UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASH CARD DI KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN KABUPATEN KULON PROGO
TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Septika Dwi Astuti NIM 16108244010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019
i
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASH CARD DI KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN KABUPATEN KULON PROGO Oleh: Septika Dwi Astuti NIM 16108244010
ABSTRAK
Kata kunci :
ii
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Septika Dwi Astuti
NIM
: 16108244010
Prgram Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Judul TAS
: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Media Flash Card di Kelas IV SD Negeri Gembongan Kabupaten Kulon Progo.
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbikan yang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti taya penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, 20 Februari 2019 Yang menyatakan,
Septika Dwi Astuti NIM 16108244010
iii
LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir Skripsi dengan Judul
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASH CARD DI KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN KABUPATEN KULON PROGO
Disusun oleh:
Septika Dwi Astuti NIM 16108244010
telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Akhir Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.
Yogyakarta, 20 Februari 2019 Mengetahui,
Disetujui,
Ketua Program Studi
Dosen Pembimbing
Drs. Suparlan, M.Pd.I
Dr. Anwar Senen, M.Pd
NIP 19632704 199203 1 001
NIP 19610129 198803 1 001
iv
LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASH CARD KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN KABUPATEN KULON PROGO Septika Dwi Astuti NIM 16108244010
Telah dipertahankan di depan Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
TIM PENGUJI
Nama/Jabatan
Tanda Tangan
Tanggal
……………………
……………………
Dr. Anwar Senen, M.Pd Ketua Penguji/Pembimbing
Yogyakarta, ……………………… Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M.Pd. NIP 1960902 198702 1 001
v
MOTTO
Sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain (Septika Dwi Astuti)
Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini? (K.H Asyim Ashari)
vi
PERSEMBAHAN Tugas akhir skripsi ini peneliti persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sunardi dan Ibu Wiyati, S.Pd 2. Kedua kakak tercinta, Elis Prasetyawati S.Pd dan Eko Sujatmoko S.Pd yang selalu memberikan semangat dalam mengerjaikan tugas akhir. 3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Agama, nusa dan bangsa Indonesia.
vii
KATA PENGATAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Media Flash Card di Kelas IV SD Negeri Gembongan Kabupaten Kulon Progo”. Tugas akhir skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, yaitu sebagai berikut: 1. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan semangat dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi. 2. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan persetujuan penyusunan Tugas Akhir Skripsi. 3.
Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri
Yogyakarta
yang
telah
memberikan
persetujuan
pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 4. Bapak/Ibu Kepala sekolah dasar se-Kecamatan Galur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolahnya masing-masing. 5. Bapak/Ibu guru sekolah dasar di SD Negeri Gembongan yang telah bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini. 6. Semua pihak yang telah membantu, memberikan doa dan masukan, dukungan, serta memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Demikian skripsi ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 20 Februari 2019 Penulis Septika Dwi Astuti
NIM 16108244010
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan (Suparlan (2008: 70). Istilah pendidikan ini semula berasal dari Bahasa Yunani yaitu pedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak (Yamin, 2007:75). Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Zaini, 2008:15) Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), baik manusia sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial yang membutuhkan individu lainnya. Pendidikan merupakan modal suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal karena pendidikan dapat menentukan maju mundurnya pelaksanaan pembangunan suatu bangsa dalam segala bidang. Terlebih dalam era globalisasi ini, persaingan yang sangat kuat dalam bidang IPTEK dan Sumber Daya Manusia (SDM), maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menghadapi persaingan yang tinggi dalam kehidupan global. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan merupakan faktor yang paling besar peranannya dalam
1
kelangsung hidup manusia dan perkembangan suatu bangsa, karena pendidikan sangat berperan dalam membetuk kepribadian dan pola pikir manusia. Dengan pendidikan tersebut kepribadian manusia akan dibina dan pola pikir manusia akan dikembangkan dan diarah menjadi lebih baik. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2007:70) pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara terus menerus. Jadi, pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia terutama bagi anakanak untuk dapat merubah tingkah lakunya, mengembangkan bakat dan minat, serta kepribadian yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang dewasa
seutuhnya.
