BAB I CASE Tn. W usia 40 tahun seorang karyawan swasta, datang ke Poliklinik umum tempat Anda bertugas dengan keluhan kencing nanah sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan kencing nanah sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan bahwa keluar cairan kental berwarna putih kekuningan dari kemaluannya. Awalnya pasien merasakan keluhan gatal dan panas pada kemaluan, dan beberapa hari kemudian mulai keluar cairan kental berwarna kekuningan dari kemaluan, tidak disertai darah, dan tidak berbau. Keluhan disertai dengan nyeri dan terasa panas ketika BAK, anyang-anyangan dan juga nyeri ketika ereksi. Keluhan tambahan lainnya adalah pasien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. Sejak mengalami keluhan tersebut pasien belum pernah berobat.
Pasien mengakui bahwa 2 minggu sebelum mengalami keluhan tersebut pasien melakukan hubungan seksual dengan beberapa orang teman wanitanya.
Riwayat penyakit dahulu 2 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan serupa dan kemudian pasien berobat ke dokter umum dan diberikan suntikan, pasien tidak mengetahui nama obatnya, dan kemudian sembuh.
Riwayat penyakit keluarga Pasien tidak mengetahui apakah istrinya mengalami keluhan serupa.
Tugas : 1. Apa hipotesis anda? 2. Pemeriksaan fisik apa yang akan Anda lakukan? 3. Pemeriksaan penunjang apa yang Anda sarankan?
1
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Baik , Kesadaran : Compos mentis TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit Laju napas : 20x/menit Suhu : 37,80 C
Status generalis Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : Pembersaran KGB (-) Toraks :Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Paru-paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, supel, bising usus normal Ekstermitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT < 2 detik
Status lokalis Lokasi Orifisium uretra eksterna. Efloresensi : tampak eritema, edema, dan banyak discharge mukopurulen berwarna putih kekuningan keluar dari orifisium uretra eksterna
Scrotum : Inspeksi : scrotum kanan dan kiri simetris, tidak eritema, edema (-), dalam batas normal Palpasi : epididimis udematous (-), testis normal, nyeri tekan (-)
Pada pemeriksaan colok dubur tonus spincter ani baik, prostat kenyal dan nyeri tekan (-), nodul (-), taksiran volume prostat 20 cc 3
2
Pemeriksaan Penunjang Darah - Hb : 14 mg/dl - Ht : 52 % - Lekosit : 13.000/mm3 - Trombosit : 250.000 sel/mm3 Urin : warna kuning keruh, Bj : 1020, Protein +, Glukosa –, eritrosit 0-1 / LPB, Leukosit 10-15 /LPB, silinder : hialin, bakteri : positif, epitel : positif
Pewarnaan gram Pemeriksaaan duh tubuh dengan pewarnaan gram didapatkan hasil ditemukan bakteri bentuk diplokokus gram (-)
Tugas : 1. Apakah pemeriksaan di atas merubah hipotesis saudara? 2. Apa arti pemeriksaan fisik yang anda lakukan? 3. Apa diferensial diagnosis saudara? 4. Menurut anda pemeriksaan laboratorium apa yang bermanfaat pada pasien ini? 5. Sebutkan pemeriksaan laboratorium spesifik yang dapat membedakan mikroorganisme penyebab untuk penyakit menular seksual? 6. Komplikasi apa saja menurut Anda yang dapat terjadi pada pasien ini? 7. Jelaskan penyakit STD dan UTI !!!
3
BAB II OVERVIEW CASE Tn. W usia 40 tahun KU : kencing nanah sejak 5 hari yang lalu. RPS
RPD
- Kencing nanah sejak 5 hari yang lalu. - Keluar cairan kental berwarna putih kekuningan dari kemaluannya. - Awalnya gatal dan panas pada kemaluan, dan beberapa hari kemudian keluar cairan kental berwarna kekuningan dari kemaluan, tidak disertai darah, dan tidak berbau. - Nyeri dan terasa panas ketika bak, anyanganyangan dan juga nyeri ketika ereksi. - Demam yang tidak terlalu tinggi. - 2 minggu sebelum mengalami keluhan tersebut pasien melakukan hubungan seksual dengan beberapa orang teman wanitanya.
2 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan serupa dan kemudian pasien berobat ke dokter umum dan diberikan suntikan, pasien tidak mengetahui nama obatnya, dan kemudian sembuh. RPO Pasien belum pernah berobat.
RPK Pasien tidak mengetahui apakah istrinya mengalami keluhan serupa.
