Y[1].docx

  • Uploaded by: Yana Shofa
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Y[1].docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,970
  • Pages: 52
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Menurut data Word Health Organization (WHO) tahun 2017, angka kematian (AKI) di negara berkembang seperti Indonesia yaitu 126 per 100 .000 kelahiran hidup , Pilipina 114 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 54 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 40 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 23 per 100.000 kelahiran hidup dan Thailand 20 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu di Negara maju yaitu di Australia 6 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 10 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian ibu di Negara berkembang yaitu di antaranya perdarahan 25%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 12 %, dan partus macet 8%. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab terjadinya kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan (35,1%), hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%) abortus (4,7%), dan penyebab lain / penyebab tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, TBC, atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar (40,8%). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2017 menyebutkan jumlah kematian ibu tahun 2016 sebanyak 92 kasus, sedangkan tahun 2017 terjadi penurunan sebanyak 85 kasus. Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun 2017 yaitu terjadi pada saat ibu bersalin sebesar 42,35%,nifas sebesar 40% dan saat ibu hamil sebesar 17,65%, Dengan demikian angka kematian ibu dari tahun 2016 sampai 2017 mengalami penurunan (Dinas kesehatan NTB, 2017). 1

Kasus kematian ibu di Kabupaten Lombok Barat 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Tahun 2014 tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 7 kasus, tahun 2015 menurun menjadi 5 kasus dan tahun 2016 jumlahnya tetap yaitu 5 kasus. Faktor penyebab kematiann ibu adalah kasus hipertensi dalam kehamilan terutama preeklamsia (40%), perdarahan (80%), dan kehamilan dengan kelainan letak yaitu 3%, walaupun angka kejadian kelainan letak kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 30%. Tahun 2016 angka kejadian ibu hamil dengan kelainan letak sebanyak (1,27%) dengan kelainan letak sungsang (1,24%), letak lintang (0,03%). Data bulan januari sampai desember 2017 angka kejadian kelainan letak sebanyak (1,41%), letak sungsang (1,35%), dan letak lintang (0,05%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 2017 ). Kehamilan letak sungsang merupakan satu penyebab kematian ibu. Kejadian letak sungsang disebabkan oleh prematuritas (karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar), hidramnion (karena anak mudah bergerak), plasenta previa (karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul), panggul sempit dan Kelainan bentuk kepala (hidrocephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul) serta faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, dan persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus (Manuaba, 2010). Upaya penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, 2

pertolongan persalinan oleh tenaga yang terlatih difasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapat cuti hamil dan melahirkan dan pelayanan keluarga berencana ( KB) (Kemenkes RI, 2016). Pemerintah juga memberikan pemberdayaan rumah sakit sebagai sarana rujukan dalam penanganan kegawatdaruratan serta dalam menangani kelainan letak dalam kehamilan dan upaya standarisasi pelayanan kebidanan (Dinkes RI ,2012). Solusi yang dilakukan sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan dalam program pemerintah tersebut yaitu menurunkan angka kematian ibu dalam komplikasi kehamilan kelainan letak

yaitu harus

memberikan pelayanan ANC (Antenatal Care) yang

berkualitas dan mampu mendeteksi secara dini adanya kehamilan letak sungsang dengan cara anamnesis, pemantauan ibu dan janin dengan seksama serta pemeriksaan abdominal untuk pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian terbawah janin. Pada penyuluhan bidan dapat menganjurkan pada ibu untuk melakukan posisi kneechest (bersujud dengan kaki sejajar pinggul dan dada sejajar lutut) atau dengan posisi merangkak serta rutin memeriksakan kehamilannya (Fitriani 2015). Berdasarkan data tersebut, penulis tertarikmengambil judul laporan tugas akhir “asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” menggunakan metode SOAPIE. 1.2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam laporan tugas akhir ini adalah memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester lll dengan letak sungsang” menggunakan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dengan metode subjektif, objektif, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SOAPIE). 3

