Variabel Penelitian

  • Uploaded by: Darmawan Soegandar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Variabel Penelitian as PDF for free.

More details

  • Words: 3,079
  • Pages: 12
VARIABEL PENELITIAN By: Darmawan Soegandar* A. Pengertian Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari

perumusan

masalah,

perumusan

hipotesis,

pembuatan

instrumen

pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian. Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat

beragam

(bervariasi).

Arti

kata

ini

menunjukkan

bahwa

variabel

merupakan sesuatu yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai”, atau “simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai”. Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. B. Variabel Kategori dan Dimensi Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan pada variabel kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut; •

Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori.

Karena itu, variabel ini disebut juga variabel kualatitatif. Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya tidak ada kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke dalam subhimpunan, sebagai bagian dari himpunan. Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya karena ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan). Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel; 1) bersifat exhaustive; artinya semua unsur dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu usnur hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori. Pada era perkembangan ilmu yang pesat belakangan ini, para peneliti telah berusaha untuk mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif. Menurut para ahli ini, terdapat beberapa jenis variabel kualitatif yang dapat dihitung dengan angka-angka, sekalipun tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat diangkakan. Cara yang lazim digunakan untuk mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan membentuk indeks dan skala. •

Variabel dimensi adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang dapat diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel dimensi ini disebut juga variabel kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang dipilih sebagai variabel adalah konsep berdimensi tunggal. Konsep berdimensi tunggal (unidimensional) adalah

konsep

yang

spesifik

(bukan

bersifat

general)

yang

hanya

mengandung satu jenis gejala. Sebagai contoh, pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah spesifik, karena tidak bercampur aduk dengan shalat sunat, zikir dan sebagainya. Jika variabel penelitian adalah seperti ‘pengamalan agama’,

maka

konsep

ini

termasuk

kategori

berdimensi

majemuk

(multidimensional). Konsep ‘pengamalan agama’ mengandung banyak jenis gejala,

seperti

pelaksanaan

shalat

fardhu,

pelaksanaan

shalat

sunat,

pelaksanan

puasa,

pelaksanaan

zakat,

kepatuhan

kepada

orangtua,

hubungan antara sesama dan banyak lagi yang lain. Setiap jenis gejala pada ‘pengamalan agama’ adalah satu variabel, karena itu sangat kompleks dan sulit untuk diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel dalam penelitian yang berskala besar dan bermaksud untuk menperoleh hasil yang mendalam. Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua jenis; diskret dan kontinu. Secara umum, perbedaan antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret merupakan hasil perhitungan sedangkan variabel kontinu merupakan hasil pengukuran. Secara literal, diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam variabel kuantitatif diskret (discrete quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan dalam satuan-satuan (satu, dua, enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal. Sedangkan variabel kuantitatif kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel yang bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran masih terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala ordinal.

Kerlinger

menyatakan;

bahwa

variabel

kontinu

itu

memiliki

sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan; pertama, harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order). Harga yang lebih besar menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding dengan harga yang lebih kecil, dan kedua, ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap individu mendapat skor yang ada dalam range itu. Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan statistik nonprametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi.

C. Variabel Independen dan Variabel Dependen Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada variabel indenpenden dan variabel dependen. Istilah variabel independen dan variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X dinyatakan sebagai yang ‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang ‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian ini tentu tidak selalu menggambarkan hakikat yang sebenarnya dari konsep variabel independen dan dependen. Sebab dalam kenyataan, khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, hubungan antar variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang dapat dipastikan adalah, bahwa terdapat variabel yang saling berhubungan, di satu pihak ada yang disebut variabel independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel dependen. Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap penelitian kuantitatif. Adapun sifat hubungan itu ada yang bersifat kausal, dan ada yang tidak demikian. Selain itu ada beberapa catatan yang perlu dipahami dalam mempelajari dua variabel, independen dan dependen. Dalam suatu hubungan antar kedua variabel itu, keberadaan variabel independen adalah sesuatu yang harus diterima, tanpa mempersoalkan ‘mengapa’ variabel independen itu demikian. Ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepastian, sebab jika suatu variabel masih dicaritahu hal-ihwal pembentuknya, maka ia akan berubah posisi menjadi variabel antara (intervening variabel), yaitu suatu variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen. •

