VIROLOGI PENYAKIT POLIO ;
DOSEN PEMBIMBING :
Drh. Ocky Suprobowati, M. Kes. Disusun oleh: Rusma Yunistin Surnandani
(P27834116004)
Nada Aulia Amin
(P27834116011)
Anggita Briandini
(P27834116015)
Miranda Sarasati
(P27834116033)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PRODI D4 SEMESTER 6 ANALIS KESEHATAN 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Penyakit Polio. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi pada beberapa literatur baik pada buku maupun di internet dengan bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Drh Ocky Suprobowati, M.Kes. selaku dosen pengajar mata kuliah virologi kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Surabaya, 13 Februari 2019
Penyusun
ii | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................. ii DAFTAR ISI ...............................................................................iii I.
Pengertian Polio ................................................................ 1
II.
Taksonomi Virus Polio ..................................................... 2
III.
Morfologi Virus Polio ....................................................... 3
IV.
Epidemiologi ...................................................................... 4
V.
Patogenesis ......................................................................... 5
VI.
Jenis – Jenis Polio.............................................................. 6
VII.
Bentuk dan Struktur Anatomi Virus Polio .................... 8
VIII.
Cara Penularan ................................................................. 9
IX.
Gejala Klinik ................................................................... 13
X.
Diagnosis Laboratorium ................................................. 14
XI.
Informasi Laboratorium ................................................ 16
XII.
Treatment / Penatalaksanaan ........................................ 16
XIII.
Cara Pencegahan ............................................................ 17
XIV.
Peran Kementrian Kesehatan terhadap Polio ............. 20
PERTANYAAN................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 24
iii | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
POLIO I.
PENGERTIAN POLIO
Polio merupakan penyakit yang disebabkan virus polio yang tergolong dalam Picornavirus. Suatu mikro – organisme berukuran keci, namun dapat melumpuhkan tubuh. Penyakit polio sering disebut poliomyelitis merupakan penyakit virus paling tua umurnya. Penderita penyakit ini sudah terekam pada relief peninggalan zaman Mesin Kuno yang dipahat ribuan tahun sebelum Masehi. Pada relief itu, tertulis seseorang raja yang kakinya kecil sebelah, sehingga para arkeolog dan kalangan medis menduga sang raja terkena polio. Di sekitar 0,5% dari kasus polio terdapat kelemahan otot yang mengakibatkan kelumpuhan. Hal ini dapat terjadi selama beberapa jam sampai beberapa hari. Kelemahan paling sering terjadi pada kaki tetapi kadang-kadang terjadi pada otot-otot kepala, leher dan diafragma. Banyak tapi tidak semua orang sepenuhnya pulih. Pada penderita polio dengan kelemahan otot sekitar 2% sampai 5% dari anak-anak dan 15% sampai 30% dari orang dewasa mati. 25% lainnya mengalami gejala ringan seperti demam dan sakit tenggorokan dan hingga 5% mengalami sakit kepala, leher kaku dan nyeri di lengan dan kaki. Orang-orang ini biasanya kembali normal dalam waktu satu atau dua minggu. Dalam hingga 70% dari infeksi tidak terjadi gejala.Beberapa tahun setelah sembuh sindrom pasca-polio dapat
1 |[Virologi]
[Polio]
terjadi, dengan perkembangan kelemahan otot yang lambat, sama dengan yang dialami selama infeksi awal. II.
TAKSONOMI VIRUS POLIO
Divisi
: Protophyta
Kelas
: Mikrotatobiotes
Ordo
: Virales
Famili
: Picornaviridae
Genus
: Enterovirus
Species
: Poliovirus
Ordo virus : merupakan pengelompokan famili virus yang memiliki banyak kesamaan karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran ”Virales” oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus) Famili virus: merupakan pengelompokan genus virus yg memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dg akhiran “Viridae”.Contohnya:Picornaviridae Genus virus: merupakan pengelompokan spesies virus yg memiliki banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus”. Ditandai dengan akhiran “Virus” (misal: Genus Enterovirus)
2 |[Virologi]
[Polio]
Spesies virus: menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yg mirip replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Virus polio termasuk dalam golongan virus RNA. III.
