1a0h6yv_9ufidyzawlyrq29rdwfoa-6zm.pdf

  • Uploaded by: Ricky Tempoenya
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1a0h6yv_9ufidyzawlyrq29rdwfoa-6zm.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 18,398
  • Pages: 76
.

LAMPIRAN I Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor : S – 44 /KN/2019 Tanggal : 29 Januari 2019

A. SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS UTAMA/SEKRETARIS KEMENTERIAN/ KEPALA/KEPALA BARANAHAN/ DIREKTUR UTAMA/DEPUTI/JAKSA AGUNG MUDA/ASISTEN LOGISTIK/ KEPALA PUSAT KEUANGAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA No.

Kementerian Negara/Lembaga

1.

Majelis Permusyawaratan Rakyat

2.

Dewan Perwakilan Rakyat

3.

Badan Pemeriksa Keuangan

4.

Mahkamah Agung

5.

Kejaksaan Republik Indonesia

6.

Kementerian Sekretariat Negara

7.

Kementerian Dalam Negeri

8.

Kementerian Luar Negeri

9.

Kementerian Pertahanan

10.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

11.

Kementerian Keuangan

12.

Kementerian Pertanian

13.

Kementerian Perindustrian

14.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

15.

Kementerian Perhubungan

16.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

17.

Kementerian Kesehatan

18.

Kementerian Agama

19.

Kementerian Ketenagakerjaan

20.

Kementerian Sosial

21.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

22.

Kementerian Kelautan dan Perikanan

23.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

24.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

25.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

26.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

27.

Kementerian Pariwisata

28.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara

29.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

30.

Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah

31.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

32.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

33.

Badan Intelijen Negara

34.

Badan Siber dan Sandi Negara

35.

Badan Pusat Statistik

Kp. : KN.2/KN.241/2019

No.

Kementerian Negara/Lembaga

36.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

37.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

38.

Perpustakaan Nasional

39.

Kementerian Komunikasi dan Informatika

40.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

41.

Badan Pengawas Obat dan Makanan

42.

Lembaga Ketahanan Nasional

43.

Badan Koordinasi Penanaman Modal

44.

Badan Narkotika Nasional

45.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

46.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

47

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

48.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

49.

Komisi Pemilihan Umum

50.

Mahkamah Konstitusi

51.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

52.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

53.

Badan Tenaga Nuklir Nasional

54.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

55.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

56.

Badan Informasi Geospasial

57.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir

58.

Lembaga Administrasi Negara

59.

Arsip Nasional Republik Indonesia

60.

Badan Kepegawaian Negara

61.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

62.

Kementerian Perdagangan

63.

Kementerian Pemuda dan Olah Raga

64.

Komisi Pemberantasan Korupsi

65.

Dewan Perwakilan Daerah

66.

Komisi Yudisial

67.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

68.

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

69.

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

70.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

71.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan

72.

Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

73.

Ombudsman Republik Indonesia

74.

Badan Nasional Pengelola Perbatasan

75.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

Kp. : KN.2/KN.241/2019

No.

Kementerian Negara/Lembaga

76.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

77.

Badan Pengawasan Pemilihan umum

78.

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

79.

Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia

80.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

81.

Badan Keamanan Laut Direktur Jenderal Anggaran (BA 999.08)

82.

Kp. : KN.2/KN.241/2019

LAMPIRAN II Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor : S – 44 /KN/2019 Tanggal : 29 Januari 2019

B. DAFTAR INSPEKTUR JENDERAL/INSPEKTUR UTAMA/INSPEKTUR/KEPALA SPI/KEPALA/APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA No.

Kementerian Negara/Lembaga

1.

Majelis Permusyawaratan Rakyat

2.

Dewan Perwakilan Rakyat

3.

Badan Pemeriksa Keuangan

4.

Mahkamah Agung

5.

Kejaksaan Republik Indonesia

6.

Kementerian Sekretariat Negara

7.

Kementerian Dalam Negeri

8.

Kementerian Luar Negeri

9.

Kementerian Pertahanan

10.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

11.

Kementerian Keuangan

12.

Kementerian Pertanian

13.

Kementerian Perindustrian

14.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

15.

Kementerian Perhubungan

16.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

17.

Kementerian Kesehatan

18.

Kementerian Agama

19.

Kementerian Ketenagakerjaan

20.

Kementerian Sosial

21.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

22.

Kementerian Kelautan dan Perikanan

23.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

24.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

25.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

26.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

27.

Kementerian Pariwisata

28.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara

29.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

30.

Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah

31.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

32.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

33.

Badan Intelijen Negara

34.

Badan Siber dan Sandi Negara

35.

Badan Pusat Statistik

Kp. : KN.2/KN.241/2019

No.

Kementerian Negara/Lembaga

36.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

37.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

38.

Perpustakaan Nasional

39.

Kementerian Komunikasi dan Informatika

40.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

41.

Badan Pengawas Obat dan Makanan

42.

Lembaga Ketahanan Nasional

43.

Badan Koordinasi Penanaman Modal

44.

Badan Narkotika Nasional

45.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

46.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

47

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

48.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

49.

Komisi Pemilihan Umum

50.

Mahkamah Konstitusi

51.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

52.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

53.

Badan Tenaga Nuklir Nasional

54.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

55.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

56.

Badan Informasi Geospasial

57.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir

58.

Lembaga Administrasi Negara

59.

Arsip Nasional Republik Indonesia

60.

Badan Kepegawaian Negara

61.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

62.

Kementerian Perdagangan

63.

Kementerian Pemuda dan Olah Raga

64.

Komisi Pemberantasan Korupsi

65.

Dewan Perwakilan Daerah

66.

Komisi Yudisial

67.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

68.

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

69.

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

70.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

71.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan

72.

Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

73.

Ombudsman Republik Indonesia

74.

Badan Nasional Pengelola Perbatasan

75.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

Kp. : KN.2/KN.241/2019

No.

Kementerian Negara/Lembaga

76.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

77.

Badan Pengawasan Pemilihan umum

78.

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

79.

Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia

80.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

81.

Badan Keamanan Laut Direktur Jenderal Anggaran (BA 999.08)

82.

Kp. : KN.2/KN.241/2019

Lampiran : II Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor : S-44/KN/2019 Tanggal : 29 Januari 2019

PEDOMAN TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI BMN TAHUN 2017-2018 A. Dasar Hukum 1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Pemerintah/Daerah; 3. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang Milik Negara. 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2017 tentang Penilaian Barang Milik Negara. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN disusun sebagai salah satu upaya peningkatan mutu dan kualitas atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN oleh Kuasa Pengguna Barang (KPB) dan Kantor Pelayanaan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebagai tindak lanjut atas temuan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018. 2. Tujuan Penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses Inventarisasi BMN atas seluruh objek Penilaian Kembali BMN pada KPB sebagai bagian dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN dalam rangka tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 telah dilakukan dengan benar dan andal sesuai dengan ketentuan. C. Ruang Lingkup Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi BMN Dalam Rangka Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan BPK atas Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 ini tidak hanya untuk perbaikan atas proses inventarisasi yang menjadi temuan pemeriksaan BPK, namun juga untuk objek penilaian kembali lainnya yang perlu diperbaiki.

D. Tatacara Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Pelaksanaan tindak lanjut Temuan Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN secara teknis dilakukan oleh seluruh KPB pada K/L yang telah melakukan proses Penilaian Kembali BMN pada tahun 2017-2018. Salah satu permasalahan utama yang ditemukan oleh BPK dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 adalah mekanisme pengendalian internal dan kontrol kualitas dalam pelaksanaan inventarisasi tidak memadai, sehingga secara umum data/informasi penilaian kembali BMN dinilai tidak akurat. Atas kondisi tersebut, Pemerintah memutuskan Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 tidak disajikan dalam Laporan Keuangan K/L (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2018 dan akan disajikan pada LKKL dan LKPP setelah dilakukan perbaikan dan dapat diterima oleh BPK Sebagai langkah perbaikan/koreksi atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN sebagai tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses dan mekanisme pelaksanaan Penilaian Kembali BMN. Secara umum, prosedur dan mekanisme pelaksanaan Penilaian Kembali BMN terdiri dari 4 (empat) tahap sebagaimana bagan alur sebagai berikut:

Beberapa poin penting yang perlu di perhatikan sebagai langkah perbaikan/koreksi pada masing-masing tahapan pelaksanaan Penilaian Kembali BMN sebagaimana gambar alur pelaksanaan Penilaian Kembali BMN tersebut di atas, antara lain:

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

2

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan pelaksanaan inventarisasi dilakukan untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan inventarisasi dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a.

Pembentukan Tim Inventarisasi Pembentukan Tim Inventarisasi dilakukan sebagai bentuk koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi BMN, koordinasi dilakukan dengan mengacu pada kebutuhan sarana dan prasarana yang perlu disiapkan penunjang pelaksanaan inventarisasi dan penyediaan sumber daya manusia yang akan melakukan proses inventarisasi dari mulai tahap persiapan sampai tahap tindaklanjut. Tim Inventarisasi ini sebagai bagian dari Tim Pelaksana Penilaian Kembali BMN. Pelaksanaan Inventarisasi BMN sebagai bagian dari tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 dilakukan mengacu pada Tim Pelaksana Penilaian Kembali BMN. Dalam hal terjadi perubahan atas keanggotaan Tim Pelaksana dimaksud, perubahan/pembentukan Tim Pelaksana yang baru dilakukan sesuai dengan mekanisme pembentukan Tim Pelaksana Penilaian Kembali BMN sebagaimana di atur dalam PMK No. 118/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN.

b. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi Pemetaan pelaksanaan inventarisasi dilakukan guna mengidentifikasi objek-objek dan lokasi atas seluruh BMN yang berada dalam penguasaan suatu KPB yang akan dilakukan perbaikan sebagai tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK. Pemetaan pelaksanaan inventarisasi dilakukan agar seluruh BMN dapat terinventarisasi dengan baik dan berjalan dengan efektif. Pemetaan pelaksanaan inventarisasi antara lain dapat dilakukan melalui penyiapan denah lokasi. Untuk memperjelas lingkup dan cakupan lokasi BMN objek penilaian kembali yang akan dilakukan inventarisasi dan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan inventarisasi BMN dilokasi tersebut, maka sebelum inventarisasi dilakukan, KPB bersangkutan perlu menyiapkan suatu denah/gambaran lokasi yang menunjukkan posisi BMN dan menunjuk pihak-pihak (tim) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan inventarisasi BMN di masing-masing lokasi, khususnya atas BMN yang berada di lokasi tertentu (tercantum dalam KIB) misalnya untuk tanah, bangunan, dan bangunan air, serta BMN yang ditempatkan di suatu lokasi tertentu (tercantum dalam DBL) misalnya untuk jalan, irigasi, dan jembatan. c.

