Ulin_ortho_ca_medula_spinalis.docx

  • Uploaded by: Riska Dwi Meilawati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ulin_ortho_ca_medula_spinalis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,573
  • Pages: 23
LAPORAN PENDAHULUAN 1. DEFINISI PENYAKIT a. Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna), (Satyanegara, 2010) b. Tumor medula spinalis merupakan tumor yang dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008). c. Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor, (Price, 2006). d. Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala akibat terlibatnya medula spinalis atau radix saraf, (Adril, A. Hakim, 2010). e. Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar – akar saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam tumor otak dan mempunyai prognosis yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.

2. PATOFISIOLOGI Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. Tumor medula

spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine.

Perkembangan awal dari embrio Kelainan kongenital Kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis Defek pada arkus posterior Kegagalan fungsi arkus posterior vertebra pada daerah lumbosakral

spina bipida okulta

spina bipida aperta terlibatnya struktur saraf

paralisis spastik

peningkatan TIK

Nyeri

Resiko cidera resiko tinggi cidera

paralisis visera

gangguan inkontinensia Gangguan inkontinensia urin urine

resiko herniasi

defisit neurologis

paralisis motorik

paralisis motorik

paralisis anggota

kehilangan sesoris

gerak bawah

hambatan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik

anggota gerak bawah

Intoleransi intoleransi aktifitas aktifitas

3. ETIOLOGI a.

Tumor Medula Spinalis Primer Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.

b. Tumor Medula Spinalis Sekunder Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.

4. KLASIFIKASI 1.

Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya a. Tumor medula spinalis primer Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma sedangkan yang bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona (neoplasma yang timbul pada kanalis sentralis medula spinalis). b. Tumor medula spinalis primer Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.

2.

Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price, 2006) a. Tumor ekstradural Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price, 2006)

b. Tumor intardural Tumor intradural dibagi menjadi : 1) Tumor ekstramedular Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis. Tumor ini biasanya

neurofibroma

atau

meningioma

(tumor

pada

meningen).

Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193) 2) Tumor Intramedular Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri. Struktur histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea, (Price, 2006)

Gambar

(A)

Tumor

intradural-intramedular,

(B)

Tumor

intradural-

ekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1 Ekstra dural Chondroblastoma

Intradural ekstramedular Ependymoma, tipe

Intradural intramedular Astrocytoma

myxopapillary Chondroma

Epidermoid

Ependymoma

Hemangioma

Lipoma

Ganglioglioma

Lipoma

Meningioma

Hemangioblastoma

Lymphoma

Neurofibroma

Hemangioma

Meningioma

Paraganglioma

Lipoma

Metastasis

Schwanoma

Medulloblastoma

Neuroblastoma

Neuroblastoma

Neurofibroma

Neurofibroma

Osteoblastoma

Oligodendroglioma

Osteochondroma

Teratoma

Osteosarcoma Sarcoma Vertebral hemangioma

5. TANDA DAN GEJALA 1. Tumor Ekstradural (Price, 2006) a.

Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.

b.

Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang.

c.

Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.

d.

Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis.

e.

Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.

f.

Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.

g.

Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang ireverssibel.

h.

Gangguan BAB dan BAK. Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel 2 di bawah ini. Lokasi

Tanda dan Gejala

Foramen

Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat

Magnum

sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup

hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas. Servikal

Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

Torakal

Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang.

Lumbosakral

Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri umumnya

dialihkan keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah. Kauda

Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-

Ekuina

tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.

6. KOMPLIKASI 1.

Kerusakan serabut-serabut neuron

2.

Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)

3.

Perdarahan metastasis

4.

Kekauan, kelemahan

5.

Gangguan koordinasi

6.

Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih atau sembelit.

7.

Komplikasi pembedahan : a.

Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar selama tindakan operasi.

b.

Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anakanak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.

c.

Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini. 1. Laboratorium Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit. 2. Foto Polos Vertebrae Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara. 3. CT-scan CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.

4. MRI Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

5. Radiologi Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan

kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang lain. Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak interpendikular. Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intraduralekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.1 Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah : 1.

Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan perbaikan neurologis).

2.

Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik a. Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri. b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.

3.

Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan deteriorasi

a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu. b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi. 4.

Radiasi Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.

5.

