Urt, Konversi Mentah Masak, Dan Penyerapan Minyak.docx

  • Uploaded by: Be' Bakha
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Urt, Konversi Mentah Masak, Dan Penyerapan Minyak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,015
  • Pages: 32
LAPORAN PRAKTIKUM UKURAN RUMAH TANGGA (URT), KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tugas Survey Konsumsi Pangan

Dosen Pengajar : Devi Eka Ratnasari, STP Disusun Oleh : Kelompok 5 Tingkat 2 Reguler B 1. Reva Arwananda

(P27835117052)

2. Reviana Kurniawati

(P27835117058)

3. Nurus Shobahah

(P27835117061)

4. Intan Febriani

(P27835117075)

5. Wanda Novia Palupi Sunarko

(P27835117084)

6. Arsyila Naila Husna

(P27835117096)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN DIII GIZI TAHUN 2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tentang Laporan Praktikum Ukuran Rumah Tangga (URT). Laporan Praktikum ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan praktikum ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Laporan Praktikum Ukuran Rumah Tangga (URT) ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat terhadap pembaca.

Surabaya, 20 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................... Error! Bookmark not defined. BAB II METODE PRAKTIKUM ...................................................... Error! Bookmark not defined. 2.1 Waktu Praktikum……………………………………………………………………… 2.2 Tempat Praktikum…………………………………………………………………….. 2.3 Bahan dan Alat Praktikum……………………………………………………………… BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ Error! Bookmark not defined. 3.1 Hasil Praktikum Telur Bebek…………………………………………………………. 3.2 Pembahasan Telur Bebek……………………………………………………………… 3.3 Hasil Praktikum Telur Puyuh………………………………………………………….. 3.4 Pembahasan Telur Puyuh……………………………………………………………… BAB IV PENUTUP .............................................................................. Error! Bookmark not defined. 4.1

Kesimpulan................................................................ Error! Bookmark not defined.

4.2

Saran .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN…………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN Status gizi merupakan satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Selain itu, status gizi juga akan mempengaruhi produktivitas manusia, sehingga dengan status gizi yang baik akan didapatkan kualitas hidup manusia yang baik dan produktivitas manusia yang tinggi (Berg, 1986). Untuk mencapai status gizi penduduk yang baik diperlukan upaya perbaikan konsumsi pangan penduduk dan pencegahan timbulnya infeksi penyakit. Perbaikan konsumsi pangan berarti meningkatkan jumlah pangan dan zat gizi atau mutu makanan yang dikonsumsi. Jumlah masing-masing zat gizi yang di konsumsi dari suatu susunan pangan atau makanan yang dikonsumsi dapat diketahui melalui kegiatan penilaian konsumsi pangan, sedangkan untuk mengetahui atau merancang susunan konsumsi pangan atau makanan yang memenuhi kebutuhan atau kecukupan gizi tubuh, diperlukan kegiatan perencanaan konsumsi pangan (Hardinsyah & Briawan, 1994). Informasi tentang konsumsi pangan da-pat diperoleh melalui survei konsumsi pangan di rumah tangga. Survei konsumsi pangan dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau jenis pangan yang dikonsumsi, dapat dilakukan dengan metode inventaris, metode pendaftaran, metode ingat-ingat (recall method), dan metode penimbangan (weighing method) (Suhardjo, Hardinsyah, & Riyadi, 1988). Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), pada setiap kegiatan penilaian dan perencanaan konsumsi pangan diperlukan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kecukupan Gizi. Namun DKBM yang ada selama ini di Indonesia kurang lengkap maka diperlukan daftar penunjang lainnya seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak, dan Daftar Penyerapan Minyak. Ukuran Rumah Tangga merupakan ukuran yang lazim digunakan di rumah tangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi atau dimasak. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) diperoleh dari jenis peralatan makan yang biasa digunakan di rumah

tangga seperti piring, gelas, sendok, mangkok, sedangkan untuk buah dan sayur digunakan satuan potong, buah, ikat, dan sebagainya (Hardinsyah & Briawan, 1994). Daftar Ukuran Rumah Tangga sering digunakan dalam perencanaan konsumsi pangandan pengumpulan data konsumsi pangan yang sering dilakukan melalui survei maupun konsultasi gizi. Metode ini sangat dipengaruhi oleh keahlian enumerator dalam menggali informasi atau data yang diperlukan dan ketepatan menaksir jumlah pangan dari URT ke satuan berat. Kesalahan menggunakan nilai konversi satuan URT (menggunakan konversi bahan pangan lain yang sejenis) dapat berakibat pada kesalahan penilaian konsumsi pangan dan gizi, yang pada akhirnya terjadi kesalahan dalam penentuan status gizi (Hardinsyah & Briawan, 1994). Ketepatan nilai konversi satuan URT sangat diperlukan berdasarkan kenyataan diatas. Kenyataan membuktikan bahwa tidak setiap rumahtangga mempunyai alat ukur seperti timbangan, maka untuk menaksir jumlah pangan menggunakan daftar URT sangat praktis dan cepat (Hardinsyah & Briawan, 1994). Semakin lengkap daftar URT semakin mudah untuk menaksir berat pangan yang dibeli atau dikonsumsi.

