Ulumul Quran.docx

  • Uploaded by: Ayu amelia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ulumul Quran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,041
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan masalah C.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Asbabun Nuzul Ada tiga definisi yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang Asbabun Nuzul: 1.

Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat.

2.

Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Quran itu diturunkan (yaitu dalam waktu 23 tahun), baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu diturunkan.

3.

Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu maupun yang terjadi sebelum atau sesudahnya. Ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Subhi Sholeh yang artinya : “sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.” Dari ketiga pengertian di atas memberikan indikasi bahwa sebab

turunnya suatu ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Satu ayat atau beberapa ayat yang turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu. Dalam hal ini termasuk pendapat AlWahidi, yang menyatakan bahwa latar belakang turunnya Surah Al-Fiil adalah kisah penyerbu Ka’bah oleh Raja Habsyah (Abrahah).1 Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti sebab-sebab turunnya ayatayat Al-Qur’an. Kalimat Asbabun Nuzul berasal dari gabungan dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah. Kalimat ‘Asbab’ jamak dari ‘sababa’ yang artinya sebab-sebab, dan nuzul berarti turun. yang dimaksud disini adalah ayatayat Al-Qur’an.Menurut istilah (terminologi) asbabun nuzul memiliki banyak pengertian, diantaranya 1

Abu Anwar, “Ulumul Quran Sebuah Pengantar”,

1.

Muhammad Abdul Azim al-Zarqani, seorang ahli tafsir, mendefinisikan asbabun nuzul adalah suatu peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW yang kemudian turun ayat yang membicarakan atau menjelaskan ketentuan hukum mengenai peristiwa itu.

2.

Definisi menurut Dr. Subhi shaleh ialah asbabun nuzul itu suatu perkara yang menyebabkan turunnya ayat, baik berupa jawaban ataupun sebagai penjelasan yang diturunkan saat peristiwa itu terjadi.

3.

Ash-Shabuni mendefinisikan asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya beberapa ayat yang berhubungan dengan kejadian itu, baik berupa pertanyaan yang diajukan kejadian nabi SAW ataupun kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

4.

Manna’ Al-Qattan mendefnisikan asbabun nuzul adalah suatu hal yang karena hal itu Qur’an diturunkan untuk menjelaskan hukumnya pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa ataupun pertanyaan.

5.

Nur/holis Madjid menyatakan bahwa asbabun nuzul adalah konsep, teori, atau berita tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari al-Qur’an kepada nabi SAW, baik berupa satu ayat, satu rangkaian2

B. Urgensi Memperlajari Asbabun Nuzul Az-zarqani dan As-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bahwa mengetahui Asbabun Nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami Al-Quran. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami Al-Quran dalam meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan Al-Quran diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Al-Quran dalam konteks kesejarahannya.

2

https://www.academia.edu/15527341/PEMBAHASAN_ASBABUN_NUZUL

Urgensi pengetahuan akan Asbabun Nuzul dalam memahami Al-Quran yang diperlihatkan oleh para ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari para ulama khalaf. Menarik untuk dikaji adalah pendapat Fazlur Rahman yang menggambarkan Al-Quran sebagai puncak dari sebuah gunung es. Sembilan sepersepuluh dari bagiannya terendam di bawah perairan sejarah, dan hanya sepersepuluhnya yang hanya dapat dilihat. Rahman lebih lanjut menegaskan bahwa sebagian besar ayat Al-Quran sebenarnya mensyaratkan perlunya pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus, yang memperoleh solusi, komentar dan tanggapan dari Al-Quran. Uraian Rahman tersebut secara eksplisit mengisyaratkan Asbabun Nuzul dalam memahami Al-Quran. Dalam uraian lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi mempelajari Asbabun Nuzul adalah sebagai berikut:3 1.

Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-Quran. Diantaranya dalam Al-Quran surah Al-Baqarah [2] ayat 115 dinyatakan bahwa Timur dan Barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus shalat, dengan melihat zahir ayat diatas, seseorang boleh menghadap ke arah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak berkewajiban untuk menghadap kiblat ketika shalat. Akan tetapi setelah melihat Asbabun Nuzul-nya, tahapan tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat di atas berkaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan dan melakukan shalat di atas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.”

