Wrap Up Sk 1 Mp2-2.docx

  • Uploaded by: Venezia Azzahra
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wrap Up Sk 1 Mp2-2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,355
  • Pages: 24
WRAP UP SKENARIO I DEMAM

Kelompok Pembimbing Ketua Sekertaris Anggota

: B11 : dr. Hj. Sri Hastuti, M.Kes. : Munziri Ilman Dahriza : Venezia Az’zahra : Meidi Endahsari Nastiti Adiba Salsabila Annisa Shafiyah Arsal Endito Pamungkas Sadewo Balqis Nihlah Hilyati Muhammad Erdiansyah Fitriana Anggraini Nina Yolanda Putri

(NPM: 1102018285) (NPM: 1102018290) (NPM: 1102018282) (NPM: 1102018283) (NPM: 1102018284) (NPM: 1102018286) (NPM: 1102018288) (NPM: 1102018289) (NPM: 1102018291) (NPM: 1102018340)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH JAKARTA 10510 TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574

Daftar Isi Skenario .................................................................................................................................... 2 Kata Sulit .................................................................................................................................. 3 Pertanyaan ........................................................................................................................................ 3 Jawaban .................................................................................................................................... 4 Hipotesis .................................................................................................................................... 7 Sasaran Belajar ........................................................................................................................ 8 L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan Demam ........................................................................ 9 L.O 1.1 Definisi ......................................................................................................................... 9 L.O 1.2 Klasifikasi ..................................................................................................................... 9 L.O 1.3 Etiologi ....................................................................................................................... 10 L.O 1.4 Mekanisme ................................................................................................................. 11 L.O 1.5 Pemeriksaan Fisik Pada Anak ................................................................................... 11 L.O 1.6 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................................ 12 L.O 1.7 Diagnosis ................................................................................................................... 15 L.O 1.8 Tatalaksana ................................................................................................................ 15 L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap pasien demam ... 19 Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 23

1

SKENARIO DEMAM

Seorang anak laki-laki, 12 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan 1 hari demam. Demam sepanjang hari dan nafsu makan menurun. Buang air kecil dan besar tidak ada keluhan. Pemeriksaan fisik diperoleh hasil nadi 96 kali per menit, suhu 39 C, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, thorak dan abdomen tidak ada kelainan, serta tidak terdapat tanda-tanda perdarahan pada kulit. Dkter memberikan obat penurun panas dan menyarankan bila demam tidak sembuh dalam 3 hari, pasien diminta datang kembali untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ibu pasien bertanya ke dokter, apakah pasien boleh berwudhu karena sedang panas tinggi.

2

KATA SULIT 1. Thorak Bagian tubuh diantara leher dan diafragma (Kamus kedokteran Dorland)

2. Demam Panas badannya, suhunya lebih tinggi dari biasanya umumnya karena sakit (KBBI)

3. Perdarahan Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kehilangan darah dalam keadaan patologi (KBBI)

4. Abdomen Bagian tubuh berupa rongga tubuh yang berisi alat pencernaan (KBBI)

PERTANYAAN SEMENTARA

1. Kenapa demam bisa membuat nafsu makan menurun ? 2. Bagaimana penanganan untuk pasien ? 3. Apa saja jenis-jenis demam ? 4. Apa dampak positif dan negative dari demam ? 5. Berapa kadar suhu tubuh normal ? 6. Apa penyebab demam ? 7. Berapa batas suhu yang dikatakan demam pada bagian-bagian tubuh tertentu ? 8. Bagaimana mekanisme demam dapat terjadi ? 9. Apa saja tanda-tanda perdarahan pada kulit ? 10. Selain terapi farmakologis, terapi non-farmakologi apa yang dapat diberikan ? 11. Apa saja jenis obat penurun panas ? 12. Apa saja dugaan yang terjadi bila demam tidak sembuh dalam 3 hari ? dan contoh penyakitnya ! 13. Mengapa jika 3 hari tidak sembuh diminta datang kembali dan diminta pemeriksaan laboratorium ? 14. Apakah pasien boleh berwudhu jika sedang panas tinggi ? 15. Bagaimana patofisiologi dari demam ? 3

JAWABAN 1. IL 1 dan tnf alfa  mengeksresikan leptin ke jaringan adipose  menimbulkan rasa kenyang  penurunan nafsu makan.