Persiapan data awal BMN sebagai data administrasi pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Data awal yang dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan inventarisasi adalah BMN objek Penilaian Kembali yang menjadi temuan Pemeriksaan BPK maupun objek penilaian kembali yang perlu diperbaiki.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

3

Pemilihan BMN yang akan dilakukan dalam perbaikan Penilaian Kembali dilakukan dengan cara melakukan Generate data melalui aplikasi SIMAN fitur revaluasi dengan cara memilih BMN dalam Daftar objek penilaian kembali baik atas BMN yang telah dilakukan penilaian kembali sebelumnya (perbaikan) maupun atas objek BMN yang belum dilakukan penilaian kembali. Untuk memastikan bahwa data BMN yang berada pada SIMAK BMN Satker merupakan data yang benar, maka sebelum dilakukan pengambilan data BMN ke dalam Kertas Kerja Inventarisasi, terlebih dahulu data hasil kiriman SIMAK BMN yang akan digunakan sebagai data Penilaian Kembali BMN dilakukan proses validasi dengan data Satker dimaksud yang terkonsolidasi dalam Laporan Barang Pengguna dengan menggunakan aplikasi SIMAN. Memperhatikan bahwa Inventarisasi yang dilakukan ini merupakan perbaikan atas pelaksanaan inventarisasi yang telah dilakukan sebelumnya (tahun 2017-2018), maka pelaksanaan inventarisasi ini dilakukan dengan melakukan reviu atas seluruh aktivitas inventarisasi yang sebelumnya telah dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan serta memastikan bahwa seluruh BMN objek Penilaian kembali BMN yang berada didalam penguasaan/penggunaan Satker telah seluruhnya dilakukan Inventarisasi. Dokumen Sumber Dokumen sumber pada tingkat KPB dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN, meliputi: 1) Daftar Barang Kuasa Penggguna 2) Buku Barang 3) Kartu Identitas Barang 4) Daftar Barang Lainnya 5) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan 6) Dokumen kepemilikan BMN 7) Dokumen pengelolaan dan penatausahaan 8) Dokumen lainnya yang dianggap perlu 9) Form Pendataan, LHIP, dan BAR Hasil Penilaian Kembali BMN sebelumnya. d. Penyiapan Kertas Kerja Inventarisasi BMN Blanko Kertas Kerja Inventarisasi digunakan untuk mencatat setiap objek/BMN yang menjadi objek inventarisasi yang ditemukan pada saat pelaksanaan inventarisasi BMN. Berdasarkan data BMN hasil pengiriman SIMAK BMN sebagai data awal Penilaian Kembali BMN yang telah dilakukan proses validasi, selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai data administrasi (data awal) dalam kertas kerja inventarisasi BMN. Kertas kerja inventarisasi berfungsi sebagai dokumen inventarisasi yang merekam data pencatatan BMN sebagai data awal. Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

4

e.

Penyiapan Form Pendataan Objek Penilaian BMN Berdasarkan data BMN hasil pengiriman SIMAK BMN sebagai data awal Penilaian Kembali BMN yang telah dilakukan proses validasi, selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai data administrasi (data awal) dalam form pendataan BMN. Form Pendataan berfungsi sebagai dokumen inventarisasi yang merekam data pencatatan BMN sebagai data awal dalam pelaksanaan Inventarisasi dan menginput seluruh data atas BMN dimaksud sesuai kondisi fisik yang ditemukan pada saat dilakukan pengecekan fisik di lapangan. Pada tahap persiapan ini, Satker memastikan bahwa data awal yang disajikan dalam form pendataan telah sama dengan data yang tercatat dalam SIMAK sebelum Inventarisasi. Data awal tersebut antara lain berupa: 1) Kode satker, 2) Kode Barang, 3) NUP, 4) tanggal Perolehan, 5) kondisi aset, 6) luas Data awal dalam pelaksanaan revaluasi BMN diperoleh pada saat satker telah melakukan generate data SIMAK kedalam data SIMAN versi revaluasi. Data ini disajikan pada saat pencetakan form pendataan. Tahap persiapan sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Satker

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

5

2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan setelah seluruh persiapan pelaksanaan inventarisasi dilaksanakan. Tahap pelaksanaan terbagi dalam dua tahapan yaitu tahap pelaksanaan Inventarisasi yang dilakukan oleh Satker dan Tahap Penilaian yang dilakukan oleh DJKN (Tim Penilai). a. Pelaksanaan Inventarisasi oleh Satker 1) Pendataan dan Identifikasi Pada tahap ini, Satker melakukan pendataan dan identifikasi atas fisik BMN yang berada dalam penguasaannya. Pendataan dan identifikasi tersebut merupakan salah satu langkah dalam mengumpulkan data dan informasi atas BMN sebagaimana disajikan sebagai data awal (kode satker, kode barang, NUP) yang berfungsi sebagai update atas data riil BMN sesuai dengan fisik aset saat ini, yang antara lainmeliputi: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)

Luas, kondisi, informasi renovasi yang dilakukan, data perkerasan yang dilakukan (bangunan) penggunaan BMN, pemanfaatan BMN, BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, status sertipikasi BMN, informasi sengketa, jika ada data detail terkait penghunian (Rumah Negara); dan data pengelolaan BMN yang lain.

Pendataan dan identifikasi BMN objek Inventarisasi antara lain dilakukan dengan cara: a) Melakukan pendataan atas luasan objek BMN yang dilakukan Inventarisasi. Luas atas BMN berupa tanah, bangunan, dan JIJ semestinya dapat dilihat dalam dokumen pendukung atas BMN dimaksud, yang antara lain dapat berupa : Sertipikat, Letter C, Petok, IMB, cetak biru, sketsa, dan dokumen lain sejenis. Apabila dapat diyakini bahwa luas atas suatu objek belum mengalami perubahan dan sesuai dengan dokumen pendukung yang dimiliki, maka penetapan atas luas objek hasil pelaksanaan Inventarisasi didasarkan pada dokumen pendukung dimaksud, kecuali apabila ditemukan berbeda, maka penetapan luas atas objek penilaian kembali dalam pelaksanaan Inventarisasi dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang atas objek dimaksud. Memperhatikan kondisi tersebut, maka penetapan luas objek penilaian kembali dalam pelaksanaan Inventarisasi didasarkan pada: » Tanah Penetapan luas objek BMN didasarkan pada: - Sertipikat, Letter C, Petok, dan dokumen sejenis, untuk kondisi luas fisik tanah sama dengan dokumen, Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

6

-

»

Dokumen perolehan, dokumen penatausahaan, dan dokumen pengelolaan, untuk kondisi luas fisik tanah sudah tidak sesuai dengan sertipikat, atau - Pengukuran fisik tanah dan/atau surat pernyataan Satker, untuk kepemilikan tanah tidak didukung dokumen. Dalam hal luas tanah hasil pendataan baru berbeda dengan luas dalam pendataan sebelumnya, tim Penilai DJKN akan melakukan survey ulang atas tanah dimaksud. Selain Tanah - Dokumen berupa IMB, cetak biru, dan/atau dokumen sejenis, untuk kondisi selain tanah yang telah dilengkapi dengan dokumen dan belum ada perubahan luas bangunan, - Dokumen dan data pengembangan, untuk kondisi selain tanah yang telah dilengkapi dengan dokumen dan sudah ada perubahan luas bangunan akibat pengembangan, atau - Sketsa untuk BMN berupa selain tanah yang belum memiliki dokumen pendukung

b) Meneliti kondisi objek penilian kembali BMN yang dilakukan Inventarisasi Kondisi objek penilaian kembali dikelompokan menjadi kondisi baik, rusak ringan, atau rusak berat (sesuai ketentuan yang berlaku di bidang Penatausahaan dan/atau Penilaian), dengan kriteria sebagai berikut: (1) Tanah  Baik (B) Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.  Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan dan/atau dimanfaatkan dan masih memerlukan pengolahan/perlakuan (contoh: pengeringan, pengurukan, perataan, dan pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.  Rusak Berat (RB) Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi, dan sebagainya. (2) Gedung dan Bangunan  Baik (B), terdiri atas: Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak memerlukan perbaikan yang berarti, kecuali pemeliharaan rutin. Gedung dan Bangunan dan Bangunan Air dengan kondisi Baik, terdiri atas:

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

7

- Baik Sekali (BS) Suatu kondisi bangunan dengan seluruh komponen bangunan berupa komponen: struktur bawah, struktur atas, material atap, dinding, langit-langit dan lantai, dan keseluruhan komponen fasilitasnya berupa instalasi air, instalasi listrik, dan cat bangunan berada dalam kondisi utuh, lengkap dan berfungsi dengan baik. Secara keseluruhan bangunan dalam kondisi ini dapat dikatakan sangat terawat. - Baik (B) Suatu kondisi bangunan dengan seluruh komponen bangunan berupa komponen: struktur bawah, struktur atas, material atap, dinding, langit-langit dan lantai dalam kondisi lengkap, namun fasilitas berupa instalasi listrik dan/atau instalasi air kurang berfungsi dengan baik, dan/atau kondisi cat bangunan kusam atau terkelupas. Secara keseluruhan bangunan dalam kondisi ini dapat dikatakan terawat.  Rusak Ringan (RR) Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada komponen-komponen bukan konstruksi utama. Gedung dan Bangunan dan Bangunan Air dengan kondisi Rusak Ringan, terdiri atas: - Sedang (S) Suatu kondisi bangunan yang komponen strukturnya dalam kondisi baik, namun terdapat beberapa kerusakan pada sebagian komponen material, antara lain: kerusakan pada sebagian langit-langit dan/atau kerusakan pada sebagian lantainya, yang untuk mengatasinya masih dimungkinkan dengan melakukan penggantian terhadap beberapa kerusakan dalam waktu yang relatif pendek. Secara keseluruhan bangunan dalam kondisi ini dapat dikatakan cukup terawat.  Rusak Berat (RB) Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak dapat dipergunakan lagi. Gedung dan Bangunan dan Bangunan Air dengan kondisi Rusak Berat, terdiri atas: - Jelek (J) Suatu kondisi bangunan yang komponen strukturnya dapat dikategorikan cukup, namun terdapat kerusakan pada sebagian besar komponen material atau komponen materialnya sudah tidak dalam keadaan utuh, antara lain: kerusakan pada sebagian besar atap atau keretakan pada sebagian besar dinding, yang untuk mengatasinya diperiukan upaya perbaikan yang hampir menyeluruh atau memerlukan waktu yang relatif lama. Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

8

Secara keseluruhan bangunan dalam kondisi ini dapat dikatakan tidak terawat. - Jelek Sekali (JS) Suatu kondisi bangunan dengan kondisi komponen strukturnya mengalami kerusakan, hampir keseluruhan komponen material dan fasilitasnya dalam keadaan tidak lengkap/rusak yang untuk mengatasinya diperiukan perbaikan/penggantian yang menyeluruh dengan waktu yang relatif lama dan diperiukan biaya yang besar. Secara keseluruhan bangunan dalam kondisi ini dapat dikatakan terbengkalai. (3) Jalan, Irigasi, dan Jaringan  Baik (B) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik  Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan perbaikan utuh namun memerlukan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.  Rusak Berat (RB) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar. Penjelasan atas kondisi BMN berupa Jalan, antara lain berupa: (3.1) Jalan dan Bahu Jalan  Baik (B), terdiri atas: - Baik Sekali (BS) Umumnya kondisi jalan yang baru dibangun, sebelum 1 satu tahun. - Baik (B) Umumnya sangat rata, sangat baik, teratur dan tidak berlubang.  Rusak Ringan (RR), terdiri atas: - Sedang (S) Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata.  Rusak Berat (RB), terdiri atas: - Jelek (J) Agak rusak, kadang-kadang permukaan tidak rata.

ada

lubang,

- Jelek Sekali (JS) Rusak bergelombang, banyak lubang sampai dengan tidak bisa dilalui. Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

9

(3.2)

Jalan Rel  Baik (B), terdiri atas: - Baik Sekali (BS) Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi masih prima dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan sangat terawat. - Baik (B) Konstruksi Jalan Kereta Api kondisinya masih dalam keadaan keadaan utuh dan berfungsi dengan baik namun perlu mengalami perbaikan kecil. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan terawat.  Rusak Ringan (RR), terdiri atas: - Sedang (S) Konstruksi Jalan Kereta Api kondisinya masih dalam keadaan baik namun telah mengalami deformasi/korosi yang ringan. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan cukup terawat.  Rusak Berat (RB), terdiri atas: - Jelek (J) Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi jelek, dan sudah mengalami deformasi/korosi berat. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan tidak terawat. - Jelek Sekali (JS) Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi sangat jelek, mengalami deformasi/korosi berat dan sudah tidak bisa dilalui. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan terbengkalai.

