1910-pai

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1910-pai as PDF for free.

More details

  • Words: 362
  • Pages: 1
Senin, 19 Oktober 2009

BACAAN RENUNGAN PAGI

KOMUNITAS ORANG‐ORANG LAPAR “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” Matius 5 : 6.

Ayah saya, dilahirkan di dekat Stockholm, Swedia, pergi melaut dimasa mudanya. Ia berlayar keliling dunia, pertama dengan perahu layar, kemudian dengan kapal uap. Dua kali ia berkeliling Cape Horn. Ia suka menceritakan kisah-kisah menarik dan menakjubkan tentang tahun-tahun dengan tiang kapal. Pada satu pelayaran mengerikan kepala keuangan kapal yang jahat, dalam persenkongkolannya dengan kapten kapal, tidak membawa persediaan yang memadai. Mereka mengantongi uang yang tidak dibelanjakan. Kapal itu meninggalakan pelabuhan Hamburg, Jerman, berlayar menuju barat di Mediteranian, melalui Strait of Gibraltar, dan menuju Atlantik. Ketika mereka berlayar menuju selatan, mereka menemui daerah tak berangin, di mana layarnya mengendur, menunggu tiupan angin. Hari-hari berganti minggu dan minggu berganti bulan untuk kru kapal yang putus asa, kelaparan siang dan malam. Ketika sisa-sisa makanan dan kentang busuk dibuang ke dek, mereka menyerbunya. Rasa lapar, dan kehausan lebih terasa lagi, menjadi fokus diri mereka. Keberadaan yang paling mendasar yang terjadi adalah menemukan sesuatu dimasukkan ke dalam perut kita yang pedih dan air untuk memuaskan dahaga kita. Orang-orang lapar memimpikan makanan. Alkitab menyebutkannya: “seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong” (Yesaya 29:8). Jarang dalam kehidupan saya yang beruntung saya pergi tidur dalam keadaan lapar; tetapi bila saya mengalamainya saya memimpikan makanan, dan terbangun dengan makanan dalam benak saya. Saya bertanya-tanya, bagaimanakah laparnya kita kepada Allah? Dan bla kita lapar akan Dia , akankah kita memimpikan Dia dan terbangun dengan Dia beberapa dalam pikiran kita? Perhatika bahwa ucapan bahagia keempat ini, seperti yang lainnya, diberikan dalam bentuk jamak. Yesus berbicara kepada para pengikutnya sebagai suatu komunitas, bukan sebagai individu. Umat-Nya, warga kerajaan surga, adalah komunitas orang-orang lapar terhadap Allah. Sebagian besar orang berada di lereng bukit hari itu adalah orang-orang biasa. Mereka hanya makan dua kali sehari, dan sangat sederhana dalam hal itu. Sebutan makanan tentunya akan mengeluarkan liur mereka, tetapi Yesus berbicara tentang makanan yang lebih berharga dari roti dan ikan. Ia menawarkan roti surga, manna sejati, makanan kerajaan. Diri-Nya sendiri.

Sumber : disalin kembali dari buku Renungan Pagi

PEMUDA ADVENT INDONESIA e-mail : [email protected]