296684302-electrosurgery-unit.docx

  • Uploaded by: Yus Maya
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 296684302-electrosurgery-unit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,906
  • Pages: 21
LAPORAN PRAKTIKUM PERALATAN BEDAH DAN ANASTESI ELECTROSURGERY UNIT (ESU) Dosen Pengampu : Anggiat Winner P, SST

Disusun Oleh : Yusmaya Rafifah (1704092)

DIII TEKNIK ELEKTROMEDIK STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG SEMARANG 2018

BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL Laporan Praktikum Elektrosurgery Unit (ESU)

B. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami elekctrosurgery beserta prinsip kerjanya 2. Mahasiswa dapat menganalisa kerusakan yang terjadi pada electrosurgery unit 3. Mahasiswa dapat menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam mengatasi kerusakan yang terjadi

C. ALAT DAN BAHAN 1. 1 unit ESU 2. Obeng 3. Solder 4. Osiloskop 5. Multimeter

BAB II KAJIAN TEORI

1. Prinsip dasar ESU (Electrosurgery Unit) adalah suatu alat bedah dengan memanfaatkan arus listrik frekwensi tinggi. Prinsip yang paling mendasar dari suatu ESU adalah mengalirkan arus listrik melalui suatu jaringan. Apabila arus listrik mengalir melalui jaringan biologis, maka akan terjadi efek-efek sebagai berikut :

i

Thermal

Faradic

Electrolytic

Effect

Effect

Effect

Gambar 1. Efek aliran arus pada jaringan biologis a.

Efek Panas (Thermal) Arus listrik yang dialirkan melalui jaringan biologis akan menimbulkan panas, besarnya panas yang timbul tergantung pada tahanan spesifik dari jaringan, besarnya arus dan lamanya arus mengalir.

b.

Efek Stimulasi (Faradic)

Sel-sel jaringan yang sensitif, seperti sel syaraf dan sel otot akan dirangsang (distimulasi) oleh arus listrik, sehingga akan terjadi kontraksi jaringan. c.

Efek Elektrolitik Arus listrik mengakibatkan pergerakan ion-ion didalam jaringan biologis. Dengan arus searah, ion-ion bermuatan positif akan bergerak ke kutub negatif (katoda), dan ion-ion bermuatan negatif ke kutub positif (anoda), kemudian terjadi peningkatan konsentrasi yang berakibat bahaya elektrolitik pada jaringan. Pada penggunaan Electrosurgery Unit, dipakai arus listrik dengan

frekwensi tinggi yang berguna untuk memaksimalkan efek panas (thermal) dan meredam terjadinya efek faradik dan efek ektrolitik, oleh karena itu dipergunakan frekwensi diatas 300 KHz. Arus frekwensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi pada saat tombol elektroda katif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik frekwensi tinggi mengalir dari elektroda aktif kejaringan tubuh dan tersalur menuju elektroda netral. Maksud dari penggunaan arus listrik didalam pembedahan adalah untuk mengurangi pendarahan karena darah pada jaringan yeng terpotong dapat dengan segera membeku, serta mengurangi kontaminasi bakteri. Kerugian penggunaan arus frekwensi tinggi dalam pembedahan yaitu mengakibatkan sel-sel yang ada sekitarnya menjadi mati, terjadinya luka bakar, sehingga penyembuhan relatif lama dan dapat menimbulkan bekas luka yang menganga dan kemungkinan terjadi ledakan dalam ruangan jika terdapat gas yang bersifat mudah terbakar. 2. Pengertian istilah 1. Blend / Cutting adalah pemotongan pada jaringan tubuh 2. Contact coagulation adalah elektroda aktif yang bersentuhan dengan jaringan. 3. Spray Coagulation (fulguration) adalah coagulasi untuk permukaan yang luas, dimana elektroda aktif tidak menyentuh jaringan tubuh.