Hipotesis : IMS :
ISK :
- Uretritis - Prostatitis - Epididimis
Gonore Clamidiasis
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Baik , Kesadaran : Compos mentis TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit Laju napas : 20x/menit Suhu : 37,8 C Status generalis Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : Pembersaran KGB (-) Toraks :Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Paru-paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, supel, bising usus normal Ekstermitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT < 2 detik
Status lokalis Lokasi Orifisium uretra eksterna. Efloresensi : tampak eritema, edema, dan banyak discharge mukopurulen berwarna putih kekuningan keluar dari orifisium uretra eksterna Scrotum : Inspeksi : scrotum kanan dan kiri simetris, tidak eritema, edema (-), dalam batas normal Palpasi : epididimis udematous (-), testis normal, nyeri tekan (-) Pada pemeriksaan colok dubur tonus spincter ani baik, prostat kenyal dan nyeri tekan (-), nodul (-), taksiran volume 4 prostat 20 cc
Pemeriksaan Penunjang Darah - Hb : 14 mg/dl - Ht : 52 % - Lekosit : 13.000/mm3 - Trombosit : 250.000 sel/mm3
Urin : warna kuning keruh, Bj : 1020, Protein +, Glukosa –, eritrosit 0-1 / LPB, Leukosit 10-15 /LPB, silinder : hialin, bakteri : positif, epitel : positif Pewarnaan gram Pemeriksaaan duh tubuh dengan pewarnaan gram didapatkan hasil ditemukan bakteri bentuk diplokokus gram (-)
Diagnosis : Uretritis Gonore Tata laksana : Non-Farmako : Edukasi mengenai penyakit pasien, bagaimana penyakit dapat ditularkan dan obat yang harus diminum sesuai anjuran atau habiskan. Memberikan edukasi kepada pasien agar menjaga kebersihan genital, setia pada pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan melakukan terapi kepada pasangan seksual Farmako : Pemberian antibiotik Pengobatan urethritis gonokokus
Pengobatan urethritis non-gonokokus
Sefiksim, 400 mg, dosis tunggal, per oral
Azitomisin 1 g, dosis tunggal, per oral
Atau
Atau
Levofloksasin,500 mg, dosis tunggal peroral
Doksisilin 2x100mg per oral, 7 hari
Pilihan pengobatan lain Kanamisin 2gr IM, dosis tunggal Atau
Eritromisin 4x500 mg per oral, 7 hari
Tiamfenikol 3,5gr, dosis tunggal, per oral atau Sefrilakson 250mg, IM, dosis tunggal
5
BAB III PEMBAHASAN 3. 1. BASIC SCIENCE EMBRIOLOGI Sistem Genitalis •
GONAD – Mula-mula tampak sebagai sepasang rigi yang memanjang, rigi gonad & dibentuk oleh proliferasi epitel selom & pemadatan mesenkim di bawahnya sel-sel benih tidak tampak pada rigi kelamin hingga perkembangan minggu ke6 – Sel-sel benih primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur dekat allantoispindah dengan gerakan menyerupai amuba sepanjang mesentrium dorsal usus belakang dan sampai di gonad primitif pada perkembangan minggu ke-6. Bila gagal mencapai rigi-rigi tersebut, gonad tidak berkembang. – Se-sel benih primordial tersebut mempunyai pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis
Gonad Indiferen Segera sebelum & selama datangnya sel-sel benih primordial, epitel selom rigi kelamin berproliferasi& sel-sel epitel menembus mesenkim di bawahnya korda kelamin primitif (gonad indiferen) •
Testis= Pngaruh kromosom YKorda testis (korda medulla)Tubulus2 rete testisTunika albuginea
Dalam bulan ke-4, korda testis menjadi berbentuk seperti tapalkuda, & ujung-ujungnya bersambungan dengan ujung rete testis •
Dalam bulan ke-4, korda testis menjadi berbentuk seperti tapalkuda, & ujungujungnya bersambungan dengan ujung rete testis sekarang korda testis
6
tersusun dari sel-sel benih primordial & sel-sel sustentakular sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar •
Sel interstitial Leydig berkembang dari mesenkim asli rigi kelamin terletak di antara korda testis & mulai berkembang segera setelah mulai diferensiasi korda ini
•
Kehamilan minggu ke-8 produksi testosteron oleh sel leydig sudah mulai, & testis sekarang mampu mempengaruhi difrensiasi seksual duktus genitalia &organ kelamin luar
Korda testis tetap padat hingga masa pubertas Korda jadi berongga terbentuk tubulus seminiferus Duktuli efferentes >> merupakan bagian saluran ekskresi sistem mesonefros yang tersisa. Fungsinya adalah sebagai penghubung antara rete testis dengan saluran mesonefros atau saluran Wolff, yang dikenal sebagai duktus deferens. Duktus genitalia •
Tahap Indiferen Duktus mesonefros & duktus paramesonefros Kanalis uterus Tuberberkulum
paramesonefrikum (tuberkulum Mulleri) Duktus Genitalia pd Pria Tubulus epigenitalis Duktus eferen testis Saluran ekskresi di sepanjang kutub kaudal testis yaitu tubulus paragenitalis tidak bersatu dengan korda rete testis,sisa-sisa saluran ini keseluruhannya dikenal sebagai paradidimis. •
Duktus mesonefros tetap dipertahankan kecuali pada bagian paling kranial, yaitu appendix epididimis & membntuk duktus genitalia utama.
•
Tepat di bawah muara duktus eferen, duktus mesonefros ini memanjang & sangat berkelok-kelok, dengan demikian membentuk duktus epididimis.
•
Dari ekor epididimis hingga ke tonjol-tonjol vesikula seminalis,duktus mesonefros mendapatkan lapisan otot pembungkus yang tebal & dikenal sebagai duktus deferens. Daerah duktus diluar vesikula seminalis dikenal sebagai duktus ejakulatorius. Duktus para-mesonefros pada pria berdegenerasi kecuali sebagian kecil ujung kranialnya, appendix testis.
