Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
Nama
: Indah Noor Saktiningsih
NPM
: 2010727111
Program Studi Pendidikan Matematika Dan Ipa Program Pascasarjana UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2012
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS
NAMA NPM Program Pascasarjana Program Studi Judul Tesis
: Indah Noor Saktiningsih : 2010727111 : Universitas Indraprasta PGRI : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal...............
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc
Dr. Sartini, MM
i
LEMBAR PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini adalah karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 bab IV Pasal 25 tentang System Pendidikan Nasional.
Jakarta, Desember 2012
Indah Noor Saktiningsih
iii
ABSTRAK A. Indah Noor Saktiningsih. NPM: 2010727111 B. Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur C. XVII + 5 Bab + 106 Halaman D. Kata Kunci : Konsep Diri, Minat Belajar, Hasil Belajar Matematika E. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis mengenai pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. F. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi: Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika . G. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Dianalisis dengan menggunakan analisis regresi ganda. H. Hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai Fo=455,08 dan Sig.=0,000 < 0,05 2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,770 dan Sig.=0,010 < 0,05 3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=3,171 dan Sig.=0,004 < 0,05 I. Daftar Pustaka 1. Buku 15 Buah 2. 3 Internet J. Pembimbing : 1. Dr. Suparman Abdullah, M.Sc 2. Dr. Sartini, MM
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt yang telah memberi penulis kekuatan dan kesempatan dalam menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada Program Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. Berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terirna kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc., pembimbing I dan sekaligus Direktur Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh ketekunan dan kesabaran di tengah-tengah kesibukan tugas yang ada. 2. Dr. Sartini, MM. , pembimbing II yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan arahan dan bimbingan di sela-sela kesibukan tugas yang ada. 3. Prof. Dr. Sumaryoto, SE, MM., Rektor Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. 4. Drs. Dudung Alahudin, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. 5. Seluruh dosen pada Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta, khususnya dosen pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam yang telah membina dan membantu penulis selama kuliah.
viii
6. Teman-teman pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. khususnya angkatan I Reguler atas segala partisipasi, kebersamaan, kekompakan dan dorongannya. 7. Ibunda, Suami tercinta, serta anak-anak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam penulisan tesisi ini.
Untuk semua ini, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang sangat mendalam dan semoga budi baik yang telah diberikan dicatat sebagai amal ibadah yang diridoi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan karya sederhana ini dapat bermanfaat dan sebagai sumbang pikiran yang dapat penulis berikan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Amin.
Jakarta,
Desember 2012
Penulis Indah Noor Saktianingsih
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
ii
ABSTRAK .....................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
.......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 10 C. Pembatasan Masalah .............................................................. 11 D. Perumusan Masalah ............................................................... 11 E. Tujuan Penelitian ................................................................... 12 F. Kegunaan Penelitian ............................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ............................................................ 13 BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
15
A. Landasan Teori ....................................................................... 15 1.
Hasil Belajar Matematika ................................................. 15
2. Konsep Diri ...................................................................... 23 3. Minat Belajar Siswa ......................................................... 28 B. Kerangka Berpikir .................................................................. 68 1. Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII..............................................................................................68
x
2. Pengaruh
Konsep
Diri
terhadap
Hasil
Belajar
Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII 73 3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII C. Pengajuan Hipotesis
39 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................42 A. Tempat dan Waktu Penelitian
42
B. Metode Penelitian 42 C. Populasi dan Sampel
44
D. Teknik Pengumpulan Data 48 E. Instrumen Penelitian
49
F. Teknik Analisis Data
70
BAB IV HASIL ANALISIS.............................................................................................77 A. Deskripsi Data
77
B. Uji Persyaratan Analisis Regresi 80 C. Pengujian Hipotesis D. Diskusi Hasil
85 87
BAB V SIMPULAN dan SARAN................................................................................95 A. Simpulan 95 B. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................96 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pelaksanaan Penelitian......................................................................................42 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika..........................................52 Tabel 3.3. Validitas Butir Hasil Belajar Matematika Fisika.......................................55 Tabel 3.4 Reliabiliy Instrumen Hasil Belajar Matematika........................................56 Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri....................................................................59 Tabel 3.6. Validitas Konsep Diri.........................................................................................61 Tabel 3.7 Reliabiliy Konsep Diri......................................................................................63 Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar i...............................................................66 Tabel 3.9. Validitas Minat Belajar......................................................................................68 Tabel 3.10 Reliabiliy Minat Belajar.................................................................................70 Tabel 4.1.
Deskripsi Statstk Variabel Konsep Diri, Minat Belajar, dan Hasil Belajar 77
Tabel 4.2. Uji Multikoliniaritas TOL dan VIF...............................................................81 Tabel 4.3 Uji Normalitas Galat..........................................................................................83 Tabel 4.4. Rata rata dan Standar Deviasi Galat.............................................................84 Tabel 4.5. Model Summary d..............................................................................................85 Tabel 4.6. Analysis of Variance Signifikansi, Pengaruh Variabel Independen secara bersama sama terhadap Variabel Y
85
Tabel 4.7. Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi secara Parsial............................85 Tabel 4.8. Korelasi Zero Order dan Parsial.....................................................................92 Tabel 4.9. Koefisien Penentu dan Total............................................................................93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat Y .
44
Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X ) ......................................82 Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat ........................................................83 Gambar 4.3 P-P Plot Kumulatif Galat. ............................................................................84
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Minat Belajar .......................................................
96
Lampiran 2. Instrumen Konsep Diri ..........................................................
xxx
Lampiran 3. Instrumen tes Hasil Belajar Matematika ...............................
xxx
Lampiran 4. Data Variabel Penelitian .......................................................
xxx
Lampiran 5. Hasil SPSS ............................................................................
xxx
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup ..........................................................
xxx
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memberdayakan manusia agar terbentuk budi pekerti yang mulia berakhlaqul karimah, pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, perilaku yang baik, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, memiliki konsep diri, minat yang besar dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
1
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Siswa merupakan salah satu faktor penentu akan keberhasilan dalam suatu pendidikan karena tinggi rendahnya nilai hasil pendidikan mempunyai pengaruh yang strategis sebagai usaha guru untuk meningkatan kualitas peserta didiknya, sehingga keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran matematika tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah tersebut dalam
2
mengemas suatu proses pembelajaran. Mutu proses pendidikan sangat diperlukan sebab hal tersebut berkorelasi positif dengan upaya memberikan suatu perhatian yang besar kepada peningkatan pemahaman siswa tersebut untuk memahami materi yang sedang dan akan dipelajari, begitu juga demikian dengan guru diarahkan untuk dapat memahami dan mengasai materi-materi pelajaran tersebut sehingga kualitas pembelajaran meningkat begitu pula mutunya pun meningkat sehingga akan tercapainya keberhasilan belajar . Siswa adalah salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yang perlu akan ilmu pengetahuan, arahan, pemahaman dan latihan-latihan dari para guru, karena guru merupakan sebagai manusia yang mentrasfer ilmu tersebut kepada siswanya dan sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam membentuk konsep diri siwa sesrta budi pekertinya dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan keberadaan siswa mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Peserta didik atau siswa merupakan aset bangsa yang memiliki tugas menerima pelajaran, mematuhi tata tertib sekolah dan mengaplikasikan bakat serta minatnya didalam proses pembelajaran,
mendapat
nilai
hasil
pembelajaran,
mendapatkan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan percobaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi para peserta didik pada program eksakta. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal sangat berkaitan erat dengan keberadaan peserta didik.
3
Pesera didik yang berkualitas dan memiliki konsep diri yang baik sebagai besar waktunya mereka habiskan di sekolah, sisanya ada di rumah dan di lingkungan (Djamarah, 2000). Siswa merupakan suatu komponen dalam dunia pendidikan yang sangat harus diperhatikan dan arahan sebab keberadaan siswa tersebut merupakan salah satu faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Siswa merupakan sebuah unsur terkecil yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur guru dan sarana prasarana dalam pendidikan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dan siswa dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis siswa tersebut untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Siswa merupakan salah satu komponen dalam pendidikan dan penerus bangsa ini karena secara tidak langsung siswa tersebut mempengaruhi mutu lulusan, meningkatkan minat peserta didik yang lain dan mensinergiskan tujuan lembaga pendidikan tersebut, sebagai komponen dalam proses pendidikan, sisws dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang berupa membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan sebagai peserta didik pendidik, memiliki konsep diri dan minat belajar yang tinggi serta kemampuan lainnya tersebut tercermin pada hasil belajar peserta didik tersebut. Berkualitas tidaknya suatu lembaga
4
pendidikan sangat tergantung pada konsep diri yang dimiliki siswa dan minat belajarnya serta kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh para pendidik. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa siswa merupakan salah satu subjek dari suatu perencanaan pendidikan, pelaksana sekaligus sebagai parameter evaluator pembelajaran di kelas, karena peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting karena dengan kehadiran siswa tersebut di kelas dan memiliki jiwa disiplin akan mudah guru tersebut mentransfer ilmu-ilmu Matematika tersebut dengan mudah. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Siswa merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya setelah guru karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994). Siswa dituntut memiliki kemauan dan minat belajar tinggi yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama kedua orang tuanya dan masyarakat umumnya yang telah banyak mengeluarkan biaya besar untuk putra puterinya serta yang sudah mempercayai sekolah dan guru dalam untuk membina putera puterinya. Meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kemauan belajar siswa yang tinggi dengan arahan bapak dan ibu guru di sekolah,
5
oleh karena itu lembanga pendidikan di harapkan memiliki kinerja para pendidiknya yaitu guru yang berkualitas dan menguasai berbagai materi pelajaran yang akan di berikan oleh siswa tersebut dengan cara melaksanakan tugasnya sehingga kualitas proses pembelajaran yang di berikan oleh guru kepada peserta didik menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Pada umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam memahami dan menerapkan ilmu yang di dapatnya dalam proses pembelajaran disekolah.
Siswa sebagai penuntut ilmu harus memiliki kemampuan yang meliputi giat mempelajari materi pelajaran, menyelesaikan tugas dengan cara-cara yang jujur serta profesional, menjawab soal dengan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu siswa harus memiliki pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis, dengan hal-hal tersebut maka sebagai seorang guru sudah seharusnya dapat memupuk dan menanamkan sisfat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya
6
perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama
memberikan
keteladanan,
membangun
kemauan,
dan
mengembangkan konsep diri peserta didik dalam proses pembelajaran serta meningkatkan minat belajar siswa. Dalam kegiatan proses penbelajaran dibatasi beberapa hal antara lain kurangnya kosep diri dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sehingga hasil belajar siswa tersebut belum memenuhi harapan. Kurangnya konsep diri dan minat belajar tersebut maka siswa kurang dapat menguasai materi matematika yang diberrikan oleh guru. Walau secara umum siswa kurang memiliki minat terhadap pelajaran matematika, namun masih ada siswa yang sangat antusias mengikuti dan menekuni Matematika, alasannya apabila nanti melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi yaitu SMU ( Sekolah Menengah Umum) jurusan Matematika dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi teknik Matematika yang sangat berhubungan dengan ilmu Matematika pada sekolah SD, SMP, dan SMU. Adanya dorongan oleh minat inilah sehingga siswa memliki keinginan untuk dapat memahami dan menguasai semua materi pelajaran Matematika.
7
Kosep diri dan minat belajar biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah atau les privat dan belajar di sekolah yang di pandu oleh guru. Siswa tersebut di beri arahan, semangat, dan menanamkan rasa kepercayaan dirinya agar mereka berprestasi sehingga hasil belajar Matematikanya meningkat. Konsesp diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif jika ia menyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak di sukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Orang tersebut tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halngan. Seseorang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum melaksakannya, sehingga jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, baik menyalahkan dirinya sendiri bahkan menyalahkan orang lain. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, demikian juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan
bukan
dipandang
sebagai
kematian,
namun
lebih
menjadikannya sebagai penemuan dan pelajarn berharga untuk melangkah ke depan. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan mampu
8
menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif untuk dilakukannya demi keberhasilan dimasa yang akan datang. Sementara minat sering diartikan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan minat belajar ialah suatu keinginan yang menyebabkan seseorang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak disini artinya adalah memulai berbuat dengan berusaha.Sering kali kita merasa
malas
sebelum
melakukan
dan
mencobanya.
Cobalah
abailkananggapan tersebut dengan mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah kita lakukan dan mencobanya dapat menemukan ritme minat yang asyik dalam kegiatan tersebut. Apabila sudah mendapati dan menyadari potensi-potensi yang kita miliki maka keadaan tersebut akan berubah menjadi suatu yang menyenangkan dan mengasyikan, sehingga kita terlarut dalam aktivitas (http : // patriot proklamasi. blogspot. com/ 2006/03/ minat berkeinginan.html). Dengan demikian konsep diri dan minat belajar siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Dengan demikian konsep diri dan minat belajar Matematika diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara aktif dan kreatif karena dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, gembira dan berbobot serta dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
9
B. Identifikasi Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini bersifat asosiatif yaitu suatu perumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiono: 2007), dengan bentuk hubungan kausal atau sebab-akibat. Terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel independent (bebas) yang mempengaruhi dan variabel dependen (terikat) yang dipengaruhi. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa? 2. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa? 3. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika? 4. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar? 5. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika? 6. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika? 7. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika? 8. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika? 9. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa? 10. Seberapa besar konsep diri terhadap minat belajar?
