Vital Sign.docx

  • Uploaded by: bram
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vital Sign.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,975
  • Pages: 31
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Teori Tanda vital (Vital Sign) merupakan hal yang penting dalam proses penanganan

pasien yang memiliki nilai akurasi tinggi. Perubahan tanda vital dapat menandakan terjadinya gangguan dari fungsi tubuh. Tiap individu memiliki tanda vital yang bervariasi, dimana tanda vital dapat dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya : perubahan cuaca, umur, keadaan emosional, olahraga, makan, dsb. Berikut ini beberapa tanda vital pada tubuh manusia antara lain : suhu, tekanan darah, denyut nadi, frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi badan dan elastisitas kulit. 1.1.1 Pemeriksaan Suhu Tubuh Secara

umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca

(glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius

(Centigrade)

yang

mempunyai

skala

dengan

titik

beku

air 0

derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik, banyak dipakai pada kondisi kegawatan. Suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ). Masing- masing tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 0 C (0.70 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 0 C (10 F) dari pada oral . Nilai normal suhu tubuh yaitu 36,5-37,5°C. Suhu 37,5-38,5°C dikatakan subfebril. Sedangkan suhu 38,5-40°C dikatakan febris. Sedangkan suhu dibawah 36,5°C disebut sebagai hipotermia, dan diatas 40°C disebut hipertermia. Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.

1

2

Faktor Yang Memengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Kecepatan Metabolisme Basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 2. Rangsangan Saraf Simpatis Rangsangan saraf simpatis

dapat

menyebabkan

kecepatan

metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. 3. Hormon Pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Demam (Peradangan) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C. Demam dapat terbagi menjadi:  Demam Septik Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun (masih) di atas normal pada pagi hari. Sering 

terdapat menggigil, berkeringat. Demam Hektik Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari,



lalu suhu turun sampai normal pada pagi hari. Demam Remiten Suhu badan dapat turun setiap hari namun tidak pernah sampai suhu badan normal, namun selisih tak pernah sampai > 2



˚C, tidak sebesar penurunan pada demam septik. Demam Intermiten Suhu badan dapat turun beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam terjadi tiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila

2

3

terjadi dua hari bebas diantara dua serangan demam disebut 

kuartana. Demam Kontinyu Variasi suhu badan yang meningkat sepanjang hari dan tidak berbeda lebih dari 1˚C. Jika sampai pada tingkat yang lebih



tinggi disebut hiperpireksi. Demam Siklik Demam ditandai dengan kenaikan suhu selama beberapa hari, kemudian diikuti periode bebas demam selama beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Demam kadang dihubungkan pada suatu penyakit, misal abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; kadang idopatik.

Bila demam disertai dengan sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan, mungkin pilek, batuk dan sakit tenggorok biasanya digolongkan sebagai influenza (common cold). Kausa demam selain infeksi, juga bisa akibat toksemia, keganasan, obat, dan gangguan pusat pengatur suhu sentral (heat stroke, perdarahan otak, koma). Hal-hal khusus yang diperhatikan pada demam seperti cara timbul, lama demam, sifat, tinggi demam, keluhan serta gejala lain demam. Demam

yang

tiba-tiba

tinggi,

mungkin

diakibatkan

virus.

Demam Belum Terdiagnosis merupakan keadaan seseorang yang mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu badan > 38.3 ˚C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama seminggu secara intensif dengan menggunakan laboratorium dan penunjang medis lainnya. Demam Dibuat-Buat (Factitius Fever) merupakan demam yang dibuat seseorang dengan sengaja dengan berbagai cara agar suhu badannya melebihi suhu badan sebenarnya. 5. Status Gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami 3

4

penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 6. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan

gesekan

antar

komponen

otot

/

organ

yang

menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C. 7. Gangguan Organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 8. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu : 1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka 2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung, misalnya kontak langsung dengan es 3.

Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara, misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat

4

5

4.

Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini

disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui negatiffeedback sistem ( mekanisme umpan balik ). Organ pengatur suhu yang utama adalah hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam

dan

disekitar

Hipotalamus

posterior. Variasi

suhu

orang

yang

sehat

berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal ( 1,40 F ). Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu lainnya tubuh yaitu antara lain : 1. Umur : Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat. Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa. UMUR

SUHU ( Celcius )

SUHU (Fahrenheit )

Bayi baru lahir

36,1 - 37,7

97 – 100

2 tahun

37,2 - 37,8

98,9

12 tahun

37 - 37,5

98,6

Dewasa

36 - 37,5

96,8

2. Aktifitas tubuh Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1,1 – 1,60 C ( 2 – 30F ). 3. Jenis Kelamin Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.

5

6

Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3 – 0.50 C (0.5 – 10 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate. 4. Perubahan emosi Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik. 5. Perubahan Cuaca Perubahan cuaca , iklim, atau musim memengaruhi evaporasi, radiasi, konveksi, konduksi, sehingga memengaruhi metabolisme dan suhu tubuh. 6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan minum air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.90 C (1.60 F). Untuk itu dianjurkan mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok, sedangkan temperatur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.

1.1.2 Pemeriksaan Pernafasan Bernapas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernapasan. Pada suatu inspirasi, diafragma dan otot-otot intrekostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, danke lateral, sedangkan difragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti,paruparu akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula. Pemeriksaan pernafasan dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi (pada praktikum hanya dengan inspeksi). Pemeriksaan pernafasan secara inspeksi dapat dilihat frekuensi pernafasan/respiratory rate (normal 13-18 x/menit) dan irama pernafasan (teratur atau tidak teratur). Bila pernafasan kurang dari normal dikatakan bradypnea dan bila lebih dari normal disebut hyperpnea/tachypnea. Penilaian pada pemeriksaan pernapasan dapat meliputi : 6

7

1. Tipe Pernafasan a. Pernapasan abdomino-torakal : Pernapasan abdominal lebih dominan dibandingkan toraks, umumnya pada laki-laki. b. Pernapasan torako-abdominal : Pernapasan torakal lebih dominan dibanding abdomen, pada perempuan. 2. Frekuensi a. Normal:(12-20 kali permenit, tetapi ada pula yang menyatakan 8-16 kali/menit. b. Polipnea (Tachypnea) : pernafasan yang cepat. c. Oligopnea (Bradypnea) : pernafasan yang lebih lambat. Frekuensi nafas normal tergantung umur : 

Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit



Usia < 2 tahun 25 – 35 x/menit



Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit



Dewasa 16 – 20 x/menit



Tachypnea : bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit



Bradipnea : bila pada dewasa pernapasan kurang dari 10 x/menit



Apnea : bila tidak bernapas

1.1.3 Pemeriksaan Denyut Nadi Dan Tekanan Darah Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada 7

8

umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu : 1. Arteri Radialis Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin. 2. Arteri Brankialis Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant. 3. Arteri Karotis Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri

karotid

berjalan

diantara

trakea

dan

otot

sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak. Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg). Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt arteri vena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/ tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras. Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan metode yaitu:

8

9



Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus



Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu  Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop  Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan stetoskop Tabel tekanan darah USIA

Tekanan Sistole (mmHg) Tekanan Diastole (mmHg)

Bayi

65 – 115

42 – 80

anak 7 - 10 th

87 – 117

48 – 64

10 - < 19 th Laki- laki

124 – 136

77 – 84

10 - < 19 th Wanita

124 - 127

63 – 74

120

80

Usia tengah Usia lanjut 1.2

140 -160

80 - 90

Permasalahan 1. Apakah pengertian dari tekanan darah? 2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi? 3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara auskultasi! (dari segi : konsep , teori-sarana-prosedur-hasil ) 4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan di atas lengan kanan atas? 5. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah? 6. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari suara-suara korotkoff (Korotkoff I, II,III, IV, V)! 7. Suara korotkoff IV dan V dapat digunakan untuk menentukan tekanan diastolic mana yang lebih baik ? Jelaskan suara korotkoff V 8. Apakah ada perbedaan atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan

tekanan darah post exercise (setelah latihan)? Jelaskan?