Pembedahan Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis. Indikasi pembedahan : a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase. b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal). c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma. d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

9. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI a. Masalah Keperawatan 1) Kelumpuhan 2) Gangguan sensibilitas 3) Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi 4) Gangguan sistem cerna 5) Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil 6) Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung

b. Data Yang Perlu Dikaji 1. BIODATA a) Umur Tumor medula spinalis dapat terjadi pada semua kelompok usia tetapi jarang dijumpai sebelum usia 10 tahun. (Price, 2006) b) Jenis Kelamin Meningioma lebih sering terjadi pada wanita usia separuh baya. (Price, 2006) c) Pekerjaan Pekerjaan yang berhubungan langsung terhadap paparan bahan kimia yang bersifat 2. KELUHAN UTAMA Nyeri hebat pada malam hari dan ketika tulang belakang digerakan serta pada saat istirahat baring. 3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Awal dirasakan nyeri hebat pada malam hari dan saat berubah posisi serta keluhan-keluhan lain seperti kelemahan ekstremitas, mual muntah, kesulitan bernapas serta cara penanganannya. 4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU a) Riwayat tumor baik yang ganas maupun jinak pada sistem syaraf atau pada organ lain b) Keluhan yang pernah dirasakan misalnya : pusing, nyeri, gangguan dalam berbicara, kesulitan dalam menelan, kelemahan ekstremitas. 5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat tumor atau kanker dalam keluarga 6. RIWAYAT PSIKOSOSIOSPIRITUAL Pengkajian mekanisme koping yang digunakan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

7. PEMENUHAN KEBUTUHAN (ADL) a) Nutrisi Terjadi ketidakmampuan untuk menelan, mual muntah, serta kesulitan bernapas dapat menyebabkan intake makanan yang tidak adekuat sehingga dapat terjadi penurunan berat badan. b) Aktivitas Istirahat tidur 1) Aktivitas Kelemahan ekstremitas, nyeri pada punggung dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas 2) Istirahat tidur Gangguan istirahat tidur dapat terjadi akibat nyeri yang hebat pada malam hari serta saat berbaring dan karena cemas. 3) Hygiene personal Terjadi peningkatan kebutuhan akan bantuan orang lain dalam pemenuhan hygiene personal akibat adanya kelemahan ekstremitas, penurunan tingkat kesadaran serta nyeri. 4) Eliminasi Terjadi gangguan BAB dan BAK

8. PEMERIKSAAN FISIK a) B1 (Breathing)  Irama pernapasan tidak teratur  Takipnea  Dispnea  Kesulitan bernapas  Pergerakan dada asimetris b) B2 (Blood)  Bradikardi  Hipotensi  Sianosis c) B3 (Brain)

 Penurunan kesadaran  Nyeri pada vertebra thorakalis, vertebra servikal, vertebra lumbalis  Defisit sensorik d) B4 (Bladder)  Distensi kandung kemih  Nyeri tekan pada kandung kemih e) B5 (Bowel)  Berat badan menurun  Nyeri abdomen f)

B6 (Bone)  Penurunan skala otot  Kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah  Kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki  Atrofi otot betis dan kaki

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan 2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

aliran

darah sekunder akibat hipotensi 3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah 4) Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat tumor 5)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun akibat nyeri

6) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi sensori 7) Gangguan eliminasi urine (inkotenensia urine) berhubungan dengan gangguan pada saraf 8) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular 9) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan /hopitalisasi

11. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan Tujuan : Pasien memperlihatkan frekuensi napas yang efektif dan mengalami pertukaran gas pada paru dengan kriteria hasil :  RR : 16-20 x/menit  Nadi : 60 – 100 x/menit  Nadi teraba kuat dan regular  Retraksi dada ringan  Tidak menggunakan otot bantu pernapasan INTERVENSI 1. Jelaskan pada pasien tentang penyebab dan cara mengatasi ketidakefektifan pola napas 2. Pertahankan jalan napas: posisi kepala dalam posisi netral, tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat ditoleransi pasien 3. Ubah posisi atau balik secara teratur,hindari atau batasi posisi telungkup 4. Bantu pasien untuk mengontrol pernapasan jika diperlukan. ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam

5. Pantau atau batasi pengunjung jika diperlukan

6. Observasi fungsi pernapasan dengan

RASIONAL 1. Meningkatkan sikap kooperatif dari pasien 2. Memudahkan fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi, meningkatkan ekspansi paru 3. meningkatkan ventilasi semua bagian paru