10
11. Adakah pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika? 12. Seberapa besar pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika? 13. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika? 14. Seberapa besar pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika? C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada pada penulis, seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka tidak semua variabel yang disebutkan pada identifikasi masalah akan diteliti. Agar penelitian ini lebih fokus dan hasilnya nyata, maka penelitian ini dibatasi kepada masalah konsep diri siswa di sekolah, minat belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Konsep diri sebagai variabel bebas satu ( X1 ), Minat belajar siswa sebagai variabel bebas dua( X2 ) dan prestasi belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII sebagai variabel terikat ( Y ) yang semuanya itu diteliti pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
11
1. Apakah ada pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII? 2. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII? 3. Apakah ada pengruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika, melalui data empiris di laoangan. Pengumpulkan data mengenai konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMPN kelas VIII dilakukan guna mengkaji dalam penelitian ini. . Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII. 2. Mengetahui pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII. 3. Mengetahui pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar Matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
12
F. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis : a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar Matematika. b. Dapat dijadikan acuan, wawasan dan tolok ukur untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan judul atau topik penelitian ini. 2. Secara praktis : a. Dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan judul atau topik penelitian. b. Dapat memberikan kontribusi atau pemikiran dan masukan kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan peserta didik dengan memberikan pendidikan yang optimal kepada peserta didiknya agar menjadi manusia yang kaya akan IPTEK dan IMTAQ sebagai penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia ( Insan kamil ). c. Dapat membangun persepsi dan kesadaran semua pihak bahwa konsep diri dan minat belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.
G. Sistematika Penulisan Tesis Tesis ini ditulis dalam 5 bab dengan rincian sebagai berikut :
13
Bab I
Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori, kerangka berpikir dan hipotesis, bab ini berisi landasan teori, konsep diri, minat belajar siswa, prestasi belajar, karakteristik Matematika, kerangka berpikir, dan hasil penelitian yang relevan.
Bab III
Metodologi Penelitian, bab ini memuat tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisa data.
Bab IV
Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V
Kesimpulan dan saran, bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran.
14
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. 1.
Landasan Teori Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Kelas Pada Siswa Kelas VIII a. Belajar Belajar
merupakan
komponen
ilmu
pendidikan
yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat ekslisit maupun implicit. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif integral. Dalam iplementasinya belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,prilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar.Belajar suatu proses yang kompleks, Sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne ( 1970 : 17 ) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1). Stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2). Proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Sadiman (1996:20) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Hal senada juga dikemukakan oleh soejanto (1981:23 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang berlansung secara terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar, sedangkan salah satu definisi modern 15
tentang tentang belajar menyatakan bahwa belajar adalah “Pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku “ Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya Dengan memperhatikan beberapa pengertian diatas tentang belajar maka hakikat belajar apabila diintepretasikan mengandung pengertian bahwa setelah belajar siswa yang pada mulanya tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa yang pada mulanya tidak memiliki kemampuan
untuk
melakukan
sesuatu
menjadi
mampu
melakukannya, siswa yang semula belum terampil menjadi terampil dan siswa yang tidak memiliki sikap menjadi bersikap. Dengan demikian maka pada diri siswa akan terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya relatif permanen. Berdasarkan pembahasan beberapa teori tersebut, maka yang dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan individu yang berproses secara terencana, terus menerus atau kontinu atau berkesinambungan untuk memperoleh kemampuan tertentu sehingga mengalami perubahan sikap dan tingkah laku yang positip dan lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar makin banyak pula mengalami peningkatan pemahaman pengetahuan dan ketrampilan pada diri peserta didik.
16
b. Hasil Belajar. Sudjana, N (1990:24) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya adapun hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh berdasarkan proses belajar. Ada 5 katagori tentang kemampuan yang dihasilkan berdasarkan
proses
belajar,
yaitu;
(1)
Kecakapan
untuk
mengkomunikasikan pengetahuan secara verbal, yang dikatagorikan sebagai informasi verbal, (2) Kecakapan dalam bertindak melalui penilaian terhadap suatu stimulus dikatagorikan sebagai sikap, (3) Kecakapan membedakan, memahami konsep maupun aturan serta dapat memecahkan masalah, dikatakan sebagai keterampilan intelektual, (4) Kecakapan mengelola dan mengembangkan proses berpikir melalui pemahaman, analisis dan sintesis, dikatagorikan sebagai keterampilan strategi kognitif, (5) Kecakapan yang diperlihatkan secara tepat, tepat dan lancar melalui gerakan anggota tubuh, ini dikatagorikan sebagai keterampilan motorik. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka perilaku yang diharapkan harus dituliskan pada tujuan pembelajaran sebagai hasil belajar yang diharapkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah seorang siswa hasil belajarnya baik atau tidak, maka perlu dilakukan suatu penilaian atau pengukuran terhadap kegiatan proses belajar tersebut, hasil dari penilaian inilah yang akan disebut sebagai
17
hasil belajar. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar maka dapat diukur atau dinilai dengan ujian tertulis maupun dengan ujian lisan, ataupun gabungan antara tertulis dan lisan atau disebut tes dan non tes. Tes dan non tes adalah suatu alat ukur yang dapat dipergunakan oleh guru dalam melakukan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh siswa, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru dapat mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata pelajaran atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan salah satu pekerjaan profesional guru, instruktur atau dosen. Dari berbagai teori yang diuraikan tersebu, maka yang dimaksud hasil belajar adalah hasil dari suatu penilaian atau pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran secara terencana baik materi maupun waktunya serta hasil belajar yang diinginkan disesuaikan dengan jenis dan fungsinya dalam penilaian atau pengukuran, misalnya penilaian ulangan harian, ulangan blok, mid test, ujian sekolah dan ujian nasional. c. Matematika. Mata pelajaran matematika sebagaimana mata pelajaran lain merupakan bidang ilmu yang mempelajari banyak hal yang berkaitan
18
dengan kehidupan manusia sehari-hari, misalnya dalam mata pelajaran hampir selalu disebut istilah-istilah lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan. Luas bangunan rumah Pak Setyo lebih besar dibanding dengan luas bangunan rumah Pak Latief atau jumlah air didalam gelas merah sama dengan jumlah air di dalam gelas berwarna biru atau juga bentuk lingkaran A sama dengan bentuk lingkaran B, banyak air dalam bentuk lingkaran A dan B merupakan perwujudan alamiah yang dapat diukur atau diraba secara nyata ataupun dapat dilihat dengan mata serta dapat diwujudkan dengan simbol-simbol. Banyak rumusan tentang matematika yang telah dikemukan oleh para ahli, Hudojo,H (1998;36) mengemukan bahwa matematika adalah berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Lebih lanjut Hudojo, H (1998 : 32) mengemukakan bahwa matematika adalah sebagai abstraksi yang merupakan proses untuk menyimpulkan halhal yang sama dari sejumlah objek atau situasi yang berbeda. Apabila abstraksi tersebut dituliskan, maka dapat terwujud suatu yang disebut pola. Hudojo juga menyebutkan bahwa pola adalah suatu sistem mengenai
hubungan-hubungan
diantara
perwujudan
alamiah.
Perwujudan alamiah tampak rumit, seringkali dengan abstraksi didalam pikiran, biasanya dapat diketemukan pola. Dengan demikian menjadi tugas matematikalah untuk mmenemukan hubunganhubungan di alam ini dan menganalisis pola-polanya sehingga pola-
19
pola itu dapat dikenal bila muncul, sedangkan Rusfendi (1991 : 54), mengemukan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak yang berhubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur - struktur serta hubungan - hubungannya yang diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu. Ini mengisyaratkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktrur-struktur tersebut. Lebih lanjut Rusfendi menyebutkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut, disebutkan pula, matematika mengelompokkan perwujudan alamiah menjadi polapola atau bentuk-bentuk tertentu. Selain menghubungkan matematika melakukan penelaahan pola atau bentuk didalam matematika berarti mewujudkan struktur-struktur. Adapun hubungan-hubungan pola di dalam matematika dapat membentuk rumus, teorema atau dalil matematika. Pada bagian lain Rusfendi mengemukanan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang termasuk kedalam atau mungkin yang paling padat dan tidak mendua arti. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pengajaran matematika (modern) adalah untuk meluruskan
20
dan mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang–cabang lainnya, bukan untuk mempersulit. Setelah menelaah berbagai pendapat tersebut di atas, maka matematika adalah mata pelajaran yang memuat ide – ide, konsep – konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan terpola menjadi rumus, teorema atau dalil yang dapat dipergunakan secara patent untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika itu sendiri maupun untuk aplikasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Hasil belajar matematika Sementara itu Atkitson, R.C (1999 : 67) mengemukakan bahwa ada 4 cara yang strategis untuk meningkatkan hasil yang maksimal di dalam belajar matematika, yaitu; (1) memaksimalkan hasil rata-rata yang ada di dalam kelas, (2) perkecil perbedaanperbedaan hasil yang diperoleh oleh siswa dalam satu kelas, (3) maksimalkan hasil yang diperoleh siswa pada level-level tertentu, dan (4) maksimalkan kemampuan rata-rata pada setiap individu atau siswa. Selain itu Atkitson juga menunjukkan bahwa ada 2 alternatif di dalam belajar matematika, yaitu; (1) untuk mengembangkan strategi pelajaran yang optimal pada individu-individu tertentu dimungkinkan jika ada model proses pembelajaran secara terperinci, dan (2) untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal pada setiap individu dapat memberikan waktu belajar yang cukup.
21
Schoenfeld (2000 : 27) mengemukakan bahwa ada 4 pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dibutuhkan
dalam
meningkatkan belajar agar berhasil, yaitu; (1) Sumberdaya–dalil dan prosedur pengetahuan matematika, (2) Heuristik strategi dan teknik untuk memecahkan masalah-masalah, seperti mengulang pelajaran, (3) Pengawasan–pengambilan
keputusan
tentang
apa
dan
sumberdaya apa, dan strategi apa yang akan dipergunakan, (4) Kepercayaan– pandangan seseorang tentang matematika untuk melakukan pendekatan di dalam memecahkan masalah. Hudoyo (1988 : 44) pada bagian menjelaskan bahwa apabila matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan– hubungan, maka simbol–simbol formal diperlukan untuk menyertai himpunan benda–benda atau hal–hal. Simbul–simbul ini sangat penting didalam membantu manipulasi aturan–aturan yang beroperasi didalam struktur. Pemahaman terhadap struktur–struktur dan proses simbolisasi masing masing merupakan stimulus yang satu terhadap yang lain. Simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi, yang dari komunikasi ini kita mendapatkan sejumlah besar informasi. Simbul merupakan lambang yg memiliki arti dan bersifat pasti atau tetap.
Berdasarkan teori dan pendapat dari para ahli dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya mempelajari matematika adalah mempelajari ide-ide abstrak yang diberi simbul-simbul yang perlu diketahui tentang
pemahaman
konsep-konsep.
Hubungan-hubungannya
sebagian besar berkenaan dengan perhitungan. Jadi dapat pula
22
dikatakan bahwa matematika adalah ilmu aksiometris, perjanjian, dalil-dalil, perhitungan dan lain-lain sesuai dengan bentuk yang menjadi sasaran atau objek pembahasan. Setelah menelaah uraian dari berbagai teori di atas, maka hasil belajar matematika adalah hasil penilaian yang dilakukan secara terencana dengan terlebih dahulu melakukan upaya maksimal dalam proses pembelajaran, kemudian untuk meningkatkan hasil belajar matematika adalah dengan memaksimalkan strategi, menggunakan stimulus untuk mempermudah pemahaman konsep – konsep dan memperhatikan tingkat kemampuan baik secara individu, kelompok atau klasikal
2. Konsep diri a. Konsep
Konsep diri merupakan hal ayang sering serta dianggap besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri adalah persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut merupakan keyakinan seseorang mengenai dirinya yang meliputi gambaran mengenai fisiknya, psikis, dan minatnya. Gambaran ini terbentuk berdasarkan persepsi orang lain terhadap dirinya atau dapat juga berdasarkan internalisasi, pandangan dan penerimaan orang lain terhadap dirinya. (Gunarsih, 2003) selain itu konsep diri juga terbentuk berdasarkan pemikiran, perasaan dan pengalaman emosisonal, individu
23
mengenai dirinya sendiri. Menurut cagawas seperti yang dikutip oleh Pudjijongyanti (1991), konsep mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasi, kelemahannya,
kepandaiannya,
kegagalannya
dan
sebagainya.
