2310-pai

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2310-pai as PDF for free.

More details

  • Words: 413
  • Pages: 1
Jumat, 23 Oktober 2009

BACAAN RENUNGAN PAGI

BERKAT YANG SEHARUSNYA TIDAK KITA CARI “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” Matius 5 : 10. Ucapan bahagia yang kedelapan dan yang terakhir memantulkan yang pertama: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3) “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Kedelapan berkat ini meringkaskan Khotbah di Atas Bukit. Tersusun mulai dari seperti apa warga kerajaa surga itu (empat yang pertama – miskin di hadapan Allah, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar), sampai bagaimana mereka hidup (ketiga berikutnya—menunjukkan kemurahan hati, sepenuhnya mengabdi kepada Allah, yang membawa damai). Dan bagaimanakah dunia berhubungan dengan orang-orang yang sangat berbeda ini? Dunia menganiaya mereka. Dunia merendahkan mereka atau melemparkan mereka atau berkata dusta tentang mereka untuk mencemarkan mereka. Tetapi ada suatu yang mengasingkan ucapan bahagia yang kedelapan ini dari yang lain. Kita seharusnya tidak mencarinya. Penganiayaan datang sendiri – ini tak terelakkan karena kebenaran dan kesalahan, terang dan kegelapan, kebaiakan dan kejahatan, tidak bisa didamaikan. Memang mengejutkan untuk direnungkan tetapi benar anak pertama yang lahir ke dunia ini menjadi pembunuh dunia yang pertama. “Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebabg segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (1 Yohanes 3:12). Di awal abad gerja Kristen beberapa orang mencari penganiayaan. Satu orang adalah seorang pemimpin bernama Ignatius, yang dibawa ke Roma untuk dilemparkan ke singa. Sepanjang jalan ia menulis surat di mana ia mengantisipasi nasibnya dan bersukaria dalam membayangkannya. Jika hewan buas itu menolak untuk menyerang, ia berkata, ia akan menghasut mereka supaya maraha sehingga mereka akan melahap dia. Pemikiran semacam itu bukan keberanian teatpi pemikiran yang menyimpang. Penganiayaan itu datang; tidak boleh diminta. Tetapi bila itu tiba – Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita dianiaya (2 Timotius 3:12). – janji berkat dari Tuhan akan tiba juga. “Bersuka dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (Matius 5:12). Pada sebuah perjalanan ke luar negeri saya berbicara empat mata dengan pemimpin sebuah gereja di mana para pengikut Yesus telah sangat menderita dan teraniaya untuk iman mereka. Di sebuah taman terpencil, jauh dari alat dengar, ia mengatakan, “Saya takut terhadap hari dimana kita akan bebas. Di bawah kondisi sekarang ini orang-orang kami begitu bersungguh-sungguh dan setia. Saya takut terhadap materialisme yang akan tiba bersama kebebasan.” Ia memahami kebenaran dari ucapan bahagia yang kedelapan.

Sumber : disalin kembali dari buku Renungan Pagi

PEMUDA ADVENT INDONESIA e-mail : [email protected]