Untuk
itu,
diperlukan
lembaga
yang
dapat
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah merupakan lembaga yang sengaja dibuat untuk menyelenggarakan pendidikan dan untuk membina anak_anak ke arah tujuan tersebut. Di Indonesia terdapat berbagai macam lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Dari lembaga pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Salah satu lembaga pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD). Sekolah
Dasar
(SD)
adalah
salah
satu
lembaga
yang
menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Dalam pendidikan terdapat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru agar siswanya dapat mengasah kemampuan berpikir, mengembangkan bakat dan minat, serta kepribadian yang dimilikinya. Belajar bukan hanya mengingat tetapi juga harus mengalami. Jadi, belajar harus melakukan sesuatu atau terdapat suatu proses didalamnya. Pembelajaran merupakan proses belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dalam pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Proses belajar mengajar melibatkan banyak faktor baik bahan atau materi, fasilitas maupun lingkungan. Selain itu, proses belajar mengajar
2
dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran. Agar tujuan pendidikan tercapai, maka perlu usaha guna meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya peningkatan kinerja dan profesionalitas guru terutama dalam menggunakan model pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di sekolah antara lain guru, siswa, lingkungan, sarana prasarana belajar, dan materi pelajaran. Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif sesuai kebutuhan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Praktik pendidikan saat ini, peran guru lebih dominan dalam pembelajaran padahal guru seharusnya hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Selain itu, banyak siswa yang belajar dengan cara menghafalkan bukan memahami materi pembelajaran, sehingga akan mempersulit siswa bila materi pembelajarannya banyak, yang akhirnya keberhasilan pembelajaran belum dapat tercapai. Hal tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran IPS di SD. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, 2009: 126). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Hidayati: 2008: 1.10). Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pelaksanaan pembelajaran IPS secara umum adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dan mempunyai
3
kemampuan berpikir serta dapat melanjutkan kebudayaan bangsa (Fenton dalam Petrus, 2010: 126). Tujuan pembelajaran IPS di SD agar siswa memiliki kemampuan dalam (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) berkemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006:575). Saat ini, guru dalam kegiatan pembelajaran IPS masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat tradisional sehingga pembelajaran kurang bervariatif dan cenderung pasif. Terlebih lagi saat ini siswa menganggap hanya dengan menghafal mereka dapat menguasai suatu konsep untuk mendapat hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Solihatin dan Raharjo, 2009:14). Oleh karena itu, pembelajaran IPS sangat penting diajarkan di SD sebagai bekal dan membentuk kepribadian siswa untuk kehidupan yang akan datang. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu model pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru dan menghasilkan hasil belajar yang diinginkan. Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakter siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan bentuk pembelajaran (individu dan kelompok). Penggunaan model pembelajaran yang menarik dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan sehingga materi yang disampaikan guru mudah dipahami siswa. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya dilakukan seperti sebuah permainan agar sesuai
4
dengan dunia siswa yaitu dunia bermain, sehingga siswa akan mudah memahami materi serta hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai secara optimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV di SD Negeri Gembongan pada pembelajaran tema Indahnya Keragaman di Negeriku dengan muatan IPS, Bahasa Indonesia, PPKn di kelas IV, menunjukkan tujuan muatan pembelajaran IPS belum tercapai optimal. Guru mengajar dengan model pembelajaran yang bersifat tradisional, yaitu lebih banyak menggunakan metode ceramah saja. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran dengan menjelaskan materi pelajaran di depan kelas menggunakan buku paket sebagai sumber utamanya. Sedangkan siswa duduk, mendengar, dan mencatat saja. Guru cukup bagus dalam menyampaikan materi pelajaran. Namun belum menerapkan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa serta kurang
tepat
dalam
penggunaan
mengakibatkan
siswa
pasif
dan
media kurang
