup merasuk ke dalam jiwanya. Begitu Vivi menyampaikan penerimaannya, Bu Fadilah menciumnya. Bu Nafis yang ada di samping Bu Fadilah mendekati Vivi. Bu Nafis duduk tepat di hadapan Vivi. Spontan Vivi mencium tangan calon mertuanya. Lalu dengan disaksikan Bu Fadilah dan yang hadir Bu Nafis memasukkan cincin emas ke jari manis Vivi. ”Semoga barakah ya Nak.” Lirih Bu Nafis. ”Amin. Mohon doanya Bu.” Jawab Vivi sedikit serak. Setelah itu masuk pada acara musyawarah dan acara lainlain. Pihak keluarga Azzam menyerahkan semuanya kepada keluarga Vivi untuk menentukan tanggal pernikahan dan lain sebagainya. Akhirnya kedua belah pihak sepakat bahwa akad nikah dilangsungnya satu bulan berikutnya. Akad nikahnya di Masjid Al Aqsha atau Masjid Menara Kudus. Akad akan dilangsungkan pada hari Kamis jam sembilan pagi. Lalu resepsi pernikahan dilangsungkan di rumah Vivi pada hari itu juga, sehari penuh, setelah acara akad nikah. aDef 365 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sedangkan acara di Kartasura hanya semacam syukuran saja. Mengundang tetangga satu RW, untuk mengiklankan bahwa Azzam sudah menikah dan untuk minta doa restu. Dalam musyawarah itu Azzam juga berterus terang bahwa ke depan Vivi akan ia boyong ke Kartasura. Mungkin untuk sementara setelah menikah. Satu minggu dua kali ia akan pergi ke Sayung Demak. Ke rumah dinas yang sekarang di tempati Vivi. Keluarga Vivi setuju. Seorang bapak berumur sekitar empat puluh tahun yang menjadi tetangga Vivi berkata, “Ah, jarak Kartasura-Demak kalau ditempuh dengan mobil, apalagi disemangati dengan kerinduan dan cinta akan terasa dekat dan ringan!. Spontan yang hadir tertawa bahagia. Azzam dan Vivi hanya tersenyum. Tanpa mereka sadari ada semacam magnet yang membuat mereka berpandangan. Ces! Setetes embun bagai menetes ke dalam hati Azzam begitu kedua matanya bertemu dengan kedua mata Vivi. Sedangkan Vivi merasakan tubuhnya bagai mau melayang karena bahagia. Keduanya lalu menunduk kembali. Azzam merasakan halusnya kasih sayang Tuhan. Ikhtiarnya untuk menemukan jodoh ternyata dikabulkan oleh Allah Swt. Sebelum pulang Pak Zuhri rnenyerahkan kertas kecil kepada Azzam seraya berkata,“Hanya sekedar untuk tahu saja, siapa tahu kelak ada gunanya untuk anak turunanmu. Ini silsilah moyangnya Vivi. Jadi silsilahnya ini!. Azzam membaca isi kertas itu: Alviana Rahmana Putri binti Zuhri bin Zuhaidi bin Sukemi bin Karto bin Singodigdo bin Raden Sastrobuwono. Azzam melipat dan memasukkan kertas aDef 366 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
itu ke dalam saku bajunya. Kelak jika Vivi sudah jadi isterinya ia akan minta agar sejarah pemilik nama-nama itu diceritakan kepadanya. Agar kelak bisa ia gunakan jika punya anak dan dalam sejarah itu ada yang bisa menyemangati anaknya. Azzam merasa yakin bahwa Vivi adalah anugerah agung dari Tuhan untuknya. Bagi orang yang beriman, setelah keimanannya adakah ada anugerah yang lebih baik dan lebih indah melebihi isteri yang shalihah? Azzam teringat sabda Rasulullah Saw., “Seorang mukmin tidaklah mengambil faidah yang lebih baik setelah takwa kepada Allah dari isteri yang shalihah; yang jika dia menyuruh isterinya maka isteri itu mentaatinya, jika melihatnya isteri itu menyenangkannya, jika bersumpah atas nama isterinya maka isterinya itu memenuhinya, dan jika suami tidak di rumah maka isteri itu menjaga harta dan kehormatan suaminya.”30 Azzam berharap setelah takwa kepada Allah, Alviana Rahmana Putri adalah anugerah Allah terbaik dari Allah yang akan senantiasa memberinya faidah dalam menyempurnakan ibadah kepada Allah. Husna juga merasakan kebahagiaan yang sama. Bungabunga cinta bersemi di dalam hatinya. Seakan hatinya adalah taman bunga di musim semi. Setelah shalat istikharah dan bermusyawarah dengan ibu, Azzam dan Lia ia mantap menerima lamaran Muhammad Ilyas. “Dia dulu santrinya Kiai Lutfi, terus kuliah di Madinah, 30 Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hadits no. 1847 aDef 367 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sekarang S2 di Aligarh India. Insya Allah dia shaleh. Menurut kakak tidak ada alasan untuk menolak” Tegas Azzam. Awalnya Husna masih agak bimbang. Melewati tiga hari yang dijanjikan ia belum memutuskan. Setelah pulang dari acara pertunangan kakaknya di Kudus baru ia putuskan. Itupun setelah ia mendengar kalimat tegas dari kakak yang sangat dihormatinya. Akhirnya dengan hati mantap ia putuskan menerima lamaran Ilyas. Keluarga Ilyas datang ke rumahnya mirip dengan ketika keluarganya datang ke Kudus. Mereka membawa makanan. Membawa beberapa orang. Acaranya juga hampir sama. Hanya saja Ilyas tidak membelikan cincin untuknya tapi tiga potong jilbab yang cantik warnanya. Ketika bermusyawarah tentang penentuan hari pernikahan terjadi dialog yang sedikit alot. Keluarga Ilyas ingin satu minggu secepatnya. Sekilat-kilatnya. Ibunya tidak mau. Satu minggu menurut ibunya itu terlalu cepat dan gila. Ibunya ingin pernikahannya dilaksanakan paling tidak tiga bulan setelah pernikahan Azzam. ]adi empat bulan dari hari pertunangan kira-kira. Ilyas merasa keberatan. Itu terlalu lama. ”Saya khawatir bisa menimbulkan fitnah di hati saya.” Kata Ilyas. ”Masak cuma menunggu empat bulan saja kok berat. Dulu aDef 368 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
ibu saja harus menunggu satu tahun.” Balas Bu Nafis. Semua diam. Husna menutup rapat-rapat kedua bibirnya. Ia tak angkat suara takut salah bicara. Suasana agak kaku sesaat. Dan Azzam menggerakkan bibirnya mencairkan suasana, “Ah gampang. Kita ambil jalan tengah saja. Bagaimana biar keluarga kami tidak repot dan keluarga Ilyas juga tidak terlalu lama menunggu, bagaimana jika pernikahannya dilaksanakan di hari yang sama dengan syukuran pernikahan saya di Kartasura ini.. ”Lha ini, usul yang bagus.” Kata Pak Mukhlas ayah Ilyas sambil tersenyum. ”Bagaimana Ilyas? Apa kira-kira menunggu satu bulan juga keberatan?” Tanya Azzam pada Ilyas. Yang ditanya jadi kikuk dan salah tingkah. Dan dengan suara tergagap Ilyas menjawab, ”Sa... satu bulan? Bolehlah.. ”Bue bagaimana? Kan kalau bareng syukuran pernikahannya Azzam malah tidak terlalu repot. Meminta tolongnya tetangga juga cuma satu kali.” Tanya Azzam pada ibunya. ”Ibu sepakat dengan usulmu Nak.” Jawab Bu Nafis. Dan tercapailah kesepakatan. Sejak itu Azzam dan Husna sering keluar belanja bersama untuk mempersiapkan hari pernikahan mereka. Azzam memanggil seorang tukang untuk memperbaiki rumahnya. Lantai yang masih hitam dari semen ia belikan keramik. Karena kamarnya pas-pasan. Ia membuat kamar tambahan di dekat dapur. Dinding bagian belakang dapur dijebol dan aDef 369 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dibuat dua kamar. Dari tembok. Di dalam kamar ia beri kamar mandi. Kamar itulah rencananya kamar untuk Husna dan kamar untuk dirinya. Sementara bentuk rumah tidak ia ubah sama sekali. Biar tetap seperti aslinya. Hanya saja ia minta dirapikan dan dicat yang rapi. Lia membantu menyebar undangan. Terutama adalah undangan pernikahan Husna. Kalau undangan pernikahan Azzam tidaklah banyak karena Azzam akan akad dan walimah di Kudus. Tak lupa Azzam meminta Lia mengantarkan undangan ke Pesantren Wangen. Seluruh keluarga Kiai Lutfi diundang untuk datang. Bungabunga cinta bermekaran di rumah sederhana itu. Rumah Azzam dan Husna. Bunga-bunga cinta seolah tumbuh di halaman rumah. Tumbuh di ruang tamu. Tumbuh di dapur. Dan tumbuh di setiap kamar. Menunggu hari H penuh cinta Azzam dan Husna sering shalat tahajjud bersama. Mereka berdoa bersama memohon ridha dan barakah dari Allah ’Azza wa Jalla. aDef 370 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
21 Ciuman Terakhir Setelah menikah dengan Anna Althafunnisa, kesibukan Furqan adalah ikut mengajar di pesantren, mengajar di sebuah kampus swasta di Jogjakarta, dan mengurus bisnis ayahnya di Surakarta. Oleh sang ayah, untuk modal hidup Furqan diberi kekuasaan penuh mengelola toko kamera yang menjual berbagai macam jenis kamera digital di Jalan Slamet Riyadi. Sore itu jam setengah lima Furqan pulang dari toko. Mobil Fortunernya memasuki halaman pesantren. Furqan turun. Seorang santri yang melihatnya datang dan mencium tangannya. Dari ruang tamu Anna melihat kedatangan suaminya. Begitu masuk Anna langsung melepas jaketnya dan mengikuti sang suami naik ke lantai atas. Masuk ke dalam kamarnya. Furqan langsung mandi. Anna sudah rapi seperti aDef 371 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
biasa. Ia baru saja mengetik beberapa bagian dari tesisnya. Selesai mandi Furqan memakai jas yang dulu dipakainya saat pesta pernikahan. Anna memandang senang penuh harapan. Ia berharap inilah saatnya yang sekian lama ia tunggu-tunggu akhirnya datang. “Malam ini kita ke hotel ya Dik?” ”Ke hotel mana?” ”Pilih mana Lor Inn apa Novotel?” ”Mm... Novotel saja.” ”Boleh.” ”Untuk apa kita ke hotel Mas? Apa tidak di rumah saja?” ”Untuk sesuatu yang tidak biasa.” ”Apa saatnya telah tiba? Hari yang kamu janjikan telah datang.” ”Mas harap begitu Dik. Cepatlah berkemas. Nanti kalau keburu maghrib tidak enak.” ”Baik Mas.” Anna langsung berkemas. Ia juga menyiapkan gaun pengantin yang dulu ia pakai. Semua perlengkapan yang ia rasa harus ia bawa ia masukkan ke dalam kopernya. Anna begitu semangat. Rasanya ia ingin segera sampai di Novotel. Ia ingin membuktikan pada dunia dan pada siapa saja, bahwa dirinya tidak kalah dengan Miatun. Ia bisa hamil dan akan aDef 372 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
punya anak, insya Allah. Sejurus kemudian mereka berdua menuruni tangga, turun dari kamar. Di ruang tengah mereka berpamitan pada Kiai Lutfi dan Bu Nyai Mur. “Kami ada perlu penting di Solo Bah. Kami mau menginap di sana.” Kata Anna pada Abahnya. Sang Abah hanya mengangguk, lalu batuk. Bu Nyai Nur mengantar sampai beranda. Anna dan Furqan masuk mobil. Matahari memerah di ufuk barat. Tak lama lagi akan masuk ke peraduannya. Burung-burung beterbangan kembali ke sarangnya. Para petani yang sehari hari menggarap sawah tampak berjalan di pematang untuk pulang. Furqan mengemudikan mobilnya dengan tenang. Mobil itu melintas di depan pasar Kartasura dan terus ke timur. Melewati kampus UMS, lalu pasar Kleco. Terus lurus ke timur masuk jalan Slamet Riyadi. Hari sudah menjelang petang. Lampu-lampu jalan sudah menyala. Azan maghrib tak lama lagi akan bergema. ”Tahu tidak Mas, kenapa jalan ini dinamakan jalan Slamet Riyadi?” ”Tidak tahu Dik, Mas kan bukan asli orang Solo.” ”Mau tahu?” ”Mau.” ”Seingat saya ya Mas. Jalan ini dinamakan Slamet Riyadi untuk mengenang serangan umum tahun 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Kalau tidak salah setelah aDef 373 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda kembali datang ke Indonesia. Datang untuk kembali menjajah Indonesia. Dengan segala cara Belanda ingin menguasai kembali Indonesia. ”Para pejuang kita tidak tinggal diam. Mereka berjihad membela tanah air dan bangsa. Mereka korbankan harta, darah dan bahkan nyawa. Terjadilah perang mempertahankan kemerdekaan di mana- mana antara tahun 1945 sampai 1949. Pada tahun 1948 Belanda menguasai banyak wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bulan Desamber 1948 Belanda melancarkan agresi dan berusaha menghancurkan tempattempat strategis milik pemerintah RI, tujuannya untuk memberitahukan kepada dunia bahwa pemerintah RI telah lumpuh, telah tiada. ”Ceritanya, Belanda minta agar para pemimpin dan pejuang Republik ini menyerah. Tapi Jendral Soedirman menolak menyerah. Jenderal hebat ini bergerilya di hutan hutan dan desa-desa yang terletak di sekitar kota Yogyakarta dan Surakarta. Untuk membantah opini yang disiarkan Belanda ke seluruh dunia, maka Jenderal Soedirman merancangkan “Serangan Oemoem”. Serangan Oemoem ini merupakan sebuah serangan besar besaran yang bertujuan untuk menduduki kota Yogyakarta dan Surakarta. Serangan di Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto, manakala serangan di Surakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi. ”Dan untuk memperingati Serangan Oemoem ini, maka jalan raya utama di kota Surakarta dinamai Jalan Slamet Riyadi!” Jelas Anna pada suaminya panjang lebar. aDef 374 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Kau ternyata suka sejarah ya Dik.” ”Katanya bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghayati sejarahnya dan menghormati para pahlawannya.” ”Kau benar Dik.” *** Mobil itu sudah mendekati Hotel Novotel. Ketika azan mengalun merdu, Furqan dan Anna sudah keluar dari mobil. Mereka ke resepsionis. Setelah Furqan tanda tangan seorang pelayan hotel mengantarkan sampai kamar. Furqan memilih kamar yang mewah di lantai enam. Begitu masuk kamar dan meletakkan tas tangannya, Anna langsung ke jendela. Berdiri atau duduk di samping jendela adalah kesukaan Anna sejak kecil. Ia tak bisa membayangkan sebuah rumah tanpa jendela. Dari jendela kamar hotel itu keindahan sebagian kota Solo bisa dinikmati. Furqan berdiri di samping Anna. ”Indah ya Mas.” Kata Anna sambil melihat lampu lampu kota Solo yang tampak memancar ke kuning kuningan. ”Iya.” ”Kita shalat maghrib dulu yuk.” Pinta Anna sambil perlahan menutup gorden. ”Ayuk.” aDef 375 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Furqan masuk kamar mandi mengambil air wudhu. Sedangkan Anna melepas jilbab dan kaos kakinya. Furqan keluar, gantian Anna yang masuk. Usai wudhu Anna mengambil mukena dari kopornya. Furqan memandangi wajah isterinya dalam-dalam. Ia selalu kagum dengan wajah yang sangat penyabar itu. Anna tahu suaminya memperhatikannya. Ia pun memandang lekat-lekat wajah suaminya. Anna tersenyum. Demikian juga Furqan. ”Ayo sholat nanti kehabisan waktu kita.” Bibir Anna bergetar, suaranya bening. ”Ayo.” Furqan menghadap kiblat lalu mengucapkan Takbiratul Ihram. Setelah Fatihah ia membaca surat Al Kafirun dan Al Ikhlas. Anna makmum di belakangnya dengan wajah menunduk khusyu’. Selesai shalat, zikir dan doa, Anna mencium tangan suaminya. Furqan bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Anna bangkit lalu berjalan ke depan almari. Ia melepas gamisnya. Ia tidak canggung sedikit pun. Furqan berdesir melihat apa yang dilakukan isterinya. Anna lalu mengambil gaun pengantin yang ada di dalam kopor dan mengenakannya. Tak lama kemudian Furqan bagai menyaksikan bidadari turun dari langit. Ia teringat malam pertamanya. Malam pertama yang menyiksa batinnya. Yang perihnya masih terasa sampai saat itu. Anna mengambil parfumnya. Suasana malam pertama itu langsung tercipta. Bau wangi yasmin menyebar pelan. Bau nan suci merasuk ke hidung Furqan. Merasuk ke seluruh aliran darahnya. Membuat jantungnya berdegup kencang. aDef 376 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Furqan maju dan mencium kening isterinya. Tangan lentik Anna menggeragap hendak melepas jas yang dikenakan Furqan. Wajah Anna membara karena gairah. ”Apakah kamu benar-benar siap, isteriku sayang?” Tanya Furqan. ”Aku sudah menunggunya dengan dada membara selama enam bulan suamiku sayang. Apa kamu tidak juga mengerti dan paham?” ”Kau siap dengan segala akibatnya?” “Kalau tidak siap kenapa aku mau jadi isterimu.” “Tapi ada satu hal yang kamu tidak tahu. Aku tidak ingin menyampaikan hal ini. Tapi harus aku sampaikan malam ini. Setelah itu terserah apa keputusanmu.” ”Aku tidak tahu apa yang Mas maksud.” “Dik aku sungguh sangat mencintaimu?” “Sama aku juga mencintai Mas.” “Aku sungguh tak ingin kehilanganmu.” “Aku tahu itu.” ”Namun aku tak ingin menzalimimu. Aku tidak menyentuh mahkota yang paling berharga milikmu karena aku tidak ingin menzalimimu Dik. Bukan karena aku tidak mampu. Ada satu tembok sangat kuat dan berduri yang menghalangiku dari menyentuh mahkota paling berharga milikmu.” aDef 377 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Aku tak paham maksudmu Mas.” ”Sesungguhnya saat akad nikah perjaka Dik.” ”Apa?!” Anna kaget. itu aku sudah tidak ”Maafkan aku Dik, tapi sungguh bukan aku menyengaja.” ”Aku tak percaya! Mas yang ketua PPMI! Mas yang jadi mahasiswa kebanggaan orang-orang di KBRI! Mas yang sudah selesai S2 dan kini mau S3! Mas yang mengajar ngaji para santri! Mas yang... hiks... hiks...” Anna tak kuasa melanjutkan kata-katanya. ”Maafkan aku Dik, tapi tolonglah kamu dengarkan dulu ceritaku, jangan marah dulu, jangan menangis dulu. Aku akan bercerita dengan sejujur-jujurnya. Baru setelah itu terserah kamu. Terserah mau kamu apakan aku.” Ucap Furqan mengiba sambil menyeka air mata Anna. “Tolong, Dik, dengarkan ceritaku dulu, arjulk 31” ”Baik Mas, akan aku dengar. Tapi mendengar pengakuanmu itu hatiku sudah sakit.” Kata Anna mengungkapkan rasa dalam hatinya. ”Maafkan aku Dik, maafkan...” Kata Furqan, ia lalu menceritakan apa yang menimpanya sebelum ia pulang ke Indonesia. Ia bercerita dengan sejujur-jujurnya. Ia 31 bercerita tentang peristiwa mengerikan yang Arjulk. Aku minta padamu, aku bertiarap padamu. aDef 378 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menimpanya di Hotel Meridien. Ia yang tahu-tahu bangun tidur dengan keadaan yang memalukan. Lalu pesan Miss Italiana yang mengintimidasinya. Tentang foto-foto yang memalukan. Tentang tertangkapnya Miss Italiana yang ternyata agen Mossad penyebar virus HIV. Dan tentang dirinya yang divonis positif mengidap HIV. Serta janji Kolonel Fuad untuk tidak menyebar berita tentangnya, juga janjinya pada Kolonel Fuad untuk tidak menyebarkan virus HIV yang diidapnya pada orang lain. Anna mendengarkan cerita itu dengan hati perih. Ia merasa seperti ada sebuah tombak berkarat yang menancap tepat di ulu hatinya. Tangisnya meledak. Furqan diam di tempatnya. Ia tahu kenyataan itu akan sangat menyakitkan Anna. Tapi jika tidak ia sampaikan ia akan terus tersiksa. Ia merasa telah lepas dari satu beban psikologis. Selanjutnya ia akan menyerahkan keputusan seluruhnya pada Anna. Anna masih menangis tersedui-sedu. Furqan meremas remas rambutnya, tak tahu ia harus berbuat apa saat itu. Tibatiba merasa sangat kasihan pada isterinya yang sangat dicintainya itu. Anna masih menangis. Gadis itu mengusap mukanya. Lalu memandang wajah Furqan dengan nanar dan marah, “Kau sangat jahat! kamu begitu tega mendustaiku dan mendustai seluruh keluargaku! Bahkan kamu mendustai seluruh orang yang hadir saat akad pernikahan kita! Sebelum menikah pegawai KUA itu membacakan statusmu perjaka! Ternyata kamu dusta! Lebih jahat lagi, ternyata kamu mengidap penyakit yang dibenci semua orang, dan kamu tega menyembunyikannya dariku! kamu jahat!” aDef 379 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Maafkan aku Dik, aku memang jahat!” “Sangat sulit bagiku memaafkanmu Fur!” Anna tidak lagi memanggil dengan panggilan Mas, tapi langsung memanggil nama Furqan! Itu sebagai tanda dalam hati Anna sudah tidak ada lagi penghormatan pada Furqan. ”Ya aku jahat. Tapi satu hal yang aku minta kamu pertimbangkan, aku sangat mencintaimu, aku sangat menghormatimu, aku tidak ingin menyakitimu. Aku jahat mungkin, tapi nuraniku mencegahku untuk menyentuh mahkota kewanitaanmu. Kenapa? Karena aku tahu kamu bisa tertular virus itu. Aku tidak mau terjadi itu padamu. Kalau aku mau aku bisa lebih jahat lagi. Malam pertama itu aku lakukan tugasku sebagai suami. Selesai. kamu dan aku kena HIV selesai. Ketika kamu menggugatku aku akan gantian menggugatmu. kamu tidak mungkin tahu aku kena HIV- Tapi aku tidak lakukan itu!” ”Terus kenapa kamu nikahi aku, hah?!” ’Karena aku mencintaimu.” Dan cintamu itu menyakiti aku! Cintamu itu kini jadi jahnannam bagiku! Kalau seperti ini apa yang kamu inginkan dariku? Sekedar jadi boneka hias dalam kehidupanmu? Sekedar jadi aroma kamarmu yang cuma kamu hisap dan kamu cium-cium baunya? Sekedar jadi simbol kering. Keangkuhanmu sebagai kelas konglomerat yang merasa berhak membeli apa saja? Apa yang kamu inginkan dariku Furqan?” ”Aku sendiri tak tahu Dik.” ”Kau tahu syariat Fur! kamu tahu kitab Allah, kamu tahu aDef 380 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tuntunan Rasulullah! Seharusnya kamu tidak menikahiku, iya kan!? kamu tahu kalau menikahiku itu akan jadi mudharat bagiku. Akan menyakitiku, iya kan? Dan pernikahan yang pasti menyakiti isteri atau suami itu haram hukumnya, iya kan!?” Anna mencecar dengan amarah. Ia berusaha menjaga untuk tidak mengeluarkan katakata kotor. ”Iya. kamu benar Dik!” ”Kenapa yang haram itu kamu lakukan juga, hah?! Apa kamu tidak takut pada Allah!?” Furqan diam. “Aku minta maaf, Dik. Aku terima semua keputusanmu.” ”Baik. Ceraikan aku!” Ucap Anna penuh amarah. Jika ia punya palu dan halal membunuh lelaki di hadapannya, rasanya ia ingin menghantamkan palu itu ke kepala Furqan hingga hancur berkeping- keping. Furqan diam. Hatinya bagai tertusuk pisau yang sangat tajam. Tapi ia sudah menyiapkan saat-saat Anna akan mengucapkan kalimat itu. Ia insyaf yang salah adalah dirinya, bukan Anna. ”Tak ada pilihan lain Dik?” ”Tidak!” ”Kalau begitu, kapan aku harus menceraikan dirimu?” ”Sekarang juga!” aDef 381 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Sekarang?” ”Iya!” ”Akan aku ceraikan kamu Dik, meskipun dengan hati sakit, tapi dengan dua syarat.” ”Aku tak mau ada syarat!” ”Kalau begitu urusannya akan jadi panjang, aku akan benar-benar berubah jadi penjahat sekalian!” ”Maksudmu apa Fur?” “Kau tak sedikitpun berempati padaku. Aku ini sudah hancur sejak sebelum pulang ke tanah air. Menikah denganmu adalah sedikit untuk mengobati sakitku. Aku seperti mayat yang berjalan. Cahaya hidupku seperti telah padam. kamu tahu, aku tak punsa tempat untuk berbagi nestapa. Ayah ibuku saja tidak tahu apa yang sebenarnya menimpa putranya. Dalam rasa sedihku yang hampir bercampur putus asa aku masih menggunakan nuraniku. Yaitu dengan tetap menjaga kesucianmu. Aku tak ingin menularkan virus itu padamu. ”Kau sedikitpun tak mau berempati padaku. Baiklah, aku cuma mensyaratkan dua syarat yang tidak berat padamu kalau kamu ingin agar aku menceraikanmu. Yaitu pertama ijinkan aku mencium keningmu sekali lagi. Ciuman perpisahan, sebab ketika kata-kata cerai telah aku ucapkan maka aku tidak halal lagi menciummu. Yang kedua, tolong rahasiakan apa yang menimpaku. Demi menjaga kehormatan keluargaku dan juga kehormatan keluargamu. “Kalau kamu obral cerita ini, dan kamu tidak punya bukti, aDef 382 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