4. bernapas mungkin bukan hanya aktivitas volunter tetapi membutuhkan usaha secara sadar tergantung pada lokasi trauma yang berhubungan dengan otot pernapasan 5. Kelemahan secar umum dan gangguan pernapasan membuat resiko tinggi bagi pasien mendapatkan infeksi saluran pernapasan atas 6. Trauma pada C1-C2 menyebabkan hilangnya fungsi

menginstruksikan pasien melakukan napas dalam 7. Observasi warna kulit adanya sianosis, keabu-abua 8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen kanul atau masker

pernapasan secara menyeluruh 7. menggambarkan akan terjadinya gagal napas yang memerlukan intervensi medis dengan segera 8. menyatakan ventilasi atau oksigenasi. mengidentifikasi masalah pernapasan 9. Meningkatkan kadar oksigen dalan tubuh

2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat hipotensi Tujuan : Pasien menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer teratasi dengan kriteria hasil :  Akral hangat  Perfusi baik  CRT < 2 detik  Tidak cianosis  Nadi teratur  Nadi :60- 100x/mnt Intervensi Rasional Tindakan Mandiri 1. Jelaskan pada pasien tentang 1. Meningkatkan sikap kooperatif dari tindakan yang akan dilakukan pasien 2. Pertahankan ekstermitas dalam 2. Menurunkan statis vena di kaki dan posisi tergantung pengumpulan darah pada vena pelvis untuk menurunkan resiko pembentukkan thrombus 3. Ukur haluaran urine dan catat berat 3. Syok lanjut atau penurunan curah jenisnya jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal 4. Observasi warna dan membran 4. Kulit pucat atau sianosis, kuku, mukosa kulit membran bibir/lidah yang menunjukkan vasokontriksi perifer atau gangguan aliran darah sistemik Tindakan Kolaborasi 5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Peningkatan cairan diperlukan untuk

pemberian cairan (IV/per oral)

6. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian oksigen sesuai indikasi

menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume sirkulasi/perfusi jaringan 6. Meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh

3) Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat tumor

Tujuan : pasien mengungkapkan rasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam dengan kriteria hasil :  TD : 120/80 mmHg  Nadi : 60-100x/menit  RR : 16-20x/menit  VAS : 0-1  Ekspresi wajah pasien tampak tenang

1. 2.

3.

4.

5.

INTERVENSI Jelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi,masase, kompres hangat/ dingin sesuai indiakasi Dorong penggunaan teknik relaksasi seperti naps dalam dan berikan aktivitas hiburan seperti televisi/radio Observasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah dan perubahan TTV yang tak dapat dijelaskan Kolaborasi dengan dokter dalm pemberian analgesik

RASIONAL 1. Meningkatkan kan sikap kooperatif dari pasien 2. Tindakan alternatif mengontrol nyeri

3. Memfokuskan kembali

perhatian.meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping 4. Petunjuk nonverbal dari nyeri yang memerlukan intervensi medis dengan segera 5. Dibutuhkan untuk menghilangkan

spasme atau nyeri otot

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta. Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby. Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby. NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

LAPORAN PENDAHULUAN “TUMOR MEDULA SPINALIS (EKSTRADURAL)” “ disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan stase keperawatan medical bedah “

SEKOLA H SEKOLA H

E ES

GI ILMU NG K TI

B

A

S T I K E S H

SA

C

A

G AY A BAN

NJ

AS A ARM H

A

IN

SA

C

B

ATAN EH HATEASN

GI ILM S S T NGI K E U K I T

G AY A BAN

NJ

ARMAS

IN

OLEH: INA KARINA SAFITRI, S.Kep NIM : 16310477

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CAHAYA BANGSA BANJARMASIN 2017

LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA

:

INA KARINA SAFITRI,S.Kep

NIM

:

16310477

PRODI

:

PROGRAM STUDI NERS

JUDUL

:

LAPORAN PENDAHULUAN “TUMOR MEDULA SPINALIS (EKSTRADURAL)”

Banjarmasin,

Preseptor Akademik

Preseptor Klinik

Januari 2017

LEMBAR KONSULTASI

NAMA NIM PRODI JUDUL

NO

: INA KARINA SAFITRI, S.Kep : 16310477 : PROGRAM STUDI NERS :

HARI/ TANGGAL

SARAN PERBAIKAN

PARAF

More Documents from "Riska Dwi Meilawati"