1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam penulisan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah “bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” di fasilitas kesehatan daerah Lombok barat 1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan Umum. Mahasiswa mampu melaksanakan dan memberikan asuhan kebidanan pada “ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” di fasilitas kesehatan daerah Lombok barat. 1.4.2. Tujuan Khusus. 1. Mahasiswa mampu menggali data subyektif pada pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang 2. Mahasiswa mampu menggali data obyektif pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 3. Mahasiswa mampu melakukan analisa pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 4. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 1.5. Manfaat 1.5.1. Manfaat Teoritis. Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 4

1.5.2. Manfaat praktis. 1. Bagi rumah sakit/ puskesmas. Dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit dalam rangka mempertahankan

dan

meningkatkan

kualitas

pelayanan

kesehatan

dan

pelaksanaan asuhan kebidanan patologis pada ibu secara komprehensif bagi pasien. 2. Bagi instansi pendidikan. Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai saran tertulis untuk instansi dan sebagai bahan evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan letak sungsang” 3. Bagi masyarakat dan keluarga pasien. Agar masyarakat mendapatkan asuhan kebidanan yang tepat, bermutu dan masyarakat menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan pada ibu sehingga komplikasi bisa dapat dideteksi secara dini dan dapat diberikan penanganan yang tepat oleh tenaga kesehatan. 4. Bagi Mahasiswa. Menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai asuhan pada ibu dengan letak sungsang” dan cara penanganannya, serta untuk melatih kemampuan dan keterampilan dasar dalam melakukan pemeriksaan pada ibu sehingga mahasiswa mampu menerapkan teori yang telah didapatkan.

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Kehamilan

2.1.1. Definisi kehamilan. Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi didefinisikan pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam uterus. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) ini dihitung dari hari pertama haid terakhir (Kusmiyati, 2010). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalan 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, terimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae) dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan sperma masuk ke dalam vagina dan berjuta- juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel telur 6

banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim. Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kirakira 6-7 hari (Sumarmi, 2015). Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya

sperma dengan telur) yang terjadi dua

minggu setelahnya. (Kamariyah dkk,2014). 2.1.2. Perubahan fisiologi pada kehamilan trimester III a. Uterus. Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Itmus uteri menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen bawah rahim yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan. Perabaan uterus pada perubahan tinggi fundus uteri ibu hamil trimester lll : 1) 28 minggu

: Sepertiga pusat ke xyphoid.

2) 32 minggu

: Pertengahan pusat ke xyphoid. 7

3) 36-42 minggu

: 3 jari dibawah xuphoid.

(Serri Hutahaean, 2013). a) Vagina dan Vulva. Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tmapak makin berwarna merah dan kebirubiruan yang disebut dengan livide, warna porsio tampak livide. Pembuluh darah alat genetalia interna akan tampak membesar karena oksigenasi pada alat genetalia meningkat (Prawirohardjo, 2010). b) Ovarium. Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum

gravidarum

akan

meneruskan

fungsinya

sampai

terbentuknya plasenta yang sempuurna pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010). b. Sirlukasi Darah dan Sistem Respirasi Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen (O2), disamping itu desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur 32 minggu. Sebagai kompensesi terjadinya desakan rahim dan kebutuihan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20% sampai 25% dari pada biasanya (Prawirohardjo, 2010). c. Traktus digestivus Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi karena terjadi tekanan keatas uterus. Sedangkan pelebaran pembuluh darah pada rectum, bisa terjadi (Prawirohardjo, 2010).

8

d. Traktus urinarius Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan kembali mengeluh sering kencing. Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK (Prawirohardjo, 2010). e. Sistem muskulus skeletal Membesarnya uterus sendi pelvik pada saat hamil sedikit bergerak untuk mengkompensasi perubahan bahu lbh tertarik ke belakang, lebih melengkung, sendi tulang belakang lbh lentur sehingga mengakibatnya nyeri punggung (Prawirohardjo, 2010). f.