2. - Kompres dengan air hangat -banyak minum air putih -menjaga suhu ruangan -istirahat dan perawatan -kunjungi dokter bila : a. demam pada anak usia < 3 bulan b. demam pada anak yang mempunyai penyakit kronis c. jika anak gelisah, lemah, dan tidak nyaman d. demam berlangsung > 3 hari -pemberian obat anti mikroba 3. – demam septik -demam intermiten -demam kontinyu -demam siklik -demam remiten -demam kambuh atau periodic -demam yang belum terdiagnosis -demam pel-ebstein -demam pelana 4. (+)  demam dapat melawan infeksi (-)  terjadi peningkatan metabolisme tubuh  dapat terjadi dehidrasi ringan  membuat seseorang yang mengalami demam menjadi tidak nyaman 5. suhu oral  35,5 – 37,5oC suhu aksila  34,7- 37,3 oC suhu rektal  36,6 – 37,9 oC 4

membrane timpani  35,7 – 37,5 oC dahi  38 oC

6. a.) Infeksi = virus, bakteri, parasit b.) Non-Infeksi = imunisasi, kanker, tumor c.) Fisiologis = tumbuh gigi, faktor lingkungan

7.

Diatas normal (data no.5)

8. Mikroorganisme  toksin (endotoksin)  inflamasi  leukosit (IL1, tnf, IL6) sirkulasi darah  hipotalamus interior  prostat landin  demam.

9. Merah, bintik-bintik, tidak gatal, bengkak.

10. Sama dengan jawaban no.2 (data 1,2,3,4)

11. a. paracetamol b. ibuprofen c. aspirin 12. Gangguan sistem imun  leukosit berkurang  tidak mampu melawan infeksi secara cepat dan efektif  menyebabkan leukopenia. Contoh penyakit : DBD, Malaria, demam thypoid, infeksi saluran kemih, influenza. 13. 3 hari tidak sembuh  obat tidak efektif  bakteri atau virus tidak mati atau resisten terhadap obat  dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis virus dan bakteri  pemberian terapi farmako yang lebih tepat.

14. Boleh dan ada tatalaksananya 15. Demam tinggi  metabolisme cepat  jantung dan frekuensi pernapasan lebih cepat  penguapan pada kulit  dehidrasi  elektrolit tidak seimbang. 5

Demam tinggi > 41o C  kerusakan permanen pada otak dan otot.

6

HIPOTESIS Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal (37° C) yang pada umumnya disebabkan oleh infeksi, non-infeksi, maupun keadaan fisiologis. Adapun jenis-jenis demam, diantaranya ialah demam septik, intermitten, dan kontinu. Demam sendiri diakibatkan oleh lepasnya prostaglandin pada hipotalmus. Demam dapat ditangani dengan pemberian farmako dan non-farmako. Jika demam tetap berlanjut lebih dari 3 hari maka harus melakukan pemeriksaan Laboratorium. Demam tidak menghalangi seseorang untuk beribadah.

7

SASARAN BELAJAR LI.1. Memahami dan Menjelaskan Demem LO.1.1. Definisi LO.1.2. Klasifikasi LO.1.3. Etiologi LO.1.4. Mekanisme LO.1.5. Pemeriksaan fisik pada anak LO.1.6. Pemeriksaan laboratorium LO.1.7. Diagnosis LO.1.8. Tatalaksana

LI.2. Memahami dan menjelaskan pandangan Islam terhadap pasien demam

8

LI.1. Memahami dan menjelaskan Demam L.O. 1.1. Definisi Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005).

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve, 2010).

Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu 41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parahtetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).

L.O. 1.2. Klasifikasi Demam septik : Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.

Demam hektik : Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari

Demam remiten : Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal

Demam intermiten : Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.

Demam Kontinyu : Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Demam Siklik : Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. 9

Demam belum terdiagnosis : Suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun sudah diteliti selama 1 minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium.

L.O. 1.3. Etiologi Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita anak yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).