pembelajaran bersemangat
sehingga mengikuti
pembelajaran. Guru sudah menerapkan diskusi kelompok tetapi belum dapat menumbuhkan kerja sama antar siswa. Guru juga sudah mencoba mengajak siswa aktif dalam pembelajaran dengan cara meminta pendapat, tanggapan atau pertanyaan mengenai suatu pokok tetapi hanya 8 siswa yang menanggapinya. Permasalahan tersebut mengakibatkan pencapaian hasil belajar pada evalusi muatan pembelajaran IPS KD 3.2 belum tercapai dengan baik. Sebanyak 32 siswa kelas IV, hanya 12 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (62), sedangkan 20 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih ada 62,5% siswa yang belum tuntas karena siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru, terkadang siswa yang sudah merasa bosan akan asyik bermain sendiri, berbicara dengan teman lainnya bahkan ada yang tertidur disaat pelajaran berlangsung. Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan model dan media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, kreativitas, dan perhatian
5
siswa. Salah satu model pembelajaran menarik dan meyenangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model make a match cocok diterapkan di SD sesuai dengan karakteristik siswa pada tahap operasional konkret sesuai teori Piaget, bahwa setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kogitif, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Model pembelajaran make a match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan ciri utama yakni siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan “jawaban” atau “pertanyaan” materi tertentu dalam pembelajaran (Shoimin, 2014:98). Kelebihan model make a match menurut Shoimin (2014: 99) antara lain yaitu kerja sama antar siswa dapat terwujud, siswa mencari pasangan kartu sambil belajar dalam suasana menyenangkan, munculnya dinamika gotong royong pada semua siswa, suasana kegembiraan akan tumbuh dalam pembelajaran. Peneliti memilih model metode make a match karena model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran make a match dapat menarik perhatian siswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai konsep materi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan model pembelajaran ini siswa akan berani dalam mengemukakan pendapatnya, siswa juga akan mudah mempelajari suatu konsep atau materi. Pemahaman siswa terhadap materi akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Mengacu kelebihan model tersebut, diperlukan media untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Pembelajaran IPS dengan model make a match lebih optimal jika didukung media flash card. Flash card menurut Arsyad (2011) adalah media pembelajaran berbentuk kartu ukuran 12 x 8 cm menyajikan gambar, angka, atau pesan pendek lainnya, dibuat menggunakan tangan, foto, atau memanfaatkan gambar berupa rangkaian pesan dengan keterangan pada bagian belakangnya. Kelebihan
6
media flash card menurut Indriana (2011:69) yaitu mudah dibawa kemanamana, praktis dalam membuat dan menggunakannya. Flash card juga mudah diingat karena flash card bergambar sehingga menarik perhatian, menyenangkan dan bisa digunakan dalam bentuk permainan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan keberhasilan model make a match dan media flash card, yaitu penelitian Annisa Eka Budi Utami tahun 2015 dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match dengan Media Slide-Suara di SDN Bendan Ngisor Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru siklus I dan siklus II memperoleh kategori baik dan siklus III memperoleh kategori sangat baik. Aktivitas siswa siklus I mendapat kategori cukup, siklus II mendapat kategori baik, dan siklus III mendapat kategori sangat baik. Hasil belajar pengetahuan siklus I dan siklus II memperoleh kategori cukup dan siklus III memperoleh kategori baik. Hasil belajar sikap spiritual siswa siklus I memperoleh predikat baik, siklus II memperoleh predikat sangat baik, siklus III memperoleh predikat sangat baik. Hasil belajar sikap sosial memperoleh predikat baik, siklus II memperoleh predikat baik, siklus III memperoleh predikat sangat baik. Hasil belajar siswa ranah keterampilan memperoleh predikat B-, sikus II memperoleh predikat B, siklus III memperoleh predikat B+. Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa di SD Negeri Gembongan khususnya kelas IV, terdapat masalah yang perlu dikaji yaitu model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS belum bervariasi sehingga motivasi belajar dan hasil belajar IPS rendah. Hal itu, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Make A Match dengan Media Flash card di Kelas IV SD N Gembongan Kabupaten Kulon Progo”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
dapat
diidentifikasikan permasalahan yang muncul, sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa rendah.
