Water-birth Effect.docx

  • Uploaded by: Aisyah Aulia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Water-birth Effect.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,412
  • Pages: 4
Efek Water-birth pada neonatus setelah 5 tahun pada RS rujukan tingkat tersier

ABSTRAK Objektif : Masih sedikitnya informasi mengenai pengaruh water-birth pada bayi baru lahir, artikel ini bertujuan untuk mendeteksi bagaimana outcome janin yang dilahirkan melalui metode water-birth Material dan metode : 191 dari 220 bayi baru lahir yang dilahirkan melalui metode water-birth diikutkan pada penelitian ini. Gambaran demografi dan kondisi klinis dari pasien, komplikasi kelahiran, laju infeksi dan perawatan neoonatus pada unit pelayanan intensif dievaluasi. Hasil: Rata-rata dari lama kehamilan pada responden sekitar 39±1,3 minggu dan berat badan rata-rata bayi baru lahir adalah 3326±409 gram. 26% ibu merupakan ibu primipara (kelahiran pertama). Trauma saat persalinan diobservasi pada 3 pasien (1,6%) dan 1 diantaranya mengalami paralisis nervus brakhialis, 1 mengalami ruptur corda, dan 1 mengalami cephal hematoma. 6 dari seluruh pasien (3.1%) dirawat di neonatal intensive care unit (NICU); 4 diantaranya mengalami masalah pada saluran pernafasan.

Introduction Water birth merupakan metode untuk mengurangi rasa sakit yang sering dirasakan wanita saat melakukan persalinan. Hal ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1805, di mana seorang wanita Prancis berhasil melahirkan di bathtub. Ketika diketahui hal tersebut dapat mengurangi rasa sakit yang dialami ketika proses persalinan, proses ini menjadi populer di masyarakat. Ketika seorang wanita berendam dalam air hangat, ada juga manfaat tambahan selain mengurangi rasa sakit, yakni air dapat mengangkat beban tubuh wanita tersebut. Sekian tahun banyak sekali proses water-birth yang sudah dilakukan. Odent et al melaporkan lebih dari 100 kelahiran dengan metode water-birth dilakukan pada tahun 1983. The House of Commons Health Committee di Inggris mengeluarkan pernyataan bahwa “semua wanita harus ditawarkkan pilihan untuk melahirkan melalui proses water-birth. Meskipun Royal Obstetricians and Gynecologists mengeluarkan sebuah guideline yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan berarti dari outcome bayi yang lahir melalui proses ini, tetap ada kontroversi mengenai keamanan dan outcome secara umum dari proses water—birth ini. Hasil dari proses kelahiran water-birth ini dilaporkan secara terbatas pada sejumlah penelitian prospektif dan retrospektif, namun hanya sedikit yang melaporkan mengenai pengaruhnya pada bayi baru lahir. Pada artikel ini, penulis bertujuan untuk mengevaluasi outcome pada janin yang dilahirkan dengan proses water-birth secara retrospektif pada rumah sakit bersalin tersier di Turki.

