Uts Penulisan Ilmiah Malthidis Dolvina Dona.docx

  • Uploaded by: Dolvin
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uts Penulisan Ilmiah Malthidis Dolvina Dona.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,319
  • Pages: 13
UJIAN TENGAH SEMESTER PENULISAN ILMIAH

Nama : Malthidis Dolvina Dona NIM : 1707010045 Kelas : A Semester: IV

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2019

KAJIAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI RSUD S. K. LERIK KOTA KUPANG TAHUN 2017 Brigita Mburu Ndihi, Yoseph Kenjam, Dominirsep O. Dodo Jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Undana

ABSTRACT Medication is an essential component of a health service. The planning and procurement phase is part of the management of drugs which greatly affects the drug suplly and cocts incurred by the hospital. In the Hospital of S. K. Lerik, Kupang City, planning and procurement of medicine has not been effective, this can be seen from the data from 2015-2016 that there was a drug vacuum, excess drugs until the drug expired. The drug vacancies in 2015-2016 were 140 items and 157 items respectively, while the excess drugs in 2015-2016 were 185 items and 157 items, and the number of expired drugs in 2015 was 33, 150 and 2016 were 1332. The purpose of the study was to find out the description of planning and procurement of drugs in S. K. Lerik Hospital in Kupang City in 2017. The type of research was descriptive with a qualitative approach. Research informants were Head of Pharmacy Installation and Head of Sub-Division of Non-Medical Services. The study was conducted in April-May 2018. Thesis shows that drug planning in S. K. Lerik Hospital is carried out once in a fiscal year and carried out by a pharmacist based on the consumption method or usage of the previous year, the remaining stock and requests from doctors. Drug procurement in S. K. Lerik Hospital is carried out by procurement officials using the EPurchasing system (e-catalog) and SP system (Order Letter). The use of the SP system is more widely used than the e-catalog system, so the e-catalog system is not a priority in S. K. Lerik Hospital in the procurement of drug needs. Therefore, advice that can be given is that the hospital needs to establish a Pharmacy and Therapy Committee, RS can use a combination method and need to use a forecasting method with WMA (Weight Moving Average) analysis, conduct inventory control, and make a recommendation to the local government about development of ecatalogs for hospitals. Keywords

:Medicine, Planning, Procurement, Hospital

References

: 36 (2004-2017)

PENDAHULUAN Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Kemenkes RI, 2009). Dengan pemberian obat, maka diharapkan penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Disamping itu karena obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang output dari suatu pelayanan kesehatan adalah apabila mereka telah menerima obat setelah berkunjung di suatu sarana kesehatan baik itu dokter praktek swasta, Poliklinik, Puskesmas maupun Rumah Sakit (Kepmenkes RI, 2004). Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Kepmenkes RI, 2004). Salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu pelayanan kefarmasian khususnya pengelolaan persediaan obat. Ketersediaan obat saat ini menjadi tuntutan pelayanan kesehatan. Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut, rumah sakit sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan obat melalui system pengelolaan logistic obat, khususnya dalam perencanaan kebutuhan hingga pengadaan. Permasalahan pengelolaan obat public saat ini yaitu tingkat ketersediaan obat ada yang kurang da nada yang lebih, sehingga ketersediaan tidak merata antar daerah, masih banyak item obat yang belum sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar, terjadi kekosongan obat, dan terdapat obat yang rusak/kadaluarsa di berbagai rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Beberapa rumah sakit di Indonesia mengalami masalah ketersediaan obat, antara lain di RSUD Kabupaten Muna dimana ditemukan obat yang kosong seperti evedsin injeksi dan oksitosine terlihat dari data bulan Januari-desember tahun 2015 terdapat 36 dari 395 jenis obat yang kadaluarsa atau rusak, serta ada 10% dari 395 jenis obat yang mengalami kekosongan, sehingga mengharuskan pasien untuk membeli obat di luar apotik rumah sakit (Hasratna, dkk. 2016). RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya juga mengalami kekosongan obat termasuk anestesi untuk operasi pada tanggal 14 januari 2017 (Pratiwi, 2017) dan RSUD Embun Fatimah Batam sudah tidak memiliki persediaan obat hingga jarum suntik sejak bulan Maret tahun 2017