9

10

9. A. Secara teoritis bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah ? B. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori ? C. Apakah hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori , jelaskan mengapa demikian? 10. A. Secara teoritis , bagaimanakah pangram latihan fisik terhadap denyu nadI dan tekanan darah? B. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori ? C. Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa demikian? 1.3

Tujuan Praktikum

1. Memeriksa suhu tubuh dan memeriksa pernafasan 2. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap suhu tubuh dan pernafasan 3. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah a. Memeriksa denyut nadi secara palpasi. b. Mengukur tekanan darah secara palpasi. c. Mengukur tekanan darah secara auskultasi. 4. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. 5. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

10

11

BAB II METODE KERJA

2.1

Alat Dan Bahan Praktikum 1. Meja periksa/tempat tidur 2. Stopwatch/arloji(jam) 3. Sphygmomanometer (Tensimeter),terdiri dari: a. Manometer air raksa + klep pembuka penutup b. Manchet udara c. Selang karet d. Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup 4. Stethoscope 5. Bangku latihan fisik 6. Metronom 7. Thermometer

2.2

Tata Kerja Praktikum 2.2.1

Memeriksa suhu tubuh A. memeriksa suhu tubuh dalam keadaan berbaring  Pilih salah satu Mahasiswa coba dari kelompok  Suruh Mahasiswa Berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja periksa

11

12

 Thermometer diletakkan kedalam fossa aksiler , sebaiknya daerah tersebut dalam keadaan kering dan biarkan selama kurang lebih 5 menit.  Catat hasilnya kedalam table E-1 B. Memeriksa suhu tubuh dalam keadaan setelah beraktifitas  Suruh mahasiswa melakukan aktivitas naik turun bangku melakukan latihan fisik dengan cara : “STEP TEST (NAIK-TURUN BANGKU)” selama 20 kali /menit selama 2 menit dengan di pandu dengan irama metronome yang di atur pada frekuensi 80 ketukan per menit  Ukur suhu tubuh mahasiswa kurang lebih 5 menit dengan interval 1 menit (5 menit ke 1…5 menit ke II…5 menit ke III..dst).  Catat hasilnya ke dalam tabel E-2 2.2.2

Memeriksa pernafasan A. Memeriksa pernafasan dalam keadaan berbaring  Mahasiswa coba adalah orang yang sama  Suruh mahasiswa berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit dimeja periksa  Perhatikan dengan melihat gerakan pernafasan pada dan perut bagian atas, saat inspirasi kemudian ekspirasi di hitung 1 kali  Hitunglah frekwensi dan irama pernafasan tersebut selama kuran lebih 1 menit  Catat hasilnya ked ala tabel E-3 B. Memeriksa pernafasan dalam keadaan setelah beraktifitas  Suruh mahasiswa melakukan aktifitas naik turun bangku (praktikum ini dilakukan bersama-sama dengan pemiriksaan suhu tubuh setelah beraktifitas)  Hitunglah Frekwensi dan irama selama kurang lebih 1 menit dengan interval 1 menit (1 menit ke I…1 menit ke II…1 menit ke III)  Catat hasilnya ke dalam tabel E-4.

2.2.3

Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah 1. Memeriksa Denyut Nadi Secara Palpasi a) Mahasiswa coba adalah orang yang sama 12

13

b) Suruh mahasiswa berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja periksa c) Letakkan kedua lengan di sisi tubuh dengan kedudukan Volar d) Periksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari ke II-III-IV yang di letakkan sejajar satu terhadap yang lain diatas arteri radialis tersebut Tentukan :  Frekuensinya…..jumlah denyut/menit  Iramanya….teratur/tidak teratur e) Catat data sesuai format : Tabel E.5 2. Mengukur Tekanan Darah Secara Palpasi a) Mahasiswa tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa b) Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan) di sisi tubuh c) Pasang manset pada lengan atas kanan,sekitar 3cm diatas fossa cubitin (jangan terlalu ketat maupun longgar) d) Raba dan serta rasakan denyut nadi a.radialis dextra. e) Pompakan udara kedalam manchet (menggunakan pompa udara) sampai denyut arteria radialis dextra tak teraba f) Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteria radialis dextra tak teraba g) Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar skrub pada pompa berlawanan arah jarum jam.)catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi h) Catat data sesuai format : Tabel E-5 2.2.4 Memeriksa Tekanan Darah Secara Auskultasi a) Mahasiswa tetap berbaring terlentang tenang diatas meja periksa dengan manchet tetap terpasang di lengan atas kanan,posisi lengan tetap terisi tubuh dengan kedudukan volar 13

