Tugas Mata Kuliah Metabolisme Zat Gizi Mikro
Vitamin A Zat Gizi Mikro Larut Lemak
Disusun Oleh : Program Studi S1 Ilmu Gizi/FKM 1. Anggy Febriyanti
101711233008
2. Khristina Dewi Tjhiendrayani
101711233017
3. Fathrizqita Aghnia Raudhany
101711233028
4. Ade Lia Ramadani
101711233039
PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Vitamin A Zat Gizi Mikro Larut Lemak dalam tubuh ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Ibu Sri Sumarmi serta Ibu Triska Susila Nindya selaku Dosen mata kuliah Metabolisme Zat Gizi Mikro Universitas Airlangga yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kami mengenai Vitamin A Zat Gizi Mikro Larut Lemak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Surabaya, Maret 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar .............................................................................................. ii Daftar Isi ......................................................................................................... iii Daftar Gambar ............................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2 D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 3 E. Metode Penulisan.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi dari Vitamin A ................................................................... 4 B. Struktur Kimia Vitamin A ............................................................... 5 C. Kebutuhan Vitamin A dan Karatenoid pada Tubuh ........................ 6 D. Bahan Makanan Sumber Vitamin A dan Karatenoid ...................... 7 E. Fungsi Vitamin A ............................................................................ 7 F. Etiologi Defisiensi Vitamin A ......................................................... 10 G. Tanda dan Gejala Defisiensi Vitamin A pada Tubuh ...................... 10 H. Defisiensi Vitamin A dan Derajat Gangguannya pada Indera Penglihat (Mata) .............................................................................. 11 I. Proses Penyerapan, Transportasi, serta Metabolisme Vitamin A dalam Tubuh .................................................................................... 11 J. Bentuk Penyimpanan Vitamin A ..................................................... 14 K. Ekskresi Vitamin A dan Karatenoid ................................................ 15 L. Interaksi Vitamin A dengan Nutrient Lainnya ................................ 15
iii
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 16 B. Saran ................................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Kimia Beta Karoten ........................................................ 5 Gambar 2. Biomolekul Aktif Vitamin A ........................................................ 6 Gambar 3. Fungsi Vitamin A ......................................................................... 10 Gambar 4. Pengubahan Sebagian Retinol Yang Disimpan ............................ 11 Gambar 5. Alur Transport Vitamin A di dalam tubuh manusia ..................... 13 Gambar 6. Alur Transport Vitamin A di dalam tubuh manusia ..................... 13 Gambar 7. Siklus Vitamin A (Vitamin A Cycle) ........................................... 14
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin
merupakan
senyawa-senyawa
organik
tertentu
yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh. Vitamin A merupakan salah satu zat mikro nutrien yang berperan penting untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan tubuh manusia serta memelihara kesehatan tubuh. Vitamin A salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2009). Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (didalam lemaknya) dan mentega. (Suhardjo, 2002). Selain itu, Vitamin A yang berasal dari tumbuhan berbentuk provitamin A, dikenal dengan karotenoid atau beta karoten dimana dalam tubuh akan diubah menjadi retinol dan bentuk aktif lain dari vitamin A termasuk tretinoin. Salah satu sumber provitamin A yang berasal dari tumbuhan seperti bayam, tomat, apel, pepaya, dan lain sebagainya. Vitamin A sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam proses metabolisme. Fungsi khusus vitamin A sebagai kofaktor untuk reaksi enzimatik serta berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya yang sebelum digunakan oleh tubuh harus diproses terlebih dahulu dalam sistem pencernaan manusia meliputi proses penyerapan. Definisi dan bentuk vitamin A, proses penyerapan hingga perannya dalam metabolisme tubuh menjadi suatu tema yang sangat menarik untuk
1
dibahas. Untuk itu, melalui makalah ini penulis berupaya menjelaskan serta mempresentasikan mengenai vitamin A sebagai zat gizi mikro larut lemak.
B. Rumusan Masalah Dalam penulisan karya ilmiah ini akan dirumuskan beberapa masalah yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana Definisi dari vitamin A? 2. Bagaimana struktur kimia vitamin A? 3. Bagaimana tingkat kebutuhan vitamin A dan karatenoid pada tubuh? 4. Apa saja bahan makanan yang kaya dengan vitamin A dan karatenoid? 5. Bagaimana fungsi dari vitamin A? 6. Bagaimana etiologi defisiensi dari vitamin A? 7. Bagaimana tanda dan gejala defisiensi vitamin A pada tubuh? 8. Bagaimana defisiensi vitamin A dan derajat gangguannya pada indera penglihat (mata)? 9. Bagaimana proses penyerapan, transportasi, serta metabolisme vitamin A dalam tubuh? 10. Bagaimana bentuk penyimpanan Vitamin A dalam tubuh? 11. Bagaimana ekskresi vitamin A dan karatenoid pada tubuh? 12. Bagaimana interaksi dari vitamin A dengan nutrient lainnya?