maka perang akan keluargamu. berkobar amtara keluargaku dan Kita semua akam sama-sama binasa. Meskipun aku tidak menginginkannya, pasti orangorang yang menyayangiku tidak akan pernah terima dengan ceritamu. Katakan saja pada keluargamu, nanti kalau kita cerai, cerai kita karena sudah tidak mungkin cocok lagi. ”Itulah syarat yang aku minta padamu. Kalau kamu tidak juga mau maka mungkin tak ada pilihan lagi bagiku kecuali jadi penjahat sekalian. Toh kamu sudah bilang aku jahat. Malam ini juga dengan gaun pengantin yang kamu kenakan akan aku renggut kehormatanmu di kamar ini. Setelah itu terserah apa maumu. Seandainya kamu berteriak, aku santai saja, kita kan masih suami isteri. Aku berhak melakukan itu padamu. Meskipun kamu menolaknya. ”Kalau kamu mengadu pada ayahmu misalnya kamu merasa diperkosa, paling mereka tertawa. Toh kamu sudah sering memperlihatkan di hadapan mereka pura-pura mandi sebelum Subuh. Kenapa kali ini merasa diperkosa. Toh kita tadi berangkat dengan menampakkan kemesraan di hadapan mereka. Hanya itu pilihan untukmu Dik.” Furqan berkata kepada Anna dengan hati bergetar. Ia tidak ingin mengatakan hal itu. Tapi entah kenapa melihat amarah Anna, amarahnya ikut menyala. Mendengar perkataan Furqan, Anna jadi berpikir bagaimana secepatnya menyelamatkan jiwanya. Ia tak mau diperkosa sama Furqan. Ia tak bisa membayangkan dirinya terkena virus HIV. Akhirnya dengan suara lunak, Anna menjawab, ”Baik, aku terima syaratmu. Tapi aku pegang janjimu, aDef 383 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kamu ceraikan aku setelah kamu mencium keningku.” ”Aku akan pegang janjiku. Allah jadi saksi kita berdua. Aku juga pegang janjiku untuk merahasiakan yang terjadi di antara kita. Demi menjaga kehormatan keluarga kita masingmasing.” ”Baik Fur.” ”Aku tahu, setelah ini kamu pasti takut dan tidak mungkin tidur lagi sekamar denganku. Jangan takut. Aku akan pesankan kamar untukmu. kamu yang pegang kunci. Besok pagi kamu bisa pulang pakai taksi. kamu bisa memberikan alasan yang tepat pada keluargamu.” Kata Furqan. ”Terima kasih Fur. Tapi biar aku cari hotel lain sendiri” ”Terserah kamu, kemasilah barang-barangmu!” Anna lalu mengemasi semua barangnya. Ia mengambil gamisnya lalu masuk ke kamar mandi. Tidak seperti awal masuk hotel tadi tidak peduli ganti pakaian di hadapan Furqan, kali ini ia merasa Furqan adalah orang lain. Ia melepas gaun pengantinnya di kamar mandi dan menggantinya dengan gamis. Ia memakai jilbabnya kembali, juga kaos kaki. Lalu ia keluar dan memasukkan gaun pengantinnya ke koper. ”Sudah semua?” Tanya Furqan. ”Tak ada yang ketinggalan?” ”Tidak.” aDef 384 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Kemarilah isteriku!” Kata Furqan. Anna maju dan duduk di samping Furqan yang sejak tadi duduk di tepi ranjang. Dengan penuh cinta Furqan mencium kening Anna. Sebuah ciuman perpisahan. ”Maafkan aku Anna, aku telah menyakiti hatimu dan nyaris menghancurkan hidupmu.” Lirih Furqan dengan suara terisak-isak. ”Aku percaya pada ceritamu Fur. kamu adalah korban tak bersalah. Tapi aku tak bisa hidup denganmu lagi.” “Aku tahu.” ”Aku sudah penuhi syaratmu, sekarang aku tagih janjimu!” Ucap Anna tegas. ”Aku nikahi kamu dengan baik-baik, maka aku cerai kamu dengan baikbaik. Mulai saat ini aku cerai kamu Anna’ kamu bukan lagi isteriku, dan aku bersumpah tak akan lagi kembali kepadamu!” ”Terima kasih Fur. Aku harus pergi!” Dengan linangan air mata Anna keluar dari kamar itu. Ia tak tahu akan ke mana. Yang ia inginkan adalah segera keluar dari hotel itu secepatnya. Ingin rasanya ia lari sejauh jauhnya lalu menangis sejadi-jadinya. Begitu Anna pergi, Furqan menangisi nestapanya. Orang yang paling dicintainya itu sudah sangat jauh darinya. Ia merasa hanya mukjizat yang akan mempertemukan dirinya dengan Anna kembali. Jika ia dibenci oleh Anna, maka Anna aDef 385 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tidaklah bersalah. Dirinyalah yang salah. Apa dosa Anna sampai harus ikut terkena getah nestapa yang menderanya. Dirinyalah yang zalim dan aniaya. Dialah yang selama ini buta kehilangan kesadarannya. Anna memejamkan mata. Bulir-bulir bening keluar dari kelopak matanya. Ia mengadu kepada Yang Maha pengasih dan Penyayang, Ya Allah hilangkanlah segala sebab yang menjadikan kami berkeluh kesah takut, cemas, sedih, dan marah. Amin Keluar dari Novotel, Anna langsung menghubungi taksi langganan Abahnya. Lima belas menit kemudian, taksi itu datang menjemputnya. ”Kemana Neng? Mau pulang?” Tanya sopir taksi yang sudah tua itu. ”Anu Pak. Antar saya ke Hotel Quality!” ”Baik Neng.” Taksi berjalan ke arah Monumen Pers. Lalu belok kiri. Langit tertutup awan tipis. Rembulan muncul tenggelam. Anna Althafunnisa masih juga belum percaya apa yang dialaminya. Ia telah menjadi janda. Ia cemas dan gelisah. Ia takut menghadapi status barunya yaitu seorang janda. Anna menerawang ke depan dengan pandangan kosong, ia belum menemukan kalimat apa yang akan disampaikannya kepada Abah dan Umminya. Ia meraba dalam hati, apakah ini tafsir keraguan tipis yang selalu menderanya saat akan mengiyakan lamaran Furqan dulu? Kenapa dulu ia tergesa-gesa menjawab ’iya’. aDef 386 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
22 Ingat Ingat Kematian Zumrah mengerang kesakitan. Ia tidak tahu kepada siapa harus minta tolong. Di dalam kamar kos itu ia sendirian. Teman satu kosnya, Si Muni sedang pulang kampung. Sejak jam tiga pagi kepalanya terasa pusing. Tubuhnya lemas. Perut sakit. Dunia seperti berputar. Ia tidur telentang dengan kepala sakit bukan kepalang. Jika ia duduk inginnya muntah. Ia sudah tidak tahan. Ia merintih. Ajalnya ia rasa seperti akan datang. Zumrah berpikir tentang kematian. Ia menggigil ketakutan. Jangan- jangan memang ajalnya akan datang. Ia jadi berpikir kalau ia mati akankah ia mati begitu mengenaskan. Mati sepi, sendirian, tak ada yang tahu. Jasadnya akan membusuk di sebuah kos yang terkunci. Jasadnya baru akan ditemukan setelah bau badannya menyengat ke mana-mana. Atau tatkala aDef 387 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Muni datang. Dan ia tidak tahu kapan Si Muni akan datang. Zumrah mengerang kesakitan. Kepalanya seperti kena godam. Ia merasa diintai oleh bayang-bayang kematian. Ia sudah tidak tahan. Ia harus memberi tahu orang. Harus. Jika ia mati biarlah jenazahnya segera diketahui orang dan dikuburkan. Ia meraih hand phonenya. Tangannya memegang gemetaran. Ia tak tahu apakah pulsanya masih ada ataukah tidak? Ia lihat pulsanya. Cuma tersisa lima ratus rupiah. Hanya cukup untuk sms satu orang. Ia harus memberi tahu orang yang tepat. Yang jika membaca smsnya ia yakin cepat datang. Ia pikir Husna-lah yang paling perhatian. Ia tulis sms pendek: “Na, aku sakit, tolong datang. Zumrah.” Lalu ia kirim. Ia tahan rasa sakitnya, tapi tetap saja ia tak kuat menanggung. Tiba-tiba ia merasa dingin yang amat sangat. Ia menggigil. Matanya meleleh. Ia ingat bayang kematian. Ia ingat semua dosa-dosanya di masa silam. Ia teringat Allah, Tuhan sekalian alam. Matanya meleleh ketika ia ingat Tuhan. Ia kembali merintih, Tuhan Apakah untuk mengingat-Mu Aku harus sakit dulu *** Ia masih mengerang sendirian bergelut dengan rasa sakit yang garang ketika Husna dan Azzam datang. Pintu kostnya itu ia kunci dari dalam. Ia terus mengerang. Husna dan Azzam mendengar erangan dan rintihan. ”Zum, Zum!” Husna memanggil-manggil. aDef 388 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
la tidak dengar panggilan Husna. Ia terus merintih kesakitan. ”Zum, buka pintunya Zum!” Panggil Husna dengan keras. Tak ada jawaban. Azzam langsung menggedor pintu itu sekeras kerasnya. Beberapa orang tetangga rumah itu melongok melihat ke arah Husna dan Azzam. ”Ada apa Mas?” Tanya seorang ibu berbadan gemuk. ”Ini Bu, teman kami sakit di dalam. Tapi pintunya terkunci dari dalam. Kami panggil-panggil sepertinya ia tidak mendengar.” Jawab Azzam. ”Coba gedor lagi yang keras!” Sahut ibu itu. Azzam kembali menggedor pintu keras-keras. Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Tampaklah wajah Zumrah yang pucat pasi. Zumrah tampak begitu kusut, kurus dan perutnya buncit. ”Uakk!” Zumrah muntah tiba-tiba. Husna menghindar, tapi muntahan itu tetap mengenai ujung kakinya. Husna langsung memapah Zumrah ke kamar mandi. Zumrah kembali muntah beberapa kali. Husna memijit mijit tengkuk Zumrah. ”Uh... uh... akhirnya kamu datang Na.” Ucap Zumrah dengan suara serak dan gemetaran. ”Kau sakit apa Zum?” Tanya Husna. aDef 389 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Tak tahu Na. Badanku menggigil kedinginan. Kepala pusing luar biasa. Dan inginnya muntah.” “Kau sudah makan Zum?” Zumrah menggelengkan kepala. Husna melihat-lihat apa yang bisa di makan. Seteliti mata Husna tak menemukan apaapa. Husna bangkit membuka termos. Kosong. ”Muni ke mana?” “Sudah tiga hari pulang kampung.” ”Sejak kapan kamu sakit Zum? Keningmu panas begini. Badanmu juga panas.” Tanya Husna ”Sejak kemarin Na. Aku kira bisa aku tahan dan aku atasi, ternyata tidak. Aku terpaksa sms kamu.” “Kau sudah minum obat?” ”Boro-boro Zum. Air minum saja tak ada. Aku tidak bisa jalan. Semalam terpaksa aku minum air kran.” ”Inna lillahi.” Husna kaget. ”Na, kita ajak saja keluar untuk makan terus ke dokter.” Usul Azzam. ”Acara kakak ngisi pengajian Al Hikam bagaimana?” Tanya Husna. ”Di pesantren kan ada Kiai Lutfi.” Jawab Azzam. aDef 390 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Tidak usah ke dokter, malah merepotkan kalian. Kalau kamu harus ngisi pengajian, biarlah Husna di sini saja sebentar menemaniku.” Kata Zumrah. ”Tidak, kamu harus ke dokter! Sepertinya sakitmu serius.” ”Iya Zum, ayo aku bantu kamu ganti pakaian. Kita keluar cari makan, lalu ke dokter.” Ujar Husna. Azzam langsung beranjak keluar. Husna menutup pintu dan membantu Zumrah. Pada saat ganti pakaian Zumrah muntah-muntah. ”Aduh Na, aku tidak kuat berdiri apalagi keluar.” Rintih Zumrah. “Tolong Na aku harus rebahan.” Lanjutnya. Husna memapah Zumrah ke kasurnya. “Bagaimana?” Tanya Azzam dari luar. ”Dia tak kuat keluar Kak. Kakak carikan makan saja buat dia, sama minuman yang hangat. Setelah itu kita panggilkan dokter kemari.” Kata Husna. ”Okay.” Azzam meluncur mencari makanan dan minuman untuk Zumrah. Ia pergi ke depan UMS. Ada banyak warung berjejer di sana. Azzam membelikan Zumrah Soto Kwali, pergedel, sate telur puyuh dan teh panas. Azzam juga mampir ke sebuah warung klontong untuk membeli dua botol air mineral, dua bungkus roti, dan susu kaleng. Lalu dengan agak tergesa-gesa aDef 391 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kembali ke kos Zumrah. Ia menyerahkan barang-barang yang dibelinya pada Husna. Husna membukanya. ”Makan Soto Kwali ya?” Lirih Husna pada Zumrah. Zumrah mengangguk. Husna mengambil piring, mangkok, gelas dan sendok. Gadis itu meletakkan pergedel, dan sate telur puyuh di piring. Meletakkan Soto Kwali di mangkok dan menuangkan teh panas dari plastik ke gelas. Ia lalu menyuapi Zumrah dengan hati- hati. Zumrah makan dengan pelan-pelan. ”Kau baik sekali Husna.” ”Sudahlah makan yang banyak ya biar cepat sembuh?” ”Tolong minumnya Na.” Husna mengambilkan air minum. Zumrah meminumnya dengan hati- hati. ”Aku kira aku sudah akan mati Na.” ”Ya kita semua akan mati Zum. Tidak hanya orang sakit yang diintai kematian, orang yang sehat pun juga tidak luput dari intaian kematian.” Jawab Husna sambil menyuapi Zumrah. ”Kapan terakhir kamu ke dokter Zum?” ”Setengah tahun yang lalu.” ”Kandunganmu kapan terakhir kamu periksakan?” ”Belum pernah.” aDef 392 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Belum pernah!?” ”Iya. Mana ada uang aku Na.” ”Ya Allah, kenapa tidak bilang Zum. Periksa kandungan itu penting. Kamu ini bagaimana! kamu boleh hidup sengsara tapi jangan bawa- bawa anak kamu dong!” Cecar Husna dengan nada marah. Zumrah diam mengatupkan kedua mulutnya rapat. Sesaat Husna berhenti menyuapi. ”Kak, tolong panggilkan dokter. Panggilkan dokter Fatimah saja. Rumahnya di Gang Wuni dekat pasar Kleco.” Kata Husna pada kakaknya. “Okay.” Azzam langsung meluncur ke alamat yang dijelaskan adiknya. Tak lama kemudian Azzam datang bersama seorang dokter perempuan setengah baya. Dokter itu tersenyum pada Husna dan Zumrah. ”Kenapa kamu Nduk?” Tanya dokter Fatimah ramah. ”Badan menggigil kedinginan. Rasanya lemes. Kepala pusing luar biasa. Perut sakit. Dan inginnya muntah saja.” ”O ya. Sebentar ya ibu periksa tensi darahnya dulu.” Dokter Fatimah memeriksa tensi darah, detak jantung, melihat mata. ”Selama ini kamu kerja di mana? Sering memforsir ya?” Tanya dokter Fatimah pada Zumrah. aDef 393 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Saya kerja di sebuah toko Foto Digital di Jalan Slamet Riyadi. Sebenarnya tidak terforsir. Saya bekerja mulai jam setengah sembilan sampai jam delapan malam.” ”Itu memforsir namanya. kamu hamil tua jangan terlalu banyak kerja. Asupan gizimu harus cukup.” ”Berapa usia kandunganmu?” ”Saya tidak tahu persisnya Bu, tujuh atau delapan gitu. Pasnya saya tidak tahu.” ”Kapan kamu terakhir periksa kandungan. Ibu bisa lihat buku periksanya?” ”Saya tidak pernah periksa sama sekali Bu.” ”Innalilla, Kok bisa? Suamimu mana? Yang tadi itu?” Tanya Bu Fatimah. Husna langsung menyahut, “Suaminya tidak tahu entah di mana Bu. Mungkin sudah disambar bledek! Itu tadi kakak saya bukan suaminya.” ”Yah hidup ini harus sabar ya Nduk. Ibu doakan semoga suamimu sadar dan insyaf!” Ujar Bu Fatimah santai. Zumrah meneteskan air mata. Ia baru merasa butuh seorang suami di sisinya. Ia baru merasa betapa pentingnya seorang pendamping hidup. Ia masih akan terus mendapatkan pertanyaan seperti itu. Kelak ketika anaknya lahir, orang-orang akan bertanya mana ayahnya. Dan anaknya sendiri akan aDef 394 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bertanya padanya, siapa ayahku ibu? ”Jangan menangis Nduk. Hadapi hidup ini dengan tabah ya. kamu ini kena gejala tipes, dan darah rendah. Jangan makan yang kecutkecut, pedas, dan kasar dulu. Makan yang halus-halus misalnya bubur sayur. Banyak istirahat dulu. Ini ibu beri resep, segera cari obatnya di apotik. Ibu sarankan kamu segera periksa kandunganmu. Karena kehamilanmu sudah tua periksalah dua minggu sekali. Ibu pamit dulu. Semoga lekas sembuh.” ”Terima kasih Bu dokter.” Ucap Zumrah. “Sama-sama.” Jawab Bu dokter. ”Kak Azzam resepnya sekalian dicarikan ya?” Kata Husna pada Azzam. ”Baik.” Sahut Azzam. Bu Dokter Fatimah mengemasi peralatannya lalu keluar. Azzam mengikuti dan mempersilakan dokter itu masuk mobil untuk diantar pulang. Sementara Azzam meluncur ke Kleco, Husna bercakap- cakap dengan Zumrah. ”Maafkan aku merepotkan kalian terus.” ”Tidak apa-apa. Jadi kamu sudah dapat kerja Zum?” ”Ya tiga bulan yang lalu aku dapat kerja. Di toko foto digital Slamet Riyadi. Bosnya masih muda dan baik. Katanya lulusan Mesir.” aDef 395 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Lulusan Mesir?” ”Iya.” ”Siapa namanya?” ”Furqan.” ”Furqan Andi Hasan?” ”Iya, benar kok kamu kenal?” ”Dia itu teman Kak Azzam.” ”O, begitu.” ”Sampai sekarang statusmu masih kerja?” ”Tiga hari yang lalu aku minta cuti. Perutku sering sakit dan kepalaku rasanya seperti ditekan-tekan benda keras.” ”Iya harus begitu, kamu harus istirahat. Oh ya Zum, kurasa sudah saatnya kamu pulang ke rumah ibumu.” ”Aku tidak bisa Na. Aku malu.” “Itu lagi alasanmu. Berpikirlah yang dewasa kamu ini. Kalau kamu terus di sini, yang jadi korban anakmu. Kalau kamu sakit tak ada yang membantu. Zum sebentar lagi aku dan Kak Azzam mau menikah. Tinggal menunggu hari. Aku mungkin tidak bisa menemanimu saat kamu melahirkan. Apa kamu mampu menjalani kelahiran sendiri? Kalau kamu pulang, ibumu pasti senang. Juga adik-adikmu. Pamanmu sudah memaafkanmu. Orang-orang kampung sudah mengerti aDef 396 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
posisimu. Sekarang ini pun kamu sakit, kamu butuh orang yang membantu merawatmu. Membuatkanmu bubur, juga minuman hangat. Kalau kamu nekat tetap saja di sini terus kamu mati di sini itu namanya bunuh diri. Sebab sejatinya kamu bisa pulang. Adikadikmu pasti merawatmu. Aku tahu mereka itu hatinya halus-halus, baik-baik. Ya sebaik hatimu dulu. Tapi kalau kamu memilih di sini, tanpa teman, Sepi dan misalnya mati sampai bangkaimu membusuk, Orang tidak ada yang tahu ya silakan. Sebagai teman aku sudah menjalankan kesetiaanku dan kewajibanku.” Mendengar perkataan Husna Zumrah luluh. ”Baiklah Na, aku mau pulang.” aDef 397 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