7
2. Siswa cenderung pasif dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran IPS. 3. Kurangnya variasi penggunaan model pembelajaran sehingga tidak menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran. 4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) karena pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah dan buku paket dijadikan sumber belajar yang utama. 5. Guru belum terlihat menggunakan media dan alat peraga yang mendukung pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat diketahui bahwa banyak sekali permasalahan yang dijumpai di SD Negeri Gembongan, sehingga tidak mungkin untuk mengungkapkan secara keseluruhan melalui satu penelitian. Dengan keterbatasan kemampuan dan waktu penelitian, maka penelitian ini akan dibatasi pada hasil belajar IPS di kelas IV menggunakan model Make A Match dengan media Flash card. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model Make A Match dengan media Flash card dalam proses pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Gembongan? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPS melalui model Make A Match dengan media Flash card pada siswa kelas IV SD Negeri Gembongan? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hasil belajar IPS dengan penerapan model Make A Match dengan media Flash card dalam meningkatkan hasil belajar
8
siswa kelas kelas IV SD Negeri Gembongan . 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui model Make A Match dengan media Flash card pada siswa kelas IV SD Negeri Gembongan. F. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan serta dapat memberikan informasi mengenai penggunaan model pembelajaran Make A Match dengan media Flash card sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar IPS. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi Siswa 1) Mempermudah
dalam
belajar
IPS
dengan
model
pembelajaran Make A Match dengan media Flash card 2) Membantu
siswa
dalam
memahami
materi
pembelajaran IPS 3) Membantu siswa untuk menumbuhkan semangat belajar karena model pembelajaran yang digunakan bervariasi. b.
Bagi Guru 1. Menambah pengetahuan bagi guru agar lebih bervariasi ketika menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat memudahkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. 2. Membantu guru agar mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang bervariasi melalui model Make A Match dengan media Flash card sebagai salah satu cara
9
meningkatkan hasil belajar siswa di pembelajaran belajar IPS. c.
Bagi Sekolah 1) Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. 2) Sebagai bahan rujukan atau kajian bagi sekolah untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
d.
Bagi Peneliti 1) Memberi pengalaman bagi peneliti untuk mempersiapkan diri agar menjadi guru yang dapat mengelola kelas dan menjadi guru yang professional. 2) Digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Make A Match
dengan
media
Flash
card
dalam
kegiatan
pembelajaran.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar merupakan sebuah proses terus menerus yang tidak terbatas. Istilah belajar tentu sudah tidak asing pada kehidupan sehari-hari manusia. Kegiatan belajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Belajar juga tidak terbatas dengan materi yang dipelajari. Manusia dapat belajar apa saja dan dari siapa saja. Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, manusia pasti menghadapi berbagai persoalan atau permasalahan dan belajar adalah proses yang dijalani manusia untuk menyelesaikan hal tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2011: 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan yang dinyatakan Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 13) adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tentang pengertian belajar, dapat dirangkum bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan sekolah, rumah, dan keluarga sendiri.