(Maulana, 2017). Di NTT beberapa RSUD mengalami kekosongan obat seperti di RSUD Atambua mengalami kekosongan obat amoxilin dan asam mefanamat (Bau, E. 2017) dan di RSUD Soe terdapat obat kadaluarsa mencapai 800 juta rupiah (Expo NTT, 2016). Di Kota kupang salah satunya yaitu RSUD S. K. Lerik yang mengalami keosongan obat, kelebihan obat hingga kadaluarsa obat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD S. K. lerik Kota Kupang hamper setiap tahun mengalami kekosongan (stock out) obat, kelebihan obat (over stock) dan juga ditemukan beberapa jenis obat kadaluarsa di gudang penyimpanan obat yang ada di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang. Hal ini mengakibatkan sering dilakukannya pemesanan melalui system e-catalog, namun pengadaan system ini memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga untuk mengatasi masalah tidak terpenuhinya permintaan obat ini, pihak IFRS mengembalikan resep obat kepada dokter untuk meresepkan ulang dengan alternative pengganti obat lain yang ada dengan fungsi yang sama. Tabel 1.1 Data Kekosongan (Stock Out) Obat di Instalasi Farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2015-2016 Obat Paten Obat Generik Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 2016 2015 2016 Januari 3 8 1 7 Februari 1 9 1 5 Maret 3 4 11 4 April 5 8 5 2 Mei 2 6 4 3 Juni 13 9 5 0 Juli 1 7 7 2 Agustus 15 5 11 5 September 5 2 16 2 Oktober 4 2 5 7 November 5 11 10 6 Desember 3 8 4 54 Total 60 79 80 97 Sumber : LPLPO IF RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2015-2016