1. Demam Non-infeksi Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.

2. Demam Infeksi Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik,morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru (Widjaja, 2008).

10

Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu: a. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis). b. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri). c. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari. Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra, 2010).

L.O. 1.4 Mekanisme Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang (Sherwood, 2001). Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal (Ganong, 2002; Nelwa, 2006). Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory Protein1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwa, 2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).

L.O. 1.5. Pemeriksaan Fisik Pada Anak 1. Anamnesis -lama dan sifat demam 11

-ruam kemerahan pada kulit -nyeri kepala -nyeri saat buang air kecil -tempat tinggal atau riwayat bepergian dalam 2 minggu -pekerjaan -riwayat keluarga dahulu -pola makan -lingkungan tempat tinggal 2. Pemeriksaan Umum a. Kesan keadaan sakit b. Kesadaran 1. Kompos mentis: sadar sepenuhnya 2. Apatis: sadar tapi acuh tak acuh 3. Somnolens: mengantuk, tidak respons terhadap stimulus ringan, respon terhadap stimulus agak keras. 4. Spoor: tidak ada respon terhadap stimulus ringan/sedang, refleks cahaya masih positif 5. Koma: tdak ada respon terhadap semua stimulus. Refleks cahaya negatif 6. Delirium: kesadaran menurun serta kacau, basa disorientasi, iritatif dan salah persepsi c. Status gizi 3. Tanda Vital a. Nadi: 1. Perabaan nadi dengan jari 2,3, dan 4 tangan kanan serta jari berada di dorsal tangan anak 2. Sebaiknya perhitungan nadi bersamaan denyut jantung selama satu menit b. Tekanan darah

L.O. 1.6 Pemeriksaan Laboratorium 1) Hematologi (darah lengkap)  Hb (hemoglobin) Pada penyakit infeksi menahun seperti kanker darah, malaria, hb bisa jadi menurun. Sedangkan untuk dbd Hb biasanya meningkat, karena darah pekat akibat cairan darah (plasma darah) keluar dari pembuluh darah. 12

Untuk kadar normal Hb, pria = 13.6 g/dl dan wanita = 12-16 g/dl  Leukosit Pada infeksi bakteri seperti infeksi tenggorokan, infeksi d=saluran nafas, ISK dll biasanya leukositnya meningkat, sedangkan untuk infeksi bakteri seperti tifus biasanya leukosit normal atau bahkan menurun. Dan untuk infeksi virus seperti flu, hepatitis, dbd biasanya leukosit normal. Dan pada leukemia ataupun kanker darah biasanya sering meningkat  Diff (hitung leukosit) Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghitung presentasi masing-masing jenis sel darah putih dalam pembuluh darah. Karena sel darah putih memiliki beberapa jenis seperti, basophil, neutrophil, eosinophil, limfosit, dan monosit. Bila seseorang terserang infeksi atau sedang infeksi biasanya jenis sel darah putih akan berubah-ubah. ada infeksi bakteri, prosentase Neutrofil akan meningkat, sedangkan pada Infeksi Tifus dan Infeksi Virus, prosentase Limfosit yang meningkat. Pada penyakit Alergi, atau cacingan, prosentase Eosinofil yang meningkat. Pemeriksaan ini juga dapat mengetahui adanya kanker darah, yaitu dengan ditemukan sel-sel darah putih yang masih muda.  LED (laju endap darah) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kecepatan pengendapan dari sel-sel darah merah. Sel-sel darah akan lebih mudah untuk mengendap saat terjadi infeksi, adanya kerusakan jaringan, adanya dan pada keadaan anemia (kekurangan darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi. Pada keadaan normal sel-sel darah mengendap dalam kecepatan 0-20mm/jam, dalam keadaan infeksi biasanya kecepatannya lebih meningkat dari keadaan normal.  Trombosit Trombosit, biasanya dikatakan sebagai keeping-keping darah yang mencegah terjadinya perdarahan. Biasanya jika trombosit menurun perdarahan lebih sering terjadi seperti kasus pada dbd atau demam berdarah, biasanya ditandai dengan adanya bintik-bintik merah pada kulit yang apabila jika di tekan tidak akan hilang, yang disebabkan karena adanya perdarahan halus di pembuluh darah bawah kulit. Maka dari itu pemeriksaan trombosit sangat penting untuk mengetahui adanya penyakit demam 13

berdarah. Trombosit biasanya menurun setelah hari kedua. Untuk trombosit normal = 180.000-380.000 sel/U.

