PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
KARAKTERISTIK GEOKIMIA REMBESAN MINYAK BUMI DI DAERAH BANTAL, KECAMATAN BANCAK, SEMARANG, JAWA TENGAH GEOCHEMICAL CHARACTERISTIC OF OIL SEEPAGE IN BANTAL AREA, SEMARANG, CENTRAL JAVA Wahyu Pramono 1, Hendra Amijaya2 1,2
Department of Geological Engineering, Gadjah Mada University, Yogyakarta Jalan Grafika 2, Yogyakarta 55281, Telp/Fax. 0274-513668 Email:
[email protected]
ABSTRACT In Bantal Area, Bancak District, Semarang Regency, Central Java Province, some oil seeps have been found. This area, which is geologically located in the western part of Kendeng Zone, is very interesting to be researched because the petroleum system in this zone still need to be discussed. Oil seepage in Bantal area indicates that there is an effective source rock which has produced hydrocarbon. The objectives of this research is to understand the composition of oil seepage, to infer the organic matter sources and the possible source rock. Geochemistry analysis has been done to obtain this objectives. Gas chromatography analysis on 3 saturated fraction sample of oil seepage shows that the distribution pattern of n-alkane are high in C8-C15 and C25-C28 , whereas the Pristane/Phytane (Pr/Ph) ratio are >1, Pr/C17 ratio are >1, Ph/C18 are >1 and Carbon Preference Index (CPI) value are more than 1. It can be concluded that the oil came from mixed kerogen with algal and higher plants and deposited in lacustrine environment. However, the n-alkane chromatogram pattern indicates that the oil had been degraded. Regionally, the possible source rock of the oil seepage is shale below The Pelang Formation. Keywords: oil geochemistry, seepage, Central Java
ABSTRAK Beberapa titik rembesan minyak bumi telah ditemukan di daerah Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Hal ini sangat menarik untuk diteliti karena secara geologi, daerah ini terletak di bagian barat Zona Kendeng yang petroleum systemnya masih perlu didiskusikan lebih lanjut. Rembesan minyak di daerah ini, membuktikan bahwa ada batuan induk efektif yang menghasilkan hidrokarbon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi rembesan minyak dan mengetahui sumber bahan organik asal serta kemungkinan batuan induk penghasil rembesan minyak. Analisis geokimia dilakukan untuk mengetahui hal tersebut. Analisis gas kromatografi dari rembesan minyak menunjukkan pola distribusi n-alkana yang tinggi pada puncak C8-C15 dan C25-C28, nilai rasio Pr/Ph >1, rasio Pr/C17 >1, Ph/C18 >1 dan nilai Carbon Preference Index (CPI) >1. Data geokimia rembesan minyak menunjukkan bahwa minyak berasal dari percampuran kerogen antara alga dan tanaman keras yang terbentuk pada lingkungan lakustrin. Dari distribusi n-alkana minyak telah mengalami degradasi. Secara regional kemungkinan batuan induk penghasil minyak adalah batuan di bawah Formasi Pelang. Katakunci: geokimia minyak, rembesan, Jawa Tengah
691
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
PENDAHULUAN
geologi, geokimia dan stratigrafi untuk
Eksplorasi minyak bumi di daerah Kendeng bagian barat terutama di sebelah timur Gunung Ungaran sudah
menjelaskan asal mula pembentukan minyak dan batuan induk penghasil rembesan minyak.
dimulai pada tahun 1900an. Sumur
Penelitian
minyak yang ditinggalkan oleh Belanda
mengidentifikasi karakteristik geokimia
di
daerah
di
menunjukkan
ini
dimaksudkan
untuk
Kecamatan
Bancak
rembesan minyak bumi di Daerah
adanya
prospek
Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten
hidrokarbon di daerah tersebut. Hal ini
Semarang
didukung oleh banyaknya rembesan
mengetahui komposisi minyak, jenis
minyak dan gas yang keluar di daerah
bahan
ini. Dengan adanya rembesan minyak
pengendapan,
di Daerah Bantal, Kecamatan Bancak,
batuan
Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa
minyak.
