Wwwww.docx

  • Uploaded by: Nurlinda
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wwwww.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,567
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kesetimbangan asam basa merupakan pembicaraan yang sangat penting dalam bidang ilmu kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian.Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri-alkalimetri.Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa. Titrasi yang menyangkut asam dan basa secara meluas digunakan dalam pengendalian analitik dari banyak barang dagangan dan dioksidasi asam basa menggunakan pengaruhnya yang penting terhadap proses metabolik di dalam sel hidup. Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion indikator yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan).Pada saat terjadi perubahan warnawarna indikator, titrasi dihentikan.Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Dalam menilai suatu reaksi yang harus dipakai sebagai dasar titrasi, salah satu yang terpenting adalah sampai berapa jauh reaksi berlangsung menuju kelengkapan dekat pada

titik

ekuivalen.Perhitungan

stoikiometri tidak

memperhitungkan

pendapatan

maksimal atau hasil-hasil dari pemakaian reaktan-reaktan dengan perumpamaan yang disarankan secara tertutup bahwa reaksi berlangsung sampai lengkap. Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat

ditetapkan

berdasarkan

pada

prinsip

netralisasi asam-basa(melalui adisi-

alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH, dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan

tidak

mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan atau

pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar sekunder yang konsentrasinya

ditentukan melalui pembakuan dengan suatu standar primer.Dalam bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri.Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidimetri dan alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan titrasi aside-alkalimetri ? 2. Bagaimana perbedaan antara titrasi aside-alkalimetri? 3. Apa saja jenis-jenis titrasi aside-alkalimetri? 4. Apa saja peralatan dalam titrasi aside-alkalimetri? 5. Bagaimana perhitungan dalam titrasi-alkalimetri ? 6. Apa saja kelebihan dan kelemahan metode titrasi alkaliasidimetri ? 7. Apa saja faktor-faktor dalam titrasi asidialkalimetri ?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan pengertian titrasi aside-alkalimetri 2. Menjelaskan perbedaan antara titrasi aside-alkalimetri 3. Mengetahui jenis-jenis titrasi aside-alkalimetri 4. Mengetahui peralatan dalam titrasi aside-alkalimetri 5. Memahami perhitungan dalam titrasi-alkalimetri 6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode titrasi alkaliasidimetri 7. Mengetahui factor-faktor dalam titrasi asidialkalimetri

1.4 Manfaat Adapun manfaat dari makalah penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri. 2. Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar. 3. Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.

4. Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari – hari.

BAB II ISI

2.1 Pengertian Titrasi Asidi-Alkalimetri Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutandengan

cara

mereaksikan

sejumlah

volume

larutan tersebut terhadap

sejumlah volume larutanlain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahuidisebut larutan baku. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa(Muchtaridi, 2006). Asidi dari kata acid (bahasa Inggris) yang berarti asam sedang metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu, proses, atau seni mengukur.Asimetri berarti pengukuran

jumlah

asam

atau

pengukuran

dengan

asam.Titrasi asidimetri-

alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam-basa. Berdasarkan reaksinya dengan pelarut, asam dan basa diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan lemah sehingga titrasi asam-basa meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah (Farx, 2011). Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yangdidasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukankadar

asam-basa

dalam suatu

larutan

secara

analisa

volumetri.

Asidimetri dan alkalimetritermasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam denganion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasidapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa) ( Fatih.2008).

