2.5 Produksi.docx

  • Uploaded by: Siti rosida
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2.5 Produksi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,744
  • Pages: 18
2.2 Produksi 2.2.1 Ruang produksi 2.2.1.1 Definisi Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai macam kebutuhan produksi (alat, bahan, personal, manajemen) dengan spesifikasi khusus. 2.2.1.2 Syarat Ruangan di industri farmasi merupakan salah satu aspek yang harus dijaga kebersihannya. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang antar produk maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : a.

Kontruksi bangunan tahan terencana Maksudnya adalah sejak awal sudah ditentukan konsep awal untuk pembuatan

bangunan yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan farmasi. Kontruksi untuk bangunan ini harus bisa tahan gempa dan ditempatkan ditempat yang aman, sehingga tidak akan mengganggu produksi. Jadi kontruksi bangunan harus di rencanakan sejak awal secara matang dan juga terencana sehingga tidak akan mengganggu proses produksi kelak. b.

Mendukung alur produksi one way Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur produksi

secara berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap awal. Misalnya dalam ruang produksi pencampuran bahan dilakukan dari sebelah barat ke sebelah timur ruangan, ruangan harus memiliki tempat yang cukup mulai dari pencampuran bahan disebelah barat kemudian berurutan hingga proses akhir produksi berada di paling timur ruangan. c.

Terdapat pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk ruangan

produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme dalam ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang dalam proses produksinya harus dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi memang penting jika ruang produksi memiliki pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas. d.

Ruang tidak bersudut

Ruang yang tidak bersudut akan lebih mudah dibersihkan sehingga tidak akan ada debu, kotoran atau mikroorganisme yang akan bersarang disana. Dengan tidak adanya debu, kotoran dan mikroorganisme maka proses produksi akan lebih higienis. e.

Berlapiskan epoksi Pori-pori dinding adalah tempat yang biasanya terdapat banyak bakteri atu

mikroorganisme. Epoksi adalah sejenis cat yang digunakan untuk menutupi pori-pori permukaan dinding. Dengan memberikan epoksi pada dinding, berarti tidak akan ada pori-pori di lubang tembok dan tidak ada tempat lagi untuk bakteri atau mikroorganisme. f.

Terdapat interlock door Maksud dari interlock door adalah jika pintu masuk dibuka, maka pintu keluar

akan terkunci secara otomatis sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini dilakukan agar sirkulasi udara dalam ruangan dapat terjaga sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh bakteri yang terbawa dari luar. 2.2.1.3 Penggolongan Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi : a.

Unclassified Area Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi

untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik. b.

Black area Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk

dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala) c.

Grey area Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam

kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib

mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock. d.

White area Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk

dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,background ruang filling , laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock. Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate. 2.2.1.4 Fungsi 1. Ruang kelas I Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan steril yang memiliki tingkatan kelas tertinggi. Terdapat empat ruang filter yaitu prefilter, medium filter, hipofilter dan LAF. 2. Ruang kelas II Biasanya ruangan digunakan untuk penyiapan peralatan yang akan digunakan di ruang kelas I. 3. Ruang kelas III Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan semi solid yang mudah terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme. 4. Ruang kelas IV Biasanya ruangan yang digunakan untuk pembuatan sediaan serbuk dan kapsul. 2.2.2 Alat produksi 2.2.2.1 Definisi Alat adalah seperangkat instrument yang digunkaan untuk membuat, mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan fungsi dan standart tertentu.

2.2.2.2 Fungsi Alat – alat yang digunakan pada pembuatan sediaan steril yaitu : 1. Timbangan analitik

Neraca analitik merupakan alat yang digunakan untuk menimbang massa suatu bahn yang akan digunakan. Penggunaan neraca analitik ini dapat membantu pratikan dalam mengambil jumlah suatu bahan dengn lebih teliti hingga ketelitiannya yang mencapai 0,0001. Prinsip kerja alat dengan penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stalvot dan dilakukan penaraan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan dimasukka ke dalam neraca dengan beralaskan ketas perkamen. 2. Autoclave

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri. Sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C.

Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar diautoklaf sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indikator biologi 3. Oven sterilisasi

Berfungsi untuk membunuh endosprora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. 4. Mortir & stamper

Fungsi mortir dan stamper adalah untuk menghaluskan dan mencampur bahan-bahan. 5. Kertas coklat/Al foil

Berfungsi untuk membungkus alat yang akan disterilkan pada autoklaf. 6. Sendok porselen

Sendok porselen berfungsi untuk mengambil sediaan yang merusak zat organik. 7. Cawan arloji

Fungsi cawan arloji adalah untuk menimbang bahan-bahan kimia yang bersifat higroskopis, sebagai penutup saat melakukan pemanasan bahan kimia, dan sebagai wadah untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator. 8. Cawan penguap

Berfungsi sebagai wadah unutk memanaskan, menguapkan, dan mengeringkan suatu larutan. 9. Pipet

Pipet tetes berfungsi untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil yaitu setetes demi tetes. 10. Sendok tanduk