Menerut Shavelson dan Bolus seperti yang dikutip Marsh dan Holmes (1990), konsep diri pada seseoranmg individu didasarkan atas pengalaman dan interaksi dengan orang-orang yan berpengaruh dalam hidupnya seperti orang tua, teman-teman dan guru. Shavelson membagi struktur konsep diri secara hirarkhi atas empat peringkat. Peringkat pertama terletak konsep diri umum yaitu cara individu memahami dan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan. Peringkat kedua yaitu konsep diri akademis dan konsep diri non akademis. Peringkat ketiga merupakan sub area konsep diri akademis dan sub area konsep diri non akademis. Peringkat keempat merupakan penilaian tingkah laku dalam situasi yang lebih spesifik pada masing-masing sub area dari konsep diri. Menurut Leonetti (2002), membagi konsep diri dalam dua bagian yaitu percaya diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Percaya diri adalah kepercayaan seseorang dalam kesanggupannya untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Harga diri adalah bagaimana baiknya seseorang menginginkan dirinya. Konsep diri mempunyai peranan dalam menentukan tingkah laku seseorang. Konsep diri yang dimiliki seseorang akan turut menentukan bagaimana ia menerima, merasakan dan merespon lingkungannya. Jika
24
seseorang berfikir dirinya kurang baik maka ia akan menganggap remeh dirinya dan selalu membayangkan kegagalan di setiap usaha yang dilakukannya, sehingga ia enggan untuk mencoba mengatasi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Keyakinan tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif pada dirinya sendiri. Sebaliknya bila seorang tersebut memiliki pola pikir yang positif maka ia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh yaitu dengan mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan. Menurut Brooks and Emmerst dalam ( Jalaluddin, 2005) ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri tinggi yaitu: (a) ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, (b) ia merasa setara dengan orang lain, (c) ia menerima pujian tanpa rasa malu, (d) ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak selurunya disetujui masyarakat, (e) ia mampu memperbaiki dirinya dan sanggup menggungkapkan pribadi yang tidak disenanginy adan berusaha mengubahnya. Sedangkan orang yang memiliki konsep diri rendah diantaranya : (a) ia peka pada keritik dan cenderung tidak mampu menerima kritikan dan mudah marah, (b) cenderung menghidari dialog terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya, (c) bersikap hiperkritis terhadap orang lain sering mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapa pun, (d) cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak diperhatikan, (e) selalu bersikap pesimis terhadap kompetisi untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
25
b. Proses Pembentukan Konsep Diri Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang
manusia
dari
kecil
hingga
dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orangtua dan lingkungannya akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, serngkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif. Hal ini disebabkan
sikap
orang
tua
misalnya
:
suka
memukul,
mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Dengan demikian anak menilai dirinya berdasarkan apa yang beliau alami dan dapatkan dari lingkungannya. Bila lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat, contohnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun
26
suatu ketika ia mendapat angka merah, bisa saja saat itu ia merasa “bodoh”, namun karena keyakinan yang positif ia berusaha memperbaiki nilai.
c. Faktor yang mempengaruhi konsep diri Berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti : 1. Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi konsep diri yang terbentuk , sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri, sedangkan sikap positif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi dan disayangi. 2.
Kegagalan Kegagalan yang terus menerus seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri yang berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
3. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya. Orang yang depresi sulit melihat dirinya mampu menjalani kehidupan selanjutnya dan cenderung mudah tersenyum.
27
4. Kritik internal Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berprilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
3. Minat Belajar a. Pengertian Minat Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Muhibbin Syah (2008:136) mengatakan bahwa, ”secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sementara itu, Slameto (2003:180) mengatakan: ”Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”. Slameto (2003:180) menambahkan, minat terhadap sesuatu dipelajari
dan
mempengaruhi
belajar
selanjutnya
serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan
hasil
belajar
dan
menyokong
belajar
selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
28
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Menurut The Liang Gie (2000:57): “Suatu pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar dapat memusatkan seluruh perhatian dan konsentrasinya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi tersebut”.
Minat juga merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami, sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Dampak dari adanya minat belajar dapat menumbuhkan metode baru dalam belajar siswa. Belajar dikatakan berhasil jika dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku dan cara berfikir dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Seorang siswa akan berhasil dalam pelajarannya apabila dalam diri siswa itu ada keinginan untuk belajar. Minat akan 29
terbentuk jika ada usaha dari dalam dirinya dan juga ada dorongan dari luar baik dari guru, keluarga maupun lingkungnnya untuk menyukai dan memperhatikan pelajaran fisika dan terminat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Sedangkan
menurut
Wayan
Nurkancana(1983:224)
menyatakan bahwa, ”Minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang stimulir, perasaan senang pada individu”. Dan definisi minat menurut Kurt Singer (1991:78) adalah ”suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu. Kecenderungan dari manusia ialah ia akan optimal dalam melakukan pebelajaraanya ketika ia memang menyukai pebelajaran yang digelutinya. Dengan kata lain dorongan akan pengerjaan dan hasil yang lebih baik akan lebih terlihat jika ia memang benar melakukan pebelajaran yang ia minati dibandingkan dengan yang tidak diminatinya. Demikian pula dalam hal belajar. Siswa akan terpacu minatnya untuk giat belajar ketika ia measa nyaman dan mempunyai minat yang tiggi terhadap satu mata pelajaran. Dari sini akan timbul satu dorongan yang menyebabkan ia akan lebih giat belajar guna mendapakan hasl belajar yang baik terhadap mata pelajaran tersebut.
30
Minat ini biasanya dipengaruhi dorongan dari dalam diri siswa berupa kesadaran bahwa dia akan lebih menikmati atau lebih bisa dengan salah satu pelajaran. Kecenderugannya, faktor dari dalam ini berupa kemampuan atau lebih kepada bakat yang ia bawa sejak lahir. Jika bakat tersebut sudah terlihat, maka dengan polesan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan seorang yang unggul, profesional. Sedangkan dari faktor luar dapat berupa lecutan minat dan lingkungan yang menyebabkan dirinya juga merasa nyaman terhadap satu pelajaran. Lecutan minat tersebut dapat berupa guru yang mengajar menarik perhatiannya, misalnya mengajarnya enak dan cepat ditangkap oleh siswa tersebut sehingga tumbuh minatnya untuk lebih giat belajar dalam pelajaran tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, minat adalah suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu. Minat didasarkan atas kesukaan individu atas apa yang diinginkannya. Minat berasal dari dalam diri siswa dan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan seseorang.
b. Minat Belajar Matematika Minat belajar adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan belajar, siswa di sekolah mempalajari berbagai ilmu pengetahuan dan diusahakan agar semua siswa mendapatkan nilai yang bagus
31
yang tentunya dapat dicapai dengan memiliki minat belajar yang tinggi. Slameto (2003:180) menegaskan bahwa: ”Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya”. Jelas kiranya bahwa minat merupakan tenaga penggerak yang dipercaya ampuh dalam proses belajar. Oleh sebab itu, sudah semestinya pengajaran memberi peluang yang lebih besar bagi perkembangan minat seorang siswa. Minat erat sekali hubunganya dengan perasaan suka dan tidak suka, tertarik atau tidak tertarik. Setelah mulai belajar, hendaknya setiap siswa menaruh minat belajar yang besar terhadap pelajaran yang diikuti. Suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan perhatian terhadap mata pelajaran tersebut. Dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi itu. Dengan minat belajar yang tinggi siswa, maka hasil akhir dari proses belajar mengajar tentunya akan menjadi baik. Dalam kaitannya dengan minat belajar Matematika, mata pelajaran
Matematika
tidak
begitu
diminati
dan
kurang
diperhatikan. Apalagi kurangnya pendidik yang menerapkan konsep Matematika. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran Matematika serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan peserta didik. 32
Minat belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Totok Santoso (1998:11) mengemukakan faktor-faktor minat belajar siswa antara lain: 1) Minat dan cita-cita Cita-cita merupakan satu titik tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang. Agar cita-cita dapat tercapa maka perlu adanya usaha dan dorongan dari dalam diri seseorang tersebut yang kemudian dinamakan minat untuk konsisten dalam usahanya tersebut. Minat sama halnya dengan minat merupakan dorongan dari dalam diri untuk berbuat secara maksimal guna mencapai satu tujuan yang dikehendaki. Minat yang tinggi dari seseorang akan membangkitkan semangat dan gairah dalam melakukan belajar dan usaha. Demikian pula dengan belajar, seseorang yang bercita-cita telah terminat belajarnya untuk mencapai satu tujuan belajar berupa nilai yang bagus, sikap yang bagus dan berketerampilan. 2) Sikap terhadap guru atau pelajaran Sikap positif dan perasaan senang terhadap guru atau pelajaran tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa. Sebaliknya jika membenci guru dan memandang mata pelajaran terlalu sukar akan memperlemah minat belajar siswa. Ini merupakan tugas seorang guru untuk memberikan kenyamanan siswanya dalam belajar. Siswa biasanya ingin diperhatikan, diberikan kasih sayang, dan belajar dengan santai tanpa dibebani berbagai macam tugas yang memusingkan. Untuk itu sikap guru di
33
dalam maupun di luar kelas hendaknya memberi kenyaman siswanya dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi, sehingga persoalan-persoalan yang ada dalam diri siswa terkait dengan proses belajarnya dapat teridentifikasi untuk nantinya terpecahkan satu solusi jika siswa tersebut mengalami penurunan dalam belajarnya.
3) Keluarga Dengan adanya perhatian, dukungan dan bimbingan dari orang tua akan mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan menyukai belajar. Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama diperoleh oleh seorang anak. Keluarga yang baik akan selalu mendukung anak-anaknya dalam memeperoleh pendidikan yang optimal. Fungsi keluarga bukan hanya sebagai tempat berlindung dan memeberikan fasi-litas berupa materiil saja, akan tetapi dukungan moril akan lebih efektif dan efisien demi tercapainya cita-cita dan hasil yang baik dalam belajar. Per-hatian dan bimbingan orangtua mutlak diperlukan dalam pendidikan anak. 4) Guru dan fasilitas sekolah Cara guru menyajikan materi pelajaran di kelas, penugasan yang tidak baik membuat minat belajar siswa rendah. Untuk itu, guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan satu metode belajar saja. Metode mengajar akan mempengaruhi minat siswa dalam belajarnya. Guru yang monoton biasanya akan menjemukan
34
siswa. Misalnya dengan ceramah terus-menerus sehingga siswa kecenderungannya mengalami kebosanan dan pada akhirnya melakukan hal-hal negatif. Demikian juga sarana dan fasilitas sekolah yang kurang memadai dapat memperlemah minat belajar. Fasilitas yang ada di sekolah akan memancing siswa betah berada di sekolah. Tentunya, ketika itu terjadi dapat terlihat aktivitasnya dan jika ia berminat terhadap salah satu pelajaran atau pun kegiatan yang ada akan mengasah kemampuannya. 5) Teman pergaulan Sesuai dengan masa perkembangan siswa, apabila teman belajar mempunyai minat yang besar dalam belajar, maka timbul dalam kelompok pergaulan itu kecenderungan untuk mengikuti dan memiliki minat belajar. Dan sebaliknya apabila teman pergaulan tidak memiliki minat untuk belajar maka siswa akan malas atau minat belajar berkurang. 6) Media massa Dengan adanya media masa dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika berminat untuk menggunakan media tersebut untuk membantu, maka minat belajar siswa berkembang. (Totok Santoso, 1998: 11) Dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping memanfaatkan minat, Tanner&Tanner yang dikutip Slameto (2003:181) menyarankan:
35
”Pengaajar hendaknya juga berusaha untuk membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dilakukan dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan minat belajar adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan minat belajar Matematika maka dapat disimpulkan minat belajar Matematika siswa adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dalam hal ini adalah Matematika.
B. Kerangka Berpikir Keramgka berpikir dalam penelitian ini adalah : 1. Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Untuk dapat belajar dengan baik harus mengetahui lebih dahulu metode, teknik, kemahiran atau cara-cara belajar yang efesien dan dipraktekkan sehari-hari oleh siswa sampai menjadi suatu kebiasaan. Matematika merupakan suatu pelajaran yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari lingkungan hidup sehari-hari, tetapi dapat secara tidak langsung dari ahli matematika. Salah satu kekhususan matematika yang juga merupakan kekuatan metematika adalah sifat abstraknya. Oleh sebab itu ada berbagai aktivitas yang 36
dibutuhkan dalam mempelajari matematika, seperti mengabstraksi dan
mengklasifikasi.
Untuk
belajar
matematika
diperlukan
kemampuan mengklasifikasi struktur-struktur dan mengidentifikasi hubungan-hubungan. Materi yang dipelajari secara sistematik akan lebih baik dan tahan lama pada materi yang dipelajari secara hafalan. Agar konsep matematika dapat terbentuk dengan lebih baik dalam diri siswa, maka siswa perlu belajar sistematik dan meninggalkan belajar hafalan. Oleh karena itu perlu adanya kebiasaan belajar guna menekankan pada konsep matematika. Bila kebiasaan–kebiasaan belajar yang baik selalu dilakukan oleh semua siswa, maka tidak tertutup kemungkinan semua siswa dapat memperoleh nilai yang tinggi pada hasil belajarnya. Kebiasaan belajar dapat direncanakan membuat jadwal belajar. Kebiasaan belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan
cara–cara
yang
efektif,
misalnya
dengan
membiasakan diri untuk mengulang pelajaran dan membuat catatan, membiasakan diri mengerjakan soal–soal latihan maupun pekerjaan rumah, dengan demikian mereka akan terbiasa menghadapai dan mengerjakan soal–soal yang diberikan padanya pada saat belajar di sekolah. Siswa yang terbiasa membuat jadwal belajar dan selalu melaksanakan dengan baik, maka dengan sendirinya dia akan tahu apa, bagaimana dan untuk apa materi pelajaran dipelajari. Hal ini secara tidak langsung akan tercipta
37
disiplin pada diri siswa dan siswa akan berusaha untuk memahami materi pelajaran yang dipelajarinya . 2. Pengaruh Konsep Diri terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII Berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam suatu pelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, baik dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Salah satu faktor dari dalam diri adalah Konsep diri. Konsep diri berlaku untuk semua kegiatan dan semua bidang. Konsep diri secara naluri terkandung pada setiap orang walaupun dengan derajat yang berbeda–beda. Tinggi rendahnya konsep diri berbeda beda untuk setiap orang dan setiap bidang yang dihadapinya dan dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan iyang dimiliki. Adapun ciri kreativitas antara lain; mempunyai inisiatif, percaya
pada
diri
sendiri,
keinginan
untuk
mendapatkan
pengalaman baru dan berani menanggung risiko. Inisiatif dapat menyebabkan siswa mampu untuk mencipakan hal–hal yang bar yang merupakan hasil dari pikiran, baik berupa ide, gagasan maupun diwujudkan dalam benda konkret. Keberhasilan dalam menciptakan hal–hal baru tersebut tidak terlepas dari sifat manusia yang ingin mengaktualisasi dirinya, sehingga akan menimbulkan kepuasan dan kepercayaan pada diri sendiri.