23 Pertemuan Dua Keluarga Kiai Lutfi duduk di ruang tamu memandang ke arah pesantren, matanya berkaca-kaca. Ia masih terus teringat kejadian pagi tiga hari yang lalu. Ia sedang shalat dhuha di kamarnya ketika itu, Anna yang baru pulang dari hotel mengajaknya bicara. Anna mencium tangannya sambil menangis. Putrinya itu tersedu-sedu di pangkuannya seperti anak kecil kehilangan mainannya. Putrinya tampak pucat, sedih, gelisah dan takut. Ia bingung apa yang terjadi dengan putrinya. ”Baru bertengkar dengan suamimu ya?” “Lebih dari itu Bah.” aDef 398 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Apa itu?” ”Kami telah bercerai. Furqan sudah menceraikan Anna!” ”Apa? Cerai!? Apa Abah tidak salah dengar?” “Tidak Bah. Ini siingguhan!” “Kamu jangan main-main ya Nduk!” “Anna tidak main main Bah.” “Kalian kan sarjana Timur Tengah, paham agama, tahu syariat, bagaimana mungkin kalian memilih jalan yang dimurkai Allah.” ”Justru jalan ini ditempuh untuk mencari ridha Allah Bah. Untuk kebaikan bersama, untuk kebaikan Anna, kebaikan Abah dan Ummi, juga kebaikan pesantren. Bahkan juga untuk kebaikan Furqan dan keluarganya, maka kami berdua sepakat untuk bercerai! Ikatan pernikahan kami tak mungkin dipertahankan lagi Bah. Anna sudah berusaha yang terbaik tapi tetap saja tak ada jalan lain kecuali pisah. ”Jika ikatan pernikahan kami tetap dipertahankan yang tercipta di antara kami bukanlah ketakwaan Bah, tapi kezaliman. Anna tak ingin ini terjadi, tapi Anna tak bisa apaapa lagi. Perempuan mana yang ingin jadi janda Bah? Tak ada. Tidak juga Anna. Inilah ujian terberat dalam hidup Anna yang harus Anna lalui dengan penuh kesabaran Bah. Sungguh Bah Anna mohon maaf jika ini sangat menyakitkan Abah dan Ummi” Kalimat putrinya itu sangat mengagetkannya. Kalimat yang aDef 399 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
diucapkan dengan linangan air mata itu bagaikan keris berkarat yang ditusukkan ke dadanya. ”Apa sebenarnya yang terjadi Nduk?” ”Aku tak tahu bagaimana menceritakannya Bah. Yang jelas kalau pernikahan terus dipertahankan Anna pasti binasa Bah. Dan Anna tidak ingin binasa!” ”Dari kalimatmu ada isyarat bahwa kamu yang meminta cerai pada Furqan. Bukan Furqan yang menceraikanmu!?” ”Iya, benar Bah. Anna yang minta cerai. Dan hukumnya wajib Bah. Bukankah marabahaya menurut ajaran Islam harus ditiadakan Bah? Itulah yang Anna lakukan.” “Abah tidak paham marabahaya apa yang kamu maksud?” Anna diam, tak bisa menjawab. ”Suatu hari nanti Abah akan tahu.” Siangnya Furqan datang. Abah langsung mengajaknya bicara. Dan Furqan membenarkan semua ucapan Anna. Bahkan Furqan berkata, “Yang salah saya Bah, bukan Anna. Sungguh Anna tidak salah apa- apa. Anna hanyalah korban dari ambisi pribadi saya. Saya mohon maaf jika selama di sini banyak khilaf. Demi kebaikan bersama Anna sudah saya ceraikan. Terserah nanti bagaimana di pengadilan nanti. Jika prosesnya bisa lebih cepat itu lebih baik, sehingga Anna bisa bernafas lega. Selama ini saya sudah membuatnya tersiksa. Saya yang salah dan aDef 400 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
saya mohon maaf.” Ucapan Furqan yang jujur dan adanya justru membuat Kiai Lutfi terenyuh. apa Ia tak tahu harus bagaimana dan harus di pihak siapa. Yang jadi masalah ia tidak tahu apa yang sebenamya terjadi di antara mereka. Ketidakcocokan seperti apa yang membuat perkawinan mereka harus hancur berantakan? Repotnya Anna dan Furqan tidak mau ada yang menjelaskan apa yang terjadi sebenamya. ”Kami sama sekali tidak perlu ishlah. Malah akan semakin menyiksa dua keluarga saja. Insya Allah keputusan kami sudah final. Namun demikian semoga tali kekeluargaan di antara kita tetap terjalin.” Jelas Furqan tegas. Hari itu juga Furqan mengemasi seluruh barangnya dan pergi meninggalkan pesantren dengan Fortunernya. Furqan benar- benar meninggalkan rumah mertuanya itu. Ia tidak kembali, jadwalnya mengajarkan tafsir Jalalain dan yang lain kepada para santri kosong tidak ada yang mengisi. Kiai Lutfi duduk di ruang tamu memandang ke arah pesantren, matanya berkaca-kaca. Ia masih terus teringat kejadian tiga hari yang lalu. Kejadian yang membuat perasaannya remuk redam. Kejadian yang membuat isterinya, yaitu Bu Nyai Nur sempat pingsan, dan sekarang badannya demam. Perceraian Anna dengan suaminya baginya adalah aib yang memalukan. Keluarga Kiai semestinya bisa menjadi suri tauladan akan terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Perceraian itu tak lama lagi akan jadi omongan masyarakat dan dia sebagai panutan masyarakat harus bilang apa? Ia ingin dengan segala daya upaya agar rumah tangga putrinya itu terselamatkan. Ia terus membujuk putrinya agar aDef 401 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
cerita masalah yang sebenamya terjadi. Namun putrinya itu selalu saja menjawab, “Abah, pokoknya kami berdua telah sepakat untuk bercerai! Ikatan pernikahan kami tak mungkin dipertahankan lagi Bah. Anna sudah berusaha menjadi isteri yang baik, tapi tetap saja tak ada jalan lain kecuali pisah. Jika tetap dipertahankan maka sama saja mempertahankan kezaliman?” Ia lalu mengejar, “Bentuk kezalimannya apa Nduk?” ”Maaf Bah, Anna tidak bisa menceritakannya dengan detil. Takut nanti timbul fitnah. Kalau Abah percaya sama Anna, maka relakanlah kejadian ini Bah. Dan kuatkanlah hati Anna. Saat ini Anna sebenamya juga remuk redam. Anna perlu orang yang menguatkan.” la percaya pada putrinya. Tapi ia belum juga bisa bernafas lega karena belum mengetahui pangkal masalah sebenarnya. Ia ingin putrinya itu bercerita saja apa adanya terus terang. Sekiranya ia tahu apa bentuk kezalimannya mungkin ia akan punya pandangan lain atau jalan keluar lain yang bisa menyelamatkan rumah tangga putrinya. Selain tes darah ia juga minta divisum untuk mengecek selaput daranya. Dan ia bersyukur bahwa selaput daranya benar-benar masih utuh. Furqan memang sama sekali belum menyentuh mahkota paling berharga baginya. Ia bernafas lega. Ia masih bisa menatap masa depan yang cerah. Ia yakin itu. Setelah urusan perceraiannya dengan Furqan selesai di pengadilan agama, ia akan konsentrasi tesisnya. Ia perlu waktu untuk kembali memikirkan pernikahan. aDef 402 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Anna siap masuk mobil ketika panggilan dari Umminya berdering di hand phonenya. Ia diminta pulang. Bu Maylaf dan suaminya akan datang. Ia yakin mereka akan bersama Furqan. Dalam perjalanan ia membayangkan apa yang akan terjadi di rumahnya nanti. Mungkin akan terjadi perdebatan panas. Ia tidak ingin Abah dan Umminya bertengkar dengan kedua orang tua Furqan. Menurutnya itu semua tergantung Furqan. Jika Furqan sebelumnya bisa menjelaskan dengan baik masalah perceraiannya kepada orang tuanya, hal itu tak akan terjadi. Namun jika Furqan malah memprovokasi dan minta pembelaan mereka bisa saja akan ada perang. Jika sampai terjadi pertengkaran antara orang tuanya dengan orang tuanya lantas kedua orang tuanya disalahkan habis-habisan, maka ia harus bicara! Ia harus bicara apa adanya biar semuanya menilai dengan pikiran dan kesadaran masing-masing. Ia tidak gentar, semua senjata ia punya. Ia akan diam menjaga rahasia Furqan jika Furqan bisa juga menjaga kehormatan bersama. Ia merasa dirinya dan kedua orang tuanya hanyalah korban. Korban dari ambisi pribadi Furqan yang ia duga menikahi dirinya karena kecantikan dirinya. Ah, ia sendiri tidak pernah merasa dirinya cantik. Dan ia tidak mau sebenarnya dinikahi orang karena kecantikan dirinya. Sebab ia tahu kecantikan fisik itu pada saatnya nanti akan hilang. Jika ada orang menikahi dirinya karena kecantikan fisiknya maka bagaimana nanti jika kecantikan fisiknya hilang? Apakah ia akan dicampakkan begitu saja? Anna mengendarai Viosnya dengan lebih cepat. Azan telah berkumandang. Kalau bisa ia harus lebih dulu datang dari orang tua Furqan. Di depan pasar Kartasura ia nyaris menabrak becak yang seenaknya memotong jalan. aDef 403 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Masyarakat bangsa ini belum tahu marah. disiplin!” Desisnya Anna sampai halaman rumahnya saat jamaah Isya sedang didirikan. Ia mendengar suara ayahnya membaca awal surat Al Anbiya’. Rumah sepi, semuanya sedang jamaah di Masjid. Cepat-cepat ia mengambil air wudhu dan menyambar mukena, meskipun terlambat masih bisa mendapat beberapa rakaat. Dalam sujud Anna minta kepada Allah, agar semua urusan dimudahkan, dan agar semua jalan setan yang mengajak permusuhan dijauhkan. *** Pukul setengah sembilan kedua orang tua Furqan datang. Wajah Bu Maylaf agak kurang ramah. Pak Andi Hasan meskipun agak dingin tapi berusaha untuk tetap cair. Pak Kiai Lutfi tetap menyambut ramah. Ia berusaha kuat menjaga hatinya agar tetap bening dan tenang. Sementara Bu Nyai Nur begitu melihat wajah Bu Maylaf langsung dingin. Sementara Furqan menunduk diam. Pak Kiai mencairkan suasana dengan berbasa-basi menanyakan keadaan. Menanyakan kapan berangkat dan kapan sampai di Solo. Menanyakan menginap di mana? Juga menanyakan perkembangan bisnisnya. Pada akhirnya pembicaraan tentang perceraian Furqan dan Anna tidak terelakkan. Pak Andi Hasan yang membukanya. ”Maaf Pak Kiai, ini tentang anak-anak kita. Furqan menyampaikan kepada kami kabar yang membuat kami aDef 404 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sedih. Katanya dia telah menceraikan Anna. Namun ketika kami tanya sebabnya dia agak berbelit. Jadi untuk itulah kami datang kemari. Terus terang perceraian tidak menjadi tradisi keluarga kami. Kami ingin tahu mungkin sedikit penjelasan bagi kami. Karena mungkin Pak Kiai sebagai orang yang bisa dikatakan tinggal satu rumah dengan mereka lebih tahu. Kalau ikatan perkawinan itu bisa kita usahakan dipertahankan kenapa tidak?” Pak Kiai Lutfi sudah menduga ia akan dimintai semacam pertanggungjawaban seperti itu. Ia mendesah. Ia bingung harus menjelaskan apa. Dengan agak tergagap Kiai Lutfi bicara, ”Pak Andi, saya me...” ”Abah biar Anna yang bicara!” Tegas Anna memotong. Anna sudah bertekad untuk tidak membuat orang tuanya dipojokkan atau diserang. Pertanyaan Pak Andi ia rasakan seperti minta pertanggungjawaban ayahnya. ”Begini Pak Andi dan Ibu Maylaf, masalah yang ada dalam kamar kami berdua. Abah dan Ummi sama sekali tidak tahu menahu. Kami sudah dewasa. Kami sudah bisa berpikir. Dan Abah saya ini bukan tipe orang tua yang selalu menyuapi anaknya sampai tua. Tidak! Yang jadi perhatian ayah selama ini adalah pesantren. Sebab beliau percaya kepada saya. Bahwa saya bisa mengurus diri saya, suami saya dan rumah tangga saya. Kalau Pak Andi sama Ibu mau bertanya sebab kenapa kami bercerai alangkah bijaknya sekarang bertanya dulu kepada putra Bapak tercinta. Kalau juga dia masih berbelit- belit, dan ruwet kayak benang kusut. Barulah Bapak tanya pada saya. Akan saja jelaskan semuanya sejelasjelasnya, seterang-terangnya seperti terangnya matahari di siang bolong.” aDef 405 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Dengan nada agak emosi Anna berbicara panjang kepada Pak Andi dan Bu Maylaf. Pak Kiai Lutfi tak mengira putrinya yang selama ini halus dan penurut ternyata bisa juga menyengat seperti lebah yang diganggu sarangnya. Mendengar perkataan Anna itu Pak Andi agak mengukur diri dengan siapa berhadapan. Anna bagaikan induk betina yang bisa bicara dengan cerdas. Mau tidak mau Pak Andi harus bertanya pada putranya, ”Fur, tolong jelaskan kepada kami semua. Yang jelas, jangan berbelitbelit lagi! Apa sebenarnya yang terjadi?” Furqan memutar otaknya, ia harus punya penjelasan yang tepat. Ia melihat bara dalam mata Anna. Jika ia tidak membuat semua yang ada di ruangan itu memaklumi kenapa ia harus menceraikan Anna, maka Anna pasti akan membuka apa yang terjadi sebenarnya. Senjata pamungkas ada di tangan Anna. Senjata yang jika digunakan oleh Anna, ia rasa akan binasa. Dengan suara serak menahan sesak di dada Furqan bicara, “Ayah dan ibu, Pak Kiai dan Bu Nyai, sebelumnya saya mohon maaf jika peristiwa ini membuat sedih. Jika Ayah dan ibu sedih, saya lebih sedih. Karena, jujur saja, faktor satusatunya, saya ulangi lagi faktor satu-satunya yang membuat saya dan Anna harus bercerai menurut saya adalah diri saya sendiri. Kelemahan dan penyakit dalam diri saya sendiri.” Furqan mengambil nafas. Sesaat ia berhenti bicara. Matanya berkaca- kaca. aDef 406 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Bisa lebih dijelaskan lagi faktor itu apa? Kelemahan itu apa?” tanya Pak Andi tidak sabar dengan nada agak jengkel pada anaknya. ”Saya mau tanya pada Bapak, maaf ya Pak sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat dan ta’zhim sedikitpun sama Bapak. Saat Bapak menikah dengan ibu dulu. Kapan Bapak bias -maaf- menyentuh selaput dara ibu?” Pak Andi tersentak kaget. Juga Bu Maylaf. Anna tidak rnenyangka Furqan akan bertanya seperti itu. Pak Andi seperti bingung. Wajahnya memerah. Ia diminta untuk membuka rahasia yang hanya dia dan isterinya yang tahu. Pak Kiai Lutfi tahu besannya itu bingung. Maka ia bicara dengan santai, ”Nak Furqan, kalau saya dulu sama ibunya Anna siangnya akad nikah, malamnya saya sudah rnengoyak selaput dara ibunya Anna. Saya tidak bisa sabar menunda hari berikutnya. Saya ingin menunjukkan pada ibunya Anna bahwa dia tidak salah memilih saya. Saya jelaskan ini karena kayaknya masalahmu berhubungan dengan hal seperti ini. Saya tidak perlu malu menjelaskan ini di sini di forum yang kita ingin tahu kejelasan semuanya. “Pak Andi jadi tersindir. Ia jadi tidak malu untuk berterus terang dengan nada kagok, “Kalau saya melakukan itu baru berhasil satu setelahnya.” Bu Maylaf tersenyum mendengarnya. minggu aDef 407 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Coba ayah dan ibu, juga Pak Kiai dan Bu Nyai bayangkan, saya sampai sekarang tidak berhasil melakukan hal itu. Anna sampai sekarang masih perawan!” Kata-kata Furqan itu membuat yang ada di ruangan itu kaget bagai disambar halilintar, kecuali Anna. “Apa Fur? kamu jangan bohong?” Kata Bu Maylaf nanar. ”Saya tidak bohong Bu. Selama enam bulan Furqan tidak mampu melakukan itu.” ”Kau bohong Fur! kamu bersandiwara kan?” Bu Maylaf masih tidak percaya. Anna langsung menyahut, “Ibu, Furqan tidak bohong. Selama enam bulan masih utuh keperawanan saya. Kami sebenarnya tidak ingin membuka rahasia ini. Tapi kalian semua ingin kejelasan. Apakah setelah jelas juga tidak dipercaya? Ini saya ada visum baru saja saya ambil dari rumah sakit, saya masih perawan. Kalau ibu masih tidak percaya dengan visum ini, saya siap divisum ulang!” Anna menyerahkan kertas visum yang baru diambilnya pada Bu Maylaf. Furqan tertegun. Ia kaget sampai sedetil itu Anna meyakinkan dirinya bahwa dirinya masih perawan. Bu Maylaf membaca dengan mata berkaca-kaca. Pak Sofyan ikut baca. Pak Lutfi dan Bu Nyai Nur baru tahu apa yang menimpa putrinya. ”Tapi ibu kok sering lihat kamu mandi sebelum Subuh aDef 408 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
nduk?” Tanya Bu Nyai Nur tiba-tiba. ”Banyak orang yang mandi sebelum Subuh tanpa melakukan hal itu. Apa ada dalam kitab kuning yang memastikan bahwa kalau ada orang mandi sebelum Subuh pasti jinabat, pasti baru saja melakukan hal itu?” Jawab Anna. ”Tapi kelemahanmu itu bisa disembuhkan Fur? Bisa kita obatkan, ke Singapura kalau perlu.” Kata Pak Andi. ”Iya benar.” airmatanya. Imbuh Bu Maylaf sambil menyeka ”Furqan sudah berusaha Bu, sudah setengah tahun. Tapi sia-sia. Ayah dan ibu jangan selalu melihat sisi saya dong. Cobalah empati pada Anna juga. Kalau ibu jadi Anna bagaimana? Sudah enam bulan ternyata punya suami yang tidak juga mampu menyentuhnya. Kalau berobat juga tidak tahu berhasil dan tidaknya. Menurut Furqan yang terbaik, agar tidak ada kezaliman adalah bercerai. Biar Anna mencari suami baru. Sementara itu Furqan berobat. Jika sudah sembuh Furqan akan cari isteri lagi. Toh masih banyak perempuan di muka bumi ini.” Jelas Furqan pada kedua orang tuanya. Kiai Lutfi merasa sudah saatnya dia bicara. “Jadi apa yang Pak Andi tadi tanyakan sudah jelas semua. Sekarang menurut Pak Andi bagaimana. Kita bicara dengan nurani orang tua yang mencintai anak-anak kita.” “Sungguh Pak Kiai, saya sama sekali tidak mengira ternyata masalahnya seperti ini. Maka dengan ini kami mohon maaf, jika anak saya ini telah membuat cahaya kehidupan di keluarga Pak Kiai semacam ternodai. Kami juga mohon maaf aDef 409 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
telah punya prasangka yang kurang baik pada Pak Kiai. Kalau begini, ya memang kesalahan ada pada Furqan. Kami kira apa yang terakhir disampaikan Furqan cukup bijak. Jalan terbaik memang ya cerai. Biar tidak ada kezaliman. Semoga ini adalah perceraian yang menjadi obat bersama.” ”Amin.” Malam itu akhirnya tercapai kesepakatan secara damai. Pengajuan masalah ke pengadilan agama akan dipercepat. Saat sidang agar tidak berlarut-larut orang tua Furqan dan orang tua Anna akan ikut bicara dan jadi saksi. Malam itu juga disepakati untuk tetap menjalin tali persaudaraan. Ketika Bu Maylaf pamit, Anna mencium tangan ibu Furqan itu. Dengan linangan air mata Bu Maylaf berkata pada Anna, “Anakku maafkan Furqan ya, maafkan kami yang mungkin telah menyakitimu.” ”Sama-sama Bu.” Jawab Anna dengan hati terenyuh. aDef 410 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
24 Senandung Gerimis Jarum jam terasa begitu lama berputar. Detik-detik berjalan terasa begitu berat. Matahari terasa lambat berjalan. Dan malah terasa sangat panjang. Azzam merasa menunggu empat hari lagi bagaikan menunggu empat tahun lamanya. Ya, empat hari lagi Azzam menikah. Semua persiapan telah matang. Berkali-kali ia latihan menjawab akad nikah dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih. “Malu kalau lulusan Mesir menjawab akad nikah tidak fasih.” Pikirnya. Ia sudah membayangkan hari bahagianya itu. Ia membayangkan selesai akad nikah akan menggandeng tangan Vivi dengan penuh kasih sayang. Dan malamnya ia akan tidur dengan sangat nyaman di samping seorang isteri yang penyayang. Pagi itu gerimis turun. Azzam membayangkan jika Vivi sudah jadi isterinya, alangkah indahnya duduk berduaan berpelukan sambil menikmati gerimis yang turun. Dan saat hujan turun dengan lebatnya ia akan mengajak isterinya masuk kamar untuk bercengkerama dan merasakan kehangatan. Astaghfirullahl Azzam membuang jauh pikirannya yang bukan- bukan. Dalam hati ia menghardik dirinya sendiri, “Kamu itu yang sabar tho Zam, tinggal empat hari lagi, sabar!” aDef 411 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Gerimis tipis turun perlahan. Hati Azzam tak bisa diajak tenang. Ingin rasanya ia terbang ke Kudus, dan minta kepada ayah Vivi agar akad nikah diajukan sekarang. Biar ia bersama Vivi bisa menikmati gerimis pagi yang turun perlahan. Entah ada ilham datang dari mana. Hatinya menulis sebuah puisi: gerimis turun perlahan wajah kekasih membayang dalam daun-daun yang basah diriku resah menanti pertemuan yang tenang cinta kasih dan sayang Tuhan tolong damaikan hatiku yang gamang Benar kata banyak orang, jika orang jatuh cinta akan mampu menulis syair beratus-ratus bait jumlahnya. Hati Azzam masih ingin mendendangkan puisi lagi. Namun, ”Zam ternyata masih ada yang terlupakan.” Suara ibunya membuyarkan lamunannya. Ia tergagap. Bu Nafis berdiri di samping kanannya sambil mengusap-usap rambutnya. “Nanti rambutmu ini dipotong dulu ya biar rapi.” Kata Bu Nafis lagi. “Iya Bu, rencana nanti sore Azzam mau potong di pojok Pasar Kartasura. Apa sih yang terlupakan Bu?” “Nanti itu di hari walimahnya Husna yang juga sekaligus syukuran pernikahanmu rencananya kan ada pengajian singkatnya. Lha kita belum minta siapa pembicaranya. Enaknya siapa ya Zam?” ”Siapa ya Bu? Apa Pak Mahbub saja?” ”Ya jangan Pak Mahbub lah Zam. Dia kan sudah ibu minta yang bicara mewakili keluarga, masak dia juga yang mengisi pengajian. Cari yang lainnya, yang kalau bicara enak aDef 412 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