•
•
•
MORFOLOGI VIRUS POLIO
Virus polio adalah virus yang paling kecil dibandingkan dengan virus lainnya. Virus polio termasuk ke dalam famili Picornaviridae (Pico adalah bahasa Yunani yang artinya kecil). Kekecilan virus ini tidak hanya dari ukuran partikelnya saja, tetapi juga dari ukuran panjang genomnya. Virus ini memiliki diameter sekitar 30 nmberbentuk ikosahedral sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg) dan memiliki RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 7.5 kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida tersusun simetri cubical, diameter 27 nm, RNA rantai tunggal, mengandung 42 kapsomer, terdiri dari 89 galur. Virus polio yang terdiri atas tiga strain:
3 |[Virologi]
[Polio]
Strain 1 (brunhilde), paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), strain 2 (lanzig) paling jinak. strain 3 (leon) Sifat penting : o RNA rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom. o Virion Tidak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm. o Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma. o Spektrum hospes sempit.
IV.
EPIDEMIOLOGI
Sumber: http://azkurs.org/epidemiology-poliomyelitis.html Polio tersebar di seluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. Kasus terakhir virus polio 3 terjadi di Sri Lanka pada tahun 1993, virus polio 1 dan polio 3 di Jawa Tengah, Indonesia pada tahun 1995, dan virus Polio 1 di Thailand pada tahun 1997. India salah satu Negara endemic polio, juga menularkan penyakit ini ke Cina dan Syria pada tahun 1999, ke Bulgaria pada tahun 2001, serta ke Lebanon pada 2003. Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio liar di Indonesia pada tahun 2005
4 |[Virologi]
[Polio]
berasal dari sudan atau Nigeria yang berada di Arab Saudi. Virus tersebut ditularkan ke Negara lain melalui jamaah haji, jemaah umroh, dan tenaga kerja lainnya. Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita polio sebanyak 70-80% di daerah endemic adalah anak berusia kurang dari 3 tahun, dan 80-90% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang tidak diimunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak-anak yang tidak terdaftar. Data terakhir sampai Juni 2007 terdapat 243 kasus polio liar pada tahun 2007. Negara penyumbang terbesar adalah Nigeria sebanyak 114 kasus, India sebanyak 82 kasus, dan Korea Utara sebanyak 13 kasus. Indonesia yang pernah mencatat 303 kasus pada tahun 2005 menurun hingga menjadi hanya 2 kasus pada tahun 2006 dan tidak ada kasus pada tahun 2007. Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke Provinsi Banten, DKI, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/ kota di Indonesia. V.
PATOGENESIS
Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oro fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan hygiene sanitasinya baik sehingga tidakmemungkinkan terjadinya penularan oro fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi.Cara penularan ini disebut droplet infection per-oral. Jika virus sudah masuk ke dalam mulut, virus tersebut akan masuk ke dalam kelenjar getah bening kemudian akan menuju peredaran darah dan akan menyebar ke usus dan dapat pula menyebar ke otak, sehingga dapat ditemukan dalam liquor dan menyebabkan kelumpuhan. Virus dapat lebih cepat lagi sampai ke otak apabila pada anak-anak dilakukan operasi tonsillectomi, maka
5 |[Virologi]
[Polio]
pembuluh darah terpotong pada waktu operasi sehingga virus dapat langsung masuk ke pembuluh darah dan langsung ke otak. Pada umumnya virus dapat ditemukan dalam swab tenggorokan dan tinja sebelum gejala klinik pertama timbul. 1 minggu setelah gejala klinik timbul pada umumnya virus sudah menghilang dari tenggorokan tetapi masih ada di dalam tinja. Virus masih terdapat di dalam tinja setelah beberapa bulan penderita sembuh dari penyakit. Penularan melalui serangga belum bisa dibuktikan. Pada masa akhir inkubasi dan masa awal gejala. Para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret penderita 36 jam kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu atau lebih. Virus polio dapat menyerang semua usia dengan tingkat kelumpuhan yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1% saja. Dari semua kelumpuhan, hanya 90% akan sembuh dengan sendirinya dan sekitar 10% akan mengalami kelumpuhan tetap. Angka kelumpuhan pada bayi lebih kecil daripada orang dewasa VI.