14

b) Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stetoschope (bell stetoschope diatas arteri brachelis dextra tersebut c) Pompakan udara kedalam manchet,maka saudara akan mendengar suara bising arteria brachialis dextra melalui stetoschope d) Teruskan memompa udara kedalam manchet,pada suatu saat suara bissing arteria brachialis dextra akan menghilang e) Pompakan terus udara kedalam manchet sampai tinggi Hg pada monometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara bising arteria brachialis detra tadi menghilang f) Keluarkan udara dalam manchet

secara

pelan

dan

berkesinambungan,maka saudara akan mendengar : Suara Korotkoff I Nilai ini menunjukan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi 2. Suara Korotkoff IV atau V Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi. g) Catat data sesuai format : Tabel E.5 1.

2.2.5

Mengamati Dan Mempelajari Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah

1.

A.

Pilih satu mahasiswa coba (MC1-2) MC 2 boleh sama

dengan MC 1 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan B.

Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum.

C.

Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada lengan kanan secara auskultasi.

D.

Pilih dua mahasiswa untuk mencatat data MC1 dan MC2.

2. MC1-2 suruh berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya serta bilang nilai rata-ratanya.

14

15

3. MC1-2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian : tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur sebanyak juga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya. 4. MC1-2 suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian : tentukan frekuensi, irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali berturut-turut, serta hitung nilai rata-ratanya. 5. Catat data sesuai format : Tabel E-6

2.2.6 Mengamati Dan Mempelajari Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah. 1. A.

Pilih dua mahasiswa coba MC1-2 MC1 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan

B.

Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada arteri radialis sinistra

C.

Pilih salah satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada lengan kanan secara auskultasi

D. Pilih satu mahasiswa untuk mengukur data

2. MC1-2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit kemudian : periksa denyut nadi arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi, ( masing-masing diperiksa atau diukur tiga kali berturutturut). 3. Dengan manset tetap terpasang dengan lengan atas kanan, MC1-2 melakukan latihan fisik secara : “ Step test ( naik turun bangku )” 20 kali permenit selama duamenit dengan dipandu oleh irama metronom yang disetting pada frekuensi 80 ketukan permenit.

15

16

4. Setelah step test berakhir, MC1-2 suruh segera duduk, ukurlah frekuensi nadi serta tekanan darahnya masing-masing satu kali saja. 5. Teruskan mengukur frekunsi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit ( menit ke-3…..menit ke 5……menit ke 7…….dan seterusnya ) sampai

nilainya

kembali

seperti

keadaan

sebelum

latihan.

Catatan : Untuk setiap saat atau interval pengukuran denyut nadi dan tekanan darah hanya diukur satu kali. 6. Catat data sesuai format : table E-7

16

17

BAB III HASIL PRAKTIKUM

Tabel 3.1: Data pemeriksaan Suhu Tubuh Posisi Berbaring Mahasiswa Coba 1

Pemeriksa

Suhu Tubuh Aksiler (0C)

I Gusti Agung Wira

A.A. Ngurah Brahmandika

36.3

Mahasiswa Coba 2

Pemeriksa

Suhu Tubuh Aksiler (0C)

Gita Dwi Ristari

Ardiyani Ratnayika

36.0

Tabel 3.2: Data Pemeriksaan Pernafasan Posisi Berbaring Mahasiswa Coba 1

Pemeriksa

RR (X/mnt)

Irama

I Gusti Agung Wira

A.A. Ngurah

12

Teratur

Brahmandika I Gusti Agung Wira

Aristanto Prambudi

11

Teratur

Mahasiswa Coba 2

Pemeriksa

RR (X/mnt)

Irama

Gita Dwi Ristari

Putu Ayu Krisna

12

Teratur

13

Teratur

Damayanti Gita Dwi Ristari

Ardiyani Ratnayika

17

18

Tabel 3.3: Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah dalam Posisi Berbaring Mahasiswa Coba 1