(3.3)

Bangunan Air  Baik (B), terdiri atas: - Baik Sekali (BS) Bangunan air dalam keadaan baru, tanpa kerusakan, dan belum diperlukan pemeliharaan rutin. - Baik (B) Tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan rutin.  Rusak Ringan (RR), terdiri atas: - Sedang (S) Tingkat kerusakan 10 - 20 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

10

 Rusak Berat (RB), terdiri atas: - Jelek (J) Tingkat kerusakan 21 - 40 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan bersifat perbaikan. - Jelek Sekali (JS) Tingkat kerusakan >40% dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan perbaikan berat atau penggantian.

c)

d)

e) f) g)

Penentuan kondisi hasil inventarisasi dilakukan sebagai berikut: (1) Kondisi BMN hasil inventarisasi sebagai tindak lanjut pemeriksaan BPK atas pelaksanaan penilaian kembali BMN tahun 2017-2018 dijadikan sebagai dasar dalam penentuan kondisi BMN pada saat dilakukan inventarisasi sebelumnya. (2) Dalam hal tim tidak dapat meyakini kondisi BMN pada saat dilakukan inventarisasi sebelumnya, maka penentuan kondisi BMN didasarkan pada kondisi BMN pada saat dilakukannya cek fisik. (3) Dikecualikan atas kebijakan tersebut, untuk hasil inventarisasi BMN yang berlokasi di wilayah yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai wilayah yang terkena dampak bencana alam, Kondisi BMN hasil inventarisasi didasarkan pada kondisi pada saat dilakukannya cek fisik/ inventarisasi ulang). Mengambil gambar (foto) yang menyajikan tanggal pengambilan gambar atas objek BMN yang dilakukan Inventarisasi sesuai dengan kondisi nyata atas BMN dimaksud pada saat dilakukan Inventarisasi. Pengambilan gambar/foto atas objek penilaian kembali dilakukan pada tanggal dilaksanakannya inventarisasi (20172018), dalam hal pada tanggal pelaksanaan inventarisasi belum dilakukan pengambilan gambar/foto, maka pengambilan gambar dilakukan pada tanggal yang paling mendekati dengan menyampaikan keterangan atas perubahan yang telah dilakukan atas BMN objek penilaian kembali. Melakukan penyajian data dan informasi hasil pengukuran atas perkerasan seperti lantai, jalan, koridor, paving blok dan sejenisnya serta barang pendukung berupa pagar yang menyatu sebagai bagian dari perolehan atas BMN objek penilaian kembali. Memverifikasi kesesuaian pencatatan kodefikasi yang digunakan dengan fisik BMN di lapangan. Pemberian nilai atas BMN berlebih hasil inventarisasi dilakukan berdasarkan nilai wajar hasil penilaian oleh Tim Penilaian. Dikecualikan atas huruf b dan c, dalam hal BMN objek penilaian kembali merupakan BMN yang secara fisik tidak terlihat secara nyata (terletak di dalam tanah/air (tertimbun/terendam)), dokumen/data dapat diganti dengan surat pernyataan dari Satker bersangkutan). Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

11

2) Pencatatan hasil Inventarisasi dalam Form Pendataan Petugas Inventarisasi (tim) melakukan pencatatan seluruh hasil pendataan ke dalam form pendataan yang telah disiapkan dan menandatangani form pendataan dimaksud. 3) Verifikasi dan Pengecekan Form Pendataan Form pendataan yang telah ditandatangani oleh tim inventarisasi, selanjutnya dilakukan verifikasi dan pengecekan oleh penanggung jawab Satker atau pejabat yang ditunjuk dengan membandingkan data dan informasi yang disajikan dalam form pendataan dengan dokumen pendukung yang disertakan untuk memastikan bahwa proses inventarisasi telah dilakukan dengan baik dan benar. Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi dan pengecekan telah sesuai, selanjutnya penanggung jawab Satker atau pejabat yang ditunjuk membubuhi paraf/tandatangan pada form pendataan pada kolom verifikator. 4) Pengesahan Hasil Inventarisasi oleh Satker Satker mengesahkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan oleh Tim Inventarisasi. 5) Penginputan hasil Inventarisasi dalam aplikasi SIMAN Pada tahap ini, Satker melakukan penginputan atas hasil inventarisasi yang telah dilakukan sebagaimana form pendataan kedalam aplikasi SIMAN. Untuk memastikan bahwa inventarisasi BMN telah dilakukan dan data BMN hasil pelaksanaan Inventarisasi telah dicatat, maka laporan hasil Penilaian Kembali BMN tidak dapat diproses apabila terdapat data BMN pada form pendataan objek penilaian BMN yang belum dilakukan perekaman. 6) Validasi dan Pengecekan update data Form Pendataan Untuk memastikan bahwa data hasil pendataan telah dilakukan penginputan (update data) dengan benar kedalam SIMAN, sebelum dilakukan pengiriman melalui aplikasi SIMAN, terlebih dahulu dilakukan validasi oleh penanggung jawab satker/pejabat/ petugas yang ditunjuk dengan melakukan pemberian tanda tertentu (check mark) pada kolom form pendataan (sebelah kanan) dan menandatangani form pendataan pada kolom validator. Validasi dilakukan dengan cara membandingkan data soft copy (data penginputan form pendataan dalam aplikasi SIMAN) dengan hard copy form pendataan. 7) Penyampaian hasil Inventarisasi kepada KPKNL Satker menyampaikan hasil pelaksanaan inventarisasi pendataan) yang telah disahkan kepada KPKNL.

(form

Penyampaian form pendataan kepada KPKNL dilakukan setelah seluruh data dalam form pendataan diinput kedalam aplikasi SIMAN fitur revaluasi dengan dilampiri dokumen pendukung. b. Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN oleh DJKN Pelaksanaan penilaian atas objek penilaian kembali BMN dilakukan oleh Tim Penilai DJKN dengan menggunakan metode dan tata cara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Penilaian BMN. Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

12

Penilaian atas objek Penilaian Kembali BMN tidak dilakukan atas BMN hasil inventarisasi BMN yang telah dilakukan oleh Satker dengan kondisi: - BMN telah mendapat persetujuan penghapusan atau pemindahtanganan dari Pengguna Barang atau Pengelola Barang sesuai ketentuan. - BMN yang tidak ditemukan secara fisik. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN oleh DJKN adalah sebagai berikut: 1) Verifikasi Form Pendataan Pada Tahap ini, Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara atau pejabat/staf yang bertindak atas nama Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara pada KPKNL melakukan verifikasi form pendataan yang telah disampaikan oleh Satker dalam SIMAN fitur Revaluasi dengan cara download form pendataan. Verifikasi dilakukan tidak hanya dengan cara membandingkan data soft copy dan hard copy form pendataan, tetapi dilakukan dengan membandingkan pula data dan informasi yang disajikan dalam form pendataan dengan dokumen pendukung yang disertakan. Langkah ini sekaligus dilakukan untuk memastikan bahwa data dan informasi atas BMN objek Penilaian Kembali yang telah dilakukan Inventarisasi oleh Satker sebagaimana form pendataan tersebut valid. Pejabat/staf pada Seksi PKN melakukan cross check atas data hasil inventarisasi yang telah dilakukan. Pelaksanaan cross check dilakukan dalam bentuk pemberian tanda tertentu (check mark) dalam form pendataan yang diterima dari Satker dan memberikan paraf pada kolom yang telah disediakan. Selanjutnya form tersebut diserahkan kepada Penilai sebagai salah satu dokumen sumber dalam pelaksanaan Penilaian. 2) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan penilaian BMN oleh Tim Penilai dilakukan setelah data dan informasi yang dibutuhkan oleh Tim Penilai dalam form pendataan yang disampaikan oleh Satker telah diverifikasi oleh Seksi PKN. Tata cara pelaksanaan penilaian BMN dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Penilaian BMN. Hasil penilaian BMN yang telah dilakukan oleh Penilai, direkam kedalam SIMAN melalui SIP REVAL oleh Tim Penilaian Kembali BMN.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

13

Tahap Pelaksanaan sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Cek BMN (Sensus)

Lengkapi Form Pendataan

Tim Satker Verifikasi Form oleh Penanggung jawab Satker Satker

Input Hasil Invent (Update Data )

Verifikasi Form dan hasil input oleh Penanggung jawab Satker Satker

Kirim Data ke KPKNL ( Penilai )

PKNDJKN Menerima data Penilaian

Verifikasi Form dan hasil input oleh Seksi PKN (KPKNL) Penilaianoleh Tim Penilai

Tim Penilai DJKN

Data HasilPenilaian

3. Tahap Pelaporan Tahap pelaporan yang dimulai dari penyusunan Laporan Hasil Inventarisasi dan Penilaian (LHIP) atas Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 dilakukan setelah Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 dinyatakan diterima oleh BPK. Adapun langkah-langkah dalam tahap penyusunan Laporan Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN yakni: a.

Satuan kerja bersama-sama dengan Tim Penilaian Kembali BMN menyusun Laporan Hasil Inventarisasi - Koreksi (LHI-Koreksi) dan Laporan Hasil Penilaian Kembali - Koreksi (LHP-Koreksi) yang terdiri atas : 1) Laporan Hasil Inventarisasi Koreksi (LHI-Koreksi) LHI-Koreksi merupakan koreksi atas rekapitulasi hasil pelaksanaan inventarisasi BMN sebagai tindak lanjut atas Temuan Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 yang telah dilakukan oleh KPB berdasarkan data kertas kerja, form pendataan objek penilaian, dan hasil identifikasi dalam pelaksanaan Inventarisasi, dengan kriteria: Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

14

a) b) c) d) e) f)

Barang Barang Barang Barang Barang Barang

Baik; Rusak Ringan; Rusak Berat; Berlebih; Tidak Ditemukan; dan Dalam Sengketa.

LHI-Koreksi terdiri dari: a) Rekapitulasi Hasil Inventarisasi (BA-01); b) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Baik (BA-02); c) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Rusak Ringan (BA03); d) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Rusak Berat (BA-04); e) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Berlebih (BA-05); f) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Tidak Ditemukan (BA-06); g) Daftar Barang Hasil Inventarisasi Barang Dalam Sengketa (BA07); dan h) Catatan Atas Hasil Inventarisasi (BA-08). LHI-Koreksi ditandatangani oleh anggota Tim Pelaksana Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN yang berasal dari unsur UAKPB dan Penanggungjawab UAKPB. 2) Laporan Hasil Penilaian - Koreksi (LHP-Koreksi) LHP-Koreksimerupakan Koreksi atas rekapitulasi hasil penilaian sebagai Tindak lanjut Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 yang berasal dari laporan penilaian terhadap BMN yang secara fisik ada dan telah dilakukan inventarisasi. LHP-Koreksi terdiri dari: a) LHP-Koreksi - 01 Laporan ini menyajikan informasi mengenai rekapitulasi nilai wajar berdasarkan hasil penilaian terhadap BMN (yang ada secara fisik dan kodifikasi sesuai dengan catatan administrasi), dan informasi nilai koreksi antara nilai administrasi dengan nilai wajar pada satuan kerja sebagai dasar koreksi pembukuan; b) LHP-Koreksi - 02 Laporan ini menyajikan informasi mengenai Koreksi Tindak lanjut Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 atas rekapitulasi nilai wajar hasil penilaian terhadap BMN yang berlebih karena BMN yang belum tercatat sebelumnya dan atau sudah tercatat namun salah pencatatan kodifikasi BMN dan informasi nilai koreksi (gap) antara nilai administrasi dengan nilai wajar pada satuan kerja sebagai dasar koreksi pembukuan.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

