BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Kepunahan akibat beberapa jenis tekanan dan kegiatan, terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam yang kaya dengan keanekaragam hayati, seperti hutan hujan tropik dataran rendah. Kepunahan keanekaragaman hayati sebagian besar karena ulah manusia. Kepunahan akan berampak besar terhadap perubahan struktur komunitas ekosisem suatu hutan. Oleh karena itu, suatu analisis untuk menentukan struktur komunitas hutan meliputi perhitungan jenis dan spesies vegetasi perlu dilakukan untuk menentukan struktur komunitas hutan suatu wilayah (Odum, 1998). Menurut Marsono (1977) vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri atas beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesame individu penyususn vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang tumbuh dan hidup serta dinamis. Salah satu metode untuk mendeskripsikan suatu vegetasi yaitu analisis vegetasi. Analisa vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada suatu kondisi hutan yang luas, kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling sehingga cukup ditempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. (Soerianegara, 2005). Arrijani dkk., (2006) mengatakan bahwa kehadiran vegetasi akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Sebagai contoh secara umum vegetasi akan mengurangi suatu laju erosi tanah, mengatur keseimbangan karbondioksida dan oksigen di udara, pengaturan tata air tanah, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebu Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983). Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan factor lingkungan tertentu atau beberapa factor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat: petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusmana, 1997). Pola
komunitas
dianalisis
dengan
metode
ordinasi
yang
menurut
Mueller Domboisdan E1lenberg, (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau factor gradient lingkungan tertentu. Untuk memperolehin formasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan factor lingkungan. Dengan analisis vegetasi dapat diperolehin formasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Contoh-contoh vegetasi beraneka tipe yaitu hutan, kebun, padang rumput, dan tundra. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonana dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayahwilayah yang luas
di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahuntahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Heddy dkk., 1986). Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Ariyanto dkk., 2014)
1.2 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan menganalisis parameter-parameter vegetasi antara lain frequensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frequensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, nilai penting (importance value), indeks diversitas, indeks similaritas dan pola penyebaran jenis.
1.3 Manfaat Praktikum Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh lingkungan di Hutan Alas Kedaton, Tabanan Bali terhadap keberadaan vegetasi tanaman di hutan darat tersebut, terutama dari segi keanekaragaman tanaman dalam pola penyebaran jenis tanamantanaman tersebut dengan menganalisis parameter-parameter vegetasi antara lain frequensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frequensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, nilai penting (importance value), indeks diversitas, indeks similaritas dan pola penyebaran jenis.
BAB II MATERI DAN METODE
2.1 Lokasi Praktikum Praktikum dilakukan pada hari Selasa, 20 November 2018, di kawasan Hutan Darat Alas Kedaton di Tabanan Bali
2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu meteran, Hard board, Tali rafia, Kertas lotre yang sudah ditentukan absis (X) dan ordinat (Y), Patok besi, Sasak (alat pengepres tumbuhan), dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tumbuhan yang ada di kawasan Hutan Darat Alas Kedaton di Tabanan.
2.3 Cara Kerja Hal yang dilakukan pertama yaitu areal praktikum ditentukan terlebih dahulu selanjutnya ditentukan luas area minimal seluas 5-10% dari luas total untuk menentukan luas plot yang akan dibuat. Analisis vegetasi digunakan metode kuadrat (Quadrat Sampling Technique) secara random/acak, jenis kuadrat yang dipakai Plot Tunggal dengan List Quadrat yaitu dengan menghitung semua spesies yang ada dalam plot/kuadrat. Areal/stasiun penelitian ditentukan luas areal minimal seluas 5-10% dari luas total untuk menentukan luas plot yang akan dibuat. Dimana menggunakan sistem pengacakan plot dilakukan dengan cara lotre yaitu menggunakan kertas digulung yang sudah ditentukan jarak keedepan (X) dan jarak ke samping (Y). Masing-masing individu yang diketemukan dalam plot dicatat lingkaran batang setinggi 135 cm atau setinggi dada. Ukuran plot yang digunakan untuk pohon adalah 20m x 20m, pada masing-masing plot dihitung dan dicatat jumlah jenis dan jumlah individu, cara pengukuran plot ini seperti gambar berikut :
20 m
Plot untuk pohon
20 m
Gambar 1. Tata Letak Metode Kwadran Kemudian dilakukan analisis vegetasi dengan menghitung parameter-parameter vegetasi, yaitu frekuensi, densitas, dominansi, frekuensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, nilai penting (importance value), keanekaragaman jenis dan pola penyebaran jenis.