didengarkan banyak orang dan berbobot isinya gitu lho Zam.” Azzam berpikir sejenak. Wajahnya tiba-tiba cerah. ”Bagaimana kalau Pak Kiai Lutfi Hakim Bu, Pengasuh Pesantren Wangen?” ”Lha itu boleh Zam. Kalau begitu ayo kita ke tempat beliau sekarang.” ”Sekarang Bu?” ”Iya. Mau kapan lagi. Acaranya seminggu lagi. Acaramu di Kudus empat hari lagi. Sudah tidak ada waktu ayo kita berangkat sekarang.” Bu Nafis ngotot. Husna yang mendengar pembicaraan itu dari dapur berseloroh, ”Mbok nanti sore saja tho Bu, kan sedang gerimis. Mobilnya Mas Azzam sedang dipinjam Kang Paimo mengantar ibunya ke rumah sakit.” ”Nanti sore ibu ke Kartasura, memastikan baju Bue sudah jadi atau belum. Sudah sekarang saja mumpung Bue sedang luang. Ya kalau tidak ada mobil pakai sepeda motor. Gerimis toh cuma air. Bisa pakai jas hujan tho.” ”Nanti Bue sakit kalau kehujanan.” Lanjut Husna. ”Biar saya saja yang ke tempat Kiai Lutfi Bu.” Sambung Azzam. ”Bue harus ikut. Bue yang akan minta langsung pada Kiai aDef 413 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Lutfi, jadi lebih menghormati beliau. Seperti ini tugas orang tua. Insya Allah Bue sehat.” ”Atau nunggu Kang Paimo, paling tidak lama Bu,” ”Ah kamu ini Zam bantah Bue saja. Sudah sekarang siapsiap kita berangkat. Ya kalau Paimo langsung pulang, kalau dia mampir- mampir kesana-kemari nanti malah kelamaan nunggu. Ayo Zam cepat!” ”Bue ini ada apa tho kok tidak sabaran sih.” Seloroh Azzam ”Sudah, cepat salin kita berangkat!” Hardik Bu Nafis *** Dengan berat hati Azzam harus menuruti keinginan ibunya. Ia ganti pakaian dan siap berangkat. Sebelum berangkat Bu Nafis minta dibuatkan teh hangat. ”Bue ini aneh-aneh saja, kenapa tidak tadi-tadi tho. Nanti di tempatnya Pak Kiai Lutfi kan pasti dikasih minuman.” Ujar Husna sambil membawa teh hangat. ”Teh buatanmu lain rasanya Na. Enak. Ibu ingin meminumnya barangkali untuk kali terakhir.” Sahut Bu Nafis. “Terakhir bagaimana?” Tanya Husna santai. “Ya terakhir sebelum kamu menikah. Besok kamu kan sudah sibuk ngurusi suamimu.” ”Kalau Bue mau, Husna bisa tinggal menemani Bue aDef 414 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sampai tua.” ”Ah Bue sudah tua kok Nak. Ya yang penting kamu nanti jadilah isteri yang baik.” Bu Nafis lalu minum teh hangat buatan putri tercintanya itu. ”Enak sekali Na. Kalau entah kapan nanti ibu tiada, jagalah kakak dan adikmu ya Na.” Pesan Bu Nafis. Azzam yang mendengar langsung menyahut, ”Aku, insya Allah yang akan menjaga Husna dan adikadik” “Iya, iya, ibu tahu, ibu lupa kamu yang mbarep. Ayo kita berangkat Zam.” ”Ayo.” Dengan mengendarai sepeda motor Husna yang sudah tua, Azzam memboncengkan ibunya menerobos gerimis pagi. Sampai di jalan raya Azzam menambah kecepatan. ”Pelan-pelan saja Nak.” ”Ini pelan Bu. Motornya Husna tidak bisa dibuat cepat.” ”Hati-hati yang penting sampai dan selamat.” “Iya Bu.” Azzam terus memacu kendaraan tua itu. Sampai di Pasar Tegalgondo ia belok kanan. Lalu terus lurus ke barat. Sampai di pertigaan Polanharjo belok kiri. Akhirnya tiba di halaman rumah Anna. aDef 415 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Saat itu Anna sedang membaca buku Dhawabithul Mashlahah yang ditulis oleh Prof. Dr. M. Said Ramadhan Al Buthi. Anna terhenyak melihat Azzam dan ibunya datang. Entah kenapa hatinya bergetar. Ia langsung membungkam suara hatinya dengan mengatakan, “Dia sudah mau menikah dengan seorang dokter dari Kudus. kamu sudah terima undangannya kan?” Anna bangkit menyambut ke beranda. “Aduh Ibu, kok hujanhujanan sih. Kenapa tidak menunggu nanti kalau sudah reda saja?” Kata Anna halus. “Iya, ibu ini kalau sudah ada kemauan badai saja diterjangnya. Gunung saja mungkin bisa dipindahkannya.” Sahut Azzam sebelum ibunya bicara. ”Iya benar Bue memang begitu sejak dulu. Lha sifat itu kan bagus. Sifat ini yang menurun pada dirimu Zam, hingga kamu sampai ke Mesir.” Ujar ibunya sambil tersenyum pada Azzam. Mendengarnya Anna tersenyum. ”Nduk, Abahmu ada?” Tanya Bu Nafis pada Anna. ”Oh ya ada, masih di masjid Bu. Ibu sama Mas Azzam masuk dulu saja. Anna akan panggilkan Abah. Ayo silakan!” Bu Nafis sama Azzam langsung masuk. Begitu duduk Bu Nafis langsung berkata pada Azzam, “Kok ada ya perempuan yang jelita dan halusnya kayak Anna. Andai saja...” aDef 416 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Menantu ibu, Si Vivi, insya Allah juga halus, bahkan nanti akan Azzam buat lebih halus dari Anna.” Azzam memotong perkataan ibunya. “Ya semoga. Tapi ibu itu kenapa tidak tahu. Ketemu Anna ini kok rasanya kayak ketemu sama anak sendiri.” “Ya karena Anna sudah akrab sama Husna saja kali Bu.” “Mungkin.” Terdengar langkah kaki melepas sandal. Ternyata Kiai Lutfi. Anna mengikut di belakang ”Assalamu’alaikum,” Sapa Kiai Lutfi. ”Wa’alaikumussalam.” Jawab Azzam dan Bu Nafis hampir bersamaan. ”Sudah lama Zam?” Tanya Kiai Lutfi seraya duduk. Anna lurus ke dalam. ”Baru saja sampai Pak Kiai.” ”Ibu apa kabarnya?” Tanya Pak Kiai pada Bu Nafis. ”Alhamdulillah baik Pak Kiai.” ”Senang ya Bu, punya anak seperti Azzam ini. Pinter dan ulet!” ”Ah Pak Kiai ini bisa saja. Saya justru ingin punya anak seperti Anna. Halus budi bahasanya.” ”Kalau begitu bawa saja Anna Bu, diadopsi saja dia, biar tinggal di rumah ibu, biar latihan bikin bakso he... he... he...” ”Wah boleh Pak Kiai he... he... he... Pak Kiai ini bisa juga aDef 417 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
bercanda.” Dari ruang tengah Anna mendengar canda Abah dan ibunya Azzam dengan hati berdesir tapi geli. Orang-orang tua kalau bercanda kadang memang bisa benarbenar lucu. “Ibu sama Azzam ini kok hujan-hujan kemari, ada keperluan apa, kok kayaknya penting?” ”Iya Pak Kiai, ini begini, alhamdulillah anak saya ini, Azzam, insya Allah mau menikah empat hari lagi.” ”Ya, saya sudah tahu, saya baca undangannya.” ”Terus adiknya yang si Husna itu juga mau menikah, dengan Ilyas, santri Pak Kiai.” ”Iya saya juga sudah tahu.” ”Azzam menikah di Kudus, tapi nanti akan mengadakan syukuran di Kartasura. Lha syukurannya Azzam ini dibarengkan dengan acara walimatul ursynya Husna. Rencananya di acara itu akan kami isi dengan pengajian singkat. Kami mohon Pak Kiai yang memberi mau’idhah hasanahnya.” Terang Bu Nafis, Mendengar permintaan Bu Nafis, Kiai Lutfi langsung menunduk. Ia malu. Pernikahan putrinya gagal, tapi ia harus memberikan mau’idhah pada orang lain. Dengan berat hati Pak Kiai Lutfi menjawab, ”Saya merasa tidak layak Bu, maaf.” ”Kami mohon Pak Kiai, sampai hujan-hujan saya kemari, aDef 418 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
mohon.” Desak Bu Nafis. Mata Pak Kiai berkaca-kaca, ”Apa pantas Bu, orang yang pernikahan putrinya saja gagal kok memberi mau’idhah pernikahan pada orang lain. “Itu namanya kabura maqtan ’indallah” Kata-kata Pak Kiai Lutfi membuat Azzam kaget. Bu Nafis belum paham maksudnya. Anna di dalam langsung menangis tertahan. “Saya tidak paham maksud Pak Kiai.” ”Putri saya cerai dengan Furqan Bu. Baru kemarin, Sekarang dalam proses sidang. Memang bukan salah Anna. Yang salah saya. Seharusnya sayalah yang memilihkan jodoh buat dia. Saya pilihkan orang yang saya mantap ternyata saya salah. Saya juga tidak menyalahkan Furqan. Tidak! Yang salah adalah saya, yang waktu itu kurang tegas. Kalau saya tegas mungkin putriku sudah mau punya anak dan bahagia. Apa pantas orang seperti saya yang masih harus banyak belajar ini meskipun dipanggil Kiai untuk memberikan nasihat perkawinan. Jangan paksa saya Bu! Saya malu pada Allah juga pada diri sendiri.” Jelas Pak Kiai dengan air mata meleleh. Azzam jadi tersentuh. Ia tak tahu apa yang terjadi. Tapi ia tak mau berprasangka apa pun baik pada Anna maupun pada Furqan. Di ruang tengah Anna tidak kuat untuk menahan tangisnya. Ia bergegas ke kamar mandi, menyalakan kran dan menangis tersedu-sedu. Ayahnya sedemikian besar jiwanya, dia malah menyalahkan dirinya sendiri bukan orang lain. Dalam hati Anna berjanji, untuk mencari suami lagi ia akan serahkan semuanya pada ayahnya. Ia akan tutup mata. aDef 419 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Siapa pun yang dibawa ayahnya akan ia terima dengan hati terbuka. Tanpa ia pinta pikirannya berkelebat ke Ilyas. Ah andai dia yang dulu dia pilih. Ilyas adalah murid ayahnya, dan agaknya ayahnya lebih condong ke Ilyas daripada Furqan. Ah! Sekarang Ilyas mau menikah dengan Husna. Rezeki orang memang sudah ada jatahnya. Melihat lelehan air mata Pak Kiai Lutfi, Bu Nafis terenyuh, tak berani lagi memaksa. Dengan suara lirih, Bu Nafis berkata, “Kami tidak bisa memaksa Pak Kiai. Kalau boleh tanya siapa kira- kira yang sebaiknya kami pinta untuk mengisi pengajian itu menurut Pak Kiai?” ”Coba saja Kiai Kamal Delanggu. Kalau sampai pasar langgu tanya saja sama orang-orang di sana pasti tahu. Nanti kalau sampai sana bilang yang minta Kiai Lutfi. Dia dulu santri di sini juga.” ”Insya Allah kami ke sana segera.” Di luar gerimis masih turun. Langit suram. Beberapa kali suara guruh bergemuruh. Anna masih di kamar mandi. Ia harus membuatkan minuman. Ia menyeka mukanya dengan sedikit air, lalu mengusapnya dengan handuk. Ia ke dapur membuat teh hangat. Lalu mengeluarkan ke ruang tamu. Azzam menunduk sama sekali tidak memandang ke wajah atau ke jari-jari Anna seperti yang pernah ia lakukan dulu. Pikirannya sepenuhnya untuk Vivi, putri Kiai Lutfi itu sudah tidak ada dalam pikirannya sama sekali. Setelah minum teh itu Azzam dan Bu Nafis mohon diri. Gerimis masih turun dari langit. Bu Nafis memakai jas hujan. Azzam mengelap air yang membasahi jok motor. aDef 420 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Apa tidak ditunggu nanti saja jika sudah benar-benar tidak ada gerimis?” Ujar Pak Kiai. ”Kalau gerimis seperti ini biasanya sampai sore, Pak Kiai.” Jawab Azzam. ”Atau ibumu biar diantar Anna pakai mobil ke rumahmu. Dan kamu saja yang ke rumah Kiai Kamal.” Usul Pak Kiai. ”Ah tidak usah Pak Kiai. Saya juga ingin silaturrahmi ke sana. Delanggu itu tidak jauh kok.” Bu Nafis menukas. “Iya monggo kalau begitu.” Azzam menyalakan mesin. Ibunya membonceng ke belakang. Keduanya rapat dalam balutan jas hujan. Setelah mengucapkan salam keduanya meninggalkan pesantren dan meluncur ke Delanggu. Azzam mengendarai motor tua itu dengan tenang. Motor itu melewati jalan raya Solo-Jogja. Bergerak lima puluh kilometer perjam ke selatan. Ke Delanggu. Azzam berjalan di pinggir. Karena bus dan truk melaju dengan sangat kencang. Jalan itu bukan jalan tol tapi mirip jalan tol. Gerimis masih turun. Alam basah dan muram. Azzam mengendarai motor tua itu dengan tenang. Hatinya bahagia bisa memboncengkan ibunya dengan penuh cinta. Tiba-tiba entah dari mana datangnya hatinya seperti mendendangkan sebuah sajak cinta untuk ibunya: Ibu, aku mencintaimu seperti laut mencintai airnya tak mau kurang selamanya.. aDef 421 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sepeda motor Azzam melaju tenang di pinggir jalan. Sawah menghijau di kiri jalan, dan pohon-pohon menghitam di kejauhan. Azzam melaju tenang di pinggir jalan. Ia beriringan dengan mobil pick up hitam yang membawa buah pisang. Azzam begitu mencintai ibunya. Hatinya ingin mendendangkan puisi lagi. Namun, tiba tiba dari arah belakang sebuah bus berkecepatan tinggi hendak menyalip mobil pick up. Bus itu membunyikan klakson dengan keras. Azzam minggir sampai di batas akhir aspal. Bus tetap melaju dengan kecepatan tinggi Motor yang dikendarai Azzam. Dan... Duar!!! Bemper bus bagian depan menghantam motor yang dikendarai Azzam. ”Allah!!” Jerit Azzam spontan. la terpelanting seketika beberapa meter ke depan. Dan langsung pingsan. Bu Nafis terpelanting lebih jauh dari Azzam. Helm Bu Nafis lepas sebelum kepalanya dengan keras membentur aspal. Darah mengucur dari dua tubuh lemah tak berdaya itu. Darah itu mengalir di aspal bersama air hujan. Bus berkecepatan tinggi itu lari dan langsung dikejar oleh pick up hitam. Gerimis turun semakin deras, ketika tubuh Azzam dan ibunya ditolong banyak orang. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan lewat dengan membawa mobil Kijang dihentikan. Dengan Kijang itu Azzam dan ibunya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Darah mengucur semakin deras mengiringi gerimis yang semakin deras. aDef 422 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
25 Musibah Gerimis telah berubah menjadi hujan yang sangat deras. Kilat mengerjap dan halilintar menyambar. Dukuh Sraten tampak begitu fana dan kerdil dalam guyuran hujan. Seorang gadis berjilbab putih mengangkat sedikit kain roknya dan berjalan hati-hati dengan payung di bawah hujan. Gadis itu baru keluar dari masjid. Ia baru saja ikut rapat remaja masjid Al Mannar. Akhirnya ia sampai ke rumahnya. Gadis itu adalah Lia. ”Assalamu’alaikum. Mbak Husna!” Panggil Lia begitu masuk rumahnya yang lengang. “Mbak!” aDef 423 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Iya, Mbak di belakang Dik!” Jawab Husna. “Bue sama Kak Azzam mana?” Tanya Lia. “Ibumu itu kalau punya kemauan tidak bisa dicegah. Dia memaksa Kak Azzam ke rumahnya Kiai Lutfi.” “Untuk apa ke sana?” ”Minta Kiai Lutfi ngisi tnau’idhah hasanah dalam acara walimah besok.” ”O. Kan mobilnya dibawa Kang Paimo.” “Itulah. Mbak sama Kak Azzam sudah mencegah Bue supaya jangan berangkat pas hujan. Tapi Bue tetap ngotot. Akhirnya Kak Azzam ya manut saja.” ”Nanti Bue sakit gara-gara kehujanan.” “Ya semoga tidak.” ”Entah kenapa Mbak ya, hati Lia sangat tidak enak rasanya. Lia lihat suasana pagi ini kok rasanya muram dan suram.” ”Ya ini kan lagi mendung, lagi hujan, ya suasananya memang suram.” ”Ini di dalam hati lho Mbak.” ”Sana kamu bantu marut kelapa, biar tidak suram. Lia bergerak memenuhi permintaan kakaknya. Tiba-tiba pintu depan diketuk dengan cukup keras Husna dan Lia kaget. aDef 424 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mereka berdua berpandangan. Lalu keluar bareng. Mereka melihat ada dua polisi yang berdiri, di depan pintu rumah mereka. Mereka agak was-was. ”Itu polisi nyasar.” Lirih Lia. “Hus!” Bentak Husna lirih. ”Selamat pagi Mbak?” Sapa seorang polisi berkumis tipis “Pagi Pak. Ada yang bisa kami bantu?” Jawab Husna “Apa ini rumahnya Khairul Azzam?” “Iya. Saya adiknya Pak. Ada apa ya?” “Maaf Mbak jangan terkejut. Khairul Azzam dan ibunya kecelakaan! Dan sekarang ada di Rumah Sakit PKU Delanggu.” ”Kecelakaan Pak!?” Jerit Husna dan Lia harnpir bersamaan. Jantung keduanya bagai mau copot. Kaki-kaki mereka seperti tidak kuat untuk berdiri. ”Oh tidak, bu’e... bu’e! Kak Azzam!” Jerit Lia dengan tangis meledak. ”Ya Allah, kuatkan! Ya Allah jangan kamu panggil mereka ya Allah!” Lirih Husna dalam isak tangisnya. ”Maaf Mbak, kami tahu kalian bersedih. Keadaan sedang kritis. Kalian harus ada yang ikut kami ke rumah sakit sekarang!” Kata polisi itu. aDef 425 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Husna segera sadar. Dalam sedih, ia harus bergerak cepat! ”Dik, kamu beritahu Pak Mahbub dan Pak RT. Beritahu siapa yang menurutmu diberi tahu. Aku mau ikut Pak Polisi ini dulu!” Kata Husna sambil menyeka air matanya. ”I... iya Mbak.” Jawab Lia dengan lidah kelu. ”Sebentar Pak.” Husna masuk mencari dompetnya. Ia masukkan dompet itu ke dalam tasnya lalu bergegas keluar menerobos hujan ke mobil sedan polisi. Sepanjang jalan Husna menangis. Ia memandang ke jendela dengan basah air mata. Polisi berkumis tipis itu memperhatikan Husna sesaat. Ia merasa iba pada Husna. ”Menurut saksi mata kakak anda sama sekali tidak salah. Dia sudah mepet ke pinggir. Bus ugal-ugalan itu yang salah. Bus itu juga sempat lari tapi sekarang sudah tertangkap dan sedang kami tangani. Kita doakan semoga kakak dan ibumu bisa di selamatkan.” Kata Polisi menenangkan Husna. *** Sampai di rumah sakit Husna langsung menghambur ruang gawat darurat. ”Suster di mana yang korban tabrakan?” Tanya Husna dengan mata basah pada seorang perawat di depan ruang gawat darurat. ”Pemuda sama ibunya ya?” “Iya Sus.” aDef 426 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Mbak siapa?” ”Saya anak ibu itu.” ”Sabar ya Mbak, tabahkan hati Mbak ya?” ”Apa maksud suster?” ”Ibu Mbak tidak bisa kami selamatkan. Beliau sudah bertemu Allah. Kepala beliau mungkin pecah. Darahnya mengalir banyak sekali. Sedangkan kakak Mbak masih kritis. Masih belum sadar.” ”Ibu saya meninggal Mbak?” ”Iya, tabahkanlah hatimu Mbak!” Tangis Husna langsung meledak. ”Bue... bu’e... oh... bu’e!” Perawat yang ramah itu merangkul Husna. Terus berusaha menghibur dan menenangkan Husna. Husna merasa bumi bagaikan berputar. Rasanya ia ingin jatuh. Ia juga merasakan seperti ada belati yang dihunjamkan ke ubun ubun kepalanya. Dalam pelukan perawat itu Husna pingsan. *** Ketika Husna sadar, ia mendapati dirinya terbaring dalam sebuah ruangan. Lia, Bu Mahbub dan Bu RT ada di samping. Lia menangis dalam pangkuan Bu RT. Kedua mata Bu Mahbub juga tampak berkaca-kaca. aDef 427 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Husna kejauhan. mendengar azan Zuhur berkumandang di Husna ingat yang terjadi langsung menangis. Ia memanggil-manggil ibunya dan kakaknya. Ia bangkit dari ranjang. ”Mau ke mana Na?” ”Mau lihat bu’e.” ”Sebentar ya. Tadi Pak Mahbub mengambil inisiatif minta kepada rumah sakit untuk sekalian memandikan dan mengkafani. Meskipun hari hujan. Masih ada waktu untuk mengubur jenazah ibumu. Sekarang ibumu sedang dimandikan.” Jawab Bu Mahbub. ”Apa harus hari ini bu’e dikubur Bu?” ”Katanya menurut sunnah nabi semakin cepat semakin baik.” ”Kasihan Kak Azzam tidak bisa lihat bu’e.” ”Dia masih belum sadar. Kalau pun sudah sadar juga dia tidak bisa ikut mengubur ibumu.” Husna terus meneteskan air mata. Ia ingin tabah. Tapi ia tetap menangis. Sepertinya baru tadi ibunya minta dibuatkan minum. Sekarang sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Ia jadi ingat dialognya dengan ibunya sebelum ibunya berangkat. Tadi pagi sambil membawa teh hangat ia berkata pada ibunya, aDef 428 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Bue ini aneh-aneh saja, kenapa tidak tadi-tadi tho. Nanti di tempatnya Pak Kiai Lutfi kan pasti dikasih minuman.” Ibunya lalu menjawab “Teh buatanmu lain rasanya Na. Enak. Ibu ingin meminumnya barangkali untuk kali terakhir.” Air mata Husna meleleh. Ternyata benar, itulah teh yang ia buatkan untuk ibunya terakhir kalinya. Setelahnya ia tidak bisa membuatkan lagi untuk ibunya. Ia juga teringat kata-kata ibunya setelah minum teh buatannya, ”Enak sekali Na. Kalau entah kapan nanti ibu tiada, jagalah kakak dan adikmu ya Na.” Dan benar, kini ibunya telah tiada. Kakaknya masih kritis belum sadar juga. Kata-kata ibunya seperti menyadarkannya. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Ia tidak boleh lemah. ”Lia.” Ia memanggil adiknya. Lia bangun dan memeluk kakaknya. ”Mbak bu’e sudah tidak ada. Kita tidak punya orang tua lagi Mbak. Kak Azzam kalau mati juga bagaimana KaK.” ”Kita harus tabah adikku. Kita doakan semoga Kak Azzam selamat. Semoga Allah tidak memanggil dua-duanya.” ”Iya Mbak.” Husna memeluk adiknya kuat-kuat. Sesedih apapun dirinya, saat ini dialah sang kakak. Dialah yang harus mengambil langkah dan keputusan. Ia melepas pelukan adiknya. Lalu dengan penuh cinta menyeka air mata adiknya. aDef 429 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Dik, kita sudah besar dan dewasa. Kita harus saling dukung. Kita akan hadapi ini bersama. Kita akan hadapi ini bersama.” ”Iya Mbak.” Pelan Lia di sela-sela isaknya. Husna menoleh ke Bu Mahbub, “Di mana Pak Mahbub Bu?” ”Di depan sedang berbincang bersama Pak RT dan Pak War.” Husna langsung ke depan diikuti Lia, Bu Mahbub dan Bu RT. ”Nak Husna.” Sapa Pak Mahbub, “Kami semua ikut berduka cita.” ”Terima kasih Pak. Menurut Pak Mahbub, enaknya bagaimana?” Tanya Husna. ”Begitu sampai di sini tadi saya diberi tahu oleh petugas bahwa ibumu meninggal. Bisa jadi meninggal di tempat atau di jalan. Yang jelas sampai di UGD nyawa beliau sudah tiada ada. Saya langsung inisiatif minta para pemuda untuk menggali kubur. Hujan di sana sudah reda. ”Karena kepala ibumu maaf mungkin retak atau pecah dengan darah yang begitu banyak, saya langsung minta pihak rumah sakit menjahit lukanya terus memandikan dan mengafaninya sekalian. Sekarang sedang dikafani. Menurut Bapak sebaiknya hari ini juga dikebumikan. Menurut sunnah aDef 430 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kan menyegerakan penguburan sernakin cepat semakin baik. Tapi semua keputusan ada di tangan kamu dan Lia.” Kata Pak Mahbub dengan suara bergetar. ”Bagaimana menurutmu Dik?” Tanya Husna. ”Kalau yang terbaik hari ini juga dimakamkan, dan itu memungkinkan itu lebih baik. Sebab setelah ini kita masih akan menunggu Kak Azzam.” Jawab Lia. ”Kau benar Dik. Kalau begitu kita kuburkan sekarang.” Ucap Husna. ”Kalau boleh usul lagi,” kata Pak Mahbub, “Sebaiknya, nanti ada salah satu di antara kalian yang di sini. Sewaktu waktu Azzam bangun, dia langsung ada yang menghiburnya. Langsung ada yang mendengar suaranya kalau dia pesan sesuatu.” ”Iya Pak. Biar saya di sini, dan Lia pulang bersama jenazah ibu.” Seorang perawat lakilaki datang, “Pak Jenazah sudah siap di ruang sana.” ”Ayo kita ke sana.” Seru Pak Mahbub. Semua yang ada di situ langsung bangkit menuju ruang jenazah mengikuti perawat. Hati Husna berdebar debar. Seperti apa wajah ibunya. Tiba-tiba ia merasa sangat rindu pada ibunya, padahal baru tadi pagi ia membuatkan teh hangat untuknya. Husna melangkah memasuki ruang jenazah. aDef 431 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Hanya ada satu jenazah. Tak lain dan tak bukan jenazah ibunya. ”Posisinya sudah kami buat seperti ini. Kalau ada yang mau shalat jenazah di sini boleh.” Kata perawat itu. Husna melangkah mendekati jenazah ibunya. Kepala ibunya yang mulia itu diperban. Mukanya bersih menyungging senyum. Ada sedikit darah di keningnya, tak bisa tidak tangisnya meledak kembali. Ia ciumi wajah ibunya dengan keharuan luar biasa. Hidungnya ia ciumkan ke mulut ibunya. Ia seperti mencium bau wangi teh yang tadi pagi di minum ibunya. Ia kembali terisak. ”Sudah Nak, tabahkanlah hatimu!” Kata Pak Mahbub. Husna bangkit gantian Lia yang menciumi wajah ibunya dengan terisak-isak. ”Bue aku mencintaimu Bue.” Hanya itu yang dikatakan Lia. ”Husna, Lia, shalatilah ibumu di sini. Sebentar lagi jenazah ibumu akan dibawa ke Sraten.” ”Baik Pak.” Jawab Husna dan Lia. Dua gadis itu lalu mengambi air wudhu dan menshalati ibunda mereka tercinta. Setelah dishalati jenazah itu dibawa ke mobil jenazah ke dukuh Sraten, Kartasura. Lia dan Bu Mahbub ikut dalam mobil jenazah. Sementara Pak Mahbub, Pak RT, Bu RT dan Pak War ikut mobil Pak War. Sore itu dukuh Sraten hujan air mata. Kiai Lutfi yang diberitahu Pak Mahbub langsung datang seketika didampingi aDef 432 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Bu Nyai dan Anna. Pak Kiai menangis mendengar cerita tragis yang menimpa Azzam dan ibunya. Pak Kiai Lutfi merasa sangat berdosa. ”Maafkan saya Nak Lia, kalau saja saya menerima permintaan ibumu mungkin akan lain ceritanya.” Kata Pak Kiai pada Lia. ”Kematian itu kalau sudah datang tak bisa dielakkan Pak Kiai. Tak ada salah Pak Kiai sama sekali. Yang salah ya sopir bus yang ugal- ugalan itu.” Lirih Lia. Sore itu jenazah Bu Nafis, ibunda Azzam, dimakamkan di bawah langit yang mendung diiringi ratusan orang termasuk Kiai Lutfi. Yang membuat masyarakat takjub, meskipun paginya hujan tetapi lubang untuk mengubur Bu Nafis tidak keluar mata air. Hanya basah saja. Selesai mengubur ibunya Lia diantar oleh Anna dengan mobilnya pergi ke PKU Muhammadiyah Delanggu untuk menemani Husna yang sendirian di sana. aDef 433 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
26 Dalam Duka Husna menunggui kakaknya dengan terus berzikir kepada Allah dan memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah. Pipi kiri kakaknya berdarah. Tangan kiri kakaknya berdarah. Juga kaki kiri kakaknya. Ada selang kecil yang dimasukkan ke tangan kanannya. Alat pendeteksi detak jantung kakaknya ada di samping ranjang. Ia terus berdoa kepada Allah agar kakaknya segera siuman. Orang yang sangat dicintainya itu kini terkulai tak berdaya. Dengan beberapa bagian tubuh terkoyak dan berdarah. Pukul lima sore, ia melihat tangan kakaknya bergerak. Lalu kedua kelopak matanya bergerak. Lalu perlahan membuka. ”Kak Azzam.” Lirihnya dengan linangan air mata. Azzam membuka kedua matanya. aDef 434 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Allah.” Itulah kalimat yang keluar dari getar bibirnya. Ia mengerjapkan matanya. Lalu melihat adiknya, “Husna.” Husna berusaha tersenyum pada kakaknya. “Iya Kak. Alhamdulillah kakak sudah siuman.” ”Ini rumah sakit ya?” ”Iya.” ”Mana bu’e?” ”Tenang kak. Bue baik di tempat istirahatnya.” ”Maafkan Kakak ya Dik. Kakak kecelakaan. Bue pasti kesakitan. Maafkan.” Lirih Azzam sambil berlinang air mata. Azzam berusaha menggerakkan badannya. Namun nyeri luar biasa. Seorang perawat mendekat. “Sudah siuman?” ”Alhamdulillah. Sudah Mbak.” ”Begini, pertolongan pertama sudah kami lakukan. Masa kritis kakak Anda sudah lewat. Agar lebih terjaga. Sebaiknya kakak Anda dirawat di Solo, di sana peralatan lebih lengkap. Terutama untuk operasi tulang. Kami lihat kaki kiri kakak Anda patah. Semakin cepat dioperasi akan semakin baik. Kami akan memberi rujukan silakan pilih rumah sakit mana yang Mbak pilih.” Jelas perawat itu aDef 435 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Yarsi bisa Mbak?” ”Bisa. Kalau begitu kami akan siapkan segalanya secepatnya.” ”Pokoknya siapkan yang terbaik untuk kakak saya.” “Baik.” Perawat itu pergi. Kedua mata Azzam berkaca-kaca mendengar percakapan perawat itu dengan adiknya. Ia tahu apa yang terjadi pada dirinya. Kakinya patah harus dioperasi. Ia akan terkapar di rumah sakit dalam waktu yang lama. Dan ia akan istirahat di rumah dalam waktu yang lama. Di Cairo dulu pernah ada mahasiswa Indonesia yang dioperasi karena patah tulang saat sepakbola. Dan untuk sembuh ia harus istirahat yang lama. ”Jika kaki kakak patah, lalu bu’e bagaimana Dik?” “Dia baik Kak, sedang istirahat.” “Jelaskan pada Kakak.” “Kakak jangan mikir bu’e dulu.” “Terus bu’e sama siapa sekarang?” ”Sama Lia. Bue sudah dibawa pulang tadi.” ”Jadi bu’e tidak apa-apa?” ”Sekarang sudah tidak apa-apa. Bue sudah tenang.” aDef 436 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Syukurlah.” Kata Azzam sambil memejamkan mata. ”Ambulan sudah siap. Kita bisa langsung ke Solo.” Perawat tadi datang lagi. ”Kita langsung berangkat Mbak?” ”Iya. Tapi Mbak selesaikan dulu administrasinya di sana ya. Kami akan membawa kakakmu ke ambulan.” ”Baik.” Husna melangkah ke bagian administrasi. Dua perawat pria datang dan mendorong ranjang Azzam menuju ambulan. Ketika melangkah ke bagian administrasi Lia dan Anna datang. ”Semoga musibah ini jadi sumber pahala ya Na. Kami ikut berduka.” Lirih Anna sambil merangkul Husna. “Terima kasih sudah mau datang.” Jawab Husna “Bagaimana kak Azzam Mbak?” Tanya Lia ”Ada tulang yang patah, ini mau dirujuk ke Solo yang lebih lengkap peralatannya. Kak Azzam harus operasi tulang.” ”Inna lillah.” Lirih Lia. ”Kasihan dia. Semoga kakakmu diberi ketabahan oleh Allah.” Ucap Anna pelan. ”Dik kamu bawa uang? Kakak cuma ada tiga ratus ribu. Kita harus selesaikan administrasi dulu baru berangkat. aDef 437 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Saya cuma ada seratus ribu. Ayo coba dulu berapa semuanya.” Kata Husna sambil melangkah ke loket. “Yang mau dipindah ke Solo ya?” Tanya pegawai loket. ”Iya.” ”Semuanya satu juta setengah Mbak. Sudah semuanya. Sudah termasuk biaya dua ambulan.” ”Dik Lia, gimana nih. Kita cuma ada empat ratus ribu.” Husna agak bingung. ”ATM kakak?” Tanya Lia. ”Kosong, sudah habis untuk persiapan nikah.” Husna panik. ”Masih kurang berapa? Pakai uangku dulu saja.” Anna tahu kepanikan Husna dan Lia. ”Satu juta seratus Mbak.” Jawab Husna. “Tunggu aku ambil dulu di ATM.” Anna melangkah keluar mengambil uang di ATM. Tak lama kemudian Anna datang dan menyerahkan uang kepada Husna. ”Kelihatannya banyak sekali. Berapa ini Mbak?” Tanya Husna. ”Aku ambil lima juta. Pakai saja dulu. Nanti di Solo kalian pasti perlu ini itu.” aDef 438 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Terima kasih Mbak. Insya Allah nanti saya kembalikan secepatnya. Sebenamya saya yakin Kak Azzam masih punya uang.” ”Sudah biarkan Mas Azzam itu tenang dulu. Nggak usah mikir uang dulu kasihan dia.” Kata Anna. Setelah membereskan administrasi mereka berangkat ke Solo. Gantian Lia yang menemani Azzam di mobil ambulan. Dan Husna ikut mobil Anna Althafunnisa. Hari Sudah mulai gelap ketika mereka masuk di R.S. Yarsi. Begitu sampai Husna langsung bilang kepada pihak rumah sakit, “Tolong berikan yang terbaik untuk kakakku. Operasi yang terbaik. Berapa pun biayanya tidak jadi soal. Saya yang menanggung. Ini kartu identitas saya Ayatul Husna, Psikolog dan Dosen di UNS.” Kata-kata Husna tegas. Ia tahu banyak rumah sakit yang kurang memperhatikan pasien hanya gara-gara sang pasien atau keluarga pasien dianggap tidak punya biaya. ”Baik.” Jawab pihak rumah sakit. Diam-diam Anna kagum juga dengan ketegasan Husna. Tiba-tiba ia merasa kecil dibandingkan gadis yang ada di hadapannya itu. Gadis yang ditempa oleh pelbagai masalah kehidupan. Dan ketika ia kagum pada gadis itu maka mau tak mau ia harus kagum pada kakaknya. Kakaknyalah yang mendidik adiknya itu dari jarak jauh. ”Tadi kami sudah berusaha mencegah bu’e. Kak Azzam juga sebenarnya tidak mau. Tapi bu’e ngotot. Sebelum pergi bu’e minta dibuatkan teh hangat. Bue berkata, ’Teh buatanmu lain rasanya Na. Enak. Ibu ingin meminumnya barangkali aDef 439 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
untuk kali terakhir.’ Ternyata memang itulah terakhir kalinya minum teh hangat buatanku.” Husna bercerita sambil berlinang air mata pada Anna. Hal itu malah membuat mata Anna berkaca-kaca. ”Iya tadi di rumah beliau juga minum teh buatanku. Kelihatannya beliau ceria sekali. Abah sempat menawarkan agar beliau saya antarkan pulang ke rumah pakai mobil. Tapi beliau tidak mau. Beliau ngotot menerobos gerimis bersama Mas Azzam ke rumah Kiai Kamal. Abah sangat menyesal dalam hal ini, karena tidak memenuhi harapan ibumu.” Kata Anna terisak. Di dalam hati Anna merasa dirinyalah pangkal musibah ini. Abahnya menolak mengisi pengajian di acara walimah itu karena merasa terpukul dengan kegagalan pernikahannya dengan Furqan. Maka dialah pangkal musibah ini. Itulah perasaan berdosa Anna yang menggelayut di pikirannya. ”Abahmu tidak salah. Memang sudah tiba ajalnya. Orang kalau sudah tiba ajalnya ada saja sebab yang menjadi perantaranya.” Ujar Husna pada Anna. ”Kau benar. Terus perkawinanmu nanti?” bagaimana dengan pesta ”Itu nanti. Yang sekarang ada dalam pikiranku adalah bagaimana agar kakakku bisa kembali seperti semula. Aku ingin kakakku bisa berjalan seperti semula. Kaki dan tangan kakakkulah yang turut menempa jati diri seorang Husna. Sekarang ini yang aku pedulikan hanyalah kakakku.” ”Kau begitu sayang pada kakakmu.” ”Kalau kamu punya kakak seperti dia aku yakin kamu pasti sayang padanya.” aDef 440 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Semoga dia baik-baik saja.” “Amin.” Malam itu Azzam harus masuk ruang operasi. Setelah dirongent ia mengalami patah di betis kirinya, lengan bawah tangan kiri, dan dua tulang rusuk dada kirinya. Ia harus operasi tulang kaki dan tangannya. Husna dan Lia tetap di sana sampai operasi selesai. Anna dengan setia menemani dua gadis yang sedang dalam duka itu. Sesekali Anna keluar membelikan makan buat mereka. Jam dua malam operasi itu selesai. Azzam dimasukkan ke dalam kamar kelas satu. Husna yang minta. Uang bisa dicari belakangan yang penting nyaman. Dokter bedah yang meyakinkan Husna, Lia dan Anna bahwa Azzam akan bisa kembali seperti sedia kala. ”Insya Allah, dia akan pulih lagi. Hanya nanti tentu perlu proses sampai tulang-tulangnya menyatu dan kuat lagi- Kami akan beri obat penyambung tulang terbaik. Bersyukurlah bahwa yang patah bukan tulang belakangnya. Dan alhamdulillah kepalanya tidak apa-apa. Hanya gegar ringan yang itu biasa dalam kecelakaan ringan sekalipun. Saya dulu pernah jatuh dari tempat tidur kepala membentur lantai dan gegar ringan. Insya Allah nanti dia akan sembuh seperti semula. Tenang saja.” Dokter muda yang bernama Yusuf itu dengan sangat ramah menjelaskan secara detil apa yang dialami Azzam. Penjelasan itu membuat hati Husna, Lia dan Anna lega. Mereka bertiga berjaga di rumah sakit itu sampai pagi. Setelah operasi Azzam tertidur. Ia tidak tahu bahwa Anna juga turut menjaganya bersama adik-adiknya. aDef 441 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Pagi harinya Pak Mahbub mengantarkan Vivi dan keluarganya menjenguk Azzam. Saat itu Azzam sedang sedihsedihnya karena diberi tahu bahwa ibunya telah meninggal dunia. Azzam sudah bisa diajak berbincang bincang siapa saja. Begitu ia tahu Vivi dan keluarganya datang ia menyeka air matanya dan menata jiwanya. Vivi menatap Azzam dengan linangan air mata. ”Maafkan saya, mungkin saya harus tetap terbaring di sini. Sehingga saya tidak mungkin ke Kudus untuk akad nikah denganmu. Maafkan. Kita manusia hanya bisa berikhtiar tapi Allah jugalah yang menentukan.” Ucap Azzam pada Vivi yang di dampingi kedua orang tuanya. ”Bersabarlah. Ini musibah kita bersama. Aku akan setia menunggumu, sampai kamu sembuh.” Vivi menenangkan Azzam dan membesarkan jiwanya. ”Terima kasih Vivi. kamu baik sekali. kamu tahu berapa lama lagi kira- kira akan sembuh. Temanku di Mesir dulu menunggu sampai satu tahun baru dia bisa berjalan. Aku tak ingin mengikatmu dengan rasa kasihanmu padaku. Pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. Kalau kamu sabar menunggu ku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kamu ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kamu boleh menikah dengan siapa yang kamu suka. Aku tahu umurmu sama dengan umurku. Sebentar lagi kamu berkepala tiga.” Kata Azzam dengan lapang dada. Husna takjub dengan kata-kata kakaknya itu. Kakaknya benarbenar dewasa cara berpikirnya. Dan hebatnya kakaknya aDef 442 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
tidak mau dikasihani. Kakaknya masih menunjukkan karakternya sebagai Khairul Azzam yang pantang menyerah. Khairul Azzam yang sangat percaya dan yakin akan karunia Allah. “Aku akan berusaha setia.” Kata Vivi. “Terima kasih atas kebesaran jiwamu.” Lanjut gadis yang berprofesi sebagai dokter di Puskesmas Sayung itu. Setelah merasa cukup Pak Mahbub dan keluarga dari Kudus minta pamit. Sebelum meninggalkan ruangan itu Vivi masih sempat melihatnya kembali. Dan tersenyum padanya sebelum pergi. Azzam berusaha tersenyum. Begitu Vivi pergi Azzam menangis tersedu- sedu. Ia teringat pesta pernikahannya yang batal. Ia teringat gerbang pernikahan yang ada di depan mata. ”Kenapa kita harus banyak menangis hari-hari ini ya Na?” Tanya Azzam pada adiknya. ”Mungkin Allah sedang menyiapkan cara agar kita bisa tersenyum indah setelahnya.” Jawab Husna. “Semoga jawabanmu itu benar.” ”Insya Allah kak. Janji Allah bersama kesukaran pasti ada kemudahan.” ”Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.” “Pasti.” Dan Husna juga membatalkan pernikahannya. Ia mengatakan kepada Ilyas bahwa ia akan menikah setelah kakaknya bisa berjalan. Ia tidak akan meninggalkan kakaknya terkapar sendirian di rumah sakit, sementara ia berbulan madu aDef 443 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dengan suaminya. Ia lalu mengatakan kepada Ilyas seperti yang dikatakan kakaknya pada Vivi, ”Mas Ilyas tentu paham bahwa pertunangan itu belumlah akad nikah. Itu baru semacam perjanjian. Aku tidak ingin menzalimimu. Sejak sekarang aku berikebebasan kepadamu. Kalau kamu sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kamu ternyata di tengah penantian merasa tidak kuat, maka kamu boleh menikah dengan siapa yang kamu suka.” Jawaban Ilyas hampir mirip dengan jawaban Vivi, “Insya Allah aku akan setia padamu. Akan aku selesaikan dulu masterku baru aku akan menikahimu.” ”Terima kasih Mas.” Azzam dirawat di rumah sakit selama sepuluh hari. Selama sepuluh hari, hampir setiap hari selalu ada yang datang menjenguk. Selain warga dukuh Sraten, karyawannya di bisnis bakso dan foto copy, banyak juga jamaah pengajian Al Hikam yang datang. Setiap kali ada yang datang, semangat hidup Azzam berkobar, semangatnya untuk sembuh menyala. Dalam sebuah perenungan akan duka yang dialaminya, Azzam menulis puisi dalam hatinya untuk meneguhkan jiwanya: “dalam duka kita berguru pada hujan yang terus menyiram arang hitam dengan kesabaran siang malam kuncup-kuncup pun bermekaran meneguhkan harapanharapan “ Pada hari ke delapan dan ke sembilan Azzam dilatih bagaimana menggunakan krek. Setelah dilihat bisa menggunakan krek dengan baik dan pengaruh gegar aDef 444 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kepalanya hilang Azzam diperbolehkan pulang. Dokter menyarankan untuk banyak di rumah dulu dan menasihati untuk tidak sekali-kali berjalan atau berdiri tanpa bersandar pada krek. ”Kau boleh lepas krek, kalau aku sudah mengatakan kamu boleh lepas!” Demikian kata Dokter Yusuf sesaat sebelum pulang. Pada saat ia siap untuk keluar kamar Kiai Lutfi datang, bersama Bu Nyai dan Anna. Kiai Lutfi minta maaf kepada Azzam atas peristiwa pagi hari itu. Kiai Lutfi tak henti hentinya menyesali penolakannya waktu itu. ”Kalau aku penuhi permintaan ibumu mungkin tidak terjadi kecelakaan. Sungguh aku mohon maaf Azzam. Aku merasa berdosa.” Kata Kiai Lutfi. ”Pak Kiai tidak salah. Ini sudah tercatat di sana.” Jawab Azzam sambil mengacungkan tangan kanannya ke atas. “Terus bagaimana dengan kelanjutan pernikahanmu?” Tanya Kiai Lutfi. ”Biarlah Allah yang menentukan.” Jawab Azzam. aDef 445 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
27 Jiwa Yang Bangkit Azzam harus menunggu kesembuhannya di rumah. Dokter mengatakan ia baru boleh lepas krek kira-kira jika sudah sepuluh bulan sejak dioperasi. Azzam hanya bisa beraktivitas di dalam rumah. Bulan pertama aktivitasnya ada di kamarnya, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Yang paling susah saat ia akan mandi atau buang air besar. Perban yang ada di kaki kiri dan tangan kiri tidak boleh terkena air. Untuk buang air besar ia tidak bisa jongkok. Sangat susah jongkok dengan kaki satu. Dan jika ia nekat jongkok maka tulang rusuknya yang patah akan terasa sakit. Luar biasa sakitnya. Husna punya akal. Ia mengambil kursi kayu. Lalu minta kepada Kang Paimo agar melubangi bagian tengahnya. Sehingga Azzam bisa duduk ketika buang air besar. Juga bisa aDef 446 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