7
Genitalia eksterna pada Pria •
Perkembangan genitalia eksterna pria berada di bawah pengaruh hormon androgen yang disekresi oleh testis janin & ditandai oleh cepat memanjangnya tuberkulum genital yang kini dinamakan phallus (penis). Bersama dengan pemanjangan ini, phallus menarik lipatan urethra ke depan sehingga membentuk dinding lateral sulkus urethra, lapisan epitel yang melapisi sulkus ini berasal dari endoderm & membentuk lempeng uretra.
•
Akhir bulan ke-3 kedua lipatan uretra menutup di atas lempeng uretra, sehingga membentuk uretra pars kavernosa.
•
Uretra paling distal dibentuk pada bulan ke-4 disebut orifisium uretra externum
•
Tonjol-tonjol kelamin pada pria yang dikenal sebagai tonjol skrotum mula-mula terletak di daerah inguinal.selanjutnya tonjol ini bergerak ke kaudal, dan tiap-tiap tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan skrotum dipisahkan satu sama lain oleh sekat skrotum.
8
ANATOMI
Anatomi superficialis genitalia maskulina terdiri dari : 1. Preputium Penis 2. Glans Penis 3. Scrotum 4. Corpus Penis 5. Dorsum Penis 6. Pubes
9
PENIS
Memiliki radiks penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung bebas
Radix penis dibentuk oleh3 massa jaringan erektil ( bulbus penis, crus penis dextra dan crus penis sinistra ) -
Bulbus penis melanjutkan diri kedepan menjadi corpus spongiosum
-
K2 crus penis saling mendekati dan dibagian dorsal corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum
Corpus penis terdiri atas fescia buck ( 3 jaringan erektil yang diliputi sarang fascia berbentuk tubular )
Pada bagian distal corpus spongiosum melebar membentuk gland penis, yang meliputi ujung distal corpora cavernosa penis.
Pada ujung gland penis, terdapat celah yang merupakan muara uretra ( osteum urethra externum ( OUE )
Lipatan kulit seperti kerudung yang meutupi gland penis disebut preputium penis
Preputium dihubungkan dengan g;and penis oleh lipatan yang tepat terdapat dibawah muara uretra frenulum preputii
Berfungsi : sebagai genitalia eksterna sebagai tempat pengeluaran urin dan sperma serta merupakan organ kopulasi
SCROTUM
Merupakan kantong kulit yang terletak dibagian bawah dinding anterior abdomen dan berisi testis, epididymis, dan ujung bawah funiculus spermaticus.
Merupakan penopang testis.
Dinding scrotum terdiri dari kulit, fascia superficialis, fascia spermatica externa, fascia chremasterica, fascia spermatica interna, dan tunica vaginalis.
Scrotum merupakan kantung tertutup yang meliputi permukaan anterior, medial, dan lateral masing–masing testis.
10
ORGANA GENITALIA MASCULINA TESTIS
Merupakan organ kuat mudah bergerak dan terletak di dalam skrotum
Testis sinistra biasanya lebih rendah daripada dextra
Masing–masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat (Tunica Albuginea)
Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam organ menjadi Lobulus–lobulus (Lobuli Testis)
Dalam setiap lobulus terdapat 1–3 Tubuli Semiferi yang berkelok–kelok yang bermuara ke dalam jalinan saluran Rete Testis.
Ductuli Efferents yang kecil menghubungkan rete testis dengan ujung atas epididymis
Berfungsi: memproduksi spermatozoa dan menghasilkan hormon utama testosteron
EPIDIDYMIS
Merupakan struktur kuat yang terletak posterior terhadap testis, dengan ductus deferens pada sisi medialnya
Memiliki ujung atas yang melebar, caput, corpus, dan cauda yang arahnya ke inferior
Merupakan saluran yang sangat berkelok – kelok yang panjangnya hampir 6 meter dan tertanam didalam jaringan ikat.
Saluran in iberasal dari cauda epididymis sebagai ductus deferens dan masuk kedalam funiculus spermaticus
Saluran yang panjang ini merupakan tempat penyimpanan spermatozoa untuk menjadi matang
Berfungsi sebagai -
Tempat penyimpanan sperma
-
Saluran keluar yang mengangkut spermatozoa yang dihasilkan di testis ke meatus urethra
-
Tempat mengabsorpsi cairan
-
Menambahkan zat pada cairan semen untuk memberikan makanan pada spermatozoa yang sedang mangalami proses pematangan
11
VAS DEFERENS
Merupakan saluran berdinding tebal dengan panjang kurang lebih 18 inci ( 45 cm ) yang menyalurkan sperma matang dari epididimis ke ductus ejakulatorius dan uretra
Bagian terminal vas deferens melebar membentuk ampulla ductus deferentis.
Ujung bawah ampulla menyempit dan bergabung dengan ductus vesicular seminalis membentuk ductus ejakulatorius
VESICULA SEMINALIS
Merupakan 2 buah organ yang berlobus dengan panjang kurang lebih 2 inci ( 5 cm ) dan terletak pada facies posterior vesicae
Ujung atasnya terletak agak berjauhan dan ujung bawahnya saling berdekatan.