Berdasarkan hasil LPLPO kekosongan obat yang terjadi di instalasi farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang tahun 2015-2016, terdapat total kekosongan obat pada tahun 2015 sebanyak 60 item obat paten dan 80 item obat generic. Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 79 item obat paten dan 97 item obat generic. Menurut penelitian Yiwa (2017) sebanyak 45 item obat yang dibeli untuk mengisi kekosongan obat untuk pasien rawat jalan tahun 2016 yang terjadi pada bulan Februari sebanyak 8 item, Maret sebanyak 6 item, April sebanyak 10 item, Juli sebanyak 7 item, Agustus sebanyak 11 item, dan Oktober sebanyak 3 item. Kekosongan obat yang terjadi biasanya terjadi hanya 2-3 hari dan paling lama 1 bulan, kekosongan ini terjadi karena beberapa factor yaitu cuaca yang buruk sehingga keterlambatan dalam pengiriman dari pabrik ke distributor, pabrik obat sedang tidak produksi, ketiadaan bahan baku pada pabrik. Tabel 1.2 Data Kelebihan (Over Stock) Obat di Instalasi Farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2015-2016 Obat Paten Obat Generik Tahun Tahun 2015 2016 Tahun 2015 Tahun 2016 Jenis (item) 74 109 111 83 83,694,5 87.334 Jumlah 13.118 41.746 Sumber : LPLPO IF RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2015-2016 Kelebihan obat yang terjadi di Instalasi Farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang tahun 2015-2016 terdapat total kelebihan obat pada tahun 2015 sebanyak 13.118 (74 item) obat paten dan sebanyak 83.694,5 (111) item obat generic. Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 41.746 (109) item obat paten dan 87.334 (83) item obat generic. Sedangkan untuk jumlah obat kadaluarsa pada tahun 2015 yaitu 33.150 dan pada tahun 2016 yaitu 1.332. Menurut Mellen (2013) dalam Yunita (2016) bahwa stockout dan stagnant obat dapat terjadi karena perencanaan dan pengadaan obat yang berlebihan serta tidak akurat serta karena adanya perubahan pola penyakit sehingga obat yang telah direncanakan berdasarkan pemakaian sebelumnya bisa saja tidak sesuai dengan kebutuhan.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini adalah bagaimana perencanaan dan pengadaan obat di rumah sakit S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2017. Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran perencanaan dan pengadaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2017. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk 1) Mengetahui gambaran perencanaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2017 2) Mengetahui gambaran pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2017. METODE PENELITIAN Metode penelitian pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) S. K. Lerik Kota Kupang pada bulan April-Mei 2018. Informan dalam penelitian ini direncanakan berjumlah lima orang tetapi dalam pelaksanaan penelitian hanya didapatkan informan sejumlah dua orang yang terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Kasubid Pelayanan Non Medis. Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan lembar panduan wawancara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pedoman wawancara selama penelitian di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang dan data sekunder berupa Profil RSUD S.K. Lerik Kota Kupang Tahun 2017 dan laporan pemakaian dan laporan penerimaan obat (LPLPO) paten dan generic tahun 2015-2016. Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan proses perencanaan dan pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang. Data dan informasi yang telah diolah dan dianalisis tersebut dinarasikan sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Obat Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan pengadaan obat sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu dan efisien (Permenkes RI, 2016). Berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit S. K. Lerik Kota Kupang, kegiatan perencanaan kebutuhan obat dilakukan oleh seorang Apoteker yang menjabat sebagai kepala Instalasi Farmasi berdasarkan pemakaian tahun sebelumnya dengan pertimbangan anggaran, sisa stok (laporan dari gudang farmasi) dan beberapa kebutuhan baru apabila ada permintaan dari dokter spesialis baru atau dokter baru yang dibuat menjadi sebuah dokumen yaitu Rencana Kebutuhan Obat (RKO). Dari hasil penelitian, RKO dibuat dalam satu kali setahun selama 1 bulan pada awal tahun yaitu pada bulan Maret-April. RKO yang telah jadi kemudian akan dibahas kebutuhan anggarannya bersama Direktur sebagai pimpinan instansi dengan penanggungjawab setiap bidang/unit serta manajemen rumah sakit sehingga RKO menjadi Rencana Kebutuhan Anggaran Obat (RKA RSUD S. K. Lerik Kota Kupang). Setelah RKA Rumah Sakit ini disetujui maka RKA RS ini akan dibahas ditingkat pemerintah daerah dan akan menjadi Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA RSUD S. K. Lerik Kota Kupang) yang menjadi pedoman belanja kebutuhan. Kegiatan perencanaan kebutuhan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang dibuat berdasarkan metode konsumsi. Metode konsumsi adalah metode yang digunakan dengan melihat jumlah pemakaian sebelumnya serta mempertimbangkan juga anggaran, permintaan dari dokter sebagai peresepan obat, dan sisa stok. Selain pertimbangan metode yang digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat, hal lain yang dapat menjamin ketersediaan obat yang efektif dan efisien adalah metode peramalan. Di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang penentuan kebutuhan obat didasarkan atas perkiraan penggunaan obat periode sebelumnya (pemakaian tahun lalu) tanpa perhitungan menggunakan metode peramalan tertentu. Oleh karena itu RSUD S. K. Lerik Kota Kupang perlu meramalkan kebutuhan tahun yang akan datang menggunakan metode Analisis Weight Moving Average (WMA).

Pada perencanaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang pun disertai dengan stok pengaman sebesar 20% sampai 30% dari persediaan yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan kebutuhan. Kekurangan dalam proses perencanaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang adalah belum terdapatnya komite atau Panitia Farmasi dan terapi (KFT/PFT). Hal ini dikarenakan RSUD S. K. Lerik Kota Kupang belum menerapkan standar pelayanan farmasi berdasarkan Kepmenkes No. 1197 tahun 2004 yang menyatakan bahwa dalam administrasi pengelolaan obat harus memiliki Komite Farmasi dan Terapi (KFT) dengan apoteker sebagai sekretaris komite dan terapi tersebut. Berdasarkan proses perencanaan kebutuhan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang sudah sesuai dengan Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Pengadaan Obat Pengadaan obat adalah kegiatan merealisasikan perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan (Kepmenkes RI, 2008). Kegiatan proses pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang dilaksanakan oleh pejabat pengadaan apabila Bappeda telah menyerahkan DPA (Dokumen Pelaksana Anggaran) RSUD S. K. Lerik Kota Kupang ke pihak rumah sakit dalam hal ini bidang pelayanan medik kemudian diberikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) selanjutnya PPK menerbitkan surat penunjukan Penyedia Barang atau Jasa (SPPBJ) setelah melakukan kontrak dengan para distributor/penyedia barang dan menerbitkan juga Surat Perintah Kerja (SPK) yang diberikan ke pejabat pengadaan untuk dapat melakukan pengadaan obat dengan distributor yang telah ditunjuk dan melakukan kontrak dengan rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian, proses pengadaan obat yang dilakukan ketika stok obat berkurang/kosong berdasarkan laporan dari koordinator gudang farmasi. Kegiatan pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang dilakukan satu kali pengadaan obat secara e-catalog dalam satu tahun anggaran sedangkan untuk pengadaan obat secara SP (Surat Pesanan) dilakukan lebih dari satu kali pemesanan dalam satu bulan tergantung dengan pergerakan kebutuhan obat yang suatu saat dapat meningkat. Proses pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang lebih sering menggunakan system SP sehingga pengadaan sistem e-catalog bukan merupakan prioritas RSUD S. K. Lerik dalam mengadakan kebutuhan obat. Pengadaan system SP mulai dilakukan jika stok