Perubahan pada kulit Terdapat striae gravidarum, mengeluh gata l, kelenjar sebacea lebih aktif. Berat badan akan mengalami kenaikan sekitar 5,5 kg, Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmrntasi terjadi pada strie gravidarum livi atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi akan hilang dengan sendirinya (Prawirohardjo, 2010).

g. Payudara Kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kuliit akan lebih terlihat putting payudara membesar, kehitaman, dan tegak.

9

Bulan pertama cairan berwarna kuning

keluar disiebut kolostrum

(Manuaba, 2010). h. Metabolisme Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolis me basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester ketiga, penurunan keseimbangan asam basa dari 155 sampai 145 mEq per liter akibat hemodelusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil seperti : kalsium 1,5 gram setiap hari dan 30-40 gram untuk pembentukan tulang janin, Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg per hari dan air yang cukup. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI (Prawirohardjo, 2010). i. Perubahan Kardiovaskuler Volume darah total ibu hamil meningkat 30- 50%, yaitu kombinasi antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari

10

nilai sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami puncaknya pada pertenahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32 minggu, setelah itu relative stabil. Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilius) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu (Manuaba, 2010). Postur dan posisi ibu hamil mepengaruhi tekanan arteri dan tekanan vena. Posisi terlentang pada akhir kehamilan, uterus yang besar dan berat dapat menekan aliran balik vena sehingga pengisian dan curah jantung menurun. Terdapat penurunan tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu tekanan sistolik menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan tekanan diastolic mengalami penurunan sekitar 12 poin. Pada kehamilan juga terjadi peningkatan aliran darah ke kulit sehingga memungkinkan penyebaran panas yang dihasilkan dari metabolisme. Pertumbuhan

dan

perkemgangan

janin

pada

trimester

III,

diantaranya ada akhir bulan ke-7 (minggu ke-28), pertumbuhan rambut dan kuku yang semakin memanjang, gerakan mata membuka dan menutup, gerakan menghisap semakin kuat, panjang badan 23 cm dan berat 1000 gram. Minggu ke-29 sampai ke-32 (bulan kedelapan), tubuh janin sudah terisi lemak dan verniks kaseosa menutupi permukaan tubuh bayi termasuk rambut lanugo. Kuku kaki mulai tumbuh sedangkan kuku tanga sudah mencapi ujungnya. Janin sudah punya kendali gerak pernafasan yang berirama dan temperature tubuh. Mata telah terbuka dan reflek cahaya terhadap pupul muncul diakhir bulan. Ukuran panjang rata-rata 28 cm, berat 3,75 pon. Minggu ke-33 sampai ke-36 (bulan kesembilan), kulit halus tanpa kerutan di akhir bulan, kuku jari kaki mencapai ujungnya, biasanya testis 11

sebelah kiri turun ke skrotum. Ukuran rata-rata panjang 31,7 cm, berat 2500 gram. Minggi ke-37 sampai ke-40 (bulan kesepuluh), pertumbuhan dan perkembangan utuh telah tercapai. Dada dan kelenjar payudara menonjol pada kedua jenis kelamin.

2.1.2. Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester lll Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester III adalah : a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya f) Merasa kehilangan perhatian g) Perasaan mudah terluka (sensitif) h) Libido menurun

2.1.3. Ketidaknyamanan pada kehamilan. Tabel 2.1 Ketidak Nyamanan Pada Kehamilan. 12

Ketidaknyamanan

Trimester

Caramengatasinya Menjelaskan mengenai sebab terjadinya hal tersebut, banyak minum pada siang hari, jangan mengurangi batas minum teh,

Sering buang air kecil

kopi, dan soda, jelaskan tentang bahaya

Trimester 3 infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu dengan tidur miring kekiri dan kaki di-tinggikan untuk mencegah dieresis

Hemoroid

Trimester 3

Hindari konsipasi, makan makanan yang berserat dan banyak minum, gunakan kompres es atau air hangat

Meningkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari, Keputihan.

Trimester 3

memakai akaian dalam dari bahan katun, tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dansayur

Sembelit.