Materials and methods

Pada klinik antenatal, setiap ibu hamil yang tertarik dan memiliki risiko yang rendah terhadap komplikasi obstetri dan maternal selalu diinformasikan mengenai proses water-birth. Wanita yang tertarik secara sukarela, dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu, berat janin normal, kardiotokogram dengan hasil reaktif, dan kehamilan dengan presentasi kepala memiliki kesempatan untuk melahirkan dengan prses water-birth. Kriteria eksklusinya antara lain kondisi IUGR, hasil kardiotokogram yang patologis atau mencurigakan, cairan amnion yang tercemar mekonium, infeksi maternal oleh hepatitis B, C, HIV, atau infeksi herpes genital akut, janin makrosomia, riwayat kelahiran dengan distosia. Setelah mendapat persetujuan untuk melakukan studi dari Komite Etika setempat, peneliti melakukan penelitian retrospektif pada bayi yang lahir melalui proses water-birth dari Januari 2005 hingga Mei 2010 di pusat rujukan tersier. Total kelahiran dengan proses water-birth pada periode ini sebanyak 220 persalinan, namun peneliti dapat memperoleh data dari 191 bayi. Seluruh pasien di skrining untuk infeksi streptokokus grup B (GBS) pada usia kehamilan 37 minggu dan dievaluasi dari adanya infeks HIV, hepatits B atau C sebelum persalinan. Wanita yang tertarik dengan proses water-birth ini da[at menandatangani persetujuan tertulis. Semua data persalinan dan perawatan bayi selama di rumah sakit dicatatkan dari pasien secara retrospektif. Gambaran demografi, dan kondisi klinis dari pasien, tanggal perawatan, status gizi, komplikasi persalinan seperti trauma, infeksi, dan perawatan di NICU dievaluasi. Statisical Analysis Menggunakan SPSS 6 untuk windows. Analisis statistik dinyatakan dalam rata-rata±SD dengan p<0.05 yang menyatakan ada perbedaan signifikan.

Hasil Ketika 191 wanita hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan sudah melengkapi data yang dievaluasi, sebanyak 26% ibu merupakan primipara, dan perbndingan jenis kelamin laki-lak dibanding perempuan adalah 1.22. Karakteristik demografi maternal dan neonatal dari pasien dapat dilihat pada tabel 1. Trauma pada persalinan diobservasi terjadi hanya pada 3 pasien, salah satunya mengalami paralisis nervus brakhialis, satu lainnya mengalami ruptur corda, dan yang terakhir mengalami cephal hematom. Dari pasien tersebut tidak ada yang mengalami perawatan di rumah sakit yang diperpanjang karena adanya komplikasi ini (2 hari, 2 hari, dan 3 hari secara berurutan). Enam dari keseluruhan pasien (3.1%), yang diringkas pada Tabel II, dirawat di ruang NICU. Pasien ke 2, 3, 4, dan 5 dirawat karena mengalami permasalahan pada saluran pernafasan. Selain itu pasien juga mendapat terapi antibiotik karena mengalami pneuomnia neonatal, kemudian dilakukan skrining infeksi pada 3 pasien lain didapatkan hasil yang negatif.