15

LHP-Koreksi ditandangani oleh Tim Pelaksana Inventarisasi Kembali yang berasal dari unsur Pengelola Barang dan Kepala KPKNL. b. Pelaporan Koreksi Hasil Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN Berdasarkan Koreksi hasil Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN sebagai tindak lanjut pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018, Tim Pelaksana menyusun Laporan Hasil Inventarisasi dan Penilaian-Koreksi (LHIP-Koreksi) untuk setiap Kuasa Pengguna Barang yang terdiri atas: 1) Resume Koreksi Inventarisasi dan Penilaian; 2) Laporan Hasil Inventarisasi-Koreksi (LHI-Koreksi); dan 3) Laporan Hasil Penilaian-Koreksi (LHP-Koreksi). Langkah-langkah penyusunan LHIP-Koreksi: 1) Tim Pelaksana menyusun LHIP-Koreksi berdasarkan LHI-Koreksi dan LHP-Koreksi. 2) Tim Pelaksana menyelesaikan LHIP-Koreksi setelah BPK menyatakan menerima atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN yang dilakukan oleh Pemerintah. 3) Resume Koreksi Inventarisasi dan Penilaian ditandangani oleh Tim Pelaksana Inventarisasi dan Penilaian Kembali dan KPB. 4) Tim Pelaksana menyampaikan LHIP-Koreksi kepada Kepala KPKNL dan kepada Kepala Satker. 5) KPB menyampaikan Laporan Pelaksanaan Hasil Inventarisasi dan Penilaian BMN – Koreksi beserta kelengkapannya kepada UAPPB-W atau UAPPB-E1 dengan tembusan kepada KPKNL. Hasil pelaksanaan Tindak lanjut atas Temuan Pemeriksaan BPK atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMNTahun 2017-2018 dapat dicetak menggunakan aplikasi SIMAN fitur Revaluasi setelah terlebih dahulu dipastikan bahwa nilai wajar hasil koreksi oleh Tim Penilai telah dilakukan perekaman ke dalam aplikasi SIP Reval. Tahap Pelaporan sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Cetak Laporan Hasil IP BMN (LHIP)

Penandatanganan LHIP

Penilai DJKN

Satker Laporan Progres IP BMN

Laporan IP BMN

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

16

4. Tahap Tindak Lanjut Tahap tindak lanjut dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN merupakan tahap penyesuaian atas pencatatan BMN sesuai dengan hasil pelaksanaan penilaian kembali BMN yang telah dilakukan oleh Tim. Pada tahap ini, seluruh data dan informasi terkait objek penilaian kembali dilakukan pemutakhiran sesuai data dan informasi yang ditemukan dalam pelaksanaan penilaian kembali BMN, termasuk tindak lanjut pengelolaan BMN yang diperlukan. a.

Koreksi atas Koreksi Hasil Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Berdasarkan Koreksi hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN berupaLaporan Hasil Inventarisasi - Koreksi dan Laporan Hasil Penilaian - Koreksi yang telah disahkan/ditandatangani, KPB melakukan koreksi data BMN melalui aplikasi SIMAK BMN dengan menggunakan transaksi Koreksi yang sesuai yang telah disediakan khusus dalam aplikasi SIMAK BMN sebagai transaksi koreksi atas koreksi pelaksanaan Penilaian Kembali BMN,serta melakukan pembaharuan data BMN sesuai dengan laporan hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN.

b. Verifikasi dan Validasi atas data dan informasi dalam pelaksanaan Penilaian kembali BMN KPB melakukan verifikasi dan validasi atas data dan informasi yang dihasilkan dalam pelaksanaan Penilaian Kembali BMN yang antara lain meliputi data dan informasi terkait luas, kondisi, status, dan pelaksanaan pengelolaan BMN objek penilaian kembali BMN. c.

Rekonsiliasi Koreksi Hasil Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Guna memastikan bahwa Koreksi atas Koreksi hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN telah dicatat dalam laporan keuangan tingkat Satker sebagai bagian dalam rangka penyusunan Neraca Kementerian/Lembaga dan Neraca Pemerintah Pusat, maka dilakukan kembali rekonsiliasi tindak lanjut hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN. Rekonsiliasi tindak lanjut Koreksi atas koreksi hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN dilakukan antara KPKNL selaku Pengelola Barang dan KPB selaku Pengguna Barang. Rekonsiliasi ini memegang peranan yang sangat penting dalam rangka meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi data yang disajikan dalam laporan BMN dan laporan keuangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Rekonsiliasi atas Koreksi atas Koreksi Hasil Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN: 1) Rekonsiliasi Data BMN dan Pemutakhiran Data atas Koreksi atas Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

17

Koreksi Hasil Penilaian Kembali dilakukan Tim Pelaksana selaku Kuasa Pengguna Barang dan KPKNL selaku Pengelola Barang. 2) Rekonsiliasi tersebut dilakukan terhadap BMN dilakukan Koreksi hasil penilaian kembali, meliputi: a) Tanah; b) Gedung dan Bangunan; c) Jalan, Jembatan, dan Bangunan Air.

yang

telah

3) Dokumen sumber yang digunakan dalam Rekonsiliasi Data BMN sekurang-kurangnya berupa: a) b) c) d) e) f)

Laporan Barang Kuasa Pengguna; Neraca tingkat satuan kerja; Laporan Hasil Inventarisasi - Koreksi; Laporan Hasil Penilaian- Koreksi; Laporan Hasil Inventarisasi dan Penilaian- Koreksi; Dokumen lainnya yang diperlukan.

4) Rekonsiliasi Data BMN hasil Koreksi atas koreksi penilaian kembali dilakukan dengan membandingkan data BMN pada periode sebelum dan sesudah dilakukan Koreksi Penilaian Kembali BMN dengan data BMN pada periode setelah dilakukan koreksi hasil Penilaian Kembali BMN dengan memperhatikan pula mutasi BMN pada periode rekonsiliasi dimaksud. 5) Hasil Rekonsiliasi Data BMN dan Pemutakhiran Data BMN dituangkan dalam bentuk Berita Acara Rekonsiliasi Hasil Koreksi Penilaian Kembali BMN. d. Penyampaian Laporan Hasil Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Koreksi Laporan Koreksi atas koreksi hasil pelaksanaan Penilaian Kembali BMN beserta koreksi dan Berita Acara Rekonsiliasi pelaksanaan Penilaian Kembali BMN yang telah dilakukan oleh KPB bersama-sama dengan Tim Penilaian Kembali BMN dilaporkan dan disampaikan oleh Satker secara berjenjang kepada KPKNL dan PB-W/PB-E1 sesuai dengan jadwal penyampaian yang telah ditetapkan. e.

Tindak Lanjut Pengelolaan BMN Hasil Penilaian Kembali BMN Tindak lanjut atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN yang belum selesai dilakukan, khususnya terkait dengan barang tidak ditemukan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pengelolaan BMN.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

18

Tahap Tindak Lanjut sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Input Hasil IP kedalam SIMAK Satker Rekonsiliasi Hasil IP dengan SIMAK KPKNL

Laporan IP BMN

Laporan Progres Tindak lanjut IP BMN

Tindak lanjut Pengelolaan BMN Hasil IP BMN

E. Tata Cara Pelaporan atas Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab: Tim Pelaksana Setelah Hasil IP diterima oleh BPK

LHIP UAKPB

KPKNL

LHIP Koreksi SIMAK Rekonsiliasi Hasil IP

UAPPB-W

KANWIL DJKN

UAPPB-E1

UAPB

DJKN

Menteri Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

19

F. Pencyajian Pencatatan atas BMN dalam Kondisi Rusak Berat Terhadap BMN dengan kondisi rusak berat hasil pelaksanaan penilaian kembali BMN tahun 2017 dan tahun 2018, mengingat atas BMN tersebut tidak dapat lagi dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya, maka penyajiannya tidak lagi memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan/direklasifikasi ke pos aset lainnya. Pelaksanaan reklasifikasi penyajian aset dari Aset Tetap ke Aset Lainnya tersebut dilakukan melalui Transaksi Penghentiaan Aset Dari Penggunaan Operasional (Trn 401 dan Trn 188).

Reklasifikasi tersebut dilakukan berdasarkan memo penyesuaian/surat keterangan yang dibuat oleh Kuasa Pengguna Barang dilengkapi dengan Daftar Barang HasiI Inventarisasi Kuasa Pengguna Barang-Barang Tidak Ditemukan (BA-06). Dalam hal BMN dengan kondisi RB tersebut selanjutnya dilakukan perbaikan/renovasi, maka aset yang telah di perbaiki/renovasi tersebut akan dilakukan reklasifikasi kembali menjadi Aset Tetap melalui mekanisme penggunaan kembali atas BMN yang dihentikan dari penggunaan operasional. Tetapi dalam hal, atas BMN dengan kondisi RB tersebut diputuskan untuk dihapuskan, maka Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penghapusan BMN kepada Pengelola Barang sesuai dengan ketentuan dibidang Pengelolaan BMN. G. Pengawasan dan Pengendalian Guna memastikan bahwa Penilaian Kembali BMN, terutama terkait dengan pelaksanaan Inventarisasi BMN oleh Satker telah dilakukan sesuai dengan ketentuan dan tujuan dilakukannya Penilaian Kembali BMN, maka perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi atas proses Inventarisasi yang telah dilakukan oleh Satker. Pelaksanaan pengendalian berupa pengendalian kualitas dan pengendalian intern atas pelaksanaan Penilaian Kembali BMN dilakukan oleh APIP atas proses penilaian kembali BMN yang meliputi persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut dengan berpedoman pada kebijakan pelaksanaan review atas pelaksanaan penilaian kembali BMN yang dibuat oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelaksanaan review tersebut dilakukan sebagai langkah preventif atas pelaksanaan penilaian kembali BMN, sehingga dalam hal ditemukan adanya penyimpangan dari prosedur standar yang telah ditetapkan dapat segera dilakukan perbaikan.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

20

H. Ketentuan Lain Terhadap BMN yang sebelumnya belum dilakukan penilaian atau BMN yang ditemukan kembali sebagai tindak lanjut dari BMN yang sebelumnya terklasifikasi sebagai BMN tidak ditemukan, perlakuan dan penyajian atas hasil penilaian kembali dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebaga berikut: 1. BMN ditemukan sebelum Penilaian Kembali BMN dinyatakan berakhir Hasil penilaian kembali BMN diperlakukan sebagai pelaksanaan penilaian kembali BMN tahun 2017-2018.

bagian

dari

2. BMN ditemukan setelah Penilaian Kembali BMN dinyatakan berakhir Hasil penilaian kembali BMN diperlakukan sebagai bagian dari pelaksanaan penatausahaan BMN secara umum yakni dalam rangka nilai perolehan, dengan ketentuan: a. Disajikan dengan nilai perolehan, apabila didukung dengan dokumen perolehan, atau b. Disajikan dengan nilai wajar, apabila tidak didukung dengan dokumen perolehan.

I.

Penutup Pedoman ini agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan di bidang Penilaian Kembali BMN.

Direktorat BMN | Pedoman Koreksi Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN

21

-26. Lokasi Tanah Koordinat GPS

:

(T : Bujur Timur, T

Batas-Batas Tanah

7 Foto BMN

:

S : Lintang Selatan,

E : Elevasi)

..(56)..

S

Timur

..(59)..

Selatan

..(58)..

Barat

..(60)..

8. Keterangan Tambahan ..(62)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan

..(63)..

Verifikator Satuan Kerja

..(64)..

..(66)..

..(65)..

..(67)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(68).. ..(69)..

E

..(57)..

..(61)..

Petugas

..(56)..

Utara

..(70).. ..(71).. Validator KPKNL

..(72).. ..(73)..

..(56)..