2.

Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum, umpamanya dalam surah Al-‘Anam [6] ayat 145:

3

Rosihin Anwar

Artinya: “Katakanlah: Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,

sesuatu

yang diharamkan

bagi

orang

yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Rabbmu Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. al-An’aam: 145)4 Menurut Asy-Syafi’i, pesan ayat ini tidak bersifat umum (hasr). Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat di atas, Asy-Syafi’i menggunakan alat bantu Asbabun Nuzul. Menurutnya, ayat ini diturunkan sehubung dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang mereka halalkan sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang telah diharamkan kabiasaan orang-orang kafir, terutama orang Yahudi, turunlah ayat di atas. 3.

Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-Sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum (umum al-lafazh). Dengan demikian, ayat “zihar” dalam

4

https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/20/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-anam-ayat-145/

permulaan surat Al-amujadalah [58], yang turun berkenaan dengan Aus Ibn Samit yang menzihar istrinya (Khaulah Binti Hakim Ibn Tsa’labah), hanya berlaku bagikedua orang tersebut. Hukum yang berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analog (qiyas). 4.

Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Quran turun. Umpamanya, ‘A’isyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Ar-Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunnya ayat: “Dan orang yang mengatakan kepada orangtuanya “Cis kamu berdua...” (Q.S.Al-Ahqaf:17). Untuk meluruskan persoalan, ‘A’isyah berkata kepada Marwan; “Demi Allah bukan dia yang menyebabkan ayat ini turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa orang yang sebenarnya.”

5.

Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarkan. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat hati.

C. Macam-macam Redaksi Asbabun Nuzul dan Maknanya Yang dimaksud dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat. Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun nuzul itu terjadi pada masa Rasulullah SAW atau pada masa saat ayat al-qur’an diturunkan. Jadi kita mengetahui asbabun nuzul itu dari penuturan para sahabat Nabi yang menyaksikan peristiwa itu. hal ini berarti asbabun nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan (redaksi) yang berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki implikasi pada status sebab nuzulnya.5

5

https://www.google.com/search?client=opera&q=redaksi+asbabun+nuzul+dan+maknanya&sou rceid=opera&ie=UTF-8&oe=UTF-8

Macam-macam ungkapan (redaksi) yang digunakan para sahabat untuk menuturkan sebab nuzulnya , antara lain : 1.

Kata ‫( سبب‬sebab) , contohnya ‫س َببُ نُ ُز ْو ِل هَـ ِذ ِه االَ َي ِة كــذَا‬ َ (sebab turunnya ayat ini) Ungkapan (redaksi) ini disebut ungkapan (redaksi) yang sharih (jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi ini, menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat tidak mengandung makna yang lain.

2.

Kata ‫( فـــ‬maka) , contohnya ُ‫َحدَثَتَ َكذَا َو َكذَا فَـنَزَ لَت اآليَة‬ (telah terjadi peristiwa ini dan itu maka turunlah ayat) Ungkapan (redaksi) ini sama pengertiannya dengan penggunaan kata sababu, yakni sama-sama sharih (jelas/tegas).

3.

Kata ‫( في‬mengenai/tentang) , contohnya ْ َ‫نَزَ ل‬ ‫ت َه ِذ ِه اآليَةُ فِ ْي َكذَا و كَـذَا‬ (ayat ini turun mengenai ini dan itu) Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menyebutkan sebab turunnya ayat. Masih terdapat kemungkinan terkandung makna lain.

a.

Satu Ayat dengan Sebab Banyak (Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid) Jika ditemukan dua riwayat atau lebih mengenai sebab turunnya ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan

berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis. Permasalahannya ada empat bentuk, yakni :6 1)

Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan yang lainnya tidak.

2)

Kedua, kedua riwayatnya shahih akan tetapi salah satunya memiliki penguat (Murajjih) dan yang lainnya tidak

3)

Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak memiliki penguat (Murajjih). Akan tetapi keduanya dapat diambil sekaligus.