Tengah, membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat suatu batuan induk efektif (effective source rock), yang memiliki kemampuan untuk membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon (minyak & gas bumi).
serta
organik
induk
bertujuan
asal, dan
untuk
lingkungan kemungkinan
penghasil
rembesan
Lokasi penelitian secara administratif berada di Desa Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Daerah ini berada sekitar 35 kilometer ke arah tenggara
Kota
Semarang
dan
15
kilometer ke arah timurlaut dari Kota
Permasalahan yang timbul dari adanya
Salatiga
rembesan minyak di daerah ini adalah
perbatasan
batuan mana yang menjadi batuan
Semarang dan Kabupaten Grobogan,
induk yang menghasilkan minyak di
Propinsi Jawa Tengah (Gambar 1).
daerah
tersebut,
stratigrafi, tersingkap
batuan
karena yang
adalah
merupakan antara
daerah
Kabupaten
secara
paling
napal
yang
tua
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Formasi
Pelang yang berumur Oligosen Akhir
Secara regional daerah Bantal terletak
hingga Miosen Tengah. Terlebih lagi
di daerah Pegunungan Ungaran yang
dengan adanya endapan vulkanik yang
berada diantara dua mandala yaitu
cukup tebal, menyebabkan sulitnya
Mandala Kendeng di bagian utara dan
mengetahui
timur serta Mandala Serayu Utara di
kondisi
di
bawah hal
bagian barat. Pada bagian selatan
tersebut perlu dilakukan suatu studi
daerah ini dibatasi oleh Zona Depresi
permukaan.
Untuk
mengetahui
692
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Tengah (Central Depression Zone of
berselang-seling, sisipan batupasir dan
Java atau
batugamping
berukuran
pasir
(kalkarenit).
Batulempung
dan
batupasirnya
seringkali
disebut juga Zona Solo)
(Van Bemmelen, 1949). Daerah
penelitian,
secara
fisiografi
menurut De Genevraye dan Samuel (1972) berada di Jalur Kendeng bagian barat
yang
berupa
antiklinorium.
Daerah ini di sebelah utara di batasi oleh Zona Rembang, bagian timur dibatasi oleh Zona Kendeng bagian tengah, bagian selatan dibatasi oleh dataran rendah Zona Solo dan bagian barat dibatasi oleh Pegunungan Serayu
karbonatan. Selang-seling antar litologi tersebut umumnya terlihat cukup bagus dengan tebal lapisannya antara 2-100 cm walaupun di beberapa tempat ada juga yang lebih tebal. Napal berwarna putih abu-abu sampai abu-abu gelap juga tidak begitu keras sedangkan sisipan
batugamping
(planktonik Stratigrafi
regional
Zona
Kendeng
menurut Harsono 1985 tersusun oleh Formasi
Pelang
dibagian
bawah,
dan
batupasir
karbonatan cukup keras. Satuan ini mengandung
Utara bagian timur.
bersifat
fosil dan
Foraminifera
bentonik)
yang
diendapkan di laut neritik yang dalam, pada Kala Miosen Tengah - Miosen Atas.
disusul oleh Formasi Kerek, Formasi Kalibeng,
Formasi
Satuan breksi -batupasir gunung
Pucangan, Formasi Kabuh, Formasi
api (Endapan Kuarter Gunung Api
Notopuro, Formasi Trinil dan dibagian
Ungaran)
atas
Formasi
ditutupi
Sonde,
oleh
endapan
yang
berumur Kuarter dengan lingkungan pengendapan lingkungan
yang laut
berubah dalam
dari hingga
lingkungan darat (Gambar.2) Secara detil stratigrafi daerah penelitian secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan litostratigrafi, yaitu dari tua ke muda adalah : Satuan
Satuan ini terutama terdiri dari breksi dengan fragmen andesit dan batupasir gunung api. Breksi dengan fragmen runcing-agak runcing berupa andesit yang ukuran fragmennya 1-30 cm (walaupun
kadang-kadang
dapat
mencapai 100 cm), dan umumnya sudah mengalami proses pelapukan. Di beberapa tempat dapat dijumpai breksi
napal-batulempung
yang masih cukup segar, berwarna abu-abu dan kompak/keras. Bila lapuk
(Formasi Kerek)
breksi tersebut berwarna coklat sampai Satuan ini terutama terdiri dari napal
dengan coklat kemerahan. Batupasir
dan
gunung
batulempung
yang
api dalam keadaan segar 693
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
berwarna
abu-abu
dan
berwarna
kuning kemerahan apabila lapuk.