BAB II METODE PRAKTIKUM 2.1 Waktu Praktikum Hari

: Senin, 18 Februari 2019

Waktu : 10.30 WIB – 12.00 WIB

2.2 Tempat Praktikum Laboratorium Kuliner Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Surabaya

2.3 Bahan dan Alat Praktikum Praktikum Ukuran Rumah Tangga (URT) Bahan & Alat Bahan

Alat

Jagung

Wajan

Telur puyuh dan Telur bebek

Panci

Tempe

Spatula stainless

Terong

Peniris minyak

Pisang

Pisau

Susu kedelai

Talenan

Santan

Piring plastik

Permen

Mangkok Timbangan digital Jangka sorong Sendok Gelas Sendok sayur

Gelas ukur

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sumber Karbohidrat (Jagung) Hasil Praktikum Jagung: Pengamatan

Jenis Perlakuan

Jagung

(Kukus)

Berat

Berat Mentah

Berat Bersih

Berat Bersih

Berat Matang

(1 Bonggol)

Setelah Dipipil

Sebelum

Setelah

(1 bonggol)

Dikukus

Dikukus

(1 sdm)

(1 sdm)

14 gram

13 gram

219 gram

112 gram

3.1.1 Pembahasan Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011a ) Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan,

sebagian besar atau seluruh 4 patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari (Anonim, 2011a ). Pada praktikum kali ini, kami melakukan 1 perlakuan pada jagung manis mentah 1 bonggol utuh, yaitu dikukus dan ditimbang dengan berat mentah 1 bonggol 219 gram. Setelah ditimbang utuh1 bonggol lalu jagung dipipil keseluruhannya, ditimbang kembali hasil pipilannya dengan berat bersih utuh 112 gram. Kemudian ditakar sesuai ukuran rumah tangga yaitu 1 sendok makan sampai munjung, ditimbang kembali 14 gram. Lalu dilanjutkan dengan pengukusan ditimbang dan didapatkan hasil berat masak akhir 13 gram. Sehingga dapat disimpulkan setelah pengukusan, jagung yang dikukus mengalami penyusutan. Bisa dikarenakan jagung mengalami penguapan kadar air pada saat pengukusan. Tekstur jagung dari yang semula keras setelah dikukus menjadi empuk. 3.2 Protein Hewani (Telur Bebek) Hasil Praktikum Telur Bebek

No. 1

Jenis Pengamatan

Di Rebus

Di Dadar

Biru muda kehijauan

Biru muda kehijauan

Tidak ada

Tidak ada

-

4,55 cm

Berat mentah

72 gr

55 gr

Berat bersih

71 gr

-

Berat matang

62 gr

44 gr

Tinggi kuning telur

-

1,7 cm

Tinggi putih telur

-

0,6 cm

Pemeriksaan Fisik Telur Warna Keretakan bagian kulit Diameter

2.

Perlakuan

Pemeriksaan Isi Telur

 Telur bebek di dadar a) Konversi matang ke mentah Berat mentah = Berat matang × Fk. Konversi = 44 gr × 0,8 = 35,2 gr b) Konversi mentah ke matang Berat matang =

55 𝑔𝑟 0,8

= 68,75 gr c) Penyerapan minyak Berat minyak sebelum digunakan

= 22 gr

Berat minyak sesudah digunakan

= 20 gr

Minyak yang diserap (BKA) = berat minyak sebelum digunakan – berat minyak sesudah digunakan = 22 gr – 20 gr = 2 gr BKA

MA = (BMA) x 100 MA = (

2 gr

) x 100

55 gr

MA = 3,63% 

MA

= Faktor konversi penyerapan minyak pada makanan (%)



BKA

= Berat minyak yang diserap bahan makanan (gr)



BMA

= Berat bahan makanan dalam bentuk mentah BDD (gr)

3.2.1 Pembahasan Telur Bebek Kualitas luar/eksterior menurut SNI : permukaan telur bersih, kulit telur tidak rusak/retak, berbentuk oval, berat berkisar antara 70-80 gram, dan kantung udara kecil. a) Telur mutu AA mensyaratkan kedalaman kantung udara 0,5 cm (SNI) b) Telur mutu A mensyaratkan kedalaman kantung udara 0,5-0,9 cm (SNI) c) Telur mutu B mensyaratkan kedalaman kantung udara >0,9 cm (SNI) Kualitas dalam/interior menurut SNI : putih telur yang baik adalah bertekstur kental dan kuning telur harus berbentuk bulat, tidak bergerak-gerak dan terletak ditengah-tengah telur serta tidak ada noda apapun. pH telur yang baik nilainya berkisar 6,5-7,5.

Berdasarkan praktikum kami, kualitas luar/eksterior telur bebek yaitu permukaan seluruh telur sedikit ada sisa kotoran, semua kulit telur tidak ada rusak/retak, berbentuk agak oval, telur bebek memiliki berat mentah yang masing-masing, 72 gram sudah memenuhi SNI dan 55 gram belum memenuhi SNI. Sedangkan pada kualitas dalam/interior telur bebek yaitu putih telur bertekstur kental, sedangkan pada kuning telur juga berbentuk bulat semua, tidak bergerak-gerak dan terletak ditengah-tengah telur serta tidak ada noda apapun. Lalu pada saat menggoreng berat telur dadar mengalami penurunan yaitu 62 gram dengan penyerapan minyak 3,63% terdiri dari berat minyak awal 22 gram dan berat minyak akhir 20 gram serta minyak yang terserap pada telur bebek yang di dadar sekitar 2 gram. Menurut kelompok kami, pada berat matang telur bebek yang di dadar tidak sesuai dengan buku foto makanan yang disusun oleh Tim Survey Konsumsi Makanan Individu karena di dalam buku tersebut tercatat bahwa berat matang 1 butir telur dadar = 60 gram sedangkan pada praktikum kami berat matang 1 butir telur bebek yang di dadar = 44 gram. Hasil tersebut berbeda karena pada saat ingin mendadar telur yang sudah di kocok, lalu di pindah ke tempat lain misalnya dari piring di pindah ke dalam gelas ukur lalu di pindah lagi ke dalam mangkok plastik, maka akan dapat mengurangi berat matang telur tersebut. 3.3 Protein Hewani (Telur Puyuh) Hasil Praktikum Telur Puyuh :

