24-27 Ketika dia mengadopsi Sada sebagai anak perempuan, Kamekichi berusia 35. pemain sandiwara dan kritikus sandiwara Shigure Hasegawa, dilahirkan di distrik Nihonbashi yang sama, Sada hanya 18 tahun kemudian, pada 1879, mendreskripsikannya sebagai ‘wanita dengan kekuatan kepribadian’—keras, keinginan kuat, dan sedikit kelaki-lakian. Dia sedikit angkuh karena dia berasal dari keluarga baik-baik. Pada dari itu di dunia geisha dia terkenal dengan suara merdunya. Dia menikah sekali, namun sekarang telah menjadi janda. Dia, bagaimanapun juga, telah disediakan –oleh suaminya atau mungkin danna nya— dengan barang-barang unruk membeli perlengkapan dan mengatur rumah geishanya sendiri. Sada bercerita seperti ini: Ibu adopsiku, Kame Hamada, dulu melayani di rumah milik pria terhormat, sehingga dia memiliki standart yang tinggi. Pangeran Hirobumi Ito dan pria-pria besar yang lain adalah penyokongnya. Saya dididik dengan sangat tegas, seolah-olah saya adalah anaknya sendiri. Saya memiliki sifat tomboy yang tidak terkendali. Saya mengenakan kimono anak laki-laki dan sandal jerami seperti anak laki-laki. Setiap hari saya berlari-lari di rerunruhan bangunan yang sekarang adalah gedung sandiwara Meiji. Saya memanjat pohon, bermain kejar-kejaran, berloncat-loncat dan bermain dengan anak laki-laki. Merupakan perjuangan untuk menjinakkan gadis kecil yang liar dan keinginan kuat seperti itu. Taetapi Kamekichi memiliki ambisi tinggi untuknya. Dia mengirimnya ke guru-guru untuk belajar kemampuan yang akan membuatnya menjadi bintang geisha tanpa memadamkan kegairahan dan semangatnya. Sedikit demi sedikit anak itu mulai menyerap intonasi kegenitan dari geisah Eddoko. Dia belajar bagaimana mempesonakan laki-laki dengan lirikan mata tertutup, bagaimana bersikap lemah lembut, bagaimana mengobrol dengan rayuan dan bergerak dengan luwes dalam kimono. Dia mengetahui rahasia dari make-up dan model rambut geisha. Dia belajar etika dan bagaimana bersikap di dalam jamuan dan pesta pernikahan. Dia berlatih permainan yang dimainakan di pesta-pesta di rumah the dan menghapalkan kata-kata dan melodi dari lagu pendek yang
sederhana, lagu-lagu cinta, dan balada-balada dalam sandiwara. Dia belajar alatalat musik yang dimainkan geisha –drum bahu berpernis yang kecil, yang lebih besar drum tangan, dan banjo-seperti samishen yang merupakan alat musik karakter geisha. Dia juga mempelajari bagaimana harus berpenampilan dengan elegan dalam upacara the dan untuk membuat susunan bunga yang sangat indah. Tetapi apakah yang benar-benar disukai Sada adalah menari. Setiap hari dia pergi ke kelas-kelas. Ketika dia pulang, Kemekichi akan menyuruhnya mengulangi apa yang telah dia pelajari. Dia berlatih selama berjam-jam. Dia memiliki sifat tenang dan anggun yang alami. Dia belajar untuk bergerak dengan cepat dan tepat, menendang aksi yang dramatis dengan keseksamaan dan mengekspresikan perasaan melalui sikap-langkah yang paling disiplin dan ekonomis. Dia mempelajari tarian solo yang berbeda dari tarian-tarian geisha lain, kebanyakan diambil dari permainan kabuki. Oleh karena itu, dia ahli dalam bercerita melalui gerak-gerik dan bahasa tubuh. Disiplin ilmu seperti balet. Sejak berusia delapan atau sembilan tahun Sada telah menghadiri acaraacara besar yang formal, mengtuk-ngtukkan tangan kecilnya ke drum kecil dengan penuh kesungguhan dan mengisi mangkuk-mangkuk sake dengan tuangan, bukan meneteskan. Dibalut kimono kupu-kupunya yang cerah, dengan posturnya yang kecil, dengan wajah cantik dan obrolan dewasa, dia adalah ciptaan kecil yang paling bagagia. Diantara yang terpesona adalah Pangeran Hirobumi Ito, tamu langganan rumah Hamada dan salah atu dari pria yang paling berkuasa. Pada musim dingin 1883 saat usia 12 tahun, anak itu merayakan debutnya sebagai seorang o-shaku, secara … ‘seorang penuang sake’, seorang geisha magang. Dia juga mendapatkan nama geisha pertamanya. Sejak saat itu, dari namanya Ko-yakko atau Yakko kecil, setelah menjadi geisha dia dipanggil Yakko yang telah menjadi satu dari yang paling dipuja di Tokyo. Kamekichi merasa yakin bahwa Yakko kecil akan tumbuh mrnjadi bintang besar di kemudian hari. Namun dia masih seorang anak yang enerjik dan tomboy yang liar. Sebagaimana yang dia katakan beberapa tahun kemudian, ‘bahkan kemudian saya tetap bermain dengan anak laki-laki kapanpun saya mempunyai kesempatan, dan mengacaukan apapun, dan tidak begitu konsentrasi pada pembelajaran seni geisha.’