C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Definisi dari vitamin A 2. Mengetahui struktur kimia vitamin A 3. Mengetahui tingkat kebutuhan vitamin A dan karatenoid pada tubuh 4. Mengetahui bahan makanan yang kaya dengan vitamin A dan karatenoid 5. Mengetahui fungsi dari vitamin A 6. Mengetahui etiologi defisiensi dari vitamin A 7. Mengetahui tanda dan gejala defisiensi vitamin A pada tubuh
2
8. Mengetahui defisiensi vitamin A dan derajat gangguannya pada indera penglihat (mata) 9. Mengetahui proses penyerapan, transportasi, serta metabolisme vitamin A dalam tubuh 10. Mengetahui bentuk penyimpanan Vitamin A dalam tubuh 11. Mengetahui ekskresi vitamin A dan karatenoid pada tubuh 12. Mengetahui interaksi dari vitamin A dengan nutrient lainnya
D. Manfaat Penulisan Penulisan makalah yang berjudul “Vitamin A Zat Gizi Mikro Larut Lemak” diharapkan dapat memberikan mafaat bagi penulis maupun pembaca agar dapat menambah wawasan pengetahuan baik tentang definisi, sumber, manfaat, proses penyerapan serta metabolisme vitamin A dalam tubuh manusia.
E. Metode Penulisan Metode penulisan bersifat studi pustaka. Studi pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh penulis untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan dibahas. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penafsiran terhadap buku, literatur, catatan, dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Data dan informasi dalam penulisan makalah ini bersumber dari buku elektronik, jurnal, makalah, serta referensi ilmiah lainnya.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia. Seperti diketahui Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara umum, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.Secara kimia, vitamin A berupa kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan, vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alcohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat (bentuk asam). Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dapat kembali direduksi menjadi retinol. Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat. Vitamin A mempunyai sifat tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Dalam proses memasak biasa vitamin A tidak banyak yang hilang. Tapi pada suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin A, begitupun oksidasi yang terjadi pada minyak yang tengik. Pengeringan buah di matahari dan cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A. Ketersediaan biologik vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan antioksidan lain. Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan precursor (provitamin) vitamin A. Diantara ratusan karotenoid yang terdapat dialam, hanya bentuk alfa, beta dan gama serta kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A.Beta-karoten adalah
4
bentuk provitamin A paling aktif, yang terdapat atas dua molekul retinol yang saling berkaitan. Karotenoid terdapat di dalam kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil. Karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau tua. Betakaroten mempunyai warna sangat kuning dan pada tahun 1954 dapat disintesis. Sekarang beta-karoten merupakan pigmen kuning yang boleh digunakan dalam pemberian warna makanan, antara lain untuk memberi warna kuning pada gelatin, margarine, minuman ringan, adonan kue dan produk serealia.
B. Struktur Vitamin A Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin). Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan.
Gambar 1. Struktur Kimia Beta Karoten Provitamin A merupakan hasil pembentukan dari beta karoten. Sehingga saling terkait antara satu dengan yang lain . Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid.
5
Gambar 2. Biomolekul Aktif Vitamin A Banyak bahan makanan nabati yang tidak mengandung vitami a tetapi mengandung betakaroten. Vitamin a banyak terkandung dalam bahan makana hewani seperti hati ayam, hati sapi, dan sebagainya. Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Inilah bentuk dari sifat vitamin A. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid. vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin. Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan oksigen.
C. Kebutuhan vitamin A dan karotenoid Kebutuhan vitamin A dalam tubuh tergantung dari ukuran tubuh, rate of growth, jenis kelamin dan umur, kondisi khusus (kehamilan, laktasi, penyakit akut /kronik). 1. RDA 1988 dewasa: pria 1000 mg RE ; wanita 700-800 mg RE 2. AKG dewasa: pria 600 mg RE ; wanita 500 mg RE
6
a. Untuk mencegah defisiensi vitamin A pada dewasa minimum dapat diberikan 600 µg retinol atau 2x dosis tersebut dalam bentuk βkaroten:
akan membuat cadangan di hati dan retinol plasma:
konsentrasinya optimal. b. Fixed save upper limits vitamin A : 3000 µg (10.000 IU) c. Dosis tunggal suplementasi di Posyandu untuk anak-anak: 1000 IU dan 2000 IU: per 6 bulan.