2) Urin lengkap Pemeriksaan urine lengkap baisanya untuk mengetahui adanya infeksi pada saluran kemih ataupun pada ginjal. Pada infeksi saluran kemih ataupun ginjal biasanya ditemukan leukosit nya meningkat pada kencing yang normal biasanya ditemukan leukosit dengan <8/LPB.

3) Malaria Malaria disebabkan oleh parasite yang disebut plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Malaria menyebabkan demam yang harus cepat dilakukan pengobatan, jika terlambat akan berakibat fatal.

4) Widal Pemeriksaan widal, dilakukan untuk mengetahui adanya pembentukan zat antibody terharap virus salmonella penyebab tifus, jika seseorang terjangkit infeksi diakibatkan oleh virus tersebut, biasanya ada pembentukan zat antbodi ini. Kenaikan dianggap nyata bila titer widal O lebih dari 1/160 dan widal H diatas 1/320.

5) SGOT, SGPT SGOT dan SGPT adalah enzim yang dihasilkan oleh sel hati. Dalam keadaan infeksi sel hati atau hepatitis, biasanya sel ini akan banyak tumpah ke dalam darah, sehingga pada pemeriksaan ini yang mengalami infeksi sel hati kadar enzim ini dalam darah akan dua kali lipat lebih meningkat dibandingkan kadar normalnya. Kadar normal SGOT dan SGPT dalam darah sekitaar 5-10U/L.

6) Rontgen Paru Pemeriksaan Rontgen Paru perlu dilakukan pada demam tinggi yang disertai sesak nafas dan batuk, hal ini penting untuk mengetahui adanya infeksi atau radang paru yang disebut Bronchopneumonia, juga pada demam lama yang tidak jelas penyebabnya, pemeriksaan Rontgen Paru berguna untuk mengetahui adanya infeksi paru yang disebut Tuberculosis(TBC). Bagaimana Menilai Hasil Pemeriksaan 14

Laboratorium? Pemeriksaan Labotorium pada demam merupakan kumpulan beberapa pemeriksaan yang bertujuan membantu mencari penyakit penyebab demam. Dalam menilai hasil pemeriksaan ini tentu harus minta penjelasan dokter. Di mana dokter akan menganalisa hasil tersebut, menggabungkan dengan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain bila diperlukan, sehingga diagnosa penyakit dapat lebih pasti dan pengobatan lebih tepat.

L.O. 1.7. Diagnosis 1. Tampilan baik: 

Anak bisa senyum, tidak gelsah, sadar, makan baik, mennagis kuat, namun dapat dibujuk.



Tidak ada tanda-tanda dehidrasi



Perfusi perifer baik, ekstremitas kemerahan dan hangat.



Tidak ada kesulitan bernapas.

2. Tampilan sakit, mulai untuk mempertimbangkan untuk ke dokter: 

Masih bisa tersenyum, gelisah dan menangis, kurang aktif bermain, nafsu makan berkurang.



Dehidrasi ringan atau sedang



Perfusi perifer masih baik.

3. Tampilan toksik (Sesuai Baraff dkk) merupakan gambaran klinis yang sejalan dengan kriteria sindrom sepsis (antara lain letargi, penurunan perfusi jaringan, atau adanya hipo/hiperventilasi, atau sianosis), harus segera dibawa ke dokter. L.O. 1.8. Tatalaksana Penatalaksanaan demam atau demam menurut Shvoong (2010) untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres. Pertama siapkan air hangat, selanjutnya mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh, lakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering), setelah itu keringkan tubuh dengan handuk dan hentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati normal. Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara self management maupun non-self management. Pengelolaan secara self management merupakan pengelolaan demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan. Pengelolaan secara self management

15

dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya. Sedangkan non-self management merupakan pengelolaan demam yang menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).

