Journal Reading Eddy Gunawan
(42160067)
Dessy Gita Hepsari
( 42160069)
Ruth Fannie Wijaya
(42160070)
Erika Puspasari B.
(42160071)
Pembimbing: dr. D. Widiatmoko, Sp.KJ
1
2
3
Pendahuluan – Dalam beberapa ratus tahun, opioid telah banyak digunakan tetapi akhir-akhir ini amfetamin telah mucul sebagai masalah kesehatan epidemik di kalangan pengguna narkoba. – Amfetamin (ATS) merupakan obat terlarang yang paling sering digunakan kedua di seluruh dunia. – Amfetamin dan methamphetamine merupakan obat terlarang yang disalah gunakan untuk mendapatkan efek euphoria – Obat ini terkait dengan dengan impulsive, kecemasan, depresi dan mania
4
Pendahuluan – Penyalahgunaan amfetamin dan ketergantungan pada khususnya adalah masalah yang sangat serius di banyak negara. – Di sisi lain, penggunaan amfetamin merupakan masalah kesehatan yang besar sehingga masih ada kebutuhan untuk melakukan studi analitis. – Ketergantungan amfetamin merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan konsekuensi medis, psikiatris, kognitif, hukum dan sosial ekonomi.
– Amfetamin dapat menyebabkan gejala psikosis yang hampir sama dengan skizofrenia akut spectrum psikosis
5
Pendahuluan – Tujuan dari penelitian: untuk menilai korelasi gangguan kejiwaan dan ketergantungan amfetamin – Tulisan ini menekankan bahwa para pembuat kebijakan kesehatan harus mempertimbangkan pengguna narkoba, keluarga dan masyarakat untuk memperoleh informasi tentang efek yang merugikan terkait dengan amfetamin. – Penggunaan stimulan ini memiliki konsekuensi kejiwaan dan medis yang signifikan termasuk psikosis, ketergantungan, overdosis, penyakit Parkinson dan kematian
6
Material dan Metode – Studi Perbandingan Analitik 2012-2014 di RSJ – Tujuan : untuk membandingkan hubungan antara gangguan jiwa dan ketergantungan amphetamine – Sampel : 200 orang pria berusia 20-50 tahun pasien RSJ datang pertama kali – Case group 100 pria ketergantungan amphetamine – Control group 100 pria tanpa ketergantungan amphetamine
7
Kriteria Sampel Kriteria Inklusi Case Group : – Pria usia 20-50 tahun – Datang ke klinik jiwa pertama kali – Punya riwayat ketergantungan amphetamine untuk 1-5 tahun terakhir dilaporkan secara langsung oleh pasien/keluarga – Tidak ada ketergantungan pada obat lain – Setuju untuk mengikuti penelitian ini persetujuan sendiri dan kepala keluarga (pengambil keputusan)
8
Kriteria Sampel (cont) Kriteria Inklusi Control Group : – Tak ada riwayat ketergantungan amphetamine laporan pribadi maupun keluarga
– Datang ke klinik psikiatri pertama kali – Bersedia dilakukan pemeriksaan status mental dan demographic quesionare – Hasil psychiatric interview dan urine test negatif Kriteria Eksklusi Control Group : – Pernah/sedang menggunakan amphetamine – Retardasi mental – Gangguan somatik yang jelas
9
Metode Kondisi klinis : – DSM-4-R Diagnosis psikiatri – Tes urine Re-konfirmasi – MMPI Diagnosis Aksis 1 (jika belum terdiagnosis dengan DSM-4-R) – Reven IQ test Retardasi Mental
Pengolahan Data : – Chi-Square test – Logic regression – SPSS19
10
Hasil – Rata-rata usia : Kelompok kasus 28,2 tahun
Kelompok kontrol 32,8 tahun
– Tidak ada perbedaan yang bermakna berdasarkan status pernikahan.
11
– Tingkat pendidikan:
– Perbandingan :
12
Diskusi – Rata-rata umur grup ketergantungan amfetamin lebih rendah dari grup kontrol.
– Yang berartipengkonsumsi amfetamin berpotensi dan rentan mangalami gangguan psikiatri yang bervariasi. – Variasi penyebab dari “amphetamine- induced psychosis” yang berkepanjangan atau persisten mengindikasikan adanya perubahan diotak yang menetap
13
Diskusi – Perubahan otak yang menetap dapat menyebabkan pelepasan dopamin yang bersifat permanen dan hambatan “reuptake dopamin” yang diakibatkan dari “dopamin trasporter” Peningkatan konsentrasi dopamin di celah sinaps dan berinteraksi dengan monoamine transporter Peningkatan jumlah dopamin di sitosol, dan terjadi perubahan neuron serotonergic, noradrenergic, dan glutaminergic.