No. 1.

Jenis Pengamatan

Perlakuan Di Rebus

Di Goreng

Krem kecoklatan

Krem kecoklatan

dengan motif

dengan motif

-

2,51 cm

Berat mentah

22 gr

22 gr

Berat bersih

22 gr

-

Berat matang

20 gr

18 gr

Tinggi kuning telur

-

0,75 cm

Tinggi putih telur

-

0,5 cm

Pemeriksaan Fisik Telur Warna

Keretakan bagian kulit Diameter

2.

Pemeriksaan Isi Telur

 Telur puyuh di goreng Penyerapan Minyak Berat minyak sebelum digunakan

= 14 gr

Berat minyak sesudah digunakan

= 9 gr

Minyak yang diserap (BKA) = berat minyak sebelum digunakan – berat minyak sesudah digunakan = 14 gr – 9 gr = 5 gr BKA

MA = (BMA) x 100 5 gr

MA = (22 gr) x 100% MA = 22,7% 

MA

= Faktor konversi penyerapan minyak pada makanan (%)



BKA

= Berat minyak yang diserap bahan makanan (gr)



BMA

= Berat bahan makanan dalam bentuk mentah BDD (gr)

3.3.1 Pembahasan Telur Puyuh Kualitas eksterior ditentukan oleh warna, bentuk, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kerabang telur. Kualitas interior meliputi kekentalan putih telur, bentuk kuning telur, dan ada tidaknya noda pada putih maupun kuning telur. Berdasarkan praktikum kami, kualitas telur puyuh warna, bentuk, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kerabang telur sudah sesuai standar pada umumnya, yaitu berwarna putih kecoklatan dan ada motif, berbentuk bulat sedikit oval, bertekstur halus, isi masih utuh, dan kerabang telur terlihat bersih tanpa noda baik pada putih maupun kuning telur. Lalu didapatkan hasil berat mentah telur puyuh adalah 22 gram. Telur puyuh tersebut di olah dengan 2 cara perlakuan yaitu yang pertama di rebus didapatkan berat matang 20 gram, lalu telur puyuh tersebut di goreng didapatkan bahwa berat matang menjadi 18 gram dengan jumlah penyerapan minyak adalah 22,7% terdiri minyak awal 14 gram dan berat minyak akhir 9 gram serta minyak yang terserap pada telur puyuh yang di goreng sekitar 5 gram.

Menurut kelompok kami, pada berat matang telur puyuh rebus sudah sesuai dengan buku foto makanan yang disusun oleh Tim Survey Konsumsi Makanan Individu karena di dalam buku tersebut sudah tercatat bahwa berat matang 1 butir telur puyuh rebus = 10 gram. 3.4 Protein Nabati (Tempe) Hasil Praktikum Tempe : Jenis Perlakuan Goreng Mentah Matang 13 gr 11 gr 0,84 0,91 cm cm 5:32

Jenis Pengamatan Berat Tebal Waktu

Kukus Awal 13 gr 1,01 cm 15:14

Akhir 16 gr 1,15 cm

Potong kering tempe 1 sdm 9 gr 0,76 cm -

a. Penyerapan Minyak. Berat minyak sebelum digunakan Berat Minyak setelah digunakan

: 166 gr : 157 gr

Minyak yang diserap (BKA) = berat minyak sebelum digunakan – berat minyak sesudah digunakan = 166 gr – 157 gr = 9 gr BKA

MA = (BMA) x 100 9 gr

MA = (13 gr) x 100 MA = 69,23 % 

MA

= Faktor konversi penyerapan minyak pada makanan (%)



BKA

= Berat minyak yang diserap bahan makanan (gr)



BMA

= Berat bahan makanan dalam bentuk mentah BDD (gr)

3.4.1 Pembahasan Tempe Tempe adalah produk home industry

dan merupakan makanan tradisional asli

Indonesia. Kacang kedelai (Glycine max) berkualitas digunakan sebagai bahan utama pembuatan tempe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Rhyzopus oryzae dalam pembuatan tempe. Metode yang digunakan adalah observasi ke tempat home industry pengolahan tempe di Desa Weru kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Pengolahan tempe