2. Pembelajaran Pembelajaran dapat berarti kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi siswa, pendidik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengertian pembelajaran sesuai pendapat Suprijono (2012:13), sebagai proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik dilakukan secara verbal (lisan), dan nonverbal, seperti penggunaan media dalam pembelajaran. Aqib (2014:66) memperjelas, pembelajaran dilakukan secara sistematis, secara efektif dan efisien dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
11
Merujuk pendapat beberapa ahli, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar secara verbal atau nonverbal, dilakukan secara sistematis meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi agar terjadi proses belajar efektif serta berkualitas. 3. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial tecantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI yang diberikan secara terpadu. IPS membekali siswa SD konsep ilmu sosial dan gejala sosial di masyarakat untuk diterapkan di masyarakat. Berkaitan dengan pengertian IPS, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya, salah satunya Mulyono (dalam Taneo, 2010: 1.8), menjelaskan IPS merupakan integrasi berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Saidiharjo (dalam Taneo, 2010: 1.8) mendukung pendapat Mulyono, bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik mempunyai ciri-ciri sama dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sardjiyo, dkk (2012:1.26) menambahkan IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Pendapat ahli diperkuat oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB, mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS jenjang SD/MI memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Peserta didik diarahkan menjadi warga Negara Indonesia demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia cinta damai, serta dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
12
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat dinamis. Berdasarkan pendapat ahli, disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi hasil perpaduan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang mengkaji seperangkat fakta, konsep, dan generalisasi serta menganalisis dan menelaah gejala serta masalah sosial di masyarakat yang membekali siswa menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab, cinta damai, serta mampu menghadapi tantangan kehidupan masyarakat global di masa mendatang. 4. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Sardjiyo,dkk (2012:1.28) menyatakan tujuan pendidikan IPS di SD secara keseluruhan sebagai berikut: (1) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat;
(2)
membekali
anak
didik
dengan
kemampian
mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat; (3) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian; (4) membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup. Tujuan mempelajari IPS di SD adalah agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal dan memberikan pengetahuan berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, sehingga memiliki
kemampuan
berkomunikasi
serta
berkompetisi
dalam
masyarakat majemuk di tingkat nasional maupun di tingkat global. 5. Strategi Pembelajaran 6. Model Pembelajaran Model yaitu cara untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diterapkan sesuai langkah-langkah atau sintaks sedangkan pemilihan model disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Model pembelajaran menurut Joyce (dalam Hamruni, 2012: 5) adalah suatu pola
13
sebagai pedoman merencanakan pembelajaran di kelas. Sementara menurut Arrends (dalam Trianto, 2011: 5) istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Soekamto (dalam Hamruni, 2012 :5) menambahkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual
berisi
prosedur
sistematis
dalam
mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 7) model pembelajaran membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. Mengacu pendapat beberapa ahli, dijelaskan model pembelajaran adalah sebuah rancangan pola pembelajaran di kelas yang menjadi pedoman pendidik untuk mengembangkan aktivitas pembelajaran, disusun secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, dan bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir serta memperoleh pemahaman mendalam tentang materi pelajaran. 7. Model Make a Match Model make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Siswa mencari pasangan kartu berisi pertanyaan dan jawabannya (Aqib, 2014: 23). Hal- hal yang dipersiapkan dalam model make a match menurut (Suprijono, 2012: 94) adalah kartu pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Menurut Shoimin (2014: 98) model make a match memiliki hubungan erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Isjoni (dalam Shoimin, 2014: 98) berpendapat bahwa pelaksanaan model make a match didukung keaktifan siswa bergerak mencari pasangan kartu sesuai jawaban atau pertanyaan. Keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam suasana menyenangkan, yang didukung oleh keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan kartu, sehingga mempunyai pengalaman belajar bermakna, dapat digunakan untuk semua mata pelajaran pada setiap tingkatan usia.
14
Adapun langkah-langkah Make a match, menurut Huda (2013:251) sebagai berikut: a. Menginformasikan kegiatan pembelajaran b.
Membagi kelas menjadi 2 kelompok, kelompok a dan kelompok b
c. Membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok a dan kartu jawaban kepada kelompok b d. Pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban e. Pasangan yang terbentuk berkumpul sesuai dengan pasangannya f. Presentasi pasangan kartu, siswa yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak g. Konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang presentasi Kelebihan model make a match menurut shoimin (2014:99) yaitu: a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam pembelajaran b. Kerja sama antar siswa terwujud dengan dinamis c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata pada semua siswa Berdasarkan penjelasan, model make a match merupakan model dengan menggunakan kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban, merupakan model pembelajaran menyenangkan, karena siswa dituntut bergerak aktif mencari pasangan kartu, sehingga mempunyai beberapa kelebihan. 8. Media Pembelajaran Media penyampaian
pembelajaran materi
merupakan
kepada
peserta
alat didik.