I Gusti Agung Wira

Mahasiswa Coba 2

Pemeriksa

Denyut Nadi

Tekanan

Tekanan

Tekanan

Sistole

Sistole

Diastole

(palpasi)

(auskultasi)

(auskultasi)

Dika

55

90

110

80

Aristanto

60

90

110

70

Dian Eka

57

90

110

80

Tekanan

Tekanan

Tekanan

Sistol

Sistol

Diastol

(palpasi)

(auskultasi)

(auskultasi)

Pemeriksa

Denyut Nadi

Krisna

64

110

110

80

Rischa

63

110

120

70

Ardiyani

59

110

110

70

Gita Dwi Ristari

Tabel 3.4: Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Grafik Mahasiswa Coba 2

Posisi Tubuh Berbaring Terlentang

Duduk

Berdiri

Denyut Nadi MC1 73 67 69 Mean = 70 62 59 63 Mean = 61 79 65 70 Mean = 71

MC2 64 63 59 Mean = 62 71 74 73 Mean = 73 67 66 66 Mean = 66

Tekanan Sistolik (auskultasi) MC1 110 110 110 Mean = 110 110 110 110 Mean = 110 110 110 110 Mean = 110

MC2 110 120 110 Mean = 110 110 110 110 Mean = 110 110 110 110 Mean = 110

Tekanan Diastolik (auskultasi) MC1 MC2 80 80 80 70 80 70 Mean = 80 Mean = 70 80 70 80 70 80 70 Mean = 80 Mean = 70 80 70 80 70 80 70 Mean = 80 Mean = 70

Diagram 3.1 Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah pada

18

19

120 100 80 Nadi Tek. Sistol Tek. Diastol

60 40 20 0 Berbaring

Duduk

Berdiri

Mahasiswa

Coba 1

19

20

Perbandingan Tekanan Diastolik 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Berbaring

Duduk

Berdiri

Dia

gram 3.2 Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah pada 120 100 80 Nadi Tek. Sistol Tek. Diastol

60 40 20 0 Berbaring

Duduk

Berdiri

Mahasis

wa Coba 2

Tabel E.5: Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Waktu

Pra Latihan

Pasca Latihan

Menit Ke-1 Menit Ke-3

Denyut Nadi

Tekanan Sistolik (auskultasi)

MC1 79 78 79

MC2 70 72 72

MC1 110 110 110

MC2 110 110 110

105 99

105 101

130 120

130 120

Tekanan Diastolik (auskultasi) MC1 MC2 80 70 80 70 80 70 80 80

70 70 20

21 Menit Ke-5 Menit Ke-7

87 79

98 70

110 110

110 110

80 70

70 70

Diagram 3.3 Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah pada Mahasiswa Coba 1 140 120 100 80 60

Denyut nadi Tek. Sistol Tek. Diastol #REF! #REF!

40 20 0

a Pr

n ha ti La

1 a Pr

n ha ti La

2 a Pr

n ha ti La sa Se

3

at

a tel se

h

an tih a l

it en M

1

it en M

3

it en M

5

21

22

Diagram 3.3 Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah pada Mahasiswa Coba 1

