Dar el-Iman ‘alaihi wa Sallam bila bangun di malam hari untuk melakukan shalat, Beliau mengawalinya dengan shalat dua rakaat yang pendek.” (HR. Muslim) 6. Menangis Saat Membaca Al-Qur’an dan Merenungkannya. Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadaku, ‘Bacakanlah AlQur’an kepadaku!’ Aku berkata, ‘Apakah aku pantas membaca Al-Qur’an kepadamu, sedangkan kepadamulah Al-Qur’an itu diturunkan?’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya aku senang mendengarkan dari orang lain.' Maka akhirnya a k u p u n m e m b a c a k a n kepadanya ayat dalam surat An-Nisaa’. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: 'Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap–tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagian umatmu).” (QS. An–Nisaa’: 41) 7. Berdoa Dalam Shalat Malam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa selalu memperbanyak do'a dalam shalatnya dan juga dalam tahajjudnya, karena pada waktu–waktu tersebut kemungkinan besar dikabulkannya do'a. 8. Tidak Memberatkan Jiwa Dalam Menjalankan Ketaatan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya agama ini mudah dan siapapun yang memberatkannya pasti akan kepayahan. Oleh karnanya bersikap adillah (sedang–sedang saja dalam beribadah) mendekatkan dirilah, berbahagialah dan jadikanlah waktu pagi, siang dan sebagian waktu malam untuk melakukan ibadah.” (HR. Al–Bukhari no. 39) 9. Tidur Setelah Melakukan Shalat Tahajjud. Di sunnahkan bagi seorang mukmin setelah melakukan shalat tahajjud untuk tidur, yaitu
4
Ib adah
pada waktu shahur dan inilah salah satu tuntunan Rasulullah Saw. 10. Berdoa Seusai Sholat. Dari ' Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam setiap usai shalat witir membaca: ”Ya Allah sesunnguhnya aku berlindung denga kerhidaan-Mu dari murka – Mu, dengan ampunan – Mu dari siksa – Mu dan aku berlindung kepada mu dari mu.aku tak mampu meghitung pujian terhadapmu, engkau adalah sebagaimana yang engkau pujikan terhadap diri-mu sendiri.” (HR. Abu Dawud dan at–Tirmidzi) Manfaat shalat tahajjud Diantara manfaat shalat tahajjud adalah: Pertama: Seorang manusia bila ia berdiri melakukan shalat tahajjud karena Allah Ta’ala, maka ia akan mudah berdiri dihari dimana semua mausia akan berdiri pada hari dimana semua manusia akan menghadap kepada Rabb alam semesta. Kedua: Laki –laki yang senantiasa melakukan shalat tahajjud akan diberikan oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat kelak istri–istri yang banyak dari kalangan bidadari. Balasan adalah sesuai dengan amal perbuatan manusia. Ketiga: Mendapatkan kesehatan badan. Seseorang yang bangun diwaktu malam untuk melakukan shalat Tahajjud wajahnya akan dijadikan oleh Allah Ta’ala berwibawa, bersinar dan bercahaya. Keempat: Allah akan bimbing dia kepada petunjuk-Nya dan Allah akan membukakan pemahaman kepada agama-Nya. Zulkifli Maraji’: Diringkas dari buku Panduan Lengkap Shalat Tahajjud (Kaanu Qoliilan Minal Laili maa Yahja’uun), Penulis Muhammad bin Su’ud al’Arifi, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir.