Satuan
Satuan ini yang diendapkan di darat sebagai
breksi
Pleistosen,
lahar
pada
kala
menumpang
tidak-selaras
menyudut
unconformity)
di
batulempung breksi
Formasi
Kerek
andesit
-
dan
batupasir
gunung api Endapan Kuarter Gunung Api Ungaran.
secara
Struktur geologi yang berkembang di
(angular
Daerah Bantal adalah struktur lipatan
atas
satuan
(antiklin
dan
sinklin)
dan
struktur
napal-batulempung (Formasi Kerek).
patahan (sesar). Kegiatan tektonik di
Ketebalan
daerah ini dimulai pada Tersier Awal
satuan
ini
di
daerah
penelitian mulai dari beberapa meter
dan
sampai dengan kurang dari 125 meter.
setangkup yang diikuti oleh patahan
Endapan
Pasir-Kerikil-Bongkah
(Endapan Fluvial)
membentuk
(sesar)
naik
berarah
relatif
lipatan-lipatan
dan
patahan
barat-timur,
tak
normal patahan
geser yang berarah timurlaut-baratdaya
Endapan ini merupakan endapan fluvial
dan
(aluvial
struktur patahan misalnya sesar geser
sungai)
yang
diendapkan
baratlaut-tenggara.
Beberapa
sebagai endapan gosong (point bar
kiri
deposits) terutama hampir di sepanjang
sepanjang K. Senjoyo dengan arah
Kali Ngromo disamping terdapat juga di
timurlaut-baratdaya.
Kali Senjoyo. Endapan sungai yang
dijumpai di daerah G. Watusemar-G.
diendapkan di bagian tengah (gosong
Mangkel dengan arah bidang sesar
tengah) dan juga di bagian tepi dalam
tenggara-baratlaut.
kelokan sungai (gosong tepi) terutama
kegiatan tektonik Plio-Plistosen dapat
terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal,
mengaktifkan kembali hasil tektonik
bentuk fragmen agak membundar (sub
sebelumnya. Rekahan-rekahan yang
rounded)
(well
terjadi merupakan bidang lemah tempat
pada
munculnya batuan gunung api Kuarter
-
rounded).
membundar
baik
Fragmen/butiran
endapan pasir, kerikil dan bongkah ini berasal
dari
batuan-batuan
hasil
erosi dari
terhadap satuan
batuan/formasi yang lebih tua, yaitu dari Endapan Kuarter Gunung Api Ungaran dan Formasi Kerek. Endapan ini yang memiliki ketebalan hanya beberapa meter diendapkan secara
(sinistral
fault)
dijumpai
Patahan
di
naik
Selanjutnya
muda ke permukaan. Titik-titik tempat keluarnya rembesan minyak dan gas bumi di Daerah Bantal dan sekitarnya terdapat di beberapa lokasi. Beberapa titik rembesan minyak dan
gas
terdapat
di
Desa
Boto,
Kecamatan Bancak dan beberapa titik rembesan minyak lagi berlokasi di
tidak selaras di atas Satuan napal 694
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
pinggir Kali Gunung, Desa Bantal (di
masing-masing
utara G. Bantal). Litologi di Daerah
sampelnya untuk diuji kromatografi gas.
Bantal
didominasi
oleh
napal
yang sebagian sudah lapuk dan juga breksi dan batupasir gunung api yang sebagian besar juga sudah lapuk. Umumnya tempat keluarnya rembesan minyak dan gas bumi terdapat pada napal-batulempung
Formasi
Kerek seperti di daerah Boto dan daerah
Bantal.
secara
sruktur
Daerah geologi
penelitian merupakan
suatu antiklin yang tersesarkan dimana terdapat sesar-sesar berarah timurlautbaratdaya
yang
memotong
Sumbu
Antiklin Pondok-Jumbleng-Boto yang berarah
barat-timur.
