Untitled.pdf

  • Uploaded by: amira
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Untitled.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 5,507
  • Pages: 34
NEKTON MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

Dosen pengampu : Nursia, S.Pd.,M.Si

Disusun Oleh : Mega Novita

: 15.601030.013

Nur Amira Haris

: 15.601030.041

Jusmiati

: 15.601030.067

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2017

MAKALAH BIOLOGI LAUT Nekton \ Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Laut yang Diampu oleh Ibu Nursia, S.Pd.,M.Si

Disusun Oleh : Mega Novita Nur Amira Haris Jusmiati

15.601030.013 15.601030.041 15.601030.067

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2017

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dari-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Laut. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Nursia, S.Pd.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Biologi Laut, karena telah memberikan tugas ini serta memberikan bimbingan kepada kami dalam menyusun tugas ini. Tugas ini memberikan banyak manfaat kepada kami sekaligus memberikan pengetahuan mengenai salah satu organisme perairan yakni organisme nektonik. Selaku penyusun kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada yang membacanya. Kami telah berusaha dengan keras dan teliti dalam menyusun makalah ini, namun jika terdapat kesalahan di dalamnya kami dengan terbuka meminta kritikan dan saran dari dosen, maupun dari teman-teman sekalian. Sekian yang dapat kami sampaikan, terima kasih.

Tarakan, 13 Oktober 2017 Hormat Kami

Kelompok 3

ii

DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................................ ii Daftar Isi ................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................1 C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2 D. Manfaat ........................................................................................................2 BAB II ISI A. Definisi Nekton .............................................................................................3 B. Klasifikasi Nekton .........................................................................................4 C. Adaptasi Nekton ...........................................................................................9 D. Migrasi Nekton ...........................................................................................22 E. Konservasi Organisme Nektonik ................................................................26 F. Peranan Organisme Nektonik dalam Kehidupan .......................................28 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................29 B. Saran............................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

iii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Organisme perairan meliputi segala makhluk hidup diperairan baik tumbuhan laut maupun hewan laut. Hewan laut sendiri merupakan organisme

yang

mendominasi

perairan.

Organisme

perairan

dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar meliputi plankton, bentos dan nekton. Plankton merupakan organisme berukuran mikroskopis dengan kemampuannya mengapung dan melayang diperairan. Bentos merupakan organisme perairan dengan ciri utama yaitu hidup didasar perairan. Sedangkan kelompok lainnya, yakni nekton, merupakan organisme perairan yang akan kami bahas dalam makalah ini. Hewan-hewan perenang di laut sudah lama menjadi perhatian manusia karena nilai ekonominya yang besar dan menjadi sumber makanan. Kelompok ini kurang beraneka-ragam dibandingkan dengan dua kelompok lain, yakni plankton dan benthos. Hewan ini dikategorikan kedalam kelompok nekton. Nekton ialah organisme air yang mampu bergerak bebas melawan pergerakan arus air. Nekton mencakup hewan invertebrata yakni filum arthropoda dan filum moluska, dan hewan vertebrata meliputi superkelas pisces, amfibi, reptil, aves dan mamalia.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini ialah : 1. Apa yang dimaksud dengan nekton ? 2. Apa saja makhluk hidup yang digolongkan kedalam kelompok nekton ? 3. Bagaiaman nekton beradaptasi terhadap lingkungannya ? 4. Bagaimana proses migrasi pada organisme nektonik ? 5. Bagaimana proses suksesi pada organisme nektonik ?

1

6. Bagaimana proses konservasi organisme nektonik berlangsung ? 7. Bagaimana peranan nekton bagi kehidupan ?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya : 1. Untuk mengetahui dan memahami definisi nekton. 2. Untuk mengetahui klasifikasi/penggolongan nekton. 3. Untuk mengetahun adaptasi pada hewan nektonik. 4. Untuk mengetahui proses migrasi pada organisme nektonik. 5. Untuk mengetahui proses suksesi pada organisme nektonik. 6. Untuk mengetahui proses konservasi organisme nektonik. 7. Untuk mengetahui peranan nekton bagi kehidupan.

D. Manfaat Makalah ini ditulis dengan harapan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai organisme nektonik, dan adaptasi, migrasi serta suksesi pada hewan nektonik. Selain itu makalah ini juga ditulis dengan harapan agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan literatur dalam pembelajaran mata kuliah biologi laut.

2

BAB II Pembahasan

A. Definisi Nekton Kata “nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang berasal dari kata Yunani (Greek) yang artinya berenang. Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di perairan tawar maupun laut yang memiliki kemampuan berenang melawan arus air. Berbeda dengan Plankton, nekton mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Nekton merupakan hewan vetebrata diantaranya ikan yang merupakan jumlah yang paling banyak, baik dalam spesies maupun individu. Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari yang meliputi ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular, hewan menyusui, sotong dan cumi-cumi yang termasuk molluska. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Nekton memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Bergerak dengan cepat (capability of fast motion). 2. Mempunyai panjang dari beberapa sentimeter sampai 30 meter. 3. Hidup didaerah epipelagik, neritik (kedalaman 0-200 meter), dan daerah batial (kedalaman 200-2000 meter). 4. Memiliki masa hidup lebih lama dari pada plankton. 5. Organisme konsumer didaerah pelagik (herbivora dan karnivora). Umumnya memakan plankton. 6. Hampir semua organisme nektonik merupakan bertebrata.

