melaknati mereka lebih diharamkankarena perbuatan itu berarti mendustakan rekomendasi, pujian dan janji Allah terhadap mereka untuk mendapatkan surga, dan perbuatan itu mengindikasikan sikap yang kurang ajar terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah melarang kita untuk mencaci mereka. Macam-Macam Celaan Terhadap Para Sahabat dan Hukumannnya a.Mencela individu tertentu dari mereka, yang rekomendasi dan pujian terhadap dirinya telah disebutkan dalam Al-Qur'an atau hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mutawatir. b.M e n c e l a p a r a s a h a b a t d e n g a n menganggap kafir atau menganggap fasik sebagian besar mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh mayoritas orang Rafidhah (Syi'ah), maka ini adalah kufur. c. Mencela dengan cara melaknat dan mengolok-olok mereka. d.Mencela mereka dengan suatu tindakan yang tidak ada hubungannya dengan masalah agamanya, seperti celaan dengan kata-kata penakut, bakhil, dan lain sebagainya. Pendapat Para Ulama Terhadap Orangorang yang Mencaci / Menghina Para Shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Imam Malik berkata; "Orang-orang yang membenci para Shahabat Rasulullah adalah orang-orang kafir". [Tafsir Ibnu Katsir V hal. 367-368) atau IV hal. 216 cet. Daarus Salam Riyadh.] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya As-Shorimul Maslul menukil perkataan Imam Ahmad yang mengatakan; “Seseorang tidak boleh menyebut kejelekan para sahabat sedikit pun, dan tidak pula mencela seseorang dari mereka dengan menyebutkan aib, atau kekurangan.
4
Manhaj
Jangan
Barangsiapa yang melakukan hal itu maka ia diberi hukuman, apabila dia bertaubat ia dilepaskan, kalau tidak mau bertaubat, dibiarkan dalam penjara sampai dia kembali kepada kebenaran.” Imam Al--Hafizh Syamsuddin Muhammad 'Utsman Adz-Dzahabi yang lebih dikenal dengan Imam Adz-Dzahabi (673-747H) berkata :"Barangsiapa yang mencaci mereka (para shahabat) menghina mereka, maka sesungguhnya ia telah keluar dari agama Islam dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yang mencaci adalah orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka dengan keutamaan, tingkatan dan cinta ... Memaki mereka berarti memaki pokok pembawa syari'at (yakni Rasulullah). Mencela pembawa Syari'at berarti mencela kepada apa yang dibawanya (yaitu Al-Qur'an dan Sunnah)". Abu Zur'ah berkata: " Jika kamu melihat seorang menjelek-jelekan salah seorang dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ketahuilah sesungguhnya dia itu adalah Zindiq (munafik). Hal itu karena AlQur'an adalah hak, rasulullah adalah hak, apa yang dibawanya adalah hak, dan tidak ada yang meriwayatkannya semua berita ini ( Al-Quran dan sunnah) kecuali para shahabat. Maka barangsiapa yang mencela mereka sesungguhnya maksudnya hanyalah untuk mengingkari kitab dan sunnah. Abu Salman Adri Febriadi Maraji':
- Keutamaan Dan Hak-Hak Para Shahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Abdullah bin Sholeh AL-Qushair; Penterjemah Muhammad Elvi Syam, LC. Islamic Da'wah - Semua Sahabat Rasulullah Adalah Adil dan Haram Hukumnya Mencaci Maki Mereka, Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir As-Sunnah Edisi dibacaJawas. ketika Majalah Khatib berkhutbah 12/ThI/1415-1995,
Diterbitkan Oleh:
Yayasan Dar el-Iman Padang Tim Ahli
: Ust. Faishal Abdurrahman, Lc Ust. Muhammad Elvi Syam, Lc Dewan Redaksi : Abu Salman, Rahmat Ika Syahrial Alamat Redaksi : Jl. Rasak No 28 Lolong Padang Sirkulasi : 0751-7801636 & 081374328222 Kritik & Saran : 08126638098, 0751-7801669 Konsultasi Agama : 085274072458 E-mail :
[email protected] No Rekening : BNI cab Padang Jl A.Yani 0119869013 a/n Faisal Rahman
Dakwah Kita
Info Kajian Umum
Buletin Vol 11/Th 1/2007
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
HAK DAN KEUTAMAAN SAHABAT NABI Para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang yang telah mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka telah berjuang bersama Rasulullah untuk menegakkan Islam dan mendakwahkannya ke berbagai pelosok negeri, sehingga kita dapat merasakan ni'matnya iman dan Islam. Perjuangan mereka dalam li'ila-i kalimatillah telah banyak menelan harta dan jiwa. Mereka adalah manusia yang sepenuhnya tunduk kepada Islam, benar-benar membela kepentingan umat Islam, setia kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa kompromi, mereka tunduk kepada hukum-hukum agama Allah, tujuan mereka adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah dan Sorga-Nya. Defenisi Shahabat Menurut lughah (bahasa), Shahabi diambil dari kata-kata Shahabat = Persahabatan, dan bukan diambil dari ukuran (limit) tertentu yakni harus lama bersahabat, hal ini tidak demikian, bahkan persahabatan ini berlaku untuk setiap orang yang menemani orang lain sebentar atau lama. Maka dapat dikatakan seseorang menemani si fulan dalam satu masa, setahun, sebulan, sehari atau sejam. Jadi persahabatan bisa saja sebentar atau lama. Abu Bakar AlBaqilani (338-403H) berkata: "Berdasarkan defenisi bahasa ini, maka wajib berlaku defenisi ini terhadap orang yang bersahabat dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kendatipun hanya