140 120 100 80 60 Denyut nadi Tek. Sistol Tek. Diastol

40 20 0

a Pr

a tih La

n

1 a Pr

n ha ti La

2 a Pr

n ha ti La sa Se

3

at

a tel se

h

an tih a l

it en M

1

it en M

3

i en M

t5

22

23

BAB IV PEMBAHASAN 4.1

Diskusi Hasil Praktikum 1. Hasil pemeriksaan suhu tubuh posisi berbaring Suhu tubuh yang diperoleh oleh pemeriksa pada mahasiswa coba 1 adalah 36,30C dan mahasiswa coba 2 adalah 36,00C. Hasil tersebut menunjukan bahwa keadaan suhu tubuh mahasiswa coba 1 dan 2 adalah normal. Suhu tubuh normal adalah 36,5 – 37,5o C 2. Hasil pemeriksaan pernafasan posisi berbaring Rata-rata hasil pemeriksaan frekuensi pernafasan pada mahasiswa coba 1 adalah 11 kali/menit dengan irama pernafasan teratur dan pada mahasiswa coba 2 adalah 12 kali/menit dengan irama pernafasan yang teratur. Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 12-15 kali/menit dengan irama yang teratur. 3. Berdasarkan diagram 3.1 mengenai gambaran pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah pada Mahasiswa Coba 1 dapat diketahui bahwa tidak terajadi perubahan tekanan sistole dan diastole, namun terjadi perubahan pada denyut nadi, namun tidak drastis. Berdasarkan tabel 3.2 mengenai gambaran pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah pada Mahasiswa Coba 2 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan denyut nadi setelah perubahan posisi tubuh. Namun pada tekanan sistolik dan diastolik tidak terdapat perubahan (konstan). 4. Berdasarkan tabel 3.4 mengenai pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi, tekanan sistolik dan tekanan diastolik, dimana gambaran secara umumnya dapat dilihat padal grafik 3.3 untuk Mahasiswa Coba 1 dan 34 untuk Mahasiswa Coba 2, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan denyut nadi, tekanan sistolik dan tekanan diastolik pasca latihan pada menit ke-1. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa pemulihan denyut nadi, tekanan sistolik dan tekanan diastolik, dari mahasiswa coba (MC1) dan mahasiswa coba (MC2) setelah melakukan aktivitas fisik adalah samasama pada menit ke-7.

23

24

4.2 Diskusi Jawaban Permasalahan 1. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama. Adapun suhu tubuh dihasilkan dari : a. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh. b. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil). c. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron). d. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel. e. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun. f. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan penyimpanan makanan. 2. Macam-macam tipe pernafasan yaitu : a. Pernafasan Dada adalah pernafasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut : g. Fase Inspirasi : Fase ini berupa kontraksinya otot antara tulang rusuk, sehingga rongga dada membesar. Akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil dari pada tekanan diluar. Sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. h. Fase Ekspirasi : Fase ini merupakan, fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.

24

25

b. Pernafasan Perut adalah pernafasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut : -

Fase Inspirasi : Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil dari pada tekanan diluar. Sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk kedalam.

-

Fase Ekspirasi : Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diafragma kedalam posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk, sehingga rongga dada menjadi lebih kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan di luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.

3. Pembuluh darah yang digunakan untuk memeriksa denyut nadi adalah : a. Arteri superficialis temporalis b. Arteri carotis c. Arteri brachialis d. Arteri radialis e. Arteri femoralis f. Arteri poplitea g. Arteri tibialis posterior h. Arteri dorsalis pedis 4. Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung yaitu memuncak pada waktu systole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompa ke seluruh tubuh, keadaan ini disebut sistole dan tekanan aliran darah pada saat ini disebut tekanan darah systole. Pada saat ventrikel relaksasi, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang relaks tersebut adalah tekanan darah diastole.

25

26

5. Perbedaan pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi dan cara auskultasi adalah : a. Pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi :  Konsep Teori : Pemeriksaan tekanan darah cara palpasi

dengan

memeriksa pada arteri radialis dextra, dan hanya dapat mengukur tekanan sistolik dengan merasakan denyut  

nadi yang teraba setelah manchet dikempiskan. Alat : Spygmomanometer Prosedur : a) Pasangkan manchet pada lengan kanan atas, sekitar 3cm

diatas

fossa

cubiti

(jangan

terlalu

longgar

maupun ketat) b) Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra c) Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis dextra tak teraba. d) Keluarkan udara dalam manchet secara perlahan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Perhatikan pada angka berapakah denyut nadi arteri radialis radialis teraba kembali. Angka tersebut menunjukan tekanan darah sistolik cara palpasi (tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan cara palpasi) 

Hasil : Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat

bila

dibandingkan

dengan

pengukuran

secara

b. Pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi:  Konsep teori: Pemeriksaan auskultasi dengan memeriksa

arteri

auskultasi.

brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi didapatkan tekanan sistolik & diastolik yang lebih dikenal sebagai Korotkoff IV&V dengan bantuan alat stethoscope. 26

27

 