1) Pengelolaan Self Management a) Terapi Fisik Terapi fisik merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan demam dengan cara memberi tindakan atau perlakuan tertentu secara mandiri. Tindakan paling sederhana yang dapat dilakukan adalah mengusahakan agar anak tidur atau istirahat supaya metabolismenya menurun. Selain itu, kadar cairan dalam tubuh anak harus tercukupi agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Memberi aliran udara yang baik, memaksa tubuh berkeringat, dan mengalirkan hawa panas ke tempat lain juga akan membantu menurunkan suhu tubuh. Membuka pakaian/selimut yang tebal bermanfaat karena mendukung terjadinya radiasi dan evaporasi (Ismoedijanto, 2000). Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5- 32°C (tepidsponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali. Pemberian kompres hangat dilakukan apabila suhu diatas 38,5°C dan telah mengkonsumsi

antipiretik

setengah

jam

sebelumnya

(Newman,

1985).

Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat karena justru mengakibatkan vasokonstriksi, sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Selain itu, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dapat menyebabkan koma apabila terhirup (Soedjatmiko, 2005).

b) Terapi Obat Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk menurunkan demam anak adalah pemberian antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (Soedibyo & Souvriyanti, 2006).

Paracetamol

Ibuprofen

Aspirin

16

Golongan

Antipiretik

Dosis

90 mg/kgBB/hari

Efek Samping

Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar

antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung, dan perdarahan

analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi 2-11 tahun, 1015 mg/Kg. Usia diatas 12 tahun 325-650 mg/Kg merangsang lambung dan pendarahan usus, tidak enka di perut, mual, dan pendarahan saluran cerna.

2) Pengelolaan Non-Self Management Non-self management merupakan pengelolaan demam yang tidak dilakukan sendiri melainkan menggunakan bantuan tenaga kesehatan. Pengelolaan secara non-self management memang merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi anak yang menderita demam, tetapi belum tentu merupakan pilihan yang terbaik karena penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dan tergantung kepada tingginya suhu, keadaan umum, dan umur anak tersebut. Biasanya demam pada bayi lebih mengkhawatirkan karena daya tahan tubuh bayi masih rendah dan mudah terjadi infeksi. Bayi yang menderita demam harus mendapat pemeriksaan yang lebih teliti karena 10% bayi dengan demam dapat mengalami infeksi bakteri yang serius, salah satunya meningitis. Oleh karena itu, NAPN menganjurkan bahwa bayi berumur <8 minggu yang mengalami demam harus mendapat perhatian khusus dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Terdapat beberapa kriteria yang menganjurkan agar anak mengubungi tenaga medis, antara lain: a. Demam pada anak usia di bawah 3 bulan b. Demam pada anak yang mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi c. Demam pada anak yang disertai dehidrasi, gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman dan tidak mau makan dan minum. d. Demam naik-turun atau tak kunjung turun yang berlangsung lebih dari 3 hari (> 72 jam)

17

e. Demam yang baru terjadi satu hari tetapi dengan suhu 39°C yang menunjukan adanya infeksi berat. f. Demam baru sehari tapi suhu diatas 40°C disertai dengan keluhan sulit bernapas, kejang, muncul bintik merah atau biru muncul di tangan, dibarengi dengan muntah, diare atau radang tenggorokan (Bonadi, 1997; Febry& Marendra, 2010). sistem imun.  Penanganan Pertama Demam pada Anak 1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan/lipatan paha, juga di bagian luar dan terbuka seperti dahi dan perut. Kompres hangat membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Hindari mengompres dengan menggunakan air dingin atau es batu karena tindakan ini mengakibatkan pembuluh darah tepi mengecil sehingga panas yang seharusnya dialirkan darah ke kulit agar keluar menjadi terhalang sehingga panas tubuh tidak berkurang. 2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh segar dan nyaman, air hangat juga sangat baik untuk menghilangkan kuman dan bakteri di kulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh selanjutnya gunakan pakaian agar tidak kedinginan. 3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya menyerap keringat agar lebih nyaman dan tidak kegerahan. 4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk melawan infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar atau tempat istirahat baik sehingga kamar tetap bersuhu normal. 5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya dehidrasi (Febry & Marendra, 2010).