Pada sisi medial masing – masing vesicular seminalis terdapat bagian terminal ductus deferens
Diposterior vesicular seminalis berbatasan dengan rectum
Ke inferior masing – masing vesicular seminalis menyempit dan bersatu dengan ductus deferens sisi yang sama untuk membentuk ductus ejakulatorius
DUCTUS EJACULATORIUS
Panjangnya kurang dari 1 inci
Dibentuk oleh persatuan duktus deferens dan ductus vesicular seminalis
Berfungsi sebagai saluran keluar sperma
PROSTATA
Merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatica
Memiliki panjang kurang lebih 1, 25 inci / 3 cm
Terletak antara colum vesicae diatas dan diafragma urogenital bawah
Secara tidak sempurna terbagi menjadi 5 lobus -
Lobus anterior
-
Lobus prostate dexter
-
Lobus medius / medianus
-
Lobus prostate sinister
-
Lobus posterior
12
Berfungsi : menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam sitrat dan fosfate asam yang ditambahkan kedalam semen saat ejakulasi. Mengeluarkan cairan basa yang menetralkan secret / sekresi vagina yang asam. Memicu pembekuan semen untuk menjaga sperma tetap berada didalam vagina pada saat penis dikeluarkan.
Secret prostate bersifat alkalis dan membantu menetralkan suasana asam didalam vagina
13
VASKULARISASI
A. ILIACA INTERNA A. Ductus Deferentis
A. Vesicalis Inferior
Duktus Defern
Vesica Urinaria
Prostata
A. Rectalis Media
A. Pudenda Interna
Rektum A.
Testicularis
A. Profunda Penis
Corpus Cavernosum Penis
A. Dorsalis Penis
Corpus Spongiosu m Penis
Testis
A. Pudenda Interna, Rr. Scrotales Posteriores Scrotum 14
INERVASI
CABANG – CABANG & DAERAH PERSARAFAN PLEXUS LUMBOSACRALIS PLEXUS LUMBALIS
FUNGSI MOTORIK
FUNGSI SENSORIK
( T12 ) L1 – L3 ( L4 ) N. Iliohypogastricus
Mm. Rectus abdominis,
( N. Iliopubicus ) T12 , L1
Obliqus eksternus abdominis,
R. Cutaneus Lateralis
obliqus internus abdominis,
Kulit pinggul
R. Cutaneus Anterior
transverses abdominis,
Kulit pada crista iliaca, Lig.
pyramidalis, cremaster
Inguinale, & Mons pubis
N. Ilioinguinalis
Mm. Rectus abdominis,
( T12 ) L1 ( L2 )
obbliqus eksternus abdominis,
Nn. Scrotales Anteriores /
obliqus internus abdominis,
15
Nn. Labiales Anteriores
transverses abdominis,
Kulit region inguinalis, radix
pyramidalis, cremaster
penis, dan scrotum atau labia mayora
N. Genitofemoralis L1, L2 R. Genitalis
Pembungkus skrotum
R. Femoralis PLEXUS SACRALIS ( L4 ) L5 – S3 ( S4 ) N. Cutaneus Femoris Posterior S1 – S3 Nn. Clunium Inferiores
Kulit region glutealis
Nn. Perinealis
Perineum, Kulit skrotum / kulit labia mayora
N. Pudendus ( S1 ) S2 – S4 Nn. Rectales ( anales )
Kulit region analis dan
inferiores S3, S4
perineum
Nn. Perinealis Nn. Scrotales Posteriores Nn. Labiales Posteriores
M. sphincter urethrae, mukosa uretra, kulit dorsal skrotum /
Rr. Musculares
Mm. Transversi perinea
labia mayora dan minora,
superficialis dan profundus,
vestibulum vaginae
bulbospongiosus dan ischiocavernosus, sphincter ani eksternus N. Dorsalis Penis /
M. Transversus Perinei Profundus
N. Dorsalis Clitoridis
M. Sfingter urethrae
16
FISIOLOGI SCROTUM Scrotum berisi 2 testis. Lokasi scrotum dan kontraksi ototnya berfungsi mengatur temperature testis, karena produksi normal sperma di dalam testis membutuhkan suhu 2-3°C di bawah suhu tubuh normal. Otot-otot yang berperan dalam pengaturan suhu tersebut yaitu otot dartos & cremaster. Contoh, sebagai respon terhadap suhu dingin, otot cremaster akan berkontraksi sehingga testis terangkat lebih dekat ke tubuh dan dapat menyerap panas tubuh. Sedangkan, kontraksi otot dartos menyebabkan scrotum mengkerut sehingga mengurangi hilangnya panas.
PENIS Penis merupakan jalur ejakulasi semen dan ekskresi urine. Pada sistem reproduksi, penis mempunyai 2 fungsi : ereksi dan ejakulasi.Mekanisme Ereksi dan Ejakulasi. Ereksi adalah suatu fungsi vaskular dari korpus kavernosum dibawah pengendalian sistem saraf otonom. Berikut adalah mekanisme terjadi ereksi dan ejakulasi : 1. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arteriol penis menyebabkan konstriksi dari sebagian organ ini, sehingga aliran darah yang melalui penis tetap dan darah yang masuk ke sinosoid korpus kavernosum akan sedikit. 2. Saat stimulasi mental atau seksual, Fiber parasimpatik terstimulasi dari sebagian sacral pada spinal cord melepaskan dan menyebabkan produksi local Nitrix Oxide (NO). 3. NO menyebabkan otot halus pada dinding arteri menyediakan erectile tissue untuk relaksasi dan membiarkan pembuluh darah untuk berdilatasi pada cavernosus space di dalam corpora pada penis. Hal ini dikarenakan jumlah darah yang memasuki erectile issue penis 4. Bulbospongiosus dan ischiocavernosus muscle menekan veins (pembuluh darah yang menuju penis) dari corpora cavernosa menghalangi pengembalian tekanan pembuluh darah. 5. Hal ini menyebabkan erectile bodies menjadi turgid (besar dan kaku) dan ereksi terjadi. 6. Dapat dikatakan stimulus parasimpatis tadi menyebabkan vasodilatasi arteriol yang memasuki penis. Dan lebih banyak darah yang memasuki ke vena dibandingkan darah yang di drainase ke vena.