2.2 Perbedaan Antara Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri Asidimetri merupakan penetapan kadar

secara kuantitatif terhadap senyawa

senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Gandjar,2007). Perbedaan asidialkalimetri dapat di lihat dari table berikut. Tabel 2.2.1 Tabel Perbedaan Antara Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri

Perbedaan

Asidimetri

Pengertian

Penetapan

Alkalimetri kadar

senyawa yg Penetapan kadar senyawa yg

bersifat basa menggunakan baku bersifat asam Prinsip

asam

menggunakan

baku basa

Penetapan kadar Asam Sitrat dan Penetapan

kadar

Asam

yang

Salisilat

berdasarkan Bikarbonat

Natrium dilarutkan

reaksi netralisasi

dengan H2 O

Kegunaan

Menetapkan kadar basa

Menetapkan kadar asam

Larutan Baku

Asam, misalnya HCl 0,1 N

Basa, misalnya NaOH 0,1 N

Indikator

Indikator asam-basa, misal metil Indikator jingga, metil merah

asam-basa,

misal

fenolftalein (Hardjono, 2005)

2.3 Jenis-Jenis Titrasi Asidi-Alkalimetri 1. Titrasi Asam Kuat–Basa Kuat Pada proses titrasi asam kuat dengan basa kuat dan sebaliknya, kedua larutan dapat terionisasi dengan sempurna, hal ini dikarenakan larutan asam kuat dan basa kuat termasuk kedalam larutan elektrolit kuat yang dapat terionisasi secara sempurna didalam air. Penambahan basa kuat ke dalam asam kuat (atau sebaliknya) adalah jenis titrasi yang paling sederhana. Reaksi kimianya adalah netralisasi: H3 O+(aq) + OH-

(aq) 2H2 O (l)

Asam dan basa kuat terurai sempurna

dalam larutan berair, oleh karena itu, pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi.Pada titikekivalen, pH ditentukan oleh tingkat terurainya air. Pada 25ºC pH air murni adalah 7,00. Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat: NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2 O(l)(Hardjono. 2005)

2. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat Pada proses titrasi asam lemah dengan basa kuat dan sebaliknya, salah satu larutan (asam lemah) tidak dapat terionisasi dengan sempurna. Hal ini dikarenakan asam lemah tergolong kedalam larutan elektrolit lemah. Sehingga garam yang dihasilkan dalam reaksi memiliki sifat basa. Oleh karena itu, pada proses titrasi asam lemah dengan basa kuat titik ekivalennya terjadi ketika pH

campuran lebih dari 7.Titrasi asam lemah dengan basa kuat akan mempunyai kurva dan titik ekivalen yang berbeda dari asam kuat dengan basa kuat. Contoh dari titrasi asam lemah dengan basa kuat: Asam lemah: CH3 COOH Basa kuat: NaOH Persamaan Reaksi: CH3 COOH(aq)+ NaOH(aq) → NaCH3 COO (aq)+H2 O (l) (Hardjono. 2005) 3. Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat Proses titrasi basa lemah dan asam kuat terjadi hampir sama dengan proses titrasi asam lemah dengan basa kuat. Hal ini dikarenakan salah satu dari larutan adalah larutan elektrolit lemah yang tidak mampu terionisasi secara sempurna. Karena dalam reaksi ini larutan basa yang tidak dapat bereaksi secara sempurna, garam hasil reaksi ini menjadi memiliki sifat asam. Oleh karena itu, pada proses titrasi basa lemahdengan asam kuat titik ekivalennya terjadi ketika pH campuran kurang dari 7. Contoh dari titrasi basa lemah dengan asam kuat : Asam kuat : HCl Basa lemah :NH3 Persamaan Reaksi :HCl(aq)+ NH3(aq) → NH4 Cl(aq)(Hardjono. 2005) 4. Titrasi Basa Lemah dengan Asam Lemah Asam dan basa keduanya sebanding lemahnya, contohnya, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan terletak pada pH yang lain. Contoh dari titrasi basa lemah dengan asam lemah adalah: CH3 COOH(aq) + NH3 (aq) →CH3 COONH4 (aq)(Hardjono. 2005). 5. Asam kuat - Garam dari asam lemah Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi HCl sebagai asam kuat dengan NH4 BO 2 yang bersifat sebagaigaram dari asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut HCl + NH4 BO 2 → HBO 2 + NH4 Cl Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2 -→ HBO2 (Hardjono. 2005) 6. Basa kuat - Garam dari basa lemah Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3 COONH4 yang merupakan garam dari basa

lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:

NaOH + CH3 COONH4 →

CH3 COONa + NH4 OH Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4 -→ NH4 OH (Hardjono. 2005) Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan standard adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Terdapat dua macam larutanstandar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer (Farx, 2011). 1.