Seperti
Sesar
Geleh, Wonokerto dan Gunungbantal. Rembesan minyak bumi (oil seepage) di pinggir K. Gunung di utara daerah Gunungbantal merupakan rembesan yang
keluar
melalui
zona
sesar
Kromatografi Kolom Sampel minyak yang telah didapat kemudian dipisahkan dari air formasi nya untuk difraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Preparasi sampel dan uji Gas Kromatografi mengikuti prosedur menurut Tamboesai (2002). Sampel minyak yang telah dipisahkan dari air formasi kemudian dipisahkan menjadi
menggunakan
suatu
minyak
dengan kolom
yang
diletakkan vertikal yang diisi dengan larutan gel silika di dalam pelarut hidrokarbon
yaitu
heksana.
Empat
gram gel silika berukuran 100 mesh yang telah dilarutkan dengan heksana di dalam beaker, diaduk hingga rata, kemudian dituangkan kedalam kolom yang
telah
dimampatkan
bagian
digetarkan
yang
dianalisis
yang terdapat di tepi Kali Gunung, Desa Bantal yang terdapat pada napalFormasi zona
patahan.
Sebanyak
rembesan
minyak
yang
untuk
memperoleh
padat.
Teknik
ini
dengan tinggi kolom 30 cm.
merupakan sampel minyak rembesan
melalui
berbeda
menggunakan kolom berdiameter 1 cm,
Pengambilan Sampel Minyak
keluar
yang
kimianya
kolom METODE PENELITIAN
empung
fraksi-fraksi
komposisi
cara
batul
diambil
bawahnya dengan kapas silika dengan
Gunungbantal ini.
Sampel
ml
dan
batulempung dengan sisipan batupasir
satuan
±100
Kerek
dan
rekahan
dan
tiga dengan
sampel volume
Minyak kemudian ditimbang dalam vial sebanyak 75-100 mg, dan dengan perlahan-lahan minyak diteteskan pada kolom yang telah disiapkan, kemudian dituangkan 40 ml n-heksana, sebagai pelarut
untuk
dilakukan
dialirkan.
secara
Pengaliran
gravitasi
untuk
melarutkan hidrokarbon jenuh (fraksi 695
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
saturat)
dan
membawanya
turun
suhu
dinaikkan
dengan
hingga
hingga keluar dan ditampung oleh
demikian diperlukan waktu sekitar 30
gelas penampung.
menit untuk satu kali injeksi sampel.
fraksi
kemudian
saturat
didapatkan,
dihilangkan
pelarutnya
dengan memanaskan dengan pemanas listrik.
Larutan
dikeringkan
dengan
pemanas listrik hingga memperoleh berat
yang
ditimbang.
tetap,
dan
kemudian
ini
dilakukan
Percobaan
untuk masing-masing sampel minyak bumi.
300
bertahap,
kebawah kolom secara perlahan-lahan
Setelah
tercapai
0
C.
KARAKTERISTIK
Dengan
GEOKIMIA
REMBESAN MINYAK Kromatografi gas ketiga sampel dapat dilihat bahwa konfigurasi sidikjari nalkana pada ketiga batuan sangat mirip yaitu menunjukkan karakter bimodal (dua gugusan n-alkana) dengan puncak pada kisaran n-C8-C15 dan n-C25-C29.
Uji Kromatografi Gas
Konfigurasi
Uji kromatografi gas sampel minyak
mengindikasikan bahwa bahan organik
dilakukan dengan cara menginjeksikan
penyusun
fraksi saturat yang didapat sebanyak
tanaman keras (Limbach, 1975 dalam
0.1 µL dengan suntikan berukuran
Bissada, 1993). Bahan organik yang
mikro ke dalam instrumen kromatografi
berasal dari alga akan mengisi rantai
gas.
karbon pada C5 hingga C20 sedangkan
Analisis
dilakukan
kromatografi
dengan
gas
menggunakan
bahan
n-alkana
berasal
organik
seperti
dari
yang
alga
berasal
ini
dan
dari
instrumen Shimadzu GC-2010 yang
tanaman keras akan mengisi rantai
dilengkapi dengan kolom kapiler fused
karbon C24 hingga C34 (Gambar.3). Pola
silica Ultra-1, panjang kolom 30 m,
distribusi n-alkana yang seperti ini
diameter 0.25 mm dengan tebal fasa
merupakan ciri dari lacustrine oil.