3

B. Klasifikasi Nekton Nekton memiliki keanekaragam yang lebih sedikit dibandingkan plankton dan bentos. Nekton meliputi kelompok berikut ini : 1. Berdasarkan distribusi vertikal a. Epipelagik Epipelagik merupakan zona pelagik dengan kedalaman 0-100 meter dibawah permukaan laut (Nybakken, 1982); atau pada kedalaman 0200 meter dari permukaan laut (menurut sumber lainnya). Zona ini disebut juga dengan zona fotik yaitu kawasan perairan laut yang masih terkena cahaya. b. Mesopelagik Mesopelagik merupakan kawasan teratas dari zona afotik dengan kedalaman 100-700 meter dari permukaan laut (Nybakken, 1982); sumber lain mengatakan bahwa zona mesopelagik terletak pada kedalaman antara 200-1000 meter dari permukaan laut. Zona afotik sendiri merupakan kawasan perairan laut yang sudah tidak lagi ditembus cahaya.

Gambar 1 : Malacosteus niger (Sumber Gambar : http://www.google.com)

c. Batipelagis Batipelagis merupakan zona perairan dengan kedalaman 700-1000 meter dari permukaan laut (Nybakken, 1982); sumber lain mengatakan bahwa zona batipelagis terletak pada kedalaman antara 1000-2000 meter dari permukaan laut. 2. Berdasarkan daur hidupnya Menurut Nybakken (1982), berdasarkan daur hidupnya nekton diklasifikasikan kedalam dua kelompok sebagai berikut :

4

a. Golongan Holoepipelagik Holoepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. Kelompok ikan ini mencakup ikanikan hiu tertentu (cucut, martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain. Ikan-ikan ini biasanya menghasilkan telur yang mengapung dan larva epipelagik. Jumlahnya sangat berlimpah dipermukaan perairan tropik dan subtropik. b. Golongan Meroepilagik Meroepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di daerah epipelagik. Meropelagik dapat dibagi lagi berdasarkan pola hidup masing-masing organisme, diantaranya : 1) Kelompok organisme yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di daerah epipelagik, kelompok ini beragam dan mencakup ikan yang menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah di daerah pantai (misalnya dolpin) atau di daerah perairan tawar (misalnya salmon). 2) Kelompok organisme yang hanya memasuki daerah epipelagik pada waktu-waktu tertentu, seperti ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan. 3) Kelompok organisme yang menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik, tetapi masa dewasanya di daerah lain. 3. Berdasarkan keberadaan tulang belakang a. Avertebrata 1) Arthropoda Tidak semua organisme arthropoda termasuk nekton. Anggota filum arthropoda yang termasuk nekton hanya kelas crustacea jenis udang dan kepiting.

5

Gambar 2 : Kepiting (Sumber Gambar : http://www.google.com)

2) Molluska Sama halnya dengan arthropoda, tidak anggota filum molluska termasuk nekton. Molluska yang termasuk nekton hanya pada kelas chepalopoda spesies cumi-cumi, gurita, nautilus, dan sephia.

(a)

(b)

Gambar 3 : (a) Gurita, dan (b) Nautilus (Sumber Gambar : http://www.google.com)

b. Vertebrata 1) Pisces a. Kelas Agnatha Kelas ini tidak memiliki rahang dan bentuk tubuhnya memanjang menyerupai belut atau ular. Kelas Agnatha di kelompokkan menjadi dua, yakni : 1) Lamprey, hidup di air laut dan tawar, merupakan parasit dengan menempel dan melubangi tubuh ikan lainnya (inangnya) hingga inangnya mati; 2) Hagfish, bersifat hermaprodit, hanya ditemukan dilaut dengan kedalaman 100 m, bersifat scavanger (pemakan bangkai ikan lainnya), memproduksi lendir diseluruh tubuhnya sehingga sulit dipegang.

6

(a)

(b)

Gambar 4 : (a) Lamprey dan (b) Hagfish (Sumber Gambar : http://www.google.com)

b. Kelas Chondrichtyes Rangka tubuh tersusun oleh tulang rawan (cartilago), tidak memiliki gelembung renang, mulut terletak pada bagian bawah tubuhnya sehingga mereka tidak dapat melihat mangsa yang dilahapnya, tipe sisik plakoid. Contoh spesies pada kelas ini ialah ikan hiu dan pari.

(a)

(b)

Gambar 5 : (a) Hiu (Carcharodon carcharias) dan (b) Pari (Dasyatis sp) (Sumber Gambar : http://www.google.com)

c. Kelas Osteichtyes Rangka tubuhnya tersusun atas tulang keras (teleost), bentuk tubuhnya bervariasi, umumnya memiliki gelembung renang sebagai mekanisme utama mempertahankan daya apungnya. Contoh spesies pada kelas ini ialah ikan nila (Oreochromis niloticus).

7

Gambar 6 : Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Sumber Gambar : http://www.google.com)

2) Reptil Reptil nektonik terdiri dari penyu dan ular laut.