dilakukan secara tradisional dengan alat-alat sederhana. Hasil dari penelitian ini bahwa kapang jenis Rhyzopus oryzae dan Rhyzopus oligosporus berperan membantu proses fermentasi kedelai sehingga kapang tersebut dapat tumbuh hifa dan menutupi seluruh permukaan kedelai karena kedelai memberikan nutrisi bagi pertumbuhan kapang tersebut. Rhyzopus oryzae berperan dalam memberikan rasa, tekstur dan nilai gizi pada tempe. Hanya kapang jenis Rhyzopus yang merupakan kultur murni untuk pembuatan tempe. Proses perendaman kedelai betujuan agar kulit mudah terkelupas, disamping itu dari perendaman tersebut diperoleh cairan yang bersifat asam, cairan tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Tingkat pertumbuhan kapang tetap stabil selama pH berada pada atau di atas 3,5 dan sedikit lebih lambat ketika pHnya sangat asam. Pada praktikum, kami melakukan 2 perlakuan pada tempe ini, yaitu digoreng dan dikukus dengan berat awal masing – masing 13 gr. Setelah digoreng tempe memiliki berat akhir 11 gr dengan berat minyak sebelum penggorengan 166 gr dan berat minyak setelah penggorengan 157 gr. Tempe yang dikukus memiliki berat akhir 16 gr. Kami juga melakukan penimbangan terhadap 1 sdm potongan dadu tempe dan memiliki berat 9 gr. 3.5 Sayuran (Terong) Hasil Praktikum Terong :

Nama Bahan Terong

Berat Kotor 173 gr

 Terong goreng Nama Bahan Terong

Berat Bersih 152 gr

Berat keseluruhan Berat keseluruhan sebelum digoreng sesudah digoreng 82 gr 65 gr

Berat minyak sebelum digunakan = 166 gr Berat minyak sesudah digunakan = 148 gr Berat terong digoreng 17 gr 19 gr 21 gr 22 gr

1

potong

sebelum Berat terong digoreng 14 gr 15 gr 18 gr 18 gr

1

potong

sesudah

 Terong rebus Nama Bahan Terong

Berat keseluruhan Berat keseluruhan sebelum direbus sesudah direbus 70 gr 69 gr

3.5.1 Pembahasan Terong Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, kami mendapatkan golongan sayuran yaitu terong. Pada terong dilakukan pengukuran dan perlakuan yang berbeda-beda yaitu digoreng dan direbus. Dari hasil pengamatan yang kami dapatkan terong 1 buah memiliki berat kotor 173 gr dan berat bersih 152 gr. Terong yang diberi perlakuan dengan digoreng memiliki berat awal 82 gr, lalu setelah digoreng memiliki berat akhir 65 gr. Berat minyak yang digunakan sebelum menggoreng terong yaitu 166 gr, lalu setelah digunakan untuk menggoreng berkurang menjadi 148 gr. Sedangkan terong yang diberi perlakuan dengan direbus memiliki berat awal 70 gr, lalu setelah direbus memiliki berat akhir 69 gr. Terong merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan di tanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Kadar air pada sayuran yang diolah dengan cara ditumis atau digoreng biasanya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya transfer panas dari minyak goreng ke sayuran. Penggorengan merupakan teknik pemasakan yang merendam dan memasak makanan di dalam minyak panas yang turut melibatkan transfer panas dan masa serta melibatkan interaksi yang kompleks antara makanan dan media penggorengan. Sama hal nya dengan hasil praktikum kelompok kami, berat terong setelah di goreng berkurang 17 gr. Hal tersebut menandakan bahwa adanya transfer panas dari minyak goreng ke sayuran. Sayuran yang dimasak dengan metode perebusan biasanya mengalami peningkatan kadar air karena air yang digunakan untuk merebus masuk ke dalam matriks makanan. Namun, berbeda dengan hasil praktikum kelompok kami, berat terong setelah direbus berkurang 1 gr. Ada beberapa kemungkinan hal terebut dapat terjadi, antara lain akibat

kesalahan timbangan yang kurang akurat maupun dari terong yang usianya sudah lama sehingga kandungan air yang terkandung sedikit.

Sumber : Buku Foto Makanan, Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun 2014 Berdasarkan literatur dari buku foto makanan tersebut terong goreng dalam 1 porsi memiliki berat 90 gr. Sedangkan berdasarkan dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami menimbang terong dalam 1 porsi memiliki berat 65 gr. Berdasarkan literatur dari buku foto makanan tersebut terong goreng dalam 1 potong memiliki 15 gr. Sedangkan berdasarkan dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami menimbang terong dalam 1 potong memiliki berat rata-rata 16 gr. Perbedaan berat tersebut terjadi karena adanya perbedaan bentuk dan ukuran pemotongan terong dan juga karena pada gambar diatas terong sudah terdapat bumbu. 3.6 Buah-Buahan (Pisang) Hasil Praktikum Buah Pisang : Diameter

: 2.34 cm

Bahan Makanan

URT

Berat Kotor

Berat Bersih

Pisang

1 bh kcl

55 gr

24 gr

3.6.1 Pembahasan Buah Pisang Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok buah - buahan yang saat ini cukup diperhitungkan adalah tanaman pisang. Pengembangan komoditas pisang bertujuan