2.4 Analisis Hasil Analisis yang dilakukan adalah : a.
Keliling batang
b.
Rumus : 2𝜋r Basal area Rumus : 𝜋r2 Keterangan : 𝜋 = 3,14 r = jari-jari
135 cm
Gambar 2. Tata Letak Metode Kwadran
Dari keliling batang dicari basal area (luas penampang batang) dengan rumus: 2𝜋r dan basal area : 𝜋r2 (r=jari-jari). Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditentukan parameter-parameter vegetasinya sebagai berikut : 1.
Frekuensi
=
2.
Densitas
=
3.
Dominansi
=
4.
Frekuensi relatif =
5.
Densitas relatif
6.
Dominansi relatif =
=
Jumlah kuadrat dari jenis yang ditemukan Jumlah plot yang diambil Jumlah individu suatu jenis Total area kuadrat Luas bidang dasar (Basal area)suatu jenis Total area kuadrat (luas daerah cuplikan) Frekuensi suatu jenis Total frekuensi seluruh jenis Densitas suatu jenis Total densitas seluruh jenis
𝑥 100%
𝑥 100%
Dominansi suatu jenis Total dominansi seluruh jenis
𝑥 100%
a. Nilai penting (NP) atau Importance Value (IV) = Frekuensi relatif + Densitas relatif + Dominansi relatif. b. Indeks Diversitas (ID) Indeks Diversitas dapat ditentukan dengan rumus :
Keterangan : H : Indeks Diversitas (Indeks Keanekaragaman Jenis) N1 : Nilai penting dari suatu jenis N : Nilai penting dari seluruh jenis Indeks Diversitas untuk pohon yang tumbuh pada hutan darat dapat ditentukan dengan 5 kriteria yaitu : a. Jika H < 1,0 termasuk katagori sangat buruk (tidak mantap) b. Jika 1,1 < H < 1,5 tergolong katagori buruk (kurang mantap) c. Jika 1,6 < H < 2,4 tergolong katagori sedang (cukup mantap) d. Jika 2,5 < H < 3,5 tergolong katagori baik (mantap) e. Jika H > 3,5 tergolong katagori sangat baik (sangat mantap mantap) c. Indeks Similaritas (IS)
Indeks similaritas ini dapat ditentukan dengan rumus : IS =
2W 𝑥 100% A+B
Keterangan : IS : Indeks similaritas = Indeks kesamaan jenis dari dua area/stasiun yang berbeda. W : Jumlah jenis terkecil yang sama dari dua area yang berbeda. A : Jumlah jenis pada stasiun A B : Jumlah jenis pada stasiun B Pola penyebaran invidu suatu jenis dinyatakan dengan rumus : Varian (Keragaman jenis) : Mean (rata-rata) = (V/M) Hasil analisi ini untuk mengetahui pola penyebaran atau distribusi suatu jenis vegetasi pola tersebut dapat dinyatakan dalam 3 ketentuan pokok yaitu: penyebaran secarabacak, seragam dan mengelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, J., Widoretno.S., Nurmiyati., dan Agustina, P. 2014. Bentuk Kehidupan (Life Form) Tumbuhan Penyusun Vegetasi Di Kotamadya Surakarta. Jurnal Bioedukasi. Vol 7 (2). Hal 10-17 Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 7, Nomor 2, Hal 147-153. Greig and Smith P. 1983. Quantitative Plant Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM. Heddy, S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. PengantarEkologi. Jakarta : Rajawali Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara. Krebs, J.C. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Row Publisher. London. Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Teknologi Bandung : Bandung Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mc Noughton, S. J. dan Wolf, L. L. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Michael, P.E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta. Mueller-Dombois, D. and H.Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York: John Wiley & Sons Odum, P. E. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Ir. ThahjonoSamingan, M.Sc. Cet. 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Rahmadani, F. Dan Sumberartha, I. W. 2012. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA, Malang. Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sri dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Fahutan IPB, Bogor. Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Welles et al, J. E. dan Clements, F. E. 1996. Plant Ecology. McGraw-Hill Book Company, inc, London.
Yatim, W. 1994. Biologi Modern. Tarsito, Bandung.