Trimester 3

Senam hamil, istrahat cukup, BAB segera setelah ada dorongan, istirahat cukup, tingkatkan diet asupan cairan

Nafas sesak,

Trimester 3

Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik nfaspanjang

Sumber: Ina Kuswanti, (2014). 2.1.4. Tanda bahaya kehamilan trimester lll 1. Perdarahan pervaginam. Perdarahan pada keehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.

13

Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang- kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau absurpsi plasenta (Ummi.2011). 2. Sakit kepala yang hebat dan menetap. Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menentap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami pernglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia (Hani,Ummi,dkk. 2011). 3. Nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain (Hani, Ummi,2011). 4. Bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak bulan kelima atau bulan keenam, bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayiya lebih awal. 14

Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikir tiga kali dakam periode jam. Gerakan bayiakan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan minum dengan baik (Hani, Ummi,2011). 2.1.5. Masalah dalam kehamilan. Masalah dalam kehamilan yang sering terjadi antara lain : 1. Hiperemisis gravidaram. Hiperemisis Gravidarum adala mual dan muntah berlebihan hingga menimbulkan

gangguan

aktivitas

sehari

hari

dan

bahkan

dapat

membahayakan hidup ibu hamil. 2. Abortus Abortus adalah kegagalan kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. 3. Pre-eklamsia. Pre-eklamsia adalah kenaikan darah sistolik dan diastolic 10 mmHg atau 15 mmHg di sertai dengan adanya protein urine dan apabila konflikasi berlanjut bisa terjadi eklamsi. 4. Kehamilan lewat waktu. Kehamilan lewat waktu adala kehamilan yang melampaui usia 292 hari (42 minggu) dengan konflikasinya. 5. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. 6. Anemia. 15

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB dan atau jumlah eritrosit lebih rendah dari harga normal. Wanita hamil atrau dalam masanifas dinyatakan

anemia

bila

kadar

hemoglobin

dibwah

10

gr%

(Hani,Ummi2011). 2.2. Letak Sungsang Dalam Kehamilan 2.2.1. Pengertian Letak sungsang adalah letak dimana bokong bayi merupakan bagian terendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di pundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Marmi 2016). Letak sungsang adalah janin yang terletak memanjang dengan kepala di pundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri (Sudarti 2014). Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana posisi janin memanjang (membujur) dalam rahim dengan kepala berada pada bagian atas rahim (fundus uteri) dan bokong berada dibagian bawah ibu (Sutrisminah 2014). Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (Padila, 2015). Letak sungsang adalah dimana keadaan janin memanjang dengan posisi kepala berada di bagian pundus uteri dan posisi bokong berada di bawah kavum uteri. 2.2.2. Etiologi Letak janin uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, 16

jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif lebih berkurang (Padila 2015). Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada didalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus, dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala (Padila 2015). Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luar ruangan didaerah fundus (Padila 2015). 2.2.3. Patofisiologis Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan 17

janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang (Mardiastuti, 2014). Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada diruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar janin ditemukan dalam presentasi kepala (Mardiastuti, 2014). 2.2.4. Deteksi kehamilan sungsang Berikut ini deteksi kehamilan sungsang menurut Padila (2015): a. Melakukan pemeriksaan palpasi leopold Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutup atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras dari janin. b. Melalui pemeriksaan dalam. Cara ini hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan. Bila dibagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang.

18

2.2.5. Bentuk Bentuk Letak Sungsang Berikut adalah bentuk bentuk letak sungsang yaitu :

Gambar kehamilan letak Sungsang (Frank Breach, Complete Brech, and incomplete of footling) (Marmi 2016) 1. Presentasi bokong murni ( frank brech,50-0%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas serta ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaann dalam hanya dapat diraba bokong. 2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech,5-10%). Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping bokong dapat diraba kaki 3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete of footling 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian palingrendah adalah satu atau dua kaki. Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida (Marmi 2016). 2.2.6. Diagnosis