38
Matematika sebagai salah satu pelajaran di sekolah juga melibatkan konsep diri siswa dalam proses pembelajarannya, baik berupa teoritik maupun dalam obyek yang nyata. Adanya konsep diri dalam mempelajari metematika akan menimbulkan inisiatif dan pengalaman baru yang tidak akan terlupakan dalam suatu konsep matematika sehingga akan menghasilkan hasil belajar matematika yang tinggi. Berdasarkan uraian di muka maka diduga terdapat pengaruh positif antara kreativitas dengan hasil belajar matematika.
3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang lain, dan dalam memegang benda. Namun tidak berarti berada ditengah lingkungan menkreativitas yang menjamin adanya proses belajar. Oleh karena itu orang tersebut harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dengan perasaannya, atau lebih jauh lagi dalam belajar diperlukan adanya kreativitas. Dengan adanya kreativitas maka terjadi interaksi aktif dengan lingkungan yang dalam hal ini ditekankan pada lingkungan sekolah yang dikaitkan dengan proses belajar. Selain kreativitas yang dimiliki oleh siswa, maka siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan diperlukan adanya
39
kebiasaan belajar. Tanpa adanya kebiasaan belajar maka proses belajar yang terdapat pada diri siswa tidak akan menjadi kontinu, sehingga interaksi dengan lingkungan dalam proses belajar tidak berjalan dengan baik. Dengan demikian kreativitas dan kebiasaan belajar merupakan hal-hal yang saling mendukung guna tercapainya prose belajar. Hasil dari proses belajar adalah hasil belajar. Oleh karena itu apabila dalam proses belajar terjadi suatu kebiasaan belajar yang baik dan adanya kreativitas yang baik, maka dengan sendiri akan mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar. Berdasarkan kepada uraian di atas, diperkirakan hasil belajar siswa dapat ditentukan oleh kebiasaan belajar yang baik dan teratur yang akan dapat mengembangkan daya kreativitas siswa dalam mendukung proses belajarnya. Dengan demikian diduga terdapat pengaruh yang positif antara kebiasaan belajar dan kreativitas siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar matematika.
C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta dengan mempertimbangkan konsep-konsep pokok penelitian yang lain, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika
40
2. Terdapat pengaruh konsep diri
terhadap prestasi belajarr
matematika 3. Terdapat pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar matematika
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makassar Jakarta Timur tahun pembelajaran 2011/2012. Sedangkan obyek penelitiannya adalah para siswa kelas VIII SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dijadwalkan dengan limit waktu tiga bulan terhitung mulai persetujuan proposal, diperkirakan dimulai bulan April 2012. Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN
April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pendahuluan Proposal Surat izin UjiInstrumen Menjaring data Val-Rel &Analisis Laporan
B. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam bentuk penelitian lapangan sedang metode yang digunakan adalah deskriptif analistis. Metode survey deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari
42
suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini (Effendi, 2003: 3). Metode penelitian survey adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung suatu fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran yang akan diukur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi (Ali, 2007: 5). Berkaitan dengan pengertian metode deskriptif menjelaskan bahwa: “Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan saat terjadinya, maka penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah penelitian deskriptif (to deseribe), menggambarkan atau membeberkan (Arikunto, 1999: 10). Hal ini sejalan yang dikemukakan bahwa metode deskriptif adalah: “Suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem penelitian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
43
dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 2008: 63). Berdasarkan pengertian para pakar diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa metode survey deskriptif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika materi semester ganjil pada siswa SMP Negeri kelas VIII di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Sebelum melakukan analisis data tentang pengaruh variabel data kemudian teknik analisis data dengan menggunakan statistik inferensial korelasi sederhana dan korelasi ganda, korelasi parsial, serta regresi sederhana dan regresi ganda. Korelasi memerlukan minimal dua variabel, sedangkan korelasi ganda memerlukan tiga variabel. Pada penelitian ini, variabel bebas adalah konsep diri (X1), minat belajar siswa (X2) dan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika (Y) tergambar sebagai berikut:
Konsep diri (X1) Hasil Belajar Matematika (Y) Minat Belajar Siswa (X2) Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat Y
44
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 54) mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Nawawi (dalam Riduwan 2004: 54) menyebutkan bahwa “ populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap”. Riduwan mengatakan bahwa “ populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah para peserta didik yang bersekolah di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Jumlah siswa di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berjumlah lima ratus delapan belas orang peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur, dengan memiliki batasan penelitian dua sekolah negeri yaitu SMPN 128 dan SMP N 80 yang kedua sekolah tersebut memiliki
45
karakteristik sekolah sama yaitu siswa-siswa kelas VIII Sekolah Standar Nasional (SSN). 2. Sampel Arikunto (dalam Riduwan 2004: 5) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat meakili seluruh populasi”. Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 5) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.” Pengambilan sampel menurut S. Nasution (dalam Riduwan 2004: 56) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil maka sampel sekurang-kurangnya semakin baik. Akan tetapi merupakan suatu kelaziman bahwa jumlah tiga puluh satuan. Sedangkan Arikunto (1999) mengemukakan bahwa: untuk penelitian deskriptif disarankan menggunakan besaran sampel antara 10% sampai 25% dari populasi terjangkau. Surahmad (2004: 64) berpendapat bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1.000, maka ukuran sampelnya diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Selain yang telah disebutkan di atas, banyaknya sampel tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri subyek penelitian dalam populasi, di antaranya 46
homogenitas dalam populasi: juga oleh sempit dan luasnya pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak tidaknya data; dan besar kecilnya risiko yang ditanggung peneliti. Penyusun berupaya agar ukuran sampel yang ditetapkan bisa merepresentasikan populasi, dan dengan sampel yang representative maka generalisasi hasil penelitian bisa dilakukan. S. Nasution, menulis tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan dalam penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel kecil (S. Nasution; 2007). Selanjutnya dia menulis, mengenai jumlah sampel yang sesuai sering juga disebut aturan sepersepuluh. Jadi 10 % dari jumlah populasi (S. Nasution: 2007). Sementara itu Sugiono berpendapat, bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali lipat dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiono: 2008). Dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang variabel penelitian yang lebih lengkap dan akurat, penulis menetapkan ukuran atas jumlah sampel yaitu sebesar 10 % dari seluruh populasi dengan menggunakan teknik Multi stage sampling. Selanjutnya sampel diberikan ke tiap kepala sekolah yang ada di Kecamatan Pasar Minggu dengan perincian sebagai berikut: Sekolah SMPN 128 dengan jumlah siswa N1=164 dpilih sampel 10 persen, maka sampel terpili n1=16 siswa. Kemudian SMPN 80 dengan jumalh murid N1 = 80 sehingga data sampel
47
terpilih sebanyak n1=16. Jadi total mahasiswa N=308 dan total sampel terpilih n=30. Dari data tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak 30 siswa dengan jumlah populasi sebanyak 308 siswa dari dua SMP N SSN di kecamatan Makasar Jakarta Timur dengan perinciannya 164 siswa SMP N 128 dan 144 siswa SMP N 80 sehingga jumlahnya sebanyak 308 siswa. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah sampel di SMP N 128 sebanyak 16 siswa, sedangkan di SMP N 80 sebanyak 14 siswa dari perhitungan jumlah siswa di SMP N 128 atau SMP N 80 : jumlah total siswa pada SMP N 128 dan SMP N 80 dikalikan jumlah sampel, hal tersebut didasarkan atas perbandingan kedua sekolah tersebut. Dengan ketentuan tersebut, jumlah sampel telah memenuhi syarat untuk mewakili populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2001: 135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.” D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan tujuan penelitian dan variabel yang telah disebutkan diatas ada tiga sumber yang akan dijaring untuk keperluan penelitian ini, yaitu data tentang hasil belajar Matematika (Y) sebagai variabel terikat yang diberikan kepada 48
siswa kelas VIII setiap SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berupa tes akademik dengan menggunakan instrumen tes berupa isian singkat dari soal pelajaran Matematika kelas VIII, konsep diri (X 1) diberikan kepada siswa kelas VIII dengan mengisi angket (kuesioner) dengan menggunakan instrumen kuesioner, dan minat belajar Matematika (X2) yang diberikan kepada siswa kelas VIII dengan cara mengisi angket (kuesioner) dengan menggunakan instrumen kuesioner yang keduanya adalah sebagai variabel bebas.
E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam a. Definisi konseptual Hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan Ilmu murni yang didasarkan pada bahan kajian Matematika”. b. Definisi Operasional Hasil belajar Matematika dalam penelitian ini, merupakan perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden, suatu tingkat keberhasilan peserta didik di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Terdapat beberapa indikator prestasi belajar yang dijadikan ukuran dalam penelitian ini sebagaimana tergambar pada format penilaian prestasi belajar
49
Matematika. Indikator dari test Matematika tersebut meliputi: 1) Faktorisasi
suku Aljabar; 2) Fungsi dan grafik fungsi; 3)
Persamaan garis lurus; 4) Sistem persamaan linear dua variabel; 5) Garis-garis pada segitiga; 6) Lingkaran; 7) Garis singgung lingkaran Fokus yang dinilai dalam indikator test hasil belajar Matematika peserta didik SMP Negeri sebagaimana disebutkan di atas, adalah: 1) Faktorisari suku Aljabar, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan memahami soal faktorisasi susku Aljabar dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. 2) Fungsi dan grafik fungsi, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan tentang fungsi dan grafik fungsi. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula nilainya. 3) Persamaan garis lurus, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik di dalam menjawab pertanyaan atau soal tentang persamaan garis lurus. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula nilai yang didapatnya. 4) Sistem persamaan linear dua variabel, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik di dalam menjawab soal tentang sistem persamaan linear dua variabel.
50
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula nilainya.. 5) Garis-garis pada segitiga, difokuskan untuk mengetahui seberapa besar daya serap peserta didik didalam menjawab soal tentang garis-garis pada segitiga. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin besar pula nilainya. 6) Lingkaran, difokuskan untuk mengetahui seberapa besar dalam menjawa soal tentang lingkaran. Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin tinggi pula nilainya.
c. Kisi-kisi instrument Hasil Belajar Matematika Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap hasil belajar Matematika yang diukur dengan menggunakan skala Likert, kemungkinan jawaban dibagi menjadi 5 rentangan masing-masing rentangan mempunyai skor seperti ditampilkan pada tabel pemberian skor tiap indikator di bawah ini. Masing-masing butir mempunyai satu jawaban. Berikut ini peneliti menyajikan tabel kisi-kisi instrument hasil belajar Matematika: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika No 1
Materi Faktorisasi suku Aljabar
Indikator a. Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk Aljabar b. Menyelesaikan operasi
Nomor Butir Tes 1,2,3 4
Jml 3 1
51
No
2
3
4
5
Materi
Fungsi dan grafik Fungsi
Persamaan garis lurus
Sistem persamaan linear dua variabel
Garis – garis pada Segitiga
Indikator kali, bagi dan pangkat pada bentuk Aljabar
5,6,7,13, 14
5
8
1
a. Mengenal pengertian dan menentukan gradien dalam berbagai bentuk b. Menentukan persamaan garis lurus yang melalui dua titik, melalui satu titik dengan gradient tertentu Menggambar grafik garis lurus a. Mengenal SPLDV b. Menentukan akar SPLDV dengan subtitusi dan eliminasi
9,11
2
10,16
2
18,20, 21
3
12, 22
2
23
1
25
1
24
1
26,27
2
28
1
29,30
2
15,17
2
a.
c.
7
Lingkaran
Garis singgung Lingkaran
Jml
a. Menyelesaikan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi b. Menghitung nilai fungsi
b.
6
Nomor Butir Tes
Menghitung panjang sisi-sisi segitiga sikusiku Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku (30◦, 45, 60) Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa
a. Menyebutkan unsurunsur dan bagian-bagian lingkaran b. Menghitung keliling dan luas lingkaran a. Mengenali garis singgung persekutuan
52
No
Materi
Indikator dalam dan persekutuan luar dua lingkaran b. Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dan persekutuan luar
Nomor Butir Tes 19
1
Jumlah
30
d. Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar Matematika (Y) Khusus untuk instrument hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII (Y) tidak dilakukan kalibrasi, karena menggunakan instrument yang sudah dibakukan dalam format penilaian hasil belajar matematika.