Alat : Stethoscope dan sphygmomanometer Prosedur : a) Pasangkan manchet pada lengan kanan atas 3cm diatas fossa cubiti. b) Raba arteri brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stethoscope (bell stethoscope) diatas arteri brachialis dextra tersebut. c) Pompakan udara kedalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20mmHg lebih tinggi dari titik denyut arteri brachialis dextra menghilang d) Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan, maka akan mendengar : 1. Suara Korotkoff I Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi 2. Suara Korotkoff IV atau V Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi



Hasil Dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan cara palpasi

6. Pemasangan manchet yang terlalu longgar atau terlalu ketat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah

Apabila pemasangan terlalu longgar maka darah masih bisa mengalir seperti biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain itu pula menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi,sehingga tidak diperoleh hasil pengukuran yang valid. Sedangkan pemasangan manchet yang terlalu ketat akan menyebabkan tekanan yang diberikan pompa sphygnomamometer pada kantong karet tidak maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan, pengikatan pada lengan sudah ketat dan sudah ada tekanan, jadi bila diberi tambahan udara,tekanannya

27

28

tidak terlalu maksimal, sehingga menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari seharusnya. 7. Suara Korotkoff IV timbul saat atrium berkontraksi yang disebabkan oleh meluncurnya darah kedalam ventrikel sehingga menimbulkan getaran. Bunyi Korotkoff V digunakan untuk mengukur tekanan diastolic. Korotkoff V lebih baik, karena korotkoff V adalah suara terakhir yang didapatkan dari pemompaan tekanan darah. Korotkoff IV nyaris tak terdengar, Korotkoff V terdengar lebih jelas meskipun pelan sehingga suara Korotkoff V lebih baik untuk mendengarkan diastolik. 8. Perbedaan antara atlet dan non atlet dalam pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post exercise: Adaptasi fisiologi pada latihan fisik sangat tergantung pada umur,intensitas, durasi, frekuensi latihan, factor genetik, dan cabang olahraga yang ditekuni (tipe latihan, baik static maupun dinamik).Tujuan dari adaptasi fisiologiadalah untuk ketahanan jantung dan paru,yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengangkut oksigen. Ukuran jantung pada atlit pada umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan bukan atlet. Pada atlet untuk olahraga ketahanan (endurance/aerobic)maka peningkatan ukuran jantung disebabkan peningkatan volume ventrikel tanpa peningkatan tebal otot. Sedangkan pada atlet untuk gerakan-gerakan cepat(non endurance/anaerobic) seperti laricepat, gulat, dan lain-lainnya maka peningkatan ukuran disebabkan oleh penebalan dinding ventrikel dengan tanpa peningkatan volume ventrikel. Bersamaan dengan peningkatan ukuran jantung, juga didapatkan peningkatan jumlah kapiler Peningkatan aliran darah melalui paru menyebabkan semua kepiler pulmonal terdifusi maksimal sehingga tersedia daerah permukaan yang lebih besar tempat oksigen dapat berdifusi ke permukaan dalam kapiler pulmonal. Aliran darah otot dapat meningkat kira-kira 25 kali lipat selama kerja sangat berat. Hampir separuh dari kenaikan aliran ini merupakan akibat vasodilatasi intramuscular yang disebabkam oleh pengaruh langsung kenaikan metabolisme