19

1. Palpasi, pemeriksaan leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan melenting (kepala), dan punggung teraba di kiri atau kanan. 2. Auskultasi, DJJ (Denyut Jantung Janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat. 3. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar X bayangan kepala di fundus. 4. Pemeriksaan dalam, Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang- kadang kaki (pada letak kaki). 5. Lubang kecil – Mengisap. a. Tulang (-) – Rahang Mulut b. Isap (-) Anus – Lidah c. Mekoneum (+) d. Tumit – Jaring panjang e. Sudut 90 derajat Kaki – Tidak rata Tangan siku f. Rata jari-jari – Patella (-) g. Patella Lutut h. Poplitea Diagnosis letak sungsang menurut Padila (2015) yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah 20

kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari pada terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonograik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain dan panjang jari. Kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong dan muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong (Padila 2015).

2.2.7. Faktor terjadinya letak sungsang 21

a. Faktor ibu 1.

Paritas ibu Paritas adalah wanita yang suda melahirkan beberapakali (lebih

dari 4 kali sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke- 37 dan seterusnya (Padilla 2015). Semakin beresiko paritas (jumlah anak lebih darin 3 orang ) semakin besar kejadian letak sungsang karena rahim yang bersifat elastis pada dinding otot rahim dan sebaliknya semakin rendah paritas semakin kecil angka kejadian letak sungsang (Joice 2011). Pada ibu hamil dengan yang sudah melahirkan

4 atau lebih terjadi

kemungkinan letak sungsang hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara, prematuritas, penyakit sistemik, kelainan pada ibu atau janinnya. Karena ibu yang telah melahirkan banyak anak, rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar sehingga janin berada dalam posisi sungsang (Oxorn, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Angela, (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di rumah sakit muhammadiyah Palembang . 2. Kelainan bentuk uterus Kelainan bentuk uterus seperti uterus arkuatus,uterus bikornis, dan mioma uteri yang dapat mempengaruhi posisi dan letak janin dalam rahim membuat janin mencari tempat atau posisi yang lebih nyamam sehingga terjadi letak sungsang (Padilla 2015). 22

Berdasarkan hasil penelitian ( Suparman 2014 ) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kelainan bentuk uterus dengan kejadian letak sungsang di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou manado. 3. Plasenta previa Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim.Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim (Padilla 2015). Berdasarkan hasil penelitian Azizah,( 2011) menunjukkan bahwa ada hubungan plasenta previa dengan kejadian letak sungsang di RSUD Dr. H. MOCH Ansari Salehah Banjarmasin. 4. Panggul sempit Panggul yang sempit dapat mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang, karena ruang panggul yang sempit tidak bisa memberikan fiksasi yang baik pada kepala janin, sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya mencari ruang yang lebih luas sehingga posisi janin menjadi sungsang (Padilla 2015). Berdasarkan hasil penelitian Fajrin,(2015) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan panggul sempit dengan kejadian letak sungsang di RSI Nashrul Ummah Lamongan. a. Faktor janin 1. Bobot janin relatif rendah Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak 23

bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut umumnya janin sudah menetap pada suatu posisi. Kalau posisinya salah maka disebut sungsang (Padilla 2015). Berdasarkan hasil penelitian Widia (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan berat janin rendah dengan kejadian letak sungsang RSUD dr. H.Andi Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bumbu.

2. Gemeli Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada dibagian bawah rahim (Padilla 2015). Berdasarkan hasil penelitian Herlina (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian letak sungsang di RSUD Demang sepulau raya Lampung Tengah 3. Hidramnion (kembar air) Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban yang melebihi normal. Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak karena tubuhnya yang masih kecil dibanding banyaknya jumlah air ketuban, sehingga janin bisa menempatkan dirinya dalam posisi yang diinginkannya sehingga bisa memutar dan terjadi kelainan letak, seperti letak sungsang (Padilla 2015).