Kalibrasi instrumen prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa yang menjawab pertanyaan dari pilihan ganda akan mendapatkan nilai 1 (satu): Benar
diberi nilai satu
Dan begitu pun sebaliknya apabila menjawab pertanyaan salah maka mendapatkan nilai 0 (nol): Salah
Jml
diberi nilai nol
1) Validitas Butir Instrumen Hasil Belajar Matematika berupa tes isian yang terdiri dari 30 butir tes. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 10 sampai dengan 30. Validitas butir instrumen ditentukan
53
dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung >r
tabel,
maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel, maka
butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak digunakan
dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r
tabel
Pearson’s Product
Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan α = 0,05. Uji validitas instrumen hasil belajar Matematika dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII diketahui dari 30 butir tes semua butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian sebanyak 30 butir tes. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 10 sampai dengan 30.
Tabel 3.3 Validitas Butir Hasil Belajar Matematika Item-Total Statistics Item
Scale Scale Mean Variance if if Item Item Deleted
Deleted
Corrected Keterangan Item-Total Correlation
Item1
14.5000
18.328
0,416
Valid
Item2
14.4667
18.878
0,389
valid
Item3
14.5000
18.466
0,383
valid
Item4
14.5000
18.879
0,387
Valid
54
Item-Total Statistics Item
Scale Scale Mean Variance if if Item Item Deleted
Deleted
Corrected Keterangan Item-Total Correlation
Item1
14.5000
18.328
0,416
Valid
Item2
14.4667
18.878
0,389
valid
Item3
14.5000
18.466
0,383
valid
Item4
14.5000
18.879
0,387
Valid
Item5
14.5000
18.328
0,416
Valid
Item6
14.5000
18.397
0,399
Valid
Item7
14.5000
18.466
0,583
Valid
Item8
14.5333
18.395
0,398
Valid
Item9
14.4667
18.051
0,487
Valid
Item10
14.4667
18.189
0,653
Valid
Item11
14.4667
17.223
0,494
Valid
Item12
14.5000
17.224
0,486
Valid
Item13
14.5000
16.672
0,628
Valid
Item14
14.5000
18.121
0,365
Valid
Item15
14.4667
16.947
0,565
Valid
tem16
14.4667
17.016
0,547
Valid
Item17
14.5667
16.599
0,641
Valid
Item18
14.5667
17.357
0,448
Valid
Item19
14.5667
17.426
0,430
Valid
Item20
14.6333
17.275
0,474
Valid
Item21
14.6000
17.559
0,399
Valid
Item22
14.7333
18.823
0,411
Valid
Item23
14.7333
18.616
0,561
Valid
Item24
14.6667
19.057
0,448
Valid
Item25
14.6667
19.885
0,440
Valid
Item26
14.7000
20.562
0,790
Valid
Item27
14.7000
20.010
0,768
Valid
Item28
14.6667
20.989
0,378
Valid
Item29
14.6000
21.145
0,405
Valid
Item30
14.7000
20.976
0,379
Valid
Dari output diatas dapat dilihat bahwa 30 butir tes dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. 55
2) Reliabilitas Instrumen Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen Hasil belajar Matematika yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 Penghitungan
reliabilitas
instrumen
variabel
Hasil
belajar
Matematika sebanyak 30 butir menghasilkan rii = 0,837
Tabel 3.4 Reliability Instrumen Hasil Belajar Matematika Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0.837
30
Dari hasil di atas, ternyata (0,837 > 0,7) maka disimpulkan Instrumen prestasi belajar (Y) reliabel
2. Konsep Diri (X1) a. Definisi Konseptual Berdasarkan paparan tentang kreatifitas siswa pada Bab II disimpulkan sebagai konseptual, “Konsep diri adalah suatu keadaan
56
yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.” Konsep diri bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan. Perkembangan konsep diri adalah dibentuk dan salah satu landasan esensial yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai sesuatu. Sejak pertumbuhannya, telah tampak betapa besarnya pengaruh lingkungan
terhadap
perkembangan
intelektualnya.
Sistem
persekolahan dan juga banyak kehidupan rumah tangga sering ditandai oleh ambisi mewujudkan hasil belajar matematika peserta didik yang optimal. b. Definisi Operasional Konsep diri siswa dalam penelitian ini, merupakan perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden, mengenai keinginan dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab sebagai peserta didik . Konsep diri siswa dalam penelitian ini meliputi: 1) Percaya diri; 2) Harga diri; 3) Kompeten; 4) Daya tarik; 5) Semangat; 6) berprestasi; 7) Keyakinan. Fokus yang dinilai dalam indikator kreatifitas siswa sebagaimana disebutkan di atas adalah: 1) Percaya diri, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk memiliki kepercayaan diri. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep dirinya dalam
57
belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri belajarnya. 2) Harga diri, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk menuangkan harga diri. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya. 3) Kompeten, difokuskan untuk mengetahui seberapa jauh hal-hal yang belum di ketahui peserta didik untuk memiliki rasa kompeten. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.
4) Daya tarik, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk memiliki daya ketertarikan pada matematika. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya. 5) Semangat, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi semangat peserta didik dalam belajar matematika . Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.
58
6) Berprestasi, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk memahami hubungan baru. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya. 7) Keyakinan, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik memiliki suatu keyakinan mampu memahami matematika. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar matematika. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya. c. Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap kreatifitas siswa peserta didik diukur menggunakan skala Likert, dengan kemungkinan jawaban dibagi menjadi 5 rentangan. Masing-masing rentangan mempunyai pengertian selalu/sering sekali, sering, kadang-kadang, sangat jarang, dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi instrument kreatifitas peserta didik.
1 2 3 4
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Konsep diri(X1) Nomor Butir Indikator Kreatifitas Siwa Positif (+) Negatif (-) Percaya diri 1, 2 3 Harga dri 4, 5 6, 8 Kompeten 9, 10, 16 17, 20, 22 Daya tarik 11, 12, 13 14, 21
Jumlah 3 4 6 5 59
Nomor Butir Positif (+) Negatif (-) 5 Semangat 15, 18 25 6 Berprestasi 23, 26, 27 28, 29, 30 7 Keyakinan 7, 29 24 Jumlah 17 13 d. Kalibrasi Instrumen Prestasi Belajar (Y) Indikator Kreatifitas Siwa
Jumlah 3 6 3 30
Instrumen kreatifitas siswa (X1) dikembangkan dalam bentuk penyataan. Apabila pernyataan tersebut bersifat positif maka penilaiannya adalah sebagai berikut: Selalu
diberi bobot 5
Sering
diberi bobot 4
Kadang-kadang
diberi bobot 3
Sangat jarang
diberi bobot 2
Tidak pernah
diberi bobot 1
Apabila penyataan tersebut bersifat negatif, maka penilaiannya adalah sebagai berikut: Tidak pernah
diberi bobot 5
Sangat jarang
diberi bobot 4
Kadang-kadang
diberi bobot 3
Sering
diberi bobot 2
Selalu
diberi bobot 1
1) Validitas Butir Instrumen kreatifitas siswa berupa pernyataan terdiri dari 30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoritik antara
60
30 sampai dengan 150. Valitidas butir instrumen ditentukan dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung >r
tabel,
maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel, maka
butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak digunakan
dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r
tabel
Pearson’s Product
Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan α = 0,05. Uji validitas instrumen konsep diri dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen konsep diri diketahui dari 30 butir pernyataan semua butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 30 sampai dengan 150.
Tabel 3.6 Validitas Butir Item-Total Statistics Item
Scale
Scale Mean if Variance if Corrected Keterangan Item Item Item-Total Deleted Deleted Correlation
Item1
112.6333
356.447
0,379
valid
Item2
112.5333
348.809
0,569
valid
Item3
112.5333
352.051
0,521
valid
61
Item-Total Statistics Item
Scale
Scale Mean if Variance if Corrected Keterangan Item Item Item-Total
Item4
Deleted 112.6000
Deleted Correlation 346.662 0,594
Item5
112.3667
344.102
0,713
Valid
Item6
112.3333
342.713
0,739
Valid
Item7
112.4333
341.220
0,773
Valid
Item8
112.5000
339.914
0,758
Valid
Item9
112.2667
344.340
0,762
Valid
Item10
112.2667
345.789
0,755
Valid
Item11
112.5000
344.741
0,674
Valid
Item12
112.3000
345.183
0,752
Valid
Item13
112.2667
344.340
0,691
Valid
Item14
112.3333
351.126
0,602
Valid
Item15
112.2333
353.978
0,521
Valid
Item16
112.2333
348.737
0,675
Valid
Item17
112.1333
343.499
0,772
Valid
Item18
112.2333
345.978
0,659
Valid
Item19
112.4000
343.352
0,756
Valid
Item20
112.4667
339.154
0,761
Valid
Item21
112.4667
340.326
0,729
Valid
Item22
112.7333
338.823
0,774
Valid
Item23
112.4667
342.809
0,636
Valid
Item24
112.5667
336.047
0,821
Valid
Item25
112.5667
339.082
0,738
Valid
Item26
112.7000
339.803
0,812
Valid
Item27
112.6333
339.551
0,739
Valid
Item28
112.7667
344.047
0,651
Valid
Item29
112.6333
348.102
0,571
Valid
Item30
112.5667
350.254
0,494
Valid
Valid
62
Dari output diatas dapat dilihat bahwa 30 butir pernyataan dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. 2) Reliabilitas Instrumen Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen minat belajar siswa yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17. Penghitungan reliabilitas instrumen variabel konsep diri sebanyak 30 butir pernyataan menghasilkan rii = 0,965
Tabel 3.7 Reliability Instrumen Konsep Diri Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
0.965
30
Dari hasil di atas, ternyata (0,965 > 0,7) maka disimpulkan instrumen konsep diri (X1) reliabel
3. Minat Belajar Siswa (X2) a. Definisi Konseptual
63
Berdasarkan paparan tentang minat belajar siswa pada bab II dapat disimpulkan secara konseptual minat belajar siswa adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Kurangnya minat belajar adalah salah satu akar penyebab kurangnya kemauan siswa untuk mempelajari materi yang diterima secara berkesinambungan. Orang-orang dengan minat belajar yang rendah cenderung lemah, tidak berdaya, gagal dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Oleh karena itu, mereka yang minat belajarnya yang rendah menjadi ancaman bagi kemajuan ilmu pengetahuan, karena anak itu memiliki minat belajar yang kurang untuk berlaku sebaliknya.
b. Definisi Operasional Minat
belajar
siswa dalam
penelitian
ini,
merupakan
perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden mengenai minat belajar siswa. Minat belajar siswa dalam penelitian ini meliputi: 1) sosialisai dengan teman; 2) sopan santun; 3) memahami perasan orang lain; 4) belajar mempercayai; 5) bekerjasama dengan temanteman; 6) belajar menyelesaikan masalah; 7) mengungkapkan rasa kasih sayang. Fokus yang dinilai dalam indikator kecerdasan interpersonal sebagaimana disebutkan di atas adalah:
64
1) Sosialisasi dengan teman, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif sosialisasi dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 2) Sopan santun, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif sopan santun dengan teman dan guru di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 3) Memahami perasaan orang lain, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif dalam memahami perasaan orang lain dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 4) Belajar mempercayai, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif dalam belajar mempercayai dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 5) Bekerjasama dengan teman, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif bekerjasama dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 6) Belajar menyelesaikan masalah, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif dalam belajar menyelesaikan masalah dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat
65
minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. 7) Mengungkapkan
rasa
kasih
sayang,
difokuskan
untuk
mengetahui seberapa kondusif dalam mengungkapkan rasa kasih sayang dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar. c. Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap minat belajar diukur menggunakan skala Likert, dengan kemungkinan jawaban dibagi menjadi
5
rentangan.
Masing-masing
rentangan
mempunyai
pengertian selalu, sering, kadang-kadang, sangat jarang dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi instrumen minat belajar: Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar No 1 2 3 4 5 6 7
Nomor Butir Positif (+) Negatif (-) Sosialisasi dengan teman 4, 15 16, 17 Sopan santun 8, 9, 20 23 Memahami perasaan orang lain 5, 6, 7 11 Belajar mempercayai 1, 2, 3 24, 25 Bekerjasama dengan teman 10, 14 18 Belajar menyelesaikan 22, 26, 27, 28 29, 30 Masalah Mengungkapkan rasa kasih 12, 13, 19 21 Sayang Jumlah 20 10 Indikator Minat Belajar
Jumlah 4 4 4 5 3 6 4 30
66
d. Kalibrasi Instrumen Minat Belajar Instrumen Minat Belajar (X2) dikembangkan dalam bentuk penyataan. Apabila pernyataan tersebut bersifat positif maka penilaiannya adalah sebagai berikut: Selalu
diberi bobot 5
Sering
diberi bobot 4
Kadang-kadang
diberi bobot 3
Sangat jarang
diberi bobot 2
Tidak pernah
diberi bobot 1
Apabila penyataan tersebut bersifat negatif, maka penilaiannya adalah sebagai berikut: Tidak pernah
diberi bobot 5
Sangat jarang
diberi bobot 4
Kadang-kadang
diberi bobot 3
Sering
diberi bobot 2
Selalu
diberi bobot 1
1) Validitas Butir Instrumen minat belajar berupa pernyataan terdiri dari 30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoritik antara 30 sampai dengan 150. Valitidas butir instrumen ditentukan dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan harga kritis r Pearson’s Product Moment pada N = 30. Jika r hitung > r 67
tabel,
maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r
tabel
Pearson’s Product
Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan α = 0,05. Uji validitas instrumen minat belajar dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen minat belajar diketahui dari 30 butir pernyataan semua butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 30 sampai dengan 150.