17
7. Sunosoid korpus kavernosum berditensi karena berisi darah dan menekan vena yang dikelilingi tunika albuginea nondistensi. 8. Setelah ejakulasi , impuls para simpatis menyebabkan terjadinya vasokonstriksi arteri dan darah akan mengalir ke vena untuk dibawa menjauhi korpus tersebut. Penis akan mengalami detumesensi atau kembali ke kondisi lunak. Ejakulasi merupakan suatu keadaan disertai orgasme yang merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen diejeksikan melalui serangkaian semprotan. 1. Impuls dari pusat refleks medula spinalis menjalar sepanjang saraf spinak lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis, epididimis, dan duktus deferen. Bersamaan dengan reflex tersebut suatu spincter otot polos di dasar urinari bladder akan menutup, hal ini akan berlangsung selama proses ejakulasi berlangsung sehingga semen dapat melalui saluran urine tanpa tercampur oleh urine hingga keluar melalui penis. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran-saluran tersebut. 2. Impuls parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama 3. Kontraksi yang simultan pada vesikel seminalis, prostat dan kelenjar bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk semen. Setelah stimulus sexual pada penis berakhir, arteriol yang menyuplai jaringan erectile pada penis berkontriksi dan otot polos pada jaringan erectile berkontraksi sehingga sinus darah mengecil. Tekanan pada vena yang menyuplai penis juga akan berkurang sehingga melancarkan aliran darah ke luar penis dan menyebabkan penis kembali ke posisi relaksasinya semula.
Mekanisme Ereksi Adanya perasaan erotik maka saraf parasimpatis terpacu dan menyebabkan relaksasi otot polos pada arteri dan korpus kavernosum, akibatnya darah mengalir ke arteri dan teregang, ruang kaverna terisi darah arterial dan ruangan membesar. Pembesaran ruangan ini menyebabkan vena besar yang berdinding tipis tergencet hingga darah sulit meninggalkan melalui vena. Darah yang mengumpul di korpus kavernosum dengan tekanan yang makin
18
meninggi dan menyebabkan organ mengeras. Pada saat ini a.helisina yang jalannya bekelokkelok, secara pasif teregang dan menjadi lurus. Setelah ejakulasi pengaruh saraf simpatis lebih dominan dan otot polos kembali pada tonusnya, aliran darah normal kembali, darah yang tertinggal dalam korpus kavernosum tertekan masuk ke dalam vena karena kontraksi otot polos trabekula dan kerutan kembali jaringan elastis. Penis kembali ke bentuk yang normal. Ereksi merupakan peningkatan turgiditas organ yang disebabkan pemasukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang menghasilkan penambahan tekanan dalam penis. Faktor-faktor yang menyebabkan ereksi antara lain vasodilatasi pada arteri (disebabkan oleh rangsangan saraf pelvis yang disebut saraf erigentes dari pleksus pelvis) dan pengurangan aliran vena dari pelvis.
Mekanisme Ejakulasi Ejakulasi adalah suatu gerak refleks yang mengosongkan epididimis, uretra dan kelenjar-kelenjar kelamin aksesori . Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter ketika saraf simpatis mengaktivasi kontraksi dari leher kandung kemih, vesikula seminalis, dan vas deferens. Refleks ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta dikontrol oleh saraf pudendus. Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme refleks yang dicetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan tulang belakang (T12-L2) dan korteks sensorik (salah satu bagian otak).
19
3. 2. CLINICAL SCIENCE URETRITIS GONORE
DEFINISI Uretritis adalah peradangan uretra yang terbagi atas uretritis gonokokus (UG) dan uretritis non-gonokokus (UNG). ETIOLOGI
Scientific classification Domain: Bacteria Phylum:
Proteobacteria
Class:
Betaproteobacteria
Order:
Neisseriales
Family:
Neisseriaceae
Genus:
Neisseria
Species:
N. gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae •
Diplokokus gram negatif
•
Sisi cekung berdekatan sehingga seperti bentuk ginjal.
•
Diameter 0,6-1,0 µm
•
Tidak bergerak
•
Tidak membentuk spora 20
•
tidak dapat bertahan lama untuk hidup di udara bebas
•
cepat mati dalam keadaan kering
•
Optimal : 35-37ºC, pH 7,2-7,6 ,membutuhkan CO2 dengan konsentrasi 2-10%.
•
Membran luar dari kuman ini tersusun atas protein, fosfolipid, dan lipooligosakarida (LOS).
FAKTOR RESIKO •
Berganti-ganti pasangan seksual
•
Homoseksual dan PSK (Pekerja Seks Komersial)
•
Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore
•
Bayi dengan ibu menderita gonore
•
Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi
•
Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
EPIDEMIOLOGI didapatkan pada usia 20-24 tahun untuk pria maupun wanita. MANISFESTASI KLINIS •
Urethral discharge (kencing nanah)
•
Disuria (kesulitan untuk berkemih).