obat sudah berkurang atau menipis di gudang farmasi, maka coordinator/pengelola gudang melaporkannya ke pejabat pengadaan (salah satu pejabat pengadaan yaitu kepala instalasi farmasi), kemudian kepala instalasi membuat SP untuk dilakukan pemesanan ke distributor-distributor obat yang bekerjasama dengan pihak rumah sakit. Setelah pesanan telah dikirim oleh PBF/distributor ke pihak rumah sakit sudah sesuai dengan SP kemudian akan dilakukan proses pembayaran oleh bendahara sesuai faktur (kuitansi) dari PBF/distributor. Pengadaan secara SP dilakukan untuk mengkover segala kekurangan yang dilakukan secara e-catalog karena pengadaan secara e-catalog memakan waktu tunggu yang cukup lama. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen anggaran pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang bersumber dari dana BLUD yang merupakan pendapatan rumah sakit, serta alokasi dan untuk pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Alokasi dana untuk pengadaan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang pada tahun 2017 sebesar Rp. 1.540.000.000,00 dan pada tahun 2018 Rp1.800.000.000,00. Dana yang teralokasi ini sudah mencakup semua jenis pengadaan baik pengadaan secara e-catalog maupun pengadaan regular di rumah sakit. Dalam proses pengadaan obat, kendala yang sering terjadi ketika melakukan pembelian adalah distributor yang sering melakukan distribusi ke rumah sakit atau obat yang dipesan tidak ada pada distributor dikarenakan produsen obat sedang dalam tidak produksi, serta keterlambatan pengiriman dari produsen ke distributor dikarenakan cuaca yang buruk saat melakukan pengiriman obat. Selain itu juga yang menjadi kendala adalah tidak adanya pabrik obat di NTT. Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas bahwa pengadaan persediaan obat berjalan dengan baik, karena setiap tahapan dari pengadaan dilaksanakan sesuai apa yang dijelaskan dalam prosedur pengadaan persediaan di instalasi farmasi di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

dan Permenkes RI No. 72

PENUTUP Simpulan 1. Perencanaan kebutuhan obat di RSUD S. K. Lerik Kota Kupang berdasarkan metode konsumsi atau berdasarkan pada pemakaian tahun sebelumnya, sisa stok dan permintaan dari dokter. Perencanaan dilakukan satu kali dalam satu tahun anggaran dan dilakukan oleh seorang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi 2. Pengadaan obat RSUD S. K. Lerik Kota Kupang dilakukan oleh pejabat pengadaan menggunakan system E-Purchasing (e-catalog) dan system SP (Surat Pesanan). Penggunaan system SP lebih banyak digunakan disbanding system e-catalog, sehingga system e-catalog bukan prioritas di RSUD S. K. Lerik dalam pengadaan kebutuhan obat DAFTAR PUSTAKA Ajrina, W. 2016. Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten dan Upaya Pengendaliannya di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi pada Triwulan 1 Tahun 2015. SKRIPSI. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Badaruddin, Mahmud. 2015. Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di gudang farmasi rumah sakit umum daerah kota sekayu kabupaten musibanyuasin Palembang tahun 2015 (SKRIPSI). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Bau, E. 2017. Pasien Heran Mengapa Obat di Apotik RSUD Atambua sering tidak ada. http://kupang.tribunnews.com/2017/09/04/pasien-heran-mengapa-obat-di-apotik-rsud-atambuasering-tidak-ada. Pos Kupang. 04 September 2017. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2018) Dirjend Bina Kefarmasian dan Alkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Dirjend Bina Kefarmasian dan Alkes RI. 2005. Kebijakan Obat Nasional ExpoNTT. 1 April 2016. DPRD TTS Temukan Obat Kadaluarsa RSUD Soe Mencapai 800 Juta. http://www.expontt.com/dprd-tts-temukan-obat-kadaluarsa-rsud-soe-mencapai-800-juta. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2018) Febriawati, H. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta. Pustaka Baru