Berfungsi untuk mengambil bahan- bahan yang berbentuk serbuk. 11. Tube / pot salep mata

Berfungsi sebagai wadah penyimpanan salep mata. 2.2.2.3 Prinsip kerja 1. Timbangan analitik

Neraca analitik merupakan alat yang digunakan untuk menimbang massa suatu bahn yang akan digunakan. Penggunaan neraca analitik ini dapat membantu pratikan dalam mengambil jumlah suatu bahan dengn lebih teliti hingga ketelitiannya yang mencapai 0,0001. Prinsip kerja alat dengan penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stalvot dan dilakukan penaraan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan dimasukka ke dalam neraca dengan beralaskan ketas perkamen. 2. Autoclave

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri. Sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar diautoklaf sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indikator biologi 3. Oven sterilisasi

Berfungsi untuk membunuh endosprora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. 4. Mortir & stamper

Fungsi mortir dan stamper adalah untuk menghaluskan dan mencampur bahan-bahan. 5. Kertas coklat/Al foil

Berfungsi untuk membungkus alat yang akan disterilkan pada autoklaf. 6. Sendok porselen

Sendok porselen berfungsi untuk mengambil sediaan yang merusak zat organik. 7. Cawan arloji

Fungsi cawan arloji adalah untuk menimbang bahan-bahan kimia yang bersifat higroskopis, sebagai penutup saat melakukan pemanasan bahan kimia, dan sebagai wadah untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator. 8. Cawan penguap

Berfungsi sebagai wadah unutk memanaskan, menguapkan, dan mengeringkan suatu larutan. 9. Pipet

Pipet tetes berfungsi untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil yaitu setetes demi tetes. 10. Sendok tanduk

Berfungsi untuk mengambil bahan- bahan yang berbentuk serbuk. 11. Tube / pot salep mata

Berfungsi sebagai wadah penyimpanan salep mata. 2.2.3 Personal 2.2.3.1 Syarat Personalia 1.

Kompeten Personalia

harus

mempunyai

pengetahuan,

pengalaman,

keterampilan

dan

kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Seluruh personal harus memahami prinsip CPKB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan yang berhubungan dengan pekerjaannya. 2.

Sehat jasmani rohani Kesehatan personal hendaklah dilakukan pada saat perekrutan, sehingga dapat

dipastikan bahwa semua calon karyawan memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik. Sehingga tidak akan berdampak pada mutu produksi yang dibuat. Disamping itu perlu dilakukan program pemeriksaan kesehatan berkala yang mencakup pemeriksaan jenisjenis penyakit yang dapat berdampakpada mutu dan kemurnian produk akhir. 3.

Umur Batas usia untuk bekerja dimulai dari umur 15- 64 tahun. Hal ini dikarenakan pada

usia emas 25 - 29 tahun adalah usianya para pekrja aktif untuk melakukan sosialisasi

sehingga banyak koneksi, relasi dan jaringan kerja yang saling tersambung sehingga untuk melakukan inovasi produk akan jauh lebih mudah. Ketika pada usia senior 50-64 tahun kinerja seseorang akan cenderung menurun sehingga

dikhawatirkan akan

mempengaruhi kegiatan produksi. 4.

Menggunakan APD Penggunaan APD penting untuk pelaku produksi karena agar terlindung dari paparan

bahan kimia berbahaya serta agar terlindung dari kecelakaan kerja. 5. Menguasai GLP(Good Laboratory Practices) Personal harus menguasaicara pengorganisasian laboratorium dalam proses pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar pengujian dapat dilaksanakan, dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan., GMP(Good Manufacturing Practices)personal harus menguasai cara produksi yang baik, GSP(Good Supplay Practices) personal produksi harus menguasai tata cara pensuplaian yang baik. 6.

Attitude Baik. Pekerja harus memiliki attitude baik, agar proses produksi berjalan lancar tanpa

adanya kecelakaan kerja karena kecertobohan pekerja akibat attitude yang kurang baik 2.2.3.2 Alat Alat-alat yang digunakan para pengguna ketika bekerja di dalam laboratorium disebut alat pelindung diri.Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan.APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE).Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya.Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia. Disini akan dibahas beberapa alat-alat yang digunakan para pengguna laboratorium tersebut, diantaranya : 1. Perlindungan mata dan wajah

Pelindung mata dan wajah seperti kacamata bertujuan untuk melindungi area wajah khususnya mata pada saat bekerja. 2. Perlindungan pernafasan

masker digunakan untuk melindungi hidung dari kontaminasi gas yang berbahaya, agar tidak terhirup 3. Perlindungan tangan

Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi. 4. Perlindungan badan

Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium sudah terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,jas harus segera dilepas 1. Proteksi Wajah

Proteksi wajah dipakai untuk melindungi muka secara sempurna termasuk mata. Alat tersebut tahan terhadap benturan mekanik atau bhan kimia. Amat baik dipakai pada waktu menangani asam, basa dan terutama bahan-bahan atau percobaan yang eksplosif. 2. Proteksi Kaki