diam 0,25 µm. Gas Helium digunakan
Hal lain yang mendukung sumber asal
sebagai
dengan
bahan organik adalah rasio Pr/n-17 dan
Sampel
Ph/n-18.
diinjeksikan menggunakan mode on
kondisi
colum injector, dengan temperatur inlet
batuan induk, apakah terbentuk di
kecepatan
320
0
C,
gas 0.8
pengemban ml/
menit.
sedangkan
Rasio
ini
lingkungan
menggambarkan pengendapan
pendeteksian
lingkungan yang tertutup atau laut
digunakan detektor FID yang suhunya
terbuka sehingga dapat mencirikan
dipertahankan
pada
320
0
C.
bahan organik asal penyusun minyak.
0
Dari hasil perhitungan menunjukkan
C dipertahankan selama 1 menit, lalu
bahwa rasio Pr/n-17 dari ketiga sampel
Temperatur awal dari oven adalah 90
696
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
minyak berkisar antara 0.61 - 0.94,
nomor
sedangkan rasio Ph/n-18 berkisar antara
mengindikasikan bahwa batuan induk
0.78 – 0.86. Plot diagram Pr/n-17 – Ph/n-
penghasil minyak adalah batuserpih
menurut
18
Bissada
(1989)
menunjukkan bahan organik penyusun minyak berasal mixed kerogen atau percampuran antara material organik alga dengan material organik tanaman keras (Gambar.4). Rasio
Pr/Ph
atom
sampel
proses biodegradasi, terutama dalam kondisi aerobik didekat permukaan. Untuk
tahap
biodegradasi n-alkana
yang
pertama kali dikonsumsi oleh bakteri
Rasio
hidrokarbon
kondisi
awal
kelompok
aerobik,
menggambarkan
yang
Rembesan minyak rentan terhadap
menunjukkan kisaran antara 1.01-1.19. ini
ganjil
(Peters dan Moldowan, 1993).
senyawa ketiga
karbon
baru
kemudian
yang
lebih
komplek.
lingkungan pengendapan batuan induk
Biodegradasi
berdasarkan
nontermal yang paling sering terjadi
dan
fitana
perbandingan yang
pristana
merupakan
ubahan phytol (klorofil).
hasil
Nilai rasio
Pr/Ph yang bernilai =1, menurut Dydik et al. (1978) mengindikasikan bahwa bahan
organik
diendapkan
pada
lingkungan yang sub-oksik - oksik seperti pada lingkungan danau, delta atau marin, namun rasio Pr/Ph tidak dapat
dijadikan
acuan
untuk
mengetahui lingkungan pengendapan, karena rasio Pr/Ph akan meningkat seiring
bertambahnya
merupakan
senyawa
proses
selama proses transformasi reservoir dan migrasi hidrokarbon. Berdasarkan dari data yang dihasilkan melalui uji kromatografi gas, dalam hal ini nilai rasio Pr/Ph =1, Pr/Ph / n-alkana =1 dan nilai CPI yang =1 (Tabel.1), maka dapat diketahui bahwa minyak bumi tersebut berasal dari batuserpih yang terbentuk di lingkungan lakustrin dengan kondisi yang sub-oksik hingga oksik.
kematangan
termal. KEMUNGKINAN BATUAN INDUK Nilai Carbon Preference Index ketiga sampel yang berkisar antara 1.01-1.04 mengindikasikan bahwa minyak berasal dari bahan organik asal danau atau lakustrin karena dominasi rantai karbon ganjil yang berasal dari tumbuhan tingkat tinggi. Nilai rasio Pr/Ph =1 dan CPI yang =1 menunjukkan predominasi
Secara regional Daerah Bantal yang termasuk ke dalam Jalur Kendeng, tersusun oleh batuan yang terbentuk pada suatu endapan kipas laut dalam (upper-outer shelf) yang terdiri dari napal pasiran, batulempung, batulanau, batupasir
gampingan,
batugamping
pasiran dan batupasir konglomeratan 697
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
yang berumur Oligosen Akhir hingga
tertutup serta miskin oksigen (reduktif)
Pleistosen (Harsono, 1983). Rembesan
dan umumnya dijumpai pada sedimen-
minyak yang terdapat di Daerah Bantal,
sedimen
merupakan rembesan minyak yang
Carbon Preference Index (CPI) yang
keluar dari batupasir Formasi Kerek
masing-masing 1.81 dan 1.78 bahwa
melalui zona rekahan dan patahan. Hal
kedua batuan induk tersebut berasal
ini mengindikasikan bahwa rembesan
dari
minyak berasal dari batuan Formasi
diendapkan di lingkungan laut yang
Kerek
di
tertutup dan sangat reduktif. Kehadiran
Pelang.
