PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi. Di Rumah Sakit terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisikomenimbulkan insiden.Karena itu RSUD Muara Beliti perlu melakukan
pengelolaan
risiko
dalam
suatu
manajemen
risiko
yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN: Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di RSUD Muara Beliti. C. SASARAN: 1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan 2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan satuan kerja fungsional dan manajerial serta pegawai RSUD Muara Beliti. D. RUANG LINGKUP: a. Risiko terhadap pasien terkait perawatan b. Risiko terhadap staf medis c. Risiko terhadap staf/ pegawai d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset RS e. Risiko terhadap keuangan f. Risiko2 lain
II.
PENGERTIAN:
• Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan rumah sakit melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset rumah sakit, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan. • Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan. • Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. • Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi
yang
memprioritaskan
keselamatan
pasien,
melalui
revisi
pengembangan proses, fungsi dan layanan.
III.
ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
a. Tujuan. b. Kewenangan. c. Koordinasi. d. Tanggung jawab.
a. TUJUAN
Tujuan disain program manajemen risiko adalah: Untuk
mengurangi
mortality dan
morbidity,
dengan memperbaiki
perawatan kepada pasien,melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risikoyang dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien. Untuk meningkatkan perawatan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan rumah sakit akibat kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
melalui
lingkungan
yang
diciptakan
dengan
aman
b. KEWENANGAN.
1. Pemilik Rumah Sakit/ Governing body: memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Governing body mendelegasikan kewenangan kepada Direktur RSUD Muara Beliti untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara luas. 2. Direktur RSUD Muara Beliti menetapkan organisasi manajemen risiko rumah sakit.Adanya di mana dlm struktur ? 3. Manajer risiko profesional bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Direktur Rumah Sakit, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Rumah Sakit. Posisi manajer risiko profesional harus relatif tinggi dalam hirarki organisasi. Manajer risiko profesional harus melaporkan semua hasil kinerjanya kepada Direktur Utama, selanjutnya Direktur Utama melaporkan kepada governing body. Dalam struktur dimana manajer risiko? Perlu dibahas.
c. KOORDINASI.
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan rumah sakit yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, rumah sakit harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara manajemen risiko professional dengan semua satuan kerja struktural dan fungsional rumah sakit serta fungsi lain di dalam dan di luar rumah sakit. Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-orang kunci dalam organisasi: • Governing Body bertanggung jawab mengawasisemua kegiatan dalam organisasi rumah sakit, termasuk mengawasi mutu pelayanan, kinerja dokter, pengelolaan manajemen risiko dan program perbaikan mutu. Dukungan dan komitmen Governing Body harus dimanifestasikan secara formal dalam bentuk tertulis. (ditandatangani governing body). Di dalam dokumen tersebut harus jelas dinyatakan batasan program, kedudukan dan tugas manajer risiko. Governing Body juga harus ikut menentukan apakah rumah sakit dapat mengalokasikan biaya sesuai kemampuan setiap tahunnya untuk membiayai staf, peralatan, dan kebutuhan lain yang diperlukan untuk berjalannya fungsi manajemen risiko. Governing Body dan Direktur harus ikut berperan dalam memantau
informasi tentang masalah, kemajuan/ perbaikan dan kegiatan manajemen risiko. Direktur Utama dan para Direktur RS berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen risiko seperti membuat keputusan penyelesaian klaim asuransi yang lebih besar dan menetapkan batas klaim. Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan berfungsi sebagai penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa organisasi melakukanclinical appointment staf medis, kredensial, cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Direktur Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, termasuk meyakinkan dan menetapkan batas nilai asuransi, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan rumah sakit. Direktur Umum, Sumber Daya Manusia dan Pendidikan (USP),bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan. Ketua Komite K3RS memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasienmemiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS dan keselamatan pasien. Ketua Komite Medik memiliki tanggung jawab utama membantu Manajer Risiko Profesional dalam melakukan audit medis (second party audit)apabila ada masalah dalam pelayanan dokter, memberitahukan kepada Manajer Risiko professional dan Komite Etik dan Hukum apabila ada medical error yang berpotensi menyebabkan litigasi. Ketua Komite Keperawatan memiliki tanggung jawab utama membantu Manajer Risiko Profesional dalam melakukan audit asuhan keperawatan apabila ada masalah dalam pelayanan keperawatan, memberitahukan kepada Manajer Risiko professional dan Komite Etik dan Hukum apabila ada nursing care error yang berpotensi menyebabkan litigasi.
Ketua Komite Etik dan Hukum memiliki tanggung jawab utama membantu Manajer Risiko Profesional dalam melakukan audiensi kepada penggugat apabila terjadi masalah dalam pelayanan rumah sakit yang berpotensi menyebabkan
litigasi,
dan
memberitahukan
kepada
Manajer
Risiko
professional. Kepala Bagian sumber daya manusia memimpin, mencegah, mengurus klaim dan keluhan terkait dengan masalah praktek seperti dugaan pelecehan seksual, diskriminasi dan penghentianpegawai yang salah. Kepala Bagian Pendidikan membantu manajemen risiko profesional untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan manajemen risiko untuk staf,serta perencanaan, pengorganisasian dan memberikan orientasi dalam program layanan pendidikan. Kepala Bidang Fasilitas Medik, Kepala Bagian Umum, Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana RS berfungsi sebagai sumber informasi mengenai insiden buruk yang terjadi dalam fasilitas yang berpotensi memiliki implikasi manajemen risiko serius. Perawat kontrol infeksi: - Memberikan informasi dan pengertian kepada pasien yang terinfeksi, yang dapat menimbulkan tuntutan pertanggungjawaban. - Membantu manajemen risiko dalam protokol pengendalian infeksi yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan dari infeksi nosokomial. Kepala Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (IRMIK) bertugas memberitahu manajemen risiko apabila ada permintaan catatan medis dari pengacara yang mungkin. merupakan sinyal inisiasi proses hukum atau klaim. Kepala Instalasi Penagihan Pasien (IPP) bertugas membantu manajemen risiko untuk mengidentifikasi pasien dengan keluhan terkait masalah selama proses perawatan yang dikhawatirkan muncul ke permukaan pada saat proses penagihan biaya perawatan berlangsung. Mereka berpotensi mengklaim apabila penagihan dilakukan dengan gencar. Kepala Bidang Keperawatan membantu manajemen risiko dengan keahlian teknis dan klinis yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi risiko perawatan dan membantu menyelidiki kewajiban klaim dan insiden.
Kepala Instalasi Pemasaran dan Hubungan Masyarakat (IPH) membantu manajemen risiko dengan melaporkan semua komplain pasien baik yang sudah tertangani, maupun yang berpotensi menimbulkan litigasi kepada manajer risiko professional dan KEH. Kepala Instalasi pelayanan pasien (IRJ, IRNA A,B,C, Instalasi Pavilliun Anggrek, IRI, IBS, IP2K, Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi, Instalasi Farmasi, IFPJ): membantu manajer risiko dengan melaporkan insiden terkait pelayanan pada pasien, dan insiden pada staf, keluarga pasien dan pengunjung RS maupun staf pihak ketiga yang sedang bekerja di RS.
Ketua Satuan Medis Fungsional (SMF) melakukan first party audit apabila ada kasus yang diduga medical error, melaporkan kepada ketua Komite Medik
serta
Direktur
Medik
dan
Keperawatan
d. TANGGUNG JAWAB
Manajer risiko profesional adalah bagian dari struktur manajemen puncak dibawah Direktur. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan
cara
mengidentifikasi,
investigasi,
mengevaluasi,
memonitor,
mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.