duduk saat mandi. Husna sangat perhatian pada kakaknya. Sebelum mandi dia begitu teliti mencari plastik dan membungkus kaki kiri dan tangan kiri Azzam dengan plastik. Sehingga perbannya tetap kering dan aman. ”Kakak kalau mandi sebaiknya duduk saja. Kaki kiri diselonjorkan. Pokoknya jangan pernah sekali-kali bertumpu dengan kaki kiri. Ingat kaki kiri Kakak patah dan belum tersambung betul. Dan kalau mengambil air hati-hati. Tangan kiri diangkat ke atas. Jangan sampai perban basah. Luka bekas operasi belum kering.” Begitu kata Husna selalu mengingatkan setiap kali Azzam mau mandi. Husna seolah menjadi ibu Azzam, juga sekaligus perawat Azzam yang setia, bahkan teman berbagi duka yang tiada duanya. Jika Husna tidak ada maka Lia dengan setia membantu kakaknya. Memasuki bulan ketiga Azzam mulai jenuh terus di rumah ia seperti hidup dalam rumah tahanan. Ia minta pada Husna agar memanggil Kang Paimo. Lalu ia minta pada Husna agar menemaninya keliling kota Solo dengan mobil yang dikemudikan Kang Paimo. Ia tengok warung baksonya yang sempat tutup beberapa minggu. Husnalah yang berinisiatif agar warung baksonya tetap buka. Selama Azzam berada di rumah, hampir setiap minggu selalu ada tamu yang datang mengunjunginya. Baik tamu itu para tetangga, jamaah pengajian Al Hikam, maupun teman atau kenalan yang datang mengejutkan. Suatu hari Eliana datang dengan memakai busana muslimah yang sangat modis. Putri Dubes itu tampak anggun dan mempesona. Eliana kaget melihat kondisi yang menimpa Azzam dan keluarganya. Bintang sinetron itu menitikkan air matanya ketika Husna aDef 447 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
menceritakan apa yang menimpa keluarganya. ”Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Ibu telah tiada. Padahal aku ingin kembali mencium tangannya. Aku bawakan kerudung Turki untuk ibu. Oleh-oleh dari umroh dua minggu yang lalu.” Ucap Eliana dengan muka sedih. ”Jadi syuting film di Solo Mbak?” Tanya Lia. ”Besok insya Allah mulai syuting. Saya datang lebih awal agar bisa mampir di sini. Ada yang aku rindukan di sini.” Jawab Eliana. ”Siapa yang dirindukan Mbak?” Tanya Lia lagi. ”Dia.” Kata Eliana sambil menunjuk Azzam. “Entah kenapa akhir- akhir ini hati aku terasa tidak enak. Aku heran kok terbayang dia selalu. Jawabannya baru aku ketahui setelah sampai di sini.” Lanjutnya. Gadis lulusan EHESS Prancis itu begitu berterus terang dengan santainya. Azzam merasakan getaran lembut mendengar perkataan Eliana. Azzam langsung mengingat tunangannya di Kudus sana. Lia yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya langsung bertanya, ”Apa Mbak mencintai kakak saya?” Azzam dan Husna kaget mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Lia. Sementara Eliana kaget sesaat namun langsung bisa menguasai dirinya. Dengan menunduk dia berkata, “Sejak di Alexandria dulu, ketika aku mau memberinya aDef 448 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
hadiah ciuman dan dia tidak mau. Dia bersikukuh memegang teguh prinsip-prinsip Islam yang diyakininya, aku tahu kakakmu ini orang yang berkarakter dan berjiwa. Sejak itu aku sudah mencintainya. Tapi aku gengsi untuk menyampaikan padanya.” ”Kalau sekarang setelah kecelakaan ini apa Mbak masih suka padanya?” ”Kecelakaan seperti ini biasa saja. Nanti juga sembuh seperti sedia kala. Kecelakaan seperti ini hanyalah kecelakaan fisik ringan tak akan mengubah orang yang hatinya ada cinta. Jika kecelakaannya adalah kecelakaan moral seperti zina misalnya maka itu akan menghilangkan cinta. Rasa sukaku masih sama.” ”Sayang Mbak Eliana menyampaikan ini semua sudah terlambat.” ”Maksud Dik Lia.” ”Dia sudah punya tunangan.” Eliana tampak kecewa. “Mungkin memang belum jodohnya.” Ucapnya pelan. *** Suatu hari saat ia jalan-jalan lagi keliling kota Solo, ia mampir di warung bakso cintanya di UMS. Para karyawannya tampak lesu. Pengunjung tidak ada seorang pun. Azzam merasa ada yang janggal. Dengan langkah tertatih-tatih pakai krek Azzam bertanya, aDef 449 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
“Ada apa bergairah?” sebenarnya? Kalian tampak lesu tidak ”Kita difitnah Mas?” ”Difitnah apa?” ”Kita difitnah bakso kita ada formalinnya. Bahkan lebih keji lagi kita difitnah bakso kita dibuat dari cacahan bangkai tikus.” Azzam kaget. “Astaghfirullah Benarkah?” ”Iya. Sudah dua hari ini sepi. Ketika saya tanya pada pelanggan setia kita dia berterus terang tidak mau lagi beli bakso kita karena alasan itu.” ”Kalian tahu siapa yang memfitnah?” ”Tidak Mas. Tapi itulah yang beredar di sekitar kampus.” ”Baik. Tenang. Akan aku pikirkan jalan keluarnya. Para mahasiswa saja mudah dihasut dan difitnah rupanya.” Kata Azzam dengan kening berkerut. Ia harus segera menemukan jalan terbaik untuk menepis fitnah itu. Kalau tidak usaha andalannya akan gulung tikar. Azzam langsung pulang ke rumah dan bermusyawarah dengan Lia dan Husna. ”Kita lapor saja ke polisi Kak? Lapor saja sama Si Mahras aDef 450 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
itu, biar diuber siapa pemfitnahnya.” Usul Lia. Namun ia merasa bahwa usul Lia belum benar-benar menyelesaikan masalah. ”Kita pindah usaha saja Kak. Usaha yang lain. Kan masih banyak. Kalau dua hari sama sekali tidak ada yang datang itu artinya sudah sangat payah. Kalau diteruskan benar-benar akan buntung kita.” Kata Husna. ”Itu hanya akan membuat si pemfitnah senang. Memang tujuan dia membuat fitnah ya agar kita tidak jualan bakso. Aku tak mau mundur!” Kata Azzam. Ia terus berpikir bagaimana caranya ia seribu langkah lebih maju dari pesaingnya. Ia yakin yang memfitnahnya adalah salah satu dari pesaing yang tidak ingin dia bangkit dan maju. ”Aku ketemu ide!” Teriak Azzam. ”Apa itu Kak?” Tanya Lia. ”Kita tunjukkan profesionalitas kita. Orang yang suka memfitnah dalam bisnis biasanya adalah orang yang tidak profesional. Orang yang cetek cara berpikirnya. Kita harus lebih maju dan lebih canggih lagi sehingga fitnahnya hanya akan menjadi kentut di tengah padang pasir. Alias tidak ada pengaruhnya. ”Terus apa langkah Kakak?” Tanya Husna. ”Kita luruskan isi fitnah itu dengan argumentasi ilmiah. Ketika kita meluruskan sekaligus kita promosi kecanggihan dan kualitas dagangan kita.” aDef 451 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Caranya bagaimana Kak?” ”Kita dituduh memakai formalin, terus difitnah memakai bangkai tikus. Kita harus luruskan itu. Caranya pertama kita berikan contoh produk kita ke Departemen Kesehatan. Minta keterangan isi kandungan bakso kita. Sekaligus minta keterangan dari Depkes bahwa bakso kita adalah bakso yang menyehatkan. Kedua kita berikan contohnya juga ke MUI kita minta sertifikat halal. Setelah kita sudah dapat sertifikat dari Depkes dan MUI kita kopi sertifikat itu dengan minta legalisasi dari Depkes dan MUI kita sebar ke seluruh penjuru kota Solo. Kita juga akan pasang iklan di Solo Pos kitalah bakso sehat yang utama dan pertama di Indonesia. Bagaimana?” Kata Azzam menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuhnya. ”Kakak memang jagonya bisnis!” Seru Lia. ”Baik aku yang ke Depkes dan Lia yang ke MUI Solo, okay?” sahut Husna. ”Okay.” Jawab Lia. Sambil menunggu sertifikat jadi, sementara warung bakso libur. Begitu sertifikat jadi Azzam langsung membuat semacam grand opening untuk warung baksonya dengan mengundang para aktifis kampus dan aktifis dakwah. Ia juga mengundang beberapa wartawan. Seketika warung baksonya berjubel-jubel pengunjungnya setelah itu. Keuntungannya dua kali lipat lebih banyak. Bahkan ada seorang mahasiswa asal Semarang yang tertarik untuk membuka cabang ’Bakso Cinta’ di Semarang. Sejak itu Azzam merasa baksonya layak difranchisekan. Dua cabang langsung ia buka. Di Semarang dan di Jogjakarta. Dengan ketegaran luar biasa Azzam bangkit dari keterpurukannya. aDef 452 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Sebenarnya berkali-kali rasa putus asa karena kecelakaan itu hendak membelitnya, tapi ia sama sekali tidak mau rasa putus asa sedikit pun menjamah dirinya. Berkenalan pun ia tidak mau dengan yang namanya putus asa. Ia teringat perkataan Vince Lombard: “O nce yo u lea rn to qu it , i t bec ome s a h abit ” . O “ Sekali s aj a ka mu b elaj ar u nt uk be rput us as a ma ka aka n menj adi keb ia saa n! “.. Azzam terus bangkit, pelan-pelan ia merasakan kembali gairah hidup yang sesungguhnya. Setiap kali melihat Husna dan Lia ia merasa bahwa dirinya masih diberi karunia yang agung oleh Allah SWT. Husna dan Lia adalah dua permata jiwanya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya itu. Ia berpikir bagaimana jika ia tidak punya adik mereka. Sanggupkah ia melalui hari-hari dukanya dengan penuh ketegaran. Betapa banyak ia temukan seorang kakak memilik adik yang sama sekali tidak hormat pada kakaknya. Adik yang tidak mencintai kakaknya. Ia bersyukur memiliki adik yang sedemikian ikhlas merawatnya dan membesarkan hatinya. Siang itu sepucuk surat datang dibawa oleh Bu Mahbub untuknya. Ia baca pengirimnya adalah Alviana Rahmana Putri alias Vivi. Ia buka surat itu dengan penuh penasaran. Ia terkejut di dalamnya ada cincinnya. Cincin yang dulu dipakaikan ibunya ke jari Vivi. Ia sudah bisa menerka apa isinya. Tapi ia baca juga: Yang saya hormati Mas Khairul Azzam Di Kartasura Assalamu’alaikum wr wb .. aDef 453 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Vivi tulis surat ini, sungguh dengan hati hancur, dan linangan air mata yang terus mengalir. Harus Vivi katakan sungguh Vivi sangat mencintai Mas. Tapi inilah Vivi, Siti Nurbaya di abad millenium. Ibu Vivi punya teman Bu Nyai yang punya putra baru pulang dari Syiria. Bu Nyai itu melamar Vivi. Dan ibu lebih memilih putra Bu Nyai itu. Vivi sudah berusaha menjelaskan bahwa Vivi memilih setia pada Mas Azzam. Tapi ibu malah sakit dan meminta aku untuk memilih di antara dua hal; pilih ibu atau pilih Azzam. Saat kamu baca suratku ini Mas, kamu pasti paham kenapa surat ini aku kirimkan bersama cincin ini. Maafkan diriku, jika kamu anggap aku mengkhianatimu. Terima kasih atas kebesaran jiwamu. Wassalam, Yang lemah tiada daya Vivi .. Ia menangis membaca surat itu. Cincin yang telah ! dipakaikan ibunya di jari Vivi tak ada gunanya. Ia merasa di dunia ini tak ada lagi orang yang setia pada cinta. Betapa mudah hati berubah-ubah. Ia tersedu-sedu sendirian di kamar tamu. Pada saat itulah Husna muncul. Ia serahkan surat itu pada Husna. Seketika Husna berkata,”Jangan cengeng Kak, apakah kakak tidak ingat kakak katakan pada pada Vivi ketika dia menjengukmu. Bukankah kakak mengatakan: Sejak sekarang aku beri kebebasan kepadamu. “Kalau kamu sabar menungguku maka terima kasihku padamu tiada terhingga. Kalau kamu ternyata di tengah aDef 454 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
penantian merasa tidak kuat, maka kamu boleh menikah dengan siapa yang kamu suka. Kakak harus jadi lelaki sejati yang siap menghadapi dari setiap kata yang telah diucapkan!” Kata-kata Husna itu langsung melecut jiwanya. Ia tidak boleh lemah. Ia harus buktikan pada dunia bahwa ia mampu untuk sukses dan berguna. Ia kembali mengingat perkataan Vince Lombard: Sekali saja kamu belajar untuk berputus asa maka akan menjadi kebiasaan! ”Kak, yakinlah hanya jari gadis yang berhati bersih yang akan menerima cincin itu. Percayalah Kak!” Husna memberi semangat. ”Ya aku percaya adikku. Hanya gadis yang berhati bersih yang akan menerima cincin ini. Cincin yang dipilih oleh ibu kita tercinta.” ”Oh iya Kak. Bagaimana kalau kakak coba memberikan cincin ini pada Eliana?” Hati Azzam bergetar mendengar usul adiknya. Eliana ya Eliana. Terakhir bertemu, gadis lulusan Prancis itu datang secara terang- terangan menyampaikan rasa cintanya padanya. Apakah mungkin gadis itu adalah jodohnya? Apakah dirinya siap memiliki isteri seorang artis yang kecantikannya dinikmati oleh sekian juta pemirsa? Kecantikan itu jadi milik bersama bukan dirinya saja yang memilikinya, karena memang kecantikan itu dijual untuk disuguhkan kepada para pemirsa. Azzam jadi berpikir ketika nama Eliana kembali disebut-sebut adiknya. aDef 455 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam terus menumbuhkan harapan sembuh dalam hatinya. Ia begitu iri setiap kali melihat ada anak kecil bisa berlari-lari dan melompat-lompat seenaknya. Ingin rasanya seperti mereka berlari dan melompat seenaknya karena kedua tulang kaki tidak ada masalah. Sementara dirinya belum bertumpu pada kaki kirinya. Tak boleh ada beban untuk kaki kirinya. Setelah sepuluh bulan lamanya hidup dalam sepi. Dokter memutuskan Azzam boleh mulai latihan pelan pelan tidak menggunakan krek. Tapi tetap sebagian besar tumpuan tubuh saat berjalan dengan krek. Barulah setelah satu tahun Azzam bisa berjalan normal tanpa krek. Ia sudah kembali bisa mengendarai mobil sendiri. Azzam kembali aktif ke masjid. Juga aktif kembali memberi pengajian Al Hikam di Pesantren Daarul Qur’an Wangen. Setiap kali Azzam yang mengisi pengajian itu jamaah membludak memenuhi masjid. Dalam bisnis Azzam juga terus bangkit lebih baik. Bakso cintanya kini sudah punya sepuluh cabang di luar Solo. Yaitu di Semarang, Jogja, Salatiga, Klaten, Bandung, Jakarta, Depok, Malang, Surabaya, dan Kudus. Ia bahkan mulai merambah bisnis percetakan dan penerbitan. Ia mulai penerbitannya dengan menerbitkan buku-buku yang ditulis adiknya sendiri yaitu Ayatul Husna. Lambat laun ia dikenal sebagai entrepreneur muda dari Solo yang sukses sekaligus dikenal sebagai dai muda yang mampu menyihir hadirin jika ia sudah ada di atas panggung. Setiap minggu ia punya rubrik khusus tentang motivasi bisnis Islami di radio Jaya Pemuda Muslim Indonesia Solo. aDef 456 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Suatu sore setelah shalat ashar di atas mimbar Pesantren Daarul Qur’an Wangen ia menjelaskan kandungan perkataan Imam Ibnu Athaillah As Sakandari, ”Jamaah yang dimuliakan Allah, Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikamnya mengatakan, “Memperoleh buah amal di dunia adalah kabar gembira bagi orang yang beribadah akan bakal adanya pahala di akhirat.” Maksudnya jika ada orang ikhlas beribadah kepada Allah di dunia ini, dan orang itu merasakan buahnya ibadah itu misalnya ketenangan hati, kejernihan pikiran, keluarga yang sakinah, anak-anak yang shaleh, kerinduan untuk semakin giat beribadah, merasakan kelezatan ibadah dan lain sebagainya. Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak di akhirat akan ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah ’Azza wa Jalla.” aDef 457 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
28 Barakah Cincin Ibu ”Bagaimana Kak? Mau mencoba memberikan cincin itu pada Eliana? Kalau kakak malu, biar Husna yang bilang sama dia.” ”Na, hatiku masih bimbang.” ”Insya Allah dia bisa jadi isteri yang baik. Aku sudah baca di koran dia sudah berniat tidak akan melepas jilbabnya setelah umrah.” ”Dunia yang kuimpikan rasanya berbeda dengan dunia yang diimpikannya. Aku juga belum menerima kecantikan isteriku setiap hari dinikmati jutaan orang. Di antara jutaan orang itu mungkin ada yang membayangkan yang bukanbukan ketika melihat wajah isteriku di layar kaca. Entah kenapa aku belum bisa. Mungkin aku ini kolot dan koneservatif. Ya aDef 458 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
inilah aku. Jelas Azzam pada Husna. ”Husna paham yang Kak Azzam inginkan. Bagaimana kalau Kak Azzam coba cari di pesantren. Kan ada ribuan santriwati di Solo dan sekitarnya ini. Kakak minta tolong aja sama pengasuhnya. Minta satu saja santriwatinya. Masak sih tidak juga ada satu orang pun yang mau.” “Mungkin ini juga ikhtiar yang harus kakak tempuh.” “Ya coba saja Kak. Kata orang Arab yang sering Husna dengar dari para ustadz man jadda wajada. Siapa yang sungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” ”Benar Dik. Tapi enaknya ke pesantren mana ya?” “Menurut Husna ya dimulai yang paling dekat dan paling dikenal. Tak ada salahnya dicoba dulu Pesantren Wangen.” ”Masak muternya ke Pesantren Wangen lagi?” ”Kenapa memangnya?” ”Malu sama Kiai Lutfi.” ”Malu kalau dikira mau melamar anaknya yang janda? Ya kakak jelaskan saja minta santriwatinya. Kakak jelaskan apa adanya. Minta santriwati yang cocok untuk kakak. Pak Kiai pasti akan bijak dan legowo. Banyak juga kok kak santriwati di Wangen yang tak kalah dengan Vivi.” Husna mencoba menyemangati kakaknya. ”Oh ya kak hampir lupa. Husna pernah hutang sama aDef 459 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Anna lima juta untuk biaya administrasi rumah sakit. Mumpung ingat. Kakak bayarkan ya. Kalau bisa hari ini biar tidak lupa lagi. Tidak enak rasanya. Sudah hampir satu tahun lho kak. Jangan-jangan Anna sebenarnya perlu dengan uang itu tapi malu menagihnya.” “Baik nanti sore insya Allah kakak akan ke sana.” *** Sore itu Kiai Lutfi dan Bu Nyai Nur membantu putrinya Mengemasi dan merapikan barang-barang yang akan dibawa terbang ke Cairo. Sudah satu tahun lebih Anna di Indonesia. Tesis yang ditulisnya sudah dua pertiga. Tinggal sepertiga lagi hendak dirampungkan di Mesir. ”Jangan lama-lama di sana ya Nduk?” Tanya Pak Kiai Lutfi. ”Insya Allah Bah. Anna akan berusaha secepatnya. Yang sering jadi kendala itu justru administrasi di Fakultas yang sering berbelit dan molor Bah. Sering juga yang jadi kendala adalah promotor yang sering terbang ke luar negeri. Sebabsebab itu yang seringkali membuat tesis jadi tidak selesaiselesai. Ya doakan saja Bah.” ”Tak pernah putus Abah dan Ummimu berdoa untukmu anakku. Oh jadinya naik apa ke Caironya?” ”Kata teman yang mengurus di Jakarta naik Etihad Bah. Katanya itu sekarang yang paling murah.” Mereka bertiga ada di ruang tengah. Ruang itu dengan ruang tamu disekat dengan kaca riben hitam tebal. Sehingga dari ruang tengah bisa melihat ruang tamu dan tidak aDef 460 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sebaliknya. Hanya bertiga mereka menata pakaian, oleh-oleh, dan buku-buku yang akan dibawa Anna ke Cairo. ”Kalau di Cairo kamu rasa ada yang cocok untuk jadi suami ya tidak apa-apa kamu nikah di sana Nduk. kamu kan sudah janda, sudah lebih bebas menentukan pilihanmu. Nanti Abah bisa kirim surat taukil 32 ke KBRI untuk menikahkan kamu.” Seloroh Pak Kiai Lutfi. ”Anna agak trauma dengan pilihan Anna Bah. Anna sudah berjanji pada diri Anna sekarang Anna serahkan pada Abah dan Ummi siapa yang akan mendampingi hidup Anna. Sekarang Anna sudah tidak sedikitpun mempertimbangkan fisik lagi. Ibaratnya kalau ada orang buta jadi pilihan Abah, Anna akan terima dengan kelapangan hati.”Jawab Anna. ”Masak Ummi sama Abah mau memilihkan yang begitu untukmu.” Tukas Bu Nyai Nur. ”Itu ibarat saja Mi. Tapi seandainya benar juga tidak ada masalah. Orang buta, apalagi butanya sejak kecil malah tidak banyak maksiat. Di Mesir banyak guru besar yang buta. Tapi keilmuan dan ketakwaannya luar biasa.” Ketika sedang asyik tiba...”Assalamu ’alaikum”. berbincang-bincang, tibaPak Kiai Lutfi, Bu Nyai dan Anna spontan melihat ke arah pintu depan. Mereka agak kaget ketika tahu siapa yang datang. Azzam. Setelah menjawab salam, Pak Kiai Lutfi langsung bangkit dan menemui tamunya. Azzam mencium tangan Kiai Lutfi dengan rasa ta’zhim. Anna melihat apa yang dilakukan 32 Surat kuasa mewakilkan aDef 461 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam. Entah kenapa hati Anna berdesir-desir. ”Dari mana Zam?” Pak Kiai Lutfi membuka percakapan sambil menyandarkan punggungnya di sofa yang terbuat dari busa. ”Biasa Pak Kiai, dari warung bakso. Namanya juga penjual bakso.” ”Wah besok kalau kamu punya anak bakal senang itu anakmu. Tiap hari bisa makan bakso. Habis bakso kamu buka saja warung pecel lele. Biar tiap hari makan Lele. Sampai mukanya kaya Lele. He... he... he...!” ”Wah Pak Kiai ini bisa saja kalau bercanda.” Sahut Azzam sambil tersenyum. Di dalam Bu Nyai Nur dan Anna tersenyum mendengar cara Kiai Lutfi bercanda. ”Nduk, Abahmu itu bisa saja bercanda. Oh ya Nduk, Ummi ke belakang dulu. Ummi lupa mengambil jemuran. Sri belum pulang.” Kata Bu Nyai setengah berbisik. ”Biar Anna saja yang mengambilnya Mi.” Lirih Anna “Tidak usah, biar Ummi saja. kamu teruskan saja mengemasi barang-barangmu.” ”Bagaimana dengan kesehatanmu Zam?” ”Alhamdulillah sudah baik semua Pak Kiai. Seperti yang Pak Kiai lihat, saya sudah bisa berjalan seperti semula. Tangan yang patah sudah tersambung seperti semula. Dan tulang iga yang patah juga sudah baik lagi. Rongent terakhir semuanya sudah tak ada masalah menurut dokter. Hanya saja pen-nya aDef 462 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