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Manhaj
1
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
sejam di siang hari. Inilah asal kata dari kalimat Shahabat ini". Menurut Istilah Ulama Ahli Hadits, "Shahabat adalah orang yang berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan beriman dengan Beliau dan meninggal dunia di atas (keyakinan) itu. Meskipun waktu bertemu dengan beliau tidak lama dan tidak meriwayatkan satu hadits pun dari beliau". Kemudian yang tidak termasuk dari definisi shahabat ialah: a.Orang yang bertemu Beliau dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu (yakni sesudah wafat beliau). b.Orang yang beriman kepada Nabi Isa dari ahli kitab sebelum diutus Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan setelah diutusnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dia tidak beriman kepada Beliau. c. Orang yang beriman kepada Beliau kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad. Wal'iyaadzu billah. d.Orang-orang munafik meskipun mereka bergaul dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena saat mereka bertemu dengan Rasulullah mereka tidak beriman, malahan menyembunyikan kekafiran kepada beliau. Cara Mengetahui Seseorang Itu Dikatakan Shahabat a. Kabar Mutawatir seperti Khulafaur Rasyidin dan 10 orang ahli surga. b. Kabar yang masyhur yang hampir mencapai derajat mutawatir seperti Dhamam bin Tsa'labah dan 'Ukkaasyah bin Mihsan. c. Dikabarkan oleh seorang shahabat lain atau oleh Tabi'i Tsiqat (terpercaya) bahwa si fulan itu seorang shahabat, seperti Hamamah bin Abi Hamamah Ad-Dausiy wafat di Ashfahan. Abu Musa Al-Asy'ari menyaksikan bahwa ia (Hamamah) mendengar hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. d. Seseorang memberitakan tentang dirinya
2
Manhaj
bahwa ia adalah seorang shahabat Rasulullah dan dimungkinkan bertemu dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menurut pemeriksaan ahli hadits bahwa ia memang seorang yang adil dan wafatnya tidak melebihi tahun 110H. Kedudukan Shahabat di Umat Ini Mereka itu adalah sebaik-baik pendamping Nabi dan Rasul. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasiku”. (HR. Al-Bukhariy) Oleh karena itu umat ini telah sepakat bahwasanya para sahabat Radhiyallahu 'anhum lebih mulia daripada orang setelah mereka dari umat ini, dalam segi ilmu, amal perbuatan, pembenaran, dan persahabatan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka lebih cepat meraih setiap sifat terpuji. Tidak diragukan lagi, bahwa mereka telah mendapatkan tongkat estafet sampai ke tujuan. Mereka telah sampai pada tingkat kemuliaan, kebaikan, ilmu dan seluruh karakter kebaikan, yang tidak pernah dicapai oleh seorangpun selain mereka. Dalam kitab Shahih Bukhari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Janganlah kalian mencela sahabatku, karena demi Dzat yang jiwaku di tanganNya, kalau seseorang dari kalian menafkahkan emas seperti gunung Uhud, maka nilainya tidak akan mencapai satu mud (segenggam) tangan salah seorang mereka dan tidak juga setengahnya.” Keutamaan dan Keistimewaan Para Shahabat Dalil-dalil dari Al-Qur'an yang artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tandatanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan Injil,....” (QS. AlFath: 29) “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9) “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100) Hak-hak Shahabat yang Harus Ditunaikan oleh Umat 1. Mengakui keutamaan dan kelebihan mereka yang telah ditetapkan dalam berbagai dalil, serta menyelamatkan hati dari membenci mereka, atau hasad dan dengki terhadap salah seorang dari mereka. 2. Mencintai mereka dengan hati, memuji mereka dengan lisan, disebabkan mereka telah memiliki jasa-jasa besar terhadap agama ini. Kemudian menebarkan rasa cinta kepada mereka di tengah-tengah umat disebabkan oleh faktor di atas.
3. Belajar dari mereka, dan mengikuti mereka dengan baik dalam hal ilmu, amal, dakwah, amar makruf nahi mungkar, bergaul dengan masyarakat umum, keras terhadap musuh agama. Karena mereka adalah orang yang paling mengetahui akan maksud Allah dalam firman-Nya dan maksud Rasulullah dalam sunnahnya, yang paling sesuai amalannya dengan kitab dan sunnah dan yang paling sempurna dalam memberikan nasehat untuk umat ini, serta yang paling jauh dari hawa nafsu dan bid'ah. 4. Memohonkan rahmat dan ampunan bagi mereka, sebagai wujud nyata dari firman Allah Ta'ala yang artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Al-Hasyr: 10) 5. Menahan diri, dan tidak membicarakan perselisihan yang terjadi di kalangan mereka, dan meyakini bahwa semua mereka itu mujtahid (orang yang berijtihad) dan diberi pahala, maka orang yang benar dalam ijtihadnya mendapat dua pahala, dan orang yang salah mendapat satu pahala, dan kesalahannya diampuni karena ijtihadnya. 6. Waspada terhadap setiap kabar burung/isu tentang kejelekan yang ditimpakan kepada mereka. Karena kebanyakan kabar itu adalah bohong dan diada-adakan, yang dibuat oleh mengumbar hawa nafsu, pelaku ekstrim dan fanatik golongan. 7. Meyakini haramnya mencaci mereka atau salah seorang dari mereka, sudah tentu
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Manhaj
3