JENIS – JENIS POLIO
6 |[Virologi]
[Polio]
Jenis – jenis Polio antara lain : a. Polio Non-Paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. b. Polio Paralisis Spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. c. Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan
7 |[Virologi]
[Polio]
lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. VII.
BENTUK DAN STRUKTUR ANATOMI VIRUS POLIO
Virus polio adalah virus RNA cukup sederhana dari keluarga Picornaviridae virus. Sebuah partikel virus polio (virion) pada dasarnya merupakan untai RNA dikelilingi oleh kapsid. Kapsid memiliki reseptor pada permukaannya yang membantu virus mengenali dan mengikat untuk menargetkan neuron motor dalam tubuh inang. Struktur virus polio – pertama kali ditemukan pada tahun 1985 – adalah salah satu struktur virus pertama yang pernah ditemukan. Replikasi
8 |[Virologi]
[Polio]
Tahap-tahap replikasi sebagai berikut : 1. Satu virus polio mendekatisebuah sel saraf melalui aliran darah 2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus. 3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untukmelepaskan RNA (materi genetik) ke dalam sel. 4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai protein pada sel. 5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk membuat lebih banyak RNA dan capsid polio. 6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk virus polio baru. 7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus polio baru kembali ke aliran darah. Dari sel tidak diketahui dengan jelas hanya sebagian kecil dari partikel virus baru yang disintesis merupakan virion yang matang dan infektif. VIII.
CARA PENULARAN POLIO
1. Faktor Risiko Faktor Risiko Kejadian Polio
Data cakupan imunisasi polio, di tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar beresiko selama 3-5 tahun terakhir, dan tata laksana rantai dingin vaksin Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat Ketenagaan, ketersediaan vaksin dan kualitas vaksin diantaranya penyimpanan vaksin dan control suhu penyimpanan Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi Mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis poliomyelitis Kontak adalah anak usia< 5 tahun yang berinteraksi serumah atau sepermainan dengan kasus sejak terjadi kelumpuhan sampai 3 bulan kemudian.
9 |[Virologi]
[Polio]
Faktor Risiko terhadap Kelumpuhan Tidak ada yang tahu mengapa hanya sebagian kecil infeksi menyebabkan kelumpuhan. Beberapa faktor risiko utama yang diidentifikasi yang meningkatkan kemungkinan kelumpuhan pada seseorang yang terinfeksi polio, seperti diantaranya defisiensi imun, kehamilan, pengangkatan amandel (tonsillectomy), suntikan intramuscular misalnya obat-obatan, olahraga berat dan cedera. 2. Perjalanan Polio
Sumber: http://azkurs.org/epidemiology-poliomyelitis.html Mekanisme Penyebaran Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fecal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fecal-oral berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
10 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehyde dan larutan chlor. Suhutinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun.Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup perantara yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah manusia. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oral fecal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan hygienesanitasi nya baik sehingga tidakmemungkinkan terjadinya penularan oralfecal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Cara penularan ini disebut droplet infection per-oral. Jika virus sudah masuk ke dalam mulut, virus tersebut akan masuk ke dalam kelenjar getah bening kemudian akan menuju peredaran darah dan akan menyebar ke usus dan dapat pula menyebar ke otak, sehingga dapat ditemukan dalam liquor dan menyebabkan kelumpuhan. Virus dapat lebih cepat lagi sampai ke otak apabila pada anak-anak dilakukan operasi tonsillectomi, maka pembuluh darah terpotong pada waktu operasi sehingga virus dapat langsung masuk ke pembuluh darah dan langsung ke otak.
11 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
Inkubasi pendek : 7 – 14 hari (terpendek 4 hari), range 3 – 35 hari Eksresi virus melalui tinja secara intermiten sampai 6 – 8 minggu atau melalui air ludah 1 – 2 setelah lumpuh Eksresi virus terbanyak pada : 1. Beberapa saat sebelum lumpuh – 2 mingu setelah lumpuh 2. Eksresi virus sangat menurun setelah 4 minggu lumpuh
Masa Inkubasi Inkubasi pendek : 7 – 14 hari (terpendek 4 hari), range 3 – 35 hari Eksresi virus : melalui tinja secara intermiten sampai 6 – 8 minggu atau melalui ludah 1 – 2 setelah lumpuh Eksresi virus terbanya pada : 1. Beberapa saat sebelum lumpuh – 2 mingu setelah lumpuh 2. Eksresi virus sangat menurun setelah 4 minggu lumpuh 3. Gejala Polio Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-paralytic). Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien tetap asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejalagejala, jika hadir, mungkin hanya bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu sampai dua minggu. Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf dan infeksi dan peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord). Gejala-gejala dapat termasuk:
12 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
sensasi yang abnormal, kesulitan bernapas, kesulitan menelan, retensi urin, sembelit, mengeluarkan air liur (ileran), sakit kepala, turun naik suasana hati, nyeri dan kejang-kejang otot, dan kelumpuhan.
Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan polio yang melumpuhkan seringkali meninggal dari kegagalan pernapasan, karena mereka tidak mampu untuk bernapas sendiri. Itulah sebabnya mengapa sangat mendesak bahwa pasien-pasien menerima evaluasi dan perawatan medis yang tepat. Sebelum era vaksinasi dan penggunaan dari ventilator-ventilator modern, pasien-pasien akan ditempatkan dalam "iron lung" (ventilator bertekanan negatif, yang digunakan untuk mendukung pernapasan pada pasien-pasien yang menderita polio yang melumpuhkan). IX.
GEJALA KLINIK Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas. Sebagian besar (90%) infeksi virus polio menyebabkan inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan gejala abortive infection 1% nonparalytic dan sisanya menunjukkan tanda klinik paralitik. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30% menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10% menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari. Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser pada kelompok anak usia di atas 5 tahun. Stadium akut sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan tersebut bersifat
13 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
asimetris sehingga menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga dua bulan. Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi.Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen. X.
DIAGNOSIS LABORATORIUM Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu : 1. Viral Isolation Polio virus dapat dideteksi dari faring atau dinding tonsil bagian belakang pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio yaitu digunakan untuk sampel hapus tenggorok. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkanhasilyangakurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifatganasataulemah.Paling bagus menggunakan isolasi feses untuk mengetahui adanya virus polio pada penderita
14 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
2. Uji Serology Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah atau serum dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orangtersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netraldan dapat menjadi aktif pada saat pasientersebutsakit. Tes serologi sendiri juga bisa sebagai tahap konfirmasi pada infeksi enterovirus melalui deteksi IgM spesifik atau adanya peningkatan titer antibodi sebesar 4 kali lipat diantara waktu akut sampai pada masa kovalen. 3. CerebrospinalFluid(CSF) CSFdi dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml Penegakan Diagnosis
Kasus AFP : semua anak kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), proses terjadi kelumpuhan secara akut (<14 hari), serta bukan disebabkan oleh ruda paksa. Hot case adalah kasus-kasus yang sangat menyerupai polio yang ditemukan <6 bulan sejak kelumpuhan dan spesimennya tidak adekuat perlu dilakukan pengambilan sample kontak. Kategori hot case dibuat berdasarkan kondisi specimen yang tidak adekuat pada kasus yang sangat menyerupai polio. Hot case cluster adalah 2 kasus AFP atau lebih, berada dalam satu lokasi (wilayah epidemologi), beda waktu kelumpuhan satu dengan yang lainnya tidak lebih dari 1 bulan. VDPV (vaccine derived polio virus) adalah kasus polio (confirmed polio) yag disebabkan virus polio vaksin yang telah bermutasi Kasus polio pasti (confirmed polio case) : kasus AFP yang pada hasil laboratorium tinjanya ditemukan virus polio liar (VPL), cVDPV, atau hot case dengan salah satu specimen kontak VPL/VDPN
15 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
XI.
Kasus polio kompatibel : kasus polio yang tidak cukup bukti untuk diklasifikasikan sebagai kasus non polio secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara lain a) specimen tidak adekuat dan terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya kelumpuhan, b) specimen tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan kunjungan ulang 60 hari. Kasus polio kompatibel hanya dapat ditetapkan oleh kelompok kerja ahli surveilans AFP nasional berdasarkan kajian data/dokumen secara klinis atau epidemologis maupun kunjungan lapangan.