belum diambil. Mungkin ya diambil satu dua tahun lagi.” ”Alhamdulillah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Terus ngomong-ngomong ini ada perlu apa kamu sore ini kemari. Kok rasanya agak berbeda dengan biasanya?” ”Begini Pak Kiai, ternyata kami masih punya hutang sama Anna. Hampir kelupaan. Mohon sampaikan maaf pada Anna. Dulu Husna pernah pinjam uang lima juta pada Anna untuk bayar administrasi rumah sakit. Ini saya datang untuk membayar hutang itu.” Azzam menjelaskan maksud kedatangannya. Di dalam, Anna sangat berharap agar ayahnya menolak uang itu. Agar uang itu dianggap lunas saja. Tapi Kiai Lutfi justru menjawab, ”Ini namanya rezeki. kamu datang tepat waktu Zam. Kebetulan Anna mau pergi jauh. Itu bisa untuk uang saku baginya. Terima kasih Zam.” ”Pergi ke mana, kalau boleh tahu Pak Kiai?” ”Kembali ke Cairo. Dia mau menyelesaikan S2-nya. ”Alhamdulillah, semoga segera selesai. Ummat ini memerlukan ahli fiqh seperti Anna. Kalau perlu dia harus sampai doktor Pak Kiai. Saya sangat kagum padanya saat melihatnya jadi moderator.” ”Di mana?” ”Di Auditorium Shalah Kamil. Bahasa Arab dan Inggrinya bagus. Dia sampai jadi pembicaraan para mahasiswa di aDef 463 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kampus lho Pak Kiai. Sampai ada yang ingin menyuratinya. Ada saja yang ingin meminangnya, dan lain sebagainya. Namanya juga anak muda.” ”Dan kamu juga ikut membicarakannya?” ”Kalau saya ya beraninya dalam batin saja Pak Kiai. Lha saya ini siapa, saat itu hanya dikenal mahasiswa yang tidak lulus-lulus karena jualan bakso. Mana berani ikut ikutan memmbicarakan dia.” Anna jadi teringat dengan seminar sehari tentang Ulama Permpuan di Asia Tenggara yang diadakan PMRAM, HW, PPMI, Wihdah dan ICMI di Auditorium Shalah Kamil Universitas Al Azhar. Sebuah seminar akbar yang dikuti oleh mahasiswa Asia Tenggara yang ada di Mesir. Dan saat itu ia didaulat untuk jadi moderatornya. Anna berkata dalam hati, “Oh ternyata dia juga ikut seminar itu, pantas dia tahu.” ”O iya Pak Kiai, saya masih ada perlu satu lagi.” Kata Azzam sambil memandang wajah Kiai Lutfi. Wajah itu tampak begitu teduh dan sejuk. ”Apa itu?” ”Saya mau sedikit minta tolong pada Pak Kiai. Begini Pak Kiai, cincin ini yang membeli dan memilih adalah almarhumah ibu.” Kata Azzam dengan bibir bergetar. Jantungnya mulai berdegup semakin kencang. ”Azzam sudah berikhtiar pelbagai macam jalan dan acara untuk menemukan jari yang cocok memakai cincin ini. Terakhir sudah terpasang cincin ini pada jari seorang gadis dari aDef 464 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Kudus. Dan tinggal menunggu hari akad nikah ternyata musibah jadi penghalang. Cincin ini dikembalikan. Dan gadis itu menikah dengan orang lain.” ”Pak Kiai, sore ini Azzam datang kemari juga dalam rangka ikhtiar mencari jari siapa yang cocok dan pas menerima cincin ini. Di sini ada ratusan santri perempuan tidak adakah satu orang saja yang pantas dan mau memakai cincin ini? ”Pak Kiai, Azzam titipkan cincin ini pada Pak Kiai sebab Azzam merasa berat untuk menyimpannya, begitu Pak Kiai merasa ada yang pantas memakainya silakan Pak Kiai pakaikan di jarinya. Azzam akan sami’na wa atha’na. Azzam akan memejamkan mata dan ikut pada apa yang Pak Kiai pilihkan.” Dengan penuh pasrah Azzam menyerahkan cincin yang dibelikan ibunya itu pada Kiai Lutfi. Tak jauh dari situ, hanya beberapa meter saja jaraknya, di balik kaca hitam pekat tak terlihat, seorang perempuan bermata indah mendengarkan kalimat-kalimat Azzam dengan hati penuh harap. Penuh harap agar cincin itu disematkan saja dijarinya. Kiai Lutfi langsung paham apa maksud Azzam menyerahkan cincin itu padanya. ”Nak, aku mau cerita, sebuah kisah nyata, maukah kamu mendengarkan?” Kata Kiai Lutfi. ”Ya Pak Kiai, dengan senang hati dan lapangnya dada.” ”Ada seorang gadis yang halus hatinya. Patuh dan bakti pada kedua orang tuanya. Apapun yang diinginkan orang tuanya pasti dikabulkannya. Gadis itu shalihah insya Allah. Gadis itu sangat takut pada Tuhannya. Cinta pada nabinya. Bangga dengan agama yang dipeluknya. Suatu hari gadis itu aDef 465 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dilamar pemuda yang dianggapnya akan membahagiakannya. Ia menerima lamarannya. Kedua orang tuanya merestuinya. Nikahlah gadis itu dengan sang pemuda. Hari berjalan. Bulan berganti bulan. Orang tuanya beranggapan bahwa putrinya telah menemukan kebahagiaannya. Tenyata anggapan itu tidak sama dengan kenyataan. Enam bulan menikah pemuda yang menikahinya tidak mampu melakukan tugasnya sebagai suami. Gadis itu masih perawan. Masih suci. Pemuda itu lalu menceraikannya. Sejak sekarang pertanyaanku. Maukah kamu menikah dengan gadis itu?” Hati Anna bergetar hebat. Air matanya meleleh. Hatinya penuh harap semoga Azzam menerima gadis itu. Sebab gadis yang diceritakan Abahnya pada Azzam adalah dirinya. ”Dia shalihah Pak Kiai?” ”Insya Allah.”. “Jika Pak Kiai yang menjamin, maka saya mau!” ”Kau tidak ragu?” ”Saya mau tanya pada Pak Kiai apa dia menurut Pak Kiai pantas untuk saya dan saya pantas untuknya?” ”Insya Allah.” ”Kalau begitu saya tidak ragu sama sekali Pak Kiai.” ”Baiklah kalau begitu shalatlah maghrib di sini. Dirimu akan aku nikahkan dengan gadis itu bakda shalat maghrib. Yang jadi saksi adalah masyarakat yang jamaah di sini dan para santri. Maharnya cincin emas ini.” aDef 466 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Masalah surat-surat resminya Pak Kiai?” ”Itu gampang. Besok langsung diurus di KUA. Ketua KUA nya malah biasanya shalat maghrib di sini.“ ”Kenapa tidak besok sekalian Pak Kiai?” ”Cincinmu ini amanah bagiku Nak, aku khawatir nyawaku tidak sampai besok pagi sehingga aku tidak bisa menunaikan amanahmu.” ”Kalau boleh tahu, gadis itu asal mana, dan siapa namanya Pak Kiai?” ”Dia asli Wangen sini, dia putriku sendiri namanya Anna Althafunnisa.” ”Anna Pak Kiai?” ”Iya. Apakah kamu keberatan aku nikahkan dengan Anna?” ”Tidak Pak Kiai.” Jawab Azzam dengan linangan air mata. ”Tapi Pak Kiai?” ”Tapi apa?” ”Bagaimana dengan iddahnya.” ”Sudah lama terlewati masa iddahnya. Kamu tak usah mengkhawatirkan masalah itu. Dia telah menikah tapi sampai sekarang masih perawan. Dia janda, tapi janda kembang. aDef 467 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Janda yang mahkota kewanitaannya masih utuh. Dia sama saja belum pernah menikah sebenarnya.” ”Maaf apa sebaiknya tidak ditanyakan dulu ke keluarga Furqan. Siapa tahu Furqan sudah sembuh. Terus ingin rujuk pada Anna. Dan siapa tahu sebenarnya Anna ingin rujuk pada Furqan. Sebab Furqan itu teman baik saya, Pak Kiai. Saya tidak ingin menikah di atas penderitaan orang lain. Apalagi teman saya sendiri.” ”Anna sudah berkali-kali bilang tidak mungkin lagi mau rujuk pada Furqan. Dan Anna sudah menyerahkan urusan jodohnya pada Abahnya ini. Dia bahkan bilang seandainya orang buta sekalipun yang aku bawakan padanya, dia akan taat. Jadi tidak ada masalah sama sekali.” ”Apa harus habis maghrib ini Pak Kiai?” ”Apa kamu tidak siap?” Tantang Pak Kiai Lutfi. Di balik dinding kaca hitam, Anna Althafunnisa menahan harunya. Ia mendengar percakapan Azzam dengan Abahnya dengan dada bergetar. Ia sangat berharap pernikahannya dengan Azzam benar- benar terjadi setelah shalat maghrib. ”Baik, saya siap Pak Kiai!” Jawab Azzam mantap. Anna langsung sujud syukur dengan tubuh bergetar karena merasakan anugerah yang datang begitu tiba-tiba. la teringat kembali pertemuannya dengan Azzam pertama kali waktu ditolongnya dengan taksi. Ia ingat kembali saat ia menanyakan namanya;lalu ia menunduk dan hanya memperkenalkan namanya dengan mengatakan: Abdullah. Ia sangat berteri kasih dan kagum pada pemuda itu ketika itu. Sampai kini aDef 468 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pemuda itu akan menikahinya. Sementara Azzam berusaha keras untuk menahan air matanya. Ia tidak mau air matanya meleleh di depan calon mertuanya. Ia ingat pertama kali mendengar nama Anna dari Pak Ali, sopir KBRI. Lalu ia cari informasi. Ternyata Anna adalah bintangnya mahasiswi Indonesia yang ramai dibicarakan dan didambakan orang. Ia nekat meminangnya lewat Ustadz Mujab, tapi Ustadz Mujab memberikan jawaban yang tidak pernah dilupakannya. Ia masih ingat betul kata-kata Ustadz Mujab: “Allahlah yang mengatur perjalanan hidup ini. Sungguh aku ingin membantumu Rul. Tapi agaknya takdir tidak menghendaki aku bisa membantumu kali ini. Anna Althafunnisa masih terhitung sepupu denganku. Aku tahu persis keaadaan dia saat ini. Sayang kamu datang tidak tepat pada waktuya. Anna Althafunnisa sudah dilamar orang. Ia sudah dilamar oleh temanmu sendiri.” Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohku adalah Anna Althafunnisa seperti apapun berliku adanya maka akan sampai pada jodohnya. Itulah yang ada di benak Azzam. Meski ia berusaha menahan,tapi matanya tetap berkaca-kaca. Langit cerah. Ufuk barat memerah. Angin berhembus. Daun mangga jatuh. Senja bertasbih. Burung- burung pulang ke sangkarnya dengan bertasbih. Para santri di masjid ada yang menghafal Alfiyah, ada yang membaca Al Qur’an, ada yang membaca ma’tsurat, dan ada juga yang memilih duduk menghadap kiblat dengan bertasbih. Azan maghrib berkumandang. Azzam menjawab panggilan azan dengan hati bergetar. Jiwanya ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Sementara Anna bersiap dengan mukena aDef 469 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
putihnya. Ia larut dalam zikir mengagungkan Allah. Senja itu langit cerah. Angin mengalir dari sawah. Bintang-bintang bertasbih. Shalat didirikan. Selesai shalat Kiai Lutfi naik mimbar, setelah membaca hamdalah dan shalawat pengasuh pesantren itu memberikan pengumuman singkat, ”Jamaah shalat maghrib, santri-santriku yang aku sayangi. Malam ini pengajian tafsir Jalalain waktunya diganti bakda Isya. Insya Allah bakda maghrib ini akan ada peristiwa bersejarah yang penting. Yaitu saya akan menikahkan Anna Althafunnisa dengan Khairul Azzam. Saya mohon kepada semua yang ada di masjid ini untuk menjadi saksi!” Setelah itu Pak Kiai turun dan memanggil Azzam untuk maju ke depan. Azzam maju dengan langkah gemetaran. Lebih dari seribu mata santri memandang ke arahnya. Pak Kiai duduk di depan mihrab. Azzam duduk tertunduk di hadapannya. Pak Kiai memanggil seorang santri senior bernama Hamid, seorang pria berumur empat puluh lima tahunan bernama Pak Fadlun. Pak Fadlun adalah kepala KUA Kecamatan Polanharjo. Sebelum akad Pak Kiai berkata pada Pak Fadlun, “Tolong Pak Fadlun sampeyan jadi saksi, dan sekalian kamu catat dan kamu buatkan surat nikahnya. Persyaratan berkas- berkasnya menyusul ya.” ”Inggih Pak Kiai.” Jawab Pak Fadlun. Azzam mendengar percakapan itu. Hatinya semakin mantap. Di lantai dua, Anna menanti detik-detik membahagiakan itu dengan tidak sabar. Ia segera ingin resmi jadi isteri Azzam, agar status jandanya segera hilang. aDef 470 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Pak Kiai memulai prosesi akad nikah. Sebelumnya ia membatakan khutbah nikah secara singkat. Semua dalam bahasa Arab. Khutbah nikahnya baginda Nabi ketika menikahkan Fatimah dengan Ali. Khutbah yang ditulis banyak ulama dalam kitab-kitab fiqh. Lalu Kiai Lutfi berkata kepada Azzam, ”Ya Khairul Azzam, anikahtuka wa tazwijatuka binti Anna Althafunnisa bi mahri al khatam min dzahab haalan”33 ”Qiiiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur haalan”34 Jawab Azzam spontan. Di lantai dua Anna langsung memeluk Umminya yang ada di samping. Ibu dan anak larut dalam tangis bahagia. ”Ummi, Anna sudah punya suami lagi. Anna tidak janda lagi. Dan suami Anna kali ini adalah orang yang sebenamya selama ini Anna cintai.” Kata Anna setengah berbisik pada ibunya. ”Iya Nduk, alhamdulillah.” Selesai akad Pak Kiai membaca doa, yang diamini semua santri yang memenuhi masjid itu. Setelah itu para santri menyalami Azzam dengan senyum mengembang. Pak Kiai hendak membawa Azzam ke rumah untuk menemi isterinya. 33 Wahai Khairul Azzam, aku nikahkan dan aku kawinkan kamu dengan putriku Anna Althafunnisa dengan mahar cincin emas dibayar tunai.” 34 Aku terima menikah dan mengawininya dengan mahar tersebut dibayar tunai.” aDef 471 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azzam menjawab, “Perkenankan saya i’tikaf Pak Kiai sampai Isya.” ”Jangan panggil Pak Kiai lagi. Panggillah Abah. Sekarag kamu menantuku Zam.” “Baik Abah.” Pak Kiai tetap pulang, dan meminta isteri dan anak putrinya menyiapkan sesuatu yang bisa digunakan untuk menyambut sang menantu setelah shalat Isya’. aDef 472 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
29 Bertasbih.. Dan Cinta Pun Bertasbih.. Anna tidak sabar untuk segera bertemu Azzam. Selesai shalat Isya ia berharap Azzam akan dibawa Abahnya langsung ke rumah. Tapi Abahnya malah meminta Azzam untuk memberikan pengajian Tafsir Jalalain. Dengan agak berat Azzam maju ke mimbar pesantren. Ia meminjam kitab Tafsir seorang santri. Di atas mimbar setelah membaca hamdalah, Azzam berkata, ”Para santri Pesantren Wangen yang saya cintai. Jujur saya tidak siap untuk membacakan Tafsir Jalalain. Saya tidak punya persiapan apaapa. Saya tidak mau ngawur dalam memahami tafsir ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebagai gantinya saya akan sedikit bercerita saja. Semoga ada gunanya. Saya awali dari sebuah kisah yang sangat menggugah saya. Suatu siang, saat saya masih kuliah di Universitas Al aDef 473 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Azhar Kairo, sekitar tahun 1999 saya membeli majalah Al ij’uu Al Islami yang diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait. Sampai di flat, karena lelah, yang saya baca dulu adalah suplemen majalah itu. Yaitu majalah tipis untuk anak, namanya Bara’imul Iman. Dalam keadaan lelah saya memang biasa membaca bacaan yang ringan dan menghibur. Pokoknya harus tetap membaca. Termasuk majalah anak-anak. Bahkan, saat itu saya juga sering membaca komik Donal Bebek versi bahasa Arabnya. Selain ringan, lucu, menghibur, seringkali saya juga menemukan kosa kata baru dan lucu dalam bahasa Arab. Jadi dalam lelah pun masih tetap bisa mendapatkan manfaat berlipat. Di majalah Bara’imul Iman yang saya pegang itu saya menemukan sebuah kisah yang sangat bergizi dan memotivasi. Sebuah kisah fabel yang sangat menggugah dan inspiratif judulnya Kisah Seekor Anak Singa. Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerakgerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu. Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian aDef 474 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dari keluarga besar rombongan kambing itu. Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anakanak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan mengaum! la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing- kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa. Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambingkambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala. ”Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar. Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeraskerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa lari serigala. aDef 475 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah, ”Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang jahat itu!” Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apaapa. Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya. Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya! Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras, ”Emmbiiik!” Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk menyeruduk lagi. aDef 476 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu! Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa adalah raja hutan? Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun. Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat! Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa. aDef 477 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata, ”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku tak akan memangsa anak singa!” Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan, ”Jangan bunuh aku, ammpuun!” ”Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa!” Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata, “Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!” Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing. Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa. aDef 478 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!” ”Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa. ”Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!” ”Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa. Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu. Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!” Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya. Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan jangan kondisi kita, dan sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya. Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa- biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan aDef 479 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya. Saya amati orang-orang di sekitar saya. Di antara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan prestatif. Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia harus hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap semakin besar pula semangatnya untuk menaklukkannya. Namun tidak sedikit yang hidup apa adanya. Mereka hidup apa adanya karena tidak memiliki arah yang jelas. Tidak faham untuk apa dia hidup, dan bagaimana ia harus hidup. Saya sering mendengar orang-orang yang ketika ditanya, “Bagaimana Anda menjalani hidup Anda?” atau “Apa prinsip hidup Anda?”, mereka menjawab dengan jawaban yang filosofis, ”Saya menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai saja.” Tapi sayangnya mereka tidak benar-benar tahu filosofi ’mengalir bagaikan air’. Mereka memahami hidup mengalir bagaikan air itu ya hidup santai. Sebenarnya jawaban itu mencerminkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengisi hidup ini. Bagaimana cara hidup yang berkualitas. Sebab mereka tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka? Potensi terbaik apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka. Bisa jadi mereka sebenarnya adalah ’seekor singa’ tapi tidak tahu kalau dirinya ’seekor singa . Mereka menganggap aDef 480 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dirinya adalah ’seekor kambing sebab selama ini hidup dalam kawanan kambing. Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang dimaknai dengan hidup santai saja, atau hidup apa adanya bisa dibilang prototipe, gaya hidup sebagian besar penduduk negeri ini. Bahkan bisa jadi itu adalah gaya hidup sebagian besar masyarakat dunia Islam saat ini. Ketika saya pulang kampung, setelah sembilan tahun meninggalkan kampung halaman untuk belajar di Cairo, saya menemukan tidak ada perubahan berarti di kampung halaman saya. Cara berpikir masyarakatnya masih sama. Cara hidupnya masih sama saja. Pak Anu yang ketika saya masih di SD dulu kerjanya menggali sumur, sampai saya pulang dari Mesir, bahkan sampai saat saya berdiri di mimbar ini juga berprofesi menggali sumur. Bu Anu yang dulu kerjanya menjual air memakai gerobak sampai sekarang juga tidak berubah. Mbak Anu yang dulu jualan krupuk sambal di dekat SD sampai sekarang juga masih di sana dan berjualan dagangan yang sama. Bahkan teman-teman yang dulu ketika di bangku sekolah dasar terlihat begitu rajin dan cerdas, yang dulu pernah bercitacita mau jadi ini dan itu dan saya berharap ia telah meraih citacitanya sekian tahun berpisah ternyata jauh panggang dari api. Orang-orang yang dulu hidup memprihatinkan ternyata sampai sekarang tidak berubah. Kenapa tidak berubah? Jawabnya karena mereka tidak mau berubah. Kenapa tidak mau berubah? Jawabnya karena mereka tidak tahu bahwa mereka harus aDef 481 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
