BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan, dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di Laboratorium tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan Praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya kerja di Laboratorium. Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik yang bersifat luka permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitas – fasilitas dan peralatan penunjang Praktikum yang sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di Laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di Laboratorium. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan Pemeriksaan/Praktikum di Laboratorium, dengan tujuan melindungi Pekerja/Praktikan dan orang disekitarnya dari risiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan kecelakaan pada Laboratorium.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian dan jenis zat bahan berbahaya dan beracun. 2. Jenis dan penggolongan bahan berbahaya dan beracun. 3. Penanganan zat bahan berbahaya dan beracun.
1
BAB II KAJIAN TEORI
A) Pengertian Zat Bahan Berbahaya dan Beracun Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya dan mengenal pengertian, jenis dan cara pengelolaannya memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun lingkungan.
tidak kita sering beracun. Tanpa kita dengan benar, akan terhadap manusia dan
Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State Goverment) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Mengingat penting dan dampaknya Bahan Berbahaya dan Beracun bagi manusia, lingkungan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya; pemerintah melakukan pengaturan ketat. Pengaturan pengelolaan B3 ini meliputi pembuatan, pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, hingga pembuangan limbah B3. Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun;
2
3
B) Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun Pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan terkait pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan-peraturan tersebut berisikan bagaimana pengelolaan B3 dan tentunya jenis-jenis dan pengelompokkan (penggolongan) Bahan Berbahaya dan Beracun. Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi: 1. Explosive (bersifat mudah meledak), bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh; asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahanbahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah meledak: R1, R2 dan R3.
Bahaya Contoh Keamanan
: eksplosif pada kondisi tertentu : ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas
2. Oxidizing (pengoksidasi), bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi: R7, R8 dan R9.
4
Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.
3. Flammable (mudah terbakar), jenis bahaya “flammable” dibagi menjadi dua yaitu “Extremely flammable” (amat sangat mudah terbakar) dan “Highly flammable” (sangat mudah terbakar).
- Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 00C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. - Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +210C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11. Bahaya : mudah terbakar Meliputi : 1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium, alkil, fosfor; keamanan : hindari campuran dengan udara. 2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api. 3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api. 4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 210C. contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api. 5
4. Toxic (beracun), bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25 1. Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan. 2. Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida 3. Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan. 5. Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28 Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin. 6. Harmful (berbahaya), untuk bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22 6
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh, Contoh : peridin Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan. 7. Corrosive (korosif), bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan atau kulit hewan uji maka sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2 >11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia Contoh : klor, belerang dioksida Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata. 8. irritant (iritasi), bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41.
Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan Contoh : ammonia dan benzyl klorida, NaOH, C6H5OH, Cl2 Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata. 9. Dangerous for Environment (Bahan berbahaya bagi lingkungan), bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan
10. Simbol untuk B3 ini bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic, mutagenic). Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang, bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut: 7
1. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker. 2. Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio. 3. Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetik. 4. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik. 5. Toksisitas terhadap sistem reproduksi. 6. Gangguan saluran pernafasan. Contoh: Formaline Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam Kepmenkes ini B3 dikelompokkan dalam 4 klasifikasi yaitu : Klasifikasi I, meliputi : Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya; Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga menimbulkan bahaya. Klasifikasi II, meliputi : Bahan radiasi; Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik; Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput lendir; Bahan etilogik/biomedik; Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan; Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 350C; Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri. Klasifikasi III, meliputi : Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II; Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II; Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan nyeri; Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala 350C sampai 600C; Bahan pengoksidasi organik; Bahan pengoksidasi kuat; Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik; Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya lainnya.
8
Klasifikasi IV, yaitu : Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara; Bahan pengoksida sedang; Bahan korosif sedang dan lemah; Bahan yang mudah terbakar.
Selain itu penggolongan bahan berbahaya dan beracun dapat dilihat juga pada SK Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/1999. Untuk mengenali masing-masing jenis Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut biasanya disertakan gambar atau logo pada kemasannya. Pemberian simbol Bahan Berbahaya dan Beracun ini, yang terbaru, diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Simbol atau lambang B3 yang digunakan adalah sebagaimana gambar ilustrasi di atas.