Tabel 3.9 Validitas Butir Minat Belajar Item-Total Statistics Item
Scale Scale Mean Variance if Corrected Keterangan if Item Item Item-Total Deleted Deleted Correlation
Item1
111.8333
320.144
0,491
Valid
Item2
111.6000
319.490
0,436
Valid
Item3
111.4000
317.352
0,462
Valid
Item4
111.4667
312.189
0,614
Valid
Item5
111.4333
312.254
0,601
Valid
Item6
111.6000
305.628
0,735
Valid
Item7
111.6333
307.964
0,684
Valid
Item8
111.5667
310.806
0,701
Valid
Item9
111.6000
310.248
0,677
Valid 68
Item-Total Statistics Item
Scale Scale Mean Variance if Corrected Keterangan if Item Item Item-Total
Item10
Deleted 111.5667
Deleted Correlation 305.013 0,790
Item11
111.5333
311.430
0,637
Valid
Item12
111.6000
311.145
0,677
Valid
Item13
111.7333
313.513
0,651
Valid
Item14
111.8000
315.062
0,616
Valid
Item15
111.8333
311.040
0,790
Valid
Item16
111.8333
310.902
0,717
Valid
Item17
111.8667
312.947
0,715
Valid
Item18
111.9000
313.955
0,715
Valid
Item19
111.8333
310.144
0,780
Valid
Item20
111.8667
307.913
0,812
Valid
Item21
111.8667
308.257
0,800
Valid
Item22
111.6000
310.938
0,656
Valid
Item23
111.5333
312.257
0,668
Valid
Item24
111.4333
314.323
0,616
Valid
Item25
111.5333
313.637
0,623
Valid
Item26
111.5000
318.190
0,486
Valid
Item27
111.6333
312.240
0,730
Valid
Item28
111.6333
315.413
0,586
Valid
Item29
111.6000
315.972
0,611
Valid
Item30
111.6667
317.195
0,544
Valid
Valid
2) Reliabilitas Instrumen Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen minat belajar yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak valid
tidak
digunakan
dalam
penelitian
sehingga
tidak
69
diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17. Penghitungan reliabilitas instrumen variabel kecerdasan interpersonal sebanyak 30 butir pernyataan menghasilkan rii = 0,960
Tabel 3.10 Reliabilitas Instrumen Minat Belajar Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
0.960
30
Dari hasil di atas, ternyata (0,960 > 0,7) maka disimpulkan instrumen minat belajar (X2) reliabel
F. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data Teknik analisis deskriptif adalah suatu metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif merupakan suatu analisis yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak sama sekali menarik kesimpulan (inferensial) apapun tentang gugus data induknya yang lebih besar. Menurut Supardi (2012:31), Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan suatu gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
70
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Teknik analisis deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan obyek penelitian secara sistematis dan akurat apa adanya tanpa melakukan manipulasi terhadap fakta yang ada, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Yatim Riyanto bahwa penelitian deskriptif adalah: “Penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, faktafakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.” Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan, dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui harga skor minimum, jangkauan (range), mean, median, modus, standar deviasi dan varian dari masing-masing variabel. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut dideskriptifkan dalam daftar frekuensi masing-masing variabel yang kemudian divisualkan dalam bentuk histogram. Sedangkan analisis statistik inferensial dibutuhkan untuk pengujian hipotesis dan generalisasi penelitian. Demikaian juga menurut Supardi (2012:31), menyatakan bahwa dalam statistika deskriptif dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa, tabel kontigensi maupun distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang,penjelasan kelompok melalui ukuran letak berupa nilai modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui rentang, variansi dan simpangan baku.
71
2. Analisis Regresi Ganda Model Analisis Regresi adalah salah satu model kausal yang menganalisis suatu fenomena adanya hubungan kausal minimal antar dua variable X dan Y, dimana X memberikan pengaruh kepada Y melalui persamaan Y=a + b.X + e. Hal ini dapat juga dikaji dari berbagai definisi atau pengertian yang ditulis oleh berbagai makalah dan rujukan sebagai berikut.
Regression is used to relate several explanatory variables (X's) to a response variable (Y) Statistical tool used in predicting future values of a target (dependent) variable on the basis of the behavior of a set of explanatory factors (independent variables). A type of regression analysis model, it assumes that the target variable is not chaotic or random and, hence, predictable. Statistical model that relates the dependent variable (sales, for example) to one or more independent variables (advertising and income, for example). Regresi merupakan hubungan kausal beberapa variabel independen (X’s) yang menjelaskan ke satu variabel dependen (Y). Bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa hubungan pengaruh beberapa variabel independen (X’s) terhadap satu variabel independen (Y).
Model regresai dapat
dipergumakan untuk prediksi kedepan misalnya hasil penjualan sebagai Y dapat diprediksi kedepan bedasarkan biaya iklan (X1) dan pendapatan (X2) masyarakat. Analisis regresi yang mempunyai dua independen variable atau lebih disebut analisis regresi ganda.
Kerangka analisis ini biasanya dituliskan
sebagai berikut Y = b₀ + b₁X₁ + b₂X₂ + . . . + bkXk + Ɛ. Berbagai asumsi biasanya diikutsertakan dalam analisis regresi ini, bahkan acapkali di
72
pergunakan sebagai persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan ini banyak silang pendapat, diantaranya sebagaimana diuraikan dibawah ini. Asumsi yang diajukan oleh Gorard yang dikutip oleh Cohen2007 dkk mencakup butir butir sebagai berikut.
1) 2) 3) 4) 5)
Semua data berasal dari sampel yang dipilih secara random; Paling tidak variabel independen merupakan angka riil; Tak ada outlier; Semua variabel diukur dengan benar tanpa ada kesalahan; Ada hubungan linear antara variabel dependen dengan variabelvariabel inde[endennya; 6) Variabel dependen mengikuti distribusi normal, atau minimal terpenuhi asumsi berkut; 7) Galat mengikuti distribusi normal; 8) Varians setiap variabel konsisten vs variabel lainnya, atau minimal terpenuhi asumsi berikut; 9) Galat dari variabel dependen terkait dengan setiap variabel independen mempunyai varians yang konstan; 10) Galat tidak berkorelasi dengan variabel variabel independen nya; 11) Galat mempunyai rata rata nol dan berkorelasi secara linear dengan variabel dependennya; 12) Tak ada sutupun variabel independen kolinear dengan variabelvariabel independen lainnya; 13) Korelasi antar galat sama dengan nol. Selanjutnya dari 13 butir asumsi di atas, kemudian dipadatkan menjadi tujuh butir berikut ini sebagaimana pada Cohen dkk. 1) 2) 3) 4)
Data berasal dari sampel yang dipilih secara random; Data mempunyai skala interval atau rasio; Tak ada outlier; Hubungan linear antara variabel dependen dengan variabelvariabel independen; 5) Variabel dependen mengikuti distribusi normal, atau minimal asumsi berikut terpenuhi; 6) Galat mengikuti distribusi normal; dan 7) Tak ada kolinearitas.
73
Lebih lanjut Gujarati dalam karangan bukunya yang berjudul Essentials of Econometrics menyebutkan bahwa persyaratan dalamregresi ganda adalah (1) semua variabel independen non stochastik (2). Rata rata galat sama dengan nol dg variance konstan, dan mengikuti distribusi normal yang dapat dituliskan sebagai berikut ei≈N(µ¸σ²) (3).Homoscedasticity (4).No exact multicollinearity. Hal serupa Intrilgator. M. D. dalam bukunya yang berjudul Econometric Models, Techniques, and Applications. Menuliskan bahwa asumsi atau persyaratan dalam regresi ganda (1).multikolinearitas, (2).heteroscedastisiti, (3). Galat atau e mengikuti ditribusi normal dengan rata rata nol dan simpangan baku sigma (σ). Dalam penelitian ini akan dilakukan uji persyaratan sebagai pemenuhan asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi ganda pada hal yang sangat penting secara praktis sebagaimana diutarakan pada ringkasan Cohen, Gujarati dan Intriligator. Uji persyaratan yang dimaksud adalah uji (1). normalitas galat, (2) uji persyaratan multikolineariti, (3) uji persyaratan heteroskedastisiti. Jadi penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Variabel dependen adalah prestasi belajar matematika (Y), dan variabel independen ada dua ialah konsep diri (X1) dan minat belajat (X2). Sebelum analisis regresi diaplikasikan, uji persyaratan dilakukan terlebih dahulu. Uji tersebut mencakup: (i) (ii) (iii)
uji homogenitas varian atau tak ada heteroskedastisitas, uji multikolineariti antar variabel independen, uji normalitas galat taksiran regresi e≈N(µ,σ),
74
Uji homoskedastisitas atau data tidak menggerombol-gerombol dengan metode pola grafik. Dalam pola grafik, disajikan grafik Z-resid sebagai sumbu Y dan Z-Pred sebagai sumbu X. Data homoskedastis jika grafik menunjukkan tak ada pola yang sistimatis.
Uji multikolineariti dengan uji tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kolinieritas tidak ada jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10 , atau TOL < 0,1. Hal ini berarti dilai
Beberapa indikator adanya multikolinearitas ntr variabel independen dalam suatu model regresi ganda dpat dilihat pada butr butr berikut, yng disarikan dari berbagai buku ekonometri pada dtr pustkan tesis ini. Datar indikator ini adalah sebagai berikut. 1. Large changes in the estimated regression coefficients when a predictor variable is added or deleted 2. Insignificant regression coefficients for the affected variables in the multiple regression, but a rejection of the joint hypothesis that those coefficients are all zero (using an F-test) 3. Some authors have suggested a formal detection-tolerance or the Condition Number Test: The standard measure of ill-conditioning in a matrix is the condition index. It will indicate that the inversion of the matrix is numerically unstable with finite-precision numbers ( standard computer floats and doubles ). This indicates the potential sensitivity of the computed inverse to small changes in the original matrix. The Condition Number is computed by finding the square root of (the maximum eigenvalue divided by the minimum eigenvalue). If the Condition Number is above 30, the regression is said to have significant multicollinearity. [2] 4. Farrar-Glauber Test: If the variables are found to be orthogonal, there is no multicollinearity; if the variables are not orthogonal, then multicollinearity is present.
75
5. Construction of a pair-wise correlation matrix will yield indications as to the likelihood that any given couplet of right-hand-side variables are multi-collinear. Correlation values .4 and higher can indicate a multicollinierity issue, but sometimes variables may be correlated as high as .8 without causing such issues. Allison membuat kriteria praktis yang biasa disebut rule of thumb yang dituliskan bahwa VIF lebih besar dari 10 dengan Tol kurang daro 0,10 merupakan acuan sempurna atau acuan ideal. Tetapi aturan rule of thumb yang diajukan oleh Allison bahwa VIF lebih besar dari 2,5 dan Tol kurang dari 0,40 dapat digunakan secarap raktis. Penelitian ini menggunakan criteria yang dajukan oleh Allison (2003) tersebut.
76
BAB IV HASIL ANALISIS
A.