24

Berdasarkan hasil penelitian

Aditia (2013)

menunjukkan bahwa ada

hubungan hidramnion dengan kejadian letak sungsang di RSUD Ulin Banjarmasin. 4. Hidrosefalus Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni dibagian atas rahim yang membuat janin bergerak menjadi letak sungsang (Padilla). Hidrosefalus menunjukkan bahwa kondisi kepala janin lebih besar karena kelebihan cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim karena bagian bawah rahim terlalu sempit untuk janin yang mengalami hidrosefalus, oleh karena itu janin berputar dan berada dalam posisi sungsang (Fischer 2010). Berdasarkan hasil penelitian

Handayani

(2012)

menunjukkan

bahwa

ada

hubungan

Hidrosefalus dengan kejadian letak sungsang di BPM Bidan Daryanti Sawangan Depok. 2.2.8. Penatalaksanaan. Penatalaksanaan letak sungsang menurut A. Penatalaksanaan letak sungsang pada ibu hamil Pada waktu hamil (antenatal): 1. Hamil 28-30 minggu USG a. Placenta previa. b. Kelainan kongenital. c. Kehamilan ganda. d. Kelainan uterus 25

2.

Evaluasi panggul a. Bila tak ditemukan kelainan : perawatan konservatif b. Bila USG tak ditemukan kelainan : 1) Knee chest position : Melakukan posisi bersujud, dengan posisi perut seakan-akan menggantung kebawah. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi yang normal. Posisi sujud bisa dilakukan selama 15 menit setiap hari. Seminggu kemudian diperiksa ulang untuk mengetahui berubah tidaknya letak janin. Bila letak janin tidak berubah, tindakan sujud bisa diulang. Syarat syarat knee chest, yaitu : a. Pada kehamilan 7 – 7,5 bulan masih dapat dicoba b. Melakukan posisi knee chest 3 – 4 kali sehari selama 15 menit c. Latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35 – 36 minggu. d. Dalam keadaan janin yang masih longgar diharapkan dapat memberikan peluang kepala janin untuk turun menuju pintu atas panggul. e. Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari pada bokong sehingga dapat mengarah ke pintu atas panggul. Menurut Mufdillah ( 2009) apabila dilakukan gerakan knee chest sebanyak 3-4 kali sehari selama 10 menit sampai 15 menit setiap

26

dua .jam setelah bangun tidur selama 5 hari, janin akan berputar secara alamiah dengan pertimbangan kepala lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan mengarah ke arah pintu atas panggul. Untuk melakukannya, berlututlah diatas tempat tidur dengan bokong diatas dan panggul ditekuk 90°. Dalam kasus ini perlakuan diberikan hingga 10 hari karena pada hari ke 5 posisi janin masih dalam keadaan sungsang. Pada teori menyebutkan tindakan knee-chest rata-rata hanya dilakukan selama 5 hari. Serta faktor kehamilan letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai umur kehamilan aterm maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi sectio cessarea karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa dicoba – coba untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi. Diperkuat lagi dengan teori bahwa pengambilan keputusan cara persalinan yang hendak dipilih pada kehamilan letak sungsang dinilai dari TBJ, jenis presentasi bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan dan pengalaman penolong (Sutrisminah,2010). B. Penatalaksanaan letak sungsang pada persalinan Pada waktu persaalinan dengan cara : 1. Cara Bracht

27

a. Segera setelah bokong lahir. Bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul). b. Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut ke metode manual aid yang sesuai. c.

Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.

d.

Lakukan hiperfordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak di bawah simphisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanda tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.

e. Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala. f. Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan napas bayi oleh asisten, tali pusat di potong. g. Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi/kontak dini.

Gambar 1 Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

28

Gambar 2 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht Catatan : bila pada tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau multer (manual aid) 2. Cara Klasik Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. Prosedur : a. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir. b. Tali pusat di kendorkan. c. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas. d. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu. Untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada dibelakang.

29

e. Dengan tangan kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada dibelakang. f. Masukkan dua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi. Untuk melahirkan dengan belakang bayi. g. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

3. Cara Muller Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.

30

a. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik kea rah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. b. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang

Gambar 1. Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan.

