Ulos

  • Uploaded by: Dewi silaen
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ulos as PDF for free.

More details

  • Words: 1,906
  • Pages: 7
Kontrol produksi adalah kegiatan pemantauan dan pengendalian produksi atau operasi tertentu. Kontrol produksi sering dijalankan dari ruang kontrol atau ruang operasi tertentu. Dengan kontrol inventaris dan kontrol kualitas, pengendalian produksi adalah salah satu fungsi kunci dari manajemen operasi Kontrol produksi adalah kegiatan memantau dan mengendalikan fasilitas fisik besar atau layanan yang tersebar secara fisik. Ini adalah "serangkaian tindakan dan keputusan yang diambil selama produksi untuk mengatur output dan memperoleh jaminan yang wajar bahwa spesifikasi akan terpenuhi." [2] American Production and Inventory Control Society, sekarang APICS, mendefinisikan pengendalian produksi pada tahun 1959 sebagai:

Pengendalian produksi adalah tugas memprediksi, merencanakan dan menjadwalkan pekerjaan, dengan mempertimbangkan tenaga kerja, ketersediaan bahan dan pembatasan kapasitas lainnya, dan biaya sehingga mencapai kualitas dan kuantitas yang tepat pada saat diperlukan dan kemudian menindaklanjuti jadwal untuk melihat bahwa rencana tersebut dilakukan, menggunakan sistem apa pun yang telah terbukti memuaskan untuk tujuan tersebut. [3] Perencanaan dan pengendalian produksi di pabrik-pabrik besar sering dijalankan dari departemen perencanaan produksi yang dijalankan oleh pengendali produksi dan manajer pengendalian produksi. Pemantauan produksi dan pengendalian operasi yang lebih besar sering dijalankan dari ruang pusat, yang disebut ruang kontrol atau ruang operasi atau pusat kendali operasi (OCC).

Area yang muncul dari Project Production Management (PPM), berdasarkan pada melihat aktivitas proyek sebagai sistem produksi, mengadopsi gagasan kontrol produksi yang sama untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatur perilaku sistem produksi dimana dalam hal ini sistem produksi adalah proyek modal , daripada fasilitas fisik atau layanan yang tersebar secara fisik.

Kontrol produksi harus dikontraskan dengan kontrol proyek. Sebagaimana dijelaskan, [4] kontrol proyek telah dikembangkan menjadi fungsi terpusat untuk melacak kemajuan proyek dan mengidentifikasi penyimpangan dari rencana dan untuk meramalkan kemajuan di masa depan, menggunakan metrik yang berakar pada prinsip-prinsip akuntansi. Ruang kontrol pembangkit listrik, 1983 Salah satu jenis kontrol produksi adalah kontrol operasi manufaktur.

Perencanaan produksi dan kontrol kapan dan di mana. Kontrol produksi dan manajemen rantai pasokan

Manajemen operasi real-time di bidang tertentu.

Kontrol produksi di studio televisi di ruang kontrol produksi Kontrol master di studio televisi Kontrol produksi dalam ruang angkasa di Ruang Kontrol Operasi Misi Negara-negara komunis memiliki lembaga kontrol produksi pusat, di mana produksi pertanian dan industri untuk seluruh bangsa direncanakan dan dikendalikan.

Production planning Peranan Perencanaan Produksi dalam Siklus Produksi. Perencanaan produksi adalah perencanaan produksi dan pembuatan modul di perusahaan atau industri. Ini memanfaatkan alokasi sumber daya kegiatan karyawan, bahan dan kapasitas produksi, untuk melayani pelanggan yang berbeda. [1]

Berbagai jenis metode produksi, seperti manufaktur barang tunggal, produksi bets, produksi massal, produksi berkelanjutan dll. Memiliki jenis perencanaan produksi mereka sendiri. Perencanaan produksi dapat dikombinasikan dengan kontrol produksi ke dalam perencanaan dan pengendalian produksi, atau dapat dikombinasikan. Perencanaan sumber daya perusahaan.