Diskusi

Meskipun Water-birth menjadi sangat populer sebagai metode persalinan pada beberapa tahun terakhir, masih terdapat beberapa kontroversi karena adanya risiko maternal seperti infeksi dan risiko meningkatnya kehilangan darah, serta risiko pada janin seperti aspirasi, hipoksemia, dan infeksi. Hasil dari water-birth ini tergantung pada sejumlah penelitian da hanya sedkit informasi mengenai dampaknya terhadap bayi baru lahir. Pada artikel ini, peneliti mengevaluasi adanya outcome janin yang dilahirkan secara water-birth pada rumah sakit tersier, di mana 2/1000 kelahiran dilakukan melalui proses water-birth ini. Meskipun hampir sebagian besar ibu hamil merupakan multipara (74%) pada kelompok studi ini, jumlah ibu primipara tidak dapat disepelekan meskipun hanya 26% saja. Peneliti berspekulasi bahwa water-birth tidak memiliki efek negatif pada bayi dari ibu dengan primipara, karena hanya 1 dari 6 pasien yang dirawat di NICU merupakan bayi dari ibu primipara. Kebersihandar bathtub sebelum dan sesudah persalinan sangatlah penting. Selama proses persalinan, janin dikeluarkan pada kolam air, yang mana dapat mengkontaminasi air dengan mikroorganisme. Meski begitu, proses water-birth ini diketahui aman untuk bayi baru lahir dan tidak memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap adanya infeksi jika dibandingkan dengan persalinan konvensional. Bodner et al melaporkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari parameter neonatal antara janin yang dilahirkan dengan metode water birth maupun konvensional. Thoeni et al mereview 1600 kelahiran secara waterbirth pada satu institusi selama lebih dari 8 tahun, dan laju infeksi neonatal tidak meningkat jika dibandingkan dengan persalinan secara konvensional. Zanetti-Dallenbach R et al melakukan studi prospektif mengenai efek dari water-birth pada laju kolonisasi pada air yang digunakan dan laju kolonisasi GBS pada bayi baru lahir. Mereka melaporkan bahwa bayi baru lahir tidak menunjukkan adanya perbedaan laju kolonisasi dari GBS setelah kelahira secara waterbirth. Sama seperti di literatur, laju infeksi pada bayi tidak tinggi pada penelitian ini. Selain dari pasien yang mendapatkan terapi antibiotik karena adanya pneumonia neonatal, skrining infeksi pasien lain menunjukkan hasil negatif. Komplikasi dari water-birth dilaporkan beberapa studi. Bowden et al melaporkan 4 neonatal, (sindrom distres respirasi, kejang karena hiponatremi, bayi dengan kelainan kongenital multipel, dan meningitis karena infeksi bakteri streptokokus grup B) dirawat di NICU setelah persalinan deg metode water-birth. Alderdice et al melaporkan kematian 12 neonatal dan 51 bayi pada 4494 wanita yang melahirkan secara water-birth. Kassim et al melaporkan seorang bayi laki-laki yang dilahirkan secara water-birth dirawat di NICU karena mengalami aspirasi air yang ada pada kolam persalinan. Sebuah studi surveilans di Inggris dan Wales menemukan laju mortalitas adalah 1.2/1000 (5/4030). Risiko perawatan di NICU untuk masalah saluran pernafasan bawah adalah 0.4% untuk bayi yang dilahirkan melalui proses water-birth. Jika dibandingkan dengan studi sebelumnya, laju komplikasi dan lama perawatan di rumah sakit yang rendah pada penelitian ini sesuai dengan literatur. Pada prospektif, studi longitudinal yang dmembandingkan antara water-birth dengan persalinan konvensional, dilaporkan bahwa water birth menunjukkan perbedaan signfikan dengan tingginya laju persalinan tanpa cedera. Water-birth dan persalinan konvensional menunjukkan tidak adanya perbedaan dari infeksi nenonatal, ada perbedaann signifikan pada komplikasi bayi batu lahir. Pellantova et al melaporkan hasil dari studi retrospektif selama 5 tahun dan menunjukkan tidak adaya perbedaan

patologi tubuh bayi yang dilahirkan dari kedua grup setelah persalinan. Thoni et al melaporkan kasus mereka dengan 1575 persalinan dengan water-birth menunjukkan adanya keuntungan dibandingkan dengan persalinan konvensional, berkaitan dengan pemendekan yang signifikan pada persalinan kala 1, laju episiotomi yang rendah, dan menurunkan perlunya penggunaan analgesik, dan tidak ada eningkatan risiko infeksi neonatal. Thoni et al mendookumentasikan 2625 persalinan water-birth selama lebih dari 12 tahun dan dibandingkan outcome dan keamanannya dengan persalinan pervaginam konvensional dan adanya distosia bahu/komplikasi neonatal diobservasi pada 4 persalinan dengan water-birth. Pada penelitian ini tidak membandingkan antara persalinan normal konvensional dengan persalinan secara water-birth karena apabila dilakukan perbandingan peneliti harus mengikutkan janin dengan retardasi, dan adanya kondisi patologis maupun mencurigakan dari hasil kardiogram janin, janin dengan makrosomia, di mana hal tersebut dieksklusikan dari kelahiran secara water-birth ini. Meskipun begitu data dari penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan hasil persalinan konvensional menurut literatur. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa water-birth aman dilakukan dan alternatif yang menjanjikan bila dilakukan sesuai dengan kriteria tertentu yang terpenuhi, terutama berkaitan dengan komplikasi dan perlunya bayi dirawat di ruang NICU masih berada pada taraf yang wajar. .

More Documents from "Aisyah Aulia"

Doc1.docx
November 2019 27
Poskesdes.doc
December 2019 36
Mencegah Stroke.docx
December 2019 35