28

29

otot. Kenaikan tekanan bukan saja memaksa lebih banyak darah melalui pembuluh darah tetapi juga meregangkan dinding arteriol dan lebih lanjut menurunkan tahanan vaskuler. Oleh karena itu kenaikan tekanan darah sebanyak 30% sering dapat meningkatkan aliran darah lebih dari sekedar menggandakan hal ini akan menambah kenaikan aliran yang besar yang telah disebabkan oleh vasodilatasi metabolik paling sedikit 2 kali lipat lagi. Adaptasi kardiovaskuler ini jugamenyebabkan peningkatan volume darahdan hemoglobin, jumlah kapiler otot dan mempengaruhi cardiac output, tekanan darah, aliran darah serta A-V O2 diff.Terjadinya proses adaptasikardiovaskuler pada atlet ini menyebabkan pemulihan denyut nada dan tekanan darah pada atlet berlangsung cepat. Sedangkan pada non-atlet pemulihan denyut dan tekanan darah berlangsung lama karena belum adanya adaptasi dari sistem kardiovaskuler. 9. Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah melalui hubungannya dengan efek gravitasi. Pada kondisi berbaring, gaya gravitasi mempengaruhi seluruh tubuh secara uniform. Pada posisi tegak, efek gravitasi berbeda-beda. Selain tekanan dari kontraksi jantung, pembuluh darah dibawah jantung mendapat beban tambahan dari berat kolom darah (perbedaan tinggi tingkat jantungpembuluh).Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat. Sehingga denyut nadi dan tekanan darah yang terjadi sebagai berikut: posisi berdiri>posisi duduk > berbaring/terlentang Hasil praktikum: Menurut teori posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah dan denyut nadi akibat dari gaya gravitasi. Sesuai dengan hasil praktikum, mahasiswa coba 2 mengalami kenaikan pada denyut nadi dan tekanan darah walaupun kenaikannya

29

30

tidak signifikan. Namun pada Mahasiswa Coba 1 hanya terdapat perubahan pada denyut nadi saja. 10. Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah secara teoritis: Jantung sebagai alat pemompa darah mempunyai sifat untuk mengeluarkan rangsangan secara berirama. Dalam keadaan biasa irama jantung berasal dari simpul SA (Sino auricular node) yang terletak di atrium kanan. Selanjutnya semua bagian dari jantung mengikuti irama dari simpul S-A ini. Banyak faktor yang mempengaruhi irama dari simpul ini, diantaranya adalah : a. Rangsangan suhu yang meningkat, b. Kekurangan oksigen, c. Turunnya tekanan darah, d. Pengaruh ketekolamin dan lain-lain. Pada latihan terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiac output) dan redistribusi darah dari otot-otot yang tidak aktif ke otototot yang aktif. Curah jantung tergantung dari isi sekuncup (stroke volume) dan frekuensi denyut jantung (hart rate). Kedua faktor ini meningkat pada waktu latihan. Redistribusi darah pada waktu latihan menyangkut vasokonstriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif yang disebabkan oleh kenaikan suhu setempat, CO2 dan asam laktat serta kekurangan oksigen. Pada latihan yang mengakibatkan frekuensi jantung meningkat serta isi sekuncup meningkat, maka curah jantung juga meningkat. Curah jantung sangat mempengaruhi maksimum daya serap oksigen. Boleh dikatakan lebih besar curahjantung, lebih besar pula daya serapoksigennya. Dengan penurunan frekuensi jantung, maka jantung mempunyai cadangan denyut jantung (Heart RateReserve/HRR)

yang

lebih

tinggi.Penurunan

frekuensi

jantung

ini

disebabkan oleh peningkatan tonus saraf Parasimpatis Juga terjadi penurunan dari frekuensi pengeluaran impuls dari paru jantung. Dengan perubahan volume,maka isi sekuncup (stroke volume) menjadi lebih besar dan bila cadangan denyut jantung meningkat hasilnya curah jantung (cardiac output) akan menjadi lebih tinggi dan dengan begitu pengangkutan oksigen menjadi lebih tinggi lagi.

30

31

Pada waktu istirahat, tekanan yangnormal adalah 120 mmHg sistolik dan 80mmHg diastolik (120/80). Selama melakukan olahraga, tekanan sistolik naik secara cepat dan kadang-kadang dapat mencapai 200 atau 250 mmHg (responakut). Sedangkan tekanan diastolic perubahannya hanya sedikit. b. Hasil pratikum : Sesuai dengan teori, terjadi peningkatan denyut nadi dan tekanan darah pada menit pertama post exercise diikuti penurunan denyut nadi dan tekanan darah yang bertahap pada menit-menit berikutnya. Sehingga hasil praktikum sesuai dengan teori yang ada.

31

Related Documents

Vital
April 2020 12
Vital +
November 2019 22
Vital Sign.docx
May 2020 6
Vital Sign.docx
May 2020 7
Vital Signs
October 2019 16
Vital Signs
June 2020 9

More Documents from ""