D. Bahan makanan sumber vitamin A dan karotenoid Prekursor vitamin A hanya terdapat dari hewan seperti : hati, lemak dari susu, minyak hati ikan kod, bagian organ dari hewan. Provitamin A dapat diperoleh dari daun berwarna hijau tua, sayuran/buah berwarna kuning
oranye.
Makin
gelap
warnanya
makin
tinggi
kandungan
karotenoidnya (pigmen sayuran / buah tersebut tidak terlihat karena tertutup oleh klorofil). 1. Sumber: ASI β –karoten 2.
Tomat dan produk yang terbuat dari tomat: sumber likopen
3. Retinil asetat: di farmasi
E. Fungsi Vitamin A Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu : 1. Fungsi Penglihatan Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata, retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod. Ketika cahaya mengenai retina, pigmen visual merah ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual. Selama
7
proses ini, sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol ini diubah kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Jumlah retinol yang tersedia di dalam darah menentukan kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan dengan cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini selesai. 2. Diferensiasi Sel Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Vitamin A dalam bentuk asam retinoat diduga memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel yaitu dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan mukus atau lendir. Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan lebih banyak mucus yang akan mempercepat pengeluaran mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin A dapat menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mucus dan digantikan oleh sel-sel epitel
8
bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi). 3. Fungsi Kekebalan Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dimana mekanismenya belum diketahui secara pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral. Kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang bergantung sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular). 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, yaitu terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat. 5. Fungsi Reproduksi Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada tikus, yaitu pembentukan sperma dan sel telur serta perkembangan janin dalam kandungan. 6. Pencegahan Kanker dan Penyakit Jantung Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu, beta karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan yang diduga dapat mencegah kanker paru-paru (Almatsier, 2002). 7. Sistem Imunitas a. Pembentukan mucosal mucin secretion
9
b. Mempengaruhi sistem imunitas seluler dan humoral
Gambar 3. Fungsi Vitamin A
F. Etiologi Defisiensi Vitamin A 1. Penyakit hati: sintesis RBP 2. PEM 3. Abetalipoproteinemia 4. Mal absorpsi lemak akibat insufisiensi asam empedu 5. Infeksi akut : defisiensi protein akut, measles 6. Infeksi kronik : parasit intestinal 7. Merokok : Berhubungan dengan penurunan kadar retinol
G. Gejala Defisiensi Vitamin A 1. Morbiditas dan mortalitas naik : pada anak-anak (penyakit infeksi seperti infeksi mata, saluran pernapasan, diare) 2. Night blindness, xerophtalmia 3. Resiko infeksi meningkat 4. Selera makan menurun
10
5. Pengecap rasa menurun 6. Keratinisasi epitelial mukosa sel 7. Penebalan folikel rambut: folikular hiperkeratosis
H. Defisiensi Vitamin A dan Derajat Gangguannya pada Mata 1. XN = buta senja 2. X1A = xerosis konjungtiva 3. X1B = bercak bitot 4. X2 = xerosis kornea 5. X3A = keratomalasia 6. X3B = ulserasi kornea 7. XS = xeroftalmia skars Untuk itu, dilakukan pencegahan defisiensi vitamin A terutama pada penderita gangguan mata, yaitu sebagai berikut: 1. 6 – 12 bulan: vitamin A biru (100.000) SI 2. 12 – 59 bulan: vitamin A merah (200.000 SI)
I. Absorpsi, Transportasi dan Metabolisme Vitamin A Sebagian dari retinol yang akan disimpan, diubah menjadi :
Gambar 4. Pengubahan Sebagian Retinol Yang Disimpan
Setelah asam retinoat terbentuk, maka akan berkonversi menjadi bentuk yang siap untuk dikeluarkan melalui urine atau melalui empedu. Pencernaan dan absorpsi karoten dan retinoid membutuhkan empedu dan enzim pankreas seperti halnya lemak. Vitamin A yang ada di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas
11
esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi dari pada ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta-karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol. Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyeberangi selsel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Dengan konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90% ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam deferensiasi sel dan pertumbuhan. Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBP) yang disintesis di dalam hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol Binding-Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat. Kurang lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam makanan diubah menjadi vitamin A. Sebagian dari karotenoid diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan masuk ke dalam peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30% karotenoid di dalam darah berupa beta-karoten, selebihnya adalah karotenoid nonvitamin. Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai bentuk lipoprotein. Karotenoid disimpan di dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi vitamin A di dalam hati yang merupakan 90% dari simpanan di dalam tubuh mencerminkan konsumsi vitamin tersebut dari makanan.
