36.docx

  • Uploaded by: Rois Nahdhuddin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 36.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,054
  • Pages: 8
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ATSIRI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) TERHADAP BAKTERI ESCHERECHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS Rois Nahdhuddin1, Mohammad Shoim Dasuki2, Listyana3, Bobby Satria Aji4, Alviani Suci Ardityawati5 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

1. 2. 3. 4. 5.

E-mail: [email protected] E-mail: [email protected] E-mail:[email protected] E-mail: [email protected] E-mail: [email protected]

Abstract Boesenbergiae pandurata are used as traditional medicine because it can cure stomatitis, flatulence, antibacterial and even as anticancer. Boesenbergiae pandurata are one of the medicinal plants that produce essential oils. One of the functions of essential oils can be used as an antibacterial. The antibacterial effects of Boesenbergiae pandurata in against Escherchia coli and Staphylococcus aureus bacteria are very potential. The identification of the content of the compound that was held in the laboratory of organic chemistry of FMIPA UGM from GC-MS analysis shows that the key temu essential oil contains hydrophobic component mixture such as kamfen, mirsen, osimen, alpha pinen, sabinen, terpinen, fernasen, and trisiklin. In addition, the essential oils also have components with hydrophilic groups such as eucalyptol, linalool, borneol, terpineol, phenyl methyl propanoate, methyl benzo propanoate, isobutyric acid, betahydroxy androsta, zerumbon, methyl hexadecanoate, methyl palmitate , hexadecanoic acid and farnesol. Keywords: Boenbergiae pandurata, minyak atsiri, Escherchia coli , Staphylococcus aureus Abstrak Temu kunci (Boesenbergiae pandurata) digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat karena dapat menyembuhkan sariawan, perut kembung, antibakteri dan bahkan sebagai antikanker. Temu kunci merupakan salah satu tanaman obat yang menghasilkan minyak atsiri. Salah satu fungsi dari minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri. Efek antibakteri dari tumbuhan temu kunci (Boesenbergiae pandurata) terhadap bakteri Escherchia coli dan Staphylococcus aureus sangat potensial. Identifikasi kandungan senyawanya di laboratorium Kimia organik FMIPA UGM hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri temu kunci mengandung campuran komponen yang bersifat hidrofobik seperti kamfen, mirsen, osimen, alfa pinen, sabinen, terpinen, fernasen, dan trisiklin. Disamping itu minyak atsiri temu kunci juga memiliki komponen dengan gugus bersifat hidrofilik yaitu eukaliptol, linalool, borneol, terpineol, geraniol, metil sinamat, terpinolen, fenil metil propanoat, metil benzo propanoat, asam isobutirat, betahidroksi androsta, zerumbon, metil heksadekanoat, metil palmitat, asam heksadekanoat dan farnesol.

Keywords: Boenbergiae pandurata, minyak atsiri, Escherchia coli , Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN Indonesia merupukan negara yang beriklim tropis dan memiliki tanah yang subur. Banyak sekali tanaman obat-obatan yang tumbuh di Indonesia seperti jahe, kunir, kencur, lengkuas, temu lawak, temu kunci dan lain-lainnya 1. Di daerah Pacitan Jawa Timur produksi temu kunci cukup melimpah dan biasanya hanya digunakan sebagai bumbu dapur saja tanpa dimanfaatkan menjadi hasil yang lainnya. Dari pengamatan saya para petani di Pacitan biasanya hanya menggunakan temu kunci sebagai bumbu dapur saja. Selain digunakan sebagai bumbu dapur temu kunci bisa digunakan sebagai mata pencaharian orang di daerah pegunungan Pacitan karena hasil yang cukup melimpah. Biasanya para petani di Pacitan langsung menjual temu kunci dalam keadaan basah atau masih dalam bentuk rimpang. Kalau mau lebih kreatif sedikit dengan cara dirajang dan dijemur sampai kering harganya akan tiga kali lebih mahal dibandingkan dengan dijual dalam keadaan basah atau masih berupa rimpang tentunya akan lebih menguntungkan petani walau harus menunggu kering selama 3-4 hari. Temu kunci atau bahasa latinnya Boesenbergiae pandurata banyak mengandung minyak atsiri diantaranya kamfer, borneol, pinnen, seskuiterpen, zingiberon, curcumin, dan zeodarin 2. Secara umum rimpangnya telah digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk pengobatan beberapa penyakit. umum seperti penyakit rematik, radang lambung, radang selaput lender, peluruh air seni, malaria, sariawan, batk kering, diare, cacingan, perut kembung, gangguan pada usus besar, penyakit kulit, dan tonikum 2. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau

tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Kmponen utama dari minyak atsiri adalah camphor, trans - ocyneme, 1,8cineol, dan trans-geraniol 3. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri enteric yang termasuk gram negative yang ditemukan oleh Theodor Escherich (tahun 1885). Escherechia coli merupakan flora normal dalam usus manusia, hidup komensal di dalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Selain itu Escherechia coli juga dapat menyebabkan diare kalau jumlah di dalam tubuh melebihi normal. E. Coli beraal dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0-6,0 µm dan lebar 1,11,5 µm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous, tidak ditemukan spora. Bakteri ini juga sering menyebabkan infeksi. Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah diare 4. E. Coli sering menyebabkan diare hampir diseluruh dunia dengan berbagai macam patogenesisnya, diantaranya EPEC (E. Coli Enteropatogenik), ETEC (E. Coli Enterotoksigenik), EHEC (E.Coli Enterohemoragik), EIEC (E. Coli Enteroinvasif), EAEC (E.Coli Enteroagregatif) 5–7. Gejala yang sering timbul adalah tinja yang encer dengan frequensi 4 x atau lebih dalam sehari disertai dengan badan lemah, muntah, panas, tidak nafsu makan 1,8. Untuk mengobati diare biasanya menggunakan oralit yaitu campuran gula dan garam ada juga yang ditambah dengan teh hangat 9,10. Karena melimpahnya temu kunci tidak ada salahnya jika digunakan sebagai obat tradisional karena dapat digunakan untuk mengobati penyakit perut kembung, radang lambung, penyakit kulit, dan diare Selain itu juga dapat digunakan sebagai anti inflamasi dan anti kanker 11–15

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pnelitian eksperimental laboratorik dengan metode post test design only.

Dilakukan proses pembuatan minyak atsiri Boesenbergia pandurata melalui metode maserasi sehingga didapatkan ekstark etanol Boesenbergia pandurata dengan konsentrasi 30%, 50%, 75%, dan 90% di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya rendam disk kosong pada masing-masing konsentrasi minyak atsiri Boesenbergia pandurata selama 15 menit.

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomedik II sub Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dimulai dari bulan Februari sampaidengan bulan Juni. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi minyak atsiri rimpang temu kunci. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Diameter Zona Antibakteri minyak atsiri rimpang temu kunci terhadap Escherechia coli dan Staphylococcus aureus. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah asal tanaman, media agar nutrient, pH, waktu inkubasi, suhu dan kelarutan ekstrak. Variabel tidak terkendali dalam penelitian ini adalah metabolisme kuman, umur rimpang temu kunci dan musim. BAHAN Bahan utama berupa temu kunci (Boesenbergia pandurata). Bahan uji aktivitas antibakteri adalah media Nutrient Agar Plate, BAP, Aquadest, Alcohol 70%, Standart 0,5% Mc.Farland, NaCl fisiologis, disk antibiotik Amoxicilin 20µg, disk antibiotik Cloramfenicol 30 µg, disk oxoid kosong. Biakan bakteri Staphylococcus aureus, Escherechia coli CARA KERJA Persiapan minyak atsiri Boesenbergia pandurata

Persiapan control positif dan control negative Untuk kontrol positif terhadap kuman gram positif Staphylococcus aureus digunakan disk Amoxicilin 20µg sedangkan control positif terhadap bakteri gram negatif Escherechia coli digunakan cakram Cloramfenicol 30µg. untuk control negatif digunakan disk yang kosong yang telah direndam dlam larutan aquadest. Persiapan uji aktivitas antibakteri Alat-alat yang akan digunakan pada proses uji aktivitas antibakteri terlebih dahulu dicuci bersih kemudian dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Ambil 1 oshe bakteri dari biakan dan tanam pada media. Eramkan selama 24 jam pada suhu 370C hingga didapatkan koloni kuman. Ambil 1 oshe bakteri dari koloni kuman untu masing-masing spesiaes kuman untuk kemudian masing-masing ditanam pada 0,5 ml media BHI cair dan dieramkan selama 58 jam pada suhu ruang 370C. Siapkan 2 ml NaCl fisiologis steril dalam tabung reaksi. Kemudian ambil beberapa oshe bakteri Staphylococcus aureus dari biakan dan masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis, kemudian bandingkan dengan suspensi 0,5 Mc.Farland (108CFU/ml). Bakteri diambil dengan kapas lidi steril, dioleskan pada agar Muller Hilton dan diratakan. Lakukan hal serupa pada biakan Escherechia coli.