memenuhi kebutuhan akan konsumsi buahbuahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dimana pisang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Selain rasanya lezat, bergizi tinggi dan harganya relatif murah, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang (Komaryati dan Adi, 2012). Buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %) (Ismanto, 2015). Pisang merupakan komoditi yang cukup menarik untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya, jika ditinjau dari aspek perdagangan internasional. Namun, Indonesia yang tercatat sebagai negara produsen ranking keenam dunia, belum tercatat sebagai eksportir buah pisang. Sedangkan beberapa negara importir justru tercatat juga sebagai negara eksportir, contohnya yang menonjol dari negara-negara importir buah pisang yang juga menjadi eksportir adalah Belgia, Amerika Serikat, Jerman, dan Francis (Rusdiansyah, 2013). Pisang merupakan buah yang banyak dikonsumsi dalam bentuk segar. Permasalahan konsumsi pisang dalam bentuk segar adalah mudah rusak dan cepat mengalami perubahan mutu setelah panen, karena memiliki kandungan air tinggi dan aktifitas proses metabolismenya meningkat setelah dipanen (Demeriel dan Turban, 2003 dalam Histifarina dkk, 2012). Pisang dalam TKPI banyak sekali jenisnya, kini dalam praktikum ini kami memilih pisang sobo pipit. Dimana dalam Buku Foto Makanan pisang sobo pipit tidak ada dalam buku tersebut. Oleh karena itu, kami bandingkan dengan pisang yang mirip dengan pisang sobo pipit yaitu pisang emas. Kami mendapati di buku tersebut, bahwasanya pisang emas memiliki berat bersih 1 buahnya adalah 20 gr, dan untuk pisang sobo pipit untuk berat bersih 1 buahnya adalah 24 gr. Hal ini dirasa, tidak memiliki angka yang tidak jauh dari hal yang sudah tertera dalam Buku Foto Makanan.

3.7 Susu (Susu Kedelai) Hasil praktikum susu kedelai : No.

Bahan makanan

1.

Susu kedelai

2.

Susu kedelai (Buku Foto Makanan)

URT

Berat matang

Berat matang

(gr)

(ml)

1 bgks

181 gr

200 ml

1 gls

-

200 cc

3.7.1 Pembahasan Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki sususnan asam amino yang hamper sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Kedelai dipilih sebagai bahan baku susu karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Di antara kacang-kacangan, kadar protein kedelai yang paling tinggi. Pada dasarnya semua biji-bijian dapat diproses menjadi susu. Dengan diolah menjadi susu akan menaikkan nilai cerna dari biji-bijian tersebut. Susu kedelai memiliki bentuk menyerupai susu sapi, cara menyiapkannya mudah sehingga memungkinkan untuk menjadi minuman bergizi di negara-negara berkembang. Pembuatan susu kedelai pada dasarnya adalah memproses biji kacang kedelai untuk diambil sarinya. Proses pembuatan susu kedelai meliputi tahap-tahap: penyortiran, pencucian, perendaman, penghancuran hingga berbentuk bubur, kemudian penyaringan sehingga diperoleh sari kacang kedelai, kemudian pemanasan. Pada Foto Buku Makanan halaman 257 tentang susu, dijelaskan bahwa pada satu gelas belimbing, untuk minuman (susu kedelai) terdapat 200 cc air susu cair. Berdasarkan hasil pengamatan kami, kami mendapatkan berat matang 1 plastik susu kedelai dalam gram seberat 181 gr, dan berat susu kedelai dalam ml seberat 200 ml, dimana ml (mili liter) setara dengan berat cc atau sentimeter kubik. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa berat satu 18lastic susu kedelai sama dengan satu gelas belimbing, dan satu 18lastic susu kedelai tidak mencapai 2 cup dari gram ukuran 100gr. Berdasarkan SNI Susu kedelai nomor 01-0222-1987

dengan aroma, rasa, dan warna yang kami amati susu kedelai sudah sesuai dengan syarat atau standar mutu yang baik. 3.8 Minyak (Santan Kara) Hasil Praktikum Santan : Berat Makanan

URT

Berat Kotor

Berat Bersih

Santan kara

1/2 gls

235 gr

175 gr

Santan kara

1 sdm

-

9 gr

3.8.1 Pembahasan Santan Kelapa merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam pembuatan minyak. Minyak yang dihasilkan banyak digunakan masyarakat sebagai minyak goreng. Pembuatan minyak kelapa secara tradisional dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi, mengakibatkan banyak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan minyak teroksidasi serta menghasilkan warna minyak kurang baik. (Adi dan Amprasto 1995). Minyak yang baik banyak dihasilkan dari kelapa yang sudah tua. Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan air, (Tansakul dan Chaisawang, 2006). Pemanfaatan santan pada umumnya adalah untuk produksi minyak, bahan campuran masak dan pembuatan kue. Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan kecenderungan masyarakat mencari cara penggunaan sesuatu bahan yang bersifat praktis, mudah penyediaan dan penggunaannya, serta mempunyai daya simpan yang lama. Oleh karena itu, telah dilakukan pembuatan santan dalam bentuk siap pakai, antara lain dibuat menjadi santan instan (Anggrahini, 1999). Pada Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat dijelaskan bahwasanya santan merupakan Golongan VII Minyak dan Lemak. Dimana santan adalah golongan Lemak yang jenuh. Pada Daftar Penukar tersebut tertera santan dengan URT 1/4 Gelas 50 gr. Tetapi saat melakukan praktikum untuk 1/2 gelas belimbing berat santan adalah 175 gr. Sehingga, adanya perbedaan ukuran. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan santan yang dipakai. Seperti halnya santai yang kami gunakan saat praktikum adalah santan kara, yang jika dilihat

dari tekstur lebih kental. Sedangkan, santai yang dimaksud dalam bahan penukar adalah santan yang berasal dari perasan parutan kelapa. Sehingga, tekturnya lebih cair dan bertanya lebih ringan. Sama halnya untuk 1 sendok makan santan yang kami timbang mempunyai berat 9 gr. Standarnya untuk 1 sendok makan adalah 5 gr. 3.9 Gula (Permen) Hasil Praktikum Permen : No.