sterana C28 yang tinggi menunjukkan
yang
peran bahan organik asal marin yang
memungkinkan sebagai batuan induk di
tinggi pada kedua sampel batuan yang
daerah ini adalah napal dari Formasi
mengindikasikan
Pelang dan batulempung karbonatan
terbentuk pada lingkungan marin yang
Formasi Kerek bagian bawah.
tertutup pada kondisi yang reduksi.
itu
sendiri
bawahnya Dengan
yaitu
atau
formasi
Formasi
demikian
batuan
Studi mengenai kemungkinan batuan induk
di
Zona
Kendeng
pernah
dilakukan oleh Hidayat dan Fatimah (2007) di daerah Kedungjati terhadap batuan yang mungkin menjadi batuan induk yaitu napal Formasi Pelang dan batulempung
karbonatan
Formasi
Kerek bagian bawah. Hasil analisa kromatografi
gas
ekstrak
terhadap
batuan
kedua
menunjukkan
konfigurasi n-alkana yang sangat mirip yaitu menunjukkan karakter unimodal dengan
puncak
pada
n-C15.
Perbandingan antara senyawa pristana dan
fitana
(Pr/Ph)
batulempung Kerek
karbonatan
dan
napal
menunjukkan (Pr/Ph<2). indikasi
pada
bahwa
bahan
lingkungan
organik
Nilai
alga
kedua
yang
batuan
marin.
Selain
itu,
data
kandungan TOC dan S2 yang rendah, menunjukkan bahwa ekstrak bitumen dari Formasi Pelang dan Kerek dapat dikategorikan sebagai bukan batuan induk yang potensial (non potential source rock) apalagi data Tmax pirolisis menunjukkan
bahwa
tingkat
kematangan termalnya immature-early mature. Maseral contoh batuan lebih cenderung kedalam kerogen tipe III (gas prone).
ekstrak
Data geokimia rembesan minyak bumi
Formasi
yang terdapat di daerah Bantal yang telah
yang
rendah
penelitian
memberikan
bahan
marin.
bahwa kedua batuan terbentuk pada
Pelang
ini
atau
Dengan demikian, dapat disimpulkan
Formasi
nilai
Rasio
danau
organik
diendapkan dalam lingkungan yang
dilakukan
serta
terdahulu,
publikasi
membuktikan
bahwa terdapat perbedaan antara asal bahan
organik
rembesan
penyusun
dengan
batuan
minyak yang 698
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
mungkin
menjadi
di
Di bagian timur, Formasi Ngimbang
daerah tersebut. Data geokimia dari
merupakan souce rock yang telah
rembesan minyak di daerah Bantal
terbukti menghasilkan minyak. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak rembesan
membuktikan
merupakan lacustrine oil (minyak yang
penghasil minyak merupakan batuan
berasal
yang terbentuk pada saat Eosen hingga
dari
batuan
batuan
induk
induk
yang
bahwa
batuan
terbentuk pada lingkungan lakustrin)
Oligosen
dengan kondisi yang suboksik – oksik.
endapan
Stratigrafi
yang
lingkungan masih berupa non-marine-
merupakan suatu endapan kipas laut
shallow marine. Selain itu, penemuan
dalam, semakin ke atas lingkungan
minyak dalam
pengendapannya menjadi lingkungan
signifikan di Lapangan Oyong di Selat
laut yang lebih dangkal hingga menjadi
Madura dan Sumur Tanggulangin-3
lingkungan darat. Dengan demikian
milik Lapindo Brantas menunjukkan
secara stratigrafi pada saat Oligosen-
bahwa
Miosen tidak ditemukan adanya batuan
Ngimbang
induk yang berasal dari lingkungan
Kendeng through telah mencapai oil
lakustrin.
window (Satyana dan Armandita, 2006).