Gambar 7 : Penyu Laut (Sumber Gambar : http://www.google.com)

3) Aves Satu-satunya aves yang digolongkan sebagai hewan nektonik ialah pinguin. Pinguin digolongkan sebagai hewan nektonik karena tidak memiliki kemampuan untuk terbang dan hanya menghabiskan waktunya di perairan yakni di kutub (Nybakken, 1982).

Gambar 8 : Penguin (Sumber Gambar : http://www.google.com)

8

4) Mamalia Mamalia yang termasuk nekton meliputi ordo berikut : a. Ordo Cetacea

Gambar 9 : Paus (Sumber Gambar : http://www.google.com)

b. Ordo Pinnipedia

Gambar 10 : Walrus (Sumber Gambar : http://www.google.com)

c. Ordo Sirenia

Gambar 11 : Dugong Dugon (Sumber Gambar : http://www.google.com)

C. Adaptasi Nekton Menurut Nybakken (1982), adaptasi yang paling jelas pada hewan nektonik adalah kemampuan melayang dan bergerak dengan kecepatan

9

tinggi dalam air. Tetapi ada banyak cara yang di lakukan nekton dalam ber adaptasi dengan lingkungannya, di antaranya : 1.

Daya apung Daya apung merupakan hal yang utama diperlukan untuk hidup di epipelagik. Kebanyakan hewan nektonik mempunyai kerapatan yang hampir sama dengan air laut. Kebanyakan ikan mempunyai gas atau gelembung renang dalam tubuhnya. Struktur yang mengisi sekitar 510% dari volume tubuhnya ini berfungsi mengimbangi daging yang lebih padat sehingga menyebabkan daya apung menjadi netral. Kebanyakan ikan dapat mengatur jumlah gas dalam gelembung renangnya dan mengubah tingkat apungnya. Ada dua macam gelembung gas, yaitu : a.

Physostomi, di mana ada saluran terbuka antara gelembung gas dan esofagus. Ikan-ikan fisostoma memasukkan dan mengeluarkan gas dari gelembung melalui saluran dengan cara mengisap udara dari permukaan. Pengisian gelembung gas biasanya melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile. Rete mirabile adalah sekumpulan pembuluh-pembuluh darah kecil yang bercabang dari pembuluh darah besar.

Gambar 12 : Physostomi (Sumber : http://www.google.com)

b.

Physoclisti, tidak terdapat saluran. Ikan-ikan fisoklis juga mensekresi gas ke dalam gelembung renang melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile, tetapi untuk membuang gas harus melalui organ khusus yang dapat mengabsorpsi gas yang dinamakan oval.

10

Gambar 13 : Physoclisti (Sumber : http://www.google.com)

Mekanisme lain untuk mencapai daya apung netral adalah dengan mengganti ion kimia berat dengan cairan tubuh dengan yang lebih ringan. Hal ini kita dapatkan juga pada plankton. Satu-satunya hewan nektonik yang mengalami hal ini adalah cumi-cumi. Cumi-cumi cenderung mempunyai rongga tubuh di mana ion satrium yang berat digantikan dengan ammonium yang lebih ringan. Akibatnya, kerapatan cairan tubuh akan lebih kecil daripada kerapatan air laut pada volume yang sama. Rongga yang besar dan berisi air memberikan bentuk bulatgemuk bagi hewan dan akan mengurangi rongga mantel, sehingga jelas mengurangi kemampuan bergerak cepat. Mekanisme lain untuk meningkatkan daya apung adalah dengan menyimpan lipid (lemak atau minyak ) di dalam tubuh. Kerapatan lipid lebih kecil daripada kerapatan air laut sehingga dapat turut mengatur daya apung. Jumlah lipid yang besar banyak terdapat dalam ikan nektonik, terutama yang tidak mempunyai gelembung renang, seperti ikan hiu, makerel (Scomber), ikan biru (Pomatomus), dan bonito (Sarda). Sehingga lipid berperan sebagai pengganti fungsi dari gelembung renang. Lipida dapat disimpan di berbagai anggota tubuh seperti otot, organ internal, rongga tubuh atau terpusat pada satu organ. Contohnya pada ikan hiu pelagik, lipida terkumpul pada hati yang ukurannya bertambah besar. Banyak spesies ikan hiu, pembentuksn lemak dalam hati merupakan proses dalam perkembangannya. Jadi, beberapa ikan hiu muda yang pada awalnya tidak mempunyai daya apung, lambat laun dalam pertumbuhannya mempunyai daya apung

11

netral atau positif, sementara lemak menumpuk di hatinya. Selain untuk menjaga daya apung lemak juga di gunakan sebagai isolasi untuk mencegah kehilangan panas.

Gambar 14 : Daya Apung pada Nekton (Sumber : Nybakken, 1982)

2.

Daya Penggerak Jenis adaptasi kedua pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan pergerakan hewan di dalam air. Adaptasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu : a.