Jenis Pengamatan

3 buah permen

1 buah permen

1.

Berat kotor (dgn kemasan)

9 gr

3 gr

2.

Berat bersih (tanpa kemasan)

9 gr

3 gr

3.

Berat bersih (foto buku makanan)

-

-

3.9.1 Pembahasan Permen Kembang gula atau permen adalah salah satu produk makanan tambahan yang cukup disukai dan sering dikonsumsi masyarakat dari segala umur dan kelas 20lasti. Ada berbagai macam permen yang telah dipasarkan. Bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan permen antara lain amilum (pengisi dan pengikat), pemanis, magnesium 20lastic20 (20lastic), penambah rasa strawberry dan pewarna makanan. Sesuai dengan namanya, penggolongan itu didasarkan pada jenis bahan baku utamanya. Sugar confectionery bahan bakunya berbasis gula, Selain itu, penggolongan candy juga dapat didasarkan pada perbedaan tekstur dan cara pengolahannya (Kailaku, 2005). Dari praktikum yang kami lakukan, berdasarkan SNI 01-3547-2008 permen kami termasuk ke dalam kategori yang baik. Karena pada aroma dan rasa permen ini normal seperti permen pada umumnya. Untuk warna juga masih normal sesuai dengan syarat mutu pada permen. Di dalam praktikum didapatkan hasil bahwa produk permen memiliki takaran saji sebanyak 3 butir dengan berat 9 gr, dan 3 gr per butir. Setelah ditimbang, dengan atau tanpa kemasan permen ini sesuai dengan takaran saji produk yang tertera. Hal ini mungkin dikarenakan berat kemasan atau plastic pada permen hampir tidak ada atau sangat enteng, sehingga tidak terjadi perubahan berat apa pun pada permen baik yang dibungkus kemasan ataupun tidak.

BAB IV PENUTUP Kesimpulan Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi yang kaya akan karbohidrat. Pada praktikum urt, dan pengolahan mentah masak, jagung dengan berat mentah 1 bonggol memiliki berat 219 gram. Dipipil dan ditimbang kembali 112 gram, kemudian ditakar dalam ukuran rumah tangga 1 sendok munjung 14 gram, setelah itu dikukus dan didapatkan hasil berat masak 13 gram. Sehingga dapat disimpulkan setelah pengukusan, jagung yang dikukus mengalami penyusutan. Bisa dikarenakan jagung mengalami penguapan kadar air pada saat pengukusan. Tekstur jagung dari yang semula keras setelah dikukus menjadi empuk. Pada kualitas luar/eksterior dan kualitas dalam/interior pada telur bebek sudah sesuai dengan SNI. Untuk perhitungan konversi mentah ke matang dihasilkan 35,2 gram karena pada saat mendadar telur bebek menggunakan banyak minyak, sedangkan untuk penyerapan minyaknya sendiri dihasilkan 3,63% sehingga minyak yang menyerap pada telur dadar ini sangat banyak. Lalu pada berat matang telur bebek yang di dadar tidak sesuai dengan buku foto makanan yang disusun oleh Tim Survey Konsumsi Makanan Individu Pada kualitas luar/eksterior dan kualitas dalam/interior pada telur puyuh sudah sesuai dengan SNI. Untuk penyerapan minyak saat menggoreng telur puyuh ini dihasilkan 22,7%. Lalu pada berat matang telur puyuh rebus sudah sesuai dengan buku foto makanan yang disusun oleh Tim Survey Konsumsi Makanan Individu. Pada tempe, dilakukan 2 perlakuan yaitu digoreng dan dikukus dengan berat awal masing – masing 13 gr. Setelah digoreng tempe memiliki berat akhir 11 gr dengan berat minyak sebelum penggorengan 166 gr dan berat minyak setelah penggorengan 157 gr. Tempe yang dikukus memiliki berat akhir 16 gr. Kami juga melakukan penimbangan terhadap 1 sdm potongan dadu tempe dan memiliki berat 9 gr. Terong merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan di tanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami dapat disimpulkan bahwa Ukuran Rumah Tangga (URT) terong 1 potong memiliki berat rata-rata 16.

