PENDAHULUAN Latar Belakang Peran air sebagai bahan pokok keberlangsungan manusia bahkan seluruh makhluk hidup, akan mempengaruhi kualitas kehidupan. Masalah penting penting mengenai air saat ini adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air. Disamping limbah rumah tangga atau domestik, kegiatan industri yang sangat pesat menjadi pemicu utama terjadinya pencemaran air. Dimana saat ini limbah-limbah pabrik yang mengandung B3 terutama dikota-kota besar dibuang begitu saja tanpa adanya filtrasi terlebih dahulu. Limbah B3 memiliki peranan penting terhadap pencemaran air sehingga mampu mengubah pH air maupun mengotori kandungan air. Hal ini berakibat buruk terhadap kehidupan makhluk hidup dan dapat mengganggu ekosistem.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan, maka rumusan masalah makalah ini yaitu : 1. Apa itu limbah B3 ? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi air yang tercemar oleh limbah B3? 3. Bagaimana solusi dari penanganan pencemaran air oleh limbah B3?
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang sudah penulis sampaikan, maka tujuan dari makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui apa itu limbah B3. 2. Untuk dapat mengetahui sehingga dapat mengidentifikasi air yang tercemar oleh limbah B3. 3. Untuk mengetahui sehingga dapat mengimplementasikan solusi dari pencemaran air oleh limbah B3.
ISI Water Treatment Plant Limbah B3 Water Treatment Plant adalah sebuah system yang difungsikan untuk mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang tercemar agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standart yang di inginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment Plant, pada dasarnya dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: 1. Penyaringan dan Pengendapan Penyaringan dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan air baku dari zat-zat, seperti: sampah, daun, rumput, pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenis zat. 2. Koagulasi Koagulasi adalah proses pencamuran bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam air yang berupa padatan resuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. 3. Flokulasi Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-koloid dalam air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan terjadi dengan baik jika di tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai) kemudian dilakukan pengadukan lambat. 4. Sedimentasi Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air tersebut di diamkan sampai gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. 5. Filtrasi Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir silika atau menggunakan teknologi membran. 6. Desinfeksi Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan agar dapat mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri pathogen (bakteri penyebeb penyakit).
Berikut ini teknologi filter air dalam Water Treatment Plant : Reverse Osmosis, Sea Water DesalinationTreatment, Brackish Water Treatment, Ultrafiltration Water Treatment, Mineral Water Treatment, Ozonation WaterTreatment, Demineralizer Water Treatment. A. Teknologi Pengolahan Limbah B3
Parameter Fisik Pada Air Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan dengan indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa di gunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengenda-pan), Filtrasi dan penambahan desinfektan.
Parameter Kimia Pada Air Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg, Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan (tidak masuk standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan dengan sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse Osmosis atau Demineralier dan Softener.
Parameter Biologi Pada Air Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di dalam air. Bila jumlah mikro-organisme di dalam air berlebihan biasanya akan mengganggu kesehatan bila di konsumsi. Pengola-han dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya in-jeksi Chlor, System UV dan System Ozone (O3). Terdapat banyak metode pengolahan air limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration. 1. Chemical Conditioning Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur, mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur, mendestruksi organisme pathogen, memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
proses digestion, mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: A. Concentration thickening Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan dewatering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickenerdan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini. B. Treatment, stabilization, and conditioning Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation. C. De-watering and drying De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press. D. Disposal Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atauinjection well. 2. Solidification/Stabilization Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
A. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar. B. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik. C. Precipitation D. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi. E. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat. F. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, danplant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
KESIMPULAN Pencemaran oleh Logam berat akan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang ada dan akan berdampak kepada makhluk hidup serta ekosistem. Oleh sebab itu sangat diperlukan penanganan yang tepat serta prinsip-prinsip ilmu kimia dengan menerapkan konsep sel volta. Konsep sel volta ini dapat digunakan mereduksi logam tanpa sumber listrik dari luar sehingga membuatnya lebih hemat energi serta diharapkan metode ini bisa menjadi rujukan alternatif bagi para industri-industri dalam pengolahan limbah
TUGAS MAKALAH PERKEMBANGAN ILMU DAN ISU KEBUMIAN Penyaringan Air dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Oleh : Muhamad Rayhan Fadilah 270110180009 Dosen Pengampu : Dr. Eng. H. Boy Yoseph CSSSA, S.T.,M.T.
Universitas Padjadjaran Fakultas Teknik Geologi 2019