Petunjuk Pengisian Form Tanah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek tipe keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan luas sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi sesuai kondisi tanah pada saat cek fisik. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan / Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/ Kotamadya lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan luas BMN dalam satuan m2 (meter persegi). Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan penggunaan lahan di sekitar objek Penilaian. (Dapat pilih lebih dari satu pilihan). Pilihan lain selain untuk residensial (tempat tinggal), komersial, perkantoran pemerintah, dan industrial (isi sendiri). Diisi dengan peruntukan objek Penilaian. Diisi pada kolom sesuai dengan penguasaan tanah saat ini. Diisi dengan nama pengguna/ penguasa, jika dikuasai oleh satker/KL sendiri. Diisi dengan nama pengguna/ penguasa, jika dikuasai oleh satker/KL lain atau Pemda. Diisi dengan nama pengguna/ penguasa, jika dikuasai oleh pihak lain. Diisi pada kolom sesuai dengan progres sertipikasi tanah. Diisi dengan nomor dokumen kepemilikan. Diisi pada kolom yang sesuai dengan jenis sertipikat tanah. Diisi pada kolom yang sesuai dengan pemilik yang tertera pada sertipikat tanah.

35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.

44. 45.

46. 47.

48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.

55.

56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.

Diisi dengan jumlah bidang tanah. Diisi pada kolom yang sesuai dengan status sengketa tanah. Diisi pada kolom yang sesuai dengan pihak yang bersengketa atas tanah. Diisi dengan keterangan progres / perkembangan penyelesaian sengketa tanah dan informasi lain. Diisi pada kolom yang sesuai dengan status penggunaan tanah (misalnya: penggunaan sesuai tusi, pemanfaatan (sewa, pinjam pakai, KSP, dsb.), Diisi dengan luas lahan yang digunakan sendiri (tusi). Diisi keterangan tambahan angka (40) seperti persetujuan PSP, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada angka (42), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, pinjam pakai, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada angka (44), seperti perjanj ian antara pihak yang memanfaatkan dengan satker, besaran nilai pemanfaatan, jangka waktu, dan lain sebagainya yang dalam hal ini pemanfaatan tersebut belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. Diisi luas BMN digunakan oleh satker/ KL lain/pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana dimaksud pada angka (46), seperti persetujuan penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalkan oleh pihak lain dalam rangka penyelenggaraan tusi satker oleh Menteri Keuangan. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan memanfaatkan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (48). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (50). Diisi total luas penggunaan BMN (penjumlahan dari angka (40) s . d . Angka (50). Diisi dengan pihak yang sedang memanfaatkanj menggunakan seperti satker lain pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN). Diisi pada kolom direkomendasikan pengukuran kinerja BMN apabila BMN tersebut masih dapat dilakukan optimalisasi penggunaan / pemanfaatan atau masih terdapat potensi pemanfaatan atas BMN tersebut, jika tidak maka diisi pada kolom Tidak direkomendasikan pengukuran kinerja BMN. Diisi dengan keterangan lain, seperti: peruntukan tanah terse but awalnya untuk pembangunan kantor, namun terj adi perubahan RUTR sehingga kantor dipindahkan ke lokasi yang lain. Tanah ini merupakan pencatatan atas BMN berupa tanah yang baru dicatat karena dokumen hibah dari Pemda baru diterima. Diisi dengan koordinat GPS dari lokasi tanah. Diisi dengan batas sebelah utara dari tanah, seperti j alan raya, sungai, tanah milik a.n. ABC , sawah, dan lain sebagainya. Diisi dengan batas sebelah selatan. Diisi dengan batas sebelah timur. Diisi dengan batas sebelah barat. Diisi dengan foto BMN. Tampak Depan, samping, belakang, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada, seperti tanah yang di atasnya berdiri rumah negara, kantor, dan lain sebagainya. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja.

67. 68. 69. 70. 71. 72. 73.

Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-2b.

c.

Data Bangunan Rumah Negara :

Pejabat Negara/Gol I

RN Gol II

RN Gol III

RN Non Golongan

Status Penghuni

:

Pejabat Negara /PNS/TNI/POLRI

Pensiunan

Keluarga

Pihak Lain

Status RN Gol III Dokumen Perjanjian Sewa Beli/Lunas

:

Sewa Beli

Lunas

Sertipikat Pihak Lain

Kinerja/optimalisasi aset

:

Sewa

:

.............( 47 )............... Direkomendasikan pengukuran kinerja BMN

..( 48 ).. d.

..(46)..

Golongan RN

Tidak direkomendasikan pengukuran kinerja BMN

Dokumen Bangunan

7. Foto BMN

:

Tidak Ada

Ada

..( 49 )..

..( 50 )..

8. Keterangan Tambahan .............( 51 )...............

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(52).. Verifikator Satuan Kerja

..(53)..

..(55)..

..(54)..

..(56)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(57).. ..(58)..

..(59).. ..(60).. Validator KPKNL

..(61).. ..(62)..

Petunjuk Pengisian Form Bangunan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek tipe keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan luas sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. 12. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. 13. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. 14. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. 15. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. 16. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. 17. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan renovasi apabila pernah dilakukan renovasi. 18. Diisi dengan luas BMN (dalam satuan m2 atau meter persegi). 19. Diisi sesuai kondisi bangunan saat cek fisik. 20. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. 21. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. 22. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. 23. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada 24. Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. 25. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. 26. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (27) beserta NUP pada angka (28).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (27) , kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (29).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (27), angka (28), dan angka (29).

30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.

45. 46.

47. 48.

49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.

 Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi dengan mencentang pilihan Jenis Bangunan berdasarkan fungsi apakah termasuk dalam katagori bangunan Residensial, Komersial, Industrial, dan lain -lain. Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa pagar permanen, jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi panjang pagar sebagaimana tercantum pada angka (31). Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa perkerasan (berupa aspal, beton , batako, dsb), jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi luas perkerasan sebagaimana tercantum pada angka (33). Diisi keterangan lain dari data bangunan untuk Penilaian, misalnya bangunan kantor yang menghadap depan lingkungan komersial dan menghadap belakang lingkungan industrial. Diisi dengan jumlah lantai bangunan. Diisi dengan nomor lantai gedung bangunan. Diisi dengan luas lantai yang digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satker bersangkutan. Diisi dengan luas lantai yang digunakan K/ L lain atau Pemda. Diisi dengan luas lantai yang sedang dalam status pemanfaatan (disewakan, pinjam pakai, dsb.) yang telah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. Diisi dengan luas lantai yang sedang dalam status pemanfaatan (disewakan, pinjam pakai, dsb.) yang belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. Diisi dengan luas lantai yang sedang dalam kondisi tidak digunakan. Diisi dengan total luas lantai keseluruhan. Diisi dengan keterangan penggunaan untuk menjelaskan angka (38) s.d. angka (41), seperti persetujuan Menteri Keuangan untuk PSP, sewa, pinjam pakai, dsb., besaran PNBP, dan jangka waktu penggunaan. Diisi dengan mitra penggunaan untuk menjelaskan angka (38) s.d. angka (41) , seperti lantai 3 digunakan oleh satker ABC, lantai 1 terdapat ATM, kantor bank, dan lain sebagainya. Diisi apabila objek pendataan merupakan Bangunan Rumah Negara sesuai hasil pendataan, dengan mencentang salah satu pilihan yang ada, yaitu golongan rumah negara, status penghuni, dan status rumah negara dimaksud. Diisi dengan nomor dan tanggal dokumen perjanjian sewa beli/lunas. Diisi pada kolom direkomendasikan pengukuran kinerja BMN apabila BMN tersebut masih dapat dilakukan optimalisasi penggunaan pemanfaatan atau masih terdapat potensi pemanfaatan atas BMN tersebut, jika tidak, maka diisi pada kolom tidak direkomendasikan pengukuran kinerja BMN. Diisi dengan dokumen bangunan, seperti nomor IMB, DED , dan lain sebagainya. Diisi dengan foto BMN . Tampak Depan , samping, dalam/ interior, dan belakang, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-2c.

Kinerja/optimalisasi aset

:

..( 59 )..

Direkomendasikan pengukuran kinerja BMN Tidak direkomendasikan pengukuran kinerja BMN

7. Foto BMN (60)

8. Keterangan Tambahan ..(61)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(62).. Verifikator Satuan Kerja

..(63)..

..(65)..

..(64)..

..(66)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(67).. ..(68)..

..(69).. ..(70).. Validator KPKNL

..(71).. ..(72)..

Petunjuk Pengisian Form Bangunan Lainnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek tipe keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan luas sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, centang kolom sama pada angka (13) s.d. angka (16), selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (13) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (13) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan renovasi apabila pernah dilakukan renovasi. Diisi dengan luas BMN (dalam satuan m2 atau meter persegi). Diisi sesuai kondisi bangunan saat cek fisik. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (27) beserta NUP pada angka (28).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (27) , kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (29 ).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (26), angka (27), dan angka (28).

 Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. 30. Diisi 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.

49. 50.

51. 52.

53. 54. 55. 56. 57.

dengan jenis BMN sesuai dengan hasil pendataan, misal: tugu, menara baja siku 4 kaki, menara guyed, menara ATC, dan lain-lain. Diisi kedalaman/ ketinggian BMN. Diisi tebal plat atau dinding BMN. Diisi total volume BMN. Diisi keterangan lainnya BMN tersebut, seperti identitas bangunan, seperti nama objek sesuai penggunaannya. Diisi bahan/ material BMN tersebut. Diisi dengan panjang total BMN tersebut. Diisi dengan lebar total BMN tersebut. Diisi dengan luas total BMN tersebut. Perkalian dari angka (36) dan angka (37). Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa pagar permanen, jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi panjang pagar sebagaimana tercantum pada angka (39) . Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa perkerasan (berupa aspal, beton, batako, dsb) , jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi luas perkerasan sebagaimana tercantum pada angka (41). Diisi keterangan lainnya terkait data Penilaian. Diisi status penggunaan BMN tersebut. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (45) , seperti Persetujuan PSP, dsb. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (47), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (49), seperti perjanjian antara pihak yang memanfaatkan dengan satker, besaran nilai pemanfaatan, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya yang dalam hal ini pemanfaatan tersebut belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. Diisi luas BMN digunakan oleh satker/ KL lain/ pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (51), seperti persetujuan penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalan oleh pihak lain untuk penyelenggaraan tusi satker, jangka waktu penggunaanf operasional oleh pihak lain, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan/memanfaatkan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN sebagaimana dimaksud pada angka (53). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN sebagaimana dimaksud pada angka (55) . Diisi total luas penggunaan BMN.

58. Diisi dengan pihak yang sedang memanfaatkan/ menggunakan seperti satker lain/ pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN). 59. Diisi pada kolom direkomendasikan pengukuran kinerja BMN apabila BMN tersebut masih dapat dilakukan optimalisasi penggunaan/ pemanfaatan atau masih terdapat potensi pemanfaatan atas BMN tersebut, jika tidak maka diisi pada kolom Tidak direkomendasikan pengukuran kinerja BMN. 60. Diisi dengan foto BMN. Tampak Depan, samping, dalam/ interior, dan belakang. Dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini.. 61. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. 62. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. 63. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. 64. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. 65. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. 66. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. 67. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. 68. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. 69. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. 70. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. 71. Diisi dengan nama Validator KPKNL. 72. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-22.

JALAN KERETA API

(61)

Jenis Rel

:

Keterangan Lain-lain

:

R30

:

..(62)..

m

Beton

:

..(66)..

m

R42

:

..(63)..

m

Bantalan

Kayu

:

..(67)..

m

R50

:

..(64)..

m

Besi

:

..(68)..

m

R54

:

..(65)..

m

Biasa

:

..(69)..

unit

Inggris

:

..(70)..

unit

Wesel

:

:

..(71)..

6. Data Pengelolaan BMN Status Penggunaan

(72) Luas (m2)

Uraian Digunakan sendiri

Keterangan

..(73)..

..(74)..

Dilakukan pemanfaatan a.