1. Tugas manajer risiko sebagai berikut : a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut : Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti
laporan
insiden,rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien. Mengembangkan
dan
memelihara
hubungan kolaborasi
dengan satuan kerja terkaitseperti: manajemen mutu, keperawatan, staf medis dan kontrol infeksi. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen risiko. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti informed consent, product recalls, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel. b. Mengelola klaim. c. Mengelola risiko keuangan.
2. Tanggung jawab manajer risiko dibagi dalam enam bagian : a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan b. Manajemen klaim c. Pembiayaan risiko d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan e. Pelaksanaan manajemen risiko f. Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risikosecara spesifik. Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan
kegiatan
selanjutnya,melaporkan
menetapkan tujuan rumah sakit.
kemajuan
untuk
IV. TUJUAN.
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan mutu
perawatan
dan
memanfaatkan
proses
untuk
mengidentifikasi,
mengurangi atau menghilangkan risiko kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan: 1. Mengelola semua asuransi atau program asuransi diri untuk memaksimalkan cakupan dan meminimalkan biaya. 2. Mengidentifikasi semua
risiko dan bahaya
untuk mencegah dan
memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain- lain.
3. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan perawatan pasien untuk mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain. 4. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan perawatan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan. 5. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian. 6. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu perawatan pasien dan layanan yang terkait. 7. Mengkoordinasikan manajemen klaim secara internal yang tepat waktu, terorganisir dan biaya efektif seperti yang dipersyaratkan dalam dokumen. 8. Mengatur program pendidikan manajemen risiko untuk membangun kesadaran tentang isu- isu pengelolaan risiko dan praktek-praktek yang aman.
V. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan. Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan
peningkatan
mutu
berkesinambungan.
Upaya
tim
untuk
melaksanakan program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu perawatan pasien, keselamatan. Layanan diberikanuntuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.
Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko: a. Terkait dengan perawatan pasien b. Terkait dengan staf medis c. Terkait dengan karyawan d. Terkait dengan properti e. Keuangan f. Lain – lain
a. Risiko terkait perawatan pasien: - Berhubungan langsung dengan perawatan pasien. - Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. - Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai. - Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan. - Pasien diberitahu tentang risiko - Pengobatan yang nondiskriminatif. - Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan. - Pemilahan pasien di triase yang sesuai kebutuhan dan transfer pasien dari ruang emergensi. - Pasien yang diikut sertakan dalam penelitian dan penggunaan obatobatan eksperimental harus dengan persetujuan. - Apakah pasien dipulangkan sesuai dengan kebutuhan ?.
b. Risiko terkait staf medis. - Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ? - Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ? - Apakah pasien dikelola dengan benar? - Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
c. Risiko terkait pegawai. - Menjaga lingkungan yang aman. - Kebijakan kesehatan pegawai. - Mengurangirisiko penyakit akibat pekerjaan.
d. Risiko terkait property.
- Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll. - Catatan rekam medik pasien non-elektronik atau elektronik, catatan bisnis dan catatan keuangan, dilindungi darikerusakan atau perusakan. - Prosedur untuk menangani uang tunai dan menjaga barang-barang berharga. - Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian.
e. Risiko terkait keuangan. - Bad Debt. - Meningkatnya suku bunga. - Keuangan dengan kewajiban pembayaran hutang yang buruk.
f. Risiko lain-lain: - Manajemen biologis
bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan menular, manajemen limbah.
- Risiko terkait hukum dan peraturan
VI. PROSES MANAJEMEN RISIKO
Manajemen
risiko
adalah
proses
yang
berkesinambungan
dan
berkelanjutan. Risikomungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi. Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks. 2. Identifikasi risiko. 3. Analisis risiko.
Asesmen risiko
4. Evaluasi risiko. 5. Kelola risiko.
Risk Management Process
1. TAHAP 1: TETAPKAN KONTEKS.
Pad pahami kegiatan operasional di lingkungan rumah sakit dan strategi
a tah apa n ini: • I d e n ti fi k a s i d a n
program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif. • Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari organisas rumah sakit dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perluditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak
masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
2. TAHAP 2: IDENTIFIKASI RISIKO.
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan rumah sakit, atau pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan perawatan lebih lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat rumah sakit, unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman. Identifikasi risiko memerlukanpemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut: 1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian; 2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder internal / eksternal; 3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Rumah Sakit atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan rumah sakit. 4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya dan insiden yang terjadi; 5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Manajer risiko dapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif. Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti: -
Daftar keluhan pasien,
-
Hasilsurvei kepuasan,
-
Diskusidengan manajer serta staf dan mitra kerja,
-
Laporan insiden.
3. TAHAP 3: ANALISIS RISIKO.
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan dan semua satuan kerja, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data untuk membantu evaluasi dan perawatan. Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden. Penilaian
dan
rangking
risiko
dilakukan
menggunakan
kemungkinan dan konsekuensi.
Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian Level Frekuensi
Kejadian Aktual
1
Sangat jarang
Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2
Jarang
Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3
Mungkin
Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4
Sering
Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5
Sangat sering
Terjadi dalam minggu/ bulan
kategori
Dampak Klinis/ Konsekuensi/ Severety (derajat beratnya)
Level 1
Deskripsi
Contoh Deskripsi
Tidak
Tidak ada cedera, Kerugian keuangan kecil
signifikan 2
Ringan
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama Kerugian keuangan sedang
3
Sedang
Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau intelektual secara semipermanen/ reversibel/ tidak berhubungan dengan penyakit Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.
4
Berat
Cedera luas Kehilangan fungsi utama permanen (motorik, sensorik, psikologis, intelektual), permanen/ irreversibel/ tidak berhubungan dengan penyakit. Kerugian keuangan besar.
5
Katastropik
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit. Kerugian keuangan sangat besar.
Risk Grading Matrix (Matriks Derajat Risiko)
Frekuensi
Dampa k Tidak
Ringa
Sedan
signifikan
n
g
Berat
Katastropi k
4
Sangat
1
2
3
Sedang
Sedang
Tinggi
sering (Tiap
5 Ekstri
Ekstrim
m
mg/ bl) 5 Sering (Bbrp x/ th) 4
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstri m
Ekstrim
Mungkin
Rendah
Sedang
Tinggi
(1-2 th/
Ekstri
Ekstrim
m
x) 3 Jarang
Rendah
Rendah
(3-5 th/
Sedan
Tinggi
Ekstrim
Tinggi
Ekstrim
g
x) 2 Sangat
Rendah
Rendah
jarang (> 5
Sedan g
thn/ x) 1
Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):
Pita biru: Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi sederhana.
Pita hijau: Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi sederhana.
Pita kuning: Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Direktur.
Pita merah: Dilaporkan segera ke Direktur utama dan lakukan RCA.
4. TAHAP 4: EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.
Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftarprioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima rumah sakit. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima rumah sakit, maka harus berhasil dilaksanakan. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
5. TAHAP 5: PENGELOLAAN RISIKO.
Bila
memungkinkan
paparan
risiko
perlu
dieliminasi.
Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka manajer risiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar: 1. Mengendalikan risiko (risk control). Risiko sedapat mungkin dihindari karena rumah sakit tidak berani mengambil risiko dengan metode berikut. Menghindari risiko (risk avoidance), Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan cara: - Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya untuk sementara. - Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko. • Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara : - Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian. - Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi dengan cara pembiayaan risiko (risk financing) meliputi pemindahan risiko (risk transfer) melalui pembelian asuransi.
2. Menanggung risiko (risk retention). Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh rumah sakit. Artinya rumah sakit mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional rumah sakit dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
VII. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI Elemen-elemen kunci strategi komunikasi rumah sakit termasuk: 1. Tujuan komunikasi yang jelas;
2. Identifikasi
internal
dan
eksternal
pemangku
kepentingan
harus
dimasukkan; - kelompok stakeholder dan perorangan; - ahli/pakar; 3. Identifikasi
apa
keyakinan
diperhitungkan
dan
perspektif
yang
harus
selama prosesmanajemen risiko klinis;
4. Kembangkan strategi komunikasi untuk digunakan selama proses manajemen risiko; 5. Proses digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi efektivitas program komunikasi rumah sakit. Tanpa proses komunikasi yang efektif dan konsultasi, stakeholder tidak akan mengerti
mengapa
strategi
manajemen
risiko
dan
kebijakan
telah
dikembangkan dan diterapkan. Mereka tidak akan mengerti peran perorangan dan tanggung jawab manajemen risiko.
VIII. PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko rumah sakit tetap relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkahdalam proses manajemen risiko. Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporan insiden internal, litigasi dan informasi klaim, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan/ perusahaan, serta persyaratan dan panduan tingkat nasional. Kepala satuan kerja secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat satuan kerja.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah: 1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risikoyang signifikan dan moderat. 2. Untuk mengembangkan daftar risikointernal dan rencana kegiatan untuk semua satuan kerja. 3. Untuk mengembangkan profil utamarisiko dan risiko signifikan yang
mungkin timbul dari kegiatan rumah sakit(dan jasa pelayanan pihak ketiga) serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk mengontrol. 4. Untuk mengidentifikasi pengukuran kontrol yang sudah ada dan menilai potensi perbaikan akuntansi keuangan dan dampaknya terhadap pelayanan rumah sakit. IX. SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di rumah sakit terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu langkah- langkah yang akan diambil rumah sakit terhadap risiko tersebut. Tujuan umum laporan insiden (KKP RS): Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP RS) : 1) Rumah Sakit (Internal) a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di RS. b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah. c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali. 2) KKP-RS (Eksternal) a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi rumah sakit lain. c. Ditetapkannya langkah2 praktis. Laporan insiden terdiri dari : • Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial
cedera
dan
insiden
yang
menimpa
pasien,
pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
keluarga,
• Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya. Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) : a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri) b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya. c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah. d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insidenyang mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera. 4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang belum sampai terpapar ke pasien. 5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadiinsiden. Tipe Insiden : 1. Administrasi Klinis 2. Proses / Prosedur klinis 3. Dokumentasi 4. Infeksi Nosokomial 5. Proses Medikasi / Cairan Infus 6. Darah / Produk darah 7. Gizi / Nutrisi 8. Oxigen / Gas medis 9. Alat Medis 10. Perilaku pasien 11. Pasien jatuh 12. Pasien Kecelakaan 13. Infrastruktur / Sarana / Bangunan 14. Sumber daya / Manajemen 15. Laboratorium
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden? - Staf RS yang pertama menemukan kejadian atau supervisornya. - Staf RS yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.
X. INVESTIGASI INSIDEN
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden denganmencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari : a. Investigasi Sederhana, Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau. Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan
interview (wawancara). 2.Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why : • Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien. • Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying cause). 3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan 4.Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau merah. RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor2 yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan karena dapat menjawab pertanyaan2 untuk hal2 yg berisiko tinggi, seperti: • Apa yang terjadi (aktual) • Apa yang harusnya terjadi (kebijakan) • Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahagar tidak terjadi kembali (tindakan/outcome?) • Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan keselamatan pasien? (melalui pengukuran) Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah : 1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi 2. Tentukan Tim Investigator 3. Kumpulkan data & informasi
• Observasi • Dokumentasi • Interview 4. Petakan Kronologi kejadian
•
Narrative Chronology,
•
Timeline,
•
Tabular Timeline,
•
Time Person Grid.
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
• 6.
( Brainstorming, Brainwriting )
Analisis Informasi •
5 Why’s,
•
Analisis Perubahan
•
Analisis Penghalang
•
FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement XI. MANAJEMEN KLAIM
Manajer risiko harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai seluruh proses untuk memastikan bahwa klaim diselesaikan dengan tepat. Dengan demikian manajer risiko profesional perlu memastikan bahwa fungsi-fungsi berikut telah dilakukandengan tepat. 1. Pelaporan klaim. • Perusahaan asuransi utama, jika diasuransikan oleh perusahaan. • Mekanisme internal, jika asuransi sendiri. • Reasuransi selisih nilai asuransi (bila dapat diaplikasikan) 2. Investigasi klaim. • Tinjauan rekam medik • Wawancara (berkoordinasi dengan Komite Etik dan Hukum/ penasihat hukum untuk mewawancarai pasien, pemberi layanan kesehatan, saksi, dan sebagainya) • Tinjauan kasus oleh ahlinya • Asesmen awal • Pengaturan cadangan. 3. Strategi manajemen klaim. • Penentuan kewajiban. • Menyelesaikan atau membela keputusan. • Tinjauan komite klaim (tinjauan tersebut dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol mutu untuk memastikan bahwa penentuan kewajiban akurat dan bahwa keputusan untuk menyelesaikan atau membela keputusantelah diambil dengan bijaksana). 4. Penyelesaian sengketa. • Dokumentasi yang mendukung pembayaran klaim. • Dokumentasi proses persetujuan pembayaran klaim. 5. Litigasi. • Strategi pra peradilan dan paska sidang. • Koordinasi dalam hubungan masyarakat keprihatinan. • Persiapan saksi. • Pertukarankeputusan dan informasi selama persidangan • Strategi paska sidang Manajer risiko professional menerima keluhan/ tuntutan yang berhubungan dengan profesional dan kewajiban secara umum, dan mengirimkan informasi ini ke kepala satuan kerja, petugas administrasi yang tepat, asuransi atau penasihat hukum. Atas permintaan manajemen, penasihat hukum atau penaksir kerugian (adjuster), berpartisipasi dalam menanggapi keluhan atau
klaim untuk mendapatkan informasi dan memfasilitasi penyelesaian pada tahap awal.
XII. EVALUASI PROGRAM MANAJEMENRISIKO
Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telahdisusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh governing body.
Direktur RSUD MuaraBeliti Kabupaten Musi Rawas
Dr.RenySyartika,M.Ec.Dev Pembina IV.a Nip : 19720117 200212 2 006
Lampiran 1 : FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL F/058/035/R/0 1
LAPORAN INSIDEN INTERNAL
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM I. DATA PASIEN
Nama
:
......................................................................................................... No MR
: ......................................... Ruangan :
............................................. Umur *
: □ 0-1 bulan □> 1 bulan – 1 tahun □> 1 tahun – 5 tahun □> 5 tahun – 15 tahun □> 15 tahun – 30 tahun □> 30 tahun – 65 tahun □> 65 tahun
Jenis kelamin *
:□
Laki-laki □ Perempuan Penanggung biaya pasien * : □ Pribadi □ Asuransi Swasta □ ASKES Pemerintah □ Perusahaan* □ JAMKESMAS
□ JAMKESDA
Tanggal Masuk RS : ...................................................... Jam ..................................... II. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal : ........................................... Waktu insiden jam : ....................................... 2. Insiden : .......................................................................................................................... ................ 3. Kronologis Insiden Untuk insiden pasien jatuh, isi dan lampirkan “lembar khusus rincian
insiden pasien jatuh” Untuk insiden kesalahan pemberian obat (medication error), isi
dan lampirkan “ lembar khusus rincian insiden kesalahan pemberian obat “ Untuk insiden lain, buat lampiran di lembar lain apabila perlu sesuai
kebutuhan
................................................................................................................ ....................