Pemain sandiwara Shigure Hasegawa mengingatnya begini: Dia memiliki kehalusan budi bahasa yang berasal dari orang tuanya yang samurai dan kemampuan ini terpelihara dengan kehidupannya di rumah Hamada. Dia juga memiliki wajah yang polos, yang jarang ada di dunia geisha. Dia serius dan sangat fokus. Kenyataannya dia adalah tipe Edokko. Dia mempelajari semua yang berasal dari ibu adopsinya dan dengan dukungannya, sejak berusia 14 tahun dia sudah menjadi geisha terkenal di kota. Pada hari itu, geisha merupakan jantung dari kelas sosial yang tinggi di Jepang. Hiburan malam tidak akan lengkap tanpa kedatangan para geisha yang membawa kemilauan dan kemegahan di setiap kesempatan. Pada pembukaan sandiwara dan malam pertama, geisha selalu diundang. Aturan menjadi seorang istri sepenuhnya berbeda. Pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga, tinggal di rumah, merawat keluarga dan anak-anak. Wanita-wanita yang sopan seperti itu tidak diharapkan untuk menjadi seorang pembicara yang cerdas atau teman bergurau. Mereka tidak mengetahui bagaimana cara merayu, yang hampir tidak akan pernah tampak. Hal itulah yang diterima, bagaimanapun, para pria membutuhkan teman yang mempesona pada acara-acara umum juga sebagai hiburan-hiburan pribadi. Itulah dimana para geisha datang. Banyak para pria yang berkuasa di pemerintahan baru menceraikan isterinya untuk kemudian menikahi geisha kekasihnya; dan semua dari mereka memiliki nyonya geisha. Pangeran Ito, salah satunya, menikahi mantan geisha bernama Umeko. Pangeran Ito, yang kemudian menjadi Perdana Menteri, Umeko menjadi wanita pertama di kerajaan. Hal ini membuat geisha memiliki tingakatan sosial yang bisa dipertimbangkan, setidalnya dalam hal pertanggungjawaban. Geisha, pada kenyataannya, berkompetisi sangat serius dengan istri yang setia. Sebagaimana Alice M. Bacon, orang Amerika yang tinggal di Tokyo, pada tahun 1899 menulis: Tanpa pendidikan moral yang benar, tetapi dilatih dengan hati-hati dan terus menerus dalam bidang seni dam prestasi dalam menghibur – bergurau, cepat dan tepat dalam menjawab pertanyaan, cantik, dan selalu
berpakaian rapi—geisha telah menjadi musuh yang tangguh bagi gadis pendiam yang sopan dari keluarga baik-baik, yang hanya bisa memberi nama baik untuk suaminya, kepatuhan dalam kediaman dan pelayanan yang setia selama hidupnya. Hambatan dari geisha dan pesonanya adalah seorang yang seperti itu. Rencana Kamekich untuk Sada –atau Ko-yakko, sebagaimana kita harus memanggilnya sekarang—adalah dia harus menjadi geisha terbaik, yang pertama diantara grup elit geisha.