Sesuai persetujuan Menteri Keuangan

..(75)..

..(76)..

b.

Belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan

..(77)..

..(78)..

Digunakan oleh satker K/L lain atau pihak lain

..(79)..

..(80)..

Belum digunakan (ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan)

..(81)..

..(82)..

Tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan

..(83)..

..(84)..

Total

..(85)..

Pihak Lain yang memanfaatkan: ..(86)..

7. Foto BMN

..(87)..

8. Keterangan Tambahan ..(88)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(89).. Verifikator Satuan Kerja

..(90)..

..(92)..

..(91)..

..(93)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(94).. ..(95)..

..(96).. ..(97).. Validator KPKNL

..(98).. ..(99)..

Petunjuk Pengisian Form Jalan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek tipe keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. 11. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, centang kolom sama pada angka (12) s . d angka (15) , selanjutnya isi angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s . d . (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. 12. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. 13. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. 14. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. 15. Diisi dengan tanggal/perolehan/dibangun sesuai dengan data menurut hasil cek fisik. 16. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan perbaikan apabila pernah dilakukan perbaikan. 17. Diisi dengan kondisi Jalan, jika: 1) Baik Sekali: Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda. 2) Baik: Terlihat adanya retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda namun masih tetap stabil. 3) Sedang: Terlihat adanya retak sedang, terdapat beberapa deformasi pada jalur roda, pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan. 4) Jelek: Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda, menunjukkan gejala ketidakstabilan. 5) Jelek Sekali: Retak merata dan banyak berlubang, sebagian besar mengalami deformasi dan tidak stabil. Diisi dengan kondisi Jalan, jika: 1) Baik Sekali: Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi masih prima dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan sangat terawat. 2) Baik: Konstruksi Jalan Kereta Api kondisinya masih dalam keadaan keadaan utuh dan berfungsi dengan baik namun perlu mengalami perbaikan kecil. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan terawat.

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.

3) Sedang: Konstruksi Jalan Kereta Api kondisinya masih dalam keadaan baik namun telah mengalami deformasi/korosi yang ringan. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan cukup terawat. 4) Jelek: Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi jelek, dan sudah mengalami deformasi/korosi berat. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan tidak terawat. 5) Jelek Sekali: Konstruksi Jalan Kereta Api dalam kondisi sangat jelek, mengalami deformasi/ korosi berat dan sudah tidak bisa dilalui. Secara keseluruhan, jalan dalam kondisi ini dapat dikatakan terbengkalai. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan/Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (26) beserta NUP pada angka (27).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (25) , kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (27).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (25), angka (26), dan angka (27).  Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi 16 digit kode satker yang menguasai tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi kode barang tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi NUP tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi dengan mencentang jika BMN berupa Jalan Darat. Diisi dengan jenis Jalan seperti Jalan Antar Kota atau Jalan Perkotaan. Diisi dengan kelas Jalan, seperti kelas I , II, III A, III B , III C untuk Jalan Antar Kota dan kelas I , II , III A, III B 1 , III B2 , atau III C untuk Jalan Perkotaan. Diisi dengan fungsi Jalan, seperti Arteri, Kolektor, atau Lokal untuk Jalan Antar Kota dan Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder, Lokal, atau Lingkungan/ Parkir untuk Jalan Perkotaan. Diisi dengan luas total Jalan (perkalian dari angka (33) dan angka (34)). Diisi dengan panjang Jalan. Diisi dengan lebar Jalan. Diisi dengan tahun perolehan/ tahun terakhir pelapisan. Diisi dengan tahun perbaikan terakhir apabila ada perbaikan. Diisi dengan panjang Jalan yang lapisan permukaannya merupakan beton. Diisi dengan panjang Jalan yang lapisan permukaannya merupakan aspal. Diisi dengan panjang Jalan yang lapisan permukaannya merupakan interblok (batako). Diisi dengan kondisi permukaan jalan.

1) Sangat Baik: Umumnya kondisi jalan yang baru dibangun, sebelum 1 satu tahun. 2) Baik: Umumnya sangat rata, sangat baik, teratur dan tidak berlubang. 3) Sedang: Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata. 4) Jelek: Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan tidak rata. 5) Jelek Sekali: Rusak bergelombang, banyak lubang sampai dengan tidak bisa dilalui. 41. Diisi dengan luas jalur lalu lintas yang tidak dilakukan perkerasan. 42. Diisi dengan kondisi jalur lalu lintas tanpa perkerasan: 1) Sangat Baik: Umumnya kondisi jalan yang baru dibangun, sebelum 1 satu tahun. 2) Baik: Umumnya sangat rata, sangat baik, teratur dan tidak berlubang. 3) Sedang: Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata. 4) Jelek: Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan tidak rata. 5) Jelek Sekali: Rusak bergelombang, banyak lubang sampai dengan tidak bisa dilalui. 43. Diisi dengan luas Bahu Jalan yang lapisan permukaannya merupakan beton. 44. Diisi dengan luas Bahu Jalan yang lapisan permukaannya merupakan aspal. 45. Diisi dengan luas Bahu Jalan yang lapisan permukaannya merupakan interblok (batako). 46. Diisi dengan kondisi Bahu Jalan: 1) Sangat Baik: Umumnya kondisi jalan yang baru dibangun, sebelum 1 satu tahun. 2) Baik: Umumnya sangat rata, sangat baik, teratur dan tidak berlubang. 3) Sedang: Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata. 4) Jelek: Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan tidak rata. 5) Jelek Sekali: Rusak bergelombang, banyak lubang sampai dengan tidak bisa dilalui. 47. Diisi dengan luas Bahu Jalan yang tidak dilakukan perkerasan. 48. Diisi dengan kondisi Bahu Jalan yang tidak dilakukan perkerasan: 1) Sangat Baik: Umumnya kondisi jalan yang baru dibangun, sebelum 1 satu tahun. 2) Baik: Umumnya sangat rata, sangat baik, teratur dan tidak berlubang. 3) Sedang: Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata. 4) Jelek: Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan tidak rata. 5) Jelek Sekali: Rusak bergelombang, banyak lubang sampai dengan tidak bisa dilalui 49. Diisi dengan mencentang salah satu bahan dari drainase terbuka.

50. Diisi dengan kondisi drainase terbuka: 1) Sangat Baik: Bangunan air dalam keadaan baru, tanpa kerusakan, dan belum diperlukan pemeliharaan rutin. 2) Baik: Tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan rutin. 3) Sedang: Tingkat kerusakan 10 - 20 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan. 4) Jelek: Tingkat kerusakan 21 - 40 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan bersifat perbaikan. 5) Jelek Sekali: Tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan perbaikan berat atau penggantian. 51. Diisi dengan luas penampang drainase terbuka. 52. Diisi dengan panjang drainase terbuka. 53. Diisi dengan kondisi drainase tertutup/gorong-gorong: 1) Sangat Baik: Bangunan air dalam keadaan baru, tanpa kerusakan, dan belum diperlukan pemeliharaan rutin. 2) Baik: Tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan rutin. 3) Sedang: Tingkat kerusakan 10 - 20 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan. 4) Jelek: Tingkat kerusakan 21 - 40 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan pemeliharaan bersifat perbaikan. 5) Jelek Sekali: Tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi awal bangunan air dan diperlukan perbaikan berat atau penggantian. 54. Diisi dengan luas penampang drainase tertutup/gorong-gorong. 55. Diisi dengan panjang drainase tertutup/gorong-gorong. 56. Diisi dengan panjang komponen pelengkap berupa kanstein. 57. Diisi dengan volume komponen pelengkap berupa batu kali. 58. Diisi dengan panjang komponen pelengkap berupa guardrail. 59. Diisi dengan kondisi komponen pelengkap jalan pada angka (56) s.d. angka (58): 1) Sangat Baik: Secara keseluruhan, pelengkap dalam kondisi ini dapat dikatakan sangat terawat. 2) Baik: Secara keseluruhan, pelengkap dalam kondisiini dapat dikatakan terawat. 3) Sedang: Secara keseluruhan, pelengkap dalam kondisi ini dapat dikatakan cukup terawat. 4) Jelek: Secara keseluruhan, pelengkap dalam kondisi ini dapat dikatakan tidak terawat. 5) Jelek Sekali: Secara keseluruhan, pelengkap dalam kondisi ini dapat dikatakan terbengkalai.

60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.

73. 74. 75. 76.

77. 78.

79. 80.

81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96.

Diisi dengan keterangan lain yang diperlukan terkait dengan Jalan yang dinilai. Diisi dengan mencentang jika BMN berupa Jalan Kereta Api. Diisi dengan panjang Rel R30. Diisi dengan panj ang Rel R42. Diisi dengan panjang Rel R50. Diisi dengan panjang Rel R54. Diisi dengan panj ang bantalan Rel yang berupa beton. Diisi dengan panj ang bantalan Rel yang berupa kayu. Diisi dengan panjang bantalan Rel yang berupa besi. Diisi dengan jumlah wesel biasa. Diisi dengan jumlah wesel inggris. Diisi keterangan tambahan terkait jalan kereta api. Diisi pada kolom yang sesuai dengan status penggunaan jalan (misalnya: penggunaan sesuai tusi, pemanfaatan (sewa, pinj am pakai, KSP, dsb.), penggunaan sementara, dan/ atau tanah yang belum digunakan untuk penyelenggaraan tusi. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (58), seperti Persetujuan PSP, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (60), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (62), seperti perjanjian antara pihak yang memanfaatkan dengan satker, besaran nilai pemanfataan, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya yang dalam hal ini pemanfaatan tersebut belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. Diisi luas BMN digunakan oleh satker/ KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (64), seperti persetujuan oleh Menteri Keuangan atas penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalan oleh pihak lain untuk penyelenggaraan tusi satker, jangka waktu penggunaan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang belum digunakan, namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (81). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (83). Diisi total luas penggunaan BMN (penjumlahan angka 73 s.d. angka 83). Diisi dengan keterangan pihak yang sedang memanfaatkan/menggunakan BMN seperti satker lain/ pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN). Diisi dengan foto BMN. Tampak depan, samping, atas, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. Diisi dengan keterangan tambahan apabila ada. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja.

97. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. 98. Diisi dengan nama Validator KPKNL. 99. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-26. Foto BMN

..(61)..

7. Keterangan Tambahan ..(62)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(63).. Verifikator Satuan Kerja

..(64)..

..(66)..

..(65)..

..(67)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(68).. ..(69)..

..(70).. ..(71).. Validator KPKNL

..(72).. ..(73)..

Petunjuk Pengisian Form Jembatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek/ tipe/ keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, centang kolom sama pada angka (12) s . d angka (15) selanjutnya isi angka (16) dan seterusnya.  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan/dibangun sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan perbaikan apabila pernah dilakukan perbaikan. Diisi sesuai kondisi jembatan, jika: 1) Baik Sekali: Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan, elemen jembatan berada dalam kondisi baik. 2) Baik: Kerusakan sangat sedikit (dapat diperbaiki dengan pemeliharaan rutin dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan. Contoh: Scour sedikit, karat pada permukaan, papan kayu longgar. 3) Sedang: Kerusakan yang memerlukan pemantauan dan pemeliharaan pada masa yang akan datang. Contoh: pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasangan batu, penumpukan sampah atau tanah di sekitar perletakan, kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian. 4) Jelek: Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin serius dalam 12 bulan) . Contoh: struktur beton sedikit retak, kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka sudah mulai berkarat. 5) Jelek Sekali: Kondisi kritis; (kerusakan serius yang membutuhkan penanganan segera) . Contoh: kegagalan rangka, keretakan beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat,

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.