Yang diperlukan untuk menciptakan daya pendorong Daya yang diperlukan untuk mendorong hewan nektonik melalui air yang rapat, dihasilkan oleh beberapa bagian dari tubuhnya. Cara yang paling umum untuk menghasilkan pergerakan maju adalah dengan melakukan gerakan mengombak dari tubuh atau sirip. Sebenarnya semua ikan nektonik menunjukkan tipe pergerakan ini. Pada mekanisme mengombak, hewan bergerak maju dengan menganyunkan bagian posterior tubuh dan sirip dari sisi ke sisi. Cara ini akan melemparkan tubuh ke dalam suatu rangkaian belokan-belokan pendek berawal dari kepala bergerak turun ke ujung tubuh. Pergerakan dari sisi ke sisi ini diakibatkan oleh kontraksi otot-otot tubuh yang bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain. Jika daya yang timbul dari pergerakan dalam air seperti ini kita analisis, akan dijumpai bahwa komponen bagian depan adalah yang terkuat sehingga hewan bergerak ke arah itu. Serangkaian

12

pergerakan yang serupa digunakan oleh paus, tetapi pergerakan fleksural-nya dari atas ke bawah dan bukan dari sisi ke sisi. Hasilnya serupa pergerakan maju yang sama. Pergerakan mengombak yang dilakukan oleh ekor berbentuk pipih yang terletak secara lateral. Semakin pendek dan bulat bentuk tubuh ikan, semakin kecil kelenturan otot-otot tubuhnya. Akibatnya gelombang mendorong kurang nyata, tertahan ke bagian posterior tubuh dan maju dengan cepat di sepanjang tubuh. Kecepatan ikan bergantung pada kecepatan di mana gelombang kontraksi otot merambat sepanjang tubuh, dan juga bergantung pada aspek-aspek lain dari bentuk tubuh. Secara umum, ikan yang pendek dan bulat lebih cepat daripada ikan-ikan yang panjang pipih. Jenis lain tenaga pendorong atau penggerak adalah dengan melakukan pergerakan mengombak pada sirip. Pada model pergerakan seperti ini tubuh tetap diam dan sirip melakukan pergerakan maju. Bentuk pergerakan ini lebih lambat daripada yang terdahulu. Contoh tipe ini dijumpai pada ikan pari seperti pari manta (Manta hamiltoni), cumi-cumi tertentu (Todarodes), dan ikan matahari bahari (Mola-mola). Namun pada kebanyakan ikan, sirip lateral digunakan untuk bergerak atau mengangkat, seperti pada ikan hiu dengan ekor heteroserkal. Jenis tenaga pendorong yang terakhir adalah “daya dorong pancar” dengan menggunakan air. Bentuk dorongan ini dikuasai oleh cumi-cumi bahari. Mereka mampu menghasilkan gerakan yang sangat cepat.

13

Gambar 15 : Daya Dorong (Sumber : http://www.google.com)

b.

Yang mengurangi hambatan yang di alami oleh tubuh ketika bergerak dalam air Ada beberapa hambatan atau tahanan terhadap pergerakan yang perlu diperhatikan, yaitu : a.

Hambatan

friksional

sebanding

dengan

luas

daerah

permukaan yang bersentuhan dengan air. Hambatan friksional terkecil dihasilkan oleh benda berbentuk bola yang bentuk geometriknya mempunyai daerah permukaan minimum untuk suatu volume tertentu. b.

Jika suatu objek nektonik bergerak dalam air, suatu macam hambatan terhadap pergerakan merupakan masalah penting. Hambatan ini adalah hambatan bentuk, dimana hambatan sebanding dengan luas melintang objek yang bersentuhan dengan air. Dalam kasus ini, objek berbentuk bulat mempunyai daerah melintang yang sangat luas sehingga bentuk ini tidak sesuai dengan hewan-hewan nektonik. Untuk meminimkan hambatan bentuk, bentuk harus relatif panjang dan tipis, seperti silinder atau kawat yang tipis.

c.

Turbulensi, terjadi ketika lapisan aliran yang halus dari suatu cairan pada permukaan tubuh terganggu dan terlempar sebagai pusaran, yang akibatnya menambah hambatan. Hambatan semacam ini berkurang pada tubuh yang bentuknya seperti

14

tetesan air, agak tumpul di depan dan mengecil sampai di titik di bagian belakang. Bentuk ini juga terbaik untuk meminimumkan hambatan friksional dan juga hambatan bentuk. Oleh karena itu hewan nektonik perenang cepat banyak dijumpai mempunyai bentuk tubuh seperti ini.

Gambar 16 (Sumber Gambar : Nybakken, 1982)

3.

Pertahanan diri dan penyamaran Mekanisme pertahanan diri yang paling sering ialah : a.

Burst Speed, keadaan di mana ikan mampu berenang secara cepat dengan tiba-tiba untuk dapat masuk ke daerah perlindungan. Contohnya : ikan gabus.

b.

Schooling, yaitu ikan berenang secara berkelompok dalam jumlah individu yang besar. Contohnya ikan sardine.

Gambar 17 : Schooling (Sumber Gambar : http://www.google.com)

c.