Pisang merupakan jenis buah-buahan yang sering di makan oleh masyarakat. Dimana pisang memiliki banyak jenisnya. Pisang yang menjadi bahan praktikum kami adalah pisang sobo pipit. Pisang tersebut memiliki kriteria yang mirip dengan pisang emas. Beratnya untuk 1 buahnya pun tidak jauh berbeda dengan pisang emas yang berada di buku Food Picture. Susu kedelai dalam 1 plastik sedang memiliki berat matang (gram) seberat 181 gr, dan berat matang (ml) seberat 200 ml, sudah setara dengan Buku Foto Makanan dimana satu gelas belimbing yaitu 200 cc atau sentimeter kubik. Namun, bahwa berat satu plastik susu kedelai sudah sama dengan satu gelas belimbing, tetapi satu plastik susu kedelai tidak mencapai 2 cup dari gram ukuran 100gr. Santan merupakan golongan Lemak jenuh. Pada Daftar Penukar tersebut tertera santan dengan URT 1/4 Gelas 50 gr, jika 1/2 gelas adalah 100 gr. Tetapi saat melakukan praktikum untuk 1/2 gelas belimbing berat santan adalah 175 gr. Sehingga, adanya perbedaan ukuran. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan santan yang dipakai. Seperti halnya santan yang kami gunakan saat praktikum adalah santan kara, yang jika dilihat dari tekstur lebih kental. Sedangkan, santan yang dimaksud dalam bahan penukar adalah santan yang berasal dari perasan parutan kelapa. Sehingga, tekturnya lebih cair dan bertanya lebih ringan. Sama halnya untuk 1 sendok makan santan yang kami timbang mempunyai berat 9 gr. Standarnya untuk 1 sendok makan adalah 5 gr. Produk permen yang diamati memiliki takaran saji sebanyak 3 butir dengan berat 9 gr, dan 3 gr per butir. Setelah ditimbang, dengan atau tanpa kemasan permen ini sesuai dengan takaran saji produk yang tertera. Hal ini mungkin dikarenakan berat kemasan atau plastic pada permen hampir tidak ada atau sangat enteng, sehingga tidak terjadi perubahan berat apa pun pada permen.

Saran Jagung yang kami gunakan pada saat praktikum dalam keadaan bagus, namun memiliki kecacatan pada pipilannya terdapat goresan seperti sayatan sehingga membekas sayatannya, sehingga saat pembelian lebih baik dipilah lebih teliti kembali. Dan timbangan yang digunakan juga kurang akurat. Lebih baik pada saat penimbangan ada baiknya di nol kan dahulu baru dilakukan penimbangan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penimbangan.

Sayuran yang dimasak dengan metode perebusan biasanya mengalami peningkatan kadar air. Namun, berbeda dengan hasil praktikum kelompok kami, berat terong setelah direbus berkurang. Seharusnya pada saat menimbang menggunakan timbanagan yang akurat dan juga memilih bahan yang masih segar. Buah pisang yang digunakan sebaiknya terdapat pisang jenis yang sama seperti yang terdapat di buku food picture agar tidak keliru untuk memilih pisang mana yang bisa di ukur tingkat kesamaannya dengan pisang yang tidak terdapat pada Buku food picture. Selain itu juga, pisang yang jenisnya sama ttersebut juga dapat dijadikan sebagai perbandingan apakah pisang yang dipasarkan memiliki berat yang sama dengan pisang yang terdapat di buku food picture. Santan yang digunakan pada praktikum ini adalah santan instan yang memiliki merk terkenal yaitu “Kara”. Dalam praktikum ini memiliki kesulitan. Karena, dalam daftar penukar santan yang digunakan adalah santan yang cair. Yaitu santan alami berasal dari perasan parutan kelapa. Sehingga, terdapat perbedaan yang sangat jauh dari perbandingannya. Sebaiknya menggunakan santan yang berasal dari perasan parutan kelapa juga. Agar dapat membandingkan berat sesungguhnya dengan berat yang ada di daftar bahan penukar. Gula atau permen pada praktikum kali ini menggunakan permen yang tidak memiliki takaran informasi berat per bungkusnya, dan juga sampel permen yang sedikit. Sebaiknya, untuk praktikum yang selanjutnya produk memiliki berat bersih pada setiap satu buah permen, dan membuat sampel yang banyak sehingga perbandingan bisa lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA Adi R, Amprasto. 1995. Pembuatan Minyak Secara Fermentasi Dengan Menggunakan Jamur Ragi. [Skripsi]. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP. Bandung Aman dan Harjo. (1973). Perbaikan Mutu Susu Kedelai di dalam Botol. Bandung : Departemen Perindustrian Bogor Anggrahini, S. 1999. Penambahan CMC dan Kuning Telur Terhadap Karakteristik Santan Instan. Prosiding Seminar Nasional Pangan. PAU UGM. Yogyakarta Artha Nugraheni dan Dhira Satwika. (2003). Pengaruh Penambahan Natrium Bikarbonat dan Perlakuan Inokulasi dalam Pembuatan Yoghurt Susu Kacang Tanah. Buletin Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Bogor. TP-86 : 1173 – 1183. Aryanti, T. 1981. Pengaruh jenis dan umur itik terhadap komposisi fisik telur itik yang dipelihara dalam sangkar tunggal dan kandang litter. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diakses pada tanggal 18 Februari 2019, pukul 19.00 WIB Buckle. (1987). Ilmu Pangan. (terjemahan oleh Hari Purnomo dan Adiono) Jakarta : Universitas Indonesia Press. (Buku asli terbit tahun 1979). Hastuti, Liana Dwi Sri. 2007. Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor. Universitas Sumatera Utara: Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam. Utami, Pangestu Riana. 2018. Kandungan Gizi, Total Fenol, Kuersetin, dan Kapasitas Antioksidan Total Pada Berbagai Proses Pemasakan Okra. Institut Pertanian Bogor: Sekolah Pascasarjana. Histifarina, D., Adetiya Rachman, Didit Rahadian, dan Sukmaya. 2012. Teknologi pengeolahan tepung dari berbagai jenis pisang menggunakan cara pengeringan matahari dan mesin pengering. Agrin Vol. 16, No.2, Oktober 2012 ISSN: 1410-0029 Ismanto, H. 2015. Pengolahan Tanpa Limbah Tanaman Pisang. Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian. Batangkaluku