4)

Keempat, keduanya shahih dan keduanya tidak memiliki penguat (Murajjih),akan tetapi keduanya tidak mungkin diambil sekaligus. Sebagai contoh penjelasan tentang turunnya surat al-Ikhlas oleh Imam as-Suyuthi dalam kitabnya Lubaabun Nuquul fii Asbabin Nuzul :7 Imam at-Tarmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Aliyah dari Ubay bin Ka’ab bahwa suatu ketika orangorang musyrik berkata kepada Rasulullah,”Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan engkau?”Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah. Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan riwayat senada dengan Jabir bin Abdillah. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surat ini adalah Makkiyah. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika kelompok Yahudi datang kepada Nabi saw. Di antara rombongan tersebut terdapat Ka’ab bin Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka lalu berkata,”Wahai Muhammad, gambarkanlah kepada kami ciriciri Tuhan yang mengutus engkau itu ?!” Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah.

6

https://www.google.com/search?client=opera&q=redaksi+asbabun+nuzul+dan+maknanya&sou rceid=opera&ie=UTF-8&oe=UTF-8 7 http://sangtaturi.blogspot.com/2013/07/pendahuluan-padamasa-nabi-terkadang-ada.html

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian pula Ibnu Mundzir dari Said bin Jabir riwayat yang mirip dengan di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah madaniyah. Singkatnya surat tersebut diturunkan dua kali, Yang pertama diturunkan di Makkah sebagai jawaban terhadap kaum musyrikin dan yang kedua di Madinah sebagai jawaban terhadap ahli kitab.

b.

Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab (Ta’addud an-nazil wa al-asbab wahid) Terkadang banyak ayat yang turun sedangkan sebabnya hanya satu. Karena itu banyak ayat yang turun dalam berbagai surat mengenai satu peristiwa. Contohnya ialah apa yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Abdurrazaq, At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abu Hatim, Ath-Tharbani, dan Al-Hakim mengatakan shahih, dari Ummu Salamah, ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebut kaum perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah Menurunkan QS. Ali-Imran :195 untuk menjawabnya.” Begitu pula dengan hadist yag diriwayatkan Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah, ia berkata : “Aku telah bertanya, Wahai Rasulullah, mengapakah kami tidak disebutkan dalam Al-Qur’an seperti kaum laki-laki? ‘Maka pada suatu hari aku dikejutkan dengan seruan Rasulullah di atas mimbar. Beliau membacakan: “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, lakilaki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,

laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah Menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (AlAhzab: 35) Al-Hakim meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: “Kaum laki-laki berperang sedang perempuan tidak. Di samping itu kami hanya memperoleh warisan setengah bagian dibanding laki-laki. Maka Allah menurunkan ayat: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah Dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nisaa’ : 32) Ketiga ayat di atas diturunkan karena satu sebab. c.

Beberapa Ayat yang Turun Mengenai Satu Orang Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali dan Al-Qur’an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan al-quran turun sesuai dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab al-adahi mufiat tentang berbakti kepada orang tua, dari Saad bin Abi Waqos ada empat ayat alquran turun berkenaan dengan aku : 1) Pertama, ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan Muhammad lalu Allah menurunkan ayat, ” Dan jika memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia dengan baik.”(luqman:15) 2) Kedua, ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata kepada Rasulullah, ”berikan aku pedang ini” maka

turunlah ayat. Mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang (al-anfal:01). 3) Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah mengunjungiku dan aku bertanya kepada beliau: ”Rasulullah aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku mewasiatkan separuh nya?” Beliau menjawab: ”tidak” aku bertanya: ”bagaimana jika sepertiganya?” Rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu diperbolehkan. 4) Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khomr) bersama kaum ansor, seorang memukul hidungku dengan tulang rahang unta, lalu aku datang kepada Rasulullah , maka Allah swt melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun wahyu yang sesuai dengan banyak ayat.

Related Documents


More Documents from "Sophia Nurul Zahra"