Tubuh yang transparan 1) Warna yang tidak jelas atau menyatu dengan lingkungannya 15

Pada bagian atas perairan yang terang, warna yang spektral dominan adalah biru dan hijau. Jika dilihat dari permukaan akan tampak kehijauan atau kebiruan. Sehingga kebanyakan hewan nektonik berwarna biru atau hijau tua pada bagian permukaan punggungnya dan predator potensial akan sulit menglihatnya dari atas pada latar belakang yang umumnya kehijauan atau kebiruan. Pada waktu yang bersamaan, jika dilihat dari bawah air tampak berwarna putih atau lebih cerah. Organisme yang gelap jika berenang di daerah ini akan terlihat mencolok dari bawah, meskipun ada lunas untuk menghilangkan banyangan. Tetapi hewan ini akan cenderung tidak tampak bila bagian perutnya berwarna putih atau perak untuk memaksimumkan pemantulan cahaya atau membaur dengan cahaya yang menembus ke bawah. Oleh karena itu, hewan nekton mempunyai dua warna, hijau tua atau biru tua di bagian atas dan putih atau perak di bagian bawah (Nybakken, 1982).

Gambar 18 : Mekanisme penyamaran (Sumber Gambar : http://www.google.com)

2) Perubahan (penyamaran) bentuk tubuh, yaitu dimana nekton akan mengejutkan predator atau menyamar menjadi mangsa yang tidak di sukai predator. Contohnya gurita

16

Gambar 19 : Penyamaran Bentuk Tubuh (Sumber Gambar : http://www.google.com)

4.

Indria (Sensory) Indria pada nekton tidak berbeda dengan yang dimiliki vertebrata lain pada habitat yang berbeda. Gurat sisi yang terdapat pada nekton merupakan sederetan pembuluh kecil, yang terbuka terhadap air yang mengandung lubang-lubang saraf yang peka terhadap perubahan tekanan dalam air. Kebanyakan informasi yang diterima oleh indria nekton melalui penglihatan atau pendengaran. Maat cenderung berkembang baik dan kompleks, tetapi ukurannya bergantung pada ukuran tubuh, jadi sangat bervariasi. Mata biasanya terletak di samping kepala sehingga lapangan pandang dari setiap mata tidak bertemu, tetapi meliputi daerah yang luas pada setiap sisi. Sehingga nekton tidak dapat memandang secara meneropong, kecuali Pinipeda.

Gambar 20 : Indria pada Nekton (Sumber Gambar : http://www.google.com)

17

5.

Ekolokasi (Penentuan jarak dengan gema) Peranan suara penting bagi mamalia nekton karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara dan mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas daripada penglihatan. Akibatnya, banyak hewan nektonik yang mempunyai struktur penerima suara yang berkembang baik. Alat penerima dan penghasil suara setasea yang digunakan untuk ekolokasi sudah sangat berkembang, sama seperti jika kita menggunakan sonar untuk menduga kedalaman. Pada sonar, gelombang suara dikeluarkan dari sumber ke arah tertentu. Gelombang suara ini bergerak lancar dalam air sampai membentur benda padat. Jika membentur benda, maka gelombang itu akan terpantul dan kembali ke sumbernya. Suara

dengan

frekuensi

rendah

digunakan

hewan

yang

berekolokasi untuk menempatkan dirinya dalam badan air sesuai dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Namun, suara dengan frekuensi rendah tidak memberikan informasi mengenai bentuk benda itu. Untuk mendapatkan informasi ini, diperlukan suara dengan frekuensi lebih tinggi yang memantul dari benda dan memberikan perincian lebih lanjut. Oleh karena itu, kebanyakan hewan nekton yang mempunyai kemampuan ekolokasi yang berkembang baik juga mempunyai kemampuan mengubah frekuensi suara yang dihasilkan. Menurut Kellog (1958) dalam Nybakken (1982), bahwa lumba-lumba mampu membedakan dua spesies ikan dengan ukuran dan bentuk yang hampir serupa. Dalam Norris, et al. (1961) dalam Nybakken (1982) bahwa lumba-lumba dapat membedakan benda yang hampir sama hanya berbeda ketebalannya.

18

6.

Reproduksi dan Daur Hidup

Gambar 21 : Daur Hidup Nekton (Sumber : http://www.google.com)

Ikan-ikan yang bertulang keras holonektonik seperti tuna dan marlin memijahkan telur yang terapung dan mengalami perkembangan di perairan laut terbuka. Beberapa bahkan mempunyai struktur seperti benang yang berasosiasi dengannya sehingga dapat menempel pada berbagai potongan-potongan tumbuhan yang terapung. Karena telur yang terapung itu bersifat planktonik, maka banyak sekali yang hilang akibat pemangsaan. Akibatnya, ikan-ikan menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak untuk mengimbangi jumlah yang hilang. Ikan tuna mencapai berat 2 -6 kg/tahun dan panjangnya 20-40 cm. Bila di hubungkan dengan pertumbuhannya yang cepat, hampir semua ikan nektonik berumur pendek, seperti tuna hidupnya sekitar 5-10 tahun. Burung-burung laut dan penyu mempunyai ciri-ciri reproduktifnya seperti familinya yang ada di darat. Burung-burung laut berkumpul dalam kelompok-kelompok yang besar jika membuat sarang di pulaupulau atau di celah-celah baru, sehingga tidak dapat dicapai predator darat. Akan tetapi, keadaan ini juga membuat burung-burung itu mudah diserang oleh manusia atau pencemaran sehingga sebagian besar dari populasi spesies yang ada di suatu daerah yang kecil, dapat punah dengan mudah. Contohnya, sarang-sarang burung albatros Laysan di pulau Midway di mana terdapat instalansi lapangan terbang angkatan laut. Banyak burung albatros yang mati karena tabrakan dengan pesawat. Hampir semua burung laut mempunyai musim tertentu untuk