yang
memudahkan
Pemilihan
media
memperhatikan beberapa kriteria, diantaranya ekonomis, praktis, dekat dengan lingkungan siswa, fleksibel, sesuai dengan tujuan, serta dapat membangkitkan motivasi siswa. Criticos, 1996 (dalam Daryanto, 2010:4) menyebutkan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Briggs (dalam Indriana, 2011: 14) menyatakan media pembelajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk
15
buku, film, rekaman video, dsb. Sementara Gagne (dalam Indriana, 2011: 14) mengungkapkan media merupakan wujud adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Arsyad (2011:9) berpendapat bahwa media pembelajaran membantu proses belajar mengajar, berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pendapat ahli , disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyalurkan pesan dan menyampaikan materi pelajaran berupa buku, film, gambar, rekaman video, dan lingkungan belajar siswa dengan tujuan memberikan stimulus kepada siswa terhadap materi pelajaran. 9. Media Flash Card Arsyad (2011:119) menjelaskan flash card merupakan media berupa kartu kecil berisi gambar, teks, atau tanda yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut. Indriana (2011: 68) menjelaskan flash card adalah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar seukuran postcard sekitar 25 x 30 cm. Gambar tersebut adalah gambaran tangan atau gambar yang sudah ada berupa rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya. Kelebihan media flash card menurut Indriana (2011: 69) adalah : a. Mudah dibawa kemana- mana karena ukurannya seukuran postcard b. Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapanpun peserta didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini. c. Gampang diingat karena flash card bergambar menarik perhatian, sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat pesan dalam flash card. d. Media ini juga menyenangkan, bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan. Langkah- langkah persiapan sebelum menggunakan media flash card menurut (Indriana, 2011:139) antara lain, (1) guru harus menguasai materi pembelajaran dan memiliki keterampilan dalam menggunakan flash 16
card; (2) mempersiapkan flash card sesuai dengan jumlah siswa serta urutannya; (3) persiapan tempat, disesuaikan dengan kondisi dan posisi siswa yang akan menyimaknya; (4) mengkondisikan siswa untuk menunjang proses pembelajaran menggunakan media. Flash card adalah media berupa kartu berisi rangkaian pesan dan mempunyai ukuran tertentu disesuaikan dengan jumlah dan kondisi siswa. Flash card terdiri dari 2 bagian yakni bagian depan dan bagian belakang. Flash card berbentuk kartu bergambar pada bagian depan dan dilengkapi dengan keterangan pada bagian belakang flash card. Kelebihannya antara lain, mudah dibawa kemana- mana, praktis, gampang diingat, menarik perhatian, serta menyenangkan. Sebelum menggunakan media flash card, diperlukan beberapa persiapan agar dalam penggunaan media flash card dapat berjalan optimal, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. 10. Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Make a Match dengan Media Flash Card. a. Teori Konstruktvisme Trianto (2011:13) menyebutkan teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila tidak lagi sesuai. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Teori ini berkembang dari kerja piaget, Vygotsky, dan teori Bruner. b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Teori perkembangan Piaget (dalam Trianto, 2011:14) memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kogitif, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional kongkrit, operasional formal (Trianto, 2011 14-5)
17
1. Implementasi Pembelajaran IPS Melalui Model Make A Match dengan Media Flash card B. Kajian Empiris C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan
18
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu; Uhbiyati Nur. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajawali Pers. BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: BP Cipta Jaya Hidayati dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Dirjendikti Depdiknas. Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta : Diva Press Utami, Annisa Eka Budi. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match dengan Media Slide-Suara di SDN Bendan Ngisor Kota Semarang. Jurnal Universitas Negeri Semarang. 1(2):01-13 Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras. Petrus,dkk. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Sardjiyo dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Shoimin,Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suparlan, dkk. 2008. Pakem, Pemelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Bandung: PT Ganesindo. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Zaini, Hisyam dkk.
(2008).
Strategi
Pembelajaran Aktif. : Pustaka Insan
Madani. Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zaenal. 2014. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Taneo, Silvester Petrus dkk. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
19
Sardjiyo, dkk. 2012. Pendidikan IPS di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Hamruni. 2012. Strategi Dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya. Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka. Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta : Permata Puri Media. Shoimin,Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Huda, Miftakhul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajawali Pers. Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa. Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta : Diva Press.
20