•
Uretra menjadi bengkak, merah, perabaan hangat, dan terasa nyeri.
•
Nyeri saat berkemih dan rasa seperti terbakar yang berlebih.
•
Progresif
21
DIAGNOSIS •
Anamnesis
•
Pemeriksaan Fisik
•
Pemeriksaan Penunjang o Apusan o (+) bila :
ditemukan adanya diplokokus Gram negatif
bentuk seperti ginjal di dalam dan / diluar sel lekosit PMN.
Apusan dengan spesimen eksudat uretra lebih spesifik dan sensitif daripada di endoservik
Pengambilan Spesimen :
Pria : uretra, swab yang dimasukan dan diputar selama 5 detik.
Wanita, swab pada endoservik dan diputar selama 10 detik.
o Kultur : gold standard
Media transport : media Stuart dan Transgrow.
Media pertumbuhan : agar cokelat Mc Leod, agar Thayer-Martin, atau agar Thayer-Martin modifikasi
Ditanam di media selektif (medium Thayer Martin) dan diinkubasi pada atmosfer yang mengandung CO2 5% pada suhu 37C.
Hasil biakan koloni kuman yang translusen dan tidak berpigmen dengan ukuran 0,5-1,0 mm
o Tes Definitif
Tes oksidasi
menambahkan
reagen
oksidasi
(larutan
tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1%) pada koloni gonokokus.
22
(+) Warna bening akan berubah menjadi merah muda lembayung
Tes fermentasi
menambahkan larutan glukosa, maltosa, dan sukrosa pada koloni gonokokus.
(+) pada koloni yang ditambahkan dengan larutan glukosa, karena gonokokus hanya dapat memfermentasi glukosa.
o Nucleic Acid Hybridization Test & Nucleic Acid Amplification Test (NAATs)
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi, namun tetap memiliki kelemahan yakni dapat terjadi reaksi silang dengan spesies Neisseria nongonokokal.
PATOFISIOLOGI
23
24
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
IDI dan Permenkes pada tahun 2014 : •
tiamfenikol 3,5 g, per oral, dosis tunggal;
•
ofloksasin 400 mg, per oral, dosis tunggal;
•
kanamisin 2 g, injeksi intramuskular, dosis tunggal;
•
spektinomisin 2 g, injeksi intramuskular, dosis tunggal
NON FARMAKOLOGI ○ Konseling ○ Memeriksa dan mengobati pasangan seksual pasien ○ Abstinensia (tidak berhubungan seksual) hingga terbukti sembuh dari pemeriksaan lab / jika terpaksa gunakan kondom ○ kunjungan kembali pada hari ke-7 bila tidak ada perbaikan
25
KOMPLIKASI Pada wanita : ○ Parauretritis ○ Abses kelenjar bartholin ○ Salfingitis ○ PID yang bila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan risiko sterilitas dan kehamilan ektopik Pada pria : ○ Tynositis ○ Prostatitis ○ Vesikulitis ○ Funikulitis ○ Vas deferenitis ○ Epididimitis ○ Komplikasi lokal yang terjadi pada pria berupa Tynositis, parauretritis, litritis, dan kowperitis. Sedangkan komplikasi asenderennya meliputi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, vas deferenitis, epididimitis, trigonitis.
PROGNOSIS Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan gangguan fungsi bila terjadi komplikasi. Apabila faktor risiko tidak dihindari, dapat terjadi infeksi berulang.
26
3. 3. DIAGNOSIS BANDING
INFEKSI SALURAN KEMIH DEFINISI ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan karena adanya mikroorganisme dalam urin. ISK adalah episode baketriuria signifikan (yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 m.o tunggal/ mL) yang mengenai saluran kemih bagian atas, bawah, keduanya. FAKTOR RESIKO
Obstruksi saluran kemih (ex: batu)
Imunosupresi
Pemasangan instrumen pada
Diabetes melitus
saluran kemih (ex: kateter)
Kelainan struktural (ex: refluks
Disfungsi kandung kemih (neuropatik)
vesikoureter)
Kehamilan
EPIDEMIOLOGI The incidence of UTI in uncircumcised males is higher than in circumcised males. Most UTIs in children younger than 5 years are associated with congenital abnormalities of the urinary tract, such as vesicoureteral reflux or obstruction Biasanya disebabkan oleh E. coli MANIFESTASI KLINIS ISK bagian atas
ISK bagian bawah
Demam, menggigil
Disuria
Nyeri pinggang
Frekuensi dan urgensi
Malaise
Nyeri suprapubik
Anoreksia
Hematuria
Nyeri tekan sudut costovertebra
Nyeri pada skrotum atau nyeri pada
dan abdomen
perineum
27
DIAGNOSIS ISK bagian atas ➡ DPL ➡ Ureum + elektrolit dan serum kreatinin (fx. Ginjal) ➡ USG ginjal (pembengkakan pielonefritis, batu, obstruksi/
➡ CT Scan (abses/ tumor) ➡ Scan isotop (fx. Tubuloglomerular) ISK bagian bawah ➡ DPL ➡ Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria — keganasan atau batu
hidronefrosis, abses sekunder) ➡ IVU (batu, kelainan struktural,
➡ USG, IVU (obstruksi)
obstruksi sistem pengumpul)
TATALAKSANA
28
KOMPLIKASI
Bakterimia dan syok septik
Gagal ginjal, perinefrik, dan metastasis
Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/ kronis
Pielonefritis dan xantomagranulomatosa
29
PROSTATITIS
DEFINISI Prostatitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada kelenjar prostat ETIOLOGI •
Idiopatik
•
Penyempitan abnormal uretra
•
80% disebabkan oleh bakteri gram negatif
EPIDEMIOLOGI Umur penderita yang paling sering menderita prostatitis adalah 20-50 tahun dan >70 tahun FAKTOR RESIKO •
Mengalami infeksi saluran kemih.