51.

sandaran pegangan/ pagar pengaman tidak ada. Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi. Contoh bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan Kondisi tanah. 1) Bila tanah asli keras padat. 2) Bila tanah asli agak keras tertanam di air. 3) Bila tanah mengandung pasir atau tanahnya liat tertanam di air atau rawa. Diisi dengan detail posisi jembatan berada: Sebutkan berada di atas sungai atau jalan apa dan menghubungkan jalan apa. Diisi dengan jenis Jembatan. Diisi dengan jenis Jembatan Lainnya yang tidak terdapat pada pilihan. Diisi panjang Jembatan. Diisi dengan lebar Jembatan. Diisi dengan luas Jembatan. Diisi dengan tinggi pilar Jembatan. Diisi dengan lebar trotoar pada Jembatan. Diisi dengan jumlah tumpuan Jembatan. Diisi dengan panjang kerb. Diisi dengan posisi Jembatan. Diisi dengan jenis perkerasan lantai Jembatan. Diisi panjang perkerasan lantai Jembatan. Diisi dengan lebar lantai jembatan. Diisi dengan jumlah sambungan. Diisi dengan panjang sambungan. Diisi dengan jenis bahan sandaran (contoh: Pipa, Baja). Diisi dengan panjang sandaran. Diisi dengan jenis bahan tiang sandaran (contoh: Beton, Baja) . Diisi dengan jumlah tiang sandaran. Diisi dengan keterangan lain yang diperlukan Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. Diisi dengan mencentang kotak status penggunaan BMN yang sesuai kondisi terkini. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (47), seperti Persetujuan PSP, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (49), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan.

52. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (51), seperti perjanjian

53. 54.

55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73.

dengan pihak yang memanfaatkan, besaran nilai pemanfataar, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN digunakan oleh satker/ KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (53) , seperti persetujuan penggunaan sementara, pengoperasionalan oleh pihak lain dalam rangka tusi, jangka waktu penggunaan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas pada angka (55). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (57). Diisi total luas penggunaan BMN. Diisi dengan keterangan pihak yang sedang memanfaatkan BMN tersebut. Diisi dengan foto BMN Diisi dengan keterangan tambahan apabila ada. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-26. Data Pengelolaan BMN Status Penggunaan

(48) Luas (m2)

Uraian Digunakan sendiri

Keterangan

..(49)..

..(50)..

a. Sesuai persetujuan Menteri Keuangan

..(51)..

..(52)..

b. Belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan

..(53)..

..(54)..

Digunakan oleh satker K/L lain atau dioperasionalkan pihak lain

..(55)..

..(56)..

Belum digunakan (ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan) Tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan

..(57)..

..(58)..

..(59)..

..(60)..

Dilakukan pemanfaatan

Total

..(61)..

Pihak Lain yang memanfaatkan: ..(62).. 7. Foto BMN

..(63)..

8. Keterangan Tambahan ..(64)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(65).. Verifikator Satuan Kerja

..(66)..

..(68)..

..(67)..

..(69)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(70).. ..(71)..

..(72).. ..(73).. Validator KPKNL

..(74).. ..(75)..

Petunjuk Pengisian Form Jalan dan Jembatan Lainnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek/ tipe/ keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, centang kolom sama pada angka (12) s . d angka (15) selanjutnya isi angka (16) dan seterusnya.  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) .d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan/dibangun sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan perbaikan apabila pernah dilakukan perbaikan. Diisi sesuai kondisi jalan dan jembatan lain, jika: 1) Baik Sekali: Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan, elemen jembatan berada dalam kondisi baik. 2) Baik: Kerusakan sangat sedikit (dapat diperbaiki dengan pemeliharaan rutin dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan. Contoh: Scour sedikit, karat pada permukaan, papan kayu longgar. 3) Sedang: Kerusakan yang memerlukan pemantauan dan pemeliharaan pada masa yang akan datang. Contoh: pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasangan batu, penumpukan sampah atau tanah di sekitar perletakan, kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian. 4) Jelek: Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin serius dalam 12 bulan) . Contoh: struktur beton sedikit retak, kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka sudah mulai berkarat. 5) Jelek Sekali: Kondisi kritis; (kerusakan serius yang membutuhkan penanganan segera) . Contoh: kegagalan rangka, keretakan beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat,

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

sandaran pegangan/ pagar pengaman tidak ada. Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi. Contoh bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut. Diisi dengan kondisi Jalan lain, jika: 1) Baik Sekali: Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda. 2) Baik: Terlihat adanya retak halus, sedikit deformasi padajalur roda namun masih tetap stabil. 3) Sedang: Terlihat adanya retak sedang, terdapat beberapa deformasi padajalur roda, pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan. 4) Jelek: Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda, menunjukkan gejala ketidakstabilan. 5) Jelek Sekali: Retak merata dan banyak berlubang, sebagian besar mengalami deformasi dan tidak stabil. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (26) beserta NUP pada angka (27).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (25) , kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (27).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (25), angka (26), dan angka (27).  Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi 16 digit kode satker yang menguasai tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi kode barang tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi NUP tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi data BMN untuk input proses Penilaian,dengan mencentang pilihan BMN sebagai landasan pacu atau sebagai Jembatan Labuh/ Sandar. Diisi luas Runway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Overrun dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Turning Area dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Runway Shoulder dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput) . Diisi luas Exit Taxiway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Rapid Exit Taxiway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Parallel Taxiway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Taxiway Shoulder dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput).

37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.

53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.

Diisi luas Apron dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Apron Helipad dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Taxiway Helipad dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Holding Bay dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Clearway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas RESA dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Runway Strip dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Marking dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Jetty dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi luas Causeway dan konstruksi (beton, aspal, atau rumput). Diisi dengan keterangan lain mengenai identitas jalan atau jembatan. Diisi dengan mencentang kotak status penggunaan BMN yang sesuai kondisi terkini. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (49), seperti Persetujuan PSP, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (51), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang belum memperoleh Persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (53). Diisi luas BMN yang digunakan oleh satkerI KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (55). Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (57). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (59). Diisi total luas penggunaan BMN. Diisi dengan keterangan pihak yang sedang memanfaatkan BMN tersebut. Diisi dengan foto BMN Diisi dengan keterangan tambahan apabila ada. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL.

-26. Data Pengelolaan BMN Status Penggunaan

(50) Luas (m 2)

Uraian Digunakan sendiri

Keterangan

..(51)..

..(52)..

Dilakukan pemanfaatan a.

Sesuai persetujuan Menteri Keuangan

..(53)..

..(54)..

b.

Belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan

..(55)..

..(56)..

Digunakan oleh satker K/L lain atau dioperasionalkan pihak lain

..(57)..

..(58)..

Belum digunakan (ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan) Tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan

..(59)..

..(60)..

..(61)..

..(62)..

Total

..(63)..

Pihak Lain yang memanfaatkan: ..(64)..

7. Foto BMN

..(65)..

8. Keterangan Tambahan ..(66)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(67).. Verifikator Satuan Kerja

..(68)..

..(70)..

..(69)..

..(71)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(72).. ..(73)..

..(74).. ..(75).. Validator KPKNL

..(76).. ..(77)..

Petunjuk Pengisian Form Bendungan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek/tipe/keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/ Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s. d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan renovasi apabila pernah dilakukan renovasi. Diisi dengan luas BMN (dalam satuan m2 atau meter persegi). Diisi sesuai kondisi bangunan saat cek fisik. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (27) beserta NUP pada angka (28).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (27), kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (29 ).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (26), angka (27), dan angka (28).

Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perj anjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi kode satker yang menguasai tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi kode barang tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi NUP tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi jenis bendungan. Diisi jenis Treatment pondasi bendungan utama . Diisi lebar puncak bendungan utama (dalam satuan meter). Diisi tinggi bendungan utama (dalam satuan meter). Diisi panjang bendungan utama (dalam satuan meter). Diisi lebar puncak bendungan pengelak (dalam satuan meter). Diisi tinggi bendungan pengelak. Diisi panjang bendungan pengelak (dalam satuan meter). Diisi jenis Treatment pondasi Saluran/Terowongan Pengelak. Diisi panjang Treatment pondasi Saluran/Terowongan Pengelak (dalam satuan meter). Diisi jenis Treatment pondasi Galeri/Terowongan Inspeksi. Diisi panjang Treatment pondasi Galeri/ Terowongan Inspeksi (dalam satuan meter). Diisi jenis Treatment pondasi Bangunan Pelimpah dan Kolam Olak. Diisi luas saluran peluncur Bangunan Pelimpah dan Kolam Olak (dalam satuan m2 atau meter persegi). Diisi volume Beton Intake/Bangunan Pengambilan (dalam satuan m3 atau meter kubik). Diisi volume Beton Bangunan Penguras / Bottom Outlet (dalam satuan m3 atau meter kubik). Diisi luas pintu Gate Leaf Diisi luas pintu Guide Frame. Diisi unit pintu Hoist & Control. Diisi luas Dinding Penahan Tanah. Diisi dengan keterangan lain mengenai identitas bangunan, seperti: nama objek sesuai penggunaannya. Diisi dengan mencentang status penggunaan BMN tersebut sesuai kondisi terkini. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (51), seperti Persetujuan PSP, dsb. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (53), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dan lain sebagainya yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (55). Diisi luas BMN digunakan oleh satker/KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (57), seperti persetujuan penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalan oleh pihak lain untuk penyelenggaraan tusi satker oleh Menteri Keuangan. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas pada angka (59). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (61). Diisi total luas penggunaan BMN. Diisi dengan pihak yang sedang memanfaatkan/menggunakan seperti satker lain/ pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN) 

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.

55. 56. 57. 58.

59. 60. 61. 62. 63. 64.

65. Diisi dengan foto BMN. Tampak Depan, samping, dan belakang, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. 66. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. 67. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. 68. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. 69. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. 70. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. 71. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. 72. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. 73. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. 74. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. 75. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. 76. Diisi dengan nama Validator KPKNL. 77. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL

-26. Data Pengelolaan BMN Status Penggunaan

(48) Luas (m2)

Uraian Digunakan sendiri

Keterangan

..(49)..

..(50)..

Dilakukan pemanfaatan a.

Sesuai persetujuan Menteri Keuangan

..(51)..

..(52)..

b.

Belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan

..(53)..

..(54)..

Digunakan oleh satker K/L lain atau dioperasionalkan pihak lain

..(55)..

..(56)..

Belum digunakan (ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan)

..(57)..

..(58)..

Tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan

..(59)..

..(60)..

Total

..(61)..

Pihak Lain yang memanfaatkan: ..(62).. 7. Foto BMN

(63)

8. Keterangan Tambahan ..(64)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(65).. Verifikator Satuan Kerja

..(66)..

..(68)..

..(67)..

..(69)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(70).. ..(71)..

..(72).. ..(73).. Validator KPKNL

..(74).. ..(75)..

Petunjuk Pengisian Form Bendung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek/tipe/keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan", maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan renovasi apabila pernah dilakukan renovasi. Diisi dengan luas BMN (dalam satuan m2 atau meter persegi). Diisi sesuai kondisi bangunan saat cek fisik. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (27) beserta NUP pada angka (28).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (27), kode pencatatan tanah pada angka (28) beserta NUP pada angka (29 ).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (26), angka (27), dan angka (28).

Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah pihak lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi dengan 16 digit kode satker yang menguasai tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi kode barang tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi NUP tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi dengan mencentang tipe bendung (bendung tetap, bendung gerak, atau bendung karet). Diisi dengan volume bendung (dalam m3 atau kubik). Diisi dengan panjang mercu (dalam ukuran meter). Diisi dengan volume lantai hulu (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume lantai hilir / kolam olak (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume sandtrap (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume sayap bendung (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume dinding penahan tanah pasangan batu kali (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume dinding penahan tanah pasangan bronjong (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume tanggul (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume bangunan pengambilan/ Intake (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan volume bangunan pembilasj penguras (dalam m3 atau meter kubik). Diisi dengan tinggi pintu air Intake (dalam ukuran meter). Diisi dengan lebar pintu air Intake (dalam ukuran meter). Diisi dengan jumlah unit pintu air Intake . Diisi dengan tinggi pintu air Pembilas/Penguras (dalam ukuran meter) . Diisi dengan lebar pintu air Pembilas/Penguras (dalam ukuran meter). Diisi dengan jumlah unit pintu air Pembilas/Penguras. Diisi dengan keterangan lain mengenai identitas bendung, seperti: nama objek sesuai penggunaannya. Diisi dengan mencentang status penggunaan BMN tersebut sesuai kondisi terkini. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (49) , seperti Persetujuan PSP, dsb. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (51), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaran PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (53) . Diisi luas BMN digunakan oleh satker/ KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (55), seperti persetujuan penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalan oleh pihak lain untuk penyelenggaraan tusi satker oleh Menteri Keuangan. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (57). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan/ pemanfaatan. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (59). Diisi total luas penggunaan BMN. Diisi dengan pihak yang sedang memanfaatkan/menggunakan seperti satker lain/ pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN). Diisi dengan foto BMN. Tampak Depan, samping, dan belakang, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. 

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.

53. 54. 55. 56.

57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64.

65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.

Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL

-23. Saluran Jenis

(54)

:

Saluran Terbuka

Bahan

(55)

:

Tanah

Dimensi

Saluran Tertutup Batu Bata

: Luas Penampang

Batu Kali m2

..(56)..

Panjang Saluran

..(57)..

m

4. Pengaman Sungai / Pantai (58)

Jenis

:

Dimensi

Revetment

Penguat Tebing

: Volume Konstruksi

..(59)..

: Panjang

m

Groin

Break water

m3

5. Bak Penampungan/ Reservoar Dimensi

..(60)..

Lebar

..(61)..

m

Tinggi

..(62)..

:

(64)

Volume Konstruksi

Konstruksi Tanah

Konstruksi Beton

Konstruksi Batu Bata

Konstruksi Beton Bertulang

Konstruksi Batu Kali

Konstruksi Baja

Keterangan Lain-lain

:

:

..(65)..

..(66)..

6. Data Pengelolaan BMN Status Penggunaan

(67) Luas (m2 )

Uraian Digunakan sendiri

Keterangan

..(68)..

..(69)..

Dilakukan pemanfaatan a.

Sesuai persetujuan Menteri Keuangan

..(70)..

..(71)..

b.

Belum mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan

..(72)..

..(73)..

..(74)..

..(75)..

..(76)..

..(77)..

..(78)..

..(79)..

Digunakan oleh satker K/L lain atau dioperasionalkan pihak lain Belum digunakan (ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan) Tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan dan/atau pemanfaatan Total

..(80)..

Pihak Lain yang memanfaatkan: ..(81)..

7. Foto BMN

(82)

8. Keterangan Tambahan ..(83)..

Tanggal Pelaksanaan Pendataan Petugas

..(84).. Verifikator Satuan Kerja

..(85)..

..(87)..

..(86)..

..(88)..

Kepala Satuan Kerja

Validator Satuan Kerja

..(89).. ..(90)..

m

(63)

6. Lainnya Jenis Konstruksi

..(91).. ..(92).. Validator KPKNL

..(93).. ..(94)..

m3

Petunjuk Pengisian Form Bangunan Air Lainnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Diisi dengan 16 digit kode UAKPB. Diisi dengan nomor urut dalam Kertas Kerja Inventarisasi. Diisi dengan kode barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran (NUP) barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan nama barang per sub kelompok barang sesuai dengan data administrasi. Diisi dengan merek/tipe/keterangan (dapat disesuaikan sesuai kebutuhan). Diisi dengan tanggal perolehan sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai kondisi BMN sesuai dengan data administrasi. Diisi sesuai ada tidaknya fisik BMN saat cek fisik. Jika jawaban "Tidak Ditemukan" , maka pengisian Form tidak perlu dilanjutkan. Diisi dengan kesesuaian antara kode barang yang tercatat pada data administrasi dengan data hasil cek fisik.  Sesuai, artinya BMN yang tercatat sesuai dengan fisik yang ada, selanjutnya dapat melanjutkan untuk angka (16) dan seterusnya;  Tidak Sesuai; artinya barang secara fisik ada, tetapi pencatatan (kodefikasi) yang digunakan tidak sesuai. Terhadap hal ini, maka atas BMN yang tercatat sebelumnya diklasifikasikan sebagai BMN tidak ditemukan sebagai akibat kesalahan pencatatan. Selanjutnya lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya.  Belum Tercatat Sebelumnya/Barang Berlebih; artinya barang secara fisik ada, tetapi belum dicatat dalam Daftar BMN (angka (4) s.d. (9) kosong). Terhadap hal ini, lakukan pendataan sesuai dengan data dan informasi BMN yang ditemukan di lapangan, dimulai mengisi angka (12) dan seterusnya. Diisi dengan kode BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan nama BMN sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan merek/ tipe / keterangan sesuai fisik BMN yang ada. Diisi dengan tanggal perolehan sesuai data menurut hasil cek fisik. Diisi dengan tahun terakhir dilakukan perbaikan bangunan apabila pernah dilakukan perbaikan. Diisi sesuai kondisi bangunan saat cek fisik. Diisi dengan nama Jalan dan Nomor lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kelurahan Desa lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kecamatan lokasi tanah berada. Diisi dengan nama Kabupaten/Kotamadya lokasi tanah berada Diisi dengan nama Provinsi lokasi tanah berada. Diisi dengan status pengelolaan BMN, apakah sudah ada persetujuan Pengelola Barang dalam rangka pemindahtanganan atau penghapusan namun belum ditetapkan SK Penghapusan. Diisi dengan mencentang pemilik atas tanah tempat bangunan berdiri.  Sendiri, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker bersangkutan dengan dituliskan 16 digit kode satker, selanjutnya, silahkan kode pencatatan tanah pada angka (25) beserta NUP pada angka (26).  Satker Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah milik satker lain baik pada K/ L yang sama atau K/ L lain, selanjutnya, silahkan mengisi kode satker tersebut pada angka (25), kode pencatatan tanah pada angka (26) beserta NUP pada angka (27).  Pemda, artinya bahwa bangunan berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah dengan Pemda yang bersangkutan guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan/tanah pihak lain tersebut. Tidak perlu mengisi angka (25), angka (26), dan angka (27).  Pihak Lain, artinya bahwa bangunan berada di atas tanah bukan merupakan milik Pemerintah Pusat atau Pemda. Terhadap kondisi ini, perlu diperhatikan perjanjian penggunaan tanah pihak

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.

lain tersebut, guna menghindari adanya permasalahan yang berdampak pada bangunan yang dimiliki di atas lahan / tanah pihak lain tersebut. Diisi dengan 16 digit kode satker yang menguasai tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi kode barang tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi NUP tanah tempat BMN tersebut berdiri. Diisi dengan mencentang pilihan Jenis Bangunan berdasarkan fungsi apakah termasuk dalam kategori bangunan Residensial, Komersial, Industrial, dan/atau lain-lain. Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa pagar permanen, jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi panjang pagar sebagaimana tercantum pada angka (29). Diisi hanya apabila terdapat fasilitas berupa perkerasan (berupa aspal, beton, batako, dsb), jika tidak ada, maka tidak perlu diisi. Diisi luas perkerasan sebagaimana tercantum pada angka (31). Diisi dengan kondisi tanah. 1 : Bila tanah asli keras padat 2 : Bila tanah asli agak keras tertanam di air 3 : Bila tanah mengandung pasir tanahnya liat tertanam di air rawa. Diisi dengan detail posisi Jembatan berada: Sebutkan berada di atas sungai atau jalan apa dan menghubungkan jalan apa. Diisi dengan jenis Jembatan. Diisi dengan jenis Jembatan Lainnya yang tidak terdapat pada pilihan. Diisi panjang Jembatan. Diisi dengan lebar Jembatan. Diisi dengan luas Jembatan. Diisi dengan tinggi pilar Jembatan. Diisi dengan lebar trotoar pada Jembatan. Diisi dengan jumlah tumpuan Jembatan. Diisi dengan panjang kerb. Diisi dengan posisi Jembatan. Diisi dengan jenis perkerasan lantai Jembatan. Diisi dengan panj ang perkerasan . Diisi dengan lebar lantai perkerasan. Diisi dengan jumlah sambungan. Diisi dengan panjang sambungan. Diisi dengan jenis bahan sandaran (contoh: Pipa, Baja). Diisi dengan panjang sandaran. Diisi dengan jenis bahan tiang sandaran (contoh : Beton, Baja). Diisi dengan jumlah tiang sandaran. Diisi dengan mencentang salah satu Jenis Saluran Air. Diisi dengan mencentang bahan pembuatan Saluran Air. Diisi dengan luas penampang Saluran Air. Diisi dengan panjang Saluran air. Diisi dengan mencentang salah satu jenis Pengaman Sungai/ Pantai. Diisi dengan volume kontruksi Pengaman Sungai/ Pantai. Diisi dengan panjang Bak Penampungan / Reservoar. Diisi dengan lebar Bak Penampungan / Reservoar. Diisi dengan tinggi Bak Penampungan / Reservoar. Diisi dengan jenis bangunan air lainnya selain Bangunan, Jembatan, Saluran, Pengaman Sungai, dan Bak penampungan. Diisi dengan mencentang salah satu jenis konstruksi pembuatan Bangunan Air Lainnya yang dimaksud pada angka (63). Diisi dengan volume kontruksi Bangunan Air Lainnya yang dimaksud pada angka (63). Diisi dengan keterangan tambahan apabila ada.

67. 68. 69. 70. 71.

72. 73. 74. 75.

76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.

Diisi dengan mencentang status penggunaan BMN tersebut sesuai kondisi terkini. Diisi luas BMN yang digunakan sendiri untuk penyelenggaraan tusi satker. Diisi keterangan tambahan pada angka (68), seperti Persetujuan PSP, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (70), seperti Surat Persetujuan Pemanfaatan oleh Menteri Keuangan, besaram PNBP, jangka waktu pemanfaatan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang dimanfaatkan pihak lain (sewa, pinjam pakai, dsb.) yang belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan. Diisi keterangan pemanfaatan sebagaimana tercantum pada angka (73) . Diisi luas BMN digunakan oleh satker / KL lain atau pihak lain. Diisi keterangan penggunaan sebagaimana tercantum pada angka (74), seperti persetujuan penggunaan sementara atau persetujuan pengoperasionalan oleh pihak lain untuk penyelenggaraan tusi satker oleh Menteri Keuangan, jangka waktu penggunaan, dan lain sebagainya. Diisi luas BMN yang belum digunakan namun sudah ada rencana untuk menggunakan BMN tersebut. Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (76). Diisi luas BMN yang tidak digunakan dan tidak ada rencana penggunaan I pemanfaatan . Diisi keterangan untuk luas BMN pada angka (78). Diisi total luas penggunaan BMN. Diisi dengan pihak yang sedang memanfaatkan/ menggunakan seperti satker lain/ pihak lain (mitra kerjasama pemanfaatan BMN). Diisi dengan foto BMN. Tampak Depan, samping, dan belakang, dan lain sebagainya yang menggambarkan kondisi terkini. Diisi dengan keterangan tambahan, apabila ada. Diisi dengan tanggal pelaksanaan pendataan BMN. Diisi dengan nama petugas pendataan BMN. Diisi dengan NIP/NRP petugas pendataan BMN. Diisi dengan nama Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Verifikator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Kepala Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama NIP/NRP Validator Satuan Kerja. Diisi dengan nama Validator KPKNL. Diisi dengan nama NIP Petugas Validator KPKNL

More Documents from "Ricky Tempoenya"