INFORMASI LABORATORIUM 1. Specimen AFP berupa tinja yang diambil pada kasus AFP yang lama lumpuhnya belum lebih dari 2 bulan 2. Specimen adekuat adalah 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan tenggang waktu minimal 24 jam 3. Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelumpuhan 4. Masing-masing spsimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa), atau 1 sendok makan bila penderita diare. 5. Specimen pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan : o 2 spesimen tidak bocor o 2 spesimen volumenya cukup o Suhu dalam speseimen karier 2-8⁰C o 2 spesimen tidak rusak (kering,dll)
XII.
TREATMENT/PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen. Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang dilakukan yaitu tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan
16 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
kembali berfungsi senormal mungkin dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut. Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan di rumah, bila gejala klinis berat diruju ke RS XIII.
CARA PENCEGAHAN
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak. Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank. 1. Pencegahan dengan Vaksin Polio Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu : 1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
17 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
Manfaat Imunisasi dengan OPV
Membentuk kekebalan : 4 dosis tOPV (3 serotypes) pada bayi sebelum umur 1 tahun.
TABEL IMUNISASI : UMUR
0 bln
Hepatitis B1
1 bln
BCG
2 bln
DPT /HB COMBO1, POLIO 1
3 bln
DPT /HB COMBO 2, POLIO 2
4 bln
DPT /HB COMBO3, POLIO 3
9 bln
CAMPAK , POLIO 4
Memutus transmisi virus polio : Mop-up/Sub sebelumnya.
VAKSIN
PIN/PIN,
tanpa
Mempunyai community effect
18 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
melihat
status
imunisasi
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain. 3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2 4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.
19 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
XIV.
PERAN KEMENTRIAN TERHADAP PENYAKIT POLIO
KESEHATAN
Pencapaian eradikasi polio (ERAPO) merupakan sebuah komitmen global. Diharapkan, pada tahun 2020 kita akan mewujudkan Eradikasi Polio di seluruh dunia. Jika hal ini dapat kita wujudkan, maka ini adalah sebuah prestasi besar kedua yang dicapai masyarakat dunia di bidang kesehatan setelah pembasmian atau Eradikasi Cacar atau Variolla yang dicapai pada tahun1974. Rangkaian strategi menuju pencapaian ERAPO dimulai pada tahun 1988, dan sejak saat itu insidens atau angka kejadian kasus polio di dunia menurun hingga lebih dari 99%. Negara endemis polio telah berkurang dari 125 negara menjadi hanya 2 negara yang tersisa yaitu PakistandanAfganistan. Indonesia, bersama dengan negara-negara di Regional Asia Tenggara telah mendapatkan Sertifikat Bebas Polio dari World Health Organization (WHO) pada tanggal 27 Maret 2014. Namun, meskipun telah dinyatakan bebas polio, risiko penyebaran polio di Indonesia tetap tinggi selama virus polio liar masih bersirkulasi di dunia dan faktor risiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan masyarakat yang belum optimal yang disebabkan karena masih terdapatnya daerah-daerah kantong dengan cakupan imunisasi polio rutin yang rendah selama beberapa tahun. Penularan virus polio yang berasal dari luar negeri (importasi) pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2005, padahal sebelumnya sudah 10 tahun Indonesia tidak memiliki kasus polio. Kejadian tersebut dimulai dari kasus di Sukabumi pada Januari 2005, dan kemudian menyebar ke provinsi lain di pulau Jawa dan Sumatera, dengan total kasus 305 anak. Virus polio import tersebut diduga berasal dari Nigeria yang menyebar melalui Timur Tengah. Penularan tersebut terjadi terutama pada anakanak yang rentan terhadap penyakit polio oleh karena belum mendapat imunisasi polio sama sekali atau imunisasi polio yang diperoleh belum lengkap. Berdasarkan keadaan ini, maka Indonesia harus melakukan pemberian imunisasi tambahan polio untuk mendapatkan kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga akan dapat mempertahankan status
20 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
bebas polio yang telah diperoleh dan juga sebagai upaya untuk mewujudkan Dunia Bebas Polio. Imunisasi tambahan ini dikenal dengan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang akan dilaksanakan pada tanggal 8 s.d 15 Maret 2016 di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di DI Yogyakarta (hal ini dikarenakan DIY tidak lagi menggunakan vaksin polio tetes, sementara PIN Polio menggunakan vaksin polio tetes), dengan target cakupan >95%. Sasaran kegiatan PIN adalah anak usia 0-59 bulan (balita), yang merupakan kelompok paling rentan untuk tertular virus polio. PIN dilaksanakan di Pos PIN, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit serta pos pelayanan imunisasi lainnya di bawah koordinasi Dinas Kesehatan setempat (mis: sekolah, pasar, terminal, pelabuhan, dan bandara).