Variabel independen, khususnya dalam eksperimen, dapat dimanipulasi oleh peneliti. Di sini dianut keyakinan, bahwa variabel dependen akan diketahui tingkat perubahannya bila variabel terlebih dahulu dipersiapkan. Bila seorang ahli farmakologi, misalnya, ingin tahu dosis pemakaian dan khasiat suatu obat yang baru diraciknya, maka ia harus terlebih dahulu menakar obat yang akan diberikannya kepada ‘kelinci’ percobaannya. Karena itu dapat pula dikatakan, bahwa variabel independen adalah variabel yang meramalkan, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian yang menggunakan tiga variabel atau lebih (multivariat), selain variabel independen dan dependen masih ada lagi sejumlah variabel lainnya yang menempati posisi tertentu dalam hubungan antar variabel. Secara umum, variabel-variabel itu disebut variabel kontrol. Disebut variabel

kontrol, karena variabel tersebut berfungsi untuk mengontrol variabel independen dan atau variabel dependen. Tujuan dari pemunculan variabel kontrol yang paling penting adalah, untuk; a) menetralisir pengaruh variabel-variabel luar yang tidak perlu, dan atau b) menjembatani hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Karena itu variabel kontrol dapat menempati posisi-posisi tertentu dalam hubungan antar variabel; ada yang ditempatkan sebelum variabel independen dan ada yang berada di antara variabel independen-dependen. Variabel kontrol yang ditempatkan sebelum variabel independen adalah variabel penekan (suppressor variable) atau variabel pengganggu (distorter variable), sedangkan variabel kontrol yang berada di antara variabel independen-dependen adalah variabel antara (intervening variable). •

Variabel Penekan atau pengganggu; Ketika peneliti mengasumsikan bahwa selain variabel X dan Y masih ada faktor

lain

yang

sangat

menentukan

untuk

mengetahui

hubungan

antarvaribel yang sebenarnya, maka di sini perlu menyertakan faktor itu sebagai variabel penekan atau pengganggu dalam pengujian. Tujuan penyertaan variabel penekan ini adalah untuk mengeleminir kemungkinan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian mengenai hubungan antara “lama waktu senggang (di rumah) dengan lama menonton televisi”, misalnya, diasumiskan akan berbeda antara suami dengan isteri. Karena itu, variabel

‘jenis

kelamin’

dapat

dijadikan

sebagai

variabel

penekan/pengganggu. Berikut adalah gambaran penyebaran data tanpa dan dengan menggunakan variabel penekan/pengganngu; Contoh penyebaran data tanpa variabel penekan/pengganggu; No

Lama waktu senggang

Rata-rata lama menonton TV

Dalam Jam/minggu

Dalam menit/minggu

1

>61

600

2

51-60

534

3

41-50

340

4

31-40

287

5

<30

210

Contoh

penyebaran

data

dengan

variabel

Jenis

Kelamin

sebagai

penekan/pengganngu; No

Lama waktu senggang

Rata-rata lama menonton tv

Dalam jam/minggu

Dalam menit/minggu Laki-laki

Peremp.

1

>61

450

150

2

51-60

412

122

3

41-50

223

117

4

31-40

175

112

5

<30

109

101

Ada beberapa informasi baru yang dapat diperoleh dari hubungan variabel yang dimasuki oleh variabel kontrol pada contoh kedua ini;

Bahwa hubungan antarvariabel tetap sama, yaitu menunjukkan relasi; Lama waktu senggang berhubungan secara signifikan dengan lama menonton

tv

bagi

laki-laki,

dan

sedikit

sekali

hubungannya

bagi

perempuan. Rank lama penontonan tv sangat berbeda antara laki-laki dengan perempuan, yaitu antara 109-450 (=341) dengan 101-150 (=49). •

Variabel Antara; Pada dasarnya ide pemunculan variabel antara berawal dari asumsi bahwa variabel independen memiliki hubungan kausal dengan variabel dependen. Karena itu variabel ini diperlukan bilamana; 1) secara logika tidak mungkin kedua variabel berhubungan secara langsung, 2) tidak ada teori yang mendukung adanya hubungan antar keduanya, dan 3) diasumsikan ada variabel lain yang dapat digunakan untuk menghubungkan kedua variabel itu.

C. Hubungan antar Variabel Pada hakikatnya inti dari setiap kegiatan penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antar variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (X dengan Y).

Berdasarkan penjelasan terakhir, Dr. Zamari mencatat sejumlah pola hubungan variabel independen-dependen dalam penelitian sosial; 1. Pola linear dan posisitf; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua variabel dengan arah semakin membesar dan intensitas perubahan bersifat konstan. 2. Pola linear dan negatif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua variabel dengan arah yang berbeda, yang satu bertambah dan yang lain berkurang atau sebaliknya. 3. Pola kurva linear dan positif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua variabel dengan arah semakin membesar dan tetapi intensitas perubahan tidak bersifat konstan, bahkan bila sampai titik tertentu bisa berubah ke arah berlawanan. 4. Pola kurva linear dan negatif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua variabel dengan arah yang berbeda, yang satu bertambah yang lain berkurang, namun tidak bersifat konstan dan bahkan bila sampai pada titik tertentu perubahan kedua variabel menuju arah yang sama. 5. Pola posisitf power; dikatakan hubungan posisitf power apabila perubahan kedua variabel ke arah yang lebih besar dengan intensitas yang semakin lama semakin kuat atau besar. 6. Pola negatif power; suatu hubungan bersifat negatif power apabila perubahan kedua variabel ke arah yang berlawanan dan intensitas perubahan tidak konstan. Sedikit berbeda dari pendekatan di atas,