4. Jenis Insiden * : □ Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss) □ Kejadian Tidak cedera / KTC (No Harm)
□ Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event) 5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden* □ Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya □ Pasien □ Keluarga / Pendamping pasien □ Pengunjung
□ Lain-lain ...........................................................................................(sebutkan) 6. Insiden menyangkut pasien* : □ Pasien rawat inap □ Pasien rawat jalan □ Pasien UGD
□ Lain-lain .......................................................................................................(seb utkan)
7. Lokasi kejadian ............................................................................................. (sebutkan tempat pasien berada)
8. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi) * □ Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya □ Anak dan Subspesialisasinya □ Bedah dan Subspesialisasinya □ Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya □ THT dan Subspesialisasinya □ Mata dan Subspesialisasinya □ Saraf dan Subspesialisasinya □ Anastesi dan Subspesialisasinya □ Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya □ Jantung dan Subspesialisasinya □ Paru dan Subspesialisasinya □ Jiwa dan Subspesialisasinya
□ Lain- lain: .................................................................................................. (sebutkan) 9. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden : Unit kerja penyebab ............................................................................ (sebutkan).
10. Akibat Insiden Terhadap Pasien * : □ Kematian □ Cedera Irreversibel / Cedera Berat □ Cedera Reversibel / Cedera Sedang □ Cedera Ringan □ Tidak ada cedera
11. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya : .................................................................................................................... .............. Tindakan dilakukan oleh * : □ Tim : terdiri dari : □ Dokter □ Perawat □ Petugas lainnya
12. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain? * □ Ya □ Tidak
Apabila ya, isi pertanyaan dibawah ini. 13. Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama? ....................................................................................................................... .......... ……………………………………………………………………………………… ………..
Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) * : □BIRU
□HIJAU
□KUNING
□MERAH
NB : pada tanda * = pilih satu jawaban dengan dengan membubuhkan tanda ceklis ( √ ) pada kotak yang tersedia.
Pelapor
…………………………… Penerim a
……………………………… …..
laporan Paraf
…………………………… Paraf
……………………………… …..
Tanggal
…………………………… Tanggal lapor
lapor
……………………………… …..
LAPORAN INSIDEN INTERNAL LAMPIRAN KHUSUS : “RINCIAN INSIDEN PASIEN JATUH”
1. Tanggal : ................................................ Waktu Insiden Jam.........................................
2.Insiden : ..................................................................................................................... ....
3. Kronologis Insiden
- Posisi jatuh : (berbaring / duduk / berdiri)................................................................ - Deskripsi pasien mengenai kejadian jatuh (bila memungkinkan): a.
Apa yang sedang dilakukan pasien saat
terjatuh.................................................... b.
Dimana lokasi pasien saat
terjatuh......................................................................... -
Pemberitahuan kepada keluarga /
wali................................................................... -
Pengobatan yang sedang diterima (obat yang diberikan ganda) :
........................
4. Pemeriksaan pasien :
-
Pemeriksaan tanda vital:
suhu,............ nadi............... pernafasan................ tekanan darah.................... - Tingkat kesadaran : ................................................................................................. - Skala nyeri : ............................................................................................................. -
Daerah/ lokasi cedera pada pasien : …………………………………………….........
Faktor - faktor yang mempengaruhi risiko jatuh : a. Factor pasien: - Kondisi komorbid (demensia/ penyakit jantung/ neuropati/ gangguan jiwa/ tunanetra, dll): ......................................................................................................... .......... - Gangguan keseimbangan / Cara berjalan........................................................... - Apakah pasien menggunakan alat bantu jalan? Bila ya, jenis apa? - Apakah pasien mengenakan alas kaki yang tepat? - Apakah pasien menggunakan alat bantu sensorik? (kacamata, alat bantu dengar) - Pengobatan diikuti/ tidak *. Bila tidak,mengapa? ……………………………………
b. Faktor-faktor lingkungan dll: - Apakah terdapat pakaian/ barang-barang berserakan di lantai ? Ya / tidak * - Tempat tidur pada posisi : tinggi / rendah * - Penghalang tempat tidur: ada / tidak *. Bila ada, berapa banyak? .…………… - Roda tempat tidur terkunci/ tidak? Ya / Tidak * - Lantai kamar : basah/ tidak *. Bila basah, dari mana asalnya air/ cairan ? - Pencahayaan : cukup/ tidak * - Bel di kamar untuk memanggil perawat : terjangkau/ tidak * - Meja di sisi tempat tidur : dapat terjangkau/ tidak * - Kursi roda : terkunci/ tidak * - Kamar mandi :
Lantai kamar mandi : Licin/ tidak licin *, kotor/ tidak kotor *, ada/ tidak ada pegangan tangan *
Bel untuk memanggil perawat : ada/ tidak ada *. Bila ada : terjangkau / tidak *
- Lintasan kabel listrik tidak beraturan di lantai ? Ya / tidak *
Kemungkinan penyebab jatuh :.………………………………………………… * Coret yang tidak perlu
LAPORAN INSIDEN INTERNAL LAMPIRAN KHUSUS : “RINCIAN INSIDEN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT” (Medication Error). 1.Tanggal : …………………………….. Waktu Insiden Jam : …......