19

berkembang biak dapat bermigrasi sampai beribu-ribu mil jauhnya dari daerah tempat mencari makan ke daerah untuk berkembang biak. Semua penyu laut membenamkan telurnya ke dalam pasir pantai di atas tingkat air pasang tertinggi pada berbagai tempat di daerah tropik. Hanya pada waktu ini saja hewan-hewan ini biasanya kembali ke darat. Begitu selesai menetas, penyu-penyu muda secara naluri akan berjalan ke arah laut, dimana perkembangan selanjutnya akan terjadi, tetapi belum di ketahui perkembangan selanjutnya lebih mendalam. Seperti burung dan penyu cenderung bermigrasi ribuan mil jauhnya dan berkumpul di pantai tertentu untuk bertelur. Anjing laut, singa laut, dan walrus berkembang biak di darat atau di atas es yang terapung. Anak-anaknya biasanya tidak dapat berenang dan memerlukan waktu sebelum mereka mampu menjelajahi perairan. Selama periode di darat, bayi-bayi ini tumbuh dengan cepat dan memperoleh tenaga serta lapisan pelindung dari lemak dan bulu-bulu yang halus yang di perlukan supaya dapat tetap hidup di perairan dingin yang terbuka. Banyak singa laut Steller dan anjing laut gajah yang berpoligami dan mempunyai wilayah perkembang biakan. Jantan yang paling besar dan paling agresif (harem bull) cenderung berkumpul bersama dengan sejumlah besar betina dalam haremnya, yang menempati satu daerah kecil di pantai tempat mereka berlindung dari jantan (bull) lainnya. Jika ada jantan lainnya yang mencoba mencuri betinanya, merampas harem atau menguasai wilayah yang di tempati bull dan haremnya, maka jantan terbesar (harem master) yang melindungi atau menguasai tempat tersebut akan memerangi pendatang baru tersebut. Peperangan yang serius ini terjadi sampai salah satu jantan mendapat luka yang serius atau terbunuh. Tingkah laku penguasaan wilayah dan keagresifan di daerah pembiakan tidak di lanjutkan bila telah berada di luar daerah itu. Pada anjing laut berbulu pels dari utara (Callorbinus ursinus) merupakan pelagik di seluruh Lautan pasifik utara, tetapi banyak yang

20

bermigrasi kembali setiap musim panas ke dua pulau kecil di Pribilofs di Laut Bering untuk berkembang biak. Berbeda dengan pinipeda, setasea melahirkan dalam air. Paus muda harus berenang pada saat di lahirkan dan secara naluri mengetahui cara untuk mengambil udara dari permukaan. Mereka juga berada dekat dan bergabung dengan induknya. Sedangkan pada singa laut, singa laut muda di tinggalkan di daerah pemijahan selama beberapa hari sementara betinanya mengumpulkan makanan makanan di laut terbuka. Sama halnya seperti pnipeda dan setasea paus juvenil juga melakukan migrasi beribu-ribu jauh milnya dari daerah makanan di perairan dingin

ke daerah-daerah gua di

perairan yang lebih hangat. Alasan perpindahannya karena paus muda yang baru lahir tidak mempunyai lapisan lemak sebagai isolasi seperti pada yang dewasa dan akan mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik di perairan hangat sampai suatu ketika telah mempunyai lapisan isolasi tersebut. Pinipedia muda dan paus muda tumbuh dengan cepat, bertambah beberapa kilogram setiap hari. Misalnya, paus biru dapat tumbuh dari 3 ton ketika dilahirkan sampai 23 ton ketika disapih, 7 bulan kemudian. Hal ini disebabkan karena susu pinipeda dan setasea yang kaya lemak (10 kali lebih banyak daripada lemak sapi) dan di produksi dalam jumlah yang besar. Anak pinipeda diasuh selama mereka berada di tempat pemijahan. Pada akhir musim, beberapa spesies biasanya di tinggalkan oleh induknya dan harus memelihara diri mereka sendiri di laut terbuka. Anak-anak setasea di asuh sampai setahun sebelum disapih. Pengasuhan berlangsung selama 15 bulan untuk koteklema dan 18 bulan untuk paus pandu. Karena banyaknya energi yang harus dikeluarkan untuk memproduksi susu oleh mamalia laut ini, maka untuk melestarikan satu keturunan, biasanya hanya diproduksi satu anak dalam satu waktu. Siklus reproduktifnya juga sedemikian rupa sehingga setiap tahun hanya di produksi satu anak (kebanyakan anak pinipedia) atau pada interval waktu yang panjang.

21

D. Migrasi Nekton Secara umum, hewan nektonik melakukan migrasi demi tujuan perkembangbiakan

(Nybakken,

1982).