Jangan dibaca ketika Khatib berk hutbah
Diterbitkan Oleh:
Yayasan Dar el-Iman Padang Tim Ahli
: Ust. Faishal Abdurrahman, Lc Ust. Muhammad Elvi Syam, Lc Dewan Redaksi : Abu Salman, Rahmat Ika Syahrial Alamat Redaksi : Jl. Rasak No 28 Lolong Padang Sirkulasi : 0751-7801636 & 081374328222 Kritik & Saran : 08126638098, 0751-7801669 Konsultasi Agama : 085274072458 E-mail :
[email protected] No Rekening : BNI cab Padang Jl A.Yani 0119869013 a/n Faisal Rahman
Dakwah Kita
Info Kajian Umum
Buletin Vol 21/Th 1/2007
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
SHALAT TAHAJJUD Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah, Rabb Semesta Alam, Raja dan Penguasa di hari Pembalasan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, Muhammad bin Abdillah, yang telah menyampaikan risalah dari Allah, menunaikan dengan jihad yang sebenar-benarnya, serta meninggalkan umatnya di atas jalan yang putih dan terang benderang, malamnya ibarat siang, tiada yang menyimpang darinya kecuali orangorang yang binasa. Amma ba’du Allah Ta’ala telah mensyari'atkan untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya yang agung yang artinya: “Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan–perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan–perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang–orang yang ingat. (QS. Huud (11): 114) Juga diantara dalil yang menujukan tentang disyari'atkannya shalat malam, adalah hadits yang menyebutkan: ”Bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang (kewajiban–kewajiban) dalam Islam, lalu beliau menjawab, ‘(melaksanakan) sholat lima waktu dalam sehari semalam’. Orang itu bertanya lagi, ‘Adakah kewajiban yang lain atas diriku?’
Jangan dibaca ketika Khatib berk hutbah
Ibadah
1
Dar el-Iman Beliau menjawab, ‘Tidak ada kecuali engkau mengerjakan sholat sunnah.’” (HR. Bukhari, Kitab al-ilmaan bab az-Zakaati Minal Islam (Hadits no. 46) dan Muslim, kitab al–Ilmaan, bab Bayanish Shalawaatillati Hiya Ahadi Arkaanil Islam hadits no. 11) Keutamaan Sholat Malam dan Anjurannya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan di dalam Al-Quran pada banyak ayat dan juga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam banyak hadits tentang besarnya pahala yang diperoleh dari melaksanakan sholat malam. Bahkan, ketahuailah wahai pembaca yang budiman dipaparkan ayat–ayat dan hadits–hadits tersebut bahwa sholat yang paling baik setelah sholat wajib adalah sholat malam, dan hal ini telah menjadi kesepakatan ulama. Hukumnya sholat malam mayoritas para ulama mengatakan hukum shalat malam adalah sunnah muakkadah (yang sangat) ditekankan berdasarkan Al-Quran dan asSunnah dan ijma’ kaum muslimin. (lihat Haasyiyatur Raudhil Murbi 11/220) Dari Sa'ad bin Hisyam ia bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ”’Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku sholat malam yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Aisyah berkata, ‘Bukankah kamu membaca ayat ini, “Wahai orang yang berselimut.”’ Aku menjawab, ‘Ya’. Aisyah berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah mewajibkan shalat malam di awal surat ini, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya melakukannya selama setahun hingga telapak kaki mereka pecah–pecah. Akhir surat ini Allah tahan di atas langit selama dua belas bulan, lalu Allah menurunkan keringanan di akhir surat ini, maka jadilah sholat malam melengkapi sholat–sholat yang wajib’.” (HR. Muslim) Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan firman Allah Ta’ala, “Bangunlah
2
Ib adah
untuk shalat di malam hari kecuali sedikit dari padanya” dengan mengatakan Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya dan kaum mukminin untuk melakukan shalat di malam hari kecuali hanya sedikit daripadanya, lalu hal itu membuat berat mereka sehingga Allah Ta’ala meringankan dan mengasihi mereka dengan menurunkan ayat, ”Allah tahu bahwa diantara kalian ada orang–orang yang sedang sakit“ dengan turunnya ayat ini Allah Ta’ala telah membuat hati mereka merasa lapang dan tidak sempit. Masa di antara turunnya dua ayat itu adalah setahun, yakni antara ayat, “Wahai orang yang berselimut, bangunlah untuk melakukan shalat di malam hari” dan ayat “Bacalah apa yang mudah bagimu hingga akhir surat”. (Di dalam Tafsir Al-Quran at –Thabari) Tata Cara Melakukan Sholat Malam Tidak ada tata cara khusus dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yang ada adalah beragam, sehingga seorang muslim melakukan cara yang mana saja. Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam bukunya Zaadul Ma'ad membuat pasal dengan judul: Pasal tentang “Tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam melakukan sholat malam“, di sini ia menyebutkan tata cara yang banyak tentang sholat malam yang bersumber dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Antara lain adalah: Pertama: Cara yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallalahu ‘alahi wa Sallam bangun pada malam hari melakukan sholat dua raka'at dengan memperlama berdiri, ruku’ dan sujud. Kemudian Beliau pergi lalu tidur hingga meniup–niup. Kemudian Beliau melakukan itu sebanyak tiga kali dengan enam rakaat. Pada tiap kalinya beliau bersiwak dan berwudhu’ dan membaca “Innafii khalqissamaa waati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaaril aayaatilli ulil albaab” nya, (hingga akhir surat) kemudian Beliau melakukan shalat witir tiga raka'at, lalu mu'adzin adzan dan Beliau keluar untuk melakukkan sholat shubuh ... (dan
Jangan dibaca ketika Khatib berk hutbah
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
seterusnya hingga akhir hadits).” (HR: Muslim no. 763) Kedua: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat sebanyak sembilan raka'at dengan melakukan secara bersambung pada delapan raka'at tanpa duduk kecuali pada raka’at yang kedelapan. Dimana diakhir raka'at ini Beliau duduk untuk berzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu Beliau bangun tanpa salam dan meneruskan rakaat yang kesembilan, lalu setelah itu duduk, membaca tasyahud dan salam. Setelah salam beliau shalat lagi raka'at dengan duduk. (HR. Muslim dalam Kitab Shalaatil Musaafiriin , Bab Jaami'i Shalaatil Laili wa man Naama 'anhu aw Maridha (hadist no. 746) Ketiga: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam shalat tujuh raka'at seperti cara melakukan sembilan raka'at sebelumnya, (yaitu enam raka'at dilakukan secara bersambung tanpa duduk kecuali pada raka'at akhir dimana Beliau duduk untuk berdzikir, memuji Allah dan berdoa kepada-Nya dan setelah itu bangun tanpa salam untuk melakukan raka'at yang ketujuh dan setelah itu baru Beliau salam), lalu setelah salam Beliau shalat dua raka'at dengan duduk. Keempat: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam melakukan shalat malam sebanyak delapan raka'at dengan salam pada tiap–tiap dua rakaat, lalu shalat witir sebanyak lima raka'at sekaligus tanpa duduk kecuali pada raka'at akhir. (Cara ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qashriha bab Shalaatil Laila wa 'Adadu Raka'aatin Nabiy Shallallahu ‘alaihi wa Sallam(Hadits no. 738) Etika Shalat Malam Sesungguhnya shalat malam memiliki beberapa etika yang merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam dalam melakukannya. Diantaranya adalah: 1. Niat bangunan untuk shalat ketika akan tidur.
Imam An–Nasa-i dan lainnya meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang naik keatas ranjangnya sedang ia telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam hari, namun ia tertidur hingga waktu shubuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya itu adalah sedekah dari Rabbnya.” (HR. An–Nasa-i, Ibnu Majah dan al-Hakim dengan komentarnya, ‘hadits ini shahih sesuai kriteria yang ditetapkan Al-Bukhari dan Muslim’) 2. Berdzikir Ketika Bangun Tidur. Apabila seseorang bangun dari tidurnya untuk melakukan shalat tahajjud ia disunnahkan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini berdasarkan kepada riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma. Adapun dzikirnya dapat dilihat dalam kitab Shahih Bukhari no. 6317 dan Shahih Muslim no. 769. 3. Bersiwak Ketika Bangun Untuk Melakukan Shalat Malam. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bila bangun di malam hari untuk melakukan sholat tahajjud Beliau mengosok mulutnya dengan siwak. (HR. Al–Bukhari dan Muslim) 4. Membangunkan Keluarga Untuk Melakukan Shalat Tahajjud. ”Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa ...” (QS. Al-Maa-idah: 2) Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhaia berkata, ”Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat pada malam hari dan bila Beliau melakukan sholat witir Beliau berkata: 'Bangunlah dan sholat witirlah wahai 'Aisyah.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 5. Mengawali Shalat Malam Dengan Melakukan Shalat Dua Raka'at Yang Pendek. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ia menuturkan, ”Bahwa Rasulullah Shallallahu
Jangan dibaca ketika Khatib berk hutbah
Ibadah
3