berubah. Bahkan kalau mereka tahu mereka harus berubah, mereka tidak tahu bagaimana caranya berubah. Sebab mereka terbiasa hidup pasrah. Hidup tanpa rasa berdaya dalam keluh kesah. Dan cara hidup seperti itu yang terus diwariskan turuntemurun. Ada seorang sastrawan terkemuka, yang demi melihat kondisi bangsa yang sedemikian akut rasa tidak berdayanya sampai dia mengatakan, ”Aku malu jadi orang Indonesia!” Di mana-mana, kita lebih banyak menemukan orang orang bermental lemah, hidup apa adanya dan tidak terarah. Orang-orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan oleh Allah kepadanya. Orang- orang yang rela ditindas dan dijajah oleh kesengsaraan dan kehinaan. Padahal sebenarnya jika mau, pasti bisa hidup merdeka, jaya, berwibawa dan sejahtera. Tak terhitung berapa jumlah masyarakat negeri ini yang bermental kambing. Meskipun sebenarnya mereka adalah singa! Banyak yang minder dengan bangsa lain. Seperti mindernya anak singa bermental kambing pada serigala dalam kisah di atas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar! Ummat ini adalah ummat yang besar! Bangsa ini sebenarnya adalah singa dewasa yang sebenarnya memiliki kekuatan dahsyat. Bukan bangsa sekawanan kambing. Sekali rasa berdaya itu muncul dalam jiwa anak bangsa ini, maka ia akan menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah singa yang tidak boleh diremehkan aDef 482 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
sedikitpun. Bangsa ini sebenarnya adalah Sriwijaya yang perkasa menguasai nusantara. Juga sebenarnya adalah Majapahit yang digjaya dan adikuasa. Lebih dari itu bangsa ini, sebenarnya, dan ini tidak mungkin disangkal, adalah ummat Islam terbesar di dunia. Ada dua ratus juta ummat Islam di negeri tercinta Indonesia ini. Banyak yang tidak menyadari apa makna dari dua ratus juta jumlah ummat Islam Indonesia. Banyak yang tidak sadar. Dianggap biasa saja. Sama sekali tidak menyadari jati diri sesungguhnya. Dua ratus juta ummat Islam di Indonesia, maknanya adalah dua ratus juta singa. Penguasa belantara dunia. Itulah yang sebenarnya. Sayangnya, dua ratus juta yang sebenarnya adalah singa justru bermental kambing dan berperilaku layaknya kambing. Bukan layaknya singa. Lebih memperihatinkan lagi, ada yang sudah menyadari dirinya sesungguhnya singa tapi memilih untuk tetap menjadi kambing. Karena telah terbiasa menjadi kambing maka ia malu menjadi singa! Malu untuk maju dan berprestasi! Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang memilih tetap menjadi kambing itu menginginkan yang lain tetap menjadi kambing. Mereka ingin tetap jadi kambing sebab merasa tidak mampu jadi singa dan merasa nyaman jadi kambing. Yang menyedihkan, mereka tidak ingin orang lain jadi singa. Bahkan mereka ingin orang lain jadi kambing yang lebih bodoh! Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah telah memberi predikat kepada kita sebagai ummat terbaik di aDef 483 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi ummat terbaik. Jangan bermental ummat yang terbelakang. Allah berfirman, “Kalian adalah sebaik- baik ummat yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.!” 35 Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!” Pidato motivasi yang disampaikan Azzam membuat dada para santri membara oleh semangat. Ketika Azzam turun, ia langsung disambut dengan takbir yang menggema di seluruh masjid. Pak Kiai Lutfi langsung memeluknya erat-erat dan mengatakan, “Aku cinta padamu Nak! Ini aku hadiahi kamu sorban yang paling kucintai, sorban pendiri pesantren ini!” Azzam menerima sorban itu dengan linangan air mata. *** Dengan hati bergetar Azzam mengiringi Kiai Lutfi ke rumah. Ia lihat dengan ujung matanya Anna dan Umminya sudah masuk duluan. Ia sudah punya isteri. Inilah rezeki yang tidak di sangka-sangka datangnya. Begitu sampai Bu Nyai Nur langsung berkata kepadanya, “Langsung naiklah ke atas Nak! Isterimu sudah menunggu di sana. Di atas cuma ada dua kamar, perpustakaan dan kamar isterimu. Kamar isterimu yang ada di sebelah kanan. Yang 35 Ali Imran: 110 aDef 484 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
pintunya ada tulisannya Anna .” Azzam agak ragu. ”Jangan ragu, naiklah! Ini juga rumahmu.” Kata Kiai Lutfi menguatkan. Azzam naik ke atas. Hatinya berdegup kencang ketika sampai di sebuah kamar yang ada tulisannya Anna. Ia ketuk kamar itu pelan sambil mengucapkan salam. Ada suara yang bening menjawab dari dalam. Pintu terbuka perlahan. Dan tampaklah bidadari itu di hadapannya. Azzam masuk. Anna mengunci pintunya. Azzam memandang Anna dengan mata berkaca-kaca. Anna memakai jilbab dan baju birunya. Jilbab dan baju biru yang ia kenakan saat pertama bertemu di Cairo. Saat ia menolong gadis yang kini jadi isterinya itu dengan memberinya tumpangan taksi. Anna menunduk malu. Dalam terpaan temaram cahaya lampu tidur Anna tampak begitu jelita. Bau harum wangi yasmin merasuk jiwa. Azzam maju dan mengangkat wajah isterinya, lalu lirih berkata, ”Apakah kamu ridha dinikahkan Abahmu denganku?” Anna menganggukkan kepala. Ternggorokannya tercekak haru. Ia seperti tak mampu bicara. ”Kalau begitu duduklah, aku akan membacakan doa barakah.” Anna menuruti perintah Azzam. Ia duduk di samping ranjang. Azzam duduk di samping isterinya. Ia meletakkan sorban pemberian Kiai Lutfi ke ranjang, lalu pelan tangan aDef 485 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
kanannya memegang ubun- ubun isterinya dan membacakan doa barakah yang diajarkan Rasulullah. Ann mengamini dengan air mata meleleh. ”Ayo kita sholat dulu!” ”Baik Mas.” Mereka mengambil air wudhu lalu shalat. Selesai shalat Azzam berdoa lagi. Anna mengamini. Setelah itu perlahan Anna melepas mukenanya. Di balik mukena Anna memakai baju dan bawahan biru. Azzam berdiri dan berkata pada Anna, ”Maaf Dik, aku harus pulang.” ”Pulang ke mana?” ”Ke Sraten. Kasihan Husna dan Lia.” ”Mas tidak boleh pulang. Malam ini harus tidur di kamar ini.” ”Mereka nanti cemas kalau Mas tidak pulang.” ”Jangan khawatir Husna tadi sudah aku beritahu lewat handphone, sebelum Mas masuk kamar ini. Dia titip salam.” ”Tapi aku harus pulang, ada urusan yang Husna tidak tahu.” ”Apa itu?” ”Memberi bumbu adonan bakso.” aDef 486 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
”Apakah bakso itu lebih berharga dari isterimu ini Mas.” ”Tidak Dik, tentu kamu lebih berharga. Bahkan dibanding dengan dunia seisinya.” ”Kalau begitu sekarang lakukanlah tugasmu sebagai seorang suami.” Ucap Anna pelan. Jari-jari Anna memegang kancing baju birunya. Azzam melihat dengan hati bergetar. ”Tunggu isteriku!” “Kenapa?” Azzam maju lalu perlahan mencium kening isterinya. Dengan suara halus Azzam berkata kepada isterinya, “Ini bukan tugasmu, ini tugas suamimu!” Ia merebahkan isterinya pelan-pelan. Dengan mata berlinang Anna berkata, “Mas Azzam, aku punya puisi untukmu, mau kamu mendengarkan?” Azzam mengangguk dengan tangan terus bekerja untuk menyempurnakan ibadah dua insan yang dimabuk cinta. Anna berkata kepada Azzam: Kaulah kekasihku Bukalah cadarku Sentuh suteraku Muliakan mahkotaku Nikmati jamuanku Jangan khianati aku! Azzam tersenyum, lalu mencium kembali kening isterinya. Lalu ia membalas, aDef 487 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Bismillah, Kemaril ah cintaku Akan kubuka cadarmu dengan cintaku Akan kusentuh suteramu dengan cintaku Akan kumuliakan mahkotamu dengan cintaku Dan kunikmati jamuanmu dengan cintaku Tak mungkin aku mengkhianatimu Karena aku cinta padamu Kedua insan itu bertasbih menyempurnakan ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para nabi dan rasul yang mulia. Malam begitu indah. Rembulan mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Malam itu Azzam dan Anna merasa menjadi hamba yang sangat disayang Tuhan. Selesai shalat subuh, Azzam membaca Al Qur’an disimak oleh isterinya tersayang. Setengah juz ia baca dengan tartil dan penuh penghayatan. Ia telah melewatkan malam yang tak akan terlupakan selama hidupnya. Anna tampak begitu ranum dan segar. Senyumnya mengembang ketika suaminya selesai membaca Al Qur’an. ”Mau apa pagi ini sayang?” Tanya Anna. ”Terserah kamu.” ”Bagaimana kalau kita buka internet. Aku akan beritahu teman- teman di Cairo bahwa aku sudah tidak janda lagi.” ”Boleh, tapi di mana kita buka internet?” ”Di kamar samping. Komputernya ada line internetnya.” ”Baik. Ayo kita ke sana.” aDef 488 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Suami isteri itu lalu beranjak ke perpustakaan dan membuka internet. Ketika mereka sedang berduaan di depan komputer, Kiai Lutfi masuk ke perpustakaan. Kiai Lutfi tersenyum, lalu balik kanan, sebelum pergi Kiai Lutfi bertanya pada Anna dengan nada canda, ”Nduk bagaimana jago yang Abah pilihkan?” ”Pilihan Abah tepat. Jagonya lebih hebat dari elang!” Jawab Anna sekenanya. Azzam langsung menguyek-uyek kepala isterinya dengan rasa cinta dan sayang. Anna melihat inbox emailnya. Email terbaru dari Furqan. Ia ingin melewati email itu, tapi Azzam berkata, “Coba buka emailnya apa isinya?” Mau tidak mau Anna membuka email mantan suaminya itu. Pelan- pelan email itu mereka baca berdua: Untuk Anna Di Kartasura Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh. Semoga kamu, Abahmu, Ummimu, dan seluruh keluarga**MISSING TEXT*** **** ”Karena dipaksa, ya baiklah, dengan senang hati isteriku.” Ucap Azzam pelan di telinga isterinya. aDef 489 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Mereka berdua kembali ke kamar dan menutup pintu kamar. Anna kembali membacakan puisinya dengan sepenuh jiwa, Azzam menjawab dengan suara bergetar, Akan kumuliakan mahkotamu dengan cintaku Dan kunikmati jamuanmu dengan cintaku Tak mungkin aku mengkhianatimu Karena aku cinta padamu Kedua insan itu kembali bertasbih menyempurnakan ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para nabi dan rasul yang mulia. Pagi begitu indah. Sang Surya mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Pagi itu Azzam dan Anna kembali merasa menjadi hamba yang sangat disayang Tuhan. Fa biayyi aalaai Rabbikuma tukadzibaan! Selesai Candiwesi, Salatiga-Ciputat-Kukusan, Depok: Oktober-Nopember 2007 Alhamdulillah wash shalatu was salamu ’ala Rasulillah. Last Compile, Edit & Converted By aDef@ june 08 aDef 490 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
TENTANG NOVEL BERIKUTNYA Alhamduliltah, dengan rahmat dan taufiq dari Allah Azza wa Jalla dwilogi “Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2” berhasil penulis rampungkan. Dengan berleleran keringat dan berdarah-darah Azzam akhirnya berhasil meraih apa yang diikhtiarkannya. Namun di hadapan Azzam masih terbentang seribu satu tantangan kehidupan. Tanggung jawabnya setelah rnenikah dengan Anna Althafunnisa justru semakin berat. Azzam tak akan pernah benar-benar beristirahat. Memang demikianlah seorang Muslim sejati seharusnya. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menjelaskan, bahwa seorang Muslim sejati akan benar-benar istirahat adalah jika kedua kakinya telah menginjakkan pintu Surga. Sebelum itu tak ada istirahat, yang ada adalah ikhtiar dan terus ikhtiar untuk menggapai cinta dan ridha Allah Swt. Lalu bagaimanakah nasib Eliana, Furqan, Husna, Zumrah, juga Fadhil dan Cut Mala? Juga nasib Husna dan kedua adiknya? Tentang perjuangan hidup Husna selanjutnya, juga perjuangan Eliana untuk mendapatkan hidayah di tengah tengah kehidupan hedonis yang mengepungnya, serta perjuangan Furqan untuk kembali bangkit menciptakan masa depannya insya Allah penulis sedang menyiapkan novel pembangun jiwa berikutnya berjudul: + DARI SUJUD KE SUJUD. Kepada segenap pembaca yang penulis cintai; mohon aDef 491 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
doanya, semoga novel DARI SUJUD KE SUJUD segera bisa penulis selesaikan. Semoga Allah Swt. senantiasa mencurahkan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Amin. Wallahu waliyyut taufiq wal hidayah. Salam cinta dan ta’zhim, Habiburrahman El Shirazy 429 KITAB-KITAB YANG MENDAMPINGI PENULISAN NOVEL INI: Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Dar Al Fikr Al Mu’ashir, Damaskus, 2006 Al Hikam, Al Imam Ibnu ’Athaillah Al Sakandari, Thaha Putra, Semarang, Tanpa Tahun Al Islam Aqidatun Wa Syari’atum Al Imam Al Akbar Syaikh Mahmoud Shaltout, Dar Al Syuruq, Cairo, 2004 Al Jami’ Li Ahkami Al Qur’an, Imam Al Qurthubi, Al Maktabah At Taufiqiyyah, Cairo, Tanpa Tahun. Al Mughni, Ibnu Qudamah, Al Maktabah Al Riyadh Al Haditsah, Riyadh, Tanpa Tahun. Al Qawaa’id Al Fiqhiyyah Baina Al Ashaalah Wa At Taujiih, Prof. Dr. Muhammad Bakar Ismail, Daar Al Manaar, Cairo, 1997 Fathul Bari Bi Syarhi Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani, Dar Al Hadits,1998 Min Taujihat Al Islam, Al Imam Al Akbar Syaikh Mahmoud Shaltout, Dar Al Syuruq, Cairo, 2004 Shahih Muslim Bi Syarhin Nawawi, Imam Abu Zakariya An Nawawi, Dar At Taqwa, Cairo, 2001 Subul Al Salam, Al Imam Al Shan’ani, Thaha Putra, Semarang, tanpa tahun Syarh Al Qawaid Al Fiqhiyyah, Syaikh Ahmad Muhammad Al Zarqa, Dar Al Qalam, Damaskus, 1989. aDef 492 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
PROFIL PENULIS HABIBURRRAHMAN EL SHIRAZY, lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30 September 1976. Sasterawan muda yang oleh wartawan majalah Matabaca dijuluki “Si Tangan Emas” karena karya-karya yang lahir dari tangannya dinilai selalu fenomenal dan best seller ini, memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Cairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri (2001). Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik lokal maupun nasional, seperti Jawa Post, Koran Tempo, Solo Pos, Republika, Suara Merdeka, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah, Tempo, Majalah Swa dll. Kang Abik—demikian novelis muda ini biasa dipanggil adik- adiknya — semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul “Dzikir Dajjal” sekaligus menyutradai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel seMAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA seJateng (diadakan oleh panitia Book Fairx94 dan ICMI Orwil aDef 493 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Kang Abik juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Ia juga peraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994- 1995) mengisi acara Syarhil Qur’an setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se- Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Ketika menempuh studi di Cairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo (19961997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti ”Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu. ia berkesempatan memberikan orasi berjudul “Tahqiqul Amni Was Salam Fil *Alam Bil Islam” (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Cairo (19982000). Dan pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI Orsat Cairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastarawan muda ini juga pernah dipercaya untuk duduk aDef 494 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Cairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Cairo. Selain itu, Kang Abik, telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarai pementasannya di Cairo, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ’Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insaniyyah al Islam terkodifikasi dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Cairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu menara “NAFAS PERADABAN” (diterbitkan oleh ICMI Orsat Cairo, 2000). Kang Abik, telah menghasilkan beberapa karya terjemahan, seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpencerpennya termuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004) dll. Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik diundang oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan puisipuisinya berkeliling Malaysia dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading Ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya. Puisinya juga termuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, aDef 495 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia yang lain, puisi Kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (19862002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004). Pada medio pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di Tanah Air, saat itu juga, ia langsung diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedi Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003). Mengikuti panggilan jiwa, antara tahun 2003 hingga 2004, Kang Abik memilih mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 ini, Kang Abik tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Selain menjadi pernah dosen di UMS Surakarta, kini Kang Abik sepenuhnya mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-karyanya, lewat Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang sedang dirintisnya bersama sang adik tercinta, Anif Sirsaeba dan budayawan kondang Prie GS di Semarang, dan lewat wajihah dakwah lainnya. Berikut ini adalah beberapa karya Kang Abik, yang telah terbit di Indonesia dan Malaysia dan menjadi karya fenomenal, bahkan megabestseller di Asia Tenggara, antara lain: Ayat Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam Mihrab Cinta (RepublikaBasmala, 2007). Kini sedang merampungkan Dari Sujud ke Sujud, Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening dan Bulan Madu di Yerussalem. Sastrawan muda yang kini sering diundang di forumforum nasional maupun internasional ini masih duduk di Pengurus aDef 496 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2
Pusat Forum Lingkar Pena. Dan untuk mendulang manfaat Kang Abik membuka komunikasi dan silaturrahim kepada sidang pembaca lewat e-mail:
[email protected]. aDef 497 Ketika_Cinta_Bertasbih Episode 2