Diskripsi Data Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang responden yang digunakan
untuk mengukur tiga variabel, yaitu konsep diri (X1) dan minat belajar (X2) sebagai variabel bebas, serta prestasi belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII (Y) sebagai variabel terikat, dengan kompilasi data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini. Deskripsi data dari tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Statstik Variabel Konsep Diri, Minat Belajar, dan Hasil Belajar Statistics N Valid Mean Median Mode Std. Deviation KV Skewness Kurtosis Range Minimum Maximum X1 X2 Y
X1
X2
Y
30 117.13 120.00 a 102 18.20
30 114.17 115.00 a 110 16.97
30 19.03 19.00 19 4.63
15.54 -.490 .160 80 70 150
14.87 .097 -.190 70 80 150
24.35 .289 .156 20 10 30
Konsep Diri Minat Belajar Belajar Matematika
77
Berdasarkan data statistik pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketiga variable penelitian X1 adalah konsep diri , X2 adalah minat belajar siswa, dan Y adalah hasil belajarmata pelajaran maematika. Penelitian ini memilih sampel dari dua sekolah sebanyak n = 30 siswa. Kemudian berdasarkan jumlah skor masing masing jawaban dari tiga variable tersebut menunjukkan angka angka statistik yang dapat di narasikan sebagai berikut. Ketiga variabel secara berurutan dari variable konsep diri (X1), variable minat belajar (X2), dan variable prestasi belajar matematika (Y) mempunyai jumlah skor jawaban minimum 70, 80, dan 10. Selanjutnya secara berurutan pula mempunya jumlah skor jawaban maximum 150, 150, dan 30. Sehingga masing masing mempunyai nilai beda maksimum dan minimum atau biasa disebut range atau jangkauan secara berurutan adalah 80, 70, dan 20. Ketiga variabel ini secara berurutan pula mempunyai nilai rata rata sebesar 117,13 untuk konsep diri (X1), 114,17 untuk minat belajar (X2), dn 19,03 untuk prestasi belajar matematika (Y). Kemudian secara berurutan pula mempunyai nilai median, yang merupakan nilai tengah setelah data diurutkan, ialah 120 untuk variabel konsep diri, 115 untk variabel minat belajar, dan 19 untuk vriabel prestasi belajar matematika. Angka ini menunjukkan bahwa 50 persen siswa mempunyai jawaban kurang dari nilai
78
median tersebut, untuk masing masing variabel yang bersangkutan. Menurut statistik modus, menunjukkan bahwa mayoritas siswa mempunyai jumlah skore jawaban pada konsep diri sebesar 102, kemudian mayoritas jawaban siswa pada minat belajar sama dengan 110, dan mayoritas nilai prestasi belajar matematika sebesar 19. Menurut ukuran dispersi dengan ukuran standar deviasi menunjukkan bahwa secara berurutan variabel konsep diri mempunyai standar deviasi sebesar 18,20 , variabel konsep diri mempunyai standar deviasi 16,97 , dan variabel pertasi belajar mempunyai standar deviasi sebesar 4,63. Selanjutnya untuk membanding variabel mana yang lebih heterogen dengan menggunakan angka statistic koefisien variasi ialah dihitung berdasarkan rasio antara standar deviasi dengan rata ratanya, kemudian dikalikan 100 persen. Dari ketiga variabel penelitin ini menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar matematika paling heterogen dengan koefisien variasi sebesar 24,35 persen, dibanding dengan variabel konsep diri yang mempunyai koefies variasi sebesar 15,54 persen, reatif hampir sama dengan heterogenitas variabel minat belajar matematika dengan angka koefisien variasi sebesar 14,87 persen. Kemudian jika dilihat dari distribusi menunjukkanbahwa variabel konsep diri mempunyai distribusi menceng kekiri, yang ditandai dengan angka statistik skewness masing masing negative ialah -0.49 dan -0,709. Variabel minat belajat dan variabel prestasi belajar cenderung menceng kekanan dengan nilai skewness positive, masing masing adalah 0,097 dan 0,389. Jika dilihat keruncingannya atau kurtosisnya, menunjukkan bahwa variabel konsep diri cenderung meruncing, ditandai nila kurtosisnya positive
79
ialah 0,160. Variabel minat belajar menunjukkan pola distribusi yang mendatar, hal ini ditandai nilai kurtosis negative, ialah sama dengan -0,190. Sedangkan variabel prestasi belajar matematikan mempunyai pola yang meruncing, ditandai dengan nilai kurtosis positive, ialah sama dengan 0,156.
B. Uji Persayaratan Analisis Regresi Persamaan regresi ganda diselaraskan pada data yang ada dengan menggunakan program SPSS menghasilkan berbagai table. Table-tabel tersebut terdiri dari tabel pokok maupun tabel penunjang. Tabel pokok terdiri 2
dari tiga table, ialah (i).Table Summary yang berisi R dan R (ii).Table ANOVA untuk menguji pengaruh variabel variabel independen terhadap variabel dependennya. Juga untuk menguji tuna cocok, dan menguji 2
signifikansi R dan R (iii).Tabel koefisien regresi ganda yang terdiri dari koefisien regresi unstandardized maupun standardized, standar error, nilai uji t, dan nilai Sig. Adapun table penunjang yang dapat dipergunakan untuk pengujian asumsi maupun persyaratan dalam analisis regresi ganda. Selanjutnya table penunjang atau option yang terpenting adalah (i).tabel descriptive statistics, (ii). tolerance, dan VIF, (iii).tes multikoleniariti, (iv).uji normalitas galat.
1.
Uji Multikolineariti. Variabel independen yang terdiri dari variable pengetahuan, variable gaya hidup, dan variable motivasi pada analisis regresi disyaratkan tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan criteria statistik
80
tolerance yang menyatakan bahwa variabel bebas dinyatakan tidak multikolinieritas apabila nilai TOL lebih kecil dari 0,1. Hal yang sama juga dikatakan bahwa kolinieritas tidak ada jika nilai VIF lebih besar dari 10. Bahkan dengan criteria Allison (2003) hanya disyaratkan VIF > 2,5 dan TOL < 0,40. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen ternyata tidak terdapat multikolinier, karena tolerance maupun VIF relative memenuhi kriteria diatas. Jadi kedua variabel konsep diri dan vaeriabel minat belajar tidak ada multikolinear. Sehingga analisis regresi dapat dipergunakan dalam peneltian ini.
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas TOL dan VIF Variablet Independen X1 X2
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0.11 9.05 0.11 9.05
2. Uji heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisiti dengan cara Pola Grafik dengan
menggambarkan
diagram
pencar
antara
galat
yang
distandardkan (Z-RESID) sebagai sumbu Y dengan nilai prediksinya atau Y topi yang distandarkan (Y-Pred) sebagai sumbu X. Gambar menunjukkan tak ada pola yang sistematis, dari nilay Z-RESID berapapun nilai Z_PRED. Berdasarkan analisis ini menunjukkan
81
bahwa data adalah homoskedastis. Sehingga aplikasi analisis regresi ganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pola heteroskedastisitas dalam aplikasi ini, sehingga asumsi data homogen dapat dipenuhi.
Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X )
3. Uji Normalitas Galat Uji normalitas galat dapat dilihat dari Tabel 4.3 tang menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa galat mengikuti distribusi normal ternyata dapat diterima. Nilai tes statistik Kolmogirov-Smirnov sama dengan KS=0,622 dan nilai Sig. (PValue)=0,833 > 0,05 yang berarti Ho diterima. Hal yang sama dapat juga secara visual dapat dilihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan bahwa gambar histogram data galat selaras dengan garis kurva
82
normalnya lihat Gambar 4.2 dan juga pada gambar P-P plot dimana titik titik data mengikuti garis diagonalnya lihat pada Gambar 4.3 . Tabel 4.3 Uji Normalitas Galat One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 30 a,b Normal Parameters Mean 19.03 Std. Deviation 4.45 Most Extreme Absolute .114 Differences Positive .067 Negative -.114 Kolmogorov-Smirnov Z .622 Asymp. Sig. (2-tailed) .833 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat
83
Gambar 4.3 P-P Plot Kumulatif Galat. Jadi galat normal regresi ganda mengikuti distribusi normal dengan rata-rata 0 dan standar deviasi 1,31 atau dapat dituliskan bahwa galat mengikuti distribusi N(0, 1,31). Selanjutnya galat yang distandardkan mempunyai rata rata sama dengan nol dan standar deviasinya sama dengan satu. Oleh karenanya analisis berikutnya dapat dilanjutkan. Analisis berikutnya adalah pengujian hipotesis penelitian yang mencakup tiga hipotesis.
Tabel 4. 4 Rata rata dan Standar Deviasi Galat Statistics n Mean Std. Deviation
Unstandardized Standardized Residual Residual 30 30 0.00 0.00 1.31 1,00
84
C. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan seperti ketentuan yang tertulis pada akhir Bab III. Hasil perhitungan dan pengujian bisa dilihat pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6. Tabel 4.5 Model Summary: R, dan R Squared (Koefisien Penentu) Model Summary Mode R R Square l a .959 1 .920 a. Predictors: (Constant), X2, X1
Adjusted R Square .914
Std. Error of the Estimate 1.359
Tabel 4.6 Analysis of Variance Signifikansi Pengaruh Variabel Independen secara bersama sama terhadap Variabel Dependen Y a ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
2 27
286.540 1.848
Regression Residual
573.079 49.888
Total
622.967 29 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
Sig. b
.000
155.080
Tabel 4.7 Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi secara Parsial
Variabel Independen
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B -10.690 .116
Std. Error 1.717 .042
X2 .142 a. Dependent Variable: Y
.045
(Constant) X1
t
Sig.
Beta .454
-6.225 2.770
.000 .010
.519
3.171
.004
85
1. Pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2) secara bersamasama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y) Hipotesis pengaruh ini adalah : H0 : βy1 = βy2 = 0 H1 : βy1 ≠ 0 dan βy2 ≠ 0 dan ; artinya : H0:
tidak terdapat pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2) secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
H1:
terdapat pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2) secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Fo = 155,08 dan Sig. =0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho tidak dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis penelitian dapat diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika .
2. Pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y) Hipotesis pengaruh ini adalah : H0 : βy1 = 0 H1 : βy1 ≠ 0
;
artinya :
H0 H1
: tidak terdapat pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y). : terdapat pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y).
86
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai to = 2,770 dan Sig. =0,010 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho tidak dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis penelitian dapat diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika .
3. Pengaruh Minat Belajar (X2) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y) Hipotesis pengaruh ini adalah : H0 : βy2 = 0 H1 : βy2 ≠ 0
;
artinya : H0 H1
: tidak terdapat pengaruh Minat Belajar (X2) Belajar Matematika (Y) : terdapat pengaruh Minat Belajar (X2) Belajar Matematika (Y)
terhadap Prestasi terhadap Prestasi
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai to = 3,171 dan Sig. =0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho tidak dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis penelitian dapat diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,581 dan Sig.=0,012 < 0,05
87
D. Diskusi Hasil 1.
Hipotesis Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh konsep diri dan
minat belajar baik secara parsial/ individu mauun secara bersama sama terhadap prestasi belajar matematka. Jika dilihat dari nilat t o statistic menunjukkan bahwa variabel konsep diri dengan nilai to = 2,770 dan Sig. =0,010 < 0,05 sedangkan variabel minat belajar mempunyai to = 3,171 dan Sig. =0,004 < 0,05. to = 3,171 dan Sig. =0,004 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel minat belajar mempunyai nilai to lebih besar dibandingkan dengan nilai to konsep diri. Atau sebailknya variabel minat belajar mempunyai nilai Sig. lebih kecil dibandingkan dengan nilai Sig. konsep diri. Maka mempunyi makna bahwa variabel minat belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar matematik lebih signifikan dibandingkan pengaruh variabel konsep diri terhadap restasi belajar matematika.
2.
Persamaan Regresi Selanjutnya jika dikaji lebih lanjut berdasarkan koefisien partial
correlation (korelasi parsial) yang menunjukkan bahwa korelasi antara dependen dengan salah satu variabel independen setelah dihilangkan pengaruh korelasi variabel independen lainnya. Atau korelasi antara variabel dependen dengan salah satu variabel independen, setelah pengaruh hubungan linear variabel-variabel Selanjutnya persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut.
88
i). Ŷ = -10,69 + 0.116 X1 + 0,142 X2 *
*
*
ii). Ŷ = 0,454 X 1 + 0,519 X 2 ;
dimana
*
Y =
Y−Y Sy
X −X
dan X = Sx *
Persamaan yang pertama i). adalah persamaa dari data mentah, atau data X1, X2, dan Y dari sata lapangan. Adapun persamaan yang kedua ii) adalah persamaan dimana semua variabel sudah ditransformasi ke data standar, ialah masing masing data disetiap variabel dikurangi rata ratanya dan kemudian dibagi dengan standar deviasinya. Berdasarkan persamaan pertama dapat dinarasikan sebagai berikut. Setiap kenaikan satu unit total skore konsep diri (X 1) akan berpengaruh kepda kenaikan prestasi belajar (Y) sebesar 0.116 unit total skore prestasi, ceteris paribus. Artinya variabel minat belajar (X2) tetap tidak berubah. Hal yang sama juga, setiap kenaikan satu unit total skore minat belajar (X 2) akan berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar (Y) sebesar 0.142 unit total skore prestasi, ceteris paribus. Artinya variabel konsep diri (X 1) tetap tidak berubah. Disini tidak dapat secara langsung dinyatakan bahwa pengaruh minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh konsep diri, walaupun nilai B variabel X2 lebih besar dibandingkan dengan nilai B pada variabel X1.
89
Berdasarkn persamaan kedua dapat dinarasikan sebagai berikut. Setiap kenaikan satu unit total skore yang sudah distandarkan konsep diri (X 1) akan berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar yang distandarkan (Y) sebesar 0.454 unit total skore prestasi yang distandarkan, ceteris paribus. Artinya variabel minat belajar yang distandarkan (X2) tetap tidak berubah. Hal yang sama juga, setiap kenaikan satu unit total skore minat belajar yang distandarkan (X2) akan berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar yang distandarkan (Y) sebesar 0.519 unit total skore prestasi yang distandarkan, ceteris paribus. Artinya variabel konsep diri yang distandarkan (X1) tetap tidak berubah. Disini dapat secara langsung dinyatakan bahwa pengaruh minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh konsep diri. Hal in dapat dibuktikan bahwa nilai Beta variabel X2 yang distandarkan lebih besar dibandingkan dengan nilai Beta pada variabel X1 yang distandarkan. Ialah Beta=0,519 lebih besar dbandingan nila Beta =0,454. Dari ahasan 1. dan 2. diatas menunjukkan bahwa variabel minat belajar lebih signifikanpengaruhnya terhadap prestasi belajar, dibandingkan dengan variabel konsep diri (hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai to minat belajar lebih besar dibandingkan dengan to konsep diri, atau Sig. minat belajar alebih kecil dibandingkan dengan tonkonsep diri). Kemudian variabel minat belajar juga pengaruhnya lebih besar dibandingkan variabel konsep diri hal ini data dilihat bahwa nilai Beta variabel minat belajar lebih besar dibandingkan dengan nilai beta konsep diri.