Pelaksanaan uji antibakteri Siapkan 2 plate media Muller Hilton yang kemudian pada plate pertama diolesi secara merata dengan bakteri Staphylococcus aureus yang telah dibandingkan dengan standart 0,5 Mc.Farland. untuk plate yang kedua diolesi secara merata dengan bakteri Escherechia coli yang telah dibandingkan dengan standart 0,5 Mc.Farland. kemudian pada masing-masing plate diletakkan disk yang telah mengandung minyak atsiri temu kunci(Boesenbergia pandurata) 30%, 50%, 75%, dan 90% kontrol positif dan kontrol negatif. Atur jarak antar sumuran sedemikian rupa agar tidak terlalu berdekatan. Selanjutnya inkubasi plate pada suhu 370C selama 18-24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan mengguanakan jangka sorong dalam satuan milimeter (mm). HASIL DAN PEMBAHASAN Beradasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji beda paired sample T test menunjukan nilai sig 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara Escherechia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian mengenai efek antibaktri minyak atsiri temu kunci (Boesenbergia pandurata) terhadap pertumbuhan bakteri Escherchia coli dan Staphylococcus aureus di peroleh hasil sebagai berikut: 1. Escherechia coli Hasil rerata tiga replikasi untuk perhitungan zona hambat Escherechia coli dengan diameter 11,7 mm (konsentrasi 30%), 20 mm (konsentrasi 50%), 27,3 mm (konsentrasi 75%), 40 mm (konsentrasi 90%), 0 mm (kontrol negatif), 25 mm (kontrol positif). 2. Staphylococcus aureus Hasil rerata tiga replikasi untuk perhitungan zona hambat Escherechia coli dengan diameter 9 mm (konsentrasi 30%), 13,3 mm (konsentrasi 50%), 19,3 mm

(konsentrasi 75%), 29,7 mm (konsentrasi 90%), 0 mm (kontrol negatif), 15 mm (kontrol positif). PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian mengenai efek antibakteri minyak atsiri temu kunci (Boesenbergia pandurata) terhadap pertumbuhan bakteri Escherechia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Pada tabel 2 dan 4 dapat dilihat gambaran dari diameter zona hambat pertumbuhan dalam berbagai konsentrasi dan reratanya. Untuk Escherechia coli diperoleh zona hambat dengan diameter 11,7 mm (30%), 20 mm (50%), 27,3 mm (75%), 40 mm (90%). Daya hambat tersebut cukup bermakna signifikan apabila dibandingkan dengan diameter daya hambat Cloramfenicol sebagai kontrol positif. Untuk penelitian ini diketahui bahwa minyak atsiri temu kunci (Bosenbergia pandurata) dengan berbagai konsentrasi memiliki daya hambat yang cukup baik. Untuk Staphylococcus aureus diperoleh zona hambat dengan diameter 9 mm (30%), 13,3 mm (50%), 19,3 mm (75%), 29,7 mm (90%). Daya hambat tersebut cukup bermakna signifikan apabila dibandingkan dengan diameter daya hambat Amoxicilin sebagai kontrol positif. Untuk penelitian ini diketahui bahwa minyak atsiri temu kunci (Bosenbergia pandurata) dengan berbagai konsentrasi memiliki daya hambat yang cukup baik. Adanya perbedaan dalam hal zona hambat yang dihasilkan antara bakteri Staphylococcus aureus sebagai gram (+) dengan baktri Escherechia coli gram (-) dikarenakan adanya perbedaan komponen pada dinding sel kedua bakteri tersebut, dimana Staphylococcus aureus sebagai gram (+) memiliki 3 lapiasan yaitu selaput sitoplasama, lapisan peptidoglikan yang tebal dan simpai, sedangkan Escherchia coli sebagai gram (-) memiliki lapisan yang lebih kompleks dan berlapis-lapis yaitu selaput sitoplasama, lapisan tunggal peptidoglikan, dan selaput luar yang terdiri dari lipoprotein dan lipopolisakarida 4,16. Selaput luar