4. Monopolar adalah kegiatan pembedahan dengan menggunakan elektroda netral dan elektroda aktif, sehingga proses pemanasan terjadi hanya pada satu sisi dari elektroda. 5. Bipolar adalah kegiatan pembedahan tanpa menggunakan elektroda netral, elektroda berupa pinset, sehingga proses pemanasan terjadi pada kedua sisi dari elektroda. 6. Elektroda netral adalah elektroda yang berpenampang luas berfungsi untuk menampung arus frekwensi tinggi dari elektroda aktif. Istilah lain adalah dispersive electroda, passive elektroda, plate elektroda, indefferent elektroda. 7. Nessy electroda/disposable patient plate adalah elektroda netral yang dipergunakan sekali pakai, untuk menjamin sterilisasi. 8. Foot switch adalah saklar kaki untuk untuk mengaktifkan elektroda aktif yang terdiri dari single foot switch dan double foot switch. 9. Hand Switch adalah saklar tangan untuk untuk mengaktifkan elektroda aktif yang terdiri dari single hand switch dan double hand switch.

3. Prinsip kerja electrosurgery Prinsip kerja electrosugery unit adalah adalah mengalirkan arus bolakbalik frekwensi tinggi melalui tubuh patient dengan besar arus atau daya tertentu. Arus bolak-balik frekwensi tinggi dibangkitkan pada bagian oscillator, dan dikuatkan pada penguat arus, setelah melalui pengontrolan dosis. Arus dari ESU dialirkan melalui elektroda aktif, ke tubuh patient, menuju elektroda netral dan kembali, sehingga pada kontak yang kecil yaitu antara ujung elektroda aktif dengan tubuh patient akan terjadi arus besar dan terjadi

pembakaran.

Untuk

lebih

memahami

prinsip

kerja

dari

electrosurgery unit dapat diperhatikan pada blok diagram elektrosurgery berikut ini.

Gambar 2. Diagram blok ESU

Tabel 1. Tipe output karakteristik ESU 4. Bagian – Bagian Electrosurgery a) Unit electrosurgery

Gambar 3. Electrosurgry tampak depan b) Aksesoris standar

Gambar 4. Netral elektrode

Gambar 5. NESSY

Gambar 6. Foot switch

Gambar 7. Elektroda aktif

5. Prosedur Penggunaan Elektrosurgey Unit a) Sebelum menghidupkan ESU bersihkan ESU dan bagian-bagiannya dari debu dan kotoran lainnya. Pastikan bahwa tidak ada barang apapun diatas ESU terutama cairan. b) Pastikan bahwa semua accecories dalam kondisi baik dan telah terpasang dengan baik. c) Masukkan kabel power ESU ke stop kontak listrik di dinding. Pastikan kabel power telah tertancap dengan mantap di stop kontak, apabila stop kontak tidak ada arde, hubungkan ESU dengan arde tambahan. d) Hidupkan ESU e) Atur dosis/daya yang diinginkan dengan menekan tombol up/down, baik untuk cutting maupun coagulation. Lukukan juga pemilihan efek yang diinginkan untuk cutting dan mode yang diinginkan untuk coagulating, bila memang dibutuhkan. f) ESU siap untuk digunakan, setelah netral elektroda terpasang ke pasien dengan baik, pemasangan elektroda netral sebisa mungkin pada bagian tubuh pasien yang paling dekat dengan yang dibedah, hal ini untuk mencegah mengalirnya arus dari elektroda aktif ke elektroda netral agar tidak melalui jantung. g) Setelah selesai penggunaan ESU, bersihkan dan rapikan kembali unit beserta semua aksesoris yang digunakan.

6.

Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Pastikan sebelum membuka casing jangan ada arus listrik yang mengalir dan tidak ada cairan apapun. 3. Buka casing atau wadah alat ESU yang akan dicoba atau digunakan dengan obeng. 4. Keluarkan Board modul dari ESU tadi. 5. Masukan steker ESU ke dalam stopkontak. 6. Siapkan wiring dan blok diagram serta multimeter beserta obeng 1 set. 7. Hidupkan osciloskop yang sudah terpasang probenya dan yang sudah terkalibrasi. 8. Pasangkan probe oscilloscope ke titik MP yang akan diukur. 9. Lihat hasil pulsa di oscilloscope. 10. Catat dan foto hasil keluaran pulsa oscilloscope.

BAB III PEMBAHASAN

A. LANGKAH PRAKTIKUM Langkah utama yang harus diambil adalah pahami dan cermati manual book dari setiap alat yang mengalami masalah, termasuk wiring diagram, hasil dari measuring point (MP) standar yang telah ditentukan oleh vendor alat tersebut.

Gambar 8. Rangkaian elektrik ESU

Gambar 9. Wiring diagram ESU Dari wiring diagram di atas dapat kita pahami bahwa ESU bekerja ketika mendapat catu daya dari jala-jala listrik sehingga blok power suplai akan menghasilkan variasi tegangan sesuai kebutuhan tiap-tiap komponen pada alat tersebut. Pada rangkaian osilator terdapat R36 yang berfungsi mengatur pengisian dan pengosongan C9 sehingga R36 berperan untuk mengatur frekuensi yang dihasilkan, sedangkan pada rangkaian modulator terdapat R3 dan R4 yang berfungsi untuk mengatur sinyal modulasi, R3 untuk mengatur modulasi cutting sedangkan R4 untuk mengatur modulasi koagulasi, setelah itu sinyal hasil osilasi dan modulasi akan dicampur oleh diver sehingga menjadi sinyal modulasi dengan frekuesi tinggi yang dapat kita atur, output dari driver akan dikuatkan oleh rangkaian trafo step up yang nilai penguatan outputnya dapat diatur melalui R1 dan R2, setelah itu output dari penguatan trafo dikirim ke penguatan utama dan setelah itu menuju rangkaian switch untuk memilih mode cutting maupun coagulation switch cut akan menyebabkan K1 bekerja dan switch coagulation akan menyebabkan K2 bekerja, pada penguatan utama

ada sinyal umpan balik overload yang digunakan ketika terjadi overload sehingga otomatis alat akan berhenti beroperasi. Soal; 1. MP1 : 700 KHz, 800 KHz 2. MP2 : Dosis 0 = cutting & coagulasi Dosis 5 = cutting & coagulasi 3. MP3 : Dosis 0 = cutting & coagulasi Dosis 5 = cutting & coagulasi 4. MP4 : Dosis 0 = cutting & coagulasi Dosis 5 = cutting & coagulasi 5. MP5 : (Multimeter) Dosis 0,5,10 6. MP6 : Dosis 0 = cutting & coagulasi Dosis 5 = cutting & coagulasi

Dan berikut adalah output masing-masing MP ketika ESU berfungsi dengan baik : 1. Hasil Hasil gambar

Keterangan

MP 1 FREKUENSI 800 KHZ Vpp = 6,40 Volt

MP 1 FREKUENSI 700 KHZ Vpp = 6,48 Volt

MP2 Cutting 0 Vpp = 5,22 v frekuensi = 5,26 khz

MP 2 Coag 0 Vpp =3,52 v Frekuensi =11,99 khz

MP 2 Cutting 5 Vpp = 5,04 v Frekuensi = 16,58 khz

MP 2 Coag 5 Vpp = 4,16 V Frekuensi = 20,8310 khz

MP 3 Coag 0 Vpp = 3,68 v Frekuensi =225,8 khz

MP 3 Cutting 5 Vpp = 3,60 v Frekuensi = 117,6 khz

MP 3 Coagulation 5 Vpp = 4,08 v Frekuensi = 12,14 khz

MP 4 Cutting 0 Vpp = 4,4 v Frekuensi = 16,51 khz

MP 4 Coag 0 Vpp = 4,56 v Frekuensi = 116,1 khz

MP 4 Cutting 5

MP 4 Coagulation 5

Mengukur MP5 dengan Multimeter baik Cutting dan Coagulasi di Dosis 0-5-10.