21 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
PERTANYAAN 1. Mengapa penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan ? karena polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus yang dinamakan poliovirus (PV), yang masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Kemudian dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). 2. Menurut dokter seorang anak teriinfeksi oleh virus sehingga mengalami demam, muntah, sakit perut, lesu, dan terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. Dan dalam jangka panjang anak tersebut semakin mengalami kelumpuhan pada kakinya. Maka diagnose untuk anak tersebut adalah …. a. Nama virus dan penyakit b. Sebutkan beberapa cara untuk diagnosa laboratoriumnya ! a. Anak tersebut terserang virus Poliovirus yang dapat menyebabkan penyakit Polio, karena sesuai gelaja yang ditimbulkan yaitu demam, muntah, sakit perut, lesu dan otot terasa lembek jika disentuh serta terjadi kram otot pada leher dan punggung juga kelumpuhan dalam jangka waktu lama b. Beberapa pemeriksaan yang digunakan unutk diagnose penyakit ini adalah viral isolation, uji serologi, dan Cerebrospinal fluid
3. Apakah ada kemungkinan bila negara yang terbebas virus polio, tiba - tiba beberapa tahun kemudian virus tersebut mewabah lagi dinegara tersebut ? Dan apa yang menjadi penyebabnya ? Ada, dan sebenarnya pada tahun 1995 diseluruh wilayah indonesia sudah dinyatakan bebas polio tetapi penyakit ini punya kemampuan untuk berpindah tempat yang tidak mengenal batas negara. Nah masalahanya ada negara lain yang menjadi endemik polio tersebut. Sehingga masih terbuka lebar kemungkinan polio menyerang masuk ke wilayah Indonesia kembali. Selain ancaman importasi virus dari negara lain, kemungkinan mutasi dari virus yang telah menjadi vaksin bisa saja terjadi. Seperti contoh kasus di Filipina pada tahun 2001, ketika itu virus polio
22 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
dinyatakan sudah tidak ditemukan lagi di negara tersebut. Namun timbul kasus polio ditimbulkan oleh virus polio yang berasal dari vaksin polio yang berisi virus polio yang dilemahkan, sehingha di negara filipina timbul kembali virus polio. 4. Dari beberapa jenis penyakit polio, jenis polio yang manakah yang paling cepat untuk di sembuhkan? polio pada saat ini belum di temukan obatnya dan belum dapat disembuhkan. Biasanya obat-obat yang diberikan kepada pasien hanya untuk membantu mengontrol rasa nyeri. Cara lain seperti terapi itu juga belum dapat menyembuhkan penyakit polio. Namun terapi yang di lakukan tersebut hanya untuk meningkatkan kesehatan dan stamina pada pasien saja. Guna penguatan imun secara alami agar tubuh lebih sehat dan mampu melawan infeksi yang terjadi terus menerus agar tidak semakin parah. 5. Dari beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit polio, pemeriksaan manakah yang paling efisien untuk digunakan / Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit polio yang paling efisien yaitu pada pemeriksaan isolasi dengan bahan feses karena bahannya mudah didapatkan dan teknik pengerjaaanya sederhana.
23 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]
DAFTAR PUSTAKA
Stephen H. Gillespie, Kathleen B. Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Erlangga. Anonim. 1989. VIROLOGI KHUSUS. Jakarta : DEPKES RI. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan, Penularan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga. N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history, efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine Institute. http://www.totalkesehatananda.com/polio3.html.Diakses tanggal 13 Februari 2019 http://azkurs.org/epidemiology-poliomyelitis.html.Diakses tanggal 9 Maret 2019 https://dokumen.tips/download/link/polio-ppt-558f30c890c44. Diakses tanggal 9 Maret 2019 http://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitispenyakit-virus-polio/#.XIMmwfkza1v. Diakses tanggal 9 Maret 2019
24 | [ V i r o l o g i ]
[Polio]