Escherechia coli sebagai gram (-) memiliki karakteristik yang unik dimana pada selaput itu bersifat menolak molekul hidrofibik sekaligus hidrofilik dengan baik namun dilain pihak selaput ini memiliki saluran khusus yang mengandung molekul protein yang disebut porin 17,18. Saluran tersebut memudahkan difusi pasif senyawa hidrofilik dengan BM rendah seperti gula dan asam amino, sedangkan molekul yang besar seperti molekul antibiotik dan termasuk juga molekul zat aktif ekstrak minyak atsiri akan mengalami kesulitan bahkan gagal untuk menembusnya. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan Escherechia coli sebagai gram (-) lebih bersifat resisten. 17. Kandungan minyak atsiri dalam penelitian 19 menunjukkan bahwa terdapat tujuh senyawa. Camphene, 1,8-cineol , trans - -ocyneme, camphor, trans-geraniol, dan dua puncak yang tidak teridentifikasi. Berdasarkan luas puncaknya maka kmponen utama dari minyak atsiri ini adalah camphor, trans - - ocyneme, 1,8-cineol, dan transgeraniol. Seirama dengan data tersebut data primer dari peneliti juga menunjukan kandungan temu kunci (Bosenbergia pandurata) yang di identifikasi kandungan senyawanya di laboratorium Kimia organik FMIPA UGM hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri temu kunci mengandung campuran komponen yang bersifat hidrofobik seperti kamfen, mirsen, osimen, alfa pinen, sabinen, terpinen, fernasen, dan trisiklin. Disamping itu minyak atsiri temu kunci juga memiliki komponen dengan gugus bersifat hidrofilik yaitu eukaliptol, linalool, borneol, terpineol, geraniol, metil sinamat, terpinolen, fenil metil propanoat, metil benzo propanoat, asam isobutirat, betahidroksi androsta, zerumbon, metil heksadekanoat, metil palmitat, asam heksadekanoat dan farnesol. Minyak atsiri telah lama diketahui dapat digunakan sebagai berbagai macam pengobatan, karena memiliki beberapa kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan, anti angiogenesis, anti kanker, dan menghambat pertumbuhan bakteri, kapang dan kamir. Daya hambat minyak

atsiri tergantung kepada sifat alami dan konsentrasi dari minyak atsiri yang digunakan, serta jenis mikroorganisme. Perbedaan daya hambat diantara jenis bakteri ini dapat diterangkan oleh perbedaan sifat hidrofobik dari dinding sel bakteri. Bakteri yang memiliki dinding sel yang bersifat hidrofobik, umumnya lebih sensitif terhadap minyak atsiri 20 Tingginya aktivitas antibakteri minyak atsiri temu kunci merupakan kontribusi dari semua komponen yang terdapat di dalamnya. Komponen yang bersifat hidrofobik dapat berinteraksi dengan komponen dinding sel yang bersifat hidrofobik sehingga menyebabkan pembengkakan dinding sel (swelling) 21,22. Pembengkakan dinding sel menyebabkan terjadinya perubahan permeabilitas dinding sel, sehingga mempermudah masuknya komponen yang pada awalnya sulit menembus membran sel, seperti komponen yang memiliki gugus hidrofilik maupun yang polar. Komponen dengan gugus yang bersifat hidrofilik ini dapat mempengaruhi reaksi enzimatis pada membran sitoplasma, seperti transpor elektron pada sistem respirasi, transpor proton, maupun transpor nutrisi ke dalam sel yang akan menghambat regenerasi ATP dan pertumbuhan sel terhambat yang akhirnya menyebabkan kematian sel 21,23–25 Fenomena kebocoran komponen dari sitoplasma sel, oleh minyak astiri juga dapat diasosiasikan akibat kerjasama komponen minyak atsiri temu kunci yang bersifat hidrofobik dan komponen minyak atsiri yang mempunyai gugus bersifat hidrofilik. Senyawa hidrofobik dapat mengubah permeabilitas membran sel, kemudian senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik masuk ke sitoplasma, dan berinteraksi dengan ion, material asam nukleat, serta protein dan enzim dari sel bakteri. Dengan berubahnya permeabilitas sel, maka material isi sel yang telah terganggu tersebut dengan mudah dapat keluar dari sel, menyebabkan terjadinya kebocoran sel 18 Penelitian ini di dukung juga dengan penelitian sebelumnya bahwa temu kunci

memiliki beberapa manfaat seperti memilik kandungan antioksidan yang cukup potensial karena adanya kandungan pinostrobin, pinocembrin, minyak atsiri, dan senyawa flavonoid lain maupun turunannya 2,26, temu kunci (Boesenbergia pandurata) memiliki kandungan senyawa chalcone dan berpotensi sebagai anti inflamasi 11,15, temu kunci juga mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Lactobacillus sp, Candida albicans, Streptococcus sanguis and Actinomyces viscosus 27–29

3.