Migrasi

ialah

pergerakan/perpindahan ikan dari satu tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk penyesuaian terhadap kondisi yang menguntungkan dalam rangka mempertahankan eksistensi hidup dan keturunannya (Astarini, 2010). 1. Tujuan migrasi organisme nektonik Menurut Astarini (2010) organisme nekronik melakukan migrasi karena beberapa hal berikut : a. Pemenuhan kebutuhan makan (nursery ground). b. Mencari tempat pemijahan. c. Penyesuaian diri terhadap habitatnya. 2. Jenis-jenis migrasi nekton a. Migrasi aktif, yaitu perpindahan dari suatu habitat ke habitat lain karena perubahan fisiologis dan ekologis. b. Migrasi pasif, yakni perpindahan dalam suatu habitat tertentu akibat perubahan kondisi lingkungan dalam habitat tersebut.

(a)

(b)

Gambar 22 : (a) Migrasi pari emas; (b) Migrasi ikan salmon (Sumber Gambar : http://www.google.com)

3. Faktor yang mempengaruhi migrasi a. Faktor Eksternal 1) Suhu Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian

22

serta pengelompokan ikan. Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas gerakan tubuh dan berfungsi sebagai stimulus saraf. 2) Salinitas Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan osmotik tubuh mereka masingmasing.

Perubahan salinitas akan merangsang ikan untuk

melakukan migrasi ke tempat yang memiliki salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Contoh: Seriola quinqueradiata (japanese amberjack/yellowtail) menyukai medium dengan salinitas 19 ppt, sedangkan ikan cakalang menyukai perairan dengan kadar salinitas 33-35 ppt. 3) Arus dan pasang surutnya air Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport pasif telur ikan dan juvenil dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan Arus yang berlawanan pada saat spesies dewasa bermigrasi

dari

daerah

makanan

menuju

ke

daerah

pemijahan.

Ikan dewasa yang baru selesai memijah juga

memanfaatkan arus untuk kembali ke daerah makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan yang disebut arus pasang dan arus surut. 4) Intensitas cahaya Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan, tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu dan tingkat kekeruhan

perairan.

Ikan

mempunyai

kecenderungan

membentuk kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada malam hari. 5) Musim Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi ini kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan ikan demersal mengalami migrasi

23

musiman horisontal, mereka biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin. 6) Bau perairan Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan melalui beberapa cabang sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang benar diduga dilakukan dengan mengenali baubauan bahan organik yang terdapat dalam sungai. Hal ini terjadi pada ikan salmon yang mampu mengenali bau morpholine dengan konsentrasi 1 x 10-6 ppm. Jika suatu cabang sungai diberi larutan morpholine, maka ikan salmon akan masuk ke cabang sungai tadi. Hal ini menunjukkan bahwa ikan menggunakan indera pencium untuk bermigrasi ke daerah asalnya. 7) Bimbingan hewan yang kebih dewasa Ikan mampu melakukan migrasi untuk kembali ke daerah asal karena adanya bimbingan dari ikan yang lebih tua. Contohnya migrasi ikan herring Norwegia atau ikan Cod laut Barents, ikan lebih tua cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan muda. 8) Matahari Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang jernih kemungkinan besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka, tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi ikanikan laut dalam yang melakukan migrasi akibat pengaruh musim. 9) Pengaruh air limbah Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan ke bagian hulu sungai. Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat di daerah muara, padahal biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Hal ini karena migrasi mereka terhalang oleh air limbah di hulu sungai.

24

b. Faktor Internal 1) Kematangan gonad Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan untuk melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikanikan tersebut melakukan migrasi sebagai proses untuk melakukan pematangan gonad. Misalnya, salmon bermigrasi anadromous (ke air tawar) untuk memijah, sidat (Anguilla sp) di danau Poso bermigrasi katadramous menuju laut untuk memijah di Teluk Tomini atau L. Maluku/L. Banda.

(a)

(b)

(c)

Gambar : (a) Ikan sidat muda yang hidup di laut; (b) ikan sidat remaja hidup di air tawar; dan (c) Ikan sidat dewasa yang kembali ke laut untuk memijah. (Sumber Gambar : Astarini, 2010)

2) Insting Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya dan belum pernah melewati daerah tersebut, kemampuan ini diduga berasal dari faktor insting. 3) Kelenjar internal Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh kelenjar tiroid yang berada di kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan September yang merupakan waktu pemijahan ikan Cod.

25

4) Aktivitas renang Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih aktif berenang pada malam hari daripada di siang hari.

E. Konservasi Organisme Nektonik Konservasi berasal dari bahasa inggris conservation.Arti conservation menurut kamus Echols dan Shodily (1981) adalah pengawetan atau perlindungan alam yang berasal dari kata natural conservation. Dalam hal energi arti konservasi adalah penyimpanan atau kekekalan (conservation of energy). Dan arti dari kata konservasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konservasi merupakan upaya untuk menjaga kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem secara bijaksana dengan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia, sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia

yang

meningkat

termasuk

dalam

kegiatan

manajemen adalah survey, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan dengan jalan pengawetan; pelestarian untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan. Beberapa konservasi, di antaranya adalah : 1. Pusat Konservasi Penyu Hijau yang di adakan di Pulau Derawan Kalimantan Timur melakukan aktivitas konservasi yang terdiri dari kegiatan seperti penelitian, monitoring, pemindahan telur ke tempat peneluran semi alami, dan pemberian makan penyu hijau (Rosadi, 2014).