C) Penanganan Zat Bahan Beracun Dan Berbahaya Dalam aktifitas kita sehari-hari sering kali kita kontak dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan juga menghasilkan limbah B3. Hal ini tidak hanya terjadi di tempat kerja saja tetapi bisa juga di rumah maupun lingkungan sekitar. Sebelum lebih lanjut bagaimana kita menyikapi hal ini, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan B3 dan limbah B3 itu? Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (berdasarkan PP No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3). Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (berdasarkan PP No 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3). Dari kedua definisi di atas kita bisa dengan sendirinya mengkategorikan sebuah bahan yang kita gunakan atau kita hasilkan dari kegiatan kita termasuk B3 atau bukan. Pada saat kita bicara tentang B3 dan limbah B3, kita tidak bisa mengidentikan dengan bahan yang bersifat racun saja. Karena berdasarkan PP No 74 tahun 2001 B3 diklasifikan sebagai bahan berikut ini: mudah meledak (explosive), pengoksidasi (oxidising), sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly flammable), mudah menyala 9
(flammable), amat sangat beracun (highly toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun (toxic), berbahaya (harmful), korosif (corrosive), bersifat iritasi (irritant), berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), karsinogenik (carcinogenic), teratogenik (teratogenic), mutagenik (mutagenic). Dan berdasarkan PP No 85 tahun 1999 klasifikasi limbah B3 adalah bahan yang mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan korosif. Setelah kita tahu tentang definisi dan klasifikasi dari B3 dan limbah B3, kita tidak perlu takut untuk bekerja dengan bahan-bahan tersebut. Selagi kita memperlakukan bahan-bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku selama itu pulalah kita bisa menghilangkan kemungkinan terburuk yang akan muncul. Adapun tata cara yang benar dalam memperlakukan B3 maupun limbah B3 yang benar adalah sebagai berikut : 1. kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan kita untuk memastikan kita memperlakukannya dengan benar 2. gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan 3. pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk menghilangkan salah penggunaan 4. tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya 5. buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku 6. jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara serampangan 7. khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus diperhatikan yaitu : a. Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang memang sudah mendapatkan ijin dari KLH b. Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan ke instansi yang ditunjuk c. Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat penyimpanan sementara yang berijin. Dengan melakukan penanganan yang benar terhadap B3 dan LB3 kita sudah turut menyelamatkan diri dan lingkungan terhadap dampak yang bisa timbul.
10
BAB III PEMBAHASAN
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State Goverment) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Bahan-bahan tersebut selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam kelompokkelompok bahan yang bersifat: 1. mudah meledak (explosive); 2. pengoksidasi (oxidizing); 3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); 4. sangat mudah menyala (highly flammable); 5. mudah menyala (flammable); 6. amat sangat beracun (extremely toxic); 7. sangat beracun (highly toxic); 8. beracun (moderately toxic); 9. berbahaya (harmful); 10. korosif (corrosive); 11. bersifat iritasi (irritant); 12. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); 13. karsinogenik (carcinogenic); 14. teratogenik (teratogenic); 15. mutagenik (mutagenic). 11
Adapun tata cara yang benar dalam memperlakukan B3 maupun limbah B3 yang benar adalah sebagai berikut : 1. kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan kita untuk memastikan kita memperlakukannya dengan benar 2. gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan 3. pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk menghilangkan salah penggunaan 4. tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya 5. buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku 6. jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara serampangan 7. khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus diperhatikan yaitu : a. Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang memang sudah mendapatkan ijin dari KLH b. Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan ke instansi yang ditunjuk c. Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat penyimpanan sementara yang berijin.
12
BAB IV KESIMPULAN
Bahan Berbahaya dan Beracun atau kerap disingkat B3 adalah zat atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan hidup pada umumnya. Karena sifat-sifatnya itu, bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya memerlukan penanganan yang khusus. Untuk mengenali masing-masing jenis Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut biasanya disertakan gambar atau logo pada kemasannya. Pemberian simbol Bahan Berbahaya dan Beracun ini, yang terbaru diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Dengan melakukan penanganan yang benar terhadap B3 dan LB3 kita sudah turut menyelamatkan diri dan lingkungan terhadap dampak yang bisa timbul.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://noerullhalimah.blogspot.co.id/2015/04/zat-kimia-berbahaya-pada-manusiadan.html http://ediesblack.blogspot.co.id/2014/02/simbol-simbol-bahan-kimia-lengkap.html http://damainyachemistry.blogspot.co.id/2013/09/simbol-simbol-berbahaya-padabahan.html http://chemistryclass1b.blogspot.co.id/2012/09/ https://eskampiun.wordpress.com/2012/04/04/simbol-b3/ https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_Berbahaya_dan_Beracun_(B3) https://environment-indonesia.com/tatacara-penanganan-bahan-berbahaya-danberacun/
14