4.

5.

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian uji efek anti bakteri minyak atsiri temu kunci terhadap bakteri Escherechia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro, dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri temu kunci memiliki efek anti bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherechia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro yang sangat potensial.

6.

7.

UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia sebagai penyandang dana penelitian kami.

8.

9. DAFTAR PUSTAKA 10. 1.

2.

Sri B, Jenie L, Priosoeryanto BP, Syarief R, Rekso GT. Mode of Action Temu Kunci ( Kaempferia pandurata ) Essential Oil on E . coli K1 . 1 Cell Determined by Leakage of Material Cell and Salt. 2008;15(2):56-60. doi:10.4308/hjb.15.2.56. Chahyadi A, Wirasutisna KR, Wirasutisna KR, Elfahmi. Boesenbergia Pandurata Roxb., An Indonesian Medicinal Plant: Phytochemistry, Biological Activity, Plant Biotechnology. Procedia Chem. 2014;13:13-37.

11.

12.

doi:10.1016/j.proche.2014.12.003. Shindo K, Kato M, Kinoshita A, Kobayashi A, Koike Y. Analysis of antioxidant activities contained in the Boesenbergia pandurata Schult. Rhizome. Biosci Biotechnol Biochem. 2006;70(9):2281-2284. doi:10.1271/bbb.60086. Berg HC, Berry RM. E. Coli in motion. Phys Today. 2005;58(2):6465. doi:10.1063/1.1897527. Behiry IK, Abada EA, Ahmed EA, Labeeb RS. Enteropathogenic Escherichia coli Associated with Diarrhea in Children in Cairo, Egypt. ScientificWorldJournal. 2012;11:2613-2619. doi:10.1100/2011/485381. Nguyen Y, Sperandio V. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pathogenesis. Front Cell Infect Microbiol. 2012;2. doi:10.3389/fcimb.2012.00090. Kaper JB. Pathogenic Escherichia coli. Int J Med Microbiol. 2005;295(6-7):355-356. doi:10.1038/nrmicro818. Steffen R, Hill DR, DuPont HL. Traveler’s Diarrhea. JAMA. 2015;313(1):71. doi:10.1001/jama.2014.17006. Diemert DJ. Prevention and selftreatment of traveler’s diarrhea. Clin Microbiol Rev. 2006;19(3):583-594. doi:10.1128/CMR.00052-05. Fischer Walker CL, Friberg IK, Binkin N, et al. Scaling up diarrhea prevention and treatment interventions: a Lives Saved Tool analysis. PLoS Med. 2011;8(3). doi:10.1371/journal.pmed.1000428. Tuchinda P, Reutrakul V, Claeson P, et al. Anti-inflammatory cyclohexenyl chalcone derivatives in Boesenbergia pandurata. Phytochemistry. 2002;59(2):169-173. doi:10.1016/S0031-9422(01)00451-4. Kirana C, Jones GP, Record IR, McIntosh GH. Anticancer properties of panduratin A isolated from

