-1517565226.docx

  • Uploaded by: Annisa Islamiyah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View -1517565226.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,080
  • Pages: 12
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1. Latar Belakang ......................................................................................... 2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4. Metode Penulisan .................................................................................... 5. Sistematika Penulisan .............................................................................. BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................. 1. Definisi Nasakh Mansukh ........................................................................ 2. Macam- macam Nasakh Mansukh ........................................................... 3. Pembagian Nasakh Mansukh ................................................................... 4. Syarat-syarat Nasakh Mansukh ................................................................ BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 1. Pandangan Ulama Terhadap Nasakh Mansukh ....................................... 2. Hikmah Nasakh Mansukh ........................................................................ BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 1. Kesimpulan .............................................................................................. 2. Saran ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ia meninggalkan dua kitab yang akan menjadi pedoman manusia hidup di dunia agar tidak tersesat yaitu Alqur’an dan Al-hadits. Allah juga menurunkan syariat samawiyah kepada para utusanNya untuk memperbaiki umat di bidang akidah, ibadah dan muamalah. Tentang bidang ibadah dan mu’amalah memilki prinsip yang sama yaitu bertujuan membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan masyarakat. Tuntutan kebutuhan setiap umat terkadang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang cocok untuk satu kaum pada suatu masa mungkin tidak cocok lagi pada masa yang lain. Disamping itu, perjalanan dakwah pada taraf pertumbuhan dan pembentukan tidak sama dengan perjalannya sesudah memasuki era perkembangan dan pembangunan. Dengan demikian hikmah tasyri’(pemberlakuan hukum) pada suatu periode akan berbeda dengan hikmah tasyri’ pada periode yang lain. Tetepi tidak diragukan bahwa pembuat syari’at, yaitu Allah, rahmat dan ilmuNya meliputi segala sesuatu, dan otoritas memerintah dan melarang pun hanya milikNya. Oleh sebab itu, wajarlah jika Allah menghapuskan sesuatu syari’at dengan syari’at lain untuk menjaga kepentingan para hamba berdasarkan pengetahuanNya yang azali tentang yang pertama dan yang terkemudian.

2. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini kami sebagai penulis memberikan suatu batas dalam pembahasan melalui rumusan masalah agar cakupan nya tidak terlalu luas dan terarah, yaitu: a.) Apa definisi nasakh mansukh? b.) Berapa macam nasakh mansukh? c.) Berapa bagian nasakh mansukh? d.) Apa syarat-syarat nasakh mansukh?

e.) Bagaimana pandangan ulama terhadap nya? f.) Apa hikmah dari ada nya nasakh mansukh?

3. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a.) Mengetahui definisi nasakh mansukh b.) Mengetahui macam-macam nasakh mansukh c.) Mengetahui bagian-bagian nasakh mansukh d.) Mengetahui syarat-syarat nasakh mansukh e.) Mengetahui pandangan ulama terhadap itu f.) Mengetahui hikmah dibalik nasakh mansukh

BAB II KAJIAN TEOROTIS 1. DEFINISI NASAKH MANSUKH Nasakh secara etimologi atau bahasa berasal dari bahasa arab yang merupakan mashdar dari kata kerja nasakha yansakhu yang memiliki dua arti yaitu al izalah (menghilangkan atau mengangkat) dan an naql (memindahkan)1. Dalam sebagian kitab ada yang berpendapat nasakh mansukh berarti al izalah dan al ibthal (membatalkan).2 Dan dalam pendapat lain ada yang berkata memiliki empat arti yaitu al izalah, at tabdil (menggantikan), an naql, dan at tahwil (mengalihkan).3 Dari beberapa definisi diatas secara etimologi nampak berbeda-beda. Ia bisa berarti menghilangkan, memindahkan, membatalkan dan mengalihkan. Yang dihapus disebut sebagai mansukh dan yang menghapus disebut sebagai nasikh. Dan dari definisi yang telah disebutkan yang paling mendekati kebenaran adalah nasakh dalam artian al izalah menurut beberapa ahli tarjih bahasa.4 Seperti definisi secara etimologi, nasakh dalam terminologi atau secara istilah pun memiliki pengertian yang berbeda. Abdul Hamid Hakim berpendapat bahwa nasakh secara terminologi atau istilah berarti raf’u hukmin syar’iyyin bidalilin syar’iyyin muta’akhkhirin (mengangkat hukum syari’at dengan dalil syar’i yang turun setelah nya). Ada juga yang berpendapat bahwa nasakh adalah beberapa ketentuan hukum syari’at yang oleh syar’i dipandang tidak perlu dipertahankan, dicabut dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas serta berdasarkan pada kenyataan yang dapat dimengerti, untuk kepentingan suatu hikmah dan hanya diketahui oleh orang-orang yang memiliki ilmu sangat dalam.5 Dan ada juga yang 1 Munawwir Ridhwan dkk, Terjemah Syarhul Waroqot, hlm. 122 2 Abdul Hamid Hakim, As Sulam, hlm. 37 3 M.Zainal Arifin, Khazanah Ilmu Quran, hlm. 126 4 Ibid, hlm. 127 5 Subhi Shaleh, Mabahits Fi Ulumil Quran, hlm. 261