12
Gambar 5. Alur Transport Vitamin A di dalam tubuh manusia
Gambar 6. Alur Transport Vitamin A di dalam tubuh manusia 13
Gambar 7. Siklus Vitamin A (Vitamin A Cycle)
J. Penyimpanan vitamin A 1. Bentuk retinol yang tidak di metabolisme atau ditranspor dari hati, akan diesterifikasi kembali untuk kemudian disimpan (storage) di parenkhim sel hati atau 80 – 95% disimpan sebagai cadangan (reserve) pada sel stelat peri-sinusoidal 2. Vitamin A di deposit di hati (50 – 80%), juga di jaringan adiposa, paruparu, ginjal dalam bentuk retinil ester, khususnya retinil palmitat 3. Cadangan Vitamin A di hati terikat pada cellular retinol binding protein (CRBP) 4. Cadangan vitamin A dibutuhkan untuk mencegah defisiensi, terutama pada saat asupan vitamin A rendah
14
5. Kadar vitamin A plasma menggambarkan asupan sehari-hari dan cadangan vitamin A di hati.
K. Ekskresi vitamin A dan karotenoid 1. Vitamin A dapat diekskresikan malalui: asam empedu: feses (70%) 2. Urine (30%) 3.
Karotenoid tidak ditemukan dalam urine dan ekskresi melalui garam empedu sangat minimal
L. Interaksi vitamin A dengan nutrient lain 1. Suplementasi vitamin A akan meningkatkan hematopoiesis pada penderita anemia defisiensi besi. 2. Vitamin A dapat meningkatkan bioavailabilitas besi inorganik, diduga melalui peranannya mencegah terjadinya inhibisi absorpsi besi inorganik oleh asam fitat 3. Pemberian Zn dapat meningkatkan status vitamin A
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro yang mempunyai manfaat sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia. 2. Vitamin A dapat diperoleh dengan mengkonsumsi hati, lemak dari susu, cod liver oil, bagian organ dari hewan. Provitamin A dapat diperoleh dari daun berwarna hijau tua, sayuran/buah berwarna kuning oranye. 3. Vitamin A yang ada di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, Di dalam sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis menjadi retinol yang lebih mudah diabsorpsi. Sebagian dari karotenoid,di dalam
sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah
menjadi retinol. Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dengan bantuan cairan empedu menyeberangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Sekitar 80-90% ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi.
B. Saran 1. Dengan makalah ini pembaca diharapkan mengerti proses penyerapan dan metabolisme vitamin A didalam tubuh 2. Dengan makalah ini semoga dapat memberikan edukasi kepada pembaca mengenai pentingnya mengkonsumsi vitamin A. 3. Dengan makalah ini pembaca diharapkan lebih mengerti serta berupaya mencukupi kebutuhan vitamin A setiap harinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Boyle, Marie & Long Roth, Sara. 2013. United States of Amerika: PERSONAL NUTRITION. Wadsworth Cengage Learning. Azrimaidaliza. 2007. VITAMIN A, IMUNITAS DAN KAITANNYA DENGAN PENYAKIT INFEKSI. Universitas Andalas Azrimaidalisa. 2014. ‘VITAMIN A, IMUNITAS DAN KAITANNYA DENGAN PENYAKIT INFEKSI’, studi literatur, hh.90-92. Gropper, S Sareen & Smith L, Jack. 2013. ADVANCED NUTRITION AND HUMAN METABOLISM. United States of Amerika: Wadsworth Cengage Learning. [diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 13.36 WIB] https://drive.google.com/file/d/1xf7F5a7R2LAkkIXmqIXDmbY2v6x34ltc /view?usp=sharing Mahan, L. Kathleen & Escott-Stump,Sylvia. 2000. FOOD, NUTRITION, & DIET THERAPY. United States of Amerika: W.B. Saunders Company. Permadi MS, 2016, ‘VITAMIN LARUT LEMAK’, jurnal literatur, hh. 30-32. Rusdiana. 2004. VITAMIN. Sumatera Utara: [diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 14.25 WIB] http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimiarusdiana2.pdf Triana, Vivi. September 2006. MACAM-MACAM VITAMIN DAN FUNGSINYA DALAM TUBUH MANUSIA. Sumatera Barat: [diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 14.45 WIB] http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/9/8
17
18