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Boesenbergia pandurata (Zingiberaceae). J Nat Med. 2007;61(2):131-137. doi:10.1007/s11418-006-0100-0. Nwet NW, Awale S, Esumi H, Tezuka Y, Kadota S. Panduratins D-I, novel secondary metabolites from rhizomes of Boesenbergia pandurata. Chem Pharm Bull (Tokyo). 2008;56(4):491496. doi:10.1248/cpb.56.491. Sroisiri T, Boonyanit T. Inhibition of candida adhesion to denture acrylic by Boesenbergia pandurata. Asian Pac J Trop Med. 2010;3(4):272-275. doi:10.1016/S1995-7645(10)60066-1. Tewtrakul S, Subhadhirasakul S, Karalai C, Ponglimanont C, Cheenpracha S. Anti-inflammatory effects of compounds from Kaempferia parviflora and Boesenbergia pandurata. Food Chem. 2009;115(2):534-538. doi:10.1016/j.foodchem.2008.12.057. Kaper JB, Nataro JP, Mobley HL. Pathogenic Escherichia coli. Nat Rev Microbiol. 2004;2(2):123-140. doi:10.1038/nrmicro818. Miksusanti, Jenie BSL, Priosoeryanto BP, Syarief R, Rekso G. Mode of Action Temu Kunci (Kaempferia pandurata) Essential Oil on E.coli K1.1 Cell Determined by Leakage of Material Cell and Salt Tolerance Assays. HAYATI J Biosci. 2008;15(2):56-60. doi:10.4308/hjb.15.2.56. Miksusanti, J BSL, Syarief R, Pontjo B, Mulyadi GT. Antibacterial activity of temu kunci tuber ( kaempheria pandurata ) essential oil against Bacillus cereus. 2009:10-17. doi:10.13181/mji.v18i1.331. Kar B, Panda PC, Sahoo S, Dash B, Nayak S. GC-MS analysis of rhizome essential oil of bosenbergia longiflora (wall) Kuntze rich in longipnocarvone, a sesquiterpenoid. Int J Pharm Pharm Sci. 2015;7(2):568-570. Cox SD, Mann CM, Markham JL, et

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

al. The mode of antimicrobial action of the essential oil of Melaleuca alternifolia (Tea tree oil). J Appl Microbiol. 2000;88(1):170-175. doi:10.1046/j.13652672.2000.00943.x. Ultee A, Bennik MHJ, Moezelaar R. The Phenolic Hydroxyl Group of Carvacrol Is Essential for Action against the Food-Borne Pathogen Bacillus cereus The Phenolic Hydroxyl Group of Carvacrol Is Essential for Action against the FoodBorne Pathogen Bacillus cereus. Appl Environ Microbiol. 2002;68(4):15611568. doi:10.1128/AEM.68.4.1561. Sikkema J, de Bont JA, Poolman B. Mechanisms of membrane toxicity of hydrocarbons. Microbiol Rev. 1995;59(2):201-222. doi:01460749/95/$04.00+0. Lambert RJW, Skandamis PN, Coote PJ, Nychas GJE. A study of the minimum inhibitory concentration and mode of action of oregano essential oil, thymol and carvacrol. J Appl Microbiol. 2001;91(3):453-462. doi:10.1046/j.13652672.2001.01428.x. Carson CF, Carson CF, Mee BJ, Mee BJ, Riley T V, Riley T V. Mechanism of Action of. Society. 2002;46(6):1914-1920. doi:10.1128/AAC.46.6.1914. Gupta C, Garg AP, Uniyal RC, Kumari A. Comparative analysis of the antimicrobial activity of cinnamon oil and cinnamon extract on somefood-borne microbes. African J Microbiol Res. 2008;2(9):247-251. http://www.academicjournals.org/ajmr . Tanjung M, Tjahjandarie TS, Sentosa MH. Antioxidant and cytotoxic agent from the rhizomes of Kaempferia pandurata. Asian Pacific J Trop Dis. 2013;3(5):401-404. doi:10.1016/S2222-1808(13)60091-2. Yanti, Rukayadi Y, Lee K-H, Hwang J-K. Activity of panduratin A isolated

28.

from Kaempferia pandurata Roxb. against multi-species oral biofilms in vitro. J Oral Sci. 2009;51(1):87-95. doi:10.2334/josnusd.51.87. Hwang JK, Chung JY, Baek NI, Park JH. Isopanduratin a from Kaempferia pandurata as an active antibacterial agent against cariogenic Streptococcus mutans. Int J Antimicrob Agents. 2004;23(4):377381.

29.

doi:10.1016/j.ijantimicag.2003.08.011 . Taweechaisupapong S, Singhara S, Lertsatitthanakorn P, Khunkitti W. Antimicrobial effects of Boesenbergia pandurata and Piper sarmentosum leaf extracts on planktonic cells and biofilm of oral pathogens. Pak J Pharm Sci. 2010;23(2):224-231. doi:10.1155/2012/473637.

More Documents from "Rois Nahdhuddin"

36.docx
June 2020 2
Inter.docx
June 2020 3
Jobsheet.docx
April 2020 5
Ccristal.pdf
June 2020 3
June 2020 4