Larutan Baku Primer

Larutan baku primer adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya

diketahui secara

tepat

melalui metode gravimetri

(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui.

Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan

sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2 Cr2 O7 , As2 O 3 , NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-Syarat Larutan Baku Primer : 

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada

suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.) 

Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini

menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida. 

Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan

kepekaan tertentu. 

Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa

ekuivalen yang besar. 

Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.



Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan

langsung ( Basset,1994).

2.Larutan Baku Sekunder Larutan baku sekunder adalah Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO 3 , KmnO 4 , Fe(SO 4 )2 Syarat-Syarat Larutan Baku Sekunder : 

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer



Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk

memperkecil kesalahan

penimbangan  3.

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan ( Basset,1994). Indikator Asam Basa Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk flouresen atau kekeruhan pada suatu range atau trayek pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indicator dapat berupa asam ataupun basa-larut, stabil dan menunjukkan perubahan

warna

organic.Perubahan

yang warna

kuat

serta

disebabkan

biasanya

juga

adalah

zat-zat

oleh resonansi isomer electron.

Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range atau trayek pH yang berbeda (Khopkar, 1990). Beberapa indikator yang penting dalam titrasi asam-basa dapat dilihat dalam Tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1. Sifat beberapa indikator asam-basa yang penting No.

Nama Indikator

Warna

Warna

Trayek

Asam

Basa

pH

pKa

1.

Cresol red

merah

Kuning

0,2-1,8

--

2.

Thymol blue

merah

Kuning

1,2-2,8

1,7

3.

Bromophenol blue

kuning

Biru

3,0-4,0

4,1

4.

Methyi orange

merah

orange

3,1-4,4

3,7

5.

Congo red

biru

Merah

3,0-5,0

--

6.

Bromocresol green

kuning

Biru

3,8-5,4

4,7

7.

Methyl red

merah

Kuning

4,2-6,3

5,0

8.

Bromocresol purple

kuning

Purple

5,2-6,8

6,1

9.

Litmus

merah

Biru

5,0-8,0

--

10.

Bromothymol blue

kuning

Biru

6,0-7,6

11.

Phenol red

kuning

Merah

6,8-8,4

7,1

12.

Cresol red

kuning

Merah

7,2-8,8

7,8

13.

Thymol blue

kuning

Biru

8,0-9,6

8,2

14.

Phenolphatein

Tak

Merah

8,3-10

8,9

Orange/

10,1-

9,6

Merah

12,0

berwarna 15.

Alizarin yellow R

kuning

Sumber: David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry hal.289 Tabel 2. Sifat beberapa campuran indikator asam-basa yang penting No.

1.

Campuran Indikator

Bromocresol green & methyl red

Warna

Warna

Asam

Basa

Orange

Biru-

Trayek pH

3,5-4,

hijau 2.

Bromocresol green & chlorophenol Red

Kuning-

Biru-

Hijau

ungu

5,4-6,2

3.

Bromothymol blue & phenol red

Kuning

ungu

7,2-7,6

Sumber: David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry hal.289

Tabel 3. Sifat beberapa screened indicator No.

1.

2.

3.

Campuran Indikator

Warna

Warna

Asam

Basa

Dimethyl yellow &

Biru-

methylene blue

hijau

Bromocresol green &

merah-

chlorophenol red

ungu

Bromothymol blue &

Ungu-biru

Trayek pH

Hijau

3,2-3,4

Hijau

5,2-5,6

Hijau

6,8-7,3

phenol red Sumber: David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry hal.289 Indikator asam-basa dapat berubah warna bila lingkungan pH berubah karena indikator asam basa merupakan asam organik lemah atau basa organik lemah sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk molekul indikator

mempunyai

warna

yang

berbeda

dengan

warna

indikatornya.Letak trayek berbeda pH bergantung pada besar kecilnya tetapan kesetimbangan asam (Ka) atau tetapan kesetimbangan basa (Kb).Trayek pH terjadi akibat terjadinya kesetimbangan dan keterbatasan mata membedakan campuran warna.