2.Insiden
:
……………………………………………………………….......... 3. Kronologis
Insiden :
- Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai terjadinya
insiden - Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya, bukan pendapat /
asumsi pelapor …………………………………………………………………………………………… ……… …………………………………………………………………………………………… ……… 4. Skrining
resep :
a. Pemeriksaan kelengkapan administrasi resep, yaitu :
- Nama dokter : ………………………………………………………………………………….. - Nomor Surat Izin Praktik (SIP): ………………………………………………………………. - Paraf / tanda tangan dokter: …………………………………………………………………. - Tanggal penulisan resep: …………………………………………………………………….. - Nama obat: …………………………………………………………………………………….. - Jumlah obat: …………………………………………………………………………………… - Aturan pakai: ……………………………………………………………………......... - Nama: ……………………………………………………………………………......... - Umur: …………………………………………………………………………………………… - Berat badan: …………………………………………………………………………………… - Jenis kelamin: …………………………………………………………………………………. - Alamat / nomor telpon pasien: ………………………………………………………. b. Pemeriksaan kesesuaian farmaseutik, yaitu: - Bentuk sediaan:
…………….....………………………………………………………. - Dosis: …………………………………………………………………………………………… - Potensi: ………………………………………………………………………………………… - Inkompatibilitas: …………….…………………………………………………………. - Cara dan lama penggunaan obat: ………………………………………………………….. c. Pertimbangan klinik seperti: - Kesesuaian indikasi: …………………………………………………………………. - Alergi: …………………………………………………………………………………. - Efek samping: ………………………………………………………………………… - Interaksi: …………………………………………………………………………….- Kesesuaian dosis: ……………………………………………………………………. d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia: Ya / Tidak * 5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesalahan pemberian obat: a. Faktor insiden akibat obat: - Salah obat - Salah dosis - Salah label - Salah orang - Salah rute / cara pemberian ……………………………………………….. - Pemberian obat yang sebenarnya kontraindikasi ……………………… - Reaksi obat yang tidak diharapkan / Alergi …………………………….. Isilah informasi cara pemberian / nama obat yang diberikan b. Faktor proses medikasi (Medication process): - Peresepan obat - Persiapan / Peracikan obat - Pemberian obat - Monitoring pemberian obat - Kualitas dan penyimpanan obat
6. Kemungkinan penyebab kesalahan pemberian obat: ………………………. * Coret yang tidak perlu
Lampiran 2 : FORMULIR LAPORAN INSIDEN EKSTERNAL. -
F/058/035/R/01 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA BELITI LAPORAN INSIDEN KP EKSTERNAL
KODE RS : ............................... (lewat : http://www.inapat-safety.or.id / pos / kurir) I. DATA RUMAH SAKIT: A. Kepemilikan Rumah Sakit * : - Pemerintah Pusat - Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota) - TNI /POLRI - Swasta - BUMN / BUMD B. Jenis RS * : - RS Umum - RS Khusus - RSIA - RS Paru - RS Mata - RS Orthopedi - RSJantung - RS Jiwa - RS Kusta - RS Khusus lainnya....................................................................................................... C. Kelas RS * -A -B -C -D 1. Untuk RS Swasta menyesuaikan, mis RS Pratama setara dengan RS kelas D, RSMadya setara dengan RS Kelas C dst. 2. Kapasitas tempat tidur : ....................................................... tempat tidur 3. Propinsi (lokasi RS) : .............................................................................. 4. Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KKP-RS .......................................... II. DATA PASIEN - Umur *:
0-1 bulan
> 1 bulan – 1 tahun
> 1 tahun - 5 tahun
> 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun - 30 tahun
> 30 tahun – 65 tahun
> 65 tahun - Jenis kelamin * : - Laki-laki
- Perempuan
- Penanggung biaya pasien * : a. Pribadi
d. Asuransi Swasta
b. ASKES Pemerintah
e. Perusahaan*
c. JAMKESMAS
f. JAMKESDA
- Tanggal Masuk RS : .................................... Jam ..............................
III. RINCIAN KEJADIAN 1.
Tanggal
insiden
:
..................................Waktu
Insiden
Jam
......................................... 2.
Insiden
……………………............................................................................................ 3. Kronologis Insiden ...................................................................................................................................... (Buat lampiran tersendiri apabila dibutuhkan) 4. Jenis Insiden* :
:
1. Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss) 2. Kejadian Tidak cedera / KTC (No Harm) 3. Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel 5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden* □ Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya □ Pasien □ Keluarga / Pendamping pasien □ Pengunjung □Lain-lain............................................................................ (sebutkan) 6. Insiden menyangkut pasien * : □ Pasien rawat inap □ Pasien rawat jalan □ Pasien UGD □Lain-lain.............................................................................(sebutkan) 7. Tempat Insiden Lokasikejadian (Tempat pasien berada).................................. (sebutkan) 8. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi) * □ Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya □ Anak dan Subspesialisasinya □ Bedah dan Subspesialisasinya □ Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya □ THT dan Subspesialisasinya □ Mata dan Subspesialisasinya □ Saraf dan Subspesialisasinya □ Anastesi dan Subspesialisasinya □ Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya □ Jantung dan Subspesialisasinya □ Paru dan Subspesialisasinya □ Jiwa dan Subspesialisasinya □ Lain-lain........................................................................... (sebutkan)
9. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden Unit kerja penyebab ....................................................................................(sebutkan) 10. Akibat Insiden Terhadap Pasien* : • Kematian • Cedera Irreversibel / Cedera Berat • Cedera Reversibel / Cedera Sedang • Cedera RinganTidak ada cedera
11. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya:..........................
Tindakan dilakukan oleh* : Tim: terdiri dari: ............................................................................... Dokter Perawat Petugas lainnya: ...................................................................................................... 12. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?* Ya
Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini. Kapan ? dan langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerjatersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama? .................................................................................................................... .................................................................................................................... IV. TIPE INSIDEN Insiden
: ........................................................................................
Tipe Insiden
: ...........................................................................................
Subtipe Insiden
: ...................................................................................
V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan faktor kontributor (bisa dipilih lebih dari 1) * a. Faktor Eksternal / di luar RS b. Faktor Organisasi dan Manajemen c. Faktor Lingkungan kerja d. Faktor Tim e. Faktor Petugas / Staf f. Faktor Tugas g. Faktor Pasien h. Faktor Komunikasi 1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause) ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2. Akar penyebab masalah (underlying □root cause)............................................................................................................. ........................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi
No.
Akar Masalah
Rekomendasi/Solusi
Catatan * : pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain. Saran : baca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
Tabel Tipe dan Subtipe insiden
N
TIPE INSIDEN
SUBTIPE
o 1
INSIDEN Administrasi klinik a Proses
1. Serah terima
. 2. Perjanjian 3. Daftar tunggu/ antrian 4. Rujukan/ konsultasi 5. Admisi 6. Keluar/ pulang dari rawat inap RS 7. Pindah perawatan (transfer of care) 8. Identifikasi pasien 9. Consent 10. Pembagian tugas 11. Respons terhadap kegawatdaruratan b Masalah
1. Tidak performance ketika dibutuhkan/
.
indikasi 2. Tidak lengkap/ inadekuat 3. Tidak tersedia 4. Salah pasien 5. Salah proses/ pelayanan
2
Proses/ prosedur a Proses
1. Skrining/ pencegahan/ medical check
klinis
up
.
2. Diagnosis/ asesmen 3. Prosedur/ pengobatan/ intervensi 4. General care/ manajemen 5. Test/ investigasi 6. Spesimen/ hasil 7. Belum dipulangkan (destention/ restraint) b Masalah
1. Tidak performance ketika dibutuhkan/
.
indikasi 2. Tidak lengkap/ inadekuat 3. Tidak tersedia 4. Salah pasien
5. Salah proses/ 6. pengobatan/ prosedur Salah bagian tubuh 3
Dokumentasi
a Dokum
1. Order/ permintaan
. en yang
2. Chart/ rekam medik/
terkait
3. asesmen/ konsultasi Check 4. list 5. Form/ sertifikat 6. Instruksi/ informasi/ kebijakan/ 7. protap/ guideline Label/ stiker/ 8. identifikasi bands/ kartu Surat/ e-mail/ rekaman komunikasi Laporan/ hasil/ images
b Masalah
1. Dokumen hilang/
.
2. tidak tersedia 3. Terlambat 4. mengakses dokumen Salah dokumen/ salah orang Tidak jelas/ membingungkan/ ellegible/ informasi dalam dokumen tidak lengkap
4.
Infeksi
a Tipe
nosokomial
. organi
(Hospital
sme
1. Bakteri
2. Virus
associated infection)
3. Jamur 4. Parasit 5. Protozoa 6. Ricketsia 7. Prion (partikel protein yang infeksius) 8. Organisme tidak teridentifikasi b Tipe/
1. Bloodstream
. bagian
2. Bagian yang dioperasi
infeksi
3. Abses 4. Pneumonia
5. Kanul i.v 6. Protesis infeksi 7. Drain/ tube urine 8. Jaringan lunak
No
TIPE
SUBTIPE
INSIDE
INSIDEN
N 5
Medikasi/ cairan infus
a. Medikasi/
1.