Proteksi kaki untuk melindungi kaki kemungkinan tumpahan bahan kimia korosif/beracun, sepatu biasa yang tidak licin dan bertumit rendah dapat dipakai.Pemakaian sandal atau sepatu yang terbuka perlu dihindarkan. 2.2.4 Metode produksi 2.2.4.1 Definisi Metode produksi adalah serangkaian tahap dan alur pembuatan sediaan mulai dari bahan awal untuk diolah menjadi sediaan ruahan sediaan jadi dengan mengacu pada proses evaluasi setiap tahap produksi (IPC). 1. Netralisasi / sterilisasi akhir / terminally sterilizid Sterilisasi dilakukan setelah produk masuk kedalam pengemas. Metode ini digunakan apabila bahan-bahan yang digunakan tahan terhadap pemanasan. 2. Aseptis Proses ini dilakukan apabila bahan-bahan yang digunakan tidak tahan terhadap pemanasan. Pada cara ini semua komponen sudah steril serta dilakukan pada ruang aseptik. 2.2.4.2 Prinsip kerja

Dibuat dengan teknis aseptis (teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran/kontaminasi dengan mikroba hingga sebisa mungkin dari bahan yang sudah steril). Oleh karena itu, cara pembuatannya harus disterilkan terlebih dahulu. Cara pembuatan 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disterilkan alat secara aseptis 3. Disiapkan basis salep, lalu ditimbang 10% berlebih dari jumlah yang diminta dalam cawan penguap yang dihampar kain kasa rangkap 2 dan telah ditimbang. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar. Sterilkan dalam oven suhu 150°C selama 1 jam 4. Sterilisasi zat aktif gentamycin sulfat dilakukan secara aseptis di LAF 5. Di masukan 1,1 g adeps lanae ke dalam mortir 6. Dimasukan 1,1 g paraffin liq ke dalam mortir, gerus ad homogen. 7. Dimasukan 11 mg nipagin dan 11 mg nipasol ke dalam mortir 8. Dimasukan 7,748 g vaselin flav kedalam mortir, gerus ad homogeny 9. Ditambahkan 30 mg gentamycin sulfat yang telah disterilkan ke dalam campuran basis ad tercampur dan homogen. 10. Ditimbang sediaan sebanyak 10 gram dengan meletakkannnya di kertas perkamen steril, digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukan kedalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. 11. Tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam 12. Dilakukan uji evaluasi. 2.2.5 Produksi 2.2.5.1 Evaluasi produksi 2.2.5.2 Definisi Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya. 2.2.5.3 Penggolongan 2.2.5.4 Tujuan 1. Untuk mengetahui mutu sediaan. 2. Untuk mengetahui apakah sediaan sudah sesuai standar 2.2.5.5 Standarisasi

1. Uji kemasan Uji kemasan bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan pada salep mata yang dibuat saling berinteraksi atau tidak. Wadah dan penutup wadah salep mata tidak boleh berinteraksi, baik secara kimia maupun fisika dengan sediaan salep. 2. Uji pH Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH pada salep mata sesuai apa tidak agar tidak terjadi iritasi. Prosedur untuk melakukan uji pH yaitu dioleskan salep mata pada kertas pH, diamati dan dicocokkan dengan warna pH pada kemasan 3. Uji kebocoran Uji kebocoran bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan steril yang dibuat ada kebocoran atau tidak. Prosedur untuk melakukan uji kebocoran yaitu: pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus, bersihkan dan keringkan baik-baik permukaan luar tube dengan ain serap dan letakkan tube pada posisi horizontal diatas lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu 60oC kurang lebih 3oC selam 8 jam. Syarat tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai. 4. Uji homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sediaan homogen atau tidak. Prosedur untuk melakukan uji homogenitas yaitu dioleskan salep mata pada kca objek, lalu diamati ada tidaknya partikel kasar. 5. Uji daya sebar Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui daya sebar dari sediaan yang dibuat. Prosedur untuk melakukan uji daya sebar yaitu ditimbang 0,5 g salep mata, diletakkan hati-hati diatas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan 60 detik dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudiaan ditutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 50 g, 100 g, dan 150 g lalu dibiarkan selama 15 detik luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung. 6. Uji daya lekat Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui daya lekat salep mata. Prosedur untuk melakukan uji daya lekat yaitu diletakkan sediaan salep mata pada 2 kaca objek yang telah ditentukan, ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit, dipasang alat test bahan dan diberikan beban 80 g kemudian dicatat waktu pelepasan dari gelas objek. 7. Uji viskositas

Uji viskositas bertujuan untuk menguji kekentalan pada sediaan steril salep mata. Prosedur untuk melakukan uji viskositas yaitu dengan menggunakan alat viskometer ostwold dan viskometer ubbelohde.

Related Documents

25
November 2019 35
25
November 2019 29
25
October 2019 34
25
November 2019 30
25
December 2019 26
25
November 2019 34

More Documents from ""

Sublingual.docx
April 2020 8
Spesialit.docx
April 2020 8
Metode Massa.docx
May 2020 19
2.5 Produksi.docx
May 2020 3
My Time Table.docx
April 2020 11