Gambar 2. Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)

31

4. Cara louvset a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan b. Memutar bayi 180 derajad dengan lengan yang terjungkit ke arah penunjuk jaringan yang muncul c. Memutar kembali 180 derajad ke arah yang berlawanan ke kiri/ke kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/Muller. 5. Cara ekstraksi kaki a. Tangan kanan masuk secara obstetrik menulusuri bokong. Pangkal paha sampai lutut kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi neksi. Tangan yang lain mendorong fundus ken bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan ditunjukkan keluar dari vagina sampai batas lutut. b. Kedua tangan penolong memegang betis janin. Yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis kaki ditarik cunn ke bawah sampai pangkal paha lahir. c. Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha. Sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.

32

d. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama di elevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir. e. Sebaiknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha di tarik terus curam ke bawah f. Setelah bokong kahir maka dilanjutkan cara ‫־‬b‫ ־‬atau ‫־‬c‫ ־‬atau ‫־‬d‫־‬ 6. Tehnik ektraksi bokong a. Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan. b.

Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan di letakkan di lipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha/kristas illaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikkan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.

c. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisi, maka jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha di tarik curam ke bawah sampai bokong lahir. d. Setelah bokong lahir bayi di lahirkan secara ‫־‬b‫ ־‬atau ‫־‬c‫ ־‬atau ‫־‬d‫־‬ 33

Catatan: ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi kaki, oleh karena itu perlu dilakukan perasat pinard pada presentasi bokong murni. Menurut Prawirohardjo, 2008

persalinan letak sungsang dilakukan

dengan cara : a. Persalinan spontan (spontaneous breech) Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht : 1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. 2) Saat bokong membuka vulva, dilakukan episiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari-jari lain memegang panggul. 3) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, segera kendorkan tali pusat tersebut. 4) Penolong melakukan hiperdolosis pada badan janin dengan cara punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti pergerakan ini tanpa melakukan tarikan. 5) Dengan gerakan hiperdolosis itu berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan, bagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

34

b. Manual aid Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara manual aid ada 3 tahapan yaitu : tahapan pertama lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, lovset; tahap ketiga lahirnya kepala dengan memakai cara mauriceau dan forceps piper. Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara klasik : 1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

35

2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. 3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan.

Gambar 2.2 Pengeluaran lengan secara klasi

36

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara mueller : 1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya. 2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.

37

Gambar 2.3 Pengeluaran lengan secara muller. Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset 1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. 2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.

38

Gambar 2.4 Pengeluaran lengan secara lovset Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau : 1) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. 2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkeram leher.

39

3) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkeram leher janin dari arah punggung. 4) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan fundal pressure. 5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.

Gambar 2.5 Pengeluaran kepala secara mauriceau

40

c. Ekstraksi sungsang Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet. Cara ekstraksi kaki : 1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain. 2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha. 3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu. Cara ekstraksi bokong 1) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (ossacrum).

41

2) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke bawah 3) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva. 4) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang. 5)

Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.

6)

Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.

7) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat paha janin. 8) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan. 9) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada, menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller. d. Perabdominam Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang. 42

Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul sempit.

Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang

primitua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin

steril,

dan

bekas

SC.

Sedangkan

seksio

sesarea

biasa

dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26 minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar) (Cunningham, 2015). Sectio Caesarea dilakukan bila : a. Diperkirakan sukar/ berbahaya persalinan pervaginam (Feto Pelvic Disproportion/ Skor Zatuchni-Andros ≤ 3). b. Tali pusat menumbung. c. Kemacetan persalinan. d. Premature/ serotinus. e. KPD/ pre eklampsi/ eklampsi

43

2.2.9. Prognosis Prognosis letak sungsang menurut Mustika Dwi S (2013), yaitu: a. Bagi ibu. Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. 5. Bagi bayi Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah tali pusat dan supaya janin hidup, janin harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.