berpendapat mengangkat hukum syara’ dengan dalil syara’ yang datang kemudian dengan menghilangkan amal pada hukum-hukum nya atau menetapkan nya. Dan beberapa definisi diatas yang paling mendekati kebenaran adalah definisi pertama dan terakhir yakni mengangkat hukum syari’at dengan dalil syara’ yang lain yang datang kemudian. Maksud nya adalah berarti undang-undang terdahulu dihapus oleh undang-undang baru, sehingga undang-undang yang lama tidak berlaku lagi. 2. MACAM-MACAM NASAKH MANSUKH Menurut Al Zarqani, dalam Al quran terdapat tiga macam nasakh yaitu nasakh bacaan dan hukum nya, nasakh hukum nya dan bacaan nya tetap, nasakh bacaan tanpa hukum nya. Perician nya adalah sebagai berikut: a.) Nasakh Bacaan dan Hukum nya Dengan adanya nasakh ini bacaan atau ayat al-quran dan hukum nya pun dihapus dan digantikan dengan hukum yang baru. Contoh nya adalah penghapusan ayat yang menerangkan haram nya nikah dengan saudara sepersusuan yang menyusu kepada seorang ibu sebanyak sepuluh kali yang dinasakh dengan hadits “Dari Aisyah RA. Termasuk ayat al quran yang diturunkan sepuluh kali susuan yang diketahui itu menjadikan mahrom lalu dinasakh dengan lima kali susuan yang diketahui”. b.) Nasakh Hukum nya dan Bacaan Tetap Maksud nya adalah tulisan atau ayat nya masih ada dan boleh dibaca akan tetapi hukum yang tertuang dalam ayat tersebut telah dihapus atau dihilangkan dan tidak boleh diamalkan. Contoh nya adalah tentang masalah masa ‘iddah bagi istri yang ditinggal mati oleh suami dalam ayat 240 surat Al Baqoroh, masa ‘iddah nya adalah setahun yang kemudian hukum nya dinasakh oleh ayat 234 surat Al Baqoroh yang menjelaskan bahwa masa ‘iddah istri yang ditinggal suami adalah empat bulan sepuluh hari. c.) Nasakh Bacaan Tanpa Hukum nya

Maksud nya adalah tulisan ayat nya telah dihapus namun hukum nya masih ada dan harus diamalkan. Contoh nya adalah pada ayat perajaman bagi zina muhshon yang dibacakan oleh Umar Bin Khattab dalam sebuah hadits “asy syaikhu wasy syaikhotu idza zanaya farjumuhuma al battata” (lelaki tua dan wanita tua jika kedua nya berzina maka rajam lah sebagai balasan dri Allah). 3. PEMBAGIAN NASAKH MANSUKH Menurut beberapa ulama ushul nasakh terbagi menjadi empat bagian yaitu: a.) Naskhul Kitab bil Kitab Artinya ayat baik bacaan atau hukum nya dinasakh oleh ayat yang lain. Contoh nya adalah pada masalah ‘iddah tadi. b.) Naskhus Sunnah bis Sunnati Artinya hukum dari suatu hadits dinasakh oleh ayat al quran. Contoh nya adalah hadits fi’liyah Nabi yang sholat menghadap kiblat selama enam belas bulan dinasakh oleh al quran “Maka hadapkanlah wajah mu ke arah masjidil haram”.(Surat Al Baqoroh ayat 144) c.) Naskhul Kitab bis Sunnati Artinya menasakh hukum al quran dan menggantikan nya dengan hadits. Contoh nya pada masalah ahli waris menerima wasiat dalam surat Al Baqoroh ayat 180 yang dinasakh oleh hadits “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”.(HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah) d.) Naskhus Sunnah bis Sunnati Yaitu menasakh hukum dalam suatu hadits dengan hadits yang lain. Contoh nya adalah hadits “Aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarah lah”. 4. SYARAT-SYARAT NASAKH MANSUKH Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam nasakh mansukh ini adalah sebagai berikut: a.) Hukum yang dibatalkan itu adalah hukum syara’ bukan hukum akal. Dan disepakati baik buruk nya oleh akal. b.) Dalil nasikh itu turun atau ada dengan selang waktu dan terpisah dari mansukh. c.) Dalil yang mansukh itu bukan dalil yang memiliki ketentuan waktu.