14
Diskusi – Gangguan psikiatri: – Grup ketergantungan amphetamine psycosis, depresion dan kecemasan. – Grup kontrol depresi, psikosis dan kecemasan. – Fokus penelitian Hubungan antara amphetamine dan spektrum gangguan psikotik serta gangguan psikiatri lainnya berhubungan dengan efek dari amfetamin seperti anhedonia.
15
Diskusi – Hal yang baru(novel) Penelitian ini mempelajari gangguan psikiatri secara komprehensif khususnya pada ketergantungan amphetamine. – Penelitian lain yang serupaamphetamine dapat menginduksi gejala dari psikotik akut.
– membedakan gejala psikosis yang berbasis ketergantungan amfetamine dan tidak sulit dilakukan namun, psikotik akut yang berbasis ketergantungan amphetamine akan lebih mudah recovery dibandingkan psikosis primer. (relatif)
16
Diskusi – Perbedaan psikosis karena ketergantungan amphetamine penting untuk dipahami namun, belum ada prosedur diagnostic yang jelas dari gejala-gejalanya. – Tipe gangguan psikiatri pada ketergantungan amphetamin lebih banyak daripada grup kontrol akibat efek langsung dari amphetamine di otak & genetik berperan dalam kerentanan seseorang pada psikotik akut dari konsumsi amphetamine.
17
Diskusi – Terdapat perbedaan signifikan tingkat pendidikan dari kedua grup mengindikasikan ketergantungan amphetamine menyebabkan disfungsi pendidikan, sosial, dan ekonomi akibat langsung dari perubahan substansi pada CNS (novel). – Diperlukan upaya pencegahan dan pengobatan untuk pasien ketergantungan dan kewaspadaan efek samping dari obat-obatan ini.
18
Keterbatasan Penelitian – Semua subyek penelitian membandingkan gender.
adalah
pria
tidak
dapat
– Penelitian ini hanya berfokus pada gangguan axis 1. – Gangguan kepribadian diabaikan dapat berperan vital dalam ketergantungan substansi.
Critical Appraisal
19
20
Apakah penelitian ini menyebutkan fokus pertanyaan/isu?
– Ya, – Pertanyaan penelitian : apakah ada korelasi antara gangguan psikiatri dan ketergantungan amfetamin?
21
Apakah metode penelitian ini sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian? – Ya sesuai, karena dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menilai gangguan psikiatri menggunakan DSM-4-R dan IQ test untuk menyingkirkan retardasi mental, untuk ketergantungan amfetamin menggunakan tes urin dan penggalian anamnesis baik allo maupun autoanamnesis
22
Apakah ada subjek (pekerja, team, divisi, organisasi) yang cukup pada penelitian ini untuk membuktikan penemuan-penemuan, bukan karena kebetulan? – Tidak dijelaskan dalam metode penelitian
23
Apakah pemilihan kasus-kontrol grup memiliki kriteria eksternal, obyektif dan validasi? – Tidak dijelaskan dalam penelitian ini
24
Apakah kedua kelompok dapat dibandingkan pada awal penelitian ini? – Ya, kedua kelompok dibandingkan, atas dasar pasien pengguna/riwayat penggunaa amfetamin dan tidak pernah menggunakan sama sekali
25
Apakah hasil dari penelitian ini bersifat objektif dan tanpa bias? – Bersifat objektif, karena pengambilan sampel dilakukan dengan berdasar temuan lab bukan hanya berdasarkan anamnesis riwayat penggunaan amfetamin – Penelitian ini memiliki banyak bias :
hanya mengutamakan aksis 1, mengesampingkan aksis 2 kecuali retardasi mental tidak mempertimbangkan durasi pemakaian amfetamin pada setiap individu
26
Apakah terjadi data dredging? – Tidak dijelaskan dalam penelitian
27
Apakah dalam penelitian ini, metode yang digunakan sudah tervalidasi? Jika tidak, apakah hasil penelitian diperoleh dari peneliti yang tidak mengetahui subyek penelitian?
28
Apakah hasil penelitian relevan dengan praktek sehari-hari? – Ya, hasil penilitan dengan relavan dengan praktek sehari hari
29
Seberapa tepat perkiraan efek dari hasil penelitian? Apakah ada convident interval? – Tidak dijelaskan dalam penelitian
30
Apakah ada faktor pengganggu lain yang belum diperhitungkan? Ada : – Masalah psikososial
– Riwayat gangguan kepribadian sebelumnya – Durasi subyek menggunakan amphetamine – Riwayat kondisi fisik yang mempengaruhi kondisi saat ini
31
Apakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada organisasi kita? – Ya, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada praktek kedokteran sehari-hari sebagai salah satu penegakan etiologi dari kasus psikotik akut
TERIMA KASIH