BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Waris Islam Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Dalam terminologi fiqh biasanya dikemukankan pengertian kebahasaan. Hal ini karena kata-kata warasa asal kata kewarisan digunakan dalam al-Qur’an. Secara bahasa, kata warasa memiliki beberapa arti ; pertama, mengganti (QS.Al-Naml,27:6), artinya Sulaiman menggantikan kenabian kerajaan Dawud, serta mewarisi ilmu pengetahuannya. Kedua, memberi (QS. Al-Zumar, 39:74) dan ketiga, mewariri (QS. Maryam, 19:6). Sedangkan pengertian terminologi, hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian waris, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari harta peninggalan itu untuk setiap yang berhak. Hukum kewarisan sering dikenal dengan istilah faraid, bentuk jamak dari kata tunggal faridah, artinya ketentuan. Hal ini karena dalam islam, bagian-bagian warisan menjadi hak ahli waris telah dibakukan dalam al-Quran. Bahkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an yang mengatur pembagian warisan yang penunjukannya bersifat qat’i aldalalah adalah merupakan refleksi sejarah dari adanya kecenderungan materialistis umat manusia tadi, disamping sebagai rekayasa sosial terhadap sistem hukum yang berlaku di masyarakat Arab pra-islam waktu itu. Surat an-Nisa’, 4:11-12 misalnya, diturunkan untuk menjawab tindakan kesewenang-wenangan saudara Sa’adibn alRabi yang ingin menguasai kekayaan peninggalannya ketika Sa’ad tewas dimedan peperangan.1
1
Muh Syarbini al-Khatib, Mugni al-Muhtaj, juz 3, Kairo : Mustafa al-Baby al-Halby, 1958, hlm 3.
2
B. Landasan Hukum Kewarisan Islam 1. AL-Qur’an An-Nisa (4): 7, 11, 12, al-Ahzab (33): 4-6 dan 40. Rinciannya adalah sebagai berikut: •Penghapusan ketentuan, penerima warisan hanyalah kerabat laki-laki dan dewasa saja, an-Nisa (4): 7. •Bagian-bagian ahli waris, an-Nisa (4): 11-12. •Penghapusan pengangkatan anak sebagai dasar pewarisan, al-Ahzab (33): 4-5 dan 40. •Penghapusan ikatan persaudaraan antara muhajirin dan ansor sebagai sebab mewarisi, al-Ahzab (33): 6. 2. Hadist اليرث المسلم الكافر وال الكافر المسلم اقسموا المال بين أهل الفرا ئض على كتاب هللا 3. Ijtihad Contoh: (a) masalah cucu yang bapaknya mati lebih dulu dari kakeknya dan mewarisi bersama saudara-saudara bapaknya (b) masalah ahli waris pengganti.2
C. Tujuan Mempelajari Hukum Waris Islam Secara umum tujuan mempelajari ilmu mawaris adalah untuk memahami dan melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya
2
http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.co.id/2013/05/hukum-kewarisan.html
3
sesuai dengan ketentuan syariat islam. Secara khusus, tujuan mempelajari fiqih mawarisiniantaralain :3 1.
Untuk
mengetahui
secara
jelas
orang
yang
berhak
menerima
hartawarisandanberapabagiannya. 2. Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar. 3. Untuk menghindari perselisihan dan perebutan harta peninggalan akibat ke tidak jelasan aturan main pembagian warisan. 4 Untuk memperingan beban dan tanggung jawab si mayit. Dengan aturan dalam fiqih mawaris ini maka tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Karena pembagian harta warisan ini adalah yang terbaik dalam pandangan alloh dan manusia.
D. Hikmah Hukum Waris Islam Di antara hikmah ditetapkannya ketentuan hukum dalam fiqih mawaris antara lain: 1. Mendistribusikan harta peninggalan secara adil dan merata kepada para pihak anggota keluarga yang menjadi ahli waris. 2. Menghindarkan diri dari perselisihan dan perpecahan, bahkan pertengkaran akibat rebutan harta peninggalan. 3. Dapat memahami hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan pembagian harta peninggalan. 4. Terhindar adanya kelangkaan orang yang faham dalam pembagian harta warisan di suatu tempat.
3
http://kitab-fiqih.blogspot.co.id/2011/05/tujuan-mempelajari-dan-kedudukannfiqih.html#.WsgVxtRubDc
4