Perencanaan produksi digunakan di perusahaan-perusahaan di beberapa industri yang berbeda, termasuk pertanian, industri, industri hiburan, dll ... Perencanaan produksi adalah rencana untuk produksi masa depan, di mana fasilitas yang dibutuhkan ditentukan dan diatur. [2] Rencana produksi dibuat secara periodik untuk periode waktu tertentu, yang disebut dengan horizon perencanaan. Ini dapat terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut:

Penentuan campuran produk yang dibutuhkan dan beban pabrik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. [3] Mencocokkan tingkat produksi yang dibutuhkan dengan sumber daya yang ada. [4] Menjadwalkan dan memilih pekerjaan yang sebenarnya dimulai di fasilitas manufaktur "[1]

Menyiapkan dan mengirim pesanan produksi ke fasilitas produksi. [5] Untuk mengembangkan rencana produksi, perencana produksi atau departemen perencanaan produksi perlu bekerja sama dengan departemen pemasaran dan departemen penjualan. Mereka dapat memberikan perkiraan penjualan, atau daftar pesanan pelanggan. "[6]" Pekerjaan biasanya dipilih dari berbagai jenis produk yang mungkin memerlukan sumber daya yang berbeda dan melayani pelanggan yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan harus mengoptimalkan ukuran kinerja pelanggan-independen seperti waktu siklus dan ukuran kinerja yang bergantung pada pelanggan seperti pengiriman tepat waktu. "[1]

Faktor penting dalam perencanaan produksi adalah "perkiraan akurat dari kapasitas produktif dari sumber daya yang tersedia, namun ini adalah salah satu tugas yang paling sulit untuk dilakukan dengan baik". [7] Perencanaan produksi harus selalu mempertimbangkan "ketersediaan material, ketersediaan sumber daya, dan pengetahuan tentang permintaan di masa mendatang". [5] Resistensi (Inggris: resistance) berasal dari kata resist + anceadalah menunjukan pada posisi sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi pada umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas.

Tantangan Implementasi ERP Ada beberapa tantangan utama untuk bisa mengimplementasikan ERP secara sukses. 1. It’s a lot of work. Mengimplementasikan ERP sebagai sebuah proses pengambilan keputusan baru merupakan pekerjaan besar yang melibatkan sangat banyak orang di seluruh perusahaan, termasuk general management. Seluruh perusahaan harus belajar bagaimana menangani demand dan supply dengan cara baru. Kecepatan aliran informasi dengan Enterprise Software (ES) disatukan dengan pendekatan ERP akan menimbulkan pergeseran besar dalam cara berpikir perusahaan. Ini artinya pekerjaan yang banyak. 2. It’s a do-it-yourself project. Implementasi yang berhasil harus dilakukan secara internal. Dengan kata lain, seluruh pekerjaan yang terlibat harus dikerjakan oleh orang-orang di perusahaan itu sendiri. Tanggung jawab tidak bisa diberikan kepada orang luar, seperti konsultan atau supplier software. Tidak akan berhasil. Konsultan memiliki peran memberikan pengetahuannya, tapi hanya orang-orang di dalam perusahaan yang tahu benar segala sesuatu di perusahaannya, dan memiliki otoritas untuk merubah segala sesuatu. Jika tanggung jawab implementasi dipisahkan dari tanggung jawab operasional, maka siapa yang harus bertanggung jawab atas hasil? Jika hasil tidak ada, maka implementer akan menuduh pengguna yang tidak menjalankannya secara benar, sementara user akan menuduh implementer yang tidak mengimplementasikan secara benar.