26

Gambar : Konservasi Penyu Hijau (Sumber Gambar : http://www.google.com)

2. Kawasan konservasi mamalia laut (cetacea) di periran laut sawu. Perairan Indonesia merupakan daerah ruaya (migration) dari jenisjenis mamalia laut (marine mammals) seperti paus, lumba-lumba dan ikan duyung, terutama di wilayah Indonesia bagian timur. Cetacea merupakan salah satu banyaknya biota laut yang keberadaannya semakin terancam (Dafiuddin, 2011).

Gambar : Konservasi Lumba-Lumba (Sumber Gambar : http://www.google.com)

3. Taman Nasional Wakatobi Kepulauan Wakatobi terletak di pertemuan Laut Banda dan Laut Flores. Wakatobi merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu Pulau

Wangi-wangi, Pulau

Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Beberapa spesies yang terdapat di Taman Nasional Wakatobi termasuk jenis langka dan terancam punah dengan status dilindungi seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), kepiting kenari (Birgus latro), kima (Tridacna sp.), lola (Trochus niloticus), duyung (Dungong dugong), lumba-lumba (Delphinus delphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus) dan cumi-cumi berbintik hitam (Sumadi, 2013). 27

Gambar : Taman Nasional Wakatobi (Sumber Gambar : http://www.google.com)

F. Peranan Nekton dalam Kehidupan 1. Gizi Peranan nekton yang paling utama bagi manusia ialah sebagai bahan makanan. Nekton merupakan organisme kaya gizi terutama protein. 2. Bernilai Ekonomis Beberapa organisme nektonik dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Banyak organisme nekton yang dimanfaatkan para nelayan sebagai sumber penghasilan mereka. Misalnya cumi-cumi dan berbagai jenis Pisces. 3. Pembentukan mineral laut Penumpukan bangkai organisme nektonik di dasar perairan merupakan bahan dasar pembentukan mineral laut seperti minyak bumi dan gas. Pembentukan mineral laut berlangsung melalui proses panjang selama ribuan bahkan jutaan tahun. 4. Nilai Wisata Keanekaragaman jenis nekton membawa daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, misalnya wisata diving dan snorkeling bawa laut.

28

BAB III Penutup

A. Kesimpulan 1. Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di perairan tawar maupun laut yang memiliki kemampuan berenang melawan arus air. 2. Nekton diklasifikasikan berdasarkan keberadaan tulang belakang, berdasarkan daur hidupnya dan berdasarkan sebaran vertikal. 3. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi nekton dibagi menjadi : a.

Daya Apung

b.

Daya Penggerak dan Hambatan

c.

Pertahanan diri dan penyamaran

d.

Indria

e.

Ekolokasi

f.

Reproduksi dan Daur Hidup

4. Migrasi ialah pergerakan / perpindahan ikan dari satu tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk penyesuaian terhadap kondisi yang menguntungkan dalam rangka mempertahankan eksistensi hidup dan keturunannya. Migrasi pada nekton dipengaruhi oleh faktor fisik maupun kimia. 5. Beberapa konservasi nekton di Indonesia ialah konservasi penyu hijau di pulau Derawan Kalimantan Timur, konservasi mamalia laut (cetacea) di perairan Sawu Nusa Tenggara Timur, dan konservasi pulau Wakatobi. 6. Nekton berperan dalam berbagai fungsi kehidupan diantaranya bernilai gizi, bernilai ekonomis, nilai wisata dan pembentukan mineral laut. B. Saran Selaku penulis kami menyarankan kepada setiap pembaca agar memanfaatkan keanekaragaman nekton sesuai kebutuhan dan tidak mengeksploitasi keragaman nekton secara berlebihan.

29

DAFTAR PUSTAKA

Nybakken, James W. 1998. Biologi Laut. PT.Gramedia: Jakarta. Astarini, Julia E. 2010. Migrasi Ikan. Bagian Sistem & Kebijakan Perikanan Tangkap Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perairan – Fakultas Perikanan dan

Ilmu

Kelautan–Institut

Pertanian

Bogor

2010.

(Online:

http://himafarin.lk.ipb.ac.id/files /2014/04/Migrasi-Ikan.pdf.) Diakses 05 Oktober 2017. Nekton Bahari. (Online : http://staff.unila.ac.id/ekoefendi/files/2012/05/03_NEK TON-BAHARI_2.pdf) Diakses 05 Oktober 2017. Romansah, Ashari. 2013. Makalah Suksesi Tumbuhan. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Hamzanwadi Selong. (Online : http://ashariromansah.co.id/2013/07/v-behaviorurldefaultvmlo.pdf) Diakses 15 Oktober 2017. Salim, Dafiuddin. 2011. Konservasi Mamalia Laut (Cetacea) Di Perairan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur. (Online : http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnal kelautan/article). Diakses 14 Oktober 2017) Diakses 14 Oktober 2017. Sumadi. 2013. Wakatobi. (Online : http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/ kehutanan/Wakatobi.pdf) Diakses 14 Oktober 2017.) Diakses 14 Oktober 2017. Rosadi. 2014.BAB 2 KONSERVASI (Online : http://etheses.uin-malang. ac.id/1135/6/09660006%2520Bab%25202.pdf) Diakses 14 Oktober 2017.

30

More Documents from "amira"