Zetterberg mengungkap

beberapa pola hubungan antar variabel, yaitu; 1. hubungan determinasi, yaitu hubungan yang mengandung konotasi bahwa sesuatu akan selalu terjadi apabila ada sesuatu yang lain; 2. hubungan kesetaraan, yaitu hubungan yang apabila sesuatu konsep variabel mengandung keumungkinan setara atau tidak setara antara satu sama lain; 3. hubungan berurutan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa sesuatu pasti terjadi setelah sesuatu yang lain terjadi; 4. hubungan kebersamaan, yaitu hubungan yang tidak menunjukkan dimensi waktu, sehingga dua kejadian bisa terjadi dalam waktu yang sama;

5. hubungan kecukupan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa jika sesuatu terjadi maka sesuatu yang lain akan mengikuti; 6. hubungan gabungan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa sesuatu akan terjadi apa ada sesuatu yang mendahului dan ditambah dengan adanya kejadian lain; 7. hubungan keharusan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa untuk terjadinya sesuatu perlu adanya sesuatu yang lain muncul terlebih dahulu; 8. hubungan tambahan, yaitu hubungan yang menunjukkan perlunya beberapa alternatif untuk terjadinya sesuatu yang lain. Dari sudut pandang yang lain masih ada jenis hubungan antar variabel yang perlu dikteahui, yaitu simetris, timbal-balik (reciprocal), dan asimetris. Dua dari tiga jenis hubungan ini masih dapat dibedakan pada beberapa kategori. 1. Hubungan Simetrik, terdiri dari: · Kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama. · Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama. · Kedua variabel berkaitan secara fungsional. · Hubungan yang kebetulan semata-mata. 2. Hubungan Asimetrik, terdiri dari: · Hubungan antara stimulus dan respons. · Hubungan antra disposisi dan respons. · Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku. · Hubungan yang imanen. · Hubungan antara tujuan dan cara. 3. Hubungan timbal-balik (korelasi) Seperti yang sudah dikemukakan, hubungan antara variabel X dan Y cukup banyak ragamnya, namun untuk mensinkronkan dengan kebutuhan pengujian secara statistik, pola-pola hubungan itu perlu disederhanakan. Secara garis besar, jenis-jenis hubungan dimaksud ada tiga kategori; korelasi, regresi dan variasi. Penjelasan mengenai ketiga jenis variabel ini akan dikemukakan pada pembahasan tentang Uji Statistik Inferensial. D. Pengukuran Variabel Pengukuran merupakan keniscayaan dalam penelitian ilmiah, karena pengukuran itu merupakan jembatan untuk sampai pada observasi. Penelitian

selalu mengharuskan pengukuran variabel dalam relasi yang dipelajarinya. Pengukuran variabel itu ada yang mudah, seperti konsep ‘jenis kelamin’, dan ada yang sulit, seperti konsep inteligensi. Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini baru pada tahap menjawab pertanyaan “bagaimana cara untuk mengukur variabel tersebut”? Selanjutnya muncul pertanyaan lanjutan; “apa yang diukur” atau “bagaimana cara merubah konsep, dan “apa alat ukurnya”. Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran

berkaitan

dengan

jumlah,

dimensi

atau

taraf

dari

sesuatu

obyek/gejala yang diukur. Hasil dari pengukuran itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan. Posedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatankegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi

kegiatan

peneliti

dalam

mengukur

suatu

variabel

atau

memanipulasaikannya. Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep ‘inteligensi’ adalah skor yan dicapai pada tes intelegensi X. Ada dua cara pembuatan definisi operasional, terukur dan eksprimental. Definisi operasional terukur memaparkan cara pengukuran suatu variabel, sedangkan definisi operasional eksperimental menyebutkan rincian-rincian hal yang dilakukan peneliti dalam memanipulasi sesuatu variabel. Contoh di atas adalah definisi oprerasional terukur, sedangkan contoh definisi eksperimental untuk konsep ‘penguatan’ (reinforcement),dapat diberikan dengan menyatakan secara rinci bagaimana subyek-subyek diberi penguat (imbalan) dan tidak diberi penguat (tidak diberi imbalan) karena melaksanakan tingkah laku tertentu. Adalah konsep yang bervariasi atau konsep yang memiliki nilai ganda atau suatu factor yang jika diukur akan menghasilkan nilai yang bervariasi. Variabel juga dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain. MACAM-MACAM VARIABEL

1.

Variabel Prediktor atau Antiseden, variable Bebas atau variable Stimulus. Adalah variable yang menyebabkan timbulnya variable terikat.