1. CUTTING  Dosis 0 terukur 0 Volt  Dosis 5 terukur 7 Volt  Dosis 10 terukur Max 20 Volt 2. COAGULASI  Dosis 0 terukur 0 Volt  Dosis 5 terukur 9 Volt  Dosis 10 terukur 23 Volt

Langkah-langkah yang harus diambil secara umum ketika memecahkan masalah adalah ditunjukkan oleh diagram alur berikut :

Gambar 8. Diagram alur pengambilan langkah troubleshoot

Secara garis besar masalah-masalah pada ESU dapat terjadi pada bagian berikut : 1. Power supply 2. Osilator 3. Modulator 4. Driver (pencampur sinyal hasil osilasi dan modulasi) 5. Filter frekuensi tinggi 6. Kontrol 7. Penguat 8. Rangkaian proteksi overload

B. HASIL PRAKTIKUM Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka masalah yang ditemukan beserta langkah trouble shoot yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Alat/unit mati total a. Analisa

:

 Unit tidak mendapatkan catu daya sehingga unit sama sekali tidak dapat aktif.  Catu daya yang didapat tidak sesuai dengan spesifikasi alat/unit. b. Langkah

:

 Lakukan pengukuran tegangan dari jala-jala PLN  Lakukan pengukuran pada MP10 karena itu adalah output power suplai  Jika tegangan tidak keluar maka ukurlah F9, kemungkinan F9 putus, jika putus maka gantilah dengan Fuse yang spesifikasinya sama c. Keterangan :  F9 putus sehingga dilakukan penggantian fuse 2. Indikator alarm elektroda netral berbunyi tidak semestinya a. Analisa :

 Terdapat masalah pada kabel sambungan elektroda netral  Relai driver buzzer tidak mendapat tegangan b. Langkah :  Periksa sambungan kabel elektroda netral, jika putus maka sambunglah/ ganti  Jika relai tidak mendapat tegangan maka ukurlah output MP10 c. Keterangan :  Kabel elektroda netral (kabel 61) putus, sehingga dilakukan penyambungan 3. Alat hidup namun tidak dapat melakukan Cut/Coag a. Analisa :  Arus dan teganagan yang keluar tidak cukup kuat untuk melakukan cutting atau coagulation b. Langkah :  Terdapat masalah pada rangkaian penguatan arus dan tegangan c. Keterangan :  R7 (100Ω) mengalami kerusakan, sehingga harus diganti, namun pada percobaan ini sementara hanya di jumper karena hambatan yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah perbaikan pada ESU adalah :

 Masalah : Penentuan masalah yang kita temui, bisa kita tanyakan pada user mengenai keluhan-keluhan alat tersebut  Analisa : Merupakan tindak lanjut dari penentuan masalah, dimana pada langkah ini kita harus mampu menentukan bagian-bagian yang mengalami kerusakan, seperti : 1. Power supply 2. Osilator 3. Modulator 4. Driver (pencampur sinyal hasil osilasi dan modulasi) 5. Filter frekuensi tinggi 6. Kontrol 7. Penguat 8. Rangkaian proteksi overload Namun agar dapat menganalisa kita dituntut : 1. Memahami prinsip kerja alat tersebut 2. Memahami cara kerja tiap-tiap komponen pada alat tersebut 3. Memahami Manual Book yang telah disediakan vendor  Langkah

: Merupakan realisasi dari analisa yang telah kita lakukan.

B. PENUTUP Demikianlah laporan ini saya susun, apabila terdapat kesalahan baik penulisan maupun penyampaian, maka kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya.

More Documents from "Yus Maya"

Retno Inggris.docx
August 2019 30
Rpk.doc
November 2019 28
Program Kutu Pintar
November 2019 26
Program Kutu Pintar
November 2019 24