d.) Dalil nasikh itu bukan dalil yang menasakh dasar akidah dan hal-hal yang diketahui secara pasti. Seperti dalam dasar keimanan. e.) Terjadi ketika masa Nabi SAW.maka jikalau ada penasakhan setelah Nabi wafat maka penasakhan itu tidak dapat diterima f.) Keadaan dua dalil tersebut saling bertentangan yang tidak mungkin untuk menggabungkan nya.6

6 Ibid, hlm 123

BAB III PEMBAHASAN 1. PANDANGAN ULAMA TERHADAP NASAKH MANSUKH Dalam hal nasakh mansukh ini banyak ulama yang berbeda pendapat ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Perbedaan ini ada antara ulama klasik atau mutaqoddimin dan ulama muta’akhkhirin. Namun ada pula dari mereka yang berbeda pendapat dalam hal apakah al quran boleh dinasakh dengan hadits dan lain sebagain nya. Berikut adalah penjelasan nya. a.) Ulama yang Tidak Setuju Diantara ulama-ulama yang tidak setuju dengan hal ini adalah Ubay bin Ka’ab dari kalangan sahabat dan Abu Muslim Al Ashfahani yang termasuk ahli tafsir serta termasuk nya adalah Muhammad Abduh dan Sayyid Muhammad Rosyid Ridho. Salah satu dari pendapat mereka adalah jika ada nasakh dalam al quran yang nota bene nya adalah suatu pembatalan

maka

ini

adalah

sebuah

bukti

mendukung

dan

menjastifikasi ada nya kebatilan dalam al quran dan ini mustahil berdasar kan ayat “Yang tidak datang kepada nya (al quran) kebathilan baik dari depan maupun belakangnya, yang diturunkan dari

Tuhan

Yang

Maha

Bijaksana

lagi

Maha

Terpuji”.(QS.Fushshilat:42). Dan pendapat mereka pun adalah bahwa al quran adalah syari’ah yang kekal sampai hari akhir hal ini menghendaki ada nya keberlakuan hukum sepanjang masa tanpa bisa diganti atau dinasakh. Dan ada juga yang berpendapat bahwa al quran tidak bisa dinasakh oleh sunnah Nabi karena derajat al quran dan hadits tu berbeda. b.) Ulama yang Setuju Hampir seluruh jumhur ulama sepakat dengan ada nya nasakh mansukh dalam al quran, hanya beberapa dari mereka berpendapat bahwa al quran tidak bisa dinasakh oleh hadits. Mereka membolehkan ada nya nasakh dalam al quran, karena mereka berdasar kepada ayat

“Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepada nya, Kami datangkan yang lebih baik dari pada nya atau yang sebanding dengan nya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguh nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS.Al Baqoroh:106). Dan juga pada ayat “Dan apabila kami letakkan suatu ayat ditempat ayat yang lain sebagai pengganti nya padahal Allah lebih

mengetahui

apa

yang

diturunkan

Nya,

mereka

berkata:”sesungguhnya kamu adalah orang yang hanya mengadaadakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui”’(QS.An Nahl:101). Dan inilah yang diyakini oleh jumhur ulama. Dan juga ada pada sejarah Ali bin Abi Thalib ketika menegur dengan keras seseorang yang memberikan nasehat karena ketidaktahuan nya akan nasakh mansukh, beliau berkata ”engkau binasa dan membinasakan. Dan mereka berpendapat nasakh mansukh ini adalah hikmatullah yang menghendaki apa saja bagi hamba Nya dan kepada ciptaan Nya. Berdasarkan suatu kondisi tertentu dan menjadi kemashlahatan kepada semua orang. Diantar mereka yang pro adalah imam-imam madzhab termasuk adalah imam Syafi’i. 2. HIKMAH NASAKH MANSUKH Allah