90
3.
Korelasi dan Koefisien
Determinasi 3.1 Koefisien Korelasi Selanjutnya jika dikaji lebih lanjut berdasarkan koefisien partial correlation (korelasi parsial) yang menunjukkan bahwa korelasi antara dependen dengan salah satu variabel independen setelah dihilangkan pengaruh korelasi variabel independen lainnya. Atau korelasi antara variabel dependen dengan salah satu variabel independen, setelah pengaruh hubungan linear variabel-variabel independen lainnya telah dihilangkan dari keduanya. Selanjutnya part correlation, juga dihitung untuk menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan salah satu variabel independen, setelah pengaruh hubungan linear variabel-variabel independen lainnya telah dihilangkan dari variabel independen tersebut. Part correlation juga disebut semipartial correlation. Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa korelasi antara konsep diri (X1) dengan prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,943 yang menunjukkan tingkat korelasi sangat kuat. Selanjutnya jika dilihat dari koefisien korelasi parsial menunjukkan angka yang lebih kecil ialah sama dengan 0,470. Angka ini adalah angka koefisen korelasi setelah pengaruh variabel minat belajar (X2) dihilangkan dari hubungan linear antara variabel prestasi belajar matematika (Y) dan variabel konsep diri (X1). Angka ini menunjukkan angka koefisien korelasi yang sebenarnya dalam keterkaitan hubungan antara variabel dependen prestasi belajar matematika (Y) dengan variabel variabel independen konsep diri (X1) dan minat beljar (X2).
91
Selanjutnya jika part correlation antara variabel konsep diri (X1) dengan prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,151, setelah pengaruh variabel minat belajar (X2) dihilangkan dari variabel konsep diri (X1) tersebut.
Tabel 4.8 Krelasi: Zero Order dan Parsial Variabel independen X1 X2
Correlations Zeroorder Partial .943 .470 .947 .521
Part .151 .173
Berdasarkan tabel diatas juga menunjukkan bahwa korelasi antara minat belajar (X2) dengan
prestasi belajar matematika (Y) sama dengan
0,947 yang menunjukkan tingkat korelasi sangat kuat. Selanjutnya jika dilihat dari koefisien korelasi parsial menunjukkan angka yang lebih kecil ialah sama dengan 0,521. Angka ini adalah angka koefisen korelasi setelah pengaruh variabel konsep diri (X1) dihilangkan dari hubungan linear antara variabel prestasi belajar matematika (Y) dan variabel minat belajar (X2). Angka ini menunjukkan angka koefisien korelasi yang sebenarnya dalam keterkaitan hubungan antara variabel dependen prestasi belajar matematika (Y) dengan variabel variabel independen konsep diri (X1) dan minat beljar (X2). Selanjutnya jika part correlation antara variabel minat belajar (X2) dengan prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,173, setelah pengaruh variabel konsep diri (X1) dihilangkan dari variabel minat belajar (X2) tersebut. Jadi berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa memang kedua variabel independen tersebut berpengaruh semuanya secara signifikan.
92
Kemudian secara konsisten dengan analisis regresi menunjukkan pula bahwa secara berurutan dari yang paling besar adalah variabel minat belajar (X2), kemudian variabel konsep diri (X1). Hal ini dapat dilihat angka statistik partial correlation maupun part correlation nya, bahwa variabel mint belajar (X2) mempunyai ngka angka yng lebih besar dibandingkan vaeiabel konsep diri (X1).
3.2 Koefisien Determiasi (Sumbangan) Variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2) dapat menentukan atau dapat menjelaskan variabel prestasi belajar matematika 2
sebesar 92,0 persen (R =0.92). Koefisien penentu ini ternyata terdiri dari sumbangan variabel konsep diri (X1) dan minat belajar (X2). Besarnya sumbangan ini dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.
=R
R Y .X1X2
R
+R Y .X1
Y .X2
= Beta1 x koef .korelasi Y X1 = 0.45 x 0.94 = 0.43
Y.X 1
R Y . X2
= Beta2 x koef .korelasi Y X2 = 0.52 x
0.95 = 0.49
Penghitungan ini dapat disajikan pada Tabel 4.9 dibawah ini. Total 2
sumbangan mutlak adalah nilai koef. Penentu atau R (R Square) pada analisis regresi ganda (lihat Tabel 4.5). Sumbangan mutlak variabel konsep diri (X1) sama dengan koef. Beta nya dikalikan koef korelasi product moment antara prestasi belajar matematika (Y) dan variabel konsep diri (X1). Begitu pula sumbangan mutlak variabel minat belajar (X2) adalah sama dengan koef.
93
Beta nya dikalikan koef korelasi product moment antara prestasi belajar matematika (Y) dan variabel minat belajar (X2).
Tabel 4.9 Koefisen Penentu Parsial dan Total Variabel
Kef Determnasi
X1 X2
Sumbangan Mutlak 0,428 0,492
Sumbangan Efektif 46,53 53,47
Total
0,920
100,00
independen
Hasil ini disajikan pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara bersama sama variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2) secara bersama sama dapa menentukan/ menjelaskan variable dependen prstasi beajar (Y) sebesar 92 persen. Hal ini terdiri dari sumbangan variabel konsep diri (X1) sebesar 43,80 peesen dan subangan dari variabel mint belajar (X2) sebesar 49,2 persen. Tingkat efektifitas nya menunjukkan bahwa variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2) tidak terlalu beda jauh, ialah 46,53 dibandingkan 53,47 persen. Namun demikian variabel minat belajar (X2) menentukan prestasi belajar matematika (Y), lebih besar dibandingkan dengan variael konsep diri (X1).
94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri dan variabel minat baik secara individu /parsial maupun secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika. 2. Pengaruh variabel konsep diri lebih signifikan dibanding pengaruh variabel minat terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to konsep diri lebih besar dibanding to minat. Atau nilai Sig variavel konsep diri lebih kecil dari nilai Sig variabel minat. 2. Saran 1. Akademik : diharapkan hasil penelitian ini menambah hasanah perpustakaan. Dan dapat menjadikan rujukan para peneliti lain. 2. Praktis
:
Pihak
sekolah
dapat
memperhatikan
dan
mempergunakan hasil penelitian ini. Kepada para guru dan teman sejawat dapat mempergunakan hasil ini sebagai bahan masukan dalam pembelajaran.
95
DAFTAR PUSTAKA ALLISON, P. D. Logistic Regression Using the SAS System: Theory and Application. SAS Institute, North Carolina, USA, 2003. 288p. Cohen. L., Manion. L., and Morrison. K. (2007). Research Methods in Education. New York: Routledge. 2007), p. 542. Dhrymes, P.J. (1970). Econometrics: Statistical Foundation and Applications. New York: John Wiley & Sons. Inc. Goldberger, A.S. (1964). Econometric theory. New York : John Wiley & Sons. Inc. Intrilegator, M.D. (1980). Econometric Models, Technics, and Application. New Delhi : Prentice-Hall. Johnston, J. (1972). Econometric Method, 2d ed. New York: McGraw-Hill Book Company. Maddala, G.S. (1977). Econometrics. New York: McGraw-Hill Book Company. Malenvaud, E. (1976). Statistical Methods of Econometrics, 2d ed. Amstaredam: North-Holland Publishing Company. Pindyck, R.S. and Rubinfeld, D.L. (1976) Econometric Models and Econometric Forecasts. New York: MacGraw-Hill Book Company.
96
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrument Minat Belajar Instrument Minat Belajar Pilihlah salah satu alternative jawaban yang tersedia dalam kuesioner berikut: Keterangan : SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang JR : Jarang TP : Tidak pernah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pernyataan
SL
Pilihan SR KD JR
Lingkungan sekolah sangat mendukung terlaksananya pembelajaran berkualitas Di sekolah, saya memiliki keinginan tinggi untuk belajar matematika Saya selalu belajar kelompok dalam belajar matematika Lingkungan sekolah kurang baik untuk belajar matematika Teman akrab saya, tidak memiliki minat belajar Setiap tugas sekolah saya kerjakan dengan cara mencontek Lingkungan tempat tinggal saya sangat menghargai anak sekolah Orang tua saya selalu mendukung terwujudnya kegiatan belajar yang baik Setiap jam belajar suasana lingkungan saya terjaga dengan baik Lingkungan rumah saya sangat berisik dan sulit untuk tempat belajar matematika Teman sering mengganggu saat belajar matematika Orang tua mendorong saya untuk belajar matemaika Orang tua tidak peduli dengan nilai matematika saya Orang tua mengharapkan saya berprestasi di sekolah Orang tua tidak peduli dengan prestasi yang saya capai Orang tua saya melangkapi setiap kebutuhan sekolah Kondisi ekonomi keluarga membuat orang tua sulit memenuhi kebutuhan sekolah Guru matematika memiliki perhatian terhadap siswa Dalam kegiatan belajar matematika, saya kurang diperhatikan Metode belajar disesuaikan dengan kemampuan siswa Guru mengajar tanpa peduli dengan keinginan siswa Guru matematika membantu siswa yang kesulitan belajar Guru tidak pernah memahami kemampuan siswa
97
TP
No
Pernyataan
24 25
36 37
Sarana belajar di sekolah sangat lengkap Sarana belajar di sekolah tidak mendukung kegiatan belajar Keberadaan perpustakaan sekolah sangat membantu dalam belajar Perpustakaan sekolah tidak memberimanfaat pada siswa Perlengkapan belajar di sekolah minim dan tidak lagi sesuai dengan kebutuhan belajar Perlengkapan belajar di sekolah mendapat perbaikan sesuai kebutuhan Kondisifisik saya sangat siap dalam belajar Sulit bagi sayauntuk belajar karena kesehatan yang tidak baik Saya tidak dapat belajar dengan baik karena kondisi mata yang tidak sehat Kondisi pendengaran saya tidak mendukung untuk belajar Saya cepat lelah saat belajar berlangsung Saya mampu menghabiskan banyak waktu untuk belajar Saya senang belajar karena mampu mendukung pemenuhan kebutuhan jiwa Rasa percaya diri yang rendah membuat saya sulit belajar
38 39 40
Saya takut dengan pelajaran matematika Saya senang dengan tantangan dalam belajar matematika Saya lebih suka belajar tanpa tekanan
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pilihan SL SR KD JR
98
TP
Lampian 2 Instrumen Minat Belajar
99
Lampiran 3. Instrumen Prestasi Belajar Matematika
100
Lampiran 4
Data Variabel Penelitan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
X1 98 107 111 115 145 128 129 102 98 120 129 130 135 113 102 130 140 104 102 113 135 70 130 120 120 97 128 150 128 85
Keteranga
X1 X2 Y
X2 95 105 110 110 145 120 125 100 95 115 125 130 140 110 105 130 115 105 100 110 135 80 125 115 115 85 120 150 120 90
Y 14 18 18 19 28 21 21 16 14 19 21 23 25 18 16 23 25 16 14 18 23 12 21 19 19 12 19 30 19 10
Konsep Diri Minat Belajar Presasi Beljr Matematika
101
Lampiran 5 Hasil SPSS
Model Summary Model
R .959
1
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.920
.914
1.359
a. Predictors: (Constant), X2, X1
ANOVA
Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
a
df
Mean Square
573.079
2
286.540
49.888
27
1.848
622.967
29
F
Sig.
155.080
.000
b
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
-10.690
1.717
X1
.116
.042
X2
.142
.045
Beta -6.225
.000
.454
2.770
.010
.519
3.171
.004
a. Dependent Variable: Y
102
Lampiran 6 Riwayat Hidup
Indah Noor Sektianingsih, lahir di Jakarta pada tanggal xx bulan xx thx xxxx Lulus SD, smp, sma, dan lulus S1 di UNY tahyn xxxx. Bekerja sebagai guru NS di SDN xxxx Menikah dikaruniai 3 anak yang bernama xxx
zzz yyy. Meanjutkan program pascasarjana
MIPA di UNINDRA sejak tahun xxx xx Notto yang senantasa digunakan adalah hidup ber ilmu dan bermanfaat bagi kehidupan orang banya
103
PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika ? 2. Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika ? 3. Apakah terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika ?
HIPOTESIS 1. Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . 2. Terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika . 3. Terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika .
HASIL PENELITIAN
1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai Fo=455,08 dan Sig.=0,000 < 0,05 2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,770 dan Sig.=0,010 < 0,05 3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=3,171 dan Sig.=0,004 < 0,05
SIMPULAN DAN SARAN 1.
Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri dan variabel minat baik secara individu /parsial maupun secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika. 2. Pengaruh variabel konsep diri lebih signifikan dibanding pengaruh variabel minat terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to konsep diri lebih besar dibanding to minat. Atau nilai Sig variavel konsep diri lebih kecil dari nilai Sig variabel minat.
2.
Saran 1. Akademik : diharapkan hasil penelitian ini menambah hasanah perpustakaan. Dan dapat menjadikan rujukan para peneliti lain. 2. Praktis : Pihak sekolah dapat memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian ini. Kepada para guru dan teman sejawat dapat mempergunakan hasil ini sebagai bahan masukan dalam pembelajaran.
HASIL PERHITUNGAN ANALISIS REGRESI