Van Bemmelen (1949) dalam Satyana
Geologi Zona Kendeng secara regional
dan
merupakan suatu endapan laut dalam
Zona
Armandita
beberapa terdapat
Kendeng
(2006)
rembesan di
Zona
mencatat
minyak Serayu
yang Utara.
yang
sebelum
induk
turbidit
terjadi,
jumlah
batuserpih yang
terbentuk
dengan
lebar
sedimentasi ketika
yang
Eosen
cukup
Formasi
terendapkan
pada sekitar
saat 60
di
Miosen km
dan
Beberapa rembesan tersebut terdapat
panjang sekitar 100 km dari barat ke
di
timur
Karangkobar,
Bawang,
Subah,
mulai
daerah
Rangkasbitung,
Klantung, Sedjomerto, Kaliwaru dan
Jawa Barat di bagian barat, hingga
sebelah
Selat Madura di selatan Kepulauan
barat
Gunung
Ungaran
(banyak rembesan). Lapangan Cipluk
Kangean
di
bagian
yang ditemukan pada tahun 1900an
Bemmelen, 1949) atau biasa disebut
berhasil memproduksi selama 35 tahun
Bogor - North Serayu - Kendeng
dengan reservoar Banyak vulkaniklastik
antiklinorium. Endapan laut dalam ini
yang berumur Miosen dengan dugaan
terbentuk pada saat Miosen-Pliosen
minyak berasal dari serpih Worowari
dan
yang berumur Eosen ekuivalen Formasi
selama
Ngimbang di Cekungan Jawa Timur.
membentuk antiklinorium pada saat ini
terdeformasi
timurnya
secara
Pliosen-Pleistosen
(van
intensif yang
(Satyana dan Armandita, 2006).
699
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Evolusi tektonik cekungan dari Zona Kendeng
menunjukkan
bahwa
pengisian cekungan dimulai pada saat Oligosen dimana ketika itu daerah tersebut merupakan suatu batas dari tepi paparan sunda di belakang busur vulkanik
(back
arc
basin).
Suplay
sedimen pengisi cekungan berasal dari bagian
utara
cekungan
yang
merupakan non-marine-shallow marine sedimen
dan
dari
bagian
selatan
berasal dari aktivitas vulkanik dan sedimen silisiklastik serta karbonat. Kedua sumber inilah yang merupakan sumber dari endapan turbidit Bogor Serayu Utara dan Kendeng (Satyana dan
Armandita,
2006).
Oligosen dapat diinterpretasikan terjadi pembentukan suatu batuan induk yang berasal yang diendapkan lingkungan marine
1. Bahan organik penyusun minyak yang terdapat di daerah Bantal, Kecamatan
Bancak,
Kabupaten
Semarang, Propinsi Jawa Tengah berasal dari mixed kerogen, yaitu percampuran
antara
alga
dan
tanaman keras yang ditunjukkan oleh pola bimodal dari distribusi nalkana, nilai Carbon
preferance
index >1 dan cross plot grafik Pr/C17
dengan
merupakan
Ph/C18
lacustrine
oil
dan atau
minyak yang berasal dari batuan induk
yang
terbentuk
pada
lingkungan lakustrin.
Dengan
demikian pada umur Eosen hingga
non-marine-shallow
KESIMPULAN
seperti
serpih atau serpih karbonatan di bawah Formasi Pelang, sehingga batuan induk penghasil minyak di daerah Bantal dan
2. Minyak
rembesan
kemungkinan
bukan berasal dari Formasi Pelang ataupun Formasi Kerek, akan tetapi dapat berasal dari batuan di bawah Formasi Pelang yang ekuivalen Formasi Ngimbang di cekungan Jawa Timur yang berumur Eosen Oligosen.
sekitarnya kemungkinan adalah batuan dibawah Formasi Pelang yang berumur
ACUAN
Eosen - Oligosen ekuivalen dengan Formasi Ngimbang.