Komaryati dan Adi,S. 2012. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Pisang Kepok (Musa paradisiaca) di Desa Sungai

Kunyit

Laut Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. J. Iprekas : 53-61. Mochammad Adnan. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta : Andi Offset. Paeru dan Dewi, 2017. Graminaceae, Genus: Zea, dan Spesies: Zea mays L. (http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/570/3/BAB%20II.pdf) R. Neni Iriany, M. Yasin H.G., dan Andi Takdir M.2012. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1537/SKRIPSI%20KU%20 FIKS.pdf?sequence=3) Rahmat Rukmana. (1997). Kacang Hijau dan Budi Daya Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius. Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta. diakses pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 20.15 WIB Rusdiansyah, D.2013. Potensi dan Peluang Investasi serta Permasalahan Komoditi Pisang di Kalimantan Timur. Badan Perijinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur Santoso Budi Hieronymus. (1994). Susu dan Yogurt Kedelai. Yogyakarta : Kanisius Setyo Handayati Puji, Amini Nasoetion, dan Dadang Sukandar. 2008. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga Ke Dalam Satuan Berat (Gram) Pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. IPB: Fakultas Ekologi Manusia, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3 (1):49-60. Diakses pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 20.00 WIB Sirait , C.H. 1986. Telur dan Pengolahannnya. Pusat Penelitian dan Pengolahan Peternakan, Bogor. Diakses pada tanggal 18 Februari 2019, pukul 19.30 WIB Sutrisno Koswara. (1997). Susu Kedelai Tidak Kalah dengan Susu Sapi. http://www.indomedia.com/intisari/diet htm Tansakul A., Chaisawang P. 2006. Thermophysical properties of coconut milk. J.Food Enginnering 73:276-280.

Tim Survey Konsumsi Makanan Individu. 2014. Buku Foto Makanan. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia Wardana.

2010.

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14727&val=974) tanggal 20 Februari 2019.

Telur. diakses

pada

LAMPIRAN

Berat jagung manis sebelum dipipil = 219 g

Jagung pipil 1 sdm di kukus

Berat jagung manis setelah dipipil = 112 g

Berat jagung manis pipil 1 sdm setelah dikukus = 13 gr

Ukuran Rumah Tangga jagung manis pipil 1 sdm

Berat matang kotor telur bebek

Berat 1 sdm jagung manis pipil = 14 g

Mengukur diameter telur

Berat mentah kotor telor bebek

Perlakuan pertama,telor bebek direbus

Mengukur diameter telor puyuh

Menghitung ketinggian kuning telor bebek

Berat matang bersih Telor bebek (direbus)

Berat mentah kotor telor bebek (didadar)

Berat mentah kotor 2 telor puyuh

Berat matang kotor 2 telor puyuh (direbus)

Berat matang bersih 2 telor puyuh (direbus)

Banyaknya minyak untuk menggoreng telor Puyuh

Perlakuan kedua, Telor Bebek goreng

Berat matang bersih telor bebek (digoreng)

Minyak goreng setelah menggoreng telur puyuh

Berat matang bersih telur puyuh goreng

Berat mentah bersih 1 buah tempe di pasaran.

Mengukur ketebalan tempe 1 iris

Perlakuan pertama, tempe di kukus

Perlakuan kedua, tempe digoreng

Berat mentah bersih tempe ukuran dadu 1 sdm

Berat mentah bersih tempe ukuran dadu 1 sdm

Ketebalan tempe berukuran dadu

Mengukur ketinggian kuning telor puyuh

Perlakuan kedua, Telur puyuh (rebus goreng)

Berat mentah bersih 1 iris tempe

Berat matang bersih tempe goreng

Berat kotor 1 buah pisang

Berat bersih 1 buah pisang

Berat bersihsantan 1 gelas belimbing

Berat bersih santan dalam gelas belimbing satuan ml

Berat bersih susu kedelai dalam gelas belimbing satuan ml

Timbangan di netralkan dengan beban sendok makan

Diameter 1 buah pisang

Timbangan di netralkan dengan beban gelas

Berat bersih santan 1 sendok makan

Timbangan di netralkan dengan beban gelas

Berat bersih susu kedelai 1 gelas belimbing

Berat kotor 3 buah permen

Berat kotor 1 buah permen

Minyak setelah mendadar telor bebek

Berat bersih 3 buah permen

Minyak awal untuk menggoreng telor puyuh

Berat bersih 1 buah permen

Minyak awal untuk mendadar telor bebek

Merebus terong

Menggoreng terong

Berat terong 1 sdm sebelum digoreng 19 gr

Berat terong 1 sdm sebelum digoreng 22 gr

Berat terong 1 sdm sebelum digoreng 21 gr

Berat terong setelah digoreng 15 gr

Berat terong setelah digoreng 18 gr

Berat terong setelah digoreng 18 gr

Berat miyak goreng sebelum digunakan 166 gr

Berat terong 1 sdm sebelum digoreng 17 gr

Berat terong setelah digoreng 14 gr

Related Documents

Mentah
October 2019 25
Urt Drugs
November 2019 8
Konversi Energi.docx
June 2020 16
Masak Siomay.docx
November 2019 42

More Documents from "Jagad Slogo Langit"