Daftar medikasi
2.
Daftar cairan infus
1.
Peresepan
penggunaan
2.
Persiapan/ dispensing
medikasi/
3.
Pemaketan
cairan infus
4.
Pengantaran
5.
Pemberian
6.
Supply/ pesan
7.
Penyimpanan
8.
Monitoring
1.
Salah pasien
2.
Salah obat
3.
Salah dosis/ kekuatan/ frekuensi
4.
Salah formulasi/ presentasi
5.
Salah rute pemberian
6.
Salah jumlah/ kuantitas
7.
Salah dispensing label/ instruksi
8.
Kontra indikasi
9.
Salah penyimpanan
cairan infus yang terkait b. Proses
c. Masalah
10. Ommited 11. Obat
medicine or dose
kadaluarsa
12. Adverse
drug reaction (reaksi efek
samping obat) 6
Transfusi
a.Transfusi
1.
Produk selular
darah /
darah/ produk
2.
Faktor pembekuan (clottinag)
produk
darah terkait
3.
Albumin/ plasma protein
4.
imunoglobulin
1.
Test Pre Transfusi
transfusi darah/
2.
Peresepan
produk darah
3.
Persiapan/ Dispensing
terkait
4.
Pengantaran
5.
Pemberian
6.
Penyimpanan
7.
Monitoring
8.
Presentasi/ pemaketan
darah b.Proses
9.
Suply/ pesan
b. Masalah 1. Salah pasien 2.
Salah darah/ produk darah
3.
Salah dosis/ frekuensi
4.
Salah jumlah
5.
Salah label dispensing/ instruksi
6.
Kontraindikasi
7.
Salah penyimpanan
8.
Obat atau dosis yang diabaikan
9.
Darah kadaluarsa
10.Efek
7
Nutrisi
a.Nutrisi yang terkait b.Proses nutrisi
samping (adverse effect)
1.
Diet umum
2.
Diet khusus
1. Peresepan/ permintaan 2. Persiapan/ manufactur/ proses memasak 3 Suply/ order . 4 Presentation . 5 Dispensing/ alokasi . 6 Pengantaran . 7 Pemberian . 8 Penyimpanan .
c. Masalah
1 Salah pasien . 2 Salah diet . 3 Salah jumlah
. 4 Salah frekuensi . 5 Salah konsistensi . 6 Salah penyimpanan .
No
TIPE INSIDEN
SUBTIPE INSIDEN
12 Kecelakaan
a. Benturan
1. Kontak
dengan benda/ binatang
tumpul
2. Kontak
dengan orang
3. Hancur,
remuk
4. Gesekan kasar
b. Serangan
1. Cakaran,
tajam/
2. Tusukan
tusukan
3. Gigitan,
sayatan
sengatan
4. Serangan 1. Benturan
c. Kejadian
8
akibat ledakan bom
2. Kontak
dengan mesin
d. Mekanisme
1. Panas
yang berlebihan
panas
2. Dingin
yang berlebihan
mekanik lain
No
tajam lainnya
TIPE
SUBTIPE
INSIDEN
INSIDEN
Oksigen/. Gas
a. Oksigen/
1. Daftar oksigen/ gas terkait
gas terkait b. Proses
1.
Label silinder/ warna kode/ index pin
pengguna
2.
Peresepan
an
3.
Pemberian pengantaran
oksigen/
4.
Suply/ order
gas
5.
Penyimpanan
1.
Salah pasien
2.
Salah gas
3.
Salah rate/ flow/ konsentrasi
4.
Salah mode pengantaran
5.
Kontraindikasi
6.
Salah penyimpanan
7.
Gagal pemberian
8.
Kontaminasi
c. Masalah
9
Alat medis /
a. Tipe alat
alat
medis/
kesehatan /
alat
equipment
kesehata
Daftar alat medis/ alat kesehatan/ equipment property
property
n/ equipme nt property b. Masalah
10 Pasien
1.
Presentation/ pemaketan tidak baik
2.
Ketidaktersediaan
3.
Inapropriate for task
4.
Tidak bersi/ tidak steril
5.
Kegagalan/ malfungsi
6.
Dislodgement / miskoneksi/ removal
7.
User error
1.
Tidak kooperatif
ku
2.
Tidak pantas/ sikap bermusuhan/ kasar
pasien
3.
Berisiko/ sembrono/ berbahaya
4.
Masalah dengan pengguanaan
a.Perila
substansi/ abuse
11 Jatuh
5.
Mengganggu (harrassment)
6.
Diskriminatif/ berprasangka
7.
Berkeliaran/ melarikan diri
8.
Sengaja mencederai diri, bunuh diri
b.Aggressio
1.
Agresi verbal
n / assault
2.
Kekerasan fisik
3.
Kekerasan seksual
4.
Kekerasan terhadap mayat
5.
Ancaman nyawa
1.
Tersandung
2.
Slip
3.
Kolaps
4.
Hilang keseimbangan
a. Tipe jatuh
b. Keterlibatan 1. Velbed saat jatuh
2.
Tempat tidur
3.
Kursi
4.
Strecher
5.
Toilet
6.
Peralatan terapi
7.
Tangga
8.
Dibawa/ dibantu oleh orang lain
e.Ancaman pada pernafasan
1. Ancaman
mekanik pernafasan
2. Tenggelam
atau hampir
tenggelam 3. Pembatasan
oksigen/
kekurangan tempat 4. Confinement
to oxygen-deficient
plece f. Paparan bahan
1. Keracunan
bahan kimia atau
substansi lain
kimia/ substansi
2. Bahan
kimia korosif
lannya g.Mekanisme
1. Paparan
listrik/ radiasi
spesifik lain
2. Paparan
suara/ getaran
yang
3. Paparan
tekanan udara
menyebabkan
4. Paparan
karena gravitasi rendah
cedera h.Paparan karena dampak cuaca, bencana alam 13
infrastruktur/
a. Keterlibatan
1. Daftar
struktur
bangunan/
struktur/
2. Daftar
bangunan
benda lain yang
bangunan
3. Daftar
furnitur
terpasang tetap
b. Masalah
1. Inadekuat 2. Damaged/
14
Resources/
a. Beban
kerja
manajemen
manajemen
organisasi
yang berlebihan b. Ketersediaa
n/ keadekuata n tempat tidur/ pelayanan c. Sumberday
a manusia d. Ketersediaan/
keadekuatan
faulty/ worn
staf e. Organisasi/ f.
tim
Protokol/ kebijakan/ protap/ guideline
g. Ketersediaa
n/ adequacy
15
Laboratorium /
a. Pengambilan/
Patologi
pick up b. Transport c. Sorting d. Data
entry
e. Processing f.