Anonim, 2004, Microsoft encarta 2004 www.encarta.msn de Genevraye, P. and Samuel, L., 1972, Geology of The Kendeng Zone (Central & East Java), Proceedings Indonesian Petroleum Association First Annual Convention. p.17-30. Bissada, K. K., 1986, Principles And Practice Of Organic 700
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Geochemistry In Exploration, Texaco, Houston Researh Centre. 356 p. Bissada, K. K., Elrod, L. W., Darnel, L. M., Szymczyk, H. M., Trostle, J. L., 1992, Geochemical Inversion – A Modern Approach To Inferring Source-Rock Identity From Characteristics Of Accumulated Oil and Gas, Proceedings Indonesian Petroleum Association Twenty First Annual Convention, 35 p. Hadi, S.N. 2006. Degradasi Minyak Bumi via “Tangan” Mikroorganisme. Bogor : Program Sarjana Departemen Biokimia IPB. http://www.che-mis-try.org. Diakses 30 September 2007. Harsono, P., 1983, Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa Timur, Suatu Pendekatan Baru; Thesis Doktor, ITB, Bandung. 239 hal. Hunt,
J. M., 1979., Petroleum Geochemistry and Geology. W. H. Freeman and Co., San Fransisco, 617 p.
Hidayat,
R. dan Fatimah, 2007. Inventarisasi Kandungan Minyak dalam Batuan Daerah Kedungjati, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah dalam Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2007. Pusat Sumber Daya Geologi, 13 hal.
Levorsen, A. I., 1967, Geology Of Petroleum, 2nd ed, University
Of California, Berkeley, USA, 724 p. Marzi, R., Torkelson, B. E., and Olson, R. K., 1993, A Revised Carbon Perference Index, Organic Geochemistry Vol. 20 No. 8, p. 1303-1306, Great Britain. Peters, K.E. and Cassa, M.R., 1994, Applied Source Rock Geochemistry, in Magoon, L.B., Dow, W.G. (Ed), The Petroleum System – From Source to Trap, AAPG Memoir 60, Tulsa Oklahoma, p. 93-120. Peters, K.E. and Moldowan, J.M., 1993, The Biomarker Guide; Interpreting Molecular Fossils in Petroleum and Ancients Sediments, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey Oklahoma, p.110-264. Satyana, A., and Armandita, C., 2006, Deepwater Plays Of Java, Regional Evaluation On Opportunities and Risk, Indonesian Petroleum Association, Proceeding Frontier in Deepwater Exploration in Asia & Australasia Sympsium. 27 p. Subroto, E. A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum dalam Eksplorasi Migas, Buku Pegangan Kuliah Geokimia, IPA Exchange Program, Fakultas Teknologi Mineral, ITB, Bandung. 163 hal. Sukardi, Budhitrisna, T., 1992, Peta Geologi Lembar Salatiga, Jawa Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 15 hal.
701
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Tamboesai, E. M., 2002, Korelasi Antar Minyak Bumi Dari Sumur Produksi Duri Riau dalam Jurnal Natur Indonesia 5(1): 57-65 (2002). Tissot, B. P. and Welte, D. H., 1984, Petroleum formation and occurrence. 2nd edition, Springer Verlag, Berlin, 538 p. van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I
A, General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Special Edition of The Bureau of Mines In Indonesia, Department of Transport, Energy and Mining, Batavia, 732 p. Waples, D. W., 1985, Geochemistry In Petroleum Exploration. International Human Resources Development Co., Boston, 150 p.
U
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Desa Bantal Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah (kotak berwarna merah).
702
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Gambar 2. Stratigrafi Zona Kendeng (Harsono,1983)
Gambar 3. Kromatogram distribusi n-alkana ketiga sampel rembesan minyak.
703
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
Tabel 1. Karakteristik geokimia rembesan minyak
SAMPEL Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Pr/Ph 1.11 1.01 1.19
Pr/C17 0.82 0.61 0.94
Ph/C18 0.78 0.86 0.84
CPI 1.01 1.04 1.02
Gambar 4. Diagram plot Pr/n-C17 terhadap Ph/n-C18 sampel minyak (Schumaker dan Parker, 1990 dalam Bissada et al., 1993).
704