subhanahu

wa

ta’ala

sebagai

pembuat

syari’at

akan

memperlihatkan hikmah dari mengadakan nasakh. Menurut Syaikh Manna Al Qaththan ada beberapa hikmah yang kita dapat dari nasakh ini. Namun kami menyimpulkan bahwa dari semua itu hanya berporos kepada satu hal yaitu tiada lain hanyalah untuk menambah kemashlahatan bagi orangorang. Dan Al Maraghi ini merupakan sesuatu yang sangat bijaksana karena ada nya nasakh mansukh ini berarti Allah mengetahu apa yang benar-benar kita butuhkan. Dengan demikian hukum yang ada akan menjadi lebih baik lagi dari hukum yang semula.7

7 Quraish Shihab, Membumikan Al quran. Hlm 145.

BAB IV PENUTUP 1. KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan dan membahas sedikit seputar nasakh mansukh, penulis menarik sebuah kesimpulan dari rumusan-rumusan masalah yang telah dibuat sebagai berikut: a.) Nasakh mansukh adalah mengangkat hukum syari’at dengan dalil syara’ yang lain yang datang kemudian. Maksud nya adalah berarti undang-undang terdahulu dihapus oleh undang-undang baru, sehingga undang-undang yang lama tidak berlaku lagi. b.) Macam-macam nasakh mansukh ada tiga yaitu;menasakh bacaan dan hukum nya, menasakh bacaan nya saja,dan menasakh hukum nya saja. c.) Bagian-bagian nasakh mansukh ada empat yakni;naskhul kitab bil kitab,naskhul kitab bis sunnah, naskhus sunnah bis sunnah, dan naskhul kitab bis sunnah. d.) Syarat-syarat sah nya nasakh mansukh adalah hukum yang dibatalkan itu adalah hukum syara’ bukan hukum akal. Dan disepakati baik buruk nya oleh akal. Dalil nasikh itu turun atau ada dengan selang waktu dan terpisah dari mansukh.Dalil yang mansukh itu bukan dalil yang memiliki ketentuan waktu.Dalil nasikh itu bukan dalil yang menasakh dasar akidah dan hal-hal yang diketahui secara pasti. Seperti dalam dasar keimanan.Terjadi ketika masa Nabi SAW.maka jikalau ada penasakhan setelah Nabi wafat maka penasakhan itu tidak dapat diterima. Keadaan dua dalil tersebut saling bertentangan yang tidak mungkin. e.) Pandangan ulama berbeda tentang boleh nya nasakh mansukh dalam al quran. Namun masing-masing dari mereka mempunyai dasar nya tersendiri sehingga ada yang membolehkan dan tidak ada. Kebanyakan dari mereka yang tidak setuju karena mereka beranggapan bahwa tidak ada satu pun yang bisa mengganti al

quran dan hukum nya kekal sampai hari akhir. Sedangkan mereka yang setuju berdasar kepada beberapa ayat juga dan mashlahat nya. f.) Hikmah yang dapat diambil dari nasakh mansukh adalah bahwa Allah sangat bijaksana dan sangat mengerti apa yang kita butuhkan sebagai mashlahat dalam kehidupan kita. 2. SARAN Bagaimana pun nasakh mansukh tak dapat dipungkiri ada nya. Keberadaan nya bukanlah sesuatu yang mustahil. Justru jika kita cermati realita kehidupan manusia yang selalu berubah disebabkan perubahan kondisi dan situasi, maka nasakh merupakan sesuatu yang muthlak karena mencerminkan nikmat dan rahmat Allah kepada manusia dalam jalan kehidupan nya.

DAFTAR PUSTAKA Arifin, M.Zainal,

Khazanah Ilmu Quran,Yayasan Mesjid At

Taqwa:Tangerang.2018 Ridhwan,

Munawwir,

Terjemah

Waroqot,

Santri

Salaf

Press:Lirboyo.2016 Hakim,

Abdul

Hamid,

As

Sullam,

Maktabah

Putra:Jakarta.2007 Shihab, Quraish, Membumikan Al quran, Mizan:Bandung.1992

Sadiyah

More Documents from "Annisa Islamiyah"