Verifikasi / validasi
g. Hasil
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUB KOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
FAKTOR
KOMPONE
KONTRIBUTOR
N
SUB KOMPONEN
1. EKSTERNAL/ Luar RS a. Regulator dan Ekonomi b. Peraturan & Kebijakan
DepKes c. Peraturan Nasional d. Hub. Dg Organisasi
Lain 2. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Organis
Struktur Organisasi,
asi &
Pengawasan, Jenjang
Manaje
Pengambilan
men
Keputusan
Kebijak
Tujuan & Misi,
an,
Penyusunan Fx
Standar
manajemen, Kontrak
dan
servis, sumber
Tujuan
keuangan, pelayanan informasi, kebijakan diklat, Prosedur & kebijakan, Fas dan perlengkapan, Manajemen Risiko, manajemen K3, Quality Improvement
Adminis
Sistem Administrasi
trasi
Budaya
Attitude kerja, dukungan
keselam
manajemen oleh
atan
seluruh staf
SDM
Ketersediaan, Tingkat pendidikan & ketrampilan staf yg berbeda, beban kerja yg optimal
Diklat
Manajemen training/pelatihan/refres hing
3. FAKTOR LINGK. KERJA
Disain
Manajemen
dan
Pemeliharaan, penilaian
bangun
ergonomik,
an
fungsionalitas
Lingkun
Housekeeping,
gan
Pengawasan Lingk. Fisik, Perpindahan Pasien antar Ruangan
Peralata
Malfungsi alat,
n/
ketidaktersediaan,
Sarana/
manajemen
Prasara
pemeliharaan,
na
fungsionalitas, disain & penggunaan serta maintenance alat
4. FAKTOR TIM
Supervi
a. Adanya kemauan
si &
staf yunior
Konsult
berkomunikasi
asi
b. Cepat tanggap
Konsist
a. Kesamaan tugas antar
ensi
profesi b. Kesamaan tugas
antar staf yg setingkat Kepemi
a.
mpinan
efektif Job Desc. jelas
& tanggun g jawab
Kepemimpinan
Respon
Dukungan peer group
s thd
stlh insiden
insiden 5. FAKTOR PETUGAS
Kompet
a. Verifikasi kualifikasi
ensi
b. Verifikasi
Pengetahuan & Ketrampilan Stressor
a. Motivasi
fisik dan
b. Stressor Mental : efek
mental
beban kerja beban mental c.
Stressor Fisik : Efek beban kerja = gangguan fisik
FAKTOR KONTRIBUTOR
KOMPO
SUB KOMPONEN
NEN
6. FAKTOR TUGAS
Keterse
a. Prosedur Peninjauan
diaan SOP
& Revisi SOP b. Ketersediaan SOP c.
Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
Keterse
a. Tes tdk dilakukan
diaan &
c. Ketidaksesuaian antara
Akurasi
interpratsi hasil tes
hasil tes Faktor
a. Ketersediaan,
Penunja
penggunaan,
ng dlm
reliabilitas
validasi
b.
Kalibrasi
alat medis Disain Tugas
Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP
7. FAKTOR PASIEN
Kondisi
Penyakit yg kompleks, berat, multi komplikasi
Persona
a. Kepribadian
l
b. Bahasa c. Kondisi Sosial d. Keluarga
Pengob atan
Mengetahui risiko yg berhubungan dengan pengobatan
Riwayat
a. Riwayat Medis b. Riwayat Kepribadian c. Riwayat Emosi
Hub.
Hubungan yg baik
Staf dan Pasien 8. FAKTOR KOMUNIKASI
Komuni kasi Verbal
a. Komunikasi antar staf
junior dan senior b. Komunikasi antar profesi c. Komunikasi antar staf dan
pasien d. Komunikasi antar Unit
departemen Komuni kasi tertulis
Ketidak lengkapan informasi
Lampiran 3 : ALUR PELAPORAN INSIDEN Lampiran 1 : Alur kerja pelaporan insiden internal dan eksternal MULA I
Staf dan Kepala Satuan Kerja Identifikasi insiden
grading biru/hijau
Protap grading matrix risiko
Protap investigasi sederhana
grading kuning/ merah
Protap isi form lap insiden internal
Buat/ revisi laporan insiden, Lengkapi data pendukung,
kirim ke KMKP
K M Menerima laporan KP Memeriksa kelengkapan laporan Grading ulang Y a
Koreksi ?
Tida K k grading biru/ hijaugrading kuning/ merah Buat rangkuman data laporan insiden
M KP Protap Cara RCA
Buat/ revisi laporan insiden internal dan laporan insiden eksternal Kirim laporan ke Dirut Ya Koreksi Dirut ? tidak
Tindak lanjut internal Kirim rekomendasi tindak lanjut ke Satker Perbaikan di satker
Tindak lanjut eksternal Protap Mengisi Lap Insiden Eksternal
SELESAI
Lampiran 4 : MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian Leve
Frekuensi
Kejadian Aktual
1
Sangat jarang
Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2
Jarang
Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3
Mungkin
Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4
Sering
Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5
Sangat sering
Terjadi dalam minggu/ bulan
l
Dampak Klinis/ Konsekuensi/ Severety (derajat beratnya)
Level 1
Deskripsi
Contoh Deskripsi
Tidak
Tidak ada cedera,
signifikan Kerugian keuangan kecil 2
Ringan
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Kerugian keuangan sedang 3
Sedang
Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau intelektual secara semipermanen/ reversibel/ tidak berhubungan dengan penyakit
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.
4
Berat
Cedera luas
Kehilangan fungsi utama permanen (motorik, sensorik, psikologis, intelektual), permanen/ irreversibel/ tidak berhubungan dengan penyakit. Kerugian keuangan besar. 5
Katastropik
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit.
Kerugian keuangan sangat besar.
Risk Grading Matrix (Matriks Derajat Risiko)
Frekuensi
Dampak Tidak
Ringan
Sedang
Berat
signifikan
k 2
3
4
1 Sangat
Katastropi
5
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
sering (Tiap mg/ bl) 5 Sering (Bbrp x/ th) 4 Mungki n (1-2 th/ x) 3 Jaran g (3-5 th/ x) 2
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
jarang (> 5 thn/ x) 1
Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan): Pita biru: Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi sederhana Pita hijau: Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi sederhana. Pita kuning: Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Direktur Pita merah: Dilaporkan segera ke Direktur utama dan lakukan RCA
Lampiran 5:TABEL ASESMEN RISIKO
Tabel Asesmen Risiko:
No
Insid en
Jeni
Dampak
s
Frekuen Skor
Band
Rang
Ti
si
s
king
nd
Insid
Risik
risik
Risi
ak
en
o
o
ko
an
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1-25
(Diisi oleh satuan kerja)
R
S T E
PJ
Lampiran 6 : FORMULIR INVESTIGASI SEDERHANA: F/058/…/R/00
RSUD MUARA BELITI
LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA untuk Bands Risiko BIRU / HIJAU Penyebab langsung insiden :
Penyebab yang melatar belakangi / akar masalah insiden :
Rekomendasi
Penganggung Jawab
Tanggal
Tindakan yang akan
Penanggung Jawab
Tanggal
dilakukan :
Kepala Satuan Kerja :
Nama
Tanggal mulai investigasi :
Tanggal
……………………………..
selesai
:
investigasi :
………………………. NIP :
………………
………………………….
………………..