•
Memiliki riwayat prostatitis sebelumnya.
•
Mengalami cedera daerah panggul dan lipat paha.
•
Menggunakan kateter urine.
•
Menderita HIV/AIDS.
•
Pernah melakukan biopsi prostat, yaitu pengambilan sampel jaringan prostat untuk diperiksa di bawah mikroskop.
30
GEJALA KLINIS •
Demam, menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal.
•
Aliran urine lemah dan nyeri saat berkemih.
•
Nyeri punggung bawah, nyeri di pangkal penis atau di bagian belakang skrotum, dan nyeri setelah ejakulasi
•
Selalu terasa ingin buang air kecil.
KLASIFIKASI •
Prostatitits bakteri akut
•
Prostatitits bakteri kronis
•
Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS)
•
Asymptomatic inflammatory prostatitis
DIAGNOSIS •
Anamnesis
•
Pemeriksaan fisik
•
Pemeriksaan penunjang -
Tes darah
-
Tes urin
-
PSA test
-
Colok dubur
KOMPLIKASI •
Epididimitis, yaitu radang pada saluran yang menyalurkan sperma dari testis.
•
Infeksi bakteri yang menyebar ke dalam darah (bakteremia).
•
Abses prostat.
•
Gangguan pada produksi cairan mani, serta kemandulan akibat prostatitis kronis.
31
PATOFISIOLOGI
32
TATALAKSANA FARMAKOLOGI •
Antibiotik oral, biasanya ciprofloxacin (Cipro) atau tetracycline (Achromycin) selama 2-4 minggu(akut), 4-16 minggu (kronik)
•
Alpha blockers. Perawatan ini mungkin akan dapat mengurangi beberapa gejala, seperti sakit kencing
•
Anti-inflamasi. ibuprofen
NON-FARMAKOLOGI •
Mandi dengan air hangat
•
Batasi atau hindari konsumsi alkohol, kafein, dan makanan pedas maupun asam
•
Hindari lama duduk dan bersepeda.
•
Banyak minum air putih
33
CANCHROID
DEFINISI Chancroid adalah infeksi bakteri yang menyebabkan luka terbuka pada alat genital (kelamin) dan sekitarnya. Penyakit ini dialami pria dan wanita, dan dapat menyebar melalui hubungan seksual ETIOLOGI •
Haemophilus ducreyi (H. ducreyi)
EPIDEMIOLOGI •
Ulkus mole adalah salah satu PMS terbanyak di dunia.
•
Lebih sering pada pria dibanding wanita
•
Daerah endemik ulkus mole adalah Karibia, Afrika, Asia (kecuali Thailand), Amerika latin
FAKTOR RESIKO •
Sering berganti ganti pasangan
•
Higenitas buruk
•
Menderita HIV
•
Belum sunat
34
GEJALA KLINIS •
Benjolan berwarna merah pada area genital
•
Benjolan tersebut bisa menjadi semakin besar dan berisi nanah. Apabila pecah, dapat meninggalkan luka terbuka atau borok yang terasa nyeri.
•
Nyeri saat berhubungan seksual dan berkemih
•
Pembengkakan kelenjar getah bening pada pangkal paha
DIAGNOSIS •
Anamnesis
•
Pemeriksaan fisik
TATALAKSANA FARMAKOLOGI •
Antibiotik (azithromycin, ciprofloxacin, ceftriaxone, atau erythromycin.
•
Tindakan operasi untuk mengeluarkan cairan pada KGB
NON-FARMAKOLOGI •
Tidak melakukan hubungan seksual, terutama bila tidak mengenakan kondom, hingga luka terbuka sembuh
•
Pasangan penderita juga harus diperiksa
KOMPLIKASI •
Limfadenopati inguinalis
•
Abses kelenjar inguinal
•
Fimosis, Balanitis, Parafimosis
35
ORCHITIS DEFINISI Reaksi inflamasi akut pada testis akibat infeksi. Orchitis sering terjadi bersama epididimitis ETIOLOGI Pada kebanyakan kasus diakibatkan infeksi virus mumps Tetapi virus dan bakteri lain juga dapat menyebabkan orchitis. Orchitis yang terjadi bersama epididimitis dikarenakan bakteri, yang paling umum adalah •
Neisseria gonorrhoeae
•
Escherichia coli
EPIDEMIOLOGI Kurang lebih 20% pasien prebubertal (<10thn) dengan mumps mengembangkan orchitis Orchitis yang terjadi bersama epididimitis dikarenakan bakteri, yang paling umum adalah: •
Neisseria gonorrhoeae pada pria berusia 14-35 thn
•
Escherichia coli pada pria usia <14thn atau >35thn
GEJALA KLINIS •
Pembesaran testis
•
Pembengkakan testis
•
Indurasi testis
•
Orchitis karena virus mumps
•
Tenderness
mengikuti perkembangan dari parotitis setelah 4-7 hari
• • •
Kulit skroum eritema
•
Fatigue
•
Malaise
•
Myalgias
orchitis
•
Fever and chills
Pada pemeriksaan rektal, terdapat
•
Nausea
soft boggy prostate (prostatitis)
•
Headache
Kulit skrotum edema Pembesaran epididimis berhubungan dengan epididymo-
•
•
Nyeri testis 36
DIAGNOSIS LAB •
Diagnosis mumps orchitis dapat dilakukan dengan mudah melalui riwayat dan pemeriksaan fisik
•
Diagnosa mumps orchitis dapat dikonfirmasi dengan serum immunofluorescence antibody testing
•
Elevasi C-reactive protein (CRP) atau erythrocyte sedimentation rate (ESR) berasosiasi pada inflamasi yang diakibatkan bersama epididymo-orchitis.