 Dampak Demam Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada

18

awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C (Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Pasien Demam Tata cara bersuci bagi orang sakit 1. Orang yang sakit wajib bersuci dengan air. Ia harus berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats besar. 2. Jika tidak bisa bersuci dengan air karena ada halangan, atau takut sakitnya bertambah, atau khawatir memperlama kesembuhan, maka ia boleh bertayamum.

3. Tata cara tayamum : Hendaknya ia memukulkan dua tangannya ke tanah yang suci sekali pukulan, kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya.

4. Bila tidak mampu bersuci sendiri maka ia bisa diwudhukan, atau ditayamumkan orang lain. Caranya hendaknya seseorang memukulkan tangannya ke tanah lalu mengusapkannya ke wajah dan dua telapak tangan orang sakit. Begitu pula bila tidak kuasa wudhu sendiri maka diwudhukan orang lain.

5. Jika pada sebagian anggota badan yang harus disucikan terluka, maka ia tetap dibasuh dengan air. Jika hal itu membahayakan maka diusap sekali, caranya tangannya dibasahi dengan air lalu diusapkan diatasnya. Jika mengusap luka juga membahayakan maka ia bisa bertayamum.

6. Jika pada tubuhnya terdapat luka yang digips atau dibalut, maka mengusap balutan tadi dengan air sebagai ganti dari membasuhnya.

7. Dibolehkan betayamum pada dinding, atau segala sesuatu yang suci dan mengandung debu. Jika dindingnya berlapis sesuatu yang bukan dari bahan tanah seperti cat misalnya,maka ia tidak boleh bertayamum padanya kecuali jika cat itu mengandung debu.

19

8. Jika tidak mungkin bertayamum di atas tanah, atau dinding atau tempat lain yang mengandung debu maka tidak mengapa menaruh tanah pada bejana atau sapu tangan lalu bertayamum darinya.

9. Jika ia bertayamum untuk shalat lalu ia tetap suci sampai waktu shalat berikutnya maka ia bisa shalat dengan tayamumnya tadi, tidak perlu mengulang tayamum, karena ia masih suci dan tidak ada yang membatalkan kesuciannya.

10. Orang yang sakit harus membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka ia shalat apa adanya, dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.

11. Orang yang sakit wajib shalat dengan pakaian suci. Jika pakaiannya terkena najis ia harus mencucinya atau menggantinya dengan pakaian lain yang suci. Jika hal itu tidak memungkinkan maka ia shalat seadanya, dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.

12. Orang yang sakit harus shalat di atas tempat yang suci. Jika tempatnya terkena najis maka harus dibersihkan atau diganti dengan tempat yang suci, atau menghamparkan sesuatu yang suci di atas tempat najis tersebut. Namun bila tidak memungkinkan maka ia shalat apa adanya dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.

13. Orang yang sakit tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya karena ketidak mampuannya untuk bersuci. Hendaknya ia bersuci semampunya kemudian melakukan shalat tepat pada waktunya, meskipun pada tubuhnya, pakaiannya atau tempatnya ada najis yang tidak mampu membersihkannya.

Tata cara shalat orang sakit 1. Orang yang sakit harus melakukan shalat wajib dengan berdiri meskipun tidak tegak, atau bersandar pada dinding, atau betumpu pada tongkat.

2. Bila sudah tidak mampu berdiri maka hendaknya shalat dengan duduk. Yang lebih utama yaitu dengan posisi kaki menyilang di bawah paha saat berdiri dan ruku.

20

3. Bila sudah tidak mampu duduk maka hendaknya ia shalat berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuhnya dengan menghadap kiblat, dan sisi tubuh sebelah kanan lebih utama sebagai tumpuan. Bila tidak memungkinkan meghadap kiblat maka ia boleh shalat menghadap kemana saja, dan shalatnya sah, tidak usah mengulanginya lagi.