Febreani,S. H. Chalidyanto, Dzajuly. 2016. Pengelolaan sediaan obat pada logistic farmasi rumah sakit umum tipe B di Jawa Timur (jurnal Ilmiah). Surabaya: Universitas Airlangga Hasratna , dkk.2016. gambaran pengelolaan obat di Instalasi farmasi rumah sakit umum daerah kabupaten Muna tahun 2016. FKM Universitas Halu Elo Hendriani, T.dkk. 2016. System peramalan persediaan obat dengan metode weight moving average dan reorder point (studi kasus : puskesmas soropia). Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari STMIK catur sakti, Kendari Herjanto, Eddy.2008. Manajemen operasi. Edisi ketiga. Grasindo. Jakarta Heryana, A. 2017. Sistem: Teori, pengertian dan berpikir system.( Aplikasi dalam bidang kesehatan). Jakarta Barat: Universitas Esa Unggulan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Perencanaan Obat Kemenkes. 2009. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Kemenkes. 2009. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Kemenkes RI. 2014. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik Kurnia,A. 2013. Organisasi Sebagai Sistem Terbuka dan Potensi Masalahnya. Blogspot Kussuma, R. A. 2016. Rancangan Model Manajemen Persediaan Obat Kategori AV dengan Analisis ABC (Pareto) dan Klasifikasi VEN pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bedah Surabaya. TESIS. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga Laporan Instalasi Farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2015-2016 LKKP RI. 2016. Surat Edaran No. 3 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui E-Purchasing

Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotic Berdasrkan Kombinasi Metode Konsumsi Dengan Analisis Abc Dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan Dan Turn Over Ratio Di Instalasi Farmasi Rs Darul Istiqomah Kaliwingu Kendal. Universitas Diponegoro Semarang Malinggas, Novianne. E. R, J. Posangi, T. Soleman. 2015.Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal. Vol.5, No.2b April 2015 Maulana. 2017. Sudah 3 bulan persediaanm obat RSUD Embun Fatimah Batam Kosong. http://regional.kompas.com/read/2017/12/0113535511/sudah-3-bulan-persediaan-obat-rsudembun-fatimah-batam-kosong.Kompas 07 Desember 2017 (Diakses pada tanggal 20 Februari 2018) Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalog Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Pratiwi. 2017. Pelayanan 5 RSUD di Jabar Ini Pernah Dikomplain Pasien. http://www.pikiranrakyat.com/jawa-barat/2017/02/01/pelayanan-5-rsud-di-jabar-ini-pernah-dikomplain-pasien392271. Pikiran Rakyat. 01 Februari 2017. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2018) Sasongko, H. dkk. 2016. Overview of drug procurement management indicators In sukoharjo central java hospital. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta Satibi. 2014. Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada Sing, Meita Elin. 2013. Kajian Perencanaan Obat Berdasarkan Metode Kombinasi (Konsumtif Dan Epidemiologi) Di RSUD Kota Kupang Tahun 2012. SKRIPSI . Kupang. FKM Universitas Nusa Cendana

Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten Dengan Metode Analisis ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock Dan Reorder Point (ROP) Di Unit Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun 2014. Skripsi. Jakarta. FKIK UIN Yunita, F. dkk. 2016. Manajemen Pengelolaan Obat-Obatan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Banda Aceh Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi. Jurnal Kesehatan 2016;2-80-86 Yiwa, A.M. Adi. 2017. Gambaran Implementasi E-Katalog Untuk Pengadaan Dan Ketersediaan Obat Di Instalasi Farmasi RSUD S. K. Lerik Kota Kupang Tahun 2016 (SKRIPSI). Kupang: FKM Universitas Nusa Cendana

Related Documents


More Documents from "Ni'"