Jadi sebuah prinsip kunci dari implementasi adalah: IMPLEMENTERS = USERS 3. It’s not priority number one. Masalahnya, orang-orang yang harus melakukannya telah sangat sibuk dengan prioritas utama mereka, yaitu menjalankan bisnis. Semua aktifitas lain tentu harus berada dibawahnya, karena jika tidak maka bisnis tidak berjalan. Implementasi ERP tidak bisa menjadi prioritas nomor satu, tapi harus memiliki prioritas yang sangat tinggi, misalnya nomor dua. Masalah-masalah inilah yang menyebabkan banyak perusahaan tidak bisa melewati Kelas C. Alasan lainnya termasuk: It’s people-intensive. ERP seringkali disalah-artikan sebagai sistem computer. Tidak benar. ERP adalah sistem manusia yang dibuat mungkin oleh software dan hardware computer. It requires top management leadership and participation. Jika tujuannya adalah untuk menjalankan bisnis yang lebih baik, maka general manager dan staf harus terlibat karena mereka sendirilah yang memiliki pengaruh nyata atas bagaimana bisnis harus dikelola. Perubahan yang dibuat pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan banyak memberikan manfaat. It involves virtually every department within the company. Tidak cukup hanya departemen manufaktur, logistik atau material yang ikut serta. Hampir semua departemen dalam perusahaan harus terlibat dalam menerapkan ERP, seperti pemasaran, teknik, penjualan, keuangan, dan sumber daya manusia. It requires people to do their jobs differently. Sebagian besar perusahaan yang menerapkan ERP harus menjalani perubahan besar dalam perilaku. ERP membutuhkan seperangkat nilai-nilai baru. Banyak hal-hal yang harus dilakukan berbeda, dan ini adalah jenis transformasi yang tidak mudah untuk dicapai. Banyak orang mengasumsikan bahwa perubahan besar perangkat lunak seperti ES cukup untuk mencapai hasil yang besar. Sebenarnya, sistem ini hanya menggerakkan informasi lebih cepat dan lebih dalam di perusahaan. Jika proses pekerjaan aktual tidak berubah, maka kemudian informasi yang buruk akan bergerak lebih cepat dan dengan momentum yang berbahaya bagi seluruh perusahaan. Para pengguna berpengalaman mengatakan bahwa menerapkan ERP lebih sulit daripada membangun sebuah pabrik baru, memperkenalkan produk baru, atau memasuki pasar yang sepenuhnya baru. Disinilah letak tantangannya.

Kabar baiknya, telah ada jalan untuk memenuhi tantangan ini. Mengimplementasikan ERP secara sukses, telah menjadi hal yang dapat dipastikan – jika dijalankan secara benar. ERP tidak pernah gagal, jika diimplementasikan secara benar. Untuk dapat menjalankannya secara benar, dibutuhkan 2 element penting: 1. Sebuah jadwal implementasi yang agresif, terfokus pada perolehan manfaat maksimum dalam waktu minimum. 2. The Proven Path. Yaitu kumpulan langkah-langkah yang jika diikuti akan memastikan kesuksesan implementasi. JADWAL IMPLEMENTASI YANG AGRESIF Sebuah pertanyaan muncul : “ Berapa lama yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan seluruh fungsi ERP di seluruh perusahaan, mulai dari awal hingga akhir? “ Pertama-tama, sangat sulit untuk mengimplementasikan ERP di seluruh perusahaan dalam waktu kurang dari satu tahun. Mengapa? Karena begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan lebih lagi, pekerjaan ini bukan prioritas utama. Namun, untuk perusahaan skala kecil atau sedang, jika memakan waktu lebih dari 2 tahun, maka pasti ada hal yang salah. Dalam waktu 2 tahun, akan semakin sulit untuk menjaga intensitas, antusiasme, dan dedikasi yang dibutuhkan. Dunia berubah terlalu cepat. Jadi secara umum, waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 18 bulan. Mungkin ada sebagian orang yang menganggap waktu 18 bulan terlalu agresif atau ambisius. Tentu tidak. Ini sebabnya: Intensitas dan Antusiasme Karena ERP harus diimplementasikan oleh orang-orang yang juga menjalankan bisnis, maka prioritas utama mereka adalah menjalankan bisnis, yang merupakan tugas full-time juga. Jadi tanggung jawab implementasi ini akan mengharuskan mereka bekerja lebih banyak dan lebih lama. Dengan proyek yang terlalu panjang, maka orang-orang ini akan menjadi berkecil hati. Hasilnya tidak terlihat, terlalu jauh di masa depan. Namun, dengan jadwal yang agresif, maka orangorang ini akan dapat melihat kemajuannya sejak awal. Mereka bisa mengharapkan peningkatan dalam waktu yang cukup singkat. Prioritas Hampir tidak mungkin bagi ERP untuk dapat memegang prioritas tinggi selama 3-4 tahun. Jika prioritas makin turun, begitu juga peluang untuk sukses. Pendekatan yang paling baik adalah menetapkan ERP sebagai prioritas yang sangat tinggi, mengimplementasikannya secara cepat dan sukses, kemudian meraih keuntungan darinya. Perubahan tidak terduga