KOMPLIKASI •
Up to 60% of affected testes demonstrate some degree of testicular atrophy
•
Impaired fertility is reported at a rate of 7-13%
•
Sterility is rare in cases of unilateral orchitis
TATALAKSANA Pengobatan supportif •
Bed rest
•
Hot or cold packs for analgesia
•
Scrotal elevation
•
Scrotal support
•
Analgesic
PREVENTION Pubertal and postpubertal males who have not received mumps vaccination are more susceptible to the virus and have a high risk of mumps orchitis.
37
EPIDIDIMISTIS
DEFINISI Reaksi inflamasi pada epididymis dapat terjadi secara akut/kronis epididimis ianggap kronik jika >6mgg atau kambuh ETIOLOGI •
STIs (Gonorrhea & Chlamydia)
Mikroba tersering <35thn : Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoika Anak-anak & Orang tua: E. coli, Ureoplasma ureolitikum •
Other infections
•
Urine in the epididymis (chemical epididymitis)
•
Trauma. A groin injury can cause epididymitis.
•
Tuberculosis. Rarely
FAKTOR RESIKO •
Sex with a partner who has an STI
•
Sex without a condom
•
A history of STIs
38
Risk factors for nonsexually transmitted epididymitis include: •
History of prostate or urinary tract infections
•
History of medical procedures that affect the urinary tract, such as insertion of a urinary catheter or scope into the penis
•
An uncircumcised penis or an anatomical abnormality of the urinary tract
•
Prostate enlargement, which increases the risk of bladder infections and epididymitis
GEJALA KLINIS •
Nyeri mendadak pada daerah skrotum
•
Bengkak pada kauda hingga kaput epididimis
•
Mungkin disertai hidrokel sekunder
•
Nyeri dirasakan hingga pinggang
•
Jika dilakukan elevasi testis, nyeri akan berkurang
•
Demam
•
Malaise
TATALAKSANA FARMAKOLOGI •
Antibiotik tergantung agen infeksius
•
Jika penyebabnya Chlamidia trachomatis & Neisseria gonorhoika dapat memilih amoksisilin + probenesid, atau ceftriakson yang diberi secara IV doksisikklin atau eritromisin peroral selama 10 hari
•
Pemberian anastesi lokal/topikal
NON-FARMAKOLOGI •
Memakai celana ketat agar testis terangkat (mengurangi nyeri)
•
Mengurangi aktivitas
•
Dikompres dengan es untuk mengurangi pembengkakan
39
PATOGENESIS Berasal dari bakteri dalam buli-buli, prostat, atau urethra menjalar secara ascending ke epididimis Refluks urin melalui duktus ejakulatorius Penyebaran bakteri secara hematogen/langsung ke epididimitis (spt: penyebaran kuman TB) KOMPLIKASI Puss-filled infection (abscess) in the scrotum Epididymo-orchitis, if the condition spreads from your epididymis to your testicle Rarely, reduced fertility
CYSTITIS
DEFINISI Infeksi pada kandung kemih, biasanya disertai dengan keluhan nyeri pada daerah supra simfisis atau nyeri saat berkemih (dysuria) DIAGNOSIS
Polakisuri dan hersitensi
Air kemih berwarna lebih gelap kadang-kadang kemerahan saat serangan akut
Nyeri suprasimfisis
Mikroskopis : lekosit↑,eritrosit,dan bakteri
Kultur urin positif, sering dijumpai piuria atau gross hematuria.
40
PIELONEFRITIS
DEFINISI Inflammation of the kidney and renal pelvis, and its diagnosis is usually made clinically. EPIDEMIOLOGI Sekitar 1-2% wanita hamil, 2/3 kasus didahului bakteriuria asimptomatik. Stasis urin saat hamil (dilatasi ureter) berkaitan dg pielonefritis. Dari seluruh kasus PNA,9% terjadi trimester I,46% II, 45% III MANIFESTASI KLINIS
demam,menggigil,mual dan muntah,nyeri pada kostovertebra atau pinggang. 85% kasus suhu tubuh melebihi 38oC dan 12% suhu diatas 40o C
Sering disertai mual,muntah dan anoreksia
54% nyeri pinggang kanan, 27% kedua sisi, 16% kiri
Urin banyak lekosit dan eritrosit.kultur urin positif
Bila kultur negatif namun klinis nyata,mungkin karena antibiotika
41