2.

Variabel Terikat atau Dependent atau variable Output atau Kriteria atau Konsekuen. Adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.

3.

Variabel Moderator Adalah

variable

yang

mempengaruhi

(bisa

memperkuat

atau

memperlemah) hubungan antara variable bebas dan variable terikat. 4.

Variabel Kontrol Adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable bebas terhadap variable terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.

5.

Variabel Intervening / Antara Adalah

variable

mempengaruhi

yang

dipengaruhi

variable

variable

leh

variable

terikat,

jadi

bebas

kemudian

variable

bebas

mempengaruhi variable terikat melalui variable antara 6.

Variabel Anteseden Variabel

ini

mempunyai

persamaan

dengan

variable

antar

yaitu

mempunyai hasil yang lebih mendalam dari penelusuran. Berdasarkan dari hasil pengukuran terdapat 4 tingkat variable, yaitu : 1. Variabel Nominal : Yaitu variable yang hanya mampu membedakan ciri atau sifat antara unit yang satu dengan yang lainnya, dalam variable ini tidak mengenal jenjang atau bertingkat. Variabel Nominal dapat di kategorikan : Var. Nominal Dikotomus, dan Var. Non Dikotomus (non kategori) 2. Variabel Ordinal : Yaitu variable yang tersusun menurut jenjang dalam atribut tertentu . Pada variable ini menunjukkan urutan atau bertingkat, ada gradasi atau peringkat. 3. Variabel Interval : Untuk data interval angka yang digunakan adalah nilai yang dapat di dentikkan dengan bilangan riil, oleh karena itu maka angka dalam data interval dapat dioperasikan dengan operasi hitung. 4.

Variabel Rasio :

Variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol mutlak. *makalah ini disarikan dari beberapa sumber tapi lupa dari mana (buat beberapa penulis yang dikutif saya mohon maaf dan mohon di konfirmasi. Terima kasih. Daftar Bacaan Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research, terjemahan Drs. Landung R. Simatupang, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998). Koentjaraningrat (ed), Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981). Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989). Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988). Suharsini Arikunto, Manjemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Zamari, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992).

* Tentang Penulis: Darmawan, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat tahun 1976. Pendidikan dasar sampai sekolah menengah atas diselesaikan di kota kelahirannya. Sempat memperoleh pengetahuan yang beragam dari; Pendidikan Matematika IKIP Bandung (1994), Teknik Tekstil STT Tekstil Bandung (1998) dan Manajemen Telekomunikasi dan Informatika di STMB Telkom Bandung (2000). Sempat juga belajar di prodi Matematika Uninus yang sekarang menjadi tempatnya mengajar mata

kuliah Aplikasi Komputer (FKIP UNINUS Bandung). Pengalaman pendidikan pascasarjana sendiri di dapat dari Prodi Matematika Sekolah menengah di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Dan mendapatkan beasiswa penuh dari Postgraduate program pada Program Manajemen Administrasi Publik dengan bidang keahlian Manajemen Keuangan Negara di STIA-Lembaga Administrasi Negara Jakarta. Mengajar sejak di bangku kuliah, mulai dari SMUN 3 Bandung (1997), SMPN 2 Cihaurbeuti Ciamis (2002), MIN Ciawitali (2005) dan MTsN Pasirjambu (2007). Walaupun status PNSnya adalah pelaksana Tata Usaha pada Mts Negeri Pasirjambu Kab. Bandung (NIP. 19760827 200501 1006)

Beberapa karya tulis yang disusunnya; Algoritma untuk sekolah menengah, SMUN 3 Bandung 1997. Visual Basiq, SMUN 3 Bandung, 1997. Seri Modul TIK SMP, MGMP TIK Ciamis, 2004. Hakikat belajar dan pembelajaran Matematika, UNINUS, 2005. Analisa kepuasan siswa terhadap Mathematics CAI, UNINUS, 2006. eMath book untuk Madrasah Aliyah, PUSLITBANG Depag, 2006. Pengantar Pemrograman Animasi, FKIP UNINUS, 2006. Aplikasi Komputer, FKIP UNINUS, 2006. Pengantar pembelajaran TIK, SMP/MTs Kls 7, Pusbuk, 2008. Aplikasi TIK, SMP/MTs Kls 8, Pusbuk, 2008. Menuju dunia tanpa batas, SMP/MTs kls 9, Pusbuk, 2008. Manajemen Kinerja, LAN-Jakarta, 2009. Politik Keuangan Negara, LAN-Jakarta, 2009. Manajemen keuangan negara, LAN-Jakarta, 2009. Manajemen Keuangan Sekolah Publik, LAN-Jakarta, 2009. Trusfund, LAN-Jakarta, 2009. Pengantar Dasar Matematika, FKIP Uninus, 2009

Related Documents


More Documents from "atika ayudiani"