44

PATHWAY 1. Pada Ibu Paritas ibu,

Rahim bersifat elastis, anak mencari ruang yang lebih luas

Plasenta previa,

Panggul sempit,

Menghalangi kepala turun ke panggul

Kepala susah menyesuaikan kejalan lahir

Letak Sungsang

2. Pada Bayi : Bobot janin relative rendah

Rahim bersifat elastis, anak mencari ruang yang lebih luas

Hidramnion

Janin lebih leluasa bergerak

Gimeli (kehamilan ganda) Terjadi perebutan tempat

Letak Sungsang

Modifikasi Marmi (2016). Faktor penyebab letak sungsang Oleh : Emi Sutrisnah.

45

Hidrosefalus

janin mencari tempat yang lebih luas

2.3 Tahap-Tahap Manajemen SOAPIE Adapun tahap-tahapan dokumentasi kebidanan SOAPIE (Mufdillah, 2009) yaitu sebagai berikut. 1. (S)

Subjektif merupakan informasi atau data yang diperoleh dari apa yang

dikatakan oleh klien. Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut SOAPIE (Mufdillah, 2009) Langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif iniberhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Data subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. 2. (O) Objektif adalah data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dari hasil laboratorium. Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut SOAPIE Pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain. 3. (A) Assesment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut SOAPIE. Langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial

dan kebutuhan tindakan segera

harus diidentifikasi

manurut

kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

46

4. (P) Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Menurut SOAPIE (Mufdillah, 2009). Langkah kelima, keenam, dan ketujuh. Pendokumentasien P dalam SOAPIE ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam planning juga harus mencantumkan evaluation/ evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAPIE. 5. (I) Implementasi pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien. Tindakan ini harus disetujui oleh pasikecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihlah pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. 6. (E) Evaluasi tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketetapan tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.

47

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Desain yang digunakan pada penelitian proposal laporan tugas akhir adalah studi kasus. Studi kasus merupakan suatu metode untuk memahami atau mengumpulkan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologisindividu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasikan asuhan kebidanan kehamilan dengan letak sungsang,studi kasus ini menggunakan studi kasus yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan dengan melalui proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmojo 2016). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi kasus ini akan dilaksanakan di daerah Lombok barat pada bulan maret 2019. 3.3 Subyek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien, dimana kedua kasus tersebut akan dibandingkan dengan masalah kebidanan yang sama yaitu kehamilan dengan letak sungsang . 3.4 Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan : 3.4.1

Anamnesa Anamnesa adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter,bidan

maupun bidan sebagai pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita dan untuk mendapatkan data identitas pasien, riwayat sakit pasien ( keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, 48

keluarga) yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien, yaitu letak sungsang (Haris, 2010). 3.4.2

Observasi dan pemeriksaan fisik. Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati perilaku

secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis Pemeriksaan fisik adalah memeriksaan suatu keadaan pasien dari dari ujung rambut sampai ujung kaki pasien dan yang perlu di observasi adalah gejala yang di alami pasien, perkembangan perjalanan penyakit, dan evaluasi (Haris, 2010). 3.4.3

Studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan

melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukakan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalai suatu media tertulis dan dokumentasi lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Haris, 2009). Yang dibutuhkan dalam mendokumentasikan serta mengumpulkan data yaitu rekaman video, buku KIA, dan buku register. 3.5 Analisa Data Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan 49

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya di interpretasikan oleh peneliti di bandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Fitriana 2011). Urutan dalam analisis adalah: 3.5.1 Pengumpulan data Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk format pengkajian. Data hasil anamnesa yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normalnya. 3.5.2 Penyajian data. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teksnaratif. Kerahasian dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau dengan menggunakan inisial nama (Haris, 2010). 3.5.3 Kesimpulan. Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasilhasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan prilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi (Fitriana 2011).

50

3.6 Etika Penelitian Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari : 3.6.1

Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2010). 3.6.2

Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,2010). 3.6.3

Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2010).

51

52

More Documents from "Yana Shofa"

Y[1].docx
April 2020 15
Bab_ii_2-dikonversi.docx
April 2020 18
Cover.docx
April 2020 12
Atonia Uteri.docx
April 2020 20
Kata Pengantar.docx
April 2020 12
Laporan Kasus Bbl.docx
December 2019 36