Tanda tangan : …………….. MANAJEMEN RISIKO :
Investigasi Lengkap : Ya/Tidak *
(Diisi oleh Tim KMKP) Tanggal : ………………………….. Diperlukan investigasi lebih lanjut : Ya / Tidak *
Investigasi setelah grading ulang : Hijau / Kuning / Merah *
* Coret yang tidak perlu
Lampiran : contoh penyebab insiden Penyebab Insiden ( Contoh ) 1. Penyebab Langsung : a. Individu : Menggunakan alat tanpa wewenang : Merubah panduan pemakaian alat Perilaku tidak benar b. Alat : Tidak ada panduan Menggunakan alat tidak sesuai tujuan Alat rusak Konstruksi alat tidak kuat c. Tempat kerja : Jalan keluar terhambat Bising Terpapar radiasi berlebihan Penyinaran buruk Ruang buruk d. Prosedur : Mengabaikan tanda keselamatan Mengabaikan prosedur (protap) 2. Penyebab yang melatar belakangi: a. Individu : Secara fisik tidak mampu Gangguan semsorik (penglihatan, pendengaran) Koordinasi buruk Dibawah tekanan Beban kerja berlebihan Kurang pengalaman/ pelatihan Salah menggunakan alat b. Tempat kerja : Kurang supervisi Penilaian risiko tidak ada / tidak adekuat Disain alat Contoh : tidak adekuat JANGKA : Pasang tanda keselamatan, contoh: Jalan Fasilitas penyimpanan keluar saat terjadi kebakaran, pindahkan alat. PENDEK tidak MENENGAH adekuat Kurang JANGKA : Persiapkan & gunakan penilaian risiko, pemeliharaan/Inspeksi prosedur, rujuk ke KMKP TidakPANJANG ada Pelatihan : Implementasi program pelatihan, JANGKA Komunikasi Instruksi tidak sampai mengembangkanburuk, kebijakan, menggunakan alat alternative. 3. Contoh untuk Rekomendasi : Jika memungkinkan buat maksimum 3 rekomendasi. Juga buat rekomendasi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang untuk menjaga proses.
Contoh : medication error:
PENYEBAB LANGSUNG
AKAR MASALAH
Salah label produk
Problem komunikasi
Salah identifikasi
Training staf tidak adekuat
Teknik pemberian obat tidak tepat ( misal : i.m
Kompetensi asesmen buruk
diberikan i.v)
FORMULIR INFECTION CONTROL RISK ASSESSEMENT (ICRA)
FROM PENILAIAN ICRA Izin No : Lokasi konstruksi :
Tanggal mulai proyek
Koordinator proyek:
Perkiraan waktu
Kontraktor yang melakukan pekerjaan:
Tanggal kadaluarsa / batas Izin
Pengawas: Ya
Telepon
Tidak Kegiatan Konstruksi
Ya
Tidak Grup Pengawasan Konstruksi
Type A : Pemeriksaan Kegiatan
Grup 1 : Resiko rendah
Type B : Skala kecil ,waktu pendek /sedikit level
Grup 2 : Resiko sedang
sedang s/d tinggi Type C : Kegiatan menghasilkan level sedang s/d tinggi
Grup 3 : Resiko sedang /Tinggi
dari debu memerlukan lebih besar 1 perubahan kerja untuk penyelesaian Type D: Jangka waktu besar dan kegiatan konstruksi menuntutut perubahan kerja yang berurutan
Grup 4 : Resiko tinggi
Class I Paraf
1. Melakukan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan peringatan peringatan debu dari operasi konstruksi 2. Dengan secepat nya menepatkan kembali beberapa plafond dengan memantikan atap untuk pemeriksaan visual 3. Pembongkaran kecil untuk mengubah bentuk
Class II Paraf
1. Aktif menyediakan alat –alat untuk mencegah debu terbang dari penyebaran dalam udara 2. Kabut
air
/
embun
meratakan
permukaan
untuk
mengendalikan debu ketika pemotongan 3. Menyegel pintu – pintu yang sudah tidak terpakai dengan pita 4. Membelokir mati dan menyegel lubang udara / ventilasi 5. Membersihkan permukaan dengan pembersih / obat pembersih kuman 6. Memuat konstruksi pembuangan sebelum transparansi dalam cakupan muatan dengan ketat 7. Bersihkan dengan alat pengepel basah / vacum Hepa vacum filter sebelum meningalkan area pekerjaan 8. Simpan kesetan debu di pintu masuk dan keluar area pekerjaan 9. Memisahkan sistem HVAC di area area di mana pekerjaan sedang dilakukan, perbaiki ketika pekerjaan telah selesai
Class III Paraf
1. Mendapatkan izin pemeriksaan pengawasan sebelum konstruksi di mulai 2. Memisahkan sistem HVAC pada area – area di mana pekerjaan telah selesai untuk mencegah pencemaran dari sistem debu 3. Menyelesaikan semua rintangan genting ( gawat ) atau kontrol peralatan
balok
/kubus
metode
sebelum
konstruksi di mulai 4. Memelihara tekanan udara negatif di dalam tempat pekerjaan
dengan
memamfaatkan
hepa
dan
memperlengkap filter udara unit 5. Jangan pindahkan palang dari area pekerjaan sampai proyek selesai diperiksa oleh pemeriksaan pencegahan dan pengawasan dan membersihkan secara menyeluruh oleh pelayanan kesehatan lingkungan 6. Vakum pekerjaan dengan Hepa vakum filter 7. Alat pengepel basah dengan pembersih / obat pembersih kuman 8. Pindahkan palang material secara setiap hari untuk meminimalisasi penyebaran kotoran dan kumpulkan puing bekas bongkaran dari kontruksi tersebut 9. Memuat Konstruksi pembuangan sebelum transportasi dalam cakupan muatan dengan ketat 10. Lindugi kontainer transportasi atau gerobak 11. Atas peneyelesaian nya,memperbaiki HVACV sistem di mana pekerjan sudah dilaksanakan Class IV
1. Mendapatkan izin pemeriksaan pengawasan sebelum konstruksi di mulai
Paraf
2. Memisahkan sistem HVAC pada area area di mana pekerjaan telah selesai untuk mencegah pencemaran dari sitem debu 3. Menyegel pintu – pintu yang sudah tidak terpakai dengan pita 4. Membelokir mati dan menyegel lubang udara / ventilasi 5. Menyegel lubang –lubang ,pipa saluran dan kebocoran sewajar nya 6. Membangun anteroom dan mewajibakan semua anggota /personil/untuk pasang jalal melewati ruangan ini,sehingga mereka bisa membersihaka menggunakan Hepa vakum sebelum meningalkan tempat pekerjaan atau mereka dapat memakai pakaian / baju atau baju monyek kertas singga mereka memindahkan setiap kali mereka meningalkan tempat pekerjaan 7. Semua personil memasuki tempat kerja mengaharuskan untuk menggunakan sepatu lindung 8. Jangan pindahkan palang dari area pekerjaan sampai proyek selesai
diperiksa
oleh
pemeriksaan
pencegahan
&
pengawasan dan bersihkan secara menyeluruh oleh pelayanan kesehatan lingkungan 9. Vakum pekerjaan dengan Hepa vakum filter 10. Alat pengepel basah dengan pembersih / obat pembersih kuman 11. Pindahkan palang material secara setiap hari untuk meminimalisasi penyebaran kotoran dan kumpulkan puing bekas bongkaran dari kontruksi tersebut 12. Memuat Konstruksi pembuangan sebelum transportasi dalam cakupan muatan dengan ketat 13. Lindugi kontainer transportasi atau gerobak 14. Atas peneyelesaian nya,memperbaiki HVACV sistem di mana pekerjan sudah dilaksanakan
Syarat / keperluan tambahan
Paraf
Tanggal paraf
Izin permintaan oleh
Izin persetujuan oleh
Tanggal
Tanggal
.