Perubahan ini mungkin terjadi dalam 2 bentuk: pergantian orang atau perubahan lingkungan kerja. Masing-masing menjadi ancaman bagi kesuksesan proyek ERP. Pergantian orang jelas sekali memberikan dampak besar. Orang baru belum tentu memiliki pemahaman yang sama. Implementasi yang sedang separuh jalan bisa terancam rusak dengan pergantian kebijakan atau pengambilan keputusan yang berbeda. Perubahan lingkungan bisa saja berupa peningkatan tajam dalam bisnis (“Kami terlalu sibuk untuk ERP”), atau penurunan tajam dalam bisnis (“Kami tidak dapat lagi mendukung ERP”). Begitu juga regulasi pemerintah, tekanan persaingan, dll. Keduanya mungkin terjadi dalam rentang waktu yang singkat, apalagi dalam periode yang panjang. Jadwal Selip Dalam proyek besar seperti implementasi ERP, sangat mudah terjadi jadwal selip. Dalam banyak kasus, jadwal yang ketat dan agresif akan lebih jarang selip daripada jadwal yang longgar dan tidak agresif. Keuntungan / Manfaat Mengambil waktu yang lebih lama dari yang diperlukan, akan mengurangi keuntungan. Biaya lost-opportunity untuk keterlambatan satu bulan, umumnya adalah sebesar $100.000. Bayangkan kerugian yang terjadi jika terjadi penundaan selama satu tahun. Jadi jadwal implementasi yang agresif sangat diperlukan. Tapi apakah hal itu bisa dilakukan? Ya, hampir selalu bisa. Untuk memahami mengapa bisa, maka kita perlu memahami konsep tiga tombol, yang akan kita bahas pada posting berikutnya.

Tantangan dan Kekurangan ERP Tidak semua pengembangan ERP memperoleh hasil yang baik, tidak jarang implemetasinya gagal karena beberapa factor seperti kurangnya perancangan dan system yang tidak mengakomodasi culture perusahaan tersebut. Faktor utama kegagalan tersebut antara lain : 1. Perancangan dan management yang buruk. 2. Adanya perubahan bisnis goal selama pengembangan system 3. Kurangnya pemahanan akan bisnis proses dan culture perusahaan Untuk kekurangan, ERP relative merupakan produk yang mahal untuk diterapkan. Dan juga dalam tahapan pengembangan selanjutnya akan sangat tergantunga dengan vendor sebagai penyedian dan juga kompleksitas system yang berakibat beberapa fasilitas merepotkan pengguna. Tetapi beberapa masalah tersebut dapt terselesaikan seperti ada ERP yang opensource seperti compiere, openbravo, adempiere dan webERP yang memudahkan perusahaan untuk mengembangkan sistemnya sendiri. Walaupun produk tersebut tidak setangguh dan se – kompleks produk berbayar seperti SAP AG, Oracle dan JDE.

· · · ·

Romney dan Steinbart (2015) menyatakan bahwa ada beberapa tantangan utama untuk bisa mengimplementasikan sistem ERP, diantaranya adalah ; Biaya implementasi penerapan sistem ERP yang kompleks dan mahal. Software ERP sendiri terlalu sulit bagi perusahaan untuk diterapkan. Penerapan sistem ERP membutuhkan waktu yang lama untuk perubahan besar. Adanya personil atau karyawan yang dirugikan telah membuat mereka kelelahan / terbebani dengan tanggungjawab lebih besar akibat perubahan proses dari bisnis tersebut.

Related Documents


More Documents from "Rofi Bintang Mishael"