4. Bila tidak bisa shalat miring maka ia shalat terlentang dengan kaki menuju arah kiblat. Yang lebih utama kepalanya agak ditinggikan sedikit agar bisa menghadap kiblat. Bila tidak mampu yang demikian itu maka ia bisa shalat dengan batas kemampuannya dan nantinya tidak usah mengulang lagi.

5. Orang yang sakit wajib melakukan ruku dan sujud dalam shalatnya. Bila tidak mampu maka bisa dengan isyarat anggukan kepala. Dengan cara untuk sujud anggukannya lebih ke bawah ketimbang ruku. Bila masih mampu ruku namun tidak bisa sujud maka ia ruku seperti biasa dan menundukkan kepalanya untuk mengganti sujud. Begitupula jika mampu sujud namun tidak bisa ruku, maka ia sujud seperti biasa saat sujud dan menundukkan kepala saat ruku.

6. Apabila dalam ruku dan sujud tidak mampu lagi menundukkan kepalanya maka menggunakan isyarat matanya. Ia pejamkan matanya sedikit untuk ruku dan memejamkan lebih banyak sebagai isyarat sujud. Adapun isyarat dengan telunjuk yang dilakukan sebagian orang yang sakit maka saya tidak mengetahuinya hal itu berasal dari kitab, sunnah dan perkataan para ulama.

7. Jika dengan anggukan dan isyarat mata juga sudah tidak mampu maka hendaknya ia shalat dengan hatinya. Jadi ia takbir, membaca surat, niat ruku, sujud, berdiri dan duduk dengan hatinya (dan setiap orang mendapatkan sesuai yang diniatkannya).

8. Orang sakit tetap diwajibkan shalat tepat pada waktunya pada setiap shalat. Hendaklah ia kerjakan kewajibannya sekuat dayanya. Jika ia merasa kesulitan untuk mengerjakan setiap shalat pada waktunya, maka dibolehkan menjamak dengan shalat diantara waktu akhir dzhuhur dan awal ashar, atau antara akhir waktu maghrib dengan awal waktu isya. Atau bisa dengan jama taqdim yaitu dengan mengawalkan shalat ashar pada waktu dzuhur, dan shalat isya ke waktu maghrib. Atau dengan jamak 21

ta’khir yaitu mengakhirkan shalat dzuhur ke waktu ashar, dan shalat maghrib ke waktu isya, semuanya sesuai kondisi yang memudahkannya. Sedangkan untuk shalat fajar, ia tidak bisa dijamak kepada yang sebelumnya atau ke yang sesudahnya.

9. Apabila orang sakit sebagai musafir, pengobatan penyakit ke negeri lain maka ia mengqashar shalat yang empat raka’at. Sehingga ia melakukan shalat dzuhur, ashar dan isya, dua raka’at-raka’at saja sehingga ia pulang ke negerinya kembali baik perjalanannya lama ataupun sebentar.

22

DAFTAR PUSTAKA Sherwood,L .2001. Fisiologi manusia ; dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta; EGC Tarigan P., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ;Sirosis Hati. Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta:PB. PAPDI; 1996. p.271-9 http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6417/f.%20BAB%20II.pdf?sequence =6&isAllowed=y http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122730-S09021fk-Gambaran%20pengetahuan-Literatur.pdf https://www.academia.edu/8432839/ANAMNESIS_DAN_PEMERIKSAAN_FISIK_ANAK _modul http://repository.ump.ac.id/6698/3/Muri%20Mahmudin%20BAB%20II.pdf https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967 http://www.labbiomed.co.id/index.php/article/27-pemeriksaan-laboratorium-pada-demam http://www.ichrc.org/sites/default/files/Indonesia.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31365/Chapter%20II.pdf;jsessionid= EA692CA0AD13FF7EF162642F4C9BAC80?sequence=4

23

Related Documents


More Documents from "suci"

Diabetes Melitus.docx
April 2020 14
Wrap Up Sk 1 Mp2-2.docx
April 2020 30
Journal Reading.docx
April 2020 16
Gugus Fungsi
October 2019 28
Tugas B.indo Dede.docx
June 2020 11
Nanda Lbm 3 Kpdl.docx
July 2020 27