2.4 Peralatan Dalam Titrasi Adapun alat-alat yang digunakan dalam titrasi aside-alkametri adalah sebagai berikut. No.

Nama Alat

Fungsi

1.

Labu

Digunakan dalam

Erlenmeyer

proses titrasi untuk menampung larutan yang akan dititrasi.

2.

Buret

Digunakan untuk mengalirkan larutan standar pada saat titrasi kemudian dapat pula digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.

3.

Pipet volume

Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian pada bagian yang menggembung. Ukuran pipet juga bervariasi 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm dan seterusnya.

Gambar

4.

Pipet tetes

Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.

5.

Labu ukur leher

Untuk mengencerkan

panjang

larutan atau membuat larutan dari zat padat untuk mendapatkan konsentrasi yang tepat dengan ketelitian yang tinggi.

6.

Gelas arloji

Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia, untuk menimbang bahanbahan kimia dan untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator.

7.

Karet penghisap

Untuk mengambil analit pada saat menggunakan pipet ukur.

2.5 Perhitungan Titrasi Asidi-Alkalimetri Hasil Pengamatan No

Air

Alkohol

Propilenglikol

Asam

Volume

Volume

( % v/v)

( % v/v)

( % v/v)

Salisilat

Campuran

NaOH

(ml)

(ml)

(ml)

(gram)

(ml)

0,1 N (ml)

1

60

0

40

1

5

2,7

2

60

5

35

1

5

2,5

3

60

10

30

1

5

2,4

4

60

15

25

1

5

2,2

5

60

30

10

1

5

1,8

6

60

35

5

1

5

2,6

7

60

40

0

1

5

2,1

Hasil Perhitungan Pengambilan Bahan A. Air Percobaan I - VII 𝐴𝑖𝑟 =

60 𝑥 10 = 6 𝑚𝑙 100

Jadi total pengambilan air adalah 6ml x 7 = 42 ml B. Alkohol 1. Percobaan I 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

0 𝑥 10 = 0 𝑚𝑙 100

2. Percobaan II 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

5 𝑥 10 = 0,5 𝑚𝑙 100

3. Percobaan III 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

10 𝑥 10 = 1 𝑚𝑙 100

4. Percobaan IV 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

15 𝑥 10 = 1,5 𝑚𝑙 100

5. Percobaan V 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) = 6. Percobaan VI

30 𝑥 10 = 3 𝑚𝑙 100

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

35 𝑥 10 = 3,5 𝑚𝑙 100

7. Percobaan VII 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

40 𝑥 10 = 4 𝑚𝑙 100

C. Propilenglikol 1. Percobaan I 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

40 𝑥 10 = 4 𝑚𝑙 100

2. Percobaan II 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

35 𝑥 10 = 3,5 𝑚𝑙 100

3. Percobaan III 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

30 𝑥 10 = 3 𝑚𝑙 100

4. Percobaan IV 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

25 𝑥 10 = 2,5 𝑚𝑙 100

5. Percobaan V 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

10 𝑥 10 = 1 𝑚𝑙 100

6. Percobaan VI 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

5 𝑥 10 = 0,5 𝑚𝑙 100

7. Percobaan VI 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( %𝑣/𝑣) =

a. Menentukan molaritas NaOH Dik: N = 0,1 N

0 𝑥 10 = 0 𝑚𝑙 100

Dit: M NaOH? Jawab: NaOH  Na + + OHN = M x ek 𝑀=

=

𝑁 𝑒𝑘

0,1 𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑜𝑙 1 𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑜𝑙

M = 0,1 mol/L

b. Kadar Asam Salisilat

Percobaan I Dik:

V NaOH

= 2,7

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,7 ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,7 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,054 mol/L

Percobaan II Dik:

V NaOH

= 2,5

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,5 ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,5 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,05 mol/L

Percobaan III Dik:

V NaOH

= 2,4

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,4 ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,4 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,048 mol/L

Percobaan IV Dik:

V NaOH

= 2,2

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,2 ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,2 ml x 0,1 mol/L : 5 ml

M Asam Salisilat = 0,044 mol/L

Percobaan V Dik:

V NaOH

= 1,8

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

1,8 ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 1,8 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,036 mol/L

Percobaan VI Dik:

V NaOH

= 2,6

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,6 ml ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,6 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,052 mol/L

Percobaan VII Dik:

V NaOH

= 2,1

ml

M NaOH

= 0,1

mol/L

V Asam Salisilat

=5

ml

Dit: Kadar Asam Salisilat Jawab: V NaOH x M

NaOH =

V Asam Salisilat x M Asam Salisilat

2,1 ml ml x 0,1 mol/L = 5 ml x M Asam Salisilat M Asam Salisilat = 2,1 ml x 0,1 mol/L : 5 ml M Asam Salisilat = 0,042 mol/L

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Metode Titrasi Asidi-Alkalimetri Adapun kelebihan dan kekurang dari metode aside-alkalimetri adalah sebagai berikut. 1. Kelebihan Mampu menyempurnakan teori asam oleh Justus Von Liebig yang mengatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen).Pernyataan tersebut tidak tepat karena basa juga memiliki hydrogen (Keenan, 1991). 2. Kekurangan 1. Teori asam basa Arrhenius terbatas pada pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain maupun reaksi tanpa pelarut (Harjadi, 1990). 2. Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum mampu untuk menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion (Harjadi, 1990). 3. Tidak dijelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (misalnya HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti senyawa CH₄ tidak (Harjadi, 1990). 4. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH¯, seperti senyawa Na₂CO₃ memiliki karakteristik sebagai basa (Harjadi, 1990).

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesalahan Pada Praktikum Asidi-Alkalimetri 1. Ketika titrasi, volume titran yang diteteskan melebihi dari volume yang diharuskan, karena kurang memperhatikan perubahan warna larutan, sehingga didapat hasila yang kurang akurat. 2. Alat yang digunakan tidak benar-bersih, sehingga zat pada larutan tercampur zat lain. 3. Kesalahan praktikan dalam membaca meniskus bawah buret.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Asidi-alkalimetri yangdidasarkan untuk

merupakan pada prinsip

menentukankadar

salah

satu

metode

titrasi asam-basa.

asam-basa

dalam

suatu

kimia

analisa

kuantitatif

Asidi-alkalimetri berfungsi larutan

secara

analisa

volumetri. 2. Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri berbeda dalam hal larutan baku yang digunakan. Pada asidimetri digunakan larutan baku asam, sedangkan pada alkalimetri digunakan larutan baku basa. 3. Jenis-jenis titrasi yaitu titrasi asam kuat–basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam kuat, titrasi basa lemah dengan asam lemah, asam kuat - garam dari asam lemah, basa kuat - garam dari basa lemah. 4. Larutan standard adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Terdapat dua macam larutanstandar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. 5. Peralatan yang digunakan dalam proses titrasi adalah buret dan statif, erlenmayer, ball filler, gelas arloji, pipet tetes, labu takar, pipet volume dll. 6. Kelebihan dari metode asidi alkalimetri adalah mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Sedangkan kelemahannya teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam praktikum asidi-alkalimetri yaitu kebersihan alat dan kurangnya ketelitian.

3.2 Saran Dengan adanya makalah ini penulis ingin menyarankan bahwa makalah ini tidak hanya bahan bacaan semata, akan tetapi dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca khususnya yang